eJournal Pemerintahan Integratif, 2015, 3 (4): 590-602 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id © Copyright 2015
PERANAN GABUNGAN ORGANISASI WANITA (GOW) DALAM MEMPERJUANGKAN KESETARAAN GENDER DI KABUPATEN MALINAU Safitri Handayani Abstrak Penelitian ini untuk mengetahui Peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Kabupaten Malinau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, tempat di kantor Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Kabupaten Malinau. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Narasumber pada penelitian ini berjumlah 5 ( Lima ) orang yang terdiri dari Ketua GOW, Sekretaris GOW, Ketua Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, anggota GOW di Bidang Pembinaan Mental dan Budaya, dan anggota GOW di Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan GOW yang terdiri dari 3 (Tiga) yaitu peranan GOW sebagai koordinator dalam bidang pendidikan dan pelatihan yang menjadi penggerak, membimbing, mengarahkan, dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan organisasi GOW. Peranan GOW sebagai motivator dalam bidang pendidikan dan penyuluhan yang menjadi pendorong, pemberi semangat, dan memotivasi bagi anggota-anggota dan organisasi-organisasi yang bergabung dalam GOW, begitu pula yang kurang aktif dan kurang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial. Peranan GOW sebagai fasilitator dalam bidang pelatihan dan penyuluhan yang memfasilitasi tempat dan perlengkapan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan organsasi GOW.
Kata Kunci : Peranan, GOW, Kabupaten Malinau Pendahuluan Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program 1
Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
Peranan GOW dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender(Safitri Handayani)
Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2004) dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 yang menyatakan pentingnya mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender tentang kebijakan pengarusutamaan gender. Sebagai hasil perkembangan pemikiran ini mulai dilancarkan sebuah pendekatan yang mencoba melihat persoalan hubungan sosial laki-laki dan perempuan dalam pembangunan. Pendekatan ini, dikenal dengan nama Gender and Development (GAD) atau gender dan Pembangunan. Dalam hubungan ini Gender and Development (GAD) menekankan pentingnya melakukan kajian yang fundamental terhadap struktur sosial yang telah menempatkan wanita dalam posisi sekunder dibanding pria. Konsep Gender dan Pembangunan ini melihat bahwa yang membentuk persepsi dan harapan serta mengatur hubungan antara pria dan wanita, baik dalam fungsi produksi maupun reproduksinya, seringkali merupakan penyebab dari rendahya kedudukan dan status wanita relatif terhadap pria. Opini publik tentang perempuan di dalam masyarakat yang meremehkan martabat wanita dan menempatkan perempuan pada posisi sekunder setelah laki-laki. Kesenjangan laki-laki dan perempuan muncul karena adanya ketimpangan relasi gender lakiperempuan yang ada di masyarakat. Mulai kodratnya sebagai laki-laki yang dari awal tugasnya memimpin para perempuan dan perempuan mengikuti laki-laki. Karena perbedaan inilah yang membuat perempuan tidak akan mungkin untuk menyamakan kedudukannya dengan laki-laki. Untuk mewujudkan kesetaraan perempuan-laki-laki diperlukan transformasi nilai yang berkaitan dengan perubahan hubungan gender dan keseimbangan kekuasaan antara laki-laki dengan perempuan. Melalui pendekatan pemberdayaan (The empowerment approach) maka keserasian dan keselarasan dapat dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman organisasi perempuan di lapis akar rumput. Tujuan pendekatan ini adalah untuk memeberdayakan perempuan melalui kemandirian perempuan dan memperkuat kemampuan mereka untuk melakukan negosiasi dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Di Indonesia sendiri, meningkatkan pengembangan masyarakat khususnya bagi perempuan juga melalui pemberdayaan. Contohnya, RA Kartini memberikan kontribusinya untuk membela kaum perempuan untuk meningkatkan peranan, status, derajat, dan kedudukan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berbegara. RA Kartini merupakan pelopor pergerakan perempuan Indonesia yang mendirikan berbagai organisasi bagi kaum perempuan yang tujuannya untuk memperoleh persamaan hak setara 591
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 3, Nomor 4, 2015: 590--602
