Perancangan Aplikasi Donor Darah untuk Kota Bandung dengan Metode Participatory Design
Edward Sutanto, Matihot Nainggolan, Paulina Kus Ariningsih Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, Unoversitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pada masa modern seperti sekarang masyarakat ingin mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat oleh karena itu perkembangan teknologi dapat membantu manusia untuk mencari, menyebarkan, dan mendapatkan informasi. Perkembangan teknologi yang mempengaruhi aktivitas masyarakat sehari-hari mengharuskan Palang Merah Indonesia Kota Bandung untuk menyesuaikan teknologi yang digunakan. Pada saat ini PMI Kota Bandung belum memiliki teknologi yang mampu mengatur menyebarkan informasi kegiatan donor darah dengan cepat sehingga masih menggunakan pendataan tertulis yang dilakukan secara manual oleh para petugas. Selain itu ada beberapa orang yang melakukan penarian darah tetapi dengan cara menelepon dan mengirim pesan singkat sehingga tidak efisien. Oleh karena itu dilakukan perancangan sebuah aplikasi. Tahap awal perancangan adalah mengidentifikasi kebutuhan terhadap responden yang merupakan pendonor dan orang pencari pendonor. Kemudian dilakukan penyusunan rancangan konsep menggunakan metode participatory design dalam bentuk design workshop. Dari design workshop menghasilkan beberapa konsep alternatif yang kemudian dilakukan voting untuk pemilihan konsep, konsep terpilih akan dibuat menjadi prototipe. Prototipe yang dibuat berupa high fidelity prototype, setelah itu dilakukan evaluasi prototipe dengan cara usability testing yang melibatkan 5 orang responden. Evaluasi dilakukan dengan metode think aloud sehingga menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif untuk mengetahui apakah aplikasi dapat usable pada kriteria efficiency, effectiveness, usefullness, learnability, dan satisfaction. Hasil dari penelitian sebuah aplikasi yang memiliki fitur utama untuk mendaftar donor darah, pecarian pendonor darah, dan menyebarkan informasi yang terintegrasi dengan PMI Kota Bandung. Hasil evaluasi menunjukan aplikasi cukup baik namun masih ada beberapa yang kurang usable pada task scenario tertentu. Kata kunci : Participatory, Usability, design workshop
Pendahuluan
Informasi menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia karena setiap orang membutuhkan informasi untuk menciptakan komunikasi, menambah pengetahuan, pengalaman, dan lainnya. Pada masa modern seperti sekarang masyarakat ingin mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat oleh karena itu perkembangan teknologi dapat membantu manusia untuk mencari, menyebarkan, dan mendapatkan informasi. Teknologi informasi membantu manusia untuk membuat, menyimpan, dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai macam bentuk, seperti gambar, suara, dan tulisan. Perkembangan teknologi yang mempengaruhi aktivitas masyarakat seharihari mengharuskan Palang Merah Indonesia kota Bandung untuk menyesuaikan teknologi yang digunakan. Pada saat ini PMI kota Bandung belum memiliki teknologi yang mampu mengatur menyebarkan informasi kegiatan donor darah dengan cepat sehingga masih menggunakan pendataan tertulis yang
dilakukan secara manual oleh para petugas. Pada saat ini PMI memberikan kartu donor darah untuk menyimpan informasi para pendonor yang mengharuskan PMI untuk mengeluarkan anggaran pengadaan kartu donor darah. Dilain pihak, jumlah kebutuhan darah di Indonesia terus meningkat dan belum dapat tercukupi oleh persediaan yang ada, hal ini dapat dilihat pada Gambar I.1 perbandingan kebutuhan darah dengan pesediaan darah yang ada. Ketersediaan darah untuk donor secara ideal adalah 2.5% dari jumlah penduduk. Sehingga jika jumlah penduduk Indonesia sebesar 247.837.073 jiwa, maka idealnya dibutuhkan darah sebanyak 4.956.741 kantong darah. Akan tetapi pada tahun 2013 lalu jumlah darah yang terkumpul dari donor darah sebanyak 2.480.352 kantong darah. Sehingga secara nasional terdapat kekurangan kebutuhan darah sejumlah 2.476.389 kantong darah. Akibatnya rumah sakit masih sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan darah (Departemen Kesehatan, 2014).
Berdasarkan laporan kegiatan Palang Merah Indonesia Kota Bandung tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan jumlah pendonor dari 77.921 pendonor di tahun 2014 menjadi 76.684 pendonor di tahun 2015. PMI belum bisa memenuhi kebutuhan darah tahunan karena pada hari raya besar seperti bulan puasa akan sulit mendapatkan pendonor darah. Pada saat bulan puasa pendonor yang melakukan donor darah sangat sedikit sedangkan jumlah kebutuhan darah tidak menurun dan harus tersedia jika suatu saat dibutuhkan. Pada saat terjadi bencana nasional juga dapat terjadi peningkatan jumlah kebutuhan darah, contohnya pada saat ada wabah demam berdarah, gempa bumi, dan bencala lainnya yang tidak dapat diprediksi. Salah satu cara mengatasi permasalahan kekurangan darah dengan melakukan peningkatan jumlah pendonor darah. Pendonor darah adalah orang yang secara sukarela memberikan darah dengan cara transfusi darah untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan (Palang Merah Indonesia, 2013). Saat ini PMI Kota Bandung memiliki beberapa pendonor aktif, namun perlu adanya peningkatan pendonor darah untuk mencapai target jumlah pendonor untuk mencukupi kebutuhan darah. PMI Kota Bandung dengan bantuan beberapa instansi mengadakan donor darah diluar kantor PMI Kota Bandung untuk mempermudah masyarakat melakukan donor darah. Akan tetapi proses penyebaran informasi belum maksimal, sehingga banyak pendonor yang tidak mendapatkan informasi tersebut.
