PERAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DALAM MEMODERASI PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Marfuah dan Kandera Rineko Nindya Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Email:
[email protected] No. HP: 081578700383 Abstracts
The purpose of this study was to test the effect of the financial performance towards firm value and the role of corporate social responsibility disclosure, managerial ownership and institutional ownership in moderating the relationship between the financial performance toward firm value. Samples were selected using purposive sampling technique of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange from 2012 to 2014. The total sample selected was 89. Based on an analysis of four (4) regression models it can be concluded that financial performance significantly effects firm value in a positive direction. This means that if the financial performance increased, firm value would be also increased. The study also founded that managerial ownership could be strengthen positive effect the financial performance on firm value. While corporate social responsibility disclosure and institutional ownership did not successful strengthen positive effect the financial performance on firm value. Keywords: financial performance, firm value, managerial ownership, institutional ownership. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dan peran pengungkapan CSR, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dalam memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposing sampling dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai 2014. Jumlah sampel terpilih sebanyak 89. Berdasarkan analisis dari 4 (empat) model regresi disimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya apabila kinerja keuangan meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan manajerial bisa memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai 1
perusahaan. Sementara pengungkapan corporate social responsibility dan kepemilkan institusional tidak berhasil memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kata kunci: kinerja keuangan, nilai perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional. PENDAHULUAN Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Ishaluddin, 2008). Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan adalah nilai laba masa yang akan datang di ekspektasi yang dihitung kembali dengan suku bunga yang tepat (Winardi, 2001). Tingginya nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran secara maksimum kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Semakin tinggi harga pasar saham berarti kemakmuran pemegang saham semakin meningkat. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu yang menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas (Jumingan, 2006). Kinerja keuangan suatu perusahaan menunjukkan kaitan yang cukup erat dengan penilaian mengenai sehat atau tidak sehatnya suatu perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai perusahaan akan tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Untuk itu bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan dari kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan mempunyai fungsi sebagai 2
sarana
informasi,
alat
pertanggungjawaban
manajemen
kepada
pemilik
perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004). Para pelaku pasar modal seringkali menggunakan informasi tersebut sebagai tolak-ukur atau pedoman dalam melakukan transaksi jual beli saham suatu perusahaan. Laporan keuangan dijadikan sebagai salah satu alat pengambilan keputusan yang andal dan bermanfaat, sebuah laporan keuangan haruslah memiliki kandungan informasi yang bernilai tinggi bagi penggunanya (Raharjo, 2005). Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya tetapi dengan hasil yang tidak konsisten. Earning power nilai perusahaan ditentukan oleh asset perusahaan (Ulupui, 2007). Hasil positip earning power menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positip signifikan terhadap return saham satu period eke depan. Penelitian Makaryawati (2002) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positip terhadap nilai perusahaan. Namun hasil yang berbeda diperoleh Suranta dan Pranata (2004) yang menemukan bahwa ROA berpengaruh negatip terhadap nilai perusahaan. Hasil yang tidak konsisten ini kemungkinan ada faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini akan menguji kembali pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Dimasukkannya CSR sebagai variabel pemoderasi dalam penelitian ini dengan argumen bahwa kondisi keuangan tidak cukup menjamin nilai perusahaan untuk tumbuh secara berkelanjutan. Berdasar perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan
3
nilai
perusahaan.
memaksimalkan
Perusahaan
kekuatan
akan
memperoleh
keuangannya
dalam
legitimasi
jangka
sosial
panjang
dan
melalui
penngungkapan CSR (Maemunah, 2005). Suatu perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi seharusnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan secara transparan. Namun pada realitanya masih banyak perusahaan yang
belum
melaksanakannya
secara
transparan.
Masyarakat
berharap
perusahaan tidk hanya bertanggungjawab kepada investor dan manajemen, tetapi juga pada masyarakat yang lebih luas (Yuniasih dan Wirakusuma, 2008). Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan, seringkali timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang sering disebut agency problem. Setyapurnama dan Norpratiwi (2004) menyatakan bahwa hubungan keagenan
dapat
berkepentingan
menimbulkan mempunyai
masalah
tujuan
pada
yang
saat
berbeda.
pihak-pihak Pemegang
yang saham
menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepatnya atas investasi yang mereka
tanamkan,
sedangkan
manajer
menginginkan
kepentingannya
diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dengan menyelaraskan
kepentingan
anatara
manajer
dengan
pemegang
saham.
Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Menurut penelitian Christiawan dan Tarigan (2007) menyatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang tinggi akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Manajer akan bertindak secara hati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka akan turut menanggung risiko atas keputusan yang diambil. Peran kepemilikan institusional dalam meminimalisasi konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham juga dinyatakan oleh Jensen dan Meckling
4
(1976). Kepemilikan institusional dalam porsi yang besar juga mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika lembaga institusi mampu menjadi alat pemonitoran yang efektif. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran pengungkapan Corporate Social Responsibility, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan di Indonesia. PENELITIAN TERDAHULU DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas terutama Return on Equity (ROE) karena rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Perusahaan yang mempunyai ROE tinggi akan dapat menarik banyak investor dalam melakukan investasi untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. Apabila perusahaan berhasil membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini akan memotivasi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham sehingga harga saham dan permintaan akan sahampun akan meningkat. Peningkatan permintaan harga saham akan berpengaruh pada kenaikan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman (2007) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Demikian juga penelitian Savitri (2012) menemukan
bahwa ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 5
H1 : Kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan CSR Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Pengungkapan CSR sebagai salah satu strategi perusahaan dapat dilakukan untuk memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal. Perusahaan dapat memaksimalkan modal pemegang saham, reputasi perusahaan, dan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dengan menerapkan CSR. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987). Penelitian Savitri (2012) dan Puspasari (2013) menghasilkan temuan yang sama bahwa pengungkapan CSR mampu memperkuat pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena selain kinerja keuangan, hal yang turut dipertimbangkan investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan adalah adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan. Pengungkapan CSR diharapkan akan menjadi nilai tambah yang akan meningkatkan kepercayaan para investor bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan (sustainable). Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan CSR dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR. Mereka akan membeli produk yang sebagian laba dari produk tersebut disisihkan untuk kepentingan lingkungan sosial, misalnya untuk beasiswa, pembangunan fasilitas masyarakat, program pelestarian lingkungan, dan lain sebagainya. Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan, selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian nilai ROE akan meningkat sehingga akan menarik perhatian para investor untuk berinvestasi serta berpengaruh bagi peningkatan kinerja saham di bursa efek.
6
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2: Pengungkapan CSR memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Menurut pemegang
Wahyudi
saham
dan
dan
Pawestri
manajemen
yang
(2006),
penyatuan
merupakan
kepentingan
pihak-pihak
yang
mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah keagenan. Masalah keagenan dapat dikurangi dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Gray et al. (1998) menyatakan bahwa hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan akan diperkuat oleh kepemilikan manajerial karena semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada
perusahaan,
maka
manajemen
cenderung
lebih
giat
untuk
mensejahterahkan kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri. Dengan adanya motivasi tersebut, maka manajer akan berusaha semaksimal mungkin untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Jika kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan kinerja perusahaan, dan dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan. Penelitian Rahayu (2010) menyimpulkan bahwa interaksi antara ROE dengan Good Corporate Governance (GCG) yang di proksikan dengan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Demikian juga penelitian Wijaya dan Linawati (2012) menemukan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumusakan hipotesis penelitian sebagai berikut. H3: Kepemilikan Manajerial memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. 7
Kepemilikan Institusional Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalu proses monitoring secara efektif oleh pihak eksternal sehingga dapat mencegah tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi oleh institusi akan
memudahkan
pengendalian
terhadap
perusahaan,
sehingga
akan
berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Investor institusional akan memantau secara profesional perkembangan investasi yang ditanamkan pada perusahaan dan memiliki tingkat pengendalian yang tinggi terhadap tindakan manajemen. Hal ini memperkecil potensi manajemen untuk melakukan kecurangan
sehingga
kepemilikan
kepentingan
manajemen
dan
institusional
kepentingan
dapat
stakeholder
menyelaraskan lainnya
untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Wijaya dan Linawati (2015) menyimpulkan bahwa interaksi antara ROE dengan GCG yang diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H4: Kepemilikan Institusional memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian yang menggambarkan hubungan antara variabel independen, variabel pemoderasi dan variabel dependen disajikan pada gambar 1 berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Kinerja Keuangan
• Nilai Perusahaan
•
Variabel Pemoderasi
• Pengungkapan Corporate Social Responsibility • Kepemilikan Manajerial • Kepemilikan Institusional
8
Gambar 1 Kerangka Penelitian METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014. Metode pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
2.
Tersedia data publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan sampel di www.idx.co.id secara berturut-turut selama periode 2012-2014.
3.
Tersedia semua data yang dibutuhkan dalam penelitian secara berturut-turut selama periode 2012-2014. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih sampel sebanyak 37 perusahaan per
tahun atau 111 untuk 3 tahun. Dari 111 sampel, terdapat data outlier sebanyak 22 sehingga terpilih sampel final sebanyak 89. Proses pemilihan sampel disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel No Keterangan 1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. 2 Publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan sampel tidak tersedia di www.idx.co.id secara berturutturut selama periode 2012-2014. 3 Tidak tersedia semua data yang dibutuhkan dalam penelitian secara berturut-turut selama periode 20122014. Jumlah perusahaan sampel (per tahun)
Jumlah 141
Total perusahaan sampel tahun 2012-2014 Jumlah data outlier Total sampel akhir Sumber : Data Diolah, 2016
111 (22) 89
(13) (91) 37
9
Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan. Sumber data diperoleh dari website www.idx.co.id. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi yaitu dengan mempelajari atau menelaah dokumen-dokumen atau sumber-sumber tertulis serta arsip-arsip lainnya yang sesuai dengan topik penelitian. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari 3 (tiga), yaitu variable independen, pemoderasi dan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE. Variabel pemoderasi terdiri dari pengungkapan CSR, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q yang dikembangkan oleh White et al. (2002). Nilai Tobin’s Q diukur dengan rumus:
Keterangan : EMV: Equity Market Value
yang
dihitung
dengan
mengalikan
Harga
penutupan saham dengan Jumlah saham yang beredar. D
:Debt adalah nilai buku dari total hutang
EBV
: Equity Book Value adalah
nilai buku dari total aktiva
Kinerja Keuangan (ROE) Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on equity (ROE) yang dihitung dengan rumus: ROE = Laba bersih setelah pajak
X 100%
Total Ekuitas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Informasi mengenai CSR didasarkan pada standar Global Reporting Initiative (GRI) versi G3 yang terdiri dari 79 item indikator. Variabel pengungkapan CSR 10
menggunakan perhitungan Corporate Social Responsibility Index (CSRI). Setiap item CSRI diberi nilai 1 apabila diungkapkan, dan nilai 0 apabila tidak diungkapkan. Adapun rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut:
Keterangan: CSRIj = corporate social responsibility index peusahaan j Xij
= jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j
nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj < 79 Kepemilikan Manajerial (MOWN) Kepemilikan manajerial diukur sebagai persentase saham yang dimiliki oleh insider atau manajemen yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: MOWN = Jumlah saham yang dimiliki Manajemen
X 100%
Jumlah saham yang beredar Kepemilikan Institusional (INST) Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh pihak institusi yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: INST = Jumlah saham yang dimiliki institusi
X 100%
Jumlah saham yang beredar Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang terdiri dari 4 model sebagai berikut: Tobin’s Q = a + b1 ROE + e…………………………………………………….(1) Tobin’s Q = a + b1 ROE + b2 CSR + b3 ROE*CSR + e………………………..(2) Tobin’s
Q
=
a
+
b1
ROE
+
b2
MOWN
+
b3
ROE*MOWN
+
e…………………………(3) Tobin’s Q = a + b1 ROE + b2 INST + b3 ROE*INST + e……………………………(4) Keterangan : Tobin’s Q
= Nilai Perusahaan 11
a
= Konstanta
b1, b2, b3
= Koefisien regresi
ROE
= Kinerja keuangan
CSR
= Pengungkapan CSR
MOWN
= Kepemilikan Manajerial
INST
= Variabel Kepemilikan Institusional
e
= Error
Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah Ho ditolak jika nilai signifikansi t <α = 5% dan koefisien regresi mempunyai arah sesuai dengan yang diprediksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menggambarkan data masing-masing variabel meliputi nilai mean, minimum, maksimum, dan standar deviasi. Hasil deskriptif statistik disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2 Deskriptif Statistik n TOBIN'S Q ROE CSR MOWN INST
89 89 89 89 89
Minimu Maximu m m ,39 1,38 -,54 1,67 ,03 ,65 ,0001 ,2777 ,32 ,96
Mean ,6757 ,0661 ,1529 ,049243 ,6962
Std. Deviation ,23902 ,26362 ,11564 ,0746474 ,17406
Sumber : Data Diolah, 2016 Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui Variabel Tobin’s Q mempunyai nilai standar deviasi 0,23902 yang lebih rendah dari nilai mean yaitu 0,6757. Hal ini menandakan bahwa variabel nilai perusahaan bersifat homogen. Variabel ROE mempunyai nilai mean dan standar deviasi secara berturut-turut adalah 0,0661 dan 0,26362 yang mengindikasikan bahwa variabel ini bersifat heterogen. Dengan
12
mean sebesar 0,0661 menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan sampel dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri adalah sebesar 6,61%. Variabel CSR mempunyai nilai mean sebesar 0,1529 artinya bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sampel masih rendah yaitu sebesar 15,29%. Dengan nilai standar deviasi sebesar 0,11564 yang lebih rendah daripada nilai mean menunjukkan bahwa variabel CSR bersifat homogen. Nilai Mean dari variabel kepemilikan manajerial (MOWN) sebesar 0,049243 menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan saham oleh manajemen pada perusahaan sampel masih tergolong rendah yaitu sebesar 4,9243%. Variabel kepemilikan manajerial mempunyai nilai mean dan standar deviasi berturut-turut sebesar 0,049243 dan 0,0746474 yang menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial bersifat heterogen. Sementara nilai mean dan standar deviasi variabel kepemilikan institusional (INST) adalah 0,6962 dan 0,17406 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional bersifat homogen. Variabel kepemilikan institusional mempunyai mean yang cukup tinggi yaitu sebesar 69,62%. Uji Asumsi Klasik Langkah berikutnya adalah melakukan uji asumsi klasik model regresi yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji statistik kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas data dengan Kolmogorof Smirnov Test pada tahap pertama untuk sampel 111 perusahaan menunjukkan bahwa ke-empat model regresi tidak lolos uji normalitas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 untuk semua model regresi seperti disajikan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Tahap 1 Model 1
Model 2
Model 3
Model 4
N
111
111
111
111
Kolmogorov-Smirnov Z
2,303
2,209
2,301
2,043
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000
,000
,000
,000
13
Sumber : Hasil olah data, 2016. Untuk memperoleh data yang normal, maka tahap kedua adalah membersihkan data outlier sebanyak 22, sehingga sampel final yang diuji sebanyak 89. Dari hasil uji kolmogorov-smirnov tahap 2 dihasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk keempat model regresi mempunyai nilai di atas 0,05 seperti ditunjukkan pada tabel 4. Hasil ini menunjukkan bahwa keempat model regresi lolos uji normalitas data sehingga data
dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya. Tabel 4 Hasil Uji Normalitas tahap 2 Model 1
Model 2
Model 3
Model 4
N
89
89
89
89
Kolmogorov-Smirnov Z
1,122
,962
1,253
1,079
Asymp. Sig. (2-tailed)
,161
,313
,087
,195
Sumber : Hasil olah data, 2016.
Hasil uji multikolinieritas dilakukan pada model regresi 2 sampai dengan 4, sedangkan model regresi 1 tidak dilakukan uji multikolinearitas karena model regresi 1 hanya memasukkan 1 (satu) variabel independen dalam model.
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa semua nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Hasil ini mengindikasikan ketiga model regresi tersebut lolos uji multikolinearitas. Artinya bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini terbebas dari gejala multikolinieritas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Hasil uji heteroskedastisitas
menunjukkan
bahwa seluruh nilai signifikansi di atas 0,05. Hasil menandakan bahwa tidak
14
terdapat gejala heteroskedastisitas pada keempat model regresi sehingga model regresi dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan model regresi disajikan pada tabel 5 berikut: Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis Unstandardized Model
Variabel
Coefficients
T Statistik
Sig. t
Adjusted
F
R Square
Statistic
,322
42,817
Sig. F
Kesimpulan
B Model
(Constant)
,641
29,812
,000
1
ROE
,521
6,543
,000
(Constant)
,574
15,779
,000
Model
ROE
,596
2,615
,011
Ha
2
CSR
,458
2,208
,030
didukung
CSR*ROE
-,573
-,454
,651
(Constant)
,643
25,597
,000
Model
ROE
,396
4,229
,000
3
MOWN
-,414
-1,162
,249
MOWN*ROE
6,639
2,376
,020
(Constant)
,783
8,412
,000
Model
ROE
,550
2,994
,004
Ha
4
INST
-,181
-1,397
,166
didukung
INST*ROE
-,018
-,070
,944
,348
16,658
,000
Ha didukung
,000
Ha didukung ,351
,298
16,851
14,172
,000
,000
Sumber: Hasil olah data, 2016 Berdasarkan tabel 5 di atas maka dapat dinyatakan keempat model persamaan regresi berikut: Persamaan 1: Tobin’s Q= 0,641 + 0,521ROE Persamaan 2: Tobin’s Q= 0,574 + 0,596ROE +0,458CSR -0,573CSR*ROE Persamaan 3: Tobin’s Q= 0,643 + 0,396ROE –0,414KM +6,639KM*ROE Persamaan 4: Tobin’s Q= 0,783 + 0,550ROE –0,181KI -0,018KI*ROE 15
tidak
tidak
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Besarnya koefisien ROE yaitu 0,521 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis pertama penelitian ini
didukung. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kinerja keuangan akan meningkatkan nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas, terutama ROE, karena rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Apabila ROE yang dihasilkan perusahaan tinggi, maka akan dapat menarik banyak investor dalam melakukan investasi untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. Apabila perusahaan berhasil membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini akan memotivasi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham, sehingga permintaan akan saham dan harga saham pun akan meningkat. Peningkatan permintaan harga saham akan berpengaruh pada kenaikan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Rahman (2007) yang menyatakan bahwa pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan CSR Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Hipotesis kedua penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan CSR memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Besarnya koefisien interaksi CSR dan ROE (CSR*ROE) yaitu -0,573 dan nilai signifikansi sebesar 0,651. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak
16
berhasil memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis kedua penelitian ini tidak didukung. Hasil penelitian ini tidak mampu membuktikan bahwa pengungkapan CSR memperkuat pengaruh positif kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Gray et al. (1987) yang menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham. Tidak didukungnya hipotesis kedua tersebut kemungkinan disebabkan karena investor dalam membuat keputusan investasinya tidak melihat seberapa luas perusahaan telah melakukan pengungkapan CSR.
Hal ini juga dapat
dicermati dalam Undang-undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 Bab IV mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan pengungkapan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan pengungkapan CSR, maka perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian ini sesuai penelitian Purwaningsih dan Wirajaya (2014) yang menyimpulkan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memperkuat pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Hipotesis ketiga penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Besarnya koefisien interaksi kepemilikan manajerial dan ROE (MOWN*ROE)
17
yaitu 6,639 dan nilai signifikansi sebesar 0,020. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berhasil memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis ketiga penelitian ini didukung. Hal ini berarti bahwa semakin besar persentase kepemilikan manajerial yang dimiliki suatu perusahaan akan meningkatkan pengaruh positip antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial akan memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan karena semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk mensejahterahkan kepentingan pemegang saham, yang mana para manajer termasuk di dalamnya (Gray et al.,1998). Dengan adanya motivasi tersebut, maka manajer akan berusaha semaksimal mungkin untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Oleh karena itu keberadaan manajer yang sekaligus pemegang saham perusahaan diharapkan
mmeningkatkan kinerja perusahaan. Dengan
meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Rahayu (2010) yang menyimpulkan bahwa interaksi antara ROE dengan GCG yang di proksikan dengan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Wijaya dan Linawati (2012) yang menemukan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu jika kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen meningkat diharapkan akan mendorong kinerja perusahaan juga akan akan meningkat, dan dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan. Kepemilikan Institusional Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
18
Hipotesis keempat penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional memperkuat hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Besarnya koefisien regresi interaksi kepemilikan institusional dan ROE (INST*ROE)
yaitu -0,018 dan nilai signifikansi sebesar 0,944. Hasil ini
menujunkkan bahwa kepemilikan institusional tidak berhasil memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan sehingga hipotesis keempat penelitian ini tidak didukung. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya kepemilikan institusional tidak akan meningkatkan hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan temuan
Wijaya dan Linawati
(2015) menyimpulkan bahwa interaksi antara ROE dengan GCG yang diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Hal ini dikarenakan pemilik mayoritas institusi ikut dalam pengendalian perusahaan sehingga cenderung bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan minoritas di dalam perusahaan. Adanya kecenderungan tersebut membuat terjadinya ketidakseimbangan dalam penentuan arah kebijakan perusahaan yang pada akhirnya hanya akan menguntungkan pihak pemegang saham mayoritas saja (institutional ownership). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Savitri (2012) yang menyimpulkan bahwa interaksi antara ROE dengan GCG yang diproksikan dengan kepemilikan institusional tidak mampu mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini kemungkinan terjadi ketika dalam situasi pemegang saham dengan klaim kecil maka terdapat kesempatan yang kecil pula bagi pemegang saham untuk memonitor manajemen perusahaan. Ini berarti kepemilikan instutisional tidak mampu
mendorong peningkatan
kinerja perusahaan dan pada akhirnya tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
19
Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan corporate
social
dan pengaruh moderasi variabel pengungkapan
responsibility,
kepemilikan
manajerial,
dan
kepemilikan
institusional terhadap pengaruh kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis disimpulkan sebagai berikut: 1. Kinerja
keuangan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan. Artinya semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan maka nilai perusahaan tersebut akan semakin meningkat. 2. Pengungkapan Corporate social responsibility tidak berhasil memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Artinya besar kecilnya pengungkapan CSR tidak akan memperkuat pengaruh positip antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. 3. Kepemilikan manajerial terbukti memperkuat pengaruh positif kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Artinya semakin besar persentase kepemilikan saham manajerial maka akan meningkatkan pengaruh positip antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. 4. Kepemilikan institusional tidak berhasil memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Artinya besar kecilnya presentase saham yang dimiliki institusional tidak akan meningkatkan pengaruh positip antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Keterbatasan dan Saran Beberapa
keterbatasan
penelitian
yang
kemungkinan
dapat
mempengaruhi hasil penelitian adalah: 1. Penelitian
ini
menggunakan
sampel
perusahaan
manufaktur
tanpa
membedakan dalam sektor industri tertentu. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pemisahan data dalam subsektor industri yang berbeda sehingga bisa dilakukan uji beda untuk mengetahui apakah pengungkapan CSR, kinerja dan nilai perusahaan berbeda antar subsektor industri dalam industri manufaktur.
20
2. Nilai Adj R-Square dari keempat model regresi besarnya berturut-turut adalah 0,322; 0,348; 0,351 dan 0,298. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan variabel independen yang dimasukkan dalam 4 (empat) model regresi dalam menjelaskan variasi variabel nilai perusahaan kurang dari 40%. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan masih ada faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan yang tidak dimasukkan dalam model. Penelitian selanjutnya disarankan menambah variabel pemoderasi yang diduga memperkuat pengaruh positip kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, misalnya variabel pengukur corporate governance selain kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional,
yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran komite
audit, ukuran dewan direksi. Selain itu juga bisa menambahkan atau mengganti variabel independen dalam model regresi,
misalnya kinerja
keuangan bisa diukur dengan menggunakan Price to Book Value (PBV) Earnings Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) sebagai rasio pengukur profitabilitas selain ROE. Selain itu kinerja keuangan bisa juga diukur dengan menggunakan rasio likuiditas dan rasio aktivitas. 3. Pengukuran variabel pengungkapan CSR dalam penelitian ini menggunakan 79 item indikator pengungkapan CSR menurut GRI versi G3 yang diterbitkan tahun 2006 yang kemungkinan sudah tidak sesuai dengan data penelitian ini yaitu tahun 2012 -2014. Pengukuran variabel pengungkapan CSR untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan indikator pengungkapan CSR menurut versi yang paling relevan. Untuk data penelitian tahun 2012-2014 disarankan menggunakan item indikator pengungkapan CSR menurut GRI versi G3.1 yang diterbitkan tahun 2012, sedangkan untuk data penelitian tahun 2014-2016 disarankan menggunakan indikator pengungkapan CSR menurut GRI versi G4 yang diterbitkan tahun 2014.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N.N.N., & Sulaiman, M. 2004. Environmental Disclosures in Malaysian Annual Reports: A Legitimacy Theory Perspective. International Journal of Commerce and Management, 14, 44. Ang, R. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indoensia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market). Mediasoft Indonesia, First Edition. Anthony, R., & Vijay, G. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Bhattacarya, Utpal dan Amy Dittmar. 2011. Costless Versus Costly Signalling: Theory and Evidence From Share Repurchases. diunduh dari web: Centro Multi Akuntansi Simposium Nasional Akuntansi 18 Universitas Sumatera Utara, Medan pada 16 Juli 2016 Christiawan, Y. J. dan J. Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1. mei 2007. Hal:1-8. Daniri, M. A. (2009). Mengukur KInerja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Informasi CSR Sangat Terbatas . Jurnal Bisnis Indonesia, 8 Juni 2009. Fama, Eugene F. 1978. The Effects of a Firm’s Investment and Financing Decisionson the Welfare of Its Security Holders. The American Economic Review. 272-284. Gray, Rob and Jan, Bebbington . 1998. Environmental Accounting, Managerialism and Sustainability: Is the planet safe in the hands of business and accounting?. Advances in Environmental Accounting and Management. Diakses dari cgi.st-andrews.ac.uk/media/csear/discussionpapers/CSEAR_dps-sustain-envaccman.pdf Harahap, S. S. 2004. Analisis Kritis atas laporan Keuangan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Harjito,AdanMartono.2005. ManajemenKeuangan.Yogyakarta. Jensen, M., & Meckling, W. 1976. Theory of the Frim: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership structure. Journal of Financial Economics vol.3 , 305-360. Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. PT Bumi Aksara. Jakarta.
22
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating, Skripsi, Fakultas Ekonomi Diponegoro Semarang. Lindblom, C. K. (1994). The Implications of Organizational Legitimacy for Corporate Social Performance and Disclosure. Critical Perspectives on Accounting Conference, New York. Maemunah, Mutiara. 2005. Pengungkapan dan Penerapan Akuntansi Sosial dalam Laporan Keuangan. Jurnal Keuangan dan Bisnis Konvensional. Oktober, hal. 88-96. Makaryawati. 2002. Pengaruh Perataan Laba dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Mulyadi. (2006). Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,. Munawir, S. (2006). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pujiati. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen dengan Likuiditas sebagai Variabel Pemoderasi. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Purwaningsih, N. K. I., Wirajaya, I. G. A. 2014. Pengaruh Kinerja Pada Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variable Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7(3), 598-613. Rachmawati, A., Triatmoko, H. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan, 1-26. Rahayu, S. (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi. Semarang: Universitas Diponegoro. Raharjo, Susilo. 2005. Analisa Penfaruh Kinerja keuangan Terhadap Return Saham pada Perusaahn LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Rahman, Faisal. 2013. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: Salah Paham? Retrieved on Desember 9, 2013 from http://www.tempo.co/read/kolom/2013/05/16/720/TanggungJawab Sosial-Perusahaan-di-Indonesia-Salah-Paham.
23
Santosa, Yudi. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Leverage, Deviden Payout Ratio, Earning Growth, Size, dan Arus Kas Operasi terhadap Price Earning Ratio (PER) di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro. Sari, R. C., dan Zuhrohtun. (2006). Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi dan Saham: Uji Liquidation Option Hypothesis. Prosiding. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang . Savitri, H. R. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG) sebagai Variabel Pemoderasi di Bursa Efek Indonesia. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Setianingsih, W. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi di Perusahaan Manufaktur. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Setyapurnama, Y. S., & Norpratiwi, A. V. (2006). Pengaruh Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol.7 No.2 Agustus 2007, 107-108 Sindhudiptha, I. N., & Yasa, G. W. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan dan Impilakisnya terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Smithers , Andrew and S. Wright. 2007. Valuing Wall Street. McGraw Hill. Suranta, Eddy dan Pranata Puspita. 2004. Income Smoothing, Tobins’Q, Agency Problem dan Kinerja Perusahaan. Prosiding. Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali. Tobin, James [1967a], “Life Cycle Saving and Balanced Growth”, in Wm. Fellner (ed.), Ten Economic Studies in the Tradition of Irving Fisher, pp. 231-56, New York: Wiley. Ulupui, I. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Konsumsi di Bursa Efeke Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, hal. 88-102. Wahidahwati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts: Analisis Persamaan Simultan Non Linear dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan Risiko, Kebijakan Utang, Dan Kebijakan Dividen. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang 5-6 September, hal. 601-623. Wahyudi, U., & Prasetyaning, H. (n.d.). Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang .
24
Wijaya, A., & Linawati, N. (2015). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Finesta Vol.3, No.1 , 46-51. Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wolk, H. I., Tearney, M. G., & Dodd, J. L. (2000). Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing.
25