PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP KECEMASANCALONTKI
Disusun Oleh : LAELA MASYITOH NIM: 103070029148
Skiripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psfikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUlLAH JAKARTA 1428 H I 2 0 0 7 M
"Ingatfufi, 1fanya aengan mengingat Jl[{afi{afi 1fati menjad1 tenteram".
(Q}. Jlr-!J?gai: 28)
'TUfak,kg,fi terafi kgmi rapangkgn aaaamu untuk,mu?
(Q}. Jlf-Insyirafi: 1-8)
I. 1.
Vntuft:Mata 'Tulianftu 'Yang 'Taft
-L:M -
..
PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP KECEMASAN CALON TKI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
LAELA MASYITOH NIM : 103070029148 Di Bawah Bimbingan
Pemb· bing I
Dr.
.
b
Pembimbing II
I Mu"ib M.A
NIP. 150 283 344
T~,
Nenong MllS;. Ps;, NIP. 150 300 679
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
HALAMANPENGESAHAN Skripsi yang berjudul "PERANAN COPING RELIGIUS TEHHADAP KECEMASAN GALON TKI" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
Sidang Munaqasyah Sekretaris Merangkap Anggota,
M.Si.
Ang gota
P nguji II,
Penguji I,
~!~ Yunita Faela Nisa M.Si. NIP. 150 368 748
Dr. H. Abdurilflujib M.Ag NIP. 150 283 344
Pembimbing I,
Pembimbing II,
~
~·
~ Dr. H. ul Mujib M.Ag NIP. 150 283 344
Neneng Tati Sumiyati S.Psi. Psi NIP. 150 300 679
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) November 2007
(C) (D) (E) (F)
LAELA MASYITOH PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP KECEMASAN GALON TKI X + 116 Halaman
Penderitaan yang dialami TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum mereka diberangkatkan ke luar negeri, para calon TKI harus rnenunggu lama jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama TKI yang lain, makan seadanya, serta masalah kesehatan yang tidak diperhatikan. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI tempat mereka ditampung. Adanya kasus-kasus yang terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia saat di penarnpungan dapat menimbulkan kecemasan. Coping religius merupakan salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius juga sangat mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit. Kecemasan yang diukur pada penelitian ini adalah mengacu kepada responrespon kecemasan. Secara fisik dapat berupa dari denyut jantung yang berdebar kencang, keringat yang berpercikan, kepala pusing. Secara psikis dapat berupa perasaan tidak dapat tenang, terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI saat berada di penampungan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.Pada tiga wanita calon TKI yang berada dipenampungan PT. Hasamuri Abadi yang berusia antara 17-45 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan observasi yang berlangsung pada bulan Oktober-November 2007.
Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa adanya bentuk-bentuk coping religius yang dilakukan oleh ketiga subyek saat mereka banyak mengalami iii
situasi-situasi yang dinilai mengancam seperti mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh, ketidakpastian keberangkatan ke luar negeri, dan adanya pemerasan. Adapun bentuk-bentuk coping religius yang di lakukan adalah melakukan shalat, zikir, berdoa. Menurut pengakuan para subyek dapat membuat mereka merasakan ketenangan. Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI, maka disarankan kepada: Para calon TKI untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan tidak hanya dalam keadaan mengalami kecemasan akan tetapi diharuskan setiap saat seorang wajib untuk selalu ingat kepada Tuhan, untuk pihak PJTKI diharapkan lebih memperhatikan kegiatan agama dalam penampungan agar para calon TKI memiliki landasan keimanan yang kuat, dan juga PJTKI diharuskan mempuyai program kajian Islam rutin di dalam penampungan agar para calon TKI mempuyai kegiatan keagamaan yang dapat menambah wawasan keagamaan calon TKI. (G) Bahan bacaan 35 buku (tahun1964-2003) + 3 online + laporan penelitian
iv
KATA PENGANTAR Bismil\ahirahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peranan Coping Religius terhadap kecemasan calon TKI". Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah atas Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan tidak dapat. terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk menguc:apkan terima kasih yang mendalam kepada: 1. Ora. Hj Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatul\ah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 2. Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si. selaku Pembantu Oekan Bidang Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa.
\I
3. Dr. H. Abdul Mujib M.Ag selaku pembimbing I dan Neneng Tali Sumiati S.Psi. P.Si sebagai Pembimbing II yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan kritik
yan~1
membangun,
motivasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini .. 4. Miftahuddin, M.Si. Selaku Penasehat Akademik Fakultas Psikologi kelas
D." terima kasih atas kesabaran bapak"
5. Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.Serta para staf karyawan yang telah memberi kemudahan da.n kelancaran dalam penyusunan skripsi. 6. Yang teristimewa lbunda tercinta, Hj. Roseniah Rahasan, yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang !bu panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup. Serta Ayah tercinta Almukhiroh Abdul Mukti "Terima kasih atas doa dan kasih". Kakak-kakaku Herman segala, Edy Rozha, Tuti mutiah, Muksin, Mukrnin, Andi. dan Tini munani S.E semoga cita-cita kalian bisa tercapai dan mendapatkan yang terbaik dalam hidup. 7. Yang terkhusus seseorang yang ada dalam hatiku, yang dengan kebijakan dan kesabarannya meyakinkan penulis untuk terus berjuang dalam hidup ini. I'm not a perfect person there are many things wish I
didn't do but I continue learning. vi
8. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, khususnya anak-anak kelas D terimakasih alas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan. 9. Direktur PT. Hasamuri Abadi, selaku pemilik PJTKI serta para responden khususnya, terima kasih karena telah banyak membantu berpartisipasi dengan meluangkan waktunya dalam proses wawancara. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kalian. 10. Semua pihak yang terkait yang tidak disebutkan satu-persatu, terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan para pembaca.
Jakarta, 20 November 2007
Laela Masyitoh
vii
OAFTAR. ISi HALAMANJUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ........................ . PERSEMBAHAN
ii
ABSTRAK ........................................................ .
iii
KAT A PENGANT AR ........... .
v
DAFTAR ISi
viii
DAFT AR T ABEL ............................................................................... . DAFT AR SKEMA .
x XI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. ldentifikasi Masalah
11
1.3. Pembatasan Masalah Penelitian
11
1.4. Perumusan Masaiah Penelitian
12
1. 5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
12
1.5.1. Tujuan Penelitian
12
1.5.2. Manfaat Penelitian
12
1.6. Sistematika Penulisan ..................................................... .
13
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1. Coping Religius ............................................................. ..
15
2.1.1. Definisi Coping Religius
15
2.1.2. Agama sebagai Coping ....................................... .
19
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Religius
24
2.1 A. Jenis-jenis Coping Religius ................................... .
26
2.2
Kecemasan .
. .............
41
........................................
41
2.2.2. Sumber-Sumber Kecemasan ..................................
48
2.2.3. Cara Menanggulangi Kecemasan ...........................
50
2.3. Kerangka Berpikir ............................................................ .
51
2.3.1. Definisi Kecemasan
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................ ..
57
3.2. Vanabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .......
59
3.3. Subyek Penelitian
60
3.4. Pengumpulan Data
61
3.5. Teknik Analisis dan lnterpretasi Data ................................ .
63
3.6. Prosedur Penelitian ..................... .
65
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.6.1. Prosedur Persia pan
.. .... .... ...... ............ ............
65
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................
66
3.6.3. Tahap Pengolahan Data ................. . ...................
66
3.6.4. Tahap Analisis ................. .
67
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian .................................
68
4.2. Analisis Kasus .............. ..
69
4.2 1 Kasus NG .
69
4.2.2. Kasus TW
81
4.2.3. Kasus GL 4.3 Analisis Antar Kasus .
106
BAB 5 PENUTUP .. ............................... .. 111
5.1
Kesimpulan ..................... ...........
5.2
Diskusi
113
5.3
Saran
116
DAFT AR PUST AKA LAMPI RAN
'"
DAFT AR SK EMA Skema 2.1 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan Calon TKI ...
56
Skema 4.1 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan NG .............
80
Skema 4.2 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan TW .. .........
93
Skema 4 3 Pera nan Coping Religius terhadap Kecemasan GL .. ....... ... . 105
DAFTAR TABEL Ta be I 4 1 Ga111baran U111u111 Subyek Penelitian
.. . . . .. .. ... ... .
Tabel 4.2 Analisis Antar Kasus Ga111baran Kece111asan
.......................
69 109
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Tak b1sa d1pungk1r1. ketimpangan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah utama dalam proses pembangunan Indonesia. Ketimpangan ini nampak 1elas di antara perkembangan angkatan kerja cli satu pihak dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja di lain pihak. Pertarnbahan angkatan ker1a vane: berlangsung jauh lebih pesat dibanding kemampuan penyerapan te11aga ker1a mempunyai darnpak yang cukup besar terhadap pembangunan Indonesia.
Kct11llfJct110ct1: ct11lct1 a periambahan angkatan ker;:i dan kernampuan penyerapan kerja yang rendah menyebabkan rneningkatnya angka pengangguran di Indonesia Jika ditambah dengan rendahnya tingkat pendidikan maka akan sernakin sulit pekerjaan yang bisa didapatkan di ciaic111. Nc0c::: Scd1k1li1ya lapanga11 pekerjaan di dalam 11egeri menyebabkan sebag1a11 masyarakat Indonesia berallh mencari pekerjaan ke luar negeri. dengan i1arapar1 1119111 mendapatkan penghas1lan yang leb1h besar.
1
2
Penel1t1an tahun 1999 yang dilakukan di Tulungagung Trenggalek Jawa timur rnengernukakan faktor yang mendorong dan menyebabkan tingginya keingginan dan m1nat wanita untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri Di antaranya adalah karena menganggur. desakan ekonomi, ingin 111e11~1u1Jal11ic1s1b1meningkatkan
taraf dan kualitas hidup yang layak).
rnasalah keluarga. menanggung hutang, b1aya menyekolahkan anak-anak, suami tidak bekerja dan untuk menanggung beban
keluar!~a
(rumah tangga)
yang semakin sarat dan kompleks (Adum Dasuki, 1999)
Banyak ha! yang dapat membuat orang bekerja menjadi TKI di luar neger1. Sela1n faktor-faktor yang telah d1sebutkan di atas, 1nformas1 juga menJadi faktor utama yang menyebabkan banyak orang Indonesia bekerja menjadi TKI d1 luar neger1 D1 karenakan terg1ur cer1ta-centa 1ndah clar1 tetangga. kerialan dekat yang terleb1h dahulu menJad1 TKI d1 luar negen Bahkan t1dak sed1k1t dan mereka yang ingin menjadi TKI karena mendengarkan kesuksesan menjadi TKI di luar negeri (Adum Dasuki, 1999). lming-iming bahwa bekerja di luar negeri akan mendapat gaji tinggi. menjad1 dorongan kuat bagi hasrat banyak orang untuk berebut me'ljadi TKI di Luar negeri, sebab d1 Indonesia mencari pekerjaan cukup sulit. kalau mendapatkannya t1ngkat upah umumnya masih rendah debandingkan bekerja di Luar negen \IVla1ui1 lobing. 1999)
3
Tingg1nya minat sebagian warga masyarakat untuk menjadi TKI di Luar neger1 d1 satu s1s1 memang sangat menguntungkan. karena dari kegiatan tesebut devisa negara akan bertambah dan mengalami peningkatan. Akan tetapt d1 s1s1 la111 hal itu tidak sedikit pula mendatangkan masalah, terutama bagi TKI, mengingat pendidikan dan keterampilan mereka rata-rata masih re11dah Mereka rela bekerJa di luar negeri yang mereka tidak tahu apa jenis pe'Keqaan yang akan mereka dapat d1 sana. Kebanyakan pekerJaan yang mereka dapatkan adalah sebagai pembantu rumah tangga (sektor informal).
1d1clikar1 dan keterampilan mereka yang rata-rata masih rendah menyebabkan mereka belum mampu menjamin sepenuhnya kesiapan dan kemampua11 sebaga1 mana diharapkan oleh negara yang '1lembutuhkan De1111k1an 1uga mereka banyak yang belum siap mengantisipasi segala kemungk1nan keJad1an yang t1dak di1nginkan, seh1ngga dar1 mereka banyak yang mendapat perlakuan yang kurang senonoh
Persoalan f Kl merupakan benang kusut yang rum1t, selalu menempatkan TKI dalam pos1s1 lemah dan terJep1t. 01 desa-desa, para calon TKI d1rekrut oleh calo dengar1 kehmusan membayar sejumlah uang, ditampung ditempat penampungan dengan perlakuan kurang manusiawi tiba d1 nege11 tujuar1 p2ra TKI tlclak me11getahu1 hak dan kewa1ibannya. perlakuan 1na11kan ya11g se1111g 1nelci111µciu1 IJalas kemanusian, perlalH1a11 konsulat dan kedutaan yang
"1ff94tCa4, ';J/a
(2S. Att- 7'?aad: 2%)
7~ ~If,
teta4 ~ti~~ dadafflU <'-tut«hna?
daUftada m.u
'Da1t ~ti l!e;fuw~ Uauma
114"'9 ~eUl~ ft
Sdat ae~
apaffifa ~a teta4 i!deMti,
(~
daeua} ""~
?5~9.u4-<1ttu99.u4Ca4 (daCaui fl~}
'Da1t ~a
k,rtada
(2S.
7~
At-1~:
ta4
flozlf,,'IMl{z
1-FJ
rER~EMBAHAN .... 'Untu41Jtata 7ukw6u "!fMCJ 7a4 'Pimta4 7"'1ftefau,, Uttuiz patau A9ama4u "!fM9 7a4 'Pimta4 SMit, Uttuiz Am ?Jtata 1Cuffda 1fa"9 ?IMt(Wt
1-:::eWi:~
Uttuiz 'Puuda& A'falta"da 1fa"9 SeW19 t?01<7et
?-:::a~-?-:::a4ak
Utta4 fDeuMtian
'Pozem(t&Ut6u "!fM9 7a4 ?lteudfflc;i«
J:::~ 1fM9
7a4 z:?oz/ie,,ti t?ozttaJUV/t,
Uttu4 A6ae "ifMCJ 7a4 t?oaan 1/1enaW, Uttuiz p@a 1fM9 7a4 'Pimta4 'Puaa, Uttu4?lati1fau9 7a4 'Pimta4 ?lteutiuta, ?-:::uCa4~
e&ta. 111eaki ?ltozac;u 1-:::adwt pewiili~ Seuw9a Aetalt ~"tat<:
- LM -
ii
4
kura119 bark perusahaan Jasa TKI (PJTKI) yang saling lerrrpar tanggung JawalJ 1111a ada TKI berrnasalah Setelah beberapa tahu11 kernbalr ke Tanah Air, TKI diperlakukan sebagai rnenusia kelas dua, di bandara diperas dan 111e11galarni berbagai persoalan lainnya.
fVlel1l1al problernatrka TKI tersebut, seharus11ya pemerr11tah lebrh n1emper1·1at1kan Para calon TKI, terlebih jika rne11e11gok a11gka slalistrk menyangkut TKI Data yang dirniliki oleh Konsorsiurn Pernbelaan Buruh fVligra11 Indonesia (kopburni), selama bula11 Januari-April 2001 terjadi I 114 5L'L' r'asus pelar1ggaran hak asasr rnanusra (HAfVI) terhadap TKI. (Adurn Dasukr, 1999) Dari jurnlah tersebut, tercatat 10 orang rneninggal saat bekerja dan 69 orang lagi rnengalami pernerkosaan dan penganiayaan Seda11gka11 LSfVI Ce11ter for !11clo11es1a fV11g1a11t Workers (ClfVIW) rnencatat selarna Januarr-Aprrl 2001 dr fVlalaysra tercata 1,5 JU!a buruh trdak berdokurnen, 14.000 dr penJara, 120.000 d1deportas1, 32.000 diberhentikan, dan 6.288 orang ditangkap nrrp.11www !11ou11es1aMed1a. Comlrubnklmanca 00 June.lit
Dalam kasus TKI yang lain diternukan nama Cer ;atr. Cerra ti adalah seorang TKW dr Malaysia yang mencoba kabur dari aparternen rnajikannya Ceriati berusal1a turun darr lantar 15 aparternan rnajikannya karena tidak tahan terhadap s1ksaa11 yang dilakukan kepadanya Dalarn usahanya untuk turun
5
Ceriati menggunakan tali yang dibuatnya sendiri dari rangkaian kain. Usaha11ya untuk turun kurang berl1as1I karena d1a pada lar1ta1 6 dan akh1rnya harus ditolong petugas pemadam kebakaran setempat. Tetap1 k1sahnya dan Juga gambarnya (terJebak d1 lanta1 6 gedung bert1ngkat) 111enJad1 head/me sural kabar indunesia serta Malaysia dan segera rnenyadarkan pemerintah kedua negara adanya pengaturan yang salah dalam pengelolaan TKI (http· //www. kom pas. com/kom pas-ceta k/0609/30/po Iiti k h u kum/2 994 2 85 htnJ) Ada lagi kasus penyiksaan luar biasa terhadap Nirmala Bonat, buruh migran perempuan asal Indonesia bulan Mei 2004. Kasus Eka Apri Setiowati yang d1perkosa dan d1an1aya oleh maj1kannya.
Derita TKI Ceriyat1, Nirmala Bonat, Eka serta masih banyak lag1 patut menJadi rer1unsiar1 umuk i\1ta sen1ua sudal1 1nelampau1 balas ke111ar1u;sramr '. llulal1 kual1tas derita T Kl, terutama yang 1legal. Uniknya, hal 1tu tak membuat Jera para TKI Denga11 berdalih gaji yang belum d1bayar atau faktor lain, d1antara mereka masih tetap bertahan Maka. perlu dipikirkan bagaimana memayungi TKI yang JUl1llal1nya masih ratusan r1bu orang yang h1ngga k1n1 111e11Jad1 n ke!uarga
http.I/rd. vvrkrpedra.org/wiki/Tenaga Kerja Indonesia
6
Maraknya kasus-kasus penganiayaan yang banyak membicarakan pe11de11laa11 ya:1g d1alam1 oleh Tenaga Kerp Indonesia \Tl
harus rnenunggu job di luar negeri dengan ketidakpastian, itupun
JOb yang rnereka clapatkan hanya sebagai pembantu rumah tangga. Aclanya kasus-kasus penganiayaan terhaclap TKI dapat menimbulkan berbaga, kec,e111asa11 pacla para calon TKI yang akan berangkat ke luar negerr Para calon TKI banyak mengalami kecemasan dengan banyaknya masalah yang mereka hadapi saat berada clipena111pu11ga1 serta dengan hilnyciknyci c:11ccimcin terhciclap TKI di luar negeri
1----~·----~
1 SYl1ffiiF t,,HT1/\V'SrT i:; ~ ~t1 -~,:~,,,,,. - ' Kecemasan clapat dilihat clari beberapa respoh yang'lJerm'aear\~'m'acafri'Baik' 1
-'--~--v·~-~~-.~-M•~,o~,.,,_
respon secara fisrk maupun psikis dari TKI tersebut. Respon fisik yang clitimbulkan seperti keringat yang berpercikan, clenyut jantung berclebar kencang, kepala pusing, rng1n mual, hilang nafsu makan, clan lain sebaga1nya Seclangkan respon psikis seperti takut akan terjacli bahaya,
7
hilang kepercayaan diri. tidak dapat tenang. ingin lari dari menghadapi suasana keh1dupan dan lain sebaga1nya. Namun, berita penganiayaan terhadap TKI tidak banyak mempengaruhi kejiwaan calon TKI bahkan minatnya menjadi TKI di luar negeri semakin kuat, mereka menganggap bahwi1 kasus-kasus tersebut dijadikan pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk para TKI. Mereka memiliki keyakinan bahwa tidak semua TKI bernasib sama. Para calon TKI percaya bahwa nasib setiap manusia berada d1 tangan Tuhan Keyak111an sangat berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar IJelal<.1wg !\eyak1na11 cl1nila1 111empuya1 unsur kesuc1an, sena ketaatan Keterkaitan 1n1 akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu Sebal1l\llya agama Juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya Seseorang yang melaksanakan per111tah agama umumnya karena aclanya suatu l1arapan terhaclap kasih sayang Tuhan kepadanya. Agama clapat menjadi suatu sumber dukungan emosional, sebagai roda clari positive minterpretation and
growth. atau sebagai taktik dalam mengahadapi sumber stres (Carver & Schier 1989)
Pada saat 1ndiv1clu terkena stress, ia clapat berpaling pada agama, karena agarna be11ungs1 sebaga1 sumber clukungan emos1, sebaga1 s1asat coping yang akt1f sifatnya
8
Lazarus dan Folkman; Moss; Tyler (dalam Pargament, Ensing, dkk, 1990) mengatakan umumnya coping dipandang sebagai suatu proses yang dialami seseorang dalam memahami dan menghadapi berbagai tuntutan yang s1gn1flkan ba1k secara personal ataupun s1tuasional.
Folkman d;m Lazarus mengatakan, bahwa coping adalah segala usaha secara kognitif atau behavoiral untuk menguasai, mengurangi, atau iJetiJc1ga1 tur1tulan-tu11tuta11 yang ada \dala111 R1c2. hJ99; Cuµ111g
terbagi pada dua t1pe strategi yaitu: Problem-solving Coping dan Emotion-
Focused Coplllg (Taylor, 1999)
Proble111-Solvlllg Copl!lg berfokus pada masalah mencakup bert1ndak langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan so\usi. Contohnya, menyusun jadwal kegiatan harian untuk menghindari tumpukan tugas perkuliahan Emotion-Focused Coping merujuk µada iJei1Jaga1 uµaya untuk 111engurang1 berbaga1 reaks1 emos1onal negat1fe terhadap stress. Contohnya, melakukan relaksasi, mencari rasa nyaman dari orang 1a1n, atau mendekatkan din kepada Tuhan.
Berbagai bentuk coping dapat 111e111inimalisir situasi stress . salah satunya adalah dalam bentuk religius. yang disebut dengan Copin9 Religius.
9
Copmg Relig1us adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadap1. Copmg religtus mempengaruh1 pola kogn1tif seseorang saat mencari suius1 cicda;r, ,·1ie;1giladap; s1tuas1 sui1t yang d1hadap1nya da11 dapat
men1ngkatkan religiusitas seseorang (Pargament. 1997)
Belavich (Graham 2001) mengatakan bahwa religi memainkan peran yang penting dalam mengatasi stress. Dua sumber coping relig us yang biasanya dilakukan adalah prayer dan faith in God (berdoa dan berserah diri pada Tuhan)
Hal 1n1 sesuai dengan OS. Al A'raaf (7) ayat 128
"Musa berkata kepada kaumnya: 'Mahon/ah pertolongan kepada Allah dan bersa/Jarlah. sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah: dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-f\lya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa ...
Cup111:; 1dtylll::o J;yak1111 dapat membuat seseorang merasakan ketenangan dalam menghadapi berbagai permasalahan. lndividu dengan coping religius
10
yang t1ngg1, serta dengan kadar keimanan seseorang menentukan kadar kece111asam1ya. se111ak1n t111gg1 imannya, semakin rendah kecemasannya (Pargament, 1997)
Spilka Shaver. dan Kirkpatrick mencatat tiga peran religi dalam coping
process yaitu menawarkan makna kehidupan. 111emberikan sense of control terbesar dalam mengatasi situasi.
Beberapa penel1t1 Juga menJelaskan copmg re/tgws secarn eksklus1f adalah sebagai bentuk dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali kepada Tuhan untuk memohon pertolongan pada saat stressful. Diyak1111 oleh kebanyaka11 111d1v1du. melibatkan diri dalam keg1atan relig1us dapat menenangkan perasaan yang cemas dan distress pada mdividu yang mengala111i stressful (Pargament, 1997). Dalam Al-Quran d1sebutkan pula bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang. Hal ini terdapal claiam t1rman Allah, yang artmya
"(yaitu) orang-orang) yang /Jeriman dan hati merel
11
1.2.
ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang hendak diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kecemasan subyek saat belum diberangkatkan
ke luar negeri dan menjalani hari-hari di penampungan? 2
Bagaimana gambaran Coping religius yang mereka lakukan saat berada di penampungan?
3. Baga1mana peranan copmg re/1gws terhadap pe11a11ggula11ga11 kecemasan?
1.3.
Pembatasan Masalah Penelitian
Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis memiliki satu batasan 1. Coping re/igius yang dimaksud adalah proses saat individu berusaha
menangani dan menguasai situasi penuh stress yang menekan akibat ciar r masalah yang sedang dihadapi. dengan
bentul~
pengamalan baik
berupa sikap maupun tindakan dari keberagamaan seseorang. 2. Kecemasan yang dimaksud merupakan reaksi psikologis individu sctelal1 me11galam1 suatu peristiwa. Rasa cemas seperti proses emos1onal lainya terjadi, baik disadari maupun tidaf, disadari oleh 111dividu. Rasa cemas adakalanya tampak dalam geJala-geJala sepert1
12
takut, ngeri lemah, terancam, khawatir dan lainnya, yang muncul bersamaan, dan biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat
1.4.
din~Hn.
Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, yaitu: "Bagaimana coping religius yang dilakukan calon TKI dalam mengatasi kecemasan?". Mengapa copl!)g religllls digunakan oleh calon TKI dalam mengatasi kecemasan?
1.5.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peranan coping
religius dapat membuat seseorang tenang atau menghilangkan kecemasan d1saat seseorang berada dalam permasalahan.
1.5.2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran yang bersifat teoritis dan praktis dalam wacana ps1kolog1s. Manfaat teont1s yang d1maksud adalah memberikan masukan
13
aplikasi teori dilapangan guna memperluas wacana psikologis terutama mengenai peranan coping relights apakah dapat membuat tenang atau meghilangkan kecemasan.
Sedangkan yang bersifat praktis d1antaranya . 1
Sebaga1 sebuah gambaran pada masyarakat tentang solus1 yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi
2
Menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca umumnya tentang peranan coping religius terhadap kecemasan para calon TKI
3. Dapat d1gunakan oleh berbagai pihak sebagai langkah preventif bila mengalami kecemasan.
1.6.
Sisternatika Penulisan
Guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang dibahas da.lam proposal skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang pengambilan judul. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah. tujuan dan manfat penelitian, dan sistematika penulisan
14
Bab 2
Kajian pustaka yang tentunya membahas teori 1entang coping religius. agama sebagai coping religius, faktor-faktor yang mempengaruhi coping religius, jenis-jenis coping religius, dan Juga rnembahas teori kecemasan, deflnisi kecemasan, sumber kecemasan, dan penanggulangan kecemasan serta kerangka berp1kir
Bab 3
Metode penelitian yang mencakup pendekatan dan metode penelitian, variabel penelitian dan operasional penelitian, subyek per1el1t1an. pengumpulan data. tek111k anal1sis dan 111terpretas1 data serta prosedur penelitian.
Bab 4
Hasil Penelitian. Terdiri dari deskripsi umum subyek penelitian, ana11s1s kasus subyek dan analis1s antar kasus
Bab 5
Kesimpulan Diskusi dan Saran Menjelaskan kesimpulan penelitian, diskusi hasil penelitian dan saran yang dapat Jipcrhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan penelitian
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1.
Coping Religius
2.1.1. Definisi Coping Religius Coping re/1gius terd1r1 dari dua kata, yaitu copl/lg dan re/1gws, mas1ng-mas1ng 111e1111!1f,1 pe11yert1ar1 sendrri-sendiri. Coping dalam Kamus Psikologi disebutkan sebagai . "Setiap perbuatan, dimana rndivrdu nelakukan 111teraksr dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan untuk menyelesaikan masa:a 11 (Chaplin 1995 dalam Kartono:1997).
Lazarus dalam Shelley (1995), mengungkapkan Coping adalah .·"Coping is the process by which people try to manage the perceived descrepancy f!erween uie cfemand and resources they appraise
//l
a stressful/ situation
Lazarus clan Folkman ( 1998). menclef1ms1kan copli7g sebagai"suatu proses yang dilakukan individu untuk menghadapi atau mengatasi tuntutan dengan n1e11gyu11ulw11 sum/Jer daya yang dimiliki.
Kartono (2000), coping, Cope berarti : menanggulangi, menguasar, me11a11ga11i masalah menurut suatu cara (menghindar, melarikan diri. me11gura1191 kesulitan. dari bahaya yang timbul 15
16
Sementara. itu Bachtiar Lubis dalam pengantar Psikiatri Klinik (1993) mengugkapkan coping berarti menanggulangi. mengatasi. Menangani, berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan individu meskipun tidak selalu sukses terhadap masalah-masalah yang dihadap1
Copmg Juga dapat diartikan sebagai: usaha untuk mengubah secara konstan aspek kogn1t1f dan perilaku-perilaku untuk mengelola tuntutan yang d1n1la1 sebagai beban.
Semua definisi di alas dapat disimpulkan dalam satu kesimpulan bahwa
coping adalah pmses saat individu berusaha menanga111 da11 111e11tJuC1sa1 situasi pen uh stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapi, dengan cara pada dirinya.
Sedangkan, religius adalah "Seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan. seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayat0n atas agama yang dianutnya".
Se11ada dengan itu. M Djamaludin (1995) mendefinisikan religius sebagai 1Via1111estas1 seberapa Jauh individu penganut agama menyakini. memahami mengl1ayati, dan mengamalkan, agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dalam semua aspek kehidupan".
17
Jalaludin (2001) me11jelaska11 lebih lanjut te11ta11g re/igius vaitu religius merupakan bentuk pengarnalan baik berupa sikap maupun t111daka11 dar1 keberagarnaan seseorang Religius adalah keadaan dimana individu rnerasakan dan rnengakui adanya kekuatan tertinggi yang rnenaungi kehidupan ..rnanusia, dan hanya kepada-Nya rnanusia berqantung dan berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya kekuatan Tuhan dan kekuasaan-Nya, rnaka akan semakin tingqi tingkat religiusnya.
Coping religius adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi perrnasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat menigkatkan religiusitas seseorang (Pargament, 1999).
Berbaga1 situasi stressful dapat 111ernobil1sas1kan respon dalam melakukan
coping religius. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian McCroe (dalam Pargament 1997) McCroe mengemukakan dari mekanisrne coping yang digunakan individu pada saat dihadapkan pada tiga kategori kejadian yaitu kehilangan, bahaya, dan tantangan. Ternyata hasilnya adalah dari 28 mekanisme coping, keyakinan digunakan sebagai mekanisme coping rnenempatl urutan kedua dengan persentase 75% untul< kejadian bahaya,
18
menempati urutan ketiga pada kejadian kehilangan (72%), dan yang paling sedikit digunakan pada saat menghadapi tantangan (43%).
Dan yang lebih mengejutkan, pada beberapa penelitian rrenunjukan bahwa pada wan1ta, agama lebih membantu mereka dalam men9atasi masalah (Nei9hbors, dkk, 1983; Bijur, dkk 1993; Conway, 1985-19136; Ellison, 1991; Ferraro & Koch, 1994, Pollner, 1989) Misalnya pada penelitian Feltey & Poloma mengenai religious experience pada wanita dan pria ditemukan bahwa wanita merasa lebih dekat dengan Tuhan (Beit-Hallahmi & Argyle, 1997) Hasil penelitian Conway (1985-1986) terhadap 65 wanita yang mempuyai masalah dalam pengobatan, bahwa sebanyak 91 % mengatakan berdoa sebaga1 mekanisme coping.
Peran aga1:na sangat efektif dalam proses coping seseorang dalam mengatas1 s1tuas1 stress d1 keh1dupannnya. Telah banyak pula pe11el1t1a11 yang dilakukan mengenai penggunaan coping sebagai respon individu terhadap keadaan yang stressful, misalnya penelrtran yan!~ d1lakukan oleh Koening. Hays. George. dkk (dalam Azizah. 2003) mengenai hubungan antara agama, kesehatan fisik, dukungan sosial, dan symptom depresif.
Penelitian diatas membuktikan bahwa pada saat individu dihadapkan pada situasi stressful atau perasaan tidak nyaman, disitulah terjadi proses coping
19
religius. Coping religius adalah persepsi dimana dukungan dan petunjuk dari Tuhan saat menghadapi masalah.
Dan def1111s1-defin1si diatas, maka penulis mengambil kesimpulan coping religius adalah proses saat individu berusaha menangani dan menguasai
situasi penuh stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapi seseorang, dengan cara melakukan atau mengamalkan perbuatan dalam bentuk pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan yang sesuai dengan agamanya. Dan juga menangani masalah atau mengatasi segala bentuk permasalahan yang dihadap1 dengan cara
melakul~an
perbuatan-
perbuatan religius dalam bentuk pengamalan baik berupa sikap atau tindakan dari keberagamaan seseorang.
2.1.2. Agama Sebagai Coping
Menurut Pargament, bagi sebagian besar orang, agama merupakan suatu orientasi filosofis penting yang mempengaruhi pemahaman mereka mengenai dunia, selain itu mereka juga dapat memahami serta dapat menahan penderitaan dan kenyataan yang sedang dihadapi (Azizah, 2003).
Pargament, dkk, (dalam Azizah, 2003) menjelaskan bahwa ada tiga cara d1rnana agarna dapat dibedakan dalam coping, yaitu:
20
1. Agama dapat menjadi bagian dari tiap-t1ap elemen proses coping Kejadian dalam hidup pasti di dalamnya terdapat hal-hal yang bersifat keagamaan. Baik itu pernikahan, perceraian, pengalarnan mistis, dll. Dalam agama pula dapat ditemukan makna hidup atau sumber kejelasan dari suatu keJadian hidup yang dapat menjadi penialain yang religius. Sebagai contoh: pada peristiwa bencana alam yang tengah sering dilanda pada saat ini, hampir semua individu mengambil makna dalam suatu peristiwa ini sebagai bagian dari rencana Tuhan. agar kita lebli1 mendekatkan d1ri kepada Tuhan. 2. Agarna dapat memberi kontribusi pada proses coping Beberapa dapat menunjukkan bahwa agama dapat berkontribusi dalam proses coping Sebagai contoh: pada penelitian yang dilakukan oleh Universitas Miami, mengatakan bahwa pendekatan kepada agama sangat membantu dalam mengatasi penyakitnta pada para penderita HIV AIDS (Donnelly, 2006). 3. Agarna dapat menjadi hasil dari proses coping. Agama lebih disuka1 untuk digunakan ke dalam coping bagi orang yang menganggap agama sebagai aspek menonJol yang paling besar dari pe111ahama11 mereka akan diri dan dunia daripada coping bagi orang yang kurang beriman (dalam Park, Komunikasi Personal, 2003). Survey yang dilakukan oleh Priceton Religion Research Center tahun 1987 pada orang dewasa mengenai berbagai kejadian dalam hidup diasosiasikan dengan
21
laporan menigkatnya keyakinan seseorang. Keyakinan meningkat diikut1 dengan kelahiran bayi kesepian dan promosi kerja (dalam Pargament, 1997).
Pargament (1997) menjabarkan ada tiga pendekatan dalam proses coping religius yaitu self - Directing (keterikatan tradisional pada agama). Collaborative (Keterpaduan Usaha dengan Takdir Tuhan), dan Deferring (Keyakinan Bahwa Solusi dari Permasalahan pasti ada yang terbaik untuk saya menurut Tuhan). Menurut Wong Mc-Donald (dalam l
a Self-Directing Pargament (1998), menjelaskan metode Self-Directing dalam proses coping religius adalah
··self-Directing style, the individual advocates action to solve his or her problems. Individuals who use this style of coping view themselves as people whom God granted problem solving abilities and resources".
Pendekatan self-directing, secara aktif melibatkan d1ri sendtri dalam membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan.
22
Peranan self directing dalam coping religius mempuyai dampak yang pos1t1f dan mempuyai kematangan dalam memecahkan suatu masalah dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan tuhan di kehidupan seseorang (Hathaway & Pargament, 1990).
b. Col!alJ01alive
Pargament (1998), menjelakaskan metode dalam proses coping religius adalah:
"Collaborative style. neither the individual nor God plays a passive role m the problem solving process. They both worl< together to resolve the individua 's problems. God provides an active voice that influences the dec1s1on of his followers".
Proses Collaborative adalah metode yang paling sering dipakai dalam coping religius. Salah satu metode coping religius ini menggambarkan keterpaduan usaha seseorang dengan tuhannya dalam memecahkan permasalahan hidupnya. Collaborative adalah keterpaduan usaha dengan Takdir Tuhan Dimana seseorang dan Tuhan saling bekerjasama dan menganggap Tuhan sebagai partner dalam memecahkan masalah (Pargamem, 1997).
Hal ini dapat dilihat pada penelitian Pargament. Pargament mengemukakan pengaruh dukungan agama dalam proses coping, yaitu keterikatan emosional
23
dengan Tuhan, hubungan yang dekat secara spiritual dengan Tuhan, dan petunjuk Tul1an dalam memecahkan masalah. Ternyata hasilnya bahwa seseorang yang menggunakan dukungan agama dalam coping religius mengambarkan pula ia mampu mengatasi permasalahanya dengan baik. Dalam penelitian Gray and Molock (1999) pada mahasiswa Afrika Amerika menemukan bahwa, metode collaborative dalam religius coping sangat efektif dalam menaikan level ketidakharapan dan ide untuk melakukan bunuh diri. Fabricotore, Handal, Rubio, and Gilner (2004) mengemukakan bahwa metode collaborative dalam religius coping sebagai alat penghubung antara beragama dengan menurunkan tingkat stress pada responden yang mengalami depresi.
c Deferring Pargament (1998) menjelaskan metode Deffering dalam proses coping religius adalah:
"Deffering Style, God executes the actual problem solving strategy. Deffering individuals rely on God to provide a divine sign to tell them which problem solving approch should be used". Deffering adalah menyerahkan sepenuhnya alas pencarian solusi dari permasalahan hidup yang dihaclapi kepada Tuhan. Deferring bersifat pasif, incliviclu menunggu jawaban alas :iolusi masalahnya. Dalam kenyataannya, proses deferring ini sangat membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan hidupnya (Pargament, 1997)
24
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Religius
Dalam menentukan strategi coping yang digunakan, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan strateg1 coping itu sendin, (dalam Yatmi, 2006) yaitu a. Jenis Kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh penggunaannya pada coping yang terpusat pada emosi. Hanya saja laki-laki cenderung lkabih sering menggunakan coping yang terpusat pada masalah dibandingkan dengan perempuan.
b Kepribadian lndividu Menu rut Lazarus ( 1976), individu dengan tipe kepribad1an internal locus of control lebih sering menggunakan usaha coping langsung dengan sedikit usaha suppresion atau menekan, sedangkan pada individu dengan tipe eksternal locus of control cenderung lebih membuka diri dan tidak menekan permasalahan yang dihadapinya. Dapat ditarik kesimpulan, tipe kepribadian seorang individu sangat mempengaruhi strategi coping yang akan digunakan
c. Us1a Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, tidak ada perbedaan yang signifikan antara subyek berusia muda ataupun berusia tua dalam menentukan strategi coping yang digunakan.
25
d. Pend1d1kan Menurut Billings dan Moss (dalam Holahan & Moss, 1987) subyek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering menggunakan strategi problem focused coping (coping terpusat masalah), dan sebaliknya pada individu yang tigkat pendidikannya rendah, akan cenderung menggunakan srtategi emotion focused coping (coping terpusat emosi) dan akan cenderung menghindar dalam menghadapi permasalah yang ada. Dari pengertian diatas, pendidikan yang dimiliki seseorang mempengaruhi srtategi coping seperti apa yang akan digunakan.
e. Budaya Pada masyarakat industri, cenderung menampilkan perilaku coping yang lebih bersifat aktif. Dan sebaliknya, pada masyarakat agraris, cenderung menampilk·an perilaku coping yang bersifat pasif Pernyataan diatas menjelaskan, bahwa faktor budaya dimana individu tinggal dan l1idup juga mernpengaruhi strategi coping yang akan dipakai dalam rnengatasi permasalahan.
f. Situasional lndividu yang menganggap stresor dapat ditangani, cenderung memilih problem focused coping (coping terpusat masalah), dan sebaliknya, jika individu merasa bahwa situasi yang dihadapi kurang atau tidak dapat
26
ditangani dengan baik, maka individu cenderung memilih emotion foused coping (coping terpusat emosi). Jadi, dalam memilih strategi coping yang akan dilakukan individu, faktor situasi dam kondisi apa dan bagaimana permasalahan itu terjadi juga ikut mempengaruhi pemilihan strategi coping yang akan dilakukan oleh seorang individu dalam mengatasi permasalahannya.
g. Penilaian Terhadap Tersedianya Dukungan Sosial Strategi coping dengan cara mencari dukungan dari orans1-orang sekitarnya, cenderung dilakukan pada individu yang menilai bahwa lingkungan yang ada di sekitarnya mampu untuk memberinya dukungan sosial yang baik. Sedangkan, strategi coping menghindar, biasanya dilakukan pada 1ndividu yang kurang memiliki dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya.
2.1.4. Jenis-jenis Coping Religius
Menurut Taylor (1999), umumnya ada dua tipe strategi coping, yaitu:
1) Problem-Solving Efforts Ada usal1a-usaha 1ndividu untuk melakukan hal-hal yang konstruktif dikarenakan kondisi stressful yang menyakitkan, bahaya, atau menantang individu. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi situasi stressful yang merupakan tipe ini, antara lain: Planful-
27
Problem Solving, Confrontive Coping, Seeking Social Support (Folkman dan Lazarus, Folkman, dkk, dalam Safino, 2002). 2) Emotion Focused Tipe ini melibatkan berbagai upaya coping religius untuk meredakan sejenak emosi-emosi yang disebabkan oleh peristiwa yang stressful. Carver, Weintraub, dan Scheier (dalam Sugiarti, 2000), mengemukakan bahwa turning to religion termasuk dalam strategi coping tipe emotion focused rnenurut beberapa peneliti tentang coping bahwa agama secara ekslusif adalah sebagai bentuk dari emotion-focused coping (Pargament, 1997).
Menurut Carver (dalam Azizah, 2003), turning to religion, termasuk dalam emotion focused coping, dimana individu melakukan perilaku coping dengan cara kembali berpaling pada agama dalam keadaan ketika sedang mengalarni stress. Oleh karena itu agarna dapat berfungsr sebagai sumber dukungan emosi serta solusi untuk mengartikan suatu situasi secara positif meskipun dapat pula hanya berfungsi sebagai siasat coping aktif.
Menurut Folkman dan Lazarus (dalam Safino, 2002), biasanya individu menggunakan keduanya, baik tipe Problem-Solving Efforts maupun Emotion Focused dalam mengahadapi keadaan yang stressful. Diyakini pula bahwa kedua tipe ini dapat pula digunakan dalarn waktu bersamaan pada saat individu rnenghadapi peristiwa yang paling stressful.
28
Dari beberapa hasil penelitian yang telah ada, membuktikan tidak dapat digeneralisasikan jenis coping yang dipakai pada semua indiv1du, karena strategi coping yang digunakan oleh setiap individu dapat tergantung dari kepribadian masing-masing dan sejauh mana tingkat stress dari suatu kondisi atau masalah yang dialami serta sejauh mana kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan yang menimbulkan stress tersebut dengan cara ataupun perilaku yang sebaik-baiknya.
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya, Tulis H. Carl Witherrington (M. Buchori).
Agama sebagai keyakinan, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa diC!ntai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ajaranya secara rutin. Bentukdan pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keluhuran
29
budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabd1 Tuhan yang setia. Tindakan ibadah setidak-tidaknya akan mmberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Maka, adapun bentuk-bentuk suatu ibadah sebagai bagian dari coping religius adalah:
1. Zikir Secara etimologi, kata zikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata Dzakara-yadzkuru yang berarti "ingat". Jadi zikir yaitu suatu pekerjaan dengan cara mengingat. Lawan dari kata zikir adalah "nisyan" yaitu lupa.
Menurut ilmu jiwa, mengingat atau menyadari adalah pekerjaan Jiwa yang berhubungan dengan tingkah laku manusia sehari-hari. Pertanyaan yang timbul sekarang adalah dari manakah ingatan dan kesadaran itu timbul/ Dalam buku Ensiklopedia Nasional Indonesia, zikir berarti ingatan kepada Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, kemahasucian-Nya, kemahaterpujian-Nya, dan kemahabesaran-Nya (Ahmad Syafi'i Murad, 1985)
Sedangkan menurut. Mir Valiuddin (1996), zikir adalah senantiasa dan terus menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kep21da Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana mi.
30
Arti zikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batiniah dengan melalui proses panca indera yang sifatnya intelektual dengan sarana menyebut nama Allah baik secara jahar maupun khofi guna memperoleh kontemplasi tingkat tinggi.
a. Bentuk-bentuk zikir
Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik dengan lisan maupun dengan kalbu atau memadukan keduanya secara simphoni. Zikir yang berarti ucapan tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, tadabur, tafakur, dan pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu dibaca dengan niat untuk membersihkan jiwa dan raga dari rayuan setan dan mengharapkan ridhaNya. Maka zikir tersebut akan membekas dalam diri orang yang membacanya dan akan menentramkan batin dan pikiran (Qomaruddin. 2000) Dalam praktek sufi dan tarekat, zikir dilakukan sebagai sarana perenungan, meditasi (muraqobah), dan transendensi (penembusan hakikat, mukasyafah)
b. Manfaat zikir
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat, yang melahirkan ketenangan dan kebahagian hidup adalah dengan banyak berzikir kepada Allah. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam alQur'an surat ar-Ra'ad ayat 28:
31
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mernka men;ad1 tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenang.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman hat1 adalah dengan berzikir kepada Allah. Dengan berzikir kepada Allah dalam setiap waktu, maka akan tertanam nilai-nilai ilahiyah secara kukuh dalam . kalbu
yang
memancarkan
kesadaran
akan
nilai
insaniyah,
menguatkan badan, dan membangkitkan hati dan perasaan sehingga dapat membe1·ikan nilai positif bagi sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang (Ahmad Syafi'i Murad, 1985).
Zikir dapat menimbulkan ketenangan dan kedamaian yang dirasakan, serta terjadinya penurunan tingkat kecemasan dan kegelisahan akibat dari seringnya melakukan zikir, terjadinya peluapan emosional (chatharsis) yang
menjadikan
seorang
merasa terbebas
dari
ketegangan
dan
kecemasan yang menjadikan perasaannya lega, timbul mekanisme kontrol diri terhadap masalah-masalah yang sering dihadapi, sehingga diharapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya, menimbulkan sikap optimis, penuh harapan, dan keyakinan dalam menghadapi masalahmasalah yang timbul, dan menjadikan jiwa seseorang menjadi stabil dan tentram (Hilman Almadi, 2001 ).
32
2. Shalat Mushalli adalah orang yang shalat. Shala! secara etimolosJi berarti memohon (do'a) dengan baik, yaitu permohonan keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian hidup didunia dan akhirat kepada Allah SWT. Sedangkan menurut istilah, shalat adalah satu perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam beserta mengerjakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.
Orang yang tekun memiliki kepribadian lebih saleh ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya. Terlebih lagi dinyatakan dalam hadis bahwa shalat merupakan cerminan tingkah laku individu. Jika shalatnya baik, seluruh perilakunya dianggap baik. tetapi jika ia buruk, seluruh perilakunya dianggap buruk. Karenanya, shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab atau dihitung di akhirat kelak (Abdul Mujib, 2006). /,J
)
-=-UI ~w ~
.,
/
J\3
/
"
~')G ~ ~,,,, ~Gi.JI
tY
"
~CJ1 "~ ~b-~ C, J~(
.~)· :.._,i;.:. _.//
/
/
~
/
"
0.:.W j\ ~
'
.'"
J! /
~.;J\')
:.../\._.
"Sesungguhnya peri!aku hamba yang pertama ka!i dihisab di hari Kiamat adalah sha/atnya. Jika shalatnya baik maka ia beruntung clan se/amat, namun apabila sha/atnya rusak berantakan maka ia rugi dan menyesaf' (HR. alTurmudzi, a/-Nasa'i, lbn Majah dan Ahmad dari Abu Hurairah)
33
a. Bentuk-bentuk Shalat
Bentuk shalat ada dua, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. Pelaksanaan shalat wajib lima waktu, yaitu Zhuhur, 'Ashar, Maghrib, 'lsya' dan Shubuh. Sedangkan dalam skripsi ini bentuk shalat sunnah yang akan d1uraikan, ya1tu shalat sunnah Hajat, Dhuha, lstikharah dan Tahajjud.
1. Shala! Dhuha Shala! dhuha, yaitu shalat sunnat yang waktunya mulai dari matahari sepenggalan naik (>07.00) sampai menjelang matahari tegak lurus diatas bumi (sebelum waktu zuhur datang) dan jumlahnya 12 rakaat dan paling sedikit 2 rakaat. Dengan shalat dhuha, didorong oleh keinginan memperoleh rezeki yang banyak, sebab shalat dhuha dikerjakan pad a saat jam kerja yang efektif Sembari bekerja, individu senantiasa memohon kepada Allah melalui shalat, agar diberi rezeki yang banyak, halal dan berkah 2. Shalat Hajat Shala! sunnat hajat adalah shalat sunnat yang dilaksanakan sendirian, banyaknya dua rakaat, waktu tidak ditentukan. Seringlah dilakukan, setiap kali ada yang dicita-citakan atau diidam-idamkan. Setiap orang mempunyai idaman hati, dambaan atau suatu cita-cita yang lama diangan-angankannya. Ada orang yang dengan rnudah dapat menjangkau yang diidamkannya, dan ada pula orang yang dengan susah
34
payah berjuang barulah tercapai apa yang diidam-idamkannya. Namun banyak pula orang yang tidak dapat menemukannya. Dalam sebuah had is dikatakan: "Dari Abdillah bin Aufa; ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa yang mempuyai dambaan (hajat) kepada Allah atau kepada salah seorang bani Adam (manusia), maka hendaklah ia berwudhu dan hendaklah wudhunya itu disempurnakannya lalu shalat dua rakaat, kemudian pujilah Allah, dan ucapkanlah Shalawat atas Nabi. Dengan demikian seorang tidak hanya berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai yang kita idam-iclamkan akan tetapi kita perJu memperkuat usaha kita clengan shalat clhuha dan cloa. 3. Shalat lstikharah Shalat istikharah aclalah shalat sunnat dua rakaat yang clilakukan ketika mengalami kebimbangan clalam menghadapi dua hal yang sulit memilihnya, karena sama baiknya, tapi berbeda sisi kebaikannya, atau memilih cli antara clua kebijaksanaan yang suclah jelas arah clan tujuannya mas1ng-mas1ng. Cara melaksanakannya seperti melakukan shalat biasa clengan niat untuk mohon pilihan kepacla Allah, jumlah rakaatnya clua .. waktunya ticlak clitentukan, kapan saja boleh clilakukan. Namun ada baiknya, jika clilakukan pacla malam hari (seperti shalat Tahajjucl), di waktu sepi clan sunyi, agar lebih mantap clan lebih muclah memusatkan perhallan sehingga clalam memohon kepada Allah benar-benar dapat khusu'.
35
b. Manfaat Shalat
Pengaruh shalat terhadap psikis amat dirasakan dengan hadirnya ketenangan dan kedamaian yang muncul ketika pelaksanaan atau setelah pelaksanaan shalat. Kondisi lunak dan kedamaian jiwa seseorang yang diciptakan shalat mampu untuk membantu dalam menghilangkan kegelisahan yang diadukan oleh pasien kejiwaan. Sesungguhnya kondisi lunak dan damainya
~ejiwaan
yang diciptakan shalat biasanya akan terus berlangsung
beberapa lama setelah selesai mengerjakan shalat.
Seseorang yang telah berada dalam kondisi lunak dan damai secara psikologis terkadang menghadapi beberapa masalah atau situasi yang memicu munculnya kegelisahan. Namun hal tersebut bisa terbebas dan terasa longgar karena adanya kedamaian dan ketenangan jiwa yang dirasakan setelah melaksanakan shalat.
Menurut Haryanto (2001) shalat memiliki efek yang mirip clengan efek obatobatan yang disalahgunakan. Misalnya memberikan efek l<etenangan (depresan), seperti obat bius atau obat penenang. Menurut Chaplin (1986)
Aspek penyaluran berarti pembebasan atau pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan kejadiankeJadian traumatis di masa lalu.
36
Setiap orang membutuhkan sarana untuk berkomunikasi, baik dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam maupun dengan Tuhan. Komunikas1 akan lebih dibutuhkan tatkala seseorang mengalami masalah. Shalat dapat dipandang ·sebagai proses penyaluran dan pelepasan, proses l
Shalat merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan-Nya manusia dapat berdialog secara langsung tanpa perantara dengan sang pencipta, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan maha kasih sayang, ia setiap saat dapat senantiasa l
lbadah shalat yang dilakukan dengan baik, berpengaruh bagi orang yang melakukannya. lbadah yang dilakukan akan membawa ketenangan, ketentraman, dan kedamaian dalam hidup. Manusia yang tenang hatinya,
37
tidak akan terguncang dan sedih hati ketika terkena musibah. Dia akan bersabar untuk menghadapi cobaan.
Keadaan yang tentram dan jiwa tenang yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak terapeutik yang penting dalam mereclakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehiclupan sehari-hari clan menurunkan kegelisahan yang cliclerita oleh sebagian orang. Seorang dokter terkenal berujar: "Komponen ticlur terpenting yang kuketahui selama bertahun-tahun yang kulalui clalam berbagai pengalaman dan percobaan ialah shalat. Shala! memang merupakan sarana terpentinQ yang kuketahu1 hingga kini, yang menimbulkan keclamaian clalam jiwa clan membangkitkan ketenangan dalam syaraf".
3.
Doa
Pengertian berclo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT, tetapi bukan berarti hanya orang yang terkena musibah saja yang layak memanjatkan clo'a. Sebagai seorang Muslim kita layak berdo'a walaupun kita clalam keadaan sehat. Do'a merupakan unsur yang paling esensial clalam ibaclah. Sebagaimana Sabcla Rasulullah saw "Do'a itu ibadah" (H.R. Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan lbnu Majah). "Tiacla sesuatu yang paling mulia dalam panclangan Allah, selain dari berclo'a kepacla-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang"(H.R. Al Hakim).
38
Jf"1; r'€:,,. "Dan Tuhanmu berkata, Berdo'a/ah kamu kepada-Ku, Pasti akan kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina-dina" (Q.S. Al Mu'min : 60).
a. Manfaat Doa Doa adalah salah satu bentuk ibadah, bahkan sering dikatakan inti dari ibadah. Doa merupakan sarana hubungan psikis dan spiritual antara manusia dengan Tuhan. Melalui doa, disampaikan puji-pujian kepada Tuhan dan disampaikan pula satu keinginan tertentu kepada-Nya. lbadah dalam hal ini adalah doa dapat memberikan makna tertentu pada seseorang, apabila orang itu benar-benar me!aksanakannya dengan baik dan pen uh kesungguhan (al-Ghazali, 2001 ).
Ditinjau dari segi psikologis bila berdoa dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan percaya sepenuhnya akan dikabulkan oleh Allah, tentu kesungguhan dan kepercayaan yang ada dalam bat1n itu akan menimbulkan sugesti yang kuat dan dorongan moral yang tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
39
Sugesti dan dorongan dari dalam ini merupakan kekuatan psikologis, kekuatan jiwa atau kekuatan batin yang mempunyai peranan besar dan penting dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Berdoa merupakan gambaran dari sikap jiwa berserah diri dari kesadaran akan kelemahan seseorang sehingga dinyatakan dalam wujud pengabdian kepada Allah Swt. Doa dapat membentuk pribadi yang tunduk kepada Allah semata sehingga menyebabkan manusia lebih berani menghadapi tantangan hidup ini dengan penuh kegairahan dan membentuk sikap positif terhadap pekerjaan juga motivasi dalam bekerja (Nashori Fuad, 1985).
4. Membaca Al-Quran Al-quran menurut bahasa adalah bacaan yang sempurna. Al-Quran diturunkan sebagai pedoman manusia untuk mengajak kepada ajaran tauhid, mengajarkan nilai dan sistem baru ideologi maupun kehidupan, menuntut kepada perilaku positif dan benar yang memuat kebaikan individu (Muhammad kamil, 2002)
Tilawah adalah kegiatan yang aktif yang dilakukan oleh orang yang beriman terhadap Al-Qur'an, karena saat itulah otak, lidah dan hati aktif menyatu untuk merenungi isi Al-Qur'an. Agar otak lebih aktif bersama Al-Qur'an. maka
40
seseorang harus paham makna ayatnya, minimal memahaminya melalui terjemahan Al-Our'an. Lidah akan aktif bila dilatih untuk membaca dengan fasih dan lancar, melalui dengan tahsin tilawah dan talaqi sehingga membaca satu juz Al-Qur'an hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit. Sebaliknya, jika lidah tidak terlatih dengan baik, maka tilawah satu juz satu jam atau lebih. suatu kondisi yang terkadang memberatkan seseorang untuk bertilawah secara rutin. Adapun hati merupakan komponen yang paling vital dalam tilawah.
Eksperimen yang dilakukan oleh Yayasan Kedokteran lsl21m yang telah melakukan 210 percobaan pada lima sukarelawan
yan~J
sehat, tiga laki-laki
dan dua perempuan, masing-masing berusia 22 tahun yang terdiri dari orangorang yang bukan beragama Islam dan tidak berbicara dengan bahasa Arab. Artinya mereka diasumsikan tidak mengerti sama sekali tentang bacaan serta arti dari al-Quran.
Eksperimen ini membuktikan bahwa pengaruh dari mendengarkan bacaan alQuran mampu membuat daya listrik pada otak-otak yang kejang akibat stres bisa berkurang yang dapat dilihat dari layar monitor komputer (Abdul Shomad, 2002).
41
Hasil eksperimen diatas dapat membuktikan 2 hal sekaligus. Pertama fungsi terapeutik bacaan al-Quran baik dengan membaca sendiri secara lansung, maupun hanya mendengarkan saja, mampu mengatasi penyakit psikis maupu fisik. Yang kedua bahwa fungsi terapeutik ini bisa berlaku universal.
2.2.
Kecemasan
2.3.1. Definisi Kecemasan
Salah satu fenomena psikologis yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia adalah kecemasan. Kecemasan adalah reaksi manusiawi yang paling alamiah dan setiap orang tentu pernah merasa cemas, tetapi bagi beberapa orang, kecemasan dapat keluar kendali sampai mengacaukan gaya hidup mereka. !ni biasanya terjadi saat si penderita menjadi sangat ketakutan terhadap gejala-gejala fisik yang ia rasakan/alami dan mulai menghindari tempat-tempat dan situasi-situasi yang mereka rasa akan memunculkan gejala-gejala itu.
Sudah sejak lama para ahli psikologi berupaya untuk menJelaskan mengenai kecemasan. Secara etimologi kecemasan atau anxiety berasal dari kata-kata angustus, yang berarti sempit atau terbatas (constricted) dan ango atau anci, yang berarti mencekik, menahan, atau mengikat (strangle) (Stern, 1964).
42
Menurut Freud dalam Hall & Lindzey (1993) saat individu menghadapi keadaan yang dianggapnya mengancam, maka secara umum ia akan memiliki reaks1 yang biasanya berupa rasa takut. Kebingungan menghadapi stimulus yang berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego akan diliputi kecemasan. Kecemasan sebagai tanda peringatan bagi individu bahwa ia dalam bahaya, merupakan isyarat bagi ego untuk melakukan. tindakan-tindakan yang tepat.
Selain itu Freud dalam Hall & Lindzey (1993) juga menambahkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan tegangan dan merupakan suatu dorongan yang timbul oleh sebab-sebab dari luar. Kecemasan bisa timbul secara mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari, kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun. Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak sampai letupan kepanikan. Kecemasan merupakan salah satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah kecemasan tertentu merupakan bag·1an dari unsur peringatan yang tepat dalam suatu spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian berulang-ulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi dengan baik atau terlalu berlebihan sehingga terladilah suatu penyakit kecemasan.
43
Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau
~.angat
hebat dan
berlangsung lama sehingga menganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit. Penyakit kecemasan sangat menganggu dan begitu mempengaruhi kehidupan penderitanya sehingga bisa terjadi depresi. Beberapa penderita memiliki penyakit kecemasan dan depresi pada saat yang bersamaan, penderita lainnya lebih dulu mengalami depresi, baru kemudian menderita penyakit kecemasan.
Adapun Kartini Kartono (2002) menyebutkan:
Kecemasan adalah semacam kege/isahan-kegelisahan-kekhawatiran dan "ketakutan" terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri mengazab pada seseorang. Bila kita merasa bahwa kehidupan ini terancam o/eh sesuatu-wa/aupun sesuatu yang tidak jelas-, maka kita menjadi cemas. Kita juga akan merasa cemas apabila kita /\hawalir kehilangan seseorang yang kila cintai, dan dengan dirinya kita le/ah menjalin ikatan-ikatan emosional yang kuat sekali. Perasaan-perasaan bersalah dan berdosa serta bertentangan dengan ha ti nurani, dapat jug a menimbu/kan banyak kecemasan.
Menu rut Al-lsawi (2005) kecemasan mirip dengan ketakutan dan merupakan kekuatan pendorong. Kata cemas disini menunjuk pada keadaan yang memungkinkan terjadinya kejahatan, bahaya, perhatian yang berlebihan,
45
kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan. Linda Dafidoff (1998) mendefinisikan kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan bahaya yang diantisipasi, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem syaraf simpatetik.
Atkinson (1999) menambahkan bahwa kecemasan merupakan salah satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah kecemasan tertentu merupakan bagian dari unsur peringatan yang tepat dalam suatu keadaan yang berbahaya. Tingkat kecemasan seseorang memberi pergantian yang tepat dan tak tampak dalam suatu spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian berulangulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi dengan baik atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah suatu penyakit kecemasan. Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan berlangsung lama sehingga menganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit
Kecemasan dapat juga dikatakan sebagai suatu respon yang dapat dipelajari, menurut teori belajar sosial kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu melalui proses belajar. Gad is kecil yang dihukum oleh orang tuanya karena
46
menentang kehendak mereka dan berusaha memaksakan kehendaknya sendiri pada akhirnya akan mengasosiasikan ras sakit hukuman dengan prilaku memaksa. Bila dia memikirkan usaha memaksakan kehendaknya dan menentang orang tuanya akan mengalami kecemasan. Sedangkan istilah kecemasar:i dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respon mental dari fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan perilaku respon yang sangat diperlukan, ia berperan untuk menyiapkan individu untuk menghadapi ancaman baik fisik maupun psikologis.
Sela in itu, .kecemasan (anxiety) dapat juga diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti denan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap bahaya baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja) yang sering kali disebut dengan "free-floating anxiety" (kecemasan yang terus mengambang tanpa diketahui penyebabnya) (Yakub Susabda, 1999).
Kecemasan juga dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (19DO) yaitu manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang
47
sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). D'an kecemasan itu sendiri timbul dari konflik di dalam diri individu terhadap sesuatu yang tidak jelas objeknya.
Maesermann membuat batasan terhadap cemas, kecemasan adalah keadaan tegang yang umum, timbul ketika terjadinya pertentangan antara dorongan-dorongan dan usaha individu untuk menyesuaikan diri. lni berarti bahwa cemas tidak lain dari bentuk lahir dari proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan konflik-konflik (Mustafa Fahrni, 1997).
Spielberger (dalam Eysenck, 1984) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan galau (diffase) yang dirasakan oleh individu yang sifatnya realistis, dalam arti bahwa perasaan itu timbul dari individu itu sendiri yang merupakan karakteristik yang dimilikinya, terlepas itu dari stimulus nyata yang dapat langsung diamati atau tidak.
Dari beberapa definisi di atas maka penulis memberikan satu kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan mental manusia baik perasaan kuatir, cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, atau semacam '<egelisahan kekhawatiran
48
dan "ketakutan" terhadap sesuatu. Kecemasan merupakan suatu keadaan atau reaksi dasar pada diri seseorang dalam menghadapi situasi yang dirasakan mengancam atau menganggu dan berbahaya demi ego, dan timbulnya kecemasan ini dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri ataupun dari luar individu.
2.2.2. Sumber-Sumber Kecemasan Berbagai macam pernyataan mengenai sumber suatu kecemasan itu muncul, misalnya saja, menurut Freud sumber kecemasan adalah bahaya yang berasal dari dunia nyata seperti situasi yang mengarah kepada rasa sakit tubuh, dan kesadaran akan adanya hukuman yang berkaitan dengan pelampiasan dorongan, seperti seksual, agresi dan tindakan amoral lainnya yang dilarang oleh norma budaya. Para psikolog kognitif memusatkan perhatiannya pada konflik batin antara beberapa harapan, keyakinan, sikap, persepsi, informasi, konsep-konsep yang mengarah kepada disonasi kognitif (Davidoff, 1998).
Sedangkan psikolog humanistik menekankan pada konflik mental khususnya pada sat orang harus memilih gaya hidup yang memuaskan dan bennakna. Sedangkan psikolog behavioristik menegaskan bahwa sebagian besar kecemasan adalah akibat pengkondisian (kondisioning), ketika sebuah objek dari jenis tertentu dikaitkan maknanya dengan pengalaman yang
49
menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, baik konflik kognisi maupun situasi yang jelas mengancam dapat menimbulkan kecemasan (Davidoff, 1998). Kecemasan yang terjadi pada individu dapat terjadi melalui suatu proses yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal, sampai pada suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau hal yang membahayakan. Spielberger dalam Usman Effendi (1993) menyebutkan bahwa ada 5 (lima) komponen proses terjadinya kecemasan, yaitu: 1. Evaiuasi Situation; adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan 2. Perception of Situation; situasi mengancam diberi penilaian oleh individu, biasanya penilaian ini mempengaruhi sikap dan pengalaman individu. 3. Anxiety State of Reaction; individu menganggap bahwa ada situasi berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah. 4. Cognitive Reappraisal Follows; individu kemudian menilai kembali situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan diri (defence mechanisme) atau dengan cara meningkatkan aktivitas atau motoriknya.
50
5. Coping; proses saat individu berusaha untuk mengatasi ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan dengan sumber-sumber pada situasi yang stressful. Coping religius adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi.
2.2.3. Cara Menanggulangi Kecemasan
Ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan. Cara yang pertama menitik beratkan masalahnya: idividu menilai situasi yang menimbulkan kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau menghindarinya. Kedua, menitikberatkan emosinya: individu berusaha mereduksi perasaan cemas melalui berbagai macam cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah yang menimbulkan kecemasan itu. Freud. menggunakan istilah mekanisme pertahanan (defense mechanism) untuk menunjukan proses tak sadar yang melindungi seseorang dari kecemasan pemutarbalikan kenyataan (Rita L Atkinson, 1983:214).
Rudy Hariyono (2000) untuk menanggulangi kecemasan dengan mensyukuri keadaan diri untuk menekan kecemasan. Seseorang dapat dikatakan bahagia apabila mereka mau mensyukuri keadaan diri pada saat itu, baik rezeki yang diterimanya, kesejahteraan hidup maupun kesehatannya. Sikap inilah yang biasa disebut dengan keadaan hidup sederhana. Selain itu
51
mendekatkan diri kepada Tuhan juga dapat menanggulangi kecemasan. Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup kita tidak ada ketenteraman. Orang yang selalu cemas karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari
~uhan.
Orang yang senantiasa hatinya ingat akan pencipta,
makamereka selalu bahagia dalam menikmati hidup. Mereka yakin bahwa segala hid up dan kehidupannya adalah tergantung oleh Tuhan, ia hanya mampu berusaha dan berpikir. Hal ini sesuai dengan finnan Allah dalam surat Ar-Ra'ad ayat 28, yang mengatakan bahwa: " Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi Tenteram".
Kekhawatiran yang menanggapi jiwa manusia adalah merupakan kelemahan dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh didalam kekuatan tubuh. Hal ini harus kita berbuat atas kekuasaan Allah. Dann berdoa adalah yang akan membuka kekuasaan itu. Dengan berdoa, maka tuhan akan menunjukan kepada kita apa yang harus kita lakukan demi keberhasilan. (Rudy Haryono, 2000).
2.3.
Kerangka Berpikir
Maraknya kasus-kasus penganiayaan yang banyak membicarakan penderitaan yang dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri khususnya pembantu rumah tangga. Penderitaan yang dialami
52
TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum mereka diberangkatkan ke luar negeri, para calon TKI harus menunggu lama jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan clengan sesama TKI yang lain. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI tempat mereka clitampung. Meskipun suclah memberikan sejumlah uang, mereka harus menunggu job di luar negeri dengan keticlakpastian, itu pun job yang mereka clapatkan hanya sebagai pembantu rumah tangga.
Adanya kasus-kasus penganiayaan terhaclap TKI dapat menimbulkan kecemasan pada calon TKI yang akan berangkat ke luai- negeri. Mereka banyak mengalami kecemasan clengan banyaknya ancaman terhadap TKI di luar negeri. Kecemasan dapat dilihat dari beberapa respon yang bermacammacam. Baik respon secara fisik maupun psikis dari TKI tersebut Respon fisik yang ditimbulkan seperti keringat yang berpercikan, denyut jantung berdebar kencang, kepala pusing, ingin mual, hilang nafsu makan, dan lain sebagainya. Sedangkan respon psikis seperti takut akan terjadi bahaya, hilang kepercayaan diri, tidak dapat tenang, ingin lari dari menghadapi suasana kehidupan dan lain sebagainya.
Namun, berita penganiayaan terhadap TKI tidak banyak mempengaruhi kejiwaan calon TKI, bahkan minatnya menjadi TKI di luai- negeri semakin kuat, mereka menganggap bahwa kasus-kasus tersebut dijadikan pelajaran
53
dan pengalaman yang berharga untuk para TKI. Mereka memiliki keyakinan bahwa tidak semua TKI bernasib sama. Mereka percaya bahwa nasib setiap manusia berada di tangan Tuhan.
Keyakinan sangat berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan dinilai mempuyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sebaliknya agama juga sebagai pemberi harapan bani pelakunya. Seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap kasih sayang Tuhan kepadanya. Agama dapat menjadi suatu sumber dukungan emosional, sebagai roda dari positive reinterpretation and growth, atau sebagai taktik dalam menghadapi sumber stress.
Pada saat individu terkena stres, ia dapat berpaling pada agama, karena agama berfungsi sebagai sumber dukungan emosi, sebagai siasat coping yang aktif sifatnya.
Untuk menanggulangi kecemasan dengan mensyukuri keadaan diri untuk menekan kecemasan. Seseorang dapat dikatakan baha9ia apabila mereka mau mensyukuri keadaan diri pada saat itu, baik rezeki yang diterimanya, kesejahteraan hidup maupun kesehatannya. Sikap inilah yang biasa disebut
54
dengan keadaan hidup sederhana. Se/ain itu mendekatkan diri kepada Tuhan juga dapat.menanggulangi kecemasan. Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup tidak ada ketentraman. Orang yang selalu cemas karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari Tuhan. Orang yang senantiasa hatinya ingat akan pencipta, maka mereka selalu berbahagia dalam menikmati hidup. Mereka yakin bahwa segala hid up dan kehidupannya adalah tergantung oleh Tuhan, ia hanya mampu berusaha dan berpikir. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra' ad ayat 28, yang mengatakan bahwa: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah hanya dengan mengingat Allah/ah hati menjadi tenteram".
Kekhawatiran yang menghinggapi jiwa manusia adalah merupakan kelemahan dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan sua1u kelemahan dari tubuh didalam kekuatan tubuh. Hal ini harus kita berbuat alas kekuasaan Allah dan berdoa adalah yang akan membuka kekuasaan itu. Dengan berdoa, maka tuhan akan menunjukkan kepada kita apa yang harus kita lakukan. Berzikir adalah yang akan membuka rahmat dan pertolongan Allah. Dengan berzikir, maka Tuhan akan menunjukkan kepada kita apa yang harus kita lakukan.
55
Belavich mengatakan bahwa religi memainkan peran yang penting dalam mengatasi kecemasan. Dua sumber coping yang biasanya dilakukan adalah prayer and faith in God (berdoa dan berserah diri pada Tuhan). Hal ini sesuai dengan QS. Al A'raaf ayat 128, yang artinya: "Musa berkata kepada kaumnya: "Mohan/ah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepuyaan Allah; clipusakakan-Nya kepacla siapa yang dikehenclaki-Nya clari hamba-hamba-Nya. Dan kesuclahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."
Beberapa peneliti juga menjelaskan coping religius secara ekslusif adalah sebagai bentuk dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali kepada Tuhan untuk memohon pertolongan pada saat stress. Diyakini oleh kebanyakan individu, melibatkan diri dalam hal religius dapat menenangkan perasaan yang cemas dan distress pada individu yang mengalami stressful Dalam Al-Qur'an disebutkan pula bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang. Maka, dari itu penulis sangat yakin bahwa coping religius sangat berperan dalam mengatasi kecemasan yang dialami oleh para calon TKI saat berada di penampungan.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini penulis sajikan dalam bentuk skema sebagai berikut:
56
Skema 2.1 Peranan Coping Religius Terhadap Kecemasan Galon TKI
I • • •
Subyek
I
Mendapatkan perlakuan kurang manusiawi berada di penampungan Ketidakpastian keberangl
saat
I
Adanya respon dalam menghadapi situasi] yang dinilai mengancam I
Kecemasan
I
I
I
-~
Fisik Keringat yang berpercikan Denyut jantung berdebar kencang Kepala pusing dan hilang nafsu makan
•
• •
Psikis Takut akan teqadi bahaya Hilang kepercayaan diri Tidak tenang
•
• •
I
---
Coping religius: Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dan mengatasi permasalahan yang dihadapi --
Self directing Aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan
-·
pencarian solusi dan
permasalahnnya yang dihadap1 kepada Tuhan
I Zikir mendatangkan kebahagiaan
Deferring Menyerahkan sepenuhnya atas
Collaborative Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan
Sha lat membebaskan dari penyakit batin
I
I
I
Doa memperoleh hasil yang pasti
Tilawah melalui tantangan hidup dengan tegar
I
I
I
hati menjadi tenang dan tenteram
1
I
J
BAB3 METODE PENELITIAN
3.1.
Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini disusun sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana coping religius para calon TKI saat berada dipenampungan Maka menurut hemat peneliti, pendekatan yang lebih tepat digunakan adalah kualitatif.
Terdapat dua pendekatan untuk memperoleh data dalam penelitian di bidang sosial yakni kualitatif dan kuantitatif. Dalam pemilihan pendekatan, bukan karena salah satunya lebih baik, melainkan karena pendekatan yang dipilih memang sesuai dengan masalah penelitian dan paling tepat untuk menjawab masalah (Poerwandari, 2001 ).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat mendeskripsikan perilaku manusia yang kompleks. Brannen (dalam Alsa, 2004) menegaskan bahwa pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah rnakhluk yang aktif yang mernpuyai kebebasan, kemauan yang perilakunya hanya dapat dipahami dalam konteks budayanya, dan yang perilakunya tidak didasarkan pada hukum sebab akibat. Oleh karena itu, logis kalau penelitian yang rnenggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami obyeknya,
57
58
tidak untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk mernbuat generalisasi, melainkan mambuat ekstrapolasi.
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang dif[Unakan untuk memahami geja/a perilaku nyata dan emosi manusia menurut penghayatan individu atau melalui sudut pandang subyek penelitian. 1\11elalui pendekatan ini, peneliti dapat memahami suatu gejala dengan lebih mendalam dan lebih terperinci tanpa dihambat oleh batasan-batasan variabel. Da/am pendekatan ini, dihasilkan dan diolah data yang sifatnya deskriptif, seperti traskrip wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video, dan sebagainya (Poerwandari, 2001 ).
Menurut Bogdan dalam Poerwandari (2001) studi kasus adalah kajian yang rinci atas dasar satu latar atau satu orang subyek atau satu tempat penyimpanan dokumen. Penelitian studi kasus tersebut dipilih karena lebih akomodatif terhadap peneliti dan informannya untuk sa/ing kerjasama, saling menghormati, saling berinteraksi, dan saling membantu (Wijaya, 1996).
Menurut Gay dalam Sevilla, at. al (1997) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
59
berjalan dari suatu pokok penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau satu fenomena tertentu berdasarkan data-data yang diperoleh.
Adapun alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk studi kasus yang bersifat deskriptif ini adalah : pertama, tujuan penelitian ini diwarnai oleh adanya interaksi di antara realitas. Kedua, menurut hemat penulis, untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai bagaimana peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI.
3.2.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasi'onal Variabel
lstilah variabel selalu ada dalam setiap penelitian F.N. Kerlinger dalam Suharsimi Arikunto (1992) menjelaskan bahwa variabel adalah symbol atau lambang yang padanya kita lekatkan bilangan atau nilai. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai independent variabel adalah kecemasan dan dependent variabel adalah coping religius
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel penelitian adalah sebagai berikut: 1. coping re/igius yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala tindakan dan perilaku seseorang yang berdasarkan pada keyakinan agamanya,
60
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalahnya dengan meminta bantuan kepada Tuhan-Nya.dengan bentuk-bentuk coping religius seperti zikir, shalat, membaca Al-Quran, berpuasa, berdoa dll. 2. Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adcdah kecemasan yang dapat dilihat dari beberapa respon yang bermacarn-rnacam. Baik respon fisik maupun psikis. Respon fisik yang dapat ditimbulkan seperti keringat yang berpercikan, denyut jantung berdebar kencani;1. kepala pusing, hilang nafsu makan, dan lain sebagainya Sedangkari respon psikis seperti takut akan terjadi bahaya, hilang kepercayaan diri, tidak dapat tenang.
3.3. Subyek Penelitian penelitian ini menggunakan teknik pengarnbilan subyek dilakukan dengan teknik purposive sampling (subyek bertujuan). Dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan baku berkaitan dengan minimal jumlah subyek yang harus dipenuhi, artinya jika data yang diperoleh sudah cukup mendalam, dan subyek dianggap sebagai responden l<ey (subyek kunci/utama) dalam penelitian, maka dapat diambil dalam jumlah kecil. Jadi dalam penelitian ini subyek yang diteliti berjurnlah tiga orang TKI yang berada di penampungan PT. Hasamuri Abadi yang beralamat di Kampung Melayu. Wawancara dilakukan di tempat penampungan, peneliti melakukan penelitian selam 7 hari
61
dari jam 09.00 - 04.00. Sampel bergantung pada apa yang ingin diteliti, tujuan peneliti dalam konteks penelitian, serta dapat dilakukan dengan waktu sumber data yang tersedia (Poerwandari, 1998)
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menentukan tiga orang TKI yang dijadikan subyek, dengan karakteristik sebagai berikut : a. Usia subyek dibatasi dari 17-45 tahun yang tentunya para calon TKI b. Pendidikan. Pendidikan subyek dalam hal ini tidak dibatasi dan tidak ditentukan c. Pembatasan selanjutnya seperti yang menjadi masa!ah penelitian ini, calon TKI yang menjadi subyek adalah calon TKI yang mengalami kecemasan.
3.4.
Pengurnpulan Data
3.4.1 Metode dan lnstrumen Penelitian Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara mendalam sebagai metode utama dan metode observasi yang bersifat menunjang.
lnstrumen penelitian berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini
62
menggunakan daftar pertanyaan atau panduan wawancara dan panduan observasi. a. Wawancara
penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang tidak terstruktur. Teknik ini dilakukan dengan pertimbangan agar pewawancara lebih leluasa mengajukan pertanyaan kepada interviewee sehingga informasi yang selengkap-lengkapnya dapat diperoleh. Hal ini sejalan dengan jenis wawancara yang diterapkan yaitu wawancara yang mendalam (in-depth interview). Menurut Kerlinger (1998), bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara. Namun, penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur. Pedoman wawancara yang berisi open-ended question bertujuan untuk menja9a arah wawancara agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Observasi Metode pengumpu/an data yang kedua adalah observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati, mencatat secara sistematis gejala yang diselidiki (Moleong, 2002). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fisik subyek, penampilan subyek dan sikap subyek selama wawancara berlangsung, termasuk raut muka, mimik, intonasi, maupun vibrasi suara.
63
Metode observasi digunakan untuk memperoleh inform<01si perilaku manusia yang menggunakan tempat-tempat umum baik untuk bersosialisasi maupun untuk melakukan kegiatan mandiri. Metode ini menggunakan pendekatan pengamatan obyek yang diamati.
3.5.
Teknik Analisis dan lnterpretasi Data
Maleong (2002) menjelaskan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang umum.
Pada bagian pertama, proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dengan responden, observasi yang telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan, dan sebagainya. Data-data tersebut tidak lain hanyalah kumpulan kata-kata mentah yang masih perlu dibaca, dipelajari dan ditelaah lebih lanjut. Untuk mengubah kata-kata mentah tersebut menjadi bermakna maka penulis kemudian mengadakan reduksi data.
64
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggo/ongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpu/an finalnya dapat ditarik/diverifikasi. Penyajian data sebagai sekumpu/an informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan tergantung pada besarnya data kumpulan-kumpulan catatan di Japangan, pengkodean, penyimpanan, kecakapan peneliti.
Langkah selanjutnya, adalah menyusunnya dalam satuan-satuan dengan merinci kompleksitas data menjadi bagian-bagian yang kemudian dikategorisasikan menjadi berbagai tipologi pada langkah berikutnya, sambil melakukan pengkodean (coding). Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorisasikan berdasarkan outline analisis yang dibuat. Kategorisasi dibuat berdasarkan pada kategori emik (emic category), yaitu struktur atau po/a konseptual dari responden yang sedang diteliti. Dengan demikian peneliti tinggal memakai kategori-kategori yang telah ada.
Pada bagian kedua, penu/is membandingkan analisis masing-masing kasus subyek penelitian untuk menarik benang merah yang menunjukkan persamaan dan karakteristik pada masing-masing.
65
Pada bagian akhir, dari semua data yang diperoleh selanjutnya dibuat kesimpulan atas dasar data-data yang bersifat umum dan memperhatikan pada data-data yang bersifat khusus. Teknik
perbandin~1an
yang
berkelanjutan ini berlangsung dengan melalui tahapan, yaitu : 1. Membandingkan butir-butir yang mungkin dimasukkan pada setiap
kategori 2. menggabungkan kategori-kategori beserta ciri-cirinya. 3. memberikan pembatasan pada masing-masing
kate~1ori,
dan
4. kategori-kategori tersebut kemudian dijadikan determinan pola-pola sebagai temuan penelitian.
3.6.
Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yaitu: 3.6.1. Prosedur persiapan Sebelum penulis mengambil data di lapangan, terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan, meliputi: memilih, menjajaki dan kemudian menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian memberi penjelasan mengenai tujuan penelitian dan memintai kesediaanya serta menyusun pedoman (guidance) wawancara yang dibuat berdasarkan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sebagaimana
66
termuat dalam bab 2, mempersiapkan lembar observasi, tape recorder sebagai alat bantu atau perekam wawancara dan mempersiapkan perlengkapan lainnya yang dirasa perlu, sehingga peneliti dapat mempersiapkan diri dengan matang untuk melakukan penelitian.
3.6.2. Tahap pelaksanaan penelitian Pengambilan data dengan melakukan wawancara, mengobservasi responden dan melakukan cross ceck melalui wawancara dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan responden, melakukan analisis dokumen pribadi untuk memperoleh informasi yang mendalam dengan tetap memperhatikan batasan-batasan yang ada.
3.6.3. Tahap pengolahan data Hasil wawancara di lapangan yang telah direkam kemudian dipindahkan secara verbatim ke dalam bentuk naskah (teks). Adapun sistematika penulisan naskah yang digunakan adalah dengan memilah-milah hasil wawancara berdasarkan pedoman wawancara. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisahpisah menurut kategori tertentu untuk memperoleh kesimpulan dan gambaran secara umum.
67
3.6.4. Tahap analisis Membandingkan analisis masing-masing kasus subyek penelitian untuk menarik benang merah yang menunjukkan persamaan dan karakteristik khas pada masing-masing kasus untuk memudahkan melihat perbedaan gambaran masing-masing subyek serta dilakukan analis.is dengan berbagai pendekatar secara keseluruhan. Pada tahap akhir ini, semua data hasil analisis dibuat kesimpulan dan diinterpretasikan dalam bahasa yang mudah dipahami.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dijelaskan dan dipaparkan secara sistematis. Berdasarkan kode etik penelitian yang berlaku, nama subyek, dan orang yang terkait dalam kasus ini bukanlah nama yang sebenarnya, tetapi menggunakan inisial saja. Hal ini climaksudkan untuk menjaga kerahasian data subyek serta pihak yang terkait.
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah tiga orang, dengan karakteristik subyek yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, yaitu: individu yang berusia dari 17-45 tahun yang tentunya berstatus calon TKI, subyek atau calon TKI berpendidikan tidak dibatasi clan tidak ditentukan, calon TKI yang menjadi subyek ada/ah calon TKI yang mengalami kecemasan.
Adapun menge11ai waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada rentang waktu yang telah ditentukan clan disepakati antara penulis dan subyek itu sendiri, yaitu antara tanggal 05, 07 dan 09 November 2007. Begitupun mengenai tempat-tempat clan jam guna berlangsungnya penelitian terlebih dahulu telah penulis sepakati dengan subyek.
68
69
Untuk lebih jelasnya gambaran umum ketiga subyek dapat dilihat dalam label berikut ini: Tabel 4.1 Gambaran umum Subyek Penelitian
I
Nam a
!:~a
Jen is Kelamin
I
'
I Pendidi~an I - ~--uku- . , 1
Terakhir
Status
1
NG
25
Perempuan
SMP
''3unda
-Siogl~
TW
35
Perempuan
SD
Jawa
Janda
GL
17
Perempuan
- -
------····-------~---
__ L_ ~-~--
-
- --
4.2.
Analisis Kasus
4.2.1
Kasus NG
SMP
''3unda
-- ·--------------·- - · -
,
-l----·~-1' I I
Single
Wawancara dengan NG berlangsung di sebuah Mushalla, yang ada dalam penampungan calon TKI. Wawancara dilakukan di Mushalla tersebut atas kesepakatan penulis dan subyek. Kala itu, subyek masih menggunakan mukena atau pakaian shalat khas perempuan sehingga terkesan santai dan nyaman.
Proses wawancara berlangsung dengan disaksikan oleh teman-teman calon TKI yang lain. Teman-teman subyek tertarik menyaksikan proses wawancara namun tidak menghambat subyek untuk bersikap terbuka dan menjawab
I
70
dengan gahlblang dengan dialek khas Sunda, subyek bersikap dernikian dengan alasan bahwa ia cukup rnengetahui kesulitan dalarn rnenyusun skripsi sehingga sepantasnya penyusunnya dibantu rneski hanya dengan kooperatif dalarn proses wawancara ini.
Subyek yang berusia 25 tahun ini rnerupakan anak pertarna dari ernpat bersaudara. Subyek lahir di Sukaburni pada tahun 1982. Saal ini, ia rnasih berstatus single. Subyek rnerupakan orang tua bagi ke ernpat adik-adiknya. Dikarenakan kedua orang tuanya telah rneninggal dunia lirna tahun yang lalu, otornatis subyeklah pengganti orang tua bagi adik-adiknya. Adik keduanya adalah lelaki, rnenginjak usia 18 tahun dan rnenduduki kelas dua SMU. Yang ketiga juga lelaki berusia 13 tahun dan rnenginjak kelas dua SMP. Sedangkan yang bungsu adalah perernpuan dengan usia 10 tahun dan duduk di kelas ernpat SD. Menurut pengakuan subyek, sernenjak orang tuanya rneninggal, keadaan ekonorni subyek sangat mernprihatinkan. Subyek juga adalah topangan hidup dan tulang punggung bagi kehidupan adikadiknya. SubYek hanya rnengandalkan upah dari rnencuci baju para tetangga untuk rnernenuhi kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adiknya. Hal ini karena keterbatasan pendidikan yang sangat minim, dan lapangan pekerjaan yang sangat susah didapatkan. Hal inilah yann tarnpaknya mernbuat nekad dan motivasi subyek untuk rnenjadi TKI ke luar negeri.
71
Subyek bertekad mengadu nasib di negeri orang demi untuk ketiga adikadiknya agar tetap dapat sekolah yang setinggi-tingginya.
Menurut subyek, menjadi TKI adalah jalan satu-satuny21 untuk subyek agar dapat menopang kehidupan ketiga adiknya. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan, gaji (penghasilan) yang sangat tinggi
seba~1ai
TKI dan keinginan
untuk mencari serta mengumpulkan modal menjadi Faktor dominan yang memotivasi subyek berangkat ke luar negeri untuk menjadi TKI.
Saya teh .. memang niat banget pengen jadi TKI, supaya bisa nyekolahin adek-adek saya, saya teh .. kepengennya mereka jadi orang, supaya hidup enggak susah, biar ajah .. saya yang banting tulang cari duit, asalkan adik saya bisa sekolah. Maka dari itu saya teh .. nekat banget pengen kerja jadi pembantu di luar negeri (Wawancara dengan subyek, 05 November 2007)
Motivasi yang tinggi serta tekad yang kuat, tampaknya membuat subyek sangat berambisi agar cepat kerja ke luar negeri. Subyek rela menjual warisan dari orang tuanya yaitu sepetak sawah untuk biaya berangkat ke luar negeri. Subyek merasakan ketidaknyamanan tinggal di penampungan. Adanya kebutuhan calon TKI untuk memperoleh pekerjaan di suatu pihak dan adanya kebebasan pihak PJTKI untuk menentukan biaya penempatan di lain pihak, menjadikan calon TKI sebagai sumber pemerasan berbagai pihak pengelola penempatan TKI ke luar negeri.
72
Terus terang ajah ini mah ... saya teh udah kesel, sama pihak pengelola PJTKI disini..mereka seenaknya ajah .. sering baget mintain duitkita untuk inilah .. untuk itulah .. ya .. saya teh nurut saja yang penting saya cepet-cepet diberangkatkan.
Tekad yang kuat serta motivasi yang tinggi, tak menyurutkan semangat subyek untuk tetap bertahan di penampungan, walaupun banyak kejadian dan masalah yang sering kali membuat subyek resah.
Sudah bukan rahasia lagi jika pengiriman TKI ke luar negeri diliputi dengan beragam persoalan. Mulai dari proses perekrutan ilegal melalui calo yang sarat dengan indikasi penipuan, pemerasan atau lainnya. Di penampungan, para calon TKI tak ubahnya seperti di penjara, tidur berdesakan, kadang masih pula dibebani hutang-hutang untuk kebutuhan sehari-hari.
Ya .. ginilah keadaan saya .. harus kuat sama keadaan di penampungan ini, makan seadanya .. tidur berdesakan .. hareudang (panas),,padahal saya teh .. sudah ngeluarin uang sekian juta, saya juga udah lama banget di penampungan ini .. saya tidak tahu kenapa saya belum juga diberangkatkan
Setiap harinya para calon TKI termasuk subyek, harus bangun pagi-pagi sekali, para calon TKI di penampungan ini setiap harinyai harus melakukan kerja bakti untuk memasak nasi, menyapu lantai, mengepel, membersihkan kaca-kaca jendela dan lain sebagainya. Saya itu disini..bagun pagi .. untuk kerja bakti..kalaw semuanya udah selesai saya .. cuci baju atau ngobrol kesana-kemari sama temanteman, ya kadang-kadang ikut sedikit pelatihan dari pihak PJTKI.
73
Subyek merasakan bahwa adanya ketidakpastian dirinya untuk diberangkatkan ke luar negeri terbukti subyek sudah lima bulan berada di penampungan, dengan selalu melakukan aktivitas yang sama setiap harinya. lni membuat subyek jenuh dan stress. lnilah salah satu efek yang sangat dominan yang menurut subyek yang menimbulkan kecemasan pada subyek. Subyek merasa cemas jika setiap kali subyek menanyakan ke pihak PJTKI kapan subyek diberangkatkan, tidak pernah ada jawaban pasti tentang kapan diberangkatkan ke luar negeri. Tanda-tanda semacam keringat yang berpercikan, degup jantung lebih cepat, hingga pikiran sering dipenuhi rasa ketakutan. Subyek akan lebih cemas lagi ketika ia menyadari subyek sudah cukup lama di penampungan ini.
Kecemasan yang dirasakan subyek diakui berbuah ketidaktenangan. Subyek sendiri merasa seringkali tidak tenang dan tentunya senantiasa selalu merasa was-was ada di penampungan dalam jalani hidup.
Saya sering banget ngerasain .. takut .. saya teh .. takut, kalau-kalau saya tidak diberangkatkan, nanti gimana sama cita-cita saya.
Ketakutan tersebut dijelaskannya seperti, subyek selalu merasakan ketakutan dan kecemasan amat sangat, ada saja alasan dari pihak pengelola yang belum juga memberangkatkan subyek ke luar negeri.
74
Saya enggak ngerti .. kenapa sampai sekarang saya teh .. belum juga diberangkatkan, yang saya tahu .. saya sudah melengkapi semua persyaratan
Respon-respon yang subyek lakukan sangat wajar, mengingat sudah lamanya subyek berada di penampungan. Selain ketakutan yang di rasakanny. Subyek juga mengaku cemas akan nasibnya. Pad a dasarnya subyek merasa tetap yakin jika saja pihak pengelola PJTKI memberikan jawaban yang pasti. Subyek merasa cemas jika pihak P.JTKI selalu memberikan jawaban yang tidak pernah pasti, karena kecemasan tersebut, subyek selalu merasakan resah. Sebagai contoh, subyek sering menangis, mengurung diri,
Ya .. bagaimana lagi..saya hanya bisanya ceurik (nangis) ya Gusti Pangeran .. kapan saya teh bisa ke luar negeri
Menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius. Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coping re!igius yang dilakukan oleh subyek di penampungan adalah rajin melakukan shalat lima waktu, sedapat mungkin subyek melakukan shalat wajib dengan pula melakukan sunnahnya, subyek juga tidak pernah lepas dari kitab suci al-Quran. Setelah melakukan shalat subyek selalu membaca al-Quran. Hanya itu yang dapat dilakukan oleh subyek untuk mengisi hari-hari yang penuh dengan keresahan. Hanya
75
berserah diri kepada Allah, kerap kali melakukan zikir di tengah malam, saat subyek melakukan shalat malam.
Menurut subyek, subyek yakin Allah pasti memberi jalan yang terbaik untuk dirinya. Semua sudah diatur yang di atas. lni terbukti subyek masih tetap bertahan di penampungan meski sudah lima bulan berada di penampungan.
Saya pasrah ajah lah sama yang di atas .. saya teh sekarang mikirnya ke adek-adek saya, apapun halangannya, apapun rintangannya akan saya jalani dengan tabah, saya yakin Allah pasti ngasih yang terbaik bu at saya .. saya masih tetep nekat pengen ke luar negeri, soalnya saya pengen dapet duit
Berbagai respon coping dapat mernobilisasi situasi stressful, salah satunya adalah dalam bentuk religius, yang disebut coping religius. Coping re/igius adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapainya dan dapat meningkatkan religiusitas seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh subyek dimana ketika subyek mengalami ketakutan dan kesedihan, hanya kepada Tuhan mengadu dan meminta pertolongan. Dengan keyakinan pertolongan pertolongan dari Tuhan inilah yang membuat subyek masih tetap bertahan di penampungan. Subyek
76
merasakan hanya dengan kembali dan meminta pertolongan kepada Allah membuat perasaan subyek tenang, dengan mendekatkan diri kepada Allah subyek dapat merasakan ketenangan, subyek tetap menjalani hari-harinya di penampungan dengan kesabaran, meski banyak sekali masalah yang dihadapinya, namun subyek percaya Allah akan membantunya ini terbukti subyek tetap bertahan berada di penampungan.
Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga pendekatan dalam proses coping religius, sebagaimana yang dipaparkan oleh Pargament (1999), yaitu: 1. Self- Directing (Keterikatan pada agama) Subyek yakin dan aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan semata. Peranan self-directing dalam religius coping mempunyai dampak yang sangat positif bagi subyek dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan di kehudupan individu. lni merupakan sebuah hidayah terindah bagi subyek. Selain sama teman saya ... saya juga sering sekali curhat sama yang diatas untuk memohon pertolongan .. ya .. kalau sama teman mah gak bisa ngasih jalan keluar..tapi kalu sama yang diatas saya sangat yakin dan'percaya.
77
2. Co/labo_rative (Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan) Subyek menggunakan metode coping re/igius ini sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan hidupnya. Dikala subyek mengalami ketidaktenangan dan adanya perasaan takut dalam dirinya, subyek hanya ingat dan pasrah kepada yang Maha Kuasa. Saya juga gak diem aja sama masalah ini .. bahkan mungkin mulut saya ini sudah busaan .. ngomong terus sama pihak PJTKI kapan saya itu diberangkatkan, tapi mungkin belum waktunya .. saya selalu bangun malam mohon petunjuk sama yang diatas supaya urusan saya dimudahkan Subyek, banyak mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan melakukan shalat, membaca Al-Ouran dan berzikir saat subyek bangun di tengah malam untuk melaksanakan shalat malam. Hal yangn dilakukan oleh subyek dirasakan ada pengaruh dalam kehidupannya, yaitu subyek merasa adanya perasaan tenang, dan adanya dampak yang dirasakan oleh subyek, yaitu subyek lebih dapat bersabar dan subyek yakin Allah akan memberikan jalan yang terbaik bagi diri subyek.
3. Deferring (menyerahkan sepenuhnya atas pencarian solusi dan permas,alahan yang dihadapi kepada Tuhan) Setelah subyek, banyak melakukan berbagai usaha pendekatan kepada Tuhan, dengan selalu melakukan ibadah-ibadah kepada Allah, subyek pun hanya dapat pasrah akan nasibnya dipenampungaan, subyek hanya dapat menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Sekarang saya harus banyak bersabar.. hanya yang diatas yang dapat membantu masa/ah yang saya hadapi.
78
Analisis Kasus NG Dari uraian latar belakang kasus yang terjadi pada subyek, bisa dikatakan subyek adalah tulang punggung bagi keluarganya, subyek harus menopang kehidupan ketiga adik-adiknya. Tanggung jawab yang besar, keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan, ketiadaan lapangan pekerjaan adalah sebuah alasan yang sangat kuat bagi subyek untuk rnengadu nasib di negeri orang.
Harapan yang tinggi untuk dapat dengan cepat bekerja ke luar negeri ternyata tidak sesuai dengan keinginan subyek, ia mengalami ketidakpastian dalam keberangkatannya ke luar negeri. Subyek harus rnenunggu lama jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama calon TKI yang lain. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke pihak PJTKI tempat mereka ditampung. Meskipun sudah memberikan sejumlah uang, mereka harus menunggu job di luar negeri dengan ketidakpastian.
Dengan adanya problem-problem yang dihadapi oleh subyek, yakni, dengan keterlambatan subyek untuk diberangkatkan ke luar negeri. Muncullah respon dalam diri subyek dalam menghadapi situasi yang dinilai subyek akan mengancam dirinya, yaitu ada perasaan takut dan khawatir selama subyek di penampungan, membuat subyek semakin mengalami kecemasan dalam keadaan yang tidak pernah pasti.
79
Kecemasan itu muncul dan dialami oleh subyek dengan keadaan/jawaban dari pihak yang bersangkutan yang tidak pernah pasti memberikan jawaban keberangkatan. Kecemasan subyek terlihat dari berbagai respon yang dialaminya. Subyek sering mengeluarkan keringat, jantungnya selalu berdebar kencang, subyek juga merasa takut akan tidak diberangkatkan ke luar negeri.
Kekawatiran dan perasaan takut yang menghinggapi jiwa manusia adalah hal yang sangat wajar dan manusiawi dan juga merupakan bentuk kelemahan dari tubuh .. Tak dapat mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh di dalam kekuatan tubuh. Kecemasan hinggap di jiwa manusia disebabkan karena dalam hati dan hidup tidak ada ketentraman. Orang yan9 selalu cemas karena dirinya tidak mengenal takdir Tuhan.
Namun, karena keyakinan serta keinginan yang kuat dari subyek, maka dalam menghadapi situasi-situasi yang stressful sepe1ii ini, subyek menghadapi semua tekanan dengan perasaan positif. lni terbukti subyek masih saja. bertahan di penampungan meski sudah lima bulan. Hanya dengan berserah diri kepada Tuhan, dengan selalu meminta pertolongan kepada Allah yang selalu subyek lakukan. Subyek memiliki keyakinan bahwa semua sudah diatur oleh Tuhan, dan semua ada waktunya.
80
Skema 4.1 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan NG
I •
NG
I
'
Ketidakpastian subyek diberangkatkan ke luar negeri, dengan sudah lamanya subyek dipenampungan
I
Adanya respon subyek dalam menghadap] situasi yang dinilai mengancam I
Ce mas
I • •
I
I
Fisik Subyek mengeluarkan keringat Denyut jantung subyek berdebar kencang
Psikis Subyek merasakan takut Subyek merasakan ketidaktenangan
• •
I
·-
Coping religius Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapai
-'
-
Self directing Subyek mendapat suatu hidayah berupa kesabaran dalam menjalani hari-hari dipenampungan
I Zikir mendatangkan kebahagiaan
Collaborative Subyek berusaha dengan cara mendekatkan diri pada Allah
Deferring Subyek pasrah dan tawakkal dengan sabar
I
Sha lat membebaskan dari penyakit batin
Doa memperoleh hasil yang pasti
I
I I
subyek merasakan ketenangan
l
Tilawah melalui tantangan h1dup dengan tegar
I
81
4.2.2 Kasus TW Gambaran Kasus TW
Pada hari dan jam yang telah ditentukan, penulis datang ke penampungan. Namun sebelum wawancara berlangsung, ternyata subyek sedang asyik menjahit bajunya yang sedikit sobek di bagian ketiak. Selang lima menit kemudian, barulah subyek siap untuk memberikan jawaban-jawaban yang dilontarkan penulis.
Adapun tempat wawancara berlangsung diteras belakang tempat penampungan yang menurut subyek lebih santai dan leluasa untuk memberikan jawaban seputar masalah yang terjadi pada dirinya.
Subyek yang saat itu mengenakan kaos lengan panjang putih, dipadankan dengan celana panjang hitam memberikan kesan nyantai dengan memakai jilbab bergo berwarna putih. Sebelum wawancara dimulai, tidak hanya penulis yang ada di situ, tetapi saat itu subyek juga ditemani oleh seorang temannya. Namun hal itu tidak begitu mengganggu proses berlangsungnya wawancara. Subyek selalu menjawab setiap pertanyaan dengan diiringi senyuman. Hal ini mengesankan subyek cukup welcome dan terbuka dalam menjawab pertanyaan penulis. Disela-sela wawancara, subyek selalu mengingatkan agar pembicaraan yang disampaikan dengan santai saja, tetapi dari jawaban
82
tersebut justru tidak mengurangi makna dari pertanyaan yang diberikan penulis.
Subyek bersuku Jawa ini tinggal di Kebumen sejak 35 tahun yang lalu, yakni sejak ia dilahirkan. Seorang janda cantik dari satu orangi anak laki-laki ini adalah seorang single parent semenjak 5 tahun yang lalu, yakni tepatnya semenjak sang suami yang tercinta meninggal dunia akibat kecelakaan.
Wanita yang nada bicaranya ini sangat kental dengan aksen Jawa mengaku susahnya hidup tanpa sang suami di sampingnya. Subyek harus berjuang menghidupi anak semata wayang yang kini telah memasuki jenjang perguruan tinggi.
Menurut pengakuan subyek, alasan mengapa subyek rnenjadi TKI adalah untuk membiayai sekolah anaknya. Subyek sangat ingin melihat anaknya yang semata wayang ini dapat lulus dari perguruan tingfJi. Subyek mengaku bahwa tak dapat mengandalkan gajih pensiunan (aim) suaminya yang hanya cukup untuk makan sehari-hari
Ya .. wong namanya juga saya ini orang tua tunggal, saya seharusnya bekerja keras supaya dapat mewujudkan cita-cita anak saya yang sedang kuliah ... abisnya piye to mbak .. wong gaji bapake, ora cukup opo-opo. Yang saya harus berkorban untuk anak saya. (Wawancara dengan subyek, 07 November 2007)
83
Menurut subyek menjadi TKI adalah jalan satu-satunya untuk subyek agar dapat mewujudkan cita-citanya, agar anak semata wayangnya dapat lulus dari perguruan tinggi, tujuan yang berorientasi untuk terus memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga. Menjadi sasaran paling utama dan essensial bagi subyek untuk menjadi TKI di luar negeri.
Saya .. yo memang niat banget..buat pergi ke luar negeri .. soalnya saya itu punya cita-cita agar anak saya bisa sekolah yang setinggitingginya.
Motivasi yang tinggi serta keingginan yang kuat, tampaknya membuat subyek sangat ingin bekerja ke luar negeri. Subyek rela meninggalkan anak semata wayangnya. Subyek juga rela berhutang pada seorang rentenir untuk biaya menjadi TKI.
Saya ini niat banget to .. mba, pengen jadi TKI di luar negeri soalnya banyak tetangga dikampung saya yang sukses. Saya juga rela to .. mbak, ngutang duit sama tengkulak untuk biaya saya ... abis piye mbak .. gak ada jalan lain wong saya ini orak nduwe duit.
Untuk mewujudkan niat bekerja di luar negeri sebagai Tl
84
Subyek merasakan ketidaknyamanan saat berada di penampungan. Adanya kebutuhan.calon TKI untuk memperoleh pekerjaan di suatu pihak dan adanya kebebasan PJTKI untuk menentukan biaya penempatan di lain pihak, menjadikan calon TKI sebagai sumber pemerasan, berbagai pihak pengelola penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri.
Ya .. kesel banget ya mbak .. wong saya juga uang dapet ngutang eh .. malahe duit saya selalu terbuang gitu aja .. pihak PJTKI selalu saja mintain duit saya. Saya ndak ngerti to .. untuk apa tapi saya itu wong deso .. ya manut aja yang penting saya bisa kerja l~e luar negeri.
Tekad yang begitu kuat, tak menyurutkan semangat subyek untuk tetap bertahan di penampungan, walaupun subyek banyak mengalami kejadian yang sering kali membuat subyek resah.
Subyek sering menerima perlakuan yang tidak senonoh dari pihak PJTKI. Ada salah satu oknum yang selalu bersikap kurang ajar pada subyek. lni terjadi pada subyek mungkin dikarenakan subyek adalah seorang wanita yang cantik.
Saya kesel banget mba ... Ada tuh, mba' salah satu dari pihak PJTKI yang sering kurang ajar sama saya ... sering nyolek-nyolek. Uh ... geli dan benci banget saya.
Sudah bukan rahasia lagi jika pengiriman TKI ke luar ne9eri diliputi dengan beragam persoalan, mulai dari proses perekrutan ilegal melalui calo yang
85
sarat dengan indikasi penipuan, pemerasan atau lainnya yaitu para calon TKI sering mendapatkan perlakuan yang kurang senonoh.
Di penampungan, mereka tak ubahnya seperti terpenjara, tidur berdesakan, kadang masih pula dibebani hutang untuk kebutuhan sehari-hari. TKI selalu bangun pagi-pagi sekali, para calon TKI harus kerja bakti, membersihkan tempat penampungan, memasak dan setelah kegiatan itu semua selesai, para calon TKI sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang mengobrol dengan sesama calon TKI yang lain, ada yang hanya tidur-tiduran.
Saya sudah banyak ngeluarin uang ... saya juga rela tidur sempitsempitan, makan seadanya, tapi ndak seharusnya mereka bertindak kurang ajar sama saya ... mangnya saya wadon apa
Subyek merasakan bahwa adanya kekurangajaran yang sering subyek terima, ini terbukti subyek sering diganggu oleh oknum dari pihak PJTKI, subyek pernah mendapatkan perlakuan pelecehan seksual, subyek (maaf) dijamah payudaranya. lnilah salah satu efek yang sangat dominan yang menurut subyek menimbulkan kecemasan yang amat sangat padanya. Subyek merasa cemas jika setiap kali bertemu oknum tersebut, subyek sering melihatkan tanda-tanda semacam keringat yang
~;eluar
dengan
berpercikan, jantung berdebar dengan kencang, dan kepala menjadi sangat pusing, hingga pikiran sering sering dipenuhi rasa ketakutan. Subyek akan
86
lebih cemas dan lemas lagi jika oknum tersebut sudah sangat bertindak sangat jauh. Sa ya sering sekali mengalami pusing .. jantung ini seperti mau copot kalau ketemu sama bapak itu ... ad uh saya takut banget
Kecemasan yang dirasakan subyek diakui berbuah keticlaktenangan. Subyek sendiri merasa seringkali tidak tenang dan tentunya senantiasa selalu merasa was-was ada di penampungan.
Gimana .. saya ndak takut mbak, siapa yang endak cemas dapat perlakuan seperti itu ..... dasar wong edan.
Ketakutan tersebut dijelaskannya seperti , subyek selalu merasakan ketakutan dan kecemasan yang amat sangat, ada saja alasan pihak oknum tersebut untuk berbuat yang tidak senonoh pada dirinya.
Dasar edan ... emangnya dia ora nduwe bojo, kok tega-teganya sama saya.
Respon yang subyek timbulkan sangat wajar, mengingat seringnya mendapatkan perlakuan yang kurang senonoh, selain ketakutan yang dirasakannya, subyek juga mengaku sangat cemas akan nasibnya selama subyek ber.ada cli penampungan tersebut. Pada dasarnya subyek merasa tetap dapat bersikap biasa jika saja oknum tersebut bersikap wajar saja, tidak berlebihan. Subyek merasa cemas jika oknum tersebut selalu melakukan pelecehan seksual, karena kecemasan tersebut, subyek selalu merasakan
87
takut. Sebagai contoh, subyek sering menangis dan sampai tidak berani keluar dari kamar, subyek selalu mengurung diri, dan ini sangat menyulitkan subyek untuk berinteraksi dengan teman-temannya yan9 Jain.
Ya . .wong saya takut banget mbak ... itu orang anehnya selalu ada, jadikan saya lebih baik dikamar aja.
Menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius. Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coping religius yang dilakukan oleh subyek adalah berzikir dan berdoa yang subyek lakukan setiap saat, hanya memohon pertolongan pada Allah subyek kerap kali melakukan zikir /stighfar setiap saat.
Menurut subyek, subyek yakin Allah pasti akan memberikan pertolongan pada hambanya yang dizalimi, semua dikembalikan pada Allah. lni terbukti oknum tersebut dipecat dari pekerjaannya.
Maturnuwun .. ya Gusti, saya lega banget sekara119 .. tuh oran9 dah keluar dari sini.
Berbagai respon coping dapat memobilisasi situasi stressful, salah satunya adalah dalam bentuk religius, yang disebut coping religius. Coping religius adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius
88
mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam mengatasi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat meningkatkan religiusitas seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh subyek. Dimana ketika subyek mengalami ketakutan dan kesedihan, hanya kepada Tuhan subyek mengadu dan meminta pertolongan. Dengan keyakinan pertolongan dari Allah inilah yang membuat subyek tidak takut dan masih tetap bertahan c'i penampungan.
Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga pendekatan dalam proses coping religius, sebagaimana yang dipaparkan oleh Pargament(1999), yaitu:
1. Self-Directing (keterikatan tradisional pada agama) Subyek aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahanya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan. Peranan self-directing dalam
coping religius mempuyai dampak yang positif bagi subyek dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan dalam kehidupan individu. lni merupakan sebuah bentuk pertolongan pada subyek.
Saya memang selalu mengajak teman-teman yang ada di penampungan ini untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah ... ya sama siapa lagi kita minta pertolongan kalau bukan sama yang di alas.
89
2. Collaborative (Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan) Subyek menggunakan metode coping religius ini sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan hidupnya. Dikala subyek mengalami ketidaktenangan dan adanya perasaan takut dalam dirinya. Subyek hanya ingat dan berpasrah kepada yang Maha Kuasa.
Saya sangat merasakan ketenangan setiap kali saya melafajkan zikir, dengan zikir setiap saat saya merasa Tuhan ada didekat saya
Subyek, banyak mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan selalu berzikir, hal yang dilakukan oleh subyek dirasakan mempuyai peranan yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu subyek merasa yakin Allah akan memberikan pertolongan pada hambanya.
3. Deferring (Menyerahkan sepenuhnya atas pencarian solusi dan permasalahan yang dihadapi kepada Tuhan) Subyek mempasrahkan segala sesuatunya pada Allal1, subyek yakin Allah akan memberikan pertolongan untuk hamba yang memohon pertolongan. Dengan sangat yakin sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berpasrah diri, toh saya sudah berusaha dengan selalu melaksanakan perintah agama, kewajiban kita hanya berusaha, Tuhanlah yang menentukan hasilnya
90
Analisis Kasus TW Dari uraian latar belakang kasus yang terjadi pada subyek, bisa dikatakan subyek merupakan tulang punggung bagi anak semata wayangnya, subyek harus menafkahi kehidupan anaknya.
Tanggung jawab yang besar, keadaan ekonomi yang pas-pasan, ketiadaan lapangan pekerjaan, serta sebuah cita-cita yang sangat muliya yaitu demi pendidikan sang anak adalah sebuah alasan yang sangat kuat bagi subyek untuk mengadu nasib di negeri orang.
Kondisi ekonomi yang serba kekurangan adalah tujuan yang berorientasi untuk terus memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga menjadi sasaran utama dan ha! yang essensial dari subyek untuk menjadi TKI di luar negeri.
Harapan yang tinggi untuk dapat dengan cepat bekerja ke luar negeri ternyata banyak mengalami banyak kendala dan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Subyek harus menerima perilaku yang tidak senonoh, tidur berjejalan dengan sesama calon TKI yang lain. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke pihak PJTKI tempat mereka ditampung. Meskipun sudah memberikan sejumlah uang, mereka masih saja mendapatkan perlakuan yang kurang manusiawi.
91
Problem-problem yang dihadapi oleh subyek, yakni, selalu mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh dari seorang oknum. Respon subyek dalam menghadapi situasi yang dinilai akan mengancam dirinya, yaitu ada perasaan takut dan khawatir selama subyek di penampungan, membuat subyek semakin mengalami kecemasan ketika mendapatkan perlakuan yang sangat kurang ajar. Kecemasan itu muncul dan dialami subyek dengan adanya perlakuan pelecehan seksual dari seseorang oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kecemasan subyek terlihat dari berbagai respon yang dialaminya. Subyek sering mengeluarkan keringat dingin, jantung yang selalu berdetak kencang, kepala yang sering pusing, subyek juga merasa takut dengan perlakuan yang tidak senonoh dari seorang oknum.
Kekhawatiran dan perasaan takut yang menghinggapi jiwa manusia adalah ha! yang sangat manusiawi dan juga bentuk merupakan bentuk kelemahan dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh di dalam
kekuatan tubuh.
Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup tidak ada ketentraman. Orang yang selalu cemas, karena dirinya tidak mengenal takdir Tuhan. Namun, karena hanya keyakinan serta keinginan yang kuat dari subyek,
92
maka dalam menghadapi situasi-situasi yang stressful seperti ini, subyek menghadapi semua tekanan dengan perasaan positif. lni terbukti subyek dapat menanggulagi kecemasan, dan ini tetap membulatkan keyakinan subyek untuk tetap pergi ke luar negeri.
Hanya dengan berserah diri kepada Tuhan, dengan selalu meminta pertolonga[l kepada Allah yang subyek lakukan. Subyek memiliki keyakinan atas pertolongan Allah kepada dirinya.
93
SKEMA4.2 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan TW
I •
I
TW I
Mendapatkan perilaku yang kurang oknum yang tidak bertanggung jawab
senonoh
I
Adanya respon subyek dalam menghadapi situasi yang dinilai mengancam
dari
I
I
Cemas
I Fisik Subyek mengeluarkan keringat Denyut jantung subyek berdebar kencang Kepala pusing
•
• •
I
I
-~
• •
•
Psikis Subyek merasakan takut Subyek merasakan ketidakl:enangan Gelisah dan was-was
I Coping religius Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapai --
I
Self directing Subyek mendapat suatu hidayah berupa kesabaran dalam menjalani hari-hari dipenampungan
Collaborative Subyek berusaha dengan cara mendekatkan diri pada Allah
-·
Deferring Subyek pasrah dan tawak kal dengan sabar
-
I
Zikir mendatangkan kebahagiaan
I
Sha lat membebaskan dari penyakit batin
Doa memperoleh hasil yang pasti
I
I
I
subyek merasakan ketenangan
l
Tilawah melalui tantangan hidu p dengan tegar
I
·1
94
4.2.3 Kasus GL Gambaran Kasus GL
Waktu dilaksanakan wawancara ini, subyek baru selesai melaksanakan shalat zhuhur. Pada hari itu pula subyek bersedia diwawancarai. Hal ini dikarenakan subyek tidak terbiasa untuk tidur siang, sehingga pada waktu itu diharapkan proses wawancara pun akan berlangsung santai dan kondusif tanpa ada hal-hal yang sifatnya dapat mengganggu berlangsungnya proses wawancara.
Ketika itu subyek mengenakan baju warna hitam bermotif bunga, diserasikan dengan celana hitam tiga perempat. Hal ini menambah kesan modis dan santai dengan rambut agak ikal yang dicat pirang sebahu dibiarkan tergerai. Subyek yang berusia 17 tahun ini merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari hasil perkawinan orang tuanya yang pertama. Saal subyek berusia 6 tahun, ibunya meninggal dunia karena suatu penyakit. Oleh karena itu ayah subyek memutuskan untuk menikah lagi saat usia subyek 15 tahun. Dari perkawinan yang kedua ini menghasilkan satu orang anak laki-laki yang sekarang sudah duduk di taman kanak-kanak. Menurut pengakuan subyek, semenjak ayahnya menikah lagi, pendapatan ekonomi ayahnya menjadi menurun, hal ini karena menurut subyek, ibu tirinya hanya mengharapkan materi ayahnya saja. Selain itu, subyek merasa ayahnya tidak mau membiayai sekolahnya lagi, ayah subyek merasa terbebani dengan adanya
95
subyek, oleh karena itu, subyek berusaha memenuhi kebutuhan sehariharinya dengan cara menjadi buruh upah membuat emping dengan menghasilkan sehari hanya lima ribu rupiah.
Bekerja sebagai buruh karena keterbatasan pendidikan yang sangat minim, serta pekerjaan yang sangat susah didapatkan. Hal inilah yang tampaknya membuat tekad dan motivasi subyek untuk menjadi TKI ke luar negeri.
Menurut pengakuan subyek, alasan mengapa subyek menjadi TKI adalah untuk membiayai sekolahnya yang tertunda, subyek sangat ingin sekolah agar nantinya dapat mendapatkan pekerjaaan yang layak. Subyek mengaku tak dapat mengandalkan ayahnya yang tidak mempuyai uang untuk membiayai sekolahnya.
Ya .. saya cukup tahu diri mbak, saya ini orang gak punya duit, ya istilah kata aja makan aja susah apalagi untuk biaya saya sekolah .. alasan itulah ken apa saya mau jadi TKI. .saya pengen sekolah mbak. (Wawancara dengan subyek, 09 November 2007) Menurut subyek menjadi TKI adalah jalan-jalan satu-satunya untuk subyek agar dapat mewujudkan cita-citanya, agar subyek dapat melanjutkan sekolahnya yang tertunda. Tujuan yang berorientasi untuk terus memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga rnenjadi sasaran paling utama dan esensial bagi subyek untuk menjadi TKI di luar negeri.
96
Memang saya niat banget pengen jadi TKI. .. soalnya dengan jalan seperti itu saya bisa mewujudkan cita-cita saya, agar saya bisa sekolah.
Motivasi yang tinggi serta keingginan yang kuat, tampaknya membuat subyek sangat ingin kerja di luar negeri. Subyek rela meninggalkan ayahnya dan kampung halamannya. Subyek juga rela menjual warisan tanah dari (aim) ibunya untuk biaya menjadi TKI. Padahal menurut pengakuan subyek itu adalah harta satu-satunya yang di miliki subyek, sungguh suatu tekad yang luar biasa demi sebuah cita-cita.
Terpaksa mbak, saya jual tanah warisan ibu saya .. bagaimana lagi Cuma itu yang dapat membantu saya agar saya bisa berangkat ke luar negen.
Subyek merasakan ketidaknyamanan saat berada di penampungan. Adanya kebutuhan calon TKI untuk memperoleh pekerjaan di satu pihak dan adanya kebebasan PJTKI untuk menentukan biaya penempatan di lain pihak, menjadikan calon TKI sebagai sumber pemerasan oleh berbagai pihak pengelola penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri. Saya pribadi sangat menyesalkan sikap dari pil1ak PJTKI yang memanfaatkan ketidakberdayaan kami, saya pribadi tidak bisa menolak ataupun melawan dikarenakan saya sangat membutuhkan pekerjaan sebagai TKl..jadi saya patuh aja deh.
97
Tekad yang begitu bulat, tak menyurutkan semangat subyek untuk tetap bertahan di penampungan, walaupun subyek banyak mengalami kejadian yang sering kali membuat subyek resah.
Subyek sering mendapatkan perlakuan pemerasan oleh pihak PJTKI. Ada salah satu oknum yang selalu memintai uang pada subyek, ini terjadi pada subyek, mungkin ini dikarenakan subyek terlihat lugu dan pendiam
Saya kesel banget mbakl, ada salah satu oknum dari pihak penampungan, yang sering memeras saya, dia sering mintain duit say a
Sudah bukan rahasia lagi jika pengiriman TKI ke luar ne9eri, diliputi dengan beragam persoalan, mulai dari proses perekrutan ilegal melalui calo yang erat dengan indikasi penipuan, pemerasan, atau lainya yaitu para calon TKI sering mendapatkan pihak TKI memeras para ca Ion TKI.
Saal di penampungan para calon TKI tak ubahnya seperti dipenjara, tidur berdesakan, kadang masih pula dibebani hutang untuk kebutuhan seharihari. Para calon TKI juga dalam menjalani hari-hari mereka, sangat dirasakan membosankan, karena mereka selalu menjalankan aktivitas yang sama, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Menurut pengakuan subyek dalam menjalankan hari-harinya di penampungan, subyek banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku. Hal ini karena subyek sangat hobi membaca
98
buku. Selain itu subyek juga menjalani hari-harinya seperti saat subyek berada di rumah. Subyek mencuci baju, menjalankan tugas pike! harian seperti: memasak, membersihkan tempat penampungan dan lain sebagainya
Bukannya enak tinggal dipenampungan .. udah ternpatnya begini .. kita juga harus kerja, saya sebenarnya kesel tapi gimana lagi..ini semua harus saya jalani.
Subyek mE'.rasakan bahwa ada oknum di penampungan yang sering meminta uang pada subyek. lni terbukti subyek sering mendapatkan ancaman dari oknum tersebui apabila tidak memberi uang. lnilah salah satu efek yang sangat dominan yang menurut subyek yang menimbulkan kecemasan yang amat sangat pada subyek. Subyek merasa cemas jika setiap kali dimintai uang oleh oknum yang bersangkutan, subyek sering rnelihatkan tanda-tanda semacam jantung yang berdebar, serta tubuh yang lemas, hingga pikiran sering dipenuhi ketakutan. Subyek akan lebih cemas lagi jika oknum tersebut sudah mengeluarkan ancaman.
Kecemasan yang dirasakan subyek diakui berbuah ketidaktenangan. Subyek sendiri merasa sering kali tidak tenang dan tentunya senantiasa selalu merasa was-was ada di penampungan,
Gimana gak takut, kalau kita dapat perlakuan seperti itu .. emangnya saya ini punya banyak duit apa, dia kan tahu saya jadi TKI karena memang saya itu butuh uang .. eh malah dimintai dasar orang gak punya otak.
99
Ketakutan tersebut dijelaskannya seperti, subyek selalu merasakan ketakutan dan kecemasan yang amat sangat. Ada saja alasan pihak oknum tersebut untuk memeras subyek.
Tuh orang gak mikir apa, saya itu gak punya duit. untuk biaya saja saya harus menjual tanah warisan ibu saya .. gak punya perasaan.
Respon yang subyek timbulkan sangat wajar, mengingat seringnya mendapatkan perlakuan pemerasan dari pihak oknum yang terkait. Selain ketakutan yang dirasakannya, subyek juga mengaku sangat cemas akan nasibnya selama berada dipenampungan. Pada dasarnya subyek merasa dapat bersikap biasa jika saja oknum tersebut tidak ada per/akuan yang mengancatn, subyek merasa cemas jika oknum tersebut selalu memeras dengan perilaku mengancam.
Karena kecemasan tersebut, subyek selalu merasakan takut. Sebagai contoh, subyek sering menangis dan tidak berani ke luar. lni menyu/itkan subyek untuk bergaul dengan teman-temannya yang lain.
Sa ya takut mbak, makanya saya gak berani ke/uar .. daripada ketemu sama orang gila, mendingan saya dalam kamar aja
Menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius. Metode coping yang menggunakan pendekatan agama da/am mengatasi permasa/ahan yang dihadapi. Coping religius yang di/akukan o/eh
100
subyek adalah berdoa pada setiap melakukan shalat lima waktu, hanya memohon pertolongan pada Allah subyek selalu memanjatkan doa yang panjang.
Menurut subyek, subyek yakin Allah pasti akan memberikan pertolongan pada dirinya. Semua ini subyek serahkan pada Allah semata.
Sebagai mahluk yang bertuhan saya hanya men9harapkan pertolongan Allah, saya yakin Allah akan menolong saya,
Berbagai respon coping dapat memobilisasi situasi stressful, salah satunya adalah dalam bentuk religius, yang disebut coping religius. Coping religius adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat meningkatkan religiusitas' seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh subyek. Ketika subyek mengalami ketakutan dan kesedihan, hanya kepada Tuhan subyek mengadu clan meminta pertolongan. Dengan keyakinan pertolongan clari Tuhan inilah yang membuat subyek tidak takut dan masih tetap bertahan di penampungan.
101
Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga pendekatan dalam proses coping religius, sebagaimana yang dipaparkan oleh Pargament (1999), yaitu: 1. Self-Directing (Keterikatan tradisional pada agama)
Subyek aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahanya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan. Peranan self directing dalam religius coping mempuyai dampak yang positif bagi subyek dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan dikehiclupan individu. lni merupakan sebuah bentuk pertolongan pacla subyek. Saya gak mau hanya berdiam diri saja .. sebagai manusia kita punya Tuhan untuk memohon ... saya yakin Gusti Pan~1eran mau membantu saya 2. Collaborative (keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan) Subyek menggunakan metode coping religius ini sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan hidupnya. Dikala subyek mengalami ketidaktenangan clan adanya perasaan takut dalam dirinya. Subyek hanya ingat clan pasrah kepacla Tuhan. Subyek, banyak mendekatkan diri kepada Allah, dengan selalu memanjatkan doa setiap kali selesai melaksanakan shalat lima waktu. Hal yang dilakukan oleh subyek dirasakan mempuyai peranan yang sangat berarti dalam hidupnya. Yaitu subyek merasa yakin Allah akan memberikan pertolongan
102
pada hambanya dan ini mempuyai dampak yang sangat berarti bagi subyek, subyek merasakan ketenangan dalam menjalankan hari-harinya. Setiap ha bis shalat saya selalu berdo sama yang diatas .. semoga saya selalu diberikan ketabahan dalam menjalai kehidupan. 3. Deferring (menyerahkan sepenuhnya alas pencarian solusi dan permas'alahanya yang dihadapi kepada Tuhan) Subyek mempasrahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, subyek sangat yakin Tuhan akan memberikan pertolongan pada dirinya, Saya yakin dengan banyak melakukan ksemua perintah Tuhan , saya akan dibantu, saya serahkan semuanya sama yang diatas mau dibawa kemana hidup saya
Analisis Kasus GL
Dari uraian latar belakang kasus yang terjadi pada subyek, bisa dikatakan subyek me_rupakan adalah sosok seorang yang sangat bertanggung jawab pada kelangsungan hidupnya. Subyek adalah sosok seorang yang tidak mau membebani orang lain, termasuk orang tuanya sendiri. Tanggung jawab pada kehidupannya, keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan, ketiadaan lapangan pekerjaan, serta sebuah cita-cita yang sangat mulia yaitu subyek ingin melanjutkan sekolahnya yang tertunda adalah sebuah alasan yang sangat kuat bagi subyek untuk mengadu nasib di negeri orang.
Kondisi ekonomi yang serba kekurangan adalah tujuan yang berorientasi untuk terus memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup clan ekonomi
103
keluarga menjadi sasaran utama dan hal yang essensial dari subyek untuk menjadi TKI di luar negeri.
Harapan yang tinggi untuk dapat dengan cepat bekeqa ke luar negeri ternyata banyak mengalami banyak kendala dan kejadian yang tidak di inginkan. Subyek harus mendapatkan perilaku pemerasan dari pihak yang terkait, tidur berjejalan dengan sesama calon TKI yang lain. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke pihak PJTKI tempat mereka ditampung. Meskipun sudah memberikan sejumlah uang, mereka masih saja mendapatkan perlakuan-perlakuan yang kurang manusiawi.
Problem-problem yang dihadapi oleh subyek, yakni, selalu mendapatkan perilaku pemerasan dari seorang oknum terkait. Respon dalam diri subyek dalam menghadapi situasi yang dinilai mengancam dirinya, membuat subyek semakin mengalami kecemasan mendapatkan perlakuan tersebut. Kecemasan itu muncul dan di alami subyek dengan adanya tindakan pemerasan dari seorang oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kecemasan subyek terlihat dari berbagai respon yang dialami subyek. Subyek sering berdebar-debar jantungnya. Subyek juga merasa sangat takut dengan tindakan pemerasan yang dilakukan oleh salah satu oknum yang terkait.
104
Kekhawatiran dan perasaan takut yang menghinggapi jiwa manusia adalah hal yang sangat manusiawi dan juga merupakan bentuk kelemahan dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh didalam kekuatan tubuh. Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup tidak ada ketenteraman. Orang yang selalu cemas, karena dirinya tidak mengenal takdir dari nasib Tuhan.
Namun, hanya keyakinan serta keinginan yang kuat dari subyek, maka dalam menghadapi situasi-situasi yang stressful seperti ini, subyek menghadapi semua tekanan dengan perasaan positif ini terbukti subyek masih saja bertahan di penampungan. Hanya dengan berserah diri kepada Tuhan, dengan selalu meminta pertolongan kepada Allah yang subyek lakukan. Subyek memiliki keyakinan alas pertolongan Allah kepada dirinya.
105
Skema 4.3 peraan Coping Religius terhadap Kecemasan GL
I •
GL
I
I
Mendapatkan tindakan pemerasan dari pihak yang bersangkutan
I
Adanya respon subyek dalam menghada:=:J situasi yang dinilai mengancam I
Cemas
I
I
Fisik Subyek mengeluarkan keringat Denyut jantung subyek berdebar kencang Kepala pusing
• • •
• • •
Psikis Subyek merasakan takut Subyek merasakan ketidaktenangan Was-was dan gelisah
--
Coping religius Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapai ·-
'
' Self directing Subyek mendapat suatu hidayah berupa kesabaran dalam menjalani hari-hari dipenampungan
'
~-
Collaborative Subyek berusaha dengan cara mendekatkan diri pada Allah
Deferring Subyek pasrah dan tawakkal dengan sabar
~-
I Zikir mendatangkan kebahagiaan
Sha lat membebaskan dari penyakit batin
I Doa memperoleh hasil yang pasti
I
I
subyek merasakan ketenangan
l
I Tilawah melalui tantangan hidup dengan tegar
I
I
106
4.3 Analisis Antar Kasus Dari ketiga subyek tersebut di alas, dapat ditemukan beberapa persamaan dan tentunya juga perbedaan baik dalam analisis mereka terhadap coping religius yang mereka lakukan maupun gambaran kecemasan yang mereka alami saat·berada di penampungan.
Pada ketiga subyek ditemukan persamaan dalam bentuk-bentuk coping religius yang mereka lakukan. Menurutnya, coping religius mempuyai perenan dan pengaruh yang sangat luar biasa dalam mengatasi kecemasan. Jadi, hemat subyek dengan ibadah akan memperbaiki dan mempengaruhi seseorang saatmencari solusi dalam menghadapi situasi yang sulit yang dihadapi dan dapat meningkatkan religiusitas seseorang.
Adapun dalam menganalisis faktor yang menyebabkan kecemasan, nampaknya terdapat sedikit perbedaan antara mereka. Subyek pertama menganggap faktor yang menyebabkan ia cemas adalah lamanya subyek di penampungan yang tidak pernah pasti kapan akan diberangkatkan, ada saja alasan dari pihak PJTKI dalam rnemberikan jawaban, dalam menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius, adapun bentuk coping religius yang subyek lakukan adalah subyek selalu menunaikan shalat ditengah malam. lni sangat berpengaruh bagi subyek, subyek merasakan hidup harus sabar. Subyek sadar Allah akan memberikan
107
yang terbaik baginya. Menurut subyek coping religius yang subyek lakukan mempuyai pengaruh yang sangat luar biasa. lni terbukti semakin kuat tekadnya untuk terus bertahan di panampungan.
Pada subyek kedua, kecemasan subyel< nampaknya menimbulkan respon yang sangat luar biasa. Respon fisik subyek ditandai dengan keringat yang berpercikan, dengup jantung yang selalu berdebar kencang, kepala pusing. Respon psikis ditandai dengan subyek selalu ketakutan dalam keseharian, gelisah dan selalu was-was dalam menyikapi faktor kecemasan tersebut. Subyek menerapkan perilaku coping religius, adapun bentuk coping religius yang subyek lakukan adalah subyek selalu berpikir setiap saat.
Sementara pada subyek ketiga, faktor yang menyababkan kecemasan adalah seringnya subyek mengalami pemerasan dari pihak PJTKI, subyek sering diminta uang untuk membayar sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam syarat-syarat dalam keberangkatan ke luar negeri. Dalam menyikapi faktor kec€'.masan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius. Adapun bentuk coping religius yang subyek lakukan adalah subyek selalu berdoa.
Dengan analisis faktor penyebab yang cukup berbeda, maka wajar saja jika ketiganya mengalami kecemasan, khususnya terhadap keselamatan dirinya
108
ketika tinggal di penampungan. Sebab analisis mereka kurang lebih tepat dengan realitas yang terjadi di penampungan. Hal ini juga didukung bahwa tempat penampungan tersebut sangat rawan akan kriminalitas.
Kecemasan yang dialami akibat ulah oknum dari pihak PJTKI, sebagai petrel realitas penampungan calon TKI di Indonesia. Namun dalam menyikapi faktor kecemasan tersebut, para subyek dapat mengatasi den£1an perilaku coping religius. Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga pendekatan dalam proses coping religius sebagaimana yang dipaparkan oleh Pergament, yaitu:
1. Self-Directing (Keterlibatan tradisional pada agama)
Apa yang terjadi pada para subyek, para subyek menyadari apapun yang terjadi pada mereka itu adalah kehendak dari Tuhan, para subyek pun harus berusaha untuk memecahkan masalah yang mereka had'api
2. Collaborative (Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan) Para subyek menggunakan metode coping ini sebagai uapaya untuk memecahkan permasalahan yang dialami. Subyek menyadari mereka harus ada usaha. Manusia wajib berusaha, Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
109
3. Deferring (menyerahkan sepenuhnya alas pencarian solusi yang dihadapi kepada Tuhan) Setelah berbagai usaha yang dilakukan oleh para subyek, subyek hanya pasrah, bertawakkal, dan menyerahkan segalanya pada Tuhan.
Tabel 4.2 Analisis antar kasus gambaran kecemasan Gambaran kecemasan Fisik Keringat dingin Jantung berdebar Kepala pusing Hilang nafsu makan
NG
T~-q GL -
I
...}
...}
...}
...}
...}
...}
...}
...}
Psikis Ketakutan Gelisah Tidak tenang Khawatir
Analisis kasus faktor yang menyebabkan cemas
[
Faktor Penyebab Cemas Ketidakpastian keberangkatan ke luar negeri Pelecehan seksual Pemerasan
NG
TW
GL
110
Analisis antar kasus peranan coping rnligius
EBent~k Coping
Pengaruh Coping Religius
Religius
--+--~NG_~_ '
II -
GL _ _
Zikir
I Subyek s Subyek
Shala! Doa Membaca Al-Qur'an
I
tenang
tenang
Subek tenang
Analisis kasus bentuk coping yang dilakukan
F-------------
Subyek
TVV Subyek
Subyek
melakukan
melakukan
melakukan
Doa
shalat
Zikir dengan
doa
Membaca al-Quran
ma lam
kalimat"Allah"
Bentuk Coping Religius . - Zikir ---~···
-
Shala!
I
NG
GL
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh terhadap ketiga orang subyek, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Coping religius dilakukan oleh ketiga calon TKI untuk mengatasi kecemasannya. Adapun perilaku coping religius ketiga subyek bermacammacam. Subyek pertama selalu menerapkan shalat malam dalam rnemohon pertolongan kepada Allah. Subyek yakin dengan melakukan shalat malam, ini dapat lebih. mendekatkan diri kepada Allah, mengadu dan memohon kepadaNya. Maka hati yang tadinya resah gelisah, akan menjadi lega. Dunia yang tadinya nampak kelabu kini menjadi cerah. Subyek juga merasakan kesabaran dalam menjalani kehidupan.
Subyek yang kedua yang memang dalam kesehariannya dipenuhi dengan aktivitas keagamaan ini, selalu menerapkan zikir. Zikir yang subyek lakukan setiap hari adalah zikir dengan hati yaitu subyek selalu mengingat dan menyebut kalimat "Allah" dalam hati. lni dikarenakan zikir tersebut tidak mudah diganggu oleh kesibukan-kesibukan yang dilakukan saat di
111
112
penampungan. Subyek selalu mendekatkan diri pada Allah sebagai sandaran kelemahannya. Hal ini yang ditempuhnya berdasarkan pemahaman bahwa tugas manusia hanyalah berusaha, sementara Tuhanlah yang lebih lanjut menetukan nasibnya. Bagaimana pun manusia tetaplah makhluk yang lemah dalam segala hal.
Adapun subyek ketiga relatif sama dengan subyek yang lainnya. Subyek menerapkan kekuatan doa dalam memohon pertolongan dan karunia Tuhan. Subyek yakin doa merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Subyek juga sangat yakin dengan doa akan membukakan jalan bagi dirinya dalam menjalani kehidupan. Adapun doa yang subyek amalkan setiap hari adalah doa mohon dijauhkan dari kegelisahan, dan himpitan hutang.
Coping religius dilakukan oleh ketiga subyek karena ketiga subyek sangat yakin coping religius diyakini dapat membuat seseorang merasakan ketenangan dalam menghadapi berbagai pennasalahan. lndividu dengan coping religius yang tinggi, serta dengan kadar keimanan seseorang menetukan kadar kecemasannya. Semakin tinggi imannya, semakin rendah kecemasannya.
lndividu juga lebih menyukai kembali kepada Tuhan untuk memohon pertolongan pada saat mengalami berbagai permasalahan dan kondisi-
113
kondisi yang menimbulkan stress. Diyakini oleh kebanyakan individu, melibatkan diri dalam hal religius dapat menenangkan perasaan yang cemas (Pargament, 1997).
Dalam Al-Qur'an disebutkan pula bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang. Hal ini terdapat dalam firman Allah, yang artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang". Seseorang yang mencintai dan kembali kepada Tuhan diyakini
membantu seseorang dalam menghadapi masa sulitnya dengan lebih baik.
5.2 Diskusi Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa coping religius berperan dalam menanggulangi kecemasan yang dialami oleh calon TKI yang tinggal di penampungan.
Hal ini dikarenakan para calon TKI tersebut mempuyai tekad dan motivasi yang tinggi untuk menjadi TKL Para calon TKI tersebut juga memiliki keyakinan dan mereka percaya bahwa nasib setiap manusia berada di tangan Tuhan. Mereka hanya berusaha agar dapat memperbaiki taraf hidup dari segi ekonomi.
114
Hal ini pun didukung oleh Aryo Sudoko, aktivis LSM Perburuhan ketika diwawancarai oleh Dwi Septiawati Djafar. Tim liputan Ummi, menurut Aryo, para TKI tetap ngotot kerja di luar negeri, karena empat alasan: pertama, karena itu adalah hak, "kita tidak bisa melarang orang untuk mencari pekerjaan" kedua, karena lapangan pekerjaan di Indonesia sempit, sementarajumlah tenaga kerja terus bertambah. Keti£1a, lemahnya mentalitas yang membuat mereka prestise bisa bekerja di luar negeri, walaupun saat dipenampungan terkadang mengalami penderitaan, keempat mereka yakin pada Tuhan (Dwi Septiawati Djafar, laporan tim liputan Ummi, dalam majalah wanita ummi: Nasib Buram TKI Kita, 2004).
Hasil penelitian ini menjawab pertanyaan bagaimana peranan coping religius dalam mengatasi kecemasan dan mengapa coping religius digunakan oleh calon TKI dalam mengatasi kecemasan.
Coping religius mempuyai peranan yang sangat berarti dalam mengatasi kecemasan para calon TKI saat berada di penampungan. lni dikarenakan bahwa religi memainkan peranan yang sangat penting dalam mengatasi stress atau kecemasan (Belavich, dalam Graham, 2001).
Beberapa peneliti juga menjelaskan coping religius adalah sebagai bentuk dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali kepada Tuhan
115
untuk memohom pertolongan pada saat mengalami masalah. lni diyakini oleh para subyek dalam penelitian ini bahwa melibatkan diri dalam hal religius dapat menenangkan perasaan yang cemas. Dalam Al-Quran disebut pula bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang.
Para subyek pun mengalami proses coping religius yaitu Self-Directing, yaitu salah satu metode pendekatan secara aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan. Peranan self-directing dalam coping religius mempuyai dampak yang positif dan mempuyai kematangan dalam memecahkan suatu masalah dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan di kehidupan seseorang. Proses collaborative adalah metode yang paling sering dipakai dalam coping religius. Salah satu metode coping religius ini menggambarkan keterpaduan usaha seseorang dengan Tuhannya dalam memecahkan permasalahan hidupnya. Sedangkan proses deferring adalah proses menyerahkan sepenuhnya alas pencarian solusi dari permasalahan hiclup yang di hadapi kepada Tuhan (Pargament, 1997).
116
5.3 Saran Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa coping religius memiliki peranan terhadap kecemasan yang dialami oleh calon TKI, maka disarankan kepada: 1. Para calon TKI untuk selalu mendekatkan diri kepadc1 Tuhan tidal< hanya
dalam keadaan mengalami kecemasan akan tetapi diharuskan setiap saat seorang wajib untuk selalu ingat kepada Tuhan. 2. Untuk pihak PJTKI diharapkan lebih memperhatikan kegiatan agama dalam penampungan agar para calon TKI memiliki landasan keimanan yang kuat. 3. Perusahaan PJTKI diharuskan mempunyai program kajian Islam rutin di dalam penampungan, agar para calon TKI mempunyai kegiatan keagamaan yang dapat menambah wawasan keagarnaan Galon TKI. 4. Untuk menanggulangi kualitas kecemasan, hendaknya para calon TKI jeli dalam memilih PJTKI. Hendaknya juga para calon TKI waspada terhadap bahaya untuk mengantisipasi diri dari hal-hal yang sekiranya orang lain untuk berprilaku tidak baik.
DAFT AR PUST AKA
Abdul Shomad, (2002). Mukjizat llmiah Dalam al-Quran. Jakarta: Penerbit Akbar Abdul, Mujib, (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Adum, Dasuki. (1999). Faktor-faktor yang Memotivasi Wanita menjadi TKI di Indonesia Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial dan Keluarga (Studi di daerah Kantung Pengiriman TKW di Jawa Timur Malang). Ahmad Syafi'i, Murad (1985). Dzikir sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa, Bandung: PT. Bina llmu. Al-Gazali, (1989). Menangkap ke dalam Ruhaniah Pribadi Islam. Jakarta: Rajawali Press. Atkinson, Rita, L; Atkinson, R. C; & Hilgard, E.R, (1999). Pengantar Psikologi, (2) Nirjanah Taufik, alih bahasa. Jakarta: Erlangga. Carver, C. S. & Schier, M. F. (1998). Assesing Coping Strategis: A theoritically based approach- Jurnal of Personality and Social Psychology. Chaplin, J.P. (2002) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: l'\ajaGrafindo Persada. Dafidoff, Linda, L. (1998). Psikologi Suatu Pengantar, (Jld. 2), Mari Juniaty (trj), Jakarta: Erlangga. Departemen Agama Rl.(1989). Al-Quran dan Terjemahan, Semarang: Taha putra Hall dan Lindzey. (1995). Psikologi Kepribadian 1, Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius Hasan, Al, Bana. (1996). Dzikir dan Doa yang Dianjurkan Rasul, Jakarta: Media Dakwah. Hasby, Ash-shidieqie. (1994). "Dzikir dan Doa". Jakarta: l'\uhama.
Hesti R. Wijaya. (1996). Penelitian Berperspektif Gender dalam Jurnal Analisis Sosia/; Analisis Gender dalam memahami persoa/an Perempuan, Ed.Keempat. Bandung: Akatiga. Hilman, Almadani. (2001 ). "Muhasabah; lmplikasinya ierhadap Kesehatan Mentaf' Skripsi, Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Imam, Nawawi.(2003). Khasiat Dzikir clan Doa Terjemahan Kitab Al Adzkaarun Nawawiyah, Bandung: Sinar Baru Algansindo Jalaluddin, Rakhmat.(2001 ). Psikologi Agama, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Kartini, Kartono. (1998). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Kerlinger. Fred, N. (1998). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajafi Mada University Press. Kristi, E. Poerwandari. (2001) Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI. Maruli, Tobing. Dkk. (1999), Perjalanan Nasib TKl-TKW antara Rantai Kemiskinan clan Nasib Perempuan. Jakarta: Bina Aksara Mir, Valiuddin, (1996). Dzikir clan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah Moleong, Lexy J (2000). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mustafa, Fahrni. (1997). Kesehatan Jiwa II, dalam Ke/uarga, Seka/ah clan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang Pargament, K .. I. (1997). The Psychology of Religion and Coping: Theory, Research, Practice. New York: The Guilford Press. Qomaruddin, (2000). Zikir Lisan clan Zikir Ka/bu. Jakarta: PT. Serambi llmu Rudy, Hariyono. (2000). Mengatasi Rasa Cemas, Rahasia-rahasia Mengatasi Rasa Cemas. Jakarta: Putra Pelajar. Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology" Biopsychology Interaction. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc
Sevilla, Cousuello G; at. Al. (1997). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Gunung Mulia. Stern. (1964 ). The Abnormal Person, New Jersey: Van /\lostrad, Co. Suharsimi, Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian; Suatu F'endekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, Effendi, (1993). Pengantar Psilwlogi. Bandung: 1'.\ngkasa Bandung. Zakiah, Daradjat. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Zakiah, Daradjat. (1990). Peranan Agama da/am Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Zakiah, Daradjat. (1996). Sha/at menjadikan hidup bermakna. Ruhama, Jakarta
Internet: Musyadad (2004) Permasalahan TKI bak benang kusut. Minggu 02 Agustus 2007. From http://www. Indonesia Media. Com/rubrik/manca oo June, ht. Rajawali Muda Said (2007) TKI berkalang tanah. Rabu, 27 Agustus 2007. From http:/www; Kompas. Com/ Kompas- Cetak/0609/30/ Politik hukum/2994285.htm. Jarih Ayu (2005). Tenaga Kerja Indonesia. Jumat 29 A~1ustus 2007. From http://Wikipedia. Org/Wiki/Tenaga_Kerja_lndonesia.
Informed Consent
PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb. Dengan Hormat, Salam sejahtera kepada saudara/i semoga dalam lindun9an Allah SVVT. Amin. Saya yang bertanda tangan dibawah ini" Nama
Laela Masyitoh
Pekerjaan
Mahasiswi
Pendidikan
S1 Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alam at
Kampung Utan-Ciputat
Sedang
m~ngadakan
penelitian sebagai tugas akhir skripsi yang berjudul "
Peranan Coping Religius Terhadap Kecemasan Ca/on TKI". Meminta
kesedian saudara untuk menjadi subyek penelitian saya. Saya berharap anda berkenan mengisi format sebagai bukti pernyataan bahwa anda bersedia dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Segala informasi dan data subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja. Atas partisevasinya saya ucapkan terima kasih Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Jakarta, November 2007 Honnat saya
Laela Masyitoh
Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Na ma Usia Pendidikan Suku
Menyatakan bahwa: 1. Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian yang bersangkutan sebagai tugas akhir skripsi 2. Saya bersedia untuk memberikan data dan onformasi yang sebenarbenarnya, sesuai dengan apa yang saya alami. 3. Data dan informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Jakarta, November 2007 Honnat saya
LEMBAR OBSERVASI
Wawancara ke Subyek
Tanggal 1/2/3
Jam
. s/d .
Tempat
1. keadaan tempat wawancara, cuaca dan kehadiran pihak lain di sekitar
tempat wawancara
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
3. Ringkasan sikap subyek selama jalanya wawancara (suara intonasi, sikap tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer dll)
4. ringkasan awal dan akhir wawancara meliputi h21-hal apa saja yang dilakukan interviewer dan subyek.
5. gangguan dan hambatan selama wawancara.
6. catatan khusus selama wawancara.
lndentitas subyek
Nama inisial
Usia
Pendidikan
Suku
Urutan dalam keluarga
Alasan berniat menjadi TKI ke luar negeri
Di negara mana Anda akan bekerja
Jumlah tanggungan dalam keluarga
Faktor apa yang menyebabkan menjadi Tkl ke luar negeri
Alasan memilih bekerja di luar negeri
Harapan jika bekerja di luar negeri
Faktor lain yang mendorong bekerja di luar negeri
PEDOMAN WAWANCARA 1.
Dari mana anda mengetahui PJTKI Hasamuri Abadi
2.
Kenapa anda memutuskan untuk menjadi TKI ke luar negeri
3.
Apa pendapat anda tentang tempat tinggal penampungan anda sekarang
4.
Bagaimana anda menjalani hari-hari anda di penampungan
5.
Apa saja yang anda lakukan di penampungan ini
6.
Apa anda merasa nyaman tinggal dipenampungan ini
7.
Apakah selama anda tinggal dipenampungan ini anda pernah mengalami suatu kasus
8.
Kasus apa yang terjadi pada diri anda
9.
Apakah kejadian tersebut mempuyai dampak terhadap anda
10.
Kecemasan seperti apa yang anda alami
11. dengan adanya kasus yang anda alami, apakah anda merasakan dampak pada anda 12. apa respon anda terhadap kasus yang menimpa anda 13. respon fisik dan respon psikis seperti apa yang timbul pada anda 14. Apa yang anda lakukan setelah anda mendapatkan perilaku tersebut 15. Bentuk ibadah seperti apa yang anda lakukan 16. Apakah mempuyai dampak bagi anda 17. Dengan kasus yang menimpa anda, apakah anda masih tetap ingin menjadi TKI
DEPA:RTE.iV'.i.i1.,\ A(iA:Il1A UNI VERSITAs' ISLAM NEGEHl {U1r·~) SY ARIF HlDAYATULLAH .JAI
=====
· · - - - -...- .............................._...;;-;,,_..,.__.,_;.......... __...,,~.---~- ..........._;:.;;;;;;;,;;=-=~=-=--"'·
r
: Un.OL'F7/KM.0 l/
1rfi, •. 1,
/2007
Jakarta,
3(1
Oktober 2007
: Jzin Pe11eiitia11 Kepacla Yth. Manager Personalia PT. HASAMURI ABADI di Bekas1 Assalamu'alaikum \Yr. Wb.
Nam a Tempat/Tgl Lahir Alam at
Laela Mas;;aoh Bakauhetmi,16 April 198.'. Jl.Kamp1;ng Utan- Ciputut
Aclalah benar mahasiswa Fakultas P:;i:rnlogi UIN SyarifHidayatullah Jakarta Se111ester
Nomor Pol:ok Tahun Akademik Program
IX (Sembib1) 103070029148 2007/2008 Strata l (S .. l)
Sehubungaa ccngan tugas peny~lcst.ian skripsi yang berjudul : "l'cranan Cotling Rdigius tcrhndap ke(:~nrnsnu ca ion TKI. "mahasiswa tersebut memerlukan izin PcEelitian di lembaga yang Bapak/lbu/Saudara Pimpin. Oleh karena itu kami mo:wn kesediaan Bapak/Ibu/Saudara nntuk menerima mahasi:;wa tersebut dan m~;uberikan br.ntuannya. Ou1aikir.r1 ntas pcl1c1! ian ·fan ban!Ll'ill Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terima lrn.sih.
A.n. Dekan Pemb
(;~~(
.;
'
~%
-t;)'Nihayah, ... M.Sif ·
'\.( Dra.. Z~.hro NIP. 1501.. g;73
PT. HASAMURI ABA.DI
ASRA'.VIA/l'ENAlVIPUNGAN CALON TK<J KAMPUNG MELA YU .Tl. Kan1pung duri-Karnpung Mdayu-fakarta Utarn
====="'•'"'"'-=="""==;;m;;;==r.--->.;-;a;;;;...._..__..;:;_,,,_.......,.;;;;;;;;;===;;;;;;;;;;; No Lamp I-I al
Jakarl a, 12 November 2007
1 Surat. Surat keterangan Kepacb Y th. Pcmbantu Deka:1 Bidang Akademi!c Fakultas l'sikologi Di Ciputal
Plssaiun1u 'aiaikun1 Wr. 'A'b. Dcngan horn1at, karni samp1ikan b;ihwa:
Nam a Tcmpat/Ta;1ggal Lahir Alamal
Lacla Masyitoh Bakauheuni., 16 April 1985 Kam;nmg Utan-Ciputat
Adaialt bcnar tcla 1t 111c11gadaka11 pcnclitian di PT. I-lasarnuri Abadi yang bcral.rn;al d1 Kampung Mciayn, da:·i langgal 05·· 10 November 2007. Scbagai pcnyelesaian tugas skripsi dengan judul "Peranan Coping Hcligius Tcrltadap Kc·ccmasan Calon 'fKI". Demikian surat pernyataan ini kami buat, untuk dipergunakan sebag::!in1ana tnt~stinya.
Wassa!arnu '«laikurn Wr. Wb.