VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
PERANAN BATIK TULIS DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT BAKARAN Sri Widayati FPIPS IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected]
ABSTRAK Proses sektor industri di Indonesia nampaknya tidak sepenuhnya mampu mengatasi masalah tenaga kerja dan belum sepenuhnya dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang layak pada angkatan kerja di semua lapisan masyarakat. Masyarakat yang tergolong dalam angkatan kerja berusaha dan berfikir kritis untuk dapat memnuhi kebutuhan hidupnya dan memutar roda perekonomiannya, oleh karena itu muncullah Industri-Industri kecil yang biasa dikenal dengan Industri Rumahan atau Home Industry. Di desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Jawa Tengah memiliki Industri Rumahan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan Batik Tulisnya yang biasa dikenal Batik Tulis Bakaran, tidak hanya itu Batik juga mempunyai nilai seni tinggi karena proses pembuatannya dengan tulisan, dan merupakan sumber devisa diluar migas. Kata Kunci : Batik Tulis, Peningkatan Pendapatan Masyarakat
I. PENDAHULUAN Batik merupakan hasil karya seni dan potensi yang telah ada ratusan tahun merupakan peninggalan nenek moyang yang perlu dilestarikan, agar tidak luntur dari kehidupan masyarakat modern akibat adanya globalisasi dan kemajuan teknologi. Desa Bakaran Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah letak geografisnya sebelah Timur Desa Dukutalit, sebelah Selatan Desa Margomulyo, sebelah Barat Desa Langgenharjo dan sebelah utara laut Jawa. Ini adalah salah satu daerah yang memproduksi batik tulis diantara beberapa daerah lain di Indonesia, yang telah berkembang ratusan tahun dan ditekuni para wanita pengrajin. Batik tulis Bakaran sangat membantu perekonomian masyarakat Desa Bakaran. Dari fungsi ekonomi batik tulis merupakan komodite harga, karena memiliki nilai tukar tinggi dalam pasar barang. Tingginya nilai tukar tersebut antara lain disebabkan proses pembuatan yang menggunakan ketrampilan tangan dan konsentrasi pikiran yang cukup rumit, keunikan batikan / lukisan, disamping itu tergantung pula dari jenis bahan kain yang digunakan. Batik tulis adalah salah satu produk yang memiliki nilai seni karena itu keberadaan di pasar masih dapat bersaing dengan produk-produk tekstil lainnya yang umumnya diproduksi secara masal oleh pabrik- pabrik tekstil. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
75
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
Beberapa jenis batik tulis yang kini masih dapat dikenal diantaranya : batik tulis Solo, yogyakarta, Pekalongan, Lasem, Bakaran dan masih banyak lagi didaerah Indonesia. Umumnya bentuk industri batik tulis yang ada di Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah adalah industri kecil (industri rumah tangga). Penggolongan seperti ini sesuai yang ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik Nasional (1979) berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh industri kecil antara 5 sampai 19 dan tenaga industri rumah tangga 1 sampai 4 tenaga kerja. Karena merupakan kumpulan industri batik tulis yang ada di desa Bakaran, merupakan katagori industri rumah tangga. Dari segi pemasaran hasil – hasil produksi ditampung oleh penggumpul / pedagang perantara lalu dipasarkan di toko-toko atau langsung di jajakan ke desa-desa. Namun yang tampak di desa Bakaran para pelaku pedagang perantara / pengumpul ini juga warga desa Bakaran. Karena itu pula yang terjadi di desa Bakaran, bagian dari proses ekonomi. Proses sektor industri yang kini sedang berjalan di Indonesi nampaknya tidak sepenuhnya mampu megatasi masalah tenaga kerjaan dan belum sepenuhnya dapat menyediakan lapangan kerja yang layak bagi angkatan kerja pada semua lapisan masyarakat, baik tingkat pendapatan maupun kesesuaian pekerjaan terhadap keahlian, harapan terhadap proses sektor industri untuk dapat menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan tampaknya masih jauh dari jangkuan. Di satu pihak sektor industri di Indonesia memang dapat memacu tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang tinggi disamping modernisasi disegala bidang termasuk sektor pertanian di pedesaan namun di pihak lain, sektor indusrti ataupun modernisasi telah menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi dan tidak semua warga masyarakat atau tenaga kerja terserap didalamnya, tampaknya pertumbuhan sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan dan perikanan) dari tahun ke tahun lebih lamban dibandingkan sektor-sektor lainnya seperti kontruksi, perdagangan, lembaga keuangan, jasa dan sebagainya. Kondisi seperti ini tampak menggejala di berbagai negara. Baik negara berkembang maupun negara maju. Namun kapitalis seperti Amirika Serikat maupun para negara sosialis seperti Cina selalu mensubsidi sektor pertanian di pedesaan. Karena itu bagi mereka yang tersisih atau mengalami proses marginalisasi di sektor pertanian, lalu memburu ke kota–kota (Raharja dalam Eko Punto, 2000 : 13). Cepatnya laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun mempunyai akibat pula di kawasan pedesaan yaitu makin menyempitnya pemilikan lahan pertanian khusunya di pulau Jawa. saat ini sudah tidak memungkinkan lagi mencetak lahan-lahan baru, sementara jumlah penduduk di pedesaan terus bertambah. Untuk menanggulangi MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
76
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
permasalahan tersebut kiranya diperlukan penyediaan lapangan kerja di pedesaan antara lain dikembangkannya sektor industri kecil atau industri rumah tangga. Eratnya kaitan antara industri kecil dan pertanian di pedesaan, karena hanya membutuhkan modal relatif kecil, tidak membutuhkan teknologi yang rumit dan sifat padat karya, sesuai dengan kondisi pedesaan. Kiranya memang cukup penting kehadiran industri kecil di Indonesia untuk masuk dalam struktur modal sektor industri secara keseluruhan, minimal dapat menjembatani kesenjangan ekonomi serta dapat miningkatkan kemampuan masyarakat untuk berwiraswasta. Dalam hal ini dengan munculnya industri-industri batik tulis di desa Bakaran hal itu juga
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Bakaran,
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah dimana dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga tingkat pengangguran dapat teratasi. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Industri Industri adalah : kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan (atau) barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk rancang bangun dan perekayasaan industri (Undang - Undang RI. no 5/ 1984:2) Industri adalah : yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi / barang setengah jadi, kegiatan pengadakan itu dapat bersifat elektrikal / bahkan normal.(Dumairy, 1996 : 227). Industri adalah: suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau
bahan setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang tetapi juga dalam jasa (Batik yogya ,Wordpress. com /2007 /07 / 30 / proses batik /# comments). Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa industri merupakan suatu proses produksi yang menggunakan bahan baku yang diambil langsung atau tidak dari alam yang diolah menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat. Walaupun merupakan bentuk kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya
(lingkungan), namun ada perbedaan antara kegiatan industri dan pertanian.
Kegiatan industri lebih menekankan pada pengolahan bahan, karena itu biasanya penggunaan alat-alat pengolahan, sedangkan kegiatan pertanian lebih menekankan atau budidaya bahan dari sumber daya lingkungan.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
77
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
Sebagai bahan dari sistem perekonomian, kegiatan industri identik dengan proses produksi dan untuk kelangsungan proses produksi perlu ditunjang dengan pengolahan menejemen serta hasil-hasil produksi. Industri sebagai
suatu sistem
terdiri dari unsur fisik dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses industri adalah komponen tempat meliputi kondisinya peralatan, bahan mentah atau bahan baku dan sumber energi. Sedang unsur prilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, ketrampilan, tradisi, transpotasi, dan komonikasi dan keadaan pasar. Perpaduan antara unsur fisik dan manusia tersebut akan mengakibatkan terjadinya suatu aktifitas industri yang melibatkan beberapa faktor. Menurut Manullang M 1973. (dalam Suroso–mugiyono, 1994:38) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi yaitu (1) alam / bahan baku (2) tenaga kerja, (3) modal dan (4) pengusaha. Industri adalah segala aktifitas manusia di bidang ekonomi yang produktif dalam proses pengolahan atau pembuatan bahan dasar menjadi barang yang lebih bernilai dari pada bahan dasarnya untuk dijual. Industri kerajinan dapat pembuatan barang yang lebih banyak menggunakan ketrampilan tangan, walaupun sering juga dibantu dengan peralatan. Industri di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa kreteria tertentu para ahli
menggunakan
kriteria yang berbeda–beda. Berdasarkan penyelenggaraan,
industri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Industri rakyat atau industri kecil, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Produksi banyak menggunakan pekerjaan tenaga, menggunakan alat-alat dan teknik sederhana, produksi dilakukan dirumah dan upah pekerjaan rendah. Termasuk dalam industri rakyat atau industri kecil adalah tenun, batik, anyaman dan lain–lain. b. Industri
besar, mempunyai
ciri-ciri : modal yang besar, bisa berasal dari
pemerintah, swasta nasional, patungan atau modal asing, menggunakan mesin modern dalam memproduksinya : tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja terdidik. Termasuk dalam industri besar adalah : industri kertas, industri kayu, industri makanan, industri minuman, industri barang kimia, industri barang dari logam, mesim dan peralatan dan lain- lain. (Dumairy, 1996:232) Sedangkan menurut tenaga kerjanya, industri digolongkan menjadi empat yaitu : a. Industri besar, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. b. Industri sedang, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. c. Industri kecil, yaitu industri yang dikerjakan oleh pekerja antara 5 sampai 19 orang. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
78
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
d. Industri rumah tangga, yaitu industri yang dikerjakan oleh pekerja 1 sampai 5 orang. (Dumairy 1996 : 232) Berdasarkan penyelenggaraannya maupun tenaga kerja yang dipakai maka pada umumnya industri batik tulis yang berskala kecil, sekaligus merupakan industri yang dikelola dalam rumah tangga. Sedang bahan baku batik tulis yaitu : kain mori yang merupakan produk dari industri besar yaitu idustri tekstil. Menurut Irzan Azhary (dalam Eko Punto, 200:22-23) membagi industri kecil di Indonesia dalam tiga katagori yaitu : a. Industri Lokal Adalah industri yang menggantungkan hidupnya pada dasar setempat yang terbatas. Skala usaha kelompok ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan pola usaha yang sifatnya subsistem. Cara pemasaran hasil produksinya ditangani sendiri dan umumnya hanya digunakan sarana transpotasi sederhana, misalnya sepeda, gerobak atau pikulan. b. Industri Sentra Adalah dalam suatu usahanya mempunyai skala kecil, tetapi mebentuk suatu pengelompokan unit usaha dalam satu kawasan produksi yang menghasilkan barang-barang sejenis. Dalam target pemasaran industri sentra dapat menjangkau pasar yang lebih luas dari industri lokal, karena itu peranan pedagang perantara atau pengumpul menjadi cukup menonjol. c. Industri Mandiri Industri mandiri pada dasarnya masih bersifat industri kecil, namun telah mampu mengadopsi teknologi produksi yang cukup canggih, serta memiliki kawasan pasar yang cukup mantap dan tidak tergantung lagi pada pedangang perantara. Industri mandiri justru bersifat majinal, karena sekaligus mencerminkan industri kecil dan industri sedang. Berdasarkan pada jenis usaha dan tenaga kerja yang digunakan, maka pada umumnya industri kecil kerajinan batik tulis tradisional dalam penelitian ini tergolong ke dalam industri yang berskala kecil dikelola oleh rumah tangga. Dari sejarah perkembangan sektor kerajinan belum menunjukkan perkembangan dari kondisi awal, meskipun sudah memasuki kehidupan ekonomi terbuka. Kendalakendala yang dihadapi bagi perkembangan industri kecil yang sangat mendasar terletak pada lemahnya sumber daya manusia. Kendala-kendala lain yang lebih spesifik adalah : a. Ketrampilan dan pengetahuan yang relatif rendah mendorong orang untuk mencoba bertahan pada profesinya. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
79
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
b. Ketrampilan dan teknologi yang masih sangat sederhana. c. Sikap tradisional dalam menangani usaha dimana tenaga kerja dan waktu tidak diperhitungkan sebagai faktor produksi. d. Kecilnya pendapatan yang diperoleh sehingga para pengrajin memiliki profesi ganda. Berkembangnya sektor kerajinan akan mampu menampung tenaga kerja yang menganggur dan menjadi sumber penghasilan diluar sektor pertanian. Masa pembangunan yang maju telah memungkinkan masuknya barang-barang import dan berdirinya pabrik-pabrik. Diantaranya untuk tetap
bertahan, pasarannya terpaksa
diperluas tanpa memperoleh tambahan keuntungan (Soeroto, 1983:26-30). Oleh karena itu pengembangan industri di pedesaan merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dalam pemecahan masalah ketenagakerjaan, yaitu : mengurangi tingkat pengangguran dan menambah pendapatan masyarakat desa Bakaran Kecamatan
Juwana
Kabupaten
Pati pada khususnya dan masyarakat
Indonesia pada umumnya. Meskipun besar kecilnya sumbangan sektor swasta dalam pembangunan perekonomian masyarakat satu dengan yang lain sering berbeda-beda sesuai dengan derajat dan kualitas wiraswasta (enterpreneur) dan kewiraswastaan (enterpreneurship) yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Karena dilingkungan masyarakat maju sektor swasta lebih sering nampak sumbangan dari pada dilingkungan masyarakat sedang berkembang (Surya, 1986:25) B. Kerajinan Batik Tulis Sebagai bagian dari industri tekstil, industri batik tulis telah lama dikenal di Indonesia dengan menggunakan membatik dengan tangan, para pengrajin pada masa lalu membatik dengan tangan. Kain putih dijadikan bahan untuk batik. (Batik yogya, wordpress,com /2007/07 /30/ proses- batik) Jenis-jenis kerajinan batik tersebut dapat dilihat antara Solo, Yogja, Pekalongan, Lasem dan masih banyak lagi batik yang ada di Indonesia yang bersifat tradisional. Batik Tulis dibedakan ada dua yaitu : batik tulis pedalaman dan batik tulis pesisir. Adapun contoh batik tulis jenis pedalaman yaitu : Yogya dan Solo sedang batik tulis jenis pesisir yaitu : batik tulis Bakaran, batik tulis Lasem Banyumas dan Pekalongan. Yang membedakan antara batik tulis pedalaman dengan batik tulis pesisir adalah motif, corak, pola dan warna. C. Batik Tulis Bakaran Adalah batik tulis salah satu seni peninggalan nenek moyong bangsa Indonesia, Batik tulis Bakaran adalah jenis batik tulis pesisir. Batik tulis Bakaran ini berasal dari desa Bakaran terdiri dari desa Bakaran Wetan dan desa Bakaran Kulon, kecamatan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
80
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
Juwana, kabutaten Pati Jawa Tengah, dikerjakan oleh tangan–tangan para pengrajin perempuan yang ada didesa Bakaran. Cara proses Produksi yang dilakukan secara tradisional serta menggunakan bahan-bahan yang alami (ramah lingkungan). Nenek Moyang Bakaran ini dari seorang putri abdi dalem / Punggawa pada masa kejayaan kerajaan Majapahit yang bernama Nyai Banowati / Sabirah yang mempunyai keahlian / ketrampilan membuat batik, yang makamnya ada di desa Bakaran Wetan sekitar tahun 1478 (Disperindag Kabupaten Pati). Batik tulis peningggalan Nyai Sabirah pada saat itu terdiri dari tiga motif : 1. Motif batik tulis yang barnama ”Gandrung” 2. Motif batik tulis yang barnama ”Padas Gempal / Sekar Jagad” 3. Motif batik tulis yang bernama “Udan Iris / Liris” Adapun Gambar motifnya sebagai berikut : 1. Gandrung
2. Padas Gempal
3. Udan Iris/Liris
Dalam perkembangannya batik tulis Bakaran berkembang menjadi 21 motif yang terdiri dari : 1. Motif batik tulis yang bernama “Manggar” 2. Motif batik tulis yang bernama “Blebak Lung” 3. Motif batik tulis yang bernama “Blebak Urang” 4. Motif batik tulis yang bernama “Kawung” 5. Motif batik tulis yang bernama “Blebak Kopi” 6. Motif batik tulis yang bernama “Bunga Turi” 7. Motif batik tulis yang bernama “Rawan” 8. Motif batik tulis yang bernama “Sido Rukun” 9. Motif batik tulis yang bernama “Blebak Bunga Bintang” 10. Motif batik tulis yang bernama “Brekat Ireng” 11. Motif batik tulis yang bernama “Satrio Mungkur” 12. Motif batik tulis yang bernama “Limaran” MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
81
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
13. Motif batik tulis yang bernama “Magel Ati” 14. Motif batik tulis yang bernama “Kedele Kecer” 15. Motif batik tulis yang bernama “Gringsing” 16. Motif batik tulis yang bernama “Ladrang” 17. Motif batik tulis yang bernama “Ongkek-Ongkek” 18. Motif batik tulis yang bernama “Sido Luhur” 19. Motif batik tulis yang bernama “Ungker Cantel” 20. Motif batik tulis yang bernama “Blebak Duri” 21. Motif batik tulis yang bernama “Merak Ngigel” Adapun gambarnya sbb. : 1. Manggar
4. Kawung
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
2. Blebak Lung
5. Blebak Kopi
3. Blebak Urang
6. Bunga Turi
82
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
7. Rawan
10. Brekat Ireng
13. Magel Ati
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
8. Sido Rukun
11. Satrio Mungkur
14. Kedele Kecer
9. Blebak Bunga Bintang
12. Limaran
15. Gringsing
83
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
16. Ladrang
19. Ungker Cantel
17. Ongkek-ongkek
20. Blebak Duri
18. Sido Luhur
21. Merak Ngigel
Dalam menghadapi era globlalisasi, maka pemerintah khusus Pemda Pati yaitu dari Disperindag mengirim seorang pengrajin batik tulis yang bernama ”Tini Bukori“ pemilik batik tulis bermerk “Cokro “ untuk mengikuti pembinaan, pelatihan dan cara pembuatan batik tulis modern di Yogyakarta selama 1 minggu. Perpaduan antara pembuatan batik tulis yang tradisional dan modern di harapakan mampu bersaing di era globalisasi sehingga tumbuh dari home industri maju. Sekitar tahun 2007 batik tulis Bakaran dalam mengikuti perkembangan jaman memunculkan beberapa motif baru menyesuaikan permintaan pasar konsumen, adalah sebagai berikut : 1. Motif batik tulis yang bernama “Gelombang Cinta” 2. Motif batik tulis yang bernama “Anggrek Hutan” 3. Motif batik tulis yang bernama “Kembang Druju” 4. Motif batik tulis yang bernama “Hujan Emas” 5. Motif batik tulis yang bernama “Anggrek Pohon” 6. Motif batik tulis yang bernama “Kupu Kasmaran” 7. Motif batik tulis yang bernama “Pari Jotho” MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
84
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
8. Motif batik tulis yang bernama “Lung Kupu” 9. Motif batik tulis yang bernama “Kembang Cengkeh” 10. Motif batik tulis yang bernama “Tlogo Sunyi” Adapun gambarnya sebagai berikut : 1. Gelombang Cinta
4. Hujan Emas
7. Pari Jotho
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
2. Anggrek Hutan
5. Anggrek Pohon
3. Kembang Druju
6. Kupu Kasmaran
8. Lung Kupu
85
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
9. Kembang Cengkeh
10. Tlogo Sunyi
D. Peranan Batik Tulis Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat. Batik tulis Bakaran selain merupakan peninggalan budaya bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan keberadaanya dan juga merupakan aset daerah yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Pati yang perlu dipupuk dan dikembangakan kreasinya, karena merupakan sumber devisa diluar migas, dengan batik tulis Bakaran para pengrajin dapat mengembangkan bakat dan kemampuan dalam berkarya melukis / membatik yang akhirnya dapat mengurangi tingkat pengangguran dan penambah pendapatan masyarakat desa Bakaran khususnya dan negara Indonesia pada umumnya. III. KESIMPULAN Dengan adanya industri batik tulis bakaran berarti membutuhkan tenaga kerja, maka tercitpa lapangan pekerjaan yang dapat mengurangi pengangguran. Dengan bekerja maka pendapatan masyarakat akan bertambah berarti kesejahteraan meningkat.
Adapun usaha-usaha yang perlu dilakukan agar batik tulis bakaran
mampu bersaing dalam era globalisasi, yaitu
dalam bersaing di era globalisasi
memang memerlukan suatu pemikiran yang sangat teliti, tekun dan keuletan dari seorang pengusaha batik tulis bakaran. Agar batik tulis bakaran dapat bersaing dalam era globalisasi, maka perlu adanya usaha atau langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain : 1. mencari terobosan peluang-peluang pasar 2. selalu membaca kemauan konsumen atau permintaan pasar 3. meningkatkan mutu atau kualitas
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
86
VOL : XX, NO : 2, JUNI 2013
DAFTAR PUSTAKA
Amarudin, Bandelan.“ Batik Bakaran Pati, dari pasar lokal ke Turis tempo. http://www.tempo.co/read/news/2013/03/15/198467250/Batik-Bakaran-Pati-dariPasar-Lokal-ke-Turis. (diakses tanggal 15 Maret 2013) Ceacila Sri Mindarti dan Suzy Widyasari, 1990 : 23 Domairy MA 1996 Perekomonian Indonesai, Jakarta : Erlangga. http://Batik Yogya.Wordpress.Com/2007/07/30/proses-batik/comments http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0605106-141615/ http=//www Batik Bakaran. Blogdrive.Com (Desember 2007). http=//www Suara Merdeka Com (Desember 2007). http=//www. Promo Jateng- blkk.Com (Desembaer 2007). http://indonesiapesonabatik.blogspot.com/2013/02/batik-tulis-bakaran-kupu-dadap.html http://batikdan.blogspot.com/2011/09/sejarah-batik-tulis-bakaran.html Manulang. M. 1973
Pengantar Ekonomi perusahan. Medan dan BKLM
Mulyanto Sumardi dan Hans-Dierter Evers. Ed, 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta : CV. Rajawali Poer,
2013”Pesona
Batik
Bakaran
Pati
Beda
Dengan
Batik
lain”.”http://hiburan.berita21.com/2013/budaya/pesona-batik-bakaran-pati-bedadengan-batik-lain.html” (diakses 5 januari 2013) Seda, Frans. 1985 Pertekstilan Nasional Indonesia. Jakarta : Prisma Vol.XI Soeroto, Soeri, 1983. Sejarah Kerajinan Indonesia. Jakarta : Prisma No. 8 Tahun Suroso dan Mugiyono.1994 IPS “Ekonomi Tiga Serangkai” Undang-Undang Republik Indonesia, No 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
87