PERAN PEMUDA DALAM MENINGKATKAN KELESTARIAN KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDA ACEH Zakki Fuad Khalil*, Agus Purwoko** dan Wahyu Ario Pratomo** *Alumni PWD SPs USU **Dosen PWD SPs USU Abstract: Urban green open space is a part of urban management which functions as urban green garden, urban green forest, urban green recreation site, green sports activity, and green yard. The important factor for keeping their conservation in Banda Aceh is by involving youth as dynamists, catalyst, motivators, innovators, and evaluators. Youth is also related to their own characteristics, based on on characteristics, age, sex, organization, and occupation. The objective of the research was 1) to find out the role of youth in improving open green space conservation in Banda Aceh, 2) to find out the correlation between youth characteristics and their role in increasing green open space conservation in Banda Aceh. The method used is a survey research with quantitative descriptive research type of research. The population in this study were all young people of Banda Aceh, which have a lifespan of 16-30 years. Sampling was done by probability sampling using Slovin formula then gained 99.85 total sample of 100 people and rounded to the sample of respondents. The conclusion of the research was that 1) the youth as dynamits, catalysts, motivators, innovators, and evaluators had played an important role in improving green open space conservation in Banda Aceh, and 2) there was the correlation between the role of youth and youth characteristics in imoproving green open space in Banda Aceh. Based on the result of crosstab, it was found that there was significant correlation with the role of youth. Abstrak: Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga dan kawasan hijau pekarangan. dalam menjaga kelestarian kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh salah satunya dengan melibatkan peran pemuda dengan cara berperan sebagai dinamisator, katalisator, motivator, inovator, dan evaluator. Peran pemuda juga memiliki hubungan dengan karakteristik peranan pemuda itu sendiri yaitu berdasarkan karakteristik; usia, jenis kelamin, organisasi, dan pekerjaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengatahui peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh. (2) untuk mengatahui hubungan karakteristik pemuda terhadap peranan pemuda dalam meningkatkan kelestarian kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan jenis penelitian penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat pemuda Kota Banda Aceh yang memiliki umur 16-30 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling dengan menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 99,85 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang sampel responden.Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Peran pemuda sebagai dinamisator, katalisator, motivator, inovator, dan evaluator memiliki peranan yang cukup tinggi dalam meningkatkan kelestarian kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh. (2) Adanya hubungan peran pemuda dengan Karakteristik pemuda dalam peningkatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh memiliki hubungan yang signifikan dengan peran pemuda. Kata kunci: Role of Youth, Green Open Space, Banda Aceh PENDAHULUAN Kota Banda Aceh merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang terkena dampak
tsunami di tahun 2004 yang cukup parah, geliat perekonomian menjadi lumpuh, infrastruktur jalan terputus, pembangunan 23
Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016
dan tempat umum mengalami kerusakan yang parah, seperti sekolah, rumah sakit, masjid serta rumah penduduk. Musibah tersebut tidak hanya berdampak pada kerusakan fisik, bencana ini juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kota Banda Aceh, sehingga banyak mengundang berbagai pihak baik lembaga internasional, lokal, maupun pemerintah yang bersama-sama berupaya untuk memberikan bantuan dan membangun kembali daerah atau lokasi yang terimbas oleh bencana. KiniKota Banda Aceh mengalami kemajuan yang sangat pesat, diantaranya pembangunan infrastruktur jalan, rumah sekolah, rumah sakit, dan tempat umum lainnya semakin membaik. Geliat ekonomi serta penataan ruang perkotaan dan pembangunan juga terasa lebih pesat perkembangannya. Pembangunan Kota Banda Aceh tidak terlepas dari peran serta partisipasi berbagai stakeholder baik pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), ORMAS (Organisasi Kemasyarakatan), kelompok pemuda dan masyarakat umum lainnya. Masyarakat harus dapat berperanaktif dalam memberi masukkan terhadap pemerintah berupa kebijakan, perencanaan dan pengganggaran, pelaksanaan serta pengawasan dalam pembangunan termasuk pola tata ruang dan pengembangan ruang terbuka hijau serta sosial ekonomi masyarakat Kota Banda Aceh. Peran masyarakat, khususnya dalam hal ini ialah Pemuda sangat penting dalam mendukung penataan kawasan ruang terbuka hijau agar terus berkelanjutan.Pemuda sebagai agent of change (agen perubahan), memiliki potensi dan peluang yang masih luas untuk mampu berdaya dalam berbagai sektor pembangunan daerah.Pamuda dengan segala kelebihannya diharapkan dapat menjadi pengerak pengembangan pembangunan, terutama dalam mengembangkan ruang terbuka hijau agar kelestarian kawasan hijau di daerah perkotaan tetap terjaga dengan baik. Ruang terbuka hijau adalah ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara
24
alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.Penyediaan ruang terbuka hijau merupakan amanat dari Undangundang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dimana disyaratkan luas ruang terbuka hijau minimal sebesar 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi ruang terbuka hijau publik minimal 20% dan ruang terbuka privat minimal 10%, sebagai salah satu alternatif upaya meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dengan cara mengoptimalkan fungsi ekologi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP). Pemerintah Kabupaten/Kota diperlukan upaya serta dorongan dari masyarakat untuk menunjang penyedian ruang terbuka hijau menjadi lebih baik. Dalam hal ini Kota Banda Aceh dalam mengembangkan ruang terbuka hijau sudah tercermin dalam visi pembangunan kota Banda Aceh tahun 2012-2017 : “Banda Aceh Model Kota Madani”, yaitu sebuah kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum, dan memiliki ruang publik yang luas, dan juga sejalan dengan misi ke-5 dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kota Banda Aceh yaitu “Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur Pariwisata yang Islami, maka kondisi lingkungan yang tertata rapi, bersih, hijau, indah dan nyaman menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi agar tercapainya pengembangan sistem penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu “Mewujudkan Kota Hijau, Bersih, Indah dan Nyaman untuk MendukungBanda Aceh Model Kota Madani”. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Banda Aceh Tahun 2009-2029, Pemerintah Kota Banda Aceh menargetkan ruang terbuka hijau publik sebesar 20,52%. Hingga tahun 2014 ini luas ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh Pemerintah Kota adalah sebesar ± 14,15%. Pemerintah Kota terus berupaya mengimplemetasikan berbagai kebijakan dan program perluasan ruang terbuka hijau. Untuk ruang terbuka hijau privat, kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh sudah menerapkan ruang terbuka hijau seluas 30 – 40% dari setiap persil bangunan, dimana angka persentase luasan
Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …
RTH ini sudah melebihi target yang ditetapkan dalam Undang- undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu 10%. Ruang terbuka hijau yang dikembangkan di Banda Aceh meliputi sempadan sungai, sempadan pantai, sepanjang jaringan jalan, pemakaman, taman kota yang tersebar pada setiap kecamatan, dan hutan kota. Kebijakan ruang terbuka hijau, diantaranya melalui Perencanaan penghijauan perkotaan sangat didukung oleh peran serta partisipasi masyarakat untuk memenuhi target 20,52% ruang terbuka hijau tersebut. Dalam menjaga kawasan ruang terbuka hijau, merupakan sebuah tanggung jawab bersama untuk menjaga nilai estetika keindahan dan kenyamanan kota, tanpa adanya peranan dan tingkat kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestrarian kawasan ruang terbuka hijau, maka keseimbangan pengembangan konsep kota green city akan menjadi sia-sia, tanpa ada perawatan dan kepedulian dari masyarakat terutama dikalangan pemuda. Pemuda merupakan salah satu faktor pendukung untuk memotivasikan semua elemen masyarakat agar terus menjaga kelestarian ruang terbuka hijau, yaitu harus diperkuat dengan kebijakan pemerintah, salah satunya dengan kebijakan afirmasi pemuda dalam mengerakkan kepedulian terhadap lingkungan perkotaan agar kelestarian ruang terbuka hijau tetap terjaga kelestariannya dan nilai-nilai estetika. Pemuda pada dasarnya memiliki jiwa dan sikap mental yang bisa menciptakan sebuah iklim perubahan kearah yang lebih baik, memiliki kemampuan sosialisasi di tengah kehidupan masyarakat, mampu memecahkan polemik sosial, mampu beradaptasi dengan kehidupan sosial dan mampu meningkatkan pembangunan bangsa menjadi lebih baik dan terata sesuai dengan nilai-nilai estetika. Pemerintah dalam hal ini harus terus memberi dorongan untuk memperkuat peran serta partisipiasi pemuda melalui
penyadaran, pembinaan dan pemberdayaan langsung kemasyarakat melalui komunitaskomunitas pemuda terutama di bidang pengembangan ruang terbuka hijau. Sesuai dengan fungsi dan peran kepemudaan seperti yang diamanatkan dalam Undangundang Nomor 40 Tahun 2009.Peranan ini harus dapat dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan peran serta pemuda dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan memperhatikan serta melibatkan pemuda ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh.Maka permasalahan diatas perlu adanya penelitian untuk mengukur pentingnya peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi dan menganalisis hubungan beberapa variabel yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian yang dingunakan adalah Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena menurut kejadian sebagaimana adanya penelitian untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat pemuda Kota Banda Aceh yang memiliki umur 16-30 tahun. Berdasarkan data BPS tahun 2013 ada 96.181 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling. Selanjutnya dengan menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 99,85 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang sampel responden.
25
Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Pemuda dalam Meningkatkan Kelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota Banda Aceh Tabel 1. Peran Pemuda dalam Meningkatkan Kelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota Banda Aceh No Peran Skala Tanggapan Responden Pemuda Dinamisator Range Persentase Frekuensi Persentase (%) (%) 1 Tinggi 4-5 68-100 70 70 2 Sedang 2-3 34-67 3 3 3 Rendah 0-1 0-33 27 27 Jumlah 5 100 100 100 Katalisator 1 Tinggi 4-5 68-100 61 61 2 Sedang 2-3 34-67 12 12 3 Rendah 0-1 0-33 27 27 Jumlah 5 100 100 100 Motivator 1 Tinggi 4-5 68-100 63 63 2 Sedang 2-3 34-67 14 14 3 Rendah 0-1 0-33 23 23 Jumlah 5 100 100 100 Inovator 1 Tinggi 4-5 68-100 56 56 2 Sedang 2-3 34-67 8 8 3 Rendah 0-1 0-33 36 36 Jumlah 5 100 100 100 Evaluator 1 Tinggi 4-5 68-100 61 61 2 Sedang 2-3 34-67 9 9 3 Rendah 0-1 0-33 30 30 Jumlah 5 100 100 100
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Tabel 1. Menunjukkan bahwa peran pemuda adalah sebagai berikut : Peran Pemuda sebagai dinamisator dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi sebanyak 70 %. Peran pemuda sebagai katalisator dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi sebanyak 61 %.Peran pemuda sebagai motivator dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi sebanyak 63 %.Peran pemuda sebagai inovator dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi sebanyak 56 %. Peran pemuda sebagai evaluator dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dalam kategori tinggi sebanyak 61 Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran pemuda sebagai dinamisator dalam kategori tinggi berada pada urutan pertama yaitu sebanyak 70% sedangkan yang
26
terakhir pada peran pemuda sebagai innovator sebanyak 56% dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh. Pada kateogori rendah yang berada pada urutan pertama pada peran pemuda sebagai motivator yaitu sebanyak 14% sedangkan yang paling terakhir pada peran pemuda sebagai dinamisator sebanyak 3% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Pada kategori rendah yang berada pada urutan pertama pada peran pemuda sebagai inovator sebanyak 36% sedangkan yang paling terakhir pada peran pemuda sebagai motivator sebanyak 23% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda sebagai dinamisator, katalisatir, motivator, inovator dan evaluator masih baik dalam meningkatkan kelestarian RTH karena tingkat karegori tinggi masih di atas 50 %. Hubungan karakteristik Pemuda dengan Peranan Pemudadalam Peningkatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara karakteristik pemuda yakni usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan organisasi dengan peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH dapat dilakukan dengan mentabulasi silang/crosstab antara kedua variabel tersebut yakni karakteristik pemuda dengan peranan pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH. Untuk mengetahui hubungan dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut : Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik pemuda dengan peranan pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh. Ha: Ada hubungan antara karakteristik pemuda dengan peranan pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh. Dengan ketentuan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan : Berdasarkan perbandingan Chi-Square (χ2 ) Uji dan Tabel. (Tingkat Kepercayaan 95%; α= 5 %) Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel, maka Ho diterima.
Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …
Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel, maka Ho ditolak. 2. Berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak. 1. Analisis Hubungan antara Usia dengan Peran Pemuda Hubungan antara usia dengan peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Cross Tabulation antara Usia dengan Peran Pemuda Peran Pemuda Rend Seda Ting ah ng gi Usia 16-23 Count
Total
8
4
27
39
Expected Count
11.3
3.9
23.8
39.0
% within Usia
20.5 10.3 69.2 % % %
100.0%
% within Peran Pemuda
27.6 40.0 44.3 % % %
39.0%
24-30 Count
21
6
34
61
Expected Count
17.7
6.1
37.2
61.0
% within Usia
34.4 9.8% 55.7 % %
100.0%
% within Peran Pemuda
72.4 60.0 55.7 % % %
61.0%
Total Count
29
10
61
100
Expected Count
29.0 10.0 61.0
100.0
% within Usia
29.0 10.0 61.0 % % %
100.0%
% within Peran Pemuda
100. 100. 100. 0% 0% 0%
100.0%
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Kota Banda Aceh,akan tetapi hubungan tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan secara statistic, hal ini didukung oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya sebagaimana tampak pada Tabel 2. Tabel 3. Nilai Chi Square Hubungan antara Usia dengan Peran Pemuda Value
Df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson ChiSquare
2.302a
2
.316
Likelihood Ratio
2.368
2
.306
N of Valid Cases
100
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.90. Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Berdasarkan hasil perhitungan crosstabs didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar 0,316, yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara usia dengan peran pemuda dalam meningkatkatkan kelestarian kawasan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh.Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan antarausia 16-23 tahundanusia antara 24-30 tahun dalam meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda Aceh. 2. Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Peran Pemuda Hubungan antara jenis kelamin dengan peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Cross Tabulation antara Jenis Kelamin dengan Peran Pemuda Peran Pemuda Rendah Sedang Tinggi
Hasil cross tabulation ditemukan bahwa 44,3% responden berusia antara 1623 tahunmemiliki peran pemuda dalam kategori tinggi dalam meningkatkan kelestarian RTH, sedangkan responden berusia antara 24-30 tahun yang memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi sebesar 55,7% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda berusia antara 24-30 tahun lebih besar dibanding berusia antara 16-23 tahun dalam meningkatkan kelestarian RTH di
Jenis Laki-laki Kelamin
Count
Total
11
4
44
59
17.1
5.9
36.0
59.0
6.8%
74.6%
100.0%
% within 37.9% 40.0% 72.1% Peran Pemuda
59.0%
Expected Count
% within 18.6% Jenis Kelamin
Perempuan Count Expected Count
18
6
17
41
11.9
4.1
25.0
41.0
% within 43.9% 14.6% 41.5% Jenis Kelamin
100.0%
27
Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016
% within 62.1% 60.0% 27.9% Peran Pemuda Total
Count Expected Count
41.0%
29
10
61
100
29.0
10.0
61.0
100.0
% within 29.0% 10.0% 61.0% Jenis Kelamin
100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0% Peran Pemuda
100.0%
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
3. Analisis Hubungan antara Pendidikan dengan Peran Pemuda Hubungan antara pendidikan dengan peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6. Cross Tabulation Pendidikan dengan Pemuda
antara Peran
Peran Pemuda
Hasil cross tabulation ditemukan bahwa 72,1% responden berjenis kelamin laki-lakimemiliki peran pemuda dalam kategori tinggi dalam meningkatkan kelestarian RTH,sedangkan responden perempuan yang memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi sebesar 27,9% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda dengan jenis kelamin laki-laki memiliki peran yang lebih tinggi dibanding dengan jenis kelamin perempuan dalammeningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh.Hubungan tersebut didukung oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya sebagaimana tampak pada Tabel 4. Tabel 5. Nilai ChiSquare Hubungan antara Jenis Kelamin dengan PeranPemuda Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi- 11.162a Square
2
.004
Likelihood Ratio
11.227
2
.004
N of Valid Cases
100
Chi-Square Tests a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.10. Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Berdasarkan hasil perhitungan crosstabs didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar 0,004, yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka Ho diolak.Hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan peran pemuda.Dengan demikian, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda Aceh.
28
Rendah Sedang Tinggi Pendidikan PT
Count Expected Count
Total
14
8
49
71
20.6
7.1
43.3
71.0
% within 19.7% 11.3% 69.0% Pendidikan
100.0%
% within Peran Pemuda
71.0%
SMA Count Expected Count
48.3% 80.0% 80.3%
15
2
12
29
8.4
2.9
17.7
29.0
6.9%
41.4%
100.0%
51.7% 20.0% 19.7%
29.0%
% within 51.7% Pendidikan % within Peran Pemuda Total Count Expected Count
29
10
61
100
29.0
10.0
61.0
100.0
% within 29.0% 10.0% 61.0% Pendidikan
100.0%
% within Peran Pemuda
100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Hasil cross tabulation ditemukan bahwa 80,32% responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (PT) memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi dalam meningkatkan kelestarian RTH,sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SMA memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi sebesar 19,7% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda dengan tingkat pendidikan PT lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan SMA dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh.Hubungan tersebut didukung oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya sebagaimana tampak pada Tabel 6.
Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …
Tabel 7. Nilai Chi Square Hubungan antara Pendidikan dengan Peran Pemuda Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi- 10.244a Square
2
.006
Likelihood Ratio
9.764
2
.008
N of Valid Cases
100
Mahasiswa Count Expected Count
7
6
34
47
13.6
4.7
28.7
47.0
% within 14.9% 12.8% 72.3% 100.0% Pekerjaan % within Peran Pemuda Total
24.1% 60.0% 55.7%
Count
29
10
61
Expected 29.0 Count
10.0
61.0
% within 29.0% 10.0% 61.0% Pekerjaan
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.90. Sumber : Data Primer Diolah (2015)
47.0%
100 100.0 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Peran Pemuda
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Hasil perhitungan crosstabs didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar 0,006, yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka Hoditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara pendidikan dengan peran pemuda.Dengan demikian, terdapat perbedaan antara pendidikan PT dan SMA dalam meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda Aceh.
Hubungan tersebut didukung oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya sebagaimana tampak pada Tabel 8. Tabel 9. Nilai Chi Square Hubungan antara Pekerjaan dengan Peran Pemuda Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
2
.013
2
.011
4. Analisis Hubungan antara Pekerjaan dengan Peran Pemuda Hubungan antara pekerjaan dengan peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.16.Hasil cross tabulation ditemukan bahwa 55,7% responden dengan pekerjaan mahasiswa memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi dalam meningkatkan kelestarian RTH,sedangkan responden dengan pekerjaan non mahasiswa memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi sebesar 44,3% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda dengan pekerjaan mahasiswa lebih tinggi dibanding pekerjaan non mahasiswa dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh.
Pearson ChiSquare
8.633
Likelihood Ratio
8.996
N of Valid Cases
100
Tabel 8. Cross Tabulation Pekerjaan dengan Pemuda
5. Analisis Hubungan antara Organisasi dengan Peran Pemuda Hubungan antara organisasi dengan peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut ini.
antara Peran
Peran Pemuda Rendah Sedang Tinggi Pekerjaan Non Count Mahasiswa Expected Count
4
27
53
15.4
5.3
32.3
53.0
% within 41.5% Pekerjaan % within Peran Pemuda
Total
22
7.5%
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.70. Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Hasil perhitungan crosstabs didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar 0,013, yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka Ho diolak.Hal ini berarti ada hubungan antara pekerjaan dengan peran pemuda.Dengan demikian, terdapat perbedaan antarapekerjaan mahasiswadannon mahasiswa dalam meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda Aceh.
50.9% 100.0%
75.9% 40.0% 44.3%
53.0%
29
Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016
Tabel 10. Cross Tabulation Organisasi dengan Pemuda
antara Peran
Peran Pemuda Rendah Sedang Tinggi Organisasi Aktif Count Expected Count
Total
12
10
47
69
20.0
6.9
42.1
69.0
% within Organisasi
17.4% 14.5% 68.1%
100.0%
% within Peran Pemuda
41.4% 100.0% 77.0%
69.0%
Tidak Count Aktif Expected Count
17
0
14
31
9.0
3.1
18.9
31.0
% within Organisasi
54.8%
.0%
45.2%
100.0%
% within Peran Pemuda
58.6%
.0%
23.0%
31.0%
Total Count Expected Count
29
10
61
100
29.0
10.0
61.0
100.0
% within Organisasi
29.0% 10.0% 61.0%
100.0%
% within Peran Pemuda
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Hasil cross tabulation ditemukan bahwa 77% responden aktif dalam organisasi memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi dalam meningkatkan kelestarian RTH,sedangkan responden dengan tidak aktif dalam organisasi memiliki peran pemuda dalam kategori tinggi sebesar 23% dalam meningkatkan kelestarian RTH. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda dengan organisasi aktif lebih tinggi dibanding organisasi tidak aktif dalammeningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh.Hubungan tersebut didukung oleh hasil pengukuran uji Chi Square-nya sebagaimana tampak pada Tabel 10. Tabel 11. Nilai Chi Square Hubungan antara Organisasi dengan Peran Pemuda Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
2
.000
Likelihood Ratio
18.765
2
.000
N of Valid Cases
100
Pearson Chi- 16.684 Square
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.10. Sumber : Data Primer Diolah (2015)
30
Hasil perhitungan crosstabs didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp Sig. Chi Square sebesar 0,000, yang berarti lebih rendah dari 0.05, maka Ho ditolak.Hal ini berarti ada hubungan antara organisasi dengan peran pemuda.Dengan demikian, terdapat perbedaan antaraorganisasi aktif danorganisasi tidak aktif dalam meningkatkan kelestarian RTH Kota Banda Aceh. PEMBAHASAN Peran Pemuda dalam Meningkatkan Kelestarian Ruang Terbuka Hijau Kota Banda Aceh Peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Banda Aceh cukup tinggi yaitu sebanyak 61 %, sedangkan 29 % peran pemuda masih rendah. Peran pemuda sebagai dinamisator dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh berada di urutan teratas karena memiliki kategori tinggi yang lebih baik dibanding peran pemuda sebagai motivator, katalisatir, inovator dan evaluator dalam meningkatkan kelestarian RTH yaitu sebesar 70 %, sedangkan urutan terbawah peran pemuda sebagai inovator dalam meningkatkan kelestarian RTH yaitu sebesar 56 %. Hasil ini menunjukkan bahwa peran pemuda sebagai dinamisator, katalisatir, motivator, inovator dan evaluator masih baik dalam meningkatkan kelestarian RTH karena tingkat karegori tinggi masih di atas 50 %.Taufiq (2013) mengemukakan dinamisator merupakan penggerak. Pemuda diartikan sebagai komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif, maka pemuda akan senantiasa mempunyai kemauan dan kemampuan. Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu maka pemuda akan menjadi penggerak.Pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif, kreatif, dan desduktrif bisa menempatkan diri sebagaikatalisator (penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan serta ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah. Dalam kontek ini pemuda harus
Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …
memerankan diri sebagai motivator (pendorong) kepada semua elemen masyarakat untuk mau bersama-sama bahumembahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan.Selanjutnya dalam kajian psikologi pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal, karena karakteristik itulah, pembaharuanpembaharuan sering muncul dari pemuda.Karakteristik yang akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor pelaksanaan pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas terhadap satu keberhasilan akan selalu mencari keberhasilan kedua, ketiga dan seterusnya. Selain itu derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikator-indikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak negatif terhadap laju pembangunan.Hasil ini sejalan dengan penelitian Hapsari dan Suwandono (2013) yang membuktikan bahwa masyarakat merupakan unsur utama dalam mengelola dan menjaga kualitas RTH.Selanjutnya hasil penelitian Rahmania et al (2011) membuktikan bahwa kegagalan/kurang berhasilnya pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Bantaeng khususnya di 6 (enam) kelurahan contoh disebabkan oleh sistem yang tidak melibatkan peran aktif masyarakat. Alternatif kebijakan yang perlu dilakukan dalam meningkatkan pengelolaan RTH adalah melaui konsep identifikasi persoalan RTH, konsep partisipasi dan konsep kebijakan institusi. Peran serta generasi muda merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan serta perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).Hakim, et al (2008) mengemukakan aspek pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini masih kurang di sosialisasikan oleh pemerintah kepada masyarakat khususnya generasi muda penerus bangsa.Kurangnya sosialisasi ini mengakibatkan presepsi masyarakat tentang kurang jelasnya peran serta generasi muda
dalam aspek pengelolaan Terbuka Hijau (RTH). Breuste dalam Hakim, et al (2008) mengemukakan perencanaan akan menjadi efisien bila melibatkan masyarakat secara bersama-sama. Branch dalam Hakim, et al, (2008) menekankan bahwa pengelolaan harus dievaluasi terus menerus dan fleksibel dalam pengelolaan ruang terbuka hijau kota. Pemerintah memiliki kewenangan untuk merencanakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tetapi keterlibatan masyarakat khusunya generasi muda merupakan hal yang penting dalam pengelolan serta perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan pertumbuhan Kota Banda Aceh.Hasil penelitian Wahyudi (2009) menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi Kabupaten Kudus adalah belum adanya peraturan formal yang mengatur tentang ketentuan alokasi ruang terbuka hijau sehingga kurang mendapat perhatian dari para stakeholder. Dasar hukum yang mengatur tentang ruang terbuka hijau di Ordo Kota Kudus belum ditetapkan sehingga lembaga-lembaga pengelola ruang terbuka hijau belum memiliki dasar kewenangan yang kuat untuk pengimplementasian ruang terbuka hijau. Kondisi ini menyebabkan peran serta masyarakat khususnya pemuda belum berjalan secara optimal dalam pelestarian RTH. Peran generasi muda sangat diperlukan untuk kelanjutan penataan ruang ditahun-tahun mendatang. Tidak selamanya seorang penata ruang akan hidup selamanya untuk menata ruang kota yang sangat luas di Indonesia. Untuk itu, generasi muda harus mempunyai dasar-dasar ilmu pengetahuan yang luas tentang pengelolaan atau pembangunan perkotaan tentang Ruang Tata Hijau.Masyarakat juga termasuk generasi muda. Dalam hal ini masyarakat tentunya harus menyadari apa yang dibutuhkan untuk menjadikan kota yang indah dilihat, dapat dimulai dari yang hal terkecil yaitu menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan indah. Kepedulian terhadap lingkungan adalah salah satu cara yang paling mudah untuk menjadikan generasi penerus agar dapat melanjutkan penataan serta pengelolaan ruang hijau.
31
Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016
Untuk lebih meningkatkan generasi muda dalam pengelolaan ruang terbuka hijau pemerintah bersama dengan pihak terkait membuat suatu program antara lain : a. Penyuluhan tentang peran generasi muda dalam pengelolaan lingkungan sejak dini diperlukan untuk membentuk sikap yang baik, serta terampil dalam pengelolaan lingkungan; b. Mengoptimalkan fungsi RTH melalui ilmu dan teknologi yang memadai, serta penyediaan tenaga ahli yang menyertakan generasi muda dalam prosesnya; c. Peningkatan kelembagaan pengelolaan RTH melalui Peraturan penyusunan perundangan dukungan dari pembuat kebijakan tentang peran generasi muda; d. Pencanangan Gerakan Bangun, Pelihara, dan Kelola RTH untuk generasi muda (contoh : Gerakan Sejuta Pohon, Satu pohon satu jiwa, Rumah dan Pohonku, Sekolah Hijau, Koridor Hijau dan Sehat, dll) sehingga gerakan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran; e. Membangun komunitas hijau (green community) dan kemudian melakukan kegiatan kampanye kegiatan ramah lingkungan (green campaign) yang menarik seperti pembersihan RTH, pengelolaannya, serta penataannya sehingga generasi muda tertarik untuk ikut dalam komunitas tersebut (Tamara, dkk, 2014). Karakteristik Pemuda terhadap Kaitannya dengan Peranan Pemudadalam Peningkatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh Karakteristik pemuda terhadap kaitannya dengan peranan pemudadalam peningkatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh berdasarkan hasil crosstab menunjukkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan organisasi memiliki hubungan yang signifikan dengan peran pemuda, sedangkan usia dengan peran pemuda tidak memiliki hubungan yang signifikan. Tidak ada hubungannnya usia dengan peran pemuda disebabkan pada penelitian ini pemuda didefiniskan sebagai komunitas penduduk yang mempunyai usia 17 sampai 40 tahun usia tersebut berada pada kategori usia produktif. Dominasi
32
jumlah tersebut bergerak lurus dengan cepat atau lambatnya laju pembangunan, artinya apabila pemuda mengoptimalkan peran dalam pembangunan, maka laju pembangunan akan cepat, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Yunizar (2001) bahwa faktor umur masyarakat tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam pengelolaan sampah. Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan dengan peran pemuda.Pemuda yang berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih pro aktif dalam pelestarian RTH disebabkan komunitas laki-laki lebih memiliki kemauan untuk bertindak lebih cepat dalam melaksanakan pembangunan. Pendidikan menunjukkan adanya hubungan dengan peran pemuda. Pemuda yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas dalam pelestarian RTH dibanding pendidikan SMA. Hasil penelitian ini sejalan dengan Yunizar (2001) bahwa faktor pendidikan masyarakat tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam pengelolaan sampah. Selanjutnya penelitian Subaeb (2013) menemukan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat kawasan kumuh dalam pengelolaan lingkungan di Kota Makassar. Modal pendidikan dapat mengubah tingkat kesadaran manusia terhadap ekologinya, dapat mendorong keinginan untuk maju dan merubah kehidupannya untuk lebih baik. Tentu hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara pengelolaan pemuda dalam pengelolaan RTH. Berdasarkan hasil penelitian responden pemuda menujukan bahwa ratarata pendidikan pemuda menyelesaikan pendidikannya di tingkat perguruan tinggi dan ini menunjukan tingkat pendidikan yang baik. Pekerjaan menunjukkan adanya hubungan dengan peran pemuda. Pemuda yang memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa cenderung memiliki waktu yang lebih banyak dalam pelestarian RTH dibanding pekerjaan non mahasiswa.Hal ini berarti bahwa variabel pekerjaan berpengaruh terhadap cara pengelolaan RTH, sehingga dapat dikatakan bahwa bahwa pemuda yang memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa lebih memiliki ketrampilan terhadap pengelolaan RTH
Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …
cukup baik. Diduga pemuda yang memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa memiliki waktu cukup banyak di kampus dan lingkungan masyarakat serta memiliki penalaran, pemahaman dan penghayatan tentang pengelolaan RTH yang lebih baik dan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang cara-cara pengelolaan RTH, sehingga dapat menginformasikan kepada keluarga dan masyarakat.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Yunizar (2001) bahwa faktor pekerjaanmasyarakat tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam pengelolaan sampah. Organisasi menunjukkan adanya hubungan dengan peran pemuda. Pemuda yang aktif dalam organisasi cenderung memiliki sifat yang tanggap dalam pelestarian RTH dibanding pemuda yang tidak aktif dalam organisasi. Organisasi kemasyarakatan biasanya merupakan wadah yang paling mudah dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tinggi nilai sosialnya atau sebagai ajang untuk mengekspresikan kepedulian seseorang atau kelompok mengenai sesuatu.Oleh sebab itu, organisasi kemasyarakatan yang disukai dan segani masyarakat bila ditunjang dengan informasi yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mengajak masyarakat umum berperan serta secara aktif dalam menciptakan kehidupan berkelanjutan yang mantap. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam tesis ini, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pemuda dalam meningkatkan kelestarian ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Banda Aceh cukup tinggi dalam perannya sebagai dinamisator, katalisator, motivator, inovator dan evaluator. 2. Karakteristik pemuda terhadap kaitannya dengan peranan pemudadalam peningkatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh berdasarkan hasil crosstab menunjukkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan organisasi memiliki hubungan yang signifikan dengan peran pemuda, sedangkan usia dengan peran pemuda tidak memiliki hubungan yang signifikan.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis merumuskan beberapa saran yang ditujukan kepada pemerintah, masyarakat, dan pemuda : 1. Peran pemuda sebagai inovatormemiliki hasil yang lebih rendah dibanding peran pemuda sebagai dinamisator, katalisator, motivator dan evaluator sehingga perlu ada upaya-upaya dari pemuda untuk meningkatkan inovasi dalam meningkatkan kelestarian RTH di Kota Banda Aceh yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara ikut serta dalam semua kebijakan yang dijalan oleh pemerintah dalam pelestarian RTH Kota Banda Aceh. 2. Karakteristik usia dengan pemuda tidak memiliki hubungan yang signifikan sehingga perlu upaya-upaya pemuda dan pemerintah untuk meningkatkan kemampuannya dalam melestarikan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh DAFTAR RUJUKAN Attayaya, 2009. Ruang Terbuka Hijau. Artikel.http://www.attayaya.net/2009 /07/ruang-terbukahijau-rth.html.di akases 23 Maret 2015 Aprianto, W. 2013.Peran Pemuda dalam Pembangunan Bangsa.WHITEBOARD contoh makalah peran pemuda dalam pembangunan bangsa.htm Asif Ariasti Rias. 2009.Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kelurahan Wawombalata Kecamatan Mandonga Kota Kendari.http://core.ac.uk /download/pdf/18605978.pdf Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita: Jakarta. Budihardjo, E., Sujarto, D. 2005. Kota Berkelanjutan, PT Alumi: Bandung. Darmawan E. 2006. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Fabos, J.G. dan Ryan, R.L. 2006.An Introduction to Greenway Planning Around The World. Landscape and Urban Planning. Vol. 76
33
Jurnal Ekonom, Vol 19, No 1, Januari 2016
Gallion. 1959. Melalui http://itja.wordpress.com/2009/02/19/ ruang-terbuka-hijau/, diakses tanggal 16 Maret 2015 Green. 1962. Melalui http://itja.wordpress.com/2009/02/19 /ruang-terbuka-hijau/, diakses tanggal 16 Maret 2015 Hakim, R., M.S.A. Bakar dan F. Johar.2008. Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Perencanaan RTH Kota Jakarta.FALTL Universitas Trisakti. Jakarta Hapsari, R dan D. Suwandono.2013. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan Lamper Kidul.Ruang.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.1.:11-20 H.R. Mulyanto. 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. PT. Graha Ilmu: Semarang Joga Nirwano dan Ismaun Iwan. 2011. RTH 30%! Resolusi (kota) hijau. PT Gramedia Pustaka utama: Jakarta Mico, R. 2012. Peran Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat. Tugas Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat. Htm Nasdian Tonny Fredian.2014. Pengembangan masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta Nurul Fatanah, 2008. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Makassar.Tesis.Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Rustiadi, E., S. Dkk. 2002.Perencanaan Pengembangan Wilayah. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB: Bogor Rahmania, A., D. Rukhmana dan A.R. Mapangaja. 2011. Analisis Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9 0b98f3ee2b47d624452743 3f56cbddb.pdf, Ross, Murray G., and B.W. Lappin.1967. Community Organization: theory, principles and practice.Second
34
Edition. NewYork: Harper & Row Publishers. https://sacafirmansyah.wordpress.co m/2009/06/05/partisipasimasyarakat/ Sobirin. 2001. Distribusi Permukiman dan Prasarana Kota :Studi Kasus Dinamika Pembangunan Kota di Indonesia, dalam Dimensi Keruangan Kota Teori dan Kasus. UI Press: Jakarta Sugiyono. 2003. Statistik Nonparametris Untuk Peneltian. Alfabeta: Bandung Suhaeb, S.2013. Partisipasi Masyarakat Kawasan Kumuh dan Pengelolaan Lingkungan di Kota Makassar. LPM penalaran Volo. 13 (1): 702.http://penalaranunm.org/perpustakaan/jurnalnalar/127-volume-13-no-1-tahun2013.html Sunaryo, R.G. dkk. 2010. Perubahan Setting Ruang dan Pola Aktivitas Publikdi Ruang Terbuka Kampus UGM. Paper Kumpulan Makalah pada Seminar Nasional Riset Arsitektur & Perencanaan 1, IAP DIY – APRF – JUTAP UGM: Yogyakarta Theresia, A dkk. 2014. Pembangunan berbasis masyarakat. Cv. Alfabeta: Bandung Taufiq, M. 2013. PeranPemuda dalam Pembangunan.Peran Pemuda dalam Pembangunan Universitas Mathla'ul Anwar Bante: htm Tamara, A.P., D. Grahitami dan D.D. Pradani. 2014. Upaya Peningkatan Peran Generasi Muda dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) (Studi Kasus di Kota Semarang).http://anindyapt.blogspot. com/2014/06/upaya-peningkatanperan-generasi-muda_9401.html Tinambunan dan Stepanus, Riswandi.2006. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pekanbaru.http://repository.ipb.ac.id/ handle /123456789/10009 Widjanarko, B. S., dkk. 2006. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian (Sawah). Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN: Jakarta
Zakki Fuad Khalil, Agus Purwoko dan Wahyu Ario Pratomo : Peran Pemuda dalam …
Wahyudi.2009. Ketersediaan Alokasi Ruang Terbuka Hijau pada Ordo Kota I Kabupaten Kudus. http://eprints.undip.ac.id/17639/ Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Yunizar. 2001. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Kota Binjai.Tesis.Program Pascasarjana Universitas Sumatera Medan.Tidak dipublikasikan. Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Intruksi Kementerian Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Ruang Terbuka Hijau
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pemabngunan Nasional Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
35