Peranan UPBS BPTP Bali dalam Produksi dan Distribusi Benih Sumber Padi Mendukung Kedaulatan Pangan di Provinsi Bali I.B.K. Suastika, A.A.N.B. Kamandalu, dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar. E-mail:
[email protected] Abstrak Kegiatan produksi dan distribusi benih sumber padi oleh UPBS BPTP Bali dilaksanakan bekerjasama dengan produsen benih/kelompok penangkar di beberapa kabupaten/kota di Bali. Tujuan dari kegiatan ini adalah peranan UPBS BPTP Bali dalam produksi dan distribusi benih sumber untuk mempercepat penyebaran VUB ketingkat pengguna agar konsep gilir varietas dapat terlaksana mendukung peningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil. Kegiatan ini dilaksnakan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dengan varietas sebagai parlakuan dan petani sebagai ulangan. Parameter yang diukur adalah produksi calon benih ton/ha dari hasil prosesing calon benih kering sawah yang mengacu pada pedoman umum produksi benih sumber Badan Litbang 2013. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa produksi benih sumber padi yang dihasilkan melalui kegiatan produksi benih sumber yang dilaksanakan UPBS BPTP Bali bekerjasama dengan produsen benih/kelompok penangkar dari tahun 2013 sampai 2015 mampu menghasilkan benih unggul bermutu secara cepat dan tepat serta berkelanjutan dengan produksi benih masing-masing 62.150 kg, 50.610 kg, dan 93.904 kg. Melalui kegiatan ini juga mampu mempercepat pengembangan dan penyebarluasan VUB selain Ciherang dan Cigeulis ketingkat pengguna seperti VUB Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 10 Laeya, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1. Luas sebaran VUB melalui kegiatan produksi benih sumber oleh UPBS BPTP Bali bekerjasama dengan produsen benih/kelompok penangkar dari tahun 2008 sampai 2015 mencapai 34.203,38 ha diantaranya VUB Cigeulis mencapai sebaran paling luas yaitu 23.489,22 ha, kemudian disusul oleh sebaran VUB Ciherang yaitu seluas 6.683,66 ha. Disamping dapat menyebarkan VUB Cigeulis dan Ciherang, melalui kegiatan ini dapat mempercepat penyebaran VUB Inpari seperti Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 10 Laeya, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 masing-masing seluas 222,6 ha, 219 ha, 382,4 ha, 1328,66 ha, 255,2 ha, 61,6 ha, 108 ha, 59,46 ha, 81,8 ha, 471,56 ha, 323,6 ha, 170 ha, dan 345,6 ha. Kata kunci: benih padi, unit pengelola benih sumber
Pendahuluan Latar Belakang Benih merupakan bagian dari sub sistem agro-input dalam sistem agribisnis. Benih berkualitas menjadi hal yang penting diperhatikan karena akan menunjang kesuksesan berusaha tani. Benih yang berkualitas baik akan mampu menghasilkan produk yang tinggi berdasarkan karakter agronomi dan komponen hasil yang baik. Penyediaan benih berkualitas seperti varietas unggul bermutu melalui program revitalisasi perbenihan diharapkan mampu menunjang pencapaian empat sukses pembangunan pertanian seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Ketersediaan dan pemanfaatan benih berkualitas sangat diperlukan guna mendukung program ketahanan pangan dalam pembangunan pertanian. Nugraha (2004) menyatakan bahwa benih tidak semata-mata sebagai bahan tanam, tetapi juga mencerminkan sarana pembawa teknologi (delivery system) yang mengandung potensi genetik untuk meningkatkan produksi tanaman. Program perbenihan tidak saja menyangkut penerapan teknologi dalam kegiatan perbanyakannya, namun juga meliputi jaminan kualitas, ketersediaan dan sistem distribusinya.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
437
