Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
PERANCANGAN DAN PENERAPAN MATERIAL FLOW COST ACCOUNTING UNTUK PENINGKATAN KEBERLANJUTAN PERUSAHAAN PT XYZ Rochman Marota*)1, Marimin**), dan Hendro Sasongko***) Kantor Akuntan Publik Anwar & Rekan Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C, Jakakarta 12980 **) Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga PO BOX 220 Darmaga, Bogor 16602 ***) Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan Bogor Jl. Pakuan PO Box 452, Bogor 16143 *)
ABSTRACT This research aimed to answer the questions of sustainability of palm oil processing PT XYZ in the economic, social, environmental and technology with the design and implementation of Material Flow Cost Accounting (MFCA). MFCA provides open information about the classification of production costs, with special attention to the cost of material loss and production waste. The goal is efficiency and effectiveness of production cost which can increase the performance of the production process as well as providing an influence on the value of corporate sustainability. The method used in this research was a mixture of qualitative and quantitative method. Measuring tool used multiple regression analysis to measure the significance of independent variables on the dependent variables. As additional analyses used Multidimensional Scaling (MDS) method with rapMFCA techniques and Analytical Hierarchy Process (AHP) method with a pairwise comparison technique for assessed corporate sustainability indexes for every dimension and weight combined. The analysis showed that the MFCA provides significant effect as the results of the F test, t test and probability test. The results obtained with this technique showed that the value of sustainability index after merging weight is 85,33 and is in the category of highly sustainable. From these results the performance formulation formulated suggestions for maintaining the stability of the production process of corporate sustainability indexes. Keywords: corporate sustainability, efficiency and effectiveness of production cost, material flow cost accounting, production process performance
ABSTRAK Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan keberlanjutan perusahaan pengolahan kelapa sawit PT XYZ dalam dimensi ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi dengan perancangan dan penerapan Material Flow Cost Accounting (MFCA). MFCA memberikan informasi terbuka tentang klasifikasi biaya produksi, dengan perhatian khusus kepada biaya kerugian material dan limbah produksi yang dihasilkan. Tujuan yang hendak dicapai adalah efisiensi dan efektivitas biaya produksi yang dapat mendorong peningkatan kinerja proses produksi sekaligus memberikan pengaruh terhadap nilai keberlanjutan perusahaan. Alat ukur yang digunakan adalah regresi berganda untuk mengukur signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebagai analisis tambahan digunakan metode Multidimensional Scaling (MDS) dengan teknik rapMFCA serta metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan teknik perbandingan berpasangan untuk menilai indeks keberlanjutan perusahaan setiap dimensi dan secara bobot gabungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa MFCA memberikan pengaruh signifikan dari hasil uji F, uji t dan uji probabilitas. Hasil yang diperoleh dengan teknik ini menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan setelah penggabungan bobot adalah 85,33 dan berada pada kategori sangat berkelanjutan. Dari hasil ini dirumuskan saran perbaikan kinerja proses produksi untuk menjaga stabilitas indeks keberlanjutan perusahaan. Kata kunci: keberlanjutan perusahaan, efisiensi dan efektivitas biaya produksi, material flow cost accounting, kinerja proses produksi
1
Alamat Korespondensi: Email:
[email protected]
92
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524 Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
PENDAHULUAN Biaya produksi merupakan komponen biaya utama di perusahaan manufaktur. Perusahaan tentu harus fokus pada efisiensi sumber daya untuk meminimalkan biaya produksi. Menurut Fakoya (2014), perdebatan tentang efisiensi sumber daya terutama yang berkaitan dengan pengurangan dan pengelolaan limbah tidak hanya menjadi perhatian bagi para ilmuwan dan aktivis lingkungan hidup, tetapi juga pihak manajemen perusahaan. Manajemen telah paham dan mengetahui bahwa sistem akuntansi tradisional yang berlaku saat ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut akan terasa terutama jika sistem akuntansi tersebut dihubungkan dengan operasi bisnis yang terkait dengan pengelolaan lingkungan. Biaya-biaya terkait lingkungan umumnya adalah biaya pengolahan limbah, pembuangan limbah, pembangunan instalasi, biaya kepada pihak ketiga, biaya perizinan dan sebagainya. Dalam upaya untuk berkontribusi pada masalah pengurangan limbah dari perspektif yang berbeda, akuntansi manajemen kontemporer mengembangkan alat pengumpulan untuk kuantifikasi limbah tertentu, yaitu Material Flow Cost Accounting (MFCA) untuk memberikan informasi secara keuangan dan non-keuangan dalam rangka mendukung keputusan pengurangan limbah oleh para manajer. Metode MFCA merupakan alat kunci dari pendekatan manajemen disebut sebagai flow management yang bertujuan secara khusus untuk mengelola proses manufaktur yang berkaitan dengan aliran material, energi, dan data sehingga proses manufaktur dapat lebih efisien dan sesuai dengan target yang ditetapkan (Hyrslova et al. 2011 dan Viere et al. 2011). Keuntungan dari penggunaan model MFCA adalah dapat meningkatkan laba dan produktivitas (internal) serta mengurangi dampak negatif ke lingkungan (eksternal) yang selanjutnya berkontribusi dalam pengembangan keberkelanjutan perusahaan (corporate sustainable development). Lynch (2011) mengambil makna sustainable development dari World Commission on Economic Development (WCED) tahun 1987, keberlanjutan menjadi faktor pengembangan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan di masa datang untuk memenuhi kebutuhannya itu sendiri. Penelitian Elewa (2007) menunjukkan bahwa konsep pengembangan keberkelanjutan perusahaan ini terus tumbuh dalam beberapa dekade terakhir dan Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
