Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh: ANJAR RAHMAD BASUKI C0505010
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952
Disusun oleh ANJAR RAHMAD BASUKI C0505010
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Dr. Warto, M.Hum NIP 196109251986031001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP 195402231986012001
commit to user
ii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952
Disusun oleh ANJAR RAHMAD BASUKI C0505010
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal……………….
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua Penguji
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum NIP 195402231986012001
(………………)
Sekretaris Penguji
Umi Yuliati, S.S, M. Hum NIP 197707162003122002
(………………)
Penguji I
Dr. Warto, M. Hum NIP 196109251986031001
(………………)
Penguji II
Drs. Supariadi, M. Hum NIP 196207141989031002
(………………)
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001 commit to user
iii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : ANJAR RAHMAD BASUKI NIM : C0505010
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset-Aset Mangkunegaran Tahun 1946-1952 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 11 Oktober 2010 Yang membuat pernyataan
Anjar Rahmad Basuki C0505010
commit to user
iv
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison)
Orang Tua Adalah Sumber Semangat dan Kehidupan Bagi Perjalanan Hidup Kita. (Penulis)
commit to user
v
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: Ayah dan Ibuku Tercinta Kakak dan Adikku Tercinta Teman dan Sahabatku Tercinta Kekasihku Tercinta
commit to user
vi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Kasih Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sudarno, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam perijinan untuk penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah atas bantuan dan pengarahannya. 3. Bapak Dr. Warto M. Hum, selaku pembimbing utama dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini yang telah teramat sabar dan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis 4. Ibu Umi Yuliati, S.S., M. Hum selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan. 5. Bapak Drs. Supariadi, M. Hum selaku penguji skripsi yang telah memberi masukan dan arahan agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis. 7. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Perpustakaan dan Arsip Daerah Surakarta, Sasana Wilopo dan Sono Pustoko Keraton Surakarta Hadiningrat yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyediaan dan peminjaman buku-buku yang diperlukan. commit to user
vii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Ibu Koestrini Soemardi (alm), Ibu Darweni, Bapak Basuki dan segenap staf Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan. 9. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis. 10. Teman-teman jurusan Ilmu Sejarah’04 Mas Daryadi, Mas Edy Riyanto, Mas Aminnudin, Mbak Wulan dan Mbak Asih 11. Teman-teman jurusan Ilmu Sejarah’05 Bayu, Ridwan, Cahyo, Darmawan, Wanto, dll. 13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Surakarta, 11 Oktober 2010
Penulis
commit to user
viii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................
vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................
vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ix
DAFTAR ISTILAH..........................................................................................
xii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...
xiv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………
xvi
ABSTRAK........................................................................................................
xvii
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................
1
B. Rumusan Masalah......................................................................
7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
8
D. Manfaat Penelitian.....................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka........................................................................
9
F. Metode Penelitian......................................................................
12
G. Sistematika Penulisan...............................................................
14
KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN A. Pembentukan Komisi Dana Milik Mangkunegaran………….
17
B. Peraturan Dana Miik Mangkunegaran.....................................
20
C. Aset Komisi Dana Milik Mangkunegaran..………………….
23
1. Perusahaan Gula Colomadu...........................................
28
2. Perusahaan Gula Tasikmadu..........................................
29
3. Perusahaan Kopi Kerjogadungan..................................
31
to user 4. Perusahaancommit Serat-Nenas Mojogedang…………………
32
ix
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
BAB
III
digilib.uns.ac.id
5. Pabrik Genting Kemiri………………………………..
32
6. Pabrik Rokok “Priyayi”……………………………….
33
7. Perusahaan Gamping “Betal”…………………………
34
8. Usaha Penanaman Tembakau di Tawangmangu………
35
9. Rumah dan Hotel Milik Mangkunegaran……………...
36
10. Surat-Surat Berharga…………………………………..
37
11. Dana Pensiun Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran.
38
D. Struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran……
39
1. Komisi Pengawas……………………………………….
41
2. Superintendent…………………………………………..
42
3. Administratur……………………………………………
44
4. Mandor Pabrik…………………………………………..
46
5. Mandor Perkebunan…………………………………….
46
6. Mandor Gudang…………………………………………
47
7. Demang dan Rangga…………………………………….
47
8. Bekel…………………………………………………….
48
9. Buruh……………………………………………………
49
PROSES
NASIONALISASI
ASET
DANA
MILIK
MANGKUNEGARAN A. Komisi Dana Milik Mangkunegaran Pada Masa Pendudukan
55
Jepang………………………………………… B. Sistem Ekonomi Praja Mangkunegaran
Pada Masa 58
Pendudukan Jepang……………………................................ C. Komisi Dana Milik Mangkunegaran Pada Masa Awal Kemerdekaan RI………………………………………
61
D. Proses Nasionalisasi Aset Dana Milik Mangkunegaran.........
65
E. Pengaruh Agresi Militer Belanda II terhadap Kebijakan dan Sikap Mangkunegaran……………………………………….
68
F. Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam proses Nasionalisasi aset Mangkunegaran…………………………. commit to user
x
81
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
BAB
IV
digilib.uns.ac.id
DAMPAK NASIONALISASI ASET MANGKUNEGARAN TERHADAP PRAJA MANGKUNEGARAN A. Keadaan
Mangkunegaran
Setelah
Nasionalisasi
Mangkunegaran…………………………………………. B.
Dampak
Nasionalisasi
Dalam
Bidang
85
Perekonomian
Mangkunegaran..................................................................... C. Dampak Nasionalisasi dalam bidang Sosial terhadap
85 92
Mangkunegaran……........................... D. Dampak Nasionalisasi dalam Bidang Kebudayaan di
93
Mangkunegaran.............................................. BAB
V
KESIMPULAN...............................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... LAMPIRAN........................................................................................................
100 103
commit to user
xi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISTILAH Administratur
: Pengurus Administrasi/ Manajer Utama pabrik
Afdeeling
: Wilayah Administrasi pemerintah kolonial belanda di indonesia yang berada dibawah karesidenan
Ambtenar
: Pegawai
Apanage
: Tanah jabatan sebagai gaji seorang priyayi
Bekel
: Orang yang mendapat wewenang menjaga kebaikan desa; petani penghubung antara pemilik atau penguasa tanah dengan penggarap tanah.
Binenland Bestur
: Pegawai Pangreh Praja
civilele list
: Tunjangan hidup kerajaan yang berasal dari pemerintah Belanda
Clash
: Agresi Militer
Commissie Van Beheer : Komisi Pengawas Keuangan Mangkunegaran De Javasche Bank
: Bank Milik Pemerintah
Demang
: Seseorang yang diberi tugas untuk memegang dan menjalankan segala pekerjaan di pedesaan di atas bekel
Fonds
: Dana atau aset kekayaan kerajaan Mangkunegaran
Fonds van Eigendommen van het Mangkoenegorosche Rijk
: Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Garden city
: Taman kota
Gouvernements landbouw bedrijven
: Kantor yang mengurusi perusahaan perkebunan pada jaman Belanda
Gubernemen
: Wilayah yang dikuasai secara langsung pemerintah Kolonial
Gubernemen Besluit
: Keputusan Pemerintah
Legiun
: Pasukan bala tentara
Loji
: Rumah / tempat tinggal commit to user Naamlooze Vennootsch : Gabungan Pemilik modal
xii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
Nara praja Onderdistrict
digilib.uns.ac.id
: Birokrat kerajaan : Wilayah administrasi kolonial belanda di wilayah Afdeeling
Onderneming
: Perkebunan
Public space
: Fasilitas kota
Reksobusono
: Kantor yang mengurusi keperluan pribadi, dan kepentingan-kepentingan keluarga
Reserve Fonds
: Dana milik yang berupa Perkebunan
Ryksondernemingan
: Perusahaan-Perusahaan Swapraja
Sentana
: Keluarga raja
Superintendent
: Direksi; pengawas perusahaan
Swapraja
: Daerah kerajaan seperti Kasultanan dan Pakualaman di Jogja dan Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta
Vorstenlanden
: Tanah-tanah kerajaan
Zelfbestuursregelen Mangkunegaran
: Peraturan Mangkunegaran
commit to user
xiii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
BPPGN
: Badan Pengurus Perusahaan Gula Negara
PPN
: Perusahaan Perkebunan Negara
KGPAA
: Kangjeng Gusti Pangeran Ario Adipati
PNS
: Perusahaan Nasional Surakarta
PPRI
: Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia
HKMN
: Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran
PPMN
: Pusat Perusahaan Mangkunegaran
commit to user
xiv
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gb. 1 Gedung
Tembakau Tawangmangu tahun 1925 kode 1893
Mangkunegara
VII
Arsip
Foto
Koleksi
Reksa
Pustaka
Mangkunegaran………………………………………………… 35
Gb. 2 Perumahan VillaPark Banjarsari Surakarta tahun 1930 kode 1842 Mangkunegara
VII
Arsip
Koleksi
Foto
Rekso
Pustaka
Mangkunegaran.......................................................................37
Gb. 3. Bagan struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran kode
1178
Mangkunegara
VII
Arsip
Reksopustoko
Mangkunegaran.....................................................................40
commit to user
xv
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Berkas Peraturan keputusan tentang Dana Milik Mangkunegaran dan pembentukan Panitia Dana Milik Mangkunegaran tahun 1917, 1949, dan tahun 1952.................................................................................................. 103
2.
SK tentang pengangkatan Ir. Sarsito Mangunkusumo menjadi Superintendent dari Dana Milik Mangkunegaran terhitung sejak tahun 1945, 1950.......... 110
3.
Konsep surat dari Ir. Sarsito kepada KRRA Moh. Soediono yang mengusulkan kekayaan milik Mangkunegaran dikembalikan kepada Komisi Dana Milik Mangkunegaran tahun 1951………………………………… 112
4.
Surat Kuasa istimewa Sri Paduka Mangkunegara VIII untuk menyerahkan Dana Milik Mangkunegaran kepada BPPGN dan PPN tahun 1946…..…..114
5.
Laporan keadaan Perusahaan Tembakau Bojonegoro kepada PPRI tahun 1947……...………………………………………………………………. 115
6.
Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta tahun 1952 tentang Pembekuan Harta Benda Milik Mangkunegaran……………………………………………. 118
commit to user
xvi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Anjar Rahmat Basuki, C0505010, 2010, Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran Dalam Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran Tahun 19461950 Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran tahun 1946-1952. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952, bagaimana Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952 dan proses Nasionalisasi asetaset Dana Milik Mangkunegaran. Penelitian ini memakai metode penelitian sejarah, dimulai dengan tahap heuristik yaitu teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern dengan dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini lalu dianalisis dan disusun dalam sebuah historiografi.. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial dan politik yang tidak kondusif di daerah karesidenan Surakarta berdampak pada dibekukannya status Swapraja pada kedua kerajaan di Surakarta khususnya Praja Mangkunegaran. Hal ini semakin di perburuk dengan perebutan aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran. Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang dibentuk untuk mengurusi aset-aset ekonominya semenjak masa Mangkunegara VII akhirnya dibekukan pada tahun 1946. Walau berstatus dibekukan pada kenyataannya Komisi ini tetap bekerja dikarenakan PPRI yang diserahkan untuk mengambil alih Dana Milik tidak dapat bekerja secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih aktifnya Superintendent pada perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran. Mangkunegaran yang beranggapan bahwa penyerahan Dana Milik kepada Pemerintah Pusat hanya bersifat sementara kemudian berusaha untuk mengambil alih kembali aset-asetnya pada tahun 19481952. Pemerintah Pusat beranggapan bahwa daerah Mangkunegaran termasuk ke dalam kekuasaan Republik, maka segala aset-asetnya harus dikelola untuk kepentingan daerah Mangkunegaran dan Republik. Nasionalisasi kemudian dilakukan dengan membentuk badan-badan baru yang mengurusi aset Mangkunegaran.Akibat percobaan perlawanan dan pengambilalihan kembali asetasetnya oleh Mangkunegaran, Pemerintah kemudian mengambil tindakan dengan membubarkan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dan menghapus jabatan Superintendent melalui keputusan Pengadilan Negeri di Jakarta pada tahun 1952.
commit to user
xvii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Anjar Rahmad Basuki, C0505010, 2010, The Role of the Mangkunegaran Commission on Fund in 1946-1952, Thesis, History Department, Letters and Fine Arts Faculty, Surakarta Sebelas Maret University. This research discusses The Role of the Mangkunegaran Commission on Fund in Nationalization at 1946-1952. The formulations of this research are how the existence of the Mangkunegaran Commission on Fund during the administration Mangkunegara VIII in 1946-1952 and how the process of Nationalization of fund assets owned by Mangkunegaran. The purposes of this study are to know the existence of the Mangkunegaran Commission on Fund during the administration of Mangkunegara VIII in 1946-1952 and to know the process of nationalization of fund assets owned by Mangkunegaran. This research has historical research method with data collecting technique using the heuristic. The data are then criticized internally and externally to be integrated with study of literature to finally produce historical facts. These facts are then analyzed and compiled in a historiography. The research concludes that the not conducive social and political circumstances in the region of Surakarta residency affected the suspension of autonomous region status of the two palaces in Surakarta especially Praja Mangkunegaran. It got worse since there was conflict to posses economic assets owned by Mangkunegaran. Mangkunegaran Commission on Fund established to handle economic assets was finally suspended in 1946 during the administration of Mangkunegara VII. Even though the status was suspended, in fact, the Commission continued to work due to PPRI that was recommended to take over the fund could not work optimally. This was evidenced by the active Superintendent at companies owned by Mangkunegaran. Mangkunegaran argued that the transfer of funds to the Central Government was only temporary and then it tried to take back the assets in 19481952. The central government assumes that the area Mangkunegaran was included in the authority of Republic, so all its assets had to be managed for the benefits of Mangkunegaran regions and the Republic. Nationalization was then performed by forming new institution to handle assets of Mangkunegaran. As the result of the trial to takeover and fight back toward Mangkunegaran assets, the central government then took action to dissolve the Mangkunegaran Commission on Fund and to erase the Superintendent position through the National Court's decree in Jakarta in 1952.
commit to user
xviii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952 Anjar Rahmat Basuki1 Dr. Warto, M.Hum2
ABSTRAK 2010. Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran tahun 1946-1952. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952, bagaimana Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952 dan proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran. Penelitian ini memakai metode penelitian sejarah, dimulai dengan tahap heuristik yaitu teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern dengan dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini lalu dianalisis dan disusun dalam sebuah historiografi.. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial dan politik yang tidak kondusif di daerah karesidenan Surakarta berdampak pada dibekukannya status Swapraja pada kedua kerajaan di Surakarta khususnya Praja Mangkunegaran. Hal ini semakin di perburuk dengan perebutan aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran. Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang dibentuk untuk mengurusi aset-aset ekonominya semenjak masa Mangkunegara VII akhirnya dibekukan pada tahun 1946. Walau 1 2
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah dengan NIM C0505010 Dosen Pembimbing
berstatus dibekukan pada kenyataannya Komisi ini tetap bekerja dikarenakan PPRI yang diserahkan untuk mengambil alih Dana Milik tidak dapat bekerja secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih aktifnya Superintendent pada perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran. Mangkunegaran yang beranggapan bahwa penyerahan Dana Milik kepada Pemerintah Pusat hanya bersifat sementara kemudian berusaha untuk mengambil alih kembali aset-asetnya pada tahun 1948-1952. Pemerintah Pusat beranggapan bahwa daerah Mangkunegaran termasuk ke dalam kekuasaan Republik, maka segala aset-asetnya harus dikelola untuk kepentingan daerah Mangkunegaran dan Republik. Nasionalisasi kemudian dilakukan dengan membentuk badan-badan baru yang mengurusi aset Mangkunegaran.Akibat percobaan perlawanan dan pengambilalihan kembali aset-asetnya oleh Mangkunegaran, Pemerintah kemudian mengambil tindakan dengan membubarkan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dan menghapus jabatan Superintendent melalui keputusan Pengadilan Negeri di Jakarta pada tahun 1952.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengurusan keuangan di Mangkunegaran pada tahun 1916 terjadi beberapa perubahan yang berarti yaitu dipisahkannya antara penerimaan dan pengeluaran dari perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh Mangkunegaran dari anggaran utama. Hal ini dilakukan dengan menciptakan sebuah dana tersendiri untuk perusahaan-perusahaan
gula
dan
lain-lainnya
yang
termasuk
milik
Mangkunegaran dan dikelola dalam sebuah komisi agar lebih sederhana dan yang dimasukan kedalam anggaran utama hanya perkiraan besarnya laba atau kerugiannya saja. Tahun 1916 dibentuk sebuah komisi yang
mengurus keuangan
Mangkunegaran badan ini dinamakan Dana Milik Mangkunegaran. Badan ini bekerja untuk menyempurnakan reorganisasi keuangan dan menaruh semua perusahaan didalamnya dan Dana ini diurus oleh sebuah komisi. Pengurus hariannya dilakukan oleh seorang Superintendent, sedangkan ketuanya adalah raja Mangkunegaran, Superintendent yang telah diakui oleh Gubernur Jenderal sebagai anggota, dan seorang pegawai atau ambtenar yang di pilih oleh Residen sebagai anggota.1 Pasca kemerdekaan Indonesia, persoalan penguasaan aset-aset di wilayah ini menjadi isu yang cukup menarik. Persoalannya adalah bahwa peralihan kekuasaan dari pemerintah kolonial menjadi pemerintah Republik tidak serta commit to user Pringgodigdo A.K, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran, Surakarta: Reksa Pustaka, 1985, hlm. 93 1
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
merta diikuti dengan peralihan penguasaan semua aset ekonomi di tangan pemerintah Indonesia. Pengalihan aset-aset ekonomi hanya terjadi pada badanbadan yang berada di tangan pemerintah kolonial yang telah diambil alih oleh pemerintah bala tentara Jepang. Aset-aset asing yang dikuasai oleh pihak perusahaan swasta asing masih tidak jelas statusnya. Sementara itu pengelolaan aset-aset itu menjadi terganggu akibat terjadinya perang kemerdekaan. Banyak para pengusaha asing dan pekerja-pekerja asing yang meninggalkan perusahaannya kembali ke negeri Belanda. Ada pula yang masih bertahan di Indonesia, meskipun di dalam menjalankan usahanya tidak berjalan maksimal. Sejalan dengan semakin tegangnya konflik Indonesia Belanda, di dalam negeri, sekitar tahun 1947 muncul aksi sepihak dalam pengambil alihan perusahaan-perusahaan asing. Pengambil-alihan ini semula banyak dilakukan oleh badan-badan perjuangan dan perorangan, namun kemudian ditertibkan oleh Pemerintah Indonesia, terutama dilakukan oleh pihak militer. Sesungguhnya pola yang sama juga terjadi pada aset milik bekas penguasa-penguasa bumi putra. Salah satu penguasa bumi putra yang aset-asetnya diambil alih oleh negara secara paksa adalah Mangkunegaran.2 Pada masa kekuasaan Mangkunegaran VI dibentuk lembaga yang mengurusi keuangan Praja Mangkunegaran. Setelah melalui berbagai perundingan dan jajak pendapat antara Pihak pemerintah Hindia Belanda, Residen dan Pihak Praja Mangkunegaran maka didirikanlah sebuah Badan Keuangan yang
2
Wasino, Makalah, Nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran disampaikan dalam Workshop on the Economic Side of Decolonization, Jointly organized by LIPI, NIOD, PPSATcommitUGM, to user UGM dan program Studi Sejarah Pasca Sarjana Yogyakarta akhir Agustus 2004. hal 2
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dinamakan Dana Milik Mangkunegaran. Didirikannya komisi untuk semua perusahaan dan sebagainya bertujuan agar perusahaan-perusahaan itu didalam anggaran disendirikan sebagai suatu keseluruhan, dimana detail-detail yang bersifat teknis atau komersil tidak disebutkan dalam anggaran itu, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa perusahaan-perusahaan itu tidak mengikuti anggarannya sendiri.3 Dana Milik Mangkunegaran ini
mengurusi
keuangan perusahaan-
perusahan milik Mangkunegaran. Perusahaan-perusahan Industri Mangkunegaran yang semula diusahakan oleh Mangkunegara IV untuk kepentingan keluarga dan rakyat Mangkunegaran harus lepas ke tangan Pemerintah Republik Indonesia setelah terjadinya krisis sosial politik di Surakarta tahun 1946. Krisis sosial politik ini sering dikenal sebagai Revolusi Sosial di Surakarta. Pengambilalihan aset milik Praja Mangkunegaran ini justru terjadi setelah Indonesia merdeka dan daerah istimewa Swapraja yang dihapus di kota Surakarta khususnya terhadap aset–aset milik Mangkunegaran Penghapusan daerah Swapraja ini berakibat pada Pembekuan Aset-aset yang dimiliki oleh Kasunanan dan Mangkunegaran. Dengan berakhirnya status pemerintahan
Mangkunegaran
maka
semua
badan
usaha
diambil
alih
pengelolaannya oleh pemerintah Republk Indonesia termasuk perkebunan dan hasil hutannya dalam hal ini yang mengelola adalah Perusahaan Nasional Surakarta. Hal ini telihat dari berkas surat kuasa istimewa dari Mangkunegara VIII kepada KRMTH Ir Sarsito Mangunkusumo untuk menyerahkan perusahaan Mangkunegaran yang bernaung di bawah Dana Milik Mangkunegaran kepada 3
to user Pringgodigdo A.K, op.cit, hal.commit 97.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BPPGN dan PPN tahun 1946.4 Meskipun berdasarkan maklumat dari menteri kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945 bahwa Mangkunegaran diberi ijin untuk mengelola perusahaannya sendiri karena selama ini Mangkunegaran mengelola perusahaan menggunakan modalnya sendiri.5 Dan untuk pengelolaan hasil-hasil perkebunan maka pada tanggal 30 April 1947 dibawah koordinasi Kementrian Pertanian dibentuk Perusahaan Perkebunan Republik
Indonesia.
