PERANAN MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SERTA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI MALANG I
SKRIPSI
Oleh : KHOIRUL UMAM 03110261
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Maret, 2008
PERANAN MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SERTA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI MALANG I
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh : KHOIRUL UMAM 03110261
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Maret, 2008 HALAMAN PERSETUJUAN
PERANAN MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SERTA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI MALANG I
Oleh : KHOIRUL UMAM 03110261
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag NIP. 150 214 978
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M.Pd.I NIP. 150 267 235
PERANAN MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SERTA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI MALANG I
SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Khoirul Umam (03110261) Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 14 April 2008 Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal: 14 April 2008 Panitia Ujian, Ketua Sidang,
Drs. H. Farid Hasyim, M. Ag NIP. 150 214 978
Penguji Utama,
Dra. Hj. Siti Annijat, M. Ag. NIP. 150 219 923
Sekretaris Sidang,
Muhammad Walid, MA NIP. 150 310 896
Pembimbing,
Drs. H. Farid hasyim, M. Ag. NIP. 150 214 978
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
MOTTO
tβθçΗxqöè? öΝä3ª=yès9 (#θçFÅÁΡr&uρ …çµs9 (#θãèÏϑtGó™$$sù ãβ#u™öà)ø9$# ˜Ìè% #sŒÎ)uρ ”Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-A’raaf : 204)
" " ﺧﻴﺮ آﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻘﺮﺁن وﻋﻠﻤﻪ ” Yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (H.R. Bukhori)
PERSEMBAHAN
Ku bersujud di atas sajadah seraya mengucapkan syukur atas segalanya kupanjatkan kehadirat Ilahi Robbi. Dengan kerendahan hati, karya ini ananda persembahkan kepada ayahanda Masykur dan ibunda Masrifah yang telah mengayomi dan mengasihiku dengan kasih sayang yang sesuci do’a, setulus hati dan segenap pengorbanan. Ayahanda dan ibunda yang selalu menjadi sahabat pelita hidupku sehingga aku dapat menapaki terjalnya kehidupan. Karya ini juga kupersembahkan kepada keluarga besarku Bani Hayat, nenekku, bude, pakde, serta saudara-saudara sepupuku, serta teman dekatku Fahmi yang selalu membantuku disaat aku dalam kesulitan dalam mengerjakan skripsiku, kalianlah yang menjadi acuan dalam kerasnya kehidupan masa depanku, ketika ku melihat kalian aku jadi menegerti akan arti hidup dan karena kalianlah aku bisa melihat warna-warni indahnya dunia dan terima kasih atas kasih sayang dan semangat yang telah kalian berikan semuanya. Kepada para guru dan dosenku, yang telah menjadi pelita dalam studiku sehingga aku dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal berpijak dalam menggapai cita-cita. Terima kasih untuk teman-teman: Udin, Fahmy, Agus, Hendro, Rifky, Fitri dan semua teman-teman kuliahku, dengan kalianlah hari-hari kulalui penuh warna dan makna, hingga terjadi jalinan ukhuwah yang erat dan mengesankan. Terima kasih atas semua yang selama ini kalian berikan. Serta seluruh keluarga dan teman-teman yang tak mungkin kusebutkan satupersatu, terima kasih atas semua do’a yang telah diberikan.
Yaa.. Allah ku haturkan ucapan syukur kepada-Mu yang telah memberikan orang-orang yang mencintaiku, mengasihiku dan menyayangiku dengan sebening cinta dan sesuci do’a.
Drs. H. Farid Hasyim, M. Ag. Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal Lampiran
: Skripsi Khoirul Umam : 4 (Empat) Eksemplar
Malang, 27 Maret 2008
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa, maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini : Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Khoirul Umam 03110261 Pendidikan Agama Islam Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I.
maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Drs. H. Farid Hasyim, M. Ag. NIP. 150 214 978
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 27 Maret 2008
Khoirul Umam
Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “Peranan Mata Pelajaran AlQur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I". Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Malang dan sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama di bangku kuliah. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, perkenankan
penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Almamater tercinta ini.
2.
Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
3.
Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
4.
Bapak Drs. H. Farid Hasyim. M. Ag. selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
5.
Ibu Dra. Hj. Sri Istuti Mamik, M.Ag., selaku Kepala Sekolah MTs Negeri Malang I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau pimpin.
6.
Segenap Staf dan Guru MTs Negeri Malang I yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan.
7.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah, yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sejak berada di bangku kuliah.
8.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya Skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu Akhirnya penulis mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat
kesalahan dalam skripsi ini. Penulis berharap saran dan kritiknya demi meningkatkan kualitas penulisan skripsi ini. Malang, 27 Maret 2008
Khoirul Umam
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Bukti Konsultasi
Lampiran 2
: Surat izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah
Lampiran 3
: Surat izin Penelitian dari Departemen Agama
Lampiran 4
: Surat Keterangan Penelitian dari MTs Negeri Malang I
Lampiran 5
: Pedoman Interview
Lampiran 6
: Pedoman Observasi dan Dokumentasi
Lampiran 7
: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam di MTs.
Lampiran 8
: Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VII dan VIII di MTs Negeri Malang I
Lampiran 9
: Kompetensi dasar dan Indikator pencapaian mata pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas IX di MTs Negeri Malang I
Lampiran 10 : Foto Almamter MTs Negeri Malang I dan Gerbang Masuk MTs Negeri Malang I. Lampiran 11 : Foto Gedung MTs negeri Malang I dan Foto Gedung MTs Negeri Malang I dan Wawancara Dengan Bapak Drs. M. Abdul Chafids Selaku Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII. Lampiran 12 : Foto Wawancara Dengan Ibu Ruqoyati, BA. Selaku Guru AlQur’an Hadits Kelas VIII dan Wawancara Dengan Ibu IndahKurniawati, S.Ag Selaku Guru Al-Qur’an Hadits Kelas IX.
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1
: JUMLAH GURU MTs NEGERI MALANG I
TABEL 4.2
: JAM KERJA GURU DAN KARYAWAN MTs NEGERI MALANG I
TABEL 4.3
: JUMLAH SISWA KELAS VII
TABEL 4.4
: JUMLAH SISWA KELAS VIII
TABEL 4.5
: JUMLAH SISWA KELAS IX
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. HALAMAN MOTTO .............................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. HALAMAN NOTA DINAS..................................................................... HALAMAN PERNYATAAN.................................................................. KATA PENGANTAR.............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................. HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................
i ii iii iv v vi vii viii x xi xii xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5 E. Ruang Lingkup Pembahasan.................................................... 6 F. Definisi Operasional.................................................................. 6 G. Sistematika Penulisan dan Pembahasan................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Tentang Pendidikan Agama Islam di MTs...................... 9 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................. 9 2. Tugas dan Fungsi Pendidikan ........................................................ 14 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................... 15 4. Pendidikan Agama Islam di MTs................................................... 16 B. Pembahasan Tentang Pembelajaran Al-Qur’an Hadits........................ 19 1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits................................... 19 2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits......................................... 28 3. Materi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ......................................... 31 4. Kualiatas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits..................................... 34
5. Metode Pembelajaran AL-Qur’an Hadits di MTs.......................... 36 C. Peranan Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam................................................. 41 D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits ................................................................................................... 46 1. Faktor Anak Didik ......................................................................... 46 2. Faktor Pendidik .............................................................................. 51 3. Faktor Kurikulum........................................................................... 56 4. Faktor Alat Pendidikan .................................................................. 59 5. Faktor Lingkungamn Pendidikan................................................... 62 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 66 B. Kehadiran Peneliti................................................................................ 67 C. Lokasi Penelitian.................................................................................. 68 D. Sumber Data......................................................................................... 68 E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 68 F. Analisis Data ........................................................................................ 72 G. Pengecekan Keabsahan Data................................................................ 72 H. Tahap-tahap Penelitian......................................................................... 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian ....................................... 74 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I ......... 74 2. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Malang I................................. 88 3. Struktur Organisasi ........................................................................ 90 4. Keadaan Guru dan Pegawai Tetap dan Tidak Tetap MTs Negeri Malang I ............................................................................. 91 5. Keadaan Siswa MTs Negeri Malang I ........................................... 96 6. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri Malang I................... 101 B. Pembahasan dan Anilisis Data ............................................................. 104
1. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I ......................................................................................... 105 2. Peranan
Mata
Pelajaran
Al-Qur’an
Hadits
Dalam
Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I .......................................... 109 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I ..................................................... 112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 120 B. Saran..................................................................................................... 123 Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
ABSTRAK Khoirul Umam, Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di MTs Negeri Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. Farid Hasyim, M.Ag. Al-Qur’an dan Hadits merupakan dua sumber utama umat Islam dalam menjalankan ibadahnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap keduanya merupakan keharusan bagi umat Islam. Usaha dalam melakukan paham-paham tersebut akan lebih mengena apabila dimulai sejak dini. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) pada madrasah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa supaya dapat memahami isi dari Al-Qur’an dan Hadits dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupannya. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada murid untuk mempraktekan nilai-nilai keagamaan dan ahklaqul karimah. Oleh karenanya tujuan pengajaran Al-Qur’an Hadits untuk membantu pemahaman penguasaan ilmu secara teoritis dan lebih luas untuk membentuk sikap, kepribadian, dan sekaligus mengamalkan isi kandungan dari Al-Quran Hadits sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I, (2) Bagaimana Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I, (3) Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sedangkan untuk teknik pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi, interview, angket dan dokumentasi. Kemudian data yang terkumpul dianalisa dengan teknik analisa deskriptif kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I menggunakan kirikulum uji coba atau terpadu bagi kelas VII, VIII dan kurikulum 2004 untuk kelas IX, untuk metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, hafalan dan resitasi (pemberian tugas), dan alokasi waktu pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah dua jam pelajaran. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits berperan dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan Agama Islam di MTs Malang I. Adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan pemahaman siswa pada pendidikan agama Islam lainnya seperti Bahasa Arab, Fikih, Aqidah, Akhlak dan Tarikh, (2) Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam menyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun di kehidupan masyarakat, (3) Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam siswa dalam kehidupan sehari-
hari, (4) Untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Secara umum faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran AlQur’an Hadits adalah guru yang bisa memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi tekun dan siswa mudah menerima pelajaran, hafalan-hafalan juga mempermudah siswa memamahmi pelajaran dan mangamalkan Pendidikan Agama Islam. Semua itu adalah faktor pendukung dari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah belum tersedianya buku pegangan atau cetak dikarenakan kurikulum yang baru, sulitnya mencari bahan materi yang akan diajarkan karena belum tersedianya buku pegangan atau buku cetak yang dari Departemen Agama.
Kata Kunci : Peranan, Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits, Pemahaman, Pelaksanaan, Pendidikan Agama Islam.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an dan Hadits merupakan dua sumber utama umat Islam dalam menjalankan ibadahnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap keduanya merupakan keharusan bagi umat Islam. Usaha dalam melakukan pahampaham tersebut akan lebih mengena apabila dimulai sejak dini. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) pada Madrasah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa supaya dapat memahami isi Al-Qur’an dan Hadits dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupannya. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada murid untuk mempraktekan nilai-nilai keagamaan dan ahklaqul karimah. Oleh karenanya, tujuan pengajaran Al-Qur’an Hadits untuk membantu pemahaman penguasaan ilmu secara teoritis dan lebih luas untuk membentuk sikap, kepribadian, dan sekaligus mengamalkan isi kandungan dari Al-Quran Hadits sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits supaya tujuan dari pendidikan bisa tercapai harus ada landasan dan tujuan yang kuat, supaya jalannya proses belajar mengajar tidak goyah oleh bebagai suasana dan AlQur’an Hadits adalah landasan religius dalam pendidikan agama Islam.
Selain landasan dan tujuan yang kuat, peran guru juga sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Guru harus mampu menyampaikan pengetahuan agama, juga menanamkan dan membina akhlak murid-muridnya agar mempunyai kepribadian mulia. Oleh karenanya, sangat penting sekali bagi anak didik untuk mengetahui hal-hal yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupannya di dunia dan kehidupan di akhirat kelak. Al-Ghazali menempatkan Al-Qur’an Hadits sebagai ilmu yang pertama yang harus diajarkan kepada anak. Yang menjadi titik perhatian Al-Ghazali dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah ilmu pengetahuan dari dalam kandungan kitab suci Al-Qur’an sendiri karena ilmu yang diajarkan oleh Al-Qur’an dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia di dunia dan akhirat, karena dapat memberikan ketenangan jiwa dan memperindah ahklak serta mendekatkan diri kepada Allah.1 Selain Al-Ghozali, Ibnu Khaldun juga menjelaskan bahwa: pengajaran tentang Al-Qur’an ini adalah sendi pendidikan dalam semua rencana pelajaran sekolah di berbagai Negara Islam, karena pengajaran Al-Qur’an adalah syairsyair agama Islam yang akan membawa kepada semakin kokohnya iman seseorang.2 Demikian juga dalam sebuah Hadits Nabi SAW. Yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an hadits:
ﺧﻴﺮ آﻢ ﻣﻦ: وﻋﻦ ﻋﺜﻤﺎ ن ﺑﻦ ﻋﻔﺎن رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﻞ (ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻘﺮأن وﻋﻠﻤﻪ )روﻩ اﻟﺒﺨﺎري
1 2
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000) . hlm. 81. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Protetik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004). hlm 264.
Artinya: Dari Usman Bin Affan r.a : Nabi SAW. Bersabda : “ Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an lalu mengajarkannya”3 Hadits tersebut sudah sangat jelas bahwa orang-orang yang belajar AlQur’an dan mengajarkannya adalah sebaik-baiknya umat. Oleh karena itu, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang mau belajar dan mengajarkan, Firman Allah dalam Al-Qur’an:
×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æìsùötƒ
( ١١ : )اﻟﻤﺠﺎ د ﻟﺔ Artinya : …….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (AlMujaadilah : 11)4 Hadits dan ayat Al-Qur’an tersebut, menunjukan bahwa mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an Hadits adalah sangat penting. Tanggung jawab semua umat Islam untuk memberantas buta huruf Al-Qur’an dan Hadits, baik dalam keluarga, masyarakat maupun lembaga-lembaga pendidikan Islam. Al-Qur’an Hadits adalah inti dari ajaran Islam, oleh karena itu peranan dan efektifitas lembaga pendidikan mengajarkan mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits di
Madrasah Tsanawiyah mutlak harus ditingkatkan. Asumsinya adalah tanpa mempelajari Al-Qur’an Hadits terlebih dahulu, maka untuk mempelajari agama Islam akan menemukan banyak kesulitan.
3
Syeikhul Islam Muhyidin Abi Zakariya Yahya Bin Syarof An-Nawawi, Riyadhus Sholihin, (Semarang : PT. Toha Putra, 2000). hlm 409. 4 Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Surat Al-Mujaadilah : 11), hlm 910-911.
Dengan melihat secara nyata tentang bentuk penyajian materi pendidikan agama yang telah tersusun dalam kurikulum begitu rapi dan sistematis yang tertuang dalam bentuk sub bidang studi. Sudah sepantasnya dan seharusnya hal itu dapat diharapkan akan membawa keberhasilan dalam mencapai tujuan program pengajaran pada sekolah itu. Khususnya pada sub bidang studi Al-Qur’an Hadits. Al-Qur’an Hadits adalah inti ajaran Islam dan sumber norma pendidikan Islam benar-benar bisa tertanam pada setiap siswa yang telah mempelajarinya dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari. Berangkat dari sinilah maka dalam skripsi ini peneliti tertarik untuk mengangkat judul tentang: “PERANAN MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN
PEMAHAMAN
SERTA
PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI MALANG I” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I ? 2. Bagaimana peranan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I. 2.
Mendeskripsikan peranan mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits dalam
meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I. 3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran AlQur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I. D. Manfaat Penelitian Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Bagi
lembaga
yang
bersangkutan
sebagai
bahan
acuan
dalam
melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I. 2. Bagi Guru, sebagai barometer keberhasilan seorang guru dalam mengajar dengan
berdasarkan
Al-Qur’an
dan
Hadits,
diharapkan
dapat
meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan agama Islam. 3. Bagi siswa, sebagai acuan agar dapat mengamalkan kandungan Al-Qur’an dan Hadits di kehidupan sehari-hari.
4. Bagi penulis sebagai persyaratan penyelesaian salah satu tugas progam studi dalam menempuh progam sarjana pendidikan dengan spesialisasi Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. E. Ruang Lingkup Pembahasan Untuk mempermudah dan memperjelas penelitian, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi ini, Yaitu penulis memberikan batasan masalah yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut. 1. Peranan
mata
pelajaran
Al-Qur’an
Hadits
dalam
meningkatkan
pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I. 2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I. F. Definisi Operasional 1. Peranan adalah Fungsi, kedudukan.5 2. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan pendidikan kepada siswa supaya dapat memahami isi dari Al-Qur’an dan Hadits dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupannya. 3. Pemahaman adalah pengetahuan, wawasan, ingatan6. 4. Pelaksanaan adalah penerapan, pengamalan7. 5
Pius A Partanto, dkk. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya : Arkola, 1994). hlm. 585. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 415. 6
5. Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan peserta didik menuju kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. G. Sistematika Penulisan dan Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh serta mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya disusun sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan,
meliputi
Latar
Belakang
Masalah,
Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Pembahasan, Definisi Operasional, Sistematika Penulisan dan Pembahasan. BAB II
Kajian teoritis, yang akan di bahas meliputi tentang Pendidikan Agama Islam di MTs, pembelajaran Al-Qur’an Hadits, peranan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan Agama Islam, faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.
BAB III
Laporan hasil penelitian Bab ini khusus membahas tentang bab penelitian yang meliputi: 1. Latar belakang obyek penelitian yang terdiri dari sejarah berdirinya MTs Negeri Malang I, Keadaan guru dan karyawan, struktur kurikulum, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana dan struktur organisasi.
7
Ibid, hlm. 347.
2. Penyajian data dan analisa data. BAB IV
Penutup yang meliputi uraian kesimpulan dan saran-saran serta sebagai kelengkapannya dimuat daftar pustaka.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. PEMBAHASAN TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam kajian tentang pendidikan Agama Islam, para ahli pendidikan berbeda-beda dalam mengungkapkan definisinya. Adanya definisi yang berbeda-beda itu bukanlah dimaksudkan untuk mengkaburkan arti atau makna pendidikan, melainkan akan menambah kejelasan arti atau makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, dengan bantuan alat atau media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.8 Proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang terarah dalam bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (siswa) kepada titik optimal dari kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai di dalamnya adalah terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai manusia individu atau sosial serta terbentuknya hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-Nya.9
8 9
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta : Bumi Aksara, 1992). hlm. 151 Muzayyin Arifin, Op. Cit, hlm. 12.
Pendidikan dapat diartikan pula sebagai proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmanai, rohani, dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim telah berkembang diberbagai daerah dari sistemnya yang paling sederhana menuju sistem pendidikan Islam yang modern.10 Pengertian pendidikan tersebut terdapat unsur-unsur yang ada dalam pendidikan, yaitu: (1) usaha atau kegiatan yang bersifat membimbing dan dilakukan secara sadar. (2) adanya pendidik atau pembimbing. (3) adanya peserta didik. (4) bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan. Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha untuk membimbing yang dilakukan secara sadar terhadap peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Hasbullah
dalam
bukunya
“Dasar-dasar
Ilmu
Pendidikan”
mengartikan secara sederhana tentang arti pendidikan. Dia mengartikan pendidikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.11 Dengan demikian bagaimanapun sederhananya peradapan suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu sering dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya usaha manusia melestarikan hidupnya. 10 11
Hamdani Ihsan, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2001). hlm. 9. Habullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001). hlm. 1.
Pengertian
pendidikan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pemebentukan kepribadian yang dimaksudkan sebagai hasil pendidikan adalah kepribadian muslim, dan yang sesuai dengan dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan adalah yang tidak menyimpang dari ajaran Islam. Adapun untuk memahami pengertian pendidikan Islam secara mendalam, penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan Islam, antara lain: a. Menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.12 Jelaslah bahwa proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai mahkluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nlai Islam, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak al-karimah.
12
Muzayyin Arifin, Op.Cit, hlm. 15.
b. Hasil rumusan seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.13 Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan, atau melatih mengadung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam. c. Menurut Ahmad D. Marimba Penididikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.14 d. Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.15 Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan peserta didik menuju kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui
13 14
Ibid, hlm. 15 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Alma’arif, 1989).
hlm 19.
15
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992). hlm. 32.
pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya. Sedangkan pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.16 Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melaui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasonal.17 Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keimanan, keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial, baik yang seagama ataupun yang tidak seagama sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan.
16
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002).
hlm.75.
17
Ibid, hlm. 75-76.
