Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil FATKHURAHMAN Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Jalan Yos Sudarso KM 8 Rumbai Telp. (0761) 52581. Email:
[email protected]
Abstract: The value of production in the small industry into the spotlight, because at this time the development of small industry is very apprehensive. The turmoil that happens becomes an issue, because the growth and development of small industry is not comparable with the expected condition. This study wanted to prove that one of the factors that influence it is the value of production through the use of secondary data of small industries and human capital and analyzed using simple regression it can be generated informsi that human capital has a positive role to the value of small industrial production. This proves that the more human capital develops the better the value of production of small industries. Keywords: Human Capital and Production Value
Perkembangan industri kecil saat ini di Kota Pekanbaru menjadikan perhatian yang serius dalam dunia akademisi, dimana industry kecil mengalami pertumbuhan yang melambat bila dibandingkan dengan kondisi diawal reformasi. Perhatian pemerintah terhadap pertumbuhan industry kecil mulai dirasakan kurang optimal. Terdapat banyak industry kecil yang kurang mampu bertahan dengan berbagai alasan dan juga kesiapan mental para pengelola industry kecil juga memprihatinkan. Sebagian dari pengelola tumbuh karena adanya dorongan pemerintah dan sebagian lain karena adanya usaha untuk mempertahankan keadaan yang mereka perjuangkan selama ini. Bahkan fenomena di lapangan diperoleh bahwa ada sebagian pengelola usaha industry makanan di Kota Pekanbaru yang mempersilahkan kepada karyawannya untuk mengelola usahanya, asalkan usahanya berjalan dan karyawan mendapatkan rezeki di sana itu sudah sangat membantu pemilik usaha tadi. Kenyataan ini menjadi sangat memprihatinkan bila dilihat dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang harapan bagi bangkitnya kembali sektor industri sebagaimana terjadi antara
1970an sampai sebelum krisis ekonomi 1997, tidak ikut stagnan. Pintu masuk bagi harapan demikian adalah relatif resistensinya kelompok industri kecil menengah, termasuk di dalamnya adalah industri berskala mikro, ketika krisis berlangsung. Kalau jumlah industri besar mengalami penurunan, jumlah industri kecil menengah justru justru mengalami kenaikan. Yang menjadi masalah adalah, mampukah industri kecil menengah ini berfungsi sebagai break-through bagi bangkitnya kembali sektor indusri di Indonesia?. Potensi IKM di Indonesia sebenarnya sangat besar. Hanya saja, potensi yang besar itu belum termaksimalkan. Salah satu kelemahan dari sektor industri yang mengelompok (clustered) adalah bahwa mereka cenderung hanya menikmati keuntungan-keuntungan akibat lokasi yang sama (external economies). Mereka belum maksimal memanfaatkan jaringan untuk bekerjasama (joint action) guna memecahkan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. (Marijan, K. 2005). Kemudian hasil penelitian Lestari, A. W., & Woyanti, N. (2011) menjelaskan bahwa Small and medium industries in Semarang District as the leading sectors in the absorption of labor in fact tends to fluctuate even negative growth rate in
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
several years. An increasing number of business units is not matched with the demand for labor in Small and Medium Industries, as well as the value of the minimum wage tends to increase every year but the demand for labor at small and medium industries in Semarang district also experienced fluctuations in some years even increase the minimum wage actually lead to increased employment in Small and Medium Industries. This study uses multiple regression analysis method using time series data from year 1995 to 2009. The variables used in this study were employed labor force data on small and medium industries in Semarang district, the number of units of small and medium enterprises in the Smal and Medium Industries in the District of Semarang, the value of investments in Smal and Medium Industries in Semarang district, and the value of the Minimum Wage District (UMK). The data in the form of secondary data obtained from Disperindag Regency Semarang, BPS Central Java Province, and Central Java Manpower Office. From the regression