telah menjadi pusat perhatian untuk sektor dan dunia bisnis. Bare (2011) menyebutkan bahwa terdapat lima elemen bagi organisasi perusahaan dalam pengembangan lingkungan yang berkelanjutan yaitu keberlanjutan dalam ekonomi, indikator sosial, analisis lingkungan, indikator keberlanjutan yang diseleksi secara independen serta material dan sumber daya yang digunakan. Penelitian terdahulu tentang MFCA dilakukan oleh Fakoya (2014) dengan mengadopsi dan menyesuaikan kerangka MFCA dalam mendukung keputusan manajemen untuk pengurangan limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknologi dan alat akuntansi manajemen dalam mendukung proses pengambilan keputusan manajemen perusahaan untuk pengurangan limbah. Kourilova dan Plevkova (2013) mengadakan studi tentang model deteksi MFCA dengan akuntansi lingkungan. Hasil studi menunjukkan bahwa MFCA dapat dijadikan model untuk mendeteksi produksi dan bisnis perusahaan sekaligus. Penelitian Ulhasanah dan Goto (2012) menjelaskan model lain penilaian biaya produksi, yaitu dengan konsep Material Flow Analysis dan Life Cycle Analysis. Beberapa isu perdagangan crude palm oil (CPO) yang saat ini berkembang dan dijadikan persyaratan dari negara pengimpor bagi negara pengekspor adalah kontribusi ekonomi dalam hal efisiensi biaya produksi (cost reduction); keamanan suplai dalam hal standarisasi produk (securing supply and product); dan kinerja lingkungan dan tanggung jawab sosial (decreasing environment impact). Penelitian Indriantoro et al. (2012) menunjukkan pentingnya implementasi produksi minyak kelapa sawit ramah lingkungan yang berkelanjutan dari hulu yaitu produksi tandan buah segar (TBS) sampai dengan produksi CPO di pabrik pengolahan. Permasalahan di PT XYZ ada dalam setiap dimensi keberlanjutan perusahaan di ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi serta bermuara pada tingkat efisiensi dan efektivitas biaya produksi. Tingkat rendemen atau Oil Extraction Rate (OER) cenderung menurun, sementara biaya pemeliharaan tanaman terutama untuk pupuk cenderung meningkat. Isu pembakaran hutan dan biaya pajak terus mengemuka, diikuti dengan permasalahan teknologi berupa penggunaan software akuntansi yang belum terintegrasi. Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan secara simultan
93
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
(bersama-sama) dari variabel MFCA terhadap variabel dimensi keberlanjutan perusahaan. Penelitian ini membahas bagaimana rancangan dan penerapan MFCA, pengaruh MFCA terhadap dimensi keberlanjutan serta rumusan kinerja yang mendorong peningkatan keberlanjutan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menerapkan konsep MFCA untuk perusahaan kelapa sawit, menganalisa pengaruh MFCA terhadap dimensidimensi keberlanjutan perusahaan dan merumuskan saran-saran untuk perbaikan kinerja perusahaan dalam peningkatan keberlanjutan perusahaan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan pengolahan kelapa sawit untuk peningkatan keberlanjutan perusahaan khususnya dalam mengurangi masalah dampak limbah dan penggunaan material dan energi yang tidak efisien dengan penerapan MFCA serta menjadi acuan dalam pengembangan studi akuntansi manajemen lingkungan, MFCA dan keberlanjutan perusahaan. Ruang lingkup penelitian ini adalah proses produksi, rincian biaya produksi dan aliran material produksi dalam pengolahan CPO serta variabel-variabel yang akan diamati dan dianalisa untuk peningkatan keberlanjutan perusahaan dari sisi ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di perusahaan kelapa sawit yang memiliki pabrik dan perkebunan di Provinsi Riau dari bulan Januari sampai dengan Juni 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan kuesioner kepada pihak internal manajemen perusahaan dan eksternal perusahaan yaitu pakar yang telah mengikuti pelatihan MFCA dan para auditor eksternal PT XYZ sebanyak 30 responden. Data sekunder bersumber dari data laporan keuangan PT XYZ periode tahun 2011–2014, studi pustaka, serta literatur terkait dari internet dan jurnal. Data laporan keuangan akan diolah dan dijabarkan sesuai deskripsi variabel penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam rangka mendapatkan informasi dan pengetahuan dilanjutkan dengan expert survey dari para responden untuk mendapatkan justifikasi penetapan indikator dan nilainya (Persada et al. 2014). Variabel independen adalah MFCA dengan mengambil atribut total luas lahan (X1), luas lahan yang ditanami (X2), hasil produksi TBS (X3), dan hasil yield produksi (X4). Deskripsi variabel dan pengukurannya untuk variabel dependen adalah dimensi-dimensi keberlanjutan perusahaan seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Dimensi, indikator dan satuan unit keberlanjutan perusahaan Dimensi
Indikator
Unit
Ekonomi Investasi Laba Penjualan Shareholder value Lingkungan Limbah dan polusi yang timbul Penggunaan energi Transportasi Sosial
Investasi modal, investasi sumber daya manusia, investasi riset dan pengembangan Laba tahunan Nilai produk yang terjual Dividen yang dibagikan Sisa proses produksi dan partikel
Satuan moneter Satuan moneter Satuan moneter Satuan berat
Biaya listrik, air, dan utilitas lainnya Biaya angkutan
Gaji dan manfaat lainnya Kepuasan pelanggan Teknologi
Biaya gaji, tunjangan, dan imbalan pasca kerja (pensiun) Jumlah komplain
Pengembangan SIM dan SIA Riset dan pengembangan
Biaya pemeliharaan dan komunikasi Biaya laboratorium
94
Satuan moneter
Satuan moneter Satuan moneter Satuan moneter Persentase jumlah Satuan moneter Satuan moneter
