Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
PERANAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DALAM USAHA TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN KUNINGAN (ROLE OF WOMAN LABOR IN DAIRY FARM BUSSINESS IN KUNINGAN REGENCY) Tiara Yuhanria, Nunung Noor Hidayat dan Hermin Purwaningsih Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Februari sampai dengan tanggal 11 Maret 2013 di Kabupaten Kuningan. Tujuan penelitian ini yaitu 1) Mengetahui besarannya kontribusi pendapatan tenaga kerja perempuan terhadap total pendapatan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Kuningan. 2) Mengetahui pengaruh jumlah ternak, jumlah anggota keluarga, umur peternak, pendidikan peternak, curahan jam kerja dan lama beternak terhadap kontribusi pendapatan perempuan keluarga peternak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan metode pengambilan sampel lokasi menggunakan metode purposive sampling dan metode pengambilan sampel responden menggunakan metode sensus. Besarnya sampel yang diambil adalah 85 responden. Responden adalah tenaga kerja perempuan peternak sapi perah di Kabupaten Kuningan yang terdapat di kecamatan Cigugur, Kramatmulya dan Cilimus. Variabel yang diamati adalah jumlah kepemilikan ternak (X1), jumlah anggota keluarga (x2), umur peternak (x3), pendidikan peternak (x4) dan curahan jam kerja (x5), lama beternak (x6) sebagai variabel independen serta kontribusi pendapatan keluarga peternak (Y) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi curahan jam kerja perempuan adalah sebesar 29,45 persen dari total curahan jam kerja usaha tenak sapi perah, sementara kontribusi pendapatan kerja wanita sebesar Rp. 12.410.645,76/tahun. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukan bahwa R2 sebesar 62,10 persen, Uji Fhitung menunjukan signifikasi sebesar 95 persen dan uji thitung menunjukan variabel curahan jam kerja berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan kerja perempuan dengan tingkat signifikasi 99 persen. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kontribusi tenaga kerja perempuan dalam usaha ternak sapi perah di Kabupaten Kuningan cukup besar. Kata kunci: Sapi perah; Peranan perempuan; Curahan jam kerja; Pendapatan. ABSTRACT This reseach was conducted from February 4th until March 11th, 2013. The aims of this research were (1) to know contribution of women labor income to total income of dairy farm business in Kuningan regency (2) to know the influence of socio-economic factors (number of cattle, number of family, farming age, farming education, duration of work and farming period) on family contribution of women labor income. Survey method was used while the locations of sampling were determinated by purposive sampling. The respondents were selected using census method. The number of collected samples were 85 respondents. The respondents were woman labors in dairy farms in Cigugur, Kramatmulya and Cilimus subdistrict. The number of cattle (X 1), number of family (X2),farming age (X3), farming education (X4), duration of work (X5) and farming period (X6) were determined as independent Variables while family contribution of women labor income (Y) was dependent variable. The research results showed that contribution of working duration of woman was 29.45 percents, while the contribution of woman labor income was Rp.12,410,645.76/years. The multiple liniar regression analysis showed that R2 was 62.10 percent. The F test result showed that independent variables had significant influence on woman labor income. The T test result showed that outpouring working hours (X 5) had higly significant 536
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
