PERAN PONDOK PESANTREN ISLAM DARUSY SYAHADAH DALAM PENGEMBANGAN DA’WAH DI MASYARAKAT
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : FITRI NUR UBAIDAH NIM : 121 07 008
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: FITRI NUR UBAIDAH
NIM
: 121 07 008
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 22 Februari 2010 Yang menyatakan,
Fitri Nur Ubaidah NIM : 121 07 008
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari : Nama
: FITRI NUR UBAIDAH
NIM
: 121 07 008
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : PERAN PONDOK PESANTREN ISLAM DARUSY SYAHADAH DALAM PENGEMBANGAN DA’WAH DI MASYARAKAT telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 27 Januari 2010 Pembimbing,
Drs. Miftahuddin, M.Ag NIP. 19700922 199403 1 002
iii
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Saudari : FITRI NUR UBAIDAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 121 07 008 yang berjudul : "PERAN PONDOK PESANTREN ISLAM DARUSY
SYAHADAH
DALAM
PENGEMBANGAN
DA’WAH
DI
MASYARAKAT", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, 13 Maret 2010 yang bertepatan dengan tanggal 27 Rabiul Awal 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
13 Maret 2010 M Salatiga, 27 Rabiul Awal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag NIP. 19720531 199803 1 002
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si NIP. 19680812 199403 2 003 Pembimbing
Drs. Miftahuddin, M.Ag NIP. 19700922 199403 1 002
iv
MOTTO
Barang siapa melihat kemungkaran, maka ingatkanlah dengan lisanmu. Apabila tidak bisa, maka ingatkanlah dengan tanganmu, dan apabila tidak bisa maka ingatkanlah dengan hati (mendo’akannya).
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Papa Sambudi dan Mama Sri Mulyati (Almarhumah) tercinta yang telah mangasihi, mendo’akan dan memberi semangat serta perhatian baik moril maupun materiil, semoga rahmat dan hidayahNya selalu tercurah kepada beliau. Amien…. 2. Kakak (Mbak Irma, Mbak Indah, Mbak Na’im) dan sekeluarga yang aku cintai, terimakasih atas motivasi dan kasih sayang yang telah diberikan. 3. Abine Oval yang selalu membantuku dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu kos tercinta, bu Rohani terimaksih atas perhatian dan kasih sayangnya. 5. Teman-teman (Nani, Lela, Erna, Nurul, Mbak Nisa, Paijo, Misbah, Aseng) dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan tanpa terkecuali yang sangat aku sayangi. 6. Mas Ucil yang selalu menghibur dan mendukung.
vi
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “PERAN PONDOK PESANTREN ISLAM DARUSY SYAHADAH DALAM PENGEMBANGAN DA’WAH DI MASYARAKAT ". Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Fatchurrahman, M.Pd selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Drs. Miftahuddin, M.Ag., selaku pembimbing yang telah dengan ikhlas dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
vii
5. Bapak Sambudi dan ibu Sri Mulyati (Almarhumah) tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, serta senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 6. Seluruh
sahabat-sahabat
yang
selalu
memberikan
motivasi
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 7. Ibu kos Rohani tercinta yang selalu membimbing dan memberi dukungan. 8. Teman-teman (Nani, Lela, Erna, Nurul, Mbak Nisa, Paijo, Misbah, Aseng) dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan tanpa terkecuali yang sangat aku sayangi. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Amin – amin yarobbal 'alamin
Salatiga, 22 Februari 2010 Penulis
Fitri Nur Ubaidah
viii
ABSTRAK
Nur Ubaidah, Fitri (NIM : 121 07 008), Peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam Pengembangan Da’wah di Masyarakat Kata kunci: Da’wah di Masyarakat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da'wah di masyarakat. Untuk mengetahui sistem managemen da'wah di masyarakat yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan da'wah di masyarakat yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Manajemen da’wah di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam da’wah di masyarakat merupakan faktor yang sangat menentukan dan mendukung perubahan budaya dan pendidikan keagamaan di masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, analisis atas peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah mengandung beberapa unsur indikator, untuk melihat secara nyata efektifitas peran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam da’wah di masyarakat cukup tinggi. Berdasarkan data dan wawancara di lapangan, da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah berlangsung dengan optimal. Sebagai contoh : Kepuasan masyarakat terhadap da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah terjadi peningkatan ibadah yang signifikan di kalangan masyarakat, perubahan budaya di masyarakat yang jauh lebih baik, respon positif dari tokoh masyarakat pada da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam sistem manajemen da’wah yang dilaksanakan bagian da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sudah berjalan sesuai dengan fungsinya, sehingga pengembangan da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah berlangsung secara efektif, tepat sasaran, dan mencapai tujuan yang optimal. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah terdapat faktor pendukung dan penghambat yang mana dari keduanya terdapat faktor yang intern dan ekstern, dalam hal ini Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah bersama masyarakat sekitar berkomunikasi aktif dalam menghadapi problmetika da’wah dan ruang lingkup masyarakat.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................
iii
PENGESAHAN .......................................................................................
iv
MOTTO ...................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................
1
B. Fokus Penelitian .............................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................
5
D. Kegunaan Penelitian .....................................................
5
E. Penegasan Istilah ............................................................
6
F. Metode Penelitian .........................................................
7
G. Sistematika Penulisan .....................................................
13
KAJIAN PUSTAKA A. Pondok Pesantren di Indonesia ......................................
16
1. Pendidikan Islam di Indonesia .................................
16
2. Sejarah Pondok Pesantren .......................................
18
3. Tipologi Pondok Pesantren .....................................
21
x
4. Peran Pondok Pesantren ..........................................
23
B. Pengembangan Da’wah .................................................
26
1. Definisi Da’wah ......................................................
26
2. Fungsi Da’wah ........................................................
30
3.
BAB III
Pondok Pesantren sebagai Pusat Pengembangan Da’wah di Masyarakat ............................................
32
C. Kondisi Stake Holder Pesantren ....................................
33
1. Sosio Kultur Masyarakat di Sekitar Pesantren .........
33
2. Dampak Pesantren bagi Masyarakat ........................
34
PAPARAN DATA DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah ......................................................................
38
1. Profil Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah ....
38
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah..................................................................
40
3. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah..................................................................
40
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah..................................................................
42
5. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah......................................................
43
6. Manajemen Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah..................................................................
xi
43
7. Paparan Data Bagian Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah ............................................
49
a. Medan Da’wah ...................................................
49
b. Program Kerja ....................................................
51
c. Data Mu’allimul Quro ........................................
56
d. Bentuk Da’wah ..................................................
62
B. Temuan Penelitian ........................................................
63
1. Mengenai Da’wah di Pondok Pesantren Islam
BAB IV
Darusy Syahadah......................................................
63
2. Sosio Kultur Masyarakat sebagai Obyek Da’wah ....
77
PEMBAHASAN A. Analisis Bentuk-bentuk Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam Pengembangan Da’wah di Masyarakat ...............................................................
79
B. Analisis Sistem Manajemen Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah ..................................................
83
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah ..................... BAB V
85
PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................
89
B. Saran..............................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: FITRI NUR UBAIDAH
Tempat / Tanggal Lahir : Boyolali, 25 Mei 1988 Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Grenjeng RT. 05 / RW. 02 Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.
Riwayat Pendidikan
:
1. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sucen, Kedunglengkong, Simo, Boyolali, lulus 1999. 2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Sucen, Kedunglengkong, Simo, Boyolali, lulus tahun 2002. 3. SMA Muhammadiyah Simo, Kabupaten Boyolali, lulus tahun 2005. 4. D-II PGA STAIN Salatiga, lulus tahun 2007. 5. S-1 Transfer Jurusan Tabiyah / PAI STAIN Salatiga angkatan tahun 2007.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 22 Februari 2010 Penulis,
Fitri Nur Ubaidah
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Islam adalah agama da'wah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh umat manusia. Usaha untuk menyebarluaskan Islam dan untuk merealisir ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat Islam itu merupakan usaha da'wah, yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus dilaksanakan umat Islam (Rosyid Saleh, 1977:11).
Artinya: “Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhan dengan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S. AnNahl:125) Berbicara tentang da'wah tidak lepas dari peran serta pondok pesantren. Keberadaan (eksistensi) pesantren beserta perangkatnya yang ada adalah sebagai lembagai pendidikan dan da'wah serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberi warna masyarakatnya sejak berabad-abad. Oleh karena itu,
1
2
tidak hanya secara kultural lembaga ini bisa diterima, tetapi bahkan telah ikut serta membentuk dan memberikan corak serta nilai kehidupan kepada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Pesantren
dapat
disebut
sebagai
lembaga
non-formal,
karena
eksistensinya berada dalam jalur sistem pendidikan kemasyarakatan. Ia memiliki program yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari ketentuan formal. Program ini mengandung proses pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berjalan sepanjang hari dalam sistem asrama. Dengan demikian pesantren bukan hanya tempat belajar, melainkan proses hidup sendiri. Para santri pada dasarnya memiliki kebebasan untuk mempelajari apa saja sekalipun kebebasan dibatasi oleh kurangnya fasilitas dan sarana pendidikan yang memungkinkan berkembangnya ruang lingkup dari jenis ilmu yang dipelajari (Sonhaji Saleh, 1988:109) Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah: (1). menyiapkan santri mendalami ilmu agama Islam dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader utama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas; (2). da'wah menyebarkan agama Islam; (3). benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak (Departemen Agama RI, 2003:9). Pondok pesantren merupakan lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan, pengajaran, pengembangan dan penyebaran ilmu agama Islam. Pesantren mempunyai pengaruh besar di sekitar masyarakat. Sepanjang
3
kelahirannya pesantren telah memberikan kontribusi yang cukup besar sebagai lembaga pendidikan dan penyiaran agama pada masyarakat. Pada dasarnya fungsi utama pesantren adalah sebagai lembaga yang bertujuan mencetak generasi muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam untuk dihayati dan diamalkan dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pondok pesantren pun bertambah dikarenakan perannya yang signifikan di lingkungan masyarakat, selain sebagai pencetak generasi juga sebagai lembaga da'wah penyebaran agama Islam. Demikian pula Pondok Pesantren (ponpes) Islam Darusy Syahadah, para santri langsung mengimplementasikan pendidikannya pada masyarakat sekitar, yang tertuang pada Lembaga Madrasah Diniah Al Islamiyah Darusy Syahadah dan masjid-masjid sekitar Ponpes Islam Darusy Syahadah. Kedua wadah tersebut sangatlah berpengaruh terhadap jalannya da'wah para santri Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, serta berpengaruh juga terhadap keberlangsungan pendidikan agama Islam di wilayah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. Ponpes Islam Darusy Syahadah sangat berperan dalam keberlangsungan pendidikan agama di masyarakat karena keberadaannya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, da’wah, kemasyarakatan, dan bahkan lembaga perjuangan. Selain itu Ponpes Islam Darusy Syahadah merupakan lembaga da’wah
yang
berfungsi
menjembatani
perubahan.
Perubahan
dalam
masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu antara ajaran agama murni, kultur, adat, dan lain-lain. Yang tidak kalah pentingnya Ponpes Islam Darusy
4
Syahadah berperan sebagai alat kontrol laju pergeseran tata nilai di dalam masyarakat yang mana ponpes memiliki kultur yang edukatif dalam membangun manusia seutuhnya. Berdasarkan uraian di atas, bahwasanya pondok pesantren sangat berperan dalam mengembangkan da'wah di masyarakat, maka penulis terdorong untuk meneliti masalah tersebut yang penulis beri judul Peran Pondok Pesantren Islam Darusy Sahadah dalam Pengembangan Da'wah di Masyarakat (Dusun Gumuk Rejo, Ds. Kedung Lengkong, Kec. Simo, Kab. Boyolali).
B. Fokus Penelitian Dengan berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan (basic question) dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana bentuk-bentuk da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da'wah di masyarakat? 2. Bagaimana sistem managemen da'wah di masyarakat yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Darusy Syahadah? 3. Apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan da'wah di masyarakat yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Darusy Syahadah?
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai dasar meningkatkan pengetahuan serta merupakan sasaran yang ingin dicapai untuk mengungkapkan hal-hal yang perlu diketahui dalam penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da'wah di masyarakat. 2. Untuk mengetahui sistem managemen da'wah di masyarakat yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren IslamDarusy Syahadah. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan da'wah di masyarakat yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah.
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pendidik di Pondok Pesantren Isalm Darusy Syahadah, untuk menyusun perencanaan da'wah dengan rapi, teratur, agar pelaksanaan da'wah berjalan secara efektif di masyarakat. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada pembaca tentang peran pondok pesantren dalam pengembangan da'wah pada Pondok Pesanren Islam Darusy Syahadah.