Tugas
dari
kantor
ini
adalah
mengurus
dan
menyelenggarakan perusahaan-perusahaan milik negara yang tergabung dalam Kantor Perusahaan Perkebunan Pemerintah (KPP) yang pada zaman Belanda bernama Gouvernements landbouw bedrijven. Selain itu ini juga bertugas untuk mengurus perusahaan-perusahaan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh negara, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan bukan perkebunan.6 Reaksi pihak Mangkunegaran terhadap nasionalisasi aset-aset itu semula bersifat kooperatif. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik dengan rakyat Surakarta yang tergabung dalam kelompok Anti Swapraja. Selain itu juga disebabkan oleh ketidaksiapan praja Mangkunegaran dalam menghadapi situasi sosial-politik di Surakarta yang berubah dengan cepat akibat berdirinya negara Republik Indonesia. Pihak Mangkunegaran justru memberikan tempat di lingkungan istana Mangkunegaran sebagai kantor PPN. Selain itu beberapa mantan pegawai perkebunan Mangkunegaran bekerja dikantor PPRI. Sikap pihak Mangkunegaran menjadi berubah sejak terjadinya clash ke II oleh Belanda 4
Arsip tentang surat kuasa istimewa Mangkunegara VIII berkaitan dengan penyerahan aset Mangkunegaran kepada pemerintah RI tahun 1946 , Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no. 4752 5 Arsip tentang Maklumat dari Menteri kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5107.
commit to user
6
Wasino, op cit. hal 6.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanggal 19 Desember 1948. Tampaknya pihak Mangkunegaran menyadari bahwa, kekuasaan dan harta kekayaannya telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Untuk itu mereka berusaha untuk memperkuat diri dalam mempertahankan dan mempersiapkan
alat-alat
pemerintahan
untuk
mengembalikan
status
pemerintahannya. Pihak Mangkunegaran menjalin hubungan baik dengan Pemerintah Hindia Belanda untuk dapat menyelamatkan harta miliknya yang telah diambil alih oleh Pemerintah RI, setelah menyerahkan dengan sukarela perusahaan-perusahaan yang bernaung di Dana Milik Mangkunegaran kepada pemerintah Republik Indonesia di tahun 1946, sikap Mangkunegaran terlihat malalui surat keterangan yang dibuat oleh Superintendent yang mewakili Dana Milik Mangkunegaran yang meminta kembali haknya atas dua perusahaan gula andalan mereka yaitu pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Hal ini berdasarkan fakta bahwa selama ini penanaman Tebu dan pembuatan Gula dibiayai oleh Mangkunegaran sendiri.7 Hubungan ini membawa hasil, karena selain para pegawainya memperoleh gaji dalam bentuk civilele list sebagaimana yang pernah mereka terima pada periode sebelum perang, juga berhasil dihidupkannya kembali lembaga yang mengurusi kekayaan Mangkunegaran, “Fonds van Eigendommen van het Mangkoenegorosche Rijk” atau Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Status lembaga ini diubah menjadi hak milik pribadi berdasarkan hukum Eropa Perubahan itu dilakukan oleh Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia melalui surat keputusannya tanggal 30 September 1949 no. 35. Dengan surat
7
Arsip tentang surat keterangan dari Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu adalah milik Praja Mangkunegaran ditanda tangani oleh Mangkunegara VIII dan Patih commit Mangkunegaran, to user Mangkunegaran tahun 1948, Arsip Reksapustaka no. 5236
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
keputusan itu, pihak Mangkunegaran menganggap bahwa harta-harta kekayaan yang semula diambil-alih Pemerintah Indonesia bisa kembali dikuasai oleh pihak keluarga Mangkunegaran.8 Pada tanggal 17 Desember 1949, Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia maka aset yang telah dikuasai oleh Praja Mangkunegaran dibawah Dana Milik Mangkunegaran harus diserahkan kembali kepada Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini tidak mudah karena posisi Mangkunegaran yang diwakili oleh kuasa keuangannya yaitu jabatan yang dipegang oleh Superitendent menolak untuk berkoordinasi oleh PPRI.9 Pada tahun 1951 aset-aset Mangkunegaran kembali dibekukan oleh pemerintah dan mewajibkan Mangkunegaran untuk menyerahkan pengelolaan aset-aset Mangkunegaran kepada Pemerintah Republik Indonesia, konflik terbuka antara Pemerintah Republik Indonesia dan Praja Mangkunegaran terjadi pada bulan Oktober dan November, Pemerintah Indonesia berusaha mengambil-alih kembali manajemen pabrik gula pada akhir tahun 1951, setelah beberapa tahun kendali manajemen industri itu berada di tangan Superintendent Harta Milik Mangkunegaran. Hal ini terlihat dari surat Menteri Dalam Negeri tanggal
8
Nopember 1951 no Pem. X. 66/5/8 yang berisi harapan atas kedatangan Sri Mangkunegoro VIII beserta anggota komisi lain dan Superintendent untuk bertukar pikiran dan membicarakan lebih lanjut tentang segala sesuatu mengenai “Fonds” terkait dengan maksud pemerintah untuk mencabut
besluit Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia (30 September 1949 no 35). Surat itu diikuti dengan undangan melalui telegram tertanggal 13 Desember 1951 yang 8
Wasino, 2004. Nasionalisasi Pabrik gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGM pers, 2004, hal. 7
commit to user Seluruh hasil dari perkebunan disimpan sendiri didalam De Javasche bank oleh Superintendent yang pada masa itu dijabat oleh Ir Sarsito Mangoenkoesomo. 9
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditujukan pada Sri Mangkunegoro VIII, tetapi pihak Mangkunegaran memberi jawaban tidak bersedia untuk datang berunding.10 Setelah melalui masa transisi selama hampir empat tahun, pada tahun 1952 segala bidang pengusahaan yang pernah dilakukan oleh praja Mangkunegaran akhirnya dibekukan dan beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Selanjutnya praja berusaha menata kembali sistem keuangannya melalui Dana Milik Mangkunegaran , karena ketika masa peralihan tersebut situasi keuangan praja mengalami kesulitan. Keadaan ini selaras dengan situasi politik dan ekonomi di Indonesia pada waktu itu, antara tahun 1946 hingga sekitar tahun 1952-an. Sejak saat itu roda perekonomian praja Mangkunegaran sepenuhnya hanya bergantung dari subsidi pemerintah. Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas hasil penelitian dapat ditulis dengan judul “ Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset-aset Mangkunegaran Tahun 1946-1952 ”
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keberadaan komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII? 2. Bagaimana Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran?
10
Surat Sri MN VIII tanggal 14 Desember 1951 no. 799/PE/Rah jo tanggal 10 Desember 1951 no. 796/PE/Rah, dan tanggal Surat tanggal 24 Desember 1951 no 15/R; Keputusan pengadilan Negeri di Jakarta mengenai Perkara-perkara Perdata dalam Perkara: Ir K.R.M.T.H. Sarsito Mangoenkoesoemo Superintendent Fonds van Eigendommen van het commitRepublik to userIndonsia di Jakarta tentang Pembekuan Mangokoenegorosche Rijk lawan: Pemerintah harta Benda Milik-Milik Mangkoenegaran 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagaimana dampak Nasionalisasi terhadap Praja Mangkunegaran paska kemerdekaan Republik Indonesia?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui keberadaan komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII. 2. Untuk
mengetahui
Proses
Nasionalisasi
aset-aset
Dana
Milik
Mangkunegaran. 3. Untuk mengetahui dampak Nasionalisasi terhadap Praja Mangkunegaran paska kemerdekaan Republik Indonesia.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa dicapai dari hasil Penelitian ini, yaitu: Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan baru, terutama pengetahuan mengenai Perkembangan Praja Mangkunegaran setelah Proses Nasionalisasi Perusahaan Mangkunegaran terutama dalam bidang pemerintahan dan segala aspek yang berhubungan dengan Mangkunegaran. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjawab masalah dan memberikan manfaat yang berhubungan dengan masalah Perekonomian dan Sosial khusunya dalam lingkup Mangkunegaran dan Surakarta pada umumnya..
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Tinjauan Pustaka Penulisan sejarah ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Literatur yang digunakan antara lain: Makalah dengan judul “Nasionalisasi Pabrik Gula Mangkunegaran”, 2008, Wasino menjelaskan tentang sejarah pabrik gula Mangkunegaran setelah masa kemerdekaan Indonesia Makalah ini menjelaskan tentang proses nasionalisasi pabrik gula yang dimiliki oleh penguasa setempat, Mangkunegaran oleh pemerintah Republik Indonesia setelah masa kemerdekaan. Penelitian tentang proses nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran ini didasari oleh dua alasan, pertama pabrik gula Mangkunegaran mewakili simbol kepemilikan perusahaan Indonesia oleh orang asing di Indonesia, kedua waktu untuk pengalihan nasionalisasi menjadi aset milik pemerintah sangat cepat bandingkan dengan perusahaan asing lain yang ada indonesia baru terjadi setelah tahun 1947. Terdapat empat masalah utama yang dibahas didalam makalah ini yaitu Proses Nasionalisasi, Perubahan Manajemen, Perubahan aset tanah dan tenaga kerja, dan yang terakhir Pertumbuhan produksi pabrik gula Mangkunegaran. Sebelum Indonesia merdeka, seluruh industri Mangkunegaran termasuk Pabrik Gula Mangkunegaran di kelola oleh komisi Dana Milik Mangkunegaran (Commissie Van Beheer) yang dipimpin langsung oleh Sri Mangkunegara dan dalam pengelolaannya oleh Superintendent. Tetapi pada pertengahan tahun 1946, dikarenakan terjadinya peristiwa Revolusi Sosial di Surakarta, Pabrik gula commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
Mangkunegaran kemudian dinasionalisasi dan diambilalih pengelolaannya bersama-sama dengan industri milik Sunan. Aset Mangkunegaran kemudian dikelola oleh badan baru bentukan pemerintah RI, yaitu Perusahaan Nasional Surakarta yang disingkat PNS yang kemudian beralih menjadi Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia atau disingkat PPRI pada tanggal 30 April 1947. Nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran memunculkan masalah-masalah baru, pertama adalah terjadinya konflik pengelolaan antara pemerintah Indonesia dan Mangkunegaran selama dan sesudah terjadinya Agresi Militer Belanda kedua di Indonesia, masalah yang kedua adalah sulitnya mencari sumberdaya tenaga kerja dan lahan yang murah setelah dinasionalisasi, ketiga pertumbuhan produksi pabrik gula menjadi tidak stabil. Buku dengan judul Sejarah Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran oleh Pringgodigdo A.K. menjelaskan perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran baik yang berada di Surakarta maupun di sekitar Surakarta. Dalam buku tersebut juga menjelaskan tentang proses pembentukan Dana Milik Mangkunegaran yang mengurusi aset-aset Mangkunegaran. Aset Dana Milik ini dikelola sebaik mungkin oleh Mangkunegaran sebagai aset perekonomiannya. Perusahaanperusahaan ini banyak mencapai kesuksesan memperoleh keuntungan yang sangat banyak sehingga meningkatkan kehidupan perekonomian dan pendapatan perkapita masyarakat Surakarta. Buku dengan judul Kapitalisme Bumi Putera: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran” oleh Wasino Buku ini mengulas perubahan masyarakat Surakarta akibat kehadiran industri gula. Cara pandang masyarakat lebih maju karena bisa bersekolah dengan adanya pembiayaan dari pihak pabrik gula yang commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah dianggarkan oleh penguasa. Fasilitas kesehatan berupa poliklinik di lingkungan pabrik telah meningkatkan standar kualitas hidup penduduk. Masyarakat diajari hidup sehat dengan dibangun jamban-jamban. Bersamaan dengan kemajuan perkebunan telah berdampak pada kemajuan wilayah Surakarta pada umumnya. Jaringan transportasi dan perdagangan di wilayah perkotaan dan pedesaan berupa kereta api untuk keperluan mengangkut hasil gula dan kopi ternyata membuka isolasi desa-desa di sekitar perkebunan. Demikian pula perkembangan jalan
raya
Surakarta-Semarang,
Surakarta-Yogyakarta,
Surakarta-Sragen,
Surakarta-Tawangmangu, serta Surakarta-Wonogiri membuka peluang kerja di sektor jasa transportasi, mulai dari gerobak, pedati, andong hingga bus. Namun, ekses negatifnya pun tidak terelakan. Meluasnya kapitalisme perkebunan tebu telah menyebabkan kesenjangan sosial (social cleavage) yang pada gilirannya melahirkan ketidakpuasan di kalangan kelompok masyarakat terpinggirkan. Imbasnya, pengaruh politik dari pusat Kota Surakarta yang berkembang di abad XX berpengaruh terhadap konflik sosial di pedesaan tebu Mangkunegaran. Kecu, koyok dan begal adalah patologi sosial yang meresahkan warga perkebunan. Skripsi oleh Partini yang berjudul Sistem Manajemen Kepegawaian Istana Mangkunegaran Masa pemerintahan Mangkunegaran VIII
yang menjelaskan
bagaimana sistem kepegawaian pemerintahan mulai dari masa pemerintahan Mangkunegaran I hingga Mangkunegaran VIII mengalami perubahan yang signifikan dimana yang masa yang paling menonjol terlihat dari masa kepemimpinan mangkunegara IV dan Mangkunegaran VII dan terjadi revolusi commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial
yang
mengakibatkan
di
bekukannya
pemerintahan
Swapraja
Mangkunegaran yang terjadi pada masa Mangkunegaran VIII sehingga hal ini turut berakibatnya kepada berubahnya sistem kepemerintahan Mangkunegaran.
F. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah adalah proses mengumpulkan, menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman-rekaman peninggalan masa lampau dan usaha-usaha melakukan sintesa dari data-data masa lampau menjadi kajian yang dapat dipercaya.11 Sedangkan menurut Gilbert J. Garraghan S.J. dalam Nugroho Notosusanto menyebutkan bahwa metode sejarah adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintese dalam bentuk tertulis. Metode sejarah mempunyai empat tahapan proses penelitian, yang pertama adalah Heuristik yang menjadi langkah awal dalam penelitiaan sejarah. Langkah heuristik yang diambil peneliti adalah mencari dan menemukan sumber-sumber atau data-data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen seperti arsiparsip seperti berkas arsip peraturan-peraturan keputusan tentang Dana Milik Mangkunegaran no 4752, berkas Mangkunegaran Rijks Eigendommen Fonds no 4756, berkas tentang laporan Superintendent dana milik Mangkunegaran tentang hubungan PPRI dengan Komisi Dana Milik Mangkunegaran no 4776, yang semuanya tersimpan di perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran. 11
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI commit to user Press, 1986, hal. 32.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap kedua adalah Kritik sumber, bertujuan untuk mencari keaslian sumber yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern.12 Kritik intern bertujuan untuk mencari keaslian isi sumber atau data. Hal tersebut dilakukan agar didapat fakta-fakta yang benar dan tidak diragukan, dengan melihat dan membaca arsiparsip di atas menyimpulkan bahwa semua kalimat di dalamnya sudah membuktikan validitas atau keaslian sumber. Kritik ekstern bertujuan untuk mencari keabsahan arsip dan keaslian sumber. Dalam hal ini meliputi materiil yang digunakan seperti dokumen asli dengan bahasa Jawa kuno atau Belanda, kondisi data dengan jenis kertas yang sudah rusak dan sangat tua, tinta yang luntur, semuanya dipilah dan dipilih untuk dijadikan sumber karena tidak semua arsip dapat dijadikan data. Dalam penelitian ini tujuannya adalah mencari data-data yang berhubungan dengan Aset-aset yang dimiliki oleh Praja Mangkunegaran. Tahap ketiga adalah intrepretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang dimunculkan dari data yang sudah terseleksi seperti berkas peraturan-peraturan, laporan, buku dan lain-lain. Tujuan interpretasi atau penafsiran sejarah bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama dengan teori-teori yang lain, maka di susunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.13 Semua data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, kemudian ditafsirkan agar diperoleh fakta yang baru. Tahap keempat adalah Historiografi, merupakan penulisan sejarah dengan mengkaitkan fakta-fakta yang telah peneliti cari dan temukan di dalam arsip-arsip
12
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hal.58.
commit to user
13
Dudung Abdurrahman, op.cit, hal. 64.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang semuanya disusun menjadi kisah sejarah menurut teknik penulisan sejarah. Dalam hal ini historiografi adalah penulisan yang berupa skripsi.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini akan dijelaskan beberapa permasalahan yang akan dituangkan dalam tiap bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab
II
Membahas
mengenai
perkembangan
kebijakan
perekonomian Praja Mangkunegaran di Surakarta meliputi pendirian perusahaanperusahaan dan pengembangan aset-aset milik Mangkunegaran serta pendirian Hasil Dana Milik Mangkunegaran beserta Peranannya dalam proses nasionalisasi yang terjadi pada masa transisi kemerdekaan Indonesia. Bab III Membahas tentang Proses Nasionalisasi yang terjadi pada aset-aset Praja Mangkunegaran. Proses hilangnya daerah Swapraja Kasunanan serta Mangkunegaran. Penyerahan perusahaan-perusahaan Mangkunegaran kepada PPRI serta usaha yang dilakukan oleh Mangkunegaran terkait pengembalian haknya akan Hak
milik
yang tergabung
dalam Komisi Dana Milik
Mangkunegaran, hingga penetapan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta yang membekukan kembali Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Bab IV Membahas mengenai dampak dari hilangnya status swapraja di Surakarta terhadap aset-aset milik Mangkunegaran serta kehidupan dalam Praja commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mangkunegaran
setelah
Mangkunegaran
serta
dinasionalisasikannya
perjuangan
seluruh
Mangkunegaran untuk
aset-aset
milik
mengembalikan
eksistensinya dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya di Surakarta. Bab V Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari penulisan skripsi.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN DAN ASET-ASETNYA
Pengawasan keuangan oleh pemerintah Belanda terhadap kondisi ekonomi Praja Mangkunegaran dimulai pada masa Sri Mangkunegara V. Hal ini disebabkan buruknya pengelolaan dan perencanaan pada perusahaan-perusahaan Praja sehingga mengakibatkan hutang yang terus bertambah di Mangkunegaran. Pengawasan keuangan ini diserahkan pada ahli keuangan berkebangsaan Belanda. Posisinya kemudian disebut sebagai Superintendent. Pada masa kekuasaan Sri Mangkunegaran VI, kedudukan dan pengaruh seorang Superintendent begitu besar sebagai akibat dari kepercayaan Raja yang diberikan kepadanya. Superintendent pada tahun 1915 masih ikut mengurusi pembelian mobil-mobil untuk pemerintahan Swapraja serta pembangunan gedung-gedung untuk pegawai Praja Mangkunegaran dan masih banyak lagi urusan lainnya, yang sebenarnya tidak masuk bidang kekuasaannya.Tugas Superintentent ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Keadaan yang tidak menguntungkan bagi Mangkunegaran ini kemudian di selesaikan dengan mendirikan sebuah komisi sehingga kekuasaan Superintendent terhadap kondisi keuangan Mangkunegaran dapat dibatasi. Pada tahun 1916, terjadi perubahan penting dalam pengawasan perusahaan-perusahaan hak milik. Pengawasan yang dilakukan oleh satu orang diganti dengan suatu Komisi, dan semua uang yang ada dimasukan ke dalam suatu fonds atau dana. Pada waktu itu commit to user seperti pabrik gula Colomadu yang diawasi bukan saja perusahaan-perusahaan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
dan pabrik gula Tasikmadu, perusahaan beras Polokarto dan perusahaan beras Matesih, perkebunan kopi Kerjo-Gadungan, tetapi juga perusahaan pemborong kapuk di Wonogiri, administrasi rumah-rumah tinggal di Semarang dan tempattempat lain, hutan jati dan hutan liar di Wonogiri.
A. Pembentukan Komisi Dana Milik Mangkunegaran Pada tahun 1899 keuangan Praja Mangkunegaran yang sebelumnya ditangani oleh Residen Hindia Belanda dikembalikan kepada Praja. Hal ini menyebabkan Praja Mangkunegaran memperoleh kembali hak otonominya dalam bidang ekonomi. Sejak saat itu Praja Mangkunegaran mulai diwajibkan untuk menggunakan seorang ahli keuangan bangsa belanda yang disebut Superintendent sebagai pengawas keuangan Praja Mangkunegaran. Namun tugasnya hanya sebatas mengawasi saja hal ini sesuai dengan peraturan tertanggal 15 April 1899 yang menyebutkan bahwa Residen sebagai wakil dari pemerintahan Hindia Belanda untuk selanjutnya hanya membatasi diri dalam hal urusan-urusan pemerintahan saja, bahkan urusan anggaran belanja tidak perlu disampaikan kepadanya, pemerintah pusat sudah cukup puas apabila hanya Superintendent saja yang membuat laporan tahunan mengenai pemerintahan yang sudah dijalankan termasuk mengenai hal-hal yang menyangkut perusahaan-perusahaan dan keuangan Praja Mangkunegaran dalam arti sempit.1 Kebijakan penghematan yang berlebihan dari Sri Mangkunegoro VI menyebabkan suatu reaksi dari pemerintahan karena jalannya keadaan Praja
1
A.K. Pringgodigdo, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Kerajaan Mangkunegaran, commit to user Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1977, hlm. 89.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mangkunegaran yang tidak sesuai lagi dengan keputusan tahun 1899. Sehingga mulai tahun 1911 anggaran Praja Mangkunegaran dalam arti sempit harus mendapatkan persetujuan dari Residen, bunga dan saldo Praja harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dan kemudian laba perusahaan-perusahaan harus disediakan untuk keperluan dinas-dinas Praja Mangkunegaran. Sejak tahun 1916 maka semua penerimaan dan pengeluaran dari semua perusahaan dimasukan kedalam anggaran Praja. Kebebasan bertindak dalam urusan perusahaanperusahaan oleh surat-surat pemerintah tertanggal 2 Juni 1911 yang mewajibkan adanya persetujuan dari residen terkait anggaran belanja dalam arti sempit.2 Surat tersebut yang diperkuat dengan pranatan tanggal 16 Desember 1915 menimbulkan kejanggalan terhadap anggaran belanja karena didalam anggaran itu tidak terdapat perkiraan-perkiraan yang tidak perlu dimintakan persetujuan dari residen. Dengan memisahkan administrasi keuangan Praja dalam arti sempit dan memasukannya dalam kas Praja yang ada didalam kekuasaannya Patih, maka secara langsung juga mengurangi campur tangan Superintendent dalam keuangan pribadi yang diurusinya.3 Dalam keadaan ini maka keputusan yang diambil pada tahun 1899 secara keseluruhan dianggap sudah usang , baik terhadap otonomi keuangan Praja maupun terhadap kedudukan pribadi dari Superintendent, yang didalam teorinya masih bertanggung jawab atas seluruh urusan keuangan dan masih menyampaikan laporan kepada pemerintah Hindia Belanda mengenai seluruh administrasi keuangan Praja Mangkunegaran.
2
ibid, hlm 89.
3
Ibid
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Kewibawaan Superintendent di Surakarta yang disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Raja membuat residen yang tidak setuju dengan keadaan itu tidak mau mengusulkan ditariknya atau diubahnya surat keputusan tahun 1899 tersebut. Peraturan yang lebih baik mengenai kedudukan Superintendent Mangkunegaran atau dari tugas Superintendent yang dengan sendirinya tidak dapat diusulkan bersifat insidentil maka akan diajukan kalau saatnya yang baik telah tiba, barangkali pada saat pergantian Raja. 4 Pada waktu itu Residen mengira bahwa Superintendent di waktu itu yang dijabat oleh Tuan Haag akan berhenti. Tetapi ternyata itu tidak terjadi sehingga keadaan itu berlanjut sampai lebih dari satu tahun. Dorongan untuk mengubahnya dikemudian hari datang dari Direktur Departemen Pemerintahan Dalam Negeri. Ia mengusulkan pada cara penyusunan anggaran dimana dia berpendapat apakah tidak mungkin bila kalau anggaran dari Praja-Praja di Surakarta disusun sesuai cara yang digunakan oleh Pemerintahan daerah di Wilayah Gubernemen yang ditetapkan dengan GB/ Gubernemen Besluit yang sudah dilaksanakan oleh kedua Swapraja di Yogyakarta mulai tahun 1916.5 Inti surat kedua yang dilampirkan dalam surat yang dikirimkan oleh Direktur Departemen pemerintahan Dalam Negeri tangggal 5 Juli 1916 kepada Residen Surakarta ialah saran untuk tidak memasukan anggaran penerimaan dan pengeluaran dari perusahaan-perusahaan kedalam anggaran utama Praja Mangkunegaran. Isinya berbunyi sebagai berikut “barangkali ada baiknya untuk menciptakan sebuah dana tersendiri buat perusahaan-perusahaan gula dan lainnya 4
Surat Residen kepada Direktur Departemen Pemerintahan Dalam Negeri tanggal 22 Febuari 1915, Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran, no. 1152
commit18toApril user1910 staatsblad no. 260, Arsip Gouvernement Besluit no 31 tanggal Reksopustaka Mangkunegaran, no 1121. 5
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
milik Praja dan ditaruh dibawah suatu komisi agar lebih sederhana, dan yang dimasukan kedalam anggaran hanyalah perkiraan besarnya laba atau kerugian saja. Dalam pokok inti surat tersebut juga menyebutkan tentang kedudukan atau posisi Superintendent. Direktur Departemen meminta keterangan yang lebih lengkap mengenai kedudukan dan kekuasaan yang dipegang oleh Superintendent Mangkunegaran karena melihat laporan yang cukup lengkap tentang keuangan Mangkunegaran yang tidak hanya berisi tentang laporan perusahaan saja.
B. Peraturan Dana Milik Mangkunegaran Akhirnya sesuai surat tanggal 21 Agustus 1916 kepada gubernur Jenderal maka diputuskan bahwa kedudukan Superintendent itu bila telah dilakukan pembuatan anggaran yang baik dan mendapat persetujuan dari kepala pemerintahan daerah maka sudah tiba saatya untuk mengakhiri suatu keadaan dimana seorang swasta mengawasi keuangan dari seorang Raja. Sebagaimana bunyi keputusan pada tahun 1899 maka Superintendent di dalam masa peralihan dibenarkan
melakukan pengawasan sesudah
masa campur tangan dari
pemerintahan antara tahun 1887-1889 tetapi kini setelah keadaaan mulai pulih kembali karena swapraja yang telah diperbaharui sudah ada pemerintahan berdasarkan wawasan eropa yang dilakukan oleh Raja yang memiki inisiatif dan sudah diberi kepercayaan maka Superintendent tidak usah mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan lagi. Keputusan Gubernemen tersebut berdasarkan persetujuan Dewan Hindia, atas usulan Direktur Dalam Negeri di dalam suratnya. Direktur Dalam Negeri di bulan Oktober 1916 dalam suratnya kepada Gubernur commit to userJendral menyatakan bahwa:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Urusan keuangan dan urusan pemerintah tidak dapat dipisah-pisahkan 2. Kedudukan Superintendent masih berpengaruh besar, dan dalam perkembangan praja Mangkunegaran saat itu harus dibiarkan 3. Urusan sehari-hari dari perusahaan-perusahaan terlalu rumit untuk diselesaikan oleh Residen, oleh karena itu Superintendent harus dipertahankan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut Direktur mengusulkan agar ditetapkan, bahwa: 1. Superintendent
selanjutnya
hanya
mengurus
mengenai
milik
Mangkunegaran saja 2. Urusan umum dari milik Mangkunegaran agar dilakukan oleh sebuah Komisi, yang terdiri dari Residen, dan seorang Superintendent yang diakui oleh Gubermen 3. Untuk melaksanakan tugasnya, maka Komisi tersebut harus membentuk sebuah Dana Milik dengan administrasi yang baik, yang perkiraan laba dan
ruginya
dimasukkan
ke
dalam
anggaran
belanja
praja
Mangkunegaran.6 Usul dari Direktur Dalam Negeri tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Hindia, kemudian diambil alih Gubernemen, dan ditetapkan dalam Keputusan Pemerintah tanggal 20 Desember 1916. Mangkunegara sebagai ketua Komisi. 7
6
Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 94-95
7
Ibid, hlm. 95
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Peraturan mengenai urusan umum Dana Milik Mangkunegaran terdiri dari tiga pasal yang mengaturnya, yakni:
Pasal I 1. Milik praja Mangkunegaran terdiri dari perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik, hutan-hutan, rumah-rumah yang tidak digunakan oleh praja, gedung-gedung, pekarangan-pekarangan. Maupun modal pokok dari Praja Mangkunegaran merupakan suatu dana yang urusan umumnya dilakukan oleh sebuah Komisi, yang terdiri dari Kepala Trah Mangkunegaran, seorang Superintendent yang berasal dari Eropa yang diakui oleh Gubernur Jendral, dan seorang Belanda sebagi Pegawai Pamong Praja yang ditunjuk oleh Residen. 2. Kepala Trah Mangkunegaran adalah ketua Komisi itu. 3. Urusan sehari-hari dilaksanapkan oleh Superintendent menurut anggaran belanja yang tiap tahun ditetapkan oleh Komisi untuk berbagai usaha dan lainlain, dengan kewajiban menyampaikan keterangan yang diminta oleh anggotaanggota Komisi yang lain Pasal II Dengan menggunakan rencana anggaran belanja yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 3, maka tiap tahun Komisi pada waktunya menyusun sebuah anggaran umum, sedangkan perkiraan untung dan rugi dari Dana Milik tersebut dimasukkan ke dalam anggaran praja, kecuali laba yang disisihkan untuk keperluan Dana Cadangan agar menjadi lebih besar. Pasal III 1. Komisi melakukan tata-buku yang baik mengenai kepengurusan yang dilakukannya, dan melakukan rapat sekali dalam tiga bulan dan setiap kali apabila salah satu anggota minta diadakan rapat. 2. Komisi berkewajiban membuat laporan tahunan dan neraca yang diberi keterangan yang cukup beserta perhitungan laba atau rugi, dan itu semua diaturkan kepada Pemerintah.8 Peraturan tersebut digunakan sebagai tindakan dalam masa peralihan. Sekretaris Gubernemen Klas I menjelaskan surat keputusan tersebut kepada Residen menerangkan bahwa situasi baru itu hanya suatu keadaan di masa peralihan. Peraturan baru tersebut akan diarahkan agar Superintendent tidak lagi menjadi anggota Komisi, karena ia nanti akan digantikan oleh seorang pegawai praja Mangkunegaran. Dalam usul Direktur Dalam Negeri, menerangkan bahwa 8
commit Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 to No.user 38, Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyelesaian
yang
bersifat
sementara
ini
dapat
diambil
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan mengenai Superintendent di masa itu yang sangat banyak jasanya, maka akan diusahakan agar secepatnya dicapai keadaan yang semestinya, di mana Superintendent tidak lagi menjadi anggota Komisi, karena kedudukannya digantikan oleh seorang pegawai tinggi Mangkunegaran.9
C. Aset Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Dana Milik Mangkunegaran didirikan oleh gubernemen pada tahun 1916, pada masa Mangkunegara VII. Dana ini diurus oleh sebuah komisi yang terdiri dari Raja, Superintendent, dan seorang pegawai Pangreh Praja (Binenland Bestur). Dua orang yang disebut terakhir berfungsi sebagai anggota dan biasanya orang Eropa atau Belanda. Pimpinan Harian berada di tangan Superintendent, pada tahun 1928 susunan Komisi ini berubah, dengan memasukan Bupati-Patih dan agen de Javasche Bank sebagai anggota.10 Komisi membuat rencana anggarananggaran perusahaan yang ditetapkan bersama dengan gubernur (Residen). Komisi Dana Milik Mangkunegaran itu meliputi dua Pabrik Gula, satu perkebunan kopi, satu perusahaan serat nanas, satu hotel di Karang Pandan, rumah-rumah di Semarang, Surakarta dan Wonogiri, surat-surat berharga atau effecten disebut juga modal pokok dan cadangan. Hutan-hutan yang masuk dalam urusan Dana, pada tahun 1923 dikeluarkan dan kemudian diurus oleh Jawatan kehutanan. Pasar-pasar dan
9
Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 96
10
Wasino,Tesis,Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintahan Praja Mangkunegaran.Studi tentang strategi pemerintahana tradisional dalam menanggapi perubahan sosial (akhir abad XXcommit to Sarjana user UGM, 1994, hlm. 169. pertengahan abad XX), Yogyakarta: Program Pasca
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemandian Tawangmangu juga bukan urusan Dana. Nilai aset yang dimiliki oleh Komisi Dana Milik Mangunegaran tersebut pada tahun 1923 berjumlah f. 9.542.000 . Pada tanggal 1 Januari 1931 nilai aset Dana yang dimiliki oleh Komisi Dana Milik Mangkunegaran berjumlah f.19. 536. 000 sehingga didalam jangka waktu 7 tahun aset Mangkunegaran bertambah sebesar f 10.000.000 . Praja Mangkunegaran tidak boleh menggunakan seluruh Laba. Dalam jaman normal tiap tahun masuk f. 500.000 sebagai iuran biasa dan f. 300.000 sebagai iuran luar biasa kepada kas Praja Mangkunegaran. Aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran pada tahun 1917 yang ditangani oleh Komisi ini berupa : 1. Pabrik Gula Tasikmadu dan Colomadu ; saham-saham dalam N. V (Naamloze Venootschap) Cultuur-Matschappij “Triagan” dan N. V Solosche Landbouw-Matschappij (keduanya perusahaan gula) 2. Perkebunan Kopi Kerjo-Gadungan. 3. Pabrik Beras Moyoretno di Matesih. 4. Perusahaan Kapuk, kelapa dan Kopi di Polokarto. 5. Perusahaan Kapuk atau Kapok di Wonogiri. 6. Aset-aset Properti di Semarang yang berupa rumah-rumah, sawah dan kampong di Pandrikan. 7. Rumah-rumah yang berada di Solo daerah Villa Park (Banjarsari) 8. Hutan Jati (Bosch-Bedrijf) dan Hutan Taun (Reboisatie-Bedrijf). commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
9. Surat-surat berharga atau effecten yang merupakan modal pokok atau atam-kapital. 10. Dana Cadangan untuk perusahaan-perusahaan yang masih akan dibentuk.11 Walaupun Mangkunegaran oleh alam tidak dikaruniai oleh tanah yang kurang baik dibandingkan dengan swapraja-swapraja lain, namun dalam tahuntahun terakhir ini telah dapat memajukan kesejahteraan rakyatnya dengan baik sekali. Pertama-tama karena mempunyai keadaan keuangan yang sehat, walaupun dalam tahun 1899 masih dalam pengawasan Gubernur karena keadaan keuangan yang jelek sekali pada masa sebelumnya maka dengan poltik penghematan dan hasil laba yang luar biasa dari Perusahaan-perusahaan Praja Magkunegaran perkembangan keuangan Mangkunegaran mengalami peningkatan yang cukup berarti. Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan modern yang sebagian besar di bawah pimpinan orang-orang Eropa. Perusahaan ini tercantum dalam Rencana Anggaran Belanja Swapraja pada mata anggaran Rijkondernemingan atau perusahaan-perusahaan Swapraja. Diantara Raja-Raja Jawa hanya Sri Mangkunegoro saja yang memiliki perusahaan-perusahaan yang dikelola dengan baik, tetapi lebih kecil yaitu sebuah pabrik gula, sebuah perkebunan tembakau, sebuah perusahaan serat nanas dan sebuah perkebunan teh. Dorongan yang menentukan didirikannya perusahaan-perusahaan Praja adalah kenyataan bahwa dalam jaman Sri Mangkunegara IV telah terjadi perluasan perkebunan kopi, sedang sementara itu dibangun perkebunancommit to user 11
Wasino, ibid, hlm. 175
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
perkebunan baru untuk tebu, kina, teh, nila/indigo dan padi. Hasil kopi selama berlangsungnya peraturan tanam paksa atau cultuurstelsel harus diserahkan kepada pemerintah dengan harga dibawah harga pasar. Walaupun demikian dari tahun 1871 sampai dengan 1881 seluruhnya hasil yang diterima oleh Praja Mangkunegaran f. 13.873.146,93 jadi rata-rata f 1.261.195,45 tiap tahun dengan menyerahkan seluruhnya 530.058,22 pikul kopi kualitas nomer satu dan 56.355,29 pikul kopi kualitas nomer dua. Akibat dari adanya hak agrarian yang berlaku dijaman itu, maka seluruh tanaman kopi itu dilakukan oleh rakyat dengan rodi. Hanya dengan jalan inilah dimungkinkan untuk memperoleh penghasilan yang besar dari penjualan kopi dan kemudian hasil tersebut digunakan untuk membangun perkebunan baru.12 Perusahaan-perusahaan milik Praja Mangkunegaran terdiri dari beberapa perkebunan di daerah pegunungan (sebuah perkebunan kopi dan serat nanas/agave dan sebuah pabrik serat nanas), serta dua buah pabrik gula yang besar serta pembibitan tebu. Yang masuk dalam urusan perusahaan-perusahaan Praja adalah Reserve Fonds tersebut. Perusahaan yang terpenting diantara perusahaan-perusahaan itu adalah pabrik-pabrik gula yang dimiliki oleh Praja Mangkunegaran. Pabrik gula yang pertama adalah pabrik Gula Colomadu yang didirikan pada tahun 1863 dan yang kedua yaitu pabrik gula yang terletak di Tasikmadu yang didirikan pada tahun 1877. Kedua pabrik tersebut dikelola dengan sangat baik manajemennya dan termasuk yang terbaik dan termodern di Pulau Jawa. Pada tahun 1925 pabrik gula 12
Widyasanti, “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Perkebunan Kopi Kerjogadungan di Karanganyar pada tahun 1916-1946”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan commit2009, to user Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm. 55
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tasikmadu memiliki areal tanah sebesar 2495 bau bruto. Pada tahun 1916 hasil yang dihasilkan hanya sebanyak 229.700 pikul dan dalam tahun 1924 meningkat sebesar 296.500 pikul gula. Pada tahun itu panjang jalan kereta api kedalam pabrik tersebut sepanjang 63 km sedangkan pada pabrik gula Colomadu pada tahun 1925 memiliki 1559 bau dengan hasilnya sebesar 160.000 pikul gula. Panjang jalan kereta api yang melalui pabrik itu sepanjang 42 km. dalam penyelenggaraan penjualannnya pabrik gula Mangkunegaran tersebut memiliki seorang wakil dalam asosiasi penjualan yang disebut dengan Nivas.13 Dari laba perusahaan-perusahaan tersebut selanjutnya dapat disisihkan dalam suatu dana yang bisa dipergunakan untuk kepentingan masyarakat yang tinggal didaerah-daerah sekitar pabrik serta para pekerjanya. Dengan uang tersebut bisa didirikan beberapa sekolah-sekolah desa dan pembelian beberapa sapi jantan. Perusahaan lain yang termasuk dalam tanggung jawab komisi dana ini adalah perkebunan Kerjogadungan, perkebunan ini sampai tahun 1919 hanya ditanami oleh tanaman kopi saja tetapi kemudian diganti dengan tanaman serat nanas atau agave yang hingga tahun 1924 sudah meliputi 600 bau. Sehingga pada tahun yang sama mulai didirikan pabrik serat nanas dimana seratnya siap dipakai untuk bahan baku pabrik tekstil. Luas dari perkebunan ini yang ditanami oleh kopi lambat laun mulai berkurang. Tanah padi yang berada didaerah Mojoretno yang luasnya 1883 bau itu pada tahun 1924 diubah menjadi tanaman tempat pembibitan tebu. Agar dapat
menyediakan tebu untuk kedua pabrik gula Praja
Mangkunegaran.14
13
Ibid, hlm. 64
14
Ibid, hlm. 70
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komisi Dana Milik Mangkunegaran juga memiliki aset yang berupa sebuah hotel di Karangpandan, Karanganyar. Sri Mangkunegoro VII mempunyai dua pesanggrahan di Tawang Mangu yang letaknya di lereng gunung Lawu yang baik lingkungannya, beliau menyediakannya untuk hotel. Hotel ini sudah berdiri sejak tahun 1922 dan memiliki air ledeng sendiri. Pemandiannya ramai dikunjungi orang terutama yang berasal dari daerah Swapraja. Aset yang lainnya Praja Mangkunegaran juga mempunyai rumah-rumah yang terletak di Surakarta, Semarang dan Wonogiri yang disewakan kepada orang-orang Eropa yang kaya. Komisi Dana Milik Mangkunegaran menangani semua pengeluaran dan pembiayaan perusaahaan-perusahaan Mangkunegaran sehingga tidak heran jika dalam anggaran kas Praja Mangkunegaran tidak ditemukan biaya pengeluaran untuk
perusahaan-perusahaan
ini
karena
biaya
perluasan,
pengeluaran,
pemeliharaan, pembangunan baru dan lain-lain dibayar dengan penerimaan dari perusahaan-perusahaan itu sendiri dan hanya sisa dari penghasilan bersih yang dialirkan kedalam Kas Praja Mangkunegaran.15 Perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Perusahaan Gula Colomadu Pada tahun 1861 Mangkunegara IV mengajukan rencana mengenai berdirinya sebuah pabrik gula pada Residen Nieuwenhuysen. Sejak beberapa waktu sebelumnya beliau telah memilih tempat yang tepat di desa Malangjiwan, suatu tempat yang baik, karena adanya tanah-tanah yang baik, air mengalir dan
15
Pringgodigdo, op.cit, hlm. 42commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hutan-hutan. Tempat tersebut dianggap beliau paling cocok untuk perkebunan tebu. Peletakan batu pertama untuk pabrik gula Colomadu pada tanggal 8 Desember 1861, bangunan dan pelaksanaan industri di bawah pimpinan seorang ahli dari Eropa, yang bernama R. Kamp. Pertama kali pabrik bekerja dengan menggunakan
mesin
uap.
Mesin-mesin
tersebut
dipesan
dari
Eropa.
Mangkunegara IV mendapatkan pinjaman dari pemerintah Hindia Belanda dan dibantu Be Biau Coan, mayor untuk kaum Cina di Semarang untuk mendirikan pabrik gula Colomadu.16 Perusahaan gula tersebut ternyata dapat memenuhi semua persyaratan yang diajukan untuk pengelolaan sebuah pabrik gula yang baik pada masa itu. Pada tahun 1863, tahun panen yang pertama, 95 ha lahan perkebunan tebu menghasilkan 3700 kuintal gula, yang jatuhnya pada produksi 39 kuintal per hektar, untuk masa itu dapat dikatakan sangat memuaskan, walaupun cuaca tidak begitu menguntungkan. Seluruh panen dijual dengan perantara firma Cores de Vries dengan harga sekitar f 32 per kuintal. Dalam waktu singkat kesulitankesulitan, yang mula-mula muncul, seperti pada semua perusahaan sejenis dapat diatasi dan Pabrik Gula Colomadu merupakan sumber pendapatan yang baik. 17 2. Perusahaan Gula Tasikmadu Terdorong oleh hasil pabrik gula yang pertama, Mangkunegara IV beralih pada pembangunan pabrik yang kedua. Peletakan batu pertama pabrik ini yang dinamakan Tasikmadu, terjadi pada tanggal 11 Juni 1871. Pembangunan dan jalanya perusahaan ada di bawah pimpinan H. Kamp. Gedung-gedung pabrik 16
Soetono H.R, Timbulnya Kepentingan Tanam Perkebunan di Daerah Mangkunegaran, (Surakarta: Reksa Pustaka, 2000), hlm. 19. 17
Ibid, hlm. 20.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibangun dengan luas. Pabrik gula Tasikmadu menggunakan air untuk tenaga penggerak, sedangkan baling-baling dengan menggunakan mesin uap berfungsi sebagai cadangan. Data mengenai panen pertama tidak ada yang diketahui, yaitu bahwa dimulai dengan penanaman 140 ha, dengan sistem kerja rodi. Berangsurangsur areal diperluas dan kapasitas pabrik dikembangkan sesuai dengan perluasan. Peningkatan produksi gula di daerah kerajaan, yang dalam periode ini lebih besar daripada yang ada di seluruh pulau Jawa, maka berdirinya pabikpabrik besar milik Mangkuegaran tidak mengherankan lagi.18 Pada mulanya keadaannya sedemikian rupa, sehingga eksploitasi pabrik gula hanya terjadi apabila kopi telah dapat menghasilkan untung yang mencukupi. Mengenai pengolahan yang teratur baru dapat diadakan, setelah ada kontrak untuk dibayar dengan prwakilan Serikat Dagang Belanda di Semarang, yang menjamin modal kerja yang diperlukan. Di bawah pengawasan kantor dagang Onderneming keperluan alat-alat teknik selalu dapat diperbaiki. De Locomotief tanggal 2 September 1881 mengatakan tentang kedua pabrik gula tersebut, bahwa pabrik tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menjadi contoh bagi yang lainnya. Mangkunegara juga tidak segan-segan mengeluarkan biaya, agar dapat membangun yang paling lengkap dan menurut standar yang baru. Setiap orang asing, pejabat atau swasta, yang berkunjung ke Surakarta, dipersilahkan oleh Mangkunegara untuk meninjau pabrik-pabriknya.19
18
Ibid, hlm. 21
19
Ibid.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
3. Perusahaan Kopi Kerjogadungan Pabrik ini dimiliki oleh N.V Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden Lawu (Perusahaan Perkebunan Vorstenlanden) yang pengelolaannya dipegang oleh O.I Matschappij v adm dan Lijfrente, in liq. Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden didirikan pada tahun 1888 di Amsterdam dan kedudukan kantor direksinya di Semarang.20 Semarang memang dijadikan sebagai kota pusat industri karena dekat dengan pelabuhan. Pada zaman Belanda, transportasi yang digunakan untuk keperluan perdagangan antar negara adalah kapal laut. Sebuah perusahaan perkebunan membutuhkan modal yang besar maka perusahaan yang didirikan secara perorangan terpaksa menggabungkan dirinya membentuk Naamlooze Vennootschap (NV), yang biasanya bekerjasama dengan sebuah bank. Perusahaan-perusahaan itu disusun kembali menjadi perusahaan besar, sementara para pengusaha individual memberi jalan kepada manager-manager yang digaji untuk bertanggung jawab sebagai direktur perusahaan. 21 Bank-bank perkebunan memberi dana kepada perusahaan perkebunan tetapi dengan tuntutan kontrol terhadapnya. Bank-bank perkebunan berhubungan dengan lembaga bank biasa yang berpusat di negeri Belanda. Modal perusahaan yang mengawasi perkebunan dengan begitu mempunyai kekuatan politik yang besar di negeri induk. Dana-dana yang dibutuhkan untuk eksploitasi berbagai perusahaan perkebunan Mangkunegaran disediakan oleh De Javanese Bank yang antara lain dana untuk pembangunan pabrik gula Colomadu, pabrik gula
20
Bambang Sulistyo, Pemogokan Buruh: Sebuah Kajian Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1995, hlm. 29 21
Yang dimaksud dengan Manager adalah Superintendent yang nantinya harus commit bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang to adauser di negeri Belanda
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Tasikmadu, pabrik kopi Kerjogadungan, pabrik serat Mojogedang dan pabrik beras di Polokarto.22 Pada pendirian pabrik kopi Kerjogadungan, De Javanese Bank memberikan modal f51.000,-. Pada tahun 1918, Komisi menetapkan bahwa permintaan uang dari De Javanese Bank harus dilunasi untuk masing-masing pabrik yang dilakukan oleh pemegang buku dan pemegang kas. Mereka harus mempertanggungjawabkannya kepada Patih Raja. Relasi De Javanese Bank untuk pabrik-pabrik Mangkunegaran terbukti sangat baik karena untuk perusahaan perkebunan Mangkunegaran suku bunga untuk dana bank masih tetap meskipun banyak pabrik yang mengalami kemajuan sedangkan untuk perusahaanperusahaan perkebunan di wilayah Vorstenlanden lainnya jauh lebih tinggi. Selain De Javanese Bank di Indonesia ada pula Nederlands Indische Handelsbank dan Koloniale Bank yang memegang peranan penting dalam mendukung modal perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia.23 4. Perusahaan Serat-Nenas di Mojogedang Pabrik ini dibangun pada masa Mangkunegoro VII (1916-1944) bertujuan untuk memperbaiki keuangan perekonomian kerajaan. Pengaruh bangsa Belanda pada keuangan Praja Mangkunegaran mulai dikurangi. Usaha tersebut tampak dengan didirikannya Dana Milik Praja Mangkunegaran. Dana milik tersebut bertujuan untuk menggabungkan semua perusahaan yang dimiliki oleh pihak Mangkunegaran ke dalam satu pengawasan. Penggabungan usaha perusahaan tersebut kemudian dikelola bersama Praja Mangkunegaran dan perusahaan perkebunan yang bersangkutan sehingga memperoleh keuntungan lebih besar. 22
Muh. Husodo. Pringgokusumo, Sejarah Milik Praja Mangkunegaran, Surakarta:Reksopustoko Mangkunegaran, 1987, hlm. 193. 23
commit Bambang Sulistyo, op. cit, hlm. 22. to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkebunan serat nanas memanfaatkan lahan milik perkebunan kopi di daerah Kerjogadungan. Pemanfaatan lahan tersebut dilakukan dilahan dataran rendah dan kurang mendatangkan keuntungan bagi tanaman kopi. Usaha pembibitan atau persemaian tanaman serat nanas dimulai pada tahun 1919 dengan memanfaatkan lahan seluas 16 ha. Untuk penanaman dilakukan pada lahan seluas 140 ha yang berlangsung hingga bulan Maret tahun 1921 dan meningkat untuk tahun berikutnya secara teratur.24 Pabrik serat nanas Mojogedang didirikan pada tahun 1922 di wilayah Mojogedang dan berdekatan dengan lingkungan perusahaan kopi Kerjogadungan. Produksi pertama perusahaan serat nanas Mojogedang adalah pada tanggal 23 Juli 1923.25 5. Pabrik Genting Kemiri Pabrik
genting
di
Kemiri
didirikan
berdasarkan
pertimbangan-
pertimbangan, antara lain untuk membantu rakyat mendapatkan genting dengan harga pokok, menjual di pasaran bebas sehingga keuntungannya bermanfaat bagi rakyat untuk memperoleh genting dengan harga pokok. Pada bulan Januari 1922 diputuskan untuk mengambil alih sebuah pabrik genting dengan harga f 25.000.pada tahun-tahun berikutnya diadakan banyak perluasan dan pembaharuan, sehingga nilai pabrik itu pada tahun 1925 sudah berlipat dua kali. Dana penduduk Tasikmadu dan Colomadu masing-masing membeli saham f 8.400 dan f 5.000, dan memberi pinjaman f 16.600 dan f 10.000 sebagai modal kerja. Pinjaman tersebut pada tahun1927 sudah dapat dilunasi, karena perusahaan ini milik Dana
24
Adhi Agus Wijayanto, “Dampak Perusahaan Serat Nanas Mojogedang Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Tahun 1922-1937”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hlm. 37 25
Bambang Sulistyo, op. cit, hlm. 176. commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penduduk, sedangkan Dana Penduduk itu milik pabrik gula, maka pabrik genting di Kemiri itu adalah milik Dana Milik tingkat III.26 6. Pabrik Rokok “Priyayi” Pada tahun 1930 Komisi memutuskan untuk ikut serta dalam usaha pabrik rokok “Priyayi”, yang didirikan pada tahun 1930 dengan jalan membeli saham 50 buah, yakni f 50.000.- kecuali itu juga meminjamkan modal kerja kepada perusahaan tersebutsebanyak f 45.000.- Akan tetapi pabrik rokok tersebut jatuh pailit atau bangkrut pada tanggal 1 Juni 1932, setelah mengalami berbagai kendala. Karena besarnya passive tidak dapat diharapkan akan menerima pembayaran, maka keikutsertaan dalam modal sebesar f 50.000.- disusutkan dari neraca perhitungana untung rugi dari neraca Dana Milik.27 7. Perusahaan Gamping “Betal” Perusahaan gamping Betal yang perjanjiannya dibuat pada tahun 1928, hubungannya agak berlainan. Komisi beranggapan bahwa urusan-urusan perusahaan tersebut yang kurang baik jalannya akan diserahkan kepada Dana Milik, asalkan kepada Dana Milik diberikan bagian dari keuntungannya. Superintenden menjadi direktur dari perusahaan gamping tersebut dengan hak atas 10 persen dari keuntungannya, yang seluruhya diserahkan kepada Dana Milik. Modal kerja dan biaya pemasangan jalan rel tetap dibiayai oleh Dana Milik. Perusahaan gamping tersebut membawa keuntungan yang cukup besar bagi Dana Milik. 28
26
Ibid, hlm., 245.
27
Ibid, hlm., 248.
28
Ibid.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Usaha Penanaman Tembakau di Tawangmangu Komisi Pengawas mendapatkan anjuran dari Penyuluh Pertanian untuk melakukan percobaan-percobaan untuk menanam berbagai jenis tembakau di tanah antara Karangpandan dan Tawangmangu, tujuannya ialah apabila berhasil, rakyat dianjurkan untuk menanam tembakau di musim kemarau karena keuntungannya lebih banyak, dan Dana Milik nanti yang akan membelinya dan kemudian menjualnya. Percobaan-percobaan telah dilakukan antara tahun 1929 dan 1932, usaha tersebut telah menghabiskan biaya sekitar f 11.000.- tetapi hasilnya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cocok sama sekali untuk budidaya tembakau.29 Gb. 1 Gedung Tembakau Tawangmangu 1925
Kode Arsip 1893 Mangkunnegara Foto Koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran
29
Soetono H.R, op.cit, hlm. 23.commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
9.
36 digilib.uns.ac.id
Rumah dan Hotel Milik Mangkunegaran Mangkunegara IV juga membeli rumah-rumah dan tanah-tanah yang ada
di Semarang, antara lain: tanah persawahan di daerah Demak, tanah di desa Terboyo yang kemudian dialiri Banjirkanal, komplek-komplek tanah di kota Semarang diantaranya tanah swasta pendrikan, dan 12 rumah besar untuk tempat tinggal di kota Semarang. Rumah-rumah di daerah Wonogiri dan Karanganyar.30 Perumahan orang Eropa (terutama orang-orang Belanda) di sebut dengan nama Villa Park. Perumahan ini berada di sebelah utara Istana Mangkunegaran. Perumahan ini memiliki luas kurang lebih sekitar 1,5 ha. Villa Park dibangun pada masa Mangkunegoro VI. Perumahan tersebut dibuat berbanjar, dan kelihatan indah. Perumahan ini merupakan bangunan yang disewakan untuk para pembesar Belanda.31 Pembangunan tujuh buah rumah baru yang dimulai pada tahun 1917 tidak berjalan lancar seperti yang diduga semula. Pekerjaan pemborong berkurang giatnya, bahkan kelihatan akan jatuh palit, maka perjanjian pembangunan rumah itu dibatalkan pada bulan Juni 1918, dan penyelesaian pembangunan diawasi sendiri. Pada tahun 1918 itu telah dibeli sebuah rumah didekatnya, sehingga jumlah rumah yang pada tahun 1917 hanya terdiri dari 3 rumah tinggal dan 1 gudang (di Jebres) itu pada akhir tahun 1918 sudah terdiri dari 10 rumah dan 1 gudang. Pada bulan Mei 1917 selesailah rumah ke tujuh dari rumah – rumah yang mulai dibangun pada tahun 1917. Pada tahun 1920 jumlah rumah bertambah lagi
30
31
Ibid, hlm. 24.
Radjiman, Sejarah Mataram Sampai Surakarta Adiningrat. (Surakarta: Krida, 1984), commit to user 1984, hlm. 105
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan pembelian 1 buah rumah. Karena terdapat kekurangan rumah, pada tahun 1922 di Villa Park dibangun lagi 3 buah rumah, yang dengan segera dapat disewakan. Pada tahun itu diputuskan untuk menukar sebuah rumah model Jawa yang dibeli pada tahun 1920 dengan sebuah rumah model Eropa di Beskalan, yang oleh orang banyak disebut “rumah singa”.32 Gb. 2 Perumahan VillaPark Banjarsari Surakarta
Kode Arsip 1842 Mangkunegara VII Koleksi Foto Rekso Pustaka Mangkunegaran
10. Surat-Surat Berharga Aset kekayaan ini merupakan akibat dari politik menabung yang dilakukan oleh Mangkunegara VI secara konsekuen untuk waktu yang lama, maka terjadilah suatu himpunan surat-surat berharga, yang akhirnya menduduki tempat yang sedemikian pentingnya diantara barang-barang yang dimiliki Dana Milik, sehingga surat-surat berharga tersebut diberi nama modal pokok. Semua sisa hasil 32
commit Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 205. to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usaha dari perusahaan-perusahaan, termasuk bunga dari surat-surat berharga tersebut menambah besarnya pemilikan surat-surat berharga tersebut. Komisi Pengawas berusaha agar bantuan tetap sebesar f 550.000.- tiap tahun dapat diambilkan dari bunganya.33 Surat-surat berharga tersebut berfungsi sebagi benda yang dapat dipinjamkan sebagai jaminan untuk memperoleh modal kerja, khususnya modal kerja pabrik gula. Surat-surat berharga tersebut banyak sekali jumlahnya, maka perusahaan-perusahaan tersebut tanpa ada hentinya selalu dapat disediakan kebutuhannya akan uang tunai, dengan jaminan surat-surat berharga tersebut, bank selalu meminjamkan uangnya. Surat-surat berharga tersebut untuk menyediakan modal kerja, maka disimpan di Javasche Bank. Pada tahun 1932 sebagian besar di simpan di bank tersebut, dan sesudah tahun 1932 baru semuanya surat-surat berharga tersebut disimpan semuanya.34
11. Dana Pensiun Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran Mengikuti jejak yang telah diambil oleh praja Mangkunegaran untuk kepentingan para pegawainya, maka pada tahun 1925 diputuskan untuk menyediakan unag sebesar f 50.000.- yang diambilkan dari keuntungan tahun 1924 guna menyediakan modal bagi suatu Dana Pensiun untuk perusahaanperusahaan Mangkunegara. Pada tahun 1926 dan 1928 diterima lagi sumbangan sebesar f 50.000.yang diambilkan dari keuntungan. Pada tahun 1928 Dana Pensiun membayar
33
Ibid, hlm. 220
34
Ibid.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pensiununtuk
pertama
kalinya.
Pada
tahun
1928
kedua
pabrik
gula
Mangkunegaran menjadi penyokong dari Dana Pensiun untuk para pegawai pabrik-pabrik gula di Hindia Belanda, sehingga kedua pabrik gula tersebut untuk personilnya telah menjadi anggota dua buah fonds (dana).35 Dari semua personil yang bekerja di perusahaan gula tersebut semua pegawai tetap bumiputera dimasukkan ke dalam Dana Pensiun PerusahaanPerusahaan Mangkunegaran, dan selanjutnya para pegawai staf Belanda maupun Bumiputera, dengan catatan apabila karena usianya yang lanjut atau sebab-sebab lain tidak dapat menjadi anggota Dana Pensiun Umum. Banyaknya iuran untuk kedua dana itu adalah 15 persen dari gajinya. Sejak tahun 1929 untuk para pegawai bumiputera tidak ditarik lebih dari 15 persen karena dianggap terlalu tinggi, tetapi penetapan iuran itu didasarkan atas uang pensiun yang benar-benarakan mereka terima dari Dana Pensiun Mangkunegaran, tetapi untuk pegawai-pegawi Belanda tarif tersebut tidak mengalami perubahan.36
D. Struktur Organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran Struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran bisa dijelaskan sebagai berikut : Sri Susuhunan Mangkunegara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Praja Mangkunegaran membawahi seluruh badan yang ada di Mangkunegaran termasuk Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Tugas sehari-hari dalam
35
Ibid, hlm., 227.
36
Ibid
.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengelolaan aset Mangkunegaran dilaksanakan oleh Superitendent kemudian dia juga
berhak
untuk
menunjuk
Administratur pada tiap-tiap
perusahaan
Mangkunegaran. Seperti yang tertera dalam bagan berikut ini : Gb. 3. Bagan struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Raja
Komisi Pengawas
Superitendent Pengawas perusahaan
Administratur/Opsinder
Mandor gudang
Mandor pabrik
Mandor perkebunan
Demang dan Rangga
Bekel
Sumber: Arsip Reksopustoko Mangkunegaran37
Buruh
Meskipun Komisi Dana Milik bekerja bersama-sama dengan Raja sebagai ketua,tetapi dalam pelaksanaan sehari-seharinya Raja tidak memegang secara langsung Operasional sehari-hari Perusahaan Mangkunegaran. Superintendent memegang secara penuh Operasional dilapangan dan dia harus bertanggung jawab secara langsung kepada Raja. 37
no. 1178
commitarsip to user Struktur Organisasi Mangkunegaran, Reksa Pustoko Mangkunegaran, kode arsip,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Komisi Pengawas Pada masa awal pemerintahan Mangkunegoro VII yaitu 1916 dibentuk suatu Komisi untuk mengawasi perusahaan hak milik Praja Mangkunegaran. Pengawasan perusahaan yang dahulu hanya dipegang oleh satu orang (Superintendent) maka digantikan oleh suatu Komisi. Pengawasan tidak akan dilakukan
berdasarkan pendapat
pribadi
dari Superintendent
melainkan
berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan oleh Komisi. 38 Ketentuannya adalah kepala Swapraja sebagai kepala komisi dan pengawasan harian dilakukan oleh Superintendent menurut anggaran tahunan yang dibuat oleh Komisi untuk perusahaan-perusahaan Mangkunegaran. Superintendent diwajibkan untuk memberi keterangan kepada anggota komisi yang lain agar ada kejelasan dalam pengawasannya. Tugas komisi adalah menyelenggarakan pembukuan, membuat laporan tahunan dengan disertai neraca penghitungan laba rugi yang nantinya disampaikan kepada pemerintah. Komisi pengawas terdiri dari Mangkunegoro VII sebagai ketua, P. J. Gulik sebagai Pengawas Urusan Agraria, dan Superintendent W. F .R. Haag sebagai anggota Komisi. Jadi mulai 1 Januari 1918 semua perusahaan dan perkebunan akan dikelola menurut anggaran yang telah ditetapkan dan dari susunannya dibuat satu anggaran untuk pengelolaan Dana Milik Mangkunegaran. Perusahaan Perkebunan Praja Mangkunegaran menjadi contoh yang baik bagi perusahaan perkebunan lain yang termasuk dalam wilayah Vorstenlanden lain (Kasunanan, Kasultanan dan Pakualaman) karena pada perusahaan 38
commit to user Rijksblad Mangkunegaran 1917 no. 38.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mangkunegaran terkenal dengan
pabrik
yang sudah modern dengan
menggunakan mesin-mesin canggih terutama mesin giling yang digunakan oleh pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Perusahaan perkebunan Mangkunegaran dalam pemberian pembayaran gaji dan syarat pekerjaan yang baik
kepada
masyarakat maka diputuskan menaikkan gaji para pegawai Eropa dan jabatan yang biasanya diduduki oleh orang Eropa sebanyak f75,- sebulan termasuk didalamnya administratur perkebunan yang ada di daerah pegunungan (bergcultures) di Kerjogadungan, Polokarto dan Mojoretno. Komisi memutuskan untuk menetapkan gaji administraturnya menjadi f750,- dan Superintendent di beri tunjangan f100,-. Gaji Superintendent ditetapkan menjadi f1200,- sebulan. 39 b. Superintendent Superintendent biasanya adalah orang Belanda atau Indo-Eropa yang mempunyai keahlian dalam mengelola perusahaan perkebunan dan bertugas mengawasi kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat dan Praja Mangkunegaran. Superintendent mempunyai tugas dalam melakukan peninjauan di kebun-kebun di wilayahnya masing-masing, memeriksa dan melaporkan tugas-tugas yang dilakukan oleh administratur, yang dilakukan sebulan sekali kepada pemerintah Hindia Belanda. Superintendent yang tinggal di daerah perkebunan
di
Tawangmangu adalah J.B. Vogel sedangkan sekretaris L.J. Jeanty bermarkas di Nguntoronadi tetapi setelah J.B. Vogel tidak menjabat maka tugas Superintendent dipegang oleh W.F.R. Haag. Tetapi pimpinan dari Haag tidak berlangsung lama karena Haag kemudian berhenti dan digantikan oleh Jakob Schuit pada tahun 1918, pengangkatan Schuit itu sudah menggunakan surat pengangkatan yang commit to user 39
Wasino, op.cit, hlm. 226.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
resmi untuk pertama kalinya, baik dari Residen Surakarta maupun dari Mangkunegoro VII. Persoalan mengenai laporan berkala merupakan salah satu tugas Superintendent yang terpenting. Kebiasaaan
Superintendent
perusahaan-perusahaan
apabila
adalah dibutuhkan
menyampaikan karena
laporan
biasanya
dari
Residen
memerintahkan Superintendent agar memberi laporan tentang keadaan dari Dana Milik. Residen diberi tugas menyampaikan tinjauan mengenai keadaan keuangan dari perusahaan setiap bulan dan daftar dari barang-barang yang terjual serta pelaporan dalam triwulan sampai pada akhirnya suatu laporan tahunan yang terperinci mengenai keadaan dari semua perusahaan pada akhir tahun. Residen membuat hubungan kerja yang jelas antara Superintendent dengan para administratur, hal ini agar tidak terjadi perebutan kekuasaan dalam menangani urusan pabrik. Tugas dari para administratur sekedar sebagai pelaksana teknis di pabriknya masing-masing dan meningkatkan penghasilan dari pabrik yang dipimpinnya. Semua pekerjaan yang memerlukan kekuasaan wajib didiskusikan dengan Superintendent karena Superintendent merupakan wakil dari pemilik pabrik. Superintendent dalam menjalankan perusahaannya dibantu oleh staf pegawai yang terdiri dari orang-orang Belanda atau Indo-Eropa yang berjumlah antara 18 sampai 22 orang. Kelompok pegawai ini harus memiliki skill dan menduduki jabatan yang penting dalam pabrik antara lain sebagai kepala administrasi keuangan, ahli mesin dan lokomotif. Dalam menjalankan tugasnya para pegawai Belanda tersebut dibantu oleh pekerja bumiputra. commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
c. Administratur Di struktur kelembagaan yang baru ini, administratur atau opsinder memegang peranan yang penting. Tugas-tugas seorang administratur antara lain melakukan pepriksan atau tinjauan di wilayah administrasinya yang dilakukan dua kali dalam sebulan. Hasil peninjauannya itu kemudian disampaikan kepada Raja sebulan sekali. Hal ini dalam kehidupan masa kini dapat diterjemahkan sebagai seorang manajer atau administratur yang digaji. Beberapa manajer bertanggung jawab kepada direksi (Superintendent) yang dijabat oleh beberapa orang yang biasanya berkedudukan dikota-kota pelabuhan seperti Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Kemudian direksi melaporkan hasil kerjanya setiap tahun sekali dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang berkedudukan di Belanda maka dengan mempekerjakan penasehat-penasehat dari kalangan manajer perkebunan yang terbaik, mereka dapat menuntut pengembangan teknik, bibit, dan proses produksi.40 Gaji administratur pabrik lebih besar dari gaji pegawai pabrik yang lain. Gaji dari administratur setiap bulannya menerima f65,-. Untuk wakil dari Superintendent yaitu wakil pemimpin umum, mereka adalah perwakilan umum dan pemegang buku masing-masing menerima gaji sebesar f80,-, f50,- dan f90,-.41 Disamping itu seorang administratur juga berhak mengatur urusan keamanan atau kepolisian di wilayah administrasinya. Dengan seijin Raja, administratur juga berhak dalam mengangkat dan memberhentikan seorang bekel dan dapat pula membuat peraturan bagi bawahannya karena kewenangannya itu, 40
Bambang Sulistyo, Pemogokan Buruh: Sebuah Kajian Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1995, hlm. 26-27.
commit user gaji pegawai Onderneming Arsip Mangkunegaran no 5333 tentangtoDaftar Kerjogadoengan, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran. 41
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
administratur mendapat perlakuan istimewa dari Raja. Para administratur juga memiliki wewenang kepegawaian dalam pabrik termasuk menentukan jumlah gaji yang harus diterima oleh para pekerja tetapi penentuan terakhir tetap harus didikusikan dengan Superintendent. Akan tetapi masalah pemecatan terhadap seorang pegawai pabrik harus mendapat pertimbangan dari Superintendent dan pegawai Mangkunegaran. Administratur adalah orang Belanda atau orang Jawa yang statusnya disamakan dengan Belanda dan mereka masing-masing mengepalai suatu bagian/afdeling. Contoh di pabrik Kerjogandungan Di pabrik Kerjogadungan ada pembagian di afdeling perkebunan dan pabrik, untuk masing-masing afdeling dibagi untuk afdeling pabrik , afdeling kebun Kerjogadungan, dan afdeling kantor. Meskipun para administratur sudah memiliki anak buah mandor tanam, tanggung jawab terhadap keberhasilan produksi tanaman
tetap berada dipundaknya.
Administratur harus berusaha meningkatkan kualitas tanah yang hendak ditanami . Setelah tanaman berhasil ditanam harus dilakukan pengecekan perkembangan dari hari ke hari. Hal ini disebabkan apabila tanaman buah terkena penyakit dan hama dapat segera ditanggulangi sehingga kualitas buah dapat diproduksi dengan baik. Kontrol Superintendent terhadap administratur cukup ketat. Para administratur diwajibkan membuat surat laporan pada Superintendent setiap 10 hari sekali mengenai pelaksanaan tugasnya. Selain itu, administratur juga wajib membuat laporan bulanan mengenai pekerjaannya kepada Seperitendent. Meskipun para administratur sudah memiliki anak buah mandor tetapi tanggung jawab terhadap kebun-kebun dan pabrik tetap berada di pundaknya. Masa commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menanam, memelihara, memanen dan mengangkut produksi ke pabrik diwajibkan untuk membuat surat laporan, hal ini penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam penghitungan produksi. d. Mandor Pabrik Mandor pabrik atau mantri bertugas sebagai pengawas kegiatan pabrik dan melaporkannya kepada pimpinan pabrik atau administratur. Untuk afdeling pabrik dipimpin oleh seorang mandor pabrik, seorang juru tulis dan seorang penjaga malam, seorang mandor pabrik bertugas untuk mengawasi jalannya produksi yang ada di dalam pabrik dan memperoleh gaji sebesar f33,-. Juru tulis pabrik bertugas mencatat keperluan pabrik dan hasil produksi yang kemudian hasil laporannya disampaikan kepada administratur sedangkan penjaga malam di pabrik bertugas menjaga keamanan di pabrik. Juru tulis dan penjaga malam pabrik masing-masing memperoleh gaji f30,- dan f20,-. Untuk afdeling kantor berada di bawah pengawasan Superintendent yaitu seorang pesuratan yang bertugas menyampaikan laporan dari administratur pabrik kepada Superintendent, yang memperoleh gaji sebesar f23,- dan jaga malam kantor bertugas menjadi pengawas dan menjaga keamanan kantor yang memperoleh gaji f15,-. e. Mandor Perkebunan Untuk afdeling di perkebunan dipimpin oleh seorang kepala mandor kebun dan penjaga kebun atau kajineman. Mandor kebun penanaman dan pemeliharaan
bertugas mengawasi
sedangkan penjaga kebun untuk menjaga
keamanan.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepala mandor kebun memperoleh gaji sebesar f30,- dan penjaga kebun f20,-.42 f. Mandor Gudang Tugas seorang mandor gudang memasok
di gudang-gudang
pemasokan
ke gudang
atau kebayan adalah menerima dan
dengan melakukan pemeriksaan terhadap
dengan menunggu sampai selesai penimbangan
di
gudang . Setelah itu, mandor gudang akan membuat layang kitir yang memuat tentang keterangan besar kecilnya jumlah yang telah masuk ke gudang yang kemudian akan dikirim ke pabrik. Layang kitir tersebut diberikan kepada petani , petani memberikan kepada bekel atau demang kemudian bekel atau demang menyerahkannya kepada administratur.43 Layang kitir semacam telegram yang memuat tentang keterangan yang penting dan cara penyampaiannya lewat seorang bawahan. Gaji masingmasing mandor gudang adalah f25,-. g. Demang dan Rangga Demang dan Rangga bertugas untuk memegang dan menjalankan segala pekerjaan di pedesaan baik yang berhubungan dengan kepala desa maupun penduduk desa. Demang dan Rangga di wilayah pedesaan memiliki tugas ganda yakni pertama, bertanggungjawab terhadap pengerahan penduduk dalam penanaman dan pemeliharaan tanaman
dan menjaga keamanan di wilayah
desanya. Kedua, demang sebagai seorang pemimpin desa di wilayah , mereka selalu terlibat dalam persoalan kebun dengan pihak pabrik. 42
43
Ibid
S. Margana, Kapitalisme Pribumi dan Sistem Agraria Tradisional: Perkebunan di commit to user Mangkunegaran 1853-1881 (Lembaran Sejarah), Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1997, hlm. 95.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun tugas dan fungsi seorang demang dan rangga tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya yakni sebagai kontrol terhadap jalannya aktifitas produksi di masing-masing kabekelan di wilayah kademangan. Setiap bulan rangga dan demang juga bertugas melakukan 4 peninjauan di kebun-kebun di wilayah masing-masing. Satu minggu sekali rangga dan demang berkumpul di wilayah Administratur untuk melaporkan hasil-hasil peninjauannya. Rangga dan demang juga diberi tanggung jawab terhadap tugas-tugas keamanan di kademangannya. Mereka juga harus berjaga malam di rumah-rumah para administratur. Mereka dapat meminta warganya untuk berjaga malam, 4 orang untuk demang dan 2 orang untuk rangga. Di wilayah perkebunan yang diangkat menjadi kepala desa berasal dari priyayi lurah yakni demang dan rangga. Mereka umumnya dipandang sebagai orang yang dituakan di desa. Hal ini terlihat dari sebutan yang melekat padanya yaitu mbah. Mereka umumnya berasal dari generasi tua dan tidak pernah orang muda yang menjadi pembesar desa.44 Biasanya yang menjadi pembesar desa adalah orang yang mempunyai kedudukan penting di desanya atau seorang priyayi. Pemilihan pembesar desa pun harus sesuai dengan kriteria dari bangsawan Eropa karena kekuatan mereka yang besar di pedesaan yang dijadikan daerah perkebunan. h. Bekel Peranan bekel dalam sistem yang baru sebagai mandor karena tugas-tugas utama bekel adalah mengawasi dan menjaga pemeliharaan tanaman di wilayah kabekelannya. Pada akhir bulan, kebun-kebun di wilayah kabekelan harus bersih 44
Wasino, op.cit , hlm. 142.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
karena adanya peninjauan dari para administratur. Fungsi bekel sebagai seorang kepala desa adalah menangani urusan sipil seperti masalah penduduk yang sering melakukan eksodus di perkebunan . Beban kerja yang berat bagi petani membawa dampak protes petani. Seorang bekel harus dapat mempertahankan rakyat di wilayahnya agar tetap menjaga kelancaran proses produksi . Di samping itu, mempertahankan penduduk agar tetap tinggal di desa adalah tugas yang penting sebagai syarat politis administratif dari suatu kabekelan. Suatu desa dapat dijadikan sebagai suatu unit kabekelan jika terdiri dari lima padukuhan yang jumlah sikepnya telah memenuhi syarat yang ditentukan yaitu sikep tidak memiliki jabatan lain. 45 Berkurangnya jumlah penduduk akan mengurangi syaratsyarat kabekelan dan berakibat kabekelan akan dihapus dan digabungkan dengan kabekelan yang lain. Dalam urusan pajak perkebunan , bekel memegang peranan penting karena bekel yang bertugas untuk mengambil uang pajak yang kemudian disetorkan kepada mantri panewu di bawah kekuasaaan demang selanjutnya diserahkan kepada rangga untuk diberikan kepada inspektur kebun . Setelah itu uang pajak tersebut dicatat dan dicocokkan dengan buku yang dipegang bekel. Apabila ada kesalahan misalnya uang pajak hilang maka polisi kebun wajib menangkap dan mengajukan ke pengadilan dengan perkara sipil. Apabila yang memakai uang pajak tersebut para administratur dan inspektur bangsa Eropa maka akan ditindak oleh Residen. i. Buruh
45
hlm. 77.
commit to Feodal, user Yogyakarta: Agastya Media, 2001, Suhartono W Pranoto, Serpihan Budaya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di perkebunan tenaga kerjanya berasal dari masyarakat yang berada disekitar daerah tersebut. Walaupun pabrik
berada di daerah tetapi aktifitas
tenaga kerja tetap dikerahkan di perkebunan karena kegiatan di perkebunan dalam hal penanaman, pemupukan, pemanenan dan pengangkutan membutuhkan tenaga kerja di daerah. Pabrik hanya digunakan untuk pengolahan produksi saja. Ikatan adat yang mengekang keterlibatan buruh wanita dan remaja untuk bekerja memenuhi kebutuhan di perkebunan
memang sangat lazim karena
peranan wanita sebagai ibu rumah tangga yang dianggap sebagai pekerjaan yang lebih sesuai. Kehadiran buruh wanita di areal perkebunan karena keberadaan mereka sebagai pekerjaan sampingan untuk pelengkap kebutuhan hidup keluarganya. Tugas mereka di perkebunan hanya memelihara dan memetik buah untuk diangkut ke pabrik . Meskipun pekerjaannya sangat mudah tetapi mereka harus teliti karena pemetikan mutu buah
yang baik yang diperlukan untuk
pengolahan biji . Untuk upah para buruh wanita lebih rendah daripada buruh lakilaki karena hal ini diperhitungkan sesuai dengan hasil pekerjaan yang dilaporkan mandor kebun. Biasanya buruh wanita hanya berasal dari masyarakat di sekitar perkebunan saja. Penggunaan buruh wanita lebih menguntungkan daripada buruh laki-laki karena mereka tidak banyak menuntut kenaikan upah dan penghitungan hasil pekerjaan tergantung pada mandor kebun.46 Sejak perluasan perkebunan pada pertengahan abad XIX, banyak diperlukan tenaga kerja laki-laki, wanita maupun anak-anak. Wanita dan anakanak dipekerjakan di gudang-gudang, kebon sedangkan kaum laki-laki bekerja di
46
Widyasanti, op.cit, hlm. 68 commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pabrik. Upah harian di perkebunan
adalah 10 sen pada tahun 1832 dan
mengalami kenaikan 12,5 sen pada tahun 1864. Sejak tahun 1930-an para petani memperoleh upah 30 sen setiap hari dan buruh yang bekerja di pabrik memperoleh upah 60 sen setiap harinya. Petani wanita dan anak-anak memperoleh upah 20 sen setiap hari. Akan tetapi menurut data yang ada, upah buruh biasanya di tukar dengan pembelian beras 35, 50 kg, dapat juga dengan areng sebesar 2 kw atau minyak kacang sebesar 2 liter.
47
Hal
ini tergantung dari berat ringannya pekerjaan di kebun . Terjadinya kenaikan upah disebabkan oleh makin banyaknya uang yang beredar di pedesaan. Sejak itu pula kerja upah cenderung meningkat namun kerja tradisional tetap berjalan. Sementara itu tanah dan tenaga kerja petani sudah dicaplok oleh perkebunan.48 Permintaan tenaga kerja di perkebunan pun menurun akibat adanya krisis ekonomi bahkan upah para petani dan buruh semakin sedikit, hal ini ditentukan oleh upah buruh perkebunan di Karesidenan Surakarta yang rata-rata upahnya sama. Setelah krisis ekonomi gaji buruh perkebunan menjadi merosot tajam karena kapasitas produksi pabrik dikurangi secara drastis. Gaji buruh yang diterima sekitar 25 sen sampai 45 sen perhari padahal sebelum krisis ekonomi gaji buruh mencapai 60 sen per hari. Hal ini mengakibatkan produksi mengalami penurunan yang tajam dan membuat pabrik belum bisa memproduksi dengan baik sampai adanya masa pemerintahan Jepang. Di masa Jepang, semua perkebunan-perkebunan di Hindia Belanda tidak bisa melakukan proses produksi karena hasil perkebunan tidak bisa membantu dalam keadaan perang Jepang
47
Daftar gaji pegawai Ondermening Kerjogadungan Surakarta, Arsip Reksapustaka commit to user Mangkunegaran, no. 5333 48 Suhartono, op. cit, hlm. 49
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga lahan-lahan perkebunan di jadikan lahan pertanian yaitu padi dan palawija yang bisa membantu untuk membantu tentara Jepang dalam berperang. Seiring dengan meningkatnya produksi keuangan
Praja
Mangkunegaran
juga
di pabrik membuat kondisi
mengalami
peningkatan.
Pabrik
Kerjogadungan pun mulai digabungkan dalam Dana Milik Mangkunegaran yang telah dibentuk pada tahun 1916 dan pembentukan ini disebabkan karena berkembangnya pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu yang semakin pesat. Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII pemisahan keuangan Praja dengan keuangan perusahaan semakin jelas. Mangkunegoro dan residen tidak lagi mencampuri
urusan
perusahaan
secara
langsung.
Perusahaan-perusahaan
Mangkunegaran berada di bawah suatu badan dengan nama Fonds van Eigendommenvan
het
Mangkoenegorosche
Rijk
(Dana
Milik
Praja
Mangkunegaran). Dana milik Praja Mangkunegaran terdiri dari perkebunan, pabrik-pabrik, hutan, rumah-rumah yang tidak dipergunakan oleh Praja, gedunggedung, pekarangan dan lainnya, maupun modal pokok milik Mangkunegaran.49 Dana milik Mangkunegaran ini berada di bawah pengelolaan Comissie van Beheer Fonds van Eigendommen van het Mangkoenegorosche Rijk (Komisi Pengelola Dana Milik Praja Mangkunegaran).50 Didirikannya Dana/Fonds untuk semua perusahaan-perusahaan Swapraja mempunyai tujuan untuk menyatukan semua perusahaan Mangkunegaran dan mengembalikannya sebagai satu bagian saja dari anggaran. Hal-hal yang sifatnya detail dan komersial/tehnis, tidak perlu masuk dalam anggaran Swapraja namun 49
50
Rijksblad Mangkunegaran no 6 tahun 1930.
A.K. Pringgodigdo, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Kerajaan Mangkunegaran, commit to user Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1977, hlm. 162.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk keperluan pengawasan maka perusahaan Swapraja harus mempunyai anggaran tersendiri. Urusan pengawasan perusahaan adalah hak milik Pemerintah Swapraja dan Superintendent maka Residen tidak berhak mencampurinya. Dana Milik Mangkunegaran juga bertujuan sebagai cadangan dari perusahaan perkebunan apabila perusahaan mengalami krisis agar perusahaanperusahaan memiliki modal kerja yang kuat yang dapat mengatasi kesulitan keuangan apabila terjadi krisis baik krisis di perusahaan perkebunan maupun krisis keuangan yang ada di Praja Mangkunegaran. Misalnya krisis ekonomi tahun 1930an yang membuat pabrik-pabrik Mangkunegaran (Pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu) mengalami defisit keuangan karena anjloknya harga pasar dunia untuk produksi eksportnya. Pada tahun 1940, perusahaan Mangkunegaran yang berada di bawah koordinasi badan ini antara lain pabrik gula Tasikmadu, pabrik gula Colomadu, perusahaan Kerjogadungan, perusahaan serat Mojogedang, penyewaan rumah di Semarang, penyewaan rumah di Solo, penyewaan rumah di Wonogiri dan Perusahaan Genting Polokarto.51 Di luar perusahaan tersebut, Mangkunegaran juga memiliki sumber keuangan yang lain yang sangat bermanfaat bagi Praja Mangkunegaran. Sumber kekayaan itu berupa surat-surat berharga yang merupakan hasil dari politik penghematan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VI. Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII, surat-surat berharga ini diusahakan agar selalu bertambah. Dalam kenyataannya tidak demikian karena terlalu
banyak
sumbangan
yang
harus
dikeluarkan
oleh
Dana
commit to user Bundel masalah ekonomi Mangkunegaran tahun 1938-1940, arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran, kode arsip no. 1195 51
Milik
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mangkunegaran, baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk bantuan kepada Praja Mangkunegaran.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
BAB III PROSES NASIONALISASI ASET DANA MILIK MANGKUNEGARAN
Pada tanggal 18 Juli 1887, Komisi keuangan yang pertama dibentuk di Mangkunegaran. Komisi ini terdiri dari Mangkunegara V sebagai ketua, Pangeran Adiwijoyo dan Pangeran Brotonoto sebagai anggota dan sekretaris daerah (Gewestelijke Secretarie) sebagai penulis.1 Pengawas sekaligus penasihat keuangan ditunjuk seorang ahli dari bangsa Belanda yang bernama Roseimer. Dia inilah ahli keuangan bangsa Belanda yang ditunjuk sebagai Superintendent pertama Mangkunegaran. Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan modern yang sebagian besar di bawah pimpinan orang-orang Eropa. Perusahaan-perusahaan ini tercantum dalam Rencana Anggaran Belanja Swapraja pada mata anggaran “Ryksodernemingan” (Perusahaan-perusahaan Swapraja). Tugas Komisi Dana Milik Mangkunegaran ini adalah : 1. Komisi harus mengetahui segala hal yang berhubungan dengan yang ditangani oleh Mangkunegaran agar dapat memperbaiki keadaan keuangannya. 2. Menjamin tidak boleh ada lagi keterlambatan dalam hal pembayaran gaji para pegawai. 3. Untuk Perusahaan Gula Colomadu dan Tasikmadu harus dicarikan modal kerja yang cukup 4. Gulanya harus dijual dengan keuntungan yang banyak. 5. Urusan antara Perusahaan dengan Prangwadono harus Jelas. 1
Mansfields,Pringgokusumo, Sejarah Milik Mangkunegaran, reksopustaka, hlm. 72.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
6. Hak Milik di Daerah Semarang harus dibawah pimpinan yang lebih baik. 7. Pengelolaan hutan Mangkunegaran harus lebih baik dan lebih teratur. 8. Administrasi dari budidaya kopi dan lain-lain dari Raja dan harus dijalankan dengan lebih baik. A. Komisi Dana Milik pada Masa Pendudukan Jepang Pada masa Mangkunegara VIII, Surakarta telah berada dalam kekuasaan Jepang. Pada masa jaman Penjajahan Belanda, jabatan Superintendent selalu dipegang oleh orang Belanda. Salah satu faktor pertimbangan pengangkatan Superintendent dari kalangan orang Belanda adalah persoalan pengalaman dan kecakapan dalam pengelolaan industri khususnya dalam industri gula yang di kelola oleh Mangkunegaran. Tiap-tiap pabrik gula dipimpin oleh masingmasing seorang administratur yang selama masa penjajahan Belanda juga selalu dipegang oleh oleh orang Belanda. Di bawah administratur terdapat karyawan pabrik gula seperti pemegang buku, kepala laboran, mador tanam, mandor tebang, dan lain sebagainya. Jajaran manajemen di bawah administratur terdiri dari campuran antara orang indonesia dan orang Belanda.2 Pada tahun 1942 Jepang datang dan menginvasi Indonesia dari tangan Belanda. Pada awalnya kedatangan pasukan militer Jepang, masyarakat Indonesia menyambut dengan baik. Penyambutan yang baik ini dari masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yakni adanya propaganda yang dilakukan oleh Barisan Propaganda Dai Nippon (Sendenbu) sebelum datang ke Indonesia. Mereka datang ke Indonesia bertujuan untuk membebaskan masyarakat Indonesia dari penjajahan bangsa Barat dan memajukan bangsa Indonesia.
2
Wasino, 2004. Nasionalisasi Pabrik gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGM pers, 2004, hlm. 3.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Propaganda yang dilakukan oleh Jepang sangat berhasil. Hal ini terlihat dari bantuan yang diberikan oleh masyarakat setempat dengan diberikannya bantuan baik berupa tenaga maupun hasil alam yang diserahkan secara sukarela kepada Jepang. Rakyat juga mengikuti organisasi-organisasi yang didirikan oleh Jepang untuk melawan sekutu. Sambutan yang baik ini dari masyarakat Indonesia hanya berlangsung sementara karena Jepang telah menunjukan tujuan yang sebenarnya datang ke Indonesia. Jepang berusaha mengeksploitasi sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Pulau Jawa memiliki potensi yang sangat cocok untuk ditanami tanaman pangan yang didukung oleh penduduk yang banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan perang. Jepang berhasil menduduki Surakarta pada tanggal 5 Maret 1942, pendudukan ini menyebabkan kondisi sosial ekonomi di wilayah ini tidak stabil. Hampir semua kehidupan ekonomi yang ada berhenti dan berubah menjadi ekonomi perang. Sarana dan Prasarana yang ada telah dibakar oleh Belanda agar tidak dikuasai oleh Jepang seperti tempat-tempat penting, umum dan tempat-tempat produksi. Orang-orang Belanda banyak yang meninggalkan rumahnya karena penangkapan oleh pasukan Jepang dan menjadi sasaran penjarahan masyarakat.3 Masyarakat mengambil semua barang yang ada selain itu juga, toko-toko milik orang Cina juga menjadi sasarana penjarahan. Pemerintah Jepang lalu mengambil alih semua kegiatan dan pengendalian ekonomi. Mereka pada awalnya memperbaiki prasarana ekonomi misalnya jembatan, alat-alat transportasi, telekomunikasi dan prasarana fisik lainnya yang rusak akibat penyerbuan.4
3
Julianto Ibrahim, Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan, Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2004, hlm.
58. 4
Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1975, hlm. 41.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Pada jaman Jepang semua hal tersebut dilakukan dengan menggunakan kekuasaan tangan penguasa pribumi yaitu Mangkunegara.5 Pengendalian inflasi yang terjadi pada masa awal pendudukan Jepang ini dilakukan dengan cara mempertahankan nilai gulden atau rupiah Hindia Belanda. Hal ini dilakukan supaya harga barang-barang dapat dipertahankan sehingga mempermudah dalam mengawasi lalu-lintas permodalan dan arus kredit. Tindakan yang dilakukan oleh Jepang mengakibatkan rakyat tidak dapat bergerak secara bebas dalam melakukan kegiatan ekonominya. Jepang telah menerapkan sistem ekonomi desentralisasi, sehingga masyarakat harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri untuk tetap bertahan dan mengusahakan produksi barang-barang untuk kepentingan perang. penerapan kebijakan Pemerintah Jepang atas bidang ekonomi di Indonesia sungguh membuat beban penderitaan yang sangat luar biasa bagi rakyat. Pemerintah Jepang berusaha mengambil alih semua kegiatan dan pengendalian ekonomi dengan mengeluarkan beberapa peraturan dalam kegiatan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan perangnya. Kewajiban mengumpulkan bahan pangan yang dilakukan oleh petani sangatlah memberatkan bagi petani. Jepang telah menetapkan pulau Jawa sebagai penghasil beras untuk pulau-pulau diluar Jawa seperti Malaya-Inggris dan Singapura.6 Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pendudukan Jepang berlangsung tidak efektif, Jabatan Superitendent yang oleh Mr Sunario Kolopaking pada dasarnya hanya menuruti perintah dari militer angkatan perang jepang untuk mencukupi segala kebutuhan perang Asia 5
Djawa Baroe 15 Febuari 1945. Dokumen Monumen Pers; Propaganda yang dilakukan oleh Mangkunegara VII dan Permaisuri. Sinar Matahari 21 November 1943, hlm. 2. 6
Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945, Jakarta: Grasindo, 1993, hlm. 70.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Timur Raya. Kegiatan ekonomi berjalan sesuai sistem ekonomi perang diseluruh wilayah Indonesia pada umumnya dan di Surakarta pada khususnya.
B. Sistem ekonomi Praja Mangkunegaran pada masa pendudukan Jepang Mangkunegaran merupakan kadipaten yang mempunyai beberapa wilayah kekuasaan. Pada masa mangkunegara IV struktur Pemerintahannya mulai tertata dengan baik serta kondisi ekonomi yang mulai mengalami kemakmuran. Sampai pada tahun 1944 kadipaten Mangkunegaran telah dipimpin oleh tujuh penguasa secara turun temurun , pada akhirnya kekuasaan Mangkunegaran dipegang oleh Mangkunegara VIII yang mulai dilantik pada tahun 1944 sebagai pengganti Mangkunegara VII. Pada tahun tersebut kondisi negara Indonesia khususnya Surakarta didominasi oleh kekuasaan Pemerintahan Jepang. Pada mulanya para pendatang dari Jepang hanya melakukan usaha-usaha perdagangan , kemudian hal tersebut menjadikan kekhawatiran bagi Pemerintahan Kolonial yang lebih dahulu menguasai daerah Surakarta. Akan tetapi kekhawatiran tersebut tidak menghalangi hubungan baik antara Mangkunegaran dengan para pedagang dari Jepang. Ketika Jepang menguasai Indonesia, Mangkunegaran yang sebelumnya tergabung dalam organisasi penentang Jepang ternyata tidak mengalami perlakuan buruk dari Pemerintah Jepang terutama dalam hal kekuasaannya, bahkan Jepang yang sadar akan kekurangannya, terutama dalam hal penyediaan tenaga administrasi, justru sangat membutuhkan Mangkunegaran dalam mengurusi Pemerintahannya sesuai dengan kepentingan perang Jepang.7
7
Pheres Sunu Wijayengrono, “Politik Mangkunegaran dalam mempertahankan Swapraja tahun 19451946”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2005, hlm. 28.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Dalam mempertahankan hubungan politik yang baik dengan Mangkunegaran, Pemerintah Jepang mengadakan kunjungan ke Mangkunegaran yang dipimpin oleh Kolonel Nakayama, dalam kunjungannya tersebut kolonel Nakayama berpidato bahwa : 1. “lagi pula saya kira bahwa kedudukan yang paduka terima dari Pemerintah Belanda itu sebagai prinsip tidak akan kami kurangi”. 2. “mulai sekarang kerajaan Solo dan Jogja tidak termasuk daerah Jawa Tengah tetapi direct di bawah Pemerintahan militer yang kantor besarnya ada di Jakarta”. 3. “tidak lama lagi kami akan kirim beberapa opsir Nippon (kaum ahli) ke sini sebagai badan pengawasan yang akan menjadi perantaraan Pemerintah Nippon dan kerajaan di sini, dan membantu atau memberi nasehat dalam pekerjaan Sri Paduka Mangkunegaran”.8 Setelah terbentuk badan pengawasan , T. kohr’ sebagai kepala badan pengawasan mengadakan kunjungan ke Mangkunegaran dari keterangannya yang penting adalah: demikian saya berusaha sekuat-kuatnya untuk menambah kemakmuran Negeri dan dengan begitu menciptakan cita-cita hidup bersama makmur bersama di Asia Timor Raya yang berarti kebahagiaan bagi seluruh rakyat Indonesia.9 Dalam pertemuan pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan antara Pemerintah Jepang dengan
Mangkunegaran
dalam
kelembagaan
politik
Mangkunegaran
dengan
mempertahankan status Mangkunegaran dari Pemerintahan Kolonial dengan pendirian Badan Pengawas Kerajaan (BPK) yang disusul dengan perubahan terhadap nama kelembagaan menjadi
8
Kejadian-kejadian di pura Mangkunegaran dalam bulan Maret dan April 1942, Arsip Reksopustoko Mangkunegaran no. 1459 9
Ibid
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Mangkunegaran Kooti dimana terdapat kontrol yang lebih ketat dari Koooti Zimu Kyoku Tyookan yang berkedudukan sebagai pengurus masalah kerajaan.10 Perubahan kekuasaan di tangan tentara Jepang ini memberikan suatu perubahan yang sangat berarti bagi Mangkunegaran, yaitu keterlibatan Pemerintahan militer Jepang dalam kontrol kekuasaan dan administrasi kepatihan . apabila pada masa Kolonial, Mangkunegaran memiliki keleluasaan dalam mengontrol lembaga kepatihannya sendiri , sejak masa Jepang hal itu sudah tidak berlaku lagi yang dikarenakan dibentuknya lembaga pengawasan bagi kerajaan dan patih diangkat atau diberhentikan oleh wakil penguasa Jepang di Surakarta. Selain itu perubahan lainnya adalah kemampuan Pemerintah militer Jepang dalam
memaksakan
kepentingannya terhadap Mangkunegaraan yang didasari oleh kontrol militernya. Kebijaksanaan militeristis Pemerintah Jepang memberikan kenyataan bahwa kekuasaan dan keleluasan Mangkunegaran semakin berkurang dan didominasi kekuasaan di Mangkunegaran diusahakan selalu berada dibawah kontrol tentara Jepang. Walaupun demikian masa ini mempertegas posisi Mangkunegaran dalam hubungannya dengan Kasunanan. Kebijakan Jepang yang memberikan kemandirian status kepada masingmasing kerajaan di Surakarta merupakan bentuk penegasan terhadap kekuasaan Mangkunegaran yang terpisah dari Kasunanan. Bagi kedua kerajaan di Surakarta diadakan pengambilan sumpah setia pada tanggal 7 agustus 1942 pada Pemerintah Dai Nippon dengan perintah saiko sikikan, yaitu jenderal Hitoshi Imamura yang pelantikannya dilakukan seminggu kemudian. Dalam pelantikan pemimpin Kochi, jenderal Imamura mengatakan sebagai berikut dalam pidatonya : 1. Koo diangkat dan dilantik oleh pembesar Dai Nippon. 10
Pheres Sunu Wijayengrono, op. cit. hlm. 56
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
2. Koo bersumpah setia kepada Pemerintah Dai Nippon dan Koo bersama rakyatnya harus menghormat tenno heikka di negeri Jepang. 3. Koo harus melasanakan segala macam perintah balatentara Dai Nippon. 4. Koo harus menerima kedudukan Koochi jimmu kyoku chokan yang dijabat oleh orang Jepang.11 Dengan kondisi politik yang begitu peliknya maka hal ini secara langsung berdampak langsung pada kondisi ekonomi, sosial, budaya didalam Pura Mangkunegaran. Hal ini juga mempengaruhi sistem ekonomi Praja mangkunegaran, keadaan masyarakat pedesaan di Jawa berada pada kondisi yang memprihatinkan. Belanda menerapkan sistem tanam paksa sedangkan pada masa Jepang menerapkan sistem tanam wajib sebagai salah satu kebijakan ekonominya. Pada sistem penanaman wajib ini, Jepang lebih mengutamakan tanaman yang mendukung keperluan perang baik itu tanaman perkebunan seperti karet, tebu dan kina. Tanaman yang berguna untuk perang seperti kapas, rosela dan jarak juga dibudidayakan. Kapas dan rosela digunakan sebagai bahan pembuat kain sedangkan tanaman jarak sebagai bahan pembuat minyak pelumas untuk alat-alat persenjataan.
C. Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada Masa awal Kemerdekaan R.I Komisi Dana Milik pada masa kepemimpinan Sri Mangkunegara VIII ini tetap menjalankan tugasnya untuk mengurusi seluruh aset-aset Mangkunegaran. Perubahan yang cepat akibat Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak memberikan kesempatan bagi Komisi ini untuk mengatur kepemimpinan dan peraturan yang berkaitan dengan perusahaan. Superintendent yang
11
Ibid, hlm, 29-30.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
sejak masuknya Jepang ke Indonesia telah diganti oleh Mr. Sunario Kolopaking saat pergantian kekuasaan dari Belanda kepada Jepang hingga pertengahan tahun 1945.12 Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa ini terdiri dari 3 anggota, yaitu Sri Mangkunegoro VIII sebagai ketua, Bupati Patih Mangkunegaran sebagai wakil ketua dan Superintendent urusan kekayaan Mangkunegaran sebagai anggota. Dalam kegiatan sehari-hari, Superintendent yang menjalankan kegiatan badan tersebut. Kantor Superintendent berlokasi di kompleks istana Mangkunegaran. Kantor Superintendent ini membawahi perusahaan-perusahaan milik Praja Mangkunegaran. Pada tahun 1945 panitia Dana Milik Mangkunegaran mengangkat Ir KRMTH Sarsito Mangkusumo menjadi Superintendent. Susunan komisi ini tidak berubah hanya Pemerintahan militer yang ditetapkan oleh Jepang mengakibatkan macetnya koordinasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kepada Praja Mangkunegaran.13 Pada tahun 1945, perusahaan yang dimiliki oleh Mangkunegaran berupa : 1. Perusahaan Kertas Mangkunegaran.14 2. Pabrik Genteng Kemiri.15 3. Pabrik Gula Batu Rasamadu Gumbongan.16 4. Pabrik Petuton beras Jatisrana.17 12
Arsip yang menjelaskan Mr. Sunario sebagai Superintendent tahun 1942, Berkas Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no. 4747 13
Arsip pengangkatan Superintendent Mangkunegaran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran,
no. 4770. 14
Pabrik Kertas Mangkunegaran, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5110.
15
Pabrik Genting Kemiri, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5112.
16
Pabrik Gula batu Rasamadu Gumbongan, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5117.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
5. Pabrik Mojogedang dan Kerjogadungan.18 6. Pabrik serat munggur.19 7. Pabrik Gula antara lain Colomadu dan Tasikmadu.20 8. Perusahaan Tembakau Mojonegoro.21 9. Perusahaan Kemuning.22 Proklamasi kemerdekaan tahun 1945 diharapkan dapat memberikan perubahan dan kemudahan bagi Mangkunegaran dalam mendapatkan sumber-sumber ekonominya kembali. Akan tetapi hal itu justru menyebabkan persaingan dalam merebutkan sumber ekonomi Mangkunegaran. Hal yang timbul dari status kemerdekaan Indonesia yaitu meningkatnya kesadaran kaum buruh dan pejuang dalam menguasai alat-alat ekonomi. Pengambil alihan pabrik-pabrik, perusahaan dan perkebunan Jepang oleh barisan kelompok pejuang di Surakarta pada awal revolusi sosial tahun 1946. Dampak dari nuansa sosial ini menyebabkan hampir sebagian besar sumber ekonomi Mangkunegaran jatuh ke tangan badan perjuangan. Selama masa perjuangan kemerdekaan, Surakarta menjadi pusat berbagai organisasi-organisasi yang bersifat revolusioner. Ini mengakibatkan pertentangan didalam masyarakat Surakarta dan di maksudkan agar Surakarta nantinya menjadi pusat perlawanan terhadap Pemerintahan republik yang berpusat di Yogyakarta. Dalam peristiwa-peristiwa yang menjelang pemmberontakan madiun 17
Pabrik Petuton Beras Jatisrana, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5118.
18
Pabrik Mojogedang dan Kerjogadungan, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5125.
19
Pabrik Serat Munggur, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5275.
20
Pabrik Gula Colomadu dan TasikMadu, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5222.
21
Pabrik Tembakau Mojonegoro, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5287.
22
Pabrik Kemuning, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5334.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
terhadap pemerintahan Republik dalam bulan September 1948, maka perkembangan di Surakarta memainkan peranan yang amat penting.23 Haluan paling kiri yang diambil oleh banyak kelompok-kelompok aktivis di Surakarta menjamin bahwa revolusi di daerah ini nanti bersifat anti feodal anti konservatif dan bantuan yang mereka berikan adalah untuk melanjutkan perjuangan bersenjata dan bukan untuk melakukan perundingan diplomatik dengan mereka . antara tahun 1945 dan 1950 kedua swapraja digulingkan dan daerahnya menjadi bagian dari provinsi Jawa Tengah. Perubahan yang amat mendalam terjadi dalam Pemerintahan di pedesaan.pada tahun terakhir dari masa revolusi.24 Pada masa krusial ini kemudian turunlah ketetapan Pemerintah yang berhubungan dengan status Swapraja ini. Sehubungan dengan kekacauan sebagai akibat dari lenyapnya Pemerintahan Jepang dan dikeluarkannya Proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, dan ternyata bahwa kekuasaan Pemerintah Swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran tidak berdaya dalam menghadapi dan mengatasi segala kesulitan tadi. Maka dengan penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 No 16 diputuskan bahwa sebelum bentuk susunan Pemerintahan Daerah Kasunanan dan Mangkunegaran ditetapkan dengan Undang-Undang maka daerah tersebut dipandang untuk sementara waktu ditetapkan sebagai satu karesidenanan, dikepalai oleh seorang Residen yang membawahi segenap pamong praja dan polisi serta memegang segala kekuasaan sebagai seorang Residen di Jawa dan Madura, luar daerah Surakarta dan Yogyakarta.25
23
Muh. Husodo Pringgokusumo, terjemahan ringkasan makalah Suyatno Kartodirjo, Revolusi Sosial di Surakarta 1945-1950 : Studi Kasus Perkotaan dan Desa dalam Revolusi Indonesia, Australian National University, Reksopustoko Mangkunegaran, kode. B580, 1982, hlm. 7 24
25
Ibid, hlm. 8 Keputusan tentang status Swapraja tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Badan perjuangan berusaha menguasai industri Mangkunegaran dengan mengadakan pengamanan terhadap para pegawai berkebangsawaan Jepang. Badan-badan perjuangan itulah yang berkuasa untuk mengamankan pabrik-pabrik dari kekuasaan Jepang. Penguasaan ini menyebabkan perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran juga ikut di kuasai oleh badanbadan perjuangan ini sehingga menyebabkan Praja Mangkunegaran kesulitan membiayai kehidupan Pemerintahannya dimana pembiayaan Praja Mangkunegaran telah terputus subsidinya dari Pemerintah Jepang dan tidak jelasnya peraturan mengenai hubungan ekonomi antara negara dengan kerajaan.26
D. Proses Nasionalisasi Aset Dana Milik Praja Mangkunegaran Pemaksaan kekuatan militer terhadap Mangkunegaran tahun 1947 merupakan dilema bagi kedudukan Mangkunegaran. Praja Mangkunegaran juga mengalami masalah sosial. Dengan dibubarkannya Legiun Mangkunegaran dan di ubahnya industri-industri milik Mangkunegaran menjadi industri-industri perang menambah beban sosial ekonomi Praja Mangkunegaran. Hilangnya sumber pemasukan utama Praja Mangkunegaran yang sebagian besar berasal dari hasil industri pertanian menyebabkan Mangkunegaran tidak mampu menghasilkan dana sosial yang cukup untuk mengatasi masalah sosial yang semakin meningkat.27
26
Kondisi itulah yang mengakibatkan rumah tangga Mangkunegaran menjadi terbengkalai. Bundel Ruparupa 1944-1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran , no. 476 27
Asia Raja, No. Istimewa, 29 April 2603, hlmaman 3; Kejadian-kejadian di Istana Mangkunegaran 19421945. Arsip Mangkunegaran.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Meskipun berdasarkan Maklumat dari menteri kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945 bahwa Mangkunegaran diberi izin untuk mengelola perusahaannya sendiri.28 Hal ini berbeda dalam pelaksanaannya yaitu pada tahun 1946 Mangkunegaran tetap harus menyerahkan perusahaan-perusahaannya kepada Pemerintah Republik. Tentu saja hal ini menyebabkan kekecewaan yang mendalam bagi pihak kerajaan Mangkunegaran meskipun begitu pihak Mangkunegaran tetap patuh dan melalui surat kuasa yang dikeluarkan oleh Sri paduka Mangkunegara VIII kepada Superintendent Mangkunegaran yang saat itu dijabat oleh Ir Sarsito Mangkusumo untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan Mangkunegaran yang bernaung di bawah Dana Milik Mangkunegaran kepada BPPGN dan PPN pada tahun 1946.29 Pemerintah pusat mengeluarkan maklumat yang di teruskan kepada Pemerintahan daerah Surakarta untuk menetapkan bahwa sejak adanya wakil Pemerintah Republik Indonesia yang sah di kota Surakarta maka segenap pegawai Kasunanan dan Mangkunegaran adalah berstatus sebagai Pegawai Negeri Republik Indonesia, dan Dewan Pertahanan Daerah Surakarta yang dibentuk pada tanggal 10 Juni 1946 memiliki kewenangan yang luas terhadap Pemerintahan di Kota Surakarta.30 Dalam rapat yang dilaksanakan tidak lama setelah maklumat tersebut diturunkan, diputuskan untuk segera melakukan penggabungan Jawatan
28
Mangkunegaran
Maklumat Kementrian Kemakmuran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5107
29
Surat Kuasa istimewa Mangkunegara VIII kepada Superintendent tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4752 30
Maklumat Pemerintah kota Surakata terkait masalah perubahan status Pegawai Kasunanan dan Mangkunegaran tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 727
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
kedalam Pemerintah Republik, pihak Praja Mangkunegaran bahkan menyediakan kantor yang berada di dalam Pura Mangkunegaran.31 Dengan berakhirnya status Pemerintahan Mangkunegaran ini maka semua badan usaha Mangkunegaran diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia atau dinasionalisasi. Badan usaha ini kemudian dikelola oleh badan baru bentukan Pemerintah Republik Indonesia yaitu Perusahaan Nasional Surakarta. Dalam rangka memperluas cakupan dalam pengelolaan perkebunan-perkebunan yang telah dinasionalisasi, Pemerintah pusat membentuk badan yang mengurusi masalah tersebut yang berada di bawah Koordinasi Kementerian Pertanian yaitu Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia pada tanggal 30 April 1947.32 Hal ini juga ditegaskan dengan turunan surat yang dikeluarkan oleh Kepala Jawatan Perkebunan kepada Dewan Pimpinan BPPGN dan PPN tentang pengaturan administrasi perusahaan Kasunanan dan Mangkunegaran yang telah dikuasai oleh Negara antara lain perusahaan Gula Kasunanan dan Mangkunegaran serta perusahaan Gamping dan tentang pegawai atau aset kekayaan Swapraja.33
31
Berkas masalah penyerahan kantor –kantor Mangkunegaran dalam penggabungan Djawatan Mangkunegaran ke dalam Djawatan RI, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 737 32
Wasino, Makalah Nasional, Nasionalisasi Pabrik Gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGMPress, 2004,
33
Pengaturan Kekayaan daerah Swapraja tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5170
hlm. 6
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
E. Pengaruh Agresi Militer Belanda II terhadap Kebijakan dan Sikap Mangkunegaran Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan terhadap Pemerintah Republik Indonesia dan berhasil menguasai sebagian besar wilayah Republik Indonesia termasuk Surakarta. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh pihak Mangkunegaran yang merasa kekuasaan dan kekayaannya telah diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Praja Mangkunegaran kemudian berusaha untuk memperkuat diri dalam mempertahankan dan mempersiapkan alat-alat Pemerintahan untuk mengembalikan status Pemerintahannya. Hubungan yang dilakukan oleh pihak Mangkunegaran dengan Pemerintah Belanda kemudian membawa hasil terhadap pengelolaan Dana Milik Mangkunegaran khususnya pabrik-pabrik gula Mangkunegaran. Pihak Republik yang terdesak oleh agresi militer Belanda tidak sempat memberikan perhatian khusus terhadap aset ekonomi yang dimilikinya khususnya di daerah Surakarta. Hal ini kemudian memberikan kesempatan kepada Mangkunegaran untuk menguasai kembali aset ekonomi yang pernah dimilikinya. Praja
Mangkunegaran
selain
kembali
menguasai
aset-aset
ekonominya,
Praja
Mangkunegaran juga menghidupkan kembali Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang sempat dibubarkan dikarenakan dibekukannya status Swapraja oleh Pemerintah Republik Indonesia. Status lembaga ini kemudian diubah menjadi hak milik pribadi berdasarkan hukum eropa.34 Perubahan itu dilakukan oleh Hoge van Vertegenwoordiger van de kroonin indonesia melalui surat keputusannya tanggal 30 September 1949 no 35. Berdasarkan surat keputusan itu 34
Surat Mr. H.G. Vrhoof tanggal 15 juni 1946 dan surat Ir. Sarsito Mangoenkoesoemo tgl 28 Juni 1949;Surat MN VIII tgl 26 Juli 1949, Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no 5115.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
pihak Mangkunegaran menganggap bahwa harta-harta kekayaan yang semula diambil alih Pemerintah Indonesia bisa kembali dikuasai oleh pihak Mangkunegaran. Setelah Agresi Militer II yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia, kontrol PPRI terhadap perusahaan-perusahaan Mangkunegaran memang menjadi lemah, sehingga manajemen perusahaan-perusahaan dapat dikuasai kembali oleh Mangkunegaran terutama kedua pabrik Gulanya. Pabrik tersebut kemudian dapat beroperasi dan berhasil menjual beribu-ribu ton gula oleh pihak Mangkunegaran ke luar negeri. Mangkunegaran berhasil menguasai kembali aset-aset ekonominya selama hampir tiga tahun.35 Pengambilalihan pabrik gula oleh Mangkunegaran ini didasari oleh kenyataan bahwa selama ini biaya produksi serta penanaman tebu serta biaya pembuatan gula di tanggung oleh Pihak Mangkunegaran. Hal ini diperkuat dengan laporan yang dibuat oleh Superintendent dan ditandatangani oleh Mangkunegaran VIII dan Patih Mangkunegaran. Surat ini berisi keterangan dari Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu Mangkunegaran, khususnya biaya penanaman tebu dan pembuatan gula selama ini dibiayai secara swadana oleh pihak Mangkunegaran.36 Pada tahun 1949, menurut inisiatif dari Mangkunegara VIII, dibentuk Pusat Perusahaan Mangkunegaran (PPMN). Tugas dari PPMN ini antara lain berisi konsep peraturan Mangkunegaran. Badan ini bertugas meneruskan urusan dan kewajiban Komisi Dana Milik Mangkunegaran dengan kantor urusan PPRI. Alasan pembentukan PPMN adalah karena
35
Wasino, op. cit, hlm. 7
36
Surat keterangan laporan Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu dibiayai oleh Mangkunegaran tahun 1948. Arsip ReksaPustaka Mangkunegaran, no. 5236
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Perusahaan Mangkunegaran yang berada di bawah Komisi Dana Milik tidak dapat diselenggarakan bersandar pada peraturan PPRI yang merupakan dampak dari isi persetujuan Roem Roijen tahun 1949. Situasi di Indonesia berubah dengan cepat pada masa akhir tahun 1949 khususnya di Surakarta. Pada tanggal 1 September 1949 diadakan pertemuan dan tanya jawab antara pegawai kementerian dan Praja Mangkunegaran tentang sikap Mangkunegaran saat ini.37 Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 menghasilkan keputusan bahwa Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat serta masalah Irian Barat akan di selesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan. Pada tanggal 22 Desember 1949, di seluruh Pulau Jawa diberlakukan Pemerintahan Militer pada jam 08.00 pagi waktu Indonesia Barat. Hal ini sesuai dengan perintah yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Teritorium Jawa Kolonel A.H Nasution.38 Penarikan Pasukan Belanda dari daerah Surakarta sebagai akibat dari Perjanjian konferensi
Meja
Bundar
berakibat
pula
pada
penguasaan
perusahaan-perusahaan
Mangkunegaran. Hal ini ditandai dengan turunnya surat perintah Komando Militer Daerah Kota Surakarta kepada Mangkunegaran untuk menyerahkan kembali penguasaan pengelolaan dan
37
Berkas arsip Tanya jawab antara Kementrian Penerangan dengan Mangkunegaran mengenai sikap Praja Mangkunegaran terhadap RI, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 921 38
Surat Komando Brigade Divisi II Lt Kolonel Slamet Riyadi tanggal 1 November 1949, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 954
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
pengoperasian Perusahaan Mangkunegaran khususnya pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu kepada PPRI.39 Posisi Praja Mangkunegaran semakin terjepit dengan adanya penyerahan dan pengakuan kedaulatan Indonesia dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Berdasarkan pengakuan kedaulatan tersebut kemudian Pemerintah mengadakan rapat pada tanggal 30 Desember 1949 yang membahas tentang rencana penggabungan Jawatan Mangkunegaran dengan Jawatan Republik Indonesia. Rapat ini menghasilkan keputusan antara lain : Penggabungan Jawatan Mangkunegaran dan Republik Indonesia dimulai tanggal 31 Desember 1949 dan kantor yang digunakan tetap seperti semula sebelum agresi Belanda II dilancarkan, koordinasi berada langsung ditangan Pemerintah Republik. 40 Hal tersebut ternyata tidak diindahkan oleh Praja Mangkunegaran. Pihak Praja merasa bahwa hak Dana Milik Mangkunegaran yang dimilikinya telah diubah menjadi hak milik pribadi berdasarkan
hukum
Eropa.
Hal
ini berdasarkan
perubahan
yang
dilakukan
Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia melalui surat keputusannya tanggal 30 September 1949 no. 35. Pihak Pemerintah Republik Indonesia dengan itikad baik berusaha membicarakan masalah ini dengan mengundang Sri Paduka Mangkunegaran VIII beserta anggota komisi yang lain serta Superitendent Ir. Sarsito Mangunkusumo melalui surat Menteri Dalam Negeri tanggal
39
Turunan perjanjian penggilingan tebu dari pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu antara Komando Militer Daerah Kota Surakarta dengan PPRI, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5255 40
Hasil keputusan tentang masalah penggabungan Djawatan Mangkunegaran dengan Djawatan Republik Indonesia tahun 1949, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 955
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
8 November 1951 untuk membicarakan dan bertukar pikiran serta membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah Fonds atau dana milik Mangkunegaran, penolakan datang dari pihak Mangkunegaran untuk melakukan perundingan dengan Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat dengan maksud untuk mencabut besluit Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia, tindakan ini kemudian diikuti dengan mengirimkan surat undangan telegram kepada Sri Paduka Mangkunegoro VIII pada tanggal 13 Desember 1951.41 Pada tanggal 23 Febuari 1952 melalui keputusan Presiden Republik Indonesia no 52, Pemerintah Republik Indonesia mencabut besluit Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia tanggal 30 September 1949 no. 35 dan memberhentikan Superitendent yang diangkat oleh Sri Mangkunegaran VIII.42 Sebagai reaksi terhadap tindakan Pemerintah itu, Ir Sarsito Mangoenkoesoemo mengajukan gugatan kepada pengadilan negeri di Jakarta dengan tuntutan terhadap Pemerintah atas dihalang-halanginya dirinya selaku Superintendent untuk mengambil uang perusahaan di de Javasche Bank. Ia beranggapan bahwa Keputusan Presiden tanggal 22 Pebruari 1952 no 52 tidak sah, sehingga Pemerintah wajib membayar kerugian sebesar Rp 3.220.800. Superitendent dan Komisi Dana Milik ingin menggunakan haknya untuk menuntut Pemerintah Republik 41
Surat Sri MN VIII tanggal 14 Desember 1951 no. 799/PE/Rah jo tanggal 10 Desember 1951 no. 796/PE/Rah, dan tanggal Surat tanggal 24 Desember 1951 no 15/R; Keputusan pengadilan Negeri di Jakarta mengenai Perkara-perkara Perdata dalam Perkara: Ir K.R.M.T.H. Sarsito Mangoenkoesoemo Superintendent Fonds van Eigendommen van het Mangokoenegorosche Rijk lawan: Pemerintah Republik Indonsia di Jakarta tentang Pembekuan harta Benda Milik-Milik Mangkoenegaran 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464 42
Keputusan presiden RI no 52, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hlm. 7
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Indonesia. Tuntutan ini ternyata tidak dikabulkan dan dimenangkan Pemerintah Republik Indonesia. Gugatan Sarsito ditolak dengan alasan Swapraja Mangkunegaran telah hapus sejak tanggal 15 Juli 1946. Pemerintah beranggapan bahwa sejak tanggal 15 Juli 1946 Zelfbestuursregelen Mangkunegaran staatsblad 1940 no. 543 sudah tidak berlaku lagi dalam arti segala
hak
dan
kekuasaan
mengenai
Pemerintahan
berdasarkan
Zelfbestuursregelen
Mangkunegaran beralih kepada Pemerintahan Republik Indonesia. Pemerintah berhak mengambil tindakan yang dikehendaki jika perlu menyimpang dari pada Zelfbestuursregelen Mangkunegaran tadi. Pembiayaan yang terkait dengan Pemerintahan sekarang dipikul oleh Pemerintahan pusat, dan oleh sebab itu maka segala kekayaan dan hasil yang dulu dimiliki dan dipegang oleh Pemerintahan Swapraja Mangkunegaran sejak tanggal 15 Juli 1946 dikuasai oleh Pemerintah Pusat untuk dapat dipergunakan demi kepentingan dan kebutuhan daerah Mangkunegaran. Maka dibentuklah kantor yang mengurusi perusahaan-perusahaan perkebunan milik Negara dan perusahaan perkebunan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh Negara dengan nama Kantor Urusan PPRI. Menurut pasal 1 ayat 1, segala perusahaan yang tergabung dalam perusaahaan Mangkunegaran “Mangkunagorosche Eigendommen Ponds” diurus dan diselenggarakkan oleh kantor Urusan PPRI yang dipimpin oleh seorang Direktur dengan dibantu oleh pegawai PPRI lainnya, termasuk pegawai Mangkunegaran yang semuanya dikategorikan sebagai Pegawai Negeri.43 Pada tanggal 20 Oktober 1951 Pemerintah mengirimkan surat kepada Direksi de Javasche Bank yang kemudian disampaikan kepada Mangkunegara VIII. Surat ini berisi tentang
43
Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta pasal 1 ayat 3, pasal 3 dan pasal 5, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hlm. 5
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
permintaan pertanggungjawaban Mangkunegaran terkait masalah pemeliharaan dan penguasaan yang dilakukan oleh Mangkunegaran seputar Dana Milik. Permintaan ini tidak dipenuhi sehingga Pemerintah Pusat terpaksa melarang segala pengeluaran uang oleh de Javasche Bank untuk Mangkunegaran jika tidak ada ijin dari Pemerintah Pusat.44 Hal ini menyebabkan pihak Mangkunegaran menderita kerugian sebesar Rp. 3.220.300 karena tidak dapat mengambil uang untuk menjalankan perusahaan-perusahaannya berhubung pihak de Javasche Bank tidak bersedia mengeluarkan uang tanpa adanya ijin dari Pemerintah Pusat. Kesalahpahaman terjadi antara Pemerintah Pusat dengan Mangkunegaran. Pemerintah Pusat menjelaskan bahwa pihaknya tidak melarang Mangkunegaran untuk mengeluarkan uang dari de Javasche Bank, hanya dinyatakan bahwa segala pengeluaran uang harus melalui ijin dari Pemerintah Pusat dahulu sehingga diperoleh kontrol yang jelas dalam segala tindakan yang diambil Mangkunegaran terkait dengan masalah perusahaan Mangkunegaran. Pembekuan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat pada dasarnya hanya bersifat relatif dan tidak bersifat Absolut ataupun totale bevriezing daripada kekayaan Mangkunegaran yang tersimpan dalam de Javasche Bank. Maka jika ada permintaan yang bersifat redelijk atau reasonable dan sesuai dengan sifat dan kedudukan fonds, pihak Pemerintah Pusat bersedia untuk mengeluarkan uang dari de Javasche Bank. Pada kenyataannya, pihak Mangkunegaran tidak pernah mengajukan permintaan untuk mengeluarkan uang sehingga Pemerintah Pusat beranggapan bahwa ini adalah kesalahan Mangkunegaran. Kerugian yang diderita oleh Mangkunegaran sebesar Rp. 3.220.300 menurut Pemerintah tidak jelas asalnya karena dalam laporan tersebut pihak Mangkunegaran tidak menjelaskan lebih
44
Surat Pemerintah tanggal 8 November 1951 no. Pem. X 66/ 5/ 8, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hlm. 9
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
jauh dari manakah didapatkan jumlah tersebut yaitu perincian daripada kerugian itu, maka karena tuntutan ini kurang terang dan kurang tegas ( vaag en onduidelijk), dengan sendirinya tidak dapat diterima ( niet ontvankelijk ). Pihak Mangkunegaran kemudian mengadakan perlawanan dengan beranggapan bahwa Zelbestuursregelen yang dimaksud masih tetap berlaku, selama Swapraja Mangkunegaran belum dihapuskan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan dan selama Zelbestuursregelen itu dengan persetujuan Hooft van het Mangkunegaran Huis belum dihapuskan.45 Mangkunegaran berpendapat bahwa Swapraja itu tetap ada, Swapraja tidak dapat dihapuskan dengan dikeluarkannya ketetapan Presiden tanggal 15 Juli 1946 no 16 /S.D dan undang-undang yang Republik Indonesia, karena kesemuanya itu hanya mengenai susunan Pemerintahan dan tidak mengenai sifat kenegaraaan daerah yang menjadi daerahnya Swapraja Mangkunegaran. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil keseimpulan bahwa Swapraja Mangkunegaran masih ada dan Zelbestuursregelen Mangkunegaran masih berlaku dan karena keputusan Presiden 1952 no 52 didasarkan atas Zelbestuursregelen tersebut maka keputusan tersebut tidak sah dan Ir. Sarsito Mangunkusumo berhak bertindak atas nama Mangkunegaran. Terkait masalah kepemilikan Dana Milik serta pengelolaannya, pihak Praja Mangkunegaran memberikan pendapatnya tentang hubungan Dana Milik Mangkunegaran dengan PPRI. Praja Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan yang sudah dimilikinya sebelum Proklamasi Indonesia diikrarkan, beberapa diantaranya adalah Pabrik Gula Tasikmadu dan Colomadu yang paling menonjol. Didalam tahun 1947, Pemerintah Pusat memperoleh
45
Berkas surat dari Mr. HH Verhoef Departemen Dalam Negeri belanda kepada Ir Sarsito Mangunkusumo terkait masalah Swapraja dan Dana Milik, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no 4753
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
kekayaan dan membiayai seluruh kegiatan perjuangannya dengan memaksimalkan potensi yang ada di daerah, maka diadakan penggabungan beberapa perusahaan di bawah satu atau beberapa pimpinan.46 Perusahaan-perusahaan perkebunan yang merupakan bagian dari Lands Landbouw Bedrijven termasuk milik Mangkunegaran dan perkebunan yang tidak merupakan milik bangsa asing disatukan dan diurus oleh satu badan yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang di sebut Kantor Urusan Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia atau disingkat PPRI. Tindakan Pemerintah Republik Indonesia ini dapat dimengerti dan dipahami serta dipatuhi oleh pihak Mangkunegaran. Hal ini disebabkan Negara Republik Indonesia berada dalam keadaan bahaya dan karenanya diperlukan tindakan-tindakan yang istimewa. Praja Mangkunegaran berpendapat juga bahwa tindakan tersebut hanya untuk sementara saja dan dilaksanakan hanya bila keadaan bahaya itu ada, sehingga pihak Mangkunegaran berhak mengambil alih kembali penguasaan dan pengelolaan Dana Milik jika keadaan Negara sudah dalam keadaan aman. Pihak Mangkunegaran juga mengemukakan pendapatnya tentang masalah pembiayaan Dana Milik. Pemerintahan Indonesia tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun untuk membiayai perusahaan-perusahaan khususnya milik Mangkunegaran. Hal ini sesuai dengan
46
Laporan Superintendent terkait Dana Milik Mangkunegaran, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no
4776
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Peraturan Pemerintah pasal 12 ayat satu yang berbunyi “semua biaya PPRI dipikul oleh perusahaan yang dibawah kekuasaannya”.47 Hal ini menjelaskan bahwa selama ini segala hal pembiayaan yang terkait dengan Dana Milik masih di biayai oleh Praja Mangkunegaran. Kewajiban PPRI terhadap perusahaanperusahaan itu hanya mengurus dan menyelenggarakan saja. Masalah pemilik perusahaan itu seharusnya tetap menjadi milik Mangkunegaran.48 Hal ini berarti bahwa Dana Milik Mangkunegaran dan lain-lain yang dikuasai oleh PPRI adalah milik Mangkunegaran. Selama ini PPRI yang selama tahun 1946 mengurus perusaahaan Dana Milik Mangkunegaran dengan biaya yang dipikul oleh perusahaan-perusaahaan itu sendiri dan tidak dengan kas Negara. Sehingga Mangkunegaran berpendapat bahwa seharusnya ketika sudah tiba saatnya untuk PPRI mengembalikan perusahaan-perusahaan tersebuut yang menjadi hak Mangkunegaran dan memppertanggungjawabkan segala hal yang berhubungan dengan masalah Dana Milik Mangkunegaran kepada Praja Mangkunegaran.49 Pemerintah pusat memberikan jawaban terhadap pernyataan Praja Mangkunegaran tersebut bahwa karena seluruh daerah Mangkunegorosche Rijk bersama dengan daerah Kasunanan menurut Penetapan Presiden tanggal 15 Juli 1946 no 16/ S. D dipandang merupakan satu Karesidenan biasa yang seluruhnya langsung dibawah pimpinan Pemerintah Pusat dan
47
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 9/ 1/ 1947, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464.
48
Ibid, pasal 1 terkait kewajiban PPRI
Hlm. 17
49
Turunan surat kuasa dari Mangkunegoro VIII kepada Mr Lukman Wiriadinata, Mr Abdi Zainal Abidin untuk mengadakan pembelaan didepan pengadilan masalah Swapraja dan Dana Milik Mangkunegaran, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4786
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
sepenuhnya menjadi pertanggungjawaban Pemerintah Republik Indonesia. Maka dengan sendirinya segala kekayaan Mangkunegaran yang tergabung dalam Dana Milik Mangkunegaran harus diserahkan kepada Pemerintah Pusat untuk dipergunakan buat daerah Mangkunegaran yang masuk dalam daerah kekuasaan daerah Republik.50 Pemerintahan beranggapan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap Dana Milik tersebut adalah tidak lain agar kekayaan daerah yang dimiliki di daerah Mangkunegaran dipergunakan untuk keperluan daerah Mangkunegaran dan sekitarnya. Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VIII dengan Komisi Dana Miliknya dan Superitendent sekarang
diluar pengetahuan Pemerintah Republik Indonesia. Kekayaan
daerah yang dimilikinya justru tidak dipergunakan untuk daerah kekuasaan Mangkunegaran malah digunakan untuk menentang Pemerintahan RI, misalnya dengan membiayai dan memelihara Dubbel bestuur dan lijdelijk verzet. Pemerintah Pusat juga menjelaskan mengenai hubungan antara Dana Milik dan PPRI, bahwa penggabungan perusahaan perkebunan menurut Peraturan Pemerintah tanggal 30 April tahun 1947 no. 9 dapat dipertanggungjawabkan dengan pengertian bahwa PPRI hanya mennyelenggarakan dan mengurus perusahaan-perusahaan itu tanpa menyinggung tentang siapa yang memilikinya. Berdasarkan PP no 9 tahun 1947 juga disebutkan bahwa secara de Facto perusahaan-perusahaan
tersebut
termasuk
Dana Milik Mangkunegaran
dikuasai oleh
Pemerintah.51 Selanjutnya berdasarkan kewajiban untuk mengurus dan menyelenggarakan
50
Keputusan Pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hlm. 19 51
Peraturan Pemerintah tentang penguasaan perusahaan-perusahaan perkebunan no. 9 tahun 1947, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 477
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
perusahaan itu (pasal 1 ayat 1), dimana Praja Mangkunegaran berpendapat bahwa PPRI harus mengadakan pertanggungjawaban atas pekerjaannya yang dilakukan selama sekian tahun kepada Pihak Mangkunegaran, Pemerintah Pusat memberi jawaban bahwa menurut pasal 1 ayat 2 menjelaskan PPRI memiliki hak untuk menguasai kekayaan dan hasil perusahaan-perusahaan tersebut. Pasal 6 ayat 2 menjelaskan bahwa keuntungan bersih yang diperoleh dari perusahaanperusahaan tersebut sesudah dipotong untuk cadangan dan dimasukan kedalam kas Negara sebagai pendapatan Negara. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan demikian segala hasil kekayaan termasuk hasil dari perusahaan-perusahaan Dana Milik Mangkunegaran dapat dipergunakan untuk keperluan dan kepentingan daerah Mangkunegaran dan daerah sekitarnya.52 Pemerintah Pusat juga menegaskan bahwa bukan kesalahan dari Pemerintah Pusat jika tidak diadakan perundingan terkait masalah pembekuan dana di de Javasche Bank karena pihak Mangkunegaran sendiri yang diwakili oleh Sri Paduka Mangkunegara VIII menolak untuk datang ke Jakarta untuk mengadakan perundingan terkait masalah Dana Milik serta pencabutan besluit Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia tanggal 30 September 1949 no 35. Pemerintah juga menyatakan bahwa pengembalian status Swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran yang pada pokoknya menjadi dasar tuntutan Mangkunegaran terkait dengan pengembalian dan penyerahan kembali hak Dana Milik kepada Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang sudah dihapuskan dan telah diganti dengan Panitia Penyelenggara Dana Milik Mangkunegaran. Pemerintah memutuskan melalui Penetapan Presiden pada tanggal 2 Juli 1952 no. 224/ 1952 g, bahwa daerah Swapraja Mangkunegaran dalam sifat dan bentuk yang
52
Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta, ibid, hlm. 21
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
dimaksud oleh Zelbestuursregelen Mangkunegaran staatsblad 1940 no 543, telah dihapuskan sejak tanggal 15 Juli 1946 sehingga meskipun status Dana Milik Mangkunegaran belum jelas apakah milik RI atau Mangkunegaran tetapi menurut Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1947 no 3 telah dijelaskan bahwa Dana Milik tersebut secara de facto dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sebagai akibatnya adalah PPRI yang merupakan lembaga resmi dari Republik Indonesia berhak untuk bertindak untuk dan atas nama Dana Milik tersebut.53 Komisi Dana Milik kembali dibubarkan oleh Pemerintah dan diganti dengan Panitia Penyelenggara Dana Milik Mangkunegaran yang dibentuk oleh Negara dengan susunan sebagai berikut: 1. Walikota Surakarta sebagai ketuanya 2. Seorang ahli yang ditunjuk oleh Kementrian Perekonomian 3. Wakil kantor Urusan PPRI 4. Dua orang wakil yang ditunjuk oleh Sri Paduka Mangkunegoro VIII 5. Seorang wakil dari de Javasche Bank Pengurusan sehari-hari oleh Superitendent yang diajukan oleh Menteri Pertanian dan diangkat oleh Mendagri.54
53
Ibid, hlm. 26
54
Berkas arsip susunan Panitia Penyelenggara Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4750
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran berakhir dengan kekalahan di pihak Mangkunegaran pada tanggal 2 Juli 1952 di Pengadilan Negeri Jakarta. Dengan ini Komisi Dana Milik Mangkunegaran tidak berhak lagi mengurus dan menyelenggarakan segala hal yang berhubungan dengan Dana Milik Mangkunegaran.
F. Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang didirikan pada tahun 1916 dengan tujuan untuk mengurus aset-aset Mangkunegaran yang berupa perusahaan dan perkebunan yang berada di daerah Vorstelanden Mangkunegaran. Peranan Komisi ini sangat berpengaruh terhadap aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran yaitu bertugas untuk menyelenggarakan, memantau dan mengawasi segala aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran.55 Tahun 1946, Komisi Dana Milik Mangkunegaran berperan untuk memperlancar penasionalisasian aset-aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran oleh Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Mangkunegaran disebabkan karena beberapa alasan, yaitu situasi yang tidak kondusif yang terjadi di Surakarta khususnya daerah Mangkunegaran. Revolusi sosial yang mengakibatkan dibekukannya daerah Swapraja Surakarta serta perebutan aset-aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran memaksa Praja Mangkunegaran untuk bekerja sama dengan Pemerintah untuk memulihkan situasi keamanan. Salah satunya dengan menyetujui untuk menyerahkan Dana Milik Mangkunegaran kepada Pemerintah. Melalui surat
55
A. K. Pringgodigdo, Op.cit, 1977, hlm. 89
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
perintah Mangkunegara VIII kepada Superintendent Mangkunegaran saat itu Ir. Sarsito Mangunkusumo maka Mangkunegaran menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Dana Milik yang berupa Perusahaan perkebunan kepada Pemerintah Republik.56 Badan-badan baru kemudian dibentuk untuk mengurusi Dana Milik ini seperti Perusahaan Nasional Surakarta (PNS), Badan Pengurus Perusahaan Gula Negara (BPPGN) kemudian Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI). Komisi Dana Milik yang berstatus dibekukan tetap membantu dalam pengoperasian perusahaan miliknya hal ini terlihat dari masih aktifnya Superintendent dalam kegiatan laporan serta perencanaan perusahaan.57 Sikap Mangkunegaran berubah setelah terjadi Agresi militer yang dilakukan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Komisi Dana Milik yang seharusnya berperan untuk memperlancar proses Nasionalisasi malah berusaha untuk merebut kembali aset-aset yang pernah menjadi miliknya. Hal ini dilakukan oleh Mangkunegaran karena merasa bahwa Dana Milik Mangkunegaran adalah hak milik Mangkunegaran dan sudah selayaknya dikelola secara langsung oleh Praja Mangkunegaran sendiri, bukan oleh Pemerintah. Komisi Dana Milik Mangkunegaran kemudian merubah status kepemilikan Dana Milik sesuai hukum Eropa yaitu dengan bekerjasama dengan Belanda. Penerbitan besluit Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia dianggap sebagai bukti yang cukup bagi Mangkunegaran untuk mendapatkan haknya kembali atas Dana Milik Mangkunegaran.
56
Lihat surat kuasa istimewa Mangkunegara VIII kepada Superintendent tahun 1946, arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4752 57
Lihat arsip turunan surat kuasa Mangkunegoro kepada Mr. Lukman Wiriadinata dan Mr. Abdi Zainal Abidin untuk mengadakan pembelaan di depan pengadilan masalah Dana Milik Mangkunegaran, no. 4786
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Pengakuan atas kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949 merupakan pukulan yang berat bagi Mangkunegaran. Dengan diakuinya kedaulatan Indonesia maka Mangkunegaran harus tunduk terhadap peraturan Pemerintah. Hal ini menyebabkan Mangkunegaran harus menyerahkan kembali Dana Milik kepada Pemerintah dan membubarkan Komisi Dana Milik miliknya pada tahun 1952.58
58
Keputusan pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
BAB IV DAMPAK NASIONALISASI ASET MANGKUNEGARAN TERHADAP PRAJA MANGKUNEGARAN
Perubahan sistem kebijakan pemerintah penguasa sangat berpengaruh terhadap sistem birokrasi di Praja Mangkunegaran. Semasa pendudukan kolonial Belanda tahun 1940an terdapat dua sistem pemerintahan, pemerintahan Belanda dan kerajaan, Struktur pegawai masih mengikuti struktur birokrasi Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, struktur pegawai pemerintahan Mangkunegaran masih menggunakan sistem Belanda tetapi juga ada perubahan dalam struktur pemimpin suatu daerah. Masa kemerdekaan tahun 1945 pemerintah pusat telah mengambil alih semua urusan kerajaan Mangkunegaran. Pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunagoro VIII terjadi perubahan dan perkembangan baru yaitu sesudah terjadinya gerakan anti Swapraja yang mengakibatkan dibekukannya Praja Mangkunegaran dengan penetapan Pemerintah no 16 S.D sehingga statusnya menjadi bagian dari wilayah Negara Republik Indonesia yang berarti Praja Mangkunegaran sudah tidak mempunyai kekuasaan lagi untuk memerintah.1
1
Muhammad Husodo Pringgokusumo, Sejarah Perusahaan Mangkunegaran, Reksapustaka Mangkunegaran, 1987, hal. 24-26
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
A. Praja Mangkunegaran setelah Nasionalisasi Setelah melalui masa transisi selama hampir empat tahun pada tahun 1950 segala bidang pengusahaan yang pernah dilakukan oleh Praja Mangkunegaran juga dibekukan dan beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Selanjutnya Praja berusaha menata kembali sistem keuangannya karena pada masa peralihan tersebut situasi keuangan Praja Mangkunegaran mengalami kesulitan. Keadaan ini selaras dengan situasi politik dan ekonomi di Indonesia pada waktu itu, antara tahun 1946 hingga tahun 1950. Hal ini tentu saja membawa dampak dan perubahan yang sangat besar bagi Praja Mangkunegaran. Praja yang pada masa sebelum kemerdekaan memiliki aturan dan sistem ekonomi yang mandiri harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru ini.
B. Dampak Nasionalisasi dalam bidang Perekonomian Mangkunegaran Nasionalisasi terhadap aset-aset Mangkunegaran berpengaruh sangat besar pada keuangan serta sistem keuangan Praja Mangkunegaran. Status istimewa serta kemandirian yang biasanya dilakukan pada masa sebelum kemerdekaan harus dilepas. Roda perekonomian Praja Mangkunegaran sepenuhnya bergantung pada subsidi pemerintah setelah keputusan tentang pembubaran Komisi Dana Milik Mangkunegaran diputuskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta tanggal 2 Juli 1952.2 Subsidi yang diperoleh dari pemerintah pada dasarnya hanya bersifat tunjangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan Sri Mangkunegoro VIII pribadi beserta putra 2
Keputusan Pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hal. 19
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
sentana serta kebutuhan bagi pemeliharaan keadaan didalam istana dengan rincian sebagai berikut : 1. Praja Mangkunegaran mendapat subsidi dari pemerintah sebesar tiga juta rupiah sebulan. 2. Setengah dari Jumlah tersebut digunakan untuk kebutuhan Sri Paduka Mangkunegara dan Putra Sentana. 3. Jumlah tersebut separuhnya kemudian diambil sebagai biaya perawatan istana dan sisanya untuk menggaji para abdi dalem.3 Sistem manajemen keuangan istana Mangkuengaran masa Mangkunegara VIII, masih berdasarkan pada pranatan atau peraturan 1917. Peraturan ini berpedoman pada sistem pembukuan yang rasional yaitu memisahkan antara kekayaan istana dengan harta pribadi Sri Paduka Mangkunegara sebagai bentuk kesadaran akan kewarganegaraan. Hal semacam ini berarti erat kaitannya dengan sistem hukum dan administrasi yang rasional. Dengan dibentuknya Kantor Dinas Urusan Istana yang mengelola sirkulasi keuangan istana, untuk memenuhi kebutuhan istana termasuk merawat istana dengan segala isinya serta untuk menggaji para abdi dalem. Sedangkan segala kebutuhan sehari-hari Sri Mangkunegara pribadi masuk dalam bentuk anggaran kas kecil dan dikelola oleh kantor Reksabuana Mangkunegaran. Kantor ini mengelola keuangan istana yang berasal dari subsidi pemerintah yang diterima secara rutin tiap sebulan sekali melalui Departemen Dalam Negeri kemudian turun ke 3
Partini, “Sistem Manajemen Kepegawaian Istana Mangkunegaran masa Pemerintahan Mangkunegara VIII”, Skripsi, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro Semarang, 1987, hal.125
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Pemerintah Daerah tingkat I Jawa Tengah dan terakhir melalui Pemerintah Daerah tingkat II Surakarta yaitu melalui Residen atau Walikota Surakarta.4 Tetapi oleh Praja Mangkunegaran subsidi ini dirasa sangat kurang mengingat besarnya biaya perawatan istana yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka Praja Mangkunegaran dibawah kepemimpinan Mangkunegara VIII mengambil suatu langkah guna mengatasi situasi keuangan Praja. Sesuai dengan fungsi dan misi Mangkunegaran yang tidak lain adalah hanya sebagai salah satu pusat pelestari dan pengembang budaya Jawa, yaitu melestarikan peninggalan budaya luhur Mangkunegaran untuk disumbangkan kepada pembangunan nasional maka didirikanlah badanbadan usaha untuk menunjang misi tersebut melalui organisasi kekerabatan Mangkunegaran atau yang lebih sering disebut dengan Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran (HKMN). Mangkunegaran
kemudian
berusaha
untuk
bangkit
dan
memperbaiki
sistem
perekonomiannya. HKMN dibentuk pada tahun 1946, pembentukan organisasi ini didasari oleh bahwa setelah tahun 1946 pemerintahan Mangkunegaran dibekukan maka segala kegiatan yang mengatasnamakan pemerintahan Mangkunegaran tidak dibenarkan lagi. Para pendiri Republik menyadari bahwa banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah daerah baru yang mengambil alih pemerintahan Mangkunegaran, terutama menyangkut hal-hal yang bersifat spiritual, kultural, dan nilai-nilai luhur peninggalan leluhur Mangkunegaran. Disamping itu masih ada pula bangunan istana beserta benda-benda budaya yang ada didalamnya, perpustakaan,
dan
kekayaan-kekayaan
Eigendommen Mangkunegaran.
Semua
lainnya itu
yang
masih
terhimpun
menjadi
dalam
tanggung
Fonds jawab
van pihak
Mangkunegaran dengan Mangkunegoro VIII sebagai pemimpinnya. Begitu pula dengan para 4
Partini, ibid, hal. 126
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
pengawal, pemangku, dan abdi dalem, yang berarti harus dilanjutkan
pengurusan,
pemeliharaan, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Dengan istilah lain “hak hidupnya tetap ada”.5 Semua itu ditangani oleh beberapa badan antara lain Dinas Urusan Istana (sebelumnya disebut Kabupaten Mondropura), Kawedanaan Satriya dan Mangkunegoro VIII sendiri beserta stafnya. Menghadapi
perubahan
situasi
politik
beserta
dampaknya,
dan pengalaman
Mangkunegaran selama ini, diputuskan untuk segera membentuk suatu badan yang dapat menghimpun potensi kerabat Mangkunegaran. Dengan persetujuan Mangkunegoro VIII dan pepatih dalem KRMAA Partono Hardojonoto dibentuklah sebuah organisasi yang diberi nama “Himpunan Kerabat Mangkunegaran”.6 HKMN lahir pada tahun 1946, adapun AD/ RTnya baru dapat disahkan pada tanggal 3 November 1950 atau Jumuwah Kliwon 22 Suro
Jimakir
1882,
dengan candrasengkala Mulat Sarira Ngesti Sawiji. Selanjutnya
dinyatakan: “Dengan berazaskan budi luhur, kekeluargaan, Pancasila dan Nunggal Laras, HKMN bermaksud dan bertujuan: 1.Menghimpun dan menyusun tenaga lahir dan batin dari masyarakat kerabat Mangkunegaran, guna membangun dan mengembangkan masyarakat kerabat Mangkunegaran pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sesuai dengan perubahan zaman.
5
Penjelasan mengenai SK Sri Mangkunegoro VIII, tanggal 19 Juli 1978, No. 78/SP/78, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 1189 6
Sjafri Sairin, Javanese Trah Kin-Based Social Organization, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 1982, hal. 8.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
2. Menambah kesadaran para kerabat atau kewajiban sebagai anggota masyarakat. 3. Menanam pengertian yang sehat akan paham kedaulatan rakyat (demokrasi) dan membiasakan mempergunakan hak demokrasi secara teratur yang layak dalam negara hukum yang demokratis. 4. Memperdalam kesadaran bernegara dan berbangsa. 5. Memperdalam dan mengembangkan kebudayaan asli. 6. Menjalankan usaha-usaha untuk mempertinggi tingkat hidup rakyat, jasmani dan rohani bagi kerabat Mangkunegaran pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.7 Penghapusan Swapraja dan upaya nasionalisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1952, menyebabkan seluruh kekayaan ex-Swapraja dibekukan. Termasuk didalamnya kekayaan Mangkunegaran yang terhimpun dalam Founds van Eigendommen van het Mangkoenegarasche Rijk atau Dana Milik Mangkunegaran. Untuk selanjutnya diambil alih oleh pemerintah Republik dan berada dalam wewenang pengurusan Walikota Surakarta. Pada tahun 1970, kestabilan keuangan Mangkunegaran dapat tercapai. Hal ini dilakukan dengan dirintisnya usaha-usaha baru sebagai pemasok keuangan Praja. Badan-badan usaha tersebut adalah : 1. Kantor Biro Pariwisata Mangkunegaran yang ada di bekas Gedung Perkantoran Mangkunegaran
7
Moeljatmo Darmosapoetra, HKMN Perombakan dan Penyusunan Kembali Tatawangun, Surakarta: Reksopustoko, 1980, hal. 2-3.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
2. PT Retnapuri yang bergerak dalam bidang usaha perhotelan yaitu dengan didirikannya Hotel Mangkunegaran (Mangkunegaran Palace Hotel) pada tahun 1962 oleh Sri Paduka Mangkunegaran VIII. Hotel ini berdiri di atas bekas gedung militer Legiun Mangkunegaran sebelah barat pamedan (halaman depan istana). Managing Director PT Retnapuri tersebut adalah Gusti Pangeran Hario (GPH) Sujiwo Kusumo. GPH Sujiwo Kusumo merupakan putra keempat Sri Paduka Mangkunegoro VIII. 3. PT Astrini yang bergerak dalam bidang usaha penyaluran bahan-bahan pokok dari Bulog Jawa Tengah, dengan 20 orang karyawan. PT Astrini ini juga memiliki hak konsensi kayu dan rotan seluas 20.000 hektar di Kalimantan Timur. 4. PT Gamelan Mangkunegaran yang berada Panti Putra Mangkunegaran. Badan usaha ini membuat dan menjual perangkat gamelan. 5. Bank Mekar Nugraha yang bergerak dalam bidang usaha perbankan. 6. Koperasi keluarga Mangkunegaran yang berdiri pada tanggal 22 Januari 1980. Koperasi berada di gedung bekas kantor Kejaksaan Mangkunegaran.8 Selain mendirikan berbagai bidang usaha baru untuk menunjang perekonomian Mangkunegaran. Berbagai pendekatan dilakukan pihak Mangkunegaran pada pemerintah Republik agar dapat meninjau kembali status dana tersebut. Pemerintah
Soekarno
tidak
memberikan tanggapan perihal dana tersebut, sampai kemudian terjadi perubahan sistem pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru.
8
Partini, ibid, hal. 126-127
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Pada masa pemerintahan Soeharto tepatnya tahun 1970 dan kemudian 1974, Mangkunagoro VIII mengupayakan kembalinya dana tersebut. Bukan sesuatu yang mudah memang, proses yang dijalani pun amat panjang. Dengan negosiasi pihak HKMN yang diwakili anggota-anggotanya seperti Mayjen Suryo Sumpeno, pengusaha terkenal Sukamdani S Gitosardjono, mantan Menteri Kehutanan DR. Soedjarwo, dan ibu negara Tien Soeharto, dana tersebut berhasil dikembalikan. Pengembaliannya tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara bertahap. Dana yang dimaksud berupa kepemilikan yayasan dilingkungan Mangkunegaran seperti : Yayasan Cikal Bakal Mangkunegaran, Yayasan SMA Siswo Mangkunegaran, Yayasan PDMN, Yayasan Ywapati, Yayasan SD Siswo Mangkunegaran, Yayasan Hardi Bangun Mangkunegaran, Yayasan Bina Budaya Mangkunegaran, Perkumpulan PAKARTI Mangkunegaran (Karawitan Beksan), Pengurus SMP Siswo IV Mangkunegaran, Pengurus TK Taman Putra Mangkunegaran, HPMN (Himpunan Pemuda Mangkunegaran), HWMN (Himpunan Wanita Mangkunegaran), NV Gianti, dan CV Aneka Ratna.9 Mangkunegaran menjalin hubungan baik
dengan
berbagai
kalangan
baik
itu,
negarawan, politisi, diplomat, seniman, dan pengusaha-pengusaha terkenal. Kekayaan budaya Mangkunegaran menjadi daya tarik, sumber inspirasi dan juga memiliki nilai jual tersendiri. Tidak heran bila istana Mangkunegaran selalu masuk dalam daftar kunjungan para tamu negara.
9
Dana Milik Mangkunegaran, Surakarta: Reksa Pustaka Mangkunegaran, Arsip No. 1001
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
C. Dampak Nasionalisasi pada bidang Sosial Dalam bidang sosial, Sehubungan dengan timbulnya gerakan anti Swapraja yang terjadi di Surakarta pada tahun 1946, peristiwa ini telah mengakibatkan dibekukannya kekuasaan Swapraja dan kekuasaan diambil alih Pemerintah Republik Indonesia. Kejadian ini diikuti dengan keluarnya Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 16/ S.D. tanggal 15 Juli 1946. Penetapan Pemerintah ini diantaranya berisi tentang perubahan wilayah Surakarta dari status Swapraja menjadi wilayah karisidenan yang langsung di bawah Pemerintah Republik Indonesia, sehingga dua kabupaten yang semula berada di bawah Praja Mangkunegaran saling melepaskan diri dan masing-masing menjadi Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Karanganyar hingga sekarang ini.10 Sedangkan Praja Mangkunegaran sendiri menjadi istana tanpa pemerintahan yang resmi dan tinggal melestarikan warisan-warisan budaya yang ada.11 Mangkunegaran berusaha untuk memperkuat jaringan sosialnya dengan memberi kesempatan masuknya anggota-anggota kehormatan yakni orang-orang yang berjasa pada Mangkunegaran, Pejabat pemerintah, serta tokoh masyarakat yang menaruh simpati pada Azas dan tujuan Mangkunegaran. Nama tokoh terkenal berskala nasional seperti Iwan Tirta (seniman batik) dan Joop Ave (mantan menteri pariwisata, pos dan telekomunikasi) adalah sebagian dari mereka yang diangkat sebagai anggota kehormatan yang bertujuan untuk memperkuat kedudukan sosial Mangkunegaran. Usaha lainnya untuk mengangkat derajat Mangkunegaran di mata masyarakat adalah dengan melalui
10
R. Joeniarto, Perkembangan Pemerintah Lokal, Bandung: Penerbit Alumni, 1982, hal 85-86.
11
M. Husodo Pringgokusuma, op. cit., 1983, hal. 16
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
perkawinan, biasanya dengan melalui justifikasi prasyarat perkawinan Jawa bibit, bebet dan bobot. Perkawinan ini diharapkan agar Mangkunegaran memperoleh pihak-pihak yang menguntungkan bagi Mangkunegaran. Misalnya, perkawinan antara Sudjiwo Kusumo dengan Sukmawati
Sukarno
Putri. Perkawinan yang berlangsung tahun 1974 itu
tidak berumur
panjang. Perkawinan kedua Sudjiwo dengan Prisca Marina, putri Letjen Haryogi Supardi, GRAy. Retno Satuti yang menikah dengan Alm. Rahardian Yamin, terakhir perkawinan GRAy. Retno Astrini dengan Pangeran Syeh abu bakar dari Kerajaan Selangor Malaysia. Dalam sopan santun berbahasa ditunjukan bahwa berbicara secara formal seperti dalam pertemuan atau upacara resmi, seorang atasan terhadap bawahan memakai bahasa krama sebagaimana kalau bawahan berbicara menunjukkan
bahwa Mangkunegaran
terhadapan atasan. Dari
kenyataan
di
atas
telah berusaha meningkatkan dan menguatkan serta
memperluas nilai-nilai Mangkunegaran yang telah pudar dimata masyarakat Surakarta pada masa Revolusi Indonesia dalam bidang sosial.
D. Dampak Nasionalisasi dalam Bidang Kebudayaan Mangkunegaran Dalam bidang budaya, Mangkunegaran tidak mengalami perubahan berarti. Hanya saja pengembangan budaya yang dahulu hanya sebatas pada sebatas daerah Swapraja, setelah Nasionalisasi, Mangkunegaran mengembangkan kebudayaannya secara nasional. nampak adanya usaha dalam menghidupkan budaya tradisi yang dipadukan dengan unsur budaya modern. Sesuai dengan adanya demokratisasi di bidang budaya ini, Pura Mangkunegaran
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
tidak pernah mendebatkan nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru, antara tradisi dan modernisasi. Tetapi lebih menekankan pada pelestarian dan pengembangan tradisi yang dipadukan dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu warna budaya yang muncul tidak berupa seni yang klasik saja, namun juga pengaruh budaya modern. Usaha di bidang budaya juga nampak dalam hal upacara jumenengan pengageng Pura Mangkunegaran yang telah mengalami perubahan. Sebelumnya upacara jumenengan ini dilakukan oleh raja dari Kasunanan Surakarta, namun sejak jumenengan untuk KGPA Mangkunegoro (IX) pada tanggal 24 Januari 1988 telah dilakukan sendiri oleh para Sesepuh Agung Pura Mangkunegaran. Hal ini disebabkan Pura Mangkunegaran telah berdiri sendiri dan sama sekali tidak tergantung dari Kasunanan Surakarta. Sehingga Pura Mangkunegaran mempunyai kebebasan dalam melakukan kegiatan tradisinya.12 Mangkunegoro
mempunyai
kewenangan
dan
tugas
sebagai pimpinan tertinggi
keluarga besar Mangkunegaran, baik dalam upacara-upacara tradisi yang berlaku di lingkungan Mangkunegaran. Satu hal yang kini akan diterapkan untuk sedikit demi sedikit meninggalkan tradisi yang sudah tidak lagi mempunyai nilai sosial ekonomi yang tidak juga sesuai dengan kemajuan jaman. Tetapi itu bukan berarti semua tradisi akan hilang, seperti tradisi kirab pusaka pada malam satu Suro atau jamas pusaka dan upacara yang sifatnya untuk pelestarian budaya, selama masih diminati masyarakat tetap akan dipertahankan.13
12
Ketetapan Dewan Musyawarah Kerabat HKMN Suryasumirat No. III/TAP/HKMNS/VII/1988
13
Harian Suara Merdeka, 14 September 1987.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Dalam masa pembangunan
ini Mangkunegaran di samping tetap mempertahankan
identitasnya sebagai keturunan priyayi Mangkunegaran, juga telah membaurkan diri dalam masyarakat bangsa Indonesia dan berperan besar dalam Kebudayaan Nasional. Kenyataan ini dapat ditinjau bahwa pihak Mangkunegaran telah banyak menyumbangkan ciri khas kebudayaannya seperti bahasa, pakaian adat, kesenian, tarian perjuangan dan piwulangpiwulang luhur lainnya. Semua ini mempunyai peran besar dan memberi identitas kepada Kebudayaan Nasional. Anjungan Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah misalnya, yang menggunakan bentuk bangunan Pendopo Ageng Istana Mangkunegaran. Ornamen interior dan warna kuning-hijau (pari-anom) khas Mangkunegaran banyak digunakan dalam bangunan monumental lainnya. Usaha lain dengan dibentuknya Pusat Budaya Mangkunegaran yang merupakan wadah
pengelolaan
di
bidang
budaya,
sekaligus
berfungsi
sebagai pelestarian dan
penyebaran budaya Mangkunegaran khususnya, dan budaya Jawa pada umumnya. Di antara kegiatannya adalah menyelenggarakan festival kesenian, menjalin kerja sama dengan Perguruan Tinggi untuk kegiatan penelitian, seminar dan sebagainya. Selain
itu juga
dilakukan pengiriman duta-duta kesenian ke luar negeri seperti Amerika, dan Belanda. Ini menjadi bukti bahwa budaya Mangkunegaran tidak hanya untuk kerabat Mangkunegaran saja, namun menjadi milik dan diabdikan pada bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal itu kerabat Mangkunegaran telah mendukung sepenuhnya terhadap Kebudayaan Nasional, yakni melalui Pura Mangkunegaran dengan segala koleksinya yang berupa benda-benda kuno, upacara adat, hingga pada arsitektur Pura. Di samping itu ada pula Arsip dan Perpustakaan Reksa Pustaka yang menyimpan koleksi buku-buku kuno
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
yang maupun terbitan baru, foto-foto kuno, dan buku-buku sastra dari pihak Mangkunegaran sendiri. Semua ini telah memberikan sumbangan yang besar terutama untuk kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah lainnya.
commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam bab-bab dimuka, maka dapat ditarik kesimpulan, yakni: pengawasan keuangan yang dilakukan oleh Belanda kepada kondisi keuangan Mangkunegaran dimulai pada masa kekuasaan Sri Mangkunegaran V dan mulai menemukan bentuknya pada saat Sri Mangkunegara VII berkuasa. Komisi yang dibentuk untuk membatasi kekuasaan Superintendent dalam hal pengambilan keputusan keuangan merupakan langkah maju dalam sistem pengawasan keuangan Mangkunegaran. Sistem pengawasan keuangan dalam bentuk komisi ini bertahan hingga masa kemerdekaan Republik tahun 1946. Revolusi Sosial yang terjadi di Surakarta mengakibatkan terjadinya Perebutan aset ekonomi yang dimiliki oleh Praja Mangkunegaran oleh badanbadan revolusioner yang ada di Surakarta dan dihapuskannya daerah Swapraja Surakarta. Komisi Dana Milik Mangkunegaran kemudian di bekukan dan perannya dalam mengurusi aset perusahaan Mangkunegaran di gantikan oleh badan-badan baru bentukan Pemerintah Pusat seperti BPPGN, PPN dan PPRI. Proses nasionalisasi aset Mangkunegaran ini berjalan tanpa hambatan pada awalnya, bahkan Mangkunegaran bersikap kooperatif. Dalam penerapannya, pengelolaan aset
perusahaan
Mangkunegaran
tetap
terdapat
campur
tangan
oleh
Superintendent, hal ini dibuktikan dengan laporan keuangan yang dibuat oleh Superintendent Mangkunegaran saat itu Ir. Sarsito Mangoenkoesoemo tentang kondisi keuangan perusahaan-perusahaan Mangkunegaran. commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan Mangkunegaran digunakan sebagian besar untuk kepentingan Republik dan Mangkunegaran merasa tidak puas dengan hal ini. Hal ini terjadi karena Pemerintah Republik menghadapi masa-masa sulit untuk menghadapi agresi militer yang dilakukan oleh Belanda. Mangkunegaran yang merasa bahwa aset-aset yang dimilikinya telah diambil alih oleh Pemerintah Pusat kemudian berusaha untuk mengambil kembali penguasaan atas Dana Miliknya. Pada tahun 1948, Mangkunegaran mengaktifkan kembali Komisi Dana Milik Mangkunegaran dan mengambil kembali penguasaan atas aset-aset perusahaan Mangkunegaran. Pemerintah Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1949, hal ini semakin mempersulit posisi Mangkunegaran dalam mempertahankan aset-aset miliknya. Konflik terbuka antara Pemerintah Pusat dengan Praja Mangkunegaran akhirnya diselesaikan dalam Pengadilan Negeri di Jakarta dengan kekalahan Mangkunegaran. Sebagai hasilnya Komisi Dana Milik Mangkunegaran dibubarkan dan posisi Superintendent ditiadakan. Proses nasionalisasi aset Mangkunegaran yang berlangsung selama kurang lebih sembilan tahun ini menunjukan bahwa Mangkunegaran masih berhasrat untuk diakuinya Praja Mangkunegaran sebagai daerah Swapraja. Aset-aset yang dimilikinya hingga masa kemerdekaan menunjukan kebesaran Mangkunegaran sebagai kerajaan yang berhasil mengembangkan penerapan sistem ekonomi Eropa dalam kehidupan bernegaranya. Hilangnya aset ekonomi ini tentu saja berdampak sangat luas dalam kehidupan Praja Mangkunegaran. Baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, commit to user
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial dan budaya. Praja Mangkunegaran kemudian beradaptasi dengan mengaktifkan Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran untuk mengangkat kembali status dan kedudukan Mangkunegaran dalam masyarakat Surakarta yang pernah hancur dalam masa Revolusi Sosial di Surakarta. Mangkunegaran kemudian menjadi pusat seni dan budaya berskala Nasional dan Internasional, Praja Mangkunegaran tidak pernah mendebatkan nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru, antara tradisi dan modernisasi. Tetapi lebih menekankan pada pelestarian dan pengembangan tradisi yang dipadukan dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu warna budaya yang muncul tidak berupa seni yang klasik saja, namun juga pengaruh budaya modern. Hal ini sesuai dengan tujuan Mangkunegaran yaitu mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Mangkunegaran khususnya, dan budaya Jawa pada umumnya
commit to user