influence on woman labor income. It can be concluded that the role of woman labors in dairy farm bussiness in Kuningan regency is significantly large. Keyword: Dairy farm; Role of women; Duration of work; Income PENDAHULUAN Bertambahnya jumlah penduduk tiap tahun merupakan pemacu tingkat kebutuhan protein asal hewan seperti daging, telur dan susu. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri pada sektor peternakan dalam mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak sehingga kebutuhan asal hewani terpenuhi. Kegiatan usaha peternakan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki prospek cukup baik, karena produk peternakan merupakan bahan pangan yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh manusia. Usaha peternakan di Indonesia selain berkontribusi dalam mendukung kebutuhan akan protein hewani juga turut berperan dalam meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja, maupun menopang sektor industri. Salah satu produk peternakan yang terus mengalami peningkatan permintaan adalah susu, yang ditandai dengan peningkatan konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 11,09 liter/kapita pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 14,6 liter/kapita pada tahun 2012. Permintaan susu yang terus bertambah dan diikuti meningkatnya harga susu dunia marupakan peluang yang sangat baik untuk memberdayakan usaha agribisnis sapi perah (Dwiyanto, 2008). Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan sapi perah. Potensi sumber daya alam seperti lahan yang cukup luas dan hijauan yang cukup melimpah dapat menjadi faktor pendorong untuk pengembangan usaha. Salah satu sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja wanita adalah sub sektor peternakan, peran tenaga kerja wanita diperlukan karena dalam sektor peternakan diperlukan ketelatenan dan keuletan sehingga tenaga kerja wanita lebih cocok bekerja di peternakan. Kontribusi pendapatan tenaga kerja perempuan berasal dari peternakan sapi perah relatif tinggi yaitu 48,25 % dari pendapatan keluarga. Hal ini menunjukan bahwa peran serta tenaga kerja wanita dalam menopang pendapatan keluarga mampu meningkatkan status sosial (Mubiarto, 1998). Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Kuningan pada Januari 2012, jumlah tenaga kerja peternakan sapi perah di Kabupaten Kuningan ada sekitar 1.500 orang 40% dari tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja perempuan. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, tetapi sekaligus menyebabkan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga dan kehidupan sosial di luar rumah semakin berkurang sehingga diperlukan pembagian waktu yang memungkinkan keduanya dapat berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan. Melihat pentingnya peranan perempuan terhadap kontribusi pendapatan keluarga maka perlu dikaji aspek-aspek yang mempengaruhi peranan tenaga kerja perempuan dalam keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan dengan alokasi waktu tertentu. Berdasarkan uraian di atas maka diadakan penelitian dengan judul “Peranan Tenaga Kerja Perempuan dalam Usaha Ternak Sapi Perah di Kabupaten Kuningan”.
537
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
METODE Metode Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan selama 5 minggu dengan mengambil tempat di Kabupaten kuningan. Sasaran penelitian ini adalah perempuan anggota peternak yang terlibat di dalam usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Kuningan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan peternak berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, yang meliputi: identitas peternak, kondisi ternak yang dimiliki dan curahan jam kerja Data sekunder merupakan data yang bersumber dari lembaga-lembaga pemerintah dan dari publikasi yang berupa hasil-hasil penelitian. Data sekunder meliputi: keadaan umum daerah, harga susu, harga input dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Teknik Pengambilan Sampel Sampel wilayah diambil dengan menggunakan metode purposive sampling (sengaja) yaitu sebanyak tiga kecamatan yang memelihara sapi perah dan menggunakan tenaga kerja perempuan. Sampel peternak diambil secara sensus sebesar 85 peternak. Variabel yang Diamati Variabel yang diamati pada penelitian adalah, variabel terikat (variable dependent) (Y) yaitu kontribusi pendapatan perempuan keluarga peternak. Sedangkan variabel bebas (variabel independent) (X) yaitu jumlah kepemilikan ternak (x1), jumlah anggota keluarga (x2), umur peternak (x3), pendidikan peternak (x4), curahan jam kerja (x5) dan lama beternak (x6). Analisis Data Kontribusi curahan jam kerja perempuan terhadap total curahan jam kerja : Kontribusi kerja perempuan =
