Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 151~157 151
PERANAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM MENCEGAH PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA SDN SUNGAPAN 3 GALUR Yayan Mulyana AMIK BSI Yogyakarta e-mail:
[email protected] Abstrak Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalamannya. Pendidikan agama Islam diharapkan dapat menjadi benteng terhadap perilaku menyimpang, perilaku menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik di sekolah, keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat. Karena pada tahap ini mereka masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dalam pandangan masyarakat umum. Tingkah laku seseorang dikatakan menyimpang apabila perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, yang melanggar aturan-aturan, nilai-nilai dan norma baik norma agama, norma hukum, dan norma adat. Tingkah laku menyimpang itu juga disebut tingkah laku bermasalah, artinya, tingkah laku bermasalah yang masih dianggap wajar dan dialami oleh remaja yaitu tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagian akibat adanya perubahan secara fisik dan psikis, dan masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan diri sendiri dan masyarakat sekitarnya Keywords: Pendidikan Agama, Tingkahlaku, Penyimpangan 1. Pendahuluan Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik di sekolah, keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat. Biasanya penyimpangan perilaku dilakukan oleh kalangan usia sekolah (pendidikan dasar sampai menengah). Karena pada tahap ini mereka masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dalam pandangan masyarakat umum. Dewasa ini sering banyak dibicarakan orang tentang gejala meningkatnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar, baik yang duduk bangku SLTA, tetapi bukan tidak mungkin masalah penyimpangan perilaku pelajar ini menjalar ke tingkat SD, walaupun kapasitas pelanggarannya masih sekitar moral etika dan tata tertib sekolah serta masalah kenakalan dan dalam kenyataan kasus-kasus perilaku menyimpang pelajar tersebut tidak hanya terbatas di daerah perkotaan, tetapi juga telah mulai menjalar sampai pelajar di daerah pedesaan. Berkembangnya kecenderungan kasuskasus perilaku menyimpang pelajar
tersebut jelas merupakan suatu paradoks bagi dunia pendidikan, sebab kecenderungan semacam itu sangat bertentangan dengan arah dan tujuan pendidikan nasional, kenyataan itu juga berarti bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah memberi sumbangan sangat besar bagi dunia pendidikan tidaklah serta merta dapat menjadikan dunia pendidikan mampu mewujudkan tujuan idealnya secara paripurna. Adapun latar belakang penyebab timbulnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar, yang pasti perilaku menyimpang itu harus dicegah dan diatasi, bukan saja karena hal itu merupakan paradoks bagi dunia pendidikan, tetapi juga karena dapat mengganggu ketertiban dan ketentraman masyarakat serta dapat menimbulkan kerugian bagi pelakunya itu sendiri dan bagi orang lain. Dalam usaha menanggulangi perilaku menyimpang, maka Pendidikan Agama Islam berguna untuk menjadi benteng agar tidak terjadi penyimpangan perilaku,
Diterima 15 Januari 2015; Revisi 9 Februari 2015; Disetujui 15 Maret 2015
ISBN: 978-602-61242-3-4
sehingga penulis tertarik untuk meneliti judul semuanya. Perumusan Masalah 1 Bagaimana bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang yang terjadi di kalangan siswa SDN Sungapan 3 Galur? 2 Adakah peranan Pendidikan Agama Islam dalam pencegahan perilaku menyimpang di kalangan siswa SDN Sungapan 3 Galur? 3 Bagaimana peranan Pendidikan Agama Islam terhadap pencegahan perilaku menyimpang pada siswa SDN Sungapan 3 Galur? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana bentukbentuk tingkah laku menyimpang yang terjadi di kalangan siswa SDN Sungapan 3 Galur. 2 Untuk mengetahui adakah peranan Pendidikan Agama Islam dalam pencegahan perilaku menyimpang di kalangan siswa SDN Sungapan 3 Galur. 3 Untuk mengetahui bagaimana peranan Pendidikan Agama Islam terhadap pencegahan perilaku menyimpang pada siswa SDN Sungapan 3 Galur. 2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa metode agar mendapatkan hasil penelitian yang valid. Sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih memudahkan dalam memperoleh data-data seperti yang dikehendaki penulis. Metode-metode tersebut adalah : 1. Metode Penentuan Subyek. Subjek yang akan diambil dalam penelitian biasanya disebut sebagai populasi (Sukardi, 2005). Dalam penelitain ini populasi yang dipilih adalah Kepala Sekolah, Guru dan siswa SDN Sungapan 3 Galur. Adapun banyaknya siswa adalah 28 anak. Karena jumlah populasi kecil, maka seluruh populasi tersebut akan digunakan sebagai sumber pengambilan data, sehingga jenis penelitain ini disebut penelitian populasi. 2. Metode Pengumpulan Data. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data, antara lain: a. Metode Interview/Wawancara. Metode interview adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara untuk menilai keadaan seseorang” (Suharsimi,2006) yaitu
informasi yang obyektif, maka penulis menetapkan person yang menjadi sasaran interview yaitu kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa yang menjadi objek penelitian. Untuk mendapatkan data mengenai keadaan TK termasuk sarana dan prasarananya. b. Metode Dokumentasi. Dokumentasi, dari asal kata “dokumen yang artinya barang-barang tertulis.” (Suharsimi, 2006) Di dalam melaksankana metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis sepeti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi, 2006). Maka penulis mengumpulkan data dengan jalan mencari dokumen atau catatan mengenai data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian ini. Dokumen yang penulis maksud ialah data perkembangan anak, data kunjungan orang tua dan konsultasi orang tua dalam perkembangan anaknya. c. Metode Angket. “Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan, maka dalam angket komukasi tersebut dilakukan secara tertulis. Data yang akan dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis, dan responden menjawab secara tertulis pula,” dalam Suharsimi(2006:255). Metode angket ini oleh penulis digunakan untuk memperoleh data tentang peranan orang tua dan pengasuh dalam rangka meningkatkan kemandirian anak. 3. Metode Analisa Data. Dalam menganalisa data ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data yang bersifat kuantitatif yang dianalisa dengan hitungan statistik sederhana dengan cara mendistribusikan angka mutlak kedalam bentuk table-tabel dan angka prosentase, hal ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada orang tua dan pengasuh. Rumus yang digunakan adalah:
3. Pembahasan
KNiST, 30 Maret 2015 152
ISBN: 978-602-61242-3-4
Peranan Pendidikan Agama dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang Pendidikan Agama haruslah menjadi dasar untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan di dunia, oleh karena itu belajar pendidikan agama tidak hanya membaca, menghafal akan tetapi mengimplementasikannya dalam perilaku sehari-hari itu yang cukup sulit. Dimana dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam diajarkan tentang pendidikan akhlak untuk membentuk pribadi muslim yang sejati, beriman dan beramal sholeh. Dengan demikian prinsip-prinsip yang bertentangan dengan pendidikan Agama Islam meliputi: 1. Pelanggaran Etika. Dalam pelanggaran etika yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah seperti: berbohong, ngobrol dengan teman pada saat guru menerangkan, suka mengolokolok temannya, berbicara kasar baik terhadap teman ataupun gurunya, keluar masuk kelas pada saat belajar tanpa ijin dari guru. 2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, seperti: bolos belajar, tidak menggunakan pakaian seragam sekolah, berpakaian tidak rapi, mencontek pekerjaan orang lain saat ujian, curat-coret di meja, mengganggu siswa lain dan lain sebagainya. 3. Pelanggaran Kriminal. Tindakan kriminal yang dimaksud adalah berkelahi, mencuri, melakukan tindakan asusila melalukan tidakan penganiyaan dan lain sebagainya. Di SDN Sungapan 3, kegiatan untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dilakukan oleh siswa adalah dengan melakukan kegiatan keagamaan (TPA), ekstra kurikuler untuk mengembangkan potensi anak yaitu pramuka dan lain sebagainya pelajaran agama Islam yang diberikan di dalam kelas agar para siswa berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW (wawancara dengan Guru PAI). Dari hasil angket siswa ini diberikan skor penilaian skala 100. Dengan klasifikasi peringkat 85 s.d 100 predikat baik sekali (tidak pernah pelakukan pelanggaran/ penyimpangan perilaku), 70 s.d. 84 dengan predikat baik (pernah melakuan pelanggaran/ penyimpangan perilaku), dan di bawah nilai 69 predikat nilai kurang baik (sering melakukan pelanggaran/ penyimpangan perilaku). Di bawah ini hasil penilaian terhadap angket siswa:
Hasil angket di atas dapat dijelaskan sesuai kriteria perilaku baik sekali, baik, dan kurang baik adalah sebagai berikut: 1. Tentang Pelanggaran Etika Pelanggaran etika seperti ngobrol di dalam kelas ketika guru menjelaskan dan yang lain-lain sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas hasilnya adalah: a. Siswa yang tidak pernah melakukan penyimpangan etika atau termasuk siswa yang baik sekali adalah:
Dengan siswa yang dikategorikan baik sekali tidak pernah melakukan pelanggaran etika adalah 19,35%. b. Siswa yang pernah melakukan penyimpangan etika atau termasuk siswa yang baik adalah:
Dengan siswa yang dikategorikan baik atau pernah melakukan pelanggaran etika
KNiST, 30 Maret 2015 153
ISBN: 978-602-61242-3-4
adalah 68,74%. c. Siswa yang sering melakukan penyimpangan etika atau termasuk siswa yang kurang baik adalah:
Dengan siswa yang dikategorikan kurang baik atau sering melakukan pelanggaran etika adalah 12,90%. 2. Tentang Pelanggaran Tata Tertib Sekolah. Prosentase tingkat perilaku penyimpangan/ pelanggaran siswa terhadap tata tertib sekolah adalah sebagai berikut: a. Siswa yang termasuk kategori baik sekali atau tidak pernah melakukan penyimpangan/pelanggaran tata tertib sekolah adalah:
Dapat disim pulkan bahwa siswa yang tidak pernah melakukan penyimpangan / pelanggaran tata tertib sekolah sebanyak 16,12%.. b. Siswa yang termasuk kategori baik atau pernah melakukan penyimpangan/pelanggaran tata tertib sekolah adalah:
Dapat disim pulakan bahwa siswa yang pernah melakukan penyimpangan/pelanggaran tata tertib sekolah sebanyak 67,74%. c. Siswa yang termasuk kategori kurang baik atau sering melakukan penyimpangan/pelanggaran tata tertib sekolah adalah:
Dapat disim pulakan bahwa siswa yang sering melakukan penyimpangan/ pelanggaran tata tertib sekolah sebanyak 16,12%. 3. Tentang Pelanggaran Kriminal Pelanggaran kriminal yang dimaksud seperti: berkelahi, mencuri, melakukan penganiyaan terhadap teman, dan lain-lain. Presentase siswa yang melakukan
penyimpangan perilaku dengan melakukan tindakan kriminal adalah sebagai berikut: a. Siswa yang termasuk kategori baik sekali atau tidak pernah melakukan tindakan kriminal adalah:
kesimpulan b ahwa siswa yang tidak pernah melakukan tindakan kriminal sebanyak 35,48%. b. Siswa yang termasuk kategori baik atau pernah melakukan penyimpangan/pelanggaran kriminal adalah:
Dapat disimp ulkan bahwa siswa yang pernah melakukan pelanggaran kriminal sebanyak 621,29%. c. Siswa yang termasuk kategori kurang baik atau sering melakukan pelanggaran kriminal adalah:
Dapat disim pulkan bahwa siswa yang sering melakukan pelanggaran kriminal sebanyak 3,22%. Untuk melihat sejauhmana peranan pendidikan Agama Islam secara singkat dapat dilihat dari nilai raport sebagai hasil akhir dari sebuah pembelajaran dalam satu semester, penilaian Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam SDN Sungapan 3 Galur terhadap siswanya menggunakan teknik penilaian sebagi berikut: 1. Teknik Tes, teknik ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan siswa terhadap aspek kognitif dan psikomotor 2. Teknik Non Tes, teknik ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan siswa terhadap aspek afektif yaitu nilai dan sikap siswa yang bisa digali dengan pengamatan, wawancara dan angket. Dalam memberikan penilaian akhir pada raport, maka rumus yang digunakan adalah:
KNiST, 30 Maret 2015 154
ISBN: 978-602-61242-3-4
Keterangan: NR : Nilai Raport UH : Rerata Ulangan Harian UTS : Ulangan Tengah Semester UKK : Ulangan Kenaikan Kelas Tugas : Rerata Tugas (produk, proyek, penilaian diri, penilaian kinerja, skala sikap, portofolio, tugas/ pekerjaan rumah. Sedangkan standar nilai yang digunakan adalah skala 0 sampai dengan 100, maka nilai raport yang ada dikalikan dengan angka 10. Dengan demikian untuk lebih jelasnya nilai Pendidikan Agama Islam pada semester gasal pada siswa yang dijadikan sampel tadi dari rata-rata nilai penguasan konsep dan penerapan konsep sebagai berikut:
Dari data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa 9 siswa mempunyai predikat baik sekali, 19 siswa mempunyai predikat baik, dan 3 siswa mempunyai predikat kurang baik. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa: 1. Persentase siswa yang termasuk kategori baik sekali atau mempunyai nilai baik sekali adalah:
Siswa yang m empunyai predikat baik sekali hanya 29,03% dari jumlah siswa 31 orang. 2. Prosentase siswa yang mempunyai predikat baik dalam pelajaran PAI adalah:
Mayoritas sisw a mempunyai predikat baik terlihat dari presentasi nilai PAI yang mencapai 61,29%. 3. Siswa yang termasuk kategori kurang baik adalah:
Dapat disim pulakan bahwa siswa yang predikat kurang baik sebanyak 9,68%. Dengan demikian kalau dilihat dari prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan hasil angket, menujukan bahwa rata-rata siswa SDN Sungapan 3 Galur berperilaku baik. Mengatasi Perilaku Menyimpang pada Siswa SDN Sungapan 3 Galur Untuk melihat kondisi yang melatarbelakangi bahwa siswa SDN Sungapan 3 Galur rata-rata pernah melakukan pelanggaran etika, tata tertib sekolah atau bahkan tindakan kriminal walaupun dalam kategori kriminal ringan seperti berkelahi antar siswa, hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek: 1. Lingkungan Tempat Tinggal Siswa Lingkungan merupakan faktor pendukung terhadap perkembangan anak, baik bersifat negatif atau positif. Lingkungan tempat tinggal siswa sebagian besar masyarakatnya berpendidikan yang baik bahkan sebagian besar pegawai negeri sipil dan wiraswasta yang mempunyai tingkat ekonomi menengah ke atas, sehinga sangat memperhatikan terhadap pendidikan dan pergaulan anak agar berperilaku yang baik. Kondisi seperti ini yang terjadi di SDN Sungapan 3 Galur yang mendorong dan
KNiST, 30 Maret 2015 155
ISBN: 978-602-61242-3-4
mengawasi anak/siswanya untuk berperilaku baik. 2. Dukungan Orang Tua Kalau dilihat dari data yang telah dijelaskan pada bab II, seratus persen orang tua siswa beragama Islam. Dengan demikian seharusnya mereka bisa belajar berperilaku yang Islami, dan jauh diri dari perbuatan penyimpangan/ pelanggaran etika, tata tertib dan kriminal (ringan). Akan tetapi karena tingkat pemahaman agama yang pasti berbeda maka pencegahan agar anak terhindar dari pergaulan yang kurang baik menjadi berbeda juga. Misalkan menyuruh anaknya untuk sekolah TPA, belajar mengaji bukan menjadi prioritas. Hal ini sangat terlihat dari praktek ibadah siswa yang kurang baik. Walaupun demikian pada umumnya perilaku siswa SDN Sungapan 3 Galur mayoritas baik atau wajar seperti kebanyakan perilaku anak pada umumnya. Hal ini akan lebih membatu terhadap perkembangan siswa dalam memahami pendidikan agama Islam secara bertahap dan kontrol orang tua sangat dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan perilaku anaknya. 