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524 Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview). Creswell (2010) serta Tashakkori dan Teddlie (2010) mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk merasionalisasi data-data yang ada. Untuk menjawab perumusan masalah yang pertama yaitu penerapan dan perancangan MFCA, digunakan analisis deskriptif dengan metode campuran dan berpedoman pada langkah-langkah penerapan MFCA. Untuk menjawab perumusan masalah kedua yaitu pengaruh MFCA terhadap dimensi keberlanjutan perusahaan akan diukur signifikansinya menggunakan analisis regresi berganda untuk menjawab hipesis penelitian sebagai berikut: H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) dari variabel MFCA yang diwakili oleh total luas kebun, luas lahan yang ditanami, produksi dan yield produksi terhadap dimensi keberlanjutan perusahaan Ha : terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) dari variabel MFCA yang diwakili oleh total luas kebun, luas lahan yang ditanami, produksi dan yield produksi terhadap dimensi keberlanjutan perusahaan Menurut Sugiyono (2014), analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi atau dinaikturunkan nilainya. Sesuai deskripsi variabel sebelumnya, variabel independen penelitian ini berjumlah empat buah. Model persamaan regresi berganda yang digunakan untuk memperkirakan nilai dimensi keberlanjutan perusahaan yang dipengaruhi variabel MFCA adalah: Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4 Sebagai analisis tambahan untuk mengetahui posisi keberlanjutan perusahaan maka akan digunakan teknik rapid appraisal status yang dikenal dengan rapfish. Teknik rapfish mengaplikasikan status ordinasi statistik yang disebut Multidimensional Scaling (MDS), di mana dikembangkan untuk menilai status sustainability dari entitas perikanan (fisheries) oleh Pitcher et al. (2000). Menurut Teniwut (2013), MDS adalah teknik analisis data yang banyak digunakan dalam berbagai bidang pelajaran seperti: sosiologi, Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
fisika, ilmu politik, dan biologi. MDS adalah teknik statistika untuk menvisualisasikan ketakmiripan (dissimilarity) dari obyek yang bersifat kuantitatif (metric) maupun kualitatif (non-metric) ke dalam ruang berdimensi rendah, umumnya dua dimensi. Dalam MDS obyek direpresentasikan sebagai titik, semakin dekat jarak antar titik semakin besar kemiripannya (similarity). Ukuran yang digunakan untuk mengukur hubungan antar obyek adalah proximity yang berarti kedekatan obyek satu dengan lainnya. Kegunaan MDS adalah untuk menyajikan obyek-obyek secara visual berdasarkan kemiripan yang dimiliki. Selain itu, kegunaan lain dari teknik ini adalah mengelompokkan obyek-obyek tersebut. Modifikasi dengan teknik rapfish ini akan dilakukan sehingga menjadi rapMFCA untuk mendapatkan skala dan status nilai dari keempat aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Penilaian indeks keberlanjutan (IK) setiap dimensi didasarkan atas empat kategori tingkat keberlanjutan, yaitu tidak berkelanjutan (TB), kurang berkelanjutan (KB), cukup berkelanjutan (CB), dan sangat berkelanjutan (SB). Setelah nilai indeks masing-masing dimensi diperoleh kemudian dilakukan analisis lanjutan, yaitu analisis sensitivitas dan analisis montecarlo. Analisis leverage dilakukan untuk melihat indikator apa yang paling sensitif atau peka memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan. Analisis dilakukan dengan melihat perbedaan ordinansi apabila sejumlah indikator dihilangkan dari analisis. Pengaruh setiap indikator dilihat dalam bentuk perubahan RMS (root mean square), khususnya pada aksis horizontal atau skala keberlanjutan. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu indikator, semakin besar pula peranan indikator tersebut dalam pembentukan indeks keberlanjutan atau sebaliknya (Kavanagh dan Pithcer, 2004). Hasil analisis dari rapMFCA hanya menentukan status atau kondisi dari masing-masing dimensi yang ada, tetapi tidak dapat menentukan status keberlanjutan secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bobot dari masing-masing atribut dimensi yang dianggap sama. Padahal dalam kenyataannya, bobot antara masingmasing atribut dimensi tersebut tentu saja berbeda. Untuk menentukan status keberlanjutan secara keseluruhan dengan menentukan bobot dari masingmasing dimensi digunakan Program Penentuan Bobot Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang dikembangkan oleh Budiharsono S (2007) yang merupakan modifikasi dari Analytical Hierarchy
95
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty. Analisa AHP akan menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan penentuan skala dan bobot dari setiap dimensi keberlanjutan perusahaan. Untuk menjawab perumusan masalah ketiga tentang kinerja perusahaan yang optimal untuk mendukung keberlanjutan perusahaan, dilakukan analisis terhadap indikator penilaian kinerja proses produksi (key performance indicator) yang selama ini berlaku untuk kemudian dilakukan peninjauan terhadap indikatorindikator yang lain seperti persentase kehilangan material minyak Oil Extraction Rate (OER), siklus kerja dan waktu produksi, serta siklus manufaktur perusahaan. Tingkat efisiensi OER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: OER
Effeciency = Rendemen / (Total rendemen) x 100%
loss +
Perhitungan siklus kerja produksi dengan rumus:
Perhitungan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dengan rumus: MCE = Processing time / Cycle time Analisis deskriptif atas ketiga alat ukur tersebut di atas diberikan kepada PT XYZ untuk menambah indikatorindikator atas penilaian kinerja perusahaan, khususnya untuk proses produksi pengolahan CPO.
HASIL PT XYZ yang berdiri sejak 1954 dengan kantor pusat di Malaysia mengoperasikan dua pabrik pengolahan CPO, pabrik pertama pengolahan inti sawit, pabrik kedua biogas power plant dan 11 kebun kelapa sawit. Perusahaan juga sudah menjadi anggota RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) sejak 2004. Kapasitas produksi PT XYZ adalah 90 ton per jam untuk setiap pabrik. PT XYZ memiliki permasalahan keberlanjutan perusahaan pada setiap atribut dimensi dan telah mengambil langkah-langkah untuk penyelesaian, seperti yang terangkum di Tabel 2.
Cycle time = Processing time + Inspection + Moving time + Waiting time Tabel 2. Isu dan kondisi dimensi keberlanjutan PT XYZ Isu-isu Pembakaran lahan
Dimensi yang terpengaruh Lingkungan
Pajak pertambahan nilai
