Manajemen Konstruksi
PERAN SISTEM PENGAWASAN KINERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK APARTEMENDI JAKARTA SELATAN (STUDI KASUS PADA PROYEK APARTEMAN THE KENCANA) (019K) Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Andreas. K. Djukardi, Leonard Jurusan Teknik Sipil – Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan
ABSTRAK Konteks persaingan dalam bisnis konstruksi saat ini sangat ketat dan melatarbelakangiusaha suatu proyek konstruksi untuk melakukanpengawasan kinerja proyek tersebut.Namun disisi lain pengukuran kinerja dalam proyek konstruksi masih sangat jarang ditemukan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengawasan kinerja dalam proses konstruksi.Banyaknya sistem pengawasan kinerja dalam dunia manajemen proyek memungkinkan proyek mengadaptasi salah satu dari sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan sistem pengawasan dengan pendekatan BalancedScorecard yang akan dicoba untuk diaplikasikan dalam proyek apartemen “The Kencana” di Jakarta Selatan. Dalam pendekatanBalanced Scorecard, penjabaran strategi perusahaanmenjadi menjadi pekerjaan merupakan masalah penting. Strategi ini akan menghasilkan Key Performance Factor(KPF) yang kemudian menghasilkan Key Performance Indicator(KPI). Untuk mengatasi kesulitan mengimplementasikan strategi menjadi pekerjaan, kemudian digunakan kuisioner yang diberikan kepada Project Manager. Dari hasil kuisioner, diperoleh faktor yang dianggap penting untuk proyek “The Kencana” dan merumuskan indikator yang penting. KPF dan KPI yang dirumuskan, diukur dan dihitung dalam bentuk persentase. Persentase bobot tiap KPF dan KPI menjadi tools pengukuran kinerja pelaksanaan konstruksi. Hasil penelitian ini menunjukkan peran pengawasan berperan penting dalam mendukung proses konstruksi yang berkualitas. Kata Kunci : Pengawasan kinerja, Balanced Scorecard, Key Performance Factor,Key Performance Indicator
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai, agar menjadi salah satu pelopor untuk memajukan perekonomian bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, didukung dengan sumber daya alam dan manusia yang memadai, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu aspek ekonomi yang berkembang dengan sangat pesat. Berkembangnya banyak kota besar sebagai kota metropolitan serta pembangunan di daerah-daerah, ditunjang perkembangan penduduk menjadikan pembangunan di Indonesia sebagai salah satu motor kemajuan bangsa. Dengan banyak proyek pembangunan infrastuktur, menjadikan persaingan antar pihak-pihak terkait (pemberi tugas, konsultan, kontraktor) semakin tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan persaingan yang ketat. Adanya persaingan yang ketat tersebut menghasilkan suatu seleksi alam dimana semua pihak berusaha untuk tetap eksis dalam bidangnya. Dalam persaingan yang ketat tersebut diperlukan nilai lebih yang diberikan dari pembangunan sebuah proyek infrastuktur termasuk gedung bertingkat. Nilai tambah tersebut dapat bervariatif, tetapi bila ditinjau dari sudut pandang manajemen konstruksi, sebuah proyek yang bernilai tambah adalah proyek yang memiliki kinerja yang baik, bila dikaitkan dengan 3 aspek yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu (time). Proyek memiliki kinerja yang baik bila memiliki biaya yang rendah, mutu yang sesuai dengan spesifikasi pemberi tugas, dan diselesaikan dalam waktu yang sesuai dengan jadwal. Agar tercapainya ketiga hal tersebut maka dibutuhkan mekanisme yang selaras antara semua komponen yang terkait dan terlibat dalam proyek tersebut. Dimulai dari pemberi tugas, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok, hingga pekerja, harus berkerjasama untuk mencapai suatu produktivitas yang baik. Produktivitas inilah yang menjadi akar dari target kinerja yang akan dicapai bersama oleh semua pihak dalam sebuah proyek, dimana tujuan akhir dari pengawasan kinerja ini adalah peningkatan keuntungan dari proyek. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 31
Manajemen Konstruksi
