PERANAN INVESTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM PEREKONOMIAN DAERAH (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN BANDAR UDARA SEPINGGAN-KALIMANTAN TIMUR)
OLEH DINA RESTIANA H14080115
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN
DINA RESTIANA. Peranan Investasi Pembangunan Infrastruktur Transportasi Dalam Perekonomian Daerah, Studi Kasus: Bandara Udara SepingganKalimantan Timur (dibimbing oleh D.S. Priyarsono).
Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini diarahkan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja dan pengurangan kemiskinan. Pemerintah yang berperan sebagai perencana dan pelaksana pembangunan ekonomi menetapkan program jangka panjang yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dalam program ini terdapat tiga kerangka desain strategi utama yaitu pengembangan potensi melalui enam koridor utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional dan peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK dalam koridor. Infrastruktur yang dalam hal ini merupakan faktor penunjang menjadi perhatian utama baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah lokasi penetapan koridor ekonomi. Kalimantan Timur sebagai salah satu lokasi penetapan koridor pertumbuhan ekonomi menempatkan pembangunan infrastruktur pada urutan utama pembangunan daerah saat ini. Salah satu infrastruktur yang dikembangkan adalah pembangunan Bandara International Sepinggan. Pembangunan ini diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait dengan keberadaan bandara tersebut serta terjadi peningkatan output, pendapatan masyarakat serta peningkatan PDRB. Penelitian ini bertujuan menganalisis sejauh mana peran pembangunan infrastruktur khususnya bandara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Timur. Metode yang digunakan adalah analisis Input-Output dengan menggunakan program IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009, klasifikasi 50 sektor. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis pengganda (multiplier) serta simulasi investasi pembangunan untuk perluasan Bandara Internasional Sepinggan dari APBD Bappeda Provinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa sektor bangunan yang mewakili keberadaan bandara dalam Tabel IO Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009 memiliki kemampuan untuk meningkatkan permintaan output dari sektor lain yang akan dijadikan input dalam kegiatan ekonominya yang berarti bahwa sektor bangunan lebih mendorong pertumbuhan sektor hulunya. Berdasarkan simulasi investasi yang dilakukan, pembangunan Bandara Internasional Sepinggan dapat meningkatkan output dan pendapatan rumah tangga masyarakat. Dengan mempertimbangkan kontribusinya terhadap peningkatan output dan pendapatan masyarakat maka pembangunan infrastruktur sudah sepatutnya menjadi perhatian dan prioritas utama bagi pemerintah pusat dan daerah dalam rencana pembangunan untuk menunjang kegiatan ekonomi dalam upaya peningkatan perekonomian.
PERANAN INVESTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM PEREKONOMIAN DAERAH (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN BANDAR UDARA SEPINGGAN-KALIMANTAN TIMUR)
OLEH : DINA RESTIANA H14080115
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi :
Peranan
Investasi
Pembangunan
Infrastruktur
Transportasi Dalam Perekonomian Daerah (Studi Kasus : Bandara Internasional Sepinggan-Kalimantan Timur) Nama
: Dina Restiana
NIM
:
H14080115
Menyetujui, Dosen Pembimbing
D.S. Priyarsono, Ph. D NIP. 19610501 198601 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor,
April 2012
Dina Restiana H14080115
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dina Restiana, lahir pada tanggal 15 Maret 1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Tupa Resmana dan E. Fauziarao. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2002 di SD Negeri 1 Serpong. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2002 sampai tahun 2005 di SMP Negeri 4 Serpong. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 2 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Program Studi Ilmu Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa, penulis mencoba mengaktualisasi diri bergabung dengan BEM FEM (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen) sebagai staff pada Departemen Pendidikan pada periode 2009-2010 dan sebagai Sekretaris Kabinet pada periode 2010-2011. Tahun 2012 penulis melakukan penelitian dengan judul “Peranan Investasi Pembangunan Infrastruktur Transportasi Dalam Perekonomian Daerah (Studi Kasus: Bandara Sepinggan-Kalimantan Timur)” untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Peranan Investasi Pembangunan Infrastruktur Transportasi Dalam Perekonomian Daerah (Studi Kasus : Bandara
Internasional
Sepinggan-Kalimantan
Timur)”.
Pembangunan
infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan saat ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Provinsi Kalimantan Timur. Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik khususnya kepada: 1. Orangtua tercinta Bapak Tupa Resmana dan Ibu Fauziarao yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dominicus Savio Priyarsono, Ph.D selaku dosen, pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Ibu Dr. Wiwiek Rindayati sebagai dosen penguji utama dalam siding skripsi yang telah bersedia memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam peyempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Tanti Novianti, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang memberikan banyak masukan mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.
ii
5. Para dosen staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi. 6. Teman-teman satu bimbingan Ken Ardhana Neswari, Alika Syahara, Rizki Yulianti dan Dyah Nugrahaeni atas semangat, motivasi, doa dan perjuangan selama ini. 7. Sahabat-sahabatku Ida Nurul Fitri, Fitria Purnama Sari, dan Siti Suri Printiasri yang telah memberikan dukungan motivasi dan semangat serta doa dimana pun berada. 8. Sahabat Putri Bunda
Mutia Rahim, Ayu Sri Utami, Anugerah Dewi,
Mafia Sartika Dewi, Sheila Fanny dan Amelia Sa’adiah, Teresa M, Gita Sugistiawati dan
Wulan Pebdianti atas dukungan dan hiburan untuk
penulis. 9. Keluarga besar BEM FEM IPB khususnya Yuti Arlan, M. Fadli, Dhany S, Martin Herdika, Nur Eliza Faizaty, Wirda Mardyaningsih, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan kekeluargaannya yang luar biasa. 10. Frizky Dwinada atas semangat dan dukungannya selama ini. 11. Kakak kelas Ilmu Ekonomi: Kak Fazlur, Kak Putri Nilam, Kak Christin dan Kak Sri Retno yang telah membantu penulis dalam penyususnan skripsi ini. 12. Teman-teman di Ilmu Ekonomi 45 yang telah bersama-sama belajar dan banyak memberi masukan serta dukungan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Semoga dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkannya.
Bogor,
Maret 2012
Dina Restiana H14080115
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ..............................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii I.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................
8
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .....................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10 2.1. Tinjauan Teori ................................................................................... 10 2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 10 2.1.2. Investasi Pembangunan ......................................................... 14 2.1.3. Infrastruktur ........................................................................... 16 2.1.4. Pelabuhan Udara ..................................................................... 19 2.2. Tinjauan Empiris ............................................................................... 21 2.3. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 23 2.4. Tahap-Tahap Analisis ........................................................................ 31 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 33 3.1. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 33 3.2. Metode Penelitian .............................................................................. 33 3.2.1. Analisis Keterkaitan ............................................................... 33 3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ................................................ 36
iv
3.2.3. Analisis Multiplier ................................................................. 38 3.3. Analisis Simulasi Investasi ................................................................ 40 3.4. Konsep dan Definisi Operasional Data ............................................. 40 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR .................. 50 4.1. Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ....................................... 51 4.2. Rencana Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur ......................... 54 4.3. Sektor Bangunan di Provinsi Kalimantan Timur .............................. 58 4.4. Bandara International Kalimantan Timur .......................................... 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 61 5.1. Peranan Sektor Bangunan di Provinsi Kalimantan Timur ................ 61 5.2. Analisis Keterkaitan .......................................................................... 68 5.3. Analisis Dampak Penyebaran ............................................................ 71 5.4. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier) ......................................... 74 5.5. Simulasi Investasi .............................................................................. 76 5.5.1. Simulasi Investasi Output dan Pendapatan ............................ 77 5.5.2. Kontribusi Terhadap PDRB Kalimantan Timur .................... 78 5.5.3. Pengaruh Pembangunan Bandara Internasional Sepinggan dalam Pembangunan Daerah ................................ 80 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 81 6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 81 6.2. Saran .................................................................................................. 82 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83 LAMPIRAN ....................................................................................................... 85
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan .................
2
1.2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Timur Atas Dasar Harga Konstan ........................................................................
3
1.3. Proporsi Belanja Pemerintah Kalimantan Timur ......................................
3
1.4. Lalu Lintas Angkutan Udara Menurut Pelabuhan Udara ..........................
6
2.1.
Anatomi Dasar Tabel Input-Output .......................................................... 29
2.2.
Ilustrasi Tabel Input-Output ...................................................................... 30
3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ........................ 38 4.1. Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Timur Atas Dasar Harga Konstan ........................................................................ 53 4.2. Sektor Bangunan dan Laju Pertumbuhan dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Timur ............................................. 58 5.1. Struktur Permintaan Antara dan Pemintaan Akhir Provinsi Kalimantan Timur ...................................................................... 62 5.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Kalimantan Timur ............ 64 5.3. Struktur Konsumsi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur .................... 65 5.4. Struktur Investasi Provinsi Kalimantan Timur ......................................... 66 5.5. Struktur Ekspor-Impor Provinsi Kalimantan Timur ................................. 67 5.6. Struktur Keterkaitan Ke Depan Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ...................................................................... 68 5.7. Struktur Keterkaitan Ke Belakang Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ...................................................................... 70 5.8. Koefisien Penyebaran Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ...................................................................... 72 5.9. Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ...................................................................... 73 5.10. Pengganda Output Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ..... 75 5.11. Pengganda Pendapatan Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur ....................................................................... 76
vi
5.12. Simulasi Peningkatan Output dan Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur ...................................................................................... 77 5.13. Propinsi Kalimantan Timur dan Peningkatan Output ................................ 79
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1. Lalu Lintas Penerbangan Provinsi Kalimantan Timur .............................
4
2.1. Kenaikan Belanja Pemerintah Terhadap Output & Pendapatan ................ 13 2.2. Skema Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Infrastruktur ...................... 15 2.3. Rincian Model Input-Output ..................................................................... 25 4.1. Peta Provinsi Kalimantan Timur ................................................................ 50 4.2. Distribusi Persentase Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Timur Atas Dasar Harga Konstan............................ 52 5.1. Perkembangan Kontribusi Bandara Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Timur .............................................. 79
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian Tahun 2009 Provinsi Kalimantan Timur.......................................................................... 87 2. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ........................................ 91 3. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ........................................ 93 4. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor .......................................... 95 5. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 13 Sektor ...................................... 97 6. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 13 Sektor ................................ 99 7. Pengganda (Mulitiplier) Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor ......................... 100
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada
program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Program yang dirancang sejak tahun 2011-2025 ini memiliki tiga kerangka desain utama yaitu pengembangan potensi melalui enam koridor utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK di dalam koridor ekonomi. Dalam pelaksanaan program tersebut pemerintah telah membuat beberapa inisiatif strategik yang salah salah satunya adalah mendorong pembangunan infrastruktur utama dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Pulau Kalimantan merupakan salah satu wilayah penetapan koridor ekonomi yaitu sentra produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. Pulau yang berada di bawah garis khatulistiwa ini juga merupakan pulau yang memberikan kontribusi cukup besar untuk nilai PDB Indonesia dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Pulau Kalimantan menempati urutan ketiga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia setelah Pulau Sumatera dan Jawa-Bali.
2
Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2010 Pulau
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumatera
356, 88
369,61
389,07
408,35
428,69
443,70
468,66
Jawa & Bali
977,57
1.033,74
1.093,32
1.160,91
1.243,32
1303,20
1356,25
Kalimantan
148,96
154,80
160,68
166,32
174,95
180,82
190,34
Sulawesi
69,71
74,09
79,15
84,59
92,52
98,90
106,83
Nusa Tenggara, Maluku & Papua Total
50,95
58,06
55,72
58,54
60,03
67,67
71,18
1.604,03
1.690,31
1.777,95
1.878,72
1.999,54
2.094,32
2.221,60
Sumber : BPS, 2011
Secara spasial, sekitar 71,40 persen dari total PDRB Pulau Kalimantan bersumber dari kegiatan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur, diikuti Provinsi Kalimantan Barat (10,97%), Provinsi Kalimantan Selatan (10,31%), dan sisanya sebesar 7,33% berasal dari kegiatan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah. Kalimantan Timur dalam kegiatan ekonominya ditunjang oleh empat wilayah pusat pembangunan ekonomi yaitu Kota Bontang dan Kota Kutai Kartanegara sebagai kota tambang yang lebih banyak menumbuhkan sektor industri manufaktur hasil pertambangan dan perdagangan, kemudian Kota Samarinda sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur serta Kota Balikpapan sebagai pusat perdagangan, pusat industri serta pusat transportasi.
3
Tabel 1.2 PDRB Pulau Kalimantan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2010 (Triliun Rupiah) Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Total
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
29,75
33,87
37,71
42,48
49,13
54,23
60,46
18,30
20,99
24,48
27,93
32,76
37,11
42,57
28,03
31,79
34,67
39,44
45,84
51,46
58,54
133,70 180,29 199.59 222,63 314,81 284,97 321,09 209,78 266,94 296,45 332,48 442,50 427,77 482,68
Sumber : BPS 2011
Provinsi yang tingkat perekonomiannya
lebih unggul dibanding
dengan provinsi lain yang ada di Pulau Kalimantan ini memiliki prioritas pembangunan daerah yaitu pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur perhubungan berupa jalan, jembatan, bandara, terminal, dermaga dan pelabuhan menjadikan terbukanya daerah-daerah terisolir yang berdampak pada peningkatan kinerja proses perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat. Tabel 1.3. Proporsi Belanja Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur Uraian Indikator Pembangunan Satuan (1) Sumberdaya Manusia Infrastruktur Pertanian dalam arti luas Penunjang lainnya Jumlah
Nilai (Ribu Rupiah) (2) 733.239.369 961.915.315 171.925.742 928.371.318 2.795.451.746
Persentase (%) (3) 26,22 34,41 6,15 33,21 100
Sumber : BPS Kaltim (2011)
Beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan salah
satunya
adalah
proyek
pembangunan
dan
perluasan
Bandara
4
Internasional Sepinggan yang berlokasi di kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Bandara merupakan salah satu komponen penting dalam bidang
transportasi
dan
pengangkutan
khususnya
transportasi
dan
pengangkutan udara, selain itu bandara juga memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian suatu wilayah atau negara seperti untuk pintu masuk investasi yang berasal dari investor baik domestik maupun luar negeri. Investasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan kegiatan ekonomi Pengangkutan udara dapat memainkan peranan penting dalam pembangunan suatu wilayah, arus barang maupun penumpang yang cukup tinggi mampu memberikan kontribusi pendapatan bagi peningkatan perekonomian wilayah setempat. Sektor perhubungan udara di Provinsi Kalimantan Timur sendiri memegang peranan dominan dalam menghubungkan wilayah pertambangan dan industri pengolahan dengan wilayah tujuan utamanya seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Lalu lintas penerbangan baik barang maupun
Total Penerbangan
penumpang setiap tahunnya mengalami peningkatan.
50000 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
Datang & Berangkat
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun
Sumber : BPS Kaltim 2011
Gambar 1.1. Lalu Lintas Penerbangan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2004-2010
5
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 mencatat sekitar 63 persen dari total penerbangan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur terjadi di Bandara Internasional Sepinggan. Hal ini mengindikasikan bahwa bandara ini merupakan bandara utama di provinsi Kalimantan Timur dan pintu masuk utama arus barang dan penumpang. Struktur ekonomi provinsi Kalimantan Timur yang didominasi oleh kegiatan industri dan pertambangan dan kegiatan ekonomi yang tinggi melalui lalu lintas penerbangan memerlukan infrastruktur transportasi yang baik guna mendukung peningkatan ekonomi daerah khususnya.
1.2.
Perumusan Masalah Pembangunan infrastruktur yang menjadi salah satu prioritas utama
pemerintah propinsi Kalimantan Timur memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian daerah. Alokasi dana APBD yang paling besar juga diberikan untuk pembangunan infrastruktur daerah. Pada penelitian ini akan mencoba menganalisis dampak pembangunan infrastruktur transportasi khususnya transportasi udara yaitu Bandar udara Internasional Sepinggan di Provinsi Kalimantan Timur. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur tahun 2011 mencatat jumlah lalu lintas penerbangan yang terjadi di propinsi ini berdasarkan pelabuhan udara, seperti yang telah dijelaskan di latar belakang di atas bahwa dari total penerbangan yang terjadi sekitar 63 persen penerbangan dan 82 persen pengangkutan penumpang dan barang melalui
6
Bandara Internasional Sepinggan. Pada tabel 1.4 dapat dilihat lalu lintas penerbangan di setiap pelabuhan udara yang ada. Tabel. 1.4. Lalu Lintas Angkutan Udara Menurut Pelabuhan Udara, 2010 Pelabuhan Udara Sepinggan Temindung Juwata Kalimarau Tj. Harapan Nunukan Long Bawan Data Dawai Long Apung Melak Malinau Bontang Badak Tj. Bara Tj. Santan Senipah Total 2010 2009 2008
Penerbangan Datang Berangkat 28.053 28.016 2.253 2.251 5.559 5.557 2.428 2.431 202 202 1.342 1.365 1.013 1.013 157 157 509 508 326 325 2.253 2,257
Penumpang Datang Berangkat 2.434.625 2.419 38.622 34.354 337.501 341.837 92.771 104.993 1,010 1.562 2.5817 26.025 4.629 5.243 1.477 1.325 2.360 2.553 2.762 2.770 15.299 15.956
Barang Bongkar Muat 25.942.283 12.073.745 825.692 144.469 3.328.616 2.886.117 560.095 217.913 4.868 28.261 50.847 72.628 70.418 22.391 920 170 124.804 4.437 2.712 425 14.072 74.331
633
633
9.217
9.843
18.853
5.972
44.728 41.088 34.451
44.715 41.027 34.416
2.267.877 2.006.584 1.828.167
2.966.283 2.518.604 2.114.181
30.200 25.062 17.726
15.530 12.202 17.759
Sumber: BPS Kaltim, 2011
Dengan pengamatan dari data-data yang dijelaskan diatas, jumlah permintaan terhadap lalu lintas penerbangan melalui Bandara Internasional Sepinggan meningkat setiap tahunnya maka perlu dilakukannya perluasan dan pembangunan bandara untuk meningkatkan kapasitas atau daya tampung bandara untuk memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan suatu analisis mendalam tentang kontribusi pembangunan infrastruktur transportasi yang khususnya adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan di provinsi Kalimantan Timur terhadap perekonomian daerah. Rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
7
1. Berapa besar dampak pengganda output, dan pendapatan rumah tangga dari sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan? 2. Berapa besar keterkaitan ke depan dan ke belakang antarsektor serta dampak
penyebaran
sektor
bangunan
yang
menggambarkan
keberadaan Bandara Internasional Sepinggan? 3. Berapa besarnya sumbangan dari investasi pembangunan Bandara Internasional terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga wilayah Kalimantan Timur? 1.3.
Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menawarkan jawaban terhadap
permasalahan yang dihadapi, yaitu : 1. Menghitung besarnya dampak pengganda output, dan pendapatan rumah tangga sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan 2. Menghitung besar keterkaitan ke depan dan ke belakang antar sektor serta dampak penyebaran sektor bangunan yang menggambarkan keberadaan Bandara Internasional Sepinggan 3. Dan menghitung besarnya sumbangan dari investasi pembangunan Bandara Internasional terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga wilayah Kalimantan Timur
8
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut: 1. Hasil penelitian sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada khususnya dalam melakukan perencanaan pembangunan dan pengembangan infrastruktur di Provinsi Kalimantan Timur. 2. Sebagai wawasan mengenai peranan investasi infrastruktur terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Timur bagi para pembaca. 3. Sebagai bahan pustaka informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta rujukan penelitian selanjutnya.
1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor yang kemudian diagregasi menjadi tiga belas sektor. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Sektor bangunan dalam penelitian ini terdiri dari satu subsektor saja yaitu sektor bangunan yang tidak terpisah antara bangunan pemukiman maupun bangunan non pemukiman sehingga pada penelitian ini diasumsikan bangunan bandara yang merupakan komponen dari sektor bangunan itu sendiri dan multiplier yang digunakan untuk analisis simulasi investasi hanya menggunakan multiplier dari sektor bangunan yang di dalam nya terdapat komponen bandara. Berdasarkan hal
9
tersebut maka, analisis pada penelitian ini hanya menggambarkan dampak minimal peningkatan perekonomian yang ditimbulkan dari pembangunan Bandara
Internasional
Sepinggan.
Pada
penelitian
ini
tidak
ikut
memperhitungkan nilai ekonomi dari seluruh sektor-sektor perekonomian yang menghasilkan output perekonomian setelah pembangunan bandara, seperti peningkatan layanan lalu lintas penerbangan, peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata dan kegiatan perekonomian lain yang ditunjang oleh keberadaan bandara serta perhitungan mengenai manfaat ekonomi berupa pendapatan bagi pihak swasta dari adanya pembangunan ini.
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.Tinjauan Teori 2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Todaro dan Smith (2003), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
suatu
proses
peningkatan
kapasitas
produktif
dalam
suatu
perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Menurut Todaro dan Smith (2003), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu: 1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. 2. Pertumbuhan
penduduk
yang pada
tahun-tahun
berikutnya
akan
memperbanyak jumlah angkatan tenaga kerja. 3. Kemajuan teknologi. Teori pertumbuhan neo-klasik dimotori oleh Harrod-Domar dan Robert Solow. Harrod-Domar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi peranan pembentukan modal tersebut. Sedangkan Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Teori HarrodDomar didasarkan pada asumsi:
11
1. Perekonomian bersifat tertutup. 2. Hasrat menabung (MPS=s) adalah konstan. 3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap. 4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat kesinambungan sebagai berikut:
g = k = n, dimana: g = Growth (tingkat pertumbuhan output) k = Capital ( tingkat pertumbuhan modal) n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = rasio modal output). Mankiw (2007) menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow dirancang untuk
menunjukkan
bagaimana
pertumbuhan
stok
capital,
pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruh terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Perbedaan utama dengan model HarrodDomar adalah memasukkan dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang
12
memungkinkan adanya substitusi antara kapital dan tenaga kerja. Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja (y) merupakan konsumsi per pekerja (c) dan investasi per pekerja (i). Sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh Mankiw (2007) yaitu setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda. Peningkatan pendapatan khususnya dalam bentuk uang akan meningkatkan permintaan barang secara keseluruhan (Agregrate Demand). Dengan demikian terdapat sebuah tuntutan untuk memenuhi permintaan sehingga mempengaruhi kebutuhan peralatan maupuan uang dalam bentuk modal sebagai akibat kenaikan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Kenaikan tabungan masyarakat karena peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Y=C+S
(2.1)
Dimana : Y = Pendapatan masyarakat C = Konsumsi I = Investasi dengan asumsi keseimbangan yaitu S=I, maka akan didapatkan : Y=C+I
(2.2)
Secara keseluruhan gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi.
13
Menurut teori Keynes dalam Mankiw (2007) pendapatan dapat dipengaruhi tingkat investasi yang direncanakan dan kebijakan fiskal G serta T. sehingga pendapatan dan output akan berubah bila salah satu variabel eksogen ini berubah. Pengeluaran aktual
Pengeluaran, E
B E 2 = Y2
Pengeluaran yang direncanakan
ΔG
ΔY Kenaikan Belanja Pemerintah
E 1 = Y1
A
ΔY
Pendapatan, Output, Y
Sumber: Mankiw (2007)
Gambar. 2.1. Kurva Kenaikan Belanja Pemerintah Terhadap Output dan Pendapatan
Model ini menjelaskan bahwa bila terjadi peningkatan belanja pemerintah yang kemudian menggeser pengeluaran yang direncanakan ke atas maka efek selanjutnya adalah terjadi peningkatan output dan pendapatan. Selanjutnya peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan pada akhirnya kenaikan ini akan meningkatkan perekonomian.
14
2.1.2. Investasi Pembangunan Istilah investasi berasal dari kata investment yang dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai “penanaman” baik dalam bidang ilmu, teknik, tenaga, peralatan, tanah, gedung, tanaman, modal, dan sebagainya. Sedangkan secara khusus, kita artikan sebagai penanaman modal, apakah dalam surat berharga, saham-saham atau dalam modal kerja atau juga mendirikan suatu perusahaan. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 1997 mendefinisikan investasi sebagai kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) di masa akan datang. Menurut Gittinger dalam Bahasoan (2010), investasi adalah pengorbanan nilai sekarang untuk nilai masa mendatang atau penggunaan modal untuk menghasilkan pendapatan maupun mlalui ventura yang berorientasi pada resiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal. Sementara menurut Jhingan (2000) pembentukkan modal melalui investasi merupakan faktor yang paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukkan modal bahkan disebut sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Sekali proses ini berjalan ia akan senantiasa mengumpul dan menghidupi dirinya sendiri. Proses ini berjalan melalui
tiga
tingkatan.
Pertama,
kenaikan
volume
tabungan
akibat
meningkatnya kemauan dan kemampuan menabung. Kedua, keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat diinvestasikan. Ketiga, penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pembentukkan modal juga
15
berarti pembentukkan keahlian karena keahlian sering berkembang sebagai pembentukkan modal. Menurut Dornbusch et al dalam Prasetyo (2010) investasi merupakan komponen penting permintaan agregat. Investasi juga meningkatkan modal dan meningkatkan kapasitas produksi perekonomian. Pada akhirnya pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan melalui skema pada Gambar 2.2.
INFRASTRUKTUR (Jalan, Listrik, Air Bersih, Telepon, Pendidikan, Kesehatan)
MENDORONG PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
MENINGKATKAN INVESTASI DAERAH
MENINGKATKAN OUTPUT DAERAH
OUTPUT PERTANIAN
OUTPUT NON PERTANIAN
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAERAH
Sumber : Prasetyo (2010)
Gambar 2. 2 Skema Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Infrastruktur Soedjipto (1997) mengatakan bahwa kegiatan investasi infrastruktur bersumber dari pendanaan dalam pemerintah maupun privat dan swasta. Hal
16
ini dilakukan untuk menutupi kekurangan pembiayaan yang berasal dari APBN. Kebutuhan investasi untuk pembangunan infrastruktur di masa datang bertujuan: (a). untuk mengatasi kondisi „„bottlenecks‟‟ saat ini; (b) untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi; (c) untuk mengantisipasi urbanisasi yang sangat cepat; dan (d) untuk mendukung meningkatnya perdagangan dan globalisasi. Mengembangkan jasa pelayanan infrastruktur dengan kerjasama pihak swasta dibutuhkan karena permintaan terhadap infrastruktur lebih cepat dibandingkan kesiapan pemerintah untuk menyediakan jasa pelayanan sehingga diperlukan adanya kerjasama untuk mempercepat penyediaan infrastruktur tersebut. Kebutuhan investasi yang sangat besar terkendala dengan terbatasnya anggaran pemerintah, maka kerjasama dengan pihak swasta dapat menutupi hal ini dan memberikan nilai tambah prasarana dan kemampuan manajerial yang baik.
2.1.3. Infrastruktur Salah satu komponen pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah adalah penyediaan infrastruktur. Penyelenggaraan pelayanan umum dalam bentuk infrastruktur mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Dengan infrastruktur yang baik, maka pertumbuhan ekonomi wilayah akan lebih mudah tumbuh dan berkembang. Selain itu, kualitas infrastruktur yang baik akan dapat pula meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan. Lebih lanjut, keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktifitas bagi faktor-faktor produksi dan sebaliknya apabila mengabaikan akan menurunkan produktifitas (Barus, 2009).
17
Menurut Akatsuka dan Yoshida dalam Prasetyo (2010) secara umum infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas fisik dalam mengembangkan atau membangun kegunaan publik melalui penyediaan barang dan jasa untuk umum. Infrastruktur fasilitas dan jasa biasanya disediakan secara gratis atau dengan harga yang terjangkau dan terkontrol. Sedangkan menurut Direktorat Riset dan pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia dalam kajiannya, infrastruktur fisik merupakan komponen dasar perekonomian dan merupakan aspek utama di dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan (otonomi daerah) di dalam kondisi nasional yang beragam. Keberagaman ini merupakan masalah utama yang masih akan dihadapi bangsa Indonesia. Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur
jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air
minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur tersebut dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga penyediaannya perlu diatur oleh pemerintah. Dengan melihat jenis-jenis infrastruktur yang banyak berhubungan dengan masyarakat, peranan pemerintah sangat penting dalam penyediaannya. Walaupun pengadaan infrastruktur bisa dilakukan dengan kerja sama dengan badan usaha yang telah ditunjuk, tidak semua layanan infrastruktur bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena ada layanan yang
18
memerlukan modal yang besar dengan waktu pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar. Infrastruktur pada dasarnya merupakan asset pemerintah yang dibangun dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Prinsipnya ada dua jenis infrastruktur, yakni infrastruktur pusat dan daerah. Infrastruktur pusat adalah infrastruktur yang dibangun pemerintah pusat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam skala nasional, seperti jalan raya antar provinsi, pelabuhan laut dan udara, jaringan listrik, jaringan gas, telekomunikasi dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur daerah adalah infrastrukturyang dibangun pemerintah daerah, seperti penyediaan air bersih, jalan khas untuk kepentinagn daerah pariwisata dan sebagainya (Marsuki, 2007) Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Infrastuktur transportasi memiliki peran menciptakan nilai (value) suatu barang. Sesuai teori neoklasik, suatu barang memiliki nilai sesuai dengan biaya produksi atau secara spesifik oleh biaya pengorbanan tenaga kerja yang dikeluarkan atasnya. Transportasi merupakan suatu alat yang dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi pada suatu barang, sehingga barang
19
tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen (Polak dan Heertje dalam Legowo, 2009). 2.1.4. Pelabuhan Udara Pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT Angkasa Pura adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dalam Dwipoyanthi (2012) mengatakan bandar udara memiliki peran sebagai: a. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute penerbangan sesuai hierarki bandar udara. b. Pintu
gerbang
kegiatan
perekonomian
dalam
upaya
pemerataan
pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan
20
pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian. c. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya. d. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di sekitarya. e. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain. f. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau di daratan. g. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam pada wilayah sekitarnya.
21
h. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara, digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2.
Penelitian Terdahulu Penelitian
tentang
peran
pembangunan
infrastruktur
dalam
perekonomian daerah telah banyak dilakukan, baik dengan menggunakan analaisis Input-Output maupun metode lain. Berdasarkan penelitian-penilitian tersebut membuktikan bahwa infrastruktur merupakan faktor yang penting dalam menunjang kegiatan ekonomi dalam peningkatan upaya peningkatan perekonomian. Beberapa penelitian mengenai infrastruktur diantara lain adalah sebagai berikut: Menurut Barus (2009) dalam Disertasinya yang berjudul “Dampak Pembangunan
Infrastruktur
Dalam
Perekonomian
Wilayah
Provinsi
Kalimantan Timur: Analisis Input-output Antarregion” dijelaskan bahwa pembangunan infrstruktur di Kalimantan Timur memberikan dampak multiplier yang besar terhadap pendapatan wilayah dan terbukti mampu mengurangi ketimpangan antar wilayah di Kalimantan Timur. Legowo (2009) yang menganalisis tentang infrastruktur transportasi, keterkaitan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jabodetabek menyatakan bahwa terdapat pengaruh nyata antara investasi trasnportasi di satu wilayah terhadap aktivitas ekonomi wilayah tersebut dan wilayah sekitarnya. Keberadaan dan perkembangan jumlah unit-unit aktivitas ekonomi di sektor-
22
sektor
seperti
perdagangan,
pengangkutan,
perumahan
dan
industry
dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur transportasi yang dalam hal ini di dekati dengan nilai investasinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanuar (2006) yang berjudul Keterkaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output Serta Dampaknya Terhadap Kesenjangan di Indonesia membuktikan bahwa infrastruktur memiliki nilai koefisien determinasi yang cukup besar dan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan output. Secara umum infrastruktur memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan output pada sektor pertanian dan industri. Nurjanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Infrastruktur Transportasi dan Teknologi Komunikasi Terhadap Nilai Tukar Perdagangan di ASEAN dan Asia Timur menerangkan bahwa infrastruktur transportasi berpengaruh terhadap nilai tukar perdagangan baik kawasan ASEAN maupun Asia Timur. Kenaikan variabel indeks infrastruktur transportasi menyebabkan kenaikan nilai tukar perdagangan menyebabkan kenaikan nilai tukar perdagangan Negara ASEAN dan Asia Timur. Infrastruktur transportasi meliputi Bandar udara, kualitas pelabuhan, jumlah kendaraan bermotor, telepon dan penyediaan layanan internet serta jalur navigasi air. Beberapa penelitian tentang pembangunan bandara baik di dalam negeri maupun luar negeri telah dilakukan sebelumnya. University of Michingan pada tahun 2006 melakukan penelitian mengenai peranan Bandara Metropolitan Detroit dalam perekonomian, berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat
23
diketahui bahwa Bandara Metropolitan Detroit memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian daerah dan negara. Peranannya adalah mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara serta permintaan barang dan jasa. Sedangkan Dwipoyanthi dalam penelitian nya tentang pembangunan Bandara international Jawa Barat di Kabupaten Majalengka membuktikan bahwa bila pembangunan bandara dilakukan di lokasi yang tepat maka dapat meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan perekonomian namun bila sebaliknya maka akan terjadi penurunan pendapatan daerah akibat terhambatnya kegiatan ekonomi yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian wilayah tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh State of Connecticut pada tahun 2005 yang membuktikan bahwa Bandara Internasional Bradley memiliki kaitan yang sangat erat dalam penyerapan tenaga kerja, nilai pendapatan dan output dari negara Connecticut sendiri. Dengan adanya bandara maka secara tidak langsung meningkatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di sekitar bandara seperti restoran, parker, took-toko dan tempat rekreasi dan secara langsung berpengaruh pada pelayanan bisnis, penumpang pesawat, dan jasa pendukung operasional serta jasa pemerintah.
2.3.
Kerangka Pemikiran Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari kontribusi PDRB yang
dihasilkan terhadap pembentukan PDB nasional. Daerah yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi merupakan daerah yang potensial untuk dijadikan pusat pembangunan ekonomi demi terwujudnya program percepatan
24
pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kegiatan perekonomian suatu wilayah tidak lepas dari penyediaan infrastruktur pendukung khususnya infrastruktur transportasi, oleh karena itu pembangunan infrastruktur merupakan prioritas pembangunan pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kalimantan Timur dimana program MP3EI akan diterapkan di provinsi ini. Menurut Polak dan Heertje dalam Legowo (2009) transportasi infrastruktur memiliki peran menciptakan nilai (value) suatu barang. Sesuai teori neoklasik, suatu barang memiliki nilai sesuai dengan biaya produksi atau secara spesifik oleh biaya pengorbanan tenaga kerja yang dikeluarkan atasnya. Transportasi merupakan suatu alat yang dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi pada suatu barang, sehingga barang tersebut dapat memenuhi kepuasan konsumen. Dalam hal ini transportasi memberikan nilai bagi suatu barang melalui proses pemindahan barang dari pusat produksi ke pusat konsumsi. Penciptaan nilai atas barang oleh transportasi ini menjadikan transposrtasi sebagai suatu alat yang bernilai secara ekonomi. Salah satu program prioritas pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan yang merupakan pintu utama lalu lintas transportasi udara di provinsi Kalimantan Timur. Analisis dengan menggunakan Metode Input-Output digunakan dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang seberapa besar pembangunan Bandara Internasioanal Sepinggan dapat memberikan dampak penyebaran, pengganda dan keterkaitan antar sektor lain.
25
Analisis Input-Output
Analisis
AnalisisDampak
Analisis
Keterkaitan
Penyebaran
Pengganda
Keterkaitan Ke Depan
Keterkaitan Ke Belakang
Kofisien Penyebaran
Kepekaan Penyebaran
Pengganda Output
Pengganda Pendapatan RT
Peningkatan Output Perekonomian dan Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Kalimantan Timur
Gambar 2.3. Rincian Metode Input-Output
Tabel input-output dan analisisnya pertama kali dikembangkan oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an. Untuk pengembangan tersebut ia memenangkan hadiah Nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 1973. Dalam perkembangannya, metode-metode yang diturunkan dari suatu Tabel IO semakin banyak diterapkan sebagai alat analisis dan perencanaan ekonomi yang praktis dan bersifat kuantitatif (BPS, 2000) Analisis
input-output
merupakan
suatu
peralatan
analisis
keseimbangan umum. Alat analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian
dan
bukan
pendekatan
teoritis
ala
Walras
semata.
Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antar
26
pelaku perekonomian. Penekanan utama dalam analisis input-output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam analisis. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara (Nazara, 2005). Melalui model I-O dapat ditunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Konsep dasar model I-O didasarkan atas : (1) struktur perekonomian disusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual-beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Dalam menyusun table I-O yang bersifat statis dan terbuka, menurut Badan Pusat Statistik (2008), transaksi yang digunakan harus memenuhi tiga asumsi prinsip dasar, yaitu : 1. Asumsi Keseragaman (homogenitas) yang mensyaratkan bahwa tiap sector memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal, bahwa tidak ada substitusi otomatis anatar berbagai sektor.
27
2. Asumsi kesebandingan (proporsionalitas) yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi, hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier, yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sector tertentu naik atau turun, sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut 3. Asumsi penjumlahan (aditivitas), yaitu suatu asumsi yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa diluar sistem inputoutput semua pengaruh luar diabaikan.
2.3.1. Asumsi Kelebihan dan Keterbatasan dalam Model Tabel InputOutput Sebagai alat analisis Model Tabel Input-Output memiliki keuntungan dan keterbatasan dalam melakukan analisis. Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan table I-O antara lain : 1. Dapat digunakan untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor dan penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subtitusi. 3. Untuk mengetahui sektor sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
28
4. Memberikan deskripsi mengenai keadaan suatu perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. 5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sedangkan adapun kelemahan dalam penggunaan table I-O adalah : 1. Asumsi yang sedikit restriktif 2. Biaya pengumpulan data yang besar 3. Hambatan dalam mengembangkan model dinamik. Apabila berbagai hambatan yang muncul dapat diatasi dengan baik, maka model I-O merupakan model yang canggih untuk merencanakan pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Cara tepat mengatasi hambatan tersebut juga dapat menutupi kelemahan-kelemahan dalam analisis tabel I-O, sehungga tabel I-O dapat tetap menjadi model andal dalam menganalisis perekonomian secara lengkap dan komprehensif
2.3.2. Struktur Tabel Input-Output Menurut Daryanto (2010) secara garis besar tabel Input-Output memuat dua neraca yang aling terintegrasi, yakni neraca endogen dan neraca eksogen. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas produksi, baik itu menjadi putput antara maupun input antara masuk dalam neraca endogen. Sementara faktor-faktor yang merupakan komponen dari permintaan akhir dan
29
input primer dimasukkan dalam neraca eksogen. Jumlah dari input antara dengan input primer akan menghasilkan total input, sedangkan jumlah dari output antara dan permintaan akhir mengahsilkan total output. Dengan demikian anatomi dasar Tabel Input-Output secara sederhana dapat disampaikan sebagai berikut: Tabel. 2.1. Anatomi Dasar Tabel Input-Output Output Antara
Permintaan
Total Output
Akhir Input Antara
Zij
Input Primer
Vi
Total Input
Xi
Fj
Xj
Sumber: Daryanto, 2010
Dalam bentuk dasar tabel I-O ini, notasi Zij melambangkan transaksi ekonomi (penjualan output antara dan pembelian input antara). Kuadran ini merupakan neraca endogen yang sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca eksogen, terutama oleh permintaan akhir yaitu Fj yang terbagi atas beberapa komponen meliputi konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, modal dan perubahan stok modal, serta ekspor. Sedangkan neraca eksogen lainnya adalah input primer Vi yang terdiri atas upah/gaji, surplus usaha, penyusutann dan pajak tidak langsung. Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel
30
Input-Output dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………n. Ilustrasi tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel. 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output
Struktur Input
Permintaan Antara Sektor
Permintaan
Jumlah
Industri
Akhir
Output
1
2
3
Input
Sektor
1
Z11
Z12
Z13
Y1
X1
Antara
Produksi
2
Z21
Z22
Z23
Y2
X2
3
Z31
Z32
Z33
Y3
X3
Input Primer
V1
V2
V3
Total Input
X1
X2
X3
Sumber: Daryanto, 2010
Ada tiga matriks dasar yang dapat dilihat dalam tabel 2.2. yakni: 1. Matriks Z atau matriks transaksi input antar, 2. Matriks Y tau matriks permintaan akhir yang terdiri atas permintaan untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan ekspor (X), 3. Matriks V atau matriks input primer yang terdiri atas upah/gaji (W), surplus usaha (S), penyusutan (D) dan pajak tidak langsung/minus subsidi(T). Bila dilihat secara horizontal, setiap baris isi sel total output menunjukkan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi permintaan antara pada sektor produksi dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangkan isi sel menurut garis vertical menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi.
31
2.4.Tahap-tahap Analisis Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input-Output Provinsi Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan, oleh karena itu koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri. Dalam Tabel IO Kalimantan Timur tahun 2009 tidak terdapat sektor yang menggambarkan secara spesifik mengenai keberadaan bandara sehingga dilakukan pendekatan dengan mengasumsikan sektor bandara untuk mewakili keberadaan bandara tersebut. Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1. Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor
kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi tiga belas sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak
32
penyebaran dan keterkaitan sektor bangunan serta multiplier output dan pendapatan rumah tangga. 2. Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009. 3. Dilakukan perkiraan untuk indikator-indikator seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, struktur investasi dan ekspor impor untuk tahun 2010 yang diambil dari nilai yang terdapat di PDRB menurut Penggunaan tahun 2010. 4.
Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.
5. Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan simulasi investasi dengan mengalikan nilai investasi dari investasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I selaku pengelola bandara dengan nilai multipliernya kemudian dilakukan analisis mengenai kontribusi peningkatan output dan pendapatan akibat adanya investasi pembangunan tersebut.
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor, data investasi APBD Propinsi Kalimantan Timur dan investasi PT. Angkasa Pura I serta data-data pendukung lainnya yang didapat dari Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik Pusat dan PT. Angkasa Pura I serta sumber-sumber lainnya. Dalam analisis ini dibantu oleh perangkat lunak Microsoft Excel dan IOAP 1.0.1 untuk mendapatkan nilai multiplier, keterkaitan serta dampak penyebaran.
3.2. Metode Analisis 3.2.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dapat memberi gambaran mengenai keterkaitan antar sektor. Keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan baik langsung maupun langsung tidak langsung serta keterkaitan ke belakang secara langsung maupun langsunng tidak langsung. Keterkaitan ke depan sendiri memberikan informasi mengenai derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input dari sektor lain. Sedangkan keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor yang memasok input untuk sektor yang diteliti.
34
1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
( )
∑
Di mana:
( ) =
n
keterkaitan langsung ke depan sektor i
=
unsur matriks koefisien teknis
=
jumlah sektor
2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : (
) (
Di mana:
∑ ) =
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
n
=
unsur matriks kebalikan Leontief
=
jumlah sektor
35
3. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
( )
∑
( ) = keterkaitan langsung ke belakang sektor i
Di mana:
= unsur matriks koefisien teknis = jumlah sektor 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : (
)
Di mana:
(
∑
) =
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
n
=
unsur matriks kebalikan Leontief
=
jumlah sektor
36
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang belum cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikatorindikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini sebagai dampak penyebaran yang dapat menentukan suatu sektor dapat menumbuhkan sektor hulu atau hilirnya. Dampak penyebaran ini terdiri dari: 1. Koefisien Penyebaran Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik)
bermanfaat
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Suatu sektor dikatakan mempunyai koefisien penyebaran yang tinggi apabila Pd sektor tersebut mempunyai nilai lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika nilai Pd sektor tersebut lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah : ∑
Pd
=
∑
∑
Di mana: Pd
= koefisien penyebaran sektor = matriks kebalikan Leontif
n
= jumlah sektor
37
Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk itu sendiri sebesar nilai koefisien penyebarannya. 2. Kepekaan Penyebaran Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan industri hilirnya. Jika Sd>1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sdi<1 artinya sektor tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah :
∑ Sd
=
∑
∑
Dimana : Sd
= kepekaan penyebaran sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontif model terbuka n
= jumlah sektor Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukan bahwa kenaikan
satu output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya.
38
3.2.3. Analisis Multiplier Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan akivitas suatu sektor akan meningkatkan aktivitas sektor tersebut atau sektor lainnya sebesar niai penggandanya. Pada dasarnya analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi pada variable-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variable eksogen seperti permintaan utama dalam analisis angka pengganda ini yaitu sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian yaitu tipe I dan tipe II. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif baik untuk model terbuka ( gij ) maupun model tertutup ( g*ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, dan pendapatan berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada tabel berikut: Tabel 3.1 Rumus Multiplier Output, dan Pendapatan Tipe Dampak
Multiplier Output
Pendapatan
Dampak Awal Pengaruh Langsung
l
Pj
Σaij
ΣaijPj
Pengaruh Tidak Langsung
Σgij-1- Σaij
ΣgijPi-Pi- ΣaijPi
Dampak Imbasan Konsumsi
Σ(g*ij-gij)
Σ(g*ijPi-gijPi)
Dampak Total
Σg*ij
Σiα*ijhi
Dampak Luberan
Σg*ij -1
Σg*ijPi -Pi
Sumber : Daryanto, 2010
39
Keterangan : aij
= koefisien input langsung
Pi
= koefisien pendapatan rumah tangga
gij
= koefisien kebalikan Leontif terbuka
g*ij
= koefisien kebalikan Leontif tertutup
Sedangkan untuk meliat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut :
Tipe I =
Tipe II =
Koefisien Pendapatan (Pi) Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
di mana: Pi
= koefisien pendapatan sektor i = jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i
40
3.2.4. Simulasi Investasi Untuk melihat kontribusi pembangunan infrastruktur yang dalam penelitian ini adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan, analisis selanjutnya adalah simulasi investasi. Analisis ini dilakukan dengan mengalikan nilai multiplier output dan pendapatan dengan nilai investasi yang berasal dari APBD Propinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I. Dengan merangkum hasil analisis ini maka dapat kita ketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi akibat investasi yang dilakukan.
3.3.
Konsep dan Definisi Operasional Data Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari bangunan, output,
transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y, 2010).
1. Bangunan / Konstruksi Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain maupun oleh kontraktor khusus yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Sektor kontruksi atau bangunan ini terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, gedung pentas, olahraga, rehabilitasi bangunan, landasan pesawat terbang, pembangkit listrik, instalasi air minum, bangunan stasiun pembangkit dan bangunan sipil lainnya.
41
2. Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, propinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3. Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut.
42
4. Input Primer Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
43
c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara.
5. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.
6. Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor.
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan
44
tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri.
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang
sifatnya
pembentukkan
modal,
termasuk
pengeluaran
untuk
kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan).
c. Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari
dalam
maupun
impor.
Barang
modal
dapat
terdiri
dari
bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya.
d. Perubahan Stok Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahanbahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan
45
stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.
e. Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor.
7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir.
8. Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi kegiatan pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta kegiatan perikanan. Termasuk pula dalam sektor ini kegiatan pengolahan hasil-hasil
46
pertanian, peternakan kehutanan, perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional. 9. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan
dan
penggalian,
mencakup
seluruh
usaha
kegiatan
penambangan, penggalian dan penggaraman rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri. 10. Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya.
11. Listrik dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industry dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas
47
mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya melalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai.
12. Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat.
13. Angkutan Darat Sektor ini meliputi angkutan bermotor untuk penumpang, angkutan nermotor untuk barang dan angkutan tidak bermotor 14. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan Sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan ini meliputi angkutan speed boat, angkutan fery penyebrangan dan angkutan sungai lainnya baik untuk penumpang maupun barang. 15. Angkutan Laut Pada sektor angkutan laut meliputi angkutan samudera dan perairan pantai, pelayaran rakyat baik untuk penumpang maupun barang.
48
16. Angkutan Udara Sektor angkutan udara ini terdiri dari angkutan penumpang maupun barang 17. Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lainlain.
18. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.
49
19. Jasa dan Kegiatan Lain Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.
IV.
GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2 terletak antara 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, propinsi terluas kedua setelah Papua ini dibagi menjadi 10 (sepuluh) kabupaten, 4 (empat) Kota, 136 kecamatan dan 1.445 desa/kelurahan.
Skala: 1 : 3.700.000 Gambar 4.1. Peta Propinsi Kalimantan Timur Sepuluh Kabupaten tersebut adalah Pasir dengan ibukota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, Bulungan dengan ibukota
51
Tanjung Selor, Nunukan dengan ibukota Nunukan, Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam dan Tana Tidung dengan ibukota Tideng Pale (pemekaran dari Kabupaten Bulungan). Sedangkan empat kota adalah Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Bontang. Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua kabupaten/kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam. Propinsi Kalimantan Timur terletak di sebelah paling Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya propinsi ini berbatasan langsung dengan Negara Malaysia di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, dan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Malaysia di sebelah Barat. Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari perbukitan yang terdapat hampir di seluruh kabupaten. Sedang untuk danau yang berjumlah sekitar 18 buah, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan Danau Melintang dengan luas masingmasing 13.000 hektar, dan 11.000 hektar.
4.1. Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Kalimantan Timur menurut Lapangan Usaha pada tahun 2010 sebesar 4,95 persen dengan
52
migas dan non migas sebesar 10,79 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,59 persen, maka pada ahun 2009 laju pertumbuhan PDRB baik dengan migas maupun tanpa migas lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Pertanian 3.75 2.32 0.27 2.79
8.15
Pertambangan
5.86
Industri Pengolahan 27.74
47.58
Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Sumber: BPS Kaltim 2011
Gambar 4.2. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 Hampir semua sektor ekonomi di Kalimantan Timur pada tahun 2010 mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya sektor Listrik, Gas dan Air yang mngalami perlambatan. Struktur ekonomi Kalimantan Timur ahun 2010 dengan maupun tanpa migas tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. PDRB dengan migas menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur adalah sektor pertambangan (47,88 %), industri pengolahan (24,74 %), perdagangan, hotel dan restoran (8,15 %) serta sektor pertanian (5,86 %).
53
Struktur PDRB non migas didominasi oleh lima sektor yaitu sektor pertambangan (45,54 %), sektor perdagangan, hotel dan restoran ( 13,92 %), pertanian (10,01 %) serta sektor industri pengolahan (7,68 %)
Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Kalimantan Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) No. Sektor/Lapangan 2007 Usaha Pertanian 6.851.355 1 Petambangan dan 38.321.837 2 Penggalian Industri 31.946.299 3 Pengolahan Listrik, Gas & Air 309.431 4 Bersih Bangunan 3.339.516 5 Perdagangan, 8.130.803 6 Hotel dan Restoran Pengangkutan dan 5.052.690 7 Komunikasi Keuangan, 2.741.785 8 Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain 1.898.665 9 TOTAL PDRB 98.428.543 MIGAS TOTAL PDRB NON 52.736.830 MIGAS Sumber : BPS Kaltim, 2011
2008
2009
2010
6.844.815 40.527.149
6.947.066 42.262.880
7.149.139 45.855.381
32.875.825
31.666.162
25.891.413
319.610
337.693
355.652
3.617.582 8.419.720
3.977.671 8.897.655
4.382.297 9.833.726
5.450.459
5.851.260
6.391.115
3.008.421
3.277.736
3.578.785
2.043.292 2.150.697 2.312.045 103.206.871 106.368.811 110.579.888 56.079.605
59.777.992
66.226.996
54
4.2.
Perencanaan Pembangunan Regional Propinsi Kalimantan Timur Tema pembangunan pada tahun 2012 adalah “Peningkatan Produktivitas
dan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Pro Rakyat, Berkeadilan dan Berkelanjutan”. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, kebijakan ekonomi makro tahun 2012 diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, menjaga stabilitas ekonomi, menciptakan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, pembangunan ekonomi yang pro poor, pro job, pro growth dan pro environment akan terus dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan menjaga tingkat konsumsi masyarakat yang diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga ditopang oleh perbaikan daya beli yang bersumber dari kenaikan gaji dan Upah Minimum Propinsi (UMP), serta penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan juga terus didorong. Upaya untuk menurunkan jumlah penduduk miskin juga akan didorong oleh berbagai program yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang pro-rakyat miskin, memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan meningkatkan investasi dan ekspor pada komoditas non migas dan pertambangan, serta mendorong daya saing industri pengolahan. Investasi juga didorong dengan meningkatkan produktivitas dan akses UKM pada sumberdaya produktivitas. Dorongan terhadap pertumbuhan
55
ekonomi juga diberikan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur dan penyediaan energi termasuk listrik. Kebijakan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Pembangunan di bidang ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pengembangan struktur ekonomi secara seimbang antara sektor - sektor ekonomi yang padat modal ( capital intensive ) dan sektor ekonomi yang padat tenaga kerja ( labor intensive) dengan memacu sektor-sektor ekonomi yang potensial dan padat tenaga kerja seperti sektor pertanian, sehingga kesenjangan dalam struktur ekonomi semakin kecil. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang disesuaikan dengan keunggulan komparatif masing-masing daerah. Dari sisi produksi, pembangunan pertanian dan pembangunan pedesaan didorong melalui peningkatan produksi pangan, produkstivitas pertanian secara luas, revitalisasi agribisnis dan agroindustri. Lebih lanjut, upaya mendorong pertumbuhan industri dilakukan dengan kebijakan pertumbuhan populasi usaha usaha industri, penguatan struktur industri dan peningkatan produkstivitas usaha industri. Stabilitas ekonomi juga ditingkatkan melalui penyediaan kebutuhan pokok rakyat dengan cadangan beras yang memadai. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada tahun 2011 diasumsikan tumbuh sebesar 3,62 persen, dan pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,77 persen. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut diperlukan peningkatan pertumbuhan yang sangat tinggi pada sektorsektor ekonomi yang prospektif seperti sektor pertanian yang selama ini tingkat
56
pertumbuhannya maupun kontribusinya dalam PDRB Kalimantan Timur relatif sangat kecil. Bagi Kalimantan Timur, tahun 2012 adalah tahun keempat dalam pelaksanaan RPJMD 2009-2013. Pada tahap ini kebijakan ekonomi daerah diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mewujudkan tujuan bersama berdasarkan potensi lokal untuk mengurangi disparitas kesejahteraan antar wilayah serta memantapkan infrastruktur wilayah dalam rangka mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah Kalimantan Timur diarahkan pada peningkatan nilai tambah segenap sumber daya ekonomi melalui pengembangan agribisnis, agriindustri, yang ditunjang oleh pengembangan dunia usaha, investasi, infrastruktur dan keuangan daerah. Konsep dasar pengembangan ekonomi wilayah adalah dengan memperkuat struktur ekonomi yang fundamental dengan partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya. Salah satu upaya diperlukan adalah meningkatkan upaya pemerataan antar wilayah dan antar sektor perekonomian. Penataan dasar yang diperlukan
adalah
meningkatkan
peran
sektor
pertanian
secara
luas,
pengembangan komoditas yang memiliki peluang ekspor, melakukan promosi investasi dan perdagangan, melakukan pengembangan kawasan ekonomi terpadu ataupun kawasan ekonomi yang didasarkan pada keterkaitan antar sektor ekonomi dan kawasan sentra produksi melalui pengembangan sektor unggulan dan potensial. Selanjutnya secara proposional peran migas, pertambangan dan kehutanan sebagai penopang utama perekonomian dikurangi secara bertahap. Penguasaan
teknologi
informasi
yang
didukung
pembangunan
infrastruktur wilayah yang strategis merupakan upaya akselerasi perwujudan dan
57
pencapaian kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian diharapkan struktur
ekonomi ke depan akan terjadi keseimbangan antara sektor ekonomi yang padat modal dan sektor ekonomi yang padat tenaga kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pemerataan
pendapatan
dan
kesejahteraan
masyarakat.
Berdasarkan tantangan dan prospek perekonomian daerah, maka arah kebijakan perekonomian daerah pada Tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Orientasi pembangunan sektoral pada peningkatan produktivitas sektor pertanian dan perluasan produk agroindustri, penguatan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB, pengembangan ekowisata, agrowisata, wisata budaya, peningkatan pemanfaatan energi potensial panas bumi dan air. Prasyarat dalam implementasinya adalah ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai, peningkatan pengetahuan dan skill pelaku ekonomi serta penguatan kelembagaan. 2. Dimensi kewilayahan diarahkan membangun perdesaan dalam rangka meningkatkan keterkaitan ekonomi desa dengan kota melalui implementasi model-model pembangunan perdesaan yang relevan dengan karakteristiknya. 3.
Mendorong dan memfasilitasi kemitraan antara pengusaha besar-menengah dengan pelaku usaha mikro dan kecil.
4. Meningkatkan efektivitas Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu. 5. Memantapkan infrastruktur wilayah. 6. Memperkuat rantai nilai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi.
58
4.3. Sektor Bangunan di Propinsi Kalimantan Timur Sektor bangunan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi dalam suatu perekonomian daerah. Sektor bangunan sendiri meliputi kegiatan pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan berat maupun ringan dari semua jenis konstruksi seperti bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, pekerjaan umum untuk pertanian, jalan, jembatan dan pelabuhan, bangunan dan instalasi listrik, air minum dan komunikasi serta bangunan lainnya. Secara ekonomi sektor banguanan memberikan kontribusi yang terus meningkat setiap tahunnya bagi pertumbuhan PDRB Propinsi Kalimantan Timur. Pengembangan sektor bangunan dirasakan penting bagi pembangunan perekonomian daerah karena peranannya peningkatan pertumbuhan sektorsektor yang terkait di dalamnya.
Tabel. 4.2. Sektor Bangunan dan Laju Pertumbuhannya Dalam PDRB Propinsi Kalimantan Timur (dalam Juta Rupiah) Tahun
PRDB
Laju Pertumbuhan (%)
Sektor Bangunan
2007
98.386
1,88
3.340
Laju Pertumbuhan Sektor Bangunan (%) 12,59
2008
103.207
4,90
3.618
8,33
2009
105.369
2,09
3.978
9,95
2010
110.580
4,95
4.382
10,17
Sumber: BPS Kaltim, 2011
Laju pertumbuhan sektor bangunan dari tahun 2007-2010 mengalami fluktuasi. Tahun 2008 kontribusi sektor bangunan terhadap pembentukan PDRB
59
mengalami penurunan namun di tahun selanjutnya terjadi kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa sektor bangunan cukup berperan dalam perekonomian Kalimantan Timur. Pemerintah Kalimantan Timur juga menyadari bahwa pentingnya infrastruktur yang terdapat dalam sektor bangunan dalam menunjang kegiatan ekonominya. Saat ini dilakukan pembangunan beberapa infrastruktur di antaranya adalah pembangunan prasarana jalan dan jembatan, pembangunan pelabuhan udara Sepinggan dan Bandara Samarinda Baru, pembangunan pelabuhan laut Karangau, jalan nasional dan propinsi, Dermaga Melak dan Dermaga Ancam, beberapa irigas dan PLTU di beberapa daerah.
4.4. Bandara Internasional Sepinggan Pengangkutan udara di Propinsi Kalimantan Timur memegang peranan dominan dalam pengangkutan penumpang maupun barang. Kegiatan ekonomi yang paling dominan di Kalimantan Timur yaitu sektor pertambangan dan industri sangat ditunjang dengan keberadaan pengangkutan udara untuk menghubungkan daerah tambang dan industrinya dengan daerah tujuan seperti Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia bahkan luar negeri. Bandara Sepinggan pertama beroperasi pada tahun 1960 dibawah pengelolaan Jewatan Penerbangan Sipil Dirjen Perhubungan Udara. Pada tahun 1987 diambil alih pengelolaannya oleh PT. Angkasa Pura I kemudian pada tahun 1996 dilakukan pengembangan fasilitas bandara dan kelengkapan keselamatan. BPS Kaltim tahun 2011 mencatat bahwa sekitar 63 persen dari total penerbangan yang terjadi sekitar 63 persen melalui Bandara Sepinggan, hal ini karena bandara ini melayani penerbangan lokal maupun antar daerah di Pulau Kalimantan.
60
Untuk lalu lintas penumpang dan barang dari total penerbangan sekitar 82 persen juga melalui Bandara Sepinggan. Hal ini menunjukkan bahwa Bandara Sepinggan merupakan pelabuhan udara utama Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah daerah bersama dengan PT. Angkasa Pura I selaku BUMN pengelola bandara melakukan pengembangan dan perluasan wilayah bandara yang meliputi perpanjangan landasan pacu untuk pendaratan dan perluasan dan penambahan terminal untuk meningkatkan kapasitas bandara untuk menampung penumpang dengan kapasitas enam juta penumpang dan landasan pacu sebesar 3120 m2.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Bangunan Terhadap Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur 5.1.1. Struktur Permintaan Berdasarkan Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh sektor, total permintaan Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 adalah sebesar Rp 456,89 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 89,56 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 367,31 triliun. Sementara nilai perkiraan struktur permintaan pada sektor-sektor perekonomian menunjukkan kenaikan nilai permintaan antara, permintaan akhir dan total permintaan sektor-sektor perekonomian. Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Propinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan permintaan antara di Propinsi Kalimantan Timur adalah sektor pertambangan, yaitu sebesar Rp 59,1 triliun atau sekitar 51,56 persen dari total permintaan antara Propinsi Kalimantan Timur. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 11,09 triliun atau sekitar 9,68 persen dari total permintaan antara Propinsi Kalimantan Timur. Urutan ketiga ditempati oleh sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp 9,31 triliun atau sekitar 8,13 persen dari total permintaan antara Propinsi Kalimantan Timur. Sedangkan sektor bangunan menyumbang sebesar Rp 3,75 triliun atau sekitar 3,28 persen dari total permintaan antara Propinsi Kalimantan Timur.
62
Tabel 5.1. Perkiraan Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2010 Sektor
1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan Darat 8. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 9. Angkutan Laut 10. Angkutan Udara 11. Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi 12. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. 13. Jasa dan Kegiatan Lainnya TOTAL
Permintaan Antara Jumlah Persen (Juta (%) Rupiah) 9.317.488 8,13 59.100.954 51,56 8.801.810 7,68
Permintaan Akhir Jumlah Persen (Juta (%) Rupiah) 14.440.990 3,15 314.792.631 68,65 34.864.956 7,60
Jumlah Permintaan Jumlah Persen (Juta (%) Rupiah) 23.758.478 3,25 373.893.585 65,30 43.666.766 7,62
1.465.098
1,28
1.127.625
0,25
2.592.724
0,45
3.756.131 11.098.625
3,28 9,68
30.763.270 29.389.473
6,71 6,41
34.519.401 40.488.098
6,04 7,05
2.318.681
2,02
4.064.984
0,89
6.383.665
1,11
976.447
0,85
1.607.284
0,35
2.583.731
0,45
1.742.938 908.134
1,52 0,79
2.663.403 2.715.832
0,58 0,59
4.406.340 3.623.966
0,77 0,63
4.036.008
3,52
543.994
1,19
4.580.002
1,64
2.296.024
2,00
1.346.412
0,29
3.642.436
0,63
8.813.349
7,96
15.310.713
3,34
24.124.061
4,19
114.631.685
100
458.526.740
100
573.158.425
100
Sumber: Tabel Input-Output Perkiraan 2010 Prov. Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
Dalam pembentukan permintaan akhir Propinsi Kalimantan Timur, sektor pertambangan menempati urutan pertama dengan nilai sebesar Rp 314,79 triliun atau sekitar 68,65 persen dari total permintaan akhir Kalimantan Timur. Sementara sektor industri pengolahan berada di urutan kedua dengan kontribusi
63
sebesar Rp 34,86 triliun atau sekitar 7,60 persen dari total permintaan akhir Propinsi Kalimantan Timur. Sektor bangunan menempati urutan ketiga dalam kontribusinya terhadap total permintaan akhir sebesar Rp 30.76 triliun atau sekitar 6,71 persen. Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Propinsi Kalimantan Timur, dapat diketahui bahwa empat sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan total permintaan Propinsi Kalimantan Timur adalah sektor tambang dengan nilai sebesar Rp 373,89 triliun atau sekitar 65,30 persen, sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 43,67 triliun atau sekitar 7,62 persen, sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp 40,49 triliun atau sekitar 7,05 persen dan bangunan dengan nilai sebesar Rp 34,52 triliun atau sekitar 6,04 persen dari total permintaan Propinsi Kalimantan Timur.
5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Perkiraan total konsumsi rumah tangga Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 43.18 triliun. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp 6,17 triliun atau sekitar 24,68 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sektor pertanian menempati urutan kedua yaitu sebesar Rp. 9.09 triliun atau 21,05 persen dan urutan ketiga adalah sektor industri pengolahan dalam pembentukan total konsumsi rumah tangga yaitu sebesar Rp. 5.16 triliun atau sekitar 11,95 persen. Sektor bangunan pada struktur konsumsi rumah tangga benilai nol, hal ini dikarenakan sektor bangunan tidak masuk ke
64
dalam komponen belanja yang dilakukan oleh rumah tangga. Belanja rumah tangga untuk sektor bangunan dimasukkan ke dalam pembentukan modal tetap bruto sehingga nilainya nol pada struktur konsumsi rumah tangga ini. Tabel 5.2. Perkiraan Struktur Konsumsi Rumah Tangga Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2010 Sektor
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Konsumsi Rumah Tangga Jumlah Persen (%) (Juta Rupiah) 9.090.629 21,05 4.430.872 10,26 5.160.714 11,95 1.170.338 2,71 0,00 10.65.277 24,68
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.144.426 2,65 7. Angkutan Darat 1.554.692 3,60 8. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 332.531 0,77 9. Angkutan Laut 1.092.603 2,53 10. Angkutan Udara 2.893.454 6,70 11. Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi 1.286.939 2,98 12. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. 4.340.182 10,05 13. Jasa dan Kegiatan Lainnya TOTAL 43.185.888 100 Sumber: Tabel Input-Output Perkiraan 2010 Prop. Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah Jumlah perkiraan konsumsi pemerintah tahun 2010 adalah sebesar Rp 17.89 triliun. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Rp 12.82 triliun atau 71,66 persen
dari total konsumsi pemerintah dialokasikan pada sektor jasa dan kegiatan lain. Sektor jasa-jasa pada Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 sebelum agregasi (klasifikasi lima puluh sektor) terdiri dari berbagai jenis jasa,
65
di antaranya jasa pemerintahan umum dan jasa swasta, dan konsumsi pemerintah ini dialokasikan untuk subsektor pemerintahan umum, subsektor jasa pemerintahan dan pertahanan serta jasa sosial kemasyarakatan. Alokasi konsumsi pemerintah yang kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 8,34 persen atau sebesar 1,49 triliun. Sedangkan urutan ketiga konsumsi pemerintah dialokasikan untuk sektor penunjang angkutan dan komunikasi. Tabel. 5.3 Perkiraan Struktur Konsumsi Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2010 Sektor
Konsumsi Pemerintah Jumlah Persen (%) (Juta Rupiah) 41.145 636.850 1.491.946 302.325 7.156 874.774
0,23 Pertanian 3,56 Pertambangan 8,34 Industri Pengolahan 1,69 Listrik dan Air Bersih 0,04 Bangunan 4,89 Perdagangan, Hotel dan Restoran 50.089 0,28 7. Angkutan Darat 202.146 1,13 8. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 103.756 0,58 9. Angkutan Laut 320.214 1,79 10. Angkutan Udara 910.552 5,09 11. Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi 130.590 0,73 12. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. 12.819.288 71,66 13. Jasa dan Kegiatan Lainnya TOTAL 17.889.043 100 Sumber: Tabel Input-Output Perkiraan 2010 Prov. Kalimantan Timur 13 sektor (diolah) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
5.1.4. Struktur Investasi Jumlah perkiraan investasi Propinsi Kalimantan Timur tahun 2010 adalah sebesar Rp 47.14 triliun, jumlah ini mengalami peningkatan dari total investasi di tahun sebelumnya. Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan
66
modal tetap dengan perubahan stok dari setiap sektor perekonomian di Propinsi Kalimantan Timur. Pada tabel 5.4. sektor bangunan memberikan kontribusi paling
besar yaitu 86.07 persen dari total investasi Propinsi Kalimantan Timur atau senilai Rp. 40.57 triliun Tabel. 5.4. Perkiraan Struktur Investasi Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2010 Sektor
1. 2. 3.
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan Darat 8. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 9. Angkutan Laut 10. Angkutan Udara 11. Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi 12. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. 13. Jasa dan Kegiatan Lainnya TOTAL
Pembentuk Modal Tetap (Juta Rupiah) 244.413 943.630
Perubahan Stok (Juta Rupiah) 439.354 1.383.047 324.190
Investasi (Juta Rupiah)
Investasi (Persen)
683.767 1.383.047 1.267.820
1.45 2.93 2.69
-
-
0
0.00
40.579.246 2.316.774
334.753
40.579.246 2.651.527
86.07 5.62
114.675
83.997
198.672
0.42
18.742
2.913
21.655
0.05
98.162 99.514
17.422 4.551
115.584 104.065
0.25 0.22
128.475
14.532
143.007
0.30
-
-
-
0.00
-
-
-
0.00
44.543.629
2.604.760
47.148.389
100
Sumber: Tabel Input-Output Perkiraan 2010 Prov. Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
5.1.5. Struktur Ekspor-Impor Jumlah perkiraan net ekspor Propinsi Kalimantan Timur tahun 2010 berdasarkan Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 adalah sebesar Rp 211,98 triliun. Nilai positif dari nilai net ekspor tersebut
67
mengindikasikan adanya surplus perdagangan dalam perekonomian Propinsi Kalimantan Timur. Tabel 5.5 menunjukkan kontribusi ekspor dan impor dari masing-masing sektor perekonomian Propinsi Kalimantan Timur. Tabel 5.5. Perkiraan Struktur Ekspor-Impor Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2010 Sektor
1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan Darat 8. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 9. Angkutan Laut 10. Angkutan Udara 11. Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi 12. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. 13. Jasa dan Kegiatan Lainnya TOTAL
Ekspor Jumlah Persen (Juta Rupiah) (%) 6.725.826 1,92 289.806.019 82,73 26.868.272 7,67
Impor Jumlah (Ribu Rupiah) 3.942.615 74.799.009 21.220.951
Persen (%) 2,85 54,07 15,34
Net Ekspor Jumlah Persen (Ribu Rupiah) (%) 2.783.211 1,52 215.007.010 94,94 5.647.322 4,40
-
-
1.355.706
0,98
-1.355.706
-0,42
17.585.232
5,02
10.679.644 12.298.191
7,72 8,89
-10.679.644 5.287.041
-3,29 3,37
2.837.458
0,81
2.573.075
1,86
264.383
0,36
245.212
0,07
1.175.868
0,85
-930.655
-0,26
2.101.821 1.436.244
0,60 0,41
2.171.897 1.618.547
1,57 1,17
-70.076 -182.303
0,18 0,09
2.241.942
0,64
3.057.256
2,21
-815.314
-0,03
280.243
0,08
594.851
0,43
-314.608
-0,07
210.182
0,06
2.863.583
2,07
2.653.401
-0,80
350.303.420
100
138.351.191
100
211.987.260
100
Sumber: Tabel Input-Output Perkiraan 2010 Prov. Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Propinsi Kalimantan Timur adalah sektor pertambangan dengan nilai kontribusi sebesar Rp 215,01 triliun atau sekitar 94,94 persen dari total surplus perdagangan yang diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 4,40 persen atau sebesar Rp. 5,65 triliun dan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada urutan ketiga sebesar 3,37 persen atau Rp. 5,29 triliun.
68
5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1 Analisis Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.
Tabel. 5.6 Keterkaitan Ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur Sektor
Pertanian Pertambangan&Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Minum Bangunan Perdagangan, Restoran dan Hotel Angkutan Darat Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Angkutan Laut Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan & Komunikasi Bank dan Lembaga Keu.lain Jasa dan Kegiatan lain
Keterkaitan Ke Depan Langsung Langsung Tidak Langsung 0,00913 1,37302 0,05790 0,01361 0,05482 0,00930 0,01265 0,00951 0,00337 0,00349 0,00148 0,00721 0,00421 0,01335
Sumber: Tabel Input-Output 2009 Propinsi Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
1,40999 1,28605 1,15554 1,15262 1,15564 1,11139 1,06744 1,05499 1,02407 1,20272 1,09938 1,23385
69
Nilai keterkaitan ke depan secara langsung sektor bangunan adalah sebesar 0,00930 dan langsung tak langsung sebesar 1,15262. Nilai keterkaitan ke depan secara langsung ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor bangunan yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor bangunan sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 9.300. Sedangkan untuk nilai keterkaitan ke depan secara langsung tak langsung diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor bangunan yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung mauoun tidak langsung ke sektor lain termasuk sektor bangunan sendiri akan meningkat sebesar Rp. 1.115.620.
5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang Keterkaitan ke belakang juga dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan secara langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya.
70
Tabel. 5.7. Keterkaitan Ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur Sektor
Pertanian Pertambangan&Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Minum Bangunan Perdagangan, Restoran dan Hotel Angkutan Darat Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Angkutan Laut Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan & Komunikasi Bank dan Lembaga Keu.lain Jasa dan Kegiatan lain
Keterkaitan Ke Belakang Langsung Langsung Tidak Langsung 0,09727 1,11348 0,05626 0,32593 0,22929 0,13221 0,17428 0,15886 0,17098 0,19680 0,14754 0,15870 0,08695 0,05809
1,06236 1,38749 1,26988 1,16269 1,20812 1,18118 1,19350 1,16796 1,16796 1,18461 1,09931 1,06771
Sumber: Tabel Input-Output 2009 Propinsi Kalimantan Timur 13 sektor (diolah) Sektor bangunan mempunyai nilai keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0,13221 dan secara langsung tidak langsung ke belakang sebesar 1,16269. Nilai keterkaitan ke belakang secara langsung ini dapat diartikan bahwa apabila terjadipeningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka sektor bangunan akan secara langsung meningkatkan permintaan terhadap sektor lainnya termasuk sektor bangunan sendiri sebesar Rp. 1.322.210. Sedangkan untuk nilai keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung ini berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka sektor bangunan akan meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp. 1.162.690.
71
5.3. Analisis Dampak Penyebaran Dengan menggunakan analisis dampak penyebaran, dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input. Dampak penyebaran dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 5.3.1. Koefisien Penyebaran Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan seluruh sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Hal ini dapat diartikan bahwa koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor tersebut terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (sektor hulu). Tabel 5.8 menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Propinsi Kalimantan Timur. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor sektor bangunan memiliki nilai koefisien 0,91233. Nilai koefisien penyebaran kurang dari satu memberikan arti bahwa sektor bangunan memberikan dorongan pertumbuhann yang kurang kuat terhadap sektor-sektor hulunya. Sektor hulu yang dimaksud pada analisis ini adalah
72
sektor-sektor yang memasok outputnya sebagai input dalam kegiatan pembangunan bandara ini. Sektor tersebut diantaranya adalah industri yang menghasilkan bahan bangunan, industri besi baja, dan industri lain yang terkait dalam kegiatan di sektor bangunan. Tabel. 5.8. Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur Sektor
Koefisien Penyebaran
Pertanian
0,45578
Pertambangan dan Penggalian
059809
Industri Pengolahan
1,46782
Listrik, Gas, dan Air Minum
1,59055
Bangunan
0,91233
Perdagangan, Restoran dan Hotel Angkutan Darat
0,87439
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Angkutan Laut
1,35833
Angkutan Udara
1,34683
Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keu.lain
0,94637
Jasa dan Kegiatan Lain
0,33436
1,19241
1,48266
0,44009
Sumber: Tabel Input-Output 2009 Propinsi Kalimantan Timur 13 sektor (diolah) 5.3.2 Kepekaan Penyebaran Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung
73
dan tidak langsung ke depan antara suatu sektor dengan seluruh sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya (sektor hilir), dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong
pertumbuhan
sektor-sektor
yang
menggunakan
output
dari
sektorsektor tersebut (sektor hilir). Tabel. 5.9. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur Sektor Kepekaan Penyebaran Pertanian 1,15230 Pertambangan dan Penggalian 0,45021 Industri Pengolahan 0,58156 Listrik, Gas, dan Air Minum 1,63296 Bangunan 0,29567 Perdagangan, Restoran, dan 0,78779 Hotel Angkutan Darat 1,04277 Angkutan Sungai, Danau dan 1,09467 Penyeberangan Angkutan Laut 1,15171 Angkutan Udara 0,71746 Jasa Penunjang Angkutn dan 1,20187 Komunikasi Bank dan Lembaga Keu.lain 1,84782 Jasa dan Kegiatan Lain 1,04321 Sumber: Tabel Input-Output 2009 Propinsi Kalimantan Timur 13 sektor (diolah) Tabel 5.9 menunjukkan nilai kepekaan penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Propinsi Kalimantan Timur. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor bangunan memiliki nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.19567 dengan nilai ini kepekaan penyebaran yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor ini memiliki daya dorong yang rendah. Dengan nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor bangunan kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, hal ini dikarenakan output dari sektor bangunan sendiri adalah nilai pemanfaatan dari
74
keberadaan bangunan yang dijadikan input bagi sektor-sektor lain yang memanfaatkannya sebagai input produksi.
5.4. Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis pengganda digunakan untuk melihat dampak perubahan dari variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variablevariabel eksogen. Terdapat dua jenis pengganda, yaitu Pengganda Tipe I dan Pengganda Tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka, sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matriks kebalikan Leontief tertutup. Baik pengganda tipe I maupun tipe II merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari dampak awal (initial effect), dampak langsung (first round effect), dampak tidak langsung (industrial support effect), dan dampak imbasan konsumsi (consumption induced effect). Nilai pengganda tipe I menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan, maka variabel endogen di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai pengganda tipe II menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variable endogen akan meningkat setelah adanya efek induksi dari rumah tangga.
5.4.1. Analisis Multiplier Output Analisis Pengganda Output Tipe I sektor bangunan memiliki nilai pengganda sebesar 1,29491. Nilai ini dapat diartikan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor bangunan sebesar satu juta rupiah, maka output pada sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar Rp.1.294.910. Pada
75
pengganda output Tipe II ini sektor bangunan menempati urutan kedua dengan nilai Pengganda Tipe II sebesar 2,01321 yang berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor bangunan sebesar satu juta rupiah, dengan memperhitungkan efek konsumsi rumah tangga, maka output seluruh sektor dalam perekonomian akan meningkat sebesar Rp.2.013.210. Tabel.
Sector
5.10
Initial
Pengganda Output Kalimantan Timur First
Indust
Round
Sup
Sektor-Sektor
Cons
Total
Perekonomian
Elasticity
Propinsi
Type I
Type II
1
1,00000
0,11509
0,02868
0,16580
1,30957
0,63456
1,14376
1,30957
2
1,00000
0,15102
0,02999
0,29922
1,48023
1,25835
1,18101
1,48023
3
1,00000
0,37063
0,09683
0,48540
1,95285
1,50084
1,46746
1,95285
4
1,00000
0,40162
0,10037
0,36996
1,87195
0,55202
1,50199
1,87195
5
1,00000
0,23037
0,06455
0,71829
2,01321
1,82077
1,29491
2,01321
6
1,00000
0,22079
0,06039
0,22067
1,50184
0,97261
1,28117
1,50184
7
1,00000
0,30109
0,06815
0,45658
1,82581
1,08696
1,36923
1,82581
8
1,00000
0,34298
0,07737
0,38123
1,80158
0,75674
1,42035
1,80158
9
1,00000
0,37438
0,09196
0,58376
2,05010
1,22870
1,46633
2,05010
10
1,00000
0,34008
0,07593
0,39587
1,81188
1,18935
1,41601
1,81188
11
1,00000
0,23896
0,06353
0,21728
1,51978
0,75052
1,30250
1,51978
12
1,00000
0,11113
0,02453
0,08767
1,22332
0,32215
1,13565
1,22332
13
1,00000
0,08443
0,02078
0,13615
1,24137
0,733781
1,10521
1,24137
Sumber: Tabel Input-Output 2009 Propinsi Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
5.4.2. Analisis Multiplier Pendapatan Rumah Tangga Berdasarkan hasil analisis pada Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009, nilai pengganda pendapatan tipe I untuk sektor bangunan bernilai 1,06456 yang berarti apabila permintaan akhir pada sektor bangunan meningkat sebesar Rp. 1.064.560. Nilai pengganda pendapatan tipe II untuk sektor bangunan benilai 1,53996 yang dapat diartikan bahwa apabila permintaan akhir pada sektor bangunan meningkat sebesar satu juta rupiah, dengan
76
memperhatikan fek pengeluaran rumah tangga, maka pendapatan si seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp. 1.539.960. Tabel. 5.12. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Propinsi Kalimantan Timur Sector
Initial
First
Indust
Round
Sup
Cons
Total
Elasticity
Type I
Type II
1
0,08530
0,01966
0,00289
0,04816
0,15602
0,00000
1,26443
1,82908
2
0,18424
0,01182
0,00114
0,08806
0,28526
0,00000
1,07036
1,54835
3
0,26615
0,04987
0,01080
0,14595
0,47248
0,87523
1,22798
1,77635
4
0,20660
0,04747
0,00797
0,11702
0,37907
1,66755
1,26835
1,83476
5
0,47843
0,02578
0,00511
0,22744
0,73676
1,27371
1,06456
1,53996
6
0,10789
0,03149
0,00601
0,06493
0,21032
0,04499
1,34764
1,94945
7
0,29835
0,02434
0,00428
0,14602
0,47299
1,34996
1,09594
1,58535
8
0,23890
0,02765
0,00435
0,12098
0,39188
1,34529
1,13395
1,64034
9
0,40140
0,03512
0,00621
0,19771
0,64043
0,92604
1,10295
1,59549
10
0,25556
0,02424
0,00399
0,12673
0,41053
0,66878
1,11047
1,60637
11
0,09593
0,04173
0,00526
0,06383
0,20675
0,46290
1,48985
2,15516
12
0,04264
0,01173
0,00224
0,02528
0,08188
0,74360
1,32740
1,92018
13
0,07517
0,01134
0,00176
0,03942
0,12768
0,43530
1,17427
1,69866
Sumber: Tabel Input-Output 2009 Propinsi Kalimantan Timur 13 sektor (diolah)
5.5. Analisis Simulasi Investasi Pada bagian metode penelitian telah dijelaskan bahwa untuk melihat pengaruh dari pembangunan Bandara Internasional Sepinggan ini terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga Propinsi Kalimantan Timur maka dilakukan simulasi investasi. Investasi pda proyek pengembangan dan perluasan Bandara
Internasional Sepinggan ini terdiri dari investasi APBD
Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur senilai Rp. 720 milyar yang digunakan untuk pembebasan lahan yang akan digunakan untuk perpanjangan landasan pacu bandara dan investasi PT. Angkasa Pura I sebesar Rp. 1,09 triliun.
77
Pada simulasi ini nilai investasi yang digunakan adalah nilai investasi yang berasal dari APBD Propinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura I selaku pengelola bandara. Investasi ini terjadi pada tahun 2011 dan 2012 sehingga terdapat dua nilai investasi yang berjumlah Rp. 1,81 triliun yang di khusus kan untuk pengembangan konstruksi dari Bandara Internasional Sepinggan. Simulasi yang dilakukan adalah dengan mengalikan nilai investasi dengan nilai pengganda output dan pendapatan rumah tangga sehingga dapat diketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi dari adanya investasi pembangunan ini. 5.5.1. Simulasi Peningkatan Output dan Pendapatan Rumah Tangga Nilai multiplier output dan pendapatan rumah tangga dari sektor bangunan adalah sebesai 1,29491 dan 1,06456. Simulasi diawali dengan mengalikan nilai investasi total yang berasal dari APBD Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan PT. Angkasa Pura dengan kedua nilai pengganda. Tabel 5.12. Simulasi Peningkatan Output dan Pendapatan Propinsi Kalimantan Timur (dalam milyar Rupiah) No. Indikator
Multiplier
Nilai
Persen (%)
1.
Output
1,29491
2.343,78
0,51
2.
Pendapatan Rumah Tangga
1,06456
1.926,85
0,52
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peningkatan output akibat adanya pembangunan bandara sebesar Rp. 2.343,78 milyar atau senilai dengan peningkatan sebesar 0,51 persen dari total output Propinsi Kalimantan Timur. Untuk peningkatan pendapatan rumah tangga akibat adanya pembangunan
78
bandara adalah sebesar Rp. 1.926,85 milyar atau sebesar 0,52 persen dari total pendapatan rumah tangga yang dilihat dari total nilai tambah bruto. 5.5.2. Kontribusi Terhadap PDRB Propinsi Kalimantan Timur Pendapatan Domestik Regional Bruto merupakan suatu ukuran kemajuan perekonomian suatu wilayah. Dari PDRB ini kita dapat melihat seberapa besar perkembangan suatu daerah dari waktu ke waktu. Nilai PDRB sendiri merupakan total output dari sektor-sektor perekonomian yang ada di wilayah tersebut akibat adanya kegiatan perekonomian. Propinsi Kalimantan Timur memiliki nilai PDRB yang terus meningkat tiap tahunnya.
140.000 120.000
Dalam Triliun
100.000 80.000
Tanpa Pembangunan Bandara
60.000
Dengan Pembangunan Bandara
40.000 20.000 0.000 2005
2006
2007
2008 2009 Tahun
2010
2011
2012
Gambar. 5.1. Perkembangan PDRB Dengan dan Tanpa Pembangunan Bandara Internasional Sepinggan
Pembangunan Bandara Internasional Sepinggan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,81 triliun mampu meningkatkan output sebesar Rp. 2.343,78
79
milyar. Kontribusi terhadap peningkatan PDRB adalah sebesar 2,10 persen. Nilai ini didapat dari membandingkan nilai PDRB Propinsi Kalimantan Timur dengan pembangunan bandara dengan nilai PDRB tanpa pembangunan bandara di tahun 2010. Nilai PDRB dengan pembangunan bandara merupakan penjumlahan dari PDRB peramalan 2012 dan nilai kenaikan output dari simulasi investasi yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan nilai PDRB tahun 2012 tanpa pembangunan bandara sendiri didapat dengan peramalan tren peningkatan PDRB dari tahun 2000-2011. Dari perhitungan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa pembangunan bandara mampu menyumbang peningkatan pada nilai PDRB Propinsi Kalimantan Timur.
Tabel 5.13. PDRB Propinsi Kalimantan Timur dan Peningkatan Output (dalam Triliun Rupiah) Tahun
PDRB Tanpa Pembangunan Bandara
93,31 2005 96,61 2006 98,39 2007 103,21 2008 105,37 2009 112,14 2010 116,20* 2011 119,72* 2012 Ket: * nilai PDRB peramalan ** nilai PDRB dengan peningkatan output
PDRB Dengan Pembangunan Bandara 93,31 96,61 98,39 103,21 105,37 112,14 116,20* 122,06**
80
5.5.3. Pengaruh Pembangunan Bandara Internasional Sepinggan dalam Pembangunan Daerah Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Kalimantan Timur, salah satu misi pembangunan tahun 2009-2013 adalah mewujudkan pemenuhan infrastruktur dasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan sejahtera yang bertujuan untuk meningkatkan pemenuhan infrastruktur dasar untuk membuka akses bagi setiap kegiatan, sebagai stimulan bagi masyarakat agar mampu mandiri dalam meningkatan taraf hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Pemerintah Kalimantan Timur melaksanakan beberapa pembangunan infrastruktur di antaranya pembangunan jalan, jembatan, pembangkit tenaga listrik, sarana transportasi seperti dermaga dan pelabuhan udara. Pembangunan infrastruktur yang dibahas pada penelitian ini adalah pembangunan Bandara Internasional Sepinggan yang dilakukan oleh pemerintah Propinsi Kalimantan Timur bersama PT. Angkasa Pura I ditujukan untuk menunjang kegiatan ekonomi wilayah. Kegiatan perekonomian yang didominasi oleh sektor pertambangan dan industri pengolahan membutuhkan sarana transportasi untuk pengangkutan dan memperlancar kegiatannya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, pembangunan bandara terbukti dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan output, pendapatan dan PDRB. Hal ini menunjukkan
bahwa
kebijakan
pemerintah
daerah
dengan
investasi
pembangunan bandara ini merupakan langkah yang tepat karena target yang diharapkan oleh pemerintah dapat tercapai.
81
Bila dilakukan analisis lebih mendalam, dengan adanya pembangunan bandara ini maka sektor yang paling mendapat pengaruh positif adalah sektor industri pengolahan. Sehubungan dengan hal itu, maka secara tidak langsung pembangunan bandara mendorong peningkatan terhadap pertumbuhan sektor unggulan perekonomian. Selain itu nilai pemanfaatan dari bandara itu sendiri adalah sebagai pintu masuk dari pengembangan perekonomian wilayah. Diantaranya melalui masuknya investor yang akan melakukan investasi sehingga berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi pada khususnya di Propinsi Kalimantan Timur, peningkatan layanan lalu lintas penerbangan yang menunjang sektor pariwisata sehingga para wisatawan asing maupun domestik meningkat yang berdampak akan meningkatkan pendapatan daerah, dan selanjutnya secara otomatis mendorong peningkatan perekonomian daerah secara lebih luas.
VI.
6.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi
Kalimantan tahun 2009 klasifikasi lima puluh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil analisis pengganda output dan pendapatan rumah tangga sektor bangunan memiliki kemampuan untuk meningkatkan perekonomian provinsi Kalimantan Timur.
2.
Sektor bangunan memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke depan.
3.
Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran dibagi menjadi koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran, dapat disimpulkan secara umum sektor bangunan tersebut memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih besar
dibandingkan
dengan
nilai
kepekaan
penyebaran.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa sektor bangunan memiliki kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor bangunan untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. 4.
Investasi pembangunan infrastruktur memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan output dan pendapatan rumah tangga Provinsi Kalimantan Timur.
82
6.2.
Saran Melihat hasil analisis Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2009 tentang sektor bangunan, maka saran penelitian yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Dengan
mempertimbangkan
kontribusi
sektor
bangunan
terhadap
perekonomian Provinsi Kalimantan Timur baik ditinjau dari sisi output, maupun pendapatan, pengembangan pembangunan di sektor infrastruktur perlu mendapat prioritas dalam perencanaan pembangunan wilayah. 2. Nilai positif dari investasi pembangunan infrastruktur terhadap peningkatan output dan pendapatan rumah tangga mengindikasikan bahwa perlu dilakukannya peningkatan investasi untuk pembangunan sehingga target peningkatan perekonomian wilayah dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalimantan Timur.2009. Tabel Input-Output Provinsi Kaltim, Samarinda. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur. 2011. Kalimantan Timur Dalam Angka, Samarinda. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur. 2011. Produk Domestik Regional Bruto, Samarinda. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur. 2011. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Samarinda. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur. 2011. Rencana Kebijakan Umum, Samarinda. Bahasoan, H. 2010. Analisis Investasi Pengembangan Irigasi Waemeten Di Kabupaten Buru Maluku [tesis]. 2010. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Barus, Y. 2009. Dampak Pembangunan Infrastruktur Dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Kalimantan Timur : Suatu Analisis Input-Output Regiona l[disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Daryanto, A dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press, Bogor. Direktorat Riset & Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Kajian Aspek Kemasyarakatan di Dalam Pengembangan Infrastruktur Indonesia. Universitas Indonesia, Depok Dwipoyanthi, F. 2012. Dinamika Kebijakan Pembangunan Daerah [tesis]. Magister Ilmu Administrasi Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Legowo, S. 2009. Infrastruktur Transportasi, Keterkaitan Antarwilayah Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Dan Bekasi [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Mankiw, G. 2007. Pengantar Makroekonomi. Erlangga, Jakarta. Marsuki. 2007. Strategi Pembangunan Infrastruktur Pemerintah Daerah. [http://www.fajar.co.id]
84
Nazara. S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Nurjanti. 2011. Analisis Dampak Infrastruktur Transportasi dan Teknologi Komunikasi Terhadap Nilai Tukar Perdagangan di ASEAN dan Asia Timur [tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Prasetyo, R. B. 2010. Dampak Pembangunan Infrastruktur dan Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Indonesia [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Redding, L. 2006. The Economic Impact of The Detroit Metropolitan Wayne County Airport. University of Michingan-Dearborn, Michingan. State of Connecticut. 2005. The Contribution of Bradley International Airport to Connecticut’s Economy. A Department of Economic & Community Development Economic Impact Analysis, State of Connecticut. Sutjipto, B. 1997. Peran Swasta dan Kepentingan Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur. LPPN, Jakarta Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta Todaro, M dan Smith, C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Jilid ke6. Erlangga, Jakarta Yanuar, R. 2006. Keterkaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output Serta Dampaknya Terhadap Kesenjangan di Indonesia [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 KODE. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KLASIFIKASI 50 SEKTOR Padi Ketela Pohon Sayur-sayuran Buah-buahan Tabama Lainnya Lada Kelapa sawit Tanaman Perkebunan Lainnya Ayam Ras Peternakan Lainnya Kayu Hasil Hutan Lainnya Ikan Laut dan hasil laut lainnya Ikan darat dan hasil perairan darat Pertambangan Migas Batubara Pertambangan Non Migas Lainnya Barang Galian segala jenis Barang-barang hasil kilang minyak
KODE
KLASIFIKASI 13 SEKTOR
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
KODE. 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
KLASIFIKASI 50 SEKTOR Gas Alam Cair (LNG) Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Tekstil, Barang kulit dan Alas kaki Industri kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industri semen, barang lain bukan logam Industri logam dasar, besi dan baja Industri Alat angkutan, mesin dan peralatan Industri Barang lainnya Listrik dan gas Air Bersih Konstruksi Jasa Perdagangan Jasa Perhotelan Jasa Restoran Jasa Angkutan Jalan Raya jasa Angkutan Sungai dan Danau Jasa Angkutan Laut Jasa Angkutan Udara Jasa penunjang angkutan Jasa komunikasi
KODE
KLASIFIKASI 13 SEKTOR
3
Industri Pengolahan
4
Listrik dan Air Bersih
5
Bangunan/Konstruksi
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7 8 9 10 11
Jasa Angkutan Jalan Raya jasa Angkutan Sungai dan Danau Jasa Angkutan Laut Jasa Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan dan Komunikasi
86
KODE. 42 43 44 45 46 47 48 49 50 180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301
KLASIFIKASI 50 SEKTOR Bank Lembaga Keuangan selain bank Sewa bangunan dan Sewa tanah Jasa Perusahaan Pemerintah dan pertahanan Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan Jasa perorangan dan rumah tangga Kegiatan yang tidak jelas batasannya Total Permintaan Antara Total Input Antara Jumlah Input Antara Impor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi Nilai Tambah Bruto Total Input
KODE 12
13
Jasa Lainnya
180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301
Total Permintaan Antara Total Input Antara Jumlah Input Antara Impor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi Nilai Tambah Bruto Total Input Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Permintaan Konsumsi Pemerintah
Permintaan Konsumsi Rumah Tangga 302
302 Permintaan Konsumsi Pemerintah
KLASIFIKASI 13 SEKTOR Bank dan Lembaga Keuangan Lain
87
KODE. 303 304 305 306 309 310
KLASIFIKASI 50 SEKTOR Pembentuk Modal Tetap Perubahan Stok Ekspor Dalam Negri Ekspor Luar Negri Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan
KODE 303 304 305 306 309 310
KLASIFIKASI 13 SEKTOR Pembentuk Modal Tetap Perubahan Stok Ekspor Dalam Negri Ekspor Luar Negri Jumlah Permintaan Akhir Jumlah Permintaan
88
Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
747119
30097
5001782
0
433446
956990
810
0
61501
0
0
0
47948
2
274724
37602968
2167641
526872
2061854
759004
652225
375021
612760
595381
360220
2868
183658
3
302158
639115
2841268
15289
1433828
1347835
39321
2412
45082
26171
34702
14770
134850
4
9953
159536
196005
140570
13433
402857
15586
1831
8618
1226
56964
20876
117217
5
364456
1600856
50970
20149
12005
253440
1725
669
19145
432
409137
16988
184668
6
376466
2116048
1867737
92224
2096981
843027
256024
121788
281239
183482
139917
8896
287456
7
116392
682345
339868
18672
91949
340185
56767
17857
44920
21973
21112
9613
49917
8
22983
260586
65217
1548
93966
182864
47125
39166
3310
1719
39919
4015
12467
9
25318
649834
240463
6407
154112
165893
16401
8132
32491
10209
27476
3409
21599
10
14040
417590
113848
2723
31286
78012
3940
3986
5672
3069
7976
11436
15939
11
24934
395924
294684
17046
93547
761752
250760
99107
263668
136116
619088
58987
137695
12
103116
682953
228309
7822
61260
254350
56496
25021
6402
13519
57514
129246
167863
13
167891
3193335
328334
29768
339328
1620620
266957
67842
20243
57091
202023
101131
491251
180
2549549
48431187
13736127
879089.3
6916996
7966829
1664135
762833
1405051
1050389
1976048
382234.8
1852527
190
1618841
48788454
7994907
313347.1
11390943
3168163
1207322
374493.5
1044628
550034.6
631087.2
116250.4
1380498
89
Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
200
3458214
39615966
3471522
219682.9
3414636
5821995
1005242
413492.1
386836
436423.2
1422735
571774.7
9123907
201
11198194
1.56E+08
10603100
1452776
4508070
12291021
672638.7
319791.1
373149.4
423880.7
2200681
1710386
3931502
202
579685.1
14083825
1114367
247819.2
1024706
1903391
375423.1
176878.4
210737.1
369140.7
1095661
73634.64
2512075
203
277426.9
6659970
695897.7
20520.5
322962.8
1063449
143164.9
14910.06
74926.33
55234.99
184295.3
17163.9
350807.3
204
277426.9
6659970
695897.7
20520.5
322962.8
1063449
143164.9
14910.06
74926.33
55234.99
184295.3
17163.9
350807.3
205
17132360
2.53408
20248161
1168902
20661317
24248018
3403790
1299565
2090277
1834714
5534459
2489210
17298789
209
19681910
2.989008
33984288
2047991
27578313
32214847
5067926
2062398
3495328
2885103
7510507
2871445
19151316
210
2549549
48431187
13736127
879089.3
6916996
7966829
1664135
762833
1405051
1050389
1976048
382234.8
1852527
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
90
Lampiran 3. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta rupiah) Sektor
180
301
302
303
304
305
306
309
310
1
7279694.324
5265685
30225.55
148396.3
356354
5749630
0
11568308.6
18848002.95
2
46175196.74
2566138
474824.4
0
1121771
2.48E+08
0
252172359
298347556.1
3
6876798.404
2988856
1111577
572926.7
262946.3
22993123
0
27929428.2
34806226.64
4
1144671.789
678081.5
225230.1
0
0
0
0
903311.574
2047983.363
5
2934640.659
0
5739.384
24637788
0
0
0
24643672
27578312.67
6
8671284.817
6172626
651604.6
1406635
271514
14309654
731124.9
23543158.5
32214443.29
7
1811570.476
663695.9
37406.15
69625.24
68129.37
2180682
236816.3
3256355.3
5067925.778
8
774885.113
900994.7
150081.2
11379.3
2362.859
56436.28
166299.4
1287553.75
2062438.859
9
1361746.114
192558.2
76868.61
59599.12
14130.89
1196351
594075.7
2133583.62
3495329.738
10
709518.84
632423.2
238674.5
60420.31
3691.347
712968.2
527406.7
2175584.28
2885103.118
11
3153306.818
1676212
678336.2
78004.31
11787.77
482777.4
1430063
4357180.21
7510487.029
12
1793868.501
746204
96923.02
0
0
0
235448.9
1078575.93
2872444.433
13
6885812.889
2531244
9552519
0
0
0
181258.1
12265021.5
19150834.37
91
Sektor
180
301
302
303
304
305
306
309
310
180
89572995.49
25014718
13330009
27044774
2112687
2.96E+08
4102493
367314093
456887088.3
190
78578967.78
15475978
1904301
14758459
929318.5
0
0
33068.056
111647083.9
200
69362425.3
0
0
0
0
0
0
0
0
201
206068898.8
0
0
0
0
0
0
0
0
202
23767343.18
0
0
0
0
0
0
0
0
203
9880729.488
0
0
0
0
0
0
0
0
204
-20332427.61
0
0
0
0
0
0
0
0
205
367325936.9
0
0
0
0
0
0
0
0
209
456898932.4
0
0
0
0
0
0
0
0
210
7279694.324
5265685
30225.55
148396.3
356354
5749630
0
11568308.6
18848002.95
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
92
Lampiran. 4. Matriks Koefisien Teknis Kalsifikasi 13 Sektor SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
0.04132
0,00012
0,17478
0.00000
0.01911
0.03421
0.00021
0.00000
0.02481
0.00000
0.00000
0.00000
0.00274
2
0.00314
0.03081
0.01566
0.07538
0.01879
0.00561
0.03497
0.05191
0.05109
0.06002
0.01188
0.00023
0.00217
3
0.01318
0.00200
0.0783
0.00835
0.04985
0.03800
0.00804
0.00127
0.01434
0.01007
0.00437
0.00448
0.00608
4
0.00048
0.00055
0.00597
0.08486
0.00052
0.01256
0.00353
0.00107
0.00303
0.00052
0.00793
0.00701
0.00584
5
0.01766
0.00556
0.00156
0.01222
0.00046
0.00794
0.00353
0.00039
0.00677
0.00018
0.05720
0.00573
0.00925
6
0.00425
0.00171
0.01332
0.01303
0.01887
0.00615
0.00039
0.01665
0.02315
0.01826
0.00456
0.00070
0.00335
7
0.00541
0.00227
0.00999
0.01087
0.00341
0.01023
0.01355
0.01006
0.01524
0.00901
0.00283
0.00311
0.00240
8
0.00116
0.00094
0.00208
0.00098
0.00379
0.00597
0.01238
0.02397
0.00122
0.00077
0.00582
0.00141
0.00065
9
0.00104
0.00192
0.00626
0.00330
0.00506
0.00441
0.01117
0.00405
0.00976
0.00371
0.00326
0.00098
0.00092
10
0.00060
0.00129
0.0031
0.00147
0.00107
0.00217
0.00080
0.00208
0.00178
0.00116
0.00099
0.00343
0.00071
11
0.00051
0.00058
0.0384
0.00440
0.00154
0.01015
0.02424
0.02473
0.03963
0.02474
0.03681
0.00846
0.00293
12
0.00348
0.00165
0.00486
0.00330
0.00165
0.00554
0.00893
0.01021
0.00157
0.00402
0.00559
0.03034
0.00585
13
0.00502
0.00685
0.00621
0.01115
0.00810
0.03135
0.03747
0.02458
0.00442
0.01507
0.01744
0.02107
0.01335
TOTAL
0.09727
0.05626
0.32593
0.22929
0.13221
0.17428
0.15886
0.17098
0.19680
0.14754
0.15870
0.08695
0.05809
93
SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
P1
0.08530
0.18424
0.26615
0.20660
0.47843
0.10789
0.29835
0.23890
0.40140
0.25556
0.09593
0.04264
0.07517
P2
0.18222
0.1496
0.11557
0.14485
0.14342
0.19826
0.24841
0.26378
0.14864
0.20278
0.21627
0.20973
0.49679
P3
0.59005
0.59054
0.36298
0.95788
0.18934
0.41855
0.16622
0.20400
0.14338
0.19695
0.33453
0.62737
0.21407
P4
0.03054
0.05318
0.03710
0.16340
0.04304
0.06482
0.09277
0.11284
0.08098
0.17151
0.16655
0.02701
0.13678
P5
0.01462
0.02515
0.02317
0.01353
0.01356
0.03621
0.03538
0.00951
0.02879
0.02566
0.02802
0.00630
0.01910
-
-
-
P6
0.00000
0.05897
0.12090
0.71555
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
TOTAL
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
94
Lampiran 5. Matrik Kebalikan Leontif SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
1.0467
0.00091
0.19952
0.00317
0.03104
0.04432
0.0029
0.00146
0.03062
0.00318
0.00321
0.00134
0.00466
2
0.00456
1.03240
0.02037
0.08695
0.02148
0.00943
0.03857
0.05646
0.05573
0.06351
0.01564
0.00180
0.00345
3
0.01367
0.00280
1.08931
0.01189
0.05576
0.04342
0.0103
0.00303
0.01835
0.01248
0.00888
0.00583
0.00763
4
0.00085
0.00076
0.00769
1.09332
0.00138
0.01459
0.00479
0.00206
0.00437
0.00139
0.00941
0.00821
0.0067
5
0.01875
0.00594
0.00606
0.01458
1.0017
0.01016
0.00283
0.00284
0.0105
0.00253
0.06004
0.00683
0.00987
6
0.00525
0.00210
0.01623
0.01534
0.02029
1.00797
0.01472
0.01792
0.02479
0.0192
0.00653
0.00134
0.00395
7
0.00612
0.00254
0.01267
0.01274
0.00465
0.01164
1.01336
0.01110
0.0166
0.00986
0.00371
0.00360
0.00279
8
0.00148
0.00109
0.00292
0.00156
0.00428
0.00662
0.01197
1.02508
0.00204
0.0013
0.00653
0.00167
0.00084
9
0.00138
0.00209
0.00736
0.00413
0.0057
0.00508
0.00367
0.00460
1.01051
0.0042
0.00395
0.00121
0.00113
10
0.00075
0.00137
0.00364
0.00186
0.00138
0.00249
0.00105
0.00236
0.00209
1.00141
0.00123
0.00362
0.00081
11
0.00104
0.00093
0.00555
0.00594
0.00262
0.0118
0.02645
0.02728
0.04257
0.02657
1.03905
0.00950
0.00343
12
0.00403
0.00189
0.00661
0.00432
0.00243
0.00669
0.0101
0.01147
0.00259
0.00482
0.00648
1.03163
0.00631
13
0.0062
0.00754
0.00956
0.01445
0.00998
0.03392
0.04047
0.02783
0.00764
0.01751
0.01987
0.02273
1.01615
TOTAL
1.11348
1.06236
1.38749
1.26988
1.16269
1.20812
1.18118
1.19350
1.16796
1.16796
1.18461
1.09931
1.06771
95
SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
P1
0.08530
0.18424
0.26615
0.20660
0.47843
0.10789
0.29835
0.23890
0.40140
0.25556
0.09593
0.04264
0.07517
P2
0.18222
0.1496
0.11557
0.14485
0.14342
0.19826
0.24841
0.26378
0.14864
0.20278
0.21627
0.20973
0.49679
P3
0.59005
0.59054
0.36298
0.95788
0.18934
0.41855
0.16622
0.20400
0.14338
0.19695
0.33453
0.62737
0.21407
P4
0.03054
0.05318
0.03710
0.16340
0.04304
0.06482
0.09277
0.11284
0.08098
0.17151
0.16655
0.02701
0.13678
P5
0.01462
0.02515
0.02317
0.01353
0.01356
0.03621
0.03538
0.00951
0.02879
0.02566
0.02802
0.00630
0.01910
-
-
-
P6
0.00000
0.05897
0.12090
0.71555
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
TOTAL
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
96
Lampiran 6. Pengganda (Multiplier) Output 13 Sektor Sector
Initial
First Round
Indust Sup
Cons
Total
Elasticity
Type I
Type II
1
1,00000
0,11509
0,02868
0,16580
1,30957
0,63456
1,14376
1,30957
2
1,00000
0,15102
0,02999
0,29922
1,48023
1,25835
1,18101
1,48023
3
1,00000
0,37063
0,09683
0,48540
1,95285
1,50084
1,46746
1,95285
4
1,00000
0,40162
0,10037
0,36996
1,87195
0,55202
1,50199
1,87195
5
1,00000
0,23037
0,06455
0,71829
2,01321
1,82077
1,29491
2,01321
6
1,00000
0,22079
0,06039
0,22067
1,50184
0,97261
1,28117
1,50184
7
1,00000
0,30109
0,06815
0,45658
1,82581
1,08696
1,36923
1,82581
8
1,00000
0,34298
0,07737
0,38123
1,80158
0,75674
1,42035
1,80158
9
1,00000
0,37438
0,09196
0,58376
2,05010
1,22870
1,46633
2,05010
10
1,00000
0,34008
0,07593
0,39587
1,81188
1,18935
1,41601
1,81188
11
1,00000
0,23896
0,06353
0,21728
1,51978
0,75052
1,30250
1,51978
12
1,00000
0,11113
0,02453
0,08767
1,22332
0,32215
1,13565
1,22332
13
1,00000
0,08443
0,02078
0,13615
1,24137
0,733781
1,10521
1,24137
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
97
Lampiran 7. Pengganda (Multiplier) Pendapatan 13 Sektor Sector
Initial
First Round
Indust Sup
Cons
Total
Elasticity
Type I
Type II
1
0.08530
0.01966
0.00289
0.04816
0.15602
0.00000
1.26443
1.82908
2
0.18424
0.01182
0.00114
0.08806
0.28526
0.00000
1.07036
1.54835
3
0.26615
0.04987
0.01080
0.14595
0.47248
0.87523
1.22798
1.77635
4
0.20660
0.04747
0.00797
0.11702
0.37907
1.66755
1.26835
1.83476
5
0.47843
0.02578
0.00511
0.22744
0.73676
1.27371
1.06456
1.53996
6
0.10789
0.03149
0.00601
0.06493
0.21032
0.04499
1.34764
1.94945
7
0.29835
0.02434
0.00428
0.14602
0.47299
1.34996
1.09594
1.58535
8
0.23890
0.02765
0.00435
0.12098
0.39188
1.34529
1.13395
1.64034
9
0.40140
0.03512
0.00621
0.19771
0.64043
0.92604
1.10295
1.59549
10
0.25556
0.02424
0.00399
0.12673
0.41053
0.66878
1.11047
1.60637
11
0.09593
0.04173
0.00526
0.06383
0.20675
0.46290
1.48985
2.15516
12
0.04264
0.01173
0.00224
0.02528
0.08188
0.74360
1.32740
1.92018
13
0.07517
0.01134
0.00176
0.03942
0.12768
0.43530
1.17427
1.69866
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Timur 13 Sektor (diolah)
98