59
PERANAN MUSIK PADA PERNIKAHAN ETNIS JAWA DI DESA DALU SEPULUH TANJUNG MORAWA MEDAN
Putri Handayani
ABSTRAK Peranan musik pada pesta pernikahan etnis Jawa adalah catatan bagaimana fungsi dan pengunaan serta bentuk musik yang berperan langsung dalam ritual pesta pernikahan diDesa Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Medan. Dalam catatan ini dikemukakan beberapa peristiwa budaya kehidupan musik ditengah-tengah pendukungnya. Peranan musik sebagai ritual tradisi orang Jawa di Desa Dalu Sepuluh B masih digunakan walau tidak sebagaimana mestinya keberadaanya seperti di pula Jawa. Fungsinya sebagai Hiburan masyarakat tersebut lebih tertarik dengan mengadakan pertunjukan Keyboard atau organ tunggal yang dianggap lebih praktis dan lebih dapat menghibur. Kata kunci: Musik, Etnis Jawa, Tanjung Morawa
A. Pendahuluan. Masyarakat diprovinsi Sumatra Utara terdiri dari berbagai etnis suku bangsa seperti: etnis Mandailing, etnis Batak Toba, etnis Karo, etnis Simalungun, etnis Pak-pak Dairi, etnis Melayu, etnis Nias dan juga etnis pendatang, diantaranya seperti: etnis Minang, etnis Jawa, etnis Tionghoa (Cina), etnis India, etnis Sunda dan lain sebagainya. Keanekaragaman etnis tersebut memiliki aneka ragam corak budayanya masing-masing, yang lahir dari hasil pemikiranpemikiran, kebiasaan-kebiasaan yang terkait erat dengan kondisi lingkungan dimana kelompok masyarakat tersebut berasal. Kebudayaan suatu etnis berkorelasi erat dengan pembentukan kepribadian setiap anggota kelompok masyarakat yang tercermin dari setiap tindak tanduk individu maupun kelompok, dan mengandung nilai-nilai luhur yang diturunkan secara turun-temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu contoh bentuk keaneka ragaman budaya etnis di Indonesia misalnya pada suku Jawa dalam acara pernikahan. Etnis Jawa yang berada di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa merupakan masyarakat Jawa yang telah lama tinggal di daerah ini. Mereka datang dengan membawa serta budaya dan kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan tersebut adalah kebanyakan penduduk etnis Jawa yang bertempat tinggal di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa melaksanakan ritual pernikahan. Biasanya ritual ini selalu diikuti dengan adanya iringan musik. Keberadaan musik dianggap sangat berperan penting dalam acara resepsi pernikahan mayarakat Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa. Salah satunya dalam ritual pernikahan.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
60 B. Asal Mula Nama Desa Dalu Sepuluh Menurut salah satu tokoh masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa, nama Desa Dalu Sepuluh-B awalnya adalah Desa Payanibung. Paya yang artinya rawa-rawa dan nibung artinya sejenis pohon yang menyerupai pohon pinang dan berduri. Menurutnya pada zaman dahulu ada nama sungai yang disebut sungai Blumai. Dimana sungai tersebut merupakan jalur pelayaran para nelayan dari Serdang. Dipinggir sungai tersebut ditumbuhi pohon ”dalu-dalu” sebanyak sepuluh batang pohon. Pohon dalu-dalu adalah sejenis pohon kayu keras seperti pohon mahoni yang batangnya dipergunakan untuk bahan bangunan, buahnya berbentuk bulat dan tidak bisa dimakan. Pohon dalu-dalu tersebut dimanfaatkan oleh nelayan sebagai tempat menambatkan perahu mereka. Namun pohon dalu-dalu tersebut sekarang sudah tidak ada lagi, pohon tersebut terkubur didalam tanah akibat erosi. Ketika pemerintah menyuruh para penduduk untuk meluruskan sungai tersebut, kemudian sungai tersebut digali para penduduk menemukan sisa batang pohon dalu-dalu yang terpendam didalam tanah dengan keadaan batang pohon yang sudah mengeras dan membatu maka sejak saat itu daerah yang dilalui sungai tersebut diganti namanya menjadi Desa Dalu Sepuluh, dan saat ini daerah tersebut mengalami pemekaran dan dibagi menjadi dua bagian yaitu Desa Dalu Sepuluh-A yang penduduknya mayoritas etnis Melayu dan Desa Dalu Sepuluh-B yang penduduknya mayoritas etnis Jawa. Didesa Dalu Sepuluh B yang penduduknya mayoritas adalah etnis Jawa Dalam penyelengaraan upacara ritual pernikahan masih melaksanakan ritual pernikahan dengan adat Jawa dalam pengamatan penulis acara ritual tersebut terbagi dalam sembilan ritual dan masih banyak bagi mereka melaksanakannya. Sembila ritual pernikahan tersebut antara lain adalah: 1) Pelaksanaan Ijab 2) Mertuai atau Mapag Besan 3) Upacara Panggih atau Temu Penganten 4) Balangan Suruh 5)Ritual Wiji Dadi 6)Ritual Kacar Kucur atau Tampa Kaya, 7) Ritual Dhahar Klimah atau Dhahar Kembul, 8) Ritual Timbangan, 9) Upacara Sungkeman. Dalam hal ini biasanya mereka menyertakan iringan musik dalam acara pernikahan tersebut. C. Musik Dalam Resepsi Pernikahan Etnis Jawa Di Desa Dalu Sepuluh Musik merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang akan menghasilkan efek dan emosi tertentu bagi manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Imam Musbikin (2009:38) “musik merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Lantunan musik diciptakan untuk menggambarkan keadaan tertentu, baik itu susah ataupun senang. Musik yang bagus akan menghasilkan mood dan emosi yang bagus”. Keberadaannya didalam pesta pernikahan ini musik menjadi penting, hal ini terkadang musik dapat menjadi pengiring suasana yang menghasilkan mood dan menciptakan suasana yang lebih memacu emosi dalam kehikmatan acara tersebut. Selain itu juga bahwa musik dapat difungsikan dalam berbagai kegiatan misalnya sebagai sarana hiburan, sebagai pengiring ritual, sebagai media pendidikan, media dakwa dan lain sebagainya, dalam hal ini musik pada pesta pernikahan akan dibahas sedikit lebih mendalam khusunya keberadaan musik pada pernikahan di Desa Dalu Sepuluh. Sebelum membahas musik pada pesta pernikahan ini lebih jauh, penulis akan menyinggung sedikit tentang apa sebenarnya pesta pernikahan. Pesta pernikahan adalah salah satu bentuk upacara tardisional yang dilakukan oleh seseorang. Poerwodarminta dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001:1132) menyatakan bahwa upacara berarti: (1). Tanda-tanda kebesaran, (2). Hal melakukan sesuatu perbuatan tertentu menurut adat kebiasaan atau menurut agama, (3). Perayaan, pelantikan, peringatan, (4). Penghormatan resmi atas pengorbanan tamu. Melengkapi pendapat diatas, Dove, Michael. R.(ed) (1985:1132) menyatakan bahwa:
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
61 "Ceremonies or celebrations related to trust is marked by special properties that cause a sense of reverence that is noble in the sense of a sacred experience. That experience includes everything that made or used by humans to say relations with the highest and the relationship or encounter not something ordinary or common nature, but something that deserves to carry out the meeting, there was some form of ceremony". Yang artinya adalah “upacara atau perayaan berhubungan dengan kepercayaan ditandai oleh sifat khusus yang menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan pengalaman yang suci. Pengalaman itu mencakup segala sesuatu yang dibuat atau dipergunakan oleh manusia untuk mengatakan hubungan dengan yang tertinggi dan hubungan atau perjumpaan itu bukan sesuatu yang sifatnya biasa atau umum, tetapi sesuatu yang pantas guna melaksanakan pertemuan itu, muncullah beberapa bentuk upacara”. Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974, “Perkawinan (Pernikahan) adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri”. Menurut http//:poni_bpp, “Perkawinan (Pernikahan) adalah salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan atau suatu masyarakat”. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa resepsi pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk menyatukan ikatan bathin antara seorang pria dengan wanita yang merupakan suatu ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri untuk mencapai tujuan tertentu, yang biasanya dalam kegiatan tersebut selalu menyatakan kesenian sebagai ritual penyerahan diri kepada Tuhan agar pelaksanaan pernikahan dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan pengamatan penulis dan juga dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis bahwa bentuk musik pada resepsi pernikahan etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa terbagi menjadi dua bentuk yaitu: Bentuk Tradisi Sebagai pengiring ritual Bentuk Modern sebagai Hiburan
1. Bentuk Musik Tradisi Sebagai Pengiring Ritual Pernikahan Bentuk tradisional dari musik pada saat resepsi pernikahan etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada saat upacara panggih atau temu penganten. Bentuk musik dalam iringan ritual tersebut disebut dengan gending kebo giro.Musik tradisional yang disebut dengan gending kebo giro ini digunakan dalam mengiringi upacara ritual pernikahan dimulai dari ritual temu penganten, balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual kacar kucur atau tampa kaya, ritual dhahar kalimah atau dhahar kembul, mertui atau mapag besan, dan upacara sungkeman. Sebenarnya pada saat ritual ini dilaksanakan, bentuk musik gending kebo giro ini seharusnya dimainkan dengan mengunakan gamelan hingga akhir acara ritual selesai. Namun dalam kenyataannya sebagian dari masyarakat setempat hanya menggunakan iringan musik gending kebo giro hanya sebatas mengunakan rekaman musik baik dalam bentuk CD dan hanya dilaksanakan sampai pada ritual upacara panggih atau temu penganten saja, sementara pada ritual-ritual lainnya hanya dikomando oleh ”orang tua” atau sesepuh orang Jawa yang diberi kepercayaan. Gending kebo giro adalah jenis komposisi musik tradisional Jawa yang dimainkan dengan mengunakan seperangkat gamelan terdiri dari kendang Jawa, gong,kempul, saron, bonang, bonang penerus, demong, peking, slentem, gambang, siter, gender, rebab, suling dan
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
62 ketuk kenong. Dengan meminjam notasi balok bentuk melodi balungan pada komposisi musik Gending kebo giro dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Notasi Balok Gending Kebo Giro(Dalam hal ini perludijelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat Jawa sejak dahulu tidaklah menggunakan notasi balok dalam bermain gamelan).
2. Musik Modern Sebagai Hiburan Dalam Pernikahan Etnis Jawa Masyarakat etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa pada umumnya menggunakan Keyboard atau organ tunggal sebagai hiburan pada resepsi pernikahan putra-putri mereka, bahkan hal ini tidak hanya sebatas pada resepsi pernikahan saja, akan tetapi hampir pada setiap perayaan atau pesta rakyat pada umumnya, baik itu khitanan, ulang tahun, syukuran atau acara lain. Kadang kala ada juga sebagian dari masyarakat etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa yang menggunakan Campur Sari atau mengundang pertunjukkan tradisional kuda lumping, wayang orang, wayang kulit atau bahkan orkes melayu dan qasidah sebagai hiburan mereka. Keyboard atau organ tunggal sebagai hiburan di kecamata ini muncul dan mulai digemari pada tahun 90-an, banyak sekali kelompok Keyboard atau organ tunggal yang mulai digemari dan masing-masing kelompok tersebut biasanya memiliki ciri khas masing-masing. Berikut adalah nama group tau kelompok Keyboard atau organ tunggal yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
63
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel 1. Daftar nama Keyboard yang ada di Tanjung Morawa Nama Group Keyboard Jenis Keyboard Nama Daerah VELISA KN 2600 Dalu Sepuluh-B DHIWANA KN 2600 Dalu Sepuluh-A DOYOS KN 7000 Pasar 6 T. Morawa MUARA KASIH KN 7000 Pasar 6 T. Morawa REZA KN 2600 Bangun Rejo ENJOY KN 6500 Pasar 13 L. Manis MITRA NADA KN 2400 Pasar 14 L. Manis ADINDA KN 6500 Pasar 13 L. Manis ALYXTA KN 7000 Pasar 7 T. Morawa DHIVA KN 2600 Pasar 14 L. Manis SURYA PUTRA KN 7000 Bandar Labuhan SATRIA KN 7000 Pasar 12 T. Morawa SURYA KN 2600 Pasar 12 T. Morawa MULTI KN 2600 Pasar Baru T. Morawa
Gambar Dua penyanyi ALYXTA berduet dengan membawakan lagu dangdut permintaan dari tamu undangan.
Kelompok musik Keyboard atau organ tunggal yang paling banyak diminati oleh masyarakat di Desa Dalu Sepuluh-B sebagai media hiburan di pesta-pesta mereka adalah keyboard ALYXTA. Hal ini dikarenakan Keyboard ALYXTA menyediakan hiburan lain berupa atraksi “sundel bolong” yang diperankan oleh para waria.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
64
Gambar Atraksi sundel bolong yang diperankan oleh 3 orang waria .
Musik sangat berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama untuk acara pesta atau resepsi pernikahan baik itu dari segi tradisi dan modern. Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa dalam resepsi pernikahan putraputri mereka lebih memilih Keyboard atau organ tunggal sebagai media hiburan mereka. Hal ini dikarenakan Keyboard lebih praktis dibanding dengan hiburan-hiburan lainnya. Selain biaya relatif murah antara Rp.700.000,00 hingga Rp. 1.000.000,00 sudah bisa menikmati berbagai macam lagu dan musik sesuai dengan selerah. Musik atau lagu yang biasa diminati oleh masyarakat di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa adalah musik dangdut, pop, dan juga musik yang bernuansa tradisi. Hiburan disini dimaksudkan untuk menghibur para undangan yang datang dan juga untuk menghibur orang-orang yang bekerja seharian pada acara itu. Pertunjukan biasa dimulai dari pukul 14.00 wib dan selesai pada pukul 00.00 wib atau jam 12 malam. Lagu yang dinyanyikan oleh para penyanyi itupun bervariasi dan komplit. Mulai dari lagu dangdut, pop, qasidah, lagu daerah, India, sampai musik-musik lainya.atraksi lain yang ditunggu-tunggu adalah pertunjukan “Sudel bolong” yaitu atraksi pemunculan hantu yang diperankan oleh anggota kelompok organ tunggal tersebut. Musik bukan hanya untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian saja, akan tetapi juga untuk mengiringi atraksi sundel bolong. Atraksi sundel bolong biasanya dimulai pada pukul 22.00 wib hingga pukul 23.00 wib. Fungsi musik pada atraksi sundel bolong adalah untuk menambah kesan horor dan juga kesan jenaka atau lelucon. Terkadang ditengah-tengah atraksi sundel bolong tersebut para waria menyisipkan satu buah lagu sebagai selingan.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
65 D. KESIMPULAN Banyak hal yang dapat dicatat dari kegiatan menulis dan mendata peranan musik pada resepsi pernikahan etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa. Catatan ini disamping adalah semata-mata sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat luas khususnya di Desa Dalu Sepuluh-B, bagaimana peranan musik pada acara pernikahan . Bertitik dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis, diperoleh beberapa kesimpulan seperti bagaimana Desa Dalu Sepuluh-B mempunyai cerita tersendiri tentang bagaian kehidupan musik ditengah-tengah masyarakat pedukungnya yang sangat menarik untuk dibahas, baik itu berawal tentang asal mula terciptanya nama Desa Dalu Sepuluh-B adalah diambil dari nama pohon “dalu-dalu” yang tumbuh sebanyak 10 pohon. Bagaimana bentuk ritual pernikahan etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh yang masih melaksanakan 9 acara ritual serta bagaimana peranan musik dalam resepsi pernikahan etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B, Kecamatan Tanjung Morawa dan dapat diperoleh data-data tentang musik tradisi sebagai iringan ritual dan juga bentuk musik hiburannya,
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
66 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1984. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani. Ali, Muhammad, 1987. Dasar-Dasar Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Havilland, A. William(1999:100). Function and Form of Presentation of Musical Traditions. Hamdju (1992:48). Teori Dasar Musik Untuk Pendidikan. Jakarta : Erlangga J. L. Moleong (1989:136). Qualitative Research Methods. Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Langer, K. Suzanne (1996:20). Studies in Music and Culture. Mayerni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Musbikin, Imam, 2009. Kehebatan Musik Untuk Mengasah Kecerdasan Anak, Yogyakarta: Power Books (Ihdina). Paul. Otlet. 1905. International Economic Conference in the Encyclopedia Britannica. R. Michael. Dove (1985:1132). Role and Cultural Tradition. Soeharto. 2005. Pendidikan musik kreatif, alternatif model pembelajaran musik. Tanggerang. S. Surakhmad, Winarno. 2007. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Sugiono, prof. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed