MAKNA LANGGAM PENDAPA AGENG PURI MANGKUNEGARAN SURAKARTA Eny Krisnawati ABSTRACT Form of tradional architecture are not only visible things, but also the symbolic meaning that are contained in them. The meaning in architecture has an important role for architectural form. The design of bulding and the form of bulding have the strong relation with the special element of culture and have relation with condition of nature (Amos Rapoport, 1976). Style is the appearning charaeteristic in object, designed as aresult of using special form. Style has relation with the charaeteristic of building fisically. Puri Mangkunegaraan was built in 1725 by K.G.P.A.A. Mangkunegara I or raden Mas said or Pangeran Samber Nyawa. Puri Mangkunegaran was built in concept of Javanese traditional architecture, with all tre form and symbols which have the special meaning, form the conceptof design, orientation, the form till the style that had syimbolic meaning, all of those come to saved and prosperous condition fisically and soully. The Pendapa is one of parts of the complex of Javanise traditional building that have concept and meaning basides the Peringgitan and dalem Ageng buildings. Pendapa in Javanese traditional house are used as public building, guest room, and room for the spectator who attend the shadow puppet held in Peringgitan building. Pendapa Mangkunegaran is the biggest one of some building in indonesia that have many symbols in its architecture. With this background the seacher would like to analize the meaning of the style contained in Pendapa Ageng Mangkunegaran. Along with the aim of the search, that is qualitativdescriptive search, so the approach of description is to be used combined with the picturial media and theories. Keyword : javanese tradisional, symbolic, special meanings.
1
I.
PENDAHULUAN Arsitektur terbentuk karena ruang (space) dan bentuk (form), bentuk sendiri terkait dengan suatu keindahan. Bentuk arsitektur tidak hanya keindahan yang kasat mata / fisiknya saja yang di inginkan, tetapi di balik fisik ada sesuatu yang tidak kasat mata yaitu suatu “ makna “ yang terkandung Di dalam suatu bentuk yang indah. Dalam arsitektur, pola dan bentuk bangunan sangat terlihat unsur-unsur budaya yang sangat menonjol, serta terkait dengan kondisi alam yang ada. Ada yang menyebutkan tentang kualitas visual fisiknya dalam arsitektur tradisional, langgam adalah ciri khas yang timbul dalam penampilan sebuah objek arsitektur yang dibuat sebagai akibat dari dipilihnya sebuah bentuk dasar tertentu untuk dijadikan sebuah model ideal. Langgam dalam arsitektur, adalah ciri kas yang timbul dalam penampilan sebuh objek arsitektural yang di buat, sebagai akibat dari dipilihnya sebuah bentuk dasar tertentu untuk dijadikan sebuah model ideal. Kemudian ada yang mengartikan “langgam” atau style, menurut The Concise Oxford Dictionary , style atau langgam berkaitan dengan, ciri atau sifat khas dari wajah fisik atau wajah visual dari suatu bangunan misalnya class style , art Noveau. Periode-periode sejarah, misalnya Queen Victorial style. Daerah geografis tertentu misalnya Javanese style Scandinavian style. Berpijak pada hal diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Seberapa jauh makna langgam/ ragam hias arsitektur tradisional Jawa , pada bangunan Pendapa Ageng di Mangkunegaran Surakarta ? Apakah langgam / atau ragam hias tersebut terdapat pada umpak ( pada kaki ), tiang/ saka ( pada badan )atau pada atap ( pada kepala )? Dari permasalahan yang n yang ada maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk . Menemukan makna langgam pada arsitertur tradisional Jawa Pendopo Agung Pura Mangkunegaran. Mengidentifikasi makna langgam arsitektur tradisional pada setiap elemen Pendopo Agung Mangkunegaran dari elemen atap (pada kepala), elemen dinding, pilaster / umpak (pada kaki).
1.
TINJAUAN PUSTAKA
Arsitektur tradisional, bahwa ungkapan tradisional menunjukkan ungkapan budaya, dilatar belakangi oleh budaya suku bangsa yang telah Bberkembang melewati berbagai kurun waktu (Sidharta,1996). Arsitektur Tradisional merupakan suatu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan suatu suku bangsa, oleh karena itu arsitektur tradisional merupakan identitas suatu pendukung kebudayaan (Dakung Sugiarto, 1981/1982). Dalam Arsitektur tradisional terkandung wujud ideal , wujud sosial , dan wujud material suatu kebudayaan, dengan demikian arsitertur tradisional juga merupakan manifestasi dan ekspresi kebudayaan daerah. 2
Dengan memperhatikan batasan dan pengertian arsitektur tradisional maka, dalamnya terkandung dua aspek penting, yaitu “aspek fisik” dan “aspek no fisik”. Aspek fisik menyangkut bentuk struktur , ragam hias dan proses konstruksi. Aspek non-fisik menyangkut “fungsi, misi dan makna” yang terkandung dalam aspek fisik. Filsafat adalah usaha untuk memenuhi atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat mausia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Oleh karena itulah, filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Filsafat berusaha menyatakan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, estetik dan agama. Para filosof telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu menemukan maknanya, serta mencoba memberikan suatu konsepsi yang berasalan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. Arsitektur tradisional Jawa atau rumah Jawa (Anton M meoliono, 1990) rumah atau tempat tinggal atau „omah‟ (bahasa jawa) mempunyai arti penting yang berhubungan erat dengan kehidupan orang jawa. Bentuk rumah Arsitektur tradisional Jawa terlihat dari relief-relief candi. Dari relief ini dapat diketahui bahwa orang Jawa menggunakan bahan dari kayu , sedangkan bentuk-bentuk rumah yang di ketahui adalah rumah bentuk Joglo, bentuk Limasan, bentuk pelana dan tajuk. Dalam suatu
desain bentuk arsitektur harus berjiwa dan bermakna. Makna adalah suatu arti atau maksud (suatu kata), bermakna (mengundang arti yang lebih dalam), artinya terkandung di balik yang terlihat (makna tidak kasat mata) (WJS. Purwadarminto,1976). Selanjudnya „makna dalam arsitektur‟, berkaitan denganbentuk arsitektur yang mengungkapkan „nilai-nilai budaya‟ manusia, ataupun rasa dan aspirasi pemakainya yang merupakan bagian dari seluruh sistem / tatanan kebutuhan manusia. Salah satu ideologi di dalam arsitektur adalah bentuk-bentuk semiatik, yang berkaitan dengan makna-makna (Jencks Charles, 1988) Makna-makna tersebut dapat diungkapkan melalui bentuk, ritme, warna, tekstur dan sebagainya yang dinamakan suprasegmen arsitektural, meliputi komponen-komponen arsitektur seperti : dinding, atap, luifel, dans sebagainya. (Broadbent Geoffrey H, Design in Architecture, 1980) . Jadi wujud hasil karya arsitektur akan mengungkapkan maknamakna tersebut dapat tercermin dengan adanya langgam-langgam yang ada. Langgam dalam Arsitektur adalah ciri khas yang timbul dalam penampilan sebuah objek arsitektur yang dibuat sebagai akibat dari dipilihnya sebuah bentuk dasar tertentu untuk dijadikan sebuah model ideal (Budi A Sukadi, 1996). Langgam adalah kualitas atau sifat, tanda yang dibuat diluar sebagai yang terbaik atau suatu ragam yang diperlihatkan dari suatu desain, langgam atau style, muncul dari segi fisik atau visual dari suatu 3
bangunan, atau dari suatu periode sejarah, atau suatu wilayah geografis. Contoh langgam classic (Art noveau) untuk bangunan yang mula-mula ada di Yunani atau Romawi (classic artinya mula-mula yang baik/ of the firt class). (Spiro Kostof, A History of Architecture, setting and Ritual, 1985). Langgam-langgam ini bisa terlihat dengan adanya bentuk-bentuk dan ornamenornamen yang terlihat. Didalam simbol suatu obyek orang dapat menemukan dan menentukan “makna”, seorang dapat menganalisa maknanya melalui simbol, dengan demikian dalam suatu simbol terkandung suatu makna sistem simbol menjadi batas suatu kebudayaan. Ornamen dibedakan menjadi 3, yaitu : Ornamen aktif (applied ornamen) ialah ornamen yang pada bagian-bagian atau elemen-elemen bangunan, berfungsi konstruktif struktural yaitu selain sebagai konstruksi juga sebagai hiasan. Ornamen pasif (organik ornamen) adalah ornamen yang digunakan pada elemen-elemen bangunan yang tidak berfungsi konstruktif, tetapi sebagai hiasan saja. Ornamen asimbolis (animetik ornamen) adalah ornamen yang berfungsi sebagai perlambang ( William Binton, 1962 ) 3. METODOLOGI Secara garis besar penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 tahap, yakni : Penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan (field study). Penelitian kepustakaan merupakan tahap awal dari kegiatan penelitian, berupa pengumpulan data-data pustaka, terutama tentang :
1. Teori-teori tentang wujud arsitektur 2. Teori tentang manusia dan kebudayaan 3. Teori arsitektur tradisional 4. Teori tentang simbiolisme Penelitian lapangan, tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan di lapangan antara lain meliputi : Populasi dan Sampel serta observasi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Makna Pada Bentuk Dasar Denah Pembangunan Bentuk dasar Masa Pendopo, berbentuk empat persegi panjang, sesuai dengan konsep bangunan tradisional Jawa.
Bentuk denah Pendapa mempunyai bentuk persegi/4 sisi, mengetrapkan konsep Jawa yaitu ; pat-ju-pat, mempunyai 4 sisi, yaitu 4 mata angin. Mempunyai makna ; arah utara, timur, selatan dan barat, manusia terjadi karena tanah, air, udara dan api. Pendapa terbuka tanpa dinding, mempunyai makna agar dari dalam pendapa
4
dapat melihat langsung keluar dengan mudah apa yang terjadi di luar pendapa. 1.2. Makna Sirkulasi
Makna : karena masyarakat Jawa rumah biasanya digunakan turun temurun kepada anaknya, maka pabila bangunan dipindah dapat diangkat atau di lepas dan dapat dipasang lagi
Secara fisik Pendapa terdapat 4 arah trap untuk masuk kedalam pendapa. Makna ; untuk membededakan arah pelaku kegiatan, yaitu arah raja dari dalam dalem Ageng, dari arah timur dan barat dari abdi dalem dan dari arah selatan dari arah tamu yang datang. Ini untuk membedakan pangkat derajad atau pangkat. 4.3. Makna Langgam Pada Sistem Konstruksi Konstruksi Pendapa Ageng, pada dasarnya mengetrapkan konsep bangunan tradisional Jawa, sistem kontruksi rangka, bahan dari kayu jati. Dengan perkembangan yang ada
5
Pengaruh detail langgam kolonial terdapat pada : Kolom emperan di buat dari besi cor fisual bulat. Kontruksi sambungan antar kolom berbentuk elemen segitiga. Bahan atap bagian emper luar (tratag) dari seng gelombang. Lantai marmer dari Italia. Makna politis.
4.4. Makna Langgam Dari Aspek Bentuk a. Makna pada Tata Bangunan Tata bangunan Pendapa mengikuti pola tata bangunan tradisional Jawa, menjadi satu kesatuan dengan pringgitan dan dalem Ageng, konsep pendapa dibagian depan sebagai ruang umum.
6
Bentuk atap joglo mempunyaui makna simbol, rumah milik orang yang berpangkat, golongan raja. Atap yang lebar mempunyai makna mengayomi atau melindungi rakyatnya. Gambar 9 : Tata bangunan Pendapa Ageng
4.6. Makna langgam pada Penyangga Soko Guru
Umpak
Tata letak Pendapa ageng terletak di posisi paling depan terhadap bangunan inti puri. Pendapa terletak di daerah semi umum sebagai makna, bahwa seorang pimpinan harus berani di depan untuk memberi contoh yang baik kepada orang lain, memberi suri tauladan yang baik. b. Makna Pada Orientasi Bangunan Konsep orientasi Pendapa mengikuti konsep bangunan tradisional Jawa, mempunyai satu kesatuan dengan bangunan inti lainnya. Orientasi/arah bangunan Pendapa menghadap ke arah selatan mengikuti arah Keraton. Arah selatan merupakan arah sakral menghadap laut selatan, tempat Kanjeng Gusti ratu selatan yang menghuni laut selatan. Mempunyai makna, keselamatn bagi penghuni rumah mendapatkan keselamatan lahir batin, karena Ratu Kidul sebagai pelindung kerajaan Mataram. 4.5. Makna Langgam Pendapa Ageng
pada
Wujud
Umpak mempunyai makna/lambang manusia yang berada di atas permukaan bumi, tempatnya ditetapkan kepadanya, tetapi dapat berpindah. Oleh sebab itu umpak tidak mempunyai akar. Di atas umpak ditempatkan saka guru atau tiang yang bersifat tegak atau vertikal. Gerakan vertikal mempunyai makna bagian bangunan yang menonjol dari bidang manusia menuju arah bagian atap, sebagai tempat dewa-dewi atau tempat keramat nenek moyang.
7
4.7. Makna Langgam Pada LangitLangit Pendapa Ageng
bagian paling tepi dari bidang ini dikelilingi dengan deretan motif-motif tumpal. Warnawarna simbolis yang menempati kedelapan bidang bintang bersudut delapan itu adalah : a. Kuning sebagai penolak rasa mengantuk b. Biru sebagai penolak penyakit c. Hitam sebagai penolak rasa lapar d. Hijau sebagai penolak rasa angkara murka e. Putih sebagai penolak rasa birahi f. Orange sebagai penplak rasa takut g. Merah sebagai penolak rasa marah h. Ungu sebagai penolak pikiran jahat
KESIMPULAN
Pada prinsipnya motif pokok adalah yang berada di pusat bidang itu, yang berbentuk bintang bersudut delapan. Kemudian dilingkupi dengan bintang segi empat yang lebih besar, dimana garisgarisnya adalah berwujud motif-motif meander. Di sekeliling motif pusat ini dipulas/diberi warna putih yang menggambarkan sinar terang yang memancar dari pusatnya , semakin mendekat kearah tepi bidang warna putih ini disambut oleh motif-motif nyala api berwarna merah sampai kecoklatan dan
Dari hasil studi makna yang dikaji dengan adanya aspek-aspek yang berpengaruh pada Pendapa Ageng Mangkunegaran 1. Makna Fungsi , dimana di sini terlihat fungsi utana untuk menerima tamu dan acara-acara ritual keraton juga berfungsi lain seperti seminar dll, adapun makna yang terkandung adalah sifat keterbukaan dan menerima dari berbagai lapisan tingkatan masyarakat. 2. Makna bentuk, terbagi dalam : a. Tata bangunan, yang pada puri Mangkunegara termasuk didalamnya Pendapa Ageng menganut prinsip pola tata bangunan tradisional jawa, yaitu adanya as/poros yang mempunyai makna adanya 8
3.
4.
suatu tujuan dan arah yang kuat. b. Orientasi bangunan, orientasi menganut prinsip tradisional jawa yaitupa-ju-pat (arah mata angin) lima pancer yang mempunyai makna tertentu dari tiap orientasi. Makna Struktur, di sini struktur terdiri dari umpak, kolom (saka), dan atap yang meliputi bentuk, langgam, ragam hias dan bahan dari masingmasing elemen struktur, mempunyai makna yang sesuai dengan falsafah hidup jawa. Makna Simbol, pada Pendapa ageng puri mangkunegara ada beberapa makna, yang diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol melalui bentuk fisual, mulai dari tata bangunan, wujud bangunan,maupun ragam hias.
DAFTAR PUSTAKA Arya Ronal, 1993, Transformasi Nilai-Nilai Mistik Dan Simbolik Dalam Ekpresi Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Jurusan Arsitektur FT UGM Yogyakarta. Behrend Earl Thimoty, 1982, Kraton and Cosmos In Traditional Java, Univercity of Wiscosin-Madison. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Arsitektur Tradisional Daerah JawaTengan, 1981/1982 , Francis DK. Ching ,1985, Alih bahasa Paulus Hanoto Adjie, Arsitektur, Bentuk - Ruang dan Susunannya, Erlangga , Jakarta.
Hamsuri, (tanpa tahun) Rumah Tradisional Jawa, Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta) Koentjaraningrat, 1985, Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia , Djambatan. Kamajaya, 1993, Babat KGPAA Mangkunagara I (Pangeran Sambernyawa), Mangadeg, Surakarta, Centhini, Yogyakarta. Lexy
J, Moleong, 1993, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung
Mc. Graw Hill Book Company, Symbolism And Allegory Encyclopedia Of World Art Vol , XIII, Mc Graw Hill Publishing Company limited , Londan, 1967. Raden Mas Sajid, 1984 Babat Tanah Jawa, Rekso Pustoko Mangkunegaran, Sala. Sutrisno Hadi, 1981, Metodologi Research, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Supratno, 1983, Ornamen Ukir Tradisional Jawa, Semarang. Soegeng Tukiyo , 1987, Mengenal Ragam Hias Indonesia Angkasa Bandung. Tim Dosen Filsafat Ilmu – Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, 1996, Liberty Yogyakarta Dan YP. Fakultas Filsafat UGM
BIODATA
9
Ir. Eny Krisnawati, lahir di Trenggalek, 18 Nop.1962, Lulus SI Jurusan Arsitektur Fak. Teknik UNS, tercatat sebagai dosen Jurusan Arsitektur UTP , Jabatan terakhir Ketua Jurusan Arsitektur Fak. Teknik UTP Surakarta.
10
11
12