curahan jam kerja perempuan total curahan jam kerja
x 100%
Kontribusi pendapatan kerja perempuan terhadap total curahan jam kerja, dapat dianalisis sebagai berikut: Kontribusi pendapatan kerja perempuan =
pendapatan perempuan dari usaha ternak total pendapatan
x 100%
Pendapatan Cash Flow : I = TR – TC Faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan tenaga kerja perempuan, dianalisis dengan model regresi linier berganda (Sudjana, 2002) sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Peternak dan Jumlah Kepemilikan Ternak Identitas peternak yaitu mengenai jumlah kepemilikan ternak, jumlah anggota keluarga, umur peternak, pendidikan peternak, curahan jam kerja dan lama beternak, ditunjukan oleh Tabel 1. 538
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
Tabel 1. Rataan jumlah kepemilikan ternak, jumlah anggota keluarga, umur peternak, pendidikan peternak dan lama beternak peternak perempuan No. Uraian 1. Jumlah kepemilikan ternak 2. Jumlah Anggota keluarga 3. Umur peternak 4. Pendidikan peternak 5. Lama Beternak Sumber : Data primer diolah 2013
Maksimum (tahun)/(ST)/(o rang) 20,00 7,00 65,00 12,00 30,00
Minimum (tahun)/ (ST)/(orang) 3,00 2,00 31,00 1,00 5,00
Rata-rata (tahun)/(ST)/(o rang) 8,33 4,79 47,14 5,19 21,73
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah kepemilikan ternak sebagian besar di atas 7 ekor yaitu sebanyak 54 orang (63,53 %). Rataan jumlah kepemilikan ternak sebanyak 8,3 ± 3,48 ekor. Menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi (2002), bahwa usaha peternakan keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi perah yang dipelihara minimal 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal kepemilikan sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 liter/hari. Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu motivasi bagi kepala keluarga (peternak) dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jumlah anggota keluarga dapat pula dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai kemajuan usaha peternakan yang dijalankan dan membantu menangani baik dalam pemeliharaan ataupun hal lain dalam usaha peternakannya. Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah anggota keluarga peternak yang terbanyak berjumlah 3-5 orang yaitu sebanyak 50 orang (58,82 %). Rataan jumlah anggota keluarga peternak perempuan yaitu 4,79 orang. Febrina et al (2008) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap usaha peternakan, semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin banyak pula kebutuhan yang akan dipenuhi oleh keluarga, tetapi disisi lain, semakin banyak anggota keluarga maka akan semakin banyak pula yang akan membantu dalam usaha peternakan. Tabel 1 menunjukan bahwa peternak terbanyak adalah peternak sapi perah perempuan yang berusia di atas 35 tahun yaitu sebanyak 78 orang (91,76%). Rataan umur peternak perempuan yaitu 47,14 ± 8,39 tahun, dengan usia minimum 31 tahun dan maksimum 65 tahun. Usia muda dan tergolong produktif menyebabkan seseorang memiliki tenaga yang lebih besar dalam berusaha, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Kasim dan Sirajuddin (2008), usia non produktif berada pada rentan umur 0 – 14 tahun , usia produktif 15 – 56 tahun dan usia lanjut 57 tahun keatas. Semakin tinggi umur seseorang maka ia lebih cenderung untuk berpikir lebih matang dan bertindak lebih bijaksana. Secara fisik akan mempengaruhi produktifitas usaha ternak, dimana semakin tinggi umur peternak umur maka kemampuan kerjanya relatif menurun. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan peternak yang terbanyak adalah pendidikan SD yaitu sebanyak 76 orang (89,41 %). Rataan pendidikan peternak perempuan yang terlibat dalam usaha ternak sapi perah berada dalam kategori rendah yaitu 5,19 tahun. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja. Mulyadi (2003) menyatakan bahwa peningkatan kualitas pekerja yang akan dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata-rata semakin baik, yang akan memberikan dampak positif terhadap produktifitas tenaga kerja. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Mukson et al (2009), Tingkat