Islam memandang pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karenanya, Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, tiada batasan untuk memperolehnya dan berlangsung seumur hidup semenjak di buaian hingga ajal datang. 2. Tugas dan Fungsi Pendidikan John Dewey pernah menyatakan bahwa: Education is the process without end,18 “pendidikan itu adalah suatu proses tanpa akhir”. Sejalan dengan startegi pendidikan yang secara universal ditetapkan perserikatan bangsa-bangsa sebagai Life Long Education “pendidikan sepanjang hayat”. Dengan demikian, tugas dan fungsi pendidikan berlangsung secara kontinu
dan
berkesinambungan
bagaikan
spiral
yang
sambung-
menyambung dari satu jenjang ke jenjang lain yang bersifat progesif mengikuti kebutuhan manusia dalam bermasyarakat secara luas. Secara
umum
tugas
pendidikan
adalah
membimbing
dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara
fungsinya
adalah
menyediakan
fasilitas
yang
dapat
menungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.19 Tugas fungsi pendidikan itu sasarannya pada manusia yang senantiasa tumbuh dan berkembang mulai dari periode kandungan ibu sampai meniggal dunia. 18
Muzayyin Arifin, Op.Cit, hlm. 33. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), (Jakarta : Ciputat Pers, 2002). hlm. 32-33. 19
Tugas pendidikan dapat dibedakan dari fungsinya sebagai berikut: a. Tugas pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak didik dari satu tahap ketahap lain sampai meraih titik kemampuan yang optimal. b. Sedang fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan intitusional. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam. Jika berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi idealitas Islami. Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.20 Al-Abrasyi dalam Falsafah Pendidikan Islam mengemukakan, di antara tujuan umum pendidikan Islam adalah: a. Untuk membentuk akhlak mulia. b. Untuk menciptakan kehidupan yang mapan dan seimbang demi mencapai kebahagiaan dunia akhirat. c. Untuk mengembangkan potensi keahlian dan keterampilan praktis. d. Menumbuhkan dan mengembangkan semangat keilmuan dan memuaskan rasa ingin tahu (curiosity)21 20
Muzayyin Arifin, Op.Cit, hlm. 108. Bukhori Abu A. Yusuf Amin, Cara Mendidik Anak Menurut Islam, (Bogor : Syakira Pustaka, 2007), hlm. 5. 21
Sedangkan menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.22 Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat Al- Takwir ayat 27, Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua semua manusia. Jadi, menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan
seluruh
manusia
menjadi
manusia
yang
menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud dengan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. 4. Pendidikan Agama Islam di MTs Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
22
Ahmad Tafsir, Op.Cit., hlm. 46.
nilai-nilai
tersebut
dalam
kehidupan
individual
ataupun
kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan
yang secara nasional
ditandai dengan ciri-ciri: a. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaaan materi. b. Mengakomodasikan
keragaman
kebutuhan
dan
sumber
daya
pendidikan yang tersedia. c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. a. Tujuan Pendidikan Agama Islam di MTs adalah: 1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama berakhlak mulia beribadah,
cerdas,
dan
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin produktif,
jujur,
adil,
etis,
berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
b. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Al-Qur’an Hadits 2) Aqidah 3) Akhlak 4) Fiqih 5) Tarikh dan Kebudayaan Islam Pendidikan
Agama
Islam
menekankan
keseimbangan,
keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan agama Islam di MTs sebagaimana terlampir. B. PEMBAHASAN TENTANG PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS 1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits a. Pengertian pembelajaran Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang pembelajaran Al-Qur’an Hadits, maka penulis akan mengemukakan lebih dahulu pengertian
pembelajaran.
Dalam
kaitannya
dengan
pengertian
pembelajaran, di sini menurut Syaiful Sagala Menjelaskan Bahwa: Pembelajaran pendidikan
ialah maupun
membelajarkan teori
belajar
siswa
menggunakan
merupakan
penentu
asas utama
keberhasilan pendidikan. Pemebelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.23 Rumusan
tentang
pembelajaran
tersebut
jelaslah
bahwa
pembelajaran mengandung asas pendidikan maupun teori-teori untuk menentukan suatu keberhasilan dalam pendidikan, dan dalam hal ini proses pembelajaran tidak akan lepas dari interaksi antar pendidik atau guru dan anak didik, seperti halnya yang terdapat dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, yaitu: UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.24 Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas, peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengadung arti sikap kegiatan yang dirancang untuk membantu seorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai baru. Pengertian pembelajaran di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan 23
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2003), hlm. 61. Undang-Undang Republik Indonesia, Sisyem Pendidikan Nasional, (Biro Mental Spiritual Pemerintah Propinsi Jawa Timur, 2003). hlm 5. 24
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. b. Pengertian Al-Qur’an Mata pelajaran Al-Qur’an adalah merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dasar religius pendidikan agama Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan pelajaran Al-Qur’an adalah bagian dari ilmu pendidikan Islam yang sekaligus menjadi dasar religius dalam pendidikan Islam. Dalam buku Studi Ilmu Al-Quran menyebutkan bahwa pengertian Al-Qur’an adalah “kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang pembacaannya merupakan suatu ibadah”.25 Yang paling prinsip dan mutlak tentang pengertian Al-Qur’an ini adalah bahwa Al-Qur’an itu wahyu atau firman Alah SWT untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Bukanlah Al-Qur’an itu kitab karangan Nabi Muhammad atau ciptaannya, atau pikiran-pikiran serta pendapat Nabi Muhammad, yang sering diistilahkan dengan Muhamadisme. Maka para ulama berusaha betul untuk memberikan pengertian Al-Qur’an ini dengan cara yang menurut mereka sejelas dan seterang mungkin sehingga tidak terjadi kesalahan mengenai pengertian 25
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera Antarnusa, 2004). hlm. 17.
tersebut. Sebab Al-Qur’an adalah benar-benar dari Allah SWT. Dan bukan bantuan manusia maupun malaikat. Beberapa pendapat ulama tentang pengertian Al-Qur’an baik ulama Indonesia maupun ulama dari luar Indonesia, mereka mendefinisikan: 1) Secara operasional Al-Qur’an diartikan sebagai: Kalam mulia yang diturunkan oleh Allah kepada jiwa Nabi yang paling sempurna (Nabi Muhammad SAW) yang ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan ia merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti kecauali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.26 2) Imam Fakhrur Razie dan Syekh Mahmud Syaltut, yang menyatakan:
ااﻟﻘﺮأن هﻮ اﻟﻠﻔﻆ اﻟﻌﺮﺑﻲ اﻟﻤﻨﺰل ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ .اﻟﻤﻨﻘﻮل إﻟﻴﻨﺎ ﺑﺎﻟﺘﻮاﺗﺮ Artinya: Al-Qur’an adalah lafadz Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir”27 3) Ustadz Farid Wajdi, beliau mengemukakan tentang pengertian AlQur’an sebagai berikut: “Al-Qur’an adalah wahyu Ilahi yang diturunkan dengan perantara Al-Ruh Al-Amin (jibril) atas hati Rosulullah, Muhammad SAW, agar menjadi peringatan bagi manusia seluruh alam.28”
26
Muhaimin, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasional), (Bandung : Trigenda Karya, 1993), hlm.145. 27 M. Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004), hlm. 24-25.
Dengan memperhatikan apa yang sudah disampaikan dan dijelaskan oleh para pakar dan ulama mengenai pengertian Al-Qur’an di atas, maka pengertian tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: Al-Qur’an adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Wahyu atau firman Allah SWT. Diturunkan kepada Nabi Muahammad SAW. Dengan perantara malaikat Jibril, atau dengan cara lain. Menggunakan bahasa Arab. Untuk pedoman dan petunjuk bagi manusia. Merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar. Diterima oleh umat Islam secara mutawatir.29 Selain pengertian tentang Al-Qur’an yang telah peneliti paparkan
di atas, Al-Qur’an juga mempunyai keistimewaan, Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya. Al-Qur’an merupakan sumber yang tidak pernah kering bagi para pencari kebenaran, menjadi rujukan para ahli bahasa, sumber kajian para ahli fuqaha, dan sumber argumentasi para ahli hukum. Al-Qur’an juga menjadi kajian yang tidak pernah habis bagi ahli para ahli Sosiologi, ekonomi dan Politik, memberi inspirasi bagi para penyair dan pujangga. Al-Qur’an satu-satunya kitab yang berbicara segala macam topik. Al-Qur’an mengkisahkan masa lampau, masa kini dan mengabarkan masa depan. Adapun keistimewaan Al-Qur’an itu antara lain sebagai berikut:
28 29
Ibid, hlm. 25. Ibid, hlm. 28.
1) Al-Qur’an adalah Kalamullah (wahyu Allah) yang dibukukan kemurnian dan eksistensinya dijamin pemeliharaannya oleh Allah sendiri. 2) Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pikiran, diterima oleh Nabi dengan perasaan khusus. 3) Al-Qur’an mengandung ajaran yang bersifat universal, berlaku segala tempat dan situasi, menjadi pedoman sepanjang masa. 4) Al-Qur’an merupakan mu’jizat Nabi Muhammad yang tidak dapat dibandingi, baik dari segi isi, susunan kalimat (bahasa) dan keabadian berlakunya. 5) Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an terjamin dengan pemeliharaan Allah sendiri. 6) Ajaran yang dikandung oleh Al-Qur’an, secara umum dan prinsip, meliputi seluruh aspek kehidupan. 7) Membaca Al-Qur’an (walaupun belum mengerti terjemahnya) dinilai dengan suatu ibadah. 8) Kebenaran yang dibawa oleh Al-Qur’an bersifat mutlak, tidak diragukan dan tidak meragukan. Penjelasan yang telah peneliti kemukakan di atas mengenai pengertian tentang Al-Qur’an sekaligus keutamaan-keutamaan AlQur’an sehingga Al-Qur’an itu perlu disampaikan kepada murid, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur’an sangat
penting sekali karena Al-Qur’an adalah firman Allah kebenarannya bersifat mutlak dan merupakan sumber ajaran agama Islam yang dapat memberikan petnjuk kepada manusia dan banyak sekali keistimewaankeistimewaan yang ada di dalam Al-Qur’an. c. Pengertian Hadits. Mata pelajaran Hadits merupakan unsur atau bagian dari mata pelajaran agama Islam pada madrasah Tsanawiyah. Pelajaran ini memuat informasi di sekitar teks yang dikaitkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yakni informasi bahan-bahan tertulis dengan huruf Arab, yang pada masa sekarang dapat dikutib dari kitab-kitab Hadits. Jelasnya, pengajaran Hadits merupakan suatu bidang dari pengajaran agama yang berisi teks tertulis Arab yang menyampaikan suatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kata “Hadits” atau al-Hadits menurut bahasa, berarti al-Jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadim (sesuatu ang lama). Kata Hadits
juga
berarti
al-Khabar
(berita),
yaitu
sesuatu
yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya, ialah al-ahadis.30 Kemudian, menurut istilah pengertian Hadits oleh para ahli dirumuskan secara berbeda sesuai sudut pandang keilmuan dari ahli itu masing-masing. Pertama, Hadits menurut kalangan Muhadditsin dirumuskan sebagai berikut:
30
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1996), hlm. 1.
1) Hadits disebutkan sebagai berikut:
.أﻗﻮاﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وأﻓﻌﺎﻟﻪ وأﺣﻮاﻟﻪ Artinya: Segala ucapan, segala perbuatan dan segala keadaan atau prilaku Nabi SAW.31 Yang dimaksud dengan hal ihwal disini, ialah segala pemberitaan mengenai Nabi SAW. Berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, serta kebiasaan-kebiasaan. Jadi pemberitaan dimaksud mengetengahkan sesuatu mengenai Nabi SAW. yang disampaikan oleh sumber informasi dari selain Nabi baik sahabat maupun tabi’in. 2) Hadits dalam rumusan ahli Hadits lain, disebutkan:
.آﻞ ﻣﺎ أﺛﺮ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ص م ﻣﻦ ﻗﻮل وﻓﻌﻞ وﺗﻘﺮﻳﺮ وﺻﻔﺔ Artinya: Segala sesuatu yang bersumber dari nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifatnya.32 3) Hadits juga disebutkan sebagai:
ﻣﺎ أﺿﻴﻒ إﻟﻰ اﻟﻨﺒﻲ ص م ﻗﻮﻻ اوﻓﻌﻼ اوﺗﻘﺮﻳﺮا اوﺻﻔﺔ Artinya: Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifatan.33 Rumusan pengertian Hadits menurut ahli Hadits di atas dapat dilihat unsur-unsur penting yang ada dalam sesuatu yang dikatakan
31
Muhammad Ahmad, dkk., Ulumul Hadits, (Bandung : Pustaka Setia, 2000). hlm. 11-12. Utang Ranuwijaya, Op. Cit. hlm. 2. 33 Ibid, hlm. 2. 32
sebagai Hadits, yaitu: (1) perkataan Nabi, (2) perbuatan Nabi, (3) taqrir / persetujuan / penetaban Nabi, (4) hal ihwal atau persifatan Nabi. Keempat unsur tersebut umum berlaku dikalangan ahli Hadits, sekalipun dalam perumusan pengertiannya berbeda dalam menyebut unsur pengertian terakhir. Kedua, Hadits menurut kalangan ahli ushul fiqh. Dikalangan ahli ushul fiqh, Hadits ditemukan rumusannya secara lebih sempit dari rumusan ahli Hadits, yaitu terbatas sesatu yang terkait dengan bidang hukum. 1) Ahli ushul fiqh mengemukakn bahwa Hadits itu, adalah: “perkataan-perkataan Nabi, perbuatan-perbuatan, serta taqrirtqrir nabi, (khususnya)yang berkaiatan dengan bidang hukum. 2) Ahli ushul fiqh lain mengemukakan: “perkatan-perkataan Nabi SAW, yang dapat dijadikan dalil ntuk penetapan hukum syara’ ”34 Rumusan pengertian menurut ahli ushul fiqh di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa yang dikatakan, Hadits adalah perkataanperkataan, perbuatan-perbuatan, taqrir-taqrir Nabi khususnya yang berkaitan dengan penetapan hukum syara’. Pembahasan tentang pengertian dari pembelajaran serta AlQur’an dan Hadits di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran
Al-Qur’an
Hadits
adalah
proses
interaksi
atau
komunikasi dua arah yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik dalam proses belajar mengajar mata
34
M. Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 62.
pelajaran Al-Qur’an (wahyu / firman Allah) dan Hadits yang merupakan unsur (bagian) mata pelajaran Pendidkan Agama Islam (PAI) pada madrasah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami Al-Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup sehari-hari. 2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Tujuan dalam pembelajaran merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelmpok orang yang melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Tujuan dapat berfungsi sebagai standar untuk mengakhiri usaha yang dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai suatu yang dicita-citakan dan disamping itu untuk membatasi ruang gerak usaha supaya kegiatan tersebut dapat terfokus. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits bertujuan agar siswa bergairah untuk membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan.35 Selain dari tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits tersebut di atas. Adapula tujuan dari mengajar. Adapun tujuan mengajar mata pelajaran AlQur’an Hadits di sekolah dapat penulis pilah-pilah antara tujuan mengajar Al-Qur’an dan tujuan mengajar Al-Hadits, yaitu sebagai berikut: 35
2-3.
Departemen Agama, Qur’an Hadits Untuk Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta, 2003). hlm.
a. Tujuan Pengajaran Al-Qur’an. Dr. Muhammad Qodir Ahmad dalam bukunya yang bernama Thuruqu Ta’lim Al-Tarbiyah Al-Islamiyah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh H. Ibrahim Husein, MA dan kawankawannya, tujuan mengajar Al-Qur’an sebagaimana diuraikan dibawah ini. Dalam mengajar Al-Qur’an Al-Karim, baik ayat-ayat bacaan itu bertujuan memberikan pengetahuan Al-Qur’an kepada anak didik yang mampu mengarah kepada: 1) Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi mereka. 2) Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya. 3) Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. 4) Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat. 5) Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub AlQur’an. 6) Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwanya.
7) Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumber dari AlQur’an Al-Karim.36 b. Tujuan Pengajaran Hadits. Tujuan pengajaran Hadits, berarti sesuatu yang dituju atau yang akan dicapai dengan kegiatan atau usaha mengajar Hadits. Kegiatan mengajar Hadits harus mempunyai tujuan, karena kegiatan yang tidak mempunyai tujuan akan berjalan meraba-raba, berputar-putar tidak tentu arah. Tujuan yang jelas dan berguna akan membuat orang giat, lebih terarah, dan sungguh-sungguh. Oleh karena itu semua kegiatan termasuk mengajar Hadits harus berorientasi pada tujuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran Hadits ini adalah agar peserta didik mengerti ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah yang dibicarakan. Jelasnya, pengetahuan Hadits yang diberikan kepada peserta didik mengarah kepada: 1) Kemantapan membaca tanpa salah, sesuai dengan ketentuan membaca huruf Arab dan Nash, dan kemampuan menghafalnya dengan mudah. 2) Kemampuan memahami isi bacaan dengan sempurna dan kemampuan menenangkan jiwa. 3) Kemampuan
menerapkan
ajaran
agama
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.
36
M. Chabib Thoha, Op, Cit, hlm. 32-33
Islam
dalam
4) Kemampuan memperbaiki tingkah laku peserta didik melalui metode pengajaran yang tepat.37 Beberapa penjelasan tentang fungsi dan tujuan pengajaran AlQur’an Hadits di atas, dapat di simpulkan bahwa fungsi dari pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah untuk pengembangan dalam meningkatkan
keimanan
dan
ketaqwaan
siswa,
memperbaiki
kesalahan-kesaahan keyakinan, mencegah hal-hal yang negatif dari lingkungan budaya yang membahayakan siswa serta membiasakan dalam penanaman nilai-nilai Al-Quran Hadits dalam kehidupannya. Adapun tujuan dari pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah bertujuan agar siswa bergairah dalam membaca Al-Qur’an dan Hadits dan untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan mantap serta mengarahkan pemahaman dan pengahayatan pada isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. 3. Materi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Dalam pembahasan materi atau isi dari pembelajaran Al-Qur’an Hadits ini penulis pisah antara materi dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
37
Ibid, hlm. 64.
a. Materi atau Isi dari Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber agama memuat (terutama) soal-soal pokok bekenaan dengan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Aqidah Syari’ah Akhlak Kisah-ksah manusia di masa lampau. Berita-berita tentang masa yang akan datang. Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Sunatullah atau hukum Allah yang berlaku di alam semesta.38 Menurut S. H. Nasr, sebagai pedoman abadi, Al-Qur’an
mempunyai tiga jenis petunjuk bagi manusia. Petunjuk itu adalah: Pertama, ajaran tentang susunan alam semesta dan posisi manusia di dalamnya. Disamping itu terdapat pula ajaran tentang akhlak atau moral serta hukum yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari serta pembahasan tentang kehidupan akhirat. Kedua, Al-Qur’an berisi ringkasan sejarah manusia, rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para Nabi sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka. Ketiga, Al-Qur’an berisi sesuatu yang sulit dijelaskan dalam bahasa modern. Ayat-ayat Al-Qur’an karena merupakan firman Tuhan, mengandung kekuatan yang berbeda dari apa yang kita pelajari secara rasional.39
38
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002). hlm. 103. 39 Ibid, hlm. 103-104.
b. Materi atau Isi dari Al-Hadits Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, Hadits mempunyai peranan penting setelah Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai utusan Allah Nabi Muhammad SAW. Mempunyai wewenang menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang bersifat umum, seperti yang terdapat dalam firman Allah. Surat An-Nahl ayat 44:
….. ö öΝÍκös9Î) tΑÌh“çΡ $tΒ Ä¨$¨Ζ=Ï9 t⎦Îi⎫t7çFÏ9 tò2Ïe%!$# y7ø‹s9Î) !$uΖø9t“Ρr&uρ … Artinya: “……Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka……..” (An-Nahl : 44) Oleh karena itu ada tiga peranan Hadits disamping Al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yaitu: 1) Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam AlQur’an. 2) Sebagai penjelasan isi Al-Qur’an. 3) Mengembangkan atau menambahkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya didalam Al-Qur’an.40 Dalam kurikulum yang dilengkapi dengan GBPP, materi Hadits diambil saja masalah-masalah yang pokok, seperti pengertianpengertian dasar, istilah-istilah ilmu Hadits, ruang lingkupnya secara 40
Mohammad Daud Ali, Op.Cit., hlm. 112-113.
global, kedudukan Hadits dalam ajaran Islam, tingkatan-tingkatan Hadits, pngertian rawi dan syarat perawi, pengertian sanad, pembagian dan macam-macam Hadits. Ini diajarkan secara global dan dasardasarnya saja.41 4. Kualiatas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Pendidikan Al-Qur’an Hadits di madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dari pendidikan agama. Secara substansional mata pelajaran Al-Qur’an Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada murid untuk mempraktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah dalam kehidupannya. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar Al-Qur’an Hadits perlu diperhatikan peningkatan mutu atau kualitas dalam pembelajarannya. Untuk mendapatkan mutu pembelajaran yang baik, maka perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran Al-Qur’an Hadits sebagai berikut: a. Mengajar Al-Qur’an Al-Karim harus mendapatkan alokasi waktu yang seimbang dengan pelajaran yang lain. Waktunya tidak terlalu sedikit sehingga murid-murid menaruh perhatian yang wajar. Dan tidak terlalu banyak sehingga anak didik merasa bosan dan jemu. b. Hendaknya guru mengontrol hafalan murid-murid terhadap ayat-ayat yang telah diajarkan. c. Guru harus menciptakan situasi kelas yang penuh ketenangan, khusuk dan khidmat terhadap pelajaran Al-Qur’an. d. Guru dapat menemukan metode dan alat pelajaran yang lebih tepat.42 Adapun
dalam
pengajaran
Hadits,
Pada
dasarnya
adalah
sebagaimana pengajaran agama Islam yang lain, dalam penyampaiannya 41 42
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 408. M. Chabib Thoha, dkk., Op. Cit. hlm. 42.