dengan kaum laki-laki. Salah satu organisasi yang didirikan oleh RA Kartini adalah organisasi Gabungan Organisasi Wanita (GOW). Menurut Rustanto. Bambang (2011), Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di tingkat pusat membuat Badan Penghubung Organisasi Wanita (BPOW) dan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dibuat Gabungan Organisasi Wanita (GOW). Gabungan Organisasi Wanita (GOW) merupakan gabungan organisasi kewanitaan dari berbagai organisasi wanita yang ada di Provinsi, dan Kabupaten/kota. Gabungan Organisasi Wanita (GOW) ini sendiri telah berjalan di Kabupaten Malinau sejak tahun 2007. GOW Malinau merupakan forum musyawarah dan kerjasama organisasi wanita yang menjunjung tinggi kesamaan derajat, hak, kewajibandan tidak melanggar kedaulatan masing-masing dengan cara meningkatkan potensi dan peran serta kaum wanita. Meningkatkan peranan wanita dengan meningkatkan pemahaman, pelaksanaan dan tanggung jawab masyarakat tentang konsep kesetaraan gender melalui jalur pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Mensosialisasikan kesetaraan dan keadilan gender antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten Malinau akan mewujudkan keserasian dan keselarasan. Keserasian dan keselarasan kedudukan dan peranan laki-laki dan perempuan dapat terwujud, tergantung pada upaya perempuan itu untuk meningkatkan kemampuannya di samping dukungan apresiasi positif lingkungan sosial budaya masyarakat. Penyebab rendahnya kualitas sumber daya perempuan sebagian berasal dari dalam diri perempuan itu sendiri. Rendahnya kualitas sumber daya perempuan tersebut, dikarenakan kurangnya partisipasi perempuan agar meningkatkan dirinya untuk maju, merasa rendah diri, dan tidak mandiri. Dengan memberikan kesempatan bagi perempuan agar dapat mengaktualisasikan potensi dan hak mereka sebagai perempuan, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Masalahnya adalah, ada sebagian perempuan yang tingkat pendidikannya masih rendah, seperti menempuh pendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) saja. Ada pula perempuan yang tidak berani berbicara dan lebih banyak diam dalam menyuarakan aspirasinya, karena belum bisa berkomunikasi dengan baik. Hal ini disebabkan karena perempuan-perempuan Malinau tidak pernah mendapat pendidikan dalam hal pengembangan diri tentang kepemimpinan dan kepribadian. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa perempuan tidak perlu tangga, hal ini yang 592
Peranan GOW dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender(Safitri Handayani)
membuat perempuan merasa dirinya tidak maju dan sering diremehkan martabatnya sehingga tidak mampu setara dengan lakilaki. Perempuan juga dikenal sebagai makhluk yang terampil dan memiliki perasaan yang lembut. Ada perempuan yang pandai membuat barang yang tidak berguna menjadi barang yang berhasil guna seperti membuat barang-barang bekas menjadi sesuatu yang dapat dihasilkan. Tetapi tidak semua perempuan memiliki keterampilan tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya pembinaan keterampilan bagi perempuan untuk memberdayakan barang bekas menjadi sesuatu yang dapat dihasilkan. Perempuan-perempuan Malinau juga kurang mendapatkan penyuluhan tentang gender yang bertujuan untuk memajukan hak-haknya sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan memupuk diri agar menjadi lebih baik. Berdasarkan pengertian tentang masalah yang dikemukakan dalam uraian di atas, maka dapat penulis uraikan beberapa hal yang terkait dengan pengertian masalah, pada intinya adalah pada pelaksanaan lembaga tersebut yang ingin memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan di Kabupaten Malinau belum diketahui tentang pelaksanaannya secara maksimal. Melihat permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Kabupaten Malinau”. Kerangka Dasar Teori
1. Peranan Seseorang menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan dilakukan oleh seorang individu untuk menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan dapat dilihat sebagai sebuah perilaku, karena peranan juga harus dilihat berdasarkan konteks sosialnya. Peranan dalam hal ini diartikan sebagai perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh pihak yang menduduki suatu posisi. Menurut Karl dan Rosenzweig (2002:431) Konsep itu berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam kedudukan tertentu baik dalam sistem masyarakat maupun dalam organisasi. Selanjutnya mereka meyimpulkan peranan adalah perilaku yang langsung atau tindakan yang berkaitan dengan kedudukan tertentu dalam struktur organisasi. Menurut Soekanto (2005:244) Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai 593
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 3, Nomor 4, 2015: 590--602
organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peranan adalah bagian dari struktur masyarakat sebagai polapola peranan yang saling berhubungan dan hanya ada selama perananperanan itu diisi oleh individu. Peranan merupakan hasil kerjasama, maka dari itu Goffman (dalam Berry, 1982; Hal 128) memakai konsep “regu” untuk menunjuk pada suatu kelompok individu yang bekerja sama dalam menampilkan suatu peran. 2. Peranan Oerganisasi Wanita Dharma Wanita adalah organisasi wanita yang jumlah anggotanya mungkin paling besar di Indonesia karena menghimpun semua isteri pegawai negeri. Organisasi ini memfokuskan kegiatan untuk meningkatkan keterampilan wanita sebagai isteri, meskipun ada juga program untuk meningkatkan peran wanita di luar rumah. Organisasi wanita didirikan pada tahun 1972, tidak lama setelah organisasi Boedi Oetomo didirikan, dengan nama poeteri Mardika. Setelah poeteri Mardika dibentuk bermunculanlah organisasi wanita lainnya dengan kegiatan yang sama seperti oerganisasi yang ada di Provinsi Jambi. Menurut Ketua TP PKK Provinsi Jambi Hj. Yusniana Hasan Basri Agus mengharapkan, organisasi wanita bisa berperan membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Suatu organisasi tidak akan bermanfaat secara optimal dan tidak akan berkembang secara baik apabila tidak ada dukungan dan partisipasi dari anggotanya. 3. Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Menurut Bambang Rustanto, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ditingkat pusat membuat Badan Penghubung Organisasi Wanita (BPOW) dan ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota dibuat Gabungan Organisasi Wanita (GOW). GOW merupakan gabungan organisasi kewanitaan dari berbagai organisasi wanita yang ada di daerah. Hal itu dikarenakan anggotanya telah memiliki keterampilan kewanitaan sesuai kemampuannya yang dampaknya minimal mampu memberikan penambahan perekonomian keluarganya. Niat dari organisasi Gabungan Organisasi Wanita (GOW) adalah melatih kaum wanita agar mendapat pembekalan pengetahuan yang sebelumnya mereka belum ketahui. GOW Kabupaten Malinau didirikan pada tanggal 23 Maret 2007 dengan Surat Keputusan Bupati Malinau Nomor 106 Tahun 2007 yang merupakan Forum musyawarah dan kerjasama organisasi wanita yang menjunjung tinggi kesamaan
594
Peranan GOW dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender(Safitri Handayani)
derajat, hak, kewajiban dan tidak melanggar kedaulatan masingmasing organisasi. 4. Konsep Gender Konsep gender muncul karena adanya analisis ketimpangan relasi gender laki-perempuan yang hidup di masyarakat. Pada upaya penyetaraan relasi dan partisipasi perempuan dengan laki-laki dalam hal pembuatan keputusan, akses yang sama untuk mendapatkan kesempatan bekerja, pendidikan, pelatihan, upah yang sama dengan laki-laki untuk jenis pekerjaan yang bernilai sama, kebebasan untuk memilih, perlindungan terhadap pelecehan seksual, dan lain-lain. Menurut Meentje Simantauw, dkk (2001:7) “Gender adalah perbedaan peran, status, pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu gender digunakan sebagai suatu alat analisa untuk membedah kasus untuk dapat memahami lebih mendalam hubungan sebab akibat yang menghasilkan sebuah kenyataan. Jadi analisa gender adalah media untuk menyikapi dan memecahkan permasalahan gender secara mendalam didalam hubungan-hubungan yang terjadi dari sebab akibat yang menghasilkan suatu kenyataan. 5. Kesetaraan Gender Pada awal perkembangannya, peningkatan peranan perempuan diinterpretasikan sebagai “Wanita dalam Pembangunan” atau lebih dikenal dengan Women in Development (WID). Titik tolak pandangannya adalah bagaimana dapat mengintegrasikan perempuan dalam berbagai bidang pembangunan, tanpa banyak mempersoalkan sumber-sumber yang menyebabkan mengapa posisi perempuan dalam masyarakat bersifat sekunder dan dalam hubungan subordinasi terhadap laki-laki. Kemudian muncul pendekatan Women and Development (WAD) ini menarik kesimpulan bahwa posisi perempuan akan menjadi lebih baik kalau lebih adil. Pandangannya berawal dari posisi bahwa perempuan pada hakikatnya telah dan selalu menjadi bagian dari pembangunan nasional. Perempuan selalu menjadi pelaku penting dalam masyarakatnya, dan kerja yang mereka lakukan di dalam dan di luar rumah memegang peranan penting. Ada pula pendekatan Gender and Development (GAD) yang menyimpulkan permasalahannya dengan melihat bagaimana masyarakat diorganisir, baik secara ekonomis, politis, maupun kultural. Fokus perhatiannya adalah pada konstruksi sosial gender, yang mengatur alokasi peranan, hak, kewajiban, tanggung jawab maupun harapan baik pada laki-laki maupun pada perempuan. 595
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 3, Nomor 4, 2015: 590--602
Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan atau yang lebih tinggi dikenal dengan perbedaan gender yang terjadi di masyarakat. Ketidaksetaraan gender adalah diskriminasi yang menempatkan perempuan dalam status di belakang laki-laki. Penyebab ketidaksetaraan gender karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk. Menurut Fakih (2008), ketidaksetaraan gender adalah ketidakadilan bagi perempuan ataupun laki-laki berdasarkan sistem dan struktur yang ada. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Perwujudan kemitrasejajaran yang harmonis merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan. Untuk mewujudkan kesetaraan perempuan dan laki-laki diperlukan transformasi nilai yang berkaitan dengan perubahan hubungan gender dan keseimbangan kekuasaan antara laki-laki dengan perempuan. Metode Penelitian Berdasarkan judul tentang Peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Kabupaten Malinau ,maka penelitian ini dapat dikategorikan dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan kualitatif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang deskripsi suatu keadaan secara obyektif. Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan narasumber, melakukan observasi terhadap data-data, serta melakukan dokumentasi. Data-data tersebut dianalisis menggunakan analisis data model interaktif, yakni dengan melakukan pengumpulan data, data kondensasi, penyajian data, dan penyimpulan. Hasil Penelitian 1. Peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Kabupaten Malinau Upaya pemberdayaan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dilakukan mulai dari usaha menyadarkan, mendukung, 596
Peranan GOW dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender(Safitri Handayani)
mendorong, dan membantu mengembangkan potensi yang terdapat pada masing-masing perempuan sehingga menjadi manusia mandiri. Peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender dilakukan agar perempuanperempuan di Kabupaten Malinau diharapakan mampu menjadi pribadi yang mandiri, memiliki kepercayaan diri, disamping kemampuannya dalam keterampilan dalam pekerjaan atau sebagai wanita karir dan kearifan membagi perannya di kantor dan sebagai ibu rumah tangga. 1.1. Peranan GOW sebagai Koordinator yang meliputi : 1.1.1 Peranan GOW sebagai Koordinator dalam bidang Pendidikan peranan GOW sebagai koordinator dalam bidang pendidikan harus lebih berperan menjadi penggerak dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan-kegiatan dalam bidang pendidikan tersebut. 1.1.2 Peranan GOW sebagai Koordinator dalam bidang Pelatihan Peranan GOW sebagai koordinator dalam bidang pelatihan dapat dikatakan bahwa diperlukan narasumber yang ahli dalam keterampilan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan keterampilan tersebut. 1.2 Peranan GOW sebagai Motivator yang meliputi : 1.2.1 Peranan GOW sebagai Motivator dalam bidang Pendidikan peranan GOW sebagai motivator dalam bidang pendidikan harus memberikan dukungan dan dorongan semangat bagi organisasiorganisasi yang melaksanakan kegiatan-kegiatan GOW. 1.2.2 Peranan GOW sebagai motivator dalam bidang Penyuluhan Organisasi-organisasi yang melaksanakan kegiatan di bidang penyuluhan memberikan motivasi dan semangat bagi anggota-anggota dan peserta-peserta kegiatan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pengembangan diri di bidang sosial dan kesehatan bagi kaum perempuan khususnya bagi Organisasi GOW. 1.3 Peranan GOW sebagai fasilitator yang meliputi : 1.3.1 Peranan GOW sebagai fasilitator dalam bidang Pelatihan Kegiatan-kegiatan dalam bidang pelatihan seperti merangkai bunga, memasak, membuat pernak-pernik dan hiasan dari bahan-bahan bekas harus diperlukan orang yang ahli dalam membuat keterampilan tersebut. Maka GOW memberikan bantuan dengan mendatangkan orang yang ahli untuk mengajarkan para anggota GOW dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan tersebut dengan lengkap. 1.3.2 Peranan GOW sebagai fasilitator dalam bidang Penyuluhan Peranan GOW sebagai fasilitator dalam bidang penyuluhan, tidak hanya perlengkapannya saja yang harus terfasilitasi dengan lengkap, tetapi GOW perlu mendatangkan narasumber yang ahli dibidangnya 597
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 3, Nomor 4, 2015: 590--602
untuk mengajarkan para ibu-ibu dan kaum perempuan tentang pentingnya kesehatan bagi seorang perempuan dan ikut berpartisipasi untuk saling berbagi kepada yang membutuhkan. 2. Faktor Penghambat Peranan Gabungan Organisasi Wanita dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Kabupaten Malinau Beberapa penghambat dari kantor Gabungan Organisasi Wanita (GOW) sebagai berikut : 1) Kurangnya Sumber Dana yang aktif di organisasi wanita GOW, terutama pada tahap awal pembentukan karena kesibukan dan tugas rangkap perempuan yang sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yang sekaligus juga bekerja, 2) Terbatasnya anggaran untuk membiayai kegiatan yang sudah diprogramkan dalam Rapat Kerja organisasi sementara jumlah partisipasi organisasi wanita pada setiap event organisasi cukup tinggi. Mengatasi masalah keterbatasan dana dan untuk mendorong kemandirian organisasi perlu dikembangkan upaya kreatif untuk mendapatkan sumber dana lagi bagi organisasi dengan mengembangkan usaha-usaha bersama yang dapat menyumbangkan pemasukan tambahan bagi organisasi, 3) Kegiatan GOW masih belum maksimal menjangkau sampai ke tingkat desa dikarenakan keterbatasan dana, dan ke depan akan diarahkan ke pemberdayaan masyarakat desa melalui organisasi cabang masing-masing. Kesimpulan dan Saran Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Kabupaten Malinau yang berbentuk Gabungan Organisasi Wanita dan merupakan organisasi kemasyarakatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985. Gabungan Organisasi Wanita membawahi organisasiorganisasi lainnya yang memiliki kegiatan-kegiatan masing-masing yang bertujuan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan seluruh organisasi wanita agar kaum perempuan diharapkan mampu menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki kepercayaan diri. Gabungan Organisasi Wanita mengajak kaum perempuan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan di GOW seperti kegiatan dalam pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan agar menjadi wanita yang cerdas, mandiri dalam segala aspek kehidupan. GOW mempunyai 598
Peranan GOW dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender(Safitri Handayani)
peranan sebagai koordinator dalam bidang pendidikan dan pelatihan yang menjadi penggerak, membimbing, mengarahkan dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan organisasi GOW. GOW sebagai motivator dalam bidang pendidikan dan penyuluhan yang menjadi pendorong, pemberi semangat, dan memotivasi bagi anggota-anggota dan organisasi-organisasi yang bergabung dalam GOW yang kurang aktif dan kurang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial. GOW sebagai fasilitator dalam bidang pelatihan dan penyuluhan yang memfasilitasi tempat dan perlengkapan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan organisasi GOW. 2. Ada beberapa faktor penghambat dalam hasil wawancara dengan pengurus GOW dan hasil observasi yang dilakukan di kantor Gabungan Organisasi Wanita (GOW) yaitu sebagai berikut : 1) Kurangnya dana dan fasilitas sehingga menghambat kegiatankegiatan yang ingin dilaksanakan, selain itu kurangnya partisipasi dari ibu-ibu untuk mengikuti kegiatan yang ada di dalam Organisasi GOW, 2) Kurangnya Sumber Dana yang aktif di organisasi wanita GOW, terutama pada tahap awal pembentukan karena kesibukan dan tugas rangkap perempuan yang sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yang sekaligus juga bekerja, dan juga terbatasnya anggaran dikarenakan untuk membiayai kegiatan yang sudah diprogramkan dalam Rapat Kerja organisasi sementara jumlah partisipasi organisasi wanita pada setiap event organisasi cukup tinggi. Mengatasi masalah keterbatasan dana dan untuk mendorong kemandirian organisasi perlu dikembangkan upaya kreatif untuk mendapatkan sumber dana lagi bagi organisasi dengan mengembangkan usaha-usaha bersama yang dapat menyumbangkan pemasukan tambahan bagi organisasi, 3) Kegiatan GOW masih belum maksimal menjangkau sampai ke tingkat desa dikarenakan keterbatasan dana, dan ke depan akan diarahkan ke pemberdayaan masyarakat desa melalui organisasi cabang masing-masing. 4) Sebagian besar kaum perempuan yang terkadang kurang siap dan kurang mau ikut berpartisipasi dalam berorganisasi. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang kemudian disimpulkan oleh penulis tentang peranan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam memperjuangkan kesetaraan gender 599
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 3, Nomor 4, 2015: 590--602
di Kabupaten Malinau, maka penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut : 1. Dalam perekrutan anggota sebaiknya Organisasi GOW kabupaten Malinau menyiapkan perempuan-perempuan yang siap dan mau ikut serta dalam berorganisasi, 2. Organisasi GOW Kabupaten Malinau perlu memberikan pendidikan dan pelatihan untuk membangun potensi dan dapat memberdayakan kaum perempuan sehingga memiliki kemampuan serta pemahaman agar mampu melaksanakan peran sertanya dalam pembangunan nasional. 3. Pemerintah harus memperhatikan, mendukung, membimbing, memotivasi, dan memberikan bantuan baik secara moril maupun materil. Daftar Pustaka Abdullah, Irwan. 1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineke Cipta _______, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta BarnHouse Tiffany Ruth. 1998. Identitas Wanita Bagaimana Mengenal dan Membentuk Citra Diri. Kansius Berry, David. 1982. Pokok-Pokok dalam Sosiologi. Jakarta : Rajawali Pers Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1983. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia Cetakan XII Endriana Noerdin, dkk. 2005. Representasi Perempuan dalam Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah. Jakarta : Women Research Institute Fakih, Mansour. 1999. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Jakarta : Insist Press Gibson, Dkk. 1985. Organisasi Jilid I Edisi Kelima Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta : Erlangga Husaini, Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara Karl, Fremont E. Dan Rosenzweig, James E. 2002. Organisasi dan Manajemen (edisi 4). Jakarta : Bumi aksara Thoha, Miftah. 2003. Pembinaan Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
600
Peranan GOW dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender(Safitri Handayani)
Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda : Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender. Bandung : Mizan Cetakan I Miles, Huberman and Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis. Amerika : SAGE Third Edition Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya _______, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Moser, CON. 1993. Gender Planning and Development: Theory, Practice, and Training. London : Routlegde Mufid, Ahmad Syafi’i. 1990. Sosiologi dan Antropologi. Jakarta : Penerbit Yudhistira Mulia, Siti Musdah. 2004. Islam Menggugat Poligami. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Cetakan I Nawawi, Hadari. 1999. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Press Neufeldt, Victoria (ed). 1984. Webster’s New World Dictionary. New York : Webster’s New World Clevenland Nurhaeni, I. D. 2009. Reformasi Kebijakan Pendidikan Menuju Kesetaraan dan Keadilan Gender. Surakarta : UNS Press Oey, Mayling. 1996. Perempuan Indonesia:Dulu dan Kini. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Rudy, T. May. 2002. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : Penerbit Refika Aditama Simantauw, Meentje dkk. 2001. Gender dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pembangunan. Jakarta : Fisip Universitas Indonesia Situmorang Victor. 1998. Kedudukan Wanita Dimata Hukum. Jakarta : PT. Bina Aksara Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi Pengertian, makna, dan Aplikasinya dalam kehidupan organisasi. Yogyakarta : Penerbit Unit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Soerjono, Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada Soerjono, Soekanto dan Budi Sulistyowati. 2013. Sosialisasi Suatu Pengantar Cetakan 45. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada _______, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Edisi Baru Rajawali Pers Susanto. 1997. Wanita Masa Kini Mempesona Penunjang Kesuksesan. Jakarta : PERUM Percetakan Negara RI 601
eJournal Pemerintahan Integrattif, Volume 3, Nomor 4, 2015: 590--602
Tim Penyusun, Soedarno, P (Utama) Wiwoho, Leonardo Eddy, Simangunsong, Bachtiar. 1992. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Jakarta : Pustaka Pelajar Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Zubaedi. 2012. Pengembangan Masyarakat wacana & praktik. Jakarta : Kencana Dokumen-Dokumen : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 tentang Warga Negara dan Penduduk Kabupaten Malinau, BPS. 2015. Kabupaten Malinau Dalam Angka 2015. Malinau Kabupaten Malinau, Bapedda. 2015. Kabupaten Malinau Dalam Angka 2015. Malinau Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Malinau Sumber Internet : Mita. 2015. Hj. Yusniana HBA Ajak Organisasi Wanita Berperan Dalam Pembangunan http://fokusjambi.com (diakses 28 Januari 2015) Rustanto, Bambang. 2011. Gabungan Organisasi Wanita http://bambang-rustanto.blogspot.com (diakses 06 2011)
602
Agustus