“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
PERANAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI DAN IMPLEMENTASINYA DI FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI) UNSIKA Amirudin Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Unsika Email:
[email protected]
ABSTRAK Dunia pendidikan juga tidak dapat terlepas dari sistem manajemen. Pada pendidikan terdapat beberapa kelemahan mendasar dalam penyelenggaraannya di Indonesia, dan kelemahan mendasar itu antara lain yaitu bidang manajemen yang mencakup dimensi proses dan substansi. Pada tataran proses, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belum dilakukan dengan prosedur kerja yang ketat. Pada tataran substantif, seperti personalia, keuangan, sarana dan prasarana, instrument pembelajaran, layanan bantu, layanan perpustakaan, dan sebagainya, tidak hanya substansinya belum komprehensif, melainkan kriteria keberhasilan untuk masing-masingnya belum ditetapkan secara taat asas.
Kata Kunci: manajemen, implementasi
PENDAHULUAN Pendidikan tinggi hendaknya diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar memungkinkan setiap perguruan tinggi untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing dan tuntutan eksternal yang dihadapinya. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat/seni, dan profesi (Fattah, 2013: 1). Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan pandangan para ahli tentang manajemen, Luther Gulick mengatakan manajemen sebagai ilmu, karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Follet, mengatakan sebagai kiat/seni, karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Disisi lain, manajemen dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus (case study research), dan proses pengumpulan datanya diperoleh dari berbagai sumber yang di jadikan referensi.
PERANAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI... [Amirudin]
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Peran Manajemen dalam Dunia Pendidikan
Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktek pendidikan antara lain: 1) Menentukan cara/metode kerja 2) Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya 3) Pemilihan prosedur kerja 4) Menentukan batas-batas tugas 5) Mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas 6) Melakukan pendidikan dan latihan 7) Menentukan sistem yang menghasilkan Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi. Karena tugas terpenting dari seorang manajer adalah menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia. Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer. Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek: kompetensi, keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam sekolah dan SDM pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya, dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing, pengajar, pelatih), pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar, peneliti dan penguji. Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan. Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi membentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini dapat terwujud jika kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang oleh etos kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi. Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan suasana kerja yang mengantarkan perilaku karyawan/guru kearah yang lebih produktif secara langsung mengubah sikap, pandangan harapan dan
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
keterampilan/keahlian yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dan ini tantangan para manajer/pimpinan pendidikan. Perkembangan pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pendidikan. Karena kebijakan pendidikan dapat menentukan hal-hal yang strategis dalam sistem pendidikan sehingga pendidikan bisa berjalan secara efektif dan efisien. Namun pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan dipengaruhi faktor-faktor strategis. Jaja Jahari dan Amirullah Syarbini (2013: 128-129) mengemukakan beberapa faktor strategis yang mempengaruhi kebijakan pendidikan, antara lain: 1) Kondisi politik Kondisi politik memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan pada level mikro masih seiring dengan kepentingan partai politik yang memiliki kekuasaan. Sistem politik yang lebih mengedepankan kepentingan partai politik dan anggotanya jelas akan berpengaruh terhadap kebijakan yang ditentukan dan lebih cenderung merugikan rakyat. 2) Kondisi ekonomi Kondisi ekonomi baik regional, nasional maupun global akan berpengaruh terhadap kebijakan pendidikan yang diambil. Kebijakan pendidikan yang memiliki fokus pada efektivitas dan efisiensi akan memiliki kondisi yang erat dengan kondisi ekonomi yang sedang terjadi. 3) Kondisi sosial dan budaya Kondisi sosial dan budaya suatu masyarakat menjadi faktor yang strategis dalam mempertimbangkan kebijakan pemerintah untuk mengatur sistem pendidikan. Kondisi sosial dan budaya suatu daerah yang lebih erat dengan kondisi masyarakat yang religius akan mendorong pemerintah dalam mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis pesantren sesuai dengan tuntutan masysrakat. 4) Kondisi keamanan Kondisi keamanan memiliki dampak yang cukup kuat bagi kebijakan dalam pendidikan. Dalam konteks Indonesia, permasalahan keamanan yang identik dengan terorisme mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam mengambil regulasi tentang desain dan konten kurikulum yang diajarkan di lembaga pendidikan. 2. Peran Manajemen dalam Perguruan Tinggi 1) Pentingnya Peranan Manajemen dalam Perguruan Tinggi Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidak teraturan dan ketidakpastian. Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan multi dimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan
PERANAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI... [Amirudin]
manusia. Dapat berdampak menguntungkan dan merugikan, berdampak menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan, apabila terpedaya dengan pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini berarti dampak teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda. Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti meningkatnya tindak kriminal, semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi topik hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan. Padahal sudah lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya generasi muda telah dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan strategis yang penuh dilema, tantangan hidup yang semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena terjadinya degradasi nilai-nilai luhur bangsa. Bahkan pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan kompleks seperti diatas dibutuhkan pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan Pancasila misalnya. Dengan manajemen yang seperti ini diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan Pancasila diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tatapi juga perduli terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan Pancasila sangatlah penting bagi para generasi muda Indonesia agar dapat terbentuk karakter yang unggul dan bereakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilainilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian, dan perbuatan berdasarkan norma-
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Sehingga tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus korupsi dan lainnya. Menurut Ali Ibrahim Akbar, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh pengetahuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Hal ini membuktikan bahwa kesuksesan seseoarang lebih ditentukan oleh kemampuan manage self daripada kemampuan knowlage. Dan juga sebagai isyarat bahwa mutu pendidikan karakter seperti pancasila mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di masa yang akan datang. Maka dari itu peranan pendidikan Pancasila sangatlah penting. Dengan adanya pendidikan Pancasila diharapkan bisa menjadi motor perbaikan sekaligus pembentukan karakter generasi pemuda yang tidak hanya unggul tetapi juga berakhlak mulia. Rchardus Djokopranoto dan Rchardus Eko Indrajit (2004: 49) menjelaskan beberapa aplikasi fungsi manajemen umum dalam manajemen perguruan tinggi: Perencanaan. Perencanaan program kerja termasuk perencanaan anggaran, bukan merupakan hal yang baru bagi perguruan tinggi, baik perencanaan lima tahunan maupun perencanaan tahunan. Namun perencanaan perlu juga dilakukan untuk perencanaan strategis, yaitu perencanaan yang menentukan hidup matinya dan berkembang tidaknya suatu universitas. Pengorganisasian. Fungsi pengorganisasian termasuk fungsi pengisian staf yang sesuai untuk setiap tugas atau kedudukan. Mengenai beberapa model organisasi perguruan tinggi. Mengenai pengisian staf atau karyawan, perlu dibedakan beberapa jenis karyawan yang bekerja di suatu universitas, yang masing-masing mempunyai tugas khas dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Ada sekurang-kurangnya empat jenis kelompok karyawan yang mempunyai tugas yang berbeda: 1) Karyawan akademi. Adalah para dosen dan para peneliti yang bertugas mengajar dan melakukan penelitian ilmiah. 2) Karyawan administrasi. Adalah karyawan yang bekerja di rektorat, keuangan, pendaftaran, personalia dan sebagainya. 3) Karyawan penunjang akademi. Adalah mereka yang bekerja sebagai ahli atau karyawan di perpustakaan, laboratorium, bengkel latihan, dan sejenisnya. 4) Karyawan penunjang lain. Adalah karyawan lain seperti sopir, tukang kebun, petugas pembersihan gedung, petugas pemeliharaan, dan sejenisnya. Menurut M. Manullang (2012: 201) Inti pengadaan sumber daya manusia adalah menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan suatu organisasi secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, ditentukan melalui anailisis beban kerja (work load analysis) dan analisis angkatan kerja (work force
PERANAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI... [Amirudin]
analysis). Tenaga kerja secara kualitatif ditentukan melalui analisis jabatan (job analysis) yang menghasilkan, baik perincian tugas (job description) maupun spesifikasi tugas (job spesification). Penggerakan. Tugas penggerakan (actuating) adalah tugas menggerakkan seluruh manusia yang bekerja dalam suatu perusahaan agar masing-masing bekerja sesuai dengan yang telah ditugaskan dengan semangat dan kemampuan maksimal. Ini merupakan tantangan yang sangat besar bagi fungsi manajemen karena menyangkut manusia, yang mempunyai keyakinan, harapan, sifat, tingkah laku, emosi, kepuasan, pengembangan, akal budi dan menyangkut hubungan antar pribadi. Oleh karena itu, banyak yang mengatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang paling penting dan juga paling sulit dalam keseluruhan fungsi manajemen. Fungsi ini berada pada semua tingkat, lokasi, dan bagian perusahaan. Dalam fungsi ini termasuk memberikan motivasi, memimpin, menggerakkan, mengevaluasi kinerja individu, memberikan imbal jasa, mengembangkan para manajer dan sebagainya. Fungsi penggerakan kadang-kadang diganti dengan istilah lain misalnya fungsi kepemimpinan (leading). Pengawasan. Pengawasan adalah fungsi terakhir manajemen, namun bukan berarti yang paling kurang penting. Pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau tidak, apa kendalanya, dan bagaimana menghilangkan kendala tersebut, agar hasil kerja dapat sesuai dengan yang diharapkan. Fungsi pengawasan tidak harus hanya dilakukan setiap akhir tahun anggaran, tetapi justru harus secara berkala dalam waktu yang lebih pendek, misalnya setiap bulan, sehingga perbaikan yang perlu dilakukan, tidak terlambat dilaksanakan. Dalam konteks ini, Fakultas Agama Islam (FAI) yang berada dilingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang yang notabene adalah perguruan tinggi umum memiliki keistimewaan untuk menyelenggarakan pendidikan agama. Jika dicermati dengan baik, ini merupakan suatu kesempatan dimana FAI berkesempatan untuk membangun manusia profesional-intelektual-religius ditengah geliat globalisasi dan minimnya lembaga-lembaga Islam yang berkualitas. Setidaknya kehadiran FAI sebagai lembaga pendidikan tinggi Islami merupakan jawaban atas tantangan perkembangan zaman dan geografis khususnya Karawang yang sudah mengalami pergesaran kultur yang bukan hanya dikenal sebagai kota agraris, tetapi sudah berkembang menjadi kota industri bertaraf internasional. Kondisi tersebut memungkinkan Karawang bertransformasi menjadi megapolitan, yang mana pola kehidupan masyarakat didalamnya sudah condong kepada individualistis sehingga berimplikasi pada kehidupan sosial yang materialistis. Maka kehadiran FAI diharapkan mampu menjadi lembaga pendidikan Islam yang mampu mencetak generasi yang menjadi
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
pembeda ditengah-tengah masyarakat sebagai manusia berkualitas dengan kapasitas intelektual dan spiritual serta sosial yang unggul. Mujamil Qomar (2007: 106) mengatakan bahwa tipologi manusia profesional-intelektual membutuhkan pelatihan, pendidikan, pengalaman dan keahlian yang diproses dalam waktu yang relatif panjang. Karena disamping terdapat unsur penanaman pengetahuan juga pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Unsur penanaman mungkin dapat dicapai dalam waktu yang cepat, tetapi pembiasaan membutuhkan proses berkesinambungan, sehingga diperlukan penguatan-penguatan akademis. Untuk penguatan akademis itu, A. Malik Fadjar (1998: 178-179) melihat ada beberapa pemikiran praktis yang perlu diperhatikan berikut ini: 1) Pemeliharaan dan peningkatan stabilitas kelembagaan. Dengan demikian, citra sebagai lembaga keilmuan melalui berbagai model dialog, komunikasi timbal balik, keterbukaan dan kebebasan yang bertanggung jawab tetap terjaga. 2) Pemeliharaan serta peningkatan sistem akademik dan kemahasiswaan. Dengan demikian, perguruan tinggi Islam dapat menjadi lembaga pendidikan tinggi yang menunjang pelaksanaan manajemen belajarmengajar yang mantap, dengan melalui pembenahan serta pemenuhan berbagai sarana prasarana. 3) Menciptakan suatu model belajar privat (tambahan), yaitu “student day” (misalnya setiap Sabtu) sebagai model pengembangan daya kreasi dan apresiasi kehidupan kampus. 4) Pembentukan lembaga studi/kajian, seperti pusat studi islam, pusat penelitian, dan pusat pembibitan. 5) Pemberian keleluasaan pada tiap-tiap fakultas/jurusan untuk mengembangkan dan meningkatkan kegiatan kuliah tamu dan latihanlatihan keahlian dalam berbagai bidang, seperti bahasa, perpajakan, perbankan, dan sebagainya. 3.
Peranan ICT dalam Perguruan Tinggi ICT adalah Information and Communication Technologies atau yang biasa dikenal dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). TIK mecakup 2 teknologi, yaitu teknologi informasi yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke yang lainnya. Peranan TIK dalam dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang luar biasa besar. Sistem pengajaran berbasis multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video) mampu membuat penyajian suatu topik bahasan menjadi menarik, tidak monoton dan mudah untuk dicerna. Seorang murid atau mahasiswa dapat mempelajari materi tertentu secara mandiri dengan menggunakan komputer yang dilengkapi program yang berbasis multimedia.
PERANAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI... [Amirudin]
Selain itu dengan munculnya internet yang mempermudah dalam mencari, membuat, dan membantu menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan tugas dengan sangat mudah dan cepat. Nyatanya tak hanya kalangan mahasiswa dan murid di sekolahan yang menggunakan tetapi masyarakat pun ikut serta dalam pemanfaatan internet. Peran yang sangat penting dan strategis ini sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat mengembangkan aktivitas pembelajaran yang jelas dan daya jangkau yang luas. Menurut penelusuran UNESCO (2013), ada lima manfaat yang dapat diraih melalui penerapan ICT dalam sistem pendidikan: 1) Mempermudah dan memperluas akses terhadap pendidikan. 2) Meningkatkan kesetaraan pendidikan (equality in education). 3) Meningkatkan mutu pembelajaran (the delivery of quality learning and teaching). 4) Meningkatkan profesionalisme guru (teacher’s professional development). 5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen, tata kelola, dan administrasi pendidikan. Mengetahui dan menyadari besarnya manfaat ICT bagi dunia pendidikan, para ahli UNESCO menganjurkan agar semua negara, khususnya negara-negara berkembang, meningkatkan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk mengelaborasi ICT dalam berbagai kebijakan, strategi, dan aktivitas pendidikan. Untuk tujuan tersebut, secara khusus mereka telah meminta UNESCO membangun Institute for Information Technologies in Education (IITE) di Moscow. Tujuan utama dari lembaga ini adalah untuk mendorong dan mempromosikan pertukaran informasi (information exchange) serta menggalakkan berbagai riset dan pelatihan yang terkait dengan integrasi ICT dalam sistem pelayanan pendidikan. Dalam hal peranan dan manfaat ICT memang sungguh luas, namun bukan berarti tidak menyisihkan dampak dari akibatnya, dan inilah dampak ICT dalam pendidikan seiring berkembangnya zaman, ICT semakin digunakan di dunia pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT dirasa membawa keuntungan baik bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan atau dampak positif dari pembelajaran yang menggunakan ICT tersebut antara lain adalah pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar lebih suka praktek dibandingkan teori. Pengajar jadi lebih mudah mengajar jadi lebih mudah menyampaikan materi dengan membuat presentasi-presentasi. Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi atau tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar berhalangan hadir tetap dapat memberi tugas atau materi melalui e-mail. Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi lebih mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi jika ada kesalahan. Dalam belajar, baik pelajar maupun pengajar akan lebih mudah mencari sumber karena adanya internet. Pembelajaran yang menggunakan ICT bisa dibuat menjadi lebih menarik, misalnya dengan memunculkan gambar atau suara, sehingga pelajar menjadi lebih antusias untuk belajar.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
Segala sesuatu pasti ada dampak positif dan negatif, tidak terkecuali pembelajaran yang menggunakan ICT. Pembelajaran yang menggunakan ICT hanya bisa dilaksanakan oleh sekolah yang mampu, bagi sekolah-sekolah yang kurang mampu akan ketinggalan, dan siswanya akan kesulitan jika mereka masuk ke sekolah lanjutan di kota besar yang sudah sering menggunakan ICT. Setiap pelajar harus mendapat fasilitas yang sama, jadi dalam pembelajaran yang menggunakan komputer, setiap pelajarnya harus memakai 1 komputer yang memadai, jika komputer yang dalam kondisi baik hanya sebagian, akan ada siswa yang hanya menonton, sehingga mereka tidak menguasai penggunaan komputer. Dalam pembelajaran, siswa-siswa yang tidak antuasias dalam penerimaan materi sering kali lebih suka main game selama pembelajaran, sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak menerima materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran yang menggunakan internet yang tidak dibatasi, sering kali pelajar menggunakan internet bukan untuk keperluan belajar, misalnya membuka situs youtube untuk menonton video dalam proses belajar. Bagi pengajar yang malas masuk kelas cenderung memberi tugas-tugas yang memanfaatkan internet sehingga tatap muka dengan pelajar jarang terjadi, akibatnya pengajar tidak mengenali pelajarnya. KESIMPULAN 1. Lembaga Pendidikan Tinggi di Indonesia memiliki tiga peran utama yang dikenal dengan tridharma yaitu: pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian masyarakat. 2. Sebagaimana organisasi perguruan tinggi menghadapi tuntutan untuk siap menghadapi kebutuhan dunia bisnis era globalisasi tahun 2020. Tuntutan ini melahirkan kebutuhan terhadap perubahan dan inovasi baru dalam model manajemen perguruan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar, 2011, Media Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Fadjar, A. Malik, 1998, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia (LP3NI). Fattah, Nanang, 2013, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hidayat, Ara dan Imam Machali, 2010, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka Educa. Indrajit, Rchardus Eko dan Djokopranoto, Rchardus, 2004, Manajemen Perguruan Tinggi Moderen, Jakarta. Jahari, Jaja dan Syarbini, Amirullah, 2013, Manajemen Madrasah; Teori, Strategi dan Implementasi, Bandung: Alfabeta. Manullang, M., 2012, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
PERANAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI... [Amirudin]
Qomar, Mujamil, 2007, Manajemen Pendidikan Islam; Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga. Rochaety, dkk., 2005, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.