539
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap perkembangan usaha, maka dari itu perlu ada tambahan pendidikan seperti penyuluhan maupun bimbingan yang bersifat teknis untuk mendukung pengembangan usaha. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa peternak yang berpengalaman di atas 10 tahun sebanyak 67 orang (78,82%). Lamanya beternak sapi di Kabupaten Kuningan rata-rata 21,73 ± 8,02 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternak perempuan telah cukup berpengalaman dalam mengelola usaha ternaknya. Semakin lama beternak diharapkan pengetahuan yang didapat semakin banyak sehingga keterampilan dalam menjalankan usaha peternakan semakin meningkat. (Putro, et al, 2013) Berdasarkan pengalaman, peternak beranggapan bahwa semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki maka semakin besar pula produksi susu yang dihasilkan. Sesuai pendapat Slamet dan Asngari (1989) menyatakan pengalaman yang diperoleh seseorang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pengalaman akan mempengaruhi pemahaman peternak di dalam upaya menunjang manajemen usaha ternaknya. Curahan Kerja dalam Pengelolaan Usaha Ternak Sapi Perah di Kabupaten Kuningan Rincian jenis pekerjaan dan banyaknya curahan jam kerja yang dibutuhkan dalam usaha ternak sapi perah dalam kurun waktu satu tahun, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan curahan jam kerja pada usaha ternak sapi perah per tahun di Kabupaten Kuningan Kontribusi No
Jenis Pekerjaan
Membersihkan Kandang 2 Memandikan Ternak 3 Memberi Pakan 4 Memerah Sapi 5 Lain-lain Jumlah Sumber: Data primer diolah 2013 1
LakiPerempuan laki Jam Jam (TKSP) (TKSP)
Total C. Jam Kerja (JKSP)
Persentase (%)
C. Jam Kerja Perempuan (%)
253,35
132,46
385,81
28,46
9,77
102,52 174,47 329,37 96,62 956,33
55,15 157,67 80,51 254,99 90,31 419,68 40,79 137,41 399,23 1355,56
11,63 18,81 30,96 10,14 100
4,07 5,94 6,66 3,01 29,45
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kontribusi kerja perempuan cukup besar adalah membersihkan kandang dan memerah susu. Hal ini disebabkan letak kandang berada di sekitar rumah tinggal mereka, sehingga pekerjaan tersebut dapat di kerjakan oleh istri peternak tanpa mengganggu pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga. Tabel 2 menunjukan bahwa besar kontribusi curahan jam kerja perempuan sebesar 29,45 persen. Hal ini menunjukan bahwa peranan tenaga kerja perempuan dalam mengelola usaha peternakan sapi perah cukup berarti guna menunjang keberhasilan usaha tersebut. Berdasarkan Tabel 2 diketahui hasil rataan curahan jam kerja peternak perempuan sebesar 1,4 jam/hari, didapat dari rataan kegiatan membersihkan kandang, memandikan ternak, memberi pakan, memerah sapi dan kegiatan lain. Suandi dan Sativa (2001), menyatakan umur pekerja 540
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
wanita serta menajemen usaha menjadi faktor pembatas curahan waktu kerja wanita, sedangkan menurut Yuniati dan Haryanto (2005), curahan waktu kerja dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, curahan waktu yang diberikan dalan satu hari tentunya akan mempengaruhi waktu bagi pekerja wanita yang juga merupakan ibu rumah tangga untuk mengurusi anak-anaknya dalam kehidupan kesehariannya. Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan Perempuan Usaha Ternak Sapi Perah Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (biaya penyusutan kandang dan peralatan, tenaga kerja tetap, pajak, sewa tanah, bunga pinjaman dan biaya variabel (biaya pakan, tenaga kerja lepas, IB, Obat, vitamin, transport, listrik, perbaikan sarana dan prasarana). Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya variabel jauh lebih besar di banding biaya tetap, hal ini disebabkkan biaya pakan yang sangat tinggi. Rataan penerimaan, biaya produksi, Pendapdapatan dan kontribusi pendapatan perempuan usaha ternak sapi perah per tahun disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan penerimaan, biaya produksi, pendapatan dan kontribusi pendapatan perempuan usaha ternak sapi perah per tahun di Kabupaten Kuningan No.
Uraian
Rupiah/Tahun (Rp)
Jumlah (Rp)
Presentase (%)
Peneriamaan a. Penjualan Susu 1
b. Penjualan ternak
59.571.764,71
86,45
9.340.000,00
13,55
c. Penjualan Pupuk
0
Jumlah Penerimaan
68.911.764,71
100,00
Biaya Produksi 2
a. Biaya Tetap b. Biaya Variabel
3.334.558,24
12,64
23.435.764,71
87,54
Jumlah Biaya
26.770.354,94
3
Pendapatan
42.141.411,76
4
Kontribusi pendapatan perempuan
12.410.645,76
100,00
Sumber : Data primer diolah 2013 Berdasarkan Tabel 3 hasil analisis data, penerimaan usaha sapi perah berasal dari beberapa komponen diantaranya adalah penjualan produk utama yaitu susu dan produk sampingan yaitu penjualan ternak (pedet jantan dan ternak afkir), kenaikan nilai ternak (bila pedet tidak dijual) dan penjualan pupuk. Tabel 3 menunjukkan bahwa penerimaan tertinggi berasal dari penjualan susu sebesar 86,45 persen dari total penerimaan. Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa besar kontribusi curahan jam kerja perempuan sebesasar 29,45 persen. Berarti rataan sumbangan pendapatan yang diberikan cukup besar yaitu 541
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
29,45 persen x Rp 42.086.470,59 (total pendapatan) = Rp 12.410.645,76/tahun. Sesuai pernyataan ILO (1993) bahwa peran ibu rumah tangga dalam pengelolaan sapi perah terlihat dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi wanita terhadap pendapatan keluarga menunjukkan hasil yang sangat krusial. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Pendapatan Perempuan Kontribusi pendapatan tenaga kerja perempuan pada usaha ternak sapi perah diduga dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak (X1), jumlah anggota keluarga (X2), umur peternak (X3), pendidikan peternak (X4), curahan jam kerja (X5) dan lama beternak (X6), diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 10,296 +0,108 X1 +0,431 X2 +(-0,083) X3 +(-0,136) X4 +18,827 X5 + 0,036 X6 + e Hasil analisis regresi pada Tabel 4 menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,563. Hal ini menunjukan bahwa variansi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel dependen sebesar 56,3 persen. Selebihnya, 43,70 persen dijelaskan oleh variabel lain (e) yang tidak dimasukan dalam model. Variabel tersebut diantaranya adalah tingkat ketergantungan ternak tidak laktasi dan ternak laktasi (Dependency Ratio), sebagai pekerjaan sampingan dan lain sebagainya. Hasil analisis variansi diperoleh Fhitung sebesar 16,746 dan Ftabel 0,05 sebesar 3,963 yang berarti Fhitung > Ftabel 0,05. Hal ini menunjukan bahwa persamaan garis regresi tersebut dapat digunakan sebagai garis penduga pendapatan dengan tingkat signifikasi 95 persen. Artinya bahwa jumlah kepemilikan ternak (X1), Jumlah anggota keluarga (X2), Umur peternak (X3), Pendidikan peternak (X4), Curahan jam kerja (X5) dan lama beternak (X6) secara bersama-sama dapat mempengaruhi kontribusi pendapatan perempuan keluarga peternak (Y). Penelitian ini dapat digeneralisasikan terhadap perempuan peternak sapi perah di Kabupaten Kuningan. Paturochman (2005), bahwa besar kecilnya skala usaha pemilikan sapi perah sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. Makin tinggi skala usaha pemilikan, makin besar tingkat pendapatan peternak, maka untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi perah dapat ditempuh dengan meningkatkan skala usaha pemilikan. Semakin banyak ternak yang dipelihara semakin efisien dalam penggunaan biaya produksi. Berdasarkan Tabel 4 secara parsial jumlah kepemilikan ternak (X1) tidak berpengaruh nyata (P>0.01) terhadap kontribusi pendapatan keluarga peternak di Kabupaten kuningan. Hal ini di sebabkan dalam penggunaan curahan jam kerja peternak belum optimal, sebenarnya peternak tersebut masih mampu untuk memelihara beberapa ternak lagi, karena keterbatasan sapi, lahan dan modal menjadikan jumlah kepemilikan di Kabupaten kuningan tidak berpengaruh nyata terhadap kontribusi pendapatan keluarga peternak. Soekartawi (1995) bahwa Jumlah kepemilikan ternak mempengaruhi pendapatan peternak, jumlah ternak yang dipelihara sangat mempengaruhi efisien usaha, semakin banyak ternak yang dipelihara maka semakin tinggi pendapatan. Hal ini dapat dimungkinkan tergantung terhadap kondisi dan keadaan sapi perah itu sendiri. Berdasarkan Tabel 4 variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap kontribusi pendapatan perempuan keluarga peternak (P>0.10) hal ini disebabkan besarnya jumlah anggota keluarga tidak memberikan kontribusi yang positif terhadap usaha ternak yang dipelihara. Menurut Febrina et al (2008) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap
542
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
usaha peternakan, semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin banyak pula kebutuhan yang akan dipenuhi oleh keluarga, tetapi disisi lain, semakin banyak anggota keluarga maka akan semakin banyak pula yang akan membantu dalam usaha peternakan. Berdasarkan Tabel 4 variabel umur peternak (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap kontribusi pendapatan keluarga peternak (P>0.10). Dilihat dari penelitian sebelumnya umur peternak tidak berpengaruh nyata terhadap kontribusi pendapatan perempuan. Hal ini disebabkan tidak terdapat perbedaan curhan jam kerja antara peternak yang masih berumur muda dengan peternak yang sudah berumur tua. Perbedaan curahan jam kerja lebih banyak dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dimiliki, tidak adanya perbedaan curahan jam kerja tentunya tidak akan berdampak terhadap besarnya pendapatan peternak perempuan tersebut (Mastuti dan Hidayat, 2008). Yunasaf dan Tasripin (2011), umur responden berkisar antara 24-60 tahun yaitu sebanyak 93,16 persen ada dalam umur yang produktif. Pada umur produktif ini umumnya peternak akan cukup aktif dalam melaksanakan usaha ternaknya. Pada usia produktif, peluang untuk diterimanya inovasi untuk responden tergolong tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagian besar peternak perempuan yang ada di Kabupaten Kuningan rata-rata berusia di atas 40 tahun dan jarang berusia muda. Tabel 4 menunjukan variabel tingkat pendidikan peternak (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap konribusi pendapatan perempuan keluarga peternak (P>0.10). Hasil analisis ini menunjukan bahwa tinggi rendahnya jenjang pendidikan tidak berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh peternak Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar peternak perempuan berpendidikan relatif rendah, sehingga kurang termotivasi dalam mengelola usahanya. Hasil penelitian menunjukan rata-rata jenjang pendidikan peternak ialah 5,19 tahun atau rata-rata tamatan Sekolah Dasar. Pendidikan yang rendah menyebabkan peternak tidak dapat menerima informasi atau inovasi dengan baik. Soekartawi (1986), tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berfikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Selain itu pendidikan petani yang semakin tinggi juga dapat membuat petani menjadi lebih mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan akan meningkatkan produksi pada usaha taninya tersebut (Nasution, 2008). Berdasarkan Tabel 4 secara parsial variabel curahan jam kerja peternak (X5) berpengaruh sangat nyata terhadap konribusi pendapatan perempuan keluarga peternak (P<0.01). Koefisien regresi sebesar 18,827 menunjukan bahwa semakin bertambah curahan jam kerja peternak maka semakin meningkatkan kontribusi pendapatan ternak sebesar 18,827 menunjukan bahwa semakin bertambah curahan jam kerja peternak maka semakin meningkatkan kontribusi pendapatan peternak sebesar 18,827 %. Hal ini menunjukkan bahwa curahan jam kerja peternak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan perempuan peternak sapi perah di Kabupaten Kuningan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mubiarto (1998) terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor petanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar (877,04 jam setahun) dibanding pria (657,14 jam setahun). Besarnya curahan jam kerja wanita pada kegiatan di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tabel 4 menunjukan variabel Lama beternak (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap kontribusi pendapatan perempuan keluarga peternak (P>0.10). sejalan dengan pendapat Mastuti dan Hidayat (2008), bahwa rata-rata peterak masih menggunakan teknologi yang sangat 543
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
sederhana serta turun temurun sehingga pengalaman atau lama beternak tidak memberikan sumbangan nyata bagi pendapatan peternak, sedangkan menurut Syadan (1996) Pengalaman berusaha dimiliki seseorang lebih banyak membantu dalam menjalankan usahanya dibandingkan dengan pendidikan yang diikuti, semakin lama beternak maka semakin lama beternak maka semakin tinggi tingkat produktifitasnya. SIMPULAN Tenaga kerja perempuan memberikan kontribusi terhadap total curahan jam kerja dan total pendapatan pada usaha ternak sapi perah, rataan kontribusi pendapatan keluarga peternak sapi perah di Kabupaten Kuningan sebesar 29,45 persen sedangkan rataan kontribusi pendapatan kerja keluarga peternak sapi perah di Kabupaten Kuningan sebesar Rp. 12.410.645,76 /tahun. Variabel curahan jam kerja memiliki pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan kerja perempuan keluarga peternak pada taraf signifikasi 99 persen.
DAFTAR PUSTAKA Djarwanto, 1998. Statistik Sosial Ekonomi I. BPFE. Yogyakarta. Dwiyanto K. 2008. Hasil Rumusan Pekan Promosi Susu Nasional Menyambutari Kartini Kerjasama dengan Puslitbangnak. STEKPI. Febrina, Dewi dan Meirika Liana. 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia pada Peternak Rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Peternakan (5) 1: 28-37. ILO. 1993. A Coprehensive Women’s Empployment Strategy Farm Indonesia : Final Report of an ILO/UNDP TTSI Missian. Bangkok. Kasim, K dan Sirajuddin, N. 2008. Peranan Usaha Wanita Peternak Itik Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Manisa Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap). Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Mastuti, S dan NN Hidayat. 2008. Peranan Tenaga Kerja Perempuan dalam Usaha Ternak Sapi Perah di Kabupaten Kuningan. Jurnal. Animal Production 11 (1) 46-47. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Menteri Negara Riset dan Teknologi. 2002. Budidaya Peternakan. (On Line). Sentra informasi Iptek. Http://www.iptek.net.id./ind/warintek. diakses 8 Oktober 2006. Mubiarto. 1998. Wanita Pedesaan problematika dan Masalahnya. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mukson, T. Ekowati, M. Handayani, dan D.W. Harjanti. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Getsan Kabupaten Semarang. Seminar Nasional Kebangkian Peternakan. Paturocman, M. 2005. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Keluarga Peternak dengan Tingkat Konsumsi (Kasus di Koprasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS Pangalengan) Sosihumaniora Vol.7, 3 November 2005. www.resources.unpad.ac.id.
544
Tiara Yuhanria dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 536 - 545, Juli 2013
Putro, D.A.N, A. Setiadi dan M. Handayani. 2013. Analisis Potensi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Animal Agricultural Journal. Vol.2 No. 2, 33-40. Slamet, M dan Asngari, P. A. 1989. Penyuluhan Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Soekartawi, A. Soehardjo, Jonhn L.D., dan J. Brihan H.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. University Indonesia Press. Jakarta Soekarwawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Press. Jakarta. Soekartawi. 2001. Teori Ekonomi Produksi (dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas) Rajawali Press. Jakarta. Suandi dan Sativa F. 2001. Pekerja Wanita pada Agroindustri Pangan di Pedesaan Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. J. Penelitian Unibra. 7 (2). Sudjana a . 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Sudjana b. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal. 109, 111. Sutrisno, H. 1987. Statistik. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sydan, G, B. C. T. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resourches Management) Suatu Pendekatan Mikro. Djambatan. Jakarta. Wibowo, S.A dan F.T. Haryadi. 2006. Faktor Karakteristik yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Program Kredit Sapi Potong Pada Kelompok Peternak Andiniharjo Kabupaten Sleman Yogyakarta. Media Peternakan (29) 3: 176-186. Yuniati S. Dan Haryanto S. 2005. Pekerjaan Wanita pada Industri Rumah Tangga Sandang dan Kontribusinya Terhadap pendapatan Rumah Tangga di Kecamatan Sukun Malang. Journal Penelitian Lembaga Universitas Merdeka Malang. Volume XVII. Nomer 2 tahun 2005. Yunasaf, U dan D.S. Taspirin. 2011. Peran Penyuluh dalam Proses Pembelajaran Peternak Sapi Perah di KSU Tandangsari Sumedang. Jurnal Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Vol. 11, No. 2: 98-103.
545