kepada murid ia perlu memperhatikan tujuan yang hendak dicapai, ruang lingkup
materi
yang
diajarkan,
kitab-kitab
Hadits
yang
layak
dipergunakan, metode mengajar yang tepat serta persiapan yang memadai baik mental maupun materi. Dan yang tidak bisa ditinggalkan adalah bahwa penyampaiannya mesti sejalan dengan kecenderungan zaman yang selalu berkembang yang menantang kelincahan dan keterampilan guru dalam menalar dan menggunakan pendekatan memadai. Dengan menerapkan hal-hal di atas, maka mutu pembelajaran AlQur’an Hadits akan meningkat lebih baik. Oleh karenanya pembelajaran Al-Qur’an Hadits memang harus memerlukan waktu yang cukup dan hafalan-hafalan dari ayat-ayat yang telah dipelajarinya, serta harus menggunakan metode yang tepat sehingga kualitas pembelajaran AlQur’an Hadits dapat terus dtingkatkan. selain dari penjelasan yang telah peneliti paparkan di atas perlu diperhatikan juga dalam hal penilaian hasil kompetisi siswa dalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits, hal ini dimaksudkan supaya kualitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits tersebut bisa lebih menghasilkan mutu atau kualitas yang baik, adapun rambu-rambu penilaiannya adalah sebagai berikut: a. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan penilaian hasil belajar. b. Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar siswa.
c. Penilaian hasil belajar Al-Qur’an Hadits adalah upaya pengumpulan informasi untuk menetukan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi. d. Penilaian hasil belajar Al-Qur’an Hadits secara Nasional dilakukan oleh Departemen Agama Pusat dengan mengacu kepada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar, dan indikator yang telah ditetapkan di dalam Kurikulum Nasional Pendidikan Agma Islam. e. Alat-alat dan format hendaknya dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha hasil belajar. f. Penilaian dilakukan dalam bentuk tes dan non tes. g. Pengukuran
terhadap
ranah
efektif
dapat
dilakukan
penulis
simpulkan
dengan
menggunakan cara non tes. Penjelasan
di
atas
dapat
bahwa
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran Al-Qur’an Hadits yang meliputi penyampaian materi oleh guru, tujuan pembelajaran, metode yang digunakan, kurikulumnya dan juga penilaian hasil belajar siswa. 5. Metode Pembelajaran AL-Quran Hadits di MTs Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Cara itu mungkin baik mungkin tidak baik. Baik dan tidak baiknya sesuatu metode banyak tergantung kepada beberapa faktor.43 Faktor-faktor itu mungkin berupa situasi dan kondisi, pemakai metode itu
43
Muzayyin Arifin, Op.Cit, hlm. 89.
sendiri yang kurang memahami penggunaannya atau tidak sesuai dengan seleranya, atau secara objektif metode itu kurang cocok dengan kondisi dengan objek. Juga mungkin karena metodenya sendiri yang secara intrinsic tidak memenuhi persyaratan sebagai metode. Hal itu semua sangat bergantung pada metode itu diciptakan disatu pihak, dan pada sasaran yang akan digarap dengan metode itu dilain pihak. Dalam pengertian letterlijk, kata ‘metode” dari bahasa Greek yang terdiri atas meta yang berarti “melalui” dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi metode berarti “jalan yang dilalui”. Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode mengajar sebagai alat pencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelasjelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan dalam tujuan yang akan dicapai menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang tepat. Apabila kita perhatikan dalam proses perkembangan pendidikan agama Islam di Indonesia, bahwa salah satu gejala negatif sebagai pengahalang yang paling menonjol dalam pelaksanaan pendidikan agama ialah masalah metode mengajar agama. Meskipun metode tidak akan berarti apa-apa bila dipandang terpisah dari komponen-komponen lain, dengan pengertian bahwa metode baru dianggap penting dalam
hubungannya dengan semua komponen penddikan lainnya, seperti tujuan, materi, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan agama diperlukan sesuatu pengetahuan tentang metodologi pendidikan agama, dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh peengertian dan kemampuan mendidik agama yang dilengkapi dengan pengetahuan dan kecakapan professional. Metode-metode yang dipergunakan tidak hanya metode mendidik dari para pendidik, melinkan juga metode yang harus dipergunakan anak didik. Al Ghazali, seorang ahli pikir Tasawuf Islam yang terkenal banyak mencurahkan perhatian kepada masalah pendidikan. Menurut Al-Ghazali harus menggunakan pengaruhnya serta cara yang tepat arah.44 Bila dipandang dari segi filosofis, Al Ghazali adalah berpaham idealisme yang konsekuen terhadap agama. Dalam masalah pendidikan, Al Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme, karena beliau sangat menekankan pengaruh pendidik terhadap anak didik. Metode untuk melatih anak adalah salah satu dari hal-hal yang amat penting. Anak adalah amanat yang dipercayakan kepada orang tuanya. Hati bersih, murni, laksana permata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari ukiran atau gambaran apapun. Ia dapat menerima tiap ukiran yang digoreskan kepadanya dan ia akan cenderung kearah manapun yang kita kehendaki. Oleh karena itu, bila ia dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik itu pada dirinya dan akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia akhirat.
44
Ibid, hlm. 93.
Orang tuanya, gurunya, pendidiknya juga akan turut berbahagia bersamanya. Tetapi juga sebaliknya, bila anak itu kita biasakan dengan sifat-sifat jelek dan kita biarkan begitu saja, maka ia akan celaka dan binasa. Semua tanggung jawab dalam hal itu terletak pada pundak pengasuhnya atau walinya. Atas dasar pandangan Al Ghazali yang bercorak empiris itu maka tergambar pula metode pendidikan yang diinginkan. Diantaranya lebih menekankan pada perbaikan sikap dan tingkah laku para pendidik dalam mendidik, seperti berikut: a. Guru harus bersikap mencintai muridnya bagaikan anaknya sendiri. b. Guru tidak usah mengaharapkan upah dari tugas pekerjaannya, karena mendidik
merupakan
tugas
pekerjaan
mengikuti
jejak
Nabi
Muhammad SAW. Nilainya lebih tinggi dari ukuran harta atau uang. c. Guru harus memberi nasihat kepada muridnya agar menuntut ilmu tidak untuk kebanggan diri atau untuk mencari untung pribadi, melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. d. Guru harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang bermanfaat. e. Guru harus memberi contoh yang baik dan teladan yang indah dimata anak didik sehingga senang untuk mencontoh tingkah lakunya. f. Guru harus mengajarkan apa yang sesuai dengan tingkat kemampuan akal anak didik.
g. Guru harus mengamalkan ilmunya, karena ia menjadi idola dimata anak. h. Guru harus dapat memahami jiwa anak didiknya. i. Guru harus dapat mendidik keimanan ke dalam pribadi anak didiknya, sehingga akal pikirannya tunduk kepada ajaran agama. Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa metode pendidikan yang harus dipergunakan oleh para pendidik adalah berprinsip child centered yang lebih mementingkan anak didik dari pada pendidik sendiri. Adapun metode yang dapat dipakai dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah sebagai berikut: a. Guru memberitahukan kepada murid mengenai ayat atau Hadits apa yang yang akan diajarkan itu dengan menunjukan letaknya dalam buku kepada mereka, atau dengan menulis surah atau Hadits itu di papan tulis. b. Guru membacakan ayat atau Hadits itu, kemudian guru menjelaskan ayat atau Hadits tersebut dengan penjelasan yang mudah dengan cara tanya jawab dan diskusi. c. Guru memberikan test kepada anak didik dengan cara menyuruh mereka menghafalkan ayat atau Hadits yang telah dipelajari. d. Tuliskan kesimpulan pelajaran hari itu (dari teks ayat atau Hadits dimaksud) termasuk pengajaran yang dapat dipetik dari pembahasan.
Dari uraian diatas peneliti memberikan kesimpulan bahwa, metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan resitasi (pemberian tugas belajar). C. PERANAN MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN
PEMAHAMAN
SERTA
PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Agama Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan komperhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan Al-Hadist, sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh Al-Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah Al-Qur’an dan AlHadist. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy-Syura : 52, yang berbunyi: ⎯Å3≈s9uρ ß⎯≈yϑƒM}$# Ÿωuρ Ü=≈tGÅ3ø9$# $tΒ “Í‘ô‰s? |MΖä. $tΒ 4 $tΡÌøΒr& ô⎯ÏiΒ %[nρâ‘ y7ø‹s9Î) !$uΖø‹ym÷ρr& y7Ï9≡x‹x.uρ 5ΟŠÉ)tGó¡•Β :Þ≡uÅÀ 4’n<Î) ü“ωöκtJs9 y7¯ΡÎ)uρ 4 $tΡÏŠ$t6Ïã ô⎯ÏΒ â™!$t±®Σ ⎯tΒ ⎯ϵÎ/ “ωöκ¨Ξ #Y‘θçΡ çµ≈oΨù=yèy_
()اﻟﺴﻮرى Artinya: Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hambahamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syura : 52)45 Dan Hadits Nabi SAW yang artinya: “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia”46
45 46
Zuhairini,Op. Cit.,hlm. 153. Ibid., hlm. 153.
Ayat dan Hadits di atas dapat ditarik satu kesimpulan: 1. Bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridhoi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. 3. Al-Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benarbenar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan
kepada
umatnya
agar
saling
memberi
petunjuk,
memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan pondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa
ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli guna melancarkan jalan dan memudahkan caracara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya di dalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi
yang tinggi yang penuh dengan debat tiada
berkeputusan, akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik dari pada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam
mengandung sistem nilai di atas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan Islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan. Adapun peranan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam menyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. 2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam siswa dalam kehidupan sehari-hari. 3. Untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 4. Untuk menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya. Uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Al-Qur’an Hadits merupakan pondasi utama dalam agama Islam dan keharusan berlansungnya pendidikan. Karena ajaran-ajaran Islam bersifat Universal
yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan kholiqnya yang diatur dalam ubudiah, juga dalam hubungan dengan sesama yang diatur dalam muamalah, masalah berpakaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya. D. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT MATA PELAJARAN Al-QUR’AN HADITS Dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an Hadits, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran Al-Qur’an Hadits tersesbut. Faktor-faktor pendidikan itu ada 5 (lima) macam, dimana faktor yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan yang erat, kelima faktor tersebut adalah: 1. Anak Didik 2. Pendidik 3. Kurikulum 4. Alat Pendidikan 5. Lingkungan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis uraikan kelima faktor-faktor tersebut. 1. Faktor Anak Didik Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan
tidak akan belangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.47 Pendidikan tidaklah terbatas kepada pengertian dan penguasaan ilmu pengetahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri dari anak didik terhadap kehidupan sosialnya. Anak didik adalah manusia yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya hingga meninggal.48 Perkembangan disini diartikan adanya perubahan-perubahan yang selalu terjadi dalam diri anak didik secara wajar, baik ditunjukan kepada diri sendiri maupun kearah penyesuaian dengan lingkungannya. Tugas pendidik yang utama dalam perkembangan tersebut ialah membimbing perkembangan itu pada tiap tingkatannya, serta menyakinkannya bahwa cara-cara anak didik memenuhi kebutuhannya senantiasa sejalan dengan pola kehidupan sosialnya. Bagi pendidik untuk dapat mengikuti tingkat-tingkat perkembangan jiwa anak didiknya perlu mengenal kejiwaan serta kesanggupan kesanggupannya. Hal ini akan memudahkan baginya untuk memasukan 47
Habullah, Op. Cit., hlm. 23. Wasty Soemanto dkk., Dasar-dasar dan Teori Pendidikan Dunia : Tantangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1987). 132. 48
bahan-bahan pendidikan sesuai dengan tingkat kesanggupan anak didik pada tiap tingkat perkembangannya. Membicarakan
masalah
anak
didik,
sesungguhnya
kita
membicarakan manusia yang memerlukan bimbingan, dikalangan para ahli pendidikan timbul suatu problema tentang apakah benar anak itu dapat didik. Dalam menjawab problema tersebut, maka timbulah tiga aliran yaitu: a. Aliran Nativisme, tokoh aliran ini ialah Arthur Schopenhaure (17881760), asal jerman. Yang berpendapat bahwa: anak sejak lahir telah mempunyai pembawaan yang kuat, sehingga tidak dapat menerima pengaruh dari luar. Baik buruknya anak itu sangat ditentukan oleh pembawaan, bukan tergantung kepada pengaruh dari luar. Karenanya maka pendidikan itu tidak perlu, sebab pada hakikatnya yang memegang peranan adalah pembawaan. b. Aliran Empirisme, John Locke, (1632-1704). Yang mengemukakan pendapatnya dengan teori Tabularasa. Ia mengatakan, bahwa pendidikan adalah mempunyai pengaruh tiadak terbatas, karena anakanak didik itu diibaratkan dengan sehelai kertas yang masih putih bersih, yang dapat ditulis apa saja sesuai dengan kehendak sipenulisnya. Baik buruknya seorang anak tergantung kepada pendidikan yang diterimanya.
c. Aliran Convergensi, yang merupakan perpaduan antara dua aliran tersebut di atas. Aliran ini dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa perkembangan jiwa anak adalah tergantung pada dasar dan ajar, atau tergantung pada pembawaan dan pendidikan, dimana keduannya mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam perkembangan pribadi anak. Ketiga aliran tersebut, maka aliran Convergensi ada segi persesuaiannya dengan ajaran Islam, dimana menurut ajaran Islam dikatakan bahwa pada anak tersebut telah mempnyai pembawaan untuk beragama yang dikenal dengan Fittrah. Kemudian fitrah tersebut akan berjalan kearah yang benar bila mana memperoleh pendidikan agama dengan baik dan mendapatkan pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya. Sedangkan faktor-faktor penghambat yang disebabkan oleh anak didik, adalah: a. Anak didik mempunyai tingkat pengetahuan agama (pelajaran AlQur’an Hadits) yang tidak sama. Adakalanya anak didik yang memasuki sekolah sudah memiliki dasar-dasar pengetahuan agama (Al-Qur’an Hadits) yang didapatnya dari pendidikan orang tuanya di rumah, atau mendapat dasar-dasar pengetahuan yang didapat dari jenjang
sekolah
kesenjangan
yang
antara
dilalui
anak
didik
sebelumnya. yang
Dengan
mempunyai
demikian dasar-dasar
pengetahuan tentang agama (Al-Qur’an Hadits) yang memadai dengan anak didik yang belum memiliki dasar-dasar pengetahuan tentang agama (Al-Qur’an Hadits), akan menjadi penghambat dalam pengajaran Al-Qur’an Hadits. b. Anak didik mempunyai tingkatan kecerdasan (IQ) yang berbeda. Anak didik yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan mudah menerima pelajaran agama dibandingkan anak didik yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Masalah ini juga akan menyebabkan faktor yang menghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. c. Anak didik yang kurang sungguh-sungguh dalam belajar Al-Qur’an Hadits. Maksudnya adalah anak didik tersebut mempelajari Al-Qur’an Hadits bukan untuk membekali dirinya untuk sebagai sarana melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Tetapi mempelajari AlQur’an Hadits hanya untuk mendapatkan nilai. Hal ini, juga akan menjadi penghambat keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an Hadits, bukan hanya aspek kognitif (pengetahuan) saja tetapi yang lebih penting lagi agar anak didik dapat mengamalkan atau melaksanakan ajaran Al-Qur’an Hadits dalam kehidupan sehari-hari. d. Problem anak didik yang paling mendasar ada pada keluarga anak didik tersebut. Dalam arti, jika keluarga anak didik tersebut tingkat keagamaannya baik, maka secara langsung perkembangan pendidikan agama anak akan baik pula. Sebaliknya jika tingkat keagamaan
keluarganya minim (abangan) maka perkembangan anak didik tidak akan berbeda jauh dengan hal tersebut. Jadi tingkat keberagaman keluarga terutama orang tua akan sangat berpengaruh dalam pendidikan keagamaan anak. 2.
Faktor Pendidik Pendidik salah satu faktor penting dalam proses pendidikan, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam mendidik dan membimbing
anak
didik
dalam
proses
belajar-mengajar
kearah
pembentukan kepribadian yang baik, cerdas, terampil, dan mempunyai wawasan cakrawala berpikir yang luas serta dapat bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan kehidupannya. terutama pendidikan agama yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pendidikan pada umumnya. Diantara kelebihan tersebut adalah bahwa pendidikan agama Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah pelajaran iman dan amal, pelajaran Al-Qur’an Hadits tidak hanya bersifat teoritis saja, namun juga praktis dan sebagainya. Karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT. Yang perlu diingat adalah pendidik tidak sekedar menolong, membimbing, tetapi pertolongan dan bimbingan itu haruslah disadari dan dapat menghubungkan semua tingkatannya dengan tujuan pendidikan yang dikehendaki. disamping itu pendidik harus dapat menciptakan situasi
pendidikan yang baik dan se-Islami mungkin bagi pendidikan agama (AlQur’an Hadits) khusunya, berpengetahuan luas dan yang lebih penting lagi bagaimana pengetahuan tersebut dapat diamalkan serta diyakini, bukan hanya sekedar diketahui. Dalam proses interaksi belajar-mengajar, seorang guru harus mampu menciptakan dan mentimulasi kondisi belajar siswanya dengan baik agar dapat merealisasikan tujuan yang ingin dicapai. Dalam menyebutkan
bukunya pengertian
Hasbullah pendidik
Dasar-dasar adalah
orang
Ilmu yang
pendidikan memikul
pertanggung jawaban untuk mendidik.49 Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi (menyusun) bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a. b. c. d. e.
Orang dewasa. Orang tua. Guru Pemimpin masyarakat. Pemimpin agama.50 Agar guru agama dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,
maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu, adapun syarat-syarat bagi guru pada umumnya, termasuk di dalamnya guru-guru agama, telah di cantumkan dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran no. 4 tahun 1950 Bab X pasal 15 yang berbunyi: Syarat utama menjadi guru, selain ijzah dan syarat-syarat lain yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk
49 50
Habullah, Op. Cit., hlm. 17. Ibid., hlm. 17.
dapat memberikan pendidikan dan pengajaran (seperti yang dimaksud dalam pasal 3,4 dan 5 U.U. ini).51 Syarat tersebut bila dijabarkan adalah sebagai berikut: bahwa untuk menjadi guru harus mempunyai syarat-syarat: a. Mempunyai ijazah formal. b. Sehat jasmani dan rohani. c. Berakhlak yang baik. Bagi guru agama, di samping harus memiliki syarat-syarat tersebut, masih harus ditambah dengan syarat-syarat lain, yang oleh direktur direktorat Pendidikan Agama telah ditetapkan sebagai berikut: a. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin. b. Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syari’at Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik anak didiknya). c. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya. d. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama didaktik dan methodic. e. Menguasai ilmu pengetahuan agama. f. Tidak mempunyai cacat rohaniyah dan jasmaniyah dalam dirinya. Sebagai pelengkap syarat-syarat di atas, maka guru agama harus memiliki sifat-sifat, sebagai berikut:
51
hlm.35.
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981).
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah. b. Bersih jasmani dan rohani, penampilan lahiriyahnya menyenangkan dan mulia akhlaknya. c. Ikhlas dalam pekerjaannya. d. Pemaaf, pandai memahami diri dan kemarahan karena hal-hal kecil serta lapang hati atau sabar. e. Seoarang guru merupakan seoarang bapak sebelum ia seorang guru. f. Mengetahui tabi’at murid, yang mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan dan pemikiran. g. Menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.52 Syarat-syarat dan sifat-sifat guru di atas dapat diambil pengertian bahwa dalam melaksanakan pendidikan agama (Al-Qur’an Hadits), guru atau pendidik tidak hanya membimbing dalam proses belajar-mengajar semata, namun pada pendidikan agama bimbingan mengenai sikap keagamaan juga harus mendapat perhatian yang besar, sehingga dalam pelaksanaan pendidikan agama (Al-Qur’an Hadits) pendidik harus mampu memberikan anjuran-anjuran, norma-norma, macam-macam pengetahuan dan kecakapan yang berhubungan dengan agama. Hal ini dalam rangka pemebentukan pribadi anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, memang berat tugas dan tanggung jawab para guru khususnya guru agama. Sebab guru agama secara umum mempunyai tugas, sebagai berikut: a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik. b. Berusaha menolong anak didik mengembangakan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan agar anak didik memilihnya dengan tepat.
52
Ibid, hlm. 36-37
d. Mnegadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik. e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.53 Selain tugas di atas, ada satu hal yang sangat urgen bagi seorang guru agama yaitu dituntut untuk menjadi contoh tauladan dalam segala tingkah laku dan dalam segala keadaan bagi anak didiknya. Adapun faktor penghambat yang datangnya dari pendidik adalah: a. Seorang guru (pendidik) yang tidak dapat menanamkan jiwa saling mempercayai dan persaudaraan terhadap siswa. b. Tidak adanya kerja sama antara guru dengan orang tua siswa, sehingga menimbulkan pertentangan antara pendidik yang disampaikan guru di sekolah dengan pendidik yang dilakukan orang tua di rumah. c. Banyaknya pendidik yang kurang memiliki rasa pengabdian yang tinggi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan hidup para guru, maka dari itu kesejahteraan guru harus diutamakan. d. Pemahaman guru tentang Al-Qur’an Hadits kurang. e. Metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai. Adapun kesulitan-kesulitan lain yang dihadapi pendidik, yakni: a. Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individu siswa, yang disebabkan perbedaan IQ (kecerdasan), perbedaan watak dan latar belakang. b. Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta didik yang dihadapinya. 53
Ahmad Tafsir, Op.Cit., hlm. 79.
c. Kesulitan dalam memilih metode yang tepat atau sesuai dengan materi yang diberikan. d. Kesulitan dalam memperoleh alat-alat pelajaran. e. Kesulitan
dalam
mengadakan
evaluasi
dan
kesulitan
dalam
melaksanakan rencana yang telah ditentukan, karena kadang-kadang kekurangan waktu. Kesulitan-kesulitan di atas, maka kemampuan guru sangat penting dalam proses belajar mengajar, lebih-lebih pendidikan agama. Apabila guru tidak mampu mengatasi hal tersebut maka itu adalah suatu masalah yang harus segera ditindak lanjuti. Kurangnya kemampuan guru dalam pengajaran merupakan penghambat yang besar dalam mencapai tujuan pendidikan, lebih-lebih pendidikan agama. Karena guru adalah pelaksana dari program pengajaran. 3. Faktor Kurikulum Setiap pendidikan ilmiah memerlukan suatu perencanaan organisasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan diperlukan adanya program yang mapan dan dapat mengantarkan proses penilaian dalam pendidikan yang lebih dikenal dengan istilah kurikulum pendidikan. Pada dasarnya penyusun kurikulum sudah dilakukan oleh tokoh Islam sejak zaman dahulu, diantaranya Umar bin Khattab telah menulis kurikulum dan mengirimkannya kepada penguasa-penguasa Islam.