results can be concluded that the variable number of units of small and medium enterprises in the Smal and Medium Industries in Semarang Regency (UNIT), the value of investments in Smal and Medium Industries in District Hyderabad (INV), and the District Minimum Wage (UMK) significantly affects labor demand variables in Small and Medium Industries in the District of Semarang on the level of 95 percent (α = 5 percent). Recommendations that can be done to increase employment opportunities is through increased investment to creates a new business unit or by developing existing business, this is very helpful in improving labor demand. Also expected the company did not arbitrary in giving wages to the work force so as to realize the harmony between employers and workers. Selain itu juga pendapat lain menjelaskan bahwa Usaha penyerapan tenaga kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja,
239
pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas tenaga kerja dan kebijaksanaan mengenai penyerapan tenaga kerja itu sendiri. Di samping itu perluasan penyerapan tenaga kerja juga tidak mengabaikan usaha-usaha lain yang mampu memberikan produktivitas yang lebih tinggi melalui berbagai program. Salah satu cara untuk memperluas penyerapan tenaga kerja adalah melalui pengembangan industri terutama industri yang bersifat padat karya. Perkembangan dapat terwujud melalui investasi swasta maupun pemerintah. Pengembangan industri tersebut akan menyebabkan kapasitas produksi meningkat sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja Dalam penelitian ini menganalisis penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di kota Semarang dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Datadata yang digunakan dalam penelitian ini adalah data angkatan kerja yang bekerja di Kota Semarang pada sektor industri kecil, data UMK Semarang yang bersumber dari BPS Propinsi Jawa Tengah, Produktivitas, modal dan non upah. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS versi 12.0 yang menunjukan bahwa variabel (upah (X1), produktivitas (X2), modal (X3) dan non upah (X4)) baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap variabel terikat (penyerapan tenaga kerja (Y)). Hal ini dapat ditentukan dengan hasil uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan uji F (simultan) untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama. Besar pengaruh variabel (upah (X1), produktivitas (X2), modal (X3) dan non upah (X4)) terhadap variabel terikat (penyerapan tenaga kerja (Y)) sebesar 74,1% sedangkan sisanya 25,9% diterangkan oleh faktor yang lain. (Zamrowi, M. T., 2007). Selain itu Nurhayati, N., Hubeis, M., & Raharja, S. (2012). dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pengembangan usaha tahu layak untuk dilaksanakan. Strategi pengembangan berdasarkan analisis AHP meliputi aspek proses pengolahan produk, pengolahan limbah dan pembiayaan usaha. Prioritas strategi untuk peningkatan mutu
240
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
produk dengan pelatihan sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan teknik penjadwalan terkait penggunaan bahan baku, pemilihan bahan baku, pembagian pekerjaan, teknik penyusunan Standard Operational Procedure (SOP), serta pengawasan dan pengendalian mutu produk. Prioritas strategi dalam upaya pengolahan limbah adalah dengan pelatihan SDM dalam pengolahan limbah cair menjadi biogas, pembuatan nata de soya dan pembuatan biofilter. Prioritas strategi dalam pembiayaan usaha adalah pinjaman modal usaha dari koperasi, yaitu KOPTI. Dari beberapa penelitian di atas menjelaskan dengan jelas bahwa peran industry kecil dalam perekonomian Indonesia sangat besar dan ini memberikan bukti bahwa Negara ini sesungguhnya sangat bergantung kepada keberadaan industry kecilnya dalam menopang perekonomian, khususnya pada ekonomi kerakyatan. Selain itu juga, modal manusia dalam industry kecil menjadi sorotan. Bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brata, A. G. (2002) bahwa adanya hubungan dua arah antara pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi regional di Indonesia, termasuk di masa krisis. Pembangunan manusia yang berkualitas mendukung pembangunan ekonomi dan sebaliknya kinerja ekonomi yang baik mendukung pembangunan manusia. Namun dalam masing-masing hubungan ini juga disertai dengan berperannya variabelvariabel lainnya seperti peran perempuan dan tingkat ketersediaan sumber daya alam. Adapun variabel boneka konflik tidak berpengaruh signifikan baik terhadap pembangunan manusia manupun ekonomi regional. Barangkali hasilnya akan berbeda bila yang digunakan adalah data korban konflik. Hanya saja data tersebut sangat terbatas ketersediaannya. Berdasarkan temuan yang ada, perlu digaris bawahi adalah bahwa pembangunan ekonomi haruslah tidak mengabaikan pembangunan manusia. Hal ini penting bukan hanya untuk mengurangi disparitas regional baik dalam hal
pembangunan manusia maupun kinerja ekonomi regional itu sendiri, tetapi juga karena pertumbuhan ekonomi sendiri belumlah memadai untuk secara otomatis meningkatkan kualitas modal manusia. Kuryanto, B., & Syafruddin, M. (2008) bahwa tidak ada pengaruh positif antara IC sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai IC sebuah perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi, tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan IC sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan perusahaan, kontribusi IC untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya. Menurut Sjafii, A. (2009) bahwa urutan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur adalah faktor eksternal yakni krisis ekonomi, disusul kemudian oleh pertumbuhan tenaga kerja, investasi swasta, pengeluaran/ investasi pemerintah lokal untuk bidang kesehatan dan pendidikan, dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang berpengaruh terhadap perekonomian di Jawa Timur. Investasi sektor publik untuk pembangunan manusia yakni pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dan pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang tampak dari Indeks Pembangunan Manusia. Pembangunan manusia itu sendiri akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi lokal. Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi tersebut dapat menekan indeks kemiskinan manusia (IKM). Menurut Cahyono, B. (2014) tingkat kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan dapat dilakukan tidak hanya melalui pemberdayaan ekonomi, namun juga melalui penguatan modal sosial, dan community development. Penguatan sosial dapat dilakukan dengan mengembangkan skemaskema penguatan modal sosial, seperti peningkatan fungsi BPD, LKMD, Gapoktan, PKK, BUMDes, dan Koperasi. Penguatan sosial kapital dilakukan dengan memaksimalkan peran lembagalembaga
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
sosial dengan memfokuskan pada penguatan aspek kepercayaan, mutual respect, dan mutual benefit, serta memperhatikan faktor budaya dan nilai-nilai yang berlaku. Dimensi inti telaah dari modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat (bangsa) untuk bekerjasama membangun suatu jaringan guna mencapai tujuan bersama, dimana kerjasama ini diwarnai oleh suatu pola inter-relasi yang imbal balik dan saling menguntungkan serta dibangun diatas kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilainilai sosial yang positif dan kuat. Adapun kekuatan kerjasama ini akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif membuat jalinan hubungan diatas prinsipprinsip sikap yang partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai, dan diperkuat oleh nilai-nilai dan normanorma yang mendukungnya. Implikasinya bahwa perlu adanya keragaman program-program yang dengan mengutamakan pada peningkatan kemampuan human capital dan sosial kapital masyarakat. Implikasi untuk enterpreneurship dalam kegiatan bisnis dapat dilakukan dengan menciptakan situasi dan mengkondisikan bahwa human capital dan sosial capital saling mendukung terhadap produktivitas dan kesejahteraan. Menurut Syahra, R. (2003) konsep modal sosial yang sejak beberapa tahun terakhir semakin popular di kalangan ilmuwan sosial dan praktisi pembangunan. Bermula dari sebuah konsep pemikiran akademis yang mencoba menjelaskan mengapa suatu kelompok masyarakat dapat berhasil dengan kemampuan sendiri untuk mengalami kemajuan sementara kelompok lain tetap terbelakang, seperti yang antara lain dipopulerkan melalui berbagai karya Robert Putnam, modal sosial dianggap dapat memainkan peranan penting dalam mengefektifkan pemberian bantuan untuk pembangunan masyarakat, setelah pendekatan lain yang bersifat lebih teknosentris, ekonosentris dan komodosentris mengalami banyak kegagalan. Apabila berhasil
241
