“ PERAN MASTER CONTROL ROOM (MCR) SCTV DALAM PROSES PENYIARAN PROGRAM ACARA ”
SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh : Nama
: Bayu Arie Wicaksono
NIM
: 04103-010
Bidang Studi
: Broadcasting
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STRATA 1 (SATU) BROADCASTING
ABSTRAKSI
Nama / NIM Judul Bibliografi
: Bayu Arie Wicaksono / 04103 – 010 : Peran Master Control Room (MCR) SCTV dalam Proses Penyiaran Program Acara : 15 buku+2 website + hal 75
Persaingan televisi yang semakin ketat menuntut setiap televisi untuk menyajikan program yang terbaik. Pada tahun 2007 SCTV memberikan perubahan yang signifikan untuk menampilkan berbagai acara atau sajian program yang beraneka ragam khususnya hiburan, melalui tayangan-tayangan yang menghibur, dengan sistem penyiaran digital, untuk menampilkan tayangan yang berkualitas standart output tertinggi siaran. Juga mengajak pemirsa untuk melihat sisi lain dari sistem penyiaran yang ada di televisi khususnya di indonesia. Berdasarkan alasan tersebut penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai Peran Master Control Room (MCR) SCTV dalam proses penyiaran program acara. Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status ) apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Dalam kajian akan lebih di fokuskan untuk proses penyiaran yang dilakukan oleh On Air Director dan tape operator yang bertugas menjalankan, kelancaran siaran, dari persiapan program acara dan komercial break yang akan ditayangkan serta memastikan akurasi dan kualitas kesinambungan siaran dengan memelihara dan memenuhi standart tertinggi kualitas siaran. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan beberapa narasumber yang terkait langsung dengan peran dari master control room sebagi pengendali utama dalam penyiaran. Serta juga dilakukan dengan Observasi memantau jalannya proses siaran melalui pengamatan secara langsung di Master Control Room SCTV. Hasil penelitian memberikan gambaran strategi penyiaran yang dipakai tim Master Control Room SCTV untuk menayangkan program acara yang ada di SCTV, yaitu menggunakan strategi siaran dengan kualitas output tertinggi. Agar tayangan yang akan muncul menjadi tayangan yang terbaik untuk disaksikan oleh penonton, dengan menjaga kesinambungan siaran dan terhindar dari berbagai macam gangguan yang tidak diinginkan, dan menimalisasikan troubel pada tingkat serendak mungkin.
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Sidang…………………………………………………
i
Tanda Lulus Sidang…………………………………………………………..
ii
Tanda Lembar Perbaikan Skripsi………………………………..…………
iii
Abstraksi ………………………………………………………..…………..
iv
Kata Pengantar ............................................................................................. .
v
Daftar Isi ........................................................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah .......................................................
1
1.2
Perumussan Permasalahan....................................................
6
1.3
Tujuan Penelitian ..................................................................
7
1.4
Signifikansi Penelitian 1.4.1
Akademis ................................................................
7
1.4.2
Praktis ....................................................................
7
TINJAUAN PUSATAKA 2.1
2.2
Komunikasi Massa 2.1.1
Pengertian Komunikasi Massa ...............................
8
2.1.2
Proses Komunikasi Massa ......................................
12
2.1.3
Karakteristik Komunikasi Massa ...........................
13
2.1.4
Fungsi dan Tujuan Komunikasi Massa ..................
15
Televisi 2.2.1
Pengertian Televisi Sebagai Media dan Perkembangannya ..................................................
19
2.2.2
Karakteristik Televisi Sebagai Media ....................
2.2.3
Kelebihan dan Kekurangan Televisi
23
Sebagai Media..........................................................
26
2.2.4
Fungsi Media Televisi Bagi Masyarakat Sosial…...
29
2.2.5
Isi Media Penyiaran Televisi...................................
33
2.2.6
Program televisi…………………………………...
36
2.3
On Air Opreations (O.A.P.) Dalam Sistem Penyiaran TV ..
40
2.4
Definisi Peran .......................................................................
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Sifat / Tipe Penelitian ..........................................................
46
3.2
Metode Penelitian ................................................................
47
3.3
Teknik Pengumpulan Data ..................................................
58
3.4
Definisi Konsep ...................................................................
49
3.5
Fokus Penelitian ..................................................................
51
3.6
Teknik Analisa Data ............................................................
52
3.7
Karakteristik Informan .........................................................
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 4.1
4.2
Profil SCTV ..........................................................................
54
4.1.1
Sejarah Singkat SCTV ...........................................
54
4.1.2
Visi dan Misi SCTV ...............................................
56
4.1.3
Struktur Organisasi SCTV .....................................
57
4.1.4
Divisi Creative On Air Presentation (COAP) .........
58
Hasil Penelitian 4.2.1
Master Control Room (MCR) ................................
59
4.3 BAB V
4.2.2
Perangkat Keras (MCR) ..........................................
60
4.2.3
Proses Penyiaran .....................................................
62
4.2.4
On Air Director .......................................................
63
4.2.5
Tape Operator (TO) ................................................
64
4.2.6
Program Acara ........................................................
65
4.2.7
Komunikasi Dan Hubungan MCR ..........................
67
Pembahasan ..........................................................................
69
PENUTUP 5.1
Kesimpulan ...........................................................................
72
5.2
Saran ....................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah sesuatu yang pasti dibutuhkan oleh manusia, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu, komunikasi vertikal ( antara hamba denga sang pencipta) dan komunikasi secara horizontal (komunikasi antara manusia denga manusia).dalam tindakan komunikasi secara horizontal manusia dapat melakukannya secara langsung seperti tatap muka / face to face dengan lawan bicara,dan
dilakukan
secara
tidak
langsung
seperti
komunikasi
denga
menggunakan medium atau alat perantara seperti surat kabar, majalah, internet, radio dan televisi. Dengan pentingnya suatu komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi masyarakat dunia telah menjadi masyarakat yang informatif. Keadaan seperti ini didukung dengan adanya kebebasan berekspresi bagi setiap individu dalam mempresentasikan ide, pikiran, gagasan. Masyarakat saat ini cenderung menggunakan komunikasi sebagai alat penggambaran diri mereka sendiri. Dua orang insinyur listrik yakni Claude E.Shannon dan Warren Weaver, berhasil menerbitkan buku the methemetical theory of communication atas dana Rockefeller Foundation. Kedua insinyur yang bekerja dilabolatorium electronic bell ini, mencoba mendiskusikan sebuah model komunikasi yang nantinya banyak memberi pengaruh terhadap peneliti-peneliti komunikasi.1
1
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Perss, Jakarta. 2003.
Kedua tokoh ini tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman pesan melalui saluran-saluran electronik seperti telepon dan radio dari segi teknik, mereka menanyakan beberapa signal (pesan) yang bias ditransmit pada titik maksimum secara cermat dan teliti. Juga ditanyakan seberapa banyak signal yang rusak karena gangguan selama proses pengiriman sampai kepada penerima. Sedangkan dari segi bahasa, mereka juga menyelidiki bagaimana ketepatan signal yang ditransmit itu sesuai dengan arti yang sebenarnya, sehingga penerima memperoleh pesan sacara sempurna. Model komunikasi yang dibuat oleh kedua insinyur ini seperti pada gambar Gangguan-gangguan seperti ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Karena itu Shannon dan Weaver menyarankan, bahwa untuk berhasilnya proses komunikasi yang sempurna, sebaiknya semua gangguan diatas lebih dulu sebelum proses komunikasi berlangsung.2 Kekuatan komunikasi pada masa kini dapat membuat seseorang berbicara dengan ribuan bahkan jutaan orang secara serentak dan serampak, cirri utamanya adalah keserempakan, artinya, suatu pesan dapat diterima oleh komuniksi yang jumlahnya relatif banyak pada saat yang samasecara bersamasama. Sebagai bentuk industri dalam proyek komunikasi massa, media penyiaran televisi komersil memerlukan penghasilan dari program iklan yang disiarkan
secara
komersil,
pengiklan
memerlukan
khalayak
yang
tersegmentasikan pada produk atau tujuan yang dipasarkan, untuk itu stasiun
2
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Perss, Jakarta. 2003.
televisi sebagai perusahaan media penyiaran menyediakan khalayak acara-acara sebagai program reguler yang telah tersegmentasikan. Keserempakan merupakan ciri utama dari komunikasi massa adapun komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yaitu televise, radio, majalah, suratkabar, dan film. Media massa merupakan sarana dari komunikasi massa, media massa telah menjadi sumber dominant bukan saja indivudu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang juga dibaurkan dengan informasi dan hiburan. Adanya revolusi teknologi komunikasi, masyarakat dunia telah mengalami perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi, sehingga aktivitas
dan
cara
berkomunikasi
masyarakat
dalm
kehidupan
social,
perdagangan, ekonomi, penelitian, dan pendidikan telah berubah secara mendasar sejalan dengan kemajuan teknologi, informasi dan telekomunikasi. Dunia media massa electronik di Indonesia telah semakin berkembang pesat dalm beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya televise yang bermunculan, baik televise yang berskala nasional, seperti TVRI, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, IVM, yang tergolong sebagai perintis, yang kemudian diikuti oleh METROTV, TRANSTV, TRANS7, TVONE, DAN GLOBALTV, maupun televise local seperti Jaktv,OChannel,Jogja TV,BaliTv, dan sebagainya. Berkembangnya industri stasiun televisi memang berdampak luas pada semua aspek bisnis. Salah satu bisnis yang ikut terkerek langsung dengan pesatnya perkembangan bisnis stasiun televisi adalah bisnis pemasok dan
distributor program. Dampak langsung dari bermunculannya pemasok dan distributor program adalah banyaknya berbagai varian program televise. Banyaknya program televisi ini, terlepas dari format programnya yang terkadang mirip dengan program-program televise lain yang ditayangkan distasiun televise yang berbeda, merupakan cerminan dari besarnya gairah bisnis pemasojk program televisi di Indonesia. Media penyiaran televisi memiliki daya tarik audio-visual yang menyediakan format gambar dan suara, sekaligus aspek multimedia di dalamnya. Format penyampaian pesan media penyiaran televisi dapat melihat keberadaan khalayak yang memungkinkan bagaimana proses pesan dapat dengan baik, efektif, serta efisien diterima oleh audiensnya sebagai sasaran penerima pesan. Media penyiaran televisi memiliki predikat teknis dalam menyiarkan atau medianisasi pesan terkait berbagai format yang diterima berbagai khlayak, isinya dimuat pada seksi traffic yang terdiri atas program reguler dan interupsi reguler. Ashadi Siregar dalam bukunya Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi dan Melihat Radio: Program reguler merupakan kelompok besar dari format materi informasi acara seperti berita, dialog, drama, dan lain-lain. Interupsi reguler merupakan kelompok besar dari format materi informasi penyela acara seperti iklan, pengumuan, layanan sosial, promo, dan lain-lain. 3 Beraneka ragamanya acara televisi membuat kaya atas segasla bentuk sajian yang menarik, dengan kemasan yang disuguhkan oleh stasiun televise yakni SCTV, menjadi trend saat ini dikalangan remaja. Dengan program misik
3
Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran: Membaca Televisi Melihat Radio, Yogyakarta, LP3Y, (2001)
masyarakat menjadib terhibur, sebagai obat yang dimana dalam keseharian mendapat banyak peristiwa yang bias membuat ketegangan dalam berpikir. Hal itu disebabkan, karena sebagian besar penduduk atau masyarakat Indonesia haus akan hiburan dan tontonan yang menarik, yang bias menimbulkan kesan beragam. Untuk itu SCTV melakukan siarannya melalui 47 stasiun transmisi, yang dipancarluaskan secara digital dengan bantuan "Satelit Palapa C2", hingga menjangkau lebih dari 175 juta potensial populasi pemirsa di lebih dari 240 kota di seluruh Indonesia. Untuk mendukung siaran dan produksi program yang berkualitas, inovatif, dan kreatif, SCTV mengembangkan sarana dan prasarana siaran serta produksi yang didukung oleh peralatan digital canggih, seperti4 A. News studio seluas 150 m2 yang dilengkapi dengan Virtual Studio yang mampu membuat set backdrop, dengan sistem digital imaging B. 2 Production Studio yang dilengkapi peralatan produksi digital, seluas 500m2 & 700m2 C. Master Control siaran yang dilengkapi dengan sistem otomasi digital berbasis Hard Disk Adapun input dari semua program televisi masuk kedalam ruang master control, sebagai tempat penyeleksian terakhir sebelum sampai kepemirsa dirumah.master control room adalah sebuah stasiun pengendali siaran, disebut master karena fungsinya sebagai pengendali utama siaran. Ada juga yang dinamakan sub control yaitu berfungsi sebagai ruang kendali siaran distudio baik
4
www.sctv.co.id\sctv history\SCTV - Satu Untuk Semua - Profil Perusahaan.htm
studiop produksi maupun studio pemberitaan. Output dari semua sub control masuk kemaster control room untuk kemudian ditayangkan. Isi dari master control room adalah perangkat-perangkat keras yang digunakan untuk menunjangoperasional siaran yang dioperasikan oleh crew on air oprations, dan dipimpin oleh crew chiff untuk menunjang siaran yang berkualitas tinggi. Master control room merupakan terminal terakhir siaran, dari semua program yang akan ditayangkan termasuk penayangan running teksdan komersial break. Dan bertanggung jawab dalam melaksanakan operasional siaran, persiapan siaran dan penayangan program dan iklan, serta memastikan akurasi dan kualitas kesinambungan siaran dengan memelihara dan memenuhi standard tertinggi siaran.5 Selain program langsung materi program berupa kaset beta camp yang diedit dalam bentuk time code, sebagai acuan siaran persegment untuk memudahkan siaran dan mengakurasikan durasi dan audio visual serta keterangan warna sebagai syarat untuk mendapatkan siaran yang berkualitas tinggi, dimana itu semua melalui beberapa proses sehingga layak untuk disiarkan , melalui mester control room.
I.2. Perumusan Masalah Sejauh mana fungsi MCR (Master Control Room) SCTV dalam menunjang proses penyiaran program acara di SCTV.
5
Rudi danardono. Standard operationsl procedure on air, SCTV, 2008.
I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kepada khalayak pengertian peranan MCR secara teknis dalam proses komunikasi pada media penyiaran televise komercial, SCTV
I.4. .Signifikansi Penelitan I.4.1. Signifikansi Akademis Penulis mempertimbangkan bagaiman suatu proses komunikasi dapat berjalan efektif sampai kepada audiens/ khalayak melaluipentingnya peranan MCR pada media penyiaran televise I.4.2. Signifikansi Praktis Penulis berharap melalui hasil penelitian peranan teknis MCR dalam komunikasi media penyiaran televise dapat dijadikan referensi pada fungsi stategis media komunikasi massa electronic dalam teknologi industri penyiaran yang terus berkembang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Banyak teori-teori yang menjelaskan tentang pengertian komunikasi massa. Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan oleh Bittner, yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.6 Komuniksi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan-pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.7 Kata ”massa” adalah morfem penting yang membedakan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lainnya. McQuail berpendapat bahwa kata ”massa” memiliki dua makna yang ambivalen, yaitu makna positif dan makna negatif. Dari sisi positif, ”massa” bermakna kumpulan kekuatan atau solidaritas untuk tujuan kolektif. Pengertian ini mengingatkan kita pada pemahaman massa atau massive bagi kaum sosialis. Sebaliknya, dari sisi negatif ”massa” dipahami sebagai mob atau kerumunan orang yang tidak teratur, tidak berbudaya, dan irasional. Akan tetapi dalam ilmu komunikasi, ”massa” sebagai khalayak, yaitu
6
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, 2003, Hal 188. 7 Ibid, hal 189..
banyak orang yang sesungguhnya tidak saling mengenal, berjauhan, dan cenderung heterogen8. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Ia menyebutkan komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.9 Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa dapat menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi yang disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus-menerus dalam jangka waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan oleh lembaga dengan memerlukan teknologi tertentu. Banyak pengertian mengenai keberadaan suatu proses yang mendefinisikan komunikasi dalam ilmunya. Para ahli telah banyak memberikan beberapa konseptulitas dalam memahami suatu proses hubungan mengenai keberadaan dirinya untuk melakukan penerimaan dan mengirimkan berbagai bentuk pesan, dengan mengharapakan berbagai tujuan. Sebagai bagian dari ilmu yang ditemukan dan dapat dipelajari oleh berbagai pihak, banyak pendapat mengemukakan bahwa komunikasi sebagai ilmu merupakan sesuatu yang bersifat umum dan sistematik, yang dapat disimpulkan dalam dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum (Nasir, 1988), selain itu rasionalitas, dapat digeneralisasi, dan disistematisasi (Shaphere, 1974), dan masih banyak pendapat mengenai keilmuan yang memberikan dasar pengertian komunikasi sebagai ilmu.
8
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa. Penerbit Erlangga, 1996, hal 31. Elvinaro Ardianto & Lukita Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, 2004, hal 3-4.
9
Ruang lingkup kehidupan manusia berkaitan mengenai fungsi dalam bersosialisasi
antar
manusia
lain.
Sifat
manusia
untuk
menyampaikan
keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambanglambang itu dalam bahasa verbal maupun non-verbal (Hafied Cangara).10 Manusia sebagai bentuk eksistensi pikiran, sikap, dan perilaku dalam bentuk berkehidupan memiliki suatu pola pengembangan identitas yang alami antara dirinya dengan ruang lingkup beserta berbagai aspek pesan di dalamnya (sosial). Pemahaman mengenai aspek pesan dalam ruang lingkup kehidupannya, manusia memerlukan kesadaran guna melihat atau membaca, mengartikan, serta memahami pola tanda atau simbolik yang ada dan masuk (interpretasi) yang hadir dalam mengguga nalurinya berdasarkan pemahaman mengenai keberadaanya dan menimbulkan peran tersendiri dengan menjadikanya sebuah arti untuk berbagai fungsi dan tujuan atas reaksi dan interaksi. Melihat keberadaanya mengenai siapa, dan apa yang terdapat sebagai pesan, lanjutnya pengertian mengenai proses komunikasi menjadi lebih variatif dangan membentuk sistematis mengenai keberadaan dirinya sebagai komunikator, melihat keberadaan khusus dari yang bersifat umum pada dirinya (coding intrapersonal), menimbulkan reaksi sifat dari suatu kebutuhan dan fungsi keberadanya, mengolah bentuk isyarat dan menciptakan pesan terhadap sesuatu bentuk yang berkarakter dari keberadaan yang lain (komunikan), yang berkoneksi terhadap sesuatu yang umum. Proses tersebut membagi beberapa bentuk 10
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Perss, Jakarta. 2003.
komunikasi atas komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan konsep hubungan pesan yang disalurkan atau tersalurkan melalui media terhadap khalayak luas, artinya hubungan sebuah komunikasi massa memiliki perhatian penting atas kahalayak yang luas, struktur media, dan efek dalam kondisi tertentu sebagai pengaruh media atas komunikator atau situasi yang mempengaruhi media atas komunikator. Hal menarik mengenai konsep efek dalam komunikasi massa adalah peran sosial dari media terhadap kemampuannya untuk mengubah perilaku komunikan,11 hal tersebut diuraikan melalui proses komunikasi massa pada masalah sosial yang terjadi. Berbicara mengenai pengertian komunikasi massa pada referensi masalah sosial yang ada, jelas konstruksi uraiannya dengan mengidentifikasi khalayak, media, konsep pesan, dan efek sebagai fenomena komunikasi massa. Seperti yang telah diuraikan dalam formula Lasswell mengenai teorinya, komunikasi massa merupakan suatu proses yang menggambarkan siapa pelaku yang akan memberikan apa mengenai pesan, melalui saluran mana, kepada siapa pesan tersebut disampaikan, dan efek apa yang muncul dari pesan yang disampaikan. Selain itu, komunikasi massa yang merupakan bagian dari proses komunikasi dua arah, De Fleur menambahkan adanya perangkat umpan balik setelah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikannya, Shannon – Weaver
mengungkapakan
hubungan
mengenai
transmitter
pesan
yang
disampaikan berupa sinyal terlebih dahulu akan melewati gangguan kepada
11
Tommy Suprapto, Berkarier Di Bidang Broadcasting. Media Pressindo. Yogyakarta, 2006.
penerima yang mengalami medianisasi.12 Media penyiaran televisi dalam konteks komunikasi massa, prosesnya dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran informasi sebagai pesan pada channel (stasiun televisi) disebarkan kepada khalayaknya melalui perangkat elektronik pemancar dan penerima. 2.1.2
Proses Komunikasi Massa Mengenai pola kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi
sosial antara dirinya, kelompok, dengan ruang lingkup yang luas, proses penerapan media sebagai sumber dalam tejadinya komunikasi massa terhadap khalayak, mengidikasikan peran khalayak sebagai bahan penyedian pesan atas komunikator dan pihak lain sebagai rantai, terkait teori komunikasi yang merupakan proses kontak mengenai pesan untuk maksud dan tujuan masingmasing. Aspek keterkaitan mengenai unsur komunikasi massa sangat luas, menimbang prosesnya yang selalu menerapkan efek terhadap kemajemukan dari komunikannya. Komunikasi massa memilki pengaruh yang dihadapkan dengan berbagai bentuk penerima pesan dari sumber atau komunikator. Berbagai pengaruh mengenai efek dari komunikasi massa, menimbulkan beberapa teori yang berkaitan mengenai proses pesan dari sumbernya terhadap khalayaknya baik individu atau kelompok pada proses feed back. Pengaruh
komunikasi
massa
terhadap
individu
menciptakan
kesimpulan mengenai adanya teori dalam bentuk stimulus-respons, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulu tertentu, dengan demikian seseorang dapat
12
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi: Teori-Teori Dasar Komunikasi Massa “buku materi pokok modul 1-9” 2002
mengharapkan atau memperkirakan sesuatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiensnya13. Proses mengenai pengaruh dari komunikasi massa terhadap individu juga dapat terjadi dengan adanya sebuah posisi dari tingkat penengah sebagai karakter yang beperan bagi pemuka pendapat atau ahli untuk memberikan pengaruh dengan orang lain. Pengaruh komunikasi massa terhadap individu juga dapat dikenal dengan teori difusi inovasi, yaitu mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap. Everett M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker (1973) merumuskan dengan memberikan asumsi bahwa sedikitnya terdapat empat tahap dalam suatu proses difusi inovasi, yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, dan konfirmasi.14 2.1.3 Karakteristik Komunikasi Massa Definisi-definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh ahli-ahli komunikasi tersebut pada prinsipnya sama, bahkan antara satu definisi yang satu dengan definisi yang lain dianggap saling melengkapi. Melalui definisi-definisi itu pula, kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa, yaitu sebagai berikut:15 a.
Komunikator terlembagakan Dengan mengingat kembali pendapat Gerbner bahwa komunikasi massa melibatkan lembaga, kita bisa membayangkan bahwa proses penyampaian pesan tidak hanya dilakukan oleh satu orang, melainkan melibatkan banyak
13
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi: Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu “buku materi pokok modul 1-9” 2002 14 Ibid. 15 Onong Uchjana Effendy, ”Ilmu Komunikasi Teori dan Prektek”, Bandung : P.T Remaja Rosdakarya, 1984 hal. 20-25
orang dengan keahlian yang berbeda-beda, teknologi yang cukup memadai, dan dana yang cukup besar. b.
Pesan bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk orang atau sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu, pesan komunikasi massa bersifat umum.
c.
Komunikannya anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim) karena proses komunikasinya menggunakan media dan tidak bertatap muka. Selain anonim, komunikan dalam komunikasi massa juga heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, tingkat ekonomi, dan sebagainya.
d.
Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang bisa dicapai relatif banyak dan tidak terbatas, bahkan komunikan yang banyak tersebut secara serempak dalam waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
e.
Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan sekaligus. Dalam komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting, sedangkan dalam komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa,
pesan harus disusun sedemikian rupa bersasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f.
Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, sehingga komunikator tidak dapat melakukan kontak langsung dengan komunikannya. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, tetapi di antara keduanya tidak dapat berdialog secara langsung.
g.
Stimulasi alat indra “terbatas” Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, komunikan hanya melihat, pada radio, komunikan hanya mendengar, sedangkan pada televisi, komunikan hanya melihat dan mendengar.
h.
Umpan balik tertunda (delayed) Umpan balik (feedback) yang diberikan oleh komunikan pada komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat diterima secara langsung.
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Massa Kata atau istilah “komunikasi” (dari bahasa inggris “communication”) berasal dari kata “komunikatus” dalam bahasa lain yang artinya “berbagai” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjukkan pada upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster’s New College Dictionary edisi tahun 1997 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi diantara individu melalui system lambang lambang, tanda tanda atau tingkah laku. Menurut Karlinah dalam Karlinah, dkk. (1990), fungsi komunikasi massa secara umum adalah sebagai berikut. a.
Fungsi informasi Media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus akan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
b.
Fungsi pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education) karena banyak menyajikan hal-hal yang bersifat mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayaknya.
c.
Fungsi memengaruhi Fungsi memengaruhi pada media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan/ditampilkan.
d.
Fungsi proses pengembangan mental Untuk mengembangkan wawasan, kita butuh berkomunikasi dengan orang lain. Dengan komunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal itu bisa diperoleh dari pengalaman pribadi dan orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk
memahami betapa besar ketergantungan manusia pada komunikasi karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya. e.
Fungsi adaptasi lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses adaptasi ini berlangsung sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya.
f.
Fungsi memanipulasi lingkungan Manipulasi di sini bukan diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk saling memengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling memengaruhi orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi ini, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan. Harlod D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat
ilmu politik menyebutkan tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi. Dari teori dasar biologi menyebut adanya dua kebutuhan apa yang mendorong manusia hingga ingin berkomunikasi, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Teori dari fungsi dasar Lasswell dalam manusia berkomunikasi berkaitan mengenai teori dasar biologi yakni, hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya, upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, dan upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Mengenai prosesnya, komunikasi merupakan kegiatan yang berlangsung dinamis, unsur-
unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis (Berlo, The Process of Communication, 1960)16 Pengaruh lain mengenai efek komunikasi massa selain pengaruh terhadap individu yaitu pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Pengaruh mengenai komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya pada umumnya mengacu pada suatu efek jangka panjang yang tidak langsung. Teori yang menjelaskan mengenai efek komunikasi massa sebagai pengaruh terhadap masyarakat dan budaya diantaranya agenda setting, dependency, spiral of silence, dan information gaps. Agenda Setting yang memberikan pengertian mengenai prioritas topik dari suatu media dalam mempengaruhi perhatian audiens terhadap topik mana yang dianggap lebih penting, sehingga media dapat mempengaruhinya dalam tataran kognitif. Teori Dependensi menyatakan bahwa efek dari suatu proses komunikasi massa merupakan hasil interaksi berbagai subsistem dalam suatu sistem sosial tertentu yang memiliki tiga tataran dalam kognitif, afektif, dan kognatif. Sedangkan mengenai teori Spiral of Silence menjelaskan bahwa keberaneka ragaman mengenai pendapat atau ungkapan yang berbeda akan tersingkirkan dengan meluasnya pendapat yang dominan melalui media. Information Gaps muncul yang diakibatkan pemberian intensitas, kualitas, atau pemerataan yang sama mengenai pesan, disampaikan kepada khalayak luas yang
16
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi: Teori-Teori Dasar Komunikasi Massa “buku materi pokok modul 1-9” 2002
beraneka ragam atau berbeda dari orang atau kelompok dalam potensi masyarakat untuk menyerap atau menerima bentuk informasi.17 Efek maupun pengaruh dari proses hubungan komunikasi massa berlanjut dengan pengayaan mengenai perspektif komunikasi massa dua arah, yang memberikan gambaran adanya hubungan timbal balik mengenai sumber terhadap audiensnya. Hubungan timbal balik tersebut dijelaskan lebih lanjut mengenai pendekatan khusus dalam sikap aktif audiens terhadap keterlayakan isi media, di mana khalayak memiliki ragam dan macam mengenai penggunaan serta kebutuhan dari pesan dan saluran komunikasi massa. Hal-hal mengenai proses komunikasi massa, fungsi, dan efek, merupakan dasar dalam mengenal tujuan pada aspek komunikasi massa khususnya. Hal tersebut menimbulkan banyak variasi dalam menciptakan pesan serta saluran bagi keberadaan media di tengah-tengah khalayak. Berawal dari media cetak sebagai bagian dari media massa, hingga media elektronik seperti radio dan televisi mulai banyak menentukan dan menciptakan berbagai variasi isi dari media massa guna memenuhi penggunaan dan kebutuhan khalayak sebesarbesarnya.
2.2
Televisi
2.2.1
Pengertian Televisi Sebagai Media dan Perkembangannya Televisi merupakan salah satu sarana proses komunikasi media
massa 17
(mass
media
communication).
Penyelenggara
siaran
merupakan
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi: Pengaruh Komunikasi Massa.“buku materi pokok modul 1-9” 2002
komunikator, sedangkan khalayak (penonton) merupakan komunikan. Isi pesan televisi tersaji dalam bentuk informasi audio-visual gerak dan sinkron. Sasaran khalayak bisa bersifat lokal, nasional, regional, dan internasional. Televisi merupakan media komunikasi massa yang sangat kuat memengaruhi pemirsa secara psikologis.18 Salah satu kelebihan dari media televisi adalah program-program tayangannya mampu membuka wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada di lingkungan masyarakat. Konsep diri pemirsa setelah menyaksikan tayangan acara televisi jelas menentukan seberapa jauh media televisi itu mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa, baik secara emosional, intelektual, maupun sosial. Media televisi merupakan salah satu media massa yang mampu menyajikan informasi tentang kejadian-kejadian dalam masyarakat secara objektif. Kini, tinggal bagaimana mengemas suatu acara/program televisi agar sinkron dengan realitas sosial objektif yang terjadi dalam lingkungan hidup pemirsanya. Secara umum, setiap stasiun televisi akan melakukan langkah-langkah baru untuk menarik minat para pemirsa untuk menonton program-program yang ditayangkan, antara lain: a. Memberitakan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi dalam masyarakat. b. Menyajikan berita atau informasi dengan fakta-fakta yang lengkap. c. Melakukan investigasi pemberitaan yang komprehensif.
18
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, Penerbit Rineka Cipta, 1996, Hal 124.
d. Menyajikan paket-paket hiburan yang berkualitas dari segi isi pesan maupun penggarapannya (film, musik, sinetron, dll.). 19 Sebagai alat yang berfungsi medianisasi pesan terhadap khalayak luasnya yang bersifat abstrak dan tak terhingga, sumber melalui televisi sebagai media mengkontribusikan sebanyak-banyaknya khalayak melalui penyajian program-program acara yang memungkinkan setiap waktu sebagai komoditas barang yang dapat diperjualbelikan. Di Indonesia beberapa bentuk televisi sebagai media penyiaran yang berkembang saat ini merupakan televisi komersial dan publik dengan sistem nasional dan daerah. Secara praktis, aplikasi prinsip-prinsip transmisi informasi visual dimulai pada tahun 1884 oleh Paul Nipkow, ilmuwan berkembangsaan jerman dengan karyanya “scanning – disc transmitter and receiver” pada saat yang tidak jauh berbeda, Edward Mubridge dan J.D Isaacs berhasil dalam membuat proyeksi gambar. Hasil eksperimen ini kemudian digunakan oleh Thomas Alva Edison dalam mengembangkan alat yang disebut kinetoscope, sebuah kamera yang digunakan untuk mengambil gambar melalui gulungan film, kemudian televisi mulai diperkenalkan kepada publik pada acara pameran dunia 1939. Perjalanan terus melaju sehingga tahun 1950-an dikenal sebagai “Television’s Golden Era”. Sejalan dengan itu televisi terus berkembang pesat dan semangkin populer sebagai perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan
media
massa
elektronik
khususnya
membawa
kemajuan teknologi yang bersifat elastis terus berubah secara teknis dalam memberikan isi pesan berupa program siaran. Televisi khususnya merupakan 19
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, Penerbit Rineka Cipta, 1996, Ibid., 125
media massa elektronik yang mengembangkan teknik perpaduan gambar dan suara. Media penyiaran televisi merupakan industri besar yang dikelola dengan beberapa bagian pokok antara tingkat manajemen finansial sebagai perusahaan dengan pengelolaan teknis mengenai kendali siar dan isi mengenai visi dan misi sebagai bentuk idelaisme. Beberapa bentuk televisi yang berkembang saat ini di Indonesia merupakan televisi komersial dan publik dengan sistem nasional dan daerah. Secara praktis, aplikasi prinsip-prinsip transmisi informasi visual dimulai oleh Paul Nipkow, ilmuwan berkembangsaan jerman dengan karyanya “scanning – disc transmitter and receiver” pada saat yang tidak jauh berbeda, Edward Mubridge dan J.D Isaacs berhasil dalam membuat proyeksi gambar. Hasil eksperimen ini kemudian digunakan oleh Thomas Alva Edison dalam mengembangkan alat yang disebut kinetoscope, sebuah kamera yang digunakan untuk mengambil gambar melalui gulungan film, kemudian televisi mulai diperkenalkan kepada publik pada acara pameran dunia. Perjalanan terus melaju sehingga dikenal sebagai “Television’s Golden Era”. Sejalan dengan itu televisi terus berkembang pesat dan semangkin populer. Di Indonesia, televisi lahir tahun 1962, saat itu Indonesia terpilih sebagai tuan rumah dalam Asian Games ke IV. Pada saat itu pemerintah dianggap perlu mendirikan sebuah setasiun televise yang tujuannya agar dapat meliput berita-berita atau peristiwa mengenai olah raga akbar itu. Bulan Agustus presiden Soekarno meresmikan Televisi Republik Indonesia (TVRI), sekaligus pionir dalam pertelevisian Indonesia.
Beberapa ciri atau karakteristik dari televisi sebagai media massa elektronik diantaranya : Informasi yang disampaikan kepada komunikan melalui proses pemancaran gelombang elektronik, isi pesan berupa audio-visual, sifat periodic atau tidak dapat diulang, transitory atau hanya dapat didengar dan dilihat sekilas, serentak dan global, meniadakan jarak dan waktu, dapat menyajikan bentuk pesan atau informasi secara langsung orsinil atau tunda, tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur, mendidik, kontrol, sosial, sebagai penghubung atau bahan informasi. 2.2.2
Karakteristik Televisi Sebagai Media Beberapa ciri atau karakteristik dari televisi sebagai media massa
elektronik diantaranya: Informasi yang disampaikan kepada komunikan melalui proses pemancaran gelombang elektronik, isi pesan berupa audio-visual, sifat periodik atau tidak dapat diulang, transitory atau hanya dapat didengar dan dilihat sekilas, serentak dan global, meniadakan jarak dan waktu, dapat menyajikan bentuk pesan atau informasi secara langsung orsinil atau tunda, tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur, mendidik, kontrol, sosial, sebagai penghubung atau bahan informasi. Karakteristik-karakteristik televisi sebagai media adalah ciri khas dari sebuah proses perkembangan komunikasi massa dan teknologi, untuk itu karakteristik televisi sebagai media massa memilki kaitan erat mengenai fungsi sosial terhadap khalayak, struktur media dalam penyajian pesan, dan perangkat teknis sebagai komponen komunikasi. Dalam artikel Television as New Religion
oleh Gerbner dan Conolly, keistimewaan karakteristik televisi sebagai media, dapat digambarkan melalui uraian berikut:20 A. Televisi menghabiskan waktu dan tingkat perhatian yang lebih dari masyarakatnya dibanding media lain dalam menyerap nilai dan pengetahuan di dalamnya, B. Televisi tidak membutuhkan aktivitas khusus untuk mengaksesnya, perangkatnya tersedia di rumah-rumah atau di mana saja dan kapan pun, C. Televisi tidak membutuhkan keahlian khusus dalam menyimak seperti keterbatasan dalam buta huruf atau tingkat pendidikan, D. Televisi memberikan akses gratis bagi khalayaknya untuk dilihat didengarkan secara umum, E. Televisi merupakan sistem simbol sebuah media komunikasi seperti media lainnya, televisi menyebarkan pesan bersamaan secara luas kepada seluruh khalayak
yang
dapat
mengaksesnya,
kebanyakan
masyarakat
menggunakan televisi secara acak tidak memilih. Cara lain menggambarkan karakteristik atau ciri dari televisi sebagai media massa, menjelaskan televisi sebagai alat yang menghubungkan proses komunikasi dan bentuk pesan mengenai isi yang tersirat di dalamnya. Televisi sebagai channel komunikasi massa merupakan media massa elektronik penyiaran, prosesnya membutuhkan prangkat elektronik melalui sistem transmisi glombang elektromagnetik atau pemancar satelit yang diterima melalui perangkat pesawat televisi sebagai alat teknis yang menerima signal berupa signal analog atau digital berupa gambar dan suara. Artinya televisi sebagai channel 20
Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi dan Melihat Radio. LP3Y, 2001.
dalam media komunikasi massa memilki karakteristik seperti yang telah disebutkan diatas yaitu: prosenya yang melalui gelombang dan pemancar dalam bentuk audio-visual, meniadakan jarak melalui perangkat elektronik, diterima oleh khalayak luas melalui perangkat elektroniknya, sifatnya melalui transmisi hanya dapat dilihat dan didengara sekilas atau transitory. Mengenai konsep pesan dari televisi dalam media komunikasi massa sebagai sumber, media televisi memilki produk-produk siaran yang dapat disampaikan kepada khalayaknya secara luas sebagai karakteristik pesan media massa publik, fungsinya memberikan efek secara langsung dalam menghibur dan mendidik kepada khalayaknya secara individu atau menyeluruh. Produk-produk siaran merupakan isi program penyiaran yang berkaitan dengan aktivitas sosial untuk menarik perhatian dari berbagai khalayak terkait individu di berbagai bidang. Sebagai media massa, isinya menyampaikan apa yang patut dan dapat disampaikan kepada publik sebagai bagian konsumsi khalayak banyak, disamping strateginya sebagai media dalam tahap positioning dan targeting terhadap khalayak. Artinya televisi sebagai media massa memiliki karakteristik atau peran, sebagai sumber yang menghubungkan pesan terhadap khalayak luas dengan teknis secara langsung atau tunda, selain itu kontrol sosial dengan cepat melalui informasi terhadap berbagai fungsionalis struktur peran-peran khalayak di masyarakat sosial, serta penghubung mengenai informasi dan pesan dalam situasi atau kondisi yang diperlukan secepatnya. Memahami televisi sebagai media massa elektronik, perannya dalam proses komunikasi masa untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas
menimbulkan karakteristik yang menggambarkan beberapa point sebagai uraian strategis khalayak dalam menggunakan televisi. Dengan demikian kita dapat meninjau beberapa signifikansi karakteristik televisi atas kebermanfaatan media komunikasi massa, salah satunya dengan cara menggambarkan situasi sosial keterlayakan media televisi di tengah-tengah khalayak 2.2.3
Kelebihan dan Kekurangan Televisi Sebagai Media Target televisi sebagai media adalah audiensi khalayak sebesar-
besarnya, khalayak merupakan masyarakat sebagai publik umum yang berada dimana saja dan kapan pun dengan keterlayakan medianya televisi. Bagaimana televisi sebagai channel dapat dikatakan sebagai media komunikasi massa yang memilki keterlayakan dengan kebermanfaatan pesan di dalamnya bagi khalayak, sedikit menerangkan adalah dengan menjelaskan melalui beberapa peran televisi sebagai kondisi dari alat komunikasi media massa antara komunikator dan komunikannya. Televisi merupakan sarana atau perangkat yang berfungsi dalam menyediakan atau menghubungkan pesan kepada khalayak sebagai saluran komunikasi massa, proses itu membentukkan karakter khusus dari televisi sebagai media massa elektronik. Sebagai perngkat teknis saluran pesan media massa elektronik, televisi memiliki kriteria khusus dalam fungsi media, dan memiliki posisi khusus dalam kebermanfaatan media bagi sumber dan khalayaknya. Pada era ini, televisi merupakan salah satu dari bentuk kemajuan konvergensi bidang teknologi dalam komunikasi, praktisnya seluruh masyarakat dapat mengenal berbagai informasi dengan cepat secara bersamaan kepada siapa saja dan di mana pun, kemajuan teknologi membantu banyak khalayak dalam
menerima pesan melalui format audio-visual untuk memudahkan intersepsi akan gambaran pesan secara singkat, selain itu televisi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas mewakili berbagai aspek ketertarikan individu dalam berbagai bidang. Berbicara secara terkait mengenai media massa elektronik televisi, ada beberapa hal yang patut di perhatikan untuk mempelajari atau memperjelas karakteristik televsi sebagai media massa yang efektif atas keterlayakannya pada kriteria saluran media massa dalam proses komunikasi. Pada dasarnya televisi merupakan perangkat teknis yang membutuhkan kelengkapan sistem telekomunikasi audio-visual, khalayak untuk mendapatkannya sebagai pesan memerlukan perangkat penerima atau reciver television sets tergantung modul atau sistemnya, sementara media televisi sebagai sumber membutuhkan pemancar melalui gelombang elektromagnetik atau mekanisme rangkaian alat seperti kabel dan sirkuit sebagai perangkat teknisnya, singkatnya televisi memerlukan perangkat dari sumber dan penerima, proses medianisasi pesan oleh sumber melalui televisi sebagai saluran komunikasi menggunakan keterlayakan media melalui perkembangan teknologi yang sepadan, gangguan perangkat teknologi secara teknis membutuhkan kelayakan alat dalam mekanisme fungsional benda. Seperti yang telah diungkapakan Shannon and Weaver secara teknis, dalam proses komunikasi selama pesan masih disampaikan kepada komunikan, hubungan itu pasti melewati noise yang menggangu isi pesan hingga ditangkap oleh penerima dari sumbernya dapat tidak efektif atau medianisasi yang tidak layak sebagai saluran penghubung komunikasi.
Selain hal tersebut, televisi sebagai media memilki keterbatasan waktu melalui air time yang disampaikan kepada khalayak dengan sangat cepat, hingga tidak memungkinkan setiap individu memilki porsi yang sama dalam menginterpretasikan pesannya pada waktu yang bersamaan. Membaca khalayak yang siapa saja dapat menggunakan televisi sebagai media massa, dan dengan sangat cepat melalui masing-masing kemampuan individu mengenali fungsi pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara membawa kondisi sosial sebagai powerfull effect yang kolektif, lebih jauh lagi televisi sebagai alat memerlukan pengawasan extra sebagai komoditas sosial menjaga efek yang positif bagi setiap individunya, hingga lebih dalam televisi sebagai media massa melalui pesannya terhadap khalayak seperti pisau bermata dua yang dapat membawa kebaikan dan keburukan konsekuensi kebermanfaatan media yang khas. Pada dasarnya juga terdapat 3 aspek dari fungsi televisi sebagai media penyiaran yang menjadi perspektif kebermanfaatannya yaitu berkualitas, baik, dan benar. Siaran yang berkualitas adalah siaran yang kualitas suara dan atau gambar dalam keadaan prima, siaran yang baik adalah siaran yang isi pesannya baik audio maupun visual bersifat informatif, edukatif, persuasif, akumulatif, komunikatif, dan stimulatif. Selain itu siaran yang benar adalah siaran yang isi pesannya baik audio maupun visualnya diproduksi sesuai dengan sifat fisik medium radio dan atau televisi (wahyudi,1994).21
21
Tommy Suprapto, Berkarier Di Bidang Broadcasting. Media Pressindo. Yogyakarta, 2006.
2.2.4
Fungsi Media Televisi Bagi Masyarakat Sosial Televisi mempunyai fungsi yang secara umum diakui adalah sebagai
berikut. a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini sering disebut informasi, yaitu mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan, bukan menuruti kemauan penguasa yang dapat memanipulasi kenyataan yang terjadi. Seandainya fungsi ini diperhatikan dengan sungguhsungguh, televisi dapat menjadi media komunikasi yang cukup demokratis, sejauh yang hidup di dalam masyarakat dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui siaran. b. Menghubungkan satu dengan yang lain Televisi dapat menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain, kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Televisi yang menyerupai sebuah mozaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan yang lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. c. Menyalurkan kebudayaan Sebenarnya, kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat jika televisi berfungsi sebagai pengawas masyarakat. Akan tetapi, diharapkan televisi dalam hal ini bersikap lebih proaktif. Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut mengembangkan kebudayaan.
d. Hiburan Dalam media audio-visual, segalanya minimal mempunyai sedikit unsur hiburan. Kalau tidak menghibur, pada umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini, hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Hiburan juga bisa mengandung unsur pendidikan. Oleh karena itu, seorang pembuat program acara televisi harus jeli dalam membuat sebuah program acara agar sesuai dengan keinginan pemirsanya sehingga dapat menghibur sekaligus mendidik mereka. e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Fungsi yang kelima ini sering dijadikan bahan diskusi karena mudah disalahgunakan oleh penguasa. Namun, dalam situasi tertentu, fungsi ini cukup masuk akal. Misalnya, jika terjadi bencana alam, televisi, dengan kelebihannya, yaitu segi visual, dapat menggambarkan kejadian yang sebenarnya, sehingga bisa menggugah masyarakat luas untuk turut serta membantu meringankan beban para korban, baik bantuan moral maupun finansial..22 Dalam kelima fungsi televisi tersebut di atas, perlu diperhatikan juga mana yang bukan fungsi televisi karena tidak cocok dengan kebudayaan audiovisual. Informasi dalam arti penerangan yang berasal dari satu sumber saja sebetulnya bukan fungsi televisi. Demikian juga pendidikan dalam arti pendidikan formal, umumnya tidak dapat dibebankan kepada televisi. Segala pesan dan imbauan yang tidak dilengkapi dengan bukti visual dan tidak diungkapkan dalam bentuk seni sebagai ekspresi kultural, juga kurang cocok dengan fungsi televisi.
22
Ruedi Hofmann, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, 1999, Hal 54-59.
Televisi merupakan salah satu media massa yang mempunyai jangkauan komunikasi yang sangat luas. Selain kekuatannya menyajikan acara dalam bentuk suara dan gambar, televisi juga melahirkan konsep-konsep tayangan jurnalisme investigasi dalam pemberitaannya. Televisi kini berubah menjadi alat untuk menyelidiki suatu kasus yang sedang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, televisi berupaya menyajikan berita yang ingin diketahui pemirsanya di luar kenyataan dari informasi yang diberitakan secara formal. Masyarakat sosial merupakan kondisi kolektifitas individu yang ada dalam interaksi dari peran-peran subyektifitasnya terhadap kesamaan cakupan teritorial secara menyeluruh. Televisi sebagai media memilki peran sebagai komoditas pesan pada fungsi sosial, banyak kepentingan yang bermain dalam mempengaruhi isi atau kebijakan-kebijakan dalam mengatur dan menglola struktur pemograman mengenai pola tayangan. Untuk mengetahui isi media penyiaran televisi, terlebih dahulu perlu diketahui kepentingan televisi sebagai media publik yang memiliki bentuk dalam membawa fungsi bagi masyarakatnya atau khalayak sebagai audiens. Hal yang menjadi kajian televisi sebagai media massa terhadap khalayak yang membawa pesan bagi audiensnya melalui konsep segmentasi. Publik sebagai khalayak media massa televisi terbagi atas kelas dan usia, dua hal itu akan menjadi perhatian khusus bagi media televisi dalam membawa kepentingan penyelenggaraan penyiaran terhadap fungsi-fungsinya sebagai media massa bagi khalayak. Pada awal berdirinya media penyiaran televisi sebagai media, televisi sebagai media massa sudah wajib menentukan visi dan misinya untuk
menciptakan media bagi khalayak, fondasi ini sudah memberikan bentuk dari televisi yang dimaksud sebagai televisi yang membawa kepentingan atas khalayaknya dalam menyajikan dan memberikan pesan sebagai sumber. Sangat banyak kepentingan umum yang terdiri dari berbagai individu dan kelompok dengan membawa fungsi sosial dalam menyelengarakan penyiaran, paling tidak secara geografis perbedaan waktu yang terdapat antara penyedia acara dari stasiun televisi terkait dengan daerah-daerah bagian lain mempengaruhi format siaran yang membawa fungsi kepentingan umum setempat akan acara yang sepadan (unsur strategis). Fungsi umum atas penyelengaraan acara televisi sebagai media dibagi atas 2 bagian besar yaitu fungsi mendidik dengan sajian informasi dan menghibur dengan sajian acara hiburan. Sajian-sajian mendidik dapat didasari atas kebutuhan khalayak akan informasi, dan strategi media dalam memberikan informasi sebagai perkembangan khalayak akan informasi. Sajian-sajian menghibur didasari atas kebutuhan khalayak yang sesuai akan hiburan melalui acara-acara hiburan televisi. Untuk memenuhi fungsi sosial melalui penyajian acara, televisi membagi melalui ragam siaran dan penyelenggaraan penyiaran televisi. Ragam siaran dibagi dalam siaran lokal, regional, jaringan, dan berlangganan. Sementara itu penyelenggaraan penyiaran televisi dibagi atas televisi berazaskan siaran umum, pendidikan, close circuit (komunitas), berlangganan, dan televisi pemberitaan.23
23
Soenarto, RM. Progama Televisi: Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran. FFTV-IKJ Press. Jakarta. 2007.
Melalui cici-ciri karakteristik media massa televisi dalam ragam siaran dan penylenggaraannya, televisi memiliki fungsi sosial pada media massa yang membawa kepentingan berbagai karakter individu dalam kelompok besar atas informasi dalam situasi sosial terkait, serta hiburan yang memegang kondisi sosiologi berbagai kahalayaknya. Melalui beberapa asumsi teori kultivasi televisi yang positif terkait fungsi sosial, televisi merupakan komsumsi publik atas media yang membawa realitas sosial, membawa banyak sekali pesan-pesan televisi atas pandangan masyarakat pada hubungan sosial terkait, serta memberikan pengaruh dalam kemampuan memantapakan dan menyamakan pandangan atau persepsi sebagai informasi untuk memperjelas masalah sosial terkait. Dapat dikatakan bahwa televisi dengan bentuk medianya sebagai saluran komunikasi massa dengan fungsi sosial yang bersifat objektif, mewakili kebutuhan-kebutuhan instant terhadap pemberian efek bersamaan, melalui penyajian acara-acara sebagai isi media penyiaran. 2.2.5
Isi Media Penyiaran Televisi Isi media penyiaran meliputi 3 aspek penting antara media sebagai
sumber atas ideologi atau visi dan misinya, instansi atau pihak terkait menyangkut kepentingan media yang menghidupinya, dan consumer sebagai target audiens atas kepentingan medianya. Melihat kepentingan
media sebagai dasar
mempengaruhi muatan isi yang akan disiarkan, telah disebutkan beberapa ragam penyelenggaraan televisi seperti televisi swasta komersial umum, pemberitaan, atau pendidikan dan televisi pemerintah sebagai media publik. Kajian pesan dalam isi media penyiaran televisi merupakan komoditas sosial terkait perspektif media massa. Dalam beberapa teori dalam ilmu
komunikasi, komunikasi merupakan ilmu yang mendukung berbagai macam teknik profesionalisme dari berbagai ilmu di dalamnya. Komunikasi merupakan kajian multidisipliner, khusus mengenai kajian dalam media massa televisi, kelompok-kelompok pesan difungsikan dengan berbagai aspek sosial dan berbagai bidang, dengan idelalisme seumum-umumnya dan audiens sebanyak mungkin. Isi media penyiaran televisi atas masing-masing kepentingan pelaku komunikasi massa, membaca kapasitas pesan sebagai isi media massa, dengan mengkhalayakan kelompok terbesar hingga kelompok terkecil yang menyangkut pola karakteristik masyarakatnya di berbagai bidang. Artinya televisi sebagai media komunikasi massa, memiliki kajian atas perspektif sosial yang mencakup kepentingan khalayak terhadap konteks teritorialnya. Isi media penyiaran televisi sebagai media masa pada kelompok acara yang diprogramkan, dikategorikan dalam karya jurnalis dan seni yang sedikit di singgung di pembahasan sebelumnya. Karya jurnalistik merupakan acara televisi yang bersifat informatif dengan fungsi utamanya sebagai produk pemberitaan untuk melaporkan, menginformasikan, atau mengangkat situasi serta kondisi sosial sebagai materi yang ada dan dibutuhkan di masyarakat di berbagai bidang seperti pembangunan, ekonomi, budaya, olahraga, kriminal, politik, pendidikan, dan lain-lain dengan peritimbangan asas kedekatan dan konsekuensi dalam wawasan atau mendidik. Isinya bisa terkait konflik, emosi atau ketertarikan, dan spekulasi sosial yang faktual, semua isi berita dikategorikan dalam jenis berita ringan dan berat. Karya artistik merupakan acara televisi yang bersifat menghibur, fungsi utamanya sebagai materi-materi yang dapat menghibur atau menyuguhkan
ketertarikan berupa imajinasi bersifat fiksi dan khayalan, yang isinya dapat memberikan kepuasan sikologi masyarakat sebagai kebutuhan khalayak dalam program-program hiburan.24 2.2.6 Program televisi Kata program berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undng penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran, yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata siaran, untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian program memiliki pengertian yang sangat luas. Program atau acara yang disajikan adalah factor yang membuat audien menarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran televise. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain. Dalam hal ini terdapat rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan penonton dalam jumlah besar. Bagian yang paling bertnggung jawab dalam mengelola program atau suatu acara pada stasiun penyiaran adalah bagian atau department program. Adapun jenis program acara yang ada di stasiun SCTV yaitu: 24
Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi dan Melihat Radio. LP3Y, 2001.
1. PROGRAM INFORMASI Adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan ( informasi ) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi. Dengan demikian program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show ( perbincangan ) program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). A. Berita keras Adalah segala informasi penting atau menarik yang harus segara di siarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. 1
Straight news berarti berita langsung (straight) maksudnya suatu berita yang singkat (tidal detaila) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang diberitakan.
2
Feuture adalah berita ringan namun menarik, pengertian menarik disini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kecak kekaguman dan sebagainya.
3
Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity)dank arena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemail sinetron atau film, penyanyi dan sebagainya.
B. Berita lunak atau soft news Adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. 1. Current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lenkap dan mendalam 2. Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam berdurasi panjang. 3. Documenter adalah program informasi yang bertujuan untuk mempelajari dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. 4. Talk show adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topic tertentu yang dipandu oleh seseorang pemabawa acara 2. PROGRAM HIBURAN Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam katagori hiburan adalah drama, music, dan permainan (geme). A. Drama Program drama adalah pertunjukkan atau (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang diperankan oleh pemain(artis)yang melibatkan konflik dan emosi. Program acara SCTV yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.
1. sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan sedangkan dinegara lain disebut opera sabun (soap opera atau daytime serial) namun di Indonesia lebih popular dengan sebutan sinetron. 2. film disin adalah film layer lebar yang dibuat oleh perusahaanperusahaan film. Karena tujuan pembuatannya adalah untuk layer lebar (theater) maka biasanya fil baru bisa ditayangkan di televise setelah terlebih dahulu dipertunjukkan dibioskop atau bahkan setelah film itu didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk vcd atau dvd. B. Permaianan atau game show Merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan hadiah atau sesuatu C. Music Program music dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video klip atau konser, program musik berupa konser dapat dilakukan dilapangan (outdoor) ataupun didalam studio (indoor).
2.3 On Air Opreations (O.A.P.) Dalam Sistem Penyiaran TV Sistem penyiaran nasional indonesia ( SPNI ) terdiri dari beberapa sub sistem, sebagai berikut:25
25
Penyiaran Televisi, Master.web.id/files/greenpaperpenyiaran_bab_IV_2007.pdf, 2008.
A Subsistem manajemen nasional bidang (sektor) penyiaran,yang meliputi perangkat dan proses regulasi penyiaran, termasuk pembuatan dan penetapan regulasi (rule making) pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
(supervising)
dan
pengawasan
(controlling)
terhadap
pelaksanaan regulasi sektor penyiaran B Subsistem penyelenggaraan penyiaran, sering disebut dengan “industri” penyiaran. Kata industri sendiri mungkin kurang tepat, karena dihampir semua
negara
dimaksudkan
ada untuk
pula
penyelenggaraan
mendapatkan
penyiaran
imbalan
atau
yang
tidak
pendapatan
finansial,sehingga sukar dikategorikan “industri”. Dalam subsistem penyelenggaraan penyiaran perlu ditemukenali struktur industri yang tepat, baik dimasa sekarang maupun dalam kurun waktu cukup lama kedepan. Untuk itu perlu diteliti “value chain”, atau ……………. Yang berlaku atau akan berlaku dalam penyelenggaraan penyiaran di zaman modern. Dalam penyelenggaraan penyiaran terdapat mata rantai dalam value chain yang berhimpit, tumpang tindih dengan penyelenggaraan telekomunikasi, diakibatkan oleh ber konvergensinya teknologi penyiaran dan teknologi telekomunikasi. C Subsitem pendukung penyiaran nasional. Mencangkup berbagai unsur (elemen) yang dapat dikategorikan secara langsung masuk dalam bidang atau sektor penyiaran, seperti misalnya produksi muatan penyiaran, pendidikan dan latihan penyiaran dan elemen yang tidak secara langsung masuk sektor penyiaran, seperti misalnya industri manufaktur perangkat
keras penyiaran (masuk sektor perindustrian), industri periklanan (masuk sektor perdagangan dan lain sebagainya.
2. Sistem penyiaran nasional indonesia dipayungi (atau didasari) ketentuan pokok negara kita yaitu pancasila dan undang-undang dasar republik indonesia. Dalam penjabarannya, tentu harus di temukenali dan ditetapkan: A Tujuan penyiaran nasional B Fungsi-fungsi yang dibebankan pada sistem penyiaran nasional Dalam rangka pencapaian tujuan nasional dalam keseluruhannya
3. Tujuan dan fungsi penyiaran Dari berbagai kajian dapat dirumuskan butir-butir yang menggambarkan secara kongrit fungsi-fungsi penyiaran di indonesia, sebagai berikut: A Penyiaran mempunyai peran “nation and character-building”, berperan sebagai suatu sumber informasi publik, sebagai pengungkap identitas budaya nasional serta sebagai sarana untuk saling menghubungkan bagianbagian masyarakat yang berbeda-beda atau yang terpencil. B Penyiaran menjadi cara yang sangat penting dalm ekspresi budaya,dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan (memelihara,melestarikan) keanekaragaman budaya dalam masyarakat indonesia. C Penyiaran diadakan untuk memperkuat kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Penyiaran hendaknya mengembangkan terwujudnya demokrasi
yang bertanggung jawab, berdasarkan informasi yang benar dan lengkap. Penyiaran hendaknya menggambarkan pandangan-pandangan dalam masyarakat yang berbeda dengan cara yang berimbang D Penyiaran dimasudkan untuk mewakili nilai-nilai masyarakat indonesia tentang kesopanan dan selera yang luhur (baik, tinggi). E Penyiaran indonesia memberikan perhatian yang penting bagi pendidikan nasional dengan cara-cara yang inovatif dan dalam bentuk-bentuk yang menarik dan mudah dicerna masyarakat. F Dalam segala hal diatas, industri penyiaran perlu menunjukan sikap dan kinerja yang responsif, efisien dan ampu bersaing. On Air Oprations atau Master Control Room (MCR) dalam sebuah stasiun televisi adalah tempat yang digunakan sebagai pengendali siaran. Disebut Master karena fungsinya sebagai pengendali uatama siaran. Ada juga yang dinamakan Sub Control, yaitu berfungsi sebagai ruang kendali siaran di studio baik studio produksi maupun pemberitaan. Out put dari sumua sub control masuk ke Master Control untuk kemudian disiarkan.26 Isi dari Master Control Room adalah perangkat-perangkat keras yang digunakkan untuk menunjang operasional siaran yang dioperasikan oleh crew On Air Ops. Yang terdiri dari : On Air Director, Tape Operator, dan dipimpin oleh crew chief.27 A. On Air Director 1 Bertanggung jawab terhadap kelancaran siaran (On-Air) selama bertugas dan dibantu oleh Tape Operator (TO). 26 27
Modul Standar Operation Procedure (SOP) Rudi Danardono, SCTV, 2008. Ibid.
2 Cek kesiapan materi siaran : tape Log-sheet OAD, Log-sheet TO, cue sheet program. 3 Isi kolom operator setiap lembar Log, dengan : jam awal dan akhir bertugas, nama On Air Director dan Tape Operator. 4 Isi jam siar sesungguhnya pada kolom Actual time di log, 5 Beri tanda chek-mark (V) setiap event yang sudah tayang dan benar. 6 Cek posiosi cue setiap next segment progrsm yang akan siar. 7 Gunakan transisi MFC (medium Fade Cut) untuk masuk break. Dan MCF untuk keluar break. Untuk wevent bumber (lokal break dan sensor) gunakan medium fade. 8 Memonitor kualitas program, level video : black leveldan level audio. 9 Memonitor kualitas audio/video comercial break dan aoakah materi TVC sesuai dengan cue sheet 10 Melakukan koordinasi pada saat siaran langsung. B. Tape Operator sebelum dan sesudah siaran 28 1
Membantu On Air Director dalam siaran
2
Cek kesiapan materi, antara lain A. Cek tape program apakah sudah ready B. Update play-list schedule untuk menentukan VYR program yang akan berjalan. C. Cek Log dengan membuka seluruh lembaran log apakah ada perubahan atau late order.
28
Modul Standar Operation Procedure (SOP) Rudi Danardono, SCTV, 2008.
D. Cek play list schedule apakah sudah diedit sesuai dengan semua ketentuan yang berlaku dan perubahan late order ter update. Cek cue sheet. Program. 3
Prosedure Load Tape kedalam VTR
4
Membuat running teks pada insicriber untuk promo program dan program delay.
2.4 Definisi peran Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalakan suatu peranan ( soekanto 1984 ). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peran adalah seseorang yang menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan perintah atas apa yang ingin ditampilkan untuk memberikan pesan kepada audience atau masyarakat dalam bentuk sebuah informasi atau hiburan yang beranekaragam. sejalan dengan perkembangnya teknologi komunikasi, maka mediapun kini menjadi semakin canggih dan kompleks. Istilah dari media massa itu sendiri dapat diartikan sebagai the organized means for communicating openly and at a distance to many receivers within a short space of time (Mc Quail, 2000 ;17). kriteria dalam definisi tersebut bersifat relative, karena sejak awal media (lukisan batu ) sampai pada bentuk-bentuk digital paling baru saat ini, telah terjadi berbagai perkembangan yang meningkatkan kapasitas, kecepatan dan efisiensi dari transmisi pesan.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa media massa secara luas telah membantu masyarakat dalam merumuskan persepsi dan menginterpretasikan sekaligus mendefinisikan realitas social serta menyebarkan standar-standar kenormalan dalam berbagai hal yang ditemui dalam keseharian berdasarkan teori-teori mediasi, media massa sehubungan dengan hal tersebut berperan sebagai,: A. Suatu jendela (window) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berbagai pengalaman hidup sehingga masyarakat bisa memperluas pandangannya tanpa campur tangan pihak lain. B. Suatu saringan dan penjaga gerbang-gatekeeper yang memilih bagianbagian dari pengalaman tertentu untuk mendapatkan perhatian lebih atau kurang. C. Suatu guider atau interpreter yang memberikan petunjuk dan arahan atas apa yang membinggungkan masyarakat. D. Suatu forum atau platform untuk menyampaikan ide-ide Atau pikiran kepada masyarakat. E. Suatu interlocutor yang tidak hanya memberikan informasi tetapi juga merespon pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat. F. Suatu cermin atas peristiwa yang terjadi masyarakat dan didunia sehingga dapat memberikan refleksi yang dapat dipercaya.
BAB III METODOLOGI
3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini bersifat tidak mencari atau menjelaskan hubungan, ataupun menguji hipotesis, justru mencari teori.29 Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada dan mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. Untuk itu dibutuhkan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian kualitatif lebih dimaksudkan untuk memperoleh gambaran atau pemahaman mengenai gejala dari perspektif subjek atau si pelaku.30 Penelitian kualitatif lebih mengutamakan proses daripada hasil, bagaimana gejala tersebut muncul dan mencari jawaban atas pertanyaan why bukan what.31 Karya ilmiah ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk: 1.
Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang menggambarkan gejala yang ada.
2.
29
Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku.
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hal. 34 30 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, hal. 44 31 Sri Rahayu Pudjiastuti, Metode Penelitian Pendidikan, STKIP Press, Jakarta, 2006, hal. 64
3.
Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama, dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
4.
Membuat evaluasi.32
3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus adalah sebagai berikut. a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden. d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual, tetapi juga kepercayaan (trustworthiness). e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.
32
Jalaludin Rakhamat, Metode Penelitian Komunikasi, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1995.
f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.33
3.2.Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah: 3.2.1. Data primer, yaitu melalui: a. Wawancara mendalam, yaitu suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.34 Secara garis besar, wawancara dibagi menjadi 2, yaitu: wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, sering disebut wawancara
mendalam
(indepth
interview),
wawancara
intensif,
wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (opened interview). Wawancara ini dilakukan penulis dengan cara tanya jawab langsung (tatap muka) dan tidak langsung (melalui telepon, faksimili, atau email) dengan pihak-pihak yang terlibat dalam aktifitas master control room. b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.35 Dalam hal ini, penulis mengamati langsung
33
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2003, 201202 34 Deddy Mulyana, op.cit., 180. 35 H. Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Penerbit Rineka Cipta, 2006, Hal 104.
proses aktifitas master control room dengan mengikuti secara langsung proses penayangan program acara. 3.2.2. Data sekunder, yaitu melalui: Studi Pustaka/Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan/data-data yang relevan dengan masalah yang dibahas, yaitu melalui buku, modul/catatan kuliah, artikel majalah, website, dan dokumentasi record tape master control.
3.3.Definisi Konsep Berikut ini adalah beberapa konsep yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Peran, merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan/status, apabila seseorang yang melakukan hak & kewajibannya sesuai dengan peranan yang dilakukan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peran adalah seseorang yang menjalankan tugas & kewajibannya sesuai dengan perintah atas apa yang ingin ditampilkan untuk memberikan pesan kepada auditence dalam bentuk informasi & hiburan yang menarik dan beraneka ragam. 2. Master Coutrol Rom (MCR) Master Coutrol Rom (MCR) dalam sebuah stasiun televise adalah tempat yang digunakan sebagai pengendali siaran disebut master karena fungsinya sebagai pengendali utama siaran, ada juga yang dinamakan Sub Countrol yaitu berfungsi sebagai ruang kendali
siaran distudio baik studio produksi maupun pemberitaan, out put dari semua sub control masuk ke master control rom untuk kemudian disiarkan 3. Proses Penyiaran MCR menerima print out log siaran & lembar cuesheet dari dept traffic, log siaran memuat program-program yang di siarkan selama 24 jam, sedangkan materi programnya berupa kaset betacamp. 4. Surya Citra Televisi (SCTV) Adalah salah satu stasiun swasta di Indonesia yang berdiri pada tahun : Agustus 1990 bertempat di Surabaya, dan hanya bias diterima didaerah Surabaya dan sekitarnya. Pada tahun 1993 berbekal SK materi penerangan No. III/1992 SCTV melakukan siaran secara nasional
keseluruh
wilayah
Indonesia
untuk
mengantisipasi
perkembangan industri televise, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta pada tahun 1998 dan tahun 1999 SCTV melakukan siaran secara nasional dari Jakarta. 5. Program Acara Adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiesnnya. Seperti, acara berita, musik, sinetron, variety show, talk show, feuture and documenter dan lainlain. Untuk menarik penonton yang beraneka ragam.
3.4.Fokus Penelitian Fokus penelitian dibuat agar peneliti dapat lebih sistematis dan tidak meluas, merujuk pada proses penyiaran, dan maka fokus dari peneliti ini adalah bagaimana peran master control room dalam menayangkan program acara di SCTV, agar dapat memenuhi standard tertinggi kualitas siaran yaitu : 1. Master Countrol Rom (MCR) a. Perangkat keras b. Proses penyiaran c. On air director d. Tape director 2. Program acara SCTV 3. Komunikasi dan hubungan MCR a. Departement Planning dan Scheduling b. Web c. Marketing dan Sales d. Produksi e. PR f. Promosi g. News h. Teknik
3.6. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.36 Denzin (1978) membedakan empat macam teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.37 Penulis menggunakan teknik triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
(2)
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen/data yang berkaitan.
3.7.Karakteristik Informan Ciri-ciri informan yang dipilih pada aktifitas penayangan program acara di SCTV yaitu sumber daya manusia dalam proses On Air Oprations sebagai Koordinator dan Crew chieff MCR di SCTV yang memiliki karakteristik sebagai berikut : Narasumber yang berkompeten untuk dimintai informasi dan data-data mengenai sumber daya dalam divisi creative on air oprations 1.Manager On air oprations : Rudy Danardono
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2004, Hal 178. 37 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2004, Hal 178.
Bekerja sebagai Karyawan SCTV dan menjabat dalam Departement On Air Ops 2. Koodinator On air oprations : Budi Waluyojati Bertanggung jawab dalam melaksanakan operasional siaran, persiapan dan penayangan program dan iklan serta memastikan akurasi dan kualitas kesinambungan siaran dengan memelihara dan memenuhi standard tertinggi kualitas siaran. 3. Crew chief On air oprations : Nurwanto Informan yang kompeten untuk diwawancarai karena menguasai bahan dari apa yang menjadi objek penelitian penulis yaitu proses penayangan program acara dalam On Air Ops, hal tersebut yang memang dikuasai oleh Koordinator dan Crew chieff untuk bertanggung jawab atas gangguan pada tingkat minimal.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
4.1. PROFIL SCTV 4.1.1. Sejarah singkat SCTV Bermula dari Jl. Darmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen
Penerangan
No.
1415/RTF/K/IX/1989
dan
SK
No.
150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya. Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah pada konvergensi media SCTV mengembangkan potensi multimedianya
dengan
meluncurkan
situs
http://www.liputan6.com,
http://www.liputanbola.com Melalui ketiga situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya, melalui induk
perusahaan PT. Surya Citra Media tbk (SCM), SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media baru. SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan
dari
dinamika
masyarakat.
SCTV
menangkap
dan
mengekspresikannya melalui berbagai program berita dan feature produksi Divisi Pemberitaan seperti Liputan 6 (Pagi, Siang, Petang dan Malam), Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih tayangan yang sesuai. Untuk itu, dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri atas ada bimbingan untuk orangtua sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No: 32/2002 tentang Penyiaran yang terdiri dari BO (Bimbingan Orangtua), D (Dewasa) dan SU (Semua Umur). Jauh sebelum ketentuan ini diberlakukan, SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai dengan karakter programnya.38 Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai prestasi diraih dari dalam dan luar negeri antara lain: Asian Television Awards (2004 untuk program kemanusian Titian Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil), Majalah Far Eastern Economic Review (3 kali berturut-turut sebagai satu dari 200 perusahaan terkemuka di Asia Pasific), Panasonic Awards (untuk program berita, pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya. Semua itu menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Untuk itu, manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya
38
Satu Untuk Semua, Profil Perusahaan, SCTV, 2008 http://www.sctv.co.id/
sebagai stasiun televisi keluarga. Maka sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk Semua.39 Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya. SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakkan penekanan yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia.
4.1.2. VISI DAN MISI SCTV
1. VISI SCTV :
Menjadi stasiun televisi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pencerdasan kehidupan bangsa. 40
39 40
Satu Untuk Semua, Profil Perusahaan, SCTV, 2008 http://www.sctv.co.id/ Ibid.
2. MISI SCTV :
Membangun SCTV sebagai jaringan stasiun televisi swasta terkemuka di Indonesia dengan :
1. Menyediakan beragam program yang kreatif, inovatif dan berkualitas yang membangun bangsa. 2. Melaksanakan tata kelola perusahan yang baik (good corporate governance). 3. Memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholder.
4.1.3. STRUKTUR ORGANISASI SCTV
4.1.4. Divisi Creative On Air Presentations (COAP) Divisi creative on air presentations (COAP) pada stuktur di SCTV merupakan divisi yang bertanggung jawab pada proses on air dan off air, dimana
proses ini berlangsung, mulai dari tahapan pra produksi, produksi. Pasca produksi yang mempunyai kepentingan dan kelancaran serta keindahan program yang membuat proses penyiaran berjalan dengan baik dari kualitas siaran maupun keindahan tayangan yang akan muncul. Divisi coap terdiri dari berbagai department, yaitu :41 A. Departement Graffis
Departement grafis berfunsi menjalankan suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, kegiatan perusahaan maupun perancangan (rancangan), suatu program atau pun untuk tampilan-tampilan logo SCTV.
B. Departement Editting Editing atau penyuntingan gambar adalah suatu proses memilih shot dan menyusun rangkaian shot yang akhirnya menjadi sutu cerita yang utuh. Shot demi shot dirangkai menjadi satu scene, scene diikuti scene berikutnya menjadi satu sequence, squence ke squence berikutnya dan hasilnya adalah suatu rangkaian shot dari suatu cerita yang utuh. Tujuan dari proses editing adalah menyajikan suatu cerita dengan jelas kepada penonton. Staf produksi yang mengerjakan editing atau penyuntingan gambar disebut dengan editor.
41
SOP Master Control SCTV, Jakarta, 2008.
Department editing merupakan department yang membantu dalam proses on air dan off air, program-program produksi SCTV. Dan juga termasuk didalam nya audio visual (dubing) untuk program delay, seperti pembuatan station id, promo, filler dan lain-lain C. Departement on air ops Departement On Air Ops adalah tempat penyeleksian terakhir dari semua yang sudah dikerjakan oleh departement lain, sebagai terminal terakhir proses siaran yang dijadikan sebagai ujung tombak dari proses penyiaran, bertanggung jawab atas kelancaran siaran dengan kualiatas output tertinggi dan standart broadcast, depaertement Onair juga sangat berpengaruh kelancaran siaran dan meminimalisasikan gangguan dari semua soure yang masuk ke master control room.
4.2.
HASIL PENELITIAN
4.2.1. Master Control Room (MCR) SCTV
Master control room dalam sebuah stasiun televisi adalah tempat yang digunakan sebagai pengendali siaran. Disebut master karena fungsinya sebagai pengendali utama siaran. Ada juga yang dinamakan dengan sub control, yaitu berfungsi sebagai ruang pengendali siaran distudio baik studio produksi maupun pemberitaan. Output dari semua sub control masuk ke master control room untuk kemudian disiarkan. Hal yang dikemukakan oleh manager OAP mengenai master control 42 adalah : “Master control merupakan terminal terakhir penyiaran, dimana proses siaran dengan melalui beberapa tahapan untuk memenuhi standard siaran dan kualitas terbaik, sehingga bisa diterima dengan baik oleh masyarakat yang menyaksikan acara-acara SCTV.”
Isi dari master control room adalah perangkat-perangkat keras yang digunakan untuk menunjang operasional siaran yang dioperasikan oleh crew on air ops, yang terdiri dari on air director , tape operator dan di pimpin oleh crew chief.
4.2.2. PERANGKAT KERAS (MCR) Perangakat keras dalam Master Cotrol Room mempunyai peran penting atas teknik penyiaran seperti yang dikemukakan oleh manager On air oprations Bapak. Rudi danardono berikut ini 43 “Alat-alat yang digunakan untuk penyiaran di Master control (MCR) SCTV adalah OMINIBUS SYSTEM AUTOMATION sebagai pengendali siaran yang mempunyai berbagai sistem automation yang dapat dikontrol secara manual melalui jaringan komputer yang ada di MCR.”
42
Wawancara dengan Manajer On Air OPS, Rudi Danardono, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan 43 Idem
Sedangkan untuk membantu proses penyiaran dan demi kelancaran siaran, Bapak Rudi danardono juga memaparkan berbagai alat yang ada di MCR sebagai penunjang siaran antara lain. 1. 2 Buah tv monitor plasma sony ukuran besar satu digunakan untuk memonitor jalannya siaran dan yang lainnya untuk memonitor sources atau sumber-sumber gambar yang tersedia. 2. video switcher probel tx-320Digunakan untuk memilih gambar yang akan disiarkan, dalam hal ini video switcher telah dikontrol secara otomatis oleh system automation, Video switcher menampung semua sumber gambar yang ada seperti ; VTR, SERVER, STUDIO, SATELITE, CG DLL. 3. VTR ( video tape recorder ) 4 vtr digunakan sebagai media pemutar program, 2 vtr sisanya untuk ingest commercial. 3 vtr dari jenis analog sony dengan format tape betacamp dan 2 vtr lainnya dari jenis digital sony dengan format tape imx masing-masing VTR diberikan tv monitor b/w 10”. 4. SERVER QUARTEL Sebagai media penyimpanan clip-clip commercial, promo, psa, filler, music video. Ada 2 buah server yaitu : Library server dengan kapasitas penyimpanan 50 jam durasi dan cachebox server dengan kapasitas penyimpanan 12 jam durasi, masing-masing server mempunyai 4 device yaitu library 1 sampai library 4 dan cashe 1 sampai cashe 4, jadi MCR mempunyai 8 buah device server. 5. CG ( character generator) inscriber Digunakan untuk menanyangkan tulisan, running teks, bumper, logo, super impose commercial dll. 6. LOGO INSERTER Berfungsi mirip character generator tapi lebih spesipik khusus untuk menayangkan logo. Dapat dikontrol secara otomatis oleh automation. 7. 4 WORK STATION ( terminal ) b. media gateway sebagai sarana input atau output data sebelum dan sesudah siaran c. Aqcusition ws Digunakan untuk ingest atau transfer materi commercial dan promo dari pita kaset ke server. d. Schedule builder ws Digunakan untuk entri data atau membuat play schedule siaran e. Transmission ws Digunakan untuk siaran. 8.4 Buah speaker untuk memonitor audio on air dan off air.
Dari penjelasan diatas alat-alat yang digunakan adalah alat untuk menunjang siaran yang harus dioperasikan oleh crew on air seperti yang diungkapkan oleh Bapak Rudi danardono sebagai berikut : “Dalam penayangannya semua sistem automation selalu dikontrol dan diawasi oleh broadcast support dan dijalankan crew on air yang bertugas demi kelancaran siaran dengan prosedure kualitas output tertinggi siaran”
4.2.3. PROSES PENYIARAN Didalam proses penyiaran program acara di MCR ada berbagai kegiatan yang harus disiapkan sebelum dan sesudah siaran agar kelancaran dan keseragaman dalam menunjang hasil siaran yang baik dan meminimalisasikan troubel shooting pada saat siaran seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi waluyojati sebagai koordinator On Air Oprations yaitu : 44 “ MCR menerima print out log siaran dan lembar cue sheet dari departement traffic. Log siaran memuat program-program yang disiarkan selam 24 jam beserta breaknya (komersial, promo, filler dll) dan lembar cue sheet memuat data time code tiap-tiap program yang akan ditayangkan untuk didata entri kekomputer”.
Bpak
Budi
waluyojati juga
menambahkan
untuk
menunjang
keseragaman proses siaran yang digunakan sebagai acuan siaran untuk program acara yang akan di tayangkan sebagai berikut : “Materi-materi program atau non program yang akan tayang berupa kaset beta camp yang diserahkan ke MCR oleh departement progrsmming melalui departement library”. Dan melalui jaringankomputer yang ada di MCR, MCR mengambil file log siaran dari traffic untukdiloading ke sistem automation melalui media gateway disamping log siaran dan cue sheet, traffic juga memberikan materi atau master 44
Wawancara dengan Koordinator On Air OPS, Budi waluyojati, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan.
tape komersial dan promo untuk dingest atau di transfer keserver yang dikerjakan melalui Aqcusition ws. Seperti yang diungkapkan ole Bapak Budi waluyojati seperti di bawahy ini.45 “Hasil loading file log siaran tersebut diedit pada schedulingbuilder wa untuk dicocokkan denga print out log siaran, kemudian di running satt siaran dan dari transmission ws inilah file name tadi di append atau dibuka untuk kemudian dirunning pada saat siaran”.
Dari keterangan tahapam di atas semua file yang masuk ke sistem automation dikerjakan oleh crew on air yang bertugas untruk dapat diipastikankeakurasian program yang akan ditayangkan seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nurwanto selaku crew chief On Air Ops berikut ini46 “Dan operator siaran kemudian mengoperasikan hasil loading file siaran apakah sudah sesuai dengan log siaran, baik berupa materi, durasi dan jadwal tayangannya sehingga berjalan dengan proedure siaran”.
Dan semua aktifitas siaran yang dilakukan oleh komputer direkam ke sistem automation untuk dibuat reportnya dalam bentuk As Run Log dan log siaran yang masa tayangnya kemudian dikembalikkan ke traffic, beserta dengan As Run Log yang akan dijadikan acuan untuk melakukan proses selanjutnya ( billing).
4.2.4. On Air Director
45
Idem. Wawancara dengan, Crew Chief On Air OPS, Bapak Nurwanto, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan.
46
Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh on air director dari proses siaran sebelum dan sesudah siaran, seperti yang diungkapkan oleh crew chief bapak Nurwanto sebagai berikut: 1.Bertanggung jawab terhadap kelancaran siaran ( on air ) dan dibantu oleh tape operator 2. mengecek kesiapan materi siaran : a. tape log sheet OAD b. log sheet tape operator c. cue sheet program 3. menentukan jam siaran atau jika ada deviasi, pegeseran +/- 10 detik dari schedule time atau durasi segment belum ada ( durasi program estimasi) 4. cekosisi cue setiap next segment program yang akan siar 5. menggunakan transisi MFC (medium fade cut) untuk masuk break, dan MFC untuk keluar break, event bumper atau local break Jakarta dan sensor gunakan medium fade. 6. logo keyer masuk (offset in ) 10 detik setelah program dan keluar ( offset out ) 1 menit sebelum program. 7. memonitor kualitas program, level audio: luminance, chominance, black level dan level audio. 8. memonitor kualitas video / audio commercial dan apakah materi TVC sesuai dengan log sheet, apabila mendapatkan kesalahan dan cacat (flicker, audio terpotong dll) segera dilakukan tayang ulang / make good. 9. melakukan komunikasi atau koordinasi pada saat siaran langsung. 10. gunakan bumper “tetaplah bersama kami” untuk technical difficulties. 11. untuk kondisi darurat misalnya program over estimasi maka creadit title program movie dapat dipotong, tetapi untuk produksi local sebiasanya jangan dipotong, karena biasanya ada pesan sponsor dan ucapan terima kasih. 12. insert cg / inscriber pada: a. insert ins, running teks promo program sesuai dengan memo dari promo department dan log sheet b. Insert ins, running teks untuk program-program yang maju atau delay waktu penayangannya.
Dalam hal ini untuk memastikan kelancaran siaran dapat dilakukan kerjasama dengan tape operator sebagai patner dalam menjalankan semua tayangan yang akan disiarkan.
4.2.5. Tape operator ( TO ) Bertanggung jawab dalam melaksanakan operasional siaran, persiapan dan penayangan program dan iklan serta memastikan akurasi dan kualitas kesinambungan siaran dengan memelihara dan memenuhi standard tertinggi kualitas siaran. Dan seperti yang diungkapkan oleh crew chiff
yaitu bapak
Nurwanto.47 Dalam hal ini tape operator memonitor secara kontinyu penayangan dan memelihara kualitas output tertinggi atas output on air oprations dan mengusahakan gangguan pada tingkat minimal, ; 1. Membantu On Air Oprations dalam siaran. 2. Cek kesiapn materi siaran antara lain : a. Cek tape program apakah sudah ready, dan pastikan casing dan cassette sedah sesuai b.Date playlist schedule untuk menentukan VTR program yang akan berjalan. c. Cek log dengan membuka seluruh lembar program log apakah ada perubahan atau late order. d. Cek cuesheet program, pastikan seluruh quesheet cudah lengkap dan sesudah didata entri 3. Load tape kedalam VTR a. load tape program dalam VTR yang telah ditentukan b. setting colour bar program sesuai dengan standard dimana video level +/- volt pada waveform monitor bila level video teks terjemahan lebih tinggi 2 mv dari level program, diantara chroma level pada skala 75% vector scope minimal= burst dan max =kontak warna. c. rewind kaset program pada time code awal segment 1 4. membuat running teks pada inscriber untuk promo program dan program delay Dari keterangan diatas dapat dihasilkan siaran yang berkualitas dengan menjaga kelancaran siaran dan meningkatkan keindahan dalam menjalankan proses penyiaran yang dilakukan oleh crew on air. 4.2.6. Program Acara
47
Wawancara dengan, Crew Chief On Air OPS, Bapak Nurwanto, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan.
Program acara yang ada di SCTV merupakan program-program pilihan yang beragam khususnya tayangan yang menghibur pemirsa dengan menampilkan tayangan-tayangan yang berkualitas dan mendidik. Program yang disajikan dalam format hiburan dan informasi sesuai dengan perkembangan di masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh bapak Eka Budi sebagai promming shceduling yaitu:48 “Tidak ada yang lebih penting dari acara televisi atau program televisi sebagai faktor yang paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran televisi adalah program yang membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran”.
Bapak Rudi danardono juga menambahkan sebelumnya programprogram acara yang ada di SCTV sulit bersaing dengan program-program stasiun televisi swasta lainnya seperti RCTI yang mempunyai audien yang tetap sebagai berikut ini “Kini pemirsa televisi SCTV mayoritasnya atau target audiennya adalah kalangan ibu-ibu rumah tangga dan remaja yang identik dengan program sinetronnya yang sering ditampilkan oleh SCTV dikarenakan berdasrkan survei dari berbagai lembaga yang terkait menyatakn bahwa ibu-ibu rumah tangga yang sering berada didepan layar televisi”
Dan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini SCTV mampu mewujudkan yang terbaik bagi pemirsa setianya, seperti yang diungkapkan oleh Bapak eka budi berikut ini:49 “Sejauh ini pengaruh yang signifikan dari tayangan-tayangan program acara yang kami berikan dan kami rasakan adalh penapaian penciptaan image dan peningkatan rating dan share yang dalam minggu ini menjadi yang terbaik menduduki peringkat pertama secara nasional selam satu tahun berturut-turut.”
48
Wawancara dengan, Programming Scheduling, Bapak Eka Budi, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan. 49 Wawancara dengan, Programming Scheduling, Bapak Eka Budi, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan.
Daya tarik sebuah program dapat menjadi nilai lebih yang dapat membedakan dengan program lainnya yang sejenis, seperti yangdiungkapkan Vane-Gross dalam bukunya, programming for tv, radio and cable, terdapat dua daya tarik yang dapat dijadikan acuan dasar pada saat membuat program dan penempatam program, daya tarik pertama terletak pada konsep atau landasan program dan daya tarik yang kedua terletak pada penempatan program acara dan pengisi acara yang akan ditampilkan. 4.2.7 Komunikasi dan Hubungan Master Control Room Dalam proses komunikasi penyiaran program-program acara di SCTV (MCR) dibantu dengan berbagai department dan divisi yang dapat menunjang siaran dengan menjaga berkesinambungan penayangan dan memastikan keakurasian serta ketepatan penayangan dan juga memelihara kualitas output tertinggi untuk memenuhi standard tertinggi siaran. Dan seperti yang dikatakan oleh manager On air oprations Bapak Rudi Danardono, berikut ini :50
“Dalam proses penyiaran di MCR dan demi kelancaran siaran yang berlangsung, Master Control dibantu oleh berbagai department yang membantu proses siaran baik langsung maupun tidak langsung, yaitu Departement Planning dan scheduling Membuat schedule siaran beserta breaknya dan jam tayang program serta mengakurasikan durasi program-program yang akan ditayangkan untuk ketepatan siaran, supaya tidak terjadi over time ataupun under baik pada saat live studio maupun pada saat program berjalan sesuai dengan schedule.”
Dan dalam proses penayangan running teks atau tiker liputan maupun live studio produksi di bantu dengan departement web yang bertugas dalam
50
Wawancara dengan Manajer On Air OPS, Rudi Danardono, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan.
membuat semua program atau promo-promo dan filler. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi waluyojati sebagai berikut:
“Membuat running teks promo-promo atau filler yang update pada saat siaran berlangsung, siaran langsung maupun pada saat tak langsung meliputi, liputan 6, produksi, live music, kuis, maupun program yang bekerjasama dengan pihak sponsor, untuk kemudian dikomfirmasikan agar dapat sesuai planning dan scheduling. Program-program produksi SCTV dari proses produksi sampai dengan pasca produksi, baik secara langsung ataupun tak langsung (program delay) demi menjaga kelancaran siaran dan menjadikan acuan standard tertinggi kualitas siaran yang baik”.
Sedangkan
Department
promo
membuat
promo-promo
atau
superimpose program maupun komercial (iklan) yang berisikan tentang SCTV atupun hal lainnya, dalam bentuk pita, yang kemudian di ingest. Untuk menyimbangkan siaran yang beranekaragam demi terwujudnya kenyamanan penonton dalam menyaksikan tayangan yang diberikan kepada audien. Dalam hal ini juga diterapkan pada departement news (liputan 6) seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi waluyojati yaitu:51 “Berkoordinasi pada saat terjadi liputan berlangsung guna menentukan jam tayang liputan serta ketepatan durasi yang akan menjadi panduan selama siaran berlangsung. Dalam hali ini MCR selalu menjaga kualitas siaran dengan baik. Dan berhak memberikan informasi yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat, yang dominannya harus segera disampaikan, walaupun siarang sedang berlangsung.”
Dengan demikian
semua dari pelaksanaanya diiringi dengan
pengontrolan yang dilakukan oleh departement teknik agar siaran berjalan dengan lancar, seperti yang dikatakan oleh Bapak Budi waluyojati sebagai berikut:52
51
Wawancara dengan Koordinator On Air OPS, Budi waluyojati, Agustus 2008, kantor SCTV, Jakarta Selatan. 52 Idem.
“Teknikal support Bertanggung jawab dalam melaksanakan supervise dan pengawasan terhadap operasional siaran selama 24 jam. Memonitor program yang berjalan baik program langsung maupun tak langsung dan memelihara secara kontinyu menghindari dari gangguangangguan siaran untuk memenuhi standard kualitas siaran, sehingga menunjang pencapaian strategi siaran yang baik.
4.3 Pembahasan Master control room dalam sebuah stasiun televise adalah tempat yang digunakan sebagai pengendali siaran. Disebut master karena fungsinya sebagai pengendali utama siaran. Ada juga yang dinamakan dengan sub control, yaitu berfungsi sebagai ruang pengendali siaran distudio baik studio produksi maupun studio pemberitaan. Output dari semua sub control masuk ke master control room untuk kemudian disiarkan. Sejak awal berdirinya stasiun televise swasta nasional SCTV beroperasi di Surabaya dengan menetapkan alat-alat pemancar dengan standarisasi digital. Dengan adanya system digital maka akan mempercepat proses penyiaran dan mengurangi berbagai hal gangguan yang akan terjadi pada setiap waktu yang tidak bias ditentukan. Kenyataan nya masih banyak proses penyiaran yang berjalan lamban dikarenakan terbatasnya dari system Ominibus itu sendiri, memberikan kesempatan pada department lain untuk meningkatkan sebagian waktu tayang dan durasi commercial break yang dapat mempengaruhi penontonm. Promosi program acara dalam media televise. Pada penelitian ini penulis mengumpulkan arsip dan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut berupa rundown, manual book, rating dan share serta wawancara dengan narasumber dari team Master Control Room Manager On Air Ops yaitu Bapak
Rudi danardono, coordinator OAP Budi waluyojati, dan crew chief Bapak Nurwanto yang bertugas pada saat siaran. Sebelum melakukan strategi seharusnya pihak SCTV juga memperhatikan proses penyiaran dalam menentukan target market audiens dan strategi dalam menentukan sasaran (objektifitas) yang dikehendaki memenuhi keinginan dari program. Program music yang menonjol di SCTV membuat stasiun ini menduduki peringkat pertama selama dua tahun belakangan ini, dengan memperoleh rating tertinggi dari stasiuan televise swasta lainnya. Pihak marketing SCTV yang mensegmentasikan pemirsanya pada golongan A,B,C,D menargetkan penontonya pada ibu-ibu rumah tangga dengan program film dan sinetronnya, anak-anak, remaja, dewasa dengan berbagai macam acara hiburan seperti music dan variety show, sedangkan untuk program berita liputan 6 dan film lepas tengah malam, pada kisaran usia anatara 8-60 tahun. Strategi berikutnya adalah sasaran (objectives) yang hendak dicapai stasiun SCTV ini akan memberikan tayangan yang beranekaragam tidak hanya sekedar memberikan informasi dan memperluas pengetahuan mereka, tetapi juga mampu menghibur penontonnya dengan mengemas teknik penyiaran yang menunjang strategi siaran yang memenuhi standart broadcast. Sebab pada umumnya suatu acara hanya mempunyai waktu kurang dari lima belas detik pertama untuk meraih perhatian pemirsa yang sedang menjelajahi berbagi saluran dengan memencet-mencet remote control. Penyiaran juga menggunakan format dalam memperkuat strategi tersebut yaitu, menggunakan
kemasan, content, formula gramatika televise, format penyajian, frekuensi penayangan, editing gambar, pemberian ilustrasi music dan teknik pengambilan gambar agar penonton tidak beralih kestasiun televise lain. Penulis sendiri memiliki pandangan mengenai kelemahan dari system penyiaran yang dipakai oleh Master Control Room SCTV dalam menyiarkan program acara: 1. System penyiaran outomation yang dikerjakan secara manual masih sering terjadi gangguan pada alat ominibus system dan sangat mempengaruhi perolehan rating dan share pemirsa setia SCTV 2. Ketepatan waktu tayang program sering terjadi over atau under disetiap masuk program selanjutnya, karena terbatasnya tayangan commercial break dan promo yang harus ditayangkan. Dan satu hal yang ditetapkan oleh crew On Air Ops adalah menjaga kesinambungan output tertinggi siaran dan menimalisasikan gangguan pada tingkat serendah mungkin, demi terciptanya tayangan yang berjalan dengan baik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan tinjauan pustaka dari pembahasan sebagai kesimpulan dan hasil analisa penelitian, pada bab terdahulu dan juga berisikan saran yang diberikan penulis sebagai penelitian pada peran master control room (MCR) SCTV Dalam proses penyiaran program acara dan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Master Control Room (MCR) telah berfungsi dalam proses penyiaran program acara di SCTV, Hal tersebut terlihat dari beberapa bagian departement yang membantu proses penyiaran, yakni departement teknikal broadcast support, programming, liputan, produksi, web dan traffic dalam menunjang proses penyiaran.
2.
Penayangan program didukung oleh crew yang bertugas sebagai acuan siaran dengan menggunakan strategi kekompakan team dalam menjalani tugas dan kewajibannya. Untuk menghasilkan output tertinggi kualitas siaran dan meminimalisasikan tingkat gangguan yang serendahrendahnya.
5.2 Saran-Saran Penulis memberikan beberapa saran agar dapat diperhatikan : 1.
Master Control SCTV seharusnya memperhatikan lagi hal dalam strategi penyiaran program acara yang tayang di SCTV. Dengan ketepatan durasi dan waktu tayang suatu program. Dalam hal ini penayangan seharusnya harus lebih tepat dalam menyiarkan program sebab dari hasil pengamatan ternyata program tersebut masih mengalami keterlambatan waktu tayang.
2.
Master Control harus lebih memperhatikan kualitas siaran agar penonton tidakmengganti channel lain bila ada gangguan yang terjadi selama acara berlangsung, karena kualitas dari tayangan akan meningkatkan rating dan share.
3.
Master Control lebih memperhatikan antara siaran langsung dan tape delay karena bisa menyakinkan penonton bahwa tayangan yang disajikan adalah benar yang ditonton oleh audien.
DAFTAR PUSTAKA Ardianto Elvinaro. & Komala Lukita,. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, 2004. Effendy Onong Uchjana, ”Ilmu Komunikasi Teori dan Prektek”, Bandung : P.T Remaja Rosdakarya, 1984. Fathoni H. Abdurrahmat, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Penerbit Rineka Cipta, 2006, 104. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Perss, Jakarta. 2003. Hofmann Ruedi, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, 1999. McQuail Denis, Teori Komunikasi Massa, Penerbit Erlangga, 1996
Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2004, Mulyana Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2003. Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007. Pudjiastuti Sri Rahayu, Metode Penelitian Pendidikan, STKIP Press, Jakarta, 2006. Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Rosdakarya, 2003.
PT Remaja
RM, Soenarto,. Progama Televisi: Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, FFTV-IKJ Press. Jakarta. 2007. Siregar Ashadi, Menyingkap Media Penyiaran: Membaca Televisi Melihat Radio, Yogyakarta, LP3Y, 2001. Suprapto Tommy, Berkarier Di Bidang Broadcasting, Media Pressindo. Yogyakarta, 2006. Sendjaja S.Djuarsa, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi: Teori-Teori Dasar Komunikasi Massa “buku materi pokok modul 1-9” 2002
Sumber Lain: Penyiaran Televisi, Master.web.id/files/greenpaperpenyiaran_bab_IV_2007.pdf, 2008. Modul Standar Operation Procedure (SOP) Rudi Danardono, SCTV, 2008. Satu Untuk Semua, Profil Perusahaan, SCTV, 2008 http://www.sctv.co.id/ SOP Master Control SCTV, Jakarta, 2008.
DAFTAR PERTANYAAN Untuk manager On Air oprations ( Bapak Rudi danardono ) 1. Apa yang dimaksud dengan Master Control Room ( MCR ) dan apa fungsinya…? 2. Mengapa disebut dengan Master Control Room ( MCR )…? 3. Alat-alat apa sajakah yang digunakan untuk siaran…? 4. Mengapa menggunakan sistem automation dan jelaskan…? 5. siapa yang bertanggung jawab, bila ada tayangan atau program yang tidak memenuhi standard tertinggi kualitas siaran…..?
Untuk koordinator On Air Oprations ( Bapak Budi waluyo jati ) 1. Bagaimana proses terjadinya siaran, sampai kami bisa menonton dirumah….? 2. Hal-hal apa sajakah yang harus disiapkan sebelum dan sesudah On Air…? 3. Ada berapa jumlah crew pada saat siaran….? 4. Dengan
siapa
sajakah
MCR
berkomunikasi
pada
saat
siaran
berlangsung….? 5. Siapa yang berhak untuk memutuskan lade order atau perubahan tayangan…?
Untuk Crew Chief On Air Oprations ( Bapak Nurwanto ) 1. Apa peranan crew On Air dalam proses penyiaran….? 2. sebarapa sering terjadi gangguan pada sisitem automation Ominibus pada saat siaran, dan biasanya paling terjadi karena apa…?
3. Bagaiman cara untuk mengatasinya bila terjadi gangguan atau troubel pada saat siaran….? 4. Pada saat adzan Magrib di Jakarta, dan di luar Jakarta diisi dengan tayangan apa……? 5. Langkah-langkah apa sajakah yang harus diambil bila ada situasi penting yang sifatnya harus segera disiarkan atau di informasikan kepada masyarakat…
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin Alamat Telepon
: Bayu Arie Wicaksono : Arie : Jakarta, 24 Agustus 1985 : Laki-laki : Jl Sulaiman gg amal III Rt007/05 no 47 jak-bar : +62 812 101 565 17 +021 5349072
Agama E-mail
: Islam :
[email protected]
Kewarganegaraan Status Hobi
: Indonesia : Belum Menikah :Travelling, Hiking, Membaca , Sepak Bola
Latar Belakang Pendidikan Formal 1. Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Jurusan Broadcasting 2. SMU Muhammadiyah 13,Jakarta 3. SMPN 101 ,Jakarta 4. SDN 05 pagi ,Jakarta
: 2003-2009 : 2000-2003 : 1997-2000 : 1991-1997 :
Riwayat Seminar, Pelatihan 1. 2. 3. 4. 5.
Peserta Seminar Editing Seminar Fotografi Peserta Pelatihan jurnalistik ANTARA Peserta Seminar PERHUMAS Di JI Expo jakarta Peserta Latihan Kaderisasi Mahasiswa Universitas Mercu Buana
: 2007 : 2006 : 2005 : 2004 : 2004
Pengalaman Kerja 1. Panwasda Pemilu DKI Jakarta : 2007 2. Job Trainning Kameramen program News Hallo : 2007 Kampus di Cahaya Televisi Banten (CTV Banten) 3. Presenter (Stand-Up) dalam Produksi Jurnalisme : 2006 Televisi Semester 6
Kemampuan/Keahlian Bahasa asing
Inggris (Pasif)
Komputer & Multi Media
Software : Ms.Office Adobe Premiere 1.5
Kamera
Able Type Use : MD 9000 MD 10000
Leadership dan Team Work
Mampu bekerja secara individu dan tim