Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 1
PERAN PENGAJARAN SASTRA DAN BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN KARATER SISWA SEKOLAH DASAR
Romi Isnanda Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta
[email protected] Abstract This paper studies about problems related to function of learning literature and culture in elementary students’ character building. The background of the problem is the problem which is experienced by our nation nowadays, it is related to demoralization of society whether it happens in the social life of ordinary people or official people. This problem can be solved through reinforcement of generation’s understanding in learning literature and culture because both of these components study about the problem of human and their social environment. Therefore, it should be implemented since the students are in level of elementary school. The problem solvings are as follow, (1) applying the learning literature in character building of elementary students, whether it is applied in educational or family environment to build students’ characters, (2) applying the learning culture in elementary students’ character education, (3) optimalizing the function of literature and culture in the students’ character building. Therefore, by applying these problem solvings, it is expected that it will create people’s life which has value and character, so the generation who has character can build NKRI that have value in their social life. Key Words: learning, literature, culture, character building
PENDAHULUAN Sastra merupakan wujud gagasan kreatif seseorang melalui pandangan
kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
terhadap lingkungan sosial yang berada
Di dalam khazanah kesusastraan
di sekelilingnya, dengan menggunakan
Indonesia terdapat dua penggolongan
bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai
besar sastra, yaitu sastra lisan dan sastra
hasil perenungan pengarang terhadap
tulisan. Sastra lisan maupun tulisan
fenomena yang ada. Sastra sebagai
mempunyai
karya fiksi memiliki pemahaman yang
perkembangan kesusastraan Indonesia.
lebih mendalam, bukan hanya sekadar
Pada hakikatnya sastra lisan mempunyai
cerita khayal atau angan-angan dari
akar yang berkaitan erat dengan sejarah
pengarang saja, melainkan wujud dari
Bangsa Indonesia, baik aspek sosio-
peranan
penting
dalam
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 177
kultural, moral, religi, hingga aspek
setiap individu untuk hidup dan bekerja
politik.
sama, baik dalam lingkup keluarga,
Indonesia sebagai negara yang
masyarakat, bangsa, maupun negara.
terdiri atas berbagai suku bangsa yang
Individu yang berkarakter baik adalah
memiliki
individu yang mampu membuat suatu
banyak
ragam
budaya
tercermin dalam gaya dan pola hidup
keputusan
masing-masing
Kebudayaan
mempertanggungjawabkan setiap akibat
merupakan ciri khas suatu bangsa yang
dari keputusan yang dibuatnya. Dalam
melambangkan jati diri bangsa tersebut
Kamus
yang harus dijaga dan dilestarikan oleh
(2008:623) menjelaskan bahwa karakter
segenap
warga
Indonesia.
adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak,
Budaya
yang
Indonesia
atau budi pekerti yang membedakan
mempunyai keunikan yang berbeda-
seseorang dari yang lain; tabiat; watak.
beda di setiap daerah. Dengan kehadiran
Karakter
sebuah karya sastra di tengah-tengah
manusia
kehidupan manusia dengan memuat
Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri,
berbagai
sesama
daerah.
negara ada
di
pesan-pesan
kehidupan,
dan
Besar
siap
Bahasa
merupakan
Indonesia
nilai
perilaku
yang berhubungan dengan
manusia,
lingkungan,
sehingga dapat dijadikan sebagai sarana
kebangsaan
pendidikan bagi manusia di tengah-
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
tengah
sedang
perbuatan berdasarkan norma agama,
menghadang berbagai kemajuan pada
hukum, tata krama, budaya, dan adat
sendi-sendi kehidupan yang memerlukan
istiadat. Individu yang berkarakter baik
kontrol diri bagi setiap individu dalam
adalah individu yang mampu membuat
mengadopsi pengaruh perubahan yang
suatu
datang, sehingga tradisi leluhur (budaya)
mempertanggungjawabkan setiap akibat
tidak mudah terkikis seiring kemaujan
dari keputusan yang dibuatnya. Hal ini
zaman.
dapat
kehidupan
yang
Berbagai persoalan yang dapat
sastra
yang
terwujud
keputusan
dan
diwujudkan
dalam
siap
melalui
pengoptimalan peran sastra.
ditanamkan pada generasi muda terkait pembelajaran
yang
dan
Berkaitan
dengan
karakter,
mengkaji
Saryono (2009:52-186) mengemukakan
kehidupan manusia, salah satunya dapat
bahwa genre sastra yang dapat dijadikan
dijadikan sarana pembentukan karakter.
sarana
Karakter merupakan cara berpikir dan
bangsa, antara lain, genre sastra yang
berperilaku yang menjadi ciri khas
mengandung nilai atau aspek (1) literer-
untuk
membentuk
karakter
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 178
estetis, (2) humanistis, (3) etis dan
oleh guru, melainkan dapat dilakukan
moral, dan (4) religius- sufistis-profetis.
dengan cara memilih model teks sastra
Keempat nilai sastra tersebut dipandang
berupa cerita rakyat yang ada di sekitar
mampu mengoptimalkan peran sastra
siswa yang penuh dengan nilai-nilai
dalam pembentukan karakter bangs.
yang dapat diambil pesannya.
Pembicaraa
dalam
Di
kaitannya dengan pembentukan karakter,
dijadikan
atau mungkin dikatakan pembentukan
pengenalan terhadap anak kearifan lokal
sikap
banyak
yang berada di sekeliling siswa yang
dilakukan orang. Bahkan, tidak jarang
masih menapaki jenjang pendidikan
timbul kesan bahwa pembelajaran sastra
dasar, sehingga secara bertahap dapat
tidak lain adalah pembelajaran moral
ditanamkan kepada siswa bahwasanya
dan atau nilai-nilai. Hal itu tidak
sebelum dirinya mengenal apa yang ada
sepenuhnya salah, tetapi juga tidak
pada diri orang lain (budaya), sebaiknya
sepenuhnya
ia
dan
tentang
sastra
perilaku,
benar.
telah
Berbagai
teks
samping
itu,
sebagai
juga
media
dapat untuk
harus sadar apa yang ada
di
kesastraan diyakini mengandung unsur
sekelilingnya dapat dijadikan pedoman
moral
dapat
atau arahan di tengah-tengah derasnya
dijadikan bahan dalam pendidikan dan
pengaruh budaya lain terhadap dirinya.
pembentukan
Hal tersebut tentunya dikarenakan cerita
dan
nilai-nilai
karakter.
yang
Membentuk
karakter anak melalui pembelajaran
yang
sastra tentunya dimulai sedini mungkin.
pembelajaran sastra banyak membawa
Hal tersebut tentunya dapat dilakukan
pesan moral yang dapat membentuk
melalui jenjang pendidikan dasar yang
karakter siswa.
dikenal dengan Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar
meruapakan jenjang
dijadikan
model
dalam
Pengenalan kearifan lokal melalui pembelajaran
sastra
tidak
hanya
pendidikan awal yang sudah terstruktur
dilakukan dan menjadi tanggung jawab
dan sistematis karena sudah terintegrasi
guru di sekolah, tetapi biasanya juga
di dalam kurikulum, sehingga melalui
dapat diberikan oleh orang tua melalui
hal itulah guru dapat mengarahkan siswa
cerita rakyat berupa, dongeng, mite, dan
untuk menjadi cikal bakal manusia yang
legenda yang diakhiri dengan bimbingan
berakhlak mulia. Salah satunya dapat
mengenai hal mana yang baik dilakukan
dilihak
dalam kehidupan sehari-hari, mungkin
dalam
pembelajaran
sastra.
Namun, hal tersebut tidak hanya cukup
di
sela-sela
waktu
luang
bersama
pada tataran pengenalan teoretis seja
keluarga dapat diselipkan sebuah cerita
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 179
untuk menghibur. Selain itu, juga bisa
menganiaya temannya tanpa rasa belas
diberikan menjelang tidur. Hal itu cukup
kasihan.
membantu perkembangan siswa sebab
siswa
sastra mengandung nilai etika dan moral
pendidikan yang lebih tinggi betapa
dari setiap pesan dari pengarang yang
bejat moralnya jika sejak duduk di
mengacu pada pengalaman manusia
bangku SD tidak ditanamkan nilai-nilai
dalam bersikap dan bertindak sehari-
postif
hari.