Ekonomi PPN masukan yang boleh dikreditkan hanya untuk perkebunan yang memiliki pabrik pengolahan
Petani plasma
Sosial Pengurus plasma inti kabur dan muncul demontrasi dari kalangan petani Ekonomi
Alih lahan karet ke sawit Software inhouse laporan keuangan perusahaan
Teknologi
Langkah perusahaan Perusahaan dipanggil ke pengadilan (PTUN) namun tidak terbukti, karena lahan yang terbakar justru lahan yang sudah menghasilkan Perusahaan masuk pengadilan pajak dan menang, dengan nilai restitusi pajak selama dua tahun Rp50 Milyar, karena selama periode 2011–2013 lebih banyak transaksi ekspor. Dirjen Pajak mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung Mediasi bersama Pemda setempat
Kondisi saat ini Kejaksaan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi dan masih menunggu hasilnya Kontra memori sudah dibuat, dan menunggu keputusan MA
Muncul biaya alih lahan untuk 4.300 hektar. Investasi tambahan akan dikeluarkan Saat ini PT XYZ memakai software Estate Financial Sysytem (EFS) untuk kebun, dan Head Office General Ledger (HOGL) untuk kantor pusat
Replanting dari karet dan sawit masih berjalan Tidak ada biaya tambahan yang dikeluarkan karena merupakan in house Software
Dibentuk kepengurusan baru dalam koperasi
Sumber: Hasil wawancara dengan manajemen PT XYZ
96
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Dari data-data sekunder laporan keuangan dapat dirinci nilai-nilai PT XYZ sesuai atribut-atribut dimensi yang ada dari periode 2011 sampai dengan 2014 selengkapnya pada Tabel 3. Perancangan dan Penerapan MFCA Prosedur umum MFCA terdiri dari tiga langkah, yaitu model struktur aliran biaya, kuantifikasi biaya dan evaluasi penilaian biaya (Schmidt et al. 2013). Proses perancangan dan penerapan MFCA diawali dengan identifikasi pada pusat-pusat aktivitas dari MFCA (quantity center) yang terdiri dari tujuh stasiun, analisis alokasi material dalam satuan berat dan moneter serta identifikasi limbah produksi yang dihasilkan sebagai biaya kerugian material. Diagram MFCA dapat dilihat pada Gambar 2. Schmidt dan Nakajima (2013) menunjukkan ide penting di balik MFCA. Dalam akuntansi biaya klasik, semua biaya hanya akan dialokasikan untuk produksi sebagai satuan biaya. MFCA akan membagi biaya material menjadi biaya produksi dan bahan limbah, tergantung di mana material itu akan berakhir. Dalam konsep MFCA, CPO dan minyak inti sawit menjadi produk utama (positive product) sementara limbah produksi menjadi
produk sampingan (negative product). Limbah padat dan cair selanjutnya diolah kembali dalam program utilisasi sebagaimana terangkum dalam Tabel 4. Hasil penerapan MFCA adalah rekapitulasi biayabiaya produksi yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun periode sampai dengan September 2014, berupa biaya material produksi TBS, biaya energi untuk pemakaian listrik, air, dan bahan bakar, biaya sistem untuk biaya tenaga kerja, dan biaya pengolahan limbah yang terangkum pada Tabel 5. PT XYZ memiliki biaya kerugian material sebesar Rp41,96 Milyar untuk periode tahun 2014. Biaya energi, biaya sistem dan biaya pengolahan limbah dikategorikan sebagai biaya kerugian material (material loss) yang menjadi potensi untuk efisiensi dan efektivitas biaya produksi periode berikutnya. Pengukuran Pengaruh MFCA terhadap Dimensi Keberlanjutan PT XYZ Pengukuran pengaruh MFCA terhadap dimensidimensi keberlanjutan perusahaan PT XYZ dilakukan dengan analisis regresi berganda dengan tingkat kepercayaan 95% sesuai Tabel 6.
Tabel 3. Rincian nilai PT XYZ sesuai dimensi keberlanjutan perusahaan Dimensi/bagian
Periode 2014
2013
Ekonomi • Penjualan 2.267.557.871.768 1.629.116.202.884 • Biaya produksi 1.799.056.073.439 1.284.147.065.221 • Laba bersih 161.727.625.588 139.125.447.509 • Investasi 125.161.691.981 149.989.962.724 • Dividen 244.200.000.000 Sosial • Biaya CSR 3.708.787.778 1.299.138.667 • Biaya gaji 14.076.597.189 13.111.454.316 • Biaya pesangon 32.241.131.828 10.495.922.922 Lingkungan • Biaya utilitas 22.631.992.529 20.356.333.514 • Biaya transportasi 25.727.702.800 31.093.147.533 Teknologi • Biaya laboratorium 777.636.278 830.132.086 • Biaya komunikasi 214.063.319 189.833.171 Sumber: Data laporan keuangan PT XYZ periode tahun 2011–2014
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
2012
2011
2.071.329.498.828 1.537.904.534.912 232.363.101.945 155.366.155.227 -
2.503.825.902.074 1.579.307.595.559 451.060.554.220 80.732.320.919 -
525.052.326 11.322.986.564 11.497.867.222
n/a 8.751.455.615 6.245.604.705
17.907.949.745 27.098.953.830
n/a 24.691.769.609
1.059.474.191 195.067.456
1.006.872.422 215.509.202
97
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Gambar 2. Diagram MFCA PT XYZ Tabel 4. Rincian dan utilisasi limbah PT XYZ Limbah dan produk sampingan Perkebunan
Kuantitas rata-rata
Penggunaan
Level utilisasi
Daun sawit
10 ton/ha
Diolah untuk biomass
Sangat tinggi
Batang dan daun sawit
80 – 90 ton/ha
Diolah untuk biomass dan furniture
Sangat tinggi
Mulsa/penjeramian di kebun Bahan bakar boiler Bahan bakar boiler
Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
Pabrik pengolahan CPO Cangkang kosong 20–23% dari TBS Serat 12–13% dari TBS Tempurung 6–8% dari TBS Boiler ash Steriliser concentrate Centrifuge waste
0,4–0,6 dari TBS 12–20% dari TBS
Permukaan tanah dan pupuk Rendah Diolah ke pengolahan limbah Sangat tinggi
40–50% dari TBS
Diolah ke pengolahan limbah Sangat tinggi
Decanter effluent Hydro cyclone and clay bath water Factory washing
30–40% dari TBS 5–11% dari TBS
Diolah ke pengolahan limbah Sangat tinggi Diolah ke pengolahan limbah Sangat tinggi
4–8% dari TBS
Diolah ke pengolahan limbah Tinggi
Stasiun pengolahan limbah _ Sludge cake Anaerobic solid Aerobic solids
Pupuk dan pakan ternak
5–10% dari TBS Pupuk Kurang dari 5% Pupuk dari TBS Biogas 28m3/ton cangkang Mesin Biogas kosong Sumber: Hasil wawancara dengan manajemen PT XYZ
98
Potensi penggunaan baru
Ekstrak vitamin E dan serat (fibreboard) Pulp, kertas, palm heart, glucose, cellulose, bahan bakar serat (fibreboard) serat (fibreboard) Activated carbon, potting medium Pupuk dan tanah Cellulose, single cell-protein Oil recovery for acid oil production Recycling to spare water consumption Oil recovery for acid oil production
Medium sampai _ tinggi Sangat tinggi _ Tinggi _ Sangat rendah
Pembangkit listrik dan panas
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Tabel 5. Rekapitulasi hasil penerapan MFCA Biaya
Material (Rp)
Produk CPO Kerugian Total
494.587.350 494.587.350
Energi (Rp)
Sistem (Rp)
22.631.992.529 22.631.992.529
18.823.080.724 18.823.080.724
Pengolahan limbah (Rp) 505.106.310 505.106.310
Total (Rp) 494.587.350 41.960.179.564 42.454.766.914
Tabel 6. Pengaruh MFCA terhadap dimensi keberlanjutan PT XYZ Variabel independen (X) Total luas (X1) Luas lahan yang ditanami (X2) Produksi (X3) Yield produksi (X4) Nilai R R Square Adjusted R Square F hitung Signifikansi nilai F
Standar koefisien 0,165 0,169 0,393 0,483 0,942 0,888 0,870 49,621 0,000
Zero order korelasi 0,441 0,632 0,779 0,834
Dari Tabel 6 dapat dianalisis bahwa korelasi (R) yang secara simultan atau bersama-sama antara variabel total luas (X1), luas lahan yang ditanami (X2), produksi (X3), dan yield produksi (X4) yang merupakan variabel MFCA terhadap dimensi keberlanjutan perusahan (Y) diperoleh nilai sebesar R = 0,942, yang menunjukan hubungan yang sangat erat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kontribusi yang diberikan oleh keempat variabel bebas terhadap variabel Y ditunjukkan dengan nilai R-Square sebesar 0,888 atau persentase kontribusi totalnya sebesar 88,8%. Dari Tabel 6 juga dapat dilakukan analisis korelasi secara parsial bahwa: • Korelasi parsial antara variabel total luas (X1) dengan dimensi keberlanjutan perusahaan (Y) diperoleh nilai sebesar r = 0,073. Nilai ini menunjukkan hubungan yang lemah positif, di mana terjadi hubungan yang searah antara dengan X1 dan Y. Bila total luas kebun PT XYZ naik maka nilai dimensi keberlanjutan perusahaan tidak naik secara signifikan. • Korelasi parsial antara variabel luas lahan yang ditanami (X2) dengan dimensi keberlanjutan perusahaan (Y) diperoleh nilai sebesar r = 0,106. Nilai ini menunjukkan hubungan yang lemah positif maka terjadi hubungan yang searah antara dengan X2 dan Y. Bila terjadi kenaikan atas luas lahan yang sudah ditanami kelapa sawit oleh PT XYZ, maka nilai dimensi keberlanjutan perusahaan tidak naik secara signifikan. • Korelasi parsial antara variabel produksi (X3) dengan dimensi keberlanjutan perusahaan Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Besaran pengaruh 0,073 0,106 0,306 0,403
t-hitung 2,303 2,043 4,662 5,558
Signifikansi nilai t 0,030 0,052 0,000 0,000
(Y) diperoleh nilai sebesar r = 0,306. Nilai ini menunjukkan hubungan yang kuat positif, di mana terjadi hubungan yang searah antara dengan X3 dan Y. Bila terjadi kenaikan produksi CPO PT XYZ, maka nilai dimensi keberlanjutan perusahaan naik sangat signifikan. • Korelasi parsial antara variabel yield produksi (X4) dengan dimensi keberlanjutan perusahaan (Y) diperoleh nilai sebesar r = 0,403. Nilai ini menunjukkan hubungan yang kuat positif, di mana terjadi hubungan yang searah antara dengan X4 dan Y. Bila terjadi kenaikan yield produksi CPO PT XYZ, maka nilai dimensi keberlanjutan perusahaan naik sangat signifikan. Model persamaan regresi berganda yang digunakan untuk memperkirakan nilai dimensi keberlanjutan perusahaan yang dipengaruhi variabel MFCA: Y = 24,175+ 0,165X1 + 0,169X2 + 0,393X3 + 0,483X4 Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat dianalisis bahwa: • Dimensi keberlanjutan perusahaan, jika tanpa adanya variabel MFCA yang diwakili total luas kebun, luas lahan yang ditanami, produksi dan yield produksi (X1, X2, X3, dan X4 = 0), maka nilai dimensi keberlanjutan perusahaan yang dihasilkan adalah 24,175. Sedangkan bila masing-masing responden jawabannya bertambah 1 poin untuk jawaban
99
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524 Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
keempat variabel bebas (X1,X2,X3, dan X4 = 10), maka diperkirakan nilai dimensi keberlanjutan perusahaan akan naik menjadi 36,275. • Koefisien regresi berganda sebesar 0,165; 0,169; 0,393; dan 0,483 mengindikasikan besaran penambahan nilai dimensi keberlanjutan perusahaan. Setiap tambahan jawaban responden akan memengaruhi variabel MFCA yang diwakili total luas kebun, luas lahan yang ditanami, produksi dan yield produksi. Kriteria keputusan yang akan diambil adalah berdasarkan perbandingan Fhitung dan Ftabel, jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis H0 ditolak, dan jika Fhitung <= Ftabel maka hipotesis H0 diterima. Nilai Fhitung 49.621 > Ftabel maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) antara total luas kebun, luas lahan yang ditanami, produksi dan yield produksi terhadap dimensi keberlanjutan perusahaan. Dari hasil uji t diketahui bahwa: • Nilai thitung X1 sebesar 2,303 dengan nilai signifikan 0,030 menunjukkan pengaruh signifikan terhadap variabel Y. • Nilai thitung X2 sebesar 2,043 dengan nilai signifikan 0,058 menunjukan tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel Y. • Nilai thitung X3 sebesar 4,662 dengan nilai signifikan 0,000 menunjukan pengaruh signifikan terhadap variabel Y. • Nilai thitung X4 sebesar 5,558 dengan nilai signifikan 0,000 menunjukan pengaruh signifikan terhadap variabel Y. Kriteria pengambilan keputusan juga dapat diambil berdasarkan probabilitas, jika probabilitas (sig) > taraf kepercayaan, maka hipotesis H0 diterima dan jika probabilitas (sig) < taraf kepercayaan, maka H0 ditolak. Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 < taraf kepercayaan 0,05 maka menunjukkan secara keseluruhan variabel independen memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Kedua uji kriteria tersebut di atas sekaligus menunjukkan bahwa model regresi linier berganda ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat dimensi keberlanjutan perusahaan yang dipengaruhi oleh variabel MFCA yaitu total luas kebun, luas lahan yang ditanami, produksi dan yield produksi. Pengaruh MFCA terbesar berasal dari variabel yield produksi TBS sebesar 40,3%. Hal ini dimungkinkan karena lebih dari 60% proses produksi TBS berasal dari kebun milik PT XYZ sendiri.
100
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Perhitungan Indeks Keberlanjutan Perusahaan PT XYZ Hasil penilaian IK dengan menggunakan adaptasi teknik rapfish (rapMFCA) didasarkan atas 4 kategori tingkat keberlanjutan, yaitu tidak berkelanjutan (nilai 0 < IK ≤ 25), kurang berkelanjutan (nilai 25 < IK ≤ 50), cukup berkelanjutan (nilai 50 < IK ≤ 75), dan sangat berkelanjutan (nilai 75 < IK ≤ 100). Rentang nilai tersebut menggunakan standar yang dipakai oleh Teniwut (2013). Nilai IK ditunjukkan dari penjumlahan diagram batang level of attributes dari analisis sensitivitas setiap dimensi seperti terlihat di Gambar 4. Nilai IK dari penjumlahan diagram batang setiap atribut dimensi di PT XYZ tersaji pada Tabel 7. Dimensi sosial memiliki nilai indeks paling tinggi dibandingkan dimensi lainnya sebesar 91,38. Adanya biaya Corporate Social Responsibility (CSR) yang konsisten dikeluarkan PT XYZ memberikan nilai 25,11. Dimensi ekonomi juga memberikan nilai IK yang tinggi sebesar 90,87, dengan nilai tertinggi disumbangkan dari biaya riset dan pengembangan sebesar 39,63. Dimensi lingkungan dan teknologi PT XYZ berada dalam kategori cukup berkelanjutan. Hasil pembobotan gabungan dengan perbandingan berpasangan Dari hasil nilai IK setiap dimensi, akan dihitung hasil IK gabungan dengan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan mencari bobot gabungannya. Bobot gabungan didapat dari ratarata hasil normalisasi antar setiap dimensi sebagaimana yang tersaji di Tabel 8. Padmowati (2009) menyatakan untuk mengetahui tingkat konsistensi isian pengguna, metode AHP harus dilengkapi dengan penghitungan Indeks Konsistensi (Consistency Index). Untuk menguji konsistensi data, maka dihitung nilai CR (Consistency Ratio) dari hasil perbandingan antara Indeks Konsistensi (CI) dengan Indeks Random (RI). Jika CR <= 0,10 (10%) berarti jawaban responden konsisten sehingga solusi yang dihasilkanpun optimal. Hasil nilai indeks gabungan adalah 85,33 dan berada dalam kategori sangat berkelanjutan, dari hasil perkalian nilai IK masing-masing dimensi dengan bobot gabungannya pada Tabel 9.
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524 Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Level Atribut Dimensi Ekonomi Biaya produksi Dividen Penjualan Laba R&D SDM Modal
Level Atribut Dimensi Sosial Komplain CSR Training Gaji
Level Atribut Dimensi Lingkungan Transportasi Energi Limbah
Level Atribut Dimensi Teknologi Mesin Software SIM & SIA
Gambar 4. Diagram batang atribut dimensi keberlanjutan
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
101
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Tabel 7. Hasil nilai dan kategori IK PT XYZ Dimensi Sosial Ekonomi Lingkungan Teknologi
Nilai (IK) 91,38 90,87 70,05 50,52
Kategori IK Sangat Berkelanjutan (SB) Sangat Berkelanjutan (SB) Cukup Berkelanjutan (CB) Cukup Berkelanjutan (CB)
Perumusan kinerja proses produksi CPO Selama ini PT XYZ mengukur kinerja pabrik pengolahan CPO hanya berdasarkan tingkat OER (Oil Extraction Rate) yang merupakan persentase CPO yang dihasilkan dari produksi TBS yang diolah perusahaan. OER dapat ditingkatkan dengan meminimalisasi kehilangan minyak (oil losses) yang terjadi selama proses pengolahan. Inilah inti penerapan MFCA yang juga fokus pada biaya kerugian material (material loss). Dengan memperhitungkan konsep efisiensi dan efektivitas biaya produksi sesuai dengan penerapan MFCA sebelumnya, maka rumusan kinerja produksi PT XYZ selanjutnya akan mengerucut pada efisiensi dan efektivitas tersebut dengan fokus kepada aktivitas penambah nilai (value-added activities), tingkat kehilangan minyak (oil losses), siklus kerja (cycle time) dan manufacturing cycle effectiveness (MCE). Cost effectiveness adalah ukuran seberapa efektif sumber daya organisasi dimanfaatkan untuk melaksanakan value added activities dalam menghasilkan keluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan customer” (Saftiana et al. 2007). Keempat hal tersebut diharapkan menjadi data-data untuk key performance indicators dalam penilaian kinerja proses produksi selanjutnya di PT XYZ. Oleh karena itu, rumusan kinerja proses produksi yang diusulkan adalah: 1. Menghitung persentase kehilangan minyak (oil losses), menurut Yudanto (2005) nilainya berkisar antara 0,1–16%. Persentase kehilangan minyak seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.
2. Menghitung tingkat efisiensi OER tersebut dengan membagi persentase rendemen pada total kehilangan minyak. 3. Menghitung siklus kerja produksi dengan meminimalkan aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai, yaitu waktu untuk mengadakan inspeksi kegiatan (inspection time), waktu untuk perpindahan material/barang (moving time), serta waktu untuk menunggu ketersediaan material untuk proses produksi (waiting time). Aktivitas penambah nilai hanya pada waktu proses produksi saja (processing time). 4. Perhitungan MCE dari perbandingan waktu proses produksi dengan total waktu siklus kerjanya. Implikasi Manajerial MFCA adalah alat bantu manajemen untuk mengidentifikasi dan mengukur aliran dan jumlah material secara satuan berat dan moneter sehingga dapat dipisahkan biaya limbah untuk produk utama dan produk sampingan (Fakoya, 2014). Perancangan dan penerapan MFCA secara keseluruhan di PT XYZ dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dimensi keberlanjutan perusahaan, dilihat dari analisis regresi berganda yang sudah dilakukan serta perhitungan indeks kerlanjutan perusahaan dengan teknik rapMFCA dan pembobotan gabungan dimensi secara perbandingan berpasangan. MFCA fokus terhadap besaran biaya kerugian material dan limbah produksi yang dihasilkan. MFCA dikembangkan karena di dalam akuntansi biaya konvensional, potensi transparansi informasi mengenai aliran material dan energi, termasuk dukungan keputusan manajemen terkait untuk peningkatan efisiensi penggunaan material dan energi, sangat terbatas.
Tabel 8. Hasil normalisasi bobot setiap dimensi IK PT XYZ Dimensi Sosial Ekonomi Lingkungan Teknologi Jumlah
102
Sosial 0,1923 0,5769 0,1923 0,0385 1,0000
Ekonomi 0,1989 0,5966 0,1193 0,0852 1,0000
Lingkungan 0,1364 0,6818 0,1364 0,0455 1,0000
Teknologi 0,3125 0,4375 0,1875 0,0625 1,0000
EV Utama 0,2100 0,5732 0,1589 0,0579 1,0000
λmax 1,0920 0,9608 1,1651 0,9266 4,1445
CI RI CR
0,0482 0,9 0,0535144 konsisten
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Tabel 9. Perhitungan IK gabungan PT XYZ Dimensi
IK
Sosial Ekonomi Lingkungan Teknologi
91,38 90,87 70,05 50,52
Bobot gabungan 0,2100 0,5732 0,1589 0,0579 1,0000
Jumlah 19,1906 52,0874 11,1290 2,9257 85,3327
Tabel 10. Standar kehilangan minyak (oil losses) Komponen Kadar minyak di air kondensat Kadar minyak di TBS Kadar minyak di serat Kadar minyak di biji Kadar minyak di centrifuge Kadar minyak di drab akhir Kadar minyak di ampas press Sumber: Yudanto (2005).
Standar (%) 0,4 per zat basah 4,5–6,4 per zat kering 8–9,5 per zat kering 0,1–1 per zat kering 10–16 per zat kering 0,6 per zat basah 6–8 per zat basah
Dalam akuntansi biaya konvensional biaya kerugian material dan energi biasanya tidak dihitung, dan karena biaya material tersebut menjadi biaya yang paling dapat langsung dialokasikan ke biaya produksi, maka biaya tersebut akan langsung memotong cost center dalam cost of good sold (harga pokok produksi) perusahaan sehingga manajemen akan langsung fokus untuk menguranginya. Dengan adanya informasi biaya produksi yang akurat, manajemen dapat melakukan anggaran produksi yang lebih tepat termasuk dalam penyusunan target penjualan CPO dan PKO. Untuk penilaian kinerja produksi, manajemen PT XYZ sudah memberikan perhatian khusus terhadap menurunnya tingkat rendemen CPO (OER) dan program utilisasi dari limbah produksi dengan pemanfaatan energi biogas dan pemeliharaan sumber air (water treatment). Efisiensi OER dapat ditingkatkan dengan meminimalkan tingkat kehilangan minyak selama proses produksi (processing time) dengan fokus pada standar prosedur operasi (SOP) dari aktivitas-aktivitas penambah nilai pada setiap quantity center yang ada di tujuh stasiun pengolahan CPO. SOP dapat dijalankan dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas serta ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap. Kontrol atas TBS juga harus sinergi dilakukan oleh bagian kebun dan pabrik pengolahan sehingga selalu dapat dijaga kualitas dan kuantitasnya. Manajemen juga harus mampu mengontrol besaran biaya produksi untuk pemeliharaan tanaman, khususnya untuk biaya pupuk karena lahan perkebunan yang sebagian besar Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
merupakan lahan gambut. Biaya produksi di lahan gambut akan lebih besar 20–30% daripada lahan lainnya, terlebih lagi lahan gambut mudah terbakar. Dengan fokus pada efisiensi yang tinggi serta biaya yang rendah, diharapkan perusahaan mampu bersaing dengan kompetitor lain dan memenuhi persyaratan standar produk dari kantor pusat dan importir serta menjaga peningkatan nilai keberlanjutan perusahaan sehingga dapat memaksimalkan pencapaian laba dan memberikan keselamatan berinvestasi bagi pemegang saham sebagai shareholder value.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan MFCA di PT XYZ diawali dengan identifikasi proses produksi CPO berupa input, aliran produksi, dan ouput yang dihasilkan. Input produksi, yaitu kuantitas dan kualitas material produksi berupa TBS, selain bahan bakar/energi yang digunakan dan sumber daya manusia yang bertanggungjawab pada proses produksi. Aliran produksi adalah aliran material produksi pada setiap stasiun pengolahan CPO yang menjadi quantity center. Output produksi dalam konsep MFCA adalah produksi utama berupa CPO dan PK serta limbah yang dihasilkan berupa produk sampingan dari bahan cair, padat dan gas. Hasil penerapan MFCA di PT XYZ dapat diketahui dari besaran biaya kerugian material yaitu sebesar Rp41,96 Milyar dari pemakaian energi, sumber daya manusia, dan pengolahan limbah pada periode September 2014. PT XYZ telah melakukan aktivitas pengolahan limbah produksi dengan utilisasi limbah untuk digunakan kembali sehingga biaya kerugian material dari produksi limbah tidak dihitung. Untuk saran dan perbaikan dari penerapan MFCA difokuskan pada kualitas kontrol dari pengadaan TBS dan penghematan biaya produksi. Pengaruh penerapan MFCA di PT XYZ memiliki signifikansi terhadap atribut-atribut dalam dimensi keberlanjutan Perusahaan dari hasil uji F dan t secara hitungan statistik pada tingkat kepercayaan 5% dan jumlah data dari 30 responden. Secara umum penerapan MFCA memengaruhi atribut biaya produksi serta atribut pengolahan limbah. Untuk mengetahui posisi keberlanjutan PT XYZ maka dihitung indeks keberlanjutan dari setiap atribut dimensinya dengan
103
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
metode MDS dan teknik rapMFCA yang merupakan adaptasi dan modifikasi dari teknik rapfish. Secara gabungan untuk seluruh dimensi keberlanjutan, dihitung pula indeks bobot gabungannya dengan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang dikembangkan dari metode AHP. Indeks keberlanjutan perusahaan PT XYZ dalam dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknologi, secara gabungan berada dalam kategori sangat berkelanjutan (SB) dengan nilai 85,33. Perumusan kinerja proses produksi di PT XYZ akan dikembangkan lebih lanjut dari analisis KPI sebelumnya yang hanya melihat dari sisi tingkat OER. Rumusan kinerja produksi PT XYZ selanjutnya akan mengerucut pada efisiensi dan efektivitas biaya produksi dengan fokus kepada aktivitas penambah nilai (value-added activities), tingkat kehilangan minyak (oil losses), siklus kerja (cycle time) dan manufacturing cycle effectiveness (MCE). Kinerja dan efisiensi perusahaan dapat ditingkatkan melalui konsep MFCA dan MCE dengan perbaikan aktivitas yang bertujuan untuk mencapai cost effectiveness, menurunkan biaya produksi dan kerugian material, serta memperbaiki kinerja lingkungan dengan pengolahan kembali limbah produksi. berupa manajemen aktivitas pada setiap quantity center produksi. PT XYZ dapat menerapkan konsep manajemen biaya yang kompetitif untuk mengelola aktivitas-aktivitas pabrik yang memberikan nilai tambah (value added activities) serta meminimalisasi waktu untuk aktivitas-aktvitas yang tidak memberikan nilai tambah (non-value added activities). Hasil penelitian sebelumnya tentang MFCA, menurut Fakoya (2014), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknologi dan alat akuntansi manajemen dalam mendukung proses pengambilan keputusan manajemen perusahaan untuk pengurangan limbah. Dibandingkan dengan hasil penelitian ini terdapat benang merah persamaannya bahwa MFCA memberikan potensi transparansi informasi mengenai aliran material dan energi, termasuk dukungan keputusan manajemen terkait untuk peningkatan efisiensi penggunaan material, energi, tenaga kerja dan pengolahan limbah. Transparansi informasi tadi akan didapatkan dari penggunaan teknologi sistem informasi manajemen dan akuntansi yang memadai dan terintegrasi yang terdapat dalam dimensi teknologi untuk keberlanjutan perusahaan.
104
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan atas hasil analisis yang dilakukan terhadap aktivitas pabrik pengolahan kelapa sawit kepada PT XYZ adalah 1) perusahaan sebaiknya menerapkan MFCA dan melakukan manajemen aktivitas pada setiap quantity center produksi. Perusahaan juga dapat menerapkan konsep manajemen biaya yang kompetitif untuk mengelola aktivitas-aktivitas pabrik yang memberikan nilai tambah (value added activities) serta meminimalisasi waktu untuk aktivitas-aktvitas yang tidak memberikan nilai tambah (non-value added activities); 2) perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan masalah fluktuasi ketersediaan TBS, sebagai material pokok produksi CPO; 3) untuk memperbaiki kinerja produksi dalam rangka mengurangi waktu dan aktivitas inspeksi atau pengawasan untuk pengadaan material, perusahaan dapat menerapkan ERP (Enterprise Resource Planning) sebagai teknologi komputerisasi yang mendukung sistem informasi manajemen untuk menjalankan dan mengawasi proses pengolahan kelapa sawit (Brazel dan Dang, 2008). Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah 1) variabel MFCA dimodifikasi dengan menghitung biaya produksi sebelum dan setelah penerapan MFCA, termasuk anggaran dan realisasi biaya produksi; 2) komparasi penerapan MFCA di 2 atau 3 perusahaan yang memiliki level kapasitas produksi yang sama; 3) penambahan setiap atribut untuk masing-masing dimensi keberlanjutan perusahaan, contohnya seperti kepuasan pelanggan, respon dan kontrol dari manajemen serta SOP untuk pengolahan limbah.
DAFTAR PUSTAKA Bare JC. 2011. Five key elements for environmental sustainable progress. International Journal for Sustainable Innovations 1(1): 91–98. Brazel JF, Dang L. 2008. The effect of ERP system implementations on the management of earnings. Information System Journal 22 (2): 1–21. http:// dx.doi.org/10.2308/jis.2008.22.2.1. Budiharsono S. 2007. Manual Penentuan Status dan Faktor Pengungkit PEL Direktorat Perekonomian Daerah. Jakarta: BAPPENAS. Creswell JW. 2010. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
P-ISSN: 1693-5853 E-ISSN: 2407-2524 Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015
Pustaka Pelajar Yogyakarta. Elewa MM. 2007. The Impact of Enviromental Accounting on the profit growth, development & Sustainability of the Organization: A Case Study on Nypro Inc [tesis]. Massachusetts: University of Massachusetts Lowell. Fakoya MB. 2014. An adjusted material flow cost accounting framework for process wastereduction decisions in the South African brewery industry [disertasi]. Pretoria: University of South Africa. Hyrslova J, Vagner M, Palasek J. 2011. Material flow cost accounting (MFCA) – tool for the opti¬mization of corporate production processes. Business, Management and Education Journal 9(1): 5–18. http://dx.doi.org/10.3846/bme.2011.01. Indriantoro FW, Sa’id EG, Guritno P. 2012. Rantai nilai produksi minyak sawit. Jurnal Manajemen & Agribisnis 9(2): 108–116. Kavanagh P, Pithcer TJ. 2004. Implementing microsoft excel software for rapfish: A technique for the rapid appraisal of fisheries status. Fisheries Report Journal 12 (2): 1–75. Kourilova J, Plevkova D. 2013. DMFCA model as a possible way to detect creative accounting and accounting fraud in an enterprise. Financial Asset and Investing Journal 2(2): 14–27.http:// dx.doi.org/10.5817/FAI2013-2-2. Lynch KD. 2011. Measuring corporate sustainability performance: influences and issues to consider in metric conceptualization [disertasi]. Chicago: Benedictine University. Padmowati RLE. 2009. Pengukuran Index Konsistensi dalam Proses Pengambilan Keputusan Menggunakan Metode AHP [paper] pada Seminar Nasional Informatika UPN Veteran Yogyakarta. Persada C, Sitorus SRP, Marimin, Djakapermana RD. 2014. Penentuan status keberlanjutan infrastruktur perkotaan (studi kasus: kota Bandarlampung). Jurnal Sosek Pekerjaan Umum 6(1): 17–27. Saftiana Y., Ermadiana, Andriyanto RW. 2007. Analisis manufacturing cycle effectiveness dalam meningkatkan cost effectiveness pada pabrik
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 12 No. 2, Juli 2015
Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr Nomor DOI: 10.17358/JMA.12.2.92
pengolahan kelapa sawit. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 12(1): 106–121. Schmidt A, Hache B, Herold F, Götze U. 2013. Material flow cost accounting with umberto®. Paper on Workshop of the cross-sectional group 1 “Energy related technologic and economic evaluation” of the Cluster of Excellence eniPROD, Wissenschaftliche Scripten, Auerbach, Germany Schmidt M, Nakajima M. 2013. Material flow cost accounting as an approach to improve resource efficiency in manufacturing companies. International Journal 2(2): 358–369. http:// dx.doi.org/10.3390/resources2030358. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta Bandung. Tashakkori A, Teddlie C. 2010. Mixed Methodology Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta. Teniwut YK, Marimin. 2013. Decision support system for increasing sustainable productivity on fishery agroindustry supply chain. Conference: 2013 International Conference on Advanced Computer Science and Information Systems, ICACSIS 2013, At Bali, Indonesia, pp. 297–302 DOI:10.1109/ICACSIS.2013.6761592. http:// dx.doi.org/10.1109/ICACSIS.2013.6761592. Ulhasanah N, Goto N. 2012. Preliminary design of eco-city by using industrial symbiosis and waste co-processing based on MFA, LCA and MFCA of cement industry in Indonesia. International Journal of Environmental Science and Development 3(6): 553–561. http://dx.doi. org/10.7763/IJESD.2012.V3.285. Viere T, Möllerand A, Prox M. 2011. Material flow cost accounting approach to improvement assessment in LCA. International Journal for Sustainable Innovations 1(1): 1–7. Yudanto BG. 2005. Potensi peningkatan rendemen pabrik kelapa sawit melalui pemipilan ulang buah sawit di unstrip bunch menggunakan mesin empty bunch crusher. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 13(3): 137–144.
105