Adri (2010) menyatakan bahwa keberhasilan penyediaan benih berkualitas tidak terlepas dari empat subsistem perbenihan yaitu: 1) penelitian, pemuliaan dan pelepasan varietas; 2) produksi dan distribusi; 3) pengawasan mutu dan sertifikasi benih; 4) sarana dan prasarana penunjang berupa kelembagaan dan infrastruktur. Penelitian dan penemuan suatu varietas unggul baru (VUB) merupakan langkah awal dari subsistem perbenihan disusul dengan kegiatan produksi benih penjenis (Breeder Seed/BS) dan turunannya yaitu benih dasar/BD dan benih pokok (BP), yang biasa disebut benih sumber. Penggunaan benih sumber adalah persyaratan untuk memproduksi benih komersial atau benih sebar/BR (Kamarudin, 2012). Di sisi lain, keunggulan suatu varietas baru dapat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan produksi dan mutu beras bila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani (Nugraha dkk. 2007). Ruskandar dkk (2008) melaporkan, pembangunan pertanian dengan target mencapai swasembada beras dimulai dengan membenahi perbenihan padi pada tahun 1969 melalui kegiatan proyek “seed year campaign”. Balai benih dengan kebun-kebunnya yang ada di kabupaten/kecamatan direhabilitasi dan mulai tahun 1971 terjadi perubahan mendasar di bidang perbenihan. Orientasi dari benih yang dihasilkan sendiri diubah menjadi benih dibeli petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang tanggunh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional. Peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian semakin penting sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan dampak dari anomali iklim global yang kurang bersahabat, maka program peningkatan produksi pangan nasional melalui penerapan inovasi teknologi merupakan langkah penting dalam upaya penyediaan pangan. Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu komponen inovasi teknologi yang sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi (Darman dan Maesti, 2007), namun ketersediaan benih dengan kondisi enam tepat (varietas, jumlah, mutu, waktu, tempat dan harga) masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat petani/pengguna lainnya. Ketersediaan benih berkualitas yang diperlukan petani merupakan hal strategis yang perlu dicermati oleh pemangku kepentingan termasuk pengambil kebijakan guna mendukung keberhasilan budi daya tanaman. Mengingat pentingnya fungsi benih dalam ketahanan pangan, maka penggunaan varietas unggul yang sesuai dengan agroklimat dan preferensi konsumen serta sistem produksi benih bermutu secara berkelanjutan menjadi semakin penting. Sistem pengadaan dan distribusi benih bermutu meliputi berbagai aspek kegiatan yang saling terkait dan berjenjang mulai dari tingkat nasional sampai ke petani pengguna yang mengadopsi benih bermutu. Sistem pengadaan dan distribusi benih bermutu memerlukan langkah yang berkelanjutan mulai dari aspek penelitian dan pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi dan distribusi benih, pengawasan mutu dan sertifikasi benih, serta petani pengguna benih. Hal ini terkait dengan peranan kelembagaan dan sumberdaya manusia (SDM) baik yang melibatkan instansi pemerintah maupun swasta. Peranan kelembagaan pertanian dipandang penting dalam akselerasi pembangunan pertanian karena di dalamnya tercermin kebijakan pemerintah dan program yang mendukung organisasi petani. Untuk menghasilkan inovasi pertanian spesefik lokasi yang lebih mendekat pada kebutuhan petani dan berbasis pada keunggulan sumberdaya lokal, maka dipandang perlu untuk dilakukan kegiatan pernyediaan dan perbanyakan benih unggul guna membantu memenuhi ketersediaan benih unggul bermutu secara berkelanjutan.
438
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Keberadaan kelembagaan produsen/penangkar benih di Bali yang relatif masih sedikit serta produksi benih yang dihasilkan masih rendah dibandingkan potensi luas tanam yang tersedia, sehingga pegembangan penangkar benih melalui pemberdayaan kelompok tani (subak) yang ada di Bali menjadi sangat penting. Karena itu sistem perbenihan nasional perlu direvitalisasi sesuai dengan dinamika dan perkembangan tuntutan konsumen (Hidayat, 2006; Departemen Pertanian, 2006). Oleh karena itu dukungan program penyediaan dan perbanyakan benih unggul sangat dibutuhkan guna membantu memenuhi ketersediaan benih unggul bermutu secara berkelanjutan. Sebagian besar kelompok penangkar yang ada di Bali tidak mampu menyediakan kebutuhan benih dalam jumlah besar dibandingkan dengan potensi luas tanam yang tersedia karena keterbatasan teknis, sarana dan prasarana pendukung serta permodalan. Sertifikasi benih pada tahun 2012 di provinsi Bali baru mencapai 43,55% dari kebutuhan benih berkualitas sebanyak 3.775 ton per tahun (BPSBTPH Bali, 2012). Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 56,45% kebutuhan benih di Provinsi Bali belum bisa dipenuhi oleh penangkar yang ada di Bali. Hal ini disebabkan karena sebagian besar kelompok penangkar yang ada di Bali tidak mampu menyediakan kebutuhan benih dalam jumlah besar dibandingkan dengan potensi luas tanam yang tersedia karena keterbatasan teknis, sarana dan prasarana pendukung serta permodalan. Gambaran ini juga memberikan paparan bahwa Provinsi Bali memiliki peluang untuk mengembangkan usahatani benih padi berkualitas untuk memenuhi kebutuhan benih padi. Hal ini perlu mendapat perhatian pada tahun mendatang dalam rangka meningkatkan jumlah penangkar dan luas penangkaran untuk menghasilkan benih berkualitas dengan prinsip ketersediaan benih dengan kondisi enam tepat yaitu varietas, jumlah, mutu, waktu, tempat dan harga. Peranan penangkar di daerah menjadi sangat strategis dalam upaya membantu pemenuhan kebutuhan benih unggul bermutu padi mendukung program pemerintah dalam upaya khusus (UPSUS) pajale di Bali. Oleh karena itu, kedepan penumbuhan/penguatan kelembagaan kelompok tani penangkar di tingkat daerah sangat diharapkan sebagai penghasil benih untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan benih unggul bermutu padi di tingkat daerah secara berkelanjutan guna mendukung program pemerintah dalam upaya peningkatan produksi padi. Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan kelembagaan kelompok penangkar yang sudah ada dengan melibatkan instansi terkait di daerah melalui pembinaan dan pelatihan secara intensif serta dengan memberikan dukungan sarana prasarana yang memadai. Malalui kegiatan ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah kelangkaan benih bermutu yang terjadi selama ini di Bali baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Disamping itu program ini diharapkan dapat mendukung percepatan penyebaran dan pengembangan varietasvarietas unggul baru di daerah, juga dimaksudkan agar konsep gilir varietas dapat dilaksanakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah peranan UPBS BPTP Bali dalam produksi dan distribusi benih sumber untuk mempercepat penyebaran VUB ketingkat pengguna agar konsep gilir varietas dapat terlaksana mendukung peningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil. Metodologi Kegiatan dilaksaakan di lahan sawah milik petani bekerjasama dengan kelompok penangkar antara lain : (1) kelompok penangkar KUAT Subak Guama yang berlokasi di Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan; (2) Subak Dlod Sema yang berlokasi di Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung; (3) Subak Kumpul yang berlokasi di Desa Bone, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar; (4) Subak Kusamba yang berlokasi di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung; (5) Subak Jagaraga yang berlokasi di Desa
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
439
Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana dari tahun 2013 sampai 2015. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dengan varietas sebagai parlakuan dan petani sebagai ulangan. Parameter yang diukur adalah produksi calon benih ton/ha dari hasil prosesing calon benih kering sawah yang mengacu pada pedoman umum produksi benih sumber Badan Litbang 2007 dan 2013. Benih sumber padi yang digunakan pada kegiatan ini berasal dari Balai Besar Peneitian Tanaman Padi di Sukamandi atau benih sumber dari hasil penangkaran kelompok tani penangkar yang ada di Bali seperti Ciherang, Cigeulis, Inpari 1, Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 18, Inpari19, Inpari 20, Inpari 23, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 kelas BS, BD dan BP. Pengumpulan dan analisis data Parameter yang diukur adalah produksi calon benih ton/ha dari hasil prosesing calon benih kering sawah yang mengacu pada pedoman umum produksi benih sumber Badan tahun 2007 dan Litbang 2013. Data distribusi benih yang dicatat meliputi: jenis varietas, kelas, jumlah (kg), dan lokasi penyaluran/distribusi (Kabupaten/Kota). Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini yang meliputi produksi dan distribusi/penyaluran benih dari masing-masing kelompok tani penangkar/produsen benih kemudian ditabulasi dan selanjutnya dianaisis secara deskriptip. Hasil dan Pembahasan Produksi benih (FS,SS,ES) yang dihasilkan melalui kegiatan produksi benih sumber bekerjasama antara UPBS BPTP Bali dengan produsen benih/kelompok penangkar selain ditentukan oleh realisasi luas panen, juga diduga ditentukan oleh produksi calon kering benih sawah (CBKS) per hektar yang dapat diproses menjadi benih. Pada tahun 2013 produksi benih (FS,SS,ES) yang dihasilkan dari luas panen 17,87 Ha sebanyak 62.150 kg, lebih banyak dibanding dengan produksi benih (FS,SS,ES) yang dihasilkan dari kegiatan produksi benih sumber tahun 2014 yaitu sebanyak 50.610 kg dari luas panen 16,5 Ha seperti terlihat pada Tabel 2. Dalam hal ini bukan luas panen saja yang menentukan terhadap jumlah produksi benih yang akan dihasilkan, tetapi lebih ditentukan oleh jumlah CBKS yang dapat diproses menjadi benih. Hal ini ditunjukkan bahwa pada kegiatan produksi benih pada tahun 2013 terlihat terdapat sebagian besar CBKS dari beberapa varietas padi yang dipanen tidak diproses menjadi benih (sebagian besar dikonsumsi) seperti Inpari 6 Jete FS, Inpari 7 Lanrang SS, Inpari 13 FS/ES dan hanya dihasilkan benih 200 kg – 230 kg per hektar, diduga karena produsen benih/kelompok penangkar belum berani mengambil resiko karena benih tidak laku terjual apabila memproduksi benih VUB Inpari terlalu banyak. Jadi jumlah produksi CBKS yang dapat diproses menjadi benih sangat menentukan dibanding dengan luasan panen dalam kegiatan produksi benih sumber padi yang pelaksanaannya dilakukan bekerjasama dengan kelompok penangkar. Kondisi ini mempengaruhi terhadap produksi benih yang akan dihasilkan dan menjadi hambatan dalam produksi benih sumber padi yang selama ini terjadi di UPBS BPTP Bali dibanding dengan UPBS BPTP lain di Indonesia yang memiliki sarana kebun sendiri untuk melaksanakan kegiatan produksi benih sumber padi. Dalam kondisi demikian tidak mempengaruhi terhadap kinerja UPBS BPTP Bali dalam memproduksi benih sumber padi yang pelaksanaannya dilakuakan bekerjasama dengan kelompok penangkar sebagai penyedia lahan. Hal ini ditunjukkan melalui kegiatan produksi benih padi pada tahun 2015 dimana produksi benih yang dihasilkan mengalami peningkatan dibanding produksi benih tahun 2013 dan 2014 yaitu sebanyak 93.904 kg dari luas panen 20,9 Ha dibanding dengan 62.150 kg dan 50.610 kg.
440
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Pada tahun 2013 rincian benih (FS,SS,ES) yang dihasilkan UPBS BPTP Bali dari kerjasama kegiatan produksi benih padi dengan kelompok penangkar sebanyak 62.150 kg dengan rincian 8.186 kg menjadi milik UPBS BPTP Bali dan 53.964 kg menjadi milik kelompok penangkar (mitra). Adapun rincian benih milik UPBS BPTP Bali yaitu 250 kg Cigeulis FS, 4.850 kg Ciherang SS, 700 kg Ciherang ES, 226 kg Inpari 6 Jete FS, 216 kg Inpari 7 Lanrang ES, 228 kg Inpari 13 FS, 216 Inpari 13 ES, 100 kg Inpari 18 SS, 100 kg Inpari 19 SS, 400 kg Inpari 19 ES, 200 kg Inpari 20 SS, 100 kg Inpari 23 FS, 200 kg Inpari 24 Gabusan FS, dan 400 kg Inpari 24 Gabusan SS. Sedangkan rincian benih milik kelompok penangkar yaitu 4.540 kg Cigeulis FS, 37.689 kg Ciherang SS, 3.900 kg Ciherang ES, 675 kg Inpari 18 SS, 740 kg Inpari 19 SS, 1.550 kg Inpari 19 ES, 1.380 kg Inpari 20 SS, 90 kg Inpari 23 FS, 550 kg Inpari 24 Gabusan FS, dan 2.850 kg Inpari 24 Gabusan SS. Pada tahun 2014 rincian benih (FS,SS,ES) yang dihasilkan UPBS BPTP Bali dari kerjasama kegiatan produksi benih padi dengan kelompok penangkar sebanyak 50.610 kg dengan rincian 8.130 kg menjadi milik UPBS BPTP Bali dan 42.480 kg menjadi milik kelompok penangkar. Adapun rincian benih milik UPBS BPTP Bali yaitu 200 kg Cigeulis FS, 1.800 Cigeulis ES, 1.600 kg Ciherang SS, 700 kg Ciherang ES, 150 kg Inpari 13 FS, 500 kg Inpari 13 