Kurikulum sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, yang dapat mengantarkan pendidikan dalam kancah modern karena bentuknya telah tersusun secara sistematis dan terperinci. Kurikulum pendidikan agama Islam adalah semua pengetahuan, aktivitas (kegaiatan-kegiatan) dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama. Sesuai dengan pengertian di atas, maka kurikulum pendidikan agama termasuk alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama sehingga keberadaannya sangat diperlukan dengan tanpa menafikan faktor persesuaian dengan tujuan yang dirumuskan oleh pendidikan agama dan persesuaian dengan tingkat usia dan perkembangan serta kemampuan peserta didik. Secara umum masalah-masalah yang sering dihadapi dalam faktor kurikulum ini adalah: a. Terlalu padatnya program yang berakibat tidak terlaksananya tujuan dari program yang direncanakan. b. Kurangnya jam pelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan materi pendidikan agama. c. Seorang pendidik yang kurang professional dalam bidang pelajaran yang diajarkannya, sehingga guru kurang bertanggung jawab dalam tugasnya.
d. Kurikulum yang ada tidak terorganisir dengan baik, sehingga sering terjadi pengulangan pokok bahasan (materi). e. Kurikulum yang sifatnya paten (tidak fleksibel), sehingga guru tidak bisa bebas dalam memilih metode dalam menyampaikan mata pelajaran pada anak didik yang akibatnya membuat anak didik merasa bosan dan malas mengikuti pelajaran. f. Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah, bila tujuan berubah, berarti pokok bahasan, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi akan berubah. Sekuarng-kurangnya, kegiatan belajar mengajar perlu diubah. g. Isi pendidikan berubah, akibatnya buku-buku pelajaran, buku bacaan, dan sumber yang lain akan berubah. Hal ini akan menimbulkan perubahan anggaran pendidikan disemua tingkat. h. Kegiatan belajar-mengajar berubah, akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan mengajar yang baru. Bla pendekatan belajar berubah, maka kebiasaan belajar siswa juga akan mengalami perubahan. i. Evaluasi berubah, akibatnya guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi belajar yang baru. Bila evaluasi berubah, maka siswa akan mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan ukuran lulusan yang baru.54 Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan siswa, tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa.
54
Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006). hlm. 253-254.
Bagi guru, ia perlu mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menghindarkan diri dari kebiasaan pembelajaran yang “lama”. Bagi siswa, ia perlu mempelajari cara-cara belajar, buku pelajaran dan sumber belajar yang baru. Dalam hal ini siswa harus menghindarkan diri dari cara-cara belajar “lama”. Bagi petugas pendidikan, ia juga juga perlu mempelajari tata kerja pada kurikulum “baru”, dan menghindari kebiasaan kerja pada kurikulum “lama”. Bagi orang tua siswa, ia perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan peran siswa dalam belajar pada kurikulum “baru”. Orang tua perlu memahami adanya metode dan teknik belajar “baru” bagi anak-anaknya. Dengan memahami dan mempelajari teknik belajar yang “baru”, maka ia dapat membantu proses belajar anaknya secara baik. 4. Faktor Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.55 Dalam memilih alat-alat pendidikan agama, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain: a. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat tersebut. Dalam memilih alat hendaknya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
55
Habullah, Op. Cit., hlm. 26.
b. Siapakah yang menggunakan alat tersebut? Pribadi dari guru yang menggunakan alat pendidikan itu ikut menjiwainya. sebagai contoh misalnya guru yang mendidik agama haruslah dia sendiri orang yang taat agama, sehingga dalam menggunakan alat-alat pendidikan agama, tidak akan merasa canggung, misalnya dalam membaca Al-Qur’an. c. Terhadap anak yang bagaimanakah alat itu dipergunakan? Hal ini menyangkut dalam pemilihan alat-alat pendidikan haruslah selalu disesuaikan dengan kondisi dari pada anak-anak yang dihadapi, sehingga dengan demikan alat-alat pendidikan yang dipilih itu betulbetul akan dapat membantu mempermudah anak-anak untuk menerima pelajaran, bukan sebaliknya, memperlambat tercapainya tujuan. d. Bagaimana
menggunakan alat tersebut? Dalam memilih alat
pendidikan yang hendak dipergunakan, hendaknya guru terlebih dahulu mengetahui bagaimana cara-cara penggunaan alat-alat tersebut, sehingga dengan demikian dapat memperlancar jalannya pengajaran. Berkenaan dengan faktor-faktor di atas, maka penulis kemukakan beberapa jenis media atau alat pendidikan yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk mengajar pendidikan agama. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah: a. Alat pengajaran agama b. Alat pendidikan agama yang langsung. c. Alat pendidikan agama yang tidak langsung.56
56
Zuhairini, dkk, Op. Cit. hlm. 50.
Adapun pembahasan masing-masing alat teresebut, adalah: a. Alat pengajaran agama. Dalam pelaksanaan pengajaran agama dibutuhkan adanya alatalat pengajaran, alat-alat pengajaran tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Alat
pengajaran
klasikal,
yaitu
alat-alat
pengajaran
yang
dipergunakan oleh guru bersama-sama dengan murid. Misalnya, papan tulis, kapur, masjid dll. 2) Alat pengajaran individual, yaitu alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru. Misalnya, alat-alat tulis, buku pelajaran murid, buku pegangan guru, dll. 3) Alat peraga, yaitu alat-alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas ataupun memberikan gambaran konkrit tentang halhal yang diajarkannya. b. Alat pendidikan yang langsung Alat pengajaran langsung adalah dengan menanamkan pengaruh positif kepada peserta didik dengan memberikan tauladan, nasihatnasihat, perintah-perintah berbuat sholeh, melatih dan membiasakan sesuatu amalan dan sebagainya. Termasuk dalam alat pendidikan langsung di sini adalah dengan menggunakan emosi dan dramatisasi dan menerapkan masalah agama, karena agama adalah lebih mengarah pada masalah perasaan atau keyakinan.
c. Alat pendidikan yang tidak langsung Yang dimaksud alat tidak langsung ialah alat yang bersifat kuratif (hukuman) agar peserta didik menyadari atas perbuatannya yang salah dan berusaha untuk memperbaikinya, sebagai contoh, anak yang usianya 10 tahun belum mau menjalankan sholat, maka perlu diberikan hukuman agar dengan hukuman tersebut anak menjadi sadar. Jadi hukum dapat dijadikan sebagai alat untuk mendidik anak. Adapun penghambat yang biasanya datang dari faktor alat pendidikan ini adalah: a. Seoarang pendidik yang kurang cakap dalam menggunakan suatu alat pendidikan, sehingga pelajaran yang disampaikan tidak dapat dipahami oleh anak didik. b. Dalam menentukan alat-alat yang akan dicapai seorang pendidik tidak memperhitungkan atau memeprtimbangkan pribadi peserta didiknya yang meliputi: jenis kelamin, umur, bakat, perkembangannya dan sebagainya. Dengan demikian pendidikan tidak akan membawa hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan. c. Hambatan yang lainnya terletak pada ruang dan waktu, dalam arti seorang pendidik kurang mampu menempatkan waktu yang tepat dalam menjelaskan pelajaran. 5. Faktor Lingkungan Pendidikan Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud dengan lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan, proses kehidupan.57 Dengan demikian lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan agama. Karena perkembangan
jiwa
anak
itu
sangat
dipengaruhi
oleh
keadaan
lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan agamanya. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif apabila lingkungan itu memberikan kesempatan yang baik serta memberikan dorongan atau motivasi serta rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik. Dan sebaliknya lingkungan yang dapat dikatakn negatif bila mana lingkungan itu tidak memberikan kesempatan baik, bahkan menghambat terhadap proses penididikan. Pada dasarnya lingkungan lingkungan mencakup: a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. b. Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu bahasa,
seni,
eknomi,
ilmu
pengetahuan,
pandangan
hidup,
keagamaan. c. Kelompok hidup bersama (lingkungan social atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan.
57
Habullah, Op. Cit., hlm. 32.
Lingkungan pada garis besarnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga anak adalah yang pertama mendapat pendidikan dan bimbingan. Dan lingkungan yang terutama, sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, dengan demikian sifat dan tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh atau suri tauladan yang baik. Kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keteramplan. Oleh karena itu, dikirimkan ke sekolah. Di sekolah, anak bergaul dan bercampur dengan anak-anak lain yang bemacammacam sifatnya. Dan semua anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan diperlukan yang sama pula. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua. Siswa-siswi, guru, administrator, konselpor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik.58 Pendidikan di sekolah, sedikit banyak dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat. Uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa lingkungan dapat memberikan pengaruh positif apabila anak didik mendapat pendidikan
58
Ibid, hlm. 36.
agama dengan baik serta di rumah mendapat bimbingan dari orang tua atau keluarganya, sebab bila keluarganya adalah orang yang taat menjalankan agama, serta ditambah lagi dengan masyarakat sekitarnya, juga terdiri dari orang-orang yang taat menjalankan ajaran Islam. Maka hal ini dapat menunjang pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah, dan sebaliknya faktor lingkungan dapat memberikan pengaruh negatif yang dapat menghambat peaksanaan agama di sekolah, apabila anak didik di sekolah mendapatkan pendidikan agama tetapi keluarganya orang yang tidak aktif menjalankan agama atau acuh tak acuh dan ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga bukan masyarakat agamis. Keadaan seperti ini akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan anak, karena kurang mendapatkan pembinaan dari lingkungannya. Jadi berhasil atau tidaknya pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah, juga banyak ditentukan oleh lingkungan dari pada anak didik.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.59 Menurut Winarno Suirachmad penelitian deskriptif kualitatif adalah menentukan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing dan sebagainya.60 Oleh karena itu penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha memahami secara mendalam tentang peranan mata pelajaran AlQur’an Hadits dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan agama Islam. Untuk dapat menemukan data yang jelas dan rinci tentang fenomena di atas, diperlukan suatu pengamatan yang intensif terhadap aktifitas yang dilakukan oleh subyek dan wawancara yang mendalam pula
59 Lexy
, J Moleong, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.
hlm. 4.
60
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik, (Bandung : Tarsito, 1986). Hlm.139.
kepada informan yakni Kepala Sekolah, Guru Al-Qur’an Hadits dan siswa yang terdapat di sekolah. Sedangkan ciri-ciri penelitian kualitatif adalah (1) Mempunyai latar yang dialami sebagai sumber data, dan peneliti dipandang sebagai instrumen, (2) Penelitian ini bersifat deskriptif, (3) Lebih memperhatikan proses dari pada hasil, (4) Cenderung menganalisa data secara induktif, (5) Makna merupakan soal esensial dalam rancangan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan strategi sebagai berikut: pertama, peneliti memusatkan perhatian pada kegiatan wawancara, kedua adalah melihat dokumen yang ada di sekolah tentang mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang ada di sekolah tempat penelitian ini diadakan, ketiga peneliti menafsirkan hubungan antara berbagai fakta, dan tanggapan yang dijumpai untuk menemukan jawaban dari penelitian ini. B. Kehadiran Peneliti Dalam Lexy J. Moleong disebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data.61 Di dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi pada siswa dan juga wawancara kepada guru mata pelajaran AlQur’an Hadits di MTs Negeri Malang I.
61
Ibid. hlm. 168.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MTs Negeri Malang I, dengan pertimbangan karena kualitas atau mutu dari sekolah itu sendiri, yaitu MTs Negeri Malang I adalah salah satu sekolah unggulan yang ada di kota Malang dan letaknya dekat dengan kampus UIN Malang dimana penulis belajar. D. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.62 Menurut Lofland sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, menyatakan bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.63 Data yang diperoleh adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan data yang diperoleh adalah dari hasil wawancara dan observasi kepada guru Al-Qur’an Hadits kelas VII, VII dan IX dan juga siswa MTs Negeri Malang I. E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.64
62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002). hlm. 114. 63 Lexy, Op. Cit., hlm.157 64 Suharsimi. Op. Cit., hlm. 146.
Teknik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek itu.65 Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedang observasi tidak lansung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlansungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian foto. Jadi peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara tidak langsung kepada obyek penelitian. Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan fisik Sekolah, siswa, guru, serta fasilitas yang ada. 2. Metode Interview Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh data dari terwawancara (interviewe).66 Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seoarang. Misalnya untuk mencari data tentang variable latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Secara fisik interview dapat dibedakan atas interview terstruktur dan interview tidak terstruktur. Pada umumnya interview terstruktur diluar negeri telah dibuat terstandar. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri dari serentetan pertanyaan dimana pewancara tinggal 65 66
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997). hlm.158. Suharsimi. Op .Cit., hlm.145.
memberikan tanda check pada pilihan jawaban yang telah disisipkan. Interview tersestandar ini kadang-kadang disembunyikan oleh pewancara. Akan tetapi tidak jarang pula yang diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yang dipersilahkan memberikan tanda. Dalam keadaan yang terahir, maka interview ini tidak ubahnya sebagai kuesioner saja. Ditinjau dari pelaksanaanya, maka dibedakan atas: a. Interview bebas, inguided interview, dimana pewancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman (ancerancer) apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini adalah bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Dengan demikian suasananya akan lebih santai karena hanya omongomong biasa. Kelemahan penggunaan teknik ini adalah arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali. b. Interview terpimpin, guided interview, yaitu interview yang dilakukan oleh peneliti dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview. c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
Menginterview bukanlah pekerjaan mudah, dalam hal ini pewancara harus dapat menciptakan suasana santai tetapi serius artinya bahwa interview dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, tetapi tidak kaku. Suasana ini sangat penting dijaga, agar respnden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewancara secara jujur. Oleh karena sulitnya pekerjaan ini maka sebelum interview, pewawancara harus dilatih terlebih dahulu. Dengan latihan maka pewawancara tahu bagaimana dia harus memperkenalkan diri, bersikap, mengadakan langkah-langkah interview dan sebagainya. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau pedoman wawancara. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data atau informasi yang lengkap tentang "Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Miningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam”. Dalam metode ini penulis melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru Al-Qur’an Hadits. 3. Metode Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi penulis menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah-majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan dan sebagainya.67 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya sekolah, luas dan letak sekolah, struktur kepengurusan,
67
Ibid, hlm.149.
perkembangan siswa, keadaan guru beserta tingkat pendidikannya, keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki dan lain sebagainya yang mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi. F. Analisis Data Dalam menganalisis data penelitian dari hasil observasi, interview, dan dokumentasi, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan
demikian
data
yang
terkumpul
kemudian
ditafsirkan,
didefinisikan dan dituturkan, sehingga terhadap berbagai masalah yang timbul dapat diuraikan dengan tepat dan jelas sesuai dengan keadaan yang ada. G. Pengecekan Keabsahan Data. Untuk mendapat data yang lebih relevan dan urgen terhadap data yang terkumpul, maka penulis menggunakan tehnik triangulation, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.68 Dalam penelitian ini, triangulation sumber data dilakukan dengan cara membandingkan pengamatan pelaksanaan " Peranan Mata Pelajaran AlQur’an Hadits Dalam Miningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam" di MTs Negeri Malang I dengan hasil wawancara, serta membandingkan hasil wawancara dengan dokumen MTs Negeri Malang I.
68
Lexy, Op. Cit., hlm. 178.
H. Tahapan-Tahapan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu: 1. Tahap Pra Lapangan Pada tahap ini peneliti oleh dosen pembimbing dilanjutkan dengan mengurus perizinan kepihak sekolah memulai dengan membuat proposal penelitian, setelah proposal disetujui dan depag setempat agar diberikan izin melakukan penelitian pada sekolah yang dimaksud. Berbekal surat izin penelitian tersebut peneliti melakukan studi pendahuluan di MTs Negeri Malang I selaku obyek penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti mencari sumber data seakurat mungkin dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. 3. Tahap Penyelesaian Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan penulisan laporan penelitian yang dibuat sesuai dengan format pedoman penulisan skripsi yang berlaku di lingkungan Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I. Dikota Malang ada dua Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang yaitu: Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I berlokasi di jalan Bandung nomer 7 Malang dan Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang II berlokasi di daerah Cemorokandang. Adapun di jalan Bandung nomer 7 yang merupakan lokasi strategis dihuni oleh tiga jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah yang kini telah menjadi Madrasah terpadu. Awal terbentuknya tiga jenjang madrasah tersebut, dengan adanya SK Menteri Agama nomor 15 / Th 78, 16 / Th 78 dan 17 / Th 78 yang menetapkan SD latihan PGAN 6 tahun menjadi MIN Malang I, dan kelas I, II, III PGAN 6 tahun menjadi MTsN Malang I demikian juga kelas IV, V, VI PGAN 6 tahun saat ini masih disebut sebagai PGA, tetapi seluruh kelas dapat selesai (tamat) dirubah fungsinya menjadi MAN 3 Malang. Sejak tahun 1978 sistem pendidikan yang ada di lingkungan jalan Bandung nomer 7 mulai dibenahi, diawali dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) yang akhirnya disebut Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang I sebagai lembaga pendidikan dasar mulai dapat menampakan perkembangan yang positif, baik KBM, maupun sarana dan prasarananya sehingga
mendapatkan perhatian dari masyarakat muslim golongan menengah ke atas yang pada umumnya mengehendaki agar anak-anaknya mendapat pendidikan agama yang lebih banyak dibanding di sekolah umum (SD), bisa mengaji tanpa masuk surau di kampung-kampung. Masuknya anakanak dari keluarga muslim golongan menengah ke atas yang kebanyakan mereka juga para pemerhati pendidikan, pakar-pakar pendidikan, mengakibatkan terjadinya kontak positif antara kepala sekolah ataupun para guru dengan para pengurus BP.3, bahkan ketua BP.3 yang memilki ruhul jihad tinggi, bersama kepala sekolah berusaha menampilkan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang I pada tataran paling depan, demi syiar Islam, untuk membuktikan bahwa Islam itu “Ya’lu wa laa yu’la alaih”. Sejak didirikan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang I sudah tiga kali ganti kepala sekolah, namun selalu terus mengalami kemajuan perkembangannya, masyarakat orang tua yang tergabung dalam BP.3 diwakili oleh pengurusnya selalu berperan sebagaimana fungsinya, memberikan kontribusi dalam memajukan madrasah. Karena kegigihan para pengelola bersama BP.3 maka siswa-siswinya dapat bersaing dengan sekolah-sekolah sederajat, bahkan mampu meraih juara UKS tingkat Nasional. Kemajuan MIN Malang I telah terbukti saat itu dibawah pimpinan kepala Madrasah periode ke dua yaitu Drs. H. Abdul Djalil yang kemudian dipindahkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I dengan SK dari Bapak Menteri Agama pada tahun 1994, karena
memang Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I (MTsN) I belum menampakan kemajuan. Periode kepemimpinan MTs Negeri Malang I dengan segala upayanya yaitu: Periode pertama, 1979-1991 Drs. H. Muhdi (kepala Madrasah pertama), MTs Negeri Malang I memulai kiprahnya dengan menempati kelas-kelas yang berukuran kurang lebih 7 x 7 meter; setiap kelas manampung rata-rata 42 siswa siswa dengan 4 kelas parallel untuk kelas I dan II, sedangkan untuk kelas III ada tiga ruang belajar siswa PGA yang dulu di tampung di asrama, sudah barang tentu sangat tidak kondusif, pengembangan belum bisa dilaksanakan karena dana tidak mendukung, input siswa dari golongan ekonomi menengah ke bawah, bahkan dari golongan ekonomi lemah pun banyak, sehingga swadaya BP.3 untuk pengembangan madrasah belum dapat diharapkan. Periodre kedua 1991-1992 Drs. H. Untung Saleh (kepala madrasah yang kedua), situasi masih tetap, namun sudah diusahakan adanya kejelasan lokasi yang pada saat perubahan struktur dahulu belum diperjelas, maka pada periode ke dua ini mulai diperjelas, namun belum berhasil usahanya telah ada pergantian, karena kepala Madrasah dipindah tugaskan menjadi Kepala MAN 3 Malang. Periode ketiga 1992-1994 Drs. Ridwan Adnan (kepala Madrasah ketiga), melanjutkan usaha pemimpin sebelumnya, dan mulai menambah rombongan kelas, ada perpindahan lokasi sehingga berdampingan dengan
MIN Malang I. kelas satu ada enam kelas parallel sehingga ruang kelas yang ada masih kurang. Diadakan kelas sore, kendalanya siswa tidak bergairah belajar, akhirnya hasil tidak maksimal, selanjutnya ada mutasi, yaitu kepala MTs Negeri Malang I dipindahkan ke MTs Negeri Malang II, diganti oleh kepala MIN Malang I. Periode keempat 1994-2000 Drs. H. Abdul Djalil, M.Ag. (kepala Madrasah keempat), banyak sekali kemajuan yang diraih, boleh dikatakan pada saat periode keempat inilah awal kemajuan MTs Negeri Malang I. berbekal pengalaman dari MIN Malang I, beliau berusaha mengangkat MTs Negeri Malang I yang sudah tertinggal jauh dari MIN Malang I. Perjuangan memajukan MTs Negeri Malang I betul-betul memerlukan ketekunan dan kegigihan. Saat itu siswa MIN Malang I sangat enggan bila disuruh melanjutkan ke MTs Negeri Malang I, karena melihat MTs Negeri Malang I yang belum maju, bahkan masyarakat tidak kenal dengan MTs, terbukti bahwa kebanyakan orang mengatakan “SMP MTs” saat itu. Jadi seolah-olah MTs adalah nama sebuah yayasan yang menaungi SMP swasta. Keadaan yang demikian tidak dapat dibiarkan terus menerus, oleh karena itu kepala MTs Negeri Malang dan stafnya segera mengambil langkah. Gebrakan pertama yang dilakukan untuk memperkenalkan MTs Negeri I kepada masyarakat adalah mengadakan kirap sepeda santai bekerja sama dengan perusahaan yang bersedia memberikan dukungan dana sekalipun ada misi bisnis asal tidak merugikan masyarakat tidak masalah. Dengan bantuan para pengusaha maka seluruh pembiayaan dapat
tertanggulangi tanpa mengeluarkan dari instansi bahkan dapat membagibagi bermacam-macam hadiah kepada peserta yang telah tedaftar. Umumnya mereka yang berasal dari SD / Min Malang I. selanjutnya upaya-upaya tetap dilakukan baik pembenahan sistem pembelajaran, disiplin dan keadaan fisik bangunan. Bahkan agar para siswa SD, MI yang memperoleh NEM 38 ke atas mau masuk MTs Negeri Malang I disediakan hadiah kepada mereka berupa pakaian seragam, ini pada tahun 1996, siswa awal tahun sebanyak lima kelas, hanya satu kelas yang NEM nya 38 keatas. Pembenahan kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan terus dengan supervise dan pertemuan rutin MGMP. Pelaksanaan bimbingan belajar dan pemberian hadiah kepada siswa berprestasi diupayakan untuk memberikan motivasi kemajuan belajar siswa. Pada tahun pelajaran 1997 memberikan hadiah pakaian seragam bagi calon siswa dengan NEM 40 ke atas. Nampaknya masyarakat sudah mulai tertarik untuk memasukan anaknya ke MTs Negeri Malang I yang memperoleh NEM tertingi sejumlah 51,01 pada tahun 1996. terbukti pendaftaran tahun 1997 sudah mencapai 400 calon dan dapat ditampung sebanyak 262 siswa, sisanya disalurkan ke MTs swasta anggota kelompok kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I. Tahun 1998 sudah tidak mengeluarkan hadiah lagi, karena animo sudah banyak 450 calon siswa, ditampung hanya 203 siswa baru karena lokalnya tidak cukup. Out put tahun tahun 1997 NEM tertinggi 51,01
sedangkan tahun 1998 NEM 52,49. kemajuan ini juga berkat kerja sama yang baik dengan pondok pesantren Modern Surya Buana Malang, yang sudah terjalin sejak tahun1996, sebagaian siswa MTs Negeri Malang I, dibina secara intensif di pondok pesantren tersebut, sehingga sejak tahun 1997 telah dapat mengirim beberapa out putnya kesekolah-sekolah unggulan termasuk ke SMU Insan Cendekia, SMU Taruna, SMU Muthoharin dan juga ke sekolah-seklah favorit di Malang. Sejak tahun 1996 upaya peningkatan mutu tidak hanya dilakukan lewat sekolah, tetapi juga diluar sekolah yaitu Pondok Pesantren Modern Surya Buana, telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Sejak tahun 1997, setiap tahun mengirim siswa untuk melanjutkan ke SMU unggulan, baik di kota Malang sendiri maupun di luar kota Malang. Upaya meraih perhatian masyarakat dengan berbagai cara supaya tidak sepi dari kunjungan orang maka didirikan koperasi yang mengelola unitunit pertokoan, wartel, foto copy dan yang lebih canggih adalah warnet. Semua itu sebagai sarana promosi MTs Negeri Malang I, disamping mendapatkan biaya sebagai pendukung pembenahan yang memerlukan dana besar, kerjasama dengan BP.3 dilakukan secara pro aktif untuk memperhatikan madrasah. Pembenahan sarana pendidikan dilakukan terus menerus pengadaan laboratorium bahasa, laboratorium komputer sudah sejak tahun 1996. Perpustakaan dilengkapi dengan komputer yang sudah digunakan untuk menerapkan sistem barkode. Rupanya upaya-upaya itu semakin mendapatkan angin segar dengan adanya konsep Madrasah
terpadu yang diintroduser oleh Departemen Agama dengan petunjuknya dalam Master Plan Madrasah Terpadu Malang yang dipersiapkan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Perguruan Agama Islam (Dirjen Pergurais) akan diimplementasikan pada tiga jenjang madrasah yang ada di Jl. Bandung nomor 7 Malang mulai MIN, MTsN dan MAN. Sehingga dimasa yang akan datang mampu menjadi motor penggerak madrasah di Jawa Timur. Periode kelima sejak 20 September 2000, Dra. Hj. Sri Istuti mamik, M.Ag. memasuki tahun 2000 MTs Negeri Malang I sudah mulai mendapat perhatian masyarakat, nama madrasah sudah mulai diperhitungkan. Siswasiswi dari MIN Malang I yang memperoleh NEM baik sudah tertarik masuk MTs Negeri Malang I, demikian pula dari sekolah-sekolah baik MI maupun SD lain, banyak yang tertarik masuk MTs Negeri Malang I. Daya tarik MTs Negeri Malang I mulai tambah dan berkembang sejak adanya inovasi dibawah pimpinan Drs. H. Abdul Djalil, M.Ag. diadakan perubahan wajah gedung madrasah dan pembenahan lingkungan, serta pengadaan unit-unit usaha yang dikelola koperasi karyawan yaitu unit usaha wartel, pertokoan, foto copy dan warnet semua itu sangat menarik perhatian masyarakat yang kebetulan membutuhkan jasa dari unit usaha tersebut, dengan sekaligus unit-unit usaha itu sebagai alat promosi yang juga mendatangkan penghasilan. Adapun koperasi karyawan itu adalah koperasi serba usaha “BAROKAH” yang anggotanya adalah seluruh guru dan karyawan di MTs Negeri Malang I secara otomatis. Seluruuh anggota
koperasi tidak dipungut sepeserpun dana simpanan karena otomatis akan diambilkan dari penghasilan setiap bulan. Sebagai pemimpin yang mendapat amanat untuk meneruskan usaha inovasi kepala madrasah sebelumnya, maka Dra. Hj. Sri Istuti Mamik, M.Ag. harus mampu melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk terus berinovasi demi peningkatan kualitas MTs Negeri Malang I di segala bidang. Untuk itu maka sejak diangkat di MTsN Malang I Dra. Hj. Sri Istuti Mamik, M.Ag. memulai kerjanya dengan membuat perencanaan yang melibatkan seluruh staf pimpinan dan BP.3, tata usaha serta guru. Kiat-kiat dalam perencanaan didasari oleh prinsip bahwa: “Tulis apa yang akan dikerjakan. Kerjakan dengan baik apa yang telah ditulis. Perhatikan saran dan kritik serta masukan dari pihak terkait. Evaluasi apa yang telah dikerjakan.” Upaya untuk meningkatkan kemajuan MTs Negeri Malang I maka tahap-tahap yang dilaksanakan adalah: a. Menetapkan visi dan misi serta tujuan MTs Negeri Malang I yang mengacu pada visi dan misi madrasah terpadu. b. Untuk menjalankan misi serta tujuan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan maka perlu ditegakan disiplin di MTs Negeri Malang I. c. Disiplin dalam segala bidang yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan harus diwujudkan oleh: 1) Kepala madrasah dan seluruh staf pimpinan. 2) Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan.
3) Seluruh karyawan sebagai tenaga kependidikan. 4) Seluruh siswa selaku peserta didik. Untuk pelaksanaan disiplin tentu saja harus ada sarana serta pemacu kedisiplinan itu sendiri, antara lain adalah: 1) Tata tertib yang dirancang untuk seluruh tenaga kependidikan serta siswa. 2) Intensivikasi presensi. Pengadaan mesin check clock sebagai alat absent guru dan karyawan yang langsung dapat menunjukan waktu. Pengadaan blangko absent untuk di isi oleh guru dan karyawan sebagai pendamping mesin check clock. Buku absent untuk siswa setiap kelas yang harus di isi oleh guru yang mengajar dan di tanda tangani oleh piket setiap hari serta ditanda tangani oleh wali kelas pada akhir bulan. 3) Supervisi dan pengawasan Supervise dilakukan secara kolaborasi, bukan saja kepala madrasah, tetapi juga oleh seluruh wakil kepala dan juga para koordinator mata pelajaran, bahkan oleh siswa dalam pengisian pemantauan PBM bagi guru. Perlu diketahui bahwa staf pimpinan di MTs Negeri Malang I sejak tahun 2002 diadakan perombakan yaitu apabila dahulu kepala madrasah dibantu oleh seorang wakil kepala dan empat orang PKM, maka dirubah menjadi lima orang wakil kepala yaitu:
a) Wakabidum (wakil kepala bagian umum yang dahulu wakil kepala madarasah) b) Wakaurkur (wakil kepala urusan kurikulum). c) Wakaursis (wakil kepala urusan siswa). d) Wakausarpras (wakil kepala urusan sarana dan prasarana). e) Wakaur humas (wakil kepala urusan hubungan masyaakat). Struktur itupun mengalami perubahan setelah tahun 2003. 4) DP.3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) dibuat untuk seluruh guru dan karyawan baik PNS maupun non PNS sebagai bukti yang menunjukan kualitas kinerja masing-masing. Memang ada bedanya antara fungsi DP.3 PNS dengan non PNS. Jika PNS sangat berpengaruh pada kenaikan pangkat, tapi bagi non PNS untuk menetapkan kelayakan menjadi tenaga kependidikan di MTs Negeri Malang I selanjutnya. 5) Pemanfaatkan buku pribadi guru dan karyawan. Buku pribadi yang dimaksud adalah catatan yang dibuat oleh kepala sekolah berdasarkan hasil supervise maupun kejadiankejadian yang bersangkutan dengan kinerja tenaga edukatif, baik kejadian positif maupun kejadian negatif. Buku pribadi tersebut juga diketahui oleh masing-masing tenaga edukatif yang bersangkutan, sehingga kalau memang sudah sepakat harus ditanda tangani.
6) Tata tertib siswa disosialisasikan pada orang tua siswa Di setiap kelas juga dipampangkan di dinding agar siswa dapat membaca. 7) Pembentukan serta operasionalisasi team tatibsi (tata tertib siswa) yang terdiri dari para guru yang ditunjuk sebanyak tiga orang ditambah BK serta koordinator OSIS. Team tatibsi ini bertugas untuk mengantisipasi ketertiban siswa setiap hari, termasuk siswa terlambat, bolos dan segala tindakan siswa yang kurang, bahkan tidak sesuai dengan tata tertib baik dalam PBM maupun non PBM. 8) Penetapan poin pelanggaran bagi siswa. Poin pelanggaran itu sudah diatur di dalam tata tertib tersendiri. 9) Koordinasi dengan orang tua siswa. Koordinasi senantiasa dilaksanakan secara imbal balik, kedua belah pihak yaitu pihak orang tua maupun pihak sekolah merasa perlu untuk koordinasi dalam rangka memacu keberhasilan anak. Bentuk koordinasi antara lain: a) Pertemuan yang diadakan oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan. b) Pemanggilan orang tua oleh wali kelas atau BK sehubungan dengan prestasi siswa dalam rangka memacu belajar ataupun perbaikan tingkah laku.
c) Orang tua merasa butuh dengan guru, wali kelas atau BK sehingga datang ke sekolah sewaktu-waktu atau dengan perjanjian lebih dahulu. Disiplin guru dan karyawan bukan hanya kedatangannya saja, akan tetapi juga meliputi aktifitas kinerjanya, demikian pula bagi para siswa aktifitas mereka dipantau para wali kelas, guru mata pelajaran serta BK. d. Peningkatan kualitas. Kualitas yang dimaksud adalah menyangkut secara keseluruhan, sesuai dengan visi dan misi Madrasah terpadu yang menjadi dasar penetapan visi dan misi serta tujuan MTs Negeri Malang I. oleh karena itu garapannya adalah: 1) Peningkatan kualitas guru dan karyawan. Pertama, peningkatan kualitas guru ini diutamakan karena guru sebagai ujung tombak terwujudnya pencapaian tujuan. Kedua, peningkatan kualitas karyawan. Diadakan pembagian tugas secara rinci sesuai dengan kemampuan masing-masing, diadakan supervisi dalam rangka peningkatan kinerja karyawan, dan juga mengikutsertakan pelatihan-pelatihan. 2) Kualitas siswa dipacu terus dengan cara melengkapi sarana prasarana, pengaturan pengguanaan sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku.
e. Pembenahan lingkungan dan penambahan sarana dan prasarana. Agar lingkungan lebih kondusif maka perlu ditata serta dirawat secara kontinyu untuk itu yang harus dilakukan adalah pengaturan diskribsi tugas Sihkamtib (kebersihan, keamanan dan ketertiban) dengan demikian masing-masing petugas memiliki tanggung jawab yang sudah jelas. Agar lingkungan bisa tampak asri, sejuk, dan indah maka diadakan taman di sekitar gedung sekolah dengan tanamantanaman bunga maupun tanaman pelindung. Juga didirikan Gazebo beberapa buah untuk tempat berteduh para siswa, dan kadang kala dimanfaatkan PBM. Pembuatan kolam mini di taman dimaksudkan untuk menyejukan lingkungan agar tidak tampak gersang juga pembuatan kolam di lingkungan masjid yang berfungsi untuk mencuci kaki bagi mereka yang akan memasuki masjid. Penataan kebun percobaan di lantai dua dimaksudkan sebagai lahan untuk berlatih para siswa dalam mengikuti KBM biologi. Penambahan sarana dan prasarana meliputi penambahan komputer, serta pembangunan gedung berlantai tiga. Perbaikan-perbaikan toilet dilaksanakan agar tercermin kebersihan. Pembuatan tempat sepeda/kendaraan para guru karyawan, usaha untuk pengadaan perpustakaan yang lebih kondusif dilakukan dengan mengajukan usulan proyek pada tahun 2001 dan disetujui dengan DIP sebesar kurang lebih 200. 000. 000,- untuk dua ruang seluas 200 m².
f. Penerapan
Manajemen
peningkatan
Mutu
Berbasis
Madrasah
(MPMBM). Sesuai apa yang telah diupayakan di MTs Negeri Malang I. bahwa pelaksanaan manajemen diarahkan pada peningkatan kualitas madrasah, maka dijalinlah kerjasama dengan sebaik-baiknya antara pihak madrasah dengan orang tua siswa serta organisasi yang merupakan wakil dari orang tua siswa (BP.3), serta lingkungan madrasah dan dunia usaha yang ada disekitar madrasah. Hal itu diterpkan sejak kepemimpinan periode ke empat, dan dilanjutkan pada periode kelima dengan lebih dimantapkan melalui pembentukan majelis madrasah mengacu pada SK. Dirjen Kelembagaan Agama Islam tentang pengangkatan kepala sekolah. Ternyata sistem manajemen yang diterapkan di MTs Negeri Malang I yang difokuskan pada mutu, transparan, pemberdayaan masyarakat, berkelanjutan dan mengadakan pendekatan perencanaan yang lebih fleksibel ini sesuai dengan pendekatan MPMBM (Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) dimana tujuan MPMBS seperti diartikulasikan pada buku manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah terbitan Direktorat Menengah Umum tahun 2001 adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan intensif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya. 4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. 2. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Malang I. a. Misi dan Misi Madrasah Terpadu 1) Visi Madarasah Terpadu Memposisikan madrasah terpadu sebagai pusat keunggulan yang menyiapkan dan mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas di bidang IPTEK dan IMTAQ. 2) Misi Madrasah Terpadu Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu baik secara keilmuan, maupun secara moral dan social sehingga mampu meyiapkan, mengembangkan sumber daya insani yang mempunyai kualitas di bidang IPTEK dan MTAQ. b. Visi, Misi dan tujuan MTs Negeri Malang I 1) Visi MTs Negeri Malang I Sebagai sebagian Madrasah Terpadu Malang, maka MTs Negeri Malang I mewujudkan sebuah lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama yang berciri khas agama Islam dengan kondisi dan
situasi lingkungan yang kondusif untuk menyiapkan dan mengembangkan segenap sumber daya insani yang ada sehingga dapat mencapai kualitas unggul dibidang IPTEK dan IMTAQ. 2) Misi MTs Negeri Malang I Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas baik bidang IPTEK maupun IMTAQ dengan mewujudkan: lingkungan yang bersih, asri, nyaman serta agamis, PBM yang berorientasi pada Student Active Learning, Full Day Learning dan bimbingan belajar serta efektifitas pembinaan ekstrakulikuler. Pemberdayaan masjid sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan sholat berjamaah serta sunnah, tartil Al-Qur’an, ucapan kalimat thayyibah dan perilaku sopan. Kerja sama dengan majelis Madrasah, menjalin hubungan baik dengan masyarakat, kerja sama dengan dunia usaha sebagai perwujudan Management Berbasis Sekolah (MBS). 3) Tujuan MTs Negeri Malang I Setelah siswa dididik selama 3 tahun diharapkan: a) Mampu secara aktif melaksanakan ibadah yaumiah dengan benar dan tertib. b) Khatam Al-Qur’an dengan tartil. c) Berakhlak mulia (akhlaqul Karimah) d) Hafal juz 30 (juz’amma). e) Mampu berbicara dengan bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
f) Dapat bersaing dan tidak kalah dengan siswa dari sekolah favorit yang lain dalam bidang ilmu pengetahuan. 3. Struktur Organisasi
KEPALA MADRASAH
KOMITE MADRASAH
Dra. Hj. Sri Istuti Mamik,
Prof. Dr. H. Sutiman Bambang
WAKABIDUM
Ka. TATA USAHA
Drs. H. Sutrisno
Dra. Hj. Uswatun hasanah,
Waka Urusan I Kurikulum
Waka Urusan II Litbang
Waka Urusan III Kesiswaan
Waka Urusan IV Humas
Drs. Mujtahid
Sutirjo, M.Pd
Drs. Supandri
Mas’udi, M. Ed
Koordinator Sar Pras
Koordinator BK
Manajer Usaha
Fitri Hari Jatmiko, S.Ag
Dra. Hj. Fonny Anawati, M. Pd
Dwi Siwi Andari, S.Pd
Guru/Koordinator MAPEL
SISWA OSIS
Keterangan: Garis Instruksi Garis Koordinasi Sumber: Buku Profil MTs Negeri Malang I.
4. Keadaan Guru dan Pegawai Tetap dan Tidak Tetap MTs Negeri Malang I. Suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan selama pelaksanaan proses belajar mengajar adalah adanya guru, sebab guru merupakan komponen yang terpenting dalam proses belajar mengajar. Dari uraian diatas peneliti tidak dapat meninggalkan dalam penelitian ini, yaitu tentang keadaan guru yang nantinya dapat dibuat acuan dalam melengkapi data. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai jumlah guru di MTs Negeri Malang I dapat di lihat pada tabel berikut69: TABEL 4.1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
NAMA Dra. Hj. Sri Istuti Mamik, M.Ag. Drs. Mohammad taufik, M.pd. Dra. Hj. Fonny Anawati, M.Pd. Ruqoyati, BA Drs. Sutrisno, M.Pd. Dra. Hanik fauziah, M.Pd. Drs. Supandri Dr. Sutirjo, S.Pd, M.Pd. Ratna Hidajati, S.Pd, M.Ed. Dra. Uswatun Hasanah Winarta, S.Pd. Emy Widayatsih, S.Pd. Fitri Harijatmiko, S.Ag. Minuril Hidayati, S.Pd. Mas’udi, M.Ed. Rimayanti, S.Pd. Dra. Siti Hajar Drs. Mujtahid Dra. Titin Sumartini, M.Pd. Dra. Tri Sulasmi W. Dra. Cahyowatin Ahmad Budi Leksono, S.Pd. 69
2008.
JABATAN Kepala MTsN Malang I Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Dewasa TK. I Guru Dewasa TK. I Guru Dewasa TK. I Guru Dewasa TK. I Kaur Tata Usaha Guru Dewasa TK. I Guru Dewasa TK. I Guru Dewasa TK. I Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa Guru Dewasa
PENDIDIKAN S2 S2 S2 D3 S2 S2 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S1 SI S2 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1
Data Guru, Pegawai Tetap dan Tidak Tetap, Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I,
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Siti Fatimah, S.Pd. Dyah Khomsiyati W.M, S.Pd. Dra. Hairiyah Suwardi Drs. Sarsono Ahmad Maksun, S.Pd. Ana Fikrotuz Zakiyah, SP Yuyus Robentien, S.Pd. Drs. M. Abdul Chafids Moch. Sholehudin, S.Pd. Lailatul Chusniah, S.Pd. M. Amin Thohari, S.Ag. Heru Cahyono, A.Ma Aris Yulianto, S.Pd. Drs. Muh. Ibrahim Sukiyo Dwi Siwi Andari, S.Pd. Mokhamad Syaifudin, S.Pd, M.Ed Erna Wuryanti, S.Pd. Sumiati Sujono, S.Pd. Anna Tri Rusmiati, S.Pd. Mokh. Kholis W. S.Pd. Luluk Hariroh, S.Pd. Mujiono, S.Ag. Siti Nurul Fitriani, S.Pd. Indah Kurniawati, S.Ag. Ira Kristina, S.Pd. Umargiono, S.Pd. Enita Dwi Adiningtyas, SP Faruq Baharudin, SS Saiful Bahri Afandi, S.Pd. Lukman Chakim, S.Pd. Pariati Hidayat, S.Psi Munifatunufus, S.Ag. Shohib, S.Pd. Iip Rudi Ripai, S.Sn, M. Hum. Denny Maulidiyanti, S.Pd. Enik Evi Indahwati, S.Pd. Pram Rinto Hasan Helmi Sanjaya Zulfiki, S.Pd Drs. Djoned Muhammad Thoha Dwi Sulityani, SE
Guru Madya TK. I Guru Dewasa Guru Madya Juru Pratama TK. I Guru Madya Guru Madya Guru Madya Guru Madya Guru Pratama TK. I Guru Madya Guru Madya Guru Madya Guru Pratama TK. I Guru Madya Guru Madya Guru Pratama TK. I Guru Dewasa TK. I Guru Madya TK. I Guru Dewasa -
-
S1 S1 S1 SD S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 D2 S1 S1 D2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 D3 S1 S1 S1 MTs S1
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Sunarto Endang Sulitiani Nyoto Hadi Fatimatu Zahro Sri Lestari Wa’in nur Choliq Prihantono Purnomo S. Rudianto Karmilawati Hariono Elis Murida, S.Pd. Dyah Mudji Rahayuningsih, S.Sos. Hadi Wiyono Ely Cholida, S.Ag. Ari Yulianto Supraptono Suharno Tjahyo Purnomo W. Misni Diana Maunatir rahmah, SS Dwi Kurniawan Syaifudin, A.Md Rifqy Azwina Immy, A.Md Fitria Rahmawati, S.Pd. Ciani dr. Kholis Candra Kurniawan Susanto Endhika Dita Raya Titik Isnawati
-
SD D2 SLTP SMA SMKN SMA SMA SMA SMA STM S1 S1 SD S1 SMKTA SD SMA SMA SMP S1 SMP D3 D3 S1 S1 S1 SMKTA SMP SMKTA D1
Sumber: Data Sekolah, MTs Negeri Malang, 2008. Keterangan tabel di atas diketahui bahwa jumlah guru yang mengajar di MTs Negeri Malang I banyak lulusan dari perguruan tinggi yang tidak diragukan lagi kemampuanya.
Adapun tata tertib untuk guru-guru dan karyawan MTs Negeri Malang I adalah sebagai berikut:70 a. Jam kerja TABEL 4.2 No 1
JABATAN
JAM KERJA
KETERANGAN
Kepala Madrasah Dan Pukul : 06.30-15.00
Kecuali
Wakil
Sabtu
Hari
2
Kepala dan Tata Usaha
Pukul : 06.30-15.00
Sesuai pulang
3
Karyawan
Pukul : 06.30-15.00
Siswa kecuali
4
Guru PNS
Pukul : 06.45-13.30
Guru FDS
5
Guru Tidak Tetap
Pukul : 06.45-selesai tugas
b. Kewajiban Guru dan Karyawan 1) Setiap guru dan karyawan wajib absen ’Check Clock’ dan absen manual. 2) Wajib hadir sesuai dengan waktu yang ditetapkan. 3) Wajib melaksanakan tugas yang telah dibebankan. 4) Wajib membuat perencanaan kerja sesuai dengan bidangnya. a) Bagi guru perangkat pembelajaran, proter dan prota. b) Bagi karyawan program kerja bulanan dan tahunan. 5) Wajib mengenakan pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. 6) Jika tidak masuk kerja: 70
Tata Tertib Guru dan karyawan, Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I, 2003.
Wajib menyampaikan surat izin tertulis kepada atasan langsung. a) Karena kepentingan pribadi maksimal dua hari tanpa merugikan anak didik. b) Karena sakit, jika lebih dari dua hari sesuai dengan keterangan dokter. c) Karena kepentingan dinas ada surat tugas. 7) Wajib mengikuti kegiatan mengaji yang diadakan setiap istirahat pertama, kecuali tugas yang tak bisa ditinggalkan. 8) Wajib melaksanakan sholaaat berjamaah bersama anak didik yang telah terprogram. 9) Wajib membimbing siswa Sholat Dhuha bagi guru jam pelajaran pertama pada kelas yang terkena giliran Sholat Dhuha. 10) Wajib tepat waktu masuk kelas, dan bagi guru jam pertama di kelas wajib mendampingi dan membimbing siswa mengaji. 11) Wajib memposisikan dirinya sebagai Uswah Hasanah terhadap siswa. 12) Wajib memberikan pelayanan yang baik, sopan dan ramah kepada siapapun. 13) Saling tenggang rasa dan tolong menolong sesama. 14) Wajib mengikuti upacara setiap tanggal 1 dan tanggal 17 setiap bulan yang diadakan oleh sekolah
c. Aturan Tambahan 1) Bagi yang tidak masuk karena kepentingan pribadi maka harus digantikan oleh guru lain, dengan memberikan hak honorarium kepada pengganti. 2) Guru tidak masuk karena sakit, kepentingan dinas dengan surat resmi, penggantian jam mengajar diatur oleh sekolah tanpa dikurangi hak honorarium. 5. Keadaan Siswa MTs Negeri Malang I Dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka adanya guru atau pendidik sebagai obyek pemberi ilmu dan siswa sebagai subyek penerima ilmu, keduanya itu sangat penting. Karena tanpa adanya keduanya proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar dengan adanya kedua obyek dan subyek ini, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Mengenai jumlah siswa MTs Negeri Malang I sesuai dengan data yang penulis peroleh, jumlah keseluruhannya ada 646 siswa, dengan rincian pada tabel sebagai berikut: TABEL 4.3 Jumlah kelas VII No 1 2 3 4 5 6
Nama Wali Kelas Semester 1 Moh. Faroq, S.Ag Ira Kristina, S.Pd. Lailatul Khusniyah, S.Pd. Ana Fikrotuz Z. S.Pd. Dra. Hj. Siti Hajar Siti Fatimah, S.Pd.
Kelas 1a 1b 1c 1d 1e 1f
Jumlah P L 14 15 15 14 15 15 15 15 15 15 15 14
Total Jumlah 29 29 30 30 30 29
7 8
Rimayanti, S.Pd. Dra. Titin Sumartini, M.Pd Jumlah
1g 1h
18 14 121
12 7 107
30 21 228
TABEL 4.4 Jumlah kelas VII No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Wali Kelas Semester 1 Dra. Cahyowatin Minuril Hidayati, S.Pd. Zulfiki, S.Pd. Shohib, S.Pd. Drs. Moch. Abd. Chafidz Erna Wuryanti, S.Pd. Drs. Sarsono Umargiono, S.Pd. Jumlah
Kelas 2a 2b 2c 2d 2e 2f 2g 2h
Jumlah P L 12 12 12 12 11 15 12 13 16 10 12 11 12 13 18 7 105 93
Total Jumlah 24 24 26 25 26 23 25 25 198
TABEL 4.5 Jumlah kelas VII No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Wali Kelas Semester 1 Indah kurniawati, S.Ag. Dra. Tri Sulasmi Moch. Solehudin, S.Pd. Emy Widayatsih, S.Pd. Yuyus Rubentien, S.Pd. Aris Yulianto, S.Pd. Dyah Komsiati, S.Pd. Drs. Moch. Taufik Jumlah
Kelas 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 3h
Jumlah P L 14 14 11 17 14 14 14 14 14 14 13 15 13 13 13 13 106 114
Jumlah Siswa: Laki-laki
: 332
Perempuan
: 314
Jumlah Seluruh Siswa
: 646
Sumber: Data Sekolah, MTs Negeri Malang, 2008.
Total Jumlah 28 28 28 28 28 28 26 26 220
Sedangkan tata tertib siswa MTs Negeri Malang I, ialah sebagai berikut:71 Tata tertib siswa adalah semua peraturan yang diberlakukan di madrasah dan dari madrasah untuk siswa. a. Kewajiban Siswa Setiap siswa wajib: 1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sesuai dengan ketetapan dalam
Pancasila
dan
Undang-undang
dasar
1945
yang
diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan: a) Membaca Al-Qur’an dan berdo’a sebelum pelajaran pertama dimulai dan sebelum pelajaran terakhir ditutup. b) Sholat Dhuha sesuai dengan jadwal. c) Mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh madrasah. d) Mengamalkan pelajaran agama dalam kegiatan sehari-hari. e) Mendukung program madrasah antara lain: PHBN, PHBI, HUT madrasah dan sebagainya. 2) Taat kepada orang tua, kepala madrasah, guru dan karyawan lainnya. 3) Menjaga, memelihara, dan menciptakan lingkungan yang kondusif dengan ikut bertanggung jawab atas pemeliharaan kebersihan lingkungan, gedung, halaman madrasah, laboratorium, studio,
71
Buku Profil MTs Negeri Malang I. hlm. 115.
perpustakaan, alat-alat olah raga, perabot dan semua prasarana yang ada. 4) Ikut menjaga dan mengamankan lingkungan madrasah. 5) Ikut menjaga nama baik madrasah, kepala madrasah, guru, karyawan dan siswa pada umumnya baik di dalam maupun di luar madrasah. 6) Setiap hari memakai pakaian seragam madrasah lengkap dengan atributnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku: a) Senin & Selasa
: Biru Putih
b) Rabu & Kamis
: Coklat muda cream. (Busana muslim MTsN Malang I)
c) Jum’at & Sabtu
: Pramuka
7) Memakai sepatu warna hitam polos dan kaos kaki hitam/putih polos sesuai dengan ketentuan. 8) Mengikuti pelajaran dengan tertib, baik intra kurikuler maupun ekstra kurikuler sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jika berencana akan mneinggalkan pelajaran sebelum waktu berahir, harus ada surat pengantar/keterangan dari orang tua/wali. 9) Menyelesaikan tugas-tugas yang dberikan oleh guru mata pelajaran atau guru pembina ekstra kurikuler sebaik-baiknya. 10) Membawa peralatan sekolah dan peralatan lain yang diperlukan. 11) Menjadi anggota osis yang merupakan satu-satunya organisasi kesiswaan
yang
berada
di
MTs
Negeri
malang
I,
mematuhi/mentaati anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang ada, serta bersedia menyumbang tenaga dan pikiran untuk kemajuan OSIS dan mengikuti segala kegiatan yang diselenggarakan oleh OSIS. 12) Menjadi anggota koperasi siswa (KOPSIS) 13) Siswa yang membawa sepeda: a) Tidak diperkenankan membawa sepeda motor. b) Tidak diperkenankan mengendarai sepeda di halaman dalam madrasah. c) Menempatkan sepeda di tempat parkir yang telah disediakan. d) Meninggalkan sepeda dalam keadaan terkunci. e) Jika
meminjam
sepeda
harus
sepengetahuan
yang
meminjamkan, guru piket dan satpam. 14) Mematuhi tata tertib yang diberlakukan khusus di laboratorium, studio, UKS, perpustakaan, masjid dan ruang atau tempat penunjang pendidikan yang lain. Ikut membantu agar tata tertib sekolah berjalan dengan baik dan benar. b. Hak-hak Siswa 1) Siswa berhak mengikuti pelajaran, selama yang bersangkutan tidak melanggar tata tertib. 2) Siswa dapat meminjam buku-buku dari perpustakaan madrasah dengan mentaati peraturan perpustakaan.
3) Siswa dapat menggunakan fasilitas yang ada di madrasah, seperti laboratorium, studio, UKS, lapangan olah raga, masjid, komputer dan internet dengan seizin pengelola/penanggung jawab dan mematuhi tata tertib yang berlaku. 4) Siswa berhak mendapat layanan khusus dari guru bimbingan dan konseling (BK) dalam menyelesaikan masalah-masalah kesulitan belajar dan atau masalah-masalah pribadi. 5) Siswa berhak mendapatkan perlakuan yang sama dengan siswa yang lain sepanjang tidak melanggar peraturan tata tertib. 6) Siswa dapat menggunakan hak membela diri dengan menyatakan kebenaran dan kebaikan terhadap masalah yang menimpa dirinya yang dirasakannya tidak adil. Hal ini dimaksudkan dalam rangka perwujudan sila ke-5 Pancasila. 7) Siswa dapat mengajukan perbaikan apabila penilaian yang diberikan tidak sesuai, dengan syarat dapat menunjukan kebenaran dengan data-data yang akurat. 6. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri Malang I. Sarana dan prasarana yang terdapat di lembaga pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting dalam kaitannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs Negeri Malang I adalah sebagai berikut72:
72
Ibid. hlm. 4-5.
1)
Pos Satpam, sebagai tempat penjagaan keamanan sekitar MTsN Malang I.
2) Ruang internet, merupakan unit usaha MTsN Malang I di bidang teknologi informasi/internet yang disewakan untuk masyarakat umum. 3) Ruang Wartel & Foto Copy, merupakan bagian ruang unit usaha MTs Negeri Malang I yang melayani jasa telekomunikasi dan jasa foto copy untuk siswa dan masyarakat umum. 4) Ruang Koperasi/Toserba, ruang unit usaha pertokoan yang disediakan untuk memnuhi kebutuhan siswa dan masyarakat. 5) Lab. Bahasa, adalah ruang laboratorium khusus untuk pengembangan bahasa Inggris dan bahasa Arab. 6) Lab. Komputer, adalah ruang laboratorium komputer untuk siswa MTs Negeri Malang I telah menggunakan multi media serta dapat mengakses internet. 7) Ruang Lab. Bimbingan Konseling, adalah lab yang digunakan dalam pelayanan konseling dan dibuka untuk masyarakat umum. 8) Ruang Dharma Wanita, ruang tempat kegiatan ibu-ibu Dharma wanita persatuan MTsN Malang I. 9) Gudang, tempat penyimpanan peralatan kebersihan serta sarana lain yang digunakan sewaktu-waktu oleh petugas kebersihan. 10) Ruang majlis Madrasah, tempat untuk pelayanan pembayaran infaq sekolah bagi siswa MTs Negeri Malang I dan pelayanan tabungan siswa.
11) Ruang Guru, ruang tempat berkumpulnya guru-guru MTs Negeri Malang I sebelum atau sesudah mengajar. 12) Ruang Bimbingan Konseling, adalah tempat untuk menerima siswa/orang tua siswa yang ingin berkonsultasi dengan guru BK. 13) Ruang UKS, ruang yang digunakan untuk pelayanan kesehatan Guru, karyawan, dan siswa MTs Negeri Malang I. 14) Ruang Lab. Fisika, ruang yang digunaka untuk mengadakan penelitian/praktek mata pelajaran Fisika. 15) Kebun Percobaan & Taman Anggrek, kebun yang digunakan sebagai tempat penelitian mata pelajaran Biologi khususnya tanaman serta tempat pembudidayaan Anggrek. 16) Tempat Parkir, tempat untuk par kir kendaraan guru dan karyawan serta mobil dinas MTs Negeri Malang I. 17) Ruang Kepala & TataUsaha, ruang tempat kepala MTs Negeri Malang I dan pelayanan tata usaha. 18) Ruang Perpustakaan, ruang yang digunakan dalam pelayanan peminjaman buku-buku bagi guru dan siswa MTs Negeri Malang I. 19) Ruang Aula, ruang yang digunakan untuk berbagai macam kegiatan pertemuan. 20) Ruang koperasi siswa, ruang yang digunakan untuk pelayanan penjualan keperluan siswa. 21) Ruangan Kelas, ruangan yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
22) Masjid Al-Fajr, masjid untuk kegiatan keagamaan siswa MTs Negeri Malang I. 23) Kebun Jati, kebun untuk penghijauan/paru-paru seklah dengan tanaman jati mas. 24) Lapangan, lapangan serba guna yang dapat difungsikan untuk kegiatan ekstra kulikuler olah raga basket, Bola Volly dan Bulu Tangkis. 25) Lompat jauh, bak pasir untuk olah raga lompat jauh. 26) Ruang Fara TV, ruang studio televisi dan radio Fajar FM sebagai wadah pengembangan bakat siswa MTs Negeri Malang I dalam bidang penyiar. 27) Ruang Kantin Siswa, adalah tempat untuk pelayanan penjualan berbagai makanan yang disediakan untuk siswa. 28) Gasebo, tempat untuk beristirahat siswa MTs Negeri Maang I. B. Pembahasan dan Analisis Data Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) pada Madrasah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa supaya dapat memahami isi dari AlQur’an dan Hadits dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupannya. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada murid untuk mempraktekkan nilai-nilai keagamaan dan ahklaqul karimah, oleh karenanya tujuan pengajaran al-Qur’an Hadits untuk membantu pemahaman penguasaan ilmu secara teoritis dan lebih luas untuk membentuk
sikap, kepribadian, dan sekaligus mengamalkan isi kandungan dari Al-Qur’an Hadits sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I. Dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits supaya tujuan dari pendidikan bisa tercapai harus ada landasan dan tujuan yang kuat, supaya jalannya proses belajar mengajar tidak goyah oleh bebagai suasana dan Al-Qur’an Hadits adalah landasan religius dalam pendidikan agama Islam. Selain dari landasan dan tujuan yang kuat, metode, kurikulum dan juga
peran
guru
sangatlah
penting
dalam
meningkatkan
mutu
pembelajaran Al-Qur’an Hadits, dimana guru tidak hanya mampu menyampaikan pelajaran Al-Qur’an Hadits melainkan juga menanamkan dan membina akhlak murid-muridnya agar mempunyai kepribadian mulia. Oleh karenanya sangat penting sekali bagi anak didik untuk mengetahui tentang hal-hal yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits untuk kehidupannya di dunia dan kehidupan di akhirat kelak. Berdasarkan hasil interview dengan bapak Drs. M. Abdul Chafids selaku guru Al-Qur’an Hadits kelas VII bahwasanya pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang ada di MTs Negeri Malang I, ialah sebagai berikut73: a. Kurikulum, kurikulum yang digunakan untuk kelas VII adalah kurikulum uji coba atau terpadu yang dibimbing oleh Prof. Dr. 73
Wawancara Dengan Bapak M. Abdul Chafids Selaku Guru Al-Qur’an Hadits kelas VII, Tanggal 5 Maret 2008.
Muhaimin, MA, Dra. Hj. Sutiah, M. Pd, Drs. Nur Ali, M. Pd yaitu kurikulum terpadu antara kurikulum MIN, MTs dan MAN. Yang materinya berkelanjutan mulai dari MIN, MTs dan MAN. b. Metode, metode yang digunakan dalam pembelajarn Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I pada kelas VII adalah menggunakan metode sebagai berikut: 1) Metode ceramah, metode ini digunakan karena siswa belum mempunyai buku pedoman yang sesuai dengan kurikulum yang baru. 2) Diskusi, metode ini digunakan untuk meningkatkan pemahaman sisiwa terhadap isi kandungan surat atau ayat Al-Qur’an yang diterangkan oleh guru, tetapi metode ini belum begitu efektif karena sebagian siswa tidak aktif dalam diskusi dan belum semua siswa mempunyai sumber belajar atau buku pedoman. 3) Tanya jawab, yaitu metode yang digunakan apabila ada siswa yang belum mengerti akan materi yang diajarkan guru dan sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk mengetahui sudah sejauh mana siswa menyerap materi yang diajarkan. 4) Metode hafalan, metode ini digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu materi dan juga dapat diamalkan pada waktu sholat sebagai bacaan surat pendek. 5) Resitasi (pemberian tugas), karena belum tersedianya buku pegangan maka siswa diberikan tugas yaitu diberikan satu atau dua
pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan siswa dipersilahkan untuk mencari sumber dari mana saja seperti di internet atau di buku. c. Alokasi waktu pelajaran, alokasi waktu pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I kelas VII adalah dua jam pelajaran dan waktu yang tersedia tersebut sebenarnya masih belum tercukupi dan guru mensiasati dengan mencari waktu luang diluar jam pelajaran. d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VII di MTs Negeri Malang I. Terlampir. Dari interview dengan ibu Ruqoyati, BA selaku guru Al-Qur’an Hadits Kelas VIII bahwasanya pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits Yang ada di MTs Negeri Malang I kelas VIII adalah sebagai berikut74: a. Kurikulum, kurikulum yang digunakan untuk kelas VIII sama seperti kurikulum yang digunakan pada kelas VII, yaitu kurikulum uji coba atau terpadu yang dibimbing oleh Prof. Dr. Muhaimin, MA, Dra. Hj. Sutiah, M. Pd, Drs. Nur Ali, M. Pd yaitu kurikulum terpadu antara MIN, MTs dan MAN. Materi yang diajarkan adalah surat-surat pendek atau juz am’ma. b. Metode, metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di kelas VIII sama seperti metode yang digunakan oleh kelas
74
Wawancara dengan Ibu Ruqoyati selaku Guru Al-Qur’an Hadits kelas VII, Tanggal 5 Maert 2008.
VII yaitu, metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, hafalan dan resitasi (pemberian tugas). c. Alokasi waktu pelajaran, alokasi waktu untuk pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I kelas VIII adalah dua jam pelajaran. d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VIII di MTs Negeri Malang I. Terlampir. Sedangkan dari interview dengan Ibu Indah Kurniawati, S.Ag. selaku guru Al-Qur’an Hadits kelas IX bahwasanya pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits untuk kelas IX adalah sebagai berikut75: a. Kurikulum, kurikulum yang digunakan untuk kelas IX berbeda dengan kurikulum yang digunakan untuk kelas VII dan VIII, kurikulum yang digunakan masih menggunakan kurikulum 2004, yang materinya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan materinya dapat ditarik dalam materi pembelajaran pendidikan Islam lainnya sehingga memudahkan siswa untuk memahami serta mengamalkannya. b. Metode, metode yang digunakan untuk kelas IX juga sama seperti metode yang digunakan pada kelas VII dan VIII, yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, hafalan dan juga resitasi (atau pemberian tugas) c. Alokasi waktu pelajaran, alokasi waktu untuk pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I kelas IX adalah dua jam pelajaran.
75
Wawancara dengan Ibu Indah Kurniawati, selaku Guru Al-Qur’an Hadits kelas IX, Tanggal 6 Maret 2008.
d. Kompetensi
dasar
dan
Indikator
pencapaian
pelaksanaan
pembelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas IX di MTs Negeri Malang I. Terlampir. Berdasarkan hasil interview dengan guru Al-Qur’an Hadits di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I untuk kelas VII, VIII dan IX adalah sama, akan tetapi kurikulum yang digunakan untuk kelas VII dan VIII menggunakan kurikulum uji coba atau terpadu sedangkan kurikulum yang digunakan kelas IX masih menggunakan kurikulum 2004. 2. Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I Berdasarkan interview dengan bapak Drs. M. Abdul Chafids selaku guru Al-Qur’an Hadits kelas VII bahwasanya mata pelajaran Al-Qur’an Hadits mempunyai peranan untuk meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan Islam76. Karena di dalam materi yang ada di pembelajaran Al-Qur’an Hadits juga terdapat unsur-unsur materi pendidikan agama Islam seperti Fikih, Aqidah, Ahlak dan lain-lainnya. Dan materi yang terkandung di dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dapat meningkatkan siswa lebih faham ajaran agama Islam. Dan apa yang dipelajari siswa dari materi Al-Qur’an Hadits tersebut bisa untuk bekal
76
Op.Cit. Bapak M. Abdul Chafids.
oleh siswa di waktu mereka berada di masyarakat dan untuk masa yang akan datang. seperti kita ketahui bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah sebagai sumber ajaran agama Islam. Dari hasil interview dengan ibu Ruqoyati BA77. selaku guru AlQur’an Hadits kelas VIII tidak jauh berbeda dengan hasil interview dengan bapak Drs. M. Abdul Chafids selaku guru Al-Qur’an Hadits kelas VII. Bahwasanya mata pelajaran Al-Qur’an Hadist mempunyai peranan dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan agama Islam, karena di dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits mencakup pembelajaran pendidikan agama Islam seperti Bahasa Arab, Fikih, Aqidah dan Ahlak. Materi-materi yang diberikan di dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits bisa dikaitkan dengan pembelajaran pendidikan Islam lainnya seperti pada pelajaran fikih, Aqidah dan Ahlak. Dan surat yang diajarkan adalah surat pendek atau Juz’Amma, dari situ siswa bisa mengamalkannya pada waktu sholat sehingga siswa bisa lebih khusuk karena siswa sudah faham makna dari ayat tersebut. Dan juga siswa bisa melaksanakan apa yang telah dipahami dari surat-surat tersebut ke dalam fenomena kehidupan seharihari. Sebagai contoh siswa diajarkan untuk memahami isi kandungan dari surat Al-Humazah yaitu tentang larangan menimbun harta, sehingga siswa dapat memahami dan mengamalkan apa yang terkandung sesuai di dalam Al-Qur’an untuk tidak menimbun harta karena itu dilarang.
77
Op.Cit. Ibu Ruqoyati
Sedangkan dari hasil interview dengan ibu Indah Kurniawati, S.Ag78. juga tidak jauh berbeda dengan hasil interview di atas, yaitu mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sangat berperan sekali karena isi dari kandungan surat-surat yang ada dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits bisa ditarik pada pembelajaran pendidikan agama Islam lainnya, bahkan bukan hanya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam saja, tetapi juga bisa dikaitkan dengan mata pelajaran umum seperti Biologi yang menerangkan tentang penciptaan manusia, itu juga terdapat dalam AlQur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia. Materi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits juga
dapat
membantu
siswa
untuk
memperbaiki kesalahan pemahaman dalam ajaran agama Islam pada kehidupan sehari-hari. Dan dari pemahaman siswa tentang isi kandungan surat-surat yang sudah diajarkan, siswa bisa mengamalkan atau malaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Misalkan siswa diajarkan isi kandungan surat A-Baqarah : 168 bisa mengetahui makanan halal dan haram sesuai dengan Al-Qur’an. Sehingga siswa dalam kehidupan sehari-hari dapat diamalkan dengan tidak memakan makanan yang haram seperti yang dilarang oleh Al-Qur’an. Sesuai dengan hasil interview dengan guru-guru Al-Qur’an Hadits di atas, peneliti menganalisis bahwasanya, mata pelajaran Al-Qur’an Hadits berperan dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan Agama Islam di MTs Malang I, adalah sebagai berikut:
78
Op. Cit. Ibu Indah Kurniawati.
a. Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pendidikan agama Islam lainnya seperti Bahasa Arab, Fikih, Aqidah, Akhlak dan Tarikh. b. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam menyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun di kehidupan masyarakat. c. Untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan
dalam
keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam siswa dalam kehidupan sehari-hari. d. Untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang
dapat
membahayakan
diri
siswa
dan
menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. e. Untuk menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilainilai Al-Qur’an dan Al-Hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I Dalam melaksanakan
pembelajaran
Al-Qur’an
Hadits,
perlu
diperhatikan adanya faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran Al-Qur’an Hadits tersebut.
Dari hasil interview dengan guru Al-Qur’an Hadits kelas VII, VIII dan IX faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah adalah sebagai berikut79: a. Faktor Anak Didik. Faktor pendudukung dari anak didik adalah sebagai berikut: 1) Siswa mempunyai sumber belajar Al-Qur’an Hadits berupa buku panduan Juz Am’ma. 2) Dari latar belakang siswa sudah mempunyai dasar agama dari keluarga. 3) Hafalan surat-surat pendek dan Hadits agar memudahkan siswa untuk memahami serta melaksanakan pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4) Latar belakang lulusan sekolah, apabila siswa lulusan dari sekolah Islam maka siswa itu lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 5) Beragamnya kemampuan siswa, apibila siswa memiliki kemampuan yang lebih maka siswa lebih mudah untuk memahami pelajaran yang diberikan. Sedangkan untuk faktor penghambat dari anak didik adalah sebagai berikut: 1) Siswa belum mempunyai sumber belajar Al-Qur’an Hadits berupa buku pegangan atau cetak. 79
Wawancara dengan Bapak M. Abdul Chafids, Ibu Ruqoyati, Ibu Indah Kurniawati, selaku guru Al-Qur’an Hadits kelas VII, VIII dan IX, Tanggal 5 dan 6 Maret 2008.
2) Dari latar belakang keluarga siswa, apabila siswa berasal dari keluarga yang pemahaman agamanya kurang itu juga menjadi penghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, misalnya siswa di rumah tidak pernah disuruh oleh orang tuanya untuk membaca Al-Qur’an. 3) Latar belakang lulusan sekolah, kalau siswa lulusan dari sekolah umum maka itu juga menjadi penghambat mata pelajaran Al-Qur’an, karena pemahaman siswa tentang agamanya kurang. 4) Beragamnya kemampuan siswa, apabila siswa memiliki kemampuan yang kurang maka siswa lebih sulit untuk memahami pelajaran yang telah diajarkan. 5) Siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajar pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Maksudnya siswa kurang bisa menerapkan atau mengamalkan pembelajaran Al-Qur’an ke dalam
fenomena
meningkatkan
kehidupan
ketaqwaan
sehari-hari
pada
Allah.
guna
untuk
Akan
tetapi
pembelajaran Al-Qur’an Hadits bagi siswa didasarkan karena takut tidak mendapat nilai. b. Faktor Pendidik. Faktor pendukung dari pendidik adalah sebagai berikut: 1) Guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa lebih tekun dan mudah menerima pelajaran Al-Qur’an Hadits.
2) Hampir semua guru Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I mempunyai media pembelajaran yaitu laptop, sehingga guru lebih mudah memberikan materi yang akan diajarkan. 3) Guru yang bisa berinteraksi dengan siswa sehingga guru lebih mudah menyampaikan pelajaran Al-Qur’an Hadits karena guru sudah mengetahui karakter siswa. 4) Guru yang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik, agar siswa tidak merasa jenuh dalam pembelajaran dikelas. 5) Guru yang bisa menjadi suri tauladan yang baik, hal ini dalam pembentukan pribadi siswa sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan faktor penghambat dari pendidik adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya interaksi guru dengan siswa sehingga guru sulit menyampaikan pelajaran. 2) Kurang kreatifnya guru dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa jenuh di dalam pembelajaran di kelas. 3) Tidak adanya kerjasama antara guru dengan orang tua sehingga guru tidak mengetahui perkembangan siswa di luar sekolah. 4) Guru
kesulitan
dalam
mencari
materi
pembelajaran
dikarenakan kurikulum yang digunakan adalah kurikulum baru. Disini guru dituntut untuk mencari sendiri materi yang akan
diberikan dan guru juga kesulitan dalam mencari Hadits untuk dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada pada materi. c. Faktor Kurikulum Faktor pendukung dari kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Kreatifnya guru dalam memodifikasi kurikulum yang telah ditentukan oleh sekolah. 2) Respon yang baik atau siswa bisa menerima terhadap perubahan kurikulum yang lama menjadi kurikulum yang baru. 3) Dengan adanya kurikulum yang baru guru dituntut untuk bisa merubah pembelajaran dari kurikulum yang lama menjadi kurikulum yang baru. Sedangkan faktor pengahambat dari faktor kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Guru yang kurang Kreatif dalam memodifikasi kurikulum yang telah ditentukan sehingga pembelajaran menjadi monoton. 2) Tidak adanya respon yang baik dari siswa terhadap perubahan kurikulum yang lama menjadi kurikulum yang baru sehingga siswa sulit menerima pembelajaran. 3) Guru tidak bisa merubah pembelajaran dari kurikulum yang lama ke kurikulum yang baru.
d. Faktor Alat Pendidikan Faktor pendukung dari alat pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Sudah tersedianya fasilitas yang lengkap di sekolah, seperti perpustakaan, akses internet sehingga siswa mudah mencari bahan pelajaran di perpustakaan atau akses internet. 2) Hampir siswa sudah mempunyai Juz Am’ma yaitu sebagai sumber pembelajaran. 3) Adanya media pembelajaran LCD Proyecktor di kelas sehingga guru lebih mudah memberikan pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Karena modul-modul pelajaran dari guru Al-Qur’an Hadits itu terdapat di dalam komputer atau laptop. Sedangkan faktor penghambat dari alat pendidikan adalah: 1) Belum semua siswa bisa mengakses internet sehingga siswa sulit mencari bahan pembelajaran atau kesulitan mencari tugas yang diberikan oleh guru. 2) Belum semua kelas di MTs Negeri Malang I yang terdapat media pembelajaran LCD Proyecktor, sehingga harus antri dengan kelas lain kalau mau mempergunakan media itu. e. Faktor Lingkungan Faktor pendukung dari lingkungan adalah sebagai berikut: 1) Latar belakang yang agamis sehingga dapat membantu pelaksanaan pembelajaran.
2) Terdukung dari lembaga sekolah itu sendiri yaitu sekolah yang bernuansa Islam. 3) Sikap siswa yang terkoordinir oleh tata tertib siswa yang bersifat Islami yang ada di sekolah. 4) Adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan keluarga dan masyarakat sekitar. 5) Adanya dukungan dari masyarakat sekitar dalam proses belajar mengajar. Sedangkan untuk faktor penghambat dari lingkungan adalah sebagai berikut: 1) Latar belakang keluarga yang tidak agamis, sehingga perkembangan agama siswa di rumah tidak bagus. Contohnya dirumah siswa tidak pernah disuruh untuk Sholat, baca AlQur’an dan lain-lain. 2) Banyaknya warnet (warung internet) yang ada sehingga siswa mudah mengakses internet yang bersifat negatif dan dapat menimbulkan dampak negatif atau buruk bagi siswa. 3) Kurangnya kerjasama dari sebagian orang tua dengan pihak sekolah, sehingga perkembangan siswa di rumah kurang terkontrol. 4) Sebagian siswa yang terpengaruh hal-hal yang negatif dari teman-teman mainnya di luar sekolah. 5) Banyaknya persewaan PlayStation di lingkungan luar sekolah.
Dari uraian diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa secara umum faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah guru yang bisa memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi tekun dan siswa mudah menerima pelajaran, hafalanhafalan
juga
mempermudah
siswa
memamahami
pelajaran
dan
mangamalkan Pendidikan Agama Islam. Semua itu adalah faktor pendukung dari pembelajaran Al-Qur’an Hadits, sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah belum tersedianya buku pegangan atau cetak dikarenakan kurikulum yang baru, sulitnya mencari bahan materi yang akan diajarkan karena belum tersedianya buku pegangan atau buku cetak yang dari Departemen Agama.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian mengenai Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I. Dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits supaya tujuan dari pendidikan bisa tercapai harus ada landasan dan tujuan yang kuat, supaya jalannya proses belajar mengajar tidak goyah oleh bebagai suasana dan Al-Qur’an Hadits adalah landasan religius dalam pendidikan agama Islam. Selain dari landasan dan tujuan yang kuat, metode, kurikulum dan juga
peran
guru
sangatlah
penting
dalam
meningkatkan
mutu
pembelajaran Al-Qur’an Hadits, dimana guru tidak hanya mampu menyampaikan pelajaran Al-Qur’an Hadits melainkan juga menanamkan dan membina akhlak murid-muridnya agar mempunyai kepribadian mulia. Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang ada di MTs Negeri Malang I, ialah sebagai berikut: a. Kurikulum, kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran AlQura’an Hadits adalah kurikulum uji coba atau terpadu yang
dibimbing oleh Prof. Dr. Muhaimin, MA, Dra. Hj. Suti’ah, M. Pd dan Drs. Nur Ali, M. Pd berdasarkan kurikulum terpadu antara kurikulum MIN, MTs dan MAN. Yang materinya berkelanjutan mulai dari MIN, MTs dan MAN. Tetapi yang digunakan untuk kelas IX masih menggunakan kurikulum 2004. b. Metode, metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, hafalan dan resitasi (pemberian tugas). c. Alokasi waktu pelajaran, alokasi waktu untuk pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I adalah dua jam pelajaran. 2. Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits berperan dalam meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan Agama Islam di MTs Malang I, adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pendidikan agama Islam lainnya seperti Bahasa Arab, Fikih, Aqidah, Akhlak dan Tarikh. b. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam menyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun di kehidupan masyarakat.
c. Untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan
dalam
keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam siswa dalam kehidupan sehari-hari. d. Untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang
dapat
membahayakan
diri
siswa
dan
menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. e. Untuk menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilainilai Al-Qur’an dan Al-Hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Negeri Malang I Secara umum faktor pendukung dan penghambat dari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah guru yang bisa memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi tekun dan siswa mudah menerima pelajaran, hafalan-hafalan juga mempermudah siswa memamahmi pelajaran dan mangamalkan Pendidikan Agama Islam. Semua itu adalah faktor pendukung dari pembelajaran Al-Qur’an Hadits, sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah belum tersedianya buku pegangan atau cetak dikarenakan kurikulum yang baru, sulitnya mencari bahan materi yang akan diajarkan karena belum tersedianya buku pegangan atau buku cetak dari Departemen Agama.
B. SARAN Untuk bisa meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan agama Islam maka peneliti sarankan: 1. Bagi Guru a. Untuk lebih meningkatkan professional quality terutama yang berhubungan dengan Kreatif mengajar dalam meningkatkan pehaman serta pelaksanaan pendidikan agama Islam. b. Dalam menyampaikan materi hendaknya guru lebih memberikan variasi terhadap pola pengajarannya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajarnya. c. Hendaknya dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits tidak terbatas pada pelajaran tertentu saja. Melainkan pada semua pelajaran yang meungkinkan untuk melibatkan Al-Qur’an Hadits sebagai dasar pelajaran tersebut. 2. Bagi Lembaga pendidikan a. Kepada pihak lembaga pendidikan hendaknya lebih meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits khususnya dan pada mata pelajaran lain pada umumnya untuk meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan siswa bisa memahami serta mengamalkan apa yang telah diajarkan di sekolah.
b. Menambah sarana prasarana yang masih terbatas. c. Mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap guru yang berupa seminar, talk show dan lain sebagainya. 3. Bagi Peneliti Perlu diperhatikan bahwa hasil analisis penelitian tentang Peranan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Pemahaman Serta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Malang I ini belum bisa dikatakan final, sebab tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan-kekurangan di dalamnya sebagai akibat dari keterbatasan waktu, sumber rujukan, metode serta pengetahuan dan ketajaman analisis yang dimiliki peneliti, oleh karena itu diharapkan terdapat peneliti selanjutnya yang mengkaji lebih dalam lagi dari hasil penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Muhammad. 2000. Ulumul Hadits. Bandung : CV. Pustaka Setia. Al-Qattan, Manna Khalil. 2004. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor : Litera Antar Nusa. Arifin, Muzayyin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara. A. Yusuf Amin, Bukhori Abu. 2007. Cara Mendidik Anak Menurut Islam. Bogor : Syakira Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Buku Profil MTs Negeri Malang I. 2004. Jl. Bandung No. 7 Malang. Darajat, Zakiyah. dkk. 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara. D. Marimba, Ahmad. 1981. Pengantar Filsafat pendidikan Islam. Bandung : PT. Alma’arif. Daud Ali, Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Agama. 2003. Qur’an Hadits Untuk Madrasah Tsanawiyah, Jakarta.
Dimyati, dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rieneka Cipta. Endarmoko, Eko. 2007. Thesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. http://www.google.com/search? Ihsan, Hamdani, dkk. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia. Ibrahim, T., dkk. 2006. Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. J Moloeng, lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Margono, S. 1997. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung : PT. Rosdakarya. _________, dkk. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasional). Bandung : Trigenda Karya. Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoris dan Praktis). Jakarta : Ciputat Pers. Partanto, A Pius. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola.
Ranuwijaya, Utang. 1996. Ilmu Hadits. Jakarta : Gaya Media Pratama. Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Jogyakarta : Pustaka Pelajar. Soemanto, Wasty. 1987. Dasar-dasar dan Teori Pendidikan Dunia : Tantangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Surachmad, Winarno, 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung : Tarsito. Sudijono, Anas. 1991. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Suryana, Toto, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung : Tiga Mutiara. Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta) Syeikhul Islam Muhyidin Abi Zakariya Yahya Bin Syarof An-Nabawi. 2000. Riyadhus Sholihin. Semarang : PT. Toha Putra. Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. Thoha, Chabib. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, Pustaka Pelajar. Undang-Undang Republik Indonesia. 2003. Sisyem Pendidikan Nasional. Biro Mental Spiritual Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur'an. 1971. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta. Zuhairini, dkk. 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya : Usaha Nasional. ____________. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, Departemen Agama.
Lampiran V:
PEDOMAN INTERVIEW
A. Interview Kepada Sekolah 1. Sejarah singkat tentang sekolah 2. Visi dan misi 3. Keadaan guru serta tingkat pendidikannya, siswa dan prasarana 4. Struktur organisasi. B. Interview Guru Agama 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits disekolah? 2. Metode apa yang cocok digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits? 3. Apakah setelah pembelajaran Al-Qur’an Hadits, siswa memahami serta melaksanakan / mengamalkan ajaran agama Islam? 4. Bagaimana
peranan
Al-Qur’an
Hadits
dalam
meningkatkan
pemahaman serta pelaksanaan PAI disekolah? 5. Factor-faktor
apa
saja
yang
mendukung
dan
menghambat
pembelajaran Al-Quran Hadits? 6. Apakah alokasi waktu untuk pelajaran Al-Qur’an Hadits sudah cukup atau kurang? 7. Kurikulum pada mata peljaran Al-Qur’an Hadits mengunakan kurikulum apa / bagaimana?
Lampiran VI: PEDOMAN OBSERVASI DAN DOKUMENTASI
A. Pedoman Observasi 1. Mengamati kondisi MTs Negeri Malang I. 2. Mengamati kegiatan belajar mengajar di MTs Negeri Malang I. 3. Mengamati siswa MTs Negeri Malang I.
B. Pedoman Dokumentasi 1. Mengumpulkan data tentang profil MTs Negeri Malang I 2. Mengumpulkan data tentang struktur organisai MTs Negeri Malang I. 3. Mengumpulkan data tentang keadaan personel MTs Negeri Malang I. 4. Mengumpulkan data tentang siswa/siswi MTs Negeri Malang I. 5. Mengumpulkan data tentang sarana dan prasarana MTs Negeri Malang I.
Lampiran VII : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam di MTs sebagai berikut: Kelas VII, Semester I Standart Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al-Qur’an 1. Menerapkan Hukum 1.1 Menjelaskan hukum bacaan bacaan Albacaan Al-Syamsiyah dan Syamsiyah dan Al-Qomariyah Al-Qomariyah 1.2 Membedakan hukum bacaan bacaan Al-Syamsiyah dan Al-Qomariyah 1.3 Menerapkasn bacaan bacaan –AlSyamsiyah dan Al-Qomariyah dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an dengan benar.
Aqidah
2.1 Membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah
2. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT 2.2 Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur’an melalui pemahaman sifatyang berkaitan dengan sifat-sifat Allah sifatNya. SWT 2.3 Menunjukkan tanda-tanda adanya Allah SWT 2.4 Menampilkan perilaku sebagai cermin keyakinan akan sifat-sifat Allah SWT 3. Memahami Asmaul Husna
3.1 Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna 3.2 Mengamalkan isi kandungan 10 Asmaul Husna
Akhlak 4. Membiasakan perilaku terpuji
4.1 Menjelaskan pengertian tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar 4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku
tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar 4.3 Membiasakan perilaku tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar Fiqih 5. Memahami ketentuan – ketentuan thaharah (bersuci)
5.1 Menjelaskan ketentuan –ketentuan mandi wajib
6. Memahami tatacara shalat
6.1 Menjelaskan ketentuan –ketentuan shalat wajib
5.2 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
6.2 Memperaktikkan shalat wajib 7. Memahami tatacara shalat jamaah dan munfarid (sendiri)
Tarikh dan kebudayaan Islam 8. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW
7.1 Menjelaskan pengertian shalat jama’ah dan munfarid 7.2 Memperaktikkan shalat jama’ah dan shalat munfarid
8.1 Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad SAW 8.2 Menjelaskan misi nabi Muhammad untuk semua manusia dan bangsa
Kelas VII, Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al-Qur’an 9. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati
9.1 Menjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati 9.2 Membedakan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati 9.3 Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an dengan benar.
Aqidah 10. Meningkatkan keimanan
10.1 Menjelaskan arti beriman kepada
kepada Malaikat
Malaikat 10.2 Menjelaskan tugas-tugas Malaikat
Akhlak 11. Membiasakan perilaku terpuji
11.1 Menjelaskan arti kerja keras, tekun, ulet dan teliti 11.2 Menampilkan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet, dan teliti 11.3 Membiasakan perilaku kerja keras, ulet, tekun dan teliti
Fiqih 12. Memahami tatacara shalat 12.1 Menjelaskan ketentuan – ketentuan shalat jum’at Jum’at 12.2 Mempraktekkan shalat jum’at 13. Memahami tatacara shalat jama’ dan qashar
Tarikh dan Kebudayaan Islam 14. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW
13.1 Menjelaskan shalat jama’ dan qashar 13.2 Mempraktekkan shalat jama’ dan qashar
14.1 Menjelaskan misi Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan bermanfaat 14.2 Menjelaskan misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah
Kelas VIII, Semester I Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al-Qur’an 1.
Menerapkan hukum
1.1 Menjelaskan hukum bacaan Qalqalah
bacaan Qalqalah dan Ra
dan Ra 1.2 Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra dalam bacaan surat-surat AlQur’an dengan benar.
Aqidah 2.
Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah
2.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Kitab-kitab Allah 2.2 Menyebutkan nama Kitab-kitab Allah SWT yang di turunkan kepada para Rasul 2.3 Menampilkan sikap mencintai AlQur’an sebagai Kitab Allah
Akhlak 3.
Membiasakan perilaku terpuji
3.1 Menjelaskan pengertian zuhud dan tawakkal 3.2 Menampilkan contoh perilaku zuhud dan tawakkal 3.3 Membiasakan perilaku zuhud dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Menghindari perilaku tercela
4.1 Menjelaskan pengertian ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah 4.2 Menyebutkan contoh - contoh perilaku ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah 4.3 Menghindari perilaku ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah dalam kehidupan sehari-hari.
Fiqih 5.
Mengenal tatacara shalat sunnat
5.1 Menjelaskan ketentuan shalat sunnat rawatib 5.2 Memperaktikkan shalat sunnat rawatib
6.
Memahami macammacam sujud
6.1 Menjelaskan pengertian sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah
6.2 Menjelaskan tatacara sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah 6.3 Memperaktikkan sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah 7.
Memahami tatacara puasa
7.1 Menjelaskan ketentuan puasa wajib 7.2 Memperaktekkan puasa wajib 7.3 Menjelaskan ketentuan puasa sunnah Senin – Kamis, Syawal, dan Arafah 7.4 Memperaktikkan puasa sunnah Senin – Kamis, Syawal, dan Arafah
8.
Memahami zakat
8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal 8.4 Memperaktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan zakat mal
Tarikh dan Kebudayaan Islam 9. Memahami Sejarah Nabi
9.1 Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan 9.2 Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah
Kelas VIII, Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al-Qur’an 10. Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf
10.1 Menjelaskan hukum bacaan mad dan waqaf
10.2 Menunjukkan contoh hukum bacaan mad dan waqaf dalam bacaan suratsurat Al-Qur’an 10.3 Mempraktikkan bacaan mad dan waqaf dalam bacaan surat-surat AlQur’an Aqidah 11. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah
11.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Rasul Allah 11.2 Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah 11.3 Meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW
Akhlak 12. Membiasakan perilaku terpuji
12.1 Menjelaskan adab makan dan minum 12.2 Menampilkan contoh adab makan dan minum 12.3 Memperaktekkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari
13. Menghindari Perilaku tercela
13.1 Menjelaskan pengertian perilaku dendam dan munafik 13.2 Menjelaskan ciri-ciri pendendam dan munafik 13.3 Menghindari perilaku pendendam dan munafik dalam kehidupan sehari-hari
Fiqih 14. Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan
14.1 Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram dimakan 14.2 Menghindari makanan yang bersumber dari binatang yang diharamkan.
Tarikh dan Kebudayaan Islam 15. Memahami sejarah dakwah Islam
15.1 Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abbasiyah 15.2 Menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dan perannya sampai masa daulah Abbasiyah.
Kelas , IX Semester I Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al-Qur’an dan Al-Hadits 1.
Memahami Ajaran Al Qur’an surat At-Tin
1.1 Membaca QS At-Tin dengan tartil 1.2 Menyebutkan arti QS At-Tin 1.3 Menjelaskan makna QS At-Tin
2.
Memahami Ajaran Al – Hadits tentang menuntut ilmu
2.1 Membaca hadits tentang menuntut ilmu 2.2
Menyebutkan arti Hadits tentang menuntut ilmu
2.3 Menjelaskan makna menuntut ilmu seperti dalam Al-Hadits Aqidah 3.
Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir
3.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Hari Akhir 3.2 Menyebutkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hari Akhir 3.3 Menceritakan proses kejadian kiamat sughro dan kubro seperti terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
Akhlak 4.
Membiasakan perilaku terpuji
4.1 Menjelaskan pengertian qana’ah dan tasamuh 4.2 Menampilkan contoh perilaku qana’ah dan tasamuh 4.3 Membiasakan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari.
Fiqih 5.
Memahami hukum Islam tentang penyembelihan hewan
5.1 Menjelaskan tatacara penyembelihan hewan 5.2 Menjelaskan ketentuan aqiqah dan qurban 5.3 Memperagakan cara penyembelihan hewan aqiqah dan hewan qurban
6.
Memahami hukum Islam tentang Haji dan Umrah
6.1 Menyebutkan pengertian dan ketentuan haji dan umrah 6.2 Memperagakan pelaksanaan ibadah haji dan umrah
Tarikh dan Kebudayaan Islam 7.
Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara
7.1 Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran 7.2 Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera dan Sulawesi
Kelas IX, Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al-Qur’an dan Al Hadits 8.
Memahami Al-Qur’an surat Al-Insyirah
8.1 Menampilkan bacaan QS Al-Insyirah dengan tartil dan benar
8.2 Menyebutkan arti QS Al-Insyirah 8.3 Mempraktikkan perilaku dalam bekerja selalu berserah diri kepada Allah seperti dalam QS Al-Insyirah
9.
Memahami Ajaran Al – 9.1 Membaca hadits tentang kebersihan Hadits tentang kebersihan 9.2 Menyebutkan arti hadits tentang kebersihan 9.3 Menampilkan perilaku bersih seperti dalam hadits
Aqidah 10. Meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadhar
10.1 Menyebutkan ciri-ciri beriman kepada qadha dan qadhar 10.2 Menjelaskan hubungan antara qadha dan qadhar 10.3 Menyebutkan contoh-contoh qadha dan qadhar dalam kehidupan seharihari 10.4 Menyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan qadha dan qadhar.
Akhlak 11. Menghindari perilaku tercela
11.1 Menyebutkan pengertian takabbur 11.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku takabbur 11.3 Menghindari perilaku takabbur dalam kehidupan sehari-hari
Fiqih 12. Memahami tatacara berbagai shalat sunnah
12.1 Menyebutkan pengertian dan ketentuan sholat sunnat berjamaah dan munfarid 12.2 Menyebutkan contoh shalat sunnat
berjamaah dan munfarid 12.3 Mempraktikkan shalat sunnat berjamaah dan munfarid dalam kehidupan sehari-hari. Tarikh dan Kebudayaan Islam 13. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara
13.1 Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam 13.2 Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara.
Lampiran VIII: Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VII dan VIII di MTs Negeri Malang I. Kelas VII Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami Al-Qur’an dan Al- 1.1 Menjelaskan pengertian dan Hadits sebagai pedoman hidup
fungsi Al-Qur’an dan AlHadits. 1.2 Menjelaskan menfungsikan
cara-cara Al-Qur’an
dan Al-Hadits. 1.3 Menerapkan sebagai
Al-Qur’an
pedoman
hidup
umat Islam. 2. Mencintai Al-Quran dan Al- 2.1 Menjelaskan cara mencintai Hadits
Al-Qur’an dan Al-Hadits. 2.2 Menjelaskan perilaku orang yang mencintai Al-Qur’an dan Al-Hadits. 2.3 Menerapkan
perilaku
mencintai Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam kehidupan. 3. Menerapkan Al-Qur’an surat- 3.1 Memahami Isi Kandungan surat pendek pilihan dalam
QS.
kehidupan sehari-hari tentang
Al-Falaq
Tauhid
Tentang Tauhid Rububiyah
Uluhiyah.
Rububiyah
dan
Al-Fatihah, Dan
An-Nas, Alikhlas
Dan Uluhiyah. 3.2 Menerapkan QS.
Al-Fatihah,
kandungan An-Nas,
Al-Falaq dalam
dan
Al-Ikhlas
kehidupan
sehari-
hari. 4. menerapkan Al-Qur’an surat- 4.1 Memahami isi kandungan surat pendek pilihan dalam
QS. Al-Lahab dan An-Nashr
kehidupan sehari-hari tentang
tentang
problematika da’wah.
dakwah.
problematika
4.2 Menerapkan kandungan QS. Al-Lahab dalam
dan
An-Nashr
kehidupan
sehari-
hari.
Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami Hadits tentang cirri 1.1 Menulis Hadits
H.R.
Iman dan Ibadah yang diterima
Muslim Tentang Iman Dan
Allah.
Ibadah 1.2 Menterjemahkan Hadits
Makna
H.R.
Muslim
Tentang Iman Dan Ibadah. 1.3 Menghafal
Hadits
H.R.
Muslim Tentang Iman Dan Ibadah. 1.4 Menjelaskan Keterkaitan Isi Kandungan
Hadits
H.R.
Muslim Tentang Iman Dan Ibadah
Dalam Fenomena
Kehidupan. Yaitu Dengan Iman Kepada Allah, Para Malaikat,
Kitab-Kitab
Allah, Para Rasul, hari akhir dan
percaya
ketentuan
Allah, baik dan buruk. 2. membaca
Al-Qur’an
surat 2.1 Menerapkan hukum bacaan
pendek pilihan
mim sukun dalam Q.S. AlBayyinah Al-Kafirun.
3. menerapkan Al-Qur’an surat- 3.1 Menerapkan isi kandungan surat pendek pilihan dalam
Q.S. Al-Kafirun dan Al-
kehidupan sehari-hari tentang
Bayyinah tentang toleransi.
toleransi.
3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan Q.S. Al-kafirun dan Al-Bayyinah tentang membangun umat
kehidupan
beragama
dalam
fenomena kehidupan. 3.3 Menerapkan
kandungan
Q.S. Al-Kafirun dan AlBayyinah tentang toleransi dalam
kehidupan
sehari-
hari. Kelas VIII Semester I STANDAR KOMPETENSI 1. Membaca
Al-Qur’an
pendek pilihan
KOMPETENSI DASAR
surat 1.1 Menerapkan hokum bacaan mad
layyin,
mad
‘aridl
lissukun, dalam Q.S AlKautsar dan Al-Ma’un. 1.2 Menerapkan hukum bacaan mad iwadl, mad badal dalam Al-Qur’an.
2. menerapkan Al-Qur’an suratsurat pendek pilihan dalam kehidupan sehari-hari tentang ketentuan rizki dari Allah.
2.1 Memahami isi kandungan Q.S Al-Quraisy. 2.2 Memahami keterkaitan isi kandungan Q.S Al-Quraisy dalam kehidupan. 2.3 Menerapkan isi kandungan Q.S
Al-Quraisy
dalam
kehidupan sehari-hari. 3. Menerapkan Al-Qur’an surat-
3.1 Memahami isi kandungan
surat pendek pilihan dalam
Q.S Al-Kautsar dan Al-
kehidupan sehari-hari tentang
Ma’un.
kepedulian social.
3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan Q.S Al-Kautsar dan
Al-Ma’un
dalam
fenomena kehidupan. 4. Memahami Hadits Mutafakun
4.1 Menulis Hadits Mutafakun
Alaih dan H.R. Bukhori tentang
Alaih dan H.R. Bukhori
tolong menolong dan mencintai
tentang
anak yatim.
dan mencintai anak yatim.
tolong
menolong
4.2 Menterjemahkan
makna
Hadits Mutafakun Alaih dan H.R. Bukhori tentang tolong menolong
dan
mencintai
anak yatim. 4.3 Menghafal
Hadits
Mutafakun Alaih dan H.R. Bukhori menolong
tentang dan
tolong
mencintai
anak yatim. 4.4 Menunjukan keterkaitan isi
kandungan
Hadits
Mutafakun Alaih dan H.R. Bukhori
dalam
perilaku
tolong
menolong
dan
mencintai anak yatim dalam fenomena
kehidupan
dan
akibatnya. Semester II STANDAR KOMPETENSI 1. Membaca
Al-Qur’an
KOMPETENSI DASAR
surat 1.1 Menerapkan hukum bacaan
pendek pilihan.
Lam dan Ro’ dalam Q.S AlHumazah dan At- Tasatsur.
2. menerapkan Al-Qur’an surat- 2.1 Memahami isi kandungan surat pendek pilihan tentang
Q.S Al-Humazah dan At-
menimbun harta (serakah)
Takatsur. 2.2 Memahami keterkaitan isi kandungan
Q.S
Al-
Humazah dan At- Takatsur tentang sifat cinta dunia dan melupakan hakiki
dalam
kebahagiaan fenomena
kehidupan. 2.3 Menerapkan kandungan Q.S Al-Humazah
dan
At-
Takatsur dalam fenomena kehidupan sehari-hari dan akibatnya. 3. Memahami Hadits HR. Ibnu 3.1 Menterjemahkan makna Katsir tentang keseimbangan
Hadits H.R. Ibnu Katsir
hidup di dunia dan akherat.
tentang keseimbangan hidup di dunia dan akherat. 3.2 Menghafal Hadits H.R. Ibnu Katsir tentang keseimbangan hidup di dunia dan akherat. 3.3 Menjelaskan keterkaitan isi kandungan Hadits H.R. Ibnu Katsir dalam perilaku keseimbangan hidup didunia dan akherat dalam fenomena kehidupan dan akibatnya.
Lampiran IX : Kompetensi dasar dan Indikator pencapaian mata pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas IX di MTs Negeri Malang I Semester I No 1
Kompetensi Dasar Memimliki
Materi Pokok
Indikator Pencapaian
Al-Qur’an
semangat
Al- Mujadalah
Al-Mujadalah : 11 dengan
keilmuan
: 11
tartil
S. 1.1
1.2
Membaca Al-Qur’an S.
Menyalin Al-Qur’an S. Al-Mujadalah : 11 dengan baik dan benar.
1.3
Menterjemahkan mufradat A-Qur’an
S.
Al-
Mujadalah : 11 dengan benar. 1.4
Menterjemahkan ayat AlQur’an S. Al-Mujadalah : 11 dengan baik dan benar.
1.5
Menyebutkan etika dalam majlis.
1.6
Menjelaskan
hubungan
antara iman dan ilmu. 1.7
Menganalisis
manfaat
beriman dan berilmu. 1.8
Menunjukan perilaku yang senantiasa
memiliki
semangat keilmuan. 2
Makan halal dan Al-Qur’an
S. 2.1
Membaca Al-Qur’an S.
baik serta tidak Al-Baqarah berlebih-lebihan.
:
Al-Baqarah : 168 dengan
168
tartil. 2.2
Menyalin Al-Qur’an S. Al-Baqarah 168 dengan baik dan benar
2.3
Menterjemahkan muftradat Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 168 dengan benar.
2.4
Menterjemahkan ayat AlQur’an S. Al-Baqarah : 168
dengan
baik
dan
benar. 2.5
Menyebutkan
makanan
halalan thaiyyiban. 2.6
Membedakan
makanan
halal dengan haram sesuai dengan Al-Qur’an. 2.7
Menunjukan perilaku yang senantiasa
memakan
makanan
halalan
thayyiban. Al-Qur’an
S. 2.8
Al-A’raf : 31
membaca
Al-Qur’an S.
Al-A’raf
: 31 dengan
tartil. 2.9
Menyalin Al-Qur’an S. Al-A’raf : 31 dengan baik dan benar.
2.10 Menterjemahkan muftradat Al-Qur’an S. Al-A’raf :31dengan benar.
2.11 Menterjemahkan ayat AlQur’an S. Al-A’raf : 31 dengan baik dan benar. 2.12 Menganalisis
batas-batas
halal di dalam makanan, minuman
ataupun
berpakaian. 2.13 Menyebutkan makan,
pengertian
minum
dan
berpakaian
secara
berlebih-lebihan. 2.14 Menunjukan
perilaku
tidak berlebih-lebihan. 3
Menguasai Hadits Hadits H.R. Ibnu Majah Ibnu tentang
Majah
perintah tentang
menunutut
ilmu menuntut Ilmu
secara lisan dan tertulis.
H.R. 3.1 Membaca Ibnu
Hadits
Majah
H.R. tentang
perintah menuntut dengan baik. 3.2 menuyalin Ibnu
Hadits
Majah
menuntut
H.R.
tentang
ilmu
dengan
3.3 Menterjemahkan
Hadits
benar. H.R. Ibnu Majah tentang perintah menuntut ilmu dengan benar. 3.4 Menjelaskan
manfaat
menuntut ilmu. 3.5 Menunjukan
perilaku
senang menuntut ilmu.
4
Memahami
Keutamaan
4.1 Membaca Hadits H.R. At-
Hadits H.R. At- orang berilmu.
Tirmizi tentang keutamaan
Tirmizi
orang
tentang
keutamaan orang
berilmu
dengan
baik.
yang berilmu.
4.2 Menyalin Hadits H.R. AtTirmizi tentang keutamaan orang berilmu. 4.3 Menterjemahkan Hadits H.R. At-Tirmizi tentang tentang keutamaan orang berilmu. 4.4 Menjelaskan keutaman orang-orang berilmu . 4.5 menyebut manfaat orangorang berilmu. 4.6 menunjukan perilaku orang berilmu.
Semester II No
Kompetensi Dasar
1
Berperilaku sabar
Al-Qur’an
dan tabah
Al-Baqarah
menghadapi
155-157.
cobaan.
Materi Pokok
Indikoator Pencapaian
S. 1.1 :
Membaca Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 155-157 dengan tartil.
1.2
Menyalin Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 155-157 dengan baik dan benar.
1.3
Menterjemahkan mufradat Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 155-157 dengan baik dan benar.
1.4
Menterjemahkan ayat AlQur’an S. Al-Baqarah : 155-157 dengan baik dan benar.
1.5
Menjelaskan pengertian lafadz istirja’.
1.6
Menjelaskan pengertian sabar.
1.7
Menjelaskan manfaat sabar dan tabah dalam mengahadapi cobaan.
1.8
Menunjukan perilaku sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.
2
Bersikap konsekuen
Al-Qur’an
S. 2.1
dan Al-Shaff : 2-3.
Membaca Al-Qur’an S. Al-Shaff : 2-3 dengan
jujur.
tartil. 2.2
Menyalin Al-Qur’an S. Al-Shaff : 2-3 dengan baik dan benar.
2.3
Menterjemahkan mufradat Al-Qur’an S. Al-Shaff : 23 dengan baik dan benar.
2.4
Menterjemahkan ayat AlQur’an S. Al-Shaff : 2-3 dengan baik dan benar.
2.5
Menyebutkan tanda-tanda orang munafik.
2.6
Menganalisis manfaat bersikap konsekuen, jujur, selaras antara perkataan
dan perbuatan. 2.7
Menunjuka perilaku komsekuen, jujur, selaras antara perkataan dan perbuatan.
3
Taat kepada Allah, Hadits H.R. Al- 3.1
Membaca Hadits H.R. Al-
Rasul
Bukhori Muslim dan H.R.
pemerintah.
dan Bukhori Muslim H.R.
dan
Imam Khamsah tentang
Imam
taat kepada Allah, Rasul
Khamsah
dan pemerintah dengan
tentang kepada
taat
baik.
Allah, 3.2
Rasul
dan
Menyalin Hadits H.R. AlBukhori Muslim dan H.R. Imam Khamsah tentang
pemerintah.
taat kepada Allah, Rasul dan pemerintah dengan baik. 3.3
Menerjemahkan Hadits H.R. Al-Bukhori Muslim dan H.R. Imam Khamsah tentang taat kepada Allah, Rasul dan pemerintah.
3.4
Menjelaskan pengertian Ulil Amri.
3.5
Menjelaskan criteria pemimpin yang harus ditaati.
Lampiran X:
Foto 1: Almamater MTs Negeri Malang I
Foto 2: Gerbang Masuk MTs Negeri Malang I.
Lampiran XI:
Foto 3: Gedung MTs Negeri Malang I
Foto 4: Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Bapak Drs. M. Abdul Chafids Selaku Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII
Lampiran XII:
Foto 5: Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Ibu Ruqoyati, BA. Selaku Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VIII.
Foto 6: Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Ibu Indah Kurniawati, S.Ag Selaku Guru Al-Qur’an Hadits Kelas IX