Banyak peritiwa kekerasan lainnya yang
Dapat tersebut
dibayangkan
ketika
menapaki
jenjang
dalam dirinya
dengan baik.
Jadi, dengan seringnya diberikan
terjadi di kalangan siswa yang masih
karya sastra terhadap siswa SD, baik
duduk di bangku SD. Untuk itu,
formal
penanaman perilaku yang baik sejak dini
maupun
nonformal,
tanpa
disadari ikut membentuk kepribadian
perlu ditingkatkan lagi.
siswa, sehingga siswa yang menyukai
Berdasarkan penjelasan tersebut,
sastra, lebih dapat bersosialisasi, peka
maka dapat dipahami bahwa hakikat
terhadap
mempunyai
manusia diciptakan di muka bumi untuk
solidaritas yang tinggi terhadap teman,
saling mengenali antara yang satu
percaya diri dan mencintai persahabatan.
dengan yang lainnya (makhluk sosial),
Hal tersebut dikarenakan sastra tidak
sehingga harus pandai menempatkan diri
hanya berbicara tentang diri sendiri,
di
tetapi juga berkaitan dengan tuhan, alam
bermasyarakat. Hal tersebut tentunya
semesta,
mampu
didukung oleh kepribadian yang baik
mengungkap banyak hal dari berbagai
(berkarakter). Untuk itu, lebih lanjut
segi.
makalah
lingkungan,
masyarakat,
Sastra
menumbuhkan,
dapat
yang
menanamkan,
dan mengembangkan
tengah-tengah
ini
bagaimana
kehidupan
akan
menguraikan
bentuk
kontribausi
norma-norma manusiawi membentuk
pembelajaran
sastra
terhadap
karakter siswa yang baik, sehingga
pembentukan karakter siswa yang masih
sastra memiliki peran yang penting
duduk di bangku SD.
dalam perkembangan moral, sosial dan psikologi siswa. Barangkali masih segar di ingatan
PEMBAHASAN
kita persitiwa beberapa waktu yang lalu, yaitu terjadinya kekerasan di lingkungan sekolah
SD.
Kekerasan
tersebut
dilakukan secara bertubi-tubi dengan
Membahas
masalah
karakter,
tentunya yang terbayang di benak kita adalah tingkahlaku, perangai, dan tabiat
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 180
yang ada dalam diri manusia. Hal
tanggung jawab yang tinggi, sekurang-
tersebut tak ubahnya seperti tumbuhan
kurangnya untuk dirinya sendiri dalam
yang selalu tumbuh dan berkembang,
menjalani kehidupan. Untuk itu, dunia
begitu juga dengan kepribadian yang
pendidikan perlu melakukan berbagai
terdapat
dalam diri
manusia
yang
strategi
tuntunya
mendapat
pengaruh
dari
perkembangan kepribadian siswa ke
berbagai arah. Pengaruh tersebut dapat
arah yang lebih baik, yaitu dengan
berupa positif dan negatif tergantung
pemebelajaran sastra yang tidak lagi
pada
hanya beroreantasi pada teoretis saja.
jiwa
yang
menghendakinya.
yang
dapat
membantu
Sepanjang manusia selalu menggunakan akal
sehat
dalamnya
menjalani
kehidupan ini, tentunya mengharapkan pengaruh
yang
kehidupannya, berinteraksi
positif
dalam
sehingga
dapat
dengan
manusia
yang
1. Pengajaran Sastra dalam Pendidikan Karakter Siswa SD Istilah sastra merupakan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita, yaitu suatu yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dalam bahasa yang indah.
lainnya dengan penuh kedamaian.
Hal tersebut tentu dapat dilihat dari Untuk memulai langkah agar
wujud karya sastra itu sendiri yang
mendapat pengaruh yang positif dalam
dilahirkan
pembentuk karakter manusia, tentunya
Adapaun ciri-ciri dari sastra tersebut
dimulai sejak dini (pendidikan dasar)
adalah (1) bahasanya terpelihara, (2)
dengan berbagai bantuan dari berbagai
isinya menggambarkan kebenaran dalam
pihak. Salah satu pihak yang dapat
kehidupan
berkontribusi
menyajikannya
dalam
pengawasan
dalam
manusia,
kepribadian anak adalah lingkungan
berkesan
pendidikan
(Kosasih,2012:1).
dasar
(SD),
sehingga
bentuk
pencirian.
(3)
cara
menarik,
sehingga
hati
pembaca
di
perkembangan kepribadian atau karakter Dari
siswa menjadi lebih baik. Hal tersebut tentu
menjadi
harapan
besar
kita
dapatlah
ciri-ciri
sastra
diambil
tersebut
kesimpulan
semuanya karena anak-anak di masa
bahwasanya melalui sebuah teks/karya
sekarang adalah pemimpin di masa yang
sastra, dapat dijadikan pembelajaran
akan datang. Kita sangat berharap
dalam
pemimpin di masa yang akan datang
lingkungannya. Adapun persoalan yang
adalah
mendasari bahwa sastra dapat dijadikan
pemimpin
yang
mempunyai
kehidupan
manusia
dengan
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 181
pembelajaran bagi kehidupan manusia
yang ada di masyarakat. Salah satu
adalah sastra selalu bercerita tentang
permasalahan
manusia dan kehidupan, sudah tentu
berkembangnya
berbagai persoalan yang tampak di
masyarakat adalah masalah budaya.
dalamnya, baik, buruk, susah senang dan
Kehadairan
lain
tersebut tentunya sesuai dengan ciri-ciri
sebagainya.
seluruh
persoaln
tersebut tentunya lahir dari peran dan karakter tokoh, tinggal lagi pembacalah memetik
pesan
yang
d
tengah
sosial-budaya
Mite berasal dari bahasa Yunani, yaitu mythos yang berarti cerita tentang dan manusia
yang dianggap
tersebut
pahlawan yang dipuja-puja. Hutomo
jelaslah bahwa teks sastra yang hadir di
(1991:63) menjelaskan “mite adalah
tengah-tengah kehidupan
masyarakat
cerita-cerita suci yang mendukung sitem
dapat
pendidikan
kepercayaan
dijadikan
uraian
masalah
seiring
a. Mite (myth)
dewa Berdasarkan
cerita
hadir
masing jenis cerita tersebut.
disampaikan
melalui teks sastra tersebut.
yang
sarana
atau
agama”.
Mite
karakter bagi manusia khususnya bagi
berhubungan dengan keyakinan di mana
generasi muda (siswa SD) yang sedang
mite itu berada. Jika tumbuh dan
berada dalam kemajuan zaman yang
berkembang,
dirasa tanpa ada pilah dan pilih. Terkait
kebenaran.
mite
diterima
sebagai
hal tersebut, tentunya memilih baik atau Mite merupakan salah satu jenis
buruknya sesuatu yang datang tentunya melalui kontrol terhadap diri pribadi
cerita
tradisional
manusia, salah satunya dapat melalui
kongkret
pesan yang terdapat dalam teks sastra.
Indonesia
cerita
menganalisis 2. Mite, Legenda, dan Dongen
dapat
Indonesia. mite
dalam
diketahui
cerita
Wujud
mite
sastra setelah
tersebut.
Rusyana dkk. (2000:5) menjelaskan bahwa, “cerita mite merupakan cerita
Mite,
legenda,
dan
dongeng
merupakan bagian dari sastra lisan yang berkembang di tengah kehidupan sosial masyarakat yang menjadi kearfan lokal di mana cerita tersebut berkembang. Karena
berkembang
ditengah-tengah
kehidupan masyarakat, tentunya banyak membawa pesan terkait peristiwa sosial
tradisional, bukan cerita ciptaan zaman sekarang”. Para penutur cerita terlebih dahulu telah mendengar cerita tersebut dari generasi sebelumnya, misalnya dari orang
tua,
bahkan
dari
generasi
kakeknya. Adapun ciri-ciri mite menurut Rusyana dkk. (2000:6) adalah sebagai
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 182
berikut;
(a)
yang
dibayangkan sebagai pelaku yang betul-
dibayangkannya adalah peristiwa masa
betul hidup pada masa lalu. Mereka
lalu, yang sudah tidak diketahui kapan
tergolong orang-orang yang terkemuka,
peristiwa itu terjadi, (b) para pelakunya
misalnya Syekh Muhammad Arsyad
terdiri atas manusia suci, atau manusia
yang menyebarkan agama islam, (b)
yang mempunyai kekuatan supernatural
pelaku lainnya juga orang terkemuka,
dan manusia yang berasal dari atau
yaitu
manusia yang mempunyai dengan dunia
kesejahteraan
atas, yaitu kedawataan atau kayangan,
Datuk Sanggul yang suku berburu dan
(c)
hasil
pelaku
peristiwa
lainnya
adalah
pelaku
orang
yang
membangun
masyarakat.
