PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA HIDROPONIK
ESTU WIDI ANDRIANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) Secara Hidroponik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 22 Oktober 2013 Estu Widi Andriani NIM A24090081
ABSTRAK ESTU WIDI ANDRIANI. Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik. Dibimbing oleh MEGAYANI SRI RAHAYU. Pertanian organik saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat. Permintaan akan sayuran organik terutama bayam kian meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) secara hidroponik. Penelitian dimulai pada April hingga Agustus 2013 bertempat di Parung Farm dan Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan Lengkap Kelompok Teracak (RKLT) satu faktor yang terdiri dari lima taraf perlakuan: pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, kombinasi kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi kompos Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi menghasilkan produksi yang setara dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Kata kunci: Imperata cylindrica, Mucuna bracteata, Pupuk Hijau, Sayuran daun, Semi organik
ABSTRACT ESTU WIDI ANDRIANI. The Impact of Green Manure on Growth and Yield of Spinach (Amaranthus tricolor) in Hydroponics System. Supervised by MEGAYANI SRI RAHAYU. Nowdays, organic farming have been a lifestyle for a part of society. Demand of organic vegetable particulary spinach will increase. The objective of this study was to investigate the impact of green manure on growth and yield of spinach (Amaranthus tricolor) in hydroponics system. The study was conducted at Parung Farm, Bogor and Post Harvest Laboratory in Department of Agronomy and Horticulture IPB from April to August 2013. The experiment used randomized completely block design with one factor. The factor are five level of treatments: full dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination extract Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost Imperata cylindrica and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination extract Imperata cylindrica and half dose recomended AB Mix fertilizer. The research results indicated that the combination of extract Imperata cylindrica and half dose AB Mix fertilizer give similiar result with full dose AB Mix fertilizer on growth and yield of spinach. Keywords: Green Manure, Imperata cylindrica, Leaf Vegetable, Mucuna bracteata, Semi organic
PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA HIDROPONIK
ESTU WIDI ANDRIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik Nama : Estu Widi Andriani NIM : A24090081
Disetujui oleh
Ir Megayani Sri Rahayu, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah tanaman sayur, dengan judul Peran Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) Secara Hidroponik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik atas segala kebaikan ibu dalam membimbing, memberi arahan serta motivasi. Ibu Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku moderator kolokium. Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku moderator seminar. Ibu Juang Gema Kartika, SP, M.Si serta Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Soedibyo dan Bapak Ir. Yos Sutiyoso dari Parung Farm. Bapak Hendra Mardiana selaku Kepala Bagian SDM dan Umum PTPN VIII PERSERO, Bapak Ir. Adjat selaku administrator kebun Cikasungka, Bapak Ir. Siswanto Rudy selaku kepala tanaman kebun Cikasungka dan Bapak Dadan R selaku sinder afdeling 3 Cikasungka beserta staf administrasi PTPN VIII Bandung dan Staff kebun PTPN VIII Cikasungka. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak staf kebun Cikabayan dan Leuwikopo dan Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu selama pengumpulan data dan mempermudah administrasi surat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman AGH 46, kakak - kakak kelas AGH 45 serta Adik kelas AGH 47 yang telah membantu selama penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 22 Oktober 2013 Estu Widi Andriani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bayam
3
Hidroponik
4
Pupuk Organik
4
METODE
6
Tempat dan Waktu
6
Bahan dan Alat
6
Prosedur Analisis Data
7
Pelaksanaan
7
Pengamatan
8
HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN
9 18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk Panjang akar bayam pada berbagai perlakuan pupuk Bobot basah tanaman Ratio bobot basah biomassa Bobot kering biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk Ratio bobot kering akar dan tajuk pada berbagai perlakuan Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan
9 11 12 13 14 15 16 17
DAFTAR GAMBAR 1 Tinggi tanaman pada 5 taraf perlakuan pemupukan 2 Bagan warna daun
10 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jumlah dan bahan kimia yang digunakan untuk membuat pupuk AB Mix 21 2 Sidik Ragam Percobaan 23
PENDAHULUAN Latar Belakang Bayam (Amaranthus tricolor) merupakan produk hortikultura yang kaya nilai gizi. Rubatzky et al. (1999) menyatakan kandungan gizi yang terdapat pada bayam adalah protein, pro vitamin A, vitamin C, dan serat. Bayam mempunyai keunggulan yaitu kandungan gizi yang tinggi, bayam juga memiliki banyak produk turunan. Salah satu produk turunan bayam adalah keripik bayam. Harga bayam mudah dijangkau sehingga bayam menjadi salah satu sayuran yang digemari oleh masyarakat. Konsumsi bayam perkapita di dalam negeri mencapai 0.09627 kg dalam seminggu atau 13 659.48 kg total konsumsi berbanding dengan jumlah konsumen sebesar 141 880 jiwa (Badan Tenaga Atom Nasional 2005). Bayam juga memiliki pangsa pasar luar negeri yang besar dengan volume ekspor bayam mencapai 72.79 ton pada tahun 2010 dengan nilai ekspor sebesar US$ 69 760 (Kementrian Pertanian DitJen PPHP 2010). Peluang agribisnis bayam cukup menjanjikan karena permintaan bayam relatif besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Produktivitas bayam pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga 1.66%. Salah satu penyebab penurunan produktivitas adalah penurunan areal tanam sebesar 1.83% (Kementrian Pertanian 2013). Tingginya permintaan pasar terhadap komoditi bayam tidak berimbang dengan penurunan produksi. Peningkatan produksi dengan memperluas areal pertanaman merupakan hal yang sangat terbatas.Saparita (2005) menjelaskan bahwa luasan panen tanaman sayur hanya 1.5% dari luasan tanaman pangan atau 0.9% dari luasan tanaman pertanian total. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan lahan adalah bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Hidroponik merupakan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas tanpa diiringi oleh perluasan lahan. Rahimah (2010) menyatakan budidaya secara hidroponik mampu meningkatkan produktivitas bayam hingga dua kali dibandingkan penanaman secara konvensional. Hidroponik memiliki sepuluh sistem, seperti sistem sumbu, sistem rakit apung, sistem Nutrient Filament Technique ( NFT), sistem sistem Deep Flow Technique (DFT), sistem pasang surut, sistem aeroponik, sistem aquaponik, sistem air menggenang, vertical garden dan sistem tetes atau drip. Sistem hidroponik yang akan digunakan adalah sistem Deep Flow Technique (DFT). Sistem DFT memiliki kesamaan dengan sistem hidroponik rakit apung. Keunggulan sistem DFT adalah sirkulasi hara berjalan dengan baik. Sistem DFT menggunakan pipa Poly Vinil Chlorida (PVC) bertingkat untuk mengalirkan larutan haranya.Wadah tanam berupa gelas plastik berukuran 250 ml yang diberi media tanam berupa arang sekam.Wadah diletakan didalam pipa PVC. Sirkulasi hara terjadi saat larutan hara masuk melalui lubang sirkulasi pada wadah tanam. Larutan hara masuk lewat wadah tanam kemudian diserap oleh media tanam hingga akhirnya hara tersedia bagi tanaman. Bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan dibanding bercocok tanam secara konvensional. Beberapa keunggulan sistem hidroponik adalah sterilisasi media yang relatif bersih, sanitasi lingkungan yang
2 terkendali, waktu panen dapat lebih awal dan kualitas, kuantitas serta kontinuitas hasil terjamin. Sistem hidroponik dapat mengaplikasikan pertanian semi organik. Pupuk hijau merupakan alternatif potensial untuk mengurangi pemakaian pupuk inorganik. Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman hijau. Aplikasi pupuk hijau dapat langsung dibenamkan pada media tanam atau dikomposkan terlebih dahulu. Menurut Rachman et al. (2006) tujuan pemberian pupuk hijau adalah untuk menambahkan dan menyediakan unsur hara yang relatif cepat diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Tanaman yang cocok digunakan untuk pupuk hijau ada bermacam-macam, diantaranya dari kelompok leguminosae dan kelompok bukan leguminosae. Pupuk hijau yang berasal dari kelompok leguminosae lebih baik daripada bukan kelompok leguminosae (Syukron 2000). Tanaman leguminosae dapat digunakan sebagai pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen hasil simbiosis bakteri rhizobium. Mucuna bracteata atau yang lebih dikenal dengan kokoro bengu, merupakan salah satu leguminosae yang banyak digunakan sebagai Legume Cover Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah. Mucuna bracteata digunakan sebagai LCC karena persen penutupan tanahnya yang tinggi dibandingkan LCC jenis rumput-rumputan. Luas permukaan daun yang lebih lebar daripada LCC jenis rumput-rumputan diharapkan dapat menambat nitrogen lebih banyak, karena daun merupakan jaringan tanaman yang memiliki kadar nitrogen tertinggi (Salisbury dan Ross 1995). Mucuna bracteata memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat. Pertumbuhan Mucuna bracteata dapat mencapai 36 % (Aulia 2011). Pertumbuhan Mucuna bracteata yang lebih cepat dibanding jenis LCC lainnya menyebabkan setiap 2 minggu sekali harus diadakan pemangkasan. Hasil pangkasan Mucuna bracteata berpotensi untuk dijadikan pupuk hijau. Tanaman bukan leguminosae yang potensial dijadikan pupuk hijau adalah tanaman dari jenis gulma. Gulma jenis Imperata cylindrica dapat dijadikan alternatif pupuk hijau. Menurut Lubis (1995) kadar hara yang terdapat pada alangalang adalah 1.97% N, 0.13% P, 1.65% K, 0.27 ppm Ca, 0.19 ppm Mg, 8.74 ppm Cu, dan 30.10 ppm Zn. Kandungan kimia yang terdapat pada alang-alang adalah kadar air 93.76%, ekstraktif 8.09%, lignin 31.29%, holoselulosa 59.62%, Alfa selulosa 40.22%, hemiselulosa 18.40% (Sutiya et al. 2012). Imperata cylindrica merupakan gulma potensial untuk digunakan sebagai pupuk hijau. Kandungan Nitrogen pada Imperata cylindrica sebesar 1.97% lebih besar dari jerami tanaman serealia yang hanya 0.5% (Sugiyanta 2007). Penggunaan Imperata cylindrica sebagai pupuk hijau mempunyai nilai ekonomis karena mudah didapat, mengingat gulma jenis Imperata cylindrica dapat berkembang biak dengan cepat. Penggunaan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi didasarkan pada penelitian Sugiyanta (2007), yaitu penambahan setengah dosis pupuk urea yang dikombinasikan dengan pupuk organik dapat memberikan hasil yang sama dengan penggunaan satu dosis pupuk inorganik pada tanaman padi. Penambahan pupuk urea setengah dosis dimaksudkan untuk mencegah imobilisasi N dan mempercepat terjadinya mineralisasi N, sehingga N dapat tersedia bagi tanaman dengan cepat. Pemberian pupuk AB mix setengah dosis pada dasarnya sama dengan pemberian setengah dosis pupuk urea, namun pada pupuk AB mix nitrogen tersedia dalam bentuk amonium sulfat, kalsium amonium nitrat dan kalium nitrat. Dosis pupuk hijau yang diberikan adalah 5 g berat hijauan yang
3 telah dikomposkan. Penentuan dosis mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Sugiyanta (2007) dengan asumsi bahwa Imperata cylindrica dan Oryza sativa termasuk famili rumput-rumputan (graminae) serta Crotalaria juncea dan Mucuna bracteata termasuk famili leguminosae. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor). Hipotesis Pupuk hijau yang diaplikasikan dengan pupuk AB mix setengah dosis dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bayam
TINJAUAN PUSTAKA Bayam Amaranthus sp. Merupakan tanaman setahun, monoecious dan berumur pendek. Menurut Rubatzky et al. (1999) viabilitas bayam termasuk tinggi dalam hal pola pertumbuhan, bentuk daun, warna, sifat pembungaan dan kegunaan. Bayam tumbuh tegak, setinggi 30-90 cm dan menghasilkan banyak bunga kecil pada bulir terminal (ujung) atau aksilar (samping) serta mempunyai sistem perakaran yang umum jarang. Komoditi ini dapat hidup pada ketinggian topografi < 1400 mdpl. Bayam memiliki lintasan fotosintesis C4. Tanaman C4 adalah tanaman yang menggunakan hasil fotosintesisnya dengan sangat efisien. Keefisienan dalam penggunaan hasil fotosintesis juga diikuti oleh keefisienan penggunaan air dan rasio transpirasi yang tinggi. Mekanisme seperti ini yang membuat tanaman C4 tahan terhadap kekeringan. Bayam adalah tanaman sayuran daun yang kaya akan protein dan murah bagi banyak penduduk di daerah tropika, subtropika, dan iklim sedang. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) mengemukakan selain sebagai sumber protein, bayam adalah penghasil pro-vitamin A, vitamin C, dan serat dalam jumlah besar, komoditi ini juga memiliki kandungan asam oksalat yang besar pada jaringan daunnya. Hadisoeganda (1996) menyatakan bayam kaya kandungan mineral kalsium, zat besi, magnesium, fosfor dan kandungan hidrat arang bayam cukup tinggi dalam bentuk serat selulosa yang tidak tercerna. Serat tidak tercerna ini berperan penting dalam membantu proses pencernaan lambung. Lefsurd et al. (2007) melaporkan bayam memiliki karetenoid yang penting bagi kesehatan manusia. Karetenoid mengandung lutein dan β – karoten yang baik untuk mengurangi resiko kanker paru-paru dan penyakit mata kronis seperti katarak dan berkurangnya pengelihatan karena faktor usia. Konsentrasi lutein dan β – karoten didalam tanaman sayur dapat dinaikkan dengan teknik manajemen budidaya yaitu manajemen pemupukan N yang baik. Karetenoid mengandung klorofil a dan klorofil b yang jumlahnya bergantung pada jumlah nitrogen.
4
Hidroponik Budidaya Secara Hidroponik Budidaya hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman modern. Budidaya secara hidroponik selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman tanpa menambah luasan lahan juga dapat memberikan nilai estetika pada pertanian. Hidroponik dapat menjadi solusi bagi pertanian kota yang minim lahan. Budidaya hidroponik digunakan untuk tanaman hortikultura khususnya. Keuntungan menggunakan teknologi hidroponik lainnya adalah produksi tanaman lebih tinggi, bebas hama dan penyakit, penghematan pemakaian pupuk, produksi tanaman bersifat kontinu tanpa tergantung musim, kualitas produk sempurna. Susila dan Koerniawati (2004) menyatakan Hidroponik merupakan salah satu cara budidaya yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada awalnya istilah hidroponik hanya ditujukan untuk menggambarkan cara menumbuhkan tanaman dalam sistem air, akan tetapi saat ini mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan atau tanpa penambahan medium inert (seperti pasir, kerikil, rockwool, vermikulit) untuk dukungan mekanis. Sistem budidaya hidroponik biasanya diusahakan pada rumah kaca dengan lingkungan yang terkendali. Media Tanam Hidroponik Media tanam yang banyak digunakan untuk tanaman sayur sistem hidroponik adalah arang sekam. Menurut Ermina (2010) arang sekam dipilih karena mempunyai porositas yang tinggi, berstruktur gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah, keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 – 7, tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit, mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalsium. Arang sekam dicampur dengan pupuk kandang agar bahan organik dari pupuk kandang dapat melepaskan bahan kimia yang dapat menstimulir makro dan mikro organisme tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang juga dapat memperkecil tingkat porositas arang sekam agar tidak terlalu mudah meloloskan air. Jika arang sekam terlalu mudah meloloskan air akan terjadi kehilangan hara, karena pemberian hara dilakukan melalui cara fertigasi. Menurut Nurtika dan Abidin (1995) penambahan unsur makro seperti nitrogen, fosfor dan kalium dilakukan melalui pupuk buatan. Unsur nitrogen dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, fosfor dapat mempercepat pertumbuhan akar dan kalium dapat memperbaiki kualitas tanaman. Pupuk Organik Definisi pertanian organik sangat beragam dan yang paling mudah dikenal adalah salah satu sistem pertanian yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida buatan. Melati dan Andriyani (2005) menyebutkan definisi pertanian organik yang paling banyak diadopsi adalah definisi yang dikembangkan oleh International Federation of Organik Agriculture Movement (IFOAM). Pertanian organik menekankan pada penggunaan input yang mendorong proses biologi untuk ketersediaan hara dan ketahanan terhadap Organisme pengganggu tanaman.
5 Hal ini dapat tercapai dengan memanipulasi sumber daya alam untuk mendorong proses yang dapat meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan. Pupuk merupakan komponen penting dalam sistem budidaya tanaman. pupuk merupakan sumber nutrisi yang berperan dalam tumbuh dan kembang tanaman hingga mencapai akumulasi biomassa tertantu. Pengembangan sistem pertanian organik secara hidroponik mustahil dilakukan jika tanpa pemberian pupuk. Pemberian pupuk organik saja tidak mungkin dilakukan karena pupuk organik tidak mengandung unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman (Cahyadi 2011). Pengembangan sistem pertanian saat ini baru diarahkan pada sistem pertanian organik. Salah satu cara dilakukan dengan mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Beberapa sumber hara yang digunakan pada sistem pertanian organik adalah bahan organik yang berasal dari pupuk kandang, pupuk hayati, limbah pertanian, limbah rumah tangga/perkotaan dan pupuk hijau. Pupuk kandang tidak dapat digunakan untuk sistem budidaya secara hidroponik karena dapat menyumbat emiter, kecuali jika diberikan dalam bentuk Bokashi. Pangaribuan et al. (2012) melaporkan bahwa Bokhasi pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan setengah dosis pupuk rekomendasi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat. Pupuk hayati mempunyai kemungkinan yang kecil untuk digunakan pada sistem hidroponik karena pupuk hayati lebih berfungsi untuk mereklamasi lahan, sedangkan hidroponik adalah sistem budidaya yang tidak menggunakan tanah atau menggunakan sedikit tanah (soilless) untuk media. Pupuk hijau merupakan pupuk organik yang potensial untuk digunakan pada sistem hidroponik. Pupuk hijau merupakan salah satu sumber bahan organik yang berasal dari bahan tanaman. Umumnya tanaman yang digunakan sebagai pupuk hijau mempunyai kandungan N yang tinggi. Beberapa jenis tanaman dari leguminosae seperti Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Dewasa ini, Legum Cover Crop (LCC) yang banyak digunakan adalah Mucuna bracteata. Aulia (2011) menyebutkan bahwa Mucuna bracteataberumur 17 MST memiliki tingkat penutupan tanah sebesar 36%. IPB (2013) melaporkan rata-rata kandungan hara yang dimiliki oleh Mucuna bracteata adalah 4.46% N, 0.35% P dan 1.52% K. Pupuk hijau tidak hanya berasal dari family leguminosae. Gulma dari keluarga Graminae seperti Imperata cylindrica L. atau lebih dikenal dengan alang-alang berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Menurut Syokron (2000) pupuk hijau alang-alang tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman lada perdu. Penggunaan pupuk hijau yang umum adalah dengan dikomposkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menurunkan rasio C/N pada bahan pupuk hijau. Proses pengomposan umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung metoda penanganannya. Lama proses pengomposan tergantung pada beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, metoda pengomposan dan faktor komposisi kimia bahan organik. Nisbah C/N yang lebih dari 20 memberi pengaruh yang kurang baik karena masih terjadi proses dekomposisi yang dapat mengakibatkan suhu sekitar perakaran tinggi sehingga mengganggu penyerapan hara pada tanaman (Yani 2004).
6 Pemberian pupuk hijau dalam sistem hidroponik dapat dilakukan dengan membuat cairan pupuk hijau. Pembuatan cairan pupuk hijau bisa dengan difermentasi dengan bioaktivator (Bokashi) seperti yang dilakukan Pangaribuan et al. (2011) atau dengan menghancurkan jaringan tanaman yang dilarutkan dalam air (blender) seperti tahap pertama pada metode ekstraksi yang dilakukan oleh Haryadi (2012). Tujuan pemberian pupuk hijau dalam bentuk larutan adalah agar kandungan hara yang terdapat pada pupuk hijau lebih mudah diserap oleh tanaman.
METODE Tempat dan Waktu Penelitian bertempat di Parung Farm Bogor, Jawa Barat. Pengamatan hasil dilakukan di Laboraturium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai 27 April 2013 sampai dengan 7 Agustus 2013. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat budidaya pertanian seperti tray semai, timbangan analitik, penggaris, alat tulis, gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah, Kit hidroponik system Deep Flow Technique (DFT), gelas ukur, bagan warna daun (BWD), kertas saring dan blender. Bahan yang digunakan adalah benih bayam varietas Amarant 963 white leaf, media tanam berupa arang sekam, pupuk AB mix dan Pupuk hijau. Dosis pupuk AB mix yang digunakan adalah satu dosis dan setengah dosis. Pupuk AB Mix terdiri dari perekat A dan perekat B. Perekat A terdiri dari 650 gkalsium amonium nitrat, 620 g kalium nitrat, 30 g Librel BMX yang dilarutkan dalam 5 liter air. Perekat B terdiri dari 270 g kalium di-hidro fospat, 140 g amonium sulfat, 70 g kalium sulfat dan 820 g magnesium sulfat dilarutkan dalam 5 liter air. Satu dosis rekomendasi pupuk AB Mix merupakan 250 ml perekat A dan 250 ml perekat B yang dilarutkan dalam 50 liter air untuk memupuk 49 tanaman atau satu Kit hidroponik DFT (Sutiyoso Y 12 Mei 2013, komunikasi pribadi). Pupuk hijau yang digunakan adalah Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Mucuna bracteata didapat dari Afdeling 3 PTPN VIII Cisasungka, Bogor dan Imperata cylindrica diperoleh dari Cikabayan, Bogor, Jawa Barat. Pupuk hijau mendapat dua perlakuan yaitu perlakuan ekstrak dan perlakuan pengomposan. Dosis Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang digunakan masing-masing adalah 5 g berat kompos pupuk hijau yang telah dicampurkan dengan media tanam arang sekam pada masing-masing wadah tanam. Perlakuan ekstrak dilakukan dengan memberikan 50 ml ekstrak pupuk hijau kedalam masing-masing gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah tanam.
7 Prosedur Analisis Data Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan lima perlakuan dan tiga ulangan, sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Adapun taraf perlakuan percobaan yaitu: 1. Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi 2. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau kompos Mucuna bracteata 3. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau ekstrak Mucuna bracteata 4. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau kompos Imperata cylindrica 5. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau ekstrak Imperata cylindrica Model linear yang digunakan adalah : Model : Yij = µ+ Ai + Bj + € ij untuk (i =1,...p; j = 1,...r) µ = nilai rata-rata Ai = pengaruh perlakuan ke-i Bj = pengaruh kelompok ke-j ij = pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j € Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F). Jika pada hasil uji F berpengaruh nyata, akan dilakukan uji beda nilai tengah dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan Persemaian Benih bayam disemai terlebih dahulu pada wadah semai yang berisi media berupa arang sekam. Persemaian dilaksanakan selama 14 HST. Pemupukan tidak dilakukan pada saat penyemaian. Penyiraman dilakukan dua hari sekali. Penanaman Pemindahan bibit dilakukan setelah umur semai 14 HST. Cara pemindahan bibit dilakukan dengan memindahkan secara perlahan tanaman bayam beserta sedikit media dari persemaian.Wadah tanam pada sistem hidroponik DFT adalah berupa kemasan gelas plastik berukuran 250 ml yang berisi media dasar arang sekam. Sistem hidroponik DFT memiliki 49 lubang tanam dalam satu Kit.Wadah tanam diletakan lubang tanam pada pipa- pipa Kit. Pipa-pipa Kit DFT terbuat dari PVC. Aliran air maupun larutan hara dialirkan melalui pipa-pipa Kit. Hara akan diabsorbsi oleh tanaman melalui lubang-lubang yang terdapat pada wadah tanam. Penanaman akan dilakukan pada setiap awal bulan tanam selama tiga periode tanam berturut-turut, karena ulangan dalam penelitian ini adalah bulan tanam.
8
Perlakuan pemupukan Pemupukan dilakukan setelah transplanting. Pemupukan terdiri atas 5 taraf yaitu pemupukan satu dosis rekomendasi dan empat taraf perlakuan pemupukan yang dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi. Perlakuan terdiri atas tiga ulangan, sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Percobaan ini menggunakan bulan tanam sebagai ulangan. Perlakuan pengomposan dilakukan dengan mengkomposkan masingmasing 5 kg Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Masing-masing kompos pupuk hijau diberikan pupuk kandang sebanyak 1.25 kg, gula pasir 37.5 g, urea 0.25 kg, kapur tohor 0.5 kg, air 2.5 liter serta EM4 sebanyak 10 ml. Pengomposan berlangsung selama satu bulan dengan kondisi anaerob. Kompos dibalik dan dilembabkan seminggu sekali. Kompos digunakan setelah berumur satu bulan dengan cara dicampurkan ke dalam media tanam. Dosis kompos yang digunakan adalah 5 g per wadah tanam. Perlakuan ekstrak dilakukan dengan cara melarutkan 5 g daun pupuk hijau kedalam 50 ml air dengan perbandingan 1:10 (b/v) (Haryadi 2012). Campuran pupuk hijau dan air kemudian diblender hingga daun hijauan hancur dan dapat disaring. Hijauan yang telah hancur disaring dengan menggunakan kertas saring dan diambil cairannya kemudian ampas hijauan dibuang. Dosis yang digunakan adalah 50 ml per wadah tanam. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan mencakup pengendalian pemupukan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengendalian manual dilakukan dengan cara penyiangan gulma dan eradikasi pada tanaman yang sakit dengan cara membuang daun yang terkena penyakit atau busuk. Pengendalian kimia tidak dilakukan pada budidaya hidroponik. Pemanenan Pemanenan tanaman bayam pada masing-masing ulangan dilakukan pada saat berumur 18 HST setelah transplanting. Cara pemanenan dengan mencabut seluruh tanaman beserta akarnya. Pemanenan dilakukan setiap akhir bulan tanam, selama tiga periode tanam. Pengamatan Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman dilakukan pada seluruh tanaman dalam satu ulangan yang berjumlah enam belas tanaman contoh dimulai dari umur 1 hingga 4 MST. Pengamatan meliputi: Pengamatan komponen tumbuh: 1. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST. 2. Jumlah daun diamati satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST. 3. Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai dengan ujung akar terpanjang dengan menggunakan penggaris pada saat panen.
9 Pengamatan komponen hasil : 1. Bobot basah akar, tajuk dan total. 2. Rasio basah akar dan tajuk; dilakukan dengan menimbang bobot basah tajuk dan bobot basah akar saat panen menggunakan timbangan digital. 3. Bobot kering akar, tajuk, dan total. 4. Rasio bobot kering akar dan tajuk; dilakukan dengan mengoven akar maupun tajuk pada suhu 800C selama tiga hari kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital. 5. Warna daun diamati pada tanaman umur 4 MST dengan metode Bagan Warna Daun (BWD).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Bayam Tinggi Tanaman Hasil Uji DMRT menunjukkan perlakuan pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Data hasil tinggi tanaman dari berbagai taraf pemupukan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindrica Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
Tinggi tanaman (MST) 1 2 3 4 ..............................cm............................ 2.09
2.90
3.66 c
6.78 ab
2.03
3.26
3.77 bc
5.56 c
1.89
3.54
4.25 b
6.21 bc
1.63
3.19
4.29 b
5.83 c
1.81
3.67
5.15 a
7.30 a
Uji F ** ** a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
10
Gambar 1. Tinggi tanaman pada lima taraf perlakuan Perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu meningkatan tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Tabel 1 menunjukkan perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu membuat bayam tumbuh setara dengan bayam yang dipupuk dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Perlakuan kombinasi antara ekstrak Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi. Hasil tertinggi diduga karena nitrogen yang terkandung dalam ekstrak Imperata cylindrica lebih banyak dibanding taraf perlakuan yang lain. Rohmawati (2012) menyatakan nitrogen berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman berupa kalium pektat, selulosa dan lignin. Kandungan nitrogen alang-alang yang hanya 1.97% (Lubis 1995) jika ditambah dengan kandungan lignin yang mencapai 31.29% serta holoselulosa dan alfa selulosa sebesar 59.62 dan 40.22% (Sutiya et al. 2012). Dinding sel alang-alang yang terdiri dari selulosa dan lignin diduga hancur saat diblender, sehingga selulosa dan lignin terdegradasi melepaskan nitrogen dan komponen penyusun lainnya. Perlakuan pengomposan menunjukkan pertambahan tinggi yang cenderung lebih sedikit dibandingkan perlakuan ekstrak maupun perlakuan kontrol. Metode pengomposan diduga belum benar sehingga menyebabkan suhu disekitar perakaran menjadi tinggi. Suhu tinggi disekitar perakaran akan menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan berakibat pertumbuhan menjadi lebih lambat. Penggunaan kompos alang-alang kurang populer karena proses dekomposisi alang-alang secara praktis sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Basuki (2001) menyatakan bahwa kesulitan dekomposisi bahan alang-alang karena bahan penyusun utamanya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Ketiga bahan tersebut hanya bisa dirombak oleh mikroorganisme selulolitik dan lignolotik seperti Trichoderma sp. Jumlah Daun Jumlah daun memperlihatkan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan optimal, hal ini karena pertambahan daun berkaitan dengan kemampuan membelah tiga lapis sel terluar, didekat permukaan apeks tajuk (Salisbury dan Ross 1995). Pembelahan akan melambat jika ada cekaman hara, terutama hara-
11 hara yang diperlukan untuk mempercepat pembelahan sel di dekat permukaan apeks tajuk. Lambatnya pembelahan sel menyebabkan pertumbuhan primordia daun lambat sehingga pertambahan jumlah daun menjadi lebih lambat. Jumlah daun menjadi penting karena daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi pada tanaman sayur. Tabel 2 menunjukkan jumlah daun pada 3 dan 4 MST berbagai perlakuan berbeda sangat nyata. Jumlah daun pada 3 MST menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan ekstrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dibandingkan dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Pertambahan jumlah daun diduga karena hara-hara yang diperlukan untuk pembentukan organ-organ tanaman masih terkandung pada esktrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica. Jumlah daun pada umur 4 MST tidak terjadi pertambahan pada semua taraf kecuali Perlakuan kontrol. Pertambahan jumlah daun yang lambat diduga terjadi karena defisiensi hara. Tabel 2 Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Umur tanaman (MST) 1 2 3 4 .......................helai/tanaman................. 2.17
3.60
5.44 ab
7.35 a
2.29
3.96
5.06 b
6.37 b
2.17
3.78
5.54 a
6.50 b
2.23
3.73
4.47 c
6.00 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
2.35 3.85 5.67 a 6.68 b Uji F ** ** a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Pertambahan jumlah daun yang lambat diduga karena tanaman kekurangan N, P dan K. Tanaman pada umumnya menyerap Nitrogen dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan dalam bentuk sintetis asam amino. Kekurangan N dicirikan dengan gugurnya daun dan berkurangnya kemampuan untuk berfotosintesis (Mualim 2012). Fosfor adalah senyawa menyusun energi seperti ATP dan ADP. Defisiensi fosfor menyebabkan ATP yang terbentuk lebih sedikit, karena unsur P diperlukan dalam
12 proses fotosintesis yakni pada fotofosforilasi dan pembentukan ribulosa 1.5bifosfor (Agustina 2011). Kekurangan kalium menyebabkan terganggunya proses fotosintesis, karena keberadaan K memenuhi kebutuhan ATP (Adenosisn Trifosfat) untuk proses penyerapan N dan sintesis protein (Simaremare 2007) Maryani (2004) melaporkan terganggunya fotosintesis menyebabkan karbohidrat yang disimpan dalam jaringan tanaman menjadi kecil sehingga tanaman tertekan. Stress tanaman mengakibatkan terhambatnya pembentukan organ-organ tanaman sehingga pertumbuhan titik tumbuh menjadi lambat dan akhirnya menyebabkan tidak bertambahnya jumlah daun. Panjang Akar Akar merupakan bagian vegetatif tanaman yang memiliki dua fungsi yaitu secara fisik merupakan alat penopang tumbuhnya tanaman dan sebagai alat untuk menyerap air dan hara yang kemudian akan disalurkan ke seluruh bagian tanaman (Jones 2005). Tabel 3 menunjukkan bahwa panjang akar pada semua taraf pemupukan tidak berbeda nyata setelah diuji dengan DMRT. Tabel 3 Panjang akar bayam pada berbagai perlakuan pupuk Perlakuan Pupuk AB Mix sato dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Panjang akar ...........................cm............................. 12.42
13.29 14.06 10.63
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
13.95 Uji F tn a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Perlakuan pemupukan berbagai taraf memberikan pengaruh yang tidak nyata pada peubah panjang akar. Perlakuan kombinasi pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dengan ekstrak pupuk hijau memberikan hasil yang sama dengan perlakuan satu dosis rekomendasi. Nilai tertinggi pada parameter pengamatan panjang akar dimiliki oleh perlakuan ekstrak Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi menempati urutan kedua. Ekstrak Imperata cylindrica maupun ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi diduga memiliki kandungan mengandung unsur nitrogen paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan pupuk lainnya. Nitrogen juga mempengaruhi penyerapan unsur hara lain. Hermanto (2012) melaporkan pada tingkat ketersediaan hara N yang optimal maka total masa akar dan kedalaman akar akan
