PERAN LEMBAGA ALIANSI MASYARAKAT MISKIN MALANG DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK JALANAN
ALLIANCE INSTITUTE ROLE OF MALANG POOR PEOPLE IN FORMING THE CHARACTER OF STREET CHILDREN
Aditya Swastika Randa Prajaya* Drs. Margono, M.Pd. M.Si ** Siti Awaliyah, S. Pd, M. Hum **
*Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM E-mail:
[email protected] **Dosen Pembimbing Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM Jalan Semarang 5 Malang
ABSTRAK: Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bentuk kegiatan yang di lakukan oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan, (2) karakter yang dibentuk oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang terhadap anak jalanan di kota Malang, dan (3) kendala yang dihadapi Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dan upaya untuk mengatasi proses pembentukan karakter anak jalanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pertama, dalam proses pembentukan karakter anak jalanan di Lembaga Aliansi masyarakat Miskin Malang dilakukan dengan beberapa cara yang antara lain: kegiatan kejar paket A, B, C , Bimbingan Belajar , peningkatan keterampilan hidup, memasukkan ke sekolah formal dengan cara advokasi yang bertujuan untuk menekan angka putus sekolah juga membantu hak dasar masyarakat miskin untuk tetap memperoleh pendidikan, memperoleh akses pendidikan murah, mengurangi jumlah anak jalanan yang berada di jalan, memperoleh pedidikan yang layak bagi keluarga tidak mampu, mengurangi jumlah pekerja anak, dan memutus rantai kemiskinan. Selain dengan cara advokasi pendidikan, melalui pendekatan personal. Pendekatan ini dilakukan untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif yang sering muncul tak terduga dalam benak anak-anak jalanan. Pendekatan ini dilakukan 2 anak jalanan dengan 1 pembimbing. Dengan pendekatan ini anak-anak jalanan merasa memiliki teman atau orang yang dapat dipercaya untuk membantunya menghadapi masalah. Kedua, pengenalan terhadap nilainilai karakter dalam membentuk karakter anak jalanan agar dapat bertingkah laku yang baik dan terhindar perilaku yang menyimpang. Karakter yang dibentuk di Lembaga ini adalah sikap religi, mandiri, jujur
dan kerja keras. Nilai-nilai ini diberikan dengan tujuan membentuk karakter anak jalanan agar menjadi generasi penerus bangsa yang jujur, tertib dan bertanggung jawab. Perubahan karakter anak jalanan setelah mendapatkan pembinaan di Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang menunjukkan pencapaian yang lebih baik. Dimana anak-anak jalanan yang dibina sudah menunjukkan sikap positif yang mengurangi kegiatan dijalan, lebih sopan dalam meminta, tidak berkelahi dan lebih tertib lalu lintas. Ketiga, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan proses Pendidikan karakter anak jalanan di Kota Malang yaitu: kurang dan ketidakfokusan pembina di Lembaga tersebut, minimnya dana yang dimiliki Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang, keanekaragaman karakter anak jalanan. Dan untuk mengatasi masalah yang ada diusahakan dengan mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang relevan sehingga dapat membantu mengatasi masalah yang ada. Kata Kunci: Pembentukan karakter, Anak Jalanan, Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang. ABSTRACT: The purpose of this study was to determine (1) the form of the activities undertaken by the Institute Alliance Poor Malang in shaping the character of the street children, (2) character is formed by the Poor People's Alliance Institute Malang of street children in the city of Malang, and (3) constraints faced by the Alliance Institute for the Poor Malang and efforts to address the process of forming the character of the street children. The results of this study indicate that the First, in the process of forming the character of the street children in poor communities Alliance Institute Malang done in several ways which include: activity Packet A, B, C, Tutoring, improved life skills, to enter into formal schools by advocating which aims to reduce the dropout rate also helps the basic rights of the poor to continue education, obtain access to affordable education, reducing the number of street children who are on the road, earn a decent pedidikan for disadvantaged families, reduce the number of child labor, and break the chain of poverty . In addition to the way education advocacy, through a personalized approach. This approach is employed to overcome the negative feelings that often arise unexpectedly in the minds of street children. With this approach, two street children with one supervisor. With this approach street children feel they have a friend or someone who can be trusted to help him deal with the problem. Secondly, the introduction of the character values in shaping the character of the street children in order to behave properly and avoid deviant behavior. Character is formed in this Institute is a religious attitude, independent, honest and hard working. These values are given in order to establish the character of the street children to become the next