SS, 200 kg Inpari 14 Pakuan FS, 1.000 kg Inpari 16 Pasundan ES, 150 kg Inpari 20 FS, 1.000 kg Inpari 20 ES, dan 30 kg Inpari 24 Gabusan ES. Sedangkan rincian benih milik kelompok penangkar yaitu 1.800 kg Cigeulis FS, 6.060 Cigeulis ES, 17.530 kg Ciherang SS, 1.300 kg Ciherang ES, 2.530 kg Inpari 13 FS, 1.030 kg Inpari 13 SS, 1.390 kg Inpari 14 Pakuan FS, 1.330 kg Inpari 16 Pasundan ES, 3.640 kg Inpari 20 FS, 520 kg Inpari 20 ES, dan 950 kg Inpari 24 Gabusan ES. Pada tahun 2015 rincian benih (FS,SS,ES) yang dihasilkan UPBS BPTP Bali dari kerjasama kegiatan produksi benih padi dengan kelompok penangkar sebanyak 93.904 kg dengan rincian 7.550 menjadi milik UPBS BPTP Bali dan 86.354 kg menjadi milik kelompok penangkar. Adapun rincian benih milik UPBS BPTP Bali yaitu 250 kg Cigeulis FS, 1.600 kg Cigeulis SS, 400 kg Cigeulis ES, 500 kg Ciherang FS, 300 kg Ciherang SS, 100 kg Inpari 13 SS, 200 kg Inpari 14 Pakuan FS, 200 kg Inpari 14 Pakuan SS, 100 kg Inpari 15 Parahyangan FS, 200 kg Inpari 16 Pasundan FS, 350 Inpari 16 Pasundan SS, 200 kg Inpari 20 FS, 200 Inpari 20 SS, 500 kg Inpari 24 Gbusan FS, 500 Inpari 28 Kerinci FS, 300 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 FS, dan 1.650 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 SS. Sedangkan rincian benih milik kelompok penangkar yaitu 5.415 kg Cigeulis FS, 10.230 kg Cigeulis SS, 5.950 kg Cigeulis ES, 4.630 kg Ciherang FS, 1.710 kg Ciherang SS, 1.229 kg Inpari 13 SS, 850 kg Inpari 14 Pakuan FS, 4.200 kg Inpari 14 Pakuan SS, 1.440 kg Inpari 15 Parahyangan FS, 700 kg Inpari 16 Pasundan FS, 4.920 Inpari 16 Pasundan SS, 3.930 kg Inpari 20 FS, 7.800 Inpari 20 SS, 4.270 kg Inpari 24 Gbusan FS, 4.000 Inpari 28 Kerinci FS, 1.870 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 FS, dan 23.260 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 SS.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
441
442
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
443
Distribusi Benih di Provinsi Bali Distribusi/penyaluran benih UPBS BPTP Bali dari tahun 2013, 2014, dan 2015 dilakukan bekerjasama dengan produsen benih/kelompok penangkar disajikan pada Tabel 11, 12, dan 13. Dalam upaya mempercepat pendistribusian/penyaluran benih dan penyebaran VUB oleh UPBS BPTP Bali ke tingkat pengguna didukung dengan kegiatan promosi melalui : (1) kegiatan sosialisasi benih VUB kepada dinas pertanian, badan pelaksana penyuluhan; (2) kunjungan lapang dan panen bersama; (3) bantuan benih kepada petani melalui dinas pertanian kabupaten/kota setempat untuk dimanfaatkan dalam uji adaptasi varietas, demplot, display, kaji terap; (4) temu lapang; (5) menjadi peserta pameran dalam rangka hari krida pertanian, pameran pembangunan dan HUT kabupaten/kota; (5) bantuan benih VUB kepada penangkar benih. Benih yang tersalur/terdistribusi dari tahun 2013, 2014, dan 2015 berpluktuasi masingmasing mencapai 98,95% (61.495 kg), 99,08% (50.145 kg), dan 83,7% (78.600 kg) dari total benih masing-masing sebanyak 62.150 kg, 50.610, dan 93.904 kg ke kelompok tani, kios/pedagang benih, PT SHS dan PT pertani, BBI/BBU, dan kelompok penangkar di beberapa Kabupaten/kota di Bali (Tabel 3, 4, 5). Sebagian besar benih tersalur ke kelompok tani dan mengalami peningkatan dari tahun 2013, 2014, dan 2015 yaitu sebanyak 47,61% (29.587 kg), 45,88% (23.220 kg), dan 63,13% (59.283) dimanfaatkan untuk mendukung program swasembada beras melaluli kegiatan Sekolah Lapang (SL)-PTT dan Gerakan Penerapan (GP)-PTT. Dan hanya sebagian kecil benih tersalur ke produsen benih/kelompok penangkar dimanfaatkan sebagai benih sumber yaitu sebesar 4,15% (2.579 kg), 1,96% (990 kg), dan 2,89% (2.715 kg) masing-masing dari tahun 2013, 2014, dan 2015. Pada tahun 2013 dan 2014 benih yang dimanfaatkan oleh produsen benih/kelompok penangkar sebagai benih sumber masih lebih banyak menngunakan VUB Ciherang dan Cigeulis serta sebagian menggunakan VUB Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, dan Inpai 24 Gabusan. Pada tahun 2015 produsen benih/kelompok penangkar lebih banyak mengembangkan VUB Inpari dibanding dengan VUB Ciherang dan Cigeulis dengan perbandingan 65,38% (1.775 kg) dibanding dengan 34,62% (940 kg). VUB Inpari yang dikembangkan meliputi Inpari 14 Pakuan, Inpari 16 Pasundan Inpari 20, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1. Diduga bahwa produsen benih/kelompok penangkar terlihat mulai berminat mengembangkan VUB Inpari dibanding VUB Ciherang dan Cigeulis. VUB tersebut mempunyai keunggulan yang spesifik yaitu produksi tinggi antara 8-10 t/ha GKP dibanding dengan VUB ciherang dan Cigeulis yang hanya menghasilkan 7-8 t/ha GKP dengan tekstur nasi pulen. Dua VUB diantaranya yaitu Inpari 16 Pasundan dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 dengan produksi GKG lebih tinggi dibanding potensi hasil yang tertera dalam deskripsi varietas dimana hasil GKP Inpari 16 Pasundan dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 8,5 t/ha dan 9,6 t/ha dibanding dengan 7,6 t/ha dan 9,5 t/ha. Kelemahannya VUB Inpari 30 Ciherang Sub-1 rentan terhadap penyakit blas dan hawar daun bakteri. Di tingkat kelompok tani Inpari 30 Ciherang Sub-1 lebih dikenal dengan sebutan Ciherang super. Sebagian benih tersalur/ terdistribusi ke PT. SHS/Pertani, Kios/pedagang, dan BBI/BBU. Pada tahun 2013 benih yang tersalur ke PT SHS/Pertani, kios/pedagang, dan BBI/BBU dengan rincian 40,90% (25.419 kg), 6,15% (3.820 kg), 0,14% (90 kg). Sebagian produksi benih tahun 2014 yang tersalur/terdistribusi ke PT SHS/Pertani dan kios/pedagang masing-masing dengan rincian 2,96% (1.500 kg) dan 48,28% (24.435 kg). Sedangkan sebagian produksi benih tahun 2015 yang tersalur/terdistribusi ke PT SHS/Pertani dan kios/pedagang masing-masing dengan rincian 5,01% (4.700 kg) dan 12,67% (11.900 kg). Dan hanya sebagian kecil benih produksi tahun 2013 dan tahun 2014 tidak tersalur dan tidak layak (kedaluarsa) yaitu sebanyak 1,05% (655 kg) dan 0,92% (465 kg). Sedangkan benih produksi tahun 2015 yang belum tersalur dan layak adalah
444
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
sebanyak 16,03% (15.054 kg) yang terdiri dari 979 kg Inpari 13 SS, 675 Inpari 14 Pakuan SS, 4.740 Inpari 16 Pasundan FS, 2.490 kg Inpari 19 FS, dan 6.170 Inpari 20 FS/SS. Tabel 3. Distribusi/penyaluran benih kegiatan penyediaan dan perbanyakan benih unggul mendukung SL-PTT di Bali T.A. 2013. Benih Masuk No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 7. 8. 9. 10. 10. 11. 12.
Varietas Inpari 6 Inpari 7 Inpari 13 Inpari 13 Inpari 18 Inpari 19 Inpari 19 Inpari 20 Inpari 23 Inpari 24 Inpari 24 Cigeulis Ciherang Ciherang Jumlah Persentase (%)
Benih Keluar (kg)
Kelas Benih
Jumlah (kg)
FS ES FS ES SS SS ES SS FS FS SS FS SS ES
226 216 228 216 775 840 1.950 1.580 190 750 3.250 4.790 42.539 4.600 62.150
PT. SHS/ Pertani 50 1500 23.869 25.419 40,90
BBI/ BBU 20 70 90 0,14
Penang- Kelompok Kios/ kar tani pedagang 20 60 170 54 675 1.600 2.579 4,15
226 216 228 106 755 780 1.485 650 626 3.250 1.795 14.870 4.600 29.587 47,61
110 760 750 2.200 3.820 6,15
Stok (kg) 0 0 0 0 0 0 465 0 190 0 0 0 0 0 655 1,05
Tabel 4. Distribusi/penyaluran benih kegiatan penyediaan dan perbanyakan benih unggul mendukung PTT Padi di Bali T.A. 2014. Benih Masuk No. 1. 2. 3. 4. 5. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Varietas
Kelas Jumlah Benih (kg)
Ciherang BP 19.130 Ciherang BR 2.000 Inpari 19 BR 1.950 Inpari 24 BP 3.250 Inpari 24 BR 980 Cigeulis BR 7.860 Cigeulis BD 2.000 Inpari 13 BD 2.680 Inpari 13 BP 1.530 Inpari 14 BD 1.590 Inpari 16 BR 2.330 Inpari 20 BD 3.790 Inpari 20 BR 1.520 Jumlah 50.610 Persentase (%) Keterangan: *) Jadi Konsumsi
Benih Keluar (kg) PT. SHS/ Pertani 1.500 -
BBI/ BBU
Penang- Kelompok Kios/ kar tani pedagang
-
600 30 150 120
-
90 -
1.500 2,96
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
990 1,96
3.530 235 1.485 3.220 980 3.260 1.850 1.190 30 1.250 2.080 3.540 570 23.220 45,88
15.000 1.765 4.600 1.370 250 250 250 950 24.435 48,28
Stok (kg) 0 0 465* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 465 0,92
445
Tabel 5. Distribusi/penyaluran benih kegiatan produksi benih sumber padi di Bali T.A. 2015. Benih Masuk No. 1. 2. 3. 4. 5. 5. 6.
Varietas
Kelas Jumlah Benih (kg)
Ciherang BD 5.130 Ciherang BP 2.010 Cigeulis BD 5.665 Cigeulis BP 10.730 Cigeulis ES 6.300 Inpari 13 BP 1.329 Inpari 14 BD 1.050 Pakuan 7. Inpari 14 BP 4.400 Pakuan 8. Inpari 15 BD 1.540 Parahyangan 9. Inpari 16 BD 900 Pasundan 10. Inpari 16 BP 5.270 Pasundan 11. Inpari 19 BD 3.000 12. Inpari 20 BD 4.130 13. Inpari 20 BP 8.000 14. Inpari 24 BD 4.770 Gabusan 15. Inpari 28 BD 4.500 Kerinci 16. Inpari 30 BD 2.170 Ciherang Sub 1 17. Inpari 30 BP 23.010 Ciherang Sub 1 Jumlah 93.904 Persentase (%) Keterangan: *= benih kedaluarsa
Benih Keluar (kg) PT. SHS/ Pertani -
BBI/ Penang- Kelompok Kios/ BBU kar tani pedagang -
350 260 330 -
-
-
2.000
Stok (kg)
1.800
-
2.980 1.750 2.835 7.260 6.300 100 1.050
2.500 3.470 250 -
0 0 0 0 0 979 0
-
400
925
400
675
-
-
-
1.540
-
0
-
-
125
775
-
0
-
-
-
-
530
4.740
1.700 -
-
30
-
-
510 170 3.460 4.770
600 -
2.490 3.930 2.240 0
-
-
-
4.250
-
250*
-
720
1.450
0
0
1000
500
19.160
2.350
0
4.700 5,01
2.715 2,89
59.283 63,13
11.900 12,67
15.304 16,30
Sebaran Varietas Kegiatan produksi benih padi yang dilakukan UPBS BPTP Bali bekerjasama dengan produsen benih/kelompok penangkar disamping dapat mendukung ketersedian benih unggul bersertifikat secara berkelanjutan juga dapat mempercepat penyebaran VUB ke tingkat pengguna di kabupaten/kota di Bali. Adapun sebaran VUB dari hasil produksi benih dari tahun 2008 sampai 2015 tersebar ke kelompok tani/pengguna lainnya di berbagai kabuapten/kota di Bali mencapai 34.203,38 hektar disajikan pada Tabel 6. VUB yang mampu disebarkan melalui kegiatan ini meliputi Ciherang, Cigeulis, Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 10 Laeya, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1. Diantara sebaran VUB seluas 34.203,38 hektar, varietas Cigeulis tersebar paling luas yaitu mencapai 23.489,22 hektar, kemudian disusul oleh VUB Ciherang 6.683,66 hektar. Disamping dapat menyebarkan VUB Cigeulis dan Ciherang, melalui kegiatan ini dapat mempercepat penyebaran VUB Inpari seperti
446
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 10 Laeya, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 masing-masing seluas 222,6 ha, 219 ha, 382,4 ha, 1328,66 ha, 255,2 ha, 61,6 ha, 108 ha, 59,46 ha, 81,8 ha, 471,56 ha, 323,6 ha, 170 ha, dan 345,6 ha.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
447
448
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Kesimpulan 1.
Produksi benih sumber padi oleh UPBS BPTP Bali yang dilaksanakan dari tahun 2013, 2014, dan 2015 bekerjasama dengan produsen benih/kelompok penangkar mampu menghasilkan benih unggul bersertifikat secara cepat dan tepat serta berkelanjutan dengan produksi benih
2.
masing-masing 62.150 kg, 50.610 kg, dan 93.904 kg. Produksi benih sumber padi oleh UPBS BPTP Bali yang dilaksanakan dari tahun 2013, 2014, dan 2015 bekerjasama dengan produsen benih/ kelompok penangkar mampu mempercepat diseminasi VUB Inpari selain Ciherang dan Cigeulis seperti Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 10 Laeya, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan, Inpari 6 Pasundan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1.
3.
Luas sebaran VUB melalui kegiatan produksi benih sumber oleh UPBS BPTP Bali bekerjasama dengan produsen benih/kelompom penangkar dari tahun 2008 sampai 2015 mencapai 34.203,38 ha diantaranya VUB Cigeulis mencapai sebaran paling luas yaitu 23.489,22 ha, kemudian disusul oleh sebaran VUB Ciherang yaitu seluas 6.683,66 ha. Disamping dapat menyebarkan VUB Cigeulis dan Ciherang, melalui kegiatan ini dapat mempercepat penyebaran VUB Inpari seperti Inpari 6 Jete, Inpari 7 Lanrang, Inpari 10 Laeya, Inpari 13, Inpari 14 Pakuan, Inpari 15 Parahyangan, Inpari 16 Pasundan, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 24 Gabusan, Inpari 28 Kerinci, dan Inpari 30 Ciherang Sub-1 masing-masing seluas 222,6 ha, 219 ha, 382,4 ha, 1328,66 ha, 255,2 ha, 61,6 ha, 108 ha, 59,46 ha, 81,8 ha, 471,56 ha, 323,6 ha, 170 ha, dan 345,6 ha.
Daftar Pustaka
Adri, Kuntoro Boga. 2010. Pengkajian Sistem Penyediaan (>90%) Kebutuhan Benih Unggul Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai) yang Lebih Murah (>20%) secara Berkelanjutan untuk Mendukung Program Strategis Peningkatan Produksi Padi (>10%), Jagung (>20%), dan Kedelai (>20%) di Wilayah Jawa Timur. Laporan Akhir. BPTP Jawa Timur. Malang. Badan Litbang Pertanian, 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian, 2013. Petunjuk teknis unit pengelolaan benih sumber Pedoman Umum Pengelolaan Benih Sumber. Kementerian Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. BPSBTPH Provinsi Bali, 2012. Realisasi Sertifikasi Benih Padi Non Hibrida Tahun 2011. BPSBTPH Bali. Denpasar. BPTP Bali 2008. Laporan Akhir Pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadi (PTT) dan Benih Padi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. BPTP Bali, 2009. Laporan Akhir Pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadi (PTT) dan Benih Padi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. BPTP Bali 2010. Laporan Akhir Demplot Perbenihan VUB Padi Sawah untuk Memenuhi ≥80% Kebutuhan Benih Unggul Secara Berkelanjutan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
449
BPTP Bali 2011. Laporan Akhir demplot perbenihan padi mendukung SL-PTT di Kabupaten Tabanan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. BPTP Bali 2012. Laporan akhir penyediaan dan perbanyakan benih unggul mendukung SL-PTT di Bali. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. BPTP Bali 2013. Laporan akhir penyediaan dan perbanyakan benih unggul mendukung SL-PTT di Bali. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. BPTP Bali 2014. Laporan akhir penyediaan dan perbanyakan benih unggul mendukung PTT padi di Bali. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, 2006. Arah dan Strategi Sistem Perbenihan Tanaman Nasional Darman M. Arsyad dan Maesti M., 2007. Pemberdayaan kelompok tani sebagai penangkar benih padi dan palawija. Prosiding Lokakarya Regional Akselerasi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan berawal dari Desa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor. Hidayat J.R. 2006. Konsepsi revitalisasi sistem perbenihan tanaman. Iptek Tanaman Pangan. Vol 1(2) 163-181. Kamaruddin, N.St.2012 “Membangun jejaring agribisnis perbenihan padi dan palawija berbasis gapoktan”. Buletin No. 5 Tahun 2011. Diunduh dari http://sulsel.litbang.deptan.go.id tanggal 25 Juni 2013. Nugraha, U.S. 2004. Legalisasi, Kebijakan, dan Kelembagaan Pembangunan Perbenihan. Perkembangan Teknologi TRO. 26(1). RPKK. 2005. Revitalisasi Pertanian. Nugraha, U.S., S. Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007. Perbenihan di Indonesia. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (dalam proses pubilkasi) Ruskandar A., Sri Wahyuni, Sri Hari Mulya, dan Tita Rustiati. 2008. Respon petani di pulai Jawa terhadap benih bersertifikat. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Buku 2. Penyunting Bambang Suprihatno, Aan A. Dradjat, Hendarsih Suharto, Husin M. Toha, Agus Setyono, Suprihatno, Agus S. Yahya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal. 881-888.
450
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016