Penyebaran informasi kepada pendonor harus dilakukan dengan maksimal agar ketika dibutuhkan pendonor dengan cepat mengetahui informasi kebutuhan tersebut. Informasi kebutuhan darah tersebut akan sangat berguna pada saat terjadi bencana nasional, ketika terjadi bencana permintaan darah akan meningkat. PMI Kota Bandung tidak dapat mengatasi sendiri, dibutuhkan peran pendonor untuk membantu mengatasi kekurangan darah. Golongan darah tiap individu tidak sama, perbedaan golongan darah dikelompokkan kepada tipe A, B, AB, atau O. Status rhesus (Rh) darah pun bisa tergolong negatif atau positif, perbedaan tersebut mempengaruhi status medis setiap orang. Selain dituntut akan kebutuhan darah,di Indonesia ada beberapa orang yang memiliki golongan darah yang langka seperti rhesus negatif. Belum ada stok darah yang selalu siap sedia bagi masyarakat yang memiliki golongan darah yang langka seperti ini. Pada saat ini hanya ada beberapa komunitas di dalam sosial media yang menghimpun orang-orang bergolongan darah rhesus negatif untuk menyebarkan informasi kebutuhan darah. Penanganan terhadap orang yang sedang membutuhkan darah harus ditangani dengan cepat karena berhubungan dengan nyawa manusia. Jadi untuk mengetahui permasalahan lebih dalam dilakukan proses identifikasi dengan dilakukan wawancara kepada pendonor darah dan juga kepada orang yang bekerja di PMI Kota Bandung.
Metode Penelitian
didistribusi ke beberapa rumah sakit, klinik, instansi pemerintah, dan lain-lain. Akan tetapi jumlah pendonor yang didapat saat ini belum mencukupi kebutuhan dan selalu kurang dari yang dibutuhkan. Pada era modern saat ini PMI Kota Bandung belum memiliki fasilitas teknologi yang berkembang di masyarakat, sehingga semua proses pendataan, penyampaian informasi, dan pendaftaran donor darah di PMI Kota Bandung masih manual dengan mencatat. Masyarakat saat ini sudah berpikir praktis sehingga PMI Kota Bandung harus menggunakan teknologi yang menjadikan kegiatan donor darah lebih praktis dan cepat. Penggunaan teknologi yang berkembang saat ini akan mempermudah PMI Kota Bandung dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Selain itu saat ini PMI Kota Bandung memberikan kartu pendonor bagi setiap orang yang mendonor darah untuk mencatat beberapa data. Setiap tahunnya diperlukan anggaran yang cukup besar untuk menyediakan kartu pendonor. Jika setiap hari
Studi pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada responden terkait donor darah, yaitu PMI Kota Bandung, pendonor darah, dan pencari pendonor darah. Wawancara dilakukan dengan Palang Merah Indonesia di Kota Bandung untuk menggali informasi seputar donor darah. Responden adalah orang yang bekerja di PMI Kota Bandung dan bekerja di bidang perekrutan donor darah. Tujuan wawancara untuk menggali masalah yang terjadi saat ini terhadap kegiatan donor darah yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan wawancara dengan PMI Kota Bandung didapatkan beberapa masalah yang dialami oleh PMI Kota Bandung. Kebutuhan darah yang ditargetkan oleh PMI Kota Bandung semakin bertambah seiring bertambahnya kebutuhan dari rumah sakit. PMI Kota Bandung memiliki target pendonor yang harus dicapai setiap harinya sebesar empat ratus orang. Jumlah pendonor sebanyak itu akan mencukupi kebutuhan darah yang
PMI Kota Bandung harus melayani ratusan pendonor baru yang harus diberikan kartu dalam satu tahun PMI Kota Bandung harus menyediakan puluhan ribu kartu pendonor. Selain masalah anggaran untuk kartu pendonor, informasi dan data yang dapat ditampung oleh kartu pendonor juga terbatas. Selain permasalahan yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, masalah yang dihadapi oleh PMI Kota Bandung, yaitu kurangnya partisipasi masyarakat Kota Bandung untuk melakukan donor darah. Padahal seharusnya masyarakat kota Bandung sadar akan pentingnya donor darah karena masyarakat di kota besar lain seperti Jakarta dan Surabaya sangat antusias untuk melakukan donor darah. Memang setiap tahun jumlah pendonor terus meningkat, namun peningkatan jumlah donor darah tidak signifikan dan tidak seimbang dengan jumlah peningkatan kebutuhan darah. PMI Kota Bandung mengakui hal ini disebabkan karena masih kurangnya penyampaian iklaniklan maupun informasi yang dapat mengajak masyarakat untuk melakukan donor darah. Wawancara kepada orang-orang yang sudah pernah melakukan donor darah dilakukan untuk mendapatkan dan menggali masalah. Kriteria responden yang diwawancarai adalah orang yang berumur tujuh belas tahun ke atas, pengguna smartphone, responden tinggal di kota Bandung, dan pernah melakukan donor darah dalam satu tahun terakhir. Tujuan wawancara adalah untuk mengidentifikasi permasalahan apa saja yang dialami oleh pendonor darah. Pertanyaan diajukan kepada responden yang pernah melakukan donor darah dan mempunyai smartphone. Pertanyaan yang akan diajukan untuk menceritakan masalah yang dihadapi pendonor darah berdasarkan pengalamannya yang dapat dilihat di lampiran wawancara pendonor darah. Jumlah responden pendonor darah yang diwawancara sebanyak 13 orang, jumlah ini dirasa cukup karena ketika dilakukan wawancara responden ke delapan hingga dua belas tidak menambah jumlah masalah yang ada. Setelah dilakukan wawancara dengan orang yang sudah melakukan donor darah, ada beberapa masalah utama yang mereka hadapi. Setiap orang yang sudah mendonorkan darah akan mendapat kartu donor darah yang berisi tentang identitas pendonor, namun kartu tersebut dianggap kurang praktis karena sering terjadi kehilangan kartu sehingga mereka tidak bisa melihat informasi kapan diperbolehkan donor darah lagi. Selain itu banyak responden
mengatakan bahwa sering kehilangan kartu donor darah, sehingga tidak bisa melihat riwayat data tentang donor darah yang sudah pernah dilakukan. Ada pendonor yang rutin melakukan donor darah untuk mendapatkan piagam dari pemerintah dan PMI sesuai dengan jumlah donor darah yang sudah dilakukan. Donor darah sering diadakan oleh instansi seperti universitas,kantor, gereja, dan lainnya tetapi orang yang sudah bekerja terkadang tidak mendapatkan informasi mengenai kapan dan dimana ada donor darah, padahal ketika kuliah mereka rutin melakukan donor darah. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan darah yaitu dengan meningkatkan jumlah donor darah. Kurangnya informasi mengenai kapan dan dimana ada donor darah menjadi permasalahan, karena tidak belum ada fasilitas yang baik untuk penyampaian informasi seputar donor darah. Informasi sangat dibutuhkan, apalagi orang yang sudah bekerja tidak mempunyai waktu banyak untuk mencari informasi seputar donor darah. Berdasarkan hasil wawancara, salah satu responden mengatakan tidak pernah donor darah lagi karena tidak ada yang memberi tahu kapan dan dimana ada donor darah, padahal responden dulu rutin melakukan donor darah karena tempat kuliahnya dulu sering mengadakan donor darah yang diumumkan melalui brosur-brosur dan pamphlet. Masalah lainnya yang muncul dari hasil wawancara responden, seperti tidak ada sarana fasilitas yang baik untuk meminta bantuan donor darah kepada pendonor darah secara cepat dan praktis. Kurangnya wadah bagi komunitas pendonor darah untuk melakukan sharing seputar topik donor darah. Selain kepada pendonor, wawancara juga dilakukan kepada orang yang pernah mencari pendonor darah. Kriteria responden adalah orang yang pernah mencari donor darah untuk saudara atau kerabat dekat yang sedang membutuhkan darah, responden yang menggunakan smartphone, responden bermur tujuh belas tahun keatas, dan tinggal di kota Bandung. Jumlah responden yang diwawancarai ada 11 orang. Tujuan dilakukan wawancara untuk mengetahui masalah yang dialami oleh orang yang pernah mencari pendonor darah. Masalah yang dialami oleh pencari donor darah dapat dilihat pada tabel rekap. Pertanyaan yang diajukan kepada responden dapat dilihat pada lampiran wawancara responden pencari pendonor darah. Masalah utama yang dialami oleh pencari donor adalah persediaan di PMI terkadang habis atau terbatas, ada responden yang mencari
darah lebih banyak dari yang disediakan oleh PMI karena keperluan operasi yang membutuhkan darah banyak. Jarak antara pencari donor dengan pendonor darah cukup jauh karena berbeda kota dan memerlukan waktu yang lama, sedangkan waktu yang ada untuk menolong orang yang sedang membutuhkan darah sedikit. Selain itu, sulit menyebarkan informasi membutuhkan bantuan pendonor darah kepada orangorang dalam satu kota atau daerah terdekat dengan waktu yang singkat. Pencari donor darah menginginkan pendonor darah yang berada dalam satu kota atau satu daerah supaya mudah dan cepat untuk proses donor darah. Jika harus mengontak satu-satu orang yang ada di data PMI tidak efisien dan semakin lama. Masalah pencari pendonor darah tidak mengetahui pasti jenis dan tipe golongan darah pendonor darah yang didapatkan, sehingga harus melakukan pengecekan lagi yang membutuhkan waktu. Pencari pendonor darah tidak mengetahui bagaimana riwayat kesehatan pendonor darah yang akan mendonorkan darah karena baru kenal dan tidak ada riwayat tercatat yang dimiliki oleh pendonor darah. Pencari pendonor darah takut jika pendonor darah memiliki penyakit menular. Masalah yang terakhir yaitu pencari pendonor darah mengeluarkan biaya pulsa untuk menelepon orang-orang untuk mencari pendonor darah, karena media yang biasa digunakan oleh pencari pendonor darah adalah telepon selain itu media sosial. Semua responden tersebut setuju jika ada sebuah media yang dapat memfasilitasi pencari pendonor darah agar lebih cepat dan mudah.
Selain itu, adanya masyarakat yang memiliki golongan darah yang unik dan langka (rhesus negatif) menjadi masalah yang harus dapat ditangani dengan baik. Pentingnya ada persediaan darah maupun ketersediaan pendonor untuk jenis darah seperti ini. Pada saat ini ada komunitas yang menghimpun orang-orang yang memiliki golongan darah rhesus negatif yang ada di Indonesia dengan mendata dan membuat komunitas. Namun cara ini belum cukup efektif karena belum ada sarana yang mempermudah orang-orang yang memiliki golongan darah langka ini bertemu atau berinteraksi dengan orang yang memiliki tipe golongan darah sejenis. Penelitian ini dilakukan dengan menghasilkan solusi yang menjawab kebutuhan responden akan suatu aplikasi yang membantu pendonor darah untuk mendapatkan informasi seputar donor darah, mempercepat proses pendataan pendonor, dan menyebarkan pengumuman yang bersifat darurat. Aplikasi donor darah dirancang menurut perinsip-perinsip participatory design. Metode participatory design atau cooperative design dipilih karena metode ini melibatkan pengguna secara aktif dalam tahap-tahap pengembangan produk atau sistemnya. Metode participatory design melibatkan pengguna secara aktif mulai dari tahap awal pengembangan sampai ke tahap desain yang krusial. Metode participatory design memiliki hasil rancangan yang lebih sesuai dengan pengguna, karena pengguna memiliki derajat keterlibatan yang tinggi dibandingkan dengan metode user contextual design dan ethnography.