generation of honest, orderly and responsible. Change the character of the street children after getting coaching in Malang Poor People's Alliance Institute showed better outcomes. Where street children who have been raised already showed a positive attitude that reduces the activity on the street, more polite in asking, no fighting and more orderly traffic. Third, the constraints encountered in the implementation process of the character education of street children in the city of Malang, namely: less and a de-builder in the Institute, the lack of funds held in Malang Poor People's Alliance Institute, street children of character diversity. And to overcome the existing problems attempted by conducting cooperation with various relevant parties so as to help resolve the problem. Keywords: formation of character, street children, alliance institute poor people malang. Pendidikan memberikan kesempatan dan akses bagi setiap peserta didik untuk berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Pendidikan merupakan proses pembentukan individu yang berkarakter dan berintelektual yang mampu berkembang dan berperan dalam berbagai bidang. Pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal dan non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan formal ialah pendidikan yang diatur pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikannya, mulai dari prasekolah, sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang secara sengaja atau tidak sengaja terjadi di lingkup keluarga atau rumah dan masyarakat. Kedua pendidikan tersebut mempunyai tanggung jawab dan tugas yang sama, yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya baik sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial. Di indonesia Keberadaan anak jalanan sudah lazim dilihat pada kota-kota besar. Dimana, masyarakat Indonesia hanya memandang sebelah mata terhadap anak jalanan. Padahal Anak merupakan karunia Illahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945, UU No.39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990
tentang pengesahan Convention on the right of the child (
Konvensi Tentang Hak - hak Anak). Hal tersebut juga diperkuat dalam Pasal 4
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak “setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Untuk menangani masalah anak, perlu dilakukan perlindungan terhadap anak-anak tidak terkecuali anak jalanan agar terpenuhi hak dan kewajibannya serta dapat berkembang sebagai anak pada umumnya. Hal tersebut diuraikan pada Pasal 3 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak “perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera”. Hidup sebagai anak jalanan bukanlah menjadi suatu pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena sebab tertentu. Anak jalanan telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Secara psikologis anak jalanan adalah anak- anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosialnya. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikkan dengan pembuat onar, anak- anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang. Anak jalanan merupakan salah satu aset bangsa dan penerus masa depan bangsa. Kehidupan jalanan menimbulkan konsekuensi munculnya tindakan
kekerasan dan perlakuan salah terutama bagi anak-anak. Sangat rentan bagi anakanak jalanan khususnya perempuan terhadap perilaku kekerasan, baik kekerasan fisik, pikologis, maupun eksploitasi seksual. Oleh karena itu perlu adanya peran Suatu Lembaga sebagai sarana membentuk karakter anak jalanan. Setiap tindakan negatif anak jalanan, bagaimanapun bentuknya, akan merugikan masyarakat, baik secara material, mental, maupun spiritual. Dalam hal ini pembentukan karakter anak jalanan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena menyangkut berbagai faktor. Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang (AM3) bertujuan untuk membina dan membentuk karakter menjadi lebih baik. Lembaga ini adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya serta membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang lebih baik dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang yang memberikan pendidikan karakter kepada semua anak jalanan dengan tujuan anak jalanan mau dan mampu merubah sikap dan perilakunya yang semula menyimpang dapat kembali kejalan yang benar dan selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan hasil observasi dengan studi eksplorasi pada bulan februari, masih ditemukan beberapa anak jalanan yang