buruannya
Misalnya
diserahkan
kepada
bidadari, (d) pelaku biasa adalah manusi
masyarakat, (c) para pelaku dianggap
dengan kemampuan yang wajar sebagai
sebagai pelaku sejarah oleh masyarakat
manusia, seperti penduduk asli, (e)
setempat, yaitu orang yang hidup pada
pelaku lain adalah pemuda yang kaya
masa
raya, tetapi belum berkeluarga. Ia dapat
masyarakat, (d) latar cerita dapat terjadi
membangun istana dalam satu malam
di sekitar sungai dan dapat pula di luar
dahulu
dan
berguna
bagi
Indonesia, yaitu Mekah dan Bagdad, (e) b. Legenda
waktu terjadinya peristiwa dibayangkan
Legenda tradisional
merupakan
karena
keberdaannya
telah
sejak
cerita diyakini
dahulu
oleh
masyarakat. Rusyana dkk. (2000:39) menjelaskan “ legenda merupakan cerita tradisional karena
cerita
itu sudah
dimiliki masyarakat Indonesia sejak dahulu. Cerita itu juga dihubungkan dengan
peristiwa dan benda yang
berasal dari masa lalu, seperti peristiwa
sebagai masa lalu, tetapi bukan masa purba, (f) pelaku dan perbuatan pelaku yamg dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan peristiwa dalam legenda terjadi
dalam
sesungguhnya.
ruang
dan
Legenda
waktu dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bentuk kelompok, yaitu legenda penyebaran Agama Islam dan legenda pahlawan pembangun atau budaya.
penyebaran agama Islam pada abad yang c. Dongeng
lalu.
Dengeng merupakan sebuah cerita Ciri-ciri
legenda
menurut
yang
terjadi
pada
masa
lampau,
Rusyana dkk. (2000:38) adalah sebagai
kisahnya tentang kehidupan sehari-hari
berikut; (a) para pelaku dalam legenda
sebagaimana mestinya yang dialami
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 183
oleh manusia. Rusyana dkk. (2000: 99)
lingkungan siswa menuntut ilmu tentu
menyatakan
ada ketiga jenis cerita rakyat tersebut.
bahwa
merupakan
cerita
“dongeng yang
Hal tersebut memberi peluang besar bagi
terdapat di masyarakat sejak zaman
guru di jenjang pendidikan SD untuk
dahulu, berasal dari generasi terdahulu”.
menjadikan sumber bahan ajar untuk
Adapun ciri-ciri dongeng adalah sebagai
mengajar
berikut: (a) peristiwa yang diceritakan
berkontribusi
adalah peristiwa dahulu kala, bukan
karakter siswa. Langkah pertama yang
peristiwa zaman sekarang, (b) pelaku
dapat dilakukan adalah mengenalkan
dibayangkan seperti dalam kehidupan
teori terhadap siswa dan barulah guru
sehari-hari. Misalnya, anak tiri, nenek-
menggunakan teks sastra berupa cerita
nenek, perjaka tua, dan para pemuda
rakyat ke hadapan siswa. Langkah
yang memiliki kemampuan dan perilaku
berikutnya adalag siswa diajak untuk
selayaknya manusia biasa, (c) perbuatan
memahami alur cerita, sehingga setiap
yang
pelakunya
tokoh akan ditemui, maka guru dapat
kebayakan perbuatan biasa. Akan tetapi,
menjadi perilaku tokoh dalam cerita
terdapat
yang
sebagai pengajaran baik atau buruk dan
misalnya
pantas atau tidanya ditiru, sehingga
seorang tokoh yang sanggup menendang
pembelajaran sastra di tingkat SD tidak
batu besar hingga masuk ke mahligai
beroreantasi pada teori dan menjadi
melalui jendela atau seorang perjaka
menarik bagi siswa. Siswa SD masih
menikah dengan mahkluk kayangan, (d)
berada
latar terjadinya peristiwa adalah latar
bermain. Dapat dibayangkan jika guru
yang dikenal sehari-hari, tetapi pada
mengajarkan sastra secara monoton,
masa dahulu, seperti sebuah kampung,
maka hal tersebut tidak berterima di
negeri hulu sungai, negeri hilir, dan
kalangan siswa SD, sehingga yang ada
negeri seberang, (e) oleh masyarakat
adalah
pemiliknya, dongeng tidak diperlakukan
termarjinalkan sejak dini.