Terkait dengan kinerja, dalam ilmu dasar manajemen yang biasa diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, memiliki banyak sekali teori pengukuran kinerja kerja yang mengukur kinerja perusahaan, seperti Balanced Scorecard, Integrated Performance Measurement System,Performance Prisem, dll. Semua metode pengukuran kinerja ini sudah diterapkan oleh banyak perusahaan baik manufaktur ataupun jasa, dan teruji dalam mengukur kemampuan dan produktivitas yang dituju dalam berbagai macam kasus. Semakin ketatnya persaingan saat ini membuat kebutuhan akan aplikasi dan perkembangan ilmu pengukuran kinerja ini semakin besar. Setiap perusahaan akan berusaha untuk mencari metode yang terbaik bagi perusahaan mereka agar dapat mencapai kinerja yang tertinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan global yang ada. Sebaliknya dalam manajemen konstruksi pada Teknik Sipil pembahasan mengenai peningkatan kinerja proyek tidak banyak disinggung. Padahal kinerja proyek seperti yang telah dijelaskan didepan, menentukan untuk dapat bersaing pada persaingan global yang ketat. Oleh sebab itu maka diperlukan substitusi ilmu pengukuran kinerja dari luar Teknik Sipil untuk dapat memonitor kinerja tersebut. Secara umum, sistem manajemen Teknik Sipil sama dengan sistem manajemen yang biasanya dipakai dalam perusahaan manufaktur ataupun jasa, terutama dalam hal tujuan perusahaan yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan proses pengolahan data manajemen, hal ini terbukti dengan adanya salah satu bidang peminatan dalam Teknik Sipil yaitu Manajemen Konstruksi. Dengan adanya kesamaan ini maka ingin dicapai sebuah pembelajaran mengenai penerapan salah satu ilmu pengukuran kinerja yang ada di dalam dunia manajemen pada sebuah proyek konstruksi teknik sipil melalui aplikasi ilmu manajemen konstruksi. Dengan adanya kesamaan tersebut, secara hipotesis pengaplikasian salah satu teori pengukuran kinerja dari pembelajaran manajemen dapat digunakan pada pembangunan infrastruktur termasuk gedung bertingkat. Hal ini yang menjadi latar belakang dari Tugas Akhir, sehingga Tugas Akhir ini dapat menghubungkan aplikasi teori monitor kinerja yang sudah sukses di dalam dunia manajemen yaitu Balanced Scoredcard ke dalam kinerja proyek pada manajemen konstruksi Teknik Sipil.
1.2.
Permasalahan Penelitian
Rumusanpermasalahan penelitian ini, yaitu: 1 Indikator kinerja proyek apa yang dipakai dalam pengukuran yang berimbang? 2 Strategi pekerjaan apa yang dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk pencapaian target yang diinginkan? 3 Bagaimana menterjemahkan strategi menjadi pekerjaan?
2. LANDASAN TEORI 2.1. Siklus Proyek Konstruksi Menurut buku Professional Construction Management oleh Donald S Barrie dan Boyd C Paulson, ada 6 tahapan dasar dari sebuah konstruksi. Berikut adalah tahapan yang dimaksud: 1. Studi konsep dan kelayakan. 2. Rekayasa dan Desain Pada tahap rekayasa dan desain terdapat dua tahapan yaitu: (1) rekayasa dan desain awal; (2) rekayasa dan desain terperinci. Kedua tahapan di atas saling berkesinambungan. 3. Pengadaan 4. Konstruksi 5. Memulai dan Penerapan 6. Operasi dan Pemanfaatan
2.2. Definisi Dasar Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara ekstensif dalam bisnis dan industri, pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh dunia untuk kegiatan usaha untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memantau kinerja organisasi terhadap strategis tujuan.Sementara menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen dan pengukuran yang melihat kinerja bisnis dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
A. Prinsip Dasar Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan suatu sistem yang berorientasi pada strategi perusahaan, dimana pemimpin perusahaan menjabarkan visi, misi dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Balanced Scorecard memberikan kerangka untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi dengan cara yang konsisten dan berwawasan. Pada dasarnya Balanced Scorecard diterapkan untuk memonitor kinerja agar tetap berorientasi pada strategi perusahaan, dimana diharapkan visi, misi perusahaan dapat tercapai. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 32
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
B. Aspek-Aspek Dalam Balanced Scorecard Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang melihat dalam 4 perspektif. Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Berikut akan dijelaskan mengenai aspek-aspek penting dalam Balanced Scorecard.
1. Perspektif Keuangan Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula. Growth : Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara siknifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Sustain : Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Harvest : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya.
2. Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value propositions. 1. Customer core measurement, terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok ini: Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen Customer acquisition, mengukur suatu unit bisnis dalam menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru Customer satisfaction, tingkat kepuasan pelanggan terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan Customer profitability, mengukur laba bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target atau sekmen pasar yang dilayani 2. Customer value proposition, merupakan pemicu kerja yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang tinggi. Atribut yang digunakan perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas konsumen bisa berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat waktu dan harga terjangkau. Customer relationship, meliputi pengiriman produk dan jasa kepada pelanggan, termasuk dimensi waktu dan respon pelanggan dan apa yang dirasakan pelanggan saat membeli produk dari perusahaan. Image and reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dngan perusahaan.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal Kaplan dan Norman membagi proses bisnis internal ke dalam tiga proses: inovasi, operasi dan layanan purna jual.Proses inovasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Proses operasimerupakan tahap aksi dimana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.Proses pelayanan purna jualmerupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Dalam perspektif ini, perusahaan memiliki tolak ukur: employee capabilities, information system capabilities, dan motivation, empowerment, and alignment. a. Employee capabilities Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan diotomatisasi, maka pekerjaan yang sama yang dilakukan secara terus-menerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama, tidak lagi cukup bagi tercapainya keberhasilan oleh karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus. b. Information systems capabilities Bagaimanapun juga, walaupun motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 33
Manajemen Konstruksi
c. Motivation, empowerment,and alignment Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana ukuran ini menangkap partisipasi karyawan yang sedang berlangsung dalam memperbaiki kinerja perusahaan dan tingkat kualitas partisipasi karyawan dalam memberikan saran untuk perbaikan.
2.3.
Hasil Penelitian yang Relevan
Dari beberapa hasil penelitian yang relevan, ada beberapa inti yang berguna untuk mendukung penelitian ini. Ada 5 jurnal yang dibahas dan menjadi referensi sebagai hasil penelitian yang relevan. Pengambilan beberapa jurnal sebagai referensi dilakukan untuk lebih memvalidasi hasil penelitian ini. Berikut hal – hal yang dimaksud: Tabel 2.1. Inti Relevan dari Jurnal untuk Permasalahan Penelitian Jurnal
Inti yang relevan untuk penelitian
Performance Management In Construction : A Conceptual Framework
dampak dari pengukuran kinerja sebuah organisasi dapat diperiksa dan dianalisa untuk mengindikasikan area yang berpotensi untuk dikembangkan mengidentifikasi beberapa area yang dapat digunakan sebagai validasi proses kerangka kerja pengukuran kinerja dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam proses konstruksi balanced scorecard sukses dalam mengukur kinerja proses industri penerjemahan strategi yang sederhana agar dapat dimengerti oleh setiap pihak
Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia
pengukuran terhadap perspektif keuangan tidak lagi cukup untuk menentukan tingkat kinerja suatu perusahaan
Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Key Performance Indicators yang Digunakan Untuk Mengukur Kesuksesan Proyek Konstruksi Mapping The Construction Engineering and Management Discipline
menentukan karakteristik pengukuran kinerja yang sesuai dengan perusahaan pengendalian diperlukan dalam sebuah proses industri skala besar faktor yang menjadi pembatas indikator pengukuran penyederhanaan indikator yang digunakan khusus dalam dunia konstruksi hasil dari pengukuran tergantung dari tujuan perusahaan pentingnya kedisiplinan dalam dunia konstruksi kinerja yang baik tak akan terjadi tanpa disiplin semua pihak manajemen yang baik menghasilkan kinerja kerja yang baik pentingnya manajemen konstruksi dalam keberhasilan sebuah proyek
3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Proses Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses guna mengarahkan penelitian agar tetap fokus pada tujuan utama. Berikut prosesnya mulai dari awal hingga akhir: Perumusan masalah
Hipotesis
Penentuan pekerjaan penelitian
Key Performance Indicator
Rasio/bobot Key Performance Factor
Key Performance Factor
Sistem pengukuran dan pengendalian
Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1. Proses Penelitian Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 34
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
3.2. Metode Analisis Data Penelitian Penelitian ini bertujuan akhir untuk menghasilkan sebuah alat atau tools pengawasan dan pengukuran kinerja. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas strategi peneliti dalam melakukan penelitian untuk secara efisien dan tepat sasaran dapat memenuhi tujuan utama tersebut. Berikut diagram proses metode analisis data penelitian:
Studi literatur dan wawancara dengan ahli (KPF PM)
Kuisioner I (KPF PM)
Studi literatur dan wawancara dengan ahli (KPI PM dan Tim kerja)
Kuisioner II (KPI PM dan Tim kerja)
Penentuan rumus tiap indikator Pembuatan tabulasi (tools) Pengukuran dan Pengawasan Gambar 3.2.Diagram Proses Metode Analisis Data Penelitian Dengan diagram ini dijelaskan bawah dilakukan proses studi literatur untuk mencari setiap KPF yang akan digunakan dalam penelitian kali ini, pada proses ini KPF juga dikelompokkan seperti perspektif pada teori Balanced Scorecard, setelah proses pengumpulan KPF telah selesai maka dibuat kuisoner untuk diberikan kepada PM proyek, ini dikarenakan setiap proyek memiliki prioritas yang berbeda-beda sehingga memiliki KPF yang berbeda pula. Setelah diperoleh KPF yang diinginkan PM maka dilanjutkan lagi dengan studi literatur untuk KPI tiap KPF yang telah dipilih PM, setelah terkumpul KPI akan dibuat dalam kuisioner dan kembali di berikan kepada PM untuk dipilih, setelah selesai maka masuk ketahap penentuan rumus untuk tiap indikator yang dipilih PM, rumus yang dihasilkan disesuaikan dengan KPI yang ditentukan. Setelah rumus selesai dibuat maka masuk kedalam tahap pembuatan tabel atau toolsyang nantinya akan menjadi alat pengawasan dan pengukuran kinerja. Setelah tabel selesai dibuat dengan setiap indikator dan rumus yang dipakai maka toolssiap untuk digunakan untuk melakukan pengukuran dan pengawasan kinerja pada proyek bersangkutan.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1.
Research Findings
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data melalui kuisioner dan wawancara dengan ahli sebagai salah satu sumber data penelitian. Dari semua data yang sudah diperoleh, dihasilkan sebuah tabel atau tools untuk pengawasan kinerja yang terdiri dari 76 indikator. Berikut adalah sebagian dari tabel tersebut.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 35
Manajemen Konstruksi
Tabel 4.1. Tabel/Tools pengawasan kinerja
4.2.
Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan pertemuan dengan Project Manager pada proyek yang diteliti didapatkan strategi pengerjaan untuk proyek tersebut, yaitu sesuai dengan moto yang dimiliki perusahaan tersebut yaitu memberikan hasil terbaik kepada para end user dengan komitmen yang lebih baik tiap harinya. Setelah itu disimpulkan bahwa target dari moto itu adalah untuk pencapaian pendapatan yang lebih tinggi. Sehingga untuk mencapai target tersebut strategi tersebut diterjemahkan menjadi pekerjaan yang merupakan hasil dari kuisioner yang telah diberikan dengan indikator yang diperoleh dari studi literatur dan wawancara dengan para ahli. Dari indikator yang dihasilkan kemudian dibuat sebuah tabulasi atau tools pengawasan dan pengukuran kinerja. #8<8
#.72704*<4*74.9=*;*79.5*700*7 #.6+.:24*71*;25;.;=*2-.70*7@*70-23*7324*74.9*-* 9.5*700*7 #.70*?*;2;.<2*99.4.:3**7@*70-25*4=4*7
Gambar 4.1.Diagram Penerjemahan Strategi Menjadi Pekerjaan
4.2.1.
Indikator “Menentukan strategi dan rencana pekerjaan konstruksi agar dapat dilakukan dengan lancar”
Dari tabel diketahui input yang diperlukan untuk penghitungan yaitu dokumen yang diserahkan dan total dokumen, dengan contoh input 90 dan 100 dengan proses penghitungan: Dengan hasil ini setelah itu hasil akan dibandingkan dengan target, target dipasang semaksimal mungkin yaitu 100%. Target akan disesuaikan dengan kebutuhan PM untuk indikator tersebut, dalam penelitian ini seluruh target ditentukan maksimal atau 100%. Perbandingan dengan target: Hasil penghitungan ini dilanjutkan untuk penghitungan kolom berikutnya yaitu nilai perbandingan dengan bobot KPI.Dengan bobot yang diberikan pada tabel adalah 100%.Penentuan bobot ini diperoleh pembagian rata dengan jumlah indikator pada faktor tersebut. Dengan hasil penghitungan: Pada kolom ini dilihat menunjukan adanya rambu berwarna merah, rambu ini berarti adanya ketidak sesuaian dengan target yang diinginkan. Pada rambu ini diperlukan penelitian lebih lanjut untuk tiap range yang diberikan Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 36
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
pada hasil penghitungan, berapakah nilai untuk rambu merah, kuning dan hijau. Dengan metode statistik pada indikator ini setidaknya digunakan 30 kali. Pada penelitian kali ini akan dianggap setiap nilai yang tidak mencapai target akan menghasilkan rambu merah. Dari hasil 90% yang diperoleh sebelumnya akan dilanjutkan dengan penghitungan kolom nilai akhir dibandingkan dengan bobot yang diberikan: Kemudian terakhir dengan total kontribusi yang diberikan indikator: Hasil dari penghitungan ini merupakan total kontribusi yang dihasilkan oleh indikator ”Menentukan strategi dan rencana pekerjaan konstruksi agar dapat dilakukan dengan lancar” kepada KPF “Kesesuaian pekerjaan terhadap laporan akhir tahap studi kelayakan” milik PM yang diukur terhadap MK. Pada proses penghitungan ini ditunjukan penghitungan perindikator, tetapi pada tools kolom total kontribusi telah dijumlah dengan setiap indikator yang bersangkutan dengan tim kerja yang diukur kinerjanya. Untuk contoh penghitungan total kontribusi yang dijumlah nilainya akan dijelaskan berikutnya.
4.2.2.
Indikator “Pengawasan terhadap setiap proses konstruksi yang dapat menimbulkan tindak kriminal” dan “Berkoordinasi dengan pihak keamanan eksternal selama proses pengerjaan konstruksi”
Dengan menggunakan contoh sama dengan tabel 4.1. hasilinput yang dihasilkan menunjukan hasil penghitungan untuk tiap kolom yang dicari, sampai kepada kolom nilai akhir dibandingkan dengan bobot yang diberikan oleh PM, dimana proses penghitungan merupakan gabungan dari ke-2 indikator tersebut, ini disebabkan adanya lebih dari satu indikator dalam sebuah KPF, proses penghitungannya adalah:
Setelah diperoleh nilai perbandingan dengan bobot dari PM maka dilanjutkan dengan penghitungan total kontribusi MK untuk KPF “Kesesuaian pekerjaan terhadap laporan akhir tahap studi kelayakan” milik PM, berikut penghitungannya:
Dengan hasil penghitungan total kontribusi akhir bernilai 33% diberikan rambu berwarna merah karena tidak sesuai dengan target yang diharapkan oleh PM yaitu 40%. Dengan dihasilkanya tools ini diharapkan mempermudah pengawasan kinerja proyek konstruksi dan pengukuran kinerja, sehingga dapat diperoleh hasil kinerja yang maksimal untuk mendukung proyek yang dikerjakan.
5. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan.Terbukti penerapan teori pengawasan kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard dapat dilakukan pada proyek konstruksi melalui penerapan ilmu manajemen proyek. Metode pengawasan Balanced Scorecard adalah metode yang beracuan utama dari visi dan misi perusahaan yang kemudian diubah menjadi strategi untuk mencapai visi misi tersebut, penterjemahan strategi kedalam pekerjaan dalam konstruksi dapat dilakukan dengan cara pembagian kuisioner. Setiap indikator yang diperoleh memiliki proses penghitungan yang berbeda, yang disebabkan oleh perbedaan jenis data yang di masukan kedalam penghitungan setiap indikator tersebut dengan target yang disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut. Untuk peneliti selanjutnya ada beberapa saran yang menurut penulis bisa dijadikan sebagai bekal untuk penelitian yang lebih baik, yaitu: 1. Penelitian dapat diperluas dengan membandingkan teori pengukuran kinerja Balanced Scorecard dengan teori pengukuran kinerja lainnya, untuk memperoleh lebih banyak indikator yang pada akhirnya tools pengukuran dapat digunakan secara umum. 2. Penentuan untuk range rambu diteliti lebih lanjut dengan metode statistik agar setiap rambu dapat mewakili input yang dimasukan. 3. Melakukan pengukuran dengan tools yang telah dihasilkan pada proyek yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA AGuide to the Project Management Book of Knowledge. Fourth Edition. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor, Soraya Hanuma, Endang Kiswara SE., M.Si., Akt. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia, Agus Darmawanto, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 37
Manajemen Konstruksi
Anthony A. Atkinson, Rajiv D. Banker, Robert S. Kaplan, & S. Mark Young, Management Accounting. Second Edition AustralianGovernment, Department of Finance and administration. 2006. Kinerjance Indicator Resource Catalogue. Construction Measures:Key Performance Indicators, UP-101 September 2005 Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson. Professional Construction Management. Third Edition. Ibid. halaman 55. Joseph Dechiar, Time Saver Standart for Building Types Lane K. Anderson & Donald K. Clancy, Cost Accounting, Homewood, Boston: Richard D.Irwin Michail Kagioglou, Rachel Cooper & Ghassan Aouad, Kinerjance Management in Construction : A Conceptual Framework,Research Institute for Design and Manufacture, University of Salford, Centenary Building, Peru Street, Salfor.d Mohamed A. Aboulezz, Mapping The Construction Engineering and Management Discipline, Worcester Polytechnic Institute Mulyadi. 2012. http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/07/24/balance-scorecard Peraturan Daerah, nomor 7, 2010, pasal 1, ayat 8, DKI Jakarta Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Nomor 38 Tahun 2012, Pasal 21 Price Water House Coopers. Communicating the Guide to Key Performance Indicators, Communicating Measures That Matter Robert S. Kaplan dan David P. Norton. 1996. op. cit. Robert S. Kaplan dan David P. Norton. 2001. op. cit. Skripsi No. 21011736/SIP/2010; Michael Artha Kusuma Jaya (21406067), Albert Valentinus Christy W. (21406082). Universitas Kristen Petra\ Songer, A.D. dan Molenaar, K.R. 1997, Project Characteristics for Successful Public-sector Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soraya Hanuma, Endang Kiswara SE.,M.Si.,Akt. Analisi Balance Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Takim, R., Akintoye, A., Kinerjance Indicators for Successful Construction Project Kinerjance,18th Annual ARCOM Conference Thorsten Rodiek. 1984. Die Neue Staatsgakerie Stuttgart t. Stuttgart: Verlag Gerd Hatje, Site plan. http://kamusbahasaindonesia.org/apartemen http://www.balancedscorecard.org
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 38
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013