masih melakukan perilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan juga perilakunya kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila seperti menghargai orang lain, mencintai sesama manusia, tenggang rasa, persamaan hak dan kewajiban, sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Maka dari itu peneliti ingin melihat apakah bentuk kegiatan yang di lakukan oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan, apakah karakter yang dibentuk oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang terhadap anak jalanan di kota Malang, apakah kendala yang dihadapi Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dan upaya untuk mengatasi proses pembentukan karakter anak jalanan. METODE Penelitian mengenai peran lembaga aliansi masyarakat miskin malang dalam membentuk karakter anak jalanan ini menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif. Penggunaan metode penelitian tersebut merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk menjelaskan bagaimana peran Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter Anak jalanan. Menyebutkan dan menjelaskan apakah bentuk yang di lakukan oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan, apakah karakter yang dibentuk oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang terhadap anak jalanan di kota Malang, apakah kendala yang dihadapi Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dan upaya untuk mengatasi proses pembentukan karakter anak jalanan. 1. Observasi Menurut Sugiyono (2011: 145) observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner, hal ini dikarenakan observasi ruang geraknya tidak hanya berlingkup pada manusia sebagai objek penelitian akan tetapi juga menyangkut obyek-obyek alam lain atau obyek sosial yang dijadikan pusat penelitian. Menurut Sugiyono (2011: 145) observasi yaitu merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologisdan keduanya merupakan bagian penting dalam pengamatan dan ingatan. Metode pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan langsung memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan, dilihat dan dihayati oleh subjek peneliti. Peneliti melihat ada beberapa anak jalanan yang masih kurang tertib di jalan, yaitu sikap anak jalanan yang tidak disiplin. Dan tujuan observasi adalah mengertahui bagaimana perubahan karakter anak jalanan setelah mendapatkan pembinaan di Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang serta bagaimana kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan sesuai dengan norma yang berlaku. 2. Wawancara Pengumpulan data kedua yang dilakukan oleh peneliti, yakni dengan memanfaatkan metode wawancara. Menurut Moleong (2010: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua orang yakni
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (pihak yang diberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan). Maksud daripada melakukan wawancara menurut Moleong (2010:186) untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,
baik
manusia
maupun
bukan
manusia
(triangulasi)
dan
memverifikasi,mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Metode wawancara menurut Sugiyono (2010: 233) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu (a) wawancara terstruktur (b)wawancara semistruktur (c) wawancara tidak terstruktur. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur dalam mencari data yang berhubungan dengan (1) karakter apa yang dibentuk oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang, (2) cara Lembaga Aliansi masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan, (3) bagaimana perubahan karakter anak jalanan setelah mendapat pembinaan, kendala Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam proses pembinaan anak jalanan dan upaya Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang untuk mengatasi kendala dalam proses pembinaan, ditujukan pada Ketua Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang. Selain ketua Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang juga bertanyapara pembina di Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang. Untuk melihat peran Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan sesuai dengan norma yang berlaku. Hal yang akan ditanyakan dalam wawancara dengan Ketua Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dan para pembina, cara Lembaga Aliansi masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan, bagaimana perubahan karakter anak jalanan setelah mendapat pembinaan, kendala Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam proses pembinaan anak jalanan dan upaya
Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang untuk mengatasi kendala dalam proses pembinaan. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk melengkapi data yang telah didapatkan melalui wawancara ataupun metode pengumpulan data lainnya, hal ini diharapkan dapat memenuhi dan melengkapi data penelitian hingga menjadi data yang valid. Menurut Sugiyono (2011:240) dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berupa gambar, karya-karya monumental (memberikan kesan peringatan sesuatu yang penting). Dokumentasi juga penting digunakan untuk memperkuat penelitian dari hasil observasi dan wawancara. Dokumentasi yang diteliti terkait dengan penelitian ini meliputi: foto maupun video mengenai bentuk kegiatan dan peran Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk kegiatan yang di lakukan oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam membentuk karakter anak jalanan Dalam proses pembentukan karakter anak jalanan di Lembaga Aliansi masyarakat Miskin Malang dilakukan dengan memberikan beberapa kegiatan yang antara lain : kegiatan kejar paket A, B, C merupakan salah satu kegiatan inti dari kegiatan-kegiatan yang ada di AMMM. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat tidak mampu dan anak jalanan. Selain itu, Bimbingan Belajar merupakan salah satu kegiatan yang bersifat berkelanjutan, dari kegiatan-kegiatan yang ada di AMMM. Kegiatan ini bertujuan membantu anak-anak tidak mampu dalam pemahaman pelajaran yang telah di ajarkan di sekolah formal secara cumu-cuma. serta memasukkan ke sekolah formal dengan cara Advokasi. Advokasi pendidikan yang diberikan oleh Lembaga AMMM terhadap anak jalanan atau masyarakat miskin sejalan dengan tiga pilar pendidikan nasional, yaitu: terciptanya pemerataan dan perluasan akses pendidikan, meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing, serta penguatan manajemen pengelolaan pendidikan, selain untuk menekan angka putus sekolah
juga membantu hak dasar masyarakat miskin untuk tetap memperoleh pendidikan, memperoleh akses pendidikan murah, mengurangi jumlah anak jalanan yang berada di jalan, memperoleh pedidikan yang layak bagi keluarga tidak mampu, mengurangi jumlah pekerja anak, dan memutus rantai kemiskinan. Selain dengan cara advokasi pendidikan, melalui pendekatan personal juga sebagai salah satu cara Lembaga AMMM untuk membentuk karakter anak jalanan. Pendekatan ini dilakukan untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif yang sering muncul tak terduga dalam benak anak-anak jalanan. Pendekatan ini dilakukan 2 anak jalanan dengan 1 pembimbing. Dengan pendekatan ini anakanak jalanan merasa memiliki teman atau orang yang dapat dipercaya untuk membantunya menghadapi masalah. Karakter yang dibentuk oleh Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang terhadap anak jalanan di kota Malang Pengenalan terhadap nilai karakter dalam membentuk karakter anak jalanan agar dapat bertingkah laku yang baik dan terhindar perilaku yang menyimpang. Karakter yang dibentuk di Lembaga ini adalah sikap religi, mandiri, jujur dan kerja keras. Nilai-nilai ini diberikan dengan tujuan membentuk karakter anak jalanan agar menjadi generasi penerus bangsa yang jujur, tertib dan bertanggung jawab. Setiap nilai-nilai karakter yang diberikan pada anak jalanan diharapkan menjadikan anak jalanan bisa menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi nusa dan bangsa. Dan agar nantinya memberikan dampak yang positif bagi mereka, serta menghindarkan mereka dari perilaku yang menyimpang. Dengan menerapkan nilai-nilai karakter kepada anak jalanan akan membantu mereka nantinya dalam berinteraksi di lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam proses pembentukan karakter anak jalanan yang dilaksanakan Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang selama ini
telah mengalami
perubahan-perubahan yang bernilai positif pada diri anak jalanan. Perubahan karakter anak jalanan setelah mendapatkan pembinaan di Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang menunjukkan pencapaian yang lebih baik. Dimana
anak-anak jalanan yang dibina sudah menunjukkan sikap positif yang mengurangi kegiatan dijalan, lebih sopan, tidak berkelahi dan lebih tertib lalu lintas. Kendala yang dihadapi Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dan upaya untuk mengatasi proses pembentukan karakter anak jalanan Pembinaan anak jalanan yang dilaksanakan oleh Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang tidak terlepas dari suatu kendala. Munculnya kendalakendala dalam melaksanakan pendidikan karakter anak jalanan di Kota Malang merupakan sesuatu yang wajar, karena hal tersebut merupakan masukan bagi pihak Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang untuk menentukan pembinaan selanjutnya.
Kendala-kendala
yang
dihadapi
dalam
pelaksanaan
proses
Pendidikan karakter anak jalanan di Kota Malang yaitu:kurangnya jumlah pembina di Lembaga tersebut, minimnya dana yang dimiliki Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang, perbendaan watak anak jalanan yang bebas sehingga sulit ditekan. Kendala yang timbul dalam proses pembentukan karakter anak jalanan merupakan hal yang sangat wajar, karena dengan timbulnya kendala yang ada dapat dijadikan landasan atau masukan bagi pihak Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang khususnya untuk berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan perbaikan serta penyempurnaan di dalam melaksanakan pembentukan karekter anak jalanan. Adapun upaya yang dilakukan Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul yaitu :untuk mengatasi kurangnya jumlah pembina, AMMM bekerja sama dengan berbagai pihak untuk penambahan jumlah Pembina, untuk mengatasi minimnya dana yang dimiliki Lembaga menjalin kerjasama dengan donatur-donatur sosial baik perorangan ataupun Lembaga. Dan untuk mengatasi masalah kurangnya kesadaran dari anak jalanan dalam proses pembinaan karakter ini dilakukan dengan cara pendekatan individu atau personal dengan anak jalanan dan diberi pengertian bahwa tujuan Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang untuk membentuk karakter anak jalanan menjadi lebih baik sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada serta bertanggung jawab. Setiap proses kegiatan pembinaan pasti selalu menemukan suatu kendala. Hal ini merupakan masukan bagi Lembaga Aliansi masyarakat miskin Malang
untuk lebih memperbaiki dan meningkatkan pembinaan selanjutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik. Dan upaya yang dilakukan oleh Lembaga Aliansi masyarakat miskin malang dalam mengatasi kendala dalam proses pembentukan karakter anak jalanan yaitu untuk mengatasi segala permasalahan yang menjadi kendala di Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang. PENUTUP Kesimpulan Peran Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang dalam Membentuk Karakter Anak Jalanan sudah sangat baik. Anak jalanan bukanlah sampah masyarakat, melainkan anak manusia sama dengan kita. Dengan demikian anakanak jalanan juga memiliki hak-hak yang sama juga dengan kita. Dalam kehidupannya anak-anak jalanan ingin hidupnya sebagai manusia yang hidup bersama masyarakat. Profesi sebagai anak jalanan bukanlah tujuan utama bagi mereka, kesulitan ekonomilah yang paling berperan anak-anak turun ke jalan untuk mencari nafkah. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam proses pembentukan karakter anak jalanan di Lembaga Aliansi masyarakat Miskin Malang dilakukan dengan beberapa cara yang antara lain: kegiatan kejar paket A, B, C , Bimbingan Belajar , peningkatan keterampilan hidup, memasukkan ke sekolah formal dengan cara advokasi yang bertujuan untuk menekan angka putus sekolah juga membantu hak dasar masyarakat miskin untuk tetap memperoleh pendidikan, memperoleh akses pendidikan murah, mengurangi jumlah anak jalanan yang berada di jalan, memperoleh pedidikan yang layak bagi keluarga tidak mampu, mengurangi jumlah pekerja anak, dan memutus rantai kemiskinan. Selain dengan cara advokasi pendidikan, melalui pendekatan personal. Pendekatan ini dilakukan untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif yang sering muncul tak terduga dalam benak anak-anak jalanan. Pendekatan ini dilakukan 2 anak jalanan dengan 1 pembimbing. Dengan pendekatan ini anakanak jalanan merasa memiliki teman atau orang yang dapat dipercaya untuk membantunya menghadapi masalah, 2. Karakter yang dibentuk di Lembaga ini adalah sikap religi, mandiri, jujur dan kerja keras. Nilai-nilai ini diberikan dengan
tujuan membentuk karakter anak jalanan agar menjadi generasi penerus bangsa yang jujur, tertib dan bertanggung jawab. Perubahan karakter anak jalanan setelah mendapatkan pembinaan di Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang menunjukkan pencapaian yang lebih baik. Dimana anak-anak jalanan yang dibina sudah menunjukkan sikap positif yang mengurangi kegiatan dijalan, lebih sopan dalam meminta, tidak berkelahi dan lebih tertib lalu lintas. 3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan proses Pendidikan karakter anak jalanan di Kota Malang yaitu: kurang dan ketidakfokusan pembina di Lembaga tersebut, minimnya dana yang dimiliki Lembaga Aliansi Masyarakat Miskin Malang, perbendaan watak anak jalanan yang bebas sehingga sulit ditekan. Upaya yang dilakukan Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang untuk mengatasi kendalakendala yang timbul yaitu : untuk mengatasi kurang dan ketidakfokusan pembina di Lembaga tersebut, AMMM bekerja sama dengan berbagai pihak untuk penambahan jumlah pembina, untuk mengatasi minimnya dana yang dimiliki Lembaga menjalin kerjasama dengan donatur-donatur sosial baik perorangan ataupun Lembaga, dan untuk mengatasi masalah kurangnya kesadaran dari anak jalanan dalam proses pembinaan karakter ini dilakukan dengan cara pendekatan individu atau personal. Saran 1. Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang perlu meningkatkan mutu belajar dalam pembentukan karakter anak jalanan dan menambah sarana prasarana lainnya. Selain itu juga perlu ditingkatkan kerja sama dengan berbagai pihak yang relevan sehingga dapat membantu dalam proses pembentukan karakter anak jalanan, 2. Sebaiknya pemerintah memberikan perhatian kepada Lembaga Aliansi Masyarakat miskin Malang dengan memberikan bantuan dana operasional dan menyelenggarakan program pelatihan keterampilan bagi anak jalanan, 3. Bagi pihak/instansi/organisasi sosial hendaknya ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan dan pembentukan karakter anak jalanan dengan ikut menyumbangkan tenaga dan pikiran, bisa memberikan keterampilan atau keahlian yang dimiliki, dan juga bias menyumbang perlengkapan atau peralatan belajar seperti buku-buku bacaan dan buku pelajaran yang masih layak di baca. Selain itu juga ikut berpartisipasi menghilangkan persepsi negatif masyarakat terhadap anak jalanan.
DAFTAR PUSTAKA Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child ( Konvensi tentang Hak - hak Anak). Moleong. Lexy . 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Indonesia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Undang-undang Republik Indonesia nomer 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Beserta penjelasannya. 2003. Bandung: Citra Umbaran