Perancangan Pada tahap awal perancangan dilakukan identifikasi masalah dengan metode wawancara. Responden yang diwawancara adalah calon pengguna aplikasi donor darah, yaitu pendonor darah dan orang yang pernah mencari pendonor darah. Kriteria responden yang diwawancara yaitu, orang yang pernah melakukan donor darah dalam waktu satu tahun terakhir atau orang yang pernah mencari pendonor darah untuk keluarga atau kerabat dekat, tinggal di kota Bandung, menggunakan smartphone, dan berumur diatas tujuh belas tahun. Tujuan dilakukan wawancara untuk menggali kebutuhan pengguna secara langsung akan aplikasi donor darah yang dirancang, agar rancangan aplikasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna sehingga dapat membantu. Proses wawancara dilakukan langsung kepada partisipan dengan
memberikan beberapa pertanyaan terkait. Pencarian partisipan dilakukan di PMI kota Bandung dan partisipan dipilih dengan metode judgement sampling. Pertanyaan yang diajukan mengarahkan partisipan untuk menjelaskan apa saja fitur yang perlu ada di aplikasi donor darah. Selama wawancara mengajak partisipan untuk menceritakan pengalaman donor darah dan mencari pendonor darah selama ini, sehingga dari masalah yang ada muncul solusi yang menjadi kebutuhan akan fitur-fitur aplikasi yang ada. Wawancara berhenti dilakukan ketika sudah tidak ada lagi kebutuhan yang bertambah, ketika tiga partisipan terakhir yang diwawancara memberikan kebutuhan yang sama wawancara dapat dihentikan. Berikut ini adalah pertanyaan yang diajukan kepada partisipan : 1. Umur berapakah anda?
2. Apakah anda menggunakan smartphone? 3. Apakah anda pernah melakukan donor darah dalam 1 tahun terakhir? 4. Apakah anda tinggal di kota Bandung? 5. Apakah anda pernah melakukan pencarian pendonor darah untuk keluarga atau kerabat dekat? 6. Apakah menurut anda perlu ada aplikasi donor darah yang dapat membantu pendonor darah dan pencari donor darah? 7. Apa saja yang perlu ada di aplikasi donor darah tersebut? Bagaimana saran anda untuk aplikasi donor darah ini? Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan mewawancara kedua calon pengguna aplikasi yang menjadi responden, yaitu pendonor darah dan pencari pendonor sehingga terdapat dua kelompok kebutuhan. Hasil dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden akan direkap dan dilakukan interpretasi untuk mendapatkan fitur-fitur yang menurut partisipan perlu ada di dalam aplikasi. Identifikasi kebutuhan yang dapat dilihat pada Tabel 1 didapatkan sebelas kebutuhan fitur yang perlu ada di aplikasi donor darah menurut responden pendonor darah. Tabel 1 Kebutuha Darah
dilakukan pemilihan melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner pemilihan tingkat kepentingan kebutuhan fitur aplikasi donor darah dibagi ke dalam dua jenis, yang pertama untuk responden pendonor darah dan yang kedua untuk responden pencari pendonor. Responden merupakan orang-orang yang pernah melakukan donor darah dalam satu tahun terakhir atau pernah mencari pendonor darah, tinggal di kota Bandung, dan menggunakan smartphone. Pertanyaan kuesioner dibuat dengan menggunakan skala interval untuk mengetahui seberapa penting kebutuhan tersebut untuk ada di aplikasi donor darah. Skala interval diberi nilai satu sampai enam, nilai satu untuk memberi nilai sangat tidak penting dan enam memberi nilai sangat penting. Nilai-nilai tersebut akan mewakili pernyataan responden terkait setiap fitur yang akan ada di aplikasi donor darah, apakah fitur tersebut dianggap penting atau tidak penting sehingga tidak perlu ada di aplikasi donor darah. Contoh kuesioner tingkat kepentingan kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 1.
Hasil Interpretasi Wawancara n Dari Responden Pendonor
Gambar 1 Kuesioner Tingkat Kebutuhan Kebutuhan Hasil identifikasi kebutuhan yang dilakukan kepada responden pencari pendonor darah dapat dilihat pada Tabel 2, ada empat kebutuhan yang berhasil diidentifikasi. Tabel .2 Hasil Interpretasi Wawancara Kebutuhan Dari Responden Pencari Pendonor Darah
Untuk mengetahui kebutuhan yang paling penting dan mengetahui kebutuhan yang tidak perlu ada di fitur aplikasi donor darah
Persona mendeskripsikan dan menggambarkan karakter seseorang yang akan menggunakan aplikasi donor darah. Pembuatan persona dibuat berdasarkan analisis kebutuhan fitur aplikasi donor darah. Persona sangat penting untuk membantu desainer untuk menggambarkan calon pengguna aplikasi donor darah. Berikut ini adalah persona yang akan digunakan sebagai alat bantu dalam proses merancang aplikasi. Contoh persona dapat dilihat pada Gambar 2. Pembuatan skenario berdasarkan karakter persona yang sudah dibuat untuk menggambarkan cerita pengguna aplikasi
donor darah berinteraksi dengan aplikasi donor darah. Skenario akan digunakan untuk membantu proses design workshop, perancang akan lebih mudah melakukan perancangan. Pada penelitian kali ini ada tiga buah skenario sesuai dengan persona yang sudah dibuat.
yang berbeda. Kriteria partisipan pada workshop yang pertama, yaitu orang yang pernah melakukan donor darah dalam satu tahun terakhir, saat ini tinggal di kota Bandung, menggunakan smartphone, dan berumur di atas tujuh belas tahun. Kriteria partisipan pada workshop yang kedua , yaitu orang yang pernah melakukan pencarian pendonor darah untuk kerabat dekat, tinggal di Kota Bandung, menggunakan smartphone, dan berumur di atas tujuh belas tahun.