13 meningkat. Perluasan akar ini akan memfasilitasi penyerapan air dan hara lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Produksi Tanaman Bayam Bobot Basah tanaman Taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah total per tanaman dan bobot basah tajuk per tanaman, namun berpengaruh tidak nyata pada peubah bobot basah akar. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Penurunan hasil produksi bayam terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Tabel 4 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakukan pupuk Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindraca
Total
Bobot per tanaman (g) Tajuk
Akar
3.8929 a
3.2535 a
0.6394
2.0479 c
1.7823 b
0.4550
2.8529 ab
2.3627 ab
0.4902
1.6490 c
1.4131 b
0.2358
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
3.3706 a 2.8677 a 0.5029 Uji F ** ** tn a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi menghasilkan bobot basah total dan bobot tajuk yang sama dengan perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi, karena Imperata cylindrica mengandung silikat. Menurut Roesmarkam dan Yuwono (2002) kandungan silikat pada gramineae kering seperti rumput-rumputan sebesar 1-3%. Silikat dapat menaikkan produksi tanaman. Yukamgo dan Yuwono (2007) menyatakan silikat dapat menaikkan produksi tanaman karena silikat mampu memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh dalam kelarutan P. Silikat dalam ekstrak Imperata cylindrica dapat membantu kelarutan P dalam larutan
14 hara sehingga P dapat diserap oleh bayam sehingga produksi bayam dapat setara dengan pemberian pupuk satu dosis AB Mix rekomendasi. Ratio Bobot Basah Akar dan Tajuk Ratio bobot basah menunjukkan bagian sayuran yang dapat dikonsumsi. Semakin besar nilai ratio bobot basah akar berbanding tajuk maka bagian tanaman yang dapat dikonsumsi semakin kecil. Tabel 5 memperlihatkan bahwa ratio bobot basah yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi kemudian perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Pupuk hijau Mucuna bracteata dapat meningkatkan bagian yang dapat dikonsumsi oleh tanaman, hal ini terlihat pada data Tabel 5 dimana perlakuan kombinasi pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dan pupuk hijau kompos Mucuna bracteata mempunyai ratio bobot basah paling kecil Tabel 5 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Rasio bobot basah akar dan tajuk 0.83 a
0.79 b 0.82 ab 0.84 a
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.82 ab Uji F ** a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Ratio bobot basah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tanaman. Jika nutrisi tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan terjadi peningkatan plastisitas dinding sel sehingga air dan nutrisi akan lebih mudah memasuki protoplasma (Yusuf et al 2007). Kemudahan air masuk kedalam protoplasma menyebabkan penambahan bobot basah dari komoditas bayam, karena sifat produk hortikultura yang memiliki kandungan air tinggi dan meruah (voluminous).
15 Biomassa Tanaman Fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diekspresikan dengan biomassa tanaman. Biomassa tanaman juga menunjukkan status hara tanaman terutama nitrogen. Aplikasi lima taraf pupuk berpengaruh sangat nyata pada parameter pengamatan biomassa total dan biomassa tajuk, sedangkan untuk biomassa akar tidak berpengaruh nyata. Perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi pada semua parameter pengamatan biomassa. Tabel 6 Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomedasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Total
Biomassa (g) Tajuk
akar
0.97a
0.39 a
0.08
0.82 cd
0.17 c
0.04
0.88 bc
0.25 bc
0.06
0.81 d
0.15 c
0.03
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.92 ab 0.31 ab 0.07 Uji F ** ** tn a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Biomassa terendah diperoleh pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica maupun perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata. Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica dan ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan AB Mix satu dosis rekomendasi. Perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata menyebabkan penurunan hasil pada bayam. Penurunan hasil diduga karena kompos tidak dapat menyumbang unsur hara bagi tanaman. Kandungan hara yang tinggi dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sehingga mempercepat pertumbuhan memanjang tanaman. Peningkatan tinggi tanaman menyebabkan meningkatnya luas permukaan daun, sehingga hasil fotosintesis diharapkan dapat meningkat (Sisworo 2000). Fotosintat yang banyak akan diikuti oleh meningkatnya biomassa tanaman. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan biomassa menjadi lebih rendah. Biomassa merupakan parameter untuk menyatakan laju pertumbuhan
16 vegetatif tanaman, karena 90% biomassa tanaman berasal dari fotosintesis (Alviana dan Susila 2009) Data Tabel 6 menunjukkan biomassa perlakuan ekstrak terutama ekstrak Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu memberikan hasil yang setara dengan perlakuan satu dosis pupuk AB Mix. Pertumbuhan vegetatif dipengaruhi oleh kandungan N dalam pupuk. Kandungan N pada ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu menyetarakan dengan kandungan N pada pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Ratio Bobot Kering Akar dan Tajuk Tabel 7 Ratio bobot kering akar dan tajuk pada berbagai perlakuan Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Rasio bobot kering akar dan tajuk 0.18 0.18 0.22 0.17
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.19 Uji F tn a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Ratio antara bobot kering akar dan tajuk bayam pada taraf perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil yang tidak berbeda nyata diduga karena semua perlakuan pemupukan dilakukan pada fase vegetatif. Fase vegetatif diduga dapat mendukung pertumbuhan tajuk tanaman. Pertumbuhan tajuk yang baik akan menekan terbentuknya bagian generatif, karena alokasi asimilat lebih ditujukan untuk pembentukan batang, cabang dan daun. Hasil penelitian Mualim (2009) menjelaskan ratio antara bobot kering tajuk dengan akar menunjukkan pola pertumbuhan vegetatif yang awalnya meningkat, kemudian pada saat mencapai puncak pertumbuhan vegetatif pertumbuhan menurun. Mualim juga menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena pada fase generatif, diduga terjadi remobilisasi hara dari bagian tajuk (source) ke daerah akar (sink). Remobilisasi hara menyebabkan ratio bobot kering akar dan tajuk menjadi lebih besar dikarenakan biomassa tanaman terakumulasi di bagian akar. Ratio bobot kering juga dapat menunjukkan akumulasi biomassa bagian akar. Akumulasi biomassa tanaman yang tidak nyata diduga karena penyerapan hara oleh tanaman pada semua taraf percobaan tidak berbeda. Penyerapan hara terutama fosfor yang sama akan menyebabkan rasio bobot kering yang tidak berbeda nyata. Hara fosfor pada sistem hidroponik mudah diserap tanaman, karena mudah larut dalam air.
17 Keefisienan pengambilan fosfor dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan kesukaran difusi melalui penambahan air ke dalam media tanam (Afrida 2009). Havlin et al. (2005) menyatakan hara fosfor berperan penting dalam penyimpanan dan transfer energi, meningkatkan produksi tanaman atau bahan kering, serta perbaikan kualitas hasil. Warna Daun Tabel 8 Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk Perlakuan Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ Pupuk Hijau kompos Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ Pupuk Hijau ekstrak Mucuna bracteata Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ Pupuk Hijau kompos Imperata cylindrica
Warna daun 3.01 a 2.80 bc 2.59 d 2.62 cd
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ Pupuk Hijau ekstrak Imperata cylindrica
2.83 ab Uji F ** a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Data hasil warna daun pada Tabel 8 menunjukkan bahwa taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kehijauan warna daun. Perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil tingkat kehijauan warna daun yang sama dengan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Pelakuan kompos Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi memberikan hasil dibawah dari perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi. Warna daun paling pucat terdapat pada perlakuan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Tingkat warna daun menunjukkan kecukupan tanaman terhadap unsur N. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan tumbuhan yang banyak mengkonsumsi nitrogen mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat. Hermanto (2012) menambahkan nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam tumbuhan, dan bergabung dengan C,H,O untuk membentuk asam amino, enzimenzim asam amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Klorofil menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau. Gambar 2 menunjukkan perlakuan kompos baik Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi serta ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi pada berbagai tingkat kehijauan dibandingkan dengan perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi.
18
Gambar 2 Bagan Warna daun pada lima taraf pemupukan
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pupuk hijau yang diaplikasikan dengan pupuk AB Mix setengah dosis dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang setara dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi pada peubah tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah tanaman, ratio bobot basah tanaman, Biomassa tanaman, ratio bobot kering akar dan tajuk serta warna daun. Perlakuan paling baik ditunjukkan oleh perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis yang dikombinasikan ekstrak Imperata cylindrica pada peubah tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah tanaman, ratio bobot basah, biomassa tanaman, ratio bobot kering dan warna daun. Saran Perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi sebaiknya ada perlakuan AB Mix satu dosis rekomendasi berdasarkan musin tanam. Penelitian selanjutnya sebaiknya ada perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi untuk musim panas atau pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi untuk musim hujan, bergantung musim tanam.
19
DAFTAR PUSTAKA Afrida A. 2009. Pengaruh pemupukan Fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di dataran tinggi. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Aulia H. 2011. Laju penutupan tanah oleh pertumbuhan Mucuna bracteata DC dan Centrosema pubescens BENTH. Pada EX-Borrow PIT Jabung Timur, Jambi. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Alviana VF, Susila AD. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. J.Agron. 37(1): 28-33 Basuki T. 2001. Pengaruh kompos, pupuk Fosfat dan kapur terhadap perbaikan sifat kimia tanah podzolik merah kuning, serapan Fosfat dan Kalsium serta pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Cahyadi D. 2011. Efektivitas pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim (Brassica chinensis L.). [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [KEMENTAN DITJEN PPHP] Kementrian Pertanian, Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Perkembangan tren pemasaran sayuran di Indonesia. [internet]. [diacu 2012 Desember 5]. Tersedia dari: http://eapvp.org/library/presentation/seminar/pdf/d1s1_perkembangan.pdf. [KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2013. Data lima tahun subsektor hortikultura. [internet]. [diacu 2013 Agustus 26]. Tersedia dari: http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5thn_horti.php Ermina Y. 2010. Media tanam hidroponk dari arang sekam. [internet]. [diacu 18 Maret 2012]. Tersedia dari: http://www2.bbpplembang.info/index.php?option=com_content&view=artic le&id=552&Itemid=304. Hadisoeganda AWW. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Bandung (ID).Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Haryadi D. 2012. Senyawa fitokimia dan sitotoksisitas ekstrak daun surian (Toona sininsis) terhadap sel vero dan MCF-7.[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL and Nelson WL. 2005. Soil Fertility and Fertilizer: An Introduction to Nutrient Management. New Jersey (AS). Pearson Prentice Hall. Hermanto. 2012. Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan (Centella asiatica). [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [IPB DEPT ITSL] Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan .2013. Hasil Analisis Jaringan Daun Mucuna bracteata. Bogor (ID): IPB Jones JB. 2005. Hydroponics A Partical Guide for The Soilless Grower. Second Edition. Washington DC (AS). CRC Press.
20 Lefsurd, Mark G, Kopsell DA dan Kopsell DE. 2007. Nitrogen levels influence biomass, elemental accumulations, and pigment concentrations in Spinach. J. Plant Nutrition. 30:171-185. Lubis R. 1995. Pemanfaatan beberapa jenis hijauan untuk penyubur tanah [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Maryani AT. 2004. Peran penanaman dan cara pengembalian biomassa bengkuang dan sentrosema serta pemupukan N,P,K, Mg pada budidaya lada perdu. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Prtanian Bogor. Melati M, Andriyani W. 2005. Pengaruh pupuk kandang ayam dan pupuk hijau Calopogonium mucunoides terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai panen muda yang dibudidayakan secara organik. Bul Agron. 32(2): 8-15. Mualim L. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Nurtika N dan Abidin Z. 1996. Pengaruh waktu aplikasi pupuk kandang dan pupuk buatan terhadap hasil rebung asparagus kultivar Mary Washington Tahun Pertama. Bandung (ID).Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Bekerjasama dengan Perhimpuan Fitopatologi Indonesia Komda Bandung dan Ciba Plant Protection. 161-166 Pangaribuan DH, Muhammad Y, Novisha KU.2012. Dampak bokashi kotoran ternak dalam pengurangan pemakaian pupuk anorganik pada budidaya tanaman tomat. J. Agron. 40(3): 204-210 Rachman A, Ai D, Djoko S. 2006. Pupuk hijau.[internet]. [diacu 2013 Januari 23] Tersedia dari:http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id Rahimah, DS. 2010. Pengolahan bayam (Amaranthus sp) dengan sistem hidroponik di Parung Farm, Bogor, Jawa Barat.[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Rubatzky, Vincent E, Yamaguchi M. 1999. Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi. C. Herison dan S. Niksolihin, penerjemah. Bandung (ID): ITB Bandung. Terjemahan dari: WorldVegetable: Principle, Production and Nutritive Value. Roesmarkam,Yuwono NW. 2002.Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID). Kanisius. Rohmawati I. 2013. Penentuan dosis pemupukan N,P,dan K pada budidaya katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.). [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Lukman DR, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Plant Physiology. SaparitaR.2005.Pola penyebaran tanaman sayur dalam proses transformasi pertanian Di Indonesia.[internet]. [diacu 2012 Desember 5]. Tersedia dari:http://www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php.pdf. Simaremare J. 2007. Penentuan dosis rekomendasi pupuk K spesifik lokasi babakan sawah baru Darrmaga Bogor pada tanaman padi sawah (Oryza sativa). [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanaian Bogor. Sisworo. 2000. Biodekomposisi beberapa bahan lignoselulosa dan efektivitas produknya dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
21 Sutiya B, Istikowati WT, Rahmadi A, Sunardi. 2012. Kandungan kimia dan sifat serat alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai gambaran bahan baku pulp dan kertas. Bioscientia.9(1): 8-19. Susila AD, Koerniawati Y . 2004. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik sistem terapung. Bul.Agron.32(3): 16-21. Sugiyanta. 2007. Peran jerami dan pupuk hijau Crotalaria junceaterhadap efisiensi dan kecukupan hara varietas padi sawah. [disertasi]. Bogor (ID).Institut Pertanian Bogor. Syukron.2000. Pengaruh Perlakuan pupuk hijau terhadap pertumbuhan bibit stek cabang buah tanaman lada (Piper nigrum.Linn) [sripsi]. Bogor (ID).Institut Pertanian Bogor. Yani, H. 2004. Pemanfaatan mikroba, biokompos, dan Zn untuk menurunkan Cd pada beras di sawah tercemar limbah Industri. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Yukamgo E, Yuwono NN. 2007. Peran silikon sebagai unsur bermanfaat pada tanaman tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan: 7(2):103-117 Yusuf R, Hayati N, Jusman. 2007. Penggunaan pupuk pelengkap cair supra pada tanaman sawi (Brassica juncea L.). J. Agroland. 14(4):265-268.
22
LAMPIRAN Lampiran 1.Jumlah dan bahan kimia yang digunakan untuk membuat pupuk AB Mix Konsentrat A
Banyaknya bahan (g/5l/1000l)
Calcium ammonium nitrat 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O Kalium Nitrat KNO3 Librel BMX Sub total A Konsentrat B Kalium di-hydro phosphate KH2PO4 Ammonium sulphate (NH4)2SO4 Kalium sulphate K2SO4 Magnesium sulphate MgSO4.7H2O Sub total B Total
650 620 30 1300 270 140 70 820 1300 2600
23 Lampiran 2. Sidik Ragam Percobaan Peubah
SK
DB
JK
KT
F-hit
Pr>f
KK (%)
Tinggi tanaman (3 MST)
Perlakuan Galat Total Koreksi Perlakuan Galat Total Koreksi
4 233 239 4 233 239
66.177 424.150 556.794 96.124 897.105 1091.947
16.544 1.820
9.09
<0.0001**
31.94
24.031 3.850
6.24
<0.0001**
30.95
Perlakuan Galat Total Koreksi Perlakuan Galat Total Koreksi
4 233 239 4 233 239
44.275 241.512 289.462 47.791 639.233 710.333
11.068 1.036
10.68
<0.0001**
19.43
11.947 2.743
4.36
0.002**
25.15
Perlakuan
4
6.298
1.574
1.80
0.129tn
26.47
Galat Total Koreksi
233 239
203.644 215.493
0.874
Perlakuan
4
0.036
0.009
2.31
0.05tn
8.41
Galat Total Koreksi
233 239
0.908 0.978
0.003
Perlakuan Galat Total Koreksi Bobot Kering Total Perlakuan Galat Total Koreksi
4 233 239 4 233 239
0.557 3.510 4.091 0.729 5.025 5.827
0.139 0.015
9.24
<0.0001**
14.31
0.182 0.021
8.45
<0.0001**
16.56
0.87
0.48tn
9.99
1.32
0.26tn
35.29
Tinggi tanaman (4 MST) Jumlah Daun (3 MST) Jumlah Daun (4 MST) Panjang Akar
Bobot Kering Akar
Bobot Kering Tajuk
Rasio Bobot Kering
Perlakuan
4
0.023
0.005
233 239 4
1.589 2.121 0.595
0.006
Bobot Basah Akar
Galat Total Koreksi Perlakuan Galat Total Koreksi
233 239
26.282 27.805
0.112
Perlakuan Galat Total Koreksi Perlakuan Galat Total Koreksi
4 233 239 4 233 239
8.845 77.069 86.191 11.464 95.338 107.053
2.211 0.330
6.69
<0.0001**
36.56
2.866 0.409
7.00
<0.0001**
38.20
Perlakuan Galat Total Koreksi Perlakuan Galat Total Koreksi
4 233 239 4 233 239
0.051 0.619 0.974 5.514 56.407 62.373
0.012 0.002
4.88
0.0008**
6.28
1.378 0.242
5.69
0.0002**
17.74
Bobot Basah Tajuk
Bobot Basah Total
Rasio Bobot Basah
Warna Daun
0.148
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 April 1992. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Muhammad Idris dan Sukaptini. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 48 Jakarta pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis lolos Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis pernah aktif menjadi pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM TPB IPB) pada tahun 2009-2010, pada tingkat dua, penulis berkesempatan menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) pada tahun 2010-2011. Penulis menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian pada tahun 2011-2012.Selama mengikuti kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Teknik Budidaya pada tahun 2012-2013 serta Dasar Ilmu dan Teknologi Benih pada tahun 2013.