diaplikasikan dengan baik, maka kontribusi terpenting pengembangan modal sosial adalah terciptanya kelompok masyarakat yang semakin mandiri, yang mampu berpartisipasi secara lebih berarti dalam mewujudkan good governance atau tata pemerintahan yang baik. Bagaimana memberdayakan modal manusia, menurut Widjajanti, K. (2011) menunjukkan ada dua pola cara yang mengarah pada peningkatan keberdayaan masyarakat, dimana (1) pola yang terdiri dari dua tahapan untuk keberdayaan, dan (2) pola yang menunjukkan bahwa untuk meningkatkan keberdayaan diperlukan tiga tahapan proses aktivitas. Terdapat korelasi dimana semakin tinggi proses pemberdayaan akan dapat menciptakan keberdayaan masyarakat. Implementasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa pemberdayaan menginginkan pengembangan modal manusia, dan akan lebih baik lagi jika pemberdayaan didukung oleh pengembangan kemampuan pelaku pemberdayaan. Menurut hasil penelitian Abbas, T. (2010) bahwa modal fisik dan modal manusia memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Keduanya dapat saling melengkapi, dimana kemajuan dalam modal fisik dapat saja melimpah pada modal manusia dan sebaliknya, kemajuan dalam modal manusia dapat pula melimpah pada modal fisik. Menurut World Bank (2001) dalam Abbas, T. (2010), kemajuan dalam modal manusia dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat pengembalian modal fisik. Perkembangan yang lebih mutakhir dalam literatur ekonomi pembangunan telah mengungkapkan bahwa, disamping modal fisik dan tenaga kerja, modal manusia (human capital) juga merupakan faktor yang sangat penting dan memainkan peranan kunci dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh akumulasi modal fisik dan akumulasi modal manusia. Kedua jenis modal tersebut merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Stern (1991:128) dalam Abbas, T.
242
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
(2010) menyatakan bahwa akumulasi modal fisik dan modal manusia merupakan faktor penentu pertumbuhan (determinant of growth). Modal manusia kini dipandang sebagai mesin pertumbuhan utama yang memiliki peranan menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pentingnya modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi telah mendorong sejumlah ahli ekonomi pembangunan memusatkan kajiannya pada peranan modal manusia dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, memang terjadi beberapa perbedaan pendapat tentang peran modal manusia terhadap nilai industri kecil tersebut. Namun hal inilah membuat penelitian berbeda dengan yang lainnya, sehingga melakukan penelitian dengan membuktikan peranan modal manusia terhadap nilai industri kecil. METODE Penelitian ini menggunakan data skunder, data skunder diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, data diambil dari hasial survey tahun 2014 yang dicacah sebanyak 190 industri kecil, Teknik analisis data dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana. HASIL Pengaruh modal manusia terhadap nilai industri kecil adalah sebesar 79012.5, angka menunjukkan bahwa modal manusia memberikan pengaruh positif, artinya semakin banyak tersedia modal manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja, maka akan semakin meningkat produksi pada industri kecil. Nilai yang dicapai sebesar 79012.555 yang artinya setiap peningkatan satu satuan modal manusia akan meningkatkan produksi sebesar 79012.555 satuan produksi. Selain itu juga dapat dilihat nilai siginfikansi pengaruh secara parsial modal manusia terhadap produksi, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 7.245 dan nilai siginifikansi sebesar 0,05. Angka ini apabila
dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1.980 dan juga nilai alpha 0,05 ini menunjukkan bahwa variabel modal manusia berpengaruh signifikan terhadap produksi pada industri kecil di Kota Pekanbaru. PEMBAHASAN Terbukti bahwa modal manusia memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai industry kecil. Hal ini dapat dikatakan bahwa perlu adanya pembangunan dan pengembangan modal manusia serta pemberdayaan juga mestinya meberikan nilai tambah bagi manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja dalam rangka pengembangan keadaan yang ada. Diberbagai kondisi modal manusia yang ada dalam industry kecil berkaitan dengan kewirausahaan dalam berusaha dan ini memberikan bukti bahwa kewirausahaan dapat memberikan nilai bagi perusahaan dalam menambah nilai. Menurut Alma, B. (2002) pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja yang makin banyak mmenganggur, tiada lain ialah persolantenaga kerja yang makin banyak menganggur, tiada lain ialah membuka lapangan wirausaha dan memasyarakatkan pengetahuan kewirausahaan melalui berbagai buku dan lainnya. Menurut Wahyuningsih, S. (2009) Usaha Kecil dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang banyak diminati setelah terjadinya krisis ekonomi yang berdampak pada PHK pada perusahaan-perusahaan besar. Dukungan sektor UKM memberikan peluang kesempatan kerja bagi yang tidak tertampung di dunia kerja pemerintahan maupun perusahaanperusahaan menengah dan besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil UKM di Indonesia, kesempatan kerja yang diberikan pada kegiatan UKM, Sumbangan UKM terhadap PDB. Menurut Hadisoegondo, S. (2015) bahwa apabila kita membicarakan masalah wirausaha baru dan kebutuhannya ser- ta upaya mewujudkannya, seharusnya kita tidak
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
boleh melupakan berbagai pe- ngalaman yang telah kita miliki di masa lalu. Pada periode tahun 1970-an mun- cul konsep dan model tentang wiraswas- ta, telah dipromosikan dengan gencar, khususnya sebagai sarana yang diper- lukan oleh mereka-mereka yang ingin membuka dan mengembangkan usaha mandiri (self employed) serta para mana- jer dalam mendinamisasikan kegiatan ekonomi yang digelutinya. Kondisi nega- ra saat itu baru saja mulai masuk pada Pelita II, setelah sebelumnya mengalami masa sulit dalam phase Orde Lama. Perubahan terjadi pada tahun 1965 dengan berlangsungnya Orde Baru, yang menekankan masalah perbaikan ekonomi sebagai target utamanya. Orientasi ini mengakibatkan lemahnya pembinaan di bidang sosial budaya, yang membuat pincangnya pertumbuhan kehidupan bang- sa ini, sehingga berakibat buruk sampai datangnya krisis ekonomi. Pada tahun sekitar sekitar awal tahun 1970 1 di Amerika Serikat, kajian tentang masalah kewirausahaan juga sedang gencar tum- buhnya. Jadi nampak seolah-olah me- mang ada keterkaitan kepentingan yang mendunia sifatnya akan materi kewirausahaan dan kebutuhan akan tersedianya wirausaha (sebagai individu yang menerapkan konsep kewirausahaan) untuk membantu mengelola usaha atau bisnis secara rasional dan terencana. Wirausaha itu adalah sesorang yang dapat meng- hasilkan dan sekaligus menantang atas berbagai aturan sosial yang sudahm ada; sementara kewirusahaan merupakan konsep yang mampu men- jamin terjadinya proses perbanyakan populasi organisasi, dan sekaligus meletakkan landasan bagi tumbuhnya populasi baru. Pertumbuhan populasi baru itu, berdasar kajian sosiologis cukup terkait dengan materi kewirausa- haan yang dapat mempengaruhi terjadi- nya stratifikasi maupun ketidaksamaan dalam kehidupan masyarakat banyak. Adapun prosesnya adalah dengan cara melalui upaya mempertajam adanya peluang kehidupan antara para pendiri perusahaan di satu sisi dan kehidupan karyawan di sisi lainnya. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa melalui pengembangan modal manusia
243
dalam bentuk kewirausahaan memberikan nilai dalam rangka pengembangan modal manusia itu sendiri dan ini memberikan peluang dalam membangun berbagai keadaan yang ada. Selain berbentuk kewirausahaan juga masalah masalah keberdayaan masyarakat melalui program pemberdayaan Menurut Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F. (2012) bahwa Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan yang merangkum multi-aspek. Konsep ini mewakili paradigma baru pembangunan (postdevelopmentalism paradigm), yang bersifat people centred, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1995) dalam Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F. (2012). Paradigma pemberdayaan masyarakat lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety need), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman (1992) dalam Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F. (2012) disebut sebagai alternative development, yang menghendaki inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equaty” (Kartasasmita, 1997) dalam Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F. (2012). Intinya adalah agency, self-determination, dan selfhelp dengan basis sustainabilitas. Menurut Sumodiningrat (2002) dalam Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F. (2012), upaya memberdayakan masyarakat harus dilihat dari tiga sisi. Pertama, upaya itu harus mampu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Kedua, ia harus memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Ketiga, ia juga mengandung pula arti melindungi. Menurut Ife (2002) dalam Firmansyah, H., &
244
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
Pertanian, J. S. E. P. F. (2012), program pemberdayaan masyarakat hanya mungkin dapat mewujudkan indikator-indikator keberdayaan bila ia dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan, seperti prinsip holisme, keberlanjutan, keanekaragaman, perkembangan organik, perkembangan yang seimbang, dan mengatasi struktur yang merugikan. Prinsip-prinsip inilah yang bila diterapkan secara konsekuen akan menjadikan program pemberdayaan tersebut sebagai pemberdayaan masyarakat yang mampu memberdayakan masyarakat. Juga peranan modal manusia secara bersama-sama yakni modal kewirausahaan dan modal keberdayaan masyarakat sebagai basis tenaga kerja menjadi sangat menarik dan berperan. Sebagaimana juga disampaikan oleh Wahyudin, U. (2012) dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model pelatihan kewirausahaan berlatar ekokultural untuk pemberdayaaan masyarakat miskin di perdesaan seyogianya berfokus pada pembentukan pola pikir masyarakat dari pekerja menjadi pencipta pekerjaan. Substansi materi harus terkait dengan ekosistem dan unsur budaya yang lekat dengan masyarakat. Media belajarnya memanfaatkan gambar dan simbol yang terkait dengan budaya Sunda. Kurikulum, bahan ajar, strategi dan media pelatihan sebagaimana dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan hasil kajian teori dan pertimbangan pakar, secara empirik efektif untuk pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan. Model pelatihan kewirausahaan berlatar ekokultural yang meliputi kurikulum, bahan ajar/ materi pelatihan, strategi dan media pelatihan untuk pemberdayaan masyarakat miskin di perdesaan sebagaimana dikembangkan berdasarkan hasil kajian teori dan pendapat para pakar serta teruji secara empirik dalam penelitian ini, dapat diadaptasi dan diterapkan di lain tempat dengan penyesuaian ekologi dan kultur setempat. Agar model pelatihan yang dihasilkan bersifat utuh maka perlu dilakukan penataan struktur model dan penyempurnaan unsur-unsurnya, mulai dari dasar pemikiran hingga model evaluasi
programnya. Parameter ukur keberdayaan masyarakat yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan instrumen untuk mengungkap data yang akan dijadikan dasar analisis kebutuhan pelatihan dan sebagai pijakan dalam pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran.Perlu mengembangkan bahan ajar dan materi pelatihan yang sarat dengan ilustrasi gambar dan simbol yang memperjelas narasi verbal. Gambar dan simbol ini harus dipilih sehingga sangat lekat dengan unsur-unsur ekologis dan budayan lokal. Model pelatihan kewirausahaan berlatarekokultural untuk meningkatkan daya saing masyarakat miskin di perdesaan seyogianya berfokus pada perubahan dan pembentukan pola pikir dari pekerja menjadi pencipta pekerjaan. Substansi materi pelatihan harus terkait dengan unsur-unsur budaya yang lekat terhadap warga masyarakat dan bebasis pada agro bisnis mengingat lokasi ekologis penelitian ini berada pada daerah agraris dengan mata pencaharian utama penduduknya bertani. Media belajarnya lebih banyak memanfaatkan gambar dan simbol-simbol yang terkait dengan budaya Sunda sehingga mudah dipahami oleh warga masyarakat termasuk mereka yang tidak bisa baca-tulis. Model alat ukur keberdayaan masyarakat yang mencakup kemandirian, sikap mental kewirausahaan, telah teruji secara rasional maupun empirik. Alat ukur ini dapat dijadikan instrumen untuk mengungkap kebutuhan pelatihan serta data dasar pengembangan materi pelatihan kewirausahaan berlatar ekokultural. Model pelatihan kewirausahaan berlatarekokultural secara efektif dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin di perdesaan. Keberdayaanini tampak dalam sikap mental kewirausahaan dan kemandirian. Keberdayaan masyarakat miskin di perdesaan akan bertambah kuat dengan cara menciptakan perubahan kreatif yang berarti dari tidak bernilai menjadi bernilai, menghasilkan sebuah produk akhir yangmemiliki nilai pasar, mampu memulai dari nol dan yang dianggap tidak berharga.
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
245
Kuryanto, B., & Syafruddin, M. (2008). SIMPULAN Kesimpulan yang diambil berkaitan Pengaruh Modal Intelektual dengan peran modal manusia dalam Terhadap Kinerja Perusahaan. menambah nilai industry kecil dikaitan dengan peran kewirausahaan dan keberdayaan Sjafii, A. (2009). Pengaruh Investasi Fisik dari tenaga kerja sebagai basis industry kecil. dan Investasi Pembangunan Pengembangan jiwa kewirausahaan dan juga Manusia Terhadap Pertumbuhan pemberdayaannya oleh pemerintah dan Ekonomi Jawa Timur 1990perusahaan besar melalui kemitraan menjadi 2004. Journal of indonesian applied sebuah model yang perlu mendapatkan economics, 3(1). pertimbangan. Cahyono, B. (2014). Peran modal sosial dalam peningkatan kesejahteraan DAFTAR RUJUKAN masyarakat petani tembakau di Marijan, K. (2005). Mengembangkan industri Kabupaten Wonosobo. Jurnal kecil menengah melalui pendekatan Ekonomi & Bisnis, 15(1), 1-16. kluster. INSAN 7 (3): 216, 225. Syahra, R. (2003). Modal sosial: Konsep dan Lestari, A. W., & Woyanti, N. aplikasi. Jurnal Masyarakat dan (2011). Pengaruh Jumlah Usaha, Budaya, 5(1), 1-22. Nilai Investasi, dan Upah Minimum terhadap Permintaan Tenaga Kerja Widjajanti, K. (2011). Model pemberdayaan Pada Industri Kecil dan Menengah masyarakat. di Kabupaten Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Abbas, T. (2010). Modal Manusia dan Diponegoro). Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal EMabis FE-Unimal, 11(3). ZAMROWI, M. T. (2007). Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Alma, B. (2002). Kewirausahaan. Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang) (Doctoral Wahyuningsih, S. (2009). Peranan UKM dissertation, program Pascasarjana Dalam Perekonomian Universitas Diponegoro). Indonesia. MEDIAGRO, 5(1). Nurhayati, N., Hubeis, M., & Raharja, S. Hadisoegondo, S. (2015). Upaya (2012). Kelayakan dan strategi Penumbuhan Wirausaha Baru: pengembangan usaha industri kecil Masalah dan tahu di Kabupaten Kuningan, Jawa Pendekatannya. INFOKOP, 14(29). Barat. MANAJEMEN IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F. Kecil Menengah, 7(2), 111-121. (2012). Tingkat Keberdayaan Masyarakat dalam Program Brata, A. G. (2002). Pembangunan Manusia Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kinerja ekonomi regional di Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Indonesia. Economic Journal of Laut. Jurnal Agribisnis Emerging Markets, 7(2). Perdesaan, 2(1), 53-67.
246
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
Wahyudin, U. (2012). Pelatihan kewirausahaan berlatar ekokultural untuk pemberdayaan masyarakat miskin pedesaan. MIMBAR, Jurnal Sosial dan Pembangunan, 28(1), 5564.