3. Dukungan dari Guru Mendidik malalui keteladanan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari upaya strategis untuk mewujudkan tujuan dalam pemahaman terhadap pendidikan agama Islam yang diharapkan. Paling tidak ada beberapa ciri kepribadian yang harus terbagun dan terpelihara dalam aplikasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu: a. Pribadi yang selalu berkata dan berbuat benar, yaitu menyatunya kata dengan perbuatan (konsisten). b. Pribadi yang tidak menyembunyikan segala sesuatu kebenaran dan berani menyalahkan segala sesuatu yang salah. Dalam hal ini sesuatu yang baik disampaikan kebaikannya dan sesuatu yang buruk disampaikan keburukannya. c. Pribadi yang selalu menjauh dari perbuatan yang salah dan menyahkan orang lain. d. Pribadi yang dapat dipercaya karena kejujurannya. e. Pribadi yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, sehingga selalu bijaksana dalam perktaan dan perbuatannya. Pelajaran ini selalu disampaikan oleh guru PAI di dalam kelas dengan menceritakan kisah-kisah yang perlu ditauladani seperti
kisah para nabi dan sahabat yang mencontohkan akhlak yang baik. Pendidikan bukan hanya merupakan suatu usaha manusia untuk menambah pengetahuan dan kemampuannya dalam mencapai cita-cita hidup tetapi juga merupakan penghayatan nilai-nilai. Melalui cara inilah kualitas manusia secara langsung dapat dibentuk. Upaya pendidikan seharusnya sudah dimulai sejak dini dalam lingkungan keluarga melalui interaksi antara orang tua dan anak atau melaui percontohan dan bimbingan di mana orang tua menjadi panutan. Dalam interaksi ini tercakup pernyataan, stimulasi sikap, minat dan keyakinan orang tua. 4. Simpulan Bentuk perilaku meyimpang pada siswa SDN Sungapan 3 Galur adalah a) penyimpangan etika yang dimaksud: berbohong, ngobrol dengan teman pada saat guru menerangkan, suka mengolokolok temannya, berbicara kasar, dll, b) penyimpangan tata tertib sekolah yang dimaksud: bolos belajar, tidak menggunakan pakaian seragam sekolah, berpakaian tidak rapi, mencontek, dan c) penyimpangan kriminal (ringan) yang dimaksud: berkelahi, mencuri, melakukan tindakan asusila. Dari dasil penelitian bahawa siswa SDN Sungapan 3 Galur yang sering melakukan penyimpangan etika ada 12,90%, yang sering melakukan penyimpangan tata tertib sekolah ada 16,12%, dan yang sering melakukan penyimpangan kriminal (ringan) ada 3,22%, sedangkan prestasi belajar yang paling tidak memuaskan ada 9,68% dari jumlah 31 siswa. Peranan Guru PAI yaitu memperhatikan pergaulan dan perilaku siswa di sekolah serta memberikan tauladan yang baik, dan Peranan orang tua untuk mendorong anaknya berbuat lebih baik, dan dorongan anak dalam mengarahkan dan memberikan contoh perilaku baik pada anaknya. Referensi Al- Rosyidin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Ilmiah (Suatu Pendekatan Praktis), PT. Rineka Cipta.
KNiST, 30 Maret 2015 156
ISBN: 978-602-61242-3-4
Darojat, Zakiyah. 2005. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta. Departemen Agama RI. 2004. Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, Jakarta. Maman
Kh, er,al. 2006. Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktek, Raja grafindo Persada, Jakarta.
Mastuhu. 2003 . Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional, Safira Insania Press, Yogyakarta Muhibin Syah, Med. 2003. Psikologi Belajar Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan R &D, Alfabeta, Bandung. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Bima Aksara, Jakarta.
KNiST, 30 Maret 2015 157