6
E. Penegasan Istilah Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah di dalam judul ini sebagai berikut: 1. Da'wah Da'wah ditinjau dari segi bahasa artinya panggilan, seruan, atau ajakan (Rosyid Saleh, 1977:17). Menurut istilah ada berbagai pendapat, di antaranya: a. Syeikh Ali Makhfuz dalam kitab Hidayatul Mursyidin memberikan definisi da'wah sebagai berikut:
ِحَّثً لِلّنَاسِ عَلًَ الْخَيْرِ وَالْهُذَي وَا ْلاَمْرُ بِالْمَعْرُ ْوفِ وَالّنَ ْهيُ عَن .ِالْمُّنْكَرِ لِيَفُىْزُوْا بِسَعَا َدةِ الْعَاجِلْ وَا ْلاَجِل Artinya: Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka dapat kebahagiaan di dunia akherat (Rosyid Saleh, 1977:18). b. Muhammad Natsir, mendefinisikan da'wah sebagai berikut: Usaha-usaha
menyerukan
dan
menyampaikan
kepada
perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma'ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam kehidupan perorangan, peri kehidupan berumah tangga, peri kehidupan bermasyarakat dan peri kehidupan bernegara (Rosyid Saleh, 1977:18) 2. Pondok Pesantren
7
a. Pondok adalah bangunan untuk tempat tinggal sementara atau bangunan yang berpetak-petak berdinding bilik beratap rumbai. b. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan pesantren meliputi pendidikan Islam, da'wah, serta pengembangan kemasyarakatan. 3. Masyarakat. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang lain yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan aturan tertentu); berpengaruh terhadap orang banyak; khalayak ramai; pengetahuan yang dipelajari; keadaan masyarakat pada umumnya (bagaimana susunannya, adat istiadatnya, keadaan politik dan sebagainya) (W.J.S. Poerwadarminto, 2006:751). Masyarakat
yang
dimaksud
disini adalah obyek penelitian di
sekitar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pekaksanaan da’wah.
F. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur dan berpikir secara kritis untuk mencapai suatu tujuan yang
8
dimaksud. Metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil secara optimal. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moleong, 2003:90). Penelitian ini disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif. Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data guna membantu dan memudahkan jalannya penelitian. Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Interview / wawancara Metode wawancara adalah suatu proses tanya jawab di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya (Sutrisno Hadi, 1995:193). Metode interview digunakan dalam rangka untuk mengetahui pelaksanaan da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. Sedangkan yang menjadi obyek interview ini adalah kiai (pimpinan pondok) dan para ustad-ustadzah ataupun pengurus pondok pesantren.
9
b. Metode observasi Metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1995:136). Metode ini penulis gunakan sebagai alat bantu dalam penelitian. Penulis mengadakan observasi ke Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, selanjutnya penulis mencatat hasil observasi dengan sistematik. Metode ini juga digunakan oleh penulis untuk pengumpulan data mengenai da’wah pondok, yang berkaitan dengan penelitian. c. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Dalam penggunaan metode dokumen ini, guna menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, buku administrasi yang lain dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Metode penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dokumentasi, yaitu mengenai da'wah. 2. Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang yang dipelajarinya yang menjadi sumber data.
10
3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan, yaitu Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, Dusun gumukrejo, Desa kedung lengkong, Kec. Simo, Kab. Boyolali. 4. Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan pelaksanaan da'wah Pondok Pesantren Darusy Syahadah. Secara umum, data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber data pertama yaitu : a. Bagian da’wah b. Santri c. Ustadz Adapun data pendukung tentang pelaksanaan da'wah yaitu prinsip meliputi: a. Data tentang perencanaan b. Data tentang pengorganisasian c. Data tentang pelaksanaan d. Data tentang pengontrolan Adapun data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lembaga pendidikan yang meliputi: a. Tokoh masyarakat
11
b. Warga masyarakat c. Santri TPA d. Remaja masjid 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis melakukan: a. Wawancara b. Observasi c. Dokumentasi. 6. Analisa Data Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data dengan menguraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar dapat menyajikan hasil penelitian. 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk
menguji
keabsahan
data
yang
diperoleh,
penulis
menggunakan cara perpanjang kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam dan juga analisis kasus negatif, dan lain-lain sampai data dapat diuji kebenarannya. 8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan da'wah, pesantren dan juga buku lain yang berhubungan da'wah pondok pesantren.
12
b. Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang pelaksanan da'wah kemudian penulis melakukan observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung peran pondok pesantren dalam pengembangan da'wah di masyarakat. c. Penelitian sebenarnya. 9. Metode Analisis Data Untuk data yang bersifat kualitatif, penulis menggunakan analisis deskriptif dan non statistik. Maksud penulis menggunakan analisis dan non statistik karena cara berfikirnya berangkat dari fakta-fakta peristiwa yang khusus dan konkrit, kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum. Selain itu digunakan juga kerangka berpikir deduktif yaitu cara berfikir yang berdasarkan pada pengetahuan umum yang kemudian digunakan untuk menilai fakta-fakta atau hal khusus (Suharsimi Arikunto, 2002:42). Metode ini penulis gunakan untuk mengolah atau menganalisis corak atau perilaku da'wah yang dilaksanakan oleh pondok pesantren.
G. Sistematika Penulisan Bab I
Pendahuluan Dalam bab pendahuluan akan dibahas: A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
13
C. Tujuan D. Manfaat E. Definisi Operasional F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 2. Kehadiran Peneliti 3. Lokasi Penelitian 4. Sumber Data 5. Prosedur Pengumpulan Data 6. Analisis Data 7. Pengecekan Keabsahan Data 8. Tahap-tahap Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II
Kajian Pustaka Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain: A. Pondok Pesantren di Indonesia 1. Sejarah pendidikan Islam di Indonesia 2. Sejarah pondok pesantren 3. Tipologi pondok pesantren 4. Peran pondok pesantren B. Pengembangan Da'wah 1. Pengertian da'wah
14
2. Fungsi da'wah 3. Pengembangan da'wah di masyarakat C. Kondisi Stake Holder Pesantren 1. Sosio Kultur masyarakat sekitar pesantren 2. Dampak pesantren bagi masyarakat Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 1. Profil Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 2. Letak geografis Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 3. Sejarah berdiri Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 4. Visi dan misi Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 5. Tujuan pendidikan Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 6. Manajemen Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 7. Paparan Data Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah a. Medan
Da’wah
Pondok
Pesantren
Islam
Darusy
Syahadah b. Program Kerja Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah c. Data Mu’alimul Quro d. Bentuk-bentuk Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah
15
B. Temuan Penelitian 1. Manajemen da'wah di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 2. Sosio kultur masyarakat sebagai obyek da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Bab IV Pembahasan A. Analisis Bentuk-bentuk Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam Da'wah di Masyarakat B. Analisis Sistem Manajemen Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Da'wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Bab V
Penutup A. Kesimpulan B. Saran
Daftar Pustaka Lampiran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pondok Pesantren di Indonesia 1. Pendidikan Islam di Indonesia Pendidikan agama telah lama berlangsung di Indonesia setidaknya setelah masuknya agama-agama yang datangnya dari luar Indonesia, misalnya agama Islam yang telah masuk pada abad pertama Hijriah ke Indonesia tentu telah memulai pendidikan agama sejak awal masuknya Islam ke Indonesia. Tujuan pendidikan agama ini adalah mengisi otak (knowlegde), mengisi hati (value), mengisi tangan (psikomotorik) peserta didik, sehingga seseorang bertindak dan berperilaku sesuai dengan tuntutan agama. (Haidar Putra Daulay, 2004 : 164). Pendidikan Islam di Indonesia tumbuh berkembang bersama dengan datangnya Islam di Indonesia. Mengenai kedatangan Islam pertama di Indonesia ada yang berpendapat hal itu identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Samudra Pasai atau S+amudra di Aceh, yang berdiri pada abad 10 M, dengan rajanya yang pertama Al Malik Ibrahim bin Mahdum. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pertama kali di Indonesia pada abad ke-7 M, yang dibawa oleh para pedagang dan mubaligh dari Arab (Ahmadi, 1998:52).
16
17
Aceh merupakan wilayah paling barat dari kepulauan nusantara yang pertama kali menerima agama Islam. Bahkan di Acehpun kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692H/1292M, telah banyak orang Arab berda'wah di sana. Begitu pula berita dari Ibnu Battutah, pengembara muslim dari Maghribi, yang ketika singgah di Aceh tahun 756H/1345M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar Mazhab Safi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum muslimin yang ditemukan adalah kompleks makan Islam di Gresik Jatim, di antaranya Fathimah binti Maimun tahun 475H/1082M. Agama Islam di Indonesia sangat kuat dengan ditandai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Menurut Thomas Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam, Islam masuk dan menyebar di Indonesia dengan cara damai. Dalam pendidikan saat itu, Ibnu Battutah menyatakan bahwa Kerajaan Samudra Pasai dalam sistem pendidikannya Islam yang berlaku di kerajaan tersebut adalah materi pendidikan agama di bidang syariah yang
bermazhab
Safi'i.
Mengenai
sistem
pengajarannya
ialah
informal/majlis ta'lim atau halaqoh, yang mana tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia memperkuat proses Islamisasi di Indonesia dan di Jawa pada khususnya, agama Islam cepat diterima oleh masyarakat karena ajarannya yang mudah dimengerti dan
18
difahami. Hal ini dapat memperlancar pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia yang dapat melahirkan masyarakat Islami. Terbentuknya masyarakat Islam paling tidak berdampak positif terhadap Islam. Proses penyebaran agama Islam semakin lama semakin berkembang. Berkat keberhasilan dan pendidikan Islam yang berlangsung terusmenerus maka terbentuklah satu setting nilai dan budaya yang religius dengan bukti masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Adapun lembaga pendidikan Islam yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan komunitas muslim dan sekaligus untuk memelihara proses Islamisasi adalah pondok pesantren dengan ciri khas pendidikan keagamaan. 2. Sejarah Pondok Pesantren Pondok pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai ciri khas tersendiri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan “pe” di depan dan akhiran “an” berarti tempat tinggal para santri. Profesor Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru ngaji. Sedang C.C. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata santri berasal dari kata shasta yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Zamakhsyari Dhofier, tt:18).
19
Pondok pesantren adalah lembaga tertua dalam pendidikan Islam di Indonesia yang mana pesantren suatu lembaga yang unik, baik dari segi sistem pengajarannya, manajerial ataupun interaksi sosialnya. Keunikan pesantren dapat dilihat dari segi kajiannya yang masih mengacu atau mempertahankan kitab kuning. Orientasi pondok pesantren sangat khusus yang mana pesantren mencetak generasi yang berakhlak mulia yang akan meneruskan perjuangan dalam berda'wah. Karena pesantren sebagai lembaga amar ma'ruf nahi mungkar, pesantren punya tugas yang cukup serius yaitu secara partisipatif menjadi lembaga da'wah (H.M. Yusuf Hasyim, tt:91). Ditinjau dari segi historisnya, pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Pondok pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, terbukti pada tanggal 8 Maret 1819 Gubernur Jendral van der Capellen mengeluarkan surat perintah untuk membuktikan laporan penelitian tentang pendidikan masyarakat Jawa. Di antara isi laporan penelitian tersebut ialah adanya pendidikan agama Islam dengan memakai bahasa Arab, yang merupakan lembaga pendidikan paling penting di antara orang Jawa (Ahmadi, 1998:57). Ciri umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki kultur khas yang berbeda dengan budaya sekitarnya, yang mana sebuah subkultur itu bersifat idiosyncratic. Dari berbagai penelitian dan pengamatan para pakar, ada ciri khas lain yang menonjol, yaitu peran “kyai” pemilik atau pemimpin pondok dengan kharismanya yang dominan, yang
20
merupakan unsur utama dan pertama dari suatu pondok pesantren. Hal ini karena otoritas keagamaan yang dimilikinya dan moral yang tinggi sebagai “Bapak”, penasehat dan contoh kepribadian (uswah hasanah), dan lebih penting lagi dipercaya sebagai “pewaris Nabi” yang bisa memberikan barokah kepada sekelilingnya (Ahmadi, 1998:23). Cara pengajaran para kyai pun unik, selama kurun waktu yang sangat panjang pondok pesantren telah memperkenalkan dan metode pembelajaran seperti wetonan (bandongan), sorogan, hafalan (tahfidz), mudzakarah
(musyawarah),
halaqoh (seminar)
dan majlis ta'lim
(Departemen Agama RI, 2003:10). Baru memasuki era 1970-an pesantren mengalami perkembangan signifikan. Perubahan dan perkembangan itu bisa dititik dari 2 sudut pandang. Pertama, pesantren mengalami perkembangan kuantitasnya yang luar biasa dan menakjubkan, baik di wilayah pedesaan, pinggiran kota, maupun perkotaan. Kedua, pesantren mengalami perkembangan ketika pesantren dimasukkan sistem madrasah. Hal ini dianggap sebagai suatu jembatan penghubung antara ilmu Barat dan ilmu agama. Dengan dimasukkannya sistem madrasah, jenjang pendidikan di pesantren juga ikut menyesuaikan diri dengan jenjang Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Di samping itu pesantren mengalami perubahan dalam sistem pengajaran
dengan
mengadakan
kurikulum
yang
modern
yang
menambahkan ilmu pengetahuan umum atau non agama, tanpa meninggalkan atau tetap mempertahankan kitab-kitab klasik.
21
3. Tipologi pondok pesantren Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik. Tidak hanya unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup dan tata nilai yang dianut. Keragaman dan keunikan pondok pesantren juga terdapat pada sistem pembelajarannya yang masih menggunakan pendekatan individual dan kelompok. Dari berbagai tingkat konsistensi dengan sistem lama dan keterpaduan oleh sistem modern, secara garis besar pondok pesantren dikategorikan ke dalam 3 bentuk (Departemen Agama RI:2003:29-30): 1) Pondok pesantren salafiyah Salaf artinya “lama”, “dahulu”, atau “tradisional”. Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari. Dengan selesainya satu kitab tertentu, santri dapat naik jenjang dengan mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi. Demikian seterusnya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pendidikan modern yang dikenal dengan sistem belajar tuntas. Dengan cara ini, santri dapat lebih intensif mempelajari suatu cabang ilmu.
22
2) Pondok pesantren khalafiyah ('Ashriyah) Khalaf artinya “kemudian” atau “belakang”, sedangkan ashri artinya “sekarang” atau “modern”. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal, baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK), maupun sekolah (SD, SMP, SMU dan SMK) atau nama lainnya, tetapi dengan pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu, seperti catur wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pada pondok pesantren khalafiyah, “pondok” lebih banyak berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama. 3) Pondok pesantren campuran/kombinasi Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali, kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan pengertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas. Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren khalafiyah, pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau
23
sekolah. Demikian juga pesantren salafiyah, pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan pendekatan pengajian kitab klasik, karena sistem “ngaji kitab” itulah yang selama ini diakui sebagai
salah
satu
identitas
pondok
pesantren.
Tanpa
menyelenggarakan pengajian kitab klasik, agak janggal disebut sebagai pondok pesantren. Sedangkan pondok pesantren campuran itu memadukan antara salaf dan khalaf sebagaimana Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pendidikannya menggunakan sistem salaf dan khalaf, bahkan dalam berda'wahnya Pondok Pesantren Darusy Syahadah menggunakan sistem tradisional dan modern. 4. Peran pondok pesantren Pesantren
mengemban
beberapa
peran
utamanya
sebagai
pendidikan, jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. Biasanya peran-peran pesantren itu tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan, kepelatihan dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilannya membangun integrasi dengan masyarakat barulah memberi mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya. (M. Dian
24
Nafi’i, Abd A’la, Hindun Anisah, Abdul Aziz, Abdul Muhaimin : 2007 : 11). Peran pesantren di masa lalu kelihatan paling menonjol dalam hal menggerakkan, memimpin dan melakukan perjuangan dalam rangka mengusir penjajah. Muhammad Mansur Suryanegara, seorang pakar sejarah dari Universitas Padjadjaran Bandung pernah menyatakan bahwa sulit mencari gerakan melawan penjajah di Indonesia ini yang bukan digerakkan dan dipimpin oleh orang pesantren. Itu mudah dipahami karena orang pesantren adalah orang Islam yang imannya dapat diandalkan; iman cara Islam yang mereka miliki itu tidak dapat menerima adanya supremasi seseorang, golongan atau bangsa atas orang, golongan atau bangsa lain. Penjajahan,
dalam
bentuk apapun tidak dapat diterima dalam ajaran
Islam. Peran pesantren di masa sekarang juga amat jelas. Contoh yang paling nyata ialah sulitnya pemerintah memasyarakatkan program bila idak melalui pemimpin pesantren. Contoh lainnya ialah banyaknya pemimpin politik ”mendekati” pesantren, terutama menjelang pemilihan umum. Gelagat para pemimpin politik itu tepat, bila mereka tidak mendekati para pemimpin pesantren, berarti visi politik mereka rendah. Peran pesantren pada masa-masa mendatang agaknya akan tetapi besar. Gejala yang ada sekarang dapat dijadikan indikator untuk meramal demikian. Himpitan ”kesulitan” hidup baik dalam arti himpitan ke”atas” maupun dalam arti himpitan ke”bawah” menyebabkan sesaknya dada,
25
bimbangnya
pemikiran,
suramnya
perspektif
masa
depan,
telah
menyebabkan pula hilangnya keseimbangan antara pertimbangan akal dan pertimbangan hati. Ini menjadi salah satu penyebab orang pergi ke pesantren. Mereka menyangka keseimbangan itu dapat diperoleh di pesantren. Sangkaan itu mungkin tidak terlalu meleset. (Ahmad Tafsir, 2001 : 192). Peranan pondok pesantren yang lebih spesifik adalah sebagai pengembangan da’wah Islamiyah dapat dikategorikan ke dalam 3 peranan pokok (Zubaedi:2007:16-17): 1) Peranan institusi / kelembagaan Pondok pesantren menyelenggarakan kegiatan pengajian dan pendidikan maka secara kelembagaan pondok pesantren merupakan institusi yang dapat menyebarkan pengetahuan yang mereka dapat kepada orang-orang sekitar / masyarakat di wilayahnya. 2) Peranan instrumental Peranan instrumental di sini adalah pondok pesantren memiliki sarana-sarana yang menjadi media dalam upaya aplikasi tujuannya. Diaplikasikan dalam bentuk pendidikan dan pengajaran yang memang diperlukan untuk pencapaian tujuan pondok pesantren. Pendidikan dan pengajaran yang mendukung ditunjang oleh fasilitas masjid, ruang belajar, perpustakaan dan asrama dan tak kalah pentingnya adalah bahan-bahan belajar / materi pembelajaran berupa kitab-kitab kuning.
26
3) Peranan sumber daya manusia Dalam sistem pendidikan pondok pesantren diupayakan pengembangan keterampilan para santri dalam rangka mencapai tujuan pondok pesantren, termasuk dalam hal ini tentunya da’wah Islamiyah. Mereka oleh kyai dan pengasuh pondok pesantren akan dijadikan tenaga-tenaga profesional yang handal dalam bidang agama. Begitu juga dengan para kyai adalah asset sumber daya manusia pondok pesantren yang memiliki “kharisma” merupakan pemberian ilahi yang harus terus dipelihara dan ditumbuhkembangkan sehingga sumber daya manusia untuk pengembangan pendidikan khususnya maupun bangsa dan negara umumnya.
B. Pengembangan Da’wah 1. Definisi da'wah Secara etimologis, da'wah berasal dari bahasa Arab da'a-yad'uda'watan yang berarti ajakan atau seruan. Secara terminologis, da'wah adalah mengajak atau menyeru, baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya (Najamudi, 2008:1). Firman Allah Q.S. As-Syu'araa' : 214 - 216:
Artinya: Berilah da'wah kepada kaum keluargamu yang terdekat dan
27
rendahkanlah dirimu bagi pengikut-pengikutmu yang beriman. Kalau mereka menolak maka katakanlah: “Aku berlepas diri dari segala apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-Syu'araa':216).
Syaikh Muhammad As-Shawwaf mendefinisikan dakwah sebagai berikut : Dakwah ialah risalah (surat dari langit kepada bumi). Ia adalah hidayah sang khaliq (pencipta) kepada makhluk. Ia adalah agama Allah yang tegak, jalannya yang lurus. Sesungguhnya Allah telah memilihnya lalu menjadikannya sebagai jalan berkomunikasi dengan-Nya yang Maha Suci. (As-Sayyid Muhammad Nuh, 2003 : 43). Firman Allah :
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imran : 19). Kemudian
Dia
memilihnya
untuk
hamba-hamba-Nya,
lalu
mewajibkannya atas mereka serta tidak meridhoi selainNya sebagai. Firman Allah :
Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekalikali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran : 85).
Fathi Yakan mengatakan bahwa dakwah adalah penghancuran dan
28
pembinaan penghancuran jahiliyah dengan segala macam dan bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum. Setelah itu pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik dalam wujud kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundang-undangan dan cara hidup maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan kehidupan. (Sayyid Muhammad Nuh. 2000 : 15). Adapun definisi ilmu da'wah menurut Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan (Thoha Yahya Omar, 1983:1). Ada beberapa definisi tentang da'wah. Menurut Thaha Yahya, da'wah adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana ke jalan yang sesuai dengan perintah Allah demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat. Nasrudin Latif mengartikan da'wah sebagai aktivitas baik dengan lisan, tulisan dan lain-lain, yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil manusia untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah, syariat, serta akhlak Islami. Sedangkan Syeh Ali Mahfud mengartikan da'wah sebagai usaha mendorong atau memberikan motivasi kepada umat manusia agar melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan Allah dan rasul-Nya, serta beramar ma'ruf dan nahi mungkar supaya manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Najamudi, 2008:2). Ustad Abdul Majdi Naufal mendefinisikan da'wah sebagai aktifitas
29
seorang muslim yang punya kompetensi menasehati dan mengarahkan, di setiap masa dan tempat, untuk memotiasi orang lain mengikuti Islam, secara iktikad dan manhaj, dan memperingatkan mereka akan bahaya iktikad dan manhaj lain, dengan metode-metode tertentu (Ibrahim bin Abdullah Al-Muthlaq, 2008:12). Dari pemaparan di atas bisa kita lihat bahwasanya definisi da'wah sangatlah banyak tetapi pada dasarnya definisi da'wah di atas mempunyai titik persamaannya, yaitu mengajak untuk beramar ma'ruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah Q.S Ali Imran : 104:
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orangorang yang beruntung (Q.S. Ali Imran:104).
Da'wah Islamiyah di Indonesia dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu Islam dibawa oleh para pedagang dari Gujarat dan Islam cepat berkembang di Indonesia. Tapi setelah Indonesia mengalami masa penjajahan Belanda, da'wah Islam dibatasi dan hubungan Indonesia dengan negara Timur Tengah pun terputus, sehingga bangsa Indonesia tidak mempunyai kebebasan penuh dalam berda'wah. Itulah fenomena yang terjadi pada masa penjajahan Belanda. Akan tetapi, setelah Indonesia merdeka barulah da'wah Islam mempunyai kebebasan dalam berda'wah baik lewat tulisan, lisan atau lewat media visual dan audiovisual.
30
Sangat ironis sekali jika mengingat zaman penjajahan Belanda dulu da'wah Islamiyah mengalami banyak hambatan, rintangan dan dibatasi ruang geraknya tapi setelah Indonesia merdeka da'wah Islamiyah banyak orang mengabaikan karena mereka menganggap bahwa da'wah adalah tugas seorang ustad, kyai, atau pak Haji. Dalam hadits menyatakan: “Sampaikanlah walau satu ayat”. Dalil di atas merupakan perintah yang harus dilaksanakan pada diri setiap muslim, bukan kewajiban segelintir manusia karena da'wah di Indonesia sudah mempunyai kekuatan hukum. 2. Fungsi da’wah Da’wah menurut Sayid Muhammad Nuh (2000 : 33 - 40) mempunyai fungsi / kegunaan di dunia dan akherat, secara singkat fungsi da’wah sebagai berikut : a. Mendatangkan pertolongan dan bantuan raabani dalam perjuangan melawan kebatilan dan jahiliah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Muhammad : 7
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu menolong dan membela agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan menguatkan pijakan kaki-kakimu. (QS. Muhammad : 7).
31
b. Menggugah dan membangunkan manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam. c. Menegakkan hujan kepada orang-orang yang terus menerus berbuat salah dan dosa. d. Membentuk opini umum yang benar dan selamat. Opini umum inilah yang mempunyai peran besar di dalam menjaga dan memelihara adab, fudhail (keutamaan-keutamaan), akhlak dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam kehidupan bermasyarakat. e. Da’wah akan membuat baiknya perilaku dan istiqomahnya akhlaq kita di satu sisi kita mengajak dan mempengaruhi manusia kepada kebaikan, pada saat yang sama kita akan memperoleh kebaikan yang banyak untuk diri kita sendiri, serta dukungan dari saudara-saudara kita sesama aktivis di jalan da’wah. Firman Allah dalam QS. Fushilat : 34 :
Artinya : Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia. f. Dengan da’wah, kita akan memperoleh keberuntungan berupa jannah dan ridho Allah di dunia dan akherat. g. Dengan da’wah, kita akan terlepas dari siksa di dunia dan di akherat.
32
h. Da’wah adalah asas pembinaan syakhshiyah Islamiyah (kepribadian Islami) yang paripurna dalam membangun unsur-unsur kebaikan dan menolak unsur-unsur kejelekan serta syakshiyah yang siap menerima pertolongan, dukungan dan kemenangan dari Allah. i.
Da’wah adalah jalan menuju wihdatul ummah karena da’wah berusaha menanamkan nilai-nilai ukhuwah, kebersamaan, ta’awun dalam kebaikan dan taqwa serta rasa saling memperhatikan antara kaum musilimin
3. Pondok pesantren sebagai pusat pengembangan da’wah di masyarakat Pada awal pertumbuhannya, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, pondok pesantren berkembang menjadi satu kesatuan sistem yang menampung berbagai fungsi pondok pesantren, selain menyelenggarakan fungsi sebagai tempat untuk mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama Islam (taffaqun fid-din), juga menjadi fungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat dan pusat pemberdayaan sumber daya manusia (Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003: 88). Dalam berbagai fungsi telah diperankan oleh pondok pesantren dalam kenyataannya, fungsi taffaqun fid-din masih tetap menjadi fungsi utama pondok pesantren, taffaqun fid-din dalam pengertian terbatas dapat diartikan sebagai upaya memperdalam ilmu-ilmu keislaman baik itu kitab klasik ataupun modern, sedangkan taffaqun fid-din dalam arti luas, tidak
33
hanya berarti mendalami ilmu semata, tetapi juga mengamalkan dan menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat pada semua lapisannya. Melalui upaya taffaqun fid-din inilah lahir ulama dan kyai yang menjadi pemimpin agama dan pemimpin masyarakat. Peran ini tidak hanya dilakukan oleh tamatan pondok pesantren yang berhasil menduduki tingkat ulama atau kyai, tetapi hampir semua lulusan pondok. Dalam tingkatan yang berbeda-beda para tamatan pondok pesantren pada umumnya akan mengambil peran sebagai pemimpin masyarakat di bidang kehidupan beragama.
C. Kondisi Stake Holder Pesantren 1. Sosio kultur masyarakat di sekitar pesantren Sosio kultur terbentuk dari dua kata, sosial dan kultural. Sosial berasal dari kata latin yang berarti kawan atau masyarakat. Sedangkan kultural berasal dari colere yang berarti mengolah. Colere berasal dari bahasa Inggris yaitu cultur yang diartikan sebagai segala daya upaya dan kegiatan manusia dalam mengubah dan mengolah alam (online : http://www.sosocultural.com). Masalah sosio kultural erat sekali dengan masalah perubahan sosial. Dinamika masyarakat yang terus melaju dengan logikanya, telah mengakibatkan bergesernya tata nilai masyarakat pedesaan yang merupakan mayoritas besar di Indonesia. Perubahan sosial ini mengalami berbagai ketimpangan yang disebabkan benturan dan nilai serta psikologis masyarakat.
34
Pesantren
yang
kebanyakan
berada
di
pedesaan
lebih
memungkinkan baginya dalam memahami persoalan masyarakat desa. Bila ditopang oleh perangkat keilmuan yang memberikan gagasangagasan segar soal pembangunan dan mampu diserapnya tentu akan mempermudah lembaga ini dalam menstransfernya kepada masyarakat desa. Arus kontak informasi dengan dunia luar serta institusi keagamaan ini berfungsi sebagai tempat bertanya bagi masyarakat (Zubaedi, 2007: 19). 2. Dampak pesantren bagi masyarakat Selama ini pesantren telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang di atas kekuatannya sendiri dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia di masyarakat sekitarnya. Secara nyata ia telah memerankan sebagai wadah pendidikan dan pengajaran, lembaga sosial dan amar ma’ruf nahi mungkar (memerankan kebaikan dan mencegah kemungkaran). Potensi pendidikan, dakwah, potensi kemasyarakatan termasuk potensi swadana dan swadaya yang berhasil menghimpun pesantren adalah dasar yang dapat dioptimalkan untuk melancarkan kegiatan pengembangan masyarakat (Zubaedi, 2007: 20). Pesantren berperan sebagai lembaga yang mengembangkan nilai moral-spiritual, informasi, komunikasi timbal balik secara kultural dengan masyarakatnya dan tempat pemupukan solidaritas umat. Menurut rumusan Azyumardi Azra, pesantren telah memainkan tiga peranan : transmission of Islamic knowledge (penyampaian ilmu-ilmu keislaman),
35
maintenance of Islamic tradition (pemeliharaan tradisi Islam) dan reproduction of ulama (pembinaan calon-calon ulama). Watak utama yang melekat pada pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan telah menjadikannya memiliki tradisi keilmuan sendiri, namun tradisi ini mengalami perkembangan dari masa ke masa dan menampilkan manifestasi yang berubah-ubah. Jika dicermati setidak-tidaknya ada tiga karakteristik yang dikenali sebagai basis utama kultur pesantren. Pertama, pesantren sebagai lembaga tradisionalisme. Tradisionalisme dalam konteks pesantren harus dipahami sebagai upaya mencontoh tauladan yang dilakukan para ulama salaf yang masih murni dalam menjalankan ajaran Islam agar terhindari dari bid’ah, khurafat, takhayul serta klenik. Hal ini kemudian lebih dikenal dengan gerakan salaf yaitu gerakan dari orang-orang terdahulu yang ingin kembali kepada al-Qur’an dan Hadis. Gerakan salaf ini dalam perjalanan sejarahnya telah memberikan sumbangan besar terhadap modernisasi Islam. Gerakan salaf secara sadar menolak anggapan bahwa Islam tidak cocok. Mereka mencari tahu faktor yang menyebabkan ketidakcocokan tersebut yakni karena taqlid. Kedua, pesantren sebagai pertahanan budaya (cultural resistance). Mempertahankan budaya dengan ciri tetap bersandar pada ajaran dasar Islam adalah budaya pesantren yang sudah berkembang berabad-abad. Ide cultural resistance telah mewarnai kehidupan intelektual dunia pesantren. Subjek yang diajarkan di lembaga ini melalui hidayah dan berkah seorang
36
Kiai sebagai guru utama dalam kitab klasik dan kitab kuning yang selalu diolah dan ditransmisikan dari satu generasi ke generasi. Semangat cultural resistance menjadikan dunia pesantren selalu tegar menghadapi hegemoni dunia luar. Sejarah menunjukkan bahwa saat penjajah semakin menindas, saat itu pula perlawanan kaum santri semakin keras. Penolakan Sultan Agung dan Diponegoro terhadap kecongkakan Belanda, ketegaran kiai-kiai pada masa penjajahan serta kehati-hatian pemimpin Islam berlatar belakang pesantren dalam menyikapi kebijakan penguasa yang dirasakan tidak bijaksana atau sistem yang established sehingga menempatkan mereka sebagai kelompok “oposan” adalah bentuk-bentuk cultural resistance dari dulu hingga sekarang. Ketiga,
pesantren
sebagai
wahana
pendidikan
keagamaan.
Pendidikan pesantren didasari, digerakkan dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran Islam. Ajaran dasar ini berkelindan dengan struktur sosial atau realitas sosial yang digumuli dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, maka pendidikan pesantren didasarkan atas dialog yang terus menerus antara kepercayaan terhadap ajaran dasar agama yang diyakini memiliki nilai kebenaran mutlak dan realitas sosial yang memiliki nilai kebenaran relatif. Seiring dengan derasnya arus perubahan sosial akibat modernisasi industrialisasi mau tidak mau pesantren untuk memberikan reaksi atau respons secara memadai. Reaksi pesantren menghadapi perubahan yang berjalan selama ini ada yang lunak dan ada yang keras. Ada yang
37
membuka dan ada yang menutup diri. Namun mesti ada yang mendefinisikan zaman sekarang sebagai zaman edan atau jahiliyah modern, ternyata tidak sedikit yang mencoba melakukan transformasi dengan melakukan mobilitas budaya yang menyebabkan doktrin, lembaga dan pranata sosial menjadi tetap relevan. Selain itu, pesantren juga selalu dituntut untuk melakukan adjustment and readjustment mulai dari melakukan diversifikasi program dengan membuat Yayasan, memasukkan sistem sekolah, kontekstualisasi kitab kuning, modernisasi manajemen pengelolaan dan lain-lain. Karakteristik
pesantren
berdampak
perubahan
kultur
pada
masyarakat sekitar pesantren yang masih bersifat Kejawen dan masih melakukan TBC (tahayul, bid’ah dan khurofat). Dalam perubahan kultur masyarakat ini bernilai positif karena kembalinya ajaran Islam murni pada masyarakat sekitar pesantren.
BAB III PAPARAN DATA DAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 1. Profil Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mencetak kader muda yang berakhlak mulia dengan mengarahkan dan membimbing para santrinya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits. Pendidikan pada pondok pesantren tidak hanya bersifat teoritis tapi juga bersifat praktis. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah menerapkan pembelajaran secara praktis pada para santri dalam berda‟wah. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada hari Kamis pukul 16.00 WIB pada tanggal 15 Oktober 2009 dengan ustadz Ali, bahwa da‟wah pada pondok pesantren terdapat 2 (dua) sistem yaitu sistem tradisional dan modern. Da‟wah pondok pesantren Islam Darusy Syahadah masih menggunakan sistem tradisional dengan menerjunkan para santrinya pada 38 titik lokasi da‟wah di sekitar pondok pesantren Islam Darusy Syahadah. Titik lokasi da‟wah tersebut menempati masjid, musholla, langgar maupun surausurau dalam pelaksanaannya. Sedangkan da‟wah pondok pesantren Islam Darusy Syahadah dengan sistem yang modern para Asatid dan santrinya menuangkan ilmu dan fikirannya dalam tulisan yang diterbitkan dalam bentuk buku-buku sehingga dapat dikonsumsi oleh semua publik di berbagai kalangan.
38
39
Dalam observasi yang penulis lakukan, penulis mengambil titik tekan pada da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah dengan sistem tradisional karena masih mempertahankan sistem lama sebagai ciri khas dalam berda‟wah. Sebagai contoh : Sistem pembelajaran para santri di lokasi da'wah masih menggunakan sistem halaqoh. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada waktu kegiatan da‟wah. Bahwa pondok pesantren Islam Darusy Syahadah mempunyai visi dan misi da‟wah yang jelas, sehingga menerjunkan para santrinya pada lokasi da‟wah secara berkesinambungan, materi dalam da‟wah pun tersusun rapi sesuai kondisi masyarakat. Sehingga materi da‟wah antara lokasi da‟wah satu dengan yang lain berbeda-beda. Untuk itu para santri memberikan pengetahuan keagamaan sesuai pada kondisi masyarakat jika terjadi perubahan yang signifikan pada masyarakat, para santri secara fleksibel merubah proses pembelajaran dalam da‟wah sesuai kemampuan masyarakat. Metode pembelajaran di lokasi da‟wah menggunakan sistem halaqoh, di mana satu pengajaran dikelilingi para peserta didik. Dalam proses belajar mengajar ini terdapat beberapa bagian antara lain : a. Bapak-bapak b. Ibu-ibu c. Kibar d. Kibaroh e. Mutawasih f. Mutawasithoh
40
g. Shighor h. Shigoroh Dalam proses pembelajaran dengan sistem halaqoh tidak selalu pengajar menjadi pembicara dan peserta didik menjadi pendengar. Peserta didik diberi kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan pengetahuannya dan pengajar hanya bersifat fasilitator dalam proses pembelajaran. Menurut hasil pengamatan penulis, pada tanggal 15 Oktober 2009, bahwa da'wah para santri di masjid, mushola meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang keagamaan. 2. Letak Geografis Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 15 Oktober 2009, pondok pesantren Islam Darusy Syahadah menempati areal di atas tanah wakaf seluas 22.500 m2 (2,25 ha) beralamat di Jalan Raya Simo – Karanggede, Gunungmadu, Gumukrejo, Kedunglengkong, Simo, Boyolali. Letak pondok pesantren Islam Darusy Syahadah cukup strategis karena dikelilingi bebukitan dan panorama nan indah sangat cocok untuk menuntut ilmu. 3. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Berawal dari sebuah keprihatinan akan kehilangan ilmu seiring dengan wafatnya para ulama amilin yang beramanhaj salafus salih. Dikhawatirkan tiada lagi generasi pengganti semisal mereka yang senantiasa peka terhadap kondisi umat dan peduli terhadap penyebaran ilmu-ilmu syar‟i, justru kebanyakan manusia larut dengan kesibukan dunia dan mengumbar
41
hawa nafsu. Mereka bahkan terjerat dalam praktek-praktek syirik, bid‟ah atau berkubang dalam noda kemaksiatan. Maka Yayasan YASMIN Surakarta merasa terpanggil untuk berupaya mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Mulailah perintisan sebuah pesantren yang kemudian bernama DARUSY SYAHADAH dengan membeli sepetak tanah di daerah cukup strategis karena dikelilingi oleh bebukitan dan berpanorama alam nan indah sehingga sangat cocok untuk menuntut ilmu. Lokasi tersebut adalah Gunung Madu, Gumukrejo, Kedunglengkong, Simo, Boyolali, Jawa Tengah. Di atas modal tanah seluas 22.500 m2 itu dimulai pendirian bangunan sederhana untuk kantor sekaligus pos panitia pembangunan. Gedung demi gedungpun berdiri menyusul, diantaranya : asrama, lokal kelas, dapur, tower air, dan kamar mandi santri. Dengan fasilitas dan sarana prasarana yang seadanya itulah unit Madrasah Diniyah memulai kegiatan belajar mengajar, tepatnya pada bulan Januari tahun 1994. Pada bulan Juli di tahun yang sama unit takhasus atau kulliyatul mu‟allimin di buka pula. Sejak saat itu pondok pesantren Islam Darusy Syahadah mulai banyak diminati masyarakat yang bukan hanya didatangi penduduk lokal melainkan juga luar kota bahkan luar propinsi. Pada tahun 2008/2009 pondok pesantren Islam Darusy Syahadah merentangkan sayapnya dengan mendirikan pondok pesantren putri yang letaknya tidak jauh dari ponpes putra yaitu di Grenjeng, Kedunglengkong, Simo, Boyolali, Jawa Tengah.
42
Pada saat ini jumlah keseluruhan santri pondok pesantren Islam Darusy Syahadah mencapai 735 santri yang terbagi menjadi beberapa program pendidikan antara lain sebagai berikut : Total santri pondok pesantren Islam Darusy Syahadah tahun 2009/2010 Unit Putra TKS Pa
Per kelas 70
1 KMI
118
2 KMI
106
3 KMI
64
1 TID
88
2 TID
50
Unit Putri TKS Pi
Per kelas 67
1 KMA
92
2 KMA
32
1 TID Pi
27
2 TID Pi
21
KMI
TID
Jumlah
138
496
TID
Jumlah
48
239
358
KMA
191
Jumlah Total
735
4. Visi dan Misi Ponpes Islam Darusy Syahadah Berdasarkan observasi yang penulis lakukan visi dan misi ponpes Islam Darusy Syahadah antara lain : a. Visi 1) Berperan serta dalam mencerdaskan umat. 2) Ikut menguatkan tali ukhuwah sesama umat.
43
3) Untuk mewujudkan firman Allah :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imron: 110).
b. Misi 1) Mengkader ulama alimin fi sabilillah yang siap menerima dan mengamalkan Islam secara kaffah. 2) Sanggup menjadi rahmat dan penuntun umat serta membawa mereka menuju perbaikan dalam segala bidang. 5. Tujuan Pendidikan Ponpes Islam Darusy Syahadah Pondok pesantren Islam Darusy Syahadah dengan segala bidang dan program pendidikannya bertujuan mengkader Al Ulama Al Amilin fi sabilillah yang siap menerima dan mengamalkan Islam secara kaffah, sanggup menjadi rahmat dan penuntun umat serta membawa mereka menuju perbaikan dalam segala bidang. 6. Manajemen PP Islam Darusy Syahadah a. Kesiswaaan dari tahun ke tahun
44
No
Tapel
1
1415-1916 H/ 1994-1995 M 2 1416-1917 H/ e 1995-1996 M 3 1417-1418 H/ t 1996-1997 M 4 1418-1419 H/ e 1997-1998 M 5 1419-1420 H/ r 1998-1999 M 6 1420-1421 H/ a 1999-2000 M 7 1421-1422 H/ n 2000-2001 M 8 1422-1423 H/ g 2001-2002 M 9 1423-1424 H/ a 2002-2003 M 10 1424-1425 H/ n 2003-2004 M 11 1424-1425 H/ 2004-2005 M 12 1425-1426 H/ : 2005-2006 M Jumlah L : Lulus K
TKS/K MI
L
TL
TID
L
TL
28
-
-
-
-
-
85
-
-
-
-
-
119
-
-
-
-
-
153
27
3
-
-
-
157
38
2
-
-
-
170
29
1
-
-
-
230
28
4
-
-
-
306
35
-
27
-
-
320
43
1
80
22
2
372
29
2
4
20
4
313
49
3
58
20
1
296
-
-
79
-
-
2549
278
16
292
62
7
TL : Tidak Lulus b. Program Kesantrian Sisa waktu selain ke sekolahan sepenuhnya dibawah kontrol dan tanggung jawab bagian kesantrian. Di saat itu para santri diharuskan mengikuti peraturan dan kegiatan kepondokan yang merupakan wujud pendidikan dalam bentuk lain yang bersifat praktis, non kesekolahan. Di
antara
program
kesantrian
tersebut
yaitu
mengontrol
kedisiplinan dan ketertiban santri dalam segala aktivitas harian baik yang bersifat individu maupun kelompok, dan dalam beribadah maupun
45
bermu‟amalah, misalnya : shalat berjama‟ah, mandi, makan, belajar malam, ta’lim kitab yang kesemuanya tertera pada jadwal berikut : No
Waktu
Kegiatan
1
03.00 – 04.00
Bangun/Sholat malam/Persiapan
2
04.00 – 04.45
Sholat Shubuh berjama‟ah
3
04.45 – 05.15
Membaca Al Qur‟an
4
05.15 – 06.00
Kerja pagi/Mandi/Olahraga
5
06.00 – 07.00
Makan pagi/Persiapan Sekolah
6
07.00 – 11.30
Masuk Sekolah
7
11.30 – 12.25
Sholat Dhuhur berjama‟ah
8
12.25 – 13.15
Masuk Sekolah Siang
9
13.15 – 14.00
Makan Siang
10
14.00 – 14.45
Istirahat / Tidur Siang
11
14.45 – 15.25
Sholat Ashar berjama‟ah
12
15.25 – 15.50
Persiapan Masuk Sekolah
13
15.50 – 17.15
Masuk Sekolah Sore
14
17.15 – 17.30
Mandi/Istirahat/Refresing
15
17.30 – 17.45
Istirahat
16
17.45 – 18.15
Sholat Maghrib berjama‟ah
17
18.15 – 18.30
Mendengarkan Ceramah/Kajian
18
18.30 – 18.45
Makan Malam
19
18.45 – 19.00
Persiapan Shalat Isya
20
19.00 – 19.30
Sholat Isya berjama‟ah
21
19.30 – 20.00
Persiapan Belajar Malam
22
20.00 – 22.00
Belajar Malam
23
22.00 – 03.00
Tidur Malam
46
c. Administrasi guru, santri dan karyawan Total Santri PPIDS Tahun 2009-20120 Unit Putra TKS pa 1 KMI 2 KMI 3 KMI 1 TID 2 TID
Perkelas 70 118 106 64 88 50
KMI
TID
358 138 496
Unit Putri
Perkelas
TKS pi
67
1 KMA
92
2 KMA
32
1 TID pi
27
2 TID pi
21
KMA
TID
191 48 239
Jumlah Total
549
186
735
Total Guru dan Karyawan PPIDS Tahun 2009-2010 Unit
Guru
Kry
Unit Putra
54
7
Unit Putri
23
3
Jumlah Total
77
10
87
47
d. Kalender Pendidikan No
Tanggal
Kegiatan
Ket
1.
12 Juli
Santri Lama Datang di Pondok
Bag. Kelestarian
2.
17 Juli
Awal Kegiatan Belajar
Bag. Kesantrian
Mengajar (KBM) Santri Lama 3.
22 Juli
Santri Baru Datang Di Pondok
Bag. Kesantrian
4.
24-27 Juli
Pekan Orientasi Santri Baru
PPSB
5.
4-5 Agustus
Laporan Pertanggungjawaban
Bag. Kesantrian
IST Pergantian Pengurus IST 21 Agustus –
Pembuasan Bahts Ilmiyah
10 Oktober
Bahasa Indonesia Kelas II TID
7.
2 September
Peresmian Bahasa
Bag. Kesantrian
8.
11-19
Ulangan Umum Mid Semester
Bag. Pengajaran
September
Gasal
20-24
Liburan MID Semester Gasal
Bag. Kesantrian
Ujian Khitobah Bahasa Inggris
Bag. Pengajaran
6.
9.
PPNI
September 10.
13-14 Oktober
Kelas Nihai 11.
18-30 Oktober
Amaliyah Tadris Santri Kelas
PPNI
Nihai (I) 12.
3-13 November
Dauroh Nihai
PPNI
13.
1-25 November
Liburan Romadhon
Bag. Kesantrian
14.
11-30
Test Sumatif Semester Gasal
Bag. Pengajaran
Desember 15.
1-3 Januari
Classmeeting
Bag. Kesantrian
16.
19-27 Januari
Liburan Semester Gasal
Bag. Pengajaran
17.
4 Januari
Awal KBM Semester Genap
Bag. Pengajaran
48
No
Tanggal
Kegiatan
Ket
18.
12-14 Januari
Fathul Kutub
PPNI
19.
29 Januari –
Bahst Bahasa Arab
PPNI
25 Maret
e. Program pendidikan Unit Takhasus (TKS) dan Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI putra) / Kulliyatul Mu’allimat (KMA) program pendidikan tersebut mewajibkan santrinya untuk tinggal di kompleks pesantren, mendidik lulusan SLTP/SMU dan yang sederajatnya dengan lama pendidikan 1 (satu) TKS dan 3 (tiga) tahun KMI. Unit TKS merupakan jenjang persiapan sebelum memasuki jenjang KMI dengan target pendidikan sebagai berikut : a. Mampu memahami Islam secara lebih mendalam. b. Menguasai ilmu alat dalam fiqih dan lughah. c. Beraqidah salimah dan berakhlak karimah. d. Disiplin ibadah dan berjuang. e. Siap terjun (pakai) di masyarakat. f. Terampil dan sensitif terhadap perkembangan zaman. g. Dapat melanjutkan study di pesantren-pesantren tinggi (Ma‟had „Aly) baik di dalam maupun luar negeri. Program Unit
Takhasus I’daadud Du’aat (TID) putra-putri
mewajibkan santrinya tinggal di kompleks pesantren, mendidik tamatan SLTA ke atas lama pendidikan 2 (dua) tahun. Unit ini dibuat khusus bagi para da‟i/ calon da‟i dan para mu‟allim/calon mu‟allim yang menuntut peningkatan
49
kualitas ilmiyah dalam jenjang pendidikan yang tidak terlalu lama karena di dalamnya hanya mempelajari ilmu-ilmu diniyah saja dengan target pendidikan sebagai berikut : a. Santri menguasai Bahasa Arab. b. Santri mampu memahami kitab-kitab al umm (induk) c. Santri mampu memahami ilmu-ilmu alat seperti : „ulumul qur’an, ilmu hadits, ushul fiqih dan lain-lain. d. Santri mampu memahami fiqih da‟wah dan didaktik methodic. e. Alumnus TID siap terjun di tengah-tengah umat sebagai Dua’at Illalallah. 7. Paparan Data Da‟wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Membahas tentang pelaksanaan da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah Surakarta, setiap kegiatan harus mempunyai tujuan, tujuan tersebut adalah sasaran yang hendak dicapai oleh suatu kegiatan. Selanjutnya akan dijelaskan bidang garapan administrasi yang dilaksanakan pada bagian da‟wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah : a. Medan Da‟wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada mu‟alim bahwa mempersiapkan medan da‟wah yang terbagi menjadi 6 qobilah. 6 qobilah medan da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah antara lain : 1) Qobilah Ustman bin Affan a) Poncowidodo b) Blagung Barat c) Candran Timur
50
d) Cilak e) Candran Barat f) Gebang g) Karanggayam h) Begah i) Mojo j) Plambong 2) Qobilah Umar bin Khottob a) Pule b) Terangan c) Kemel d) Gempolsari e) Patran f) Jemono g) Grenjeng 3) Qobilah Kholid bin Walid a) Simo b) Tegalrejo c) Godean d) Babadan e) Babadan Baru f) Pelem g) Masjid Baru Simo
51
4) Qobilah Abu Bakar a) Gumukrejo b) Joho c) Sucen Timur d) Sucen Barat e) Gumuk f) Sirah 5) Qobilah Bilal bin Robah a) Manggal b) Pengkol c) Jaweng d) Pantaran e) Kleben f) Pancingan g) Talakbroto 6) Qobilah Ali bin Abi Tholib a) Jaten b) Ngreni c) Karang Salam d) Supit b. Program Kerja Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Berdasarkan hasil pengamatan penulis program kerja sebagai berikut :
52
1) Jangka Pendek a) Jenis kegiatan : TPA Rutin Selasa & Jum‟at
Waktu
:
Sasaran
: Seluruh anak
Tujuan
: a. Menyebarkan syiar Islam b. Menciptakan generasi Islami
Pelaksanaan
: Terlaksana
b) Jenis kegiatan : Acara
kreativitas
(menggambar,
origami) Waktu
: 1 x tiap bulan
Sasaran
: Seluruh santri TPA
Tujuan
: a. Mengembangkan kreativitas b. Refreshing dalam belajar
Pelaksanaan
: Terlaksana
c) Jenis kegiatan : Rihlah jarak dekat Waktu
: 1x tiap bulan
Sasaran
: Seluruh santri TPA
Tujuan
: Tadabur alam
Pelaksanaan
: Terlaksana
d) Jenis kegiatan : Donatur TPA Waktu
: 1x tiap bulan
Sasaran
: Masyarakat
mewarnai,
53
Tujuan
: a. Sebagai kas TPA b. Penunjang KBM
Pelaksanaan
: Terlaksana
e) Jenis kegiatan : Acara kebersihan Waktu
: 1x tiap minggu
Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Refresing belajar
Pelaksanaan
: Terlaksana
f) Jenis kegiatan : Rapat rutin Waktu
: 1x tiap bulan
Sasaran
: Pengajar TPA
Tujuan
: Evaluasi kegiatan TPA 1 bulan
Pelaksanaan
: Terlaksana
2) Jangka Menengah a) Jenis kegiatan : Refresing (renang, naik kereta mini) Waktu
: 1x tiap 6 bulan
Sasaran
: Seluruh santri TPA
Tujuan
: Refreshing belajar
Pelaksanaan
: Terlaksana
b) Jenis kegiatan : Silaturahmi ke TPA lain Waktu
: 1 x tiap bulan
Sasaran
: Seluruh santri
54
Tujuan
: Mempereat ukhuwah dengan TPA lain
Pelaksanaan
: Terlaksana
c) Jenis kegiatan : TPA Rutin di bulan romadhon Waktu
: Setiap hari di bulan romadhon
Sasaran
: Seluruh santri TPA
Tujuan
: Meningkatkan ibadah di bulan romadhon
d) Jenis kegiatan : Pengadaan fasilitas belajar (Iqro‟, alat tulis, buku) Waktu
: 1x tiap 6 bulan
Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Menyediakan fasilitas belajar
Pelaksanaan
: Terlaksana
e) Jenis kegiatan : Pembelian majalah anak Islami Waktu
: 1x tiap bulan
Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Memberikan wawasan pada santri
Pelaksanaan
: Ada kemacetan
3) Jangka Panjang a) Jenis kegiatan : Ujian akhir Waktu
: Akhir tahun pelajaran
Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Evaluasi pemahaman santri
Pelaksanaan
: Terlaksana
55
b) Jenis kegiatan : Lomba antar santri Waktu
: Bulan Romadhon
Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Pendorong santri dalam belajar
Pelaksanaan
: Terlaksana
c) Jenis kegiatan : Study banding Waktu
: 1x tiap tahun
Sasaran
: Pengajar TPA
Tujuan
: Meningkatkan kinerja dalam kepengurusan TPA
Pelaksanaan
: Belum terlaksana
d) Jenis kegiatan : Out bond Waktu
: 1x tiap tahun
Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Meningkatkan potensi dan keakraban
Pelaksanaan
: Belum terlaksana
e) Jenis kegiatan : Training pengajar Waktu
: 1x tiap tahun
Sasaran
: Remaja masjid
Tujuan
: Mewujudkan kader pengajar profesional
Pelaksanaan
: Belum terlaksana
f) Jenis kegiatan : Mabit Waktu
: 1x tiap tahun
Sasaran
: Seluruh santri
56
Tujuan
: Meningkatkan keimanan dan keakraban
Pelaksanaan
: Belum terlaksana
g) Jenis kegiatan : Seragam santri Sasaran
: Seluruh santri
Tujuan
: Membantu santri untuk berseragam islami
Pelaksanaan
: Belum terlaksana
c. Data Mu‟allimul Quro 1) Qobilah : Ustman bin Affan Ketua
: Faqihuddin
Wakil
: M. Ikhwan
a) Poncowidodo -
Aziz Zulfa A.
-
Yusuf Al Astqolani
-
M. Ikhwan
b) Blagung Barat -
Abdurrohman
-
Asroddin
-
Abu Sayyaf
c) Candran Timur -
Abbas Robbany
-
Faqihuddin
-
Amir Al Kalasani
57
d) Cilak -
Mahmud Huda
-
Muflih
-
Ony Cahya Putra
-
Tri Kurniawan
-
Udzma Fauzi
-
Faqih As Sujudi
e) Candran Barat -
M. Roushon
-
Abdurro‟uf
-
Baqir Haidar
-
Irfan Tur Wahyudi
f) Gebang -
Taufiq
-
Aqwam
-
Hawari Sayyaf
g) Karanggayam -
Tsaqib Al Fikri
h) Begah -
Harisuddin
-
Abdullatif
i) Mojo -
Nur Ahmad Fauzi
58
-
Abdulloh Zakky
-
F. Al Haidar
j) Plambong -
Zainal Arifin
-
Agus Nurhadi
-
Fatih Al Huda
2) Qobilah : Umar bin Khottob Ketua
: Faqih As Sujudi
Wakil
: Hasan Qomaruddin
a) Pule
e) Gempolsari
-
Faqih As Sujudi
- Barohim Ni‟am
-
Imam As Shobari
- Anas
-
Jiya‟ul Haq Robbany
- Hasbulloh Umar
-
M. Amri Yusuf
- Muhammad Al Jundi
-
Angga Laksana
- Zaid Al Fahmi
b) Terangan
f) Patran
-
Faiq Murtadho
- Hasan Qomaruddin
-
Taufiq Hidayat
- Tengku M. Yasir
-
Kholil Ghibron
c) Kemel
g) Jemono - Ibnu Fauzan
-
Arman Fakhrurrozi
- Yahya Abdurrohman
-
Rijal Habibulloh
- Abdulloh Al Ghofiqi
-
Jaisyulloh Ahmad
- M. Alfarisi
59
d) Grenjeng -
Ali Abdurrohim
-
Alfiandi
-
Muhammad Azzam
-
Aji Budi Utomo
3) Qobilah : Kholid bin Walid Ketua
: M. Syakir
Wakil
: Saifulloh
a) Simo
d) Babadan
-
Zainal Abidin
- M. Zakky
-
M. Saifulloh
- Ridhwan Muharsa
b) Tegalrejo
e) Babadan Baru
-
Imron Al Faruq
- M. Alif Murtadho
-
M. Syakir
- Miftahul Ahyar
c) Goden
f) Pelem
-
Musayyef
- Ilham Nurul Haq
-
Imam Syamsudin
- Miftahul Ilmi
4) Qobilah : Abu Bakar Ketua
: Zuhud Fathurrohman
Wakil
: Muhammad Wahyuddin
a) Gumukrejo -
Huda bin Yusuf
d) Sucen Barat - Abdul Ba‟ist „Abid
60
-
Tolhah
- Fajar Mursalat
-
Ahmad Rijal Sholeh
- Muhammad Wahyuddin
-
Ibnu Azzam
- Qomaruddin
b) Joho
- Anas Haidar
-
Abdulloh Muttaqin
-
Mahfud Arsyad
- Azmi Syahid
-
„Ashim
- Abdulloh Annafi‟
c) Sucen Timur
e) Gumuk
- Tawakkal - Fu‟ad Mu‟thi Rosyadi
-
Mahfud Arsyad
-
Imaruddin Haq Ma‟ruf
-
Mahasin
- Zuhud
-
Miftahul Huda
- Ayu Firdaus
f) Sirah
- Aydul Halim - Abu Dzar - Thoriq Nurhuda - Sufardi - Rangga
5) Qobilah : Bilal bin Robah Ketua
: Umair Khodimul Aziz
Wakil
: Ahmad Abdurrohman
a) Manggal -
Ahmad Sahlan
d) Pantaran - Hamzah
61
-
Musthoa
-
Ahmad Abdurrohman
-
Nasihul Umam
b) Pengkol
- Hamyali e) Kleben - Fajar Ahmadi - Zainuri
-
Farhan (TID)
-
Jaisyulloh S.
-
Uwais Al Mu‟min
- Ahmad Abduloh
-
Thoriq Syuhada
- Wahid Saifulloh
c) Jaweng
- Mukhlisi f) Pancingan
g) Talakbroto
-
Umair Khodimul Aziz
- Mistaqun Gholidhoh
-
Muhammad Nasir
- Khoiruddin Fatih
-
Zulfa
-
Hasan Bashri
6) Qobilah : Ali bin Abi Tholib Ketua
: Laitsul Fata
Wakil
: Sa‟id Syuhada
a) Jaten
c) Karang Salam
-
Fadhlurrohman Faiz
- Ihsan Hakim
-
Muhammad Adib
- Umar Abdurrohman
-
Rifi Rosyadi
- Sa‟id
-
Fatih „Izzul Islam
b) Ngreni -
Laitsul Fata
d) Supit - Ibrohim A. - Syarif Hidayatulloh
62
-
Romi
- Nasiruddin T.
-
Fakhruddin
- M. Taqiyuddin - Nur Ahmad
d. Bentuk Da‟wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Untuk mengetahui bentuk da‟wah yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, penulis telah mendatangi da‟wah untuk melakukan observasi dalam rangka mengamati jalannya da‟wah di lokasi da‟wah. Bentuk-bentuk da‟wah di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah ada dua macam, yaitu : 1) Program da‟wah tahunan Program da‟wah tahunan dalam perencanaan bagian da‟wah adalah : pesantren kilat, bedah buku, dan tabligh akbar. 2) Program da‟wah rutin (continue) Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 15 Oktober 2009 pukul 16.00 WIB di lokasi da‟wah qobilah Abu Bakar dapat diketahui bahwa bentuk da‟wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah antara lain : a) Mengajar TPA Dalam pelaksanaan TPA yang menjadi sasaran da‟wah adalah anak-anak. Ruang lingkup materi pembelajaran antara lain belajar mengaji, do‟a-do‟a, hafalan surat pendek, dan dasar pendidikan agama yang dibutuhkan oleh anak.
63
b) Ta‟lim Dalam pelaksanaan ta‟lim yang menjadi sasaran da‟wah adalah para remaja. Ruang lingkup materi pembelajaran adalah aqidah, akhlak,
tarikh,
dan wacana
pendidikan keagamaan
yang
dibutuhkan para remaja. Pembelajaran ini dengan menggunakan sistem halaqoh dan tanya jawab. c) Ceramah atau Pidato Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada tanggal 1 Desember 2009 di lokasi da‟wah Jawen, bentuk da‟wah dilaksanakan dengan jalan ceramah atau pidato. Yang menjadi sasaran da‟wah adalah seluruh masyarakat baik anak-anak, remaja, maupun orang tua.
B. Temuan Penelitian 1. Managemen Da'wah di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadaah Membahas tentang da‟wah yang dilaksanakan oleh Ponpes Islam Darusy Syahadah Surakarta. Manajemen pada hakekatnya merupakan semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan da‟wah dengan merancang, mengadakan sarana dan prasarana dalam berda‟wah. Untuk mengetahui jalannya da‟wah yang dilaksanakan oleh ponpes Islam Darusy Syahadah, penulis telah mendatangi Ponpes Islam Darusy Syahadah dan lokasi da‟wah untuk melakukan observasi, serta mewawancarai
64
beberapa personal yang mempunyai hubungan dalam proses da‟wah seperti asatid dan para santri. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan penulis dengan bagian da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah pada hari Selasa tanggal 1 Desember 2009 pukul 14.00 WIB dapat diketahui bahwa keberhasilan dalam berda‟wah ini sangat tergantung pada fungsi manajemen yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut harus berjalan sesuai dengan fungsinya dengan baik agar pelaksanaan da'wah dapat berjalan dengan lancar, cepat sasaran sehingga tujuan da‟wah dapat tercapai secara optimal. Fungsi
manajemen
da‟wah
Ponpes
Islam
Darusy
Syahadah
meliputi : 1) Perencanaan Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan, dengan perencanaan segala kegiatan akan menjadi lebih jelas karena kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan telah disusun secara rapi dan sistematis. Perencanaan dalam da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah merupakan sebuah program kerja dalam satu tahun, karena setiap tahun ada pergantian pengurus yang baru mempunyai program kerja tersendiri. Beberapa program kerja atau perencanaan bagian da‟wah secara umum adalah sebagai berikut : a) Mengadakan pesantren kilat. b) Mengadakan bedah buku.
65
c) Pembaharuan mu‟allim di setiap tempat ta‟lim. d) Perluasan medan da'wah. e) Mengadakan tablig akbar. Pembaharuan mu‟allim di setiap tempat ta‟lim merupakan fokus penelitian. Para santri yang diterjunkan untuk berda‟wah adalah santri yang duduk di kelas tiga dan kelas satu. Dan karena setiap tahun ada kenaikan kelas, maka mau tidak mau mereka yang diterjunkan untuk ta‟lim harus diganti pula, maka dengan adanya kenaikan kelas ini diadakan pembaharuan mu’allim di setiap tempat ta’lim. Di setiap tempat ta‟lim tentunya potensi masyarakat sangat jauh berbeda. Maka perlu adanya pemilihan mu‟allim yang pantas di tempat maka ia cocok dan sesuai dengan kadar kemampuannya. Sebelum diterjunkan para santri terlebih dahulu dibekali yaitu berupa tazwidud duat. Tazwidud duat merupakan suatu program dari bagian da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah dalam hal memberikan pembekalan bagi para da‟i dan mu‟allim yang akan disebarkan ke kampung-kampung di sekitar pondok. Tujuan dari tazwidud duat antara lain : a) Memberikan bekal yang cukup pada para da‟i dan mu‟allim sebelum bertugas. b) Memberikan
pengarahan
bagi
da‟i
dan
mu‟allim
sebelum
bertugas. c) Memberikan da‟wah.
gambaran
seputar
kondisi
masyarakat
obyek
66
2) Pengkoordinasian Da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik dan jelas agar tujuan da‟wah dapat tercapai. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada hari Selasa tanggal 7 Desember 2009 pukul 16.00 WIB terhadap salah satu mu‟allim. Bahwa mengenai proses da‟wah dipegang oleh bagian da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah. Da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah mempunyai penguruspengurus yang terorganisir yang termuat dalam struktur organisasi yang sistematis dalam ruang lingkup bagian da‟wah yang mempunyai tugas masing-masing dalam pergerakan da‟wah agar di dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Struktur organisasi merupakan susunan yang menunjukkan hubungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya yang mempunyai hubungan kerjasama yang baik dan mempunyai kewajiban hak dan tanggung jawab sendiri dalam tata kerja untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Asatit bagian da‟wah menyatakan bahwa tugas-tugas dan tanggung jawab dalam organisasi dan wewenang yang telah ditentukan sehingga dengan adanya struktur organisasi dapat diketahui apa tugas dan wewenang para personal tersebut.
67
Bagian da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah selain memenuhi permintaan masyarakat untuk mengisi kajian-kajian umum, juga menerjunkan beberapa santri untuk membimbing TPA-TPA yang ada di sekitar pondok, kegiatan TPA tersebut diadakan setiap hari Selasa dan hari Jum‟at. Para mu‟allim tersebut mengemban amanah untuk mengurus TPA selama satu tahun. Kemudian sebelum habisnya masa tugas mereka diadakan kaderisasi kepada adik kelas berikutnya dan para pemuda, dengan mengikutkan mereka dalam mengurus TPA untuk sementara waktu. Jumlah yang ada adalah 38 sehingga kami membaginya menjadi 6 qobilah, yang mana masing-masing qobilah membawahi 7 sampai 10 tempat taklim. Sehingga hal itu memudahkan untuk pengkoordinasian dalam melaksanakan kegiatan bersama dan juga dalam penseragaman program-program yang digulirkan. Dalam menangani kasus, bagian da‟wah lebih mengedepankan musyawaroh dengan instansi yang terkait, semisal adanya komplen atau kesalahfahaman dengan salah satu masyarakat, maka pengurus bagian da‟wah langsung mengklarifikasikan dengan pengurus ta'mir yang bersangkutan. Adapun struktur bagian da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah sebagai berikut :
68
STRUKTUR BAGIAN DA‟WAH
PENANGGUNG JAWAB Direktur Pondok
PEMBIMBING
PELAKSANA Bag. da'wah IST
QOBILAH
USTMAN BIN AFFAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Poncowidodo Blagung Barat Candran Timur Cilak Candran Barat Gebang Karanggayam Begah Mojo Plambong
UMAR BIN KHOTTOB
ABU BAKAR
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Gumukrejo Joho Sucen Timur Sucen Barat Sirah Gumuk
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pule Terangan Kemel Grenjeng Gempolsari Patran Jemono
BILAL BIN ROBBAH
1. 2. 3. 4. 5.
Manggal Pengkol Jaweng Pantaran Kleben
ALI BIN ABI TOLLIB
1. 2. 3. 4.
Jaten Ngreni Supit Karangsalam
KHOLID
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Simo Tegalrejo Godean Babadan Babadan Baru Pelem
3) Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan bagian inti dari sebuah kegiatan dari perencanaan yang telah disusun. Menurut pengamatan penulis pada hari
69
Selasa tanggal 7 Desember 2009 pelaksanaan da‟wah berjalan sesuai yang diagendakan atau direncanakan. Jadwal pelaksanaan da‟wah No 1
Hari
Minggu
Selasa
I
2
Kamis
3
Selasa
4
Jum‟at
5
Selasa
6
Jum‟at
7
Selasa
8
Jum‟at
II
III
IV
Jadwal kegiatan pembelajaran Waktu 16.00 – 16.10
Kegiatan Pembukaan, hafalan doa dan surat pendek, presensi, Apersepsi
16.10 – 16.35
Membaca iqro‟ / Al Qur‟an
16.35 – 17.00
Materi
17.00 – 18.15
Istirahat + persiapan sholat Maghrib
18.15 – 19.00
Lanjutan materi + do‟a penutup
Jadwal materi yang hendak dicapai per semester No 1
Materi Do‟a-do‟a
Sub Materi Do‟a mau makan Do‟a masuk masjid dan terjemahannya Do‟a bermain
70
No 2
3
Materi
Sub Materi
Bacaan
Takbir dan posisi takbir yang benar dalam Islam
sholat
Dzikir ba‟da Sholat
Hadits
Hadits pertama dan penjelasan tentang hal tersebut
Surat Pendek
An Naas Al Fiil Al Qodar
4
Akhlaq
Sesama teman Adab mendengar adzan Adab menjenguk orang sakit
5
Bhs. Arab
Bacaan
6
Bacaan
Do‟a iftitah
Sholat
Dzikir ba‟da sholat Terjemah hadits pertama dan penjelasannya
7
Surat Pendek
Al Falaaq Al Fiil Al Qodar
8
9
Nasyid
Bismillah
Tahsin
Pengenalan tentang tajwid
Tahsin
Idzhar halqi & idghom bi ghunnah
Do‟a-do‟a
Kebaikan dunia akhirat dan terjemahnya Keluar masjid dan terjemahnya Terjemah do‟a bercermin
71
No 10
Materi
Sub Materi
Bacaan
Do‟a iftitah
Sholat
Dzikir ba‟da sholat Hadits kedua dan penjelasannya
11
Surat Pendek
Al Falaq Al Humazah Al Alaq
12
Tarikh
Siapakah Nabimu? Nabi penggembala kambing Da‟wah Rasulullah SAW ke Thaif
13
Do‟a-do‟a
Do‟a mau belajar Do‟a selesai wudhu Do‟a keluar rumah
14
Bacaan
Al Fatihah
Sholat
Dzikir ba‟da Sholat Terjemah hadits kedua dan penjelasannya
15
Hafalan Surat Al Ikhlas Al Humazah Al Alaq
16
Akhlaq
Adab belajar Adab dalam masjid Adab salam
17
Permainan
72
No
Materi
Sub Materi
18
Bhs. Arab
Kosa kata
19
Do‟a-do‟a
Terjemah do‟a mau belajar Terjemah do‟a selesai wudhu Terjemah do‟a keluar rumah
20
Bacaan
Rukuk (bacaan & posisi) yang benar sesuai Islam
Sholat
Dzikir ba‟da Sholat Hadits ketiga dan penjelasannya
21
Surat Pendek
Al Lahab Al Qori‟ah At Tiin
22
Do‟a-do‟a
Do‟a kepada kedua orang tua Do‟a masuk kamar kecil Do‟a masuk rumah
23
Bhs. Arab
Bacaan
24
Shirah
Siapakah bapak Nabi kita Nabi berdagang Kisah Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW
25
Do‟a-do‟a
Terjemah do‟a keluar kamar kecil Terjemah hadits ketiga dan penjelasannya
26
Bacaan
Sujud (bacaan & posisi) yang benar sesuai Islam
Sholat
Dzikir ba‟da sholat
73
No
Materi
Sub Materi Terjemah hadits ketiga dan penjelasannya
27
Surat Pendek
Al Lahab Al QOri‟ah At Tiin
28
Akhlaq
Pada orang tua Adab dalam berwudhu Adab minta izin
29
Nasyid
Allah Maha Esa
Tahsin
Tempat
Tahsin
tenggorokan
keluarnya
huruf
rongga
Idghom bilaghunnah, iqlab, ikhfa‟ 30
Bhs. Arab
Kosa kata
31
Nasyid
Tak lupa tugasku
Tahsin
Tempat keluarnya huruf lidah
Tahsin
Mim sukun dalam bab ikhfa‟ syafawi
32
Permainan
33
Wudhu
Praktek dengan bimbingan belajar
Tahsin
Tempat keluarnya huruf bibir
Tahsin
Mim sukun dalam bab ikhfa‟ syafawi
Do‟a-do‟a
Do‟‟a kafarotul majlis
34
Do‟a keluar WC dan terjemahnya Do‟a menjenguk orang sakit
mulut
dan
74
No 35
Materi
Sub Materi
Bacaan
I‟tidal (posisi & bacaan) yang benar menurut Islam
Sholat
Sujud sahwi Hadits keempat dan penjelasannya
36
Surat Pendek
An Nasr Az Zalzalah Alam Nasyrah
37
Shirah
Kisah tentang ibu Nabi Muhammad SAW Wahyu pertama Hijrah Rasulullah SAW
38
Akhlaq
Adab dalam najis Adab dalam WC Adab bertemu
39
Permainan
40
Do‟a-do‟a
Terjemah do‟a kafaratul majlis Mengulangi materi sebelumnya Terjemah do‟a menjenguk orang sakit
41
Bacaan
Pengulangan materi dari awal hingga akhir
Sholat
Sujud sahwi Terjemah hadits keempat dan penjelasannya
42
Surat Pendek
An Nasr Az Zalzalah Alam Nasyrah
75
No 43
Materi Shirah
Sub Materi Kisah tentang meninggalnya ayah Nabi SAW Beberapa orang yang pertama kali masuk Islam Perang badar
44
Bhs. Arab
Khiwar
45
Wudhu
Praktek dengan bimbingan pengajar
Tahsin
Tempat keluarnya huruf rongga hidung
Tahsin
Idhar syafawi
4) Pengawasan / Controling Di dalam sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan adanya pengawasan. Sasaran da‟wah Ponpes Islam Darusy Syahadah meliputi anakanak, remaja dan orang tua. Tentunya untuk mengetahui perkembangan da'wah perlu adanya sebuah kontrol atau pengawasan yang diharapkan sebuah control ini perkembangan da‟wah supaya stabil. Adapun upaya yang dilaksanakan dalam menjalankan sebuah kontrol ini dengan cara mengadakan perkumpulan para ta‟mir yang terlibat dalam da‟wah dalam waktu 1 bulan sekali dan para mu‟allim diberi tugas untuk mencatat jumlah muta‟allim dalam setiap bulannya.
76
ANGKET PERKEMBANGAN TA’LIMUL QURO’ NAMA DESA
: …………………………………….
NAMA MASJID
: …………………………………….
NAMA TA‟MIR
: …………………………………….
PENANGGUNG JAWAB TA‟LIM
: …………………………………….
NO. TELP / HP
: …………………………………….
DATA MUTA’ALLIM
Bapak-bapak
:
………………. Orang
Ibu-ibu
:
………………. Orang
Kibar
:
………………. Orang
Kibaroh
:
………………. Orang
Mutawasith
:
………………. Orang
Mutawasithoh
:
………………. Orang
Shighor
:
………………. Orang
Shighoroh
:
………………. Orang
KENDALA
Dalam Mengajar …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
Dalam bergaul dengan masyarakat …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
Barang yang dibutuhkan ……………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………….. Saran dan kritik untuk Bagian Da‟wah ……………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………..
77
2. Sosio Kultur Masyarakat sebagai Obyek Da'wah Membahas tentang peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da'wah di masyarakat, pelaksanaa da'wah harus mengetahui sosio kultur pada masyarakat, sebagai acuan dalam pelaksanaan da'wah dari mana dan kemana sasaran da'wah akan diarahkan. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan remaja masjid tanggal 1 Desember 2009 dapat diketahui bahwa Ponpes Islam Darusy Syahadah sangat berperan dalam kelangsungan pendidikan keagamaan di masyarakat. Kesungguhan da'wah Ponpes Islam Darusy Syahadah dapat merubah kultur masyarakat sekitar. Perubahan itu dapat dilihat dari hilangnya Islam Kejawen di tengah-tengah masyarakat. Tidak sampai di situ perjuangan da'wah Ponpes Islam Darusy Syahadah. Selain mengubah ajaran Islam Kejawen yang melekat pada masyarakat menjadi ajaran Islam yang kaffah, pondok pesantren juga berperan sebagai alat kontrol yang mana arus perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dapat berdampak pada pergeseran tata nilai pada masyarakat terutama di kalangan remaja. Agama Islam adalah agama yang sangat mementingkan pembentukan individu yang baik, untuk membentuk masyarakat yang baik. Da'wah untuk kepentingan dan kehidupan masyarakat karena tujuan da'wah untuk memperbaiki masyarakat dari virus-virus Barat adalah sudah jelas, bahkan da'wah ingin “ajaran Islam secara menyeluruh”. Tugas pelaksana da'wah atau da'i adalah hubungan masyarakat yang menyangkut aspek kehidupan yang
78
sangat rumit yang meliputi daya fikir, sikap hidup, tingkah laku, dan hal-hal yang menjadi pendorong dalam kehidupan. Dalam mengatasi hal ini seorang pelaksana da'wah harus faham benar tentang kondisi masyarakat yang menjadi sasaran da'wah, dan Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sangat memahami kondisi serta kultur masyarakat yang menjadi sasaran da'wah karena adanya dukungan dari sejumah masyarakat dan para tokoh agama. Dalam pelaksanaan da'wah
pastilah ada hambatan dan dukungan,
sebagaimana yang terjadi pada pelaksanaan da'wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah yang mana dukungan dan hambatan terjadi karena faktor internal dan eksternal. Gejala tersebut harus ditanggapi secara serius dan bijak agar tujuan da'wah tetap tercapai secara optimal.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Bentuk-bentuk Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam Pengembangan Da’wah di Masyarakat Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, analisis atas bentuk da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah mengandung beberapa unsur indikator yaitu : Program da’wah tahunan dan program rutin (continue). Untuk melihat secara nyata efektifitas bentuk da’wah terhadap peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kepuasan Masyarakat terhadap Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah memberikan pengaruh positif dalam perkembangan individu dalam lingkungan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam da’wah secara kontinue yang berlangsung dua kali dalam 1 (satu) minggu dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun. Gambaran masyarakat sekitar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam da’wah merupakan bukti bahwa manusia butuh agama untuk ketentraman. Antusiasme masyarakat yang tinggi pada jalannya da’wah merupakan kepuasan masyarakat terhadap da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sebagai bimbingan dan perbaikan dalam keagamaan di masyarakat.
79
80
Kepuasan masyarakat pada jalannya da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dapat dilihat dari sisi peningkatan prestasi anak di sekolah dalam bidang keagamaan. Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah selain sangat menunjang pendidikan bagi anak dalam keagamaan, da’wah pesantren juga sebagai alat kontrol laju perkembangan remaja dalam pergaulan. 2. Perubahan Kultur (Kebudayaan) Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Dalam kehidupan di masyarakat, perkembangan pola berfikir masyarakat akan mengalami perubahan yang dapat mengubah tata nilai dan kultur masyarakat. Dengan adanya arus globalisasi yang serba modern mempunyai dampak positif dan negatif. Dalam kehidupan bermasyarakat terutama di kalangan remaja, hal yang bersifat negatif yang datang dari Barat biasanya akan cepat diadopsi. Berdasarkan data yang penulis peroleh, da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sebagai pembimbing dan pengarah pada suatu hal yang baik, sehingga budaya di kalangan remaja akan mengalami pergeseran seiring dengan pengaruh daya tarik pondok pesantren yang dirasa relatif ideal bagi sikap hidup di masyarakat, sehingga kedudukan pondok pesantren dalam kultural relatif lebih kuat dari pada kultur yang diajarkan oleh nenek moyang di masyarakat sekitar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. Pendidikan da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sebagai means, alat perubah, perbaikan, dan transformasi sosial yang
81
mengarahkan diarahkan untuk mengakomodasi budaya lokal dan berorientasi ke depan. Dalam kebudayaan di masyarakat, kekuatan asimilasi kiai dengan gaya asketik nya secara tidak sadar telah terlibat dalam proses penyesuaian terus menerus antara tata nilai yang ada di masyarakat dan nilai-nilai baru yang menyentuhnya. Bagi masyarakat sekitar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, pendidikan yang diberikan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah pada masyarakat merupakan pendidikan yang memberi kekuatan spiritual pada masyarakat terutama dalam mengatasi kesulitan. Sebagai contoh pendidikan keagamaan dalam da’wah dapat membuat kesulitan masyarakat dalam mengatasi kenakalan remaja yang sulit terkontrol. 3. Peningkatan Amal Ibadah Masyarakat di Sekitar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan masyarakat, sehingga amal ibadah yang dilakukan masyarakat akan terus mengalami peningkatan baik hablu minallah dan hablu minannas. Dalam kehidupan baik individu atau masyarakat cenderung melakukan amal ibadah untuk ketenangan dan ketentraman batin, karena pada fitrahnya manusia cenderung membutuhkan agama. Masyarakat akan mengalami peningkatan dalam amal ibadah jika didukung dengan pendidikan keagamaan yang kontinyu.
82
Dalam peningkatan amal ibadah masyarakat mengalami beberapa proses yaitu mengenal, meniru, mengikuti. Sebagai contoh, sholat sunat, puasa sunat, infaq, shodaqoh, zakat, dan lain-lin diberikan dalam pembelajaran sehingga masyarakat dapat mengenal dan memahami hikmah dan manfaat yang akan didapat jika mengikuti / melaksanakan dengan iklas. 4. Respon Tokoh Masyarakat terhadap Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Tokoh
masyarakat
memperlihatkan
dukungannya
terhadap
jalannya da’wah. Eksistensi da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sangat berpengaruh terhadap pendidikan di masyarakat. Selain para santri mentransfer ilmu, Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah merupakan lembaga yang mencetak generasi penerus pelaksana da’wah / da’i yang mana lulusan / alumni dari pondok pesantren akan menjadi pengurus atau pendiri pondok sebagai implementasi ilmunya. Tapi sebagian dari alumni akan menjadi tokoh agama di masyarakat sebagai pelaksana da’wah di tempatnya masing-masing. Dalam pelaksanaan da’wah, tokoh masyarakat memberikan dukungan penuh karena kontribusi
Pondok Pesantren Islam Darusy
Syahadah sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kontribusi
Pondok
masyarakat antara lain :
Pesantren
Islam
Darusy
Syahadah
di
83
a. Memelihara Tradisi Santri dan kiai Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah tetap eksis dalam
pemeliharaan lingkungan keislaman. Eksistensi Pondok
Pesantren Islam Darusy Syahadah di masyarakat sebagai pemelihara tradisi yang menjadi ciri khas Islam itu sendiri. b. Mentransfer Ilmu Agama Islam Kebedaraan Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah yang paling menonjol adalah mentransfer ilmu agama sebagai pendidikan masyarakat dalam peningkatan pengetahuan keagamaan. c. Memberikan Kesadaran Indentitas Budaya Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah memberikan penanaman watak humanistik pada masyarakat melalui ilmu tauhid, akhlaq, fiqih, sejarah secara bertahap.
B. Analisis Sistem Manajemen Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Berdasakan data yang terkumpul dari informasi wawancara dan dokumentasi Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah di masyarakat, Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah memberikan tugas kepada bagian da’wah untuk melaksanakannya. Bagian da’wah dinilai berhasil dalam mengemban tugas, karena pengembangan da’wah di masyarakat bagian da’wah menggunakan manajemen dalam menjalankannya. Dalam menerapkan manajemen dalam da’wah, bagian da’wah menggunakan
84
fungsi manajemen. Adapun fungsi manajemen yang dilaksanakan bagian da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah meliputi : 1. Perencanaan Berdasarkan data yang diperoleh penulis, perencanaan da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dilihat dari teori perencanaan da’wah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sudah memenuhi beberapa unsur perencanaan, yaitu adanya jadwah da’wah, sudah ada rancangan materi, dan adanya program jangka pendek, menengah dan jangka panjang. 2. Pelaksanaan Berdasarkan data yang penulis peroleh, da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dilihat dari sudut metode pembelajaran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah masih menggunakan sistem lama atau tradisional, yaitu ceramah dan halaqoh. Tapi hal itu masih relevan, karena tidak mengurangi antusiasme masyarakat. 3. Pengkoordinasian Berdasarkan data yang penulis dapat, da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dilihat dari sistem actuating sudah berjalan dengan baik. Setiap bagiannya mempunyai tugas dan fungsi masingmasing yang mendukung bagian yang lain. 4. Pengkontrolan Berdasarkan data yang penulis temukan di lapangan, da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah sudah memenuhi sistem
85
kontroling, karena setiap bulannya medan da’wah selalu dikontrol oleh bagian da’wah, yaitu dengan menyebarkan angket pada masyarakat dan datang langsung ke lokasi da’wah dan melakukan komunikasi dengan ta’mir masjid guna mengetahui jalannya da’wah.
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah 1. Faktor Pendukung Da’wah di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, banyak hal yang menjadi pendukung adanya da’wah yang diadakan Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, baik itu dari dalam pondok itu sendiri maupun dari lingkungan luar pondok, yang kedua-duanya sangat penting dan saling melengkapi. Yang mana da’wah ini sangat mustahil akan berjalan tanpa adanya dukungan antara keduanya. Faktor pendukung da’wah ini terdapat 2 (dua) faktor, yaitu : a. Internal Beberapa faktor yang menjadi pendukung dari dalam itu adalah sebagai berikut : 1) Adanya asatidzah yang senantiasa mengadakan ta’lim rutin baik itu mingguan maupun bulanan ke berbagai pelosok desa dan penjuru kota. Yang mana asatidzah ini tidak mengharapkan sesuatu apapun dari masyarakat kecuali hanya agar mereka menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. Karena itu adalah risalah
86
da’wah yang dulu pernah diemban oleh para ambiyak (para Nabi). Sehingga ini menajdi salah satu faktor yang menimbulkan simpatik para masayrakat terhadap da’wah yang diselenggarakan pondok. 2) Para santri yang tulus ikhlas menjalankan amanah da’wah yang dibebankan pada pundak mereka. Para santri menjadi patner para asatidzah dalam menjalankan da’wah ini. Mudah-mudahan inilah yang menyebabkan adanya hidayah dan taufiq yang senantiasa dicurahkan pada kita, dan pertolongan dari Allah. 3) Sarana dan prasarana yang memadai sebagai penunjang jalannya da’wah baik dari pesantren maupun dari santrinya. b. Eksternal 1) Para tokoh masyarakat yang selalu mendukung adanya da’wah ini dan ikut berpartisipasi dalam menjalankan da’wah. Meskipun tidak semua tokoh masyarakat mendukung adanya da’wah yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah, namun tidak sedikit yang simpatik terhadap adanya da’wah ini. Begitu juga pada madu’ baik dari kalangan bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak yang sangat simpatik terhadap programprogram yang diadakan bagian da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. 2) Ketersediaan sarana dari masyarakat sebagai tempat pelaksanaan da’wah.
87
2. Faktor Penghambat Da’wah di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Begitu juga dengan faktor penghambat da’wah ini ada yang dari dalam dan dari luar. a. Internal 1) Kurangnya ilmu yang kami (asatidz) miliki, sehingga ini menjadi penghambat adanya da’wah. Diantaranya kurang lihai dalam menyampaikan materi pada masyarakat
sehingga mungkin
menjadikan adanya kekurang puasan di hati para muta’alim. 2) Sedikitnya waktu yang kami (asatidz) gunakan untuk da’wah keluar lingkup pondok. Dengan adanya keterbatasan waktu yang kami miliki ini menyebabkan kurangnya maksimal permintaan da’wah yang mereka ajukan pada kami. 3) Jumlah kami (asatidz) yang sangat terbatas, sehingga sangat sedikit sekali masyarakat yang mendapat sentuhan da’wah kami. Bahkan kami tidak sanggup memenuhi permintaan da’wah yang mereka ajukan pada kami. b. Eksternal 1) Adanya isu terorisme. Sungguh kami dalam keaadaan terdzolimi, banyak opini yang menyerang kepada kita dengan adanya pembusukan karakter yaitu dengan menuduh kami (Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah) sebagai teroris. Yang semua ini menyebabkan masayrakat yang tidak tahu menahu menjadi takut kepada kami karena terbius dengan media masa. Sungguh kami
88
tertuduh sebagai teroris, dan ini belum pernah terbukti bahwa kami teroris dan mudah-mudahan ini tidak akan pernah terbukti. 2) Media masa yang berusaha memojokkan dengan cara menuduh para santri sebagai teroris yang menyebabkan takutnya masyarakat pada pondok pesantren. 3) Orang-orang kafir yang senantiasa membuat makar untuk mematikan da’wah kita, bahkan Allahpun telah mengabarkan kepada kita dalam Al-Qur'an bahwa orang kafir tidak akan pernah ridha terhadap orang Islam, sampai orang Islam mengikuti mereka.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang terkumpul dari informasi baik wawancara, observasi, dan dokumentasi yang penulis peroleh, peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah terbagi menjadi dua, yaitu program tahunan dan program da’wah rutin. Program da’wah rutin dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 bentuk da’wah, yaitu TPA, ta’lim, dan ceramah yang berjalan secara optimal, sehingga peran Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam da’wah di masyarakat cukup tinggi. Berdasarkan data dan wawancara di lapangan, da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah berlangsung dengan optimal. Sebagai contoh : Kepuasan masyarakat terhadap da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah terjadi peningkatan ibadah yang signifikan di kalangan masyarakat, perubahan budaya di masyarakat yang jauh lebih baik, respon positif dari tokoh masyarakat pada da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah. 2. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam sistem manajemen da’wah yang dilaksanakan bagian da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah
sudah
berjalan
sesuai
89
dengan
fungsinya,
sehingga
90
pengembangan da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah berlangsung secara efektif, tepat sasaran, dan mencapai tujuan yang optimal. 3. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah terdapat faktor pendukung dan penghambat yang mana dari keduanya terdapat faktor yang intern dan ekstern, dalam hal ini Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah bersama masyarakat sekitar berkomunikasi aktif dalam menghadapi problmetika da’wah dan ruang lingkup masyarakat.
B. Saran Berdasarkan data yang penulis peroleh, penulis dapat memberikan saran-saran kepada : 1. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah a. Pondok pesantren sebagai lembaga pencetak da’i harus lebih inovatif dalam sistem da’wah, karena kebutuhan masyarakat akan terus meningkat seiring perkembangan jaman yang menggeser tata nilai dan budaya masyarakat. b. Para pelaksana da’wah Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah harus lebih mengoptimalkan efektifitas manajemen da’wah dalam mempertahankan medan da’wah, itu dapat dilakukan dengan pengontrolan yang lebih diperketat dan komunikasi yang baik dengan masyarakat.
91
c. Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah harus memberi fasilitas yang memadai agar medan da’wah dapat menjangkau lebih luas. 2. Tokoh Agama / Masyarakat a. Memberikan dukungan pada Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah dalam pengembangan da’wah di masyarakat sebagai pendidikan di masyarakat, b. Berkomunikasi aktif dengan Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah jika terjadi salah faham / salah pengertian dalam penyampaian da’wah para santrinya. 3. Masyarakat a. Berpartisipasi aktif dalam jalannya da’wah sebagai respon positif terhadap da’wah pada pendidikan, perbaikan dan pengarahan di masyarakat. b. Membantu sarana dan prasarana seperti halnya media pembelajaran, perpustakaan
mini,
dan
lain-lain
sebagai
penunjang
dalam
pengembangan da’wah demi berlangsungnya pendidikan pada anak dan para remaja yang pada saat ini membutuhkan pegangan yang kuat atas terjadinya pergeseran tata nilai di kalangan masyarakat terutama pada remaja. c. Memberi motivasi kepada anaknya agar ikut aktif dalam proses belajar mengajar di tempat ta’lim atau TPA.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, PBM – PAI di Sekolah Eksisten dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Baulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2004. Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah; Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta, 2003. Dhofier, Zamakhsari, Tradisi Pesantren, LP3ES, Yogyakarta, 1980. Hadi, Sutrisno, Metododologi Research Jilid II, Andi Offset, Yogyakarta, 1995. Hasyim, Yusuf, Dinamika Pesantren, Perhimpunan Perkembangan Pesantren dan Masyarakat (L3M), Jakarta, 1988. Online : http://www.sociocultural.com Ibrahim bin Abdullah Al-Muthaq, Seni Dakwah, Insan Madani, Yogyakarta, 2000. Moleong, Lexy. J., Metodologi Pendidikan Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2003. Muhammad Nuh, Sayyid, Da’wah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah, Era Intermedia, Solo, 2000. Muhammad Nuh, Asy-Sayyid, Da’wah Tarbiyah wal Jama’ah, Dar Al-Wafa’, Solo, 2003. Nafi’i, M. Dian., Abd. A’la., Hindun Anisah, Abdul Aziz, Abdul Muhaimin Najamudi, Metode Dakwah menurut Al-Qur'an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007. Oemar, Toha Yahya, Ilmu Da’wah, Wijaya, Jakarta, 1983. Poerwadarminta, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 2006.
Saleh, Rasyid, Manajemen Da’wah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1997. Saleh, Sonhaji, Dimanika Pesantren, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Jakarta, 1988. Zuebaidi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Forum Pesantren, Instate for Training and Development (ITD), Yogyakarta, 2007.