dilakukan
pula
mengandung
sebagai
tradisional
oleh
perbuatan keajaiban,
kesatuan
yang
sastra,
pada
sehingga
terhadap
pembentukan
tataran belara
pembelajarn
dapat
sastra
sambil
sudah
benar-benar
terjadi atau sebagai suatu kepercayaan.
3. Pengajaran Budaya dalam Pendidikan Karakter Siswa SD
Ketiga jenis cerita rakyat yang telah diuraikan tersebut pada dasarnya berada di setiap daerah, artinya di setiap
Keanekaragaman
masyarakat
Indonesia ini dapat dicerminkan pula
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 184
dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
Dengan kata lain, dapat dikatakan pula
dimaknai bahwa budaya sangat berperan
bahwa berbagai kelompok masyarakat di
penting dalam kehidupan sosial manusia
Indonesia
karena
dapat
mengembangkan
di
samping
menjelaskan
keseniannya yang sangat khas. Kesenian
persoalan terkait yang sifatnya nyata
yang dikembangkannya itu menjadi
(tradisi), budaya juga menjelaskan nilai-
model-model
sehingga
nilai yang terdapat dalam diri manusia,
menjadi budaya (tradisi) yang menjadi
sehingga dapat membentuk karakter
penanda
dalam
manusia dan dapat berinteraksi antara
masyarakat. Seiring dengan itu, Eppink
yang satu dengan yang lainnya dalam
(dalam
2006:24)
konteks yang bermartabat. Mengingat
kebudayaan
besarnya kontribusi budaya terhadap
mengandung keseluruhan pengertianm
pendidikan karakter, maka sebaiknya
nilai, norma, ilmu pengetehuan, serta
pendidikan budaya terintegrasi secara
keseluruhan
tajam baik di lingkungan pendidikan
pengetahuan,
atau
kekhasan
Herimanto,
menyatakan
bahwa
struktur-struktur
sosial,
relegius. dan lain-lain ditambah legi
formal maupun di lingkungan keluarga.
dengan segala pernyataan intelektual Jadi, pengenalan terhadap budaya
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
mempunyai peran ganda bagi kehidupan
masyarakat.
anak, yaitu sebagai pengenalan kearifan Jadi, jelaslah bahwa kebudayaan sebagai
sistem
pengetahuan
lokal dan pembentukan karakter. Hal
yang
tersebut tentunya juga dilakukan sejak
meliputi sistem ide atau gagasan yang
dini (SD), apalagi di tengah-tengah
terdapat dalam pikiran manusia dalam
derasnya pengaruh budaya burat yang
kehidupan
Selanjutnya,
terkadang bertentangan dengan budaya
wujud kebudayaan adalah benda-benda
yang ada di negara Indonesia. Siswa SD
yang diciptakan oleh manusia sebagai
sudah banyak dikenalkan perilaku yang
mahkluk
sebetulnya
sehari-hari.
yang
berbudaya,
berupa
belum
pantas
untuk
perilaku dan benda-benda yang bersifat
dilihatnya yang masih duduk di bangku
nyata, seperti pola perilaku, bahasa,
SD. Untuk menganulir hal tersebut,
peralatan hidup, organisasi keselurahan
maka
itu
lokal) yang dapat membentuk karakter
membantu
manusia
dalam
melangsungkan kehidupan sosialnya.
pengenalan
budaya
(kearifan
siswa dilakukan semaksimal mungkin.
