JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
1
Perancangan Environment 3D Sebagai Pendukung Film Animasi Motivasi „TRY OUT‟ dengan Konsep Urban Life and Junior High Education Royce Suryo Prabowo dan Andjrah Hamzah Irawan ST, MSi Jurusan Desain Produk Industri , Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Tingkat kelulusan siswa SMP yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin menurun. Hal ini disebabkan karena rendahnya motivasi belajar dari siswa. Untuk itu penulis merancang sebuah media motivasi untuk siswa melalui sebuah film animasi motivasi yang dikemas secara 3D yang dikemas menjadi suatu film animasi berjudul ’Try Out. Dalam perancangan ini, penulis berfokus pada perancangan environment yang dikemas secara 3D. Dengan menggunakan metode kreatif dengan cara mengumpulkan foto-foto daerah perkotaan modern dari berbagai macam sumber, begitu juga perabotan dan properti. Kemudian foto-foto tersebut dimanfaatkan sebagai referensi desain, hal ini dilakukan tahap modeling dan pemberian tekstur hingga rendering. Environment ini dikemas dengan gaya gambar realis , detail, dengan penggunaan tone warna yang cerah. Penulis berharap dengan terciptanya environment ini akan mampu mewujudkan sebuah film animasi lokal yang tidak hanya menarik namun juga berkualitas dan memberikan efek positif kepada siswa SMP sehingga pesan motivasi dalam film dapat tersampaikan. Kata Kunci— enviroment, animasi , 3D , dan Try Out
I. PENDAHULUAN
U
jian Nasional yang lebih dikenal dengan UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dilaksanakan setiap tahun. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kelulusan siswa SMP yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin menurun. Hasil riset melalui proses FGD dan wawancara mendalam yang dilakukan penulis menunjukkan ada permasalahan motivasi belajar dari siswa yang rendah. Maka diperlukanlah pemberian dukungan kepada para siswa untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa salah satunya melalui sebuah media yang mampu mendorong motivasi belajar dan diminati oleh siswa SMP yaitu media animasi. Maka penulis merancang sebuah film animasi motivasi yang dikemas secara 3D yang dikemas menjadi suatu film animasi yang mengangkat tema ujian nasional berjudul ‟Try Out‟. Pada perancangan film animasi ini, penulis bertugas untuk merancang environment.
Environment adalah aspek yang membentuk dunia dimana karakter akan tampil dalam sebuah animasi dimana karakter tersebut hidup, bergerak dan berinteraksi dengan elemenelemen animasi yang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Cak Ikin, animator Suro Boyo, berpendapat bahwa environment dalam kebanyakan film animasi lokal Indonesia dianggap kurang penting dalam produksi film animasi Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebanyakan animator cenderung mementingkan pergerakan karakternya daripada background atau environment. Pergerakan karakter yang lebih utama, kemudian background dan environment dikerjakan. Terkadang animator membuat animasi hanya mengandalkan pencahayaan saja background seadanya. Jadi environment dianggap sebagai element yang kurang begitu penting Menurut Apriyadi Kusbiantoro, Animator Urakurek Studio Jogja, berpendapat film luar negeri misalnya film animasi Hollywood dan Jepang, sukses dipasaran karena environment memperhatikan peran dan fungsi environment dalam mendukung cerita film. Tentu saja fungsi utamanya sebagai penjelasan tentang suatu scene adegan, baik itu lokasi, atmosfer, waktu dan memberi penegasan suatu adegan. Environment juga memiliki fungsi sebagai pembangun mood dan suasana adegan. Jadi sebagus apapun kualitas animasinya, jika environment atau background tidak mendukung karakter dan animasinya, tentu akan mempengaruhi filmya. Akan menjadi nilai tambah kalau sebuah animasi yang dihiasi gambar gambar background yang cantik. Sehingga mutlak diperlukan desainer environment atau background dalam sebuah film animasi.
Gambar 1.1 Film animasi lokal Indonesia Kabayan dan environmentnya
Mengambil contoh film animasi lokal misalnya Kabayan mengangkat tema tentang kebudayaan Indonesia. Menurut responden dari hasil FGD SMP 19 Surabaya, bahwa environment film animasi Indonesia Kabayan Liplap dinilai kurang mampu menggambarkan suasana desa Indonesia. Responden menilai environment Kabayan kurang cocok
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X dengan konsep film animasi tentang edukasi budaya Indonesia. Contohnya ditandai dengan pohon yang tidak ada di Indonesia. Pohon berwarna merah muda pada film Kabayan bisa dianggap sebagai bunga sakura maupun pohon dengan daun oranye yang tidak ada di Indonesia.Dengan kata lain fungsi environment sebagai penunjuk sebuah adegan dalam film Kabayan dapat dikatakan kurang cocok dengan konsep cerita. Responden juga menilai film Kabayan mendramatisasi suasana adegan, misalnya ketika karakter sedih suasana adegan yang dibangun sama. Sedangkan film animasi seperti Tangled dan lebih meredupkan pencahayaan dan tone warna sehingga terlihat lebih dramatis dan membangun suasana sedih. Fungsi environment sebagai pembangun suasana hati dapat dikatakan kurang.
(a) (b) Gambar 1.2 Perbandingan suasana adegan sedih dari film animasi Kabayan 2009 (a), Tangled 2011 (b),
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa environment kurang film animasi Indonesia kurang mampu mendukung cerita dan kurang mampu membangun suasana adegan. Fungsi environment sebagai penjelasan tentang suatu scene, baik itu lokasi, atmosfer, waktu atau juga untuk memberi penegasan atau dramatisir suatu adegan. Environment berfungsi juga sebagai pembangun mood (suasana hati) dan atmospehere (suasana) terhadap setiap adegan. Suasana yang dihasilkan oleh environment mempengaruhi suatu adegan pada film dan mempengaruhi suasana hati serta emosi penonton misal senang atau sedih sehingga mampu memainkan aspek emosional penonton sehingga film tidak menjadi datar dan membosankan. Environment dalam animasi memang bukan penentu utama bagi kesuksesan sebuah Animasi. Namun setiap animasi yang sukses pasti memiliki desain Environment yang sangat mendukung jalan cerita dan karakter. Kesuksesan film animasi ditentukan oleh gabungan unsur-unsurnya yaitu cerita, karakter, dan environment. Ketika salah satu unsurnya tidak baik, maka sudah dapat dipastikan film tersebut hasilnya tidak akan maksimal karena unsur-unsur tersebut adalah satu kesatuan. Film animasi 3D “Try Out” adalah film yang mengangkat tema seputar Ujian Nasional SMP berdasarkan fenomena tentang Ujian Nasional. Film yang dirancang untuk memotivasi belajar siswa dengan menceritakan tentang kehidupan seorang anak SMP bernama Bagas anak Pak Sugeng, seorang tukang becak. Bagas sangat malas belajar dan tidak memiliki kesadaran Bagas bahkan tidak peduli tentang pentingnya pendidikan dan Ujian Nasional untuk masa depannya. Setting environment film animasi ini mengambil setting kota besar Indonesia yang memiliki didiami oleh berbagai lapisan
2
masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda kehidupan. Mulai dari daerah kampung kumuh rumah tempat Pak Sugeng dan Bagas tinggal, kompleks gedung dan perkotaan kota besar Indonesia dengan fokus utama pada pernceritaan kehidupan sekolah dan kehidupan sehari-hari Bagas dan Pak Sugeng serta karakter yang lain dalam menghadapi Ujian Nasional. Dalam film animasi ini, environment berperan untuk membangun setting sesuai dengan cerita dan karakter film animasi dengan konsep yang sudah dirancang dengan sedemikian rupa oleh penulis yaitu menggambarkan kehidupan kota besar dan pendidikan SMP Indonesia dengan konsep „Urban Life and Junior High Education‟. Dengan pertimbangan data diatas pada perancangan ini, peneliti melakukan perancangan untuk membangun environment sebuah film animasi 3D “Try-Out”. Pertimbangan objek perancangan untuk kali ini adalah kelanjutan dari hasil perancangan yang telah dilakukan oleh penulis sebelumnya, dan pada perancangan itu output yang dihasilkan adalah perancangan film animasi dan perancangan karakter untuk film animasi 3D “Try Out”. II. STUDI PUSTAKA A. Definisi Environment Lingkungan atau environment adalah semua aspek yang membentuk dunia dimana karakter akan tampil dalam sebuah animasi dimana karakter tersebut hidup, bergerak dan berinteraksi dengan elemen-elemen animasi yang lain. Menurut Himawan Pratista dalam bukunya “Memahami film”, environment adalah seluruh latar bersama dengan propertinya. Properti dalam hal ini adalah semua benda tidak bergerak seperti perabot ,pintu ,jendela, kursi, lampu, pohon, dan sebagainya. Setting yang digunakan dalam sebuah film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya. Setting harus mampu meyakinkan penonton jika film tersebut tampak sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan waktu sesuai kontek cerita filmnya. B. Merancang environment 3D Ada beberapa pertimbangan dan tahapan yang mempengaruhi adaptasi dari storyboard dan sketsa yang telah dibuat menjadi desain environment. Storyboard dan sketsa dibuat dengan detail menjadi patokan dari model 3D tetapi tetap mengalami revisi berupa penambahan-penambahan atau pengurangan environment yang diperlukan ataupun yang tidak. C. Aspek Visual Dalam perancangan environment animasi ini , penulis menggunakan gaya gambar realis , hal ini didukung oleh hasil survey yang dibagikan kepada 100 orang responden yang banyak memilih kriteria desain realis. Diperkuat dengan detildetil diperkuat dengan warna dan tekstur yang menjadil salah satu aspek menarik dalam perancangan environment ini.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X D. STUDI EKSISTING, KOMPARATOR a. Eksisting
Gambar 2,1 Film animasi Kabayan Liplap
3 III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Data Dalam perancangan environment film animasi 3D „Try Out‟ ini, data yang digunakan merupakan hasil survey kepada responden siswa SMP dengan batasan usia antara 13-15 tahun yang berdomisili di Surabaya. Mulai dari gaya gambar, warna, detail obyek, merupakan hasil dari survey ini, didukung juga oleh wawancara dengan Cak Ikin dan Apriyadi Kusbiantoro selaku animator yang telah lama berkecimpung di dunia animasi Indonesia. B. Formula Matematika Penulis mengumpulkan foto-foto kota dan daerah di Indonesia melalui mendatangi lokasi secara langsung maupun melewati media lain yaitu internet. Kemudian foto-foto tersebut dimanfaatkan sebagai referensi desain sebelum membuat sketsa dan melakukan visualisasi pada software 3DsMax 2012 dan rendering untuk finishing tahap akhir.
Gambar 2,2 Film animasi Meraih Mimpi
Gambar 2,3 Lakon Animasi-Pada Suatu Ketika
b. Komparator
Gambar 2,4 Cloudy Chance with a Meatball
Gambar 2,5 Rio
„ Gambar 2,6 CJ7 Animation
C. Populasi Sampel yang diambil berdasarkan target audiens yang merupakan audiens dari environment yang di rancang yaitu siswa SMP. Target segmen ini dipilih dikarenakan segmen dari animasi ini sendiri memang ditujukan untuk siswa SMP yang akan menghadapi UN, dimana mereka membutuhkan motivasi yang lebih agar mereka giat belajar dan pastinya lulus UN. Sampel yang akan diambil ditujukan kepada para penggemar film animasi, maka penyebaran sampel akan lebih banyak diprioritaskan sekolah SMP. D. Proses Desain Sebelum proses perancangan berjalan dan menentukan konsep desain, perlu adanya pemahaman terhadap problematik yang akan diselesaikan melalui desain. Setelah menentukan problematika desain, dilakukan identifikasi karakteristik target audiens yang nantinya akan menjadi konsumen dari output perancangan ini. Identifikasi yang dilakukan menggunakan kuesioner AIO yang bertujuan untuk mendapatkan karakteristik ”unik” dari target audiens, sehingga dapat diketahui pendekatan efektif yang nantinya dapat diaplikasikan dengan perancancangan ini. Proses perancangan dilakukan secara cermat mengikuti langkah-langkah yang berpedoman pada nilai-nilai ilmiah. Observasi dari sumber data, merumuskan gaya visual animasi, detail obyek, tone warna, kemudian dilempar ke target audiens, lalu akan di tinjau ulang dengan teori dan eksisting kemudian disempurnakan menjadi kriteria desain. Selain aspek tersebut perancangan ini juga akan melakukan riset lokasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan konten dari environment animasi ini.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
4
IV. KONSEP DESAIN A. User Need Sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah film animasi , film animasi „Try Out‟ membutuhkan desain environment yang sesuai dengan selera target audiens B. Unique Selling Point Keunikan aspek environmentnya dan animasinya adalah diproduksi dengan menggunakan 3D secara realis dan menggunakan tone warna cerah sesuai dengan minat target audiens. Ditambah lagi dengan keunikan cerita, karakter dan cara penyajiannya. Dimana, konten setting lokal Indonesia baik secara karakter dan environment serta cerita tentang Ujian Nasional dimasukkan dalam sebuah film, serta cara penyajian yang berbeda dan sesuai dengan standar kualitas animasi yang laris dan mengikuti selera para siswa SMP ini diharapkan mampu membangun menarik minat penonton untuk menonton film animasi ini. C. What to Say Film animasi 3D “Try Out” adalah film yang mengangkat tema seputar Ujian Nasional SMP berdasarkan fenomena tentang Ujian Nasional. Film yang dirancang untuk memotivasi belajar siswa dengan menceritakan tentang kehidupan seorang anak SMP bernama Bagas anak Pak Sugeng, seorang tukang becak. Bagas sangat malas belajar dan tidak memiliki kesadaran Bagas bahkan tidak peduli tentang pentingnya pendidikan dan Ujian Nasional untuk masa depannya. Setting environment film animasi ini mengambil setting kota besar Indonesia yang memiliki didiami oleh berbagai lapisan masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda kehidupan. Mulai dari daerah kampung kumuh rumah tempat Pak Sugeng dan Bagas tinggal, kompleks gedung dan perkotaan kota besar Indonesia dengan fokus utama pada penceritaan kehidupan sekolah dan kehidupan sehari-hari Bagas dan Pak Sugeng serta karakter yang lain dalam menghadapi Ujian Nasional. D. Konsep Makna dari keyword „Urban life and Junior High Education’ yaitu membangun environment dengan mengambil setting kota besar Indonesia yang memiliki menjadi rumah oleh berbagai lapisan masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda kehidupan mulai daerah kampung kumuh sampai kompleks gedung mewah dengan fokus utama pada kehidupan sekolah siswa SMP.
Gambar 5.1 Referensi untuk desain Rumah Bagas dan Sugeng
Gambar 5.2 Sketsa desain untuk rumah Pak Sugeng
Sebelum sketsa kasar dibuat diperlukan sebuah storyboard dan skenario, atau perencanaan tiap adegan secara tertulis. Disini penggambaran environment tidak perlu terlalu detil, sudut pandang harus tergambar dengan jelas. Detil properti yang digunakan harus tergambarkan atau terdaftar. Setelah melalui tahapan sketsa kasar, maka selanjutnya adalah membuat model 3D dari sketsa tersebut. Dalam perancangan novel grafis ini, proses modeling dilakukan dengan cara digital menggunakan software 3DMax 2012. Dalam proses modeling dibutuhkan sebuah sketsa gambar yang memberikan informasi semua sudut tampak dalam 3D. Hal ini, membantu untuk proses modelling dan detail di segala arah.Model 3D yang telah siap digunakan kemudian diberikan tekstur dan pencahayaan sebelum dilakukan proses rendering
V. IMPLEMENTASI DESAIN Untuk menuju desain final, diperlukan berbagai macam proses desain, lingkungan pada film animasi ini kebanyakan berada disekitar daerah Surabaya, dengan kurun waktu 20122013. Hasil gambar diambil dari di daerah kampung kumuh di Surabaya yang kemudian diilustrasikan kembali pada novel grafis ini. Berikut adalah contoh salah satu foto dan hasil ilustrasinya untuk desain rumah Bagas dan Pak Sugeng:
Gambar 5.3 Modeling 3D
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
5
diterjemahkan dalam sebuah bentuk output. Dalam standard PAL sistem, resolusi yang digunakan adalah 768x576 pixels atau berformat fullHD 1980x1080px maupun HD 1280x720px. Desain Final
Gambar 5.4 Proses Modeling dan Compositing Obyek
Gambar 5.5 Proses Texturing Obyek
Gambar 5.6 Proses Rendering Obyek
Rendering adalah proses akhir dari keseluruhan proses pemodelan dan animasi. Dalam rendering, semua data-data yang sudah dimasukkan dalam proses modeling, animasi, texturing, pencahayaan dengan parameter tertentu akan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X
6
Gambar 5.7 Hasil Rendering Final
VI. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan YME atas segala rizki yang berlimpah, kepada orangtua dan adik-adik tercinta, kepada Pak Andjrah atas bimbingannya selama proses mata kuliah Tugas Akhir berlangsung, kepada dosen penguji: Pak Ramok, Pak Dani, Pak Bendra, kepada kekasih-kekasih saya selama Tugas Akhir: Risma, Khairil, Isandre, Hazmi, Che, dan semua teman-teman di Despro khusunya angkatan 2007, terima kasih atas segala kebersamaan yang tidak ternilai. VII. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6]
[7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14]
[15]
Darwanto, S.S,2007.Televisi Sebagai Media Pendidikan Yogyakarta Penerbit Informatika : Pustaka Pelajar, Djaali, H Prof.2007.Psikologi Pendidikan.BumiAksara G,Djalle, Zaharuddin. 2007..Themaking of 3d Animation Movie.Jakarta.Penerbit Informatika. Ghertner, Ed, 2010. Layout And Composition For Animation,Burlington Gahan, Andrew, 2011. 3ds Max Modeling for Games.London : Focal Press M. Ramli, Fathurahman P.Ng. J, 2008 Film Independen Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, Pardew, Les.2007.Character Emotion in 2D and 3D animation. Boston Pratista, Himawan.2008.Memahami Film.Jakarta: Homerian Pustaka Raid, Gavin.2009.Memotivasi Siswa di Kelas.Jakarta: Penerbit Indeks Sanrtrock, John W. 2009.Psikologi Pendidikan.Penerbit salembahumanika Sardiman AM. 2001, Interaksi Dan MotivasiBelajarMengajar,Jakarta: PT. Raja Grafindo Scott Mc cloud. 2008 Membuat komik. Gramedia Pustaka Utama Syamsul Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung :Remaja Rosdakarya. Simon, Mark. 2003. Producing independent 2D character animation : making and selling a short film. Focal Press: Burlington. Wellins, Mike. 2005.Story Telling Through Animation.