PERANCANGAN FILM ANIMASI 3D KAPTEN BLANGKON DENGAN TEKNIK RENDER PASSES MENGGUNAKAN VIEWPORT 2.0 PADA MAYA 2014
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Alfian Ndaru Primantoro 11.11.5082
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
PERANCANGAN FILM ANIMASI 3D KAPTEN BLANGKON DENGAN TEKNIK RENDER PASSES MENGGUNAKAN VIEWPORT 2.0 PADA MAYA 2014
Alfian Ndaru Primantoro1), Tonny Hidayat2), 1,2)
Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email :
[email protected]),
[email protected])
Abstract – Animation film industry is growing rapidly along with the advancement of information technology and computers. Animation is a very effective medium for convey the message to the public. Because conveyed by audio-visual and interesting story so much in demand in various circles. But making animation (rendering) takes a long time to get the maximum results.
1.2
Untuk pembahasan yang lebih terarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka rumusan masalah pada skripsi ini adalah :
In this study the authors describe techniques rendering viewport 2.0 as the method used to create 3D animation. This stage starts from the pre production, production and post-production, especially for rendering techniques using maya 2014 viewport 2.0 on the stage production.Software used to create this animation is Autodesk Maya for modeling, animation and rendering
Bagaimana cara menggunakan render passes viewport 2.0 dalam pembuatan film animasi dengan judul “Kapten Blangkon” sehingga menghasilkan render yang high resolution dengan waktu yang cepat.
1.3
Tinjauan Pustaka 1. Asep Gigin Ginanjar. Perancangan dan Pembuatan Konsep Karakter 3D Robot Polisi Indonesia dengan Teknik Render Realistik menggunakan Engine V-Ray pada Software 3Ds Max.
3d animation creation Captain Blangkon with rendering using vieport 2.0 produces quality rendering results in a short time. Keywords - 3D Animation,viewport 2.0,render passes. 1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Rumusan Masalah
2. Aji Joharudin. Analisis Hasil Rendering Autodesk Maya 2013 pada Film Animasi 3D The Fighter of Egrang. 3. Hadi Poerwanto. Analisis Modelling 3D menggunakan Teknik Rendering Default (scanline) dan Teknik Rendering Mental Ray.
Pesatnya perkembangan teknologi terutama dalam bidang komputer, baik dari perangkat keras (hardware) maupun (software) saat ini tidak lepas dari upaya manusia untuk meringankan aktivitas dan rutinitas sehari-hari. Hal tersebut juga berdampak positif pada industri animasi 2d maupun 3d yang semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Di Indonesia, industri animasi 3d mulai berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dari munculnya industri yang bergerak dalam bidang animasi seperti Adit Sopo Jarwo dan, Keluarga Somat. Salah satu cara industri film memperkenalkan hasil karya mereka yaitu dengan menayangkan pada public (television) yang bersifat kejar tayang. Dalam pembuatan animasi 3D ini dibutuhkan waktu rendering yang cepat. Melihat latar belakang diatas, mendorong penulis untuk membuat sebuah animasi yang berjudul “Kapten Blangkon” dengan menggunakan teknik Rendering Passes menggunakan viewport 2.0 untuk mendapatkan hasil render yang cepat dan menghasilkan gambar yang high resolution, sehingga produksi bisa berjalan sesuai jadwal tayang.
1.4
Pengertian 3d Animation
Secara definisi, animasi membuat sajian statis menjadi hidup. Animasi 3D, yang termasuk dalam bidang yang lebih besar dari komputer grafis 3D adalah istilah umum yang menggambarkan seluruh industri yang memanfaatkan software 3D animasi komputer dan perangkat keras dalam berbagai jenis produksi [9]. 1.5
Rendering
Rendering adalah proses akhir dari keseluruhan proses produksi. Dalam rendering, semua data-data yang sudah dimasukan dalam proses modeling, animasi, texturing, pengcahayaan dengan parameter tertentu yang akan diterjemahkan dalam sebuah bentuk output yang berupa gambar atau video. Render juga berarti proses komputer menghitung propertis permukaan, cahaya, bayangan, gerakan,
1
bentuk objek, dan menyimpan dalam bentuk gambar yang berurutan. Didalam rendering ada beberapa hal yang sangat penting untuk menjadikan hasil render menjadi bagus. Diantaranya adalah materials, textures, lighting, cameras, shadows, dan raytracing [10].
dapat diedit, diimpor ke perangkat lunak editing untuk diproses lebih lanjut. Atribut pada render passes terdiri dari beauty, ,specular, AO, shadow, reflection, colormask.
1.9 Render for Compositing
1.6 Viewport 2.0
Maya menawarkan sejumlah pilihan untuk memisahkan elemen individual dari render ke melewati tingkat yang dipisahkan yaitu render passes. Hasil render dapat disusun kembali dan diproses dengan efek tambahan menggunakan software compositing, yaitu Adobe After Effects. [11]
Viewport 2.0 adalah teknologi baru yang dirancang Maya 2012 keatas yang memberikan efek pada viewport yang seperti ambien occlusion, antialiasing, motion blur,dept of field,shadow map. 1. Ambient Occlusion Adalah teknik render yang dipakai untuk mengatur efek pencahayaan pada lingkungan dan menambahkan detail soft shadow pada permukaan objek. 2. Antialiasing adalah teknik render yang berfungsi untuk meminimalisir terjadinya gambar yang jaggies (bergerigi) 3. Motion Blur merupakan efek yang menghasilkan blur pada objek yang bergerak pada kecepatan tertentu. Semakin cepat gerak objek semakin blur juga effek yang didapatkan. 4. Dept of Field adalah fitur kamera Maya yang mensimulasikan efek fotografi, dimana area subjek gambar terlihat focus dan, area lainnya terlihat blur.Depth of Filed berfungsi sebagai penambah efek dramatis pada adegan. 5. Shadow merupakan pemberian bayangan pada viewpot dengan teknik pixel resolutoion. Dimana objek memberikan bayangan ke objek 3D yang lain
2. Pembahasan 2.1 Tahapan Produksi 2.1.1 Pra Produksi Terdapat beberapa tahap dalam produksi film animasi 3D, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
1.7 Render layer
Gambar 2. Animasi Produksi Pipeline
Render Layers digunakan untuk mengisolasi geometri, shader, dan pencahayaan untuk membuat versi yang berbeda-beda dari animasi. layers sangat dibutuhkan dalam rendering untuk keseimbangan antara efisiensi dan fleksibilitas dan, untuk memisahkan ambien, refleksi, bayangan, dan sebagainya.
1. Ide Cerita Untuk menggunakan teknik render passes pada film animasi 3 Dimensi yang akan dibuat berjudul “Petualangan Kakon”, ide cerita yang dibuat yaitu menampilkan petualangan seorang anak SD yang mengedukasikan objek (Prambanan). 2. Gambaran Cerita Film animasi 3 Dimensi “Petualangan Kakon” ini bercerita seorang pelajar yang menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang candi Prambanan yang merupakan bangunan bersejarah di Indonesia. 3. Tema Dalam film animasi 3 Dimensi berjudul “Petualangan Kakon” mengambil tema tentang petualangan dan edukasi. 4. Logline Logline adalah inti cerita. Sebuah logline merupakan plot yang dituangkan dalam beberapa buah kata. Logline dalam film animasi “Petualangan Kakon” ini adalah “Bagaimana jika berpetualang dengan imajinasi?” 5. Concept Art Dalam tahap ini objek karakter, properti dan lingkungan sekitar yang berada dalam scene yang
Gambar 1. Render Layer 1.8 Render Passes Render Passes adalah proses render atribut yang terpisah, sehingga hasil atribut render yang berlapis
2
akan dibuat model 3 dimensi, dirancang terlebih dahulu menggunakan software pengolah bitmap dan semua rancangan yang dibuat dalam bentuk gambar.
Gambar 5. Modeling 2. UV Mapping Merupakan proses permodelan 3D membuat perwakilan gambar 2D pada permukaan permodelan 3D Gambar 3. Karakter (Petualangan Kakon) 6.
Sceenplay/Script Screenplay/Script adalah naskah cerita yang didalamnya memuat alur cerita secara detail, termasuk waktu, adegan, percakapan sampai tansisi kamera.
7. Storyboard Untuk memudahkan dalam pembuatan film animasi ini diperlukan storyboard sebagai petunjuk dari cerita yang dibuat, dan penempatan angle-angle kamera.
Gambar 6. Uv Unwrapping 3. Blend Shape Blend shape yaitu membuat ekspresi-ekspresi ataupun lip sync pada karakter.
2.1.2 Produksi Proses Produksi pada film animasi ini didalamnya membahas proses modeling, texturing, rigging dan animasi secara singkat. Berikut adalah alur produksi pembuatan animasi 3D “Petualangan Kakon” .
Gambar 7. Blend Shape 4. Rigging Rigging adalah proses untuk memberikan tulang pada karakter dan membuat kontrol pada tulang agar dapat dianimasikan. Dalam pembuatan rigging pada proyek animasi “Petualangan Kakon” berikut ini menggunakan tools Human Inverse Kinematics. Gambar 4. Bagan Alur Produksi Animasi 1. Modeling Pembuatan 3D modeling karakter dan asset pada film “Petualangan Kakon”
Gambar 8. Rigging
3
5. Animation
2.3 Testing
Untuk membuat sebuah animasi dapat dilakukan dengan menggerakan pada bagian tubuh pada karakter kemudian mengunci pada stiap frame.
Gambar 11. Rendering Dari tahap pengujian render passes viewport 2.0 dengan mentalray, dapat disimpulkan bahwa render passes menggunakan viewport 2.0 lebih cepat proses rendernya. Dari segi teknik render passes menggunakan viewport 2.0 lebih manual sehingga bisa diedit sesuai keinginan. Untuk Hasil graphic viewport 2.0 masih ada jaggy (gambar bergerigi) namun bisa diatasi dengan merender resolusi besar, kemudian di down size dalam software compositing. Dan Hasil dari output gambar render passes menggunakan viewport 2.0 menghasilkan gambar yang kecil namun resolusinya tetap besar.
Gambar 9. Animation 6. Lighting Proses lighting yaitu memberikan cahaya pada scene. 7. Rendering Setelah selesai melakukan animasi terhadap karakter, tahap selanjutnya adalah rendering. Rendering yaitu proses membuat animasi file 3D menjadi gambar frame by frame. Proyek film animasi “Petualangan Kakon” ini menggunakan render viewport 2.0 yang membutuhkan minimal 4 render passes yaitu beauty, ambient occlusion, specular, color mask yang dikemas dalam render layer dan dicompositting pada software Adobe After Effects.
3. Penutup 3.1 Kesimpulan Berdasarkan tahap-tahap yang telah dikerjakan selama proses pembuatan film animasi “Petualangan Kakon ”, penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut : 1. Dalam proses render passes ini menggunakan beberapa komponen layer yang terpisah diantaranya, beauty, ambient occlusion, specular, dan color mask sehingga hasil render dapat diedit kembali dalam software compositing (After Effects). 2. Dengan teknik render passes menggunakan viewport 2.0 dapat menghemat dan menyingkat proses produksi film animasi, karena kendala terbesar dalam produksi adalah lamanya waktu render. 3. Penggunaan render passes menggunakan viewport 2.0 pada film animasi “Petualangan Kakon” ini menghasilkan render yang realistis, yaitu material sesuai dengan sifat objek ataupun karakter. Prosesnya render lebih cepat dibandingkan mentalray.
Gambar 10. Rendering 2.2 Pasca Produksi 1.
2.
3.
Dubbing and Editing Audio Setelah proses penganimasian selesai, proses selanjutnya adalah mengedit audio, dalam hal ini yaitu melakukan rekaman dubbing narasi dan pembuatan backsound. Compositing and Editing Didam proses ini hasil render yang berupa gambar akan dijadikan dalam sequence sehingga menjadi sebuah video, dan memberikan efek pada tiap-tiap scene sesuai petunjuk storyboar, hinga pemberian audio maupun backsound. Rendering Video Dalam proses render ini menggunakan settingan preset HDTV 1080p dan menggunakan frame rate 24, dan diexport dalam extensi H264.
3.2 Saran 1. Matangkan alur cerita, character design, ide cerita, tema, dan storyboard dari project yang akan dibuat di awal pembuatan. 2. Memperpanjang durasi film. 3. Memperhatikan wireframe pada modeling Karakter agar pada saat rigging dan skinning tidak banyak mengalami kesulitan.
4
3.3 Daftar Pustaka [1]
[2]
[3]
[4] [5] [6]
Asep Gigin Ginanjar. Perancangan dan Pembuatan Konsep Karakter 3D Robot Polisi Indonesia dengan Teknik Render Realistik menggunakan Engine V-Ray pada Software 3Ds Max. Yogyakarta: STMIK AMIKOM, Skripsi, 2015 Aji Joharudin. Analisis Hasil Rendering Autodesk Maya 2013 pada Film Animasi 3D The Fighter of Egrang. Yogyakarta: STMIK AMIKOM, Skripsi, 2015 .Hadi Poerwanto. Analisis Modelling 3D menggunakan Teknik Rendering Default (scanline) dan Teknik Rendering Mental Ray. Yogyakarta: STMIK AMIKOM, Skripsi, 2014 Vaughan, W. 2011. Digital Modeling.USA: New Riders. Dariush Derakhshani, 2011, Introducing Maya 2009. Jhon Wiley & Sons, hal. 475 Eric Keller. Mastering Maya 2009 (USA: Willey Publishing), hal. 983
Biodata Penulis Alfian Ndaru Primantoro, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2015. Tonny Hidayat, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2007. Memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer (M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Teknik Informatika STMIK Amikom Yogyakarta, lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM Yogyakarta.
5