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 185
4. Optimalisasi Peran Sastra dan
dalam rumah tangga adanya pembagian
Budaya dalam Pembentukan
ruangan adalah untuk digunakan sesuai
Karakter Anak
dengan
kegunaanya.
Misalnya,
permasalahan makan di depan pintu Seorang
anak
pada
awal
sudah jelas salah penempatannya karena
kehidupannya adalah mengenal bahasa,
pintu tempat orang masuk dan keluar,
sastra, dan budayanya dari orang tua.
untuk tempat mekan sudah jelas di ruang
Oleh karena itu, tidak salah kiranya
makan yang telah disepakati keluarga.
apabila orang tua mengajarkan hal-hal yang positif. Hal tersebut dikarenakan pada
mulanya
anak
mengenal
Di
samping
penanaman
nilai
budaya dalam kehidupan keluarga, peran
pendidikan, baik pendidikan budaya
sastra
maupun
lingkungan
generasi muda, baik di leingkungan
keluarganya. Untuk itu, sudah menjadi
sekolah maupun lingkungan keluarga.
suatu keharusan bagi keluarga untuk
Di dalam proses pembelajaran guru
menanamkan nilai-nilai budaya yang
tidak hanya mengajak siswa memitik
diwariskan oleh leluhur dahulunya agar
pesan moral yang terkandung di dalam
dibudidayakan oleh genarasi pelanjut
teks sastra, melaikan juga mengarahkan
pelestarian
siswa
agama
di
kebudayaan
yang
pada
juga
harus
untuk
ditekankan pada
mengimplementasikan
dasarnya mengantarkan masyarakat pada
dalam kehidupan nyata karena sastra
kehidupan yang lebih bermartabat.
merupkan gamabaran kehidupan mnyata
Salah satu contoh dapat dilihat pada
sebuah
ungkapan
yang
manusia. Untuk lingkungan keluarga mengupayakan
kembali
nilai-nilai
berkembang di tengah-tengah kehidupan
melalui cerita rakyat yang ada karena di
masyarakat adalah “tidak makan dan
samping itu pada cerita rakyat yang
tidur di depan pintu, karena akan
dijadikan sarana untuk menidurkan anak
menganggu orang
di malam hari juga tersimpan nilai-nilai
yang akan ke luar
atau masuk rumah”. Jadi, pada contoh
budaya,
tersebut jelaslah sebuah budaya yang
samping tujuan menidurkan anak teks
mengajarkan bahwa letakkanlah sesuatu
sastra tersebut juga dapat mewariskan
itu pada tempatnya, sehingga kita tidak
nilai-nilai budaya yang ada.
akan menemukan masalah. Dalam hal ini, tenttunya peran orang tua untuk menekankan pada anaknya bahwa di
secara
tidak
langsung
di
Peran Pengajaran .... (Romi Isnanda) 186
PENUTUP Sastra dan budaya merupakan dua komponen yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter bangsa karena di dalamnya banyak menjalaskan pesan-pesan kehidupan. Sastra yang objek kajiannya adalah manusia dan kehidupan selalu menyajikan persoalan yang menarik untuk ditauladani yang dilahir melalui peristiwa dan watak tokoh
yang
terdapat
dalam
sastra
tersebut. Hal yang sama juga terdapat pada budaya yang menkaji masalah akal budi
manusia,
sehingga
terciptakan
kehidupan manusia yang bermartabat dan
berkarakter.
kompenen
Terkait
tersebut,
maka
kedua peran
keduanya harus lebih dioptimalkan sejak dini,
yaitu
di
jenjang
pendidikan
Sekolah Dasar (SD) dan di lingkungna keluarga,
sehingga
generasi
yang
berkarakter dapat mengantarkan NKRI pada kehidupan yang bermartabat.
DAFTAR RUJUKAN Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan. Malang: Dioma. Hasanuddin WS, dkk. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.
Herimanto dan Winarno. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Bumi Aksara Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Wedy Rusyana, Yus, dkk. 2000. Prosa Tradisional: Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta: Pusat Bahasa. Rusyana, Yus, dkk. 2000. Prosa Tradisional: Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta: Pusat Bahasa. Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing.