PERAN USTADZ DALAM PENDIDIKAN AQIDAH PADA MASYARAKAT KEJAWEN Studi kasus Dusun Sidorejo Desa Somomoro Dukuh Kec. Plupuh Kab. Sragen Tahun 2010
SKRIPSI Diajukan untuk Meperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : KAMIDI NIM 11106021
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
1
2
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang serta
untaian do’a yang selalu mengiringi disetiap hari-hariku, sehingga penulis dapat menyelesaikan study diperguruan tinggi. Mas-masku dan mbak-mbakku yang selalu memberi semangat dalam hidupku, untuk selalu mengejar cita-cita setinggi mungkin. Pujaan hatiku (Umi Roffi’ah) terimakasih atas segala perhatian dan motivasi, serta selalu ada buatku. Sobat bolu (eny, nug, lysa, ie-bie, latief, opiex, zein) dan temen-temen PAI. A seangkatan, sahabat-sahabatku genter (farid), Mas yusuf dan anakanak LBC (Lembah Baliem Community) serta teman-temanku yang selalu mendampingi
dan membantu dalam pembuatan skripsi maupun dalam
study. Mas narno dan mbak sri terimakasih atas semua nasehat-nasehatnya Segenap takmir masjid Bismillah Abu BakarAsh- Shidiq, saya ucapkan banyak terimakasihyang telah memberikan saya tempat tinggal selama saya menuntut Ilmu. Mas eko thanks for all.
3
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL MOTTO PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Penjelasan Istilah………………………………………… C. Fokus Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Kegunaan Penelitian……………………………………….. F. Metodologi Penelitian G. Sistematika Penulisan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Tentang Ustadz B. Pemahaman Tentang Aqidah….……………………… 1. Pengertian Aqidah………………………………… 2. Kedudukan Aqidah Dalam Islam………………… 3. Keutamaan Aqidah Islam………………… 4. Keistimewaan Aqidah Islam……………… C. Masyarakat Kejawen ……………
4
1. Pemahan Tentang Masyarakat Kejawen……… 2. Proses Akulturasi dan Aspek Budaya Jawa dan Islam a. Proses Akulturasi Budaya Jawa dan Islam…… b. Budaya Jawa dan Islam dalam Aspek Kepercayaan....... c. Budaya Jawa dan Dalam Aspek Ritual..................... 3. Siklus Kehidupan Masyarakat Jawa a. Upacara Tingkeban Atau Mitoni.............................. b. Upacara Kelahiran c. Upacara Tedhak Sinten................................................... d. Upacara Pernikahan...................................................... e. Upacara Kematian........................................................... D. Peran Ustadz Dalam Pendidikan Aqidah Pada Masyarakat Kejawen................................................................................... BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….......... B. Persepsi
Masyarakat
Tentang
Peran
Ustadz
Dalam
Penddikan Aqidah Pada Masyarakat Kejawen di Dusun Sidorejo Desa Somomoro Dukuh Kec. Plupuh Kab. Sragen C. Konsep Pendidikan Aqidah Dalam Ritual Atau Tradisi di Dusun Sidorejo Desa Somomoro Dukuh Kec. Plupuh Kab. Sragen a. Upacara Tingkeban Atau mitoni ……………………… b. Upacara Kelahiran………………………………………
5
c. Upacara tedhak Sinten……………………………… d. Upacara Pernikahan…………………………………… e. Upacara Kematian……………………………………… D.
Peran
Ustadz
dalam
Pendidikan
Aqidah
Pada
Masyarakat Kejawen BAB IV
PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Aqidah Para Ustadz di Dusun Sidorejo Desa Somomoro Dukuh Kec. Plupuh Kab. Sragen…………… B. Ajaran-Ajaran Pada Masyarakat Kejawen di Dalam Ritual Kejawen 1. Upacara Tingkeban Atau Mitoni................................................. 2. Upacara Kelahiran......................................................................... 3. Upacara Tedhak Sinten................................................................. 4. Upacara Pernikahan...................................................................... 5. Upacara Kematian..................................................................... C. Nilai-Nilai Aqidah Dalam Ritual Kejawen........................................
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................... B. Saran.................................................................................................... C. Penutup................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
6
ABSTRAK Kamidi. 2010. PERAN USTADZ DALAM PENDIDIKAN AQIDAH PADA MASYARAKAT KEJAWEN (Studi Kasus pada Desa Somomoro Dukuh Dusun Sidorejo Kec. Dukuh Kab Sragre Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progran Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Juz‟an, M.Hum Key word : Peran Ustadz – Aqidah - Kejawen Munculnya akulturasi budaya (perpaduan ajaran Islam dengan budaya jawa) dikenal juga dengan Islam kejawen, munculnya akulturasi itu sebagai bentuk pendekatan ataupun cara penanaman dan pengenalan ajaran islam pada zaman Wali Sanga Sebagai contoh: memasukkan alur cerita tentang rukun Islam kedalam seni wayang kulit, lagu-lagu dolanan dan sebagainya yang didalamnya mempunyai makna atau kandungan ajaran islam.. Melalui penelitian ini penulis berusaha mengungkap beberapa pokok permasalahan dintaranya adalah 1) Bagaimana konsep pendidikan aqidah para ustadz? 2) Bagaimana ajaranajaran islam pada masyarakat kejawen? 3) Bagaimana peranan ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen? Untuk menjawab beberapa pertanyaan dan permasalahan diatas, penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena mepelajari secara mendalam dan menyeluruh sehingga menghasilkan banyak teori, konsep dan prinsip dalam hasil penelitian. Sedangkan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan studi kasus yaitu mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruh terhadap lingkungan. Subyek dalam penelitian ini yaitu siapa saja yang dijadikan sumber untuk memperoleh data, diantaranya terdiri dari ustadz, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat awam. Sedangkan obyek penelitiannya adalah apa yang akan diteliti yaitu meliputi visi dan misi, model pembelajaran dakwah, lingkungan,sarana prasarana, pandangan mengenai aqidah Islam serta tradisi kejawen yang berkembang. Dalam temuannya, penelitian ini menunjukkan pendidikan aqidah terkait dengan budaya kejawen di lokasi penelitian menunjukkan bahwa antara budaya jawa dengan budaya Islam mampu berakulturasi dengan baik sehingga pokok pokok ajaran keislaman dapat dipegang secara erat oleh pemeluknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedatangan islam pada zaman penyebarannya terdahulu sampai tidak lantas menghapus kebudayaan yang telah ada, akan tetapi dengan kebudayaan jawa tersebut islam mampu menarik perhatian masyarakat. Intinya dari temuan di lapangan masyarakat yang menyakini tradisi tradisi tersebut sebagai warisan kebudayaan yang wajib dilestarikan tanpa mencampurkan Aqidah islam didalamnya. Ajaranajaran yang terkandung dalam ritual kejawen itu tidak lepas dari pendidikan. Adapun unsur unsur yang masuk dalam pendidikan yang dapat diambil penulis diantaranya pendidikan ketaqwaan, kerukunan serta setiti (jawa) Intinya dalam Pelaksanaan bentuk tradisi yang ada di Didusun Sidorejo Ds. Somomoro dukuh, Plupuh, Sragen bukan dilaksanakan guna menyekutukan Tuhan, melainkan sebagai sarana untuk mensyukuri nikmat pemberian Tuhan. Oleh karena itu warga masyarakat Sidorejo khususnya serta umat Islam diharapkan mampu mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam setiap tradisi.
7
8
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Orang Jawa telah mengenal agama sejak zaman prahistori, dengan dirujuknya serat Ramayana abad ke-9 yang menunjukkan bahwa orang jawa pada waktu itu telah memeluk agama Hindu dan Budha. Namun pada akhir abad ke-15, terjadi gelombang peng-Islaman secara besar-besaran di Jawa, yakni sejak Prabu Wijaya V. Raja terakhir Majapahit ini masuk agama Islam atas bimbingan Sunan Kalijaga. Islam semakin berkembang dengan kemunculan kerajaan Islam Demak dengan merujuk Al-Qur‟an sebagai sumber hokum kerajaan. Namun, orang jawa juga tidak meninggalkan budaya-budaya yang pernah diajarkan nenek moyang atau leluhurnya. Menyikapi hal tersebut Islam tetap memperbolehkan budaya Jawa tetap mewarnai kehidupan orang-orang jawa. Munculnya akulturasi (perpaduan ajaran Islam dengan budaya Jawa) dikenal juga dengan Islam kejawen, munculnya akulturasi itu oleh para Wali Sanga diterapkannya unsur-unsur ajaran Islam ke dalam budaya Jawa. Sebagai contoh: memasukkan alur cerita tentang rukun Islam kedalam seni wayang kulit, lagu-lagu dolanan dan sebagainya. 1 Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk mencintai Tuhannya dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Hidup di dunia menurut orang jawa tidak sebatas menjalankan syariat saja,
1
Budiono Hadisutrisno, Islam Kejawen, Eule Book, Yogyakarta, 2009, hlm. 11-12
9
manusia
juga
membutuhkan
ketenangan
lahir
dan
batin
sehingga
memunculkan sugesti mantebing kalbu dan merasa dekat dengan Tuhan. Orang Jawa juga selalu berfikir bagaimanakah agar hidup sesuai kodrat, mendapatkan hidup yang bahagia di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu munculnya ritual-ritual tersebut berasal dari rasa ingin nyaman, tenteram, dan damai dimanapun berada. Sebagai contoh: Orang Jawa sebagai pengungkapan rasa syukur tidak hanya sekedar berdoa setelah sholat, tetapi mereka juga melakukan ritual-ritual kecil seperti selametan, tumpengan dan lain-lain. Islam mempunyai peran dalam ritual selamean yaitu mengubah doa dengan bahasa jawa diganti dengan bacaan tahlil, tahmid dan istigfar. Dalam masyarakat jawa sesaji juga dimaksudkan untuk menghormati makhluk gaib. Karena orang jawa menganggap bahwa ada dunia gaib di sekitarnya. Hal ini juga ditegaskan oleh Koentjaraningat bahwa upacara berkorban sesajen (atau sajen) memang ada dalam tiap upacara orang jawa, dan orang bahkan membuat sajen tanpa suatu upacarapun.2 Indikasi orang-orang Jawa untuk selalu berbuat baik sudah ada sebelum Islam masuk ke Jawa, walaupun mereka belum tahu ajaran Islam. Hal ini dapat di contohkan seringnya orang tua mendidik anaknya untuk memasyarakatkan diri melalui kerja bakti, gotong royong bahkan anak sebagai pewaris budaya secara turun-temurun. Konsep Islampun sama yaitu menciptakan manusia yang ber-aqidah dan berbudi luhur, jadi Islam masuk dalam kehiupan orang-orang Jawa semakin memperkokoh keyakinan dalam
2
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, hlm. 364.
10
hati bahwa pendidikan yang diajarkan ke anak merupakan bentuk ibadah manusia kepada Tuhannya agar tercipta manusia yang mempunyai moral dan kelak di kehidupan mendatang menjadi tauladan bagi nusa, bangsa, maupun agama. Penanaman moral harus diajarka kepada anak sejak dini, agar ketika dewasa mereka mempunyai aqidah yang baik. Sebagaimana firman Allah (Qs. Luqman:13)
Artinya : Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.3 Ayat diatas juga menjelaskan bahwa hanya Allah lah yang wajib di sembah dan larangan untuk mempersekutukan Allah dengan suatu apapun karena itu merupakan bentuk kezaliman yang besar. Nasehat luqman kepada anaknya tersebut memberikan anjuran kepada para orang tua agar menjaga aqidah anaknya agar jangan sampai mempersekutukan Allah. Proses pembetulan aqidah tidak semudah digambarkan, sebab orang jawa sejak ribuan tahun telah mengamalkan kepercayaan nenek moyangnya Hinduisme yang berasal dari tepi sungai Hindustan India. Akan tetapi pada masa sekarang ini di daaerah-daerah tertentu masih banyak yang menerapkan tradisi-tradisi kejawen sebagai ritual pada kehidupan sehari-
3
Departemen RI, Al-Quran dan Terjemah, C.V. Toha Putra, Semarang, 1996, hlm. 654.
11
harinya.Oleh karena itu pentingnya aqidah yang harus dimiliki oleh setiap Muslim agar menjadi pondasi yang kuat untuk memperkokoh keimanan kita kepada Allah SWT. Diperlukannya seorang ustadz atau guru agama untuk memberikan ilmu-ilmunya guna menambah wawasan para masyarakat awam agar tidak terjerumus pada kesesatan. Sebagai tokoh agama, ustadz sangat berperan dalam memberantas ritual atau tradisi jawa yang melenceng dari ajaran agama. Perlunya suatu teori untuk dikaji dalam permasalahan ini, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Peran Ustadz Dalam Pendidikan Aqidah Pada Masyarakat Kejawen (Studi Kasus Desa Somomorodukuh Dusun Sidorejo Kec. Plupuh Kab Sragen Tahun 2010)“.
B. PENJELASAN ISTILAH 1. Peran Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.4 2. Ustadz Pengertian ustadz adalah guru agama/guru besar(laki-laki). 5 Jadi yang dimaksud ustadz disini yaitu guru agama laki-laki atau tokoh agama yang mempunyai ilmu agama yang lebih dari orangorang sekitarnya dalam suatu masyarakat.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 667 5 Ibid, hlm. 999
12
3. Pendidikan Aqidah Pendidikan merupakan perkembangan dari semua potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani dan untuk kepribadian individu dan kegunaan masyarakat yang digunakan atau yang yang diharapkan dapat menghimpun semua aktifitas tersebut bagi tujuan hidupnya. 6 Pengertian aqidah, kata aqidah merupakan mashdar (infinitif) dari kata ‘aqada-ya'qidu-'aqdan yang berarti “simpulan, ikatan dan perjanjian yang kuat dan kokoh”. Dalam Islam akidah (aqidah) dimaknakan sebagai keyakinan-keyakinan dasar Islam yang harus diyakini oleh setiap muslim. 7 Keyakinan itu terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. pengenalan terhadap sumber keyakinan, yaitu keberadaan Tuhan. b. Pengenalan terhadap hal-hal yang dijanjikan keberadaanya, yaitu hari kiamat, surga, neraka, syirat, mizan, taqdir dan lain-lain. c. Pengenalan terhadap penyampai ajaran-ajaran agama, yaitu nabi dan rasul, kitab suci dan malaikat. Ketiga bidang itu harus diyakini keberadaanya, kemudian dinyatakan dalam kehidupan nyata. Karena itu akidah atau keimanan memiliki tiga unsur terkait, yaitu keyakinan, ungkapan, dan pengalaman.
6
Zuhairi, dkk, Filsafat dan Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 257. Syahrin Harahaaap dan Hasan Banti Nasution, Ensiklopedi Aqidah Islam, Kencana, Jakarta, 2003, hlm. 37 7
13
Jadi pendidikan aqidah adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang ada pada manusia, moral, intelektual, dan jasmani dengan keyakinan atau kepercayaan dalam hati yang diungkapkan berlandaskan
ajaran
Islam. 4. Masyarakat kejawen Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia(sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu).8 Sedangkan pengertian kejawen yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa. 9 Jadi yang dimaksud masyarakat kejawen disini adalah sekelompok manusia yang mempercayai akan berbagai macam roh dan masuk dalam ritual-ritual keagamaan mereka dan sudah menjadi adat istiadat. Jadi peran ustadz dalam pendidikan aqidah dalam masyarakat kejawen yang penulis maksud adalah bagaimana peran seorang tokoh agama dalam masyarakat dengan keyakinan dalam hatinya yang sesuai dengan ajaran Islam dalam menanggapi tradisi dan ritual masyarakat kejawen. C. FOKUS PENELITIAN Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep pendidikan aqidah para ustadz?
8
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982,
hlm.751 9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta, 2007,hlm.527
14
2. Bagaimana ajaran-ajaran pada masyarakat kejawen? 3. Bagaimana peranan ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai padapenelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seperti apa konsep pendidikan aqidah dari para ustadz. 2. Untuk mengetahui ajaran-ajaran pada masyarakat kejawen. 3. Untuk mengetahui peranan ustadz dalam pendidikan aqidah
pada
masyarakat kejawen. E. KEGUNAAN PENELITIAN Memenuhi kewajiban sebagai bagian dari insan kampus. Memberikan kontribusi permasalahan masyarakat kejawen dalam tradisitradisinya Mengungkapkan peranan dan pengaruh ajaran aqidah para ustadz pada masyarakat kejawen. F. METODOLOGI PENELITIAN 1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian Pendekatan dalan penelitian ini adalah kualitatif karena mepelajari secara mendalam dan menyeluruh sehingga menghasilkan banyak teori, konsep dan prinsip dalam hasil penelitian. Sedangkan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan studi kasus yaitu mengapa individi melakukan apa yang dia lakukan dan
15
bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruh terhadap lingkungan. 2.
Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini yaitu siapa saja yang dijadikan sumber untuk memperoleh data, diantaranya terdiri dari ustadz, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat awam. Sedangkan obyek penelitiannya adalah apa yang akan diteliti yaitu meliputi visi dan misi, model pembelajaran dakwah, lingkungan,sarana prasarana, pandangan mengenai aqidah Islam serta tradisi kejawen dan cara menghilangkan tradisi kejawen yang berbau syirik.
3. Lokasi Lokasi adalah tempat dimana dilaksanakannya penelitian. Dalam kaitannya, penulis mengadakan penelitian yang bertempat di desa Sidorejo Dusun Somomorodukuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian skripsi ini penulis dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya. 10 b. Metode observasi
10
Ibid, hlm.236
16
Metode observasi adalah metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. 11 c. Metode interview Metode interview yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian. 12 5.
Analisis Data Adapun analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif, yang meliputi empat komponen kegiatan sebagai berikut: a. Pengumpulan data Dalam pengumpulan data untuk memperoleh data-data yang diperlukan dari lapangan maka dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Kalau alat pengambil data cukup reliable dan valid , maka datanya juga akan cukup reliable dan valid. 13 b. Reduksi data
11
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach 11, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981, hlm. 136 12 Prof.Dr. Suharsimi Arikunto, Op Cit, hlm.120 13 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983, hlm.38
17
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.14 c. Penyajian data Penyajian data adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.15 d. Penarikan kesimpulan/verifikasi Kegiatan
analisis
selanjutnya
adalah
menarik
kesimpulan/verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan. 6. Pengecekan Keabsahan Data Sebagai instrument penelitian di dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sehingga dapat dimungkinkan terjadinya penelitian yang tidak obyektif. Untuk mnghindari hal itu maka keabsahan data dengan teknik pemeriksaan melalui uji kredibilitas (derajat kepercayaan). Dalam penelitian ini, pengujian terhadap kredibilitas dilakukan dengan triangulasi.
14
Mattew B. Milles&A. Michael Huberman, Analisis Data kualitatif, diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, UI-press, Jakarta, 1992, hlm. 16 15 Ibid, hlm. 17
18
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuau yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.16
G. SISTEMATIKA PENULISAN untuk mempermudah pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penulis membuat sistematika skripsi ini kedalam bab perbab. Tiap-tiap bab terdiri dari sub bab. 1. Bagian awal memuat : Sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, dartar isi, daftar table, daftar gambar, daftar lampiran. 2. Bagian inti yang terdiri dari : BAB 1 : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, focus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 11 : Kajian pustaka yang terdiri dari Sub A pemahaman tentang ustadz. Sub B pendidikan aqidah yang membahas tentang pengertian, dasar, kedudukan, keutamaan, dan keistimewaan. Sub C
masyarakat
16
kejawen yang membahas tentang
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kulitatif, Remaja Rosdakarya, Bandng, 2009, hlm. 33
19
pemahaman tentang masyarakat jawa, proses akulturasi dan aspek budaya jawa dan Islam, dan siklus kehidupan masyarakat jawa. Sub D membahas tentang peran ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen. BAB 111: Paparan Data dan temuan penelitian yang terdiri dari Sub A gambaran umum daerah penelitian yang memuat tentang letak san keadaan geografis, keadaan penduduk, agama, jenis pekerjaan dan struktur organisasi. Sub B persepsi masyarakat tentang peran ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen yang memuat tentang persepsi ustadz, perangkat dusun, tokoh masyarakat dan masyarakat awam. BAB 1V: Analisis data hasil penelitianyang terdiri dari analisis persepsi ustadz, perangkat dusun, tokoh masyarakat, dan masyarakat awam. BAB V: Penutup yang memuat kesimpulan, saran dan penutup.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
a.
Pemahaman Tentang Ustadz Di Indonesia, panggilan ustadz biasanya disematkan kepada orang yang mengajar agama. Artinya secara bebas adalah guru agama, pada semua levelnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan kakek dan nenek. Namun hal itu lebih berlaku buat kita di Indonesia ini saja. Istilah ini konon walau ada dalam bahasa Arab, namun bukan asli dari bahasa Arab. Di negeri Arab sendiri, istilah ustadz punya kedudukan sangat tinggi. Hanya para doktor (S-3) yang sudah mencapai gelar profesor saja yang berhak diberi gelar AlUstadz. Kira-kira artinya memang profesor di bidang ilmu agama. 17 Namun lepas dari keutamaan dan kelamahannya, para Ustadz sudah punya banyak jasa buat umat Islam di negeri ini. Banyak orang yang tadinya kurang memahami agama, kemudian menjadi lebih memahami. Yang tadinya kurang suka dengan Islam, berubah jadi lebih suka. Semua itu tentu saja tidak bisa kita nafikan, sekecil apa pun peran mereka. Tentu bukan pada tempatnya bila mereka melakukan hal-hal yang kurang produktif, kita lalu mencemooh, memaki atau bahkan bertepuk tangan gembira melihat bintang mereka mulai pudar. Kekurang-setujuan kita dengan beberapa hal yang mereka lakukan, jangan sampai membuat kita harus melupakan peran dan jasa mereka selama ini. Bahkan belum tentu kalau kita
17
www.khasanah Islam.blogspot.com. diunduh tanggal 31 Juli 2010 jam 13.30 WIB.
13
sendiri yang berada pada posisi mereka, kita akan mampu memenuhi harapan semua orang. Disisi lain agama kristen mempunyai penyebutan sendiri untuk orang yang paham tentang agama yaitu pastor bukan ustadz, budha menyebut bikshu, yahudi menamai robbi dan sebutan-sebutan khas lainnya dari agamanya masing-masing. Maka bisa disimpulkan bahwa orang memiliki pemahaman yang lebih dan mendalam terhadap agama Islam bisa disebut ustadz. Dilihat dari sisi epistemologis, pengertian ustadz mengacu kepada orang yang paham secara mendalam tentang ajaran Islam, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. 18 Dari pengertian tersebut maka semua orang bisa menjadi ustadz, termasuk tukang becak, petani, dosen, seniman, pedagang dan lainnya. Karena ajaran Islam bisa mengamalkan dan mengajarkan ajarannya kepada yang lain. Jadi, pemahaman arti ustadz di Indonesia dan di Timur Tengah berbeda. Di wilayah timur tengah, seseorang disebut ustadz apabila sudah hafal Al-Qur‟an, minimal lebih dari dua puluh juz. Akan tetapi di Indonesia orang sudah bisa disebut ustadz manakala hanya mengajar iqra‟ kepada anakanak. Anggapan ini juga diperparah lagi dengan anggapan bahwa orang yang memakai peci, baju koko atau sarung tidak peduli apakah dia paham atau tidak tentang ajaran Islam disebut juga ustadz. Dari dua kasus tersebut maka dapat
18
www.ipikbandung.blogspot.com/2007/06/ustadz.html.diunduh pada tanggal 7 Juli 2010
14
ditarik kesimpulan ada dua cara dalam memahami arti ustadz ini, yang pertama secara substansil dan formil. Dari uaian tersebut dapat disimpulkan bahwa ustadz adalah label atau atribut yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan tentang agama Islam secara mendalam dan pemahaman yang lebih mengenai ajarannya serta dapat mengajarkan kepada orang lain.
b.
Pemahaman Tentang Aqidah 1.
Pengertian Aqidah Pengertian aqidah secara etimologis adalah ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara teknis juga berarti keyakinan atau iman. Dengan demikian, aqidah merupakan asas tempat mendirikan bangunan (ajaran) Islam dan menjadi sangkutan hal dalam Islam. Aqidah juga merupakan sistem keyakinan Islam yang mendasari seluruh aktivitas umat Islam dalam kehidupannya. 19 Aqidah dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang biasa disebut rukun Islam yang enam. 4.
Iman kepada Allah Pengertian Iman kepada Allah adalah mempercayai adanya Allah sebagai Dzat yang Maha Pencipta alam semesta serta dia memiliki kesempurnaan terhindar dari sifat kekurangan, dan sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Mempercayai Tuhan yang satu itulah yang
19
Tim Dosen PAI UNY. DIN Al-Islam, Unit Pelaksanaan Teknis Mata Kuliah Umum UNY, Yogyakarta, 2002, hlm. 35.
15
dinamakan tauhid, artinya mempercayai bahwa Allah itu Esa dan segala-galanya dan merupakan dasar dalam beragama Islam. Iman menurut bahasa berarti percaya. Sedangkan menurut istilah iman adalah percaya dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (tauhid) merupakan titik sentral keimanan. 20 Karena itu setiap aktivitas seseorang muslim harus selalu dilandasi keimanan dan dimulai niat karena Allah maka akan mempunyai nilai ibadah disisi Allah. 5.
Iman kepada Malaikat Allah Iman kepada Malaikat adalah keyakinan bahwa Allah menciptakan sekelompok makhluk (malaikat) yang selalu taat kepada-Nya dan tidak diberi kemampuan untuk mengingkari-Nya. 21 Malaikat adalah makhluk halus, makhluk ghaib. Karena itu bersifat abstrak dan immaterial. Selanjutnya karena keghaiban ini, maka persoalan yang menyangkut malaikat tidak dapat diketahui oleh manusia dengan kemampuan kemanusiaannya dan hanya dapat diketahui dengan jalan penjabaran yang diterima dari Allah sebagaimana yang disebutkan didalam AlQur‟an dan hadist-hadist Rosulullah yang kuat.22 Berbeda dengan manusia dan jin, malaikat tidak pernah berbuat maksiat atau durhaka kepada Allah. Mereka semua selalu taat dan patuh mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah.
20 21 22
Ibid, hlm. 41. Ibid, hlm. 43. Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm.82.
16
6.
Iman kepada kitab Allah Beriman kepada kitab Allah berarti mempercayai atau meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rosul Allah sebagai pedoman hidup bagi umat manusia dalam kehidupan sehariharinya untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat. Seseorang muslim harus meyakini kitab yang nama-namanya telah diberitakan Allah kepada manusia, seperti Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur‟an. AlQur‟an merupakan kitab suci yang terakhir dan masih asli jika dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya. Allah menurunkan AlQur‟an kepada Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.
7.
Iman kepada rosul Allah Rosul menurut bahasa berarti utusan yaitu utusan Allah. Sedangkan menurut istilah rosul adalah orang yang diberi wahyu oleh Tuhan berupa suatu syari‟ah yang tertentu, dan diperintahkan menyampaikan wahyu yang diterimanya itu kepada umatnya. 23 Terdapat perbedaan antara pengertian Nabi dan rosul. Kalau nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu dari Tuhan kepada umatnya, sedangkan rosul diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada manusia. Rosul mempunyai sifat wajib yang terdiri dari siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdik dan bijaksana).
23
Ibid, hlm. 128
17
8.
Iman kepada hari Akhir Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa kehidupan alam semesta ini akan hancur yang kemudian akan digantikan oleh alam keabadian.24 Ketika hari akhir atau hari kiamat datang maka seluruh alam beserta isinya ini akan mengalami kehancuran. Termasuk manusia, pada ketika itu mati semua tanpa terkecuali. Sesudah kematiannya
ini,
manusia
akan
dihidupkan
kembali
untuk
diperhitungkan amalnya ketika didunia oleh Tuhan. Walaupun peristiwa tersebut belum terjadi, kita harus yakin dan percaya akan adanya hari akhir. Kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 9.
Iman kepada Qadla dan Qodar Qadla
menurut
bahasa
berarti
hukum,
perintah,
memberikan,
menghendaki, dan menjadikan. Sedang qodar berarti batasan, menetapkan ukuran. Secara sederhana dapat diartikan bahwa qadla adalah ketetapan Allah yang telah ditetapkan (tetapi tidak kita ketahui). Sedangkan qodar adalah ketetapan Allah yang telah terbukti (diketahui sudah terjadi).25 Jadi iman kepada qadla dan qodar berarti meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah menurut hukum, aturan atau ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan Allah itu sangat mutlak, segala sesuatu 24 25
Tim Dosen PAI UNY, op. cit. hlm. 47 Ibid, hlm. 49-50
18
yang terjadi dibumi ini telah ditentukan dan telah direncanakan oleh Allah. Sejauh manakah pengaruh keimanan dalam kehidupan manusia atas berkat dan rahmat Allah dan nikmat-Nya pada diri manusia maka dapat dilihat sebagai berikut: H.
Iman menimbulkan rasa aman, tidak khawatir terhadap ajal atau kedatangan kematian, karena kematian itu pasti datang dan tak dapat dihindarkan.
I.
Iman menimbulkan pengharapan. Pengharapan merupakan suatu kekuatan yang mendorong dan membukakan hati manusia untuk bekerja, membangkitkan semangat perjuangan menunaikan kewajiban, menimbulkan aktivitas dan menjauhkan sifat malas.
J.
Memperoleh
ketenangan
jiwa.
Ketenangan yang memenuhi jiwa Rosulullah SAW. K.
Orang
beriman memperkenankan
panggilan fitrah. Seorang tiada dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan apabila tidak mengenal khaliqnya dan dirinya sendiri atau lupa akan dirinya. L.
Orang beriman mengetahui kejadian alam semesta. Fitrah dan akal manusia mengatakan sesungguhnya kejadian manusia bukan terjadi secara otomatis. Manusia tidak menciptakan dirinya dan tidak pula menciptakan alam sekelilingnya.
19
M.
Orang beriman bebas dari siksaan keragu-raguan.
N.
Orang beriman menampakkan tujuan dan jalan yang akan ditempuh.
O.
Cahaya
keimanan
dan
kegiatan
menyebabkan perasaan orang yang beriman menjadi terbuka dan lapang. P.
Orang beriman merasa dirinya dekat dengan Allah.
Q.
Orang beriman merasa hidup dan bersahabat dengan Nabi dan orang-orang baik dari segenap umat dan segala zaman.26
2.
Kedudukan Aqidah dalam Islam Iman kepada Allah zat ghaib yang maha Agung dan maha kuasa harus dipenuhi dan diibadati adalah ruh agama atau merupakan jiwa Islam dan dasar sunnah aqidah. 27 Ketika Al-Qur‟an berbicara tentang rukun iman dan implikasinya beriman kepada Allah ditempatkan pada urutan pertama dalam rukun iman. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah (285)28
26
Ibid, hlm. 49-50. Yusuf al-Qardhowi, Tauhidullah dan Fenomena Kemusyrikan, Terj. Rahim Haris, Pustaka Progresif, Surabaya, 1986, hlm. 37. 28 Departemen RI , Al-Qur’an dan Terjemah, C.V. Toha Putra, Semarang, 1996, hlm. 62. 27
20
Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitab-Nya
mengatakan):
"Kami
dan tidak
rasul-rasul-Nya, membeda-bedakan
(mereka antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." Dengan demikian beriman kepada Allah merupakan dasar utama dan pertama bagi keimanan. Adapun rukun iman lainnya yang merupakan tambahan dan implikasi bagian dari beriman kepada-Nya. Setelah seseorang beriman kepada Allah, dia juga harus beriman pula kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rosul-Nya, hari akhir serta qadla dan qodar-Nya. Agama itu dapat dibagi kepada dua bidang pokok, yaitu bidang kepercayaan dan bidang hukum atau perundang-undangan. Di dalam agama Islam, bidang kepercayaan disebut aqidah, dan bidang hukum
21
disebut syari‟ah. Dengan demikian aqidah boleh diartikan kepercayaan Islam dan syari‟ah: hukum perundang-undangan Islam. 29 Aqidah meliputi semua persoalan keimanan, yaitu hal-hal yang harus dipercayai atau diyakini oleh muslim. Posisi dasar dan posisi pokok sehingga kalau digambarkan, kalau agama itu suatu bangunan, maka aqidah adalah sebagai fondasinya yang tertanam dibawah tanah. Aqidah adalah fondasi agama, maka keimanan harus dipunyai lebih dahulu sebelum yang lain (syari‟ah). 3.
Keutamaan Aqidah Islam Aqidah Islam mempunyai keutamaan-keutaman yang diantaranya sebagai berikut:
Aqidah
Islam
disamping
sesuai
dengan perasaan kemanusiaan dan pendapat akal sehat, juga merupakan garis tengah antara pandangan orang-orang mengingkari segala apa yang tidak dapat dicapai oleh panca indera dengan pandangan orang mempercayai banyak Tuhan di dunia ini. Bahkan ada sebagian menempatkan ruh-ruh Tuhan sebagai binatang dan tumbuhan, seperti sapi dan pohon besar. Tugasnya aqidah Islam menolak keingkaran orang yang tidak mengakui ada Tuhan dan menolak pola ajaran berbilang Tuhan. Diajarkan bahwa di dunia ini hanya ada satu Tuhan, tiada Tuhan selain Allah.
29
Humaidi tatapangarsa, op.cit. hlm. 37
22
Aqidah Islam menetapkan kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya dan tidak merasa letih dan payah dalam menciptakan dan mengatur alam ini.
Aqidah Islam merupakan garis tengah antara mengikut dengan pendapat nenek moyang. Serupa mempusakai harta benda dan hak milik dan pikiran mereka yang hendak mengenal sesuatu bahkan sampai pada hakekat ketuhanan, padahal mereka tidak mengenal diri mereka sendiri. Hakekat kehidupan dan kematian mereka dan hakekat berbagai kekuatan dalam alam ini. Islam melarang taklit buta, mengikut dengan membatasi berfikir. Jangan sampai berfikir zat Tuhan. Tetapi untuk memperhatikan alam ini dan memikirkannya Islam senantiasa membukakan pintu.
Berhadapan dengan aqidah agamaagama lain dan berbagai aliran kepercayaan, diperingatkan supaya jangan mudah terpengaruh sehingga meninggalkan kepercayaan sendiri. Melainkan berpendirian tetap dan teguh dalam keadaan bagaimanapun.
Tidak boleh terlalu tajam dengan aqidah agama lain. Mengingat masing-masing memiliki akibat kepercayaan dan perbuatannya sendiri dan tidak bertanggung jawab atas perhatian orang lain.
Menjadi
kewajiban
setiap
orang
beriman untuk mengembangkan kepercayaannya dan menyuruh orang
23
lain supaya menganutnya, tetapi bukan dengan paksaan dan kekerasan melainkan dengan ilmu dan kebijaksanaanmu.
Aqidah
Islam
menanamkan
kemerdekaan dalam diri manusia, tentang kemauan dan perbuatannya. Manusia itu merasa bertanggung jawab dari segala tindakannya dengan tidak melupakan kekuasaan Allah yang lebih tinggi dimana manusia ini mesti tunduk terhadap kekuasaan itu..30 4.
Keistimewaan aqidah Islam Aqidah Islam mempunyai keistimewaan-keistimewaan, di antaranya adalah sebagai berikut: d.
Aqidah Islam terpelihara keasliannya Aqidah Islam adalah satu-satunya aqidah agama yang sangat terjamin kemurniannya, maksudnya keyakinan yang menjadi soko guru utama atas berdirinya syari‟at Islam tidak mungkin dapat dirubah atau dipalsukan sejak saat pertama kali diturunkan hingga datangnya hari kiamat. Jaminan kemurnian Al-Qur‟an sebagai induknya. Jika kita benar-benar yakin terhadap kemurnian aqidah yang dikandungnya.
e.
Aqidah Islam meluruskan aqidah-aqidah yang
telah diselewengkan. Salah satu kejelasan manusia adalah suka menyelewengkan suatu perkara termasuk aqidah. Mereka merusak dan menyalahi aturan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Sehingga yang benar
30
Yusuf Al-Qordhowy, Imam dan Kehidupan. Bulan Bintang. Jakarta, 1983. hlm.56.
24
nampak jadi salah dan yang sebaliknya aqidah yang salah nampak benar. Fungsi aqidah Islam antara lain adalah meluruskan aqidahaqidah yang telah diselewengkan hingga menjadi benar kembali. f.
Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sejak awal kejadian manusia telah dibekali fitrah aqidah yakni keyakinan adanya Allah SWT yang Maha Esa lagi maha Kuasa atas segala sesuatu. Setelah mereka lahir ke alam dunia menerima ajaran aqidah tauhid tidak ada kesulitan sama sekali karena benar-benar sesuai dengan fitrahnya. Yang telah mengakui dan menyertakan diri sebagai saksi atas adanya Allah SWT. Islam diciptakan sebagai agama oleh Allah SWT untuk dibebankan kepada manusia berakal dan tidak dibebani agama Islam bagi mereka yang tidak mempunyai akal sehat. Aqidah yang diajarkan Islam adalah aqidah yang dapat diterima akal sehat. Sama halnya dalam mengajarkan tentang Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT, tersebut disajikan Islam amat sederhana dan mudah ditangkap oleh akal sehat.
c.
Masyarakat kejawen d.
Pemahaman Tentang Masyarakat Jawa
25
Masyarakat jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama. 31 Masyarakat jawa sejak masa prasejarah telah memiliki kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-tumbuhan, hewan serta pada manusia itu sendiri. Dengan kepercayaan yang mereka anut tersebut, mereka beranggapan bahwa disamping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia. Orang Jawa juga percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendakNya. Selain animisme, suku jawa juga mempunyai kepercayaan dinamisme, yaitu mempercayai bahwa apa yang telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi dengan alam. Mereka beranggapan bahwa kekuatan alam merupakan penentuan dari seluruh kehidupannya. Keyakinan hasil didikan alam ini terus dianut oleh orang jawa secara turun temurun. Bahkan ketika taman kolonial ketika orang jawa sudah banyak menganut agama formal seperti hindu, budha, Islam & Kristen pemujaan terhadap kekuatan alam tidak bisa ditinggalkan dan tetap dilaksanakan. Tampaknya, agama yang mereka anut tidak mampu menghilangkan
31
M. Darori Amir, Islam dan Kebudayaan Jawa. Gama media, Yogyakarta, 2002, hlm. 4.
26
keyakinannya
terhadap
adanya
kekuatan
alam
sehingga
tetap
mempertahankan kepercayaan itu. Kepercayaan atau ritual yang dilakukan oleh orang jawa disebut sebagai kejawen. Ajaran-ajaran kejawen tersebut merupakan keyakinan dan ritual campuran dari agama-agama formal dengan pemujaan terhadap kekuatan alam yang dilakukan oleh orang Jawa. 32 Sampai saat ini ajaran kejawen masih banyak dianut oleh orang Jawa. Sangat sulit untuk dapat melihat keyakinan orang jawa secara murni karena ajaran agama yang dianut merupakan pencampuran dengan ajaran-ajaran sebelumnya dimasa lalu. Pedoman dari kepercayaan campuran ini tampak pada ajaran yang disebut sebagai petangan. Petangan adalah keyakianan mengenai hubungan antara manusia dan roh-roh halus dan merupakan sarana bantu dimana yang kuasa dapat menampakan diri secara tidak langsung kepada manusia.33
Sehingga
petangan,
selain
mempengaruhi
kehidupan
keagamaan yang dianut, juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang jawa. Dalam agama Islam tidak mengajarkan untuk mempercayai kekuatan-ketuatan lain selain Allah dan tidak juga mengajarkan sesembahan-sesembahan terhadap benda-benda. Yang harus disembah adalah Allah SWT yang telah menciptakan alam ini beserta seluruh isinya. Akan tetapi setelah Islam masuk di jawa, para walisongo yang merupakan 32 33
Capt. RP. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, LKIS, Yogyakarta, 2007. hlm. 2. Ibid, hlm.3.
27
tokoh penyebar Islam di jawa abad 15-16 yang telah berhasil mengkombinasikan memperkenalkan
aspek-aspek Islam
kepada
sekuler
dan
masyarakat.
spiritual
dalam
Walisongo
tidak
menghilangkan budaya asli dari orang jawa yang telah mengakar kuat, melainkan para walisongo memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam rutual tersebut dengan mengganti penyajian sesaji dengan menu baru seperti tumpeng. Budaya Jawa telah mengakar beratus-ratus tahun dan telah mendarah daging pada masyarakat jawa. Sikap masyarakat jawa memiliki identitas tersendiri yang dilandasi dengan nasehat-nasehat dari nenek moyang sampai turun temurun sampai sekarang pun tetap hidup ditengahtengah masyarakat yang serba modern. 34 Pada dasarnya adat kejawen tersebut mengajarkan kepada manusia untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dengan perantara ritual, menghormati antar sesama manusia dan makhluk lain, serta menciptakan kerukunan sehingga hidupnya menjadi tenang dan tentram. Mereka juga mempercayai jika suatu peristiwa dialami oleh seseorang, orang cenderung menghubungkanya dengan apa yang telah terjadi dan dihayatinya dulu. Tidak jarang pula hal itu dilihat sebagai suatu tanda atau peringatan akan terjadinya sesuatu di masa datang. 35 Pola pikir seperti ini oleh masyarakat
34
Thomas Wiyasa Brata Wijaya, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, PT. Pradya paramita, Jakarta, 1997. hlm. 75-76. 35 Hans. J Daeng,. 2000. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hlm.79
28
Jawa mendorong manusia agar lebih hati-hati dalam bertingkahlaku agar selaras dan harmonis dalam menjalani kehidupan ini
e.
Proses akulturasi dan aspek budaya Jawa dan Islam:
1. Proses akulturasi budaya jawa dan Islam Dalam proses penyebaran Islam di Jawa terdapat dua pendekatan. Yang pertama disebut Islamisasi kultur Jawa, yaitu suatu pendekatan yang diupayakan agar tampak bercorak Islam, baik secara formal
maupun substansial
yang dilakukan
misalnya denagn
penggunaan istilah dan nama Islam., penerapan hukum serta norma Islam dalam spek kehidupan. Pendekatan yang kedua yaitu jawanisasi Islam, yaitu suatu pendekatan sebagai upaya internalisasi nilai-nilai Islam melalui penyusunan ke dalam budaya jawa. Ini diterapkan dengan istilah-istilah dan norma-norma tetap dipakai, tetapi nilai yang dikandungnya adalah nilai Islam sehingga Islam menjadi men-jawa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa produk budaya orang jawa yang beragama Islam cenderung mengarah kepada jawa yang keIslaman atau Islam kejawen. Sebagai suatu cara pendekatan dalam proses akulturasi kedua kecenderungan itu merupakan strategi yang sering diambil ketika dua kebudayaan saling bertemu yang sesuai watak orang jawa yang cenderung bersikat moderat serta mengutamakan keselarasan. Sehingga terdapat dua penilaian bahwa pencampuran itu masih sebatas luarnya saja, sedangkan nilai-nilai esensialnya adalah jawa. Penilaian yang lain
29
sebaliknya, dalam arti nilai Islam telah menjadi semacam ruh dari penampakan budaya jawa kendatipun tidak secara kongrit berlabelkan Islam. 2. Budaya jawa dan Islam dalam aspek kepercayaan Dalam agam aIslam aspek fundamental, yakni kepercayaan atau keyakinan terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang sakral, suci atau ghaib terumuskan dalam istilah aqidah atau keimanan sehingga terdapatlah rukun iman yang isinya harus dipercayai atau diimani oleh muslim. Namun demikian, diluar semua itu masih banyak terdapat unsur keimanan yang lain yang juga harus dipercayai seperti percaya kepada adanya setan, iblis, syafa‟at nabi Muhammad SAW, dll. Sementara itu dalam, dalam budaya sebelum Islam yang bersumberkan dari ajaran agama hindu terdapat kepercayaan tentang adanya para dewata seperti: dewa brahma, dewa wisnu, dewa siwa serta masih banyak lagi para dewa. Demikian juga terdapat kepercayaan terhadap kitab suci, roh suci, orang jahat, lingkaran penderitaan, hukum karma, dan hidup bahagia abadi. Pada agama budha terdapat kepercayaan tentang empat kebenaran abadi, penderitaan dan sebabnya, pemadam keinginan serta jalan kelepasan. Adapun pada agama primitif sebagai agama orang jawa sebelum kedatangan agama hindu dan budha. Inti kepercayaannya adalah dinamisme dan animisme yang dalam proses perkembangan Islam berinteraksi dengan kepercayaan dalam Islam seperti: pada aspek
30
ketuhanan. Prinsip ajaran tauhid Islam telah bercampur dengan berbagai unsur keyakinan hindu-budha maupun primitif. Sebagai contoh dalam sebutan Allah dengan berbagai nama yang terhimpun dalam asma‟ul husnah telah berubah gusti Allah, gusti kang murbeng dumadi (al-khaliq), ingkang maha kuwaos (al-qodir0, ingkang maha esa (al-ahad) dan lain-lain. Nama-nama itu bercampur dengan nama dari agama lain sehingga muncul sebutan Hyang maha agung (Allahu Akbar) atau Hyang maha Luhur (Allah ta‟ala). Berkaitan dengan sisasisa kepercayaan animisme dan dinamisme, kepercayaan mengesakan Allah itu sering menjadi tidak murni karena tercampur dengan pertuhanan terhadap benda yang dianggap keramat, baik benda mati maupun hidup. Arti keramat disini bukan hanya sekedar daya magic, sebagai sesuatu yang sakral bersifat illahiyah. 36 Keyakinan tentang adanya para rosul dan nabi sebagai orangorang yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya adalah merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Mereka dibekali oleh Allah dengan mu‟jizat untuk mengukuhkan kerosulan mereka. Maka mereka dipandang sebagai manusia yang luar biasa. Tampaknya kepercayaan terhadap nabi telah mempengaruhi keyakinan lama orang jawa. Contohnya, beberapa nama nabi juga dikaitkan dengan kepercayaan orang jawa tentang hari-hari atau bulan na‟as, seperti: tanggal 13 bulan sura‟ (na‟asnya Nabi Ibrahim yang dibakar oleh Raja Namrut), pada
36
Islam dan Kebudayaan Jawa, op. cit. hlm.124.
31
tanggal 3 maulud (na‟asnya Nabi Adam diturunkan ke dunia), tanggal 16 rabiul akhir (na‟asnya Nabi Yusuf tatkala dimasukkan kedalam sumur) dan tanggal-tanggal na‟asnya nabi lainnya orang jawa tidak boleh “mantu”. 3. Budaya jawa dan Islam dalam aspek ritual Agama Islam mengajarkan agar pemeluknya melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik tertentu. Yang dimaksud dengan kegiatan ritualistik adalah meliputi berbagai bentuk ibadah sebagaima yang tersimpul dalam rukun Islam, yakni syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji. 37 Bagi orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacaraupacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari keberadaannya dalam perut ibu, lahir, anak-anak, dewasa pada saat sampai pada kematiannya, atau upacara yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Upacara itu semula dilakukan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan-kekuatan ghaib yang tidak dikehendaki yang akan membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia. Upacara dilakukan dengan mengadakan sesaji atau semacam korban yang disajikan kepada kekuatan ghaib pada kepercayaan lama. Harapan dari uapacara tersebut adalah agar senantiasa dalam keadaan selamat. Islam memberikan warna baru pada upacara itu dengan sebutan kenduren atau selametan, yang pokoknya adalah pembacaan doa yang
37
Ibid, hlm. 130.
32
dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki pengetahuan lebih tentang Islam. Juga terdapat seperangkat makanan yang dihidangkan bagi para peserta selametan, serta makanan yang dibawa pulang ke rumah masing-masing peserta selametan yang disebut berkat. Dari uraian tentang budaya jawa dan Islam dalam aspek kepercayaan dan ritual diatas menunjukkan secara jelas bahwa budaya tersebut memang sudah terjadi dalam kehidupan keberagamaan orang Jawa sebagai suatu upaya untuk mengakomodasikan antara nilai Islam dengan budaya jawa pra-Islam. Upaya itu telah dilakukan sejak Islam mulai disebarkan oleh para walisongo serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari orang jawa Islam. Upaya itu masih terus berproses sampai sekarang. Sebagian dari nilai-nilai Islam itu telah menjadi bagian dari budaya jawa, meskipun disana sini warisan nilainilai budaya pra-Islam masih tampak meski dalam wadah yang kelihatannya Islami. Sebagai tatanan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, nilai yang dapat diambil dari ritual kejawen adalah kebersamaan yang merupakan kunci utama dalam pergaulan dan saling merasa memiliki untuk berbagi tanpa membedakan status sosial dan ekonomi sehingga perselisihan dan kesenjangan dapat terhindarkan.
f.
Siklus kehidupan masyarakat jawa Siklus kehidupan masyarakat jawa penuh dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh secara turun-temurun. Nilai dan
33
norma tersebut untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Hal tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat yang akhirnya membentuk adat istiadat dan diwujudkan dalam bentuk tata upacara adat. Tiap-tiap daerah mempunyai adat istiadat sendiri-sendiri sesuai dengan lingkungan setempat. Siklus kehidupan masyarakat jawa dalam bentuk ritual kejawen diantaranya adalah sebagai berikut:
Upacara tingkeban atau mitoni Apabila usia kehamilan telah mencapai usia tujuh bulan, maka diadakan upacara tingkeban atau tujuh bulan atau miton. Upacaranya khusus dengan penuh tata cara misalnya wanita yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman oleh para sesepuh. 38 Dalam upacara tersebut wanita yang hamil berganti-ganti kain batik sampai tujuh kali dan diakhiri dengan kain batik sida mukti, sida mulya atau sida asih. Kain batik yang terakhir dipakai dengan motif tersebut mempunyai makna agar anak yang dilahirkan menjadi bahagia. Pada upacara slametan tingkeban ini, Cliford Geertz memberikan unsur-unsur utama yang diuraikan dengan maknanya melalui penelitian sebagai berikut:
Sepiring
nasi
untuk
setiap tamu dengan nasi putih diatas nasi kuning dibawahnya. Nasi putih melambangkan kesucian dan nasi kuning melambangkan
38
Thomas Wiyasa Brata Wijaya, op.cit. hlm. 118
34
cinta. Ini harus dihidangkan diatas wadah dari daun pisang yang direkatkan dengan jarum bayu (raja dan bangsawan konon menggunakan jarum emas dimasa dahulu agar yang bakal lahir kuat dan tajam pikirannya).
Nasi dicampur dengan kelapa irisan dan bayam yang diiris. Ini dimaksudkan untuk menghormati Nabi Nuh maupun untuk menjamin slamet untuk semua peserta dan anak yang akan lahir.
Tujuh tumpeng kecil nasi putih yang melambangkan tujuh
bulan kehamilan, tetapi
sering kali beberapa hajat ditambahkan seperti untuk menghormati hari yang tujuh dari satu minggu langit yang berlapis tujuh.
Delapan
(kandang-
kandang sembilan nasi putih yang dibentuk dengan genggaman tangan untuk melambangkan delapan (sembilan) wali penyebar agama Islam.
Sebuah tumpeng nasi yang besar biasanya disebut tumpeng “kuat” kerena terbuat dari beras ketan yang meksudnya agar anak yang di dalam kandungan itu kuat dan juga memuliakan desanya kelak.
Beberapa
hasil
tanaman yang tumbuh dibawah tanah (seperti singkong) dan beberapa buah yang tumbuh bergantung diatas. Yang pertama
35
untuk melambangkan bumi dan yang kedua untuk melambangkan langit.
Tiga jenis bubur putih merah (dibuat dengan memberinya gula kelapa) dan suatu campuran dari keduanya yang putih disebagian luar sedang yang merah ditengah piring. Orang kampung biasa menyebutnya “jenang abang bancaan”. Mereka menganggap bahwa jenang abang sangat mujarab untuk mencegah masuknya makhluk halus jenis apapun.
Rujak
legi,
suatu
ramuan yang sedap dari berbagai buah-buahan, cabe, bumbu dan gula. Ini sangat penting dalam hubungan di tingkeban dan paling khas. Konon bila rujak itu pedas atau sedap itu akan melahirkan anak perempuan dan sebaliknya jika biasa-biasa saja akan melahirkan anak laki-laki. 39
Upacara kelahiran Proses melahirkan untuk zaman sekarang sudah banyak dilakukan oleh bidan meskipun masih banyak juga yang masih dilakukan oleh dukun bayi. Seorang dukun bayi biasanya meletakkan sajen disamping ibi dan dikamar mandi karena makhluk halus dikamar mandi dan tidak suka ada bau darah kelahiran. Dalam proses melahirkan, dukun memijat perut yang mau melahirkan sambil
39
Clifordz Geerts, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Pustaka jaya, Yogyakarta, 1960. hlm. 40.
36
membaca mantra. Setelah anak lahir, dukun mengambil pisau bamboo yang tradisional disebut worat untuk memotong tali pusar. 40 Kemudian sang dukun membubuhkan kunir dan mengikat tali pusarnya. Bayi kemudian dimandikan dan tali pusar dicuci dan dimasukkan dalam kendi dan diberi garam lalu dikubur di luar rumah yang disekelilingnya diberi pagar anyaman untuk mencegah digalinya anjing atau kucing, serta diberi lampu dibiarkan menyala selama tiga puluh hari untuk mencegah gangguan roh jahat.41 Berkaitan dengan upacara kelahiran ini, Koentjaraningrat menyatakan: Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur tujuh hari. Dalam upaya ini rambut si bayi dipotong sedikit kemudian diberi nama. Dalam upacara Islam santri, upacara ini disebut qorban aqiqah, dengan ditandai dengan penyembelihan hewan aqiqah yang berupa kambing dua ekor (untuk laki-laki) dan satu ekor kambing (untuk anak perempuan)”. 42
Upacara tedhak sinten Menurut bahasa tedhak sinten berasal dari kata tedhak dan sinten. Tedhak berarti menginjak dan sinten bermakna tanah. Jadi tedhak sinten adalah memperkenalkan anak untuk pertama kalinya menginjak tanah atau bumi. Makna dari tedhak sinten adalah agar anak yang bersangkutan, setelah dewasa nanti mampu mandiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan yang dicita-citakan tercapai.
40
Ibid. hlm. 57. Ibid. hlm. 59 42 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, Jakarta 1994. hlm. 354. clitfordz Goort, op.cit. hlm.60. 41
37
Tedhak sinten biasanya dilakukan bila anak mencapai umur tujuh lapan atau 7 x 35 hari. Adapun jalannya adalah sebagai berikut: 1. Anak yang bersangkutan dibimbing berjalan dengan kakinya menginjak jadah tujuh warna. 2. Setelah itu anak dinaikkan tangga yang terbuat dari tebu merah hati. 3. Selanjutnya anak dimasukkan kedalam kurungan ayam yang di dalamnya ada padi, gelang emas, alat-alat tulis, kapas dan berbagai macam barang yang berharga. 4. Anak mengambil salah satu dari benda tersebut. 5. Setelah itu anak ditaburi beras kuning dengan macam-macam uang logam yang masih laku disebarkan kepada tamu yang hadir yang maksudnya agar si anak mudah mencari rizki. 6. Setelah selesai anak dimandikan dengan bunga setaman agar kelak anak bisa membawa nama baik orang tua.
Upacara pernikahan Perkawinan (nikah) adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami istri dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syari‟at Islam. 43 Dalam sebuah proses awal perkawinan adat dimasyarakat jawa adalah lamaran, yaitu keluarga pihak pria mengunjungi keluarga pihak wanita saling tukar basa-basi formalitas
43
M. Atnon Chafidh dan A. ma‟ruf Asrori, Tradisi Islami. Khalista, Surabaya, 2006. hlm.
88.
38
kosong yang dipraktekkan dan menjadi kehlian orang jawa sejak dahulu. 44 Meskipun pada masa sekarang ini biasanya anak laki-laki dan perempuan yang mau menikah sudah saling mengenal, namun lamaran resmi ini harus tetap dilaksanakan. Dari proses lamaran tersebut juga mendapatkan jawaban dan kesepakatan bersama mengenai proses berikutnya. Menjelang hari pernikahan diadakan upacara srah-srahan atau asok tukon yaitu anak calon pengantin pria menyerahkan sejumlah hadiah perkawinan kepada keluarga pihak calon pengantin putri yang berupa hasil bumi, alat-alat rumah tangga, ternak, pakaian dan kadangkadang ditambah sejumlah uang. Sehari atau dua hari sebelum upacara akad nikah dirumah orang tua calon pengantin putri membuat tratag atau menghias rumah. Kesibukan tersebut biasanya dinamakan upacara pasang tarub. Sehari sebelum akad nikah dilangsungkan upacara siraman yaitu memandikan calon pengantin putri dengan kembang telon yaitu bunga mawar, melati dan kenanga dan selanjutnya disusul dengan upacara ngerik. 45 Ngerik itu membersihkan bulu rambut yang terdapat di dahi, kuduk, tengkuk dan pipi. Setelah itu pada malam harinya diadakan upacara malam midodareni. Calon pengantin putra datang kerumah pengantin putri dan selanjutnya calon pengantin putra
menjalani upacara
nyantri.
Dilanjutkan pagi hari atau sore harinya dilangsungkan upacara ijab 44 45
Clittordz Geertz. op.cit. hlm. 69. Thomas Wijasa Bratawijaya, op.cit. hlm. 142.
39
qobul atau akad nikah, yaitu rangkaian ijab (penyerahan) yang diucapkan oleh wali dan qobul (penerimaan) yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi. 46 Setelah sah menjadi suami istri dilangsungkan upacara panggih atau temon yaitu pengantin putran dan pengantin putri ditemukan yang berakhir duduk berdampingan dipelaminan. Setelah itu 3, 4 atau 5 hari setelah akad nikah diadakan upacara sepasaran pengantin atau ngunduh mantu apabila disertai dengan pesta. Mereka juga menyiapkan beberapa perlengkapan adat yaitu menyiapkan tuwuhan, Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada pengantin tersebut dapat memperoleh keturunan dan untuk melangsungkan sejarah keluarga . Tuwuhan terdiri dari :
Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
Tebu wulung Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber rasa manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau
46
M. Atnan Chafidh dan A.Ma‟ruf Asrori, op.cit. hlm. 104.
40
tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu beryindak dengan ‟kewicaksanaan‟ atau kebijakan
Cengkir Gadhing Merupakan simbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambang keturunan
Daun randu dan pari sewuli Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga hal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan) Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan terbebas dari segala halangan. 47 Setelah semuanya telah siap, maka disiapkan pula upacara midodaren. Malam midodareni adalah malam menjelang dilaksanakan ijab dan panggih. Midodareni berasal dari kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mempercantik pengantin wanita. Prosesi yang dilaksanakan pada malam midodareni :
a. Jonggolan
47
www.alang-alangkumitir.com, diunduh pada tanggal 31 Juli 2010 Jam 14.00 WIB.
41
Datanganya calon pengantin pria ke tempat calon mertua. „Njonggol‟ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih. b. Tantingan Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan „kembar mayang‟ sebagai syarat perkawinan c. Turunnya Kembar Mayang Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya
42
adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya. d. Wilujengan Majemukan Wilujengan Majemukan adalah silaturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria : Kancing gelung (seperangkat pakaian untuk dikenakan pada upacara panggih) dan sebuah pusaka berbentuk dhuwung atau keris, yang bermakna untuk melindungi keluarganya kelak. 48 Dalam pernikahan yang paling penting adalah ijab qobul, yaitu penyatuan dalam satu ikatan suami istri (laki-laki dan perempuan) dengan berlandaskan hukum Islam dan Negara. Setelah ijab qobul selesai maka dilangsungkan upacara adat dengan macam dan maknanya sebagai berikut:49
Bagian I
Upacara balangan sedah atau lempar sirih yaitu pengantin putera dan pengantin putri saling melempar sirih, setelah itu disusul dengan berjabat tangan tanda saling mengenal.
Bagian II Upacara wiji dadi
48 49
www.alang-alangkumitir.com , diunduh pada tanggal 31 Juli 2010 Jam 14.15 WIB. Thomas Wiyoso Bratawijoyo, op.cit. hlm. 148-155.
43
Sebelum pengantin putera menginjak telur, pengantin puteri membasuh terlebih dahulu kedua kaki pengantin putera.
Bagian III Upacara sendur binayang yaitu pasangan pengantin berjalan dibelakang ayah pengantin puteri, sedangkan ibu pengantin puteri dibelakangnya pengantin tersebut. Hal ini mempunyai makna bapak selalu
membimbing
putera
puterinya
menuju
kebahagiaan,
sedangkan ibu memberikan dorongan “Tut Wuri Handayani”.
Bagian IV Timbang (pangkon) dan disusul upacara tanem Upacara tanem yaitu bapak pengantin puteri mempersilahkan duduk kedua pengantin dipelaminan yang bermakna bahwa bapak telah merestui dan mengesahkan kedua pengantin menjadi suami isteri.
Bagian V Upacara tukar kalpika yang disebut juga tukar cincin yaitu memindahkan dari jari manis kiri ke jari manis kanan dan dilaksanakann saling memindahkan. Hal ini mempunyai makna bahwa bahwa sang isteri telah memadu kasih sayang untuk mencapai hidup bahagia sepanjang hidup.
Bagian VI Kacang kucur (tanpa kaya)
44
Upacara kacang kucur atau disebut guna kaya yang bermakna bahwa hasil jerih payah sang suami diperuntukkan kedua sang isteri untuk kebutuhan keluarga.
Bagian VII Kembul dhahar “sekul walimah” Upacara kembul dhahar yaitu kedua pengantin saling suap-suapan secara lahab. Hal ini bermakna bahwa hasil jerih payah dan rizeki yang diterimanya adalah berkat rahmad Tuhan dan untuk mencukupi keluarganya. Segala suka dan duka harus dipikul bersama-sama.
Bagian VIII Pengantin putera dengan sabar menunggu pengantin puteri menghabiskan dhaharan. Biasanya ibu lebih sayang untuk membuang makanan. Hal ini bermakna agar Tuhan selalu memberikan rizeki dan selalu mensyukuri rizeki yang diterimanya.
Bagian IX Upacara sungkeman Upacra sungkeman/ngabekten yaitu kedua pengantin berlutut untuk menyembah kedua bapak dan ibu dari kedua pengantin. Hal ini bermakna bahwa kedua pengantin tetap berbakti kepada bapak/ibu pengantin, serta mohon doa restu agar Tuhan selalu memberikan rahmat-Nya.
45
Dalam tradisi Jawa, setiap ada pernikahan pasti kita jumpai simbol-simbol yang mempunyai makna tertentu seperti janur kuning, pisang raja dan macam-macam sesaji. Disebelah kanan kiri gapura terdapat janur kuning, tebu, cengkir dan pisang raja yang diikat pada kedua tiang didepan ruang pertemuan resepsi. Berkaitan dengan itu Wawan Susetya menerangkan: Pertama pisang raja bermakna sangat jelas sebagai simbolik dari raja. Artinya, pernikahan atau perkawinan dalam kehidupan manusia merupakan salah satu tahap yang paling penting dari tiga proses perjalanan: kelahiran, perkawinan, dan kematiannya. Dan sang mempelai didudukan di singgasana rinenga‟ dengan pakaian ala raja dan permaisuri yang penuh aura kewibawaan dan kegembiraan. Kedua, tebu. Orang jawa mengartikan dengan ungkapan mantebing qolbu (mantabnya hati/qolbu), karena tanaman tebu rasanya manis dan menyegarkan. Ketiga, cengkir (buah kelapa yang masih muda), maknanya adalah kencenging pikir(pikiran yang lurus). Dengan berbekal cengkir, sang mempelai diharapkan mampu melewati ujian kritis dalam mempertahankan pernikahannya, sehingga mampu menghadapi suka maupun duka bersama dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.50 Upacara kematian Apabila ada orang meninggal, maka hal yang pertama dilakukan oleh orang jawa adalah untuk memanggil seorang modin dan mengumumkan kematian itu kepada sanak saudara dan tetangga. Sekarang ini, orang lebih sering pergi ke dokter atau puskesmas terdekat dahulu, dan baru kemudian setelah dipastikan meninggal kemudian mencari modin serta memberi kabar kepada orang-orang sekitarnya. Bila seseorang meninggal dunia, keluarga yang ditinggalkan dalam keadaan duka cita, suasana berkabung. Yang perlu kita lakukan 50
Wawan Susetya, Ular-Ular Manten: Wejangan Perkawinan Adat Jawa, Narasi, Yogyakarta, 2007, hlm. 33-34.
46
terlebih dahulu adalah menentramkan keluarga tersebut dengan memberi penghiburan bahwa semua akan memberi kepada Allah. Jenazah yang baru saja meninggal ditidurkan membujur melentang menghadap keatas. Selanjutnya ditutup dengan kain jarik. Kaki dipan dimana mayat itu ditidurkan perlu direndam dengan air, maksudnya gar dipan itu tidak dikerumuni semut atau binatang kecil lainnya. Upacara kematian ini dilaksanakan pada saat mempersiapkan penguburan orang yang meninggal yang ditandai dengan memandikan, mengkafani, mensholati dan menguburkan. Berkaitan dengan ini Koentjaraningrat mengemukakan bahwa: Apabila modin dan para pembantunya telah tiba, mereka memandikan jenazah yang dibaringkan diatas tujuh buah batang pisang, yang masing-masing panjangnya kira-kira satu meter, dan disusun rapat berdempetan, dengan disaksikan oleh anggota keluarga yang meninggal. Setelah selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dengan handuk, lalu ditaburi bedak. Alat kelamin jenazah ditutup dengan sepotong daun pisang, dan segala lubang pada tubuh diisi dengan kapas. Setelah wajahnya dirias sedikit, jenazah dibungkus dengan kain putih yang kemudian diikat dikaki, pinggang, leher dan diatas kepalanya. Jenazah yang sudah dibungkus rapi kemudian diletakkan diruangan tengah dari rumah, diatas usungan yang terbuat dari bambu, dengan kepala menghadap kearah utara. Modin dan para pembantunya kemudian membacakan surat „ultaqim yang disusul dengan suatu pidato pemakaman dalam bahasa jawa yang ditujukan kepada orang yang baru saja meninggal itu.51 Untuk kerabat wanita yang datang melayat membantu mengerjakan hal kecil seperti merangkai bunga-bunga yang akan digunakan untuk menghias keranda sedangkan kerabat pria mengurus surat-surat yang digunakan untuk pemakaman jenazah, membeli tanah makam, dan membeli kayu (patok) yang dimana dituliskan nama orang 51
Koentjaraningrat, op.cit, hlm. 360-361.
47
yang meninggal. Setelah selesai mengkafani, sebelum dimakamkan terlebih dahulu disholatkan yang dipimpin oleh modin atau imam yang lain yang dimakmumi oleh para pelayat yang datang. Setelah persiapan pemakaman
sudah
selesai,
maka
jenazahpun
diberangkatkan
kepemakaman. Diiringi oleh para handai taulan serta tetangga yang telah hadir sejak awal maupun yang baru saja datang. Setiba dipemakaman, jenazah dikeluarkan dari keranda dan diturunkan ke dalam liang kubur dengan bantuan para pekerja pemakaman. Luas sebuah liang lahat untuk orang dewasa adalah kirakira 1 x 2,5 meter, dengan kedalaman kira-kira 2,5 meter, dan digali memanjang dengan arah dari utara ke selatan. Panjang sisinya kurang lebih 2 meter dibawah permukaan tanah. Dibuat sebuah lubang yang cukup untuk meletakkan jenazah pada posisi miring, dengan kepalanya disebelah utara, dan menghadap ke barat (mekah). Untuk menjaga agar jenazah tidak bergeser tempat maka kedua sisinya diletakkan batu-batu atau gumpalan-gumpalan tanah. Apabila jenazah selesai dibaringkan, maka tali pengikat kepala dibuka untuk menampakkan pipi dan telinga jenazah, dan meneriakkan kalimat adzan dan syahadad berkali-kali. Setelah itu modin membaca suratul kubr (doa kubur) dalam bahasa jawa. Sementara itu lubang ditutup dengan papan, yang disusun penutupan seluruh lubang dengan tanah. Para sanak keluarga dengan simbolik memasukkan beberapa gumpal tanah. Apabila lubang sudah tertutup dan tanah diatasnya sudah membentuk bukit kecil maka papan-
48
papan yang sudah dipersiapkan ditanam pada kedua ujungnya. Selanjutnya diatas bukit itu ditaburkan bunga-bunga. Pada akhir upacara pemakaman masih diucapkan pidato oleh wakil keluarga orang yang meninggal, untuk mengucapkan terima kasih atas segala ucapan bela sungkawa dan bantuan yang telah diberikan serta memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala kesalahan almarhum semasa hidupnya. Setelah itu semua orang pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan selametan-selametan yang diselenggarakan oleh keluarga dari orang yang meninggal diantaranya adalah hari geblak yaitu bertepatan dengan meninggal dunia. Selametan yang diadakan ialah: nasi asahan yaitu nasi putih biasa yang diatasnya diletakkan nasi tumpeng bersebelah dua dan diletakkan secara berlawanan (ungkurungkuran). Lauk pauknya: sambal goreng, semur boncis, bihun goreng atau bakmi goreng, tempe goreng, keripik, dan kerupuk. Selanjutnya dihidangkan pula nasi uduk atau nasi goreng dengan lauk pauk ingkung ayam dimasak secara utuh dengan santan diberi bumbu ketumbar, merica, daun salam laos (lengkuas). Disamping itu disediakan pula lalaban cabe rawit, mentimun, daun kemangi, daun kol. 52 Kesemua itu adalah susunan hidang selametan orang meninggal dunia mulai dari dan maknanya:
52
Hari geblak (hari meninggal)
Thomas wiyasa Bratawijaya, op.cit, hlm.131.
49
Kari ketiga, yaitu untuk menyempurnakan empat perkara yang disebut anasir bumi, api, angin, dan air.
Hari ke tujuh/ tujuh hari, yaitu untuk menyempurnakan kulit dan kukunya.
Hari ke empat puluh/empat puluh hari untuk menyempurnakan semua yang bersifat badan (jasad).
Hari ke seratus/seratus hari yaitu untuk menyempurnakan pembawaan dari ayah dan ibu berupa darah, daging, sumsum, jeroan (isi perut), kuku, rambut, tulang, dan otot.
Mendhak
sepisan
(satu
tahun sesudah meninggal) untuk menyempurnakan kulit, daging dan jeroannya.
Mendhak pindho (dua tahun setelah meninggal) untuk menyempurnakan semua kulit, darah, dan semacamnya yang tinggal hanyalah tulangnya saja.
Mendhak
telu
untuk
menyempurnakan semua rasa dan bau hingga semua rasa dan bau sudah lenyap. d.
Peran Ustadz Dalam Pendidikan Aqidah Pada Masyarakat Jawa
50
Seperti yang telah dijelaskan dalam uraian diatas. Dalam suatu masyarakat diperlukan orang sebagai panutan. Tentu saja orang tersebut harus memiliki ilmu pengetahuan lebih sebagai tempat kita untuk bertanya dan bertukar pikiran, khususnya tentang ilmu agama. Agama merupakan pegangan atau kendali dalam melakukan setiap kali perbuatan. Dalam Islam seseorang yang mempunya pengetahuan yang lebih tinggi dari yang lainnya dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mengamalkan atau menerapkan kepada orang lain biasa disebut dengan Ustadz atau tokoh agama. Sebagai seseorang yang dianggap pintar dalam agama, maka dalam kesehariaannya segala tingkah laku selalu dijaga. Peran ustadz dalam masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang dimiliki dengan jalan dakwah dalam berbagai bentuk kepada orang awam agar segala perbuatan dan perkataan masyarkat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Maka tidak ringan tugas seorang tokoh agama. Aqidah merupakan ruh agama atau jiwa Islam sehingga dapat dikatakan bahwa agama tidak bisa hidup tanpa aqidah. Aqidah merupakan fondasi, yaitu bagian pokok dan penting dari agama. Aqidah dapat diartikan kepercayaan atau keyakinan. Keyakinan atau keimanan adalah solusi segala permasalahan. Siapa yang ingin memperoleh kebahagiaan untuk dirinya dan untuk menyelamatkan umat manusia hendaklah ia mulai dari keimanan. Barang siapa yang ingin menggapai hidup di akherat dan ingin selamat dari siksa Allah SWT, maka hendaklah memulai dengan keimanan dan tetap istiqomah. Dan barang siapa saja yang telah berhasil mendapatkan keimanan atas
51
pengetahuan dan pemahaman maka hendaklah ia menjaga dan memeliharanya dengan memperbanyak amal saleh. Konsep tentang Tuhan merupakan salah satu persoalan pokok yang tidak bisa diabaikan dalam kajian tentang sistem kepercayaan atau agama. Sebab,
ritual
maupun tradisi-tradisi
dari
sistem kepercayaan
yang
menghasilkan sentimen-sentimen yang sakral selalu diarahkan kepada suatu fokus utama, yaitu kesadaran akan adanya kekuatan ilahi (Tuhan) atau kekuatan adalah kodrati. 53 Konsen ketuhanan dalam doktrin suatu agama akan memberikan arahan kepada para penganut ajaran tersebut mengenai tujuan yang dicapai dari cara mengekspresikan sikap, tingkah laku dan praktik religiusnya. Dalam Islam jawa atau Islam kejawen terdapat banyak sekali ritual yang dilakukan dengan berbagai macam sajian. Islam sendiri masuk ke jawa secara akulturasi damai. Hal ini disebabkan karena: pertama, para pendakwah Islam yang datang mula-mula adalah para santri, ulama, pedagang dan para ahli sufi, bukan prajurit-prajurit perang dari negeri arab atau persia yang mengadakan penaklukkan teritorial. Sedangkan para pedagang tersebut melakukan perdagangan secara baik-baik dan para sufi mengajarkan doktrindoktrin spiritual yang tentu saja tidak bersifat kekerasan. Kedua, sifat tenggang rasa dari orang jawa sendiri yang mudah menerima setiap yang datang dan dianggap baik lalu disesuaikan dengan prinsip kebudayaan sendiri. Sehingga banyak ajaran mistik Islam yang justru lebih mudah dipahami oleh orang jawa. Ketiga, melalui jalan perkawinan dan para pemeluk Islam giat 53
M. Soehadha, Orang Jawa Memaknai Agama, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2008,
hlm.88.
52
memberikan contoh tauladan kepada masyarakat sehingga mudah meraih pengikut dan memudahkan Islam tersiar secara damai. 54 Oleh karena itu sampai sekarang masih banyak sekali masyarakat yang masih menerapkan tradisi Islam kejawen dengan segala ritual yang urut-urutan dan macamnya telah dijelaskan dalam penjabaran materi diatas. Yang menjadi permasalahan dalam ritual kejawen adalah makna yang terkandung dari berbagai ritual tersebut beserta macam sesajiannya menjadikan ritual itu sebagai keharusan yang tidak bisa ditinggalkan serta mengabaikan kekuasaan Allah. Segala upacara adat jawa yang mereka lakukan hanyalah doktrin dari nenek moyang secara turun-temurun yang dalam ajaran agama Islam tidak ada dasarnya. Mungkin hal ini sudah menjadi keyakinan dan kepercayaan oleh mereka sehingga dapat dikatakan mendekati kemusyrikan. Telah jelas bahwa dalam Islam tidak mengajarkan untuk mempercayai kekuatan lain selain Allah dan juga tidak mengajarkan memberikan sesembahan terhadap benda-benda. Yang harus disembah adalah Allah SWT. Dari
permasalahan
diatas
tugas
Aqidah
untuk
meluruskan
segala
penyelewengan yang dilakukan oleh manusia untuk berkeyakinan dan mempunyai kepercayaan teguh pada ajaran Islam sehingga tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah berkeyakinan percaya pada sesuatu hal yang tidak ada dasarnya. Dalam hal ini tugas ustadz-ustadz dengan ceramah, peringatan serta jalan dakwahnya untuk memperingatkan kepada umat atau
54
Budiono Hadi Sutrisno, Islam Kejawen, Eule Book, Yogyakarta, 2009, hlm.132.
53
masyarakatnya agar tetap berkeyakinan pada jalan Allah. Tokoh agama atau ustadz sebagai panutan didalam masyarakat untuk membimbing mereka agar senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
54
53
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi penelitian Dusun sidorejo merupakan dalam wilayah Desa somomoro dukuh kec. Plupuh kab. Sragen dan merupakan daerah pedesaan dengan Masyarakat hidup dari pertanian dengan kondisi tanah tadah hujan yang sangat luas dan mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak sedikit pula para warganya juga beralih profesi ke arah wirausaha, merantau dan bagi yang tidak memiliki ladang mereka bekerja sebagai buruh tani. Pada Tahun 2010 jumlah penduduk desa Somomoro dukuh mencapai 5.287 jiwa terdiri dari 3.097 jumlah laki-laki dan 2.190 jumlah perempuan yang terbagi dari 17 RT dan 5 RW. Infra struktur rumah warga 70% terbuat dari kayu berlantai tanah sedangkan sekitar 30% bangunan terbuat dari bahan material. Diantara bangunan penting di dusun sidorejo terbuat dari tembok misalkan: Sekolahan, Kantor Kelurahan, Puskesmas dan Masjid.55 Warga desa menganggap rumah yang terbuat dari kayu atau papan mudah dijual sewaktu-waktu dan dapat dipindah-pindah dari satu tempat ketempat lainya. Pada umumnya setiap rumah yang ada di dusun sidorejo tempat MCK sangat memadai, serta para warga juga memperhatikan penerangan dan ventilasi yang cukup sebagai rumah sehat. Adapun jumlah warga yang bermata pencaharian sebagai petani sekitar 70% dan untuk 30% dibagi atas
55
Wawancara dengan Bapak Sukamto selaku kepala desa pada tanggal 13 Juli 2010 jam 14.00 WIB
54
buruh, merantau dan berdagang. Secara geografis wilayah desa Somomoro dukuh dibatasi oleh: a. Desa Sambirejo sebelah utara b. Desa Plupuh sebelah timur c. Desa Brangkal sebelah barat d. Desa Cangkol sebelah selatan Untuk jarak dusun sidorejo ke Balai desa somomoro dukuh sejauh 1km sedangkan kearah kantor kecamatan Plupuh jaraknya 5 km. Desa dialiri listrik dimulai pada tahun 1985 itupun masih terbatas hanya daerah-daerah yang ada dipinggir jalan raya. Kondisi fisik jalan raya di desa itu telah di aspal walaupun terdapat titik-titik kerusakan akibat tidak adanya perawatan berkala dari pemerintah daerah setempat. jadi saat terjadi musim penghujan kondisi jalan raya sangat becek dan banyak terdapat lubang serta terdapat genangan air ditengah-tengah badan jalan sehingga mengganggu aktifitas. Tidak ada kasus sosial dari tahun ketahun. Pendidikan formal warga 60 % lulus SD, 30% SMP/SMA dan 10% Perguruan Tinggi. Sehingga terlihat jelas dari SDM yang dimiliki masyarakatnya dan tidak adanya keahlian khusus oleh warga maka jalan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah bertani dan berwirausaha kecil-kecilan. Di desa ini sarana pendidikan meliputi 2 buah TK, 3 buah SD dan 1 Madrasah Diniyah serta memiliki beberapa sarana peribadatan umat Islam karena mayoritas Agama masyarakat desa somomoro dukuh dusun sidorejo
55
adalah Islam maka disitu terdapat 1 buah Masjid dan 1 buah Mushola/ langgar. Masyarakat juga rutin melakukan kegiatan yang bernuansa Islami seperti Tahlilan, Pengajian, Manakib, Kenduren, Yasinan dll. Untuk jadwal yasinan disetiap RT yaitu kelompok Ibu-ibu di laksanakan pada hari Rabu malam atau malam jum‟at di rumah warga secara bergiliran dari rumah ke rumah dengan di pimpin oleh seorang ustadz yang bertugas sebagai pengisi tauziah dan pembawa do‟a. isi dari kegiatan itu adalah tahlilan, membaca surat Yasin dan pembacaan do‟a. Kegiatan religi lainya adalah pengajian yang di hadiri khusus ibuibu satu kelurahan yang di adakan setiap minggu pon dalam kalender Jawa dan pada hari tersebut kurang lebih 280 jamaah yang hadir. sedangkan manakib adalah kegiatan untuk laki-laki dilaksanakan pada senin malam ba‟da magrib yang inti kegiatanya sama dengan yasinan.
Persepsi masyarakat tentang peran ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen di dusun sidorejo ds. Somomoro dukuh, kec. Plupuh kab. Sragen Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendak-Nya. Masyarakat Jawa yakin pendidikan moral budi pekerti menjadi pokok pelajaran yang diutamakan. Moral atau budi pekerti di sini dalam arti
56
kaidah-kaidah yang membedakan baik atau buruk segala sesuatu, tata krama, atau aturan-aturan yang melarang atau menganjurkan seseorang dalam menghadapi lingkungan alam dan sosialnya. Sumber dari kaidahkaidah tersebut didasari oleh keyakinan, gagasan, dan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat yang bersangkutan. Kaidah tersebut akan tampak dalam manifestasi tingkah laku dan perbuatan anggota masyarakat. Dengan demikian budaya yang terdapat dalam lingkup kehidupan orang jawa merupakan bukti bahwa meraka ingin menjadi manusia yang dekat dengan sang penciptan Nya. Di Indonesia, Islam merupakan konsep ajaran agama yang humanis, yaitu agama yang mementingkan manusia sebagai tujuan sentral dengan mendasarkan pada konsep tauhidullah yang diarahkan untuk menciptakan kemaslahatan kehidupan dan peradaban umat manusia. Prinsip inilah yang akan ditranformasikan sebagai nilai yang dihayati dan dilaksanakan dalam konteks masyarakat budaya. Dari sistem ini muncul simbol-simbol yang terbentuk karena proses dialektika antara nilai agama dengan tata nilai budaya. Ditambahkan oleh Muqim mengatakan: Watak penetrasi dakwah Islam secara damai dan mengajarkan nilai persamaan menjadi pemicu Islam mudah diterima kelompok masyarakat kecil. Konsep stratifikasi sosial (kasta) dalam agama Hindu bagi mereka sudah tidak menarik lagi. Oleh karena itu, datangnya Islam membawa pengaharapan kepada mereka untuk diperlakukan sama dan terbebas dari struktur sosial
57
yang tidak menguntungkan mereka. 56 Dengan demikian, kedatangan Islam selalu mendatangkan perubahan masyarakat atau pengalihan bentuk (transformasi) sosial menuju ke arah yang lebih baik. Sunan Kalijogo, misalnya, dalam melakukan Islamisasi tanah Jawa beliau menggunakan pendekatan budaya, yaitu melalui seni pewayangan untuk menentang feodalisme kerajaan Majapahit. Melalui seni pewayangan ia berusaha menggunakan unsur-unsur lokal sebagai media dakwahnya dengan mengadakan perubahan-perubahan lakon/materi juga bentuk fisik dari alatalatnya. Menurut Sumadi salah satu tokoh kemasyarakatan didusun sidorejo Mengatakan,” Ajaran agama Islam berkembang pesat karena peran para „ulama dan para pemceramah. Mereka pada waktu dulu dalam menyampaikan ajaranya selalu memasyarakat, artinya tidak melarang orang untuk meninggalkan adat dan budaya. 57 Ditambahkan oleh Eyang Karso : para „ulama, kyai, da‟I dan ustadz mempunyai peran penting dalam perkembangan ajaran Islam. Mereka tidak membuang budaya yang ada di masyarakat melainkan menggabungkan unsur-unsur Islam dan budaya setempat.58 Hal tersebut dicontohkan oleh Ahmad Dimin: Saya sudah berumur 67 tahun, tapi saya masih suka budaya jawa walaupun saya tidak bisa membaca tulisan arab. Saya jadi bertambah senang ketika ada acara tujuh hari kemtaian tetangga saya. Pak ustadz di sela-sela acara berceramah
56 57 58
Wawancara dengan Muqim tanggal 13 Juli 2010 jam 15.00 WIB Wawancara dengan Sumadi pada tanggal 14 Juli 2010 jam 13.30 WIB Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 14 Juli 2010 jam 15.00 WIB
58
yang intinya mengingatkan tentang kematian. Saya menangis dalam hati, saat do‟a dari pak ustadz di bacakan. 59 Tidak hanya Islam saja, menurut Supadi mengatakan : masyarakat jawa juga telah mengajarkan para penerusnya untuk berbuat kebaikan contohnya dalam adat bersih desa. generasi penerus dituntut untuk saling bekerjasama, tidak membeda-bedakan status dan belajar untuk hidup bersih. Sesuai perkembanganya adat bersih desa ini masih ada tetapi Islam mengubah tata caranya. Yang semula tidak ada dzikir tahlil maka sekarang peran para Ustadz adalah memimpin dzikir tahlil tersebut walaupun tradisi kepung ambengan masih ada.60 Seperti dikatakan oleh Mbah Asmo : Jaman dulu sewaktu saya masih kecil untuk belajar mengaji saja saya harus ke desa tetangga pada ba‟da magrib, tempatnya sangat jauh. Belum lagi pada waktu itu belum ada listrik. Sekarang cucu saya yang masih umur 4 tahun sudah bisa memahami huruf-huruf arab mengingat sudah adanya TPQ disetiap mushola atau masjid. 61 Para ustadz didesa somomorodukuh juga mengilhami para Ibu-ibu rumah tangga. Seperti dikatakan oleh Ibu Surati: saya jarang sekali mengerjakan shalat bahkan kadang dalam satu hari hanya magrib saja. Tetapi semenjak ada pengajian rutin setiap sabtu ba‟da isa‟, saya rajin shalat dan saya selalu mengkondisikan keluarga untuk shalat.62
59 60 61 62
Wawancara dengan Ahmad Dimin pada tanggal 15 Juli 2010 jam 17.00 WIB Wawancara dengan Supadi pada tanggal 15 Juli 2010 jam 19.00 WIB Wawancara dengan Mbah Asmo pada tanggal 17 Juli 2010 jam 20.00 WIB, Wawancara dengan Ibu Surati pada tanggal 17 Juli 2010 jam 21.00
59
Sebelum Islam, perwujudan budaya yang ada merupakan titik awal manusia ingin mempelajari bagaimana hidup selalu taat kepada Tuhan dan bagaimana cara hidup selaras dengan alam semesta. Mereka memandang, orang hidup itu hanya sekali saja dan menganggap hidup di dunia hanya mampir ngombe. Maka untuk menghayati hal tersebut, orang Jawa menjalankan syari‟at dari Tuhan YME dengan penuh tanggungjawab. Tetapi orang jawa sangat membutuhkan ketenangan jiwa untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan melakukan ritual-ritual yang penuh dengan simbolik. Menurut Cipto Suwarno orang paling kaya didsusun Sidorejo: saya tidak pernah meninggalkan adat jawa dan tradisi-tradisinya. Saya mengaku, dulu ada pak kyai dengan nasehatnya agar jika saya sudah tidak butuh uang maka pergunakanlah untuk bersedakah dan menyantuni anak yatim, subkhanallah. Allah memberikan rejeki yang melimpah kepada saya.63 Jadi, ajaran Islam dan budaya Jawa tidak perlu dibandingbandingkan benar atau salah tapi keduanya mempunyai misi yang sama yaitu dekat dengan Tuhan untuk menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.
Konsep pendidikan aqidah dalam ritual atau tradisi di dusun sidorejo ds. Somomoro dukuh, kec. Plupuh kab. Sragen dalam Masyarakat Jawa memiliki gagasan mengenai sifat dasar manusia yang pada gilirannya menerangkan etika, tradisi, dan gaya Jawa. hal itu memberikan suatu pemikiran secara umum sebagai suatu badan
63
Wawancara dengan Cipto Suwarno pada tanggal 18 Juli 2010 jam 14.00
60
pengetahuan yang menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan kehidupan sebagaimana adanya dan rupanya. Jadi kejawen bukanlah suatu kategori keagamaan, tetapi menunjukkan kepada suatu etika dan gaya hidup. Orang Jawa juga menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya jadi mereka harus menanggung kesulitan hidupnya dengan sabar. Anggapan-anggapan mereka itu berhubungan erat dengan kepercayaan mereka pada bimbingan dari Tuhan sehingga menimbulkan perasaan keagamaan dan rasa aman. Kesadaran akan budaya sering kali mereka tetapkan sebagai sumber kebanggaan dan identitas kultural. Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa secara mendalam sebagai kejawen. Tetapi Pemahaman orang Jawa Kejawen juga ditentukan oleh kepercayaan mereka pada berbagai macam roh-roh yang tidak kelihatan yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyakit apabila mereka dibuat marah secara tidak sengaja. Untuk melindungi semuanya itu, orang Jawa kejawen memberi sesajen yang dipercaya dapat menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya terdiri dari nasi, aneka makanan bahkan bunga tujuh rupa. Setelah terjun kelapangan di dusun sidorejo, kec. Plupuh, kab. Sragen. Penulis menemukan bentuk-bentuk ritual kejawen beserta nilai pendidikan aqidah yang terkandung dalam ritual Kejawen tersebut sebagai berikut:
61
Upacara Tinkeban atau Mitoni Sebelum upacara tinkeban atau mitoni di adakan slametan 4
bulanan yaitu ketika janin dalam kandungan berumur 4 Bulan (roh datang ke bayi) isi sajian dalam slametan berupa telur bebek 4 buah, nasi kluban, buah-buahan, tumpeng. Dan di hidangkan untuk tamu undangan setelah selaesai tamu undanagan di berikan Berkat. Di desa Somomoro dukuh Upacara tingkeban diadakan saat kandungan ibu hamil
berumur tujuh bulan, di dalam tingkeban
terdapat slametan yang dinamakan slametan mitoni. Hidangan untuk slametan ini terdiri dari nasi tumpeng dengan tujuh macam lauk-pauk, dawet, jajanan pasar dan rujak yang terdiri dari buah-buahan yang di beli dari pasar tradisional. 64 Sejak
diadakan
upacara
mitoni,
seorang
calon
Ibu
melaksanakan berbagai syarat seperti mencuci rambutnya seminggu sekali serta mandi dengan air kembang mawar. Di sarankan seorang calon ibu untuk makan berbagai makanan tertentu yang mengandung protein yang tinggi seperti makanan dari laut. Adapun Pantangan yang di tujukan kepada seorang suami untuk tidak membunuh hewan apapun kerena untuk menghindari cacat fisik terhadap si jabang bayi.
64
Wawancara dengan Sumarni ketua PKK dusun sidorejo pada tanggal 18 Juli 2010, Jam 16.00 WIB
62
Menurut Ibu Maryatun : Pelajaran yang dapat dicerna adalah dapat memberikan sugesti rasa suka cita pada calon ibu yang lain karena sebentar lagi akan lahir bayi yang lucu. 65 Beliau juga menambahkan, dengan adanya tradisi itu juga dapat menjaga silaturahmi antar warga karena dapat berkumpul walaupun hanya sekedar pitonan.
Upacara Kelahiran Masyarkat Sidorejo merayakan slametan brokohan pada hari
kelahiran bayi dan di adakan pemberian nama si jabang bayi, Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur tujuh hari, Dalam upacara ini rambut si bayi di potong sedikit kemudian di beri nama. Mereka juga mengundang warga untuk di adakan tahlilan dan mendo‟akan si jabang bayi agar menjadi anak yang soleh dan solehah. Sedangkan Dalam upacara Islam santri, upacara ini disebut korban aqiqah, dengan ditandai adanya penyembelihan hewan aqiqah yang berupa kambing 2 ekor (untuk anak laki-laki) dan 1 ekor kambing (untuk anak perempuan). memberikan nasi dan kluban untuk di hidangkan pada anak-anak kecil. Menurut Ibu Darwan: Kelahiran bayi akan mengajarkan kita tentang rasa syukur atas karunia Tuhan atas di berikan kebahagian dengan hadirnya si Bayi serta akan timbul rasa
65
Wawancara dengan Ibu Maryatun pada tanggal 18 Juli 2010, Jam 16.35 WIB
63
bahagia. Sehingga timbul rasa perhatian dan menjaga si bayi dengan suka cita.66
Upacara tedhak sinten Di dusun sidorejo Tedhak sinten adalah memperkenalkan anak
untuk pertama kalinya menginjak tanah atau bumi. Makna dari tedhak sinten adalah agar anak yang bersangkutan, setelah dewasa nanti mampu mandiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan yang dicita-citakan tercapai. Menurut Ustadz Sunarno : Tedhak sinten biasanya dilakukan bila anak mencapai umur tujuh lapan.67 Adapun rangkain ritualnya menurut Eyang Karso adalah sebagai berikut: ▪ Anak yang bersangkutan dibimbing berjalan dengan kakinya menginjak jadah tujuh warna maknanya agar anak tidak akan putus asa dalam mencapai tujuan yang ia cita-citakan. Setelah itu anak dinaikkan tangga yang terbuat dari tebu merah hati. 1. Selanjutnya anak dimasukkan kedalam kurungan ayam yang di dalamnya ada padi, gelang emas, alat-alat tulis, kapas dan berbagai macam barang yang berharga. Anak mengambil salah satu dari benda tersebut.
66 67
Wawancara dengan Ibu Darwan tanggal 18 Juli 2010 jam 20.00 WIB Wawancara dengan Ustadz Sunarno pada tanggal 19 Juli 2010 jam 13.00 WIB
64
etelah itu anak ditaburi beras kuning dengan macam-macam uang logam yang masih laku disebarkan kepada tamu yang hadir yang maksudnya agar si anak mudah mencari rizki. 2. Setelah selesai anak dimandikan dengan bunga setaman agar kelak anak bisa membawa nama baik orang tua.68
Upacara Pernikahan Persepektif Masyarakat Jawa Upacara pernikahan anak wanita
yang pertama merupakan kejadian yang sangat penting dalam suatu keluarga. Sudah berminggu-minggu sebelumnya keluarga mempelai wanita sibuk melakukan berbagai persiapkan untuk perayaan itu. Upacara ini bukan sekedar pesta, Tradisi seperti ini dianggap penting dan seolah-olah menjadi wajib oleh masyarakat Jawa dengan berbagai macam tujuan yang berbeda di seluruh Jawa Tengah. Semua kegiatan dilakukan oleh para kerabat, berbagai hidangan slametan, upacara siraman, upacara dan merias pengantin wanita (paes). Beberapa selamatan yang dilaksanakan dalam upacara perkawinan di antaranya: selamatan hari sebelum pernikahan atau pada hari sebelum upacara pemberian
seserahan
(pemberian
mahar)
ditunjukkan
untuk
mendapatkan keberuntungan bagi kedua pengantin. Selamatan pada malam sebelum dilangsungkannya pernikahan (malam widadaren) dan
68
Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 19 Juli 2010 jam 15.10 WIB
65
pada malam sesudah pernikahan diadakan sesajian yang dinamakan selamatan penganten atau majemuk. Dalam tradisi Jawa setiap ada pernikahan pasti terdapat symbol-simbol yang mempunyai makna tertentu, Kita sering melihat keberadaan janur kuning dalam suatu pernikahan, biasanya di letakkan di gang masuk rumah yang sedang mengadakan hajatan pernikahan, menurut masyarakat Dusun Sidorejo Janur kuning itu perlambang pemberitahuan bahwa ada yang sedang melakukan pernikahan atau woro-woro yang di sertai pesta. Mereka juga menyiapkan Tuwuhan sebagai tolak balak yang berisi pisang raja 1 jodoh (2 pohon) dengan buah pisangnya ditutup karung. Tuwuhan di letakkan di Gapura yang sudah di siapkan, posisinya di dirikan tepat di depan rumah atau pintu masuk, modelnya: disetiap sisi di letakkan pisang, tebu, cengkir, ikatan padi, daun kluweh dan puring-puring yang tersusun dari daun yang ada di makam. 69 Pisang raja merupakan simbol pengantin sebagai raja sehari dengan berpakaian ala Raja dan permaisuri. Adapun Tebu sebagai simbol agar dalam hubungan kedua mempelai dapat terjaga dan pernikahan menjadikan semangat untuk menjalani hidup. Sedangkan cengkir menurut warga desa Somomorodukuh adalah kejernihan berpikir agar dalam berumah tangga kedua mempelai saling setia sampai tua dan selalu menciptakan kebahagiaan. Ikatan padi di artikan sebagai simbol satu kesatuan kedua mempelai agar selalu
69
Wawancara dengan Ibu Ririn pada tanggal 19 Juli 2010 jam 15.30 WIB
66
menjaga dan melengkapi dalam suasana senang atau duka. Menurut Ibu Tutik: Daun Kluweh dan puring-puring di artikan pernikahan sebagai ajang kehidupan baru serta luasnya perjalanan hidup berumah tangga agar kedua mempelai saling menjaga dan melengkapi kekuranagan yang ada dalam berkeluarga mengingat rintangan dan cobaan begitu besar.70 Biasanya saat pernikahan kedua mempelai di rias dan berpakain seperti raja yang duduk dalam singgasana, Dalam tata rias tersebut kedua mempelai dilakukan Kerik rambut yang bermakna menghilangkan kesukaran agar bersih dan kelihatan tampan dan cantik. Untuk mempelai putri di pasang Cunduk mentul di atas rambut yang jumlahnya harus ganjil terbuat dari perak keemasan, kemudian Brasutah letaknya melingakar diatas kepala terbuat dari kembang melati dan kanthil dan Pengasih di letakkan di bagian kiri melingkupi telinga panjangnya sampai ke dada. Melati dan kanthil mempunyai makna harum yang khas serta agar mempelai putri kelihatan lebih anggun dan cantik mempesona. Di dusun Sidorejo Ritual Balangan suruh oleh pengantin mempunyai arti kesusu arep weruh (kedua mempelai di simbolkan tidak sabar ingin segera bertemu. Adapun Midak telur (menginjak telur) diartikan semua permasalahan mempelai sudah ambyar atau bubar seperti hancurnya telur sehingga dalam berkeluarga dapat
70
Wawancara dengan Ibu Tutik pada tanggal 19 Juli 2010 jam 17.00 WIB
67
langgeng. 71 Mempelai putri juga melakukan siraman air kembang ke kaki mempelai pria biasa disebut Wijikan kakung yang mempunyai simbol bentuk pengabdian mempelai putri ke putra. Setelah itu pengantin putra melakukan ritual Kacar-kucur isinya beras kapurata (beras, palawija dan uang receh) di berikan ke mempelai putri sebagai hasil pangan dan kerja keras suami. Ditambahkan Eyang Karso : Setelah ritual pernikahan usai dilakukan boyongan yaitu pengantin putri di bawa kerumah pengantin putra, dalam perjalanan ke rumah pihak keluarga membuang ayam di jembatan yang di lewati oleh kedua mempelai yang maknanya buang sial, agar mereka selalu dalam keadaan bahagia. 72 Agar upacara berjalan mulus dan maksudnya dapat tercapai, Orang Jawa memberi sesaji kepada kekuatan tidak tampak yang ada di sekitar mereka, beberapa tempat yang di anggap penting, yaitu: A. Sesaji yang di letakkan di perempatan jalan Desa. Hal ini di
maknai sebagai wujud pengabdian dan
penghormatan kedua orang tua dan mertua yang masih hidup. Ketika sudah meninggal bentuk penghormatanya adalah tahlilan dan do‟a. B. Sesaji yang diletakkan di dekat sumber air seperti sumur atau sungai. Dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada pembantu saat acara itu berlangsung yaitu tukang masak, pembuat minum untuk tamu dll. C. Sesaji yang di letakkan di bawah pohon besar. 71
Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 20 Juli 2010 jam 21.00 WIB
72
Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 20 Juli 2010 jam 20.00 WIB
68
Maknanya adalah bentuk penghormatan kepada sang pemimpin desa yaitu lurah, moden dan kadus. Mereka dianggap sangat penting karena telah mendo‟akan dan merestui acara yang diadakan oleh tuan rumah. Mereka juga di punjung artinya di berikan makanan yang berisi ingkung dan lain-lain. D. Sesaji yang di letakkan jembatan. Arti dari jembatan dalam masyarakat Jawa bermakana sebagai penghubung. Makna sesaji ynag di letakkan adalah bentuk terima kasih kepada seseorang yang telah menjodohkan kedua mempelai. Bisa
di
katakan
makjomblang.
Menurut
Ragil
Pamungkas,
“Keberadaan sesaji tidak bisa di tinggalkan. Keberadaan sesaji adalah dukungan dalam menguasai kemampuan atau kekuatan gaib. 73
Upacara Kematian Dari pendapat ustadz Sunarno: Upacara ini dilakukan pada saat
mempersiapkan penguburan orang mati yang ditandai dengan memandikan.
Mengkafani,
mensholati
dan
pada
akhirnya
menguburkan. Setelah sepekan, diadakan selamatan mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari) mendak sepisan (satu tahun), mendak pinda (dua tahun) dan yang terakhir nyewu atau nguwis-uwisi. 74 Selain berkaitan dengan lingkaran hidup, terdapat pula upacara yang berkenaan dengan keramatan bulan73
Ragil pamungkas Lelaku dan Tirakat : Cara Orang Jawa Menggapai Kesempurnaan Hidup. 2006. Yogyakarta: Narasi. Hlm.70 74 Wawancara dengan Ustadz Sunarno pada tanggal 21 Juli 2010 jam 21.00 WIB
69
bulan hijriah seperti: upacara ba‟da besar, dina wekasan, Mauludan, Rejeban, Megengan, Riyayan, Sawalan dan sedekah haji.
Peran Ustadz ustadz dalam pendidikan aqidah
pada masyarakat
kejawen Multikulturalisme adalah penegasan bahwa keragaman adalah fakta natural kehidupan duniawi yang berakar pada pandangan bahwa the others sebagai hal terpenting dalam kehidupan tersebut.75 Ditambahkan oleh Abdul Munir Mulkan: Islam sama sekali tidak pernah memaksakan agar semua orang menjadi “Muslim-Mukmin” menurut konsep Islam. Karena hal itu bertentangan dengan konsep Qur‟ani (Qs. Al-Kahfi [18]: 29). Pluralitas dalam Islam diakui sebagai sunnatullah. 76 Jadi, Islam itu adalah ajaran yang humanis artinya dapat diterima dikalangan masyarakat walaupun berbeda latar belakang, adat dan status sosialnya. Setiap orang punya hak untuk memilih jalan mencintai Tuhan Nya, karena Islam tidak boleh dimonopoli oleh satu golongan atau satu mazhab saja. Oleh karena itu, semua Muslim meyakini bahwa ada satu jalan mencapai Tuhan dengan satu ajaran-Nya. Namun “yang satu” dari Tuhan harus diberi arti bukan tak terbagi, melainkan suatu kemahaluasan di mana setiap orang bisa melalui jalan itu dengan caranya sendiri. Hal ini berarti ada beragam surga sesuai media dan cara mencapainya yang seluruhnya berada di dalam tataran yang sama. Karena itu penting dibayangkan adanya 75 76
www.khasanahIslam.blogspot.com. diunduh tanggal 31 Juli 2010 jam 13.40 WIB. www.khasanahIslam.blogspot.com. diunduh tanggal 31 Juli 2010 jam 13.50 WIB.
70
“kamar-kamar” surgawi bagi Sunnis, Syi‟is, Sufis, NU dan Muhammadiyah atau Ahmadiyah.77 Melihat kondisi seperti itu, dalam suatu masyarakat diperlukan orang sebagai panutan. Tentunya orang tersebut harus memiliki ilmu pengetahuan lebih sebagai tempat kita untuk bertanya dan bertukar pikiran, khususnya tentang ilmu agama. Di Dusun sidorejo para ustadz atau kyai sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan adat di masyarakat bahkan menganggap agama Islam merupakan agama yang humanis dapat menerima umatnya dengan berbagai macam latar belakang. 78 Jadi, walaupun mereka menjalankan syariat yang diajarkan oleh Agama mereka juga melaksanakan tradisi atau adat yang diajarkan oleh leluhur yang bertujuan untuk menentramkan bathin dan melestarikan budaya. Beliau juga menambahkan, budaya Jawa jangan di benci. Kita sebagai generasi harus dapat melestarikanya dengan mengajarkan kepada anak cucu kita pentingnya berbudaya agar timbul sikap yang toleran, berbudi baik dan berakhlaqul karimah. Jadi, Telah jelas bahwa dalam Islam tidak mengajarkan untuk mempercayai kekuatan lain selain Allah dan juga tidak mengajarkan memberikan sesembahan terhadap benda-benda. Yang harus disembah adalah Allah SWT. Tugas kita adalah menyaring bagaimana budaya atau tradisi itu tidak menyimpang dari konsep Islam.
77 78
www.khasanahIslam.blogspot.com. diunduh tanggal 31 Juli 2010 jam 13.55 WIB. Wawancara dengan Ustadz Sunarno pada tanggal 21 Juli 2010 jam 21.20 WIB
71
72
71
BAB IV PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara Pejabat desa, Tokoh Agama dan masyarkat yang penulis anggap mampu untuk memberikan keterangan yang relevan, dilengkapi dengan dokumen yang ada. Mengacu pada fokus peneltian dalam skripsi ini, maka penulis akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang Peran Ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen. Setelah terjun kelapangan di dusun sidorejo, Plupuh, Sragen. Penulis menemukan bentuk-bentuk ritual kejawen dihubungkan dengan kajian teori, maka hasilnya sebagai berikut:
Konsep pendidikan aqidah para Ustadz di dusun Sidorejo ds. Somomoro dukuh, kec. Plupuh kab. Sragen Islam merupakan konsep ajaran agama yang humanis, yaitu agama yang mementingkan manusia sebagai tujuan sentral dengan mendasarkan pada konsep tauhidullah yang diarahkan untuk menciptakan kemaslahatan kehidupan dan peradaban umat manusia. Orang Jawa menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya jadi mereka harus menanggung kesulitan hidupnya dengan sabar. Anggapan-anggapan mereka itu berhubungan erat dengan kepercayaan mereka pada bimbingan dari Tuhan sehingga menimbulkan perasaan keagamaan dan rasa aman. Untuk menciptakan keamanan dalam
72
suatu masyarakat tersebut diperlukan orang sebagai panutan. Tentu saja orang tersebut harus memiliki ilmu pengetahuan lebih sebagai tempat kita untuk bertanya dan bertukar pikiran, khususnya tentang ilmu agama. Agama merupakan pegangan atau kendali dalam melakukan setiap kali perbuatan. Dalam Islam seseorang yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dari yang lainnya dan dapat menerapkan dalam kehidupan seharihari serta dapat mengamalkan atau menerapkan kepada orang lain biasa disebut dengan Ustadz atau tokoh agama. Sebagai seseorang yang dianggap pintar dalam agama, maka dalam kesehariaannya segala tingkah laku selalu dijaga. Peran ustadz dalam masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang dimiliki dengan jalan dakwah dalam berbagai bentuk kepada orang awam agar segala perbuatan dan perkataan masyarkat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Mereka slalu menyeru untuk mencintai Islam walaupun budaya dalam masyarkat berkembang. Konsep tentang Tuhan inilah yang merupakan salah satu persoalan pokok yang tidak bisa diabaikan dalam kajian tentang sistem kepercayaan atau agama. Sebab, ritual maupun tradisi-tradisi dari sistem kepercayaan yang menghasilkan sentimen-sentimen yang sakral selalu diarahkan
73
kepada suatu fokus utama, yaitu kesadaran akan adanya kekuatan ilahi (Tuhan) atau kekuatan adalah kodrati.79 Masayarakat Jawa mengekspresikan sikap, tingkah laku dan praktik religiusnya dengan berbagai cara upacara adat. Dan Islam sendiri masuk ke Jawa secara akulturasi damai yang tentu saja tidak bersifat kekerasan. Sedangkan masyarakat Jawa sendiri memiliki sikap tenggang rasa yang sangat tinggi sehingga mudah menerima setiap budaya yang datang dan dianggap baik lalu disesuaikan dengan prinsip kebudayaan sendiri. Disisi lain melalui jalan perkawinan orang-orang Islam dengan Orang Jawa giat memberikan contoh tauladan kepada masyarakat sehingga mudah meraih pengikut dan memudahkan Islam tersiar secara damai. 80 Oleh karena itu sampai sekarang masih banyak sekali masyarakat yang masih menerapkan tradisi Islam kejawen dengan segala ritualnya. Dalam hal ini tugas ustadz-ustadz dengan ceramah, peringatan serta jalan dakwahnya untuk memperingatkan kepada umat atau masyarakatnya agar tetap berkeyakinan pada jalan Allah. Tokoh agama atau ustadz sebagai panutan didalam masyarakat untuk membimbing mereka agar senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.
Ajaran-ajaran pada masyarakat kejawen didalam Ritual Kejawen 1. Upacara Tinkeban atau Mitoni
79
M. Soehadha, Orang Jawa Memaknai Agama, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2008,
hlm.88. 80
Budiono Hadi Sutrisno, Islam Kejawen, Eule Book, Yogyakarta, 2009, hlm.132.
74
Apabila usia kehamilan telah mencapai usia tujuh bulan, maka diadakan upacara tingkeban atau tujuh bulan atau miton. Upacaranya khusus dengan penuh tata cara misalnya wanita yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman oleh para sesepuh. 81 Sedangkan
di dusun Sidorejo, jika usia kehamilan telah
mencapai usia tujuh bulan dinamakan tingkeban. slametan didalamnya disebut slametan mitoni. Hidangan untuk slametan ini terdiri dari nasi tumpeng dengan tujuh macam lauk-pauk, dawet, jajanan pasar dan rujak yang terdiri dari buah-buahan yang di beli dari pasar tradisional. 82
Berkaitan
dengan
upacara
tingkeban
atau
mitoni,
Koentjaraningrat (1994: 350-351) menyatakan sebagai berikut: Upacara pertama yang dinamakan tingkeban diadakan saat kandungan berumur tujuh bulan, yang antara lain terdiri dari suatu slametan yang dinamakan slametan mitoni. Hidangan untuk slametan ini terdiri dari tujuh buah nasi tumpeng dengan tujuh macam laukpauk, dan tujuh macam juadah dengan warna yang berbeda-beda pula. Sejak diadakan upacara mitoni, seorang calon Ibu harus mematuhi berbagai syarat dan pantangan, seperti mencuci rambutnya seminggu sekali dengan air merang yang sudah diberi kekuatan gaib dengan ucapan mantera-mantera. Adapun larangan untuk makan berbagai makanan tertentu, seperti telur, ayam muda, buah “kepel”, udang, ikan yang berpatil, dan buah-buah yang letak bijinya melintang, sebenarnya sudah mulai sejak awal kehamilanya, Orang-orang tua seringkali memberikan makna yang berbeda terhadap berbagai pantangan makanan itu yang hampir semuanya mempunyai arti simbolik yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan serta berdasarkan asosiasi pikiran yang sederhana. Buah-buahan dengan biji-biji yang 81
Thomas Wiyasa Brata Wijaya, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, PT. Pradya paramita, Jakarta, 1997. hlm. 118 82 Wawancara dengan Sumarni ketua PKK dusun sidorejo pada tanggal 18 Juli 2010, Jam 16.00 WIB
75
tersusun melintang dianggap dapat mempengaruhi letak yang salah dari si jabang bayi. Dengan demikian masyarakat Jawa sangat hati-hati dalam menjaga bayi yang di kandung oleh seorang ibu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti cacat fisik. Dalam wawancara yang penulis lakukan kepada Ibu Maryatun : Makna sebenarnya dalam tingkeban itu adalah agar anak sehat fisik maupun mental kelak ketika dia lahir. Kita harus hati-hati menjaga seorang anak walaupun masih dalam kandungan. 83 Jadi, temuan dilapangan dengan kajian teori letak persamaanya pada pelaksanaan dan maksud diadkan tinkeban atau mitoni 2. Upacara Kelahiran Masyarakat Sidorejo merayakan slametan brokohan pada hari kelahiran bayi dan di adakan pemberian nama si jabang bayi, Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur tujuh hari, Dalam upacara ini rambut si bayi di potong sedikit kemudian diberi nama. Mereka juga mengundang warga untuk di adakan tahlilan dan mendo‟akan si jabang bayi agar menjadi anak yang soleh dan solehah. Kemudian dari kajian pustaka Koenjtaraningrat (1994: 354) juga menyatakan: Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur tujuh hari,. Dalam upacara ini rambut si bayi di potong sedikit kemudian di beri nama. Dalam upacara Islam santri, upacara ini disebut korban aqiqah, dengan ditandai adanya penyembelihan hewan aqiqah yang berupa kambing 2 ekor (untuk anak laki-laki) dan 1 ekor kambing (untuk anak perempuan).
Menurut Ibu Darwan: Kelahiran bayi akan mengajarkan kita tentang rasa syukur atas karunia Tuhan atas di berikan kebahagian dengan hadirnya si Bayi serta
83
Wawancara dengan Ibu Maryatun pada tanggal 18 Juli 2010, Jam 16.40 WIB
76
akan timbul rasa bahagia. Sehingga timbul rasa perhatian dan menjaga si bayi dengan suka cita.84
. Karena si jabang bayi telah terlahir dalam keadan selamat dan tidak cacat. Kalau aqiqah menurut ajaran Islam jika bayi terlahir lakilaki maka penyembelihan harus 2 ekor kambing dan 1 ekor kambing untuk anak perempuan”. Jadi, upacara kelahiran antara temuan dan kajian pustaka memiliki penjabaran yang sama. 3. Upacara tedhak sinten Di dusun sidorejo Tedhak sinten adalah memperkenalkan anak untuk pertama kalinya menginjak tanah atau bumi. Makna dari tedhak sinten adalah agar anak yang bersangkutan, setelah dewasa nanti mampu mandiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan yang dicita-citakan tercapai. Menurut Ustadz Sunarno : Tedhak sinten biasanya dilakukan bila anak mencapai umur tujuh lapan. 85 Adapun rangkain ritualnya menurut Eyang Karso adalah sebagai berikut: 1.
Anak yang bersangkutan dibimbing berjalan dengan kakinya menginjak jadah tujuh warna maknanya agar anak tidak akan putus asa dalam mencapai tujuan yang ia citacitakan.
2.
Setelah itu anak dinaikkan tangga yang terbuat dari tebu merah hati.
84 85
Wawancara dengan Ibu Darwan tanggal 18 Juli 2010 jam 20.00 WIB Wawancara dengan Ustadz Sunarno pada tanggal 19 Juli 2010 jam 13.00 WIB
77
3.
Selanjutnya anak dimasukkan kedalam kurungan ayam yang di dalamnya ada padi, gelang emas, alat-alat tulis, kapas dan berbagai macam barang yang berharga.
4.
Anak mengambil salah satu dari benda tersebut.
5.
Setelah itu anak ditaburi beras kuning dengan macammacam uang logam yang masih laku disebarkan kepada tamu yang hadir yang maksudnya agar si anak mudah mencari rizki.
6.
Setelah selesai anak dimandikan dengan bunga setaman agar kelak anak bisa membawa nama baik orang tua. 86
4. Upacara Pernikahan Dalam tradisi Jawa setiap ada pernikahan pasti terdapat symbol-simbol yang mempunyai makna tertentu, Kita sering melihat keberadaan janur kuning dalam suatu pernikahan, biasanya di letakkan di gang masuk rumah yang sedang mengadakan hajatan pernikahan, menurut masyarakat Dusun Sidorejo Janur kuning itu perlambang pemberitahuan bahwa ada yang sedang melakukan pernikahan atau woro-woro yang di sertai pesta. Mereka juga menyiapkan Tuwuhan sebagai tolak balak yang berisi pisang raja 1 jodoh (2 pohon) dengan buah pisangnya ditutup karung. Tuwuhan di letakkan di Gapura yang sudah di siapkan, posisinya di dirikan tepat di depan rumah atau pintu masuk, modelnya: disetiap sisi di letakkan pisang, tebu, cengkir, ikatan
86
Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 19 Juli 2010 jam 15.10 WIB
78
padi, daun kluweh dan puring-puring yang tersusun dari daun yang ada di makam. 87 Sedangkan Pisang raja merupakan simbol pengantin sebagai raja sehari dengan berpakaian ala Raja dan permaisuri. Adapun Tebu sebagai simbol agar dalam hubungan kedua mempelai dapat terjaga dan pernikahan menjadikan semangat untuk menjalani hidup. Sedangkan cengkir menurut warga desa Somomoro dukuh adalah kejernihan berpikir agar dalam berumah tangga kedua mempelai saling setia sampai tua dan selalu menciptakan kebahagiaan. Ikatan padi di artikan sebagai simbol satu kesatuan kedua mempelai agar selalu menjaga dan melengkapi dalam suasana senang atau duka. Menurut Ibu Tutik: Daun Kluweh dan puring-puring di artikan pernikahan sebagai ajang kehidupan baru serta luasnya perjalanan hidup berumah tangga agar kedua mempelai saling menjaga dan melengkapi kekuranagan yang ada dalam berkeluarga mengingat rintangan dan cobaan begitu besar.88 Biasanya saat pernikahan kedua mempelai di rias dan berpakain seperti raja yang duduk dalam singgasana, Dalam tata rias tersebut kedua mempelai dilakukan Kerik rambut yang bermakna menghilangkan kesukaran agar bersih dan kelihatan tampan dan cantik. Untuk mempelai putri di pasang Cunduk mentul di atas rambut yang jumlahnya harus ganjil terbuat dari perak keemasan, kemudian 87 88
Wawancara dengan Ibu Ririn pada tanggal 19 Juli 2010 jam 15.30 WIB Wawancara dengan Ibu Tutik pada tanggal 19 Juli 2010 jam 17.00 WIB 79
Brasutah letaknya melingakar diatas kepala terbuat dari kembang melati dan kanthil dan Pengasih di letakkan di bagian kiri melingkupi telinga panjangnya sampai ke dada. Melati dan kanthil mempunyai makna harum yang khas serta agar mempelai putri kelihatan lebih anggun dan cantik mempesona. Di dusun Sidorejo Ritual Balangan suruh oleh pengantin mempunyai arti kesusu arep weruh (kedua mempelai di simbolkan tidak sabar ingin segera bertemu. Adapun Midak telur (menginjak telur) diartikan semua permasalahan mempelai sudah ambyar atau bubar seperti hancurnya telur sehingga dalam berkeluarga dapat langgeng. 89 Mempelai putri juga melakukan siraman air kembang ke kaki mempelai pria biasa disebut Wijikan kakung yang mempunyai simbol bentuk pengabdian mempelai putri ke putra. Setelah itu pengantin putra melakukan ritual Kacar-kucur isinya beras kapurata (beras, palawija dan uang receh) di berikan ke mempelai putri sebagai hasil pangan dan kerja keras suami. Ditambahkan Eyang Karso : Setelah ritual pernikahan usai dilakukan boyongan yaitu pengantin putri di bawa kerumah pengantin putra, dalam perjalanan ke rumah pihak keluarga membuang ayam di jembatan yang di lewati oleh kedua mempelai yang maknanya buang
89
Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 20 Juli 2010 jam 21.00
WIB
80
sial, agar mereka selalu dalam keadaan bahagia. 90 Agar upacara berjalan mulus dan maksudnya dapat tercapai, Orang Jawa memberi sesaji kepada kekuatan tidak tampak yang ada di sekitar mereka, beberapa tempat yang di anggap penting, yaitu: 1. Sesaji yang di letakkan di perempatan jalan Desa. Hal ini di maknai sebagai wujud pengabdian dan penghormatan kedua orang tua dan mertua yang masih hidup. Ketika sudah meninggal bentuk penghormatanya adalah tahlilan dan do‟a. 2. Sesaji yang diletakkan di dekat sumber air seperti sumur atau sungai. Dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada pembantu saat acara itu berlangsung yaitu tukang masak, pembuat minum untuk tamu dll. 3. Sesaji yang di letakkan di bawah pohon besar. Maknanya adalah bentuk penghormatan kepada sang pemimpin desa yaitu lurah, moden dan kadus. Mereka dianggap sangat penting karena telah mendo‟akan dan merestui acara yang diadakan oleh tuan rumah. Mereka juga di punjung artinya di berikan makanan yang berisi ingkung dan lain-lain. 4. Sesaji yang di letakkan jembatan. Arti dari jembatan dalam masyarakat Jawa bermakana sebagai penghubung. Makna sesaji ynag di letakkan adalah 90
Wawancara dengan Eyang Karso pada tanggal 20 Juli 2010 jam 20.00
WIB 81
bentuk terima kasih kepada seseorang yang telah menjodohkan kedua mempelai. Bisa di katakan makjomblang. Menurut Ragil Pamungkas, “Keberadaan sesaji tidak bisa di tinggalkan. Keberadaan
sesaji
adalah
dukungan
dalam
menguasai
kemampuan atau kekuatan gaib.91
5. Upacara Kematian Dari pendapat ustadz Sunarno: Upacara ini dilakukan pada saat mempersiapkan penguburan orang mati yang ditandai dengan memandikan.
Mengkafani,
mensholati
dan
pada
akhirnya
menguburkan. Setelah sepekan, diadakan selamatan mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari) mendak sepisan (satu tahun), mendak pinda (dua tahun) dan yang terakhir nyewu atau nguwis-uwisi. 92 Selain berkaitan dengan lingkaran hidup, terdapat pula upacara yang berkenaan dengan keramatan bulanbulan hijriah seperti: upacara ba‟da besar, dina wekasan, Mauludan, Rejeban, Megengan, Riyayan, Sawalan dan sedekah haji.
Nilai-Nilai Pendidikan Aqidah Dalam Ritual Kejawen Secara umum nilai-nilai yang terkandung dalam ritual kejawen sebagai berikut:
91
Ragil Pamungkas Lelaku dan Tirakat : Cara Orang Jawa Menggapai Kesempurnaan Hidup. 2006. Yogyakarta: Narasi. Hlm.70 92 Wawancara dengan Ustadz Sunarno pada tanggal 21 Juli 2010 jam 21.00 WIB 82
5.
Syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan.
6.
Membersihkan diri lahir dan bathin
7.
Menimbulkan sikap yang toleran antar komponen masyarakat serta saling melengkapi dalam keadaan suka maupun duka tanpa membedakan status social, kultur bahkan latar belakang.
8.
Membina kerukunan antar komponen masyarakat untuk saling bekerjasama dan mengajarkan pada anakanak kita ke hal-hal yang positif.
9.
Mentransfer
Budaya
baru
atau
pewarisan Budaya yang bersifat religi kepada anak. 10.
Agar
kita
hati-hati
dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari segala aeauatu yang merugikan diri kita. 11.
Mampu menguatkan mental manusia untuk berkumpul bermasyarakat dan menjaga keharmonisan. 93
93
Wawancara dengan Ustadz Sunarno pada tanggal 21 Juli 2010 jam 21.30 WIB
83
84
83
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
diatas,
maka
penulis
dapat
menyimpulkan :
Konsep Pendidikan Aqidah Para Ustadz Orang Jawa juga menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya jadi mereka harus menanggung kehidupnya dengan sabar. Anggapananggapan mereka itu berhubungan erat dengan kepercayaan mereka pada bimbingan dari Tuhan. Orang Jawa membutuhkan seorang tauladan bagi kehidupanya agar kehidupan orang Jawa mendapat ketentraman lahir maupun bathin. Para ustadz juga memiliki pedoman bahwa agama Islam itu agama yang Humanis dan tidak menyukai kekerasan bahkan memaksakan kehendak bahkan para totkoh agama juga tidak membuang warisan budaya nenek moyang Ajaran-Ajaran Pada Masyarakat Kejawen Ajaran-ajaran yang terkandung dalam ritual kejawen itu tidak lepas dari pendidikan. Adapun unsur unsur yang masuk dalam pendidikan tersebut diantaranya pendidikan ketaqwaan, kerukunan serta setiti (jawa): seperti dalam kegiatan kegiatan ritual kejawen dibawah ini:
84
1.
Upacara Tinkeban atau Mitoni Maknanya adalah dapat memberikan sugesti rasa suka cita pada calon ibu dan warga lain karena sebentar lagi akan lahir bayi yang lucu serta dengan adanya tradisi itu juga dapat menjaga silaturahmi antar warga karena dapat berkumpul.
2.
Upacara Kelahiran Bermakna bahwa kelahiran bayi akan mengajarkan kita tentang rasa syukur atas karunia Tuhan atas di berikan kebahagian dengan hadirnya si Bayi Sehingga timbul rasa perhatian dan menjaga si bayi dengan suka cita karena hal itu dianggap sebagai amanah dari Allah SWT.
3.
Upacara Tedhak Sinten Maknanya adalah agar anak tidak akan putus asa dalam mencapai tujuan yang ia cita-citakan, agar si anak mudah mencari rizki dan agar kelak anak bisa membawa nama baik orang tua.
4.
Upacara Pernikahan Selain menjalankan sunnah dari Rasul, pernikahan juga akan mengajarkan
manusia
bagaimana
seorang
laki-laki
menjadi
pemimpin dan seorang istri menjadi pendamping juga dengan pernikahan itu sendiri agar terhindar dari perzinaan. 5.
Upacara Kematian Maknanya adalah menimbulkan sikap yang toleran antar komponen masyarakat serta saling melengkapi dalam keadaan suka
85
maupun duka sehingga akan timbul dalam hati sikap berbagi, merasakan penderitaan orang lain dan mengingatkan kita akan kematian. 12. Peranan Ustadz Dalam Pendidikan Aqidah Pada Masyarakat Kejawen Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk mencintai Tuhannya dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Para ustadz memiliki peran sebagai penghubung, perantara dan peredam konflik, mereka menyebarkan syari‟at tanpa memaksa. Dari hal ini orang Jawa sangat terbebas dan leluasa mempelajari Islam tanpa ada jarak batasnya walaupun kultur Jawa masih kental. g. Saran Diharapkan studi tentang Peran Ustadz dalam pendidikan aqidah pada masyarakat kejawen didusun Sidorejo Ds. Somomoro dukuh, Plupuh, Sragen ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap. Untuk itu pengharapan penulis sebagai berikut : Pemerintah daerah bersama warga masyarakat diharapkan terus melestarikan kebiasaan orang-orang tua yang sudah turun-temurun sebagai sarana yang efektif bagi penduduknya untuk berinteraksi dan berkomunikasi sehingga menimbulkan kesatuan. Pelaksanaan bentuk tradisi yang ada di Didusun Sidorejo Ds. Somomoro dukuh, Plupuh, Sragen bukan dilaksanakan guna
86
menyekutukan Tuhan, melainkan sebagai sarana untuk mensyukuri nikmat pemberian Tuhan. Oleh karena itu warga masyarakat Sidorejo khususnya diharapkan mampu mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam setiap tradisi. Kewajiban bagi setiap generasi adalah untuk mempersiapkan generasi penerus lebih berkualitas, dan pada saatnya nanti generasi penerus benar-benar siap mengambil alih dan meneruskan tugas serta peranan generasi sebelumnya dan dengan demikian terjalinlah kelangsungan hidup dan eksistensi bangsa dari masa ke masa. Saran kepada peneliti lain yang hendak meneliti obyek yang sama supaya mengambil tema yang lain agar lebih inovatif sekaligus menambah khasanah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat.
87
88
DAFTAR PUSTAKA Al-Qourdowui, Yusuf (1086)-(1983), Tauhidullah dan Fenomena Kemusrikan, Pustaka Progresi, Surabaya. Imam dan Kehidupan, Bulan Bintang, Jakarta. Amir, M. Darori (2002), Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Alkarim dan Terjemahannya, CV. Toha Putra, Semarang, 1996. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Geert, Cliford (1960), Abangan Santri Priyai Dalam Masyarakat Jawa, Pustaka Jaya, Yogyakarta. Hadi Sutrisno, Budiono (2009), Islam Kejawen, Eule Book, Yogyakarta. Hadi, Sutrisno (1981), Metodologi Research Jilid II, FISIP UGM, Yogyakarta. J. Daeng Hans (2000), Manusia Kebudayaan dan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Koencoroningrat (2006), Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, Jakarta. Lexy, J. Moleng (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Mattew, B. Milles, dkk. (1992), Analisis Data Kualitatif, UI. Press, Jakarta. M. Adnan, Hafidz dan A. Ma‟ruf Asrori (2006), Tradisi Islami, Khalista, Surabaya. Munir Mulkan, Abdul (1998), Ustadz Multikultural, Sabtu, 31 Juli 2010, www.///. Khasanah Islam.com. Nartasabda (2008), Islam dan Budaya Jawa, Sabtu, 31 Juli 2010, www.///. AlangAlang Kumitir.com. Pamungkas, Ragil (2006), Lelaku dan Tirakat, Narasi, Yogyakarta. R. P. Suyono (2007), Dunia Mistik Orang Jawa, LKIS, Yogyakarta. Rahmad, Agus (2009), Pengertian Ustadz, Rabu, 07 Juli 2010, www///Ipikk Bandung. Blogspot.com.
89
Susetya, Wawan (2007), Ular-Ular Manten: Wejangan Perkawinan Adat Jawa, Narasi, Yogyakarta. Soehadha, M. (2008), Orang Jawa Memaknai Agama, Kreasi, Yogyakarta. Syahrin Harahab, dkk. (2003), Ensiklopedi Akidah Islam, Kencana, Jakarta. Suryabrata, Soemardi (1983), Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta. TIM Dosen, PAI. UNY. (2002), Unit Pelaksanaan Teknis Mata Kuliah Umum, UNY, Yogyakarta. Tata Pangarsa, Humaidi (1990), Kuliah Aqidah Lengkap, PT. Bina Ilmu, Surabaya. Tomas Wijaya, Wiyata Brata (1997), Mengungkapkan Kebudayaan dan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. W. J. S. Poerwadarminta (1982), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Zuhairi, dkk. (1995), Filsafat dan Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
90
CATATAN WAWANCARA NO 1.
Hari/Tgl/Bln/Thn Selasa, 13 Juli 2010
Daftar Pertanyaan Berapa jumlah Penduduk dan RW RT di desa Somomoro Dukuh pada tahyn 2010?
Jawaban Pada Tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 5.287 ji laki-laki 3.097, perempuan 2 terdiri dari 5 RW dan 17 RT
2.
Selasa, 13 Juli 2010
Bagaimana infra struktur dan keadaan rumah masyarakat di desa Somomoro Dukuh?
Infra struktur rumah warga 7 terbuat dari kayu berlantai ta sedangkan sekitar 30% bang terbuat dari bahan material.
3.
Selasa, 13 Juli 2010
Bagaimana proses masuknya Islam ke dusun Sidorejo desa Somomoro Dukuh ini?
Dakwah Islam masuk ke des secara damai dan mengajark nilai-nilai persamaan yang menjadikan Islam mudah dit oleh kelompok masyarakat k
4.
Rabu, 14 Juli 2010
Bagaimana Islam bisa berkembang dengan pesat di dusun Sidorejo ini?
Ajaran agama Islam berkem dengan pesat karena peran p ulama dan para penceramah selalu menyampaikan ajaran dengan ramah dan memasya
5.
Rabu, 14 Juli 2010
Bagaimana peran ustadz dalam perkembangan Islam di dusun sidorejo ini?
6.
Kamis, 15 Juli 2010 Bagaimana tanggapan anda atau masyarakat terhadap danya perpaduan antara budaya jawa dan ajaran Islam?
Mereka berperan penting, m tidak membuang budaya yan di masyarakat ini melainkan menggabungjkan unsur Islam budaya setempat sebagai sar dakwah. Masyarakat merespon positi contohnya saya senang deng budaya jawa dan kegiatan ya berbau Islam, walau saya tid bisa membaca tulisan arab.
7.
Kamis, 15 Juli 2010 Bagaimana model pendidikan yang diajarkan dalam
91
Masyarakat jawa juga mengajarkan para penerusny untuk berbuat kebaikan dida
budaya jawa?
kehidupan contohnya, bersih gotong royong, dll. Sangat baik, karena jaman sa dulu untuk belajar mengaji s harus kedesa tetangga, itupu sehabis maghrib saja, denga adanya tempat pendidikan d ini bisa memajukan kualitas masyarakat. Saya merasakan senang seka dengan adanya seorang usta didusun ini, karena dulu say jarang mengerjakan shalat te setelah ada ustadz saya men rajin shalat 5 waktu. Karena budaya jawa itu baik mengandung makna filosofi tinggi.
8.
Sabtu, 17 Juli 2010
Bagaimana pendapat anda dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam didaerah ini?
9.
Sabtu, 17 Juli 2010
Manfaat apa yang bisa anda ambil dan rasakan dari peran seorang ustadz di dusun ini?
10.
Ahad, 18 Juli 2010
Apa yang membuat anda tidak mau meninggalkan budaya jawa?
11.
Ahad, 18 Juli 2010
Kapan acara mitoni dilaksanakan?
12.
Ahad, 18 Juli 2010
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari acara tingkepan atau mitoni?
13.
Ahad, 18 Juli 2010
Bagaimana bentuk upacara slametan brokohan?
Brentuknya adalah masyarak sidorejo merayakan selameta brokohan pada hari kelahiran dan diadakan pemberian nam pada si jabang bayi, dilaksan ketika bayi berumur 7 hari d dalam upacara ini rambut ba dipotong sedikit kemudian d nama.mereka mengundang w untuk tahlilan.
14.
Senin, 19 Juli 2010
Kapan acara tedhak sinten dilakukan?
15.
Senin, 19 Juli 2010
Bagaimana urutan atau rangkaian
Tedhak sinten biasanya dilak bola anak sudah umur 7lapa (35hari x 7). E. anak dibimb untuk berjalan
92
Acara mitoni atau tingkepan dilaksanakan saat kandungan hamil berusia 7 bulan. Pelajaran yang dapat dicerna adalah dapat memberikan su rasa suka cita pada calon ibu lain karena sebentar lagi kan bayi yang lucu, selain itu de tradisi ini dapat menjaga silaturrahmi antar warga.
dalam upacara Tedhak Sinten?
16.
Senin, 19 Juli 2010
93
Simbol-simbol apa saja yang terdapat pada upacara pernikahan?
dengan kakiny menginjak jad warna, makna agar anak tida putus asa dala mencapai tuju cita-citanya. F. setelah itu an dinaikkan tan yang terbuat d tebu merah ha G. anak dimasu dalam kurung ayam yang didalamnya ad padi, gelang e alat-alat tulis, dan berbagai m barang yang berharga. H. anak mengam salah satu ben tersebut. I. setelah itu an ditaburi beras kuning denga bermacam-ma uang logam y masih laku disebarkan pa tamu yang had yang maksudn agar si anak m mencari rizki. J. setelah seles dimandikan d bunga setama kelak anak bis mambawa nam baik orang tua Janur kuning melambangkan adanya upacara pernikahan, tuwuhan sebagai penolak ba yang berisi pisang raja dileta pada gapura yang sudah disi disetiap pintu masuk diletak
17.
Senin, 19 Juli 2010
Simbol-simbol apa saja yang terdapat pada upacara pernikahan?
18.
Selasa, 20 Juli 2010
Apa yang anda ketahui tentang upacara boyongan dan bagaimana prosesi ritualnya?
19.
Selasa, 20 Juli 2010
20.
Rabu, 21 Juli 2010
21.
Rabu, 21 Juli 2010
94
pisang, tebu, cengkir, ikatan daun kluweh dan puring-pur yang tersusun dari daun yan dimakam. Saya menambahkan, daun k dan puring-puring diartikan pernikahan sebagai ajang kehidupan yang baru serta lu perjalanan hidup berumah ta agar kedua mempelai saling menjaga dan melengkapi kekurangan yang ada dalam keluarga, mengingat rintang cobaan begitu besar.
Upacara boyongan yaitu: pengantin putri dibawa keru penganten putra, dalam perja kerumah pihak keluarga, membuang ayam dijembatan dilewati kedua mempelai, ya maknanya membuang sial, a mereka selalu dalam keadaa bahagia. Apa yang anda Kacar-kucur adalah: pengan ketahui tentang putra memberikan beras, pal ritual kacar-kucur dan uang receh kepada mem pada acara putri sebagai tanda hasil pan pernikahan? dan kerja keras suami. Hari-hari apa saja 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 ha orang memperingati tahun atau mendak pisan, me hari-hari kematian? pindo atau 2 tahun, nyewu a 1000 hari. Kenapa Islam Karena Islam dapat menerim dikatakan sebagai umatnya dengan berbagai m agama yang latar belakang tanpa membe humanis? status sosial dan sebagainya.