Gambar 2 Persona Gambar 4 Foto Design Workshop
SKENARIO 1
Toni (35) rutin melakukan donor darah, saat ini Toni ingin melakukan donor darah, karena sudah empat bulan iya tidak ke PMI Kota Bandung untuk melakukan donor darah. Toni ingin mengatuhi seputar informasi edukasi tentang donor darah, karena selama ini ia tidak mengerti bagaimana prosedur dan untuk apa darah yang Toni sumbangkan. Toni mengunduh dan memasang aplikasi donor darah yang ada di smartphone, ia mencari informasi edukasi tentang donor darah yang ada di aplikasi tersebut. Toni mendaftar sebagai
member untuk
aplikasi
tersebut
yang
dapat
mencatat informaasi pribadi, informasi kesehatan Toni, riwayat donor darah, dan lain-lain. Ternyata di aplikasi tersebut memiliki fitur request darah, setelah Toni mendaftar, muncul notifikasi ada orang yang sedang membutuhkan pendonor di Kota Bandung. Toni ingin membantu orang tersebut, ia mengklik notifikasi tersebut dan aplikasi tersebut muncul lokasi orang yang sedang membutuhkan darah dan tipe darah yang dibutuhkan. Toni langsung menghubungi orang tersebut dengan bantuan aplikasi donor darah yang terhubung dengan media sosial. Setelah menghubungi orang tersebut, Toni langsung pergi untuk mendonorkan darahnya untuk membantu orang tersebut.
Gambar 3 Skenario Pada tahap perancangan ini dilakukan workshop dengan metode focus group untuk membuat beberapa sketsa konsep rancangan aplikasi donor darah. Workshop dilakukan dua kali dengan menggunakan responden atau partisipan
Hasil dari design workshop adalah konsep alternatif yang dibuat oleh perancang pada saay design workshop. Terdepat 3 buah konsep alternatif pada design workshop pendonor dan 2 buah konsep alternetif pada design workshop pencari pendonor. Setelah semua konsep selesai diselesaikan oleh perancang selanjutnya dilakukan pemilihan konsep dengan metode voting untuk mengetahui konsep pemenang yang akan dijadikan prototipe. Konsep alternatif yang dijadikan prototipe adalah gabungan dari konsep pemenang dari design workshop pendonor dan konsep alternatif pemenang dari deisgn workshop pencari pendonor. Penggabungan konsep ini dilakukan dengan menggabungkan kedua konsep pemenang dimana fitur-fitur pendonor digabungkan dengan fitur-fitur pencari pendonor. Tampilan lebih banyak diambil dari konsep alternatif pendonor karena kebutuhan pendonor lebih banyak.
Gambar 5 Tampilan Login
Gambar 8 Tampilan Fitur Pencari Pendonor
Hasil Evaluasi
Gambar 6 Tampilan Halaman Utama
Gambar 7 Tampilan Fitur Pendonor
Prototipe rancangan aplikasi yang sudah dibuat harus diuji kepada pengguna untuk mengetahui apakah aplikasi sudah menjawab kebutuhan pengguna sebagai pendonor darah dan pencari pendonor darah. Evaluasi yang dilakukan dengan usability testing, tes yang akan dilakukan yaitu exploratory test, assesment test, dan validation test. Untuk menghasilkan data yang baik tes yang dilakukan harus dipersiapkan dengan baik dan menggunakan alat-alat yang dapat mendukung peneliti untuk menghasilkan informasi dari hasil tes. Material yang digunakan untuk melakukan tes, yaitu protitipe aplikasi donor darah, partisipan, laptop, smartphone, kuesioner SUS dan task scenario. Pengujian efisiensi dimulai dengan menghitung waktu normal seseorang dalam dalam menyelesaikan task scenario. Berdasarkan metode Schumard, waktu normal didapatkan dari perhitungan waktu siklus dikali dengan penyesuaian. Waktu siklus didapatkan dari perhitungan waktu penyelesaian task scenario yang dilakukan oleh partisipan yang dianggap sudah ahli dalam menggunakan aplikasi donor darah. Penyesuaian yang diberikan oleh partisipan yang sudah ahli ini masuk kategori superfast dan partisipan yang melakukan evaluasi termasuk kategori poor akan diberi penyesuaian 40, sehingga nilai penyesuaian 2.5 kali waktu siklus. Hasil perhitungan waktu normal dapat dilihat pada Tabel 3. Pengukuran waktu penyelesaian task scenario pertama dilakukan sebanyak 12 kali, data yang didapatkan dilakukan pengujian kecukupan data dan hasil uji kecukupan data adalah 10 data. Pada Tabel
3 dapat dilihat waktu normal setiap task scenario dari partisipan yang dianggap ahli dalam menggunakan aplikasi donor darah. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan waktu normal dengan waktu penyelesaian yang dilakukan oleh partisipan. Tabel 3 Hasil Perhitungan Waktu Normal
Untuk mengetahui apakah partisipan dari evaluasi dapat mengerjakan task scenario dengan baik dengan membandingkan waktu penyelesaian setiap task scenario yang diperoleh dari pengukuran dengan waktu normal masingmasing task scenario. Waktu penyelesaian masing-masing task scenario yang dilakukan partisipan dapat dilihat pada Tabel 4 yang diberi warna kuning merupakan waktu penyelesaian dibawah waktu normal. Task scenario 1 semua partisipan dapat menyelesaikan task scenario dibawah waktu normal yaitu dibawah 110.83 detik, berarti sebanyak 100% dari total pastisipan. Task scenario 2 terdapat empat orang yang dapat menyelesaikan task scenario yang diberikan dibawah waktu normal, yaitu dibawah 91.46 detik, berarti sebanyak 80% dari total partisipan. Task scenario 3 hanya ada 1 orang partisipan yang dapat menyelesaikan task dibawah waktu normal, yaitu dibawah 73.33 detik, berarti hanya 20% dari total partisipan. Hasil pengukuran waktu pada task scenario 4 memiliki 2 orang partisipan yang dapat menyelesaikan task scenario yang diberikan kurang dari 63.54 detik, berarti hanya 40% dari total partisipan. Pada task scenario 5 hanya dua orang partisipan yang dapat menyelesaikan task scenario yang diberikan dibawah 56.04 detik, berarti hanya 40% dari total partisipan. Selanjutnya tabel waktu penyelesaian task scenario akan digabungkan dengan tabel tingkat keberhasilan partisipan dalam mengerjakan task yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Pengukuran Waktu Penyelesaian Task Scenario
Kriteria keberhasilan partisipan diukur dengan partisipan yang mampu menyelesaikan dan mencapai hal-hal yang diinginkan dalam task scenario. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 5 pada task scenario 4, responden 2 tidak berhasil menyelesai task scenario sesuai dengan yang diminta, partisipan tidak melakukan pengiriman pesan kepada pengguna lain yang melakukan request dan masuk ke notifikasi. Selanjutnya tabel tingkat keberhasilan ini akan digabungkan dengan tabel waktu penyelesaian Tabel 5 Tingkat Keberhasilan Partisipan dalam Menyelesaikan Task Scenario
Dari hasil evaluasi kriteria efisiensi pada Tabel 6 dapat ditentukan efisiensi aplikasi donor darah untuk task scenario 1 adalah 80%, dari kriteria efisiensi ini aplikasi donor darah dapat dikatakan usable pada task scenario 1. Task scenario 2 memiliki efisiensi sebesar 80% hal ini dapat dikatakan aplikasi donor darah usable pada task scenario 2. Task scenario 3 memiliki efisiensi sebesar 20%, berarti aplikasi donor darah memiliki efisiensi yang tidak baik dalam melakukan task scenario 3. Pada task scenario 4, aplikasi donor darah memiliki efisiensi sebesar 20%, berarti aplikasi donor darah tidak usable pada task scenario 4. Efisiensi task scenario 5 sebesar 40%, efisiensi aplikasi donor darah kurang baik pada task scenario 5 sehingga aplikasi ini kurang usable untuk task scenario 5. Tanda (TB) merupakan task scenario yang tidak berhasil diselesaikan Tabel 6 Gabungan Tingkat Keberhasilan dengan Waktu Penyelesaian
Evaluasi aplikasi donor darah selanjutnya dari segi efektifitas, dalam mengerjakan tugas yang berikan ada beberapa partisipan yang mengalami kesalahan atau eror yang dilakukan. Ada berbagai macam jenis eror, akan tetapi eror ini dapat menghambat pertisipan dalam mengerjakan task scenario. Dari uraian langkah-langkah task scenario yang diberikan , partisipan harus melakukan sesuai degan urutan yang sudah ditentukan, jika partisipan tidak melakukan atau melakukan sesuai dengan langkah maka dianggap kesalahan (error). Pengujian atau evaluasi menggunakan bantuan perekam layar smartphone dengan aplikasi perekam (AZ Recorder), dengan aplikasi smartphone ini dapat merekam layar sesuai dengan apa yang dilakukan oleh partisipan selama proses evaluasi. Hasil rekaman digunakan untuk melihat langkah-langkah tugas yang dilakukan partisipan, jika ada error dapat terlihat. Selain itu ada laptop juga yang berfungsi merekam gerakan pengguna, evaluasi menggunakan metode think aloud membiarkan pengguna memberikan komentar tentang aplikasi yang sedang dia gunakan. Jenis-jenis error pada Tabel 7 merupakan error yang dilakukan oleh partisipan pada saat dilakukan evaluasi. Error ini terjadi ketika partisipan melakukan hal yang tidak sesuai dengan langkahlangkah pengerjaan task scenario yang sudah diberikan. Utuk mengetahui jumlah error dan jenis error yang dilakukan oleh partisipan dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 7 Rekapitulasi Jenis Error yang dilakukan Partisipan
Error yang terjadi pada task scenario 1 terjadi pada saat partisipan ingin melakukan kembali ke halaman utama tidak menggunakan tombol kembali aplikasi sehingga menjadi keluar aplikasi, partisipan 1,2, dan 3 melakukan kesalahan ini. Error jenis E2 dilakukan oleh partisipan 4 terjadi karena partisipan tidak melakukan langkah membuka artikel tentang syarat-syarat donor darah. Error jenis E1 dilakukan oleh responden 5 karena tidak memasukan username dengan nama yang benar. Pada task scenario 2 terjadi jenis error E1 oleh responden 4 karena tidak menggunakan
tombol kembali aplikasi donor darahuntuk ke halaman utama sehingga terjadi keluar dari aplikasi. Error E1 pada task scenario 3 dilakukan oleh responden 1 dan 5 karena salah memilih icon untuk masuk ke halaman pencari pendonor, partisipan mengklik icon yang lain dan mencoba-coba mencari untuk masuk ke halaman tersebut. Error E2 pada task scenario 3 dilakukan oleh responden 4 karena terjadi kesalahan pengisian data pada saat mau request pendonor darah, responden tidak mengisi data sesuai dengan yang ada di task scenario. Error E1 pada task scenario 4 dilakukan oleh responden 5 ketika responden ingin membuka halaman pencari pendonor untuk melakukan pengecekan request yang sudah dibuat, responden membuka icon lain yang seharusnya mengklik icon pencari pendonor lalu klik my request. Error E2 pada task scenario 4 dilakukan oleh responden 1, 3, dan 4, kesalahan yang terjadi adalah pesan yang diketik tidak sesuai, ini dikarenakan ketika keyboard smartphone muncul halaman aplikasi akan tertutup sehingga tidak terlihat pada saat pengetikan. Kesalahan yang terakhir adalah error E1 pada task scenario 5 yang dilakukan responden 2 yang terjadi mirip dengan error E2 pada task scenario 5, responden salah mengetik pesan. Setelah mengetahui jenis dan jumah error yang terjadi, kriteria effectiveness dapat dilihat dari tingkat pengerjaan task scenario yang berhasil tanpa ada error yang dapat dilihat pada Tabel 8, tanda “x” merupakan error yang telah dilakukan responden pada task scenario. Tabel 8 Rekapitulasi Jumlah dan Jenis Error
Dari Tabel 9 dapat dilihat tingkat efektifitas aplikasi donor darah yang baik terdapat pada task scenario 2 dengan persentasi efektif 80% dan task scenario 5 dengan persentase efektif 80%. Sedangkan persen efektif task scenario 1 hanya 0%, task scenario 3 40%, dan task scenario 4 hanya 20%. Berdasarkan kriteria efektif data pada Tabel III.18 dapat dikatakan aplikasi donor darah ini usable pada task scenario 2 dan task scenario 5. Tabel 9 Hasil Pengerjaan Task Scenario Berhasil Tanpa Error
Evaluasi berikutnya menguji aplikasi donor darah dari segi usefullness, aplikasi dikatakan usefulness apabila partisipan dapat menyelesaikan task scenario sampai dengan selesai. Karena menurut Rubin dan Chisnell (2008) suatu produk dikatakan usefulness dimana pengguna dapat mencapai tujuan dengan menggunakan produk tersebut dan dapat dinilai dari kemuan pengguna apakah mau menggunakan aplikasi tersebut. Hasil evaluasi dapat dilihat dari jawaban responden dari kuesioner SUS (System Usability Scale) yang diberikan kepada responden setelah selesai mengerjakan task scenario. Tabel 10 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner SUS
Total skor untuk setiap pernyataan dijumlahkan kemudian dikalikan dengan 2.5, misalkan total skor untuk responden 1 adalah 32 maka skor SUS = 32 x 2.5 = 80. Interpretasi dari skor SUS adalah jika nilai skor SUS > 68 maka aplikasi donor darah dapat dikatakan baik karena diatas rata-rata (68) tetapi jika dibawah rata-rata maka usability aplikasi donor darah ini kurang baik. Pertanyaan kuesioner SUS ini dapat mewakili penilaian untuk kriteria usefullness, penyataan responden untuk pertanyaan 1 kuesioner SUS dapat dikaitkan dengan kriteria usefullness. Berdasarkan pernyataan 1 pada Tabel III.21 dari seluruh responden, 2 orang mengatakan sangat setuju akan sering menggunakan aplikasi ini, 2 orang mengatakan setuju akan sering menggunakan aplikasi ini, dan 1 orang mengakan netrak akan sering menggunakan aplikasi ini.
Berdasarkan nilai rata-rata skor SUS 3.2 pada Tabel 12, memili nilai yang positif dari skala 0 sampai 4, dapat disimpulkan aplikasi donor darah ini usable dari kriteria usfullness. Tabel 12 Rekapitulasi Pernyataan Responden Kuesioner SUS Nomor 1
Tabel 10 merupakan rekapitulasi pernyataan responden untuk kuesioner yang diberikan, skor 1 mewakili pernyataan “sangat tidak setuju”, skor 2 mewakili pernyataan “tidak setuju”, skor 3 mewakili pernyataan “netral”, skor 4 mewakili pernyataan “setuju”, dan skor 5 mewakili pernyataan “sangat setuju”. Rekapitulasi jawaban kuesioner SUS pada Tabel III.9 akan dikonversi untuk mendapatkan nilai SUS. Untuk pertanyaan ganjil, konversi skor dilakukan dengan mengurangi skor jawaban yang dipilih responden dengan angka 1, contohnya ketika responden menjawab “setuju” pada pertanyaan 1, maka konversi skornya 4-1 menjadi 3. Pada pertanyaan genap, konversi skornya adalah 5 dikurangi dengna skor jawaban dari responden, contohnya jika responden menjawab “tidak setuju” pada pertanyaan 2 maka 5 – 2, skornya menjadi 3. Hasil konversi dari
pernyataan responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Konversi Kuesioner SUS
Rekapitulasi
Aspek learnability menurut Rubin dan Chisnell (2008) merupakan bagian dari efektivitas dan kemampuan pengguna untuk mempelajari sistem. Kriteria learnability dapat didapatkan dari pertanyaan kuesioner SUS. Pertanyaan SUS nomor 4, 7, dan 10 dapat dikaitkan dengan kriteria learnability. Rekapitulasi pernyataan responden terhadap pertanyaan SUS nomor 7, dapat dilihat pada Tabel 13 Berdasarkan Tabel 13 pada pertanyaan “Saya bayangkan pada umumnya orang-orang akan belajar menggunakan sistem dengan cepat?”, 2 orang responden menyatakan sangat setuju, 1 orang responden menyatakan setuju, dan 2 orang lainnya menyatakan netral. Berdasarkan nilai rata-rata skor SUS dari kelima responden pada pernyataan nomor 7 kuesioner SUS dapat dikatakan aplikasi ini usable dari kriteria learnability, karena memiliki nilai skor SUS yang positif untuk skala 0 sampai 4.
Jawaban Tabel 13 Rekapitulasi Pernyataan Responden Kuesioner SUS Nomor 7
Menurut Rubin dan Chisnell (2008), satisfaction merupakan persepsi, perasaan, dan pendapat pengguna akan suatu produk yang biasanya dapat diambil dari pertanyaan secara lisan atau tertulis, produk yang baik dapat memenuhi kebutuhan dan membuat pengguna merasa puas. Untuk mengukur kriteria kepuasan pengguna akan aplikasi donor darah dilakukan dengan mengambil pernyataan pengguna terhadap kuesioner SUS. Pertanyaan kuesioner SUS nomor 9 dapat dikaitkan dengan kriteria kepuasa pengguna. Rekap pernyataan partisipan terhadap pertanyaan kuesioner SUS nomor 9 dapat dilihat pada Tabel 14 Berdasarkan Tabel 14, 1 orang responden menyatakan sangat setuju nyaman menggunakan aplikasi donor darah ini dan 4 orang responden menyatakan setuju merasa nyaman menggunakan aplikasi donor darah ini, hal ini dapat dikatakan aplikasi donor darah usable dari kriteria satisfaction. Berdasarkan skor SUS rata-rata aplikasi donor darah ini usable untuk kriteria satisfaction.
Dari hasil evaluasi dan usability testing dengan metode think aloud didapatkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa waktu penyelesaian task scenario, jenis kesalahan, jumlah error, dan persentase kriteria. Data kualitatif yang didapatkan berupa komentar dan saran yang diberikan oleh partisipan atau responden pada saat melakukan usability testing dengan metode dengan metode think aloud. Metode think aloud dapat menghasilkan data preferensi dan kinerja informasi secara bersamaan tanpa harus mewawancarai. Dengan metode ini peneliti dapat membiarkan partisipan fokus berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas dan dapat melihat kebingungan yang dialami oleh partisipan dalam menggunakan aplikasi bagaimana aplikasi dapat bekerja dan hal-hal yang tidak bekerja dengan baik di aplikasi dapat di utarakan pengguna. Berdasarkan Tabel 15 setiap responden mengomentari hal-hal yang dianggap kurang dapat dimengerti atau tidak dapat dijalankan pada saat melakukan evaluasi. Responden 1 mengomentari masalah tombol kembali, pengisian data dengan keyboard menghalangi layar, akan tetapi seluruh pengisian data sudah baik dengan bantuan pilihan. Responden 2 berkomentar tentang hal-hal yang masih salah penulisan atau salah pengetikan tulisan yang tampil dilayar, selain itu responden 2 memberi saran agar tombol lanjutkan berada di tempat yang mudah terlihat. Selain itu permasalahan yang dialami
responden 2 sama dengan responden 1, yaitu tombol kembali smartphone membuat keluar dari aplikasi. Responden 3 berkomentar tentang logo yang tidak sesuai, yang muncul ketika pengguna sudah selesai melakukan pengisian data request. Masalah yang dialami responden 3 tidak terbacanya hasil ketikan pesan akibat terhalang keyboard. Responden 4 mengalami masalah juga akibat tombol kembali smartphone sehingga keluar dari aplikasi pada saat mengerjakan task scenario, selain itu ada masukan mengenai pengiriman pesan dapat diberi tahu jika sudah terkirim. Responden 5 tidak banyak berkomentar hanya mengalami kesulitan pada awal-awal karena tidak mengetahui fungsi icon yang ada di halaman utama. Tabel 14 Rekapitulasi Pernyataan Partisipan Kuesioner SUS No 9
Masalah yang muncul akan menjadi usability problem yang berguna untuk perbaikan aplikasi agar lebih baik lagi. Dari Tabel 16 dapat dilihat solusi dari masalah yang didapatkan, solusi pertama membuat layar menjadi naik ke atas pada saat keyboard muncul ketika pengguna ingin mengetik sesuatu. Solusi 2 tetap mengarahkan pengguna untuk menggunakan tombol kembali yang ada di aplikasi karena masalah tombol kembali smartphone yang tidak bisa digunakan merupakan keterbatasan program pembuat prototipe. Solusi 3 mengubah icon pencari pendonor menjadi my request, hal ini akan merubah sedikit konsep halaman aplikasi donor darah. Solusi 4 memperbaiki logo yang salah dan mengubah tulisan-tulisan yang salah ketik. Solusi 5 menambahkan pop up berita pesan terkirim setelah pengguna mengirim pesan ke pengguna lain untuk memberi tahu bahwa pesan telah terkirim. Tabel 15 Rekapitulasi Komentar Partisipan
Tabel 16 Rekapitulasi Usability Problem
usefullness, kriteria learnability, dan kriteria satisfaction.
Daftar Pustaka
Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait perancangan aplikasi donor darah, kesimpulan dari penelitian ini yaitu “: 1. Ada empat puluh halaman pada prototipe aplikasi donor darah Kota Bandung. Prototipe aplikasi donor darah berupa high fidelity prototype yang memiliki fitur seperti di bawah ini : a. Fitur jadwal donor darah yang memberi informasi acara donor darah di kota Bandung. b. Fitur aplikasi yang dapat melakukan request pendonor darah dengan menyebarkan informasi request ke seluruh pengguna. c. Fitur edukasi yang menampilkan artikel-artikel donor darah. d. Fitur aplikasi yang menyimpan informasi identitas pendonor darah (alamat, kontak, riwayat donor darah, dan lain-lain). e. Fitur aplikasi yang memberitahu informasi PMI Kota Bandung (alamat, nomor telepon, dan email). f. Fitur aplikasi yang memiliki notifikasi yang dapat memberitahu jika ada request pendonor dan mengingatkan jika sudah dapat melakukan donor darah lagi. g. Fitur aplikasi dimana pengguna dapat melakukan pendaftaran donor darah secara langsung dan mengisi formulir donor darah melalui smartphone. h. Fitur aplikasi yang berisi foto-foto donor darah. i. Fitur aplikasi yang menyediakan informasi kesehatan dan forum untuk diskusi. 2. Hasil evaluasi prototipe rancangan aplikasi donor darah Kota Bandung usable untuk kriteria efficiency, kriteria effectiveness, kriteria
Brooke, J (2013). SUS : A Retrospective. Journal of Usability Studies. Vol. 8, pp. 29-40. Departemen Kesehatan. (2014). unduh:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved Oktober 11, 2015, from Kementrian KesehatanRepublik Indonesia:http://www.depkes.go.id/re sources/download/pusdatin/infodatin/ nfodatin-donor-darah.pdf Preece, J., Rogers, dan J., Sharp, H., (2002). Interaction Design : Beyond Human Computer Interaction. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Palang Merah Indonesia. (2013). Publikasi Ayo Donor:Palang MerahIndonesia. Retrieved 10 11, 2016, from Palang Merah Indonesia:http://ayodonor.pmi.or.id/p age/read/beritadanpublikasi/30138501699 Rubin, J. dan Chisnell, D. (2008). Handbook of Usability Testing: How to Plan. Design, and Conduct Effective Test. Indianapolis, IN:Wiley Publishing, Inc. Sauro, J (2011).Measuring Usability with The System Usability Scale (SUS). Diunduh dari http://www.measuringu.com/sus.php. Schuler, D. dan Namioka, A. (1993). Participatory Design : Principles and Practices. Hillsdale, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Sears, A. dan Jacko,J.A. (2007). Human Computer Interaction: Development Process. Boca Raton: CRC Press. Sekaran, U. (2000). Research Methods for Business :A Skill-Building Approach. New York: John Wiley and Sons, Inc. Simonsen, J. dan Robertson,T.(2013).Routledge International Handbook of Participatory Design. London : Routledge. Sutalaksana,I. Z. Amggawosastra,R. dan Tjakraatmadja,H. J. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung.