H HA ASSIILL PPEEN NEELLIITTIIA AN N
KENYAMANAN DAN PRODUKTIVITAS PEMBUAT SAPU IJUK DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMIS DI DESA MEDAN SINEMBAH, TANJUNG MORAWA Kalsum Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ABSTRACT This quasi experimental study using pretest and post test design, aimed to know the comfort and productivity broom maker from ergonomic aspect. Sample was 5 (broom maker) work comport data using assessment scale of anxiety factors were showed by the change of seat position, stoping work at time, stretching and so using body area discomport map. Productivity data was measured by counting the number of broom produced per day. The result showed that there were reduction of anxiety score (seat position 1,0, stopping work at time 1,1, stretching 1,8 at observation time 10 – 11 am). At observation time 2 – 3 pm there were reduction of anxiety score (seat position 1,0280, stopping work at time 1,0280, strecting 0,90) and productivity increased 15,40% per day. It was suggested to apply equipment (ergonomic chair and table) and give explanation to the broom makers to increase their knowledge about the effect of work position and using of non ergonomic equipment in working. Keywords: Work position, Comfort, Productivity, Broom makers PENDAHULUAN Penerapan ergonomi sangat penting untuk menciptakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang nyaman serta dapat meningkatkan produktivitas. Sasaran ergonomi adalah manusia kerja apapun jenis pekerjaannya dan di manapun pekerjaan itu dilakukan. Menurut Manuaba (1996) ada 8 kelompok masalah ergonomi yang perlu mendapat perhatian, yaitu: gizi/nutrisi, pemanfaatan tenaga otot, sikap kerja, kondisi lingkungan, kondisi waktu, kondisi sosial, kondisi informasi dan interaksi manusia-alat. Permasalahan ergonomi tersebut dapat dijumpai di pabrik, penerbangan, kantor, rumah tangga terutama dalam perekayasaan sarana serta prasarana kerja, industri kerajinan dan sebagainya (Batubara, 1989). Pekerjaan kerajinan pada umumnya banyak dilakukan di rumah-rumah sebagai pekerjaan pokok maupun sampingan ataupun
setelah melakukan pekerjaan di luar rumah sehingga dikenal sebagai salah satu industri rumah tangga (home industri). Salah satu usaha kerajinan yang dibahas pada kesempatan ini adalah usaha dari pembuatan sapu ijuk yang mana proses kerjanya dilakukan di luar rumah. Dalam pembuatan sapu ini, menuntut terjadinya sikap kerja duduk yang bervariasi dan membutuhkan keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, cara/proses kerja, maupun lingkungan kerja. Dari hasil observasi di beberapa tempat pembuatan sapu ijuk ditemukan sikap kerja dalam posisi duduk, diantaranya duduk di tanah, dan duduk di dudukan kayu yang diberi kaki (dingklik). Ketiga macam posisi duduk yang ditemukan pada pekerja pembuat sapu ijuk tersebut belum memenuhi syarat yang ergonomis. Dari hasil observasi ditemukan adanya ketidaksesuaian antara posisi tungkai dan kaki, sikap lengan/tangan yang tidak alamiah dan posisi punggung.
Perbedaan Faktor Infeksi dengan Pemeriksaan PCR Serviks HPV (1–78) 33 Chatarina U.W. Universitas Sumatera Utara
Selain itu ditemukan juga adanya keluhan para pembuat sapu ijuk yang merasa pegal dan nyeri pada daerah tangan, bahu, leher, dan pinggang/punggung. Atmosoehardjo (1994) menyatakan bahwa keterbatasan gerak akan membiasakan tenaga kerja dengan sikap tubuh yang salah. Bila hal ini berlangsung secara menahun akan menyebabkan low back pain, di mana otot-otot pinggang menjadi sakit, lelah (fatigue) dan dapat timbul ketidak stabilan (unstability) tulang belakang sehingga timbul proses degenerasi yang dapat menimbulkan keluhan sakit atau pegal di daerah pinggang. PT. Arba Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sapu ijuk. Proses pembuatan sapu ijuk antara lain terdiri dari proses penyatuan ijuk, penyisiran, pelekatan batang kayu/gagang kayu pada ijuk. Penelitian ini lebih difokuskan pada permasalahan yang ditemui pada pekerja bagian proses penyatuan ijuk di mana dilakukan dengan sikap kerja duduk dengan menggunakan dingklik dan kaki diselojorkan tanpa menggunakan meja kerja. Setiap pekerja pada proses penyatuan melakukan gerakan menarik daun ijuk dan banyak menggunakan kerja otot lengan dan kaki sebagai gaya tarik saat menyatukan ijuk-ijuk yang dibentuk menjadi sapu. Alat-alat yang digunakan pekerja diantaranya adalah tali nylon, jarum jahit besar, sisir besi, sisir paku, parang, potongan bambo, dan gagang kayu (batang rotan). PERUMUSAN MASALAH Dengan cara kerja menarik dan duduk pada lantai pada umumnya dapat menyebabkan timbulnya kelelahan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kenyamanan dan produktivitas kerja. Di samping itu pekerja penyatuan ijuk pada PT Araba Jaya ini juga tidak menggunakan fasilitas yang sesuai serta tata letak yang tidak beraturan. Untuk itu peneliti berasumsi untuk melakukan uji coba dengan penggunaan peralatan tambahan berupa meja dan kursi yang diasumsikan dapat membantu dan memberi kenyamanan dalam bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembuat sapu ijuk di Desa Medan Sinembah Tanjung Morawa.
34
TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui kenyamanan kerja pembuat sapu ijuk setelah menggunakan prasarana ergonomis di Desa Medan Sinembah Tanjung Morawa Medan. 2. Untuk mengetahui produktivitas kerja pembuat sapu ijuk setelah menggunakan prasarana ergonomis di Desa Medan Sinembah Tanjung Morawa, Medan. Kenyamanan Dan Produktivitas Tenaga Kerja Pembuat Sapu Ijuk Ditinjau Dari Aspek Ergonomis Di Desa Medan Sinembah Tanjung Morawa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuasi eksperimental dengan menggunakan pre test dan post test design yang dilakukan di PT Arba Jaya yang terletak di Desa Medan Sinembah Tanjung Morawa Medan. Populasi penelitian ini adalah semua tenaga kerja pembuat sapu ijuk pada bagian proses penyatuan ijuk berjumlah 15 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 5 orang dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Karyawan tetap 2. Masa kerja ≥ 1 tahun dan usia maksimal 40 tahun 3. Secara anamnesis dinyatakan berbadan sehat (tidak dalam keadaan sakit selama penelitian) Data kenyamanan kerja diukur dengan kriteria ketidaknyamanan dengan menggunakan: 1. Skala penilaian faktor kegelisahan yang ditunjukkan oleh perubahan sikap duduk, menghentikan kerja sejenak dan menggeliat. 2. Dengan menggunakan peta ketidaknyamanan daerah badan (BAD: Body Area Discomfort Map) yang dikembangkan oleh Daley et al. (1985). Sedangkan data produktivitas diukur dengan menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat berapa jumlah sapu ijuk yang dihasilkan dalam persatuan waktu (hari). Untuk mengatahui adanya peningkatan kenyamanan dan produktivitas kerja digunakan Uji Wilcoxon Signed Test.
Kenyamanan dan Produktivitas Pembuat Sapu Ijuk (33– 37) Kalsum Universitas Sumatera Utara
Kerangka konsep: PRE TEST
POST TEST
Kenyamanan : - Perubahan sikap duduk - Berhenti sejenak - Menggeliat Produktivitas
Kenyamanan : - Perubahan sikap duduk - Berhenti sejenak - Menggeliat Produktivitas
Penggunaan peralatan - meja rendah - kursi rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN Perusahaan Arba Jaya merupakan salah satu perusahaan pembuat sapu ijuk yang belum menerapkan prinsip ergonomi dalam pelaksanaan kerja. Perusahaan ini mulai beroperasi sejak tahun 1984 dan pada tahun 1992 dan mulai berkembang di mana hasil produksinya sudah dipasarkan ke wilayah Aceh, Riau, Sumatera Barat, Jakarta dan sebagainya. Bahan baku pembuat sapu ijuk adalah aren yang berasal dari Tapanuli Selatan. Secara umum proses pembuat sapu ijuk adalah proses penyatuan ijuk, pelekatan batang kayu/gagang kayu pada ijuk, proses pemotongan. Tenaga kerja bagian penyatuan ijuk yang merupakan sampel dari penelitian ini bekerja selama 8 jam sehari dengan posisi duduk di atas tanah menggunakan dingklik dan tanpa meja kerja. Pada bagian peyatuan ijuk, pekerja duduk berselonjor dan ijuk yang akan diikat diambil satu persatu dan ditarik di mana tali diikatkan pada tiang. Pekerja yang bekerja sebagian besar duduk di atas tanah beralaskan sendal yang mereka pakai dan hanya beberapa orang yang mengguakan dingklik selama bekerja. selain itu lingkungan kerja kelihatan tidak begitu rapi dan setiap pekerja bebas mengambil tempat kerjanya. Pada saat menyatukan ijuk, pekerja banyak melakukan gerak menarik ke belakang yang betumpu pada tiang penyangga. Pekerja lebih banyak menggunakan kekuatan tangan dan kaki selama melakukan proses kerjanya. Pekerja bekerja mulai dari jam 08.00-09.00 wib hingga 16.00-17.00 wib dengan istirahat tidak ditentukan oleh perusahaan. Hasil kerja akan dihitung sebagai upah yang dibayarkan pada pekerja sehingga waktu dibebaskan
pada pekerja untuk menentukan kapan mereka ingin beristirahat dan berapa yang mau mereka produksikan selama satu hari. Berikut merupakan data karakteristik tenaga kerja berdasarkan umur, masa kerja dan pendidikan. Tabel 1. Karakteristik pekerjaan berdasarkan umur, masa kerja, dan pendidikan No. Karakteristik Jumlah (orang) 1 Umur 17-22 9 23-28 1 29-36 3 37-44 1 45-50 1 2 Pendidikan terakhir SD 5 SLTP 9 SLTA 1 3 Masa kerja (tahun) 1-5 10 6-10 3 11-16 17-22 2
Faktor kegelisahan akibat kerja yang diperoleh dengan menggunakan skala penilaian faktor kegelisahan dilakukan pada jam 10.00-11.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB. Faktor kegelisahan mencakup perubahan posisi duduk, mengehentikan kerja sejenak dan menggeliat sebagai indikator kenyamanan kerja. Dalam pengamatan yang dilakukan ditemukan beberapa bentuk perubahan sikap duduk yaitu: a). dua kaki lunjur ke depan, b). satu kaki selunjur dan satu dilipat di atasnya, c). dua kaki selunjur bersilangan dan d). dua kaki dilipat ke samping.
Kenyamanan dan Produktivitas Pembuat Sapu Ijuk (33– 37) Kalsum
35 Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis menunjukkan ada penurunan faktor kegelisahan setelah menggunakan kursi dan meja yang ergonomis pada jam 10.00-11.00 WIB yaitu: 1). Skor perubahan sikap duduk turun 1.0 pada jam 10.00-11.00 WIB 2). Skor menghentikan kerja sejenak turun 1.1 serta skor menggeliat turun 1.8. Untuk pengamatan jam 15.00-16.00 WIB, terjadi penurunan skor sikap duduk 0.8740 dan menghentikan kerja sejenak turun 1.0280 sedangkan skor menggeliat turun 0.90, dapat dilihat pada Tabel 2. Kenyamanan dan Produktivitas Pekerja Pembuat Sapu Ijuk Ditinjau dari Aspek Ergonomis di Desa Medan Sinembah, Tanjung Morawa Penurunan skor ketidaknyamanan kerja ini disebabkan karena adanya efek daripada penggunaan peralatan yang ergonomis dalam hal ini kursi dan meja yang sudah disesuaikan. Tenaga kerja pembuat sapu ijuk merasa lebih nyaman dalam bekerja daripada sebelumnya hanya menggunakan dingklik saja. Mark et.al (1985) menyatakan tempat kerja dan peralatan yang ergonomis memperkecil banyaknya pergerakan tubuh dan membantu penyesuaian postural untuk mempertahankan postur tubuh dengan tetap. Sedangkan Oborne (1982) dan Pulat (1992) menyatakan tujuan ergonomi untuk memaksimalkan kenyamanan dan Johson (1993) menyatakan desain yang ergonomis dapat membantu mengurangi tekanan biomekanis pada tangan pekerja, bahu dan lengan yang dapat menyebabkan gangguan. Hasil uji Z diperoleh perbedaan rerata kelompok yang signifikan dengan Z = -2.023, p = 0.043, untuk sikap duduk pada pengamatan jam 10.00-11.00 wib, dan Z=2.032, p=0.042 untuk pengamatan jam 15.00-
16.00. Sedangkan untuk menghentikan kerja sejenak pada pengamatan jam 10.00-11.00 wib, Z= -2.023. p=0.043 dan pada pengamatan jam 14.00-15.00 WIB diperoleh Z= -2.023, p= 0.042. Untuk faktor menggeliat pada pengamatan jam 10.0011.00 wib dan 14.00-15.00 WIB diperoleh Z=-2.023, p=0.043. berarti ada peningkatan kenyamanan ditinjau dari faktor kegelisahan dengan menggunakan kursi dan meja yang ergonomis. Dengan Body Area Discomfort Map diperoleh rata-rata kelompok tanpa menggunakan kursi dan meja 34.00 dan setelah kelompok menggunakan kursi dan meja yang ergonomis diperoleh rata-rata 13.60. Terdapat penurunan ketidaknyamanan dari sebelum menggunakan kursi dan meja sebesar 20.40. Hasil uji ditemukan perbedaan rata-rata ketidaknyamanan yang signifikan dengan Z=-2.032, p=0.042. Untuk semua jenis keluhan badan, terjadi penurunan ketidaknyamanan setelah menggunakan kursi dan meja yang sesuai. Penurunan ketidaknyamanan yang paling besar dirasakan secara berurutan mulai dari bagian punggung, pinggang, bokong, kesemutan kaki, paha, lutut dan kaki, bahu, leher, lengan dan beban pada mata. Pengukuran produktivitas pembuat sapu ijuk adalah dengan menghitung jumlah sapu yang dihasilkan/hari sebelum dan sesudah menggunakan kursi dan meja yang sesuai. Hasil analisis diperoleh sebagai berikut: rerata jumlah sapu yang dihasilkan sebelum perlengkapan 39 sapu ijuk/hari. sedangkan rata-rata jumlah sapu setelah perlakuan 44 sapu/hari. Uji Z ditemukan perbedaan rata-rata yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan Z=-2.032,p=0.042. terdapat kenaikan produktivitas setelah menggunakan kursi dan meja yang sesuai.
Tabel 2. Skor rerata faktor kegelisahan Hasil Pengamatan No. 1 2 3
36
Hal yang Diamati Perubahan sikap duduk Menghentikan kerja sejenak Menggeliat
Kontrol (10-11) 2,76 2,40 1.9320
Perlakuan 1.7 1.3 1.0340
Kontrol (14-15) 2.4 2.16 1.9680
Perlakuan 1.5660 1.1320 1.0680
Kenyamanan dan Produktivitas Pembuat Sapu Ijuk (33– 37) Kalsum Universitas Sumatera Utara
Grandjean (1988) menyatakan bahwa duduk dengan postur alami akan mengurangi beban kerja otot statis yang diperlukan untuk menghindari gangguan pada sendi kaki, lutut, pinggang dan tulang belakang serta mengurani pemakaian energi. Hal ini sesuai dengan penggunaan kursi dan meja yang ergonomis yang mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan menggunakan dingklik Sebelum perlakuan. hal ini dibuktikan dengan berkurangnya skor kegelisahan dan skor keluhan subjektif pada anggota badan. Produktivitas yang dihasilkan pembuat sapu ijuk sehubungan dengan penggunaan kursi dan meja yang ergonomis mengalami peningkatan 15.40% per hari. Hal ini sesuai dengan memberikan meja kerja pada pembuat atap genteng berhasil meningkatkan produktivitas pekerja 20% per hari. Mark et al. (1985) menyatakan adanya korelasi negatif (r=60) antara pergerakan tubuh dengan produktivitas artinya bila pergerakan tubuh meningkat (tidak alami) produktivitas akan menurun begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat terlihat dengan penurunan sikap duduk sebesar 1.0 pada pengamatan jam 10-11 WIB dan 0.8740 pada pengamatan jam 14-15 WIB setelah menggunakan kursi yang ergonomis. Hal ini berarti adanya peningkatan produktivitas karena adanya peningkatan kenyamanan kerja setelah menggunakan kursi dan meja yang ergonomis. KESIMPULAN Kenyamanan kerja pembuat sapu ijuk di Desa Medan Sinembah Tanjung Morawa mengalami peningkatan setelah menggunakan kursi dan meja yang ergonomis. hal ini ditunjukkan dengan: 1. Penurunan skor kegelisahan (sikap duduk sebesar 1.0 menghentikan kerja sejenak 1.1, menggeliat 1.8 pada pengamatan jam 10.00-11.00. sedangkan pengamatan pada 14.00-15.00 terjadi penurunan sikap duduk sebesar 0.8740, skor menghentikan kerja sejenak 1.0280 dan menggeliat 0.90. 2. Produktivitas kerja tenaga kerja meningkat sebesar 15.40% per hari.
SARAN 1. Pembuat sapu ijuk di Desa Medan Sinembah, Tanjung Morawa perlu menggunakan peralatan (kursi dan meja), yang ergonomis dalam pelaksanaan kerja. 2. Penyuluhan tentang ergonomi perlu diberikan pada tenaga kerja untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana sikap kerja dan penggunaan peralatan yang tidak ergonomis dapat teratasi. DAFTAR PUSTAKA Atmosoehardjo, H.S, 1994 Penerapan Ergonomi Dalam Rekayasa Manusia Mesin/Peralatan (Man-Machine Design), Forum Ilmu kEsehatan Masyarakat XII No. 1-2:113-122. Barnes RM, 1980, Motion and Time Study, Design and Measurement of Work, Seventh Edition, John Wiley and Sons, New York. Batubara 1989, Bimbingan Terapan Teknologi Ergonomi di Perkampungan Industri Kecil (PIK), Majalah Hiperkes Vol XXII No. 2-3:4-6. Branton P, 1972 Ergonomics Research Contributions to the Design of the Passenger Environment Prepare Presented to Institute of Mechanical Engineers Symposiums on Passanger Comfort, London. Grandjean E 1973 Ergonomics in the Home, Taylor and Francis London. ____ , 1988 Fitting The Taskl to The Man, Taylor and Francis, London. Hidayat, 1986, Konsep Dasar dan Pengertain Produktivitas Serta Interpretasi Hasol Pengukurannya Prisma No 11:3-16. Mark, SL, David C.V, Dainoff, M.J, Cone,S and Lassen,K, 1985, Measuring Movement at Ergonomic Work Station, North Holland Amsterdam. Oborne DJ, 1982 Ergonomics at work, John Wiley and Sons, Ltd, New York. Phoon WO, 1988 Practical Occupational Health, PG, Publishing Singapore.
Kenyamanan dan Produktivitas Pembuat Sapu Ijuk (33– 37) Kalsum
37 Universitas Sumatera Utara