PERAN K.H AHMAD DAHLAN DALAM PEMBENTUKAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA TAHUN 1911-1922
(Skripsi)
Oleh MAYA PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK PERAN K.H AHMAD DAHLAN DALAM PEMBENTUKAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA TAHUN 1911-1922. Oleh : Maya Putri Islam diperkirakan memiliki kontak Indonesia dengan Islam sudah terjadi sejak abad 7 M salah satu saluranya adalah pendidikan. Salah satu tokoh perjuang pendidikan islam adalah K.H Ahmad Dahlan Perjuangangan tak kenal lelahnya menghasilkan sebuah sekolah bernama Muhammadiyah di Yogyakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa sajakah peran normatif K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammadiyah di Yogyakrtaa Tahun 1911- 1922?. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memaparkan dan menjelaskan apa sajakah peran normatif K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammadiyah di Yogyakrta Tahun 1911- 1922. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengn teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data, digunakan teknik analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Peran K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammdiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922, dapat dijelaskan bahwa usaha awal K.H Ahmad Dahlan dimulai dengan membentuk lembaga pada tahun 1911. K.H Ahmad Dahlan membentuk sekolah dengan sistem klasikal. Kemudian beliau mengubah tujuan pendidikan sekolah Muhammadiyah memiliki tujuan sejak dibentuk pada tahun 1911 dan tahun 1912 mengalami perubahan. K.H Ahmad Dahlan mengubah kurikulum menjadi kurikulum yang mengabungkan Gubermen dan pesantren dimana mata pelajaran agama islam dimuat kedalam sekolah tersebut dan akhirnya menjadi percontohan dalam mata pelajaran secara umum seperti sekarang. Dapat disimpulkan, peran normatif yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan sangatlah besar sebagai pembentuk sekolah Muhhamdiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922.
PERAN K.H AHMAD DAHLAN DALAM PEMBENTUKAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA TAHUN 1911-1922 (Skripsi)
Oleh MAYA PUTRI
Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara, pada tanggal 30 Mei 1995, dari pasangan Bapak Muhlisin dan Ibu Nur Aisah. Penulis merupakan anak tunggal.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri I Sindang Sari pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Bumi pada tahun 2010, dan kemudian Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Bumi pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SBMPTN. Pada bulan September –Oktober 2016, penulis melaksanakan KKN Terintegrasi di Dusun Sidorejo Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melaksanakan PPL di SMA Negeri 1 Bangunrejo.
MOTTO
“BERDOALAH KEPADA-KU NISCAYA AKAN KUPERKENANKAN BAGIMU” (AL-MUKMIN 60)
PERSEMBAHAN Segala puji hanya milik Allah, atas rahmat dan segala nikmat yang tak terhitung… Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada: Yang tercinta ibuku Nur Aisah dan ayahku Muhlisin yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik. Terimakasih yang tak terhingga atas segala kesabaran dan limpahan kasih sayang mu. Terimaksih selalu menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian; Keluarga besar Sahieb yang selalu meberikan motivasi, semangat, doa dan selalu menyayangiku serta seluruh keluarga besarku; Para pendidikku, Dosen dan Guruku; Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Dengan segala bentuk kerendahan hati, penantian panjang dan perjuangan yang selalu dihiasi dengan pasang surutnya sebuah semangat demi sebuah harapan dan tanggung jawab untuk mengemban amanah dari orang tua dan orang-orang terdekat yang selalu menantikan keberhasilanku, maka tidak ada kata yang pantas untuk
ditulis
oleh
penulis
selain
kata
ucapan
penuh
rasa
syukur
Alhamdulillahirobbil’ aalamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran K.H Ahmad Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 5. Bapak Drs.
Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; dan sebagai pembahas seminar serta penguji
pengganti yang telah
memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini 7. Bapak Drs. Wakidi, M.HUM. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan pembimbing I yang dengan ikhlas dalam memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya dengan baik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini 8. Bapak Muhammad Basri S.Pd, M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan
pembimbing II yang dengan ikhlas dalam memberikan
arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya dengan baik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Drs. Maskun M.H, Selaku pembahas skripsi saya terimakasih atas masukan yang bapak berikan kepada saya, motivasi dan bimbingannya dengan baik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 10. Drs. Ali Imron, M.Hum, Ibu Dr. Risma Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Tantowi, M.S, Ibu Yustina Sri Ekwandari S.Pd, M.Hum, Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, Ibu Myristika Imanita S.Pd, M.Pd dan Bpk Cherry Saputra S.Pd, M.Pd,
Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang
penulis banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah. 11. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2013, teruntuk Cici Putri Febriani, Fuji Salimah, Lesi Yusna Meda, Sarah Dhiba, Septi Mukti terimakasih untuk semua bantuan, kekeluargaan dan keceriaan selama ini, kalian yang selalu ada untukku 12. Adik kecil yang banyak membirikan dukungan dan doa Gita Yulistia terimakasih atas semua nya; 13. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi. Terimakasih atas bantuan serta ketulusan hati kalian semua semoga menjadi amal ibadah dan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, Penulis,
Maya Putri NPM 13130330353
2017
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN I
II
III
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1.2 Identifikasi Masalah ............. .......................................................... 1.3 Pembatasan Masalah........................................................................ 1.4 Rumusan Masalah...................... ..................................................... 1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.6 Kegunaan Penelitian......................................................................... 1.7 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
1 5 6 6 6 6 7
TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 2.1.1 Konsep Peran............................................................................... 2.1.2 Konsep Pembentukan Sekolah Muhammadiyah.......................... 2.2 Kerangka Pikir. ................................................................................ 2.3 Paradigma .........................................................................................
8 8 9 10 11
METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian……………………………………………………12 3.2. Langkah-langkah Dalam Penelitian Sejarah…………...………..….13 3.3. Variable Penelitian dan Overasional Variable…….....………...…….15 3.3.1.Variable Penelitian…………..…………..……………………..…15 3.3.2 Definisi Operasional Variable……………………………….........15 3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..17 3.4.1. Teknik Kepustakaan………………………………………….17 3.4.2. Teknik Dokumentasi………………………………………….18 3.5. Teknik Analisis Data………………………………………………..20
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil ...................................................................................................... 22 4.1.1 Gambaran Umum Situasi Pendidikan Di Yogyakarta ................ 22 4.1. 2. Biografi K. H Ahmad Dahlan……………………………….....26 4.2 Deskripsi Data Peran Normatif K.H Ahmad ....................................... 32 Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah…….….........32 4.2.1 Membentuk Sekolah Muhammadiyah ……………………....32 4.2.2 Membentuk Tujuan Sekolah Muhammadiyah…………….....43 4.2.3 Mengubah Kurikulum ............................................................. 47 4. 3 Pembahasan .......................................................................................... 56 4.3.1 Peran Normatif K.H Ahmad Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogayakarta Tahun 1911-1922 ................................................................... 56 V
KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 62 5. 2 Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Mata Pelajaran Sekolah Muhammadiyah………………53 Tabel 2. Daftar Rincian Belajar Pada Sekolah Muhammadiyah………...55
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Acc Judul………………………………………………..65 2.Surat Izin Pembahas……………………………………………66 3.Surat Izin Permohonan Penelitian…………………………..….67 5.Surat Izin Penelitian…………………………………………….68 6.Foto K.H Ahmad Dahlan……………………………………….69 7.Foto Kepengurusan Muhammadiyah…………………………...69 8.Gambar Siswa-siswi Sekolah Muhammadiyah…………………70 9.Surat Izin Pembentukan Muhammadiyah………………………71 10. Surat Izin Perluasan Sekolah Muhammadiyah………………..72 11.Surat Izin Pengubahn Anggaran Dasar Muhammadiyah………73
1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Berita masuk Islam ke nusantara telah diberitakan sejak Marco Polo singgah di kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragama Islam dari sekian perkiraan, diperkirakan bahwa kontak Indonesia dengan Islam sudah terjadi sejak abad 7 M. Para saudagar muslim sampai di kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M dan Marco Polo yang datang pada tahun 1292 telah melihat perkembangan Islam yang mantap di Indonesia ini menandakan bahwa Islam telah berkembang dengan pesat sejak abad 13 . “Daerah yang pada mulainya dimasuki oleh Islam adalah Aceh.Datangnya Islam ke Indonesia pada adab ke-13 dilakukan secara damai, dapat dilihat dari jalur perdagangan,dakwah, ajaran tasawuf, tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan semuanya merupakan pendukung cepatnya proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia” (Rofi. 2016: 2). Salah satu saluran penyebaran adalah pendidikan dimana, dari sisi kesejarahanya, Islam memiliki dua sistem pendidikan yaitu sistem pendidikan tradisional dan sistem pendidikan moderan. Dalam sistem pendidikan tradisional pesantren merupakan ciri khasnya sementara dalam sistem pendidikan moderan Madrasah merupakan penannda ke moderanan dalam pendidikan Islam. Sistem pendidikan pada masa tersebut pun sama dengan sistem pendidikan di India dimana sistem Guru-kaula. Sistem Guru-kaula ini sama dengan sistem
2
pendidikan asrama, para murid pada masa tersebut berdiam diri ditempat guru dan istri guru disamakan dengan ibu. Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua, pesantren sendiri mulai berkembang sejak masuknya Islam ke nusantara namun demikian pesantren kala itu masih banyak yang belum mampu bertahan dan belum jelas sistem pendidikan sehingga pesantren tersebut dianggap spekulatif dan diragukan. Sehingga pesantren sendiri baru bisa terdekteksi bukti peninggalanya sejak abad ke-18.
“Pesantren tertua yang diketahui tahun berdirinya adalah pesantren
Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh Sultan Paku Buwono II pada tahun 1742 sebagi tanda terimakasih kepada Kyai Hasan Basari. Paku Buwono II juga membangun asrama dan masjid untuk santri” (Poesponegoro. 2008:193). Sistem pengajaran pada masa tersebut mengunakan sistem Sorogan dan Bandongan atau weton. Perlahan namun pasti terjadi perubahan dalam lembaga maupun sistem pendidikan Islam di Indonesia sistem yang awalnya hanya sistem sederhana dengan arahan ke Hindu-Budha berubah seiring perubahan-perubahan yang terjadi dalam pendidikan Islam di Timur-tengah dan Mesir. “Perubahan sistem dan lembaga tersebut berubah kedalam arahan Madrasah. Dalam catatan sejarah Madrasah tertua tercatat di Sumatra Barat didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad tahun 1909 dengan nama Madrasah Adabiah” ( Djumhur, 1976:159-160). Islam nusantara sempat mengalami kesulitan dalam berkembang takkala Belanda datang kenusantara, Belanda datang dengan misi 3 G yaitu Gold, glory dan gosper Belanda yang datang dengan tujuan salah satunya penyebaran agama Kristiani.“
3
Sejauh Islam dianggap anti colonial, kaum priyayi lebih mengembangkan agama yang bersifat kejawen dari pada memilih menjadi santri. Ketakutan Belanda terhadap orang-orang yang bersifat condong ke Islam mempengaruhi struktur dan kepegawai masyarakat pribumi” (Departemen pendidkan dan kebudayaan, 1993;69). Belanda yang mempersulit ruang gerak Islampun menimbulkan banyak pertentangan diberbagai kalangan terlebih Belanda pun berusaha memperslit rung lingkup pendidikan Islam. Pada masa tersebut Belanda berusaha dengan sekuat tenaga memasukan unsure-unsur kebaratan kedalam kehidupan masyarakat Indonesia terutama kepada kaum terpelajar. Meskipun demikian beberapa wilayah di Jawa justru terlebih dahulu mengenal sistem pendidikan dengan tata cara sistem kerajaan salah satunya Yogyakarta. Yogyakarta Propinsi dengan sejarah panjang dan pendidikan yang mempuni menujukan bahwa sejarah propinsi tersebut tidaklah sederhana. Ciri khas dari propinsi Daerah istimewa Yogyakarka adalah pendidikan . Sejarah mencatat sejak lama pendidikan merupakan pionir dari proinsi tersebut. “Setelah kraton (istana raja) Yogyakarta didirikan dengan lengkap yaitu Pada Tahun Jawa 1682 atau 1757 M. Sejak itulah didalam istana (kraton) Yogyakarta berdiri sebuah bangunan sekolah yang dinamakan sekolah Tamanan” (Anshoriy Ch. 2010: 26). Namun, sekolah tersebut hanya membahas mengenai tata cara dalam penembangan lagu jawa, sejarah keraton , kesustraan Jawa, tata negara, UndangUndang sepuluh, dan Hukum. Belum membahas mengenai Islam dalam lingkup
4
pendidikan dan ilmu pengetahuan umum sehingga sekolah tersebut pun hanya berlaku bagi kaum bangsawan keraton Yogyakarta saja. Pendidikan Islam
seperti pada umumnya di daerah lain baru dimulai di
Yogyakarta pada abad akhir abad ke 19 dan awal abad ke-20 dimana ketika pendidikan bersifat tradisional dengan rujukan utama Pesantren mulai terdekteksi keberadaanya di Yogyakarta. Dimulai dengan K.H Ahmad Dahlan membentuk sebuah surau di tahun 1899 di Kauman Yogyakarta namun, sayangnya surau tersebut dianggap mengalami penyimpangan hingga, suarau tersebut dirubuhkan. Meskipun sebenarnya arah kiblat suarau K.H Aahmad Dahlan itu benar dan sesuai dengan ilmu Falaq yang didapakanya. “Pendidikan pesantrean tertua ditemuakan di Yogyakarta telah ada sejak tahun 1910. Pondok pesantren Al-Munawwir didirikan oleh KH. M.Moenawwir, pada tanggal 15 November 1910 M. Pondok pesantren AlMunawwir terletak di dusun Panggungharjo, kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” (Mutaalimah. 2003: 4). Berdasarkan uraian waktu maka inilah sarana pendidikan islam tertua di Yogyakarta. Dimana pendidikan kala itu masih tradisional dan hanya memprioritaskan pembelajaran pendidikan Al-Quran dan pengajaran Al-Quran, sedangkan kitab kuning sebagai penyempura pembelajaran Al-Quran. Setelah bertahun-tahun dalam kondisi keterpurukan akhirnya seorang tokoh Belanda Van Deventer meminta Belanda mengemukan rasa balas budi mereka terhadap Indonesia dengan mencetuskan Politik Etis yang dilakukan tahun 1898 “Dibawah
Politik
Etis,
Educatie
(pendidikan),
Erigatie(irigasi),
dan
Imigratie(imigrasi) dari ketiga program tersebut pendidikan dianggap sebagai hal
5
yang paling esensial. Datangnya era Etis ini Juga membuka era baru perlakuanya terhadap Islam” (Latif. 2005: 81). Berkat politik etis tersebut kondisi masyarakat di Jawa mulai mengenal pendidikan, kaum-kaum terpelajar tersebut mengembangkan perkumpulan dan hasilnya adalah berdirinya Budi Utomo sebagai kebangkitan nasional bangsa Indonesia berkat kekuatanya dalam pelawan terhadap
penjajahan, berdirilah
beberapa cabang Budi Utomo diseluruh nusantara salah satunya berdiri di Yogyakarta. Dari Budi Utomolah timbul sosok seorang Ahmad Dahlan seorang pengajar yang memperjuangkan pembentukan sekolah Islam baru di Yogyakarta. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai kondisi masyarakat Islam Yogyakarta kala itu serta latar belakang yang mempengaruhi peran yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan peneliti tertarik menulis skripsi dengan judul “Peran K.H Ahmad Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah: 1. Peran Normatif K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922. 2. Peran
Ideal
K.H
Ahmad
Dahlan
dalam
Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922.
Pembentukan
Sekolah
6
1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar pembahasan penelitian tidak terlalu luas kemudian peneliti membatasi masalah pada: “Peran
Normatif
K.H
Ahmad
Dahlan
dalam
Pembentukan
Sekolah
Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922” . 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apa sajakah peran normatif yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922? 1.5 . Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa sajakah Peran normatif
yang
dilakukan K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922. 1.6 . Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapakan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada pihak-pihak
yang
membutuhkan
dengan
bertambahnya
pengetahuan mengenai bagaimanakah Peran normatif
wawasan
ilmu
yang dilakukan K.H
Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922
7
1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah K.H Ahmad Dahlan.
2.
Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Peran K.H
Ahmad Dahlan dalam
Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922. 3. Tempat Penelitian Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah perpustakaan Unila dan perpustakaan daerah Lampung. 4. Waktu Penelitian Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2016-2017
5. Kosentrasi Ilmu Kosentrasi Ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Sejarah.
REFERENSI
Ahmad, Rofi. 2016. Jejak-Jejak Islam. Jakarta: Bunyan. Hal: 2. Marwati Poeponegoro, Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal : 193. Djumhur. 1976. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bandung : CV. Ilmu Bandung Hal : 159- 160. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal: 69. Ansoriy Cn, HM. Nasruddin. 2010. Matahari Pembaharuan. Yogyakarta : JB Publisher. Hal : 26. Mutaalimah. 2003. Perkembangan pesantren Krapyak. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal : 4. Yudi, Latief. 2005. Muslim Intelegensi dan Kekuasaan ( The Muslim intelegensi and power in the 20th Century Indonesia). Bandung : Mizan. Hal: 81.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN PARADIGMA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Peran Makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. (Djamarah. 1997: 31). Menurut Bruce J. Cohen dalam bukunya sosiologi suatu pengantar peran dibedakan menjadi dua kategori, pertama peran nyata (enacted role) atau peran normatif yaitu keadaan sesungguhnya dari seseorang dalam menjalankan peranan tertentu. Kedua adalah peran yang dianjurkan (prescribe role) atau peran ideal
9
yaitu peran yang diharapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai dengan yang mereka harapkan (Cohen. 1992: 80). Dalam penelitian ini konsep peran merujuk kepada peran tokoh agama sekaligus pendidik dalam melakukan modernisasi pendidikan agama secara nyata dimana K.H Ahmad Dahlan menjalankan peranya sebagi seorang pendidik dan juga seorang ahli agama secara bersamaan. Dalam sistem keagamaan peran tokoh agama sering lebih luas dan tidak mencakup peribadatan, pengkajian kitab tetapi juga pencatatan pengambangan dan pemeliharaan sesuatu yang bernilai baik milik pribadi ataupun milik negara untuk ditempatkan bagi kebutuhan keagamaan apa bila dikaitan dengan konsep peran normatif tokoh agama dan pendidik ini adalah bagaimana sikap atau perilaku K.H Ahmad dahlan dalam melaksanakan tugas sesuai keadaan nyatanya kondisi pendidikan saat itu di Yogyakarta. 2.1.2 Konsep Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747) kata pembentukan mempunya arti sebagai proses, cara atau pembuatan bentuk sesuatu.
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar serta tempat untuk memberi dan menerima pelajaran ( Daryanto. 1997: 544). Sedangkan menurut Wayne dalam buku Soebagio Admodiwiro sekolah adalah sistem interaksi sosial atau organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi peribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organik (2000 :37)
10
Muhammadiyah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu Muhammad yang mengarah kepada nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah ya yang dinishabkan yang artinya mensejeniskan. Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad ( Suara Muhammadiyah. 2015. 2)
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan
pengerian dari
pembentukan sekolah Muhammadiyah adalah proses dari pembuatan lembaga atau organisasi untuk belajar mengajar serta tempat untuk memberi dan menerima pelajaran yang berlandaskan dengan Muhammad
SAW dan para anggotanya
merupakan pengikut Nabi Muhammad SAW.
2.2. Kerangka Pikir K.H Ahmad Dahlan merupakan seorang sosok pendidik sekaligus seorang pionir dari sebuah proses pembentukan sekolah Muhamamdiyah . Cara pandangnya dalam melaksanakan pendidikan dimulai dari organisasi Budi Utomo dimana ia mulai tertarik untuk melaksanakan pembelajaran yang berbeda. Di organisasi inilah ia mulai melaksanakan peran normatifnya sehingga dapat dikatakan K.H Ahmad Dahlan melakukan perubahan sesuai dengan dalam melakukan tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan, di Yogyakarta secara total dengan kesunguhan dalam melaksanakanya. Sekolah yang awalnya hanya merupakan pesantren diubah menjadi madrasah dengan tujuan yang berdasarkan Islam dan kurikulum yang memadukan islam dan sekolah barat berbeda dengan sekolah barat dan pesantren pada umumnya.
11
2.3. Paradigma
X
Keterangan : X
: Peran K.H Ahmad Dahlan
Y
: Pembentukan Sekolah Muhammadiyah : Garis Hasil
Y
REFERENSI
Syaiful Djamarah, Bahri. 1997. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal : 31. Cohen. J, Bruce. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 80. Depdikbud. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Hal : 747 Daryanto. 1997.Media Pembelajaran. Yogyakarta :Gava Media. Hal : 544. Admodiwiro, Soebagio. 2000. Managemant Pendidikan . Jakarta: PT.Airdadizya. Hal. 37. Suara Muahmmadiyah. 2015. Definisi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muahmmadiyah. Hal 2.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Yang Digunakan Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Di dalam sebuah penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis.
Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memehami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Nawawi,. 2001: 79).
Tujuan dari Penelitian Historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, memverifikasikan, mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. “dalam penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data skunder dan data primer. Data primer dari sumber primer, yaitu peneliti secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang dituliskan. Dapat disimpulkan bahwa setiap penelitian, harus dilihat sifat-sifat
13
penelitian yang dipakai. Dengan demikian sifat Penelitian Historis adalah sifat data yang ditentukan oleh sumber yang diperoleh seperti data primer dan data sekunder. 3.2 Langkah-langkah Penelitian Historis. Langkah-langkah penelitian historis dapat dikatakan merupakan tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian guna mempermudah penulisan historis. Menurut Nugroho Notosusanto, langkah - langkah dalam penelitian historis meliputi : 1. Heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber data 2. Kritik yaitu menyelidiki keaslian dan kesahihan sumber-sumber data yang di dapat, 3. Interpretasi yaitu merangkai berbagai sumber-sumber data yang telah di kritik menjadi satu kesatuan yang mampu menerangkan objek penelitian 4. Historiografi yaitu tahap penulisan hasil penelitian (Notosusanto, 1948:11).
1. Heuristik dilakukan untuk mencari dan menemukan menemukan sumber data, yang ada sumber sejarah yang akan memberikan keyakinan dan kebenaran akan gejara peristiwa sejarah, sehingga dapat menghilangkan keraguan atau perselisihan pada penilaian kebenaran akan suatu peristiwa. Sehubungan dengan penyusunan karya ilmiah ini penulis mencari sumber data dari buku-buku literatur dan dokumen-dokumen terkait dengan judul yang akan diajukan. Pencarian sumber-sumber tersebut dilakukan dengan mendatangi perpustakaan Universitas Lampung dan perpustakaan daerah Propinsi Lampung terlebih dahulu.
14
2. Kritik, setelah sumber
data-data telah ditemukan dilakukan kritik
pengujian dengan menggunakan kritik yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern ini menyangkut bahasa dokumen-dokumennya, biografi maupun
kalau ada dokumen misalnya, diteliti apakah dokumen itu
memang yang kita kehendaki, apakah palsu atau asli. Menilai isinya itu dilakukan dengan kritik intern untuk memastikan apakah hasil dari datadata tersebur dapat digunakan. Dalam tindakan ini penulis melakukan kritik terhadap dokumen, biografi maupaun sumber lainya guna memastikan keaslian dari data-data yang berkaitan dengan K.H Ahmad Dahlan. 3. Interpretasi setelah penulis melakukan langkah ke dua, yaitu kritik terhadap sumber data, kemudian terkumpul fakta-fakta, maka langkah berikutnya adalah langkah interpretasi atau penafsiran fakta-fakta sejarah. Dalam menginterpretasikan fakta sejarah dalam rangkaian suatu kesatuan yang harmonis dapat dipercaya dan masuk akal. 4. Historiografi, sebagai langkah terakhir dalam penggunaan metode historis adalah historiogarafi, yang dimaksudkan disini penulisan serangkaian fakta-fakta yang berhubungan dengan Peran K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta Tahun 1911-1922. (Kartono, 1986 ; 225).
15
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasi Variable 3.3.1. Variable Penelitian Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian. Menurut Hadari Nawawi, variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian ( Nawawi. 1996. 55). Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek yang menjadi bahan penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada apa saja Peran K.H Ahmad Dahlan dalam modernisasi penidikan Islam di Yogyakarta. 3.3.2 Definisi Operasional Variable Menurut Sumadi Suryabrata, definisi opersional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan, dapat diamati dan diobservasi (Suryabrata. 1983 : 83). Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi definisi Operasional Variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun. 1991 : 46). Dengan demikian maka definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel dengan cara memberikan arti atau
16
menspesifikasikan kegiatan agar mudah diteliti. Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Peran Peran dibedakan menjadi dua kategori, pertama peran nyata (enacted role) atau peran normatif yaitu keadaan sesungguhnya dari seseorang dalam menjalankan peranan tertentu. Kedua adalah peran yang dianjurkan (prescribe role) atau peran ideal yaitu peran yang diharapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai dengan yang mereka harapkan (Cohen. 1992: 80). Peran yang dilakukan oleh K.H Ahamd Dahlan disini merupakan peran nyata atau normatif beliau dalam melakukan pembentukan sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta.
B. Pembentukan Sekolah Muhammadiyah pembentukan sekolah Muhammadiyah adalah proses dari pembuatan lembaga
atau organisasi untuk belajar mengajar serta tempat untuk
memberi dan menerima pelajaran yang berlandaskan dengan Muhammad SAW dan para anggotanya merupakan pengikut Nabi Muhammad SAW.
Dalam kaitanya dengan K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922 merupakan hasil buat pikirnya akan perkembangan pendidikan islam di Yogyakarta guna menjadikan umat Islam berjalan sesuai tuntunan Al-Quran dan sunah.
17
3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan sumber guna memperkaya data. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar. Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan masalah yang akan di bahas maka penulis menggunakan tambahan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 3.4.1 Teknik Kepustakaan Untuk menambah wawasan dalam mencari dan menambahkan sumber diperlukan metode tambahan dalam mencari data sehingga, diperlukankanlah teknik tambahan yaitu teknik kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya. Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumbersumber lainnya yang sesuai (internet, koran dan lain-lain).
18
3.4.2 Teknik Dokumentasi Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang narasumber, misal LSM. “Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:231) yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu: 1. Dokumen harian
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata. Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
a.Catatan harian (diary)
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur perasaan.
b. Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang bersangkutan.
c.Autobiografi
19
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis). Didefinisikan autobiografi adalah tulisan atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting social.Menurut Meleong dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya.
Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa seorang peneliti dalam mengumpulkan data tidak hanya terbatas pada literatur tetapi juga melalui tetapi juga melalui pembuktian atau m
cari data lain yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lengger, agenda, gambar arkeologi dan lain sebagainya.
20
3.5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriktif kualitatif. Definisi kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau memuatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya (Subagyo. 2006 : 106).
Dimana teknik analisis dalam penelitian ini merupakan bahan utama penelitianpenelitian ilmu-ilmu sosial yang berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus dalam bentuk laporan dan karangan sejarawan, sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah penelitian dan mendapatkan kesimpulan. Model ini ada 4 komponen analisis yaitu: pengumpulan data, Klarifikasi data, pengolongan data, dan penyimpulan data. Langkah-langkah analisis data yang harus ditempuh adalah: 1. Penyusunan data Pemyusunan data dilakukan untuk mempermudah penelitian
terhadap
semua data yang dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan seleksi data atas yang diperoleh dan menyusunya.
21
2. Klarifikasi data Klarifikasi ini merupakan usaha mengolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Pengolongan ini disesuaikan berdasrkan sub-sub permasalahan berdasarkan analisis data yang terkaandung dalam permasalahan ini.
3. Pengolongan data Setelah data diperoleh kemudian diselesi dengan mengunakan teknik analisis kualitatif. Mengolongkan data berarti menyaring data dan mengatur data yang masuk. Di maksudkan semua riset akan dilanjutkan ke taraf interfensi maka penganalisaan, penginterpretasian dan penaarikan kesimpulan harus melewati tahap pengelolahan data. 4. Penyimpulan data Sebagai langkah akhir dalam penelitian adalah suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk laporan. (Ali, 1998:152).
REFERENSI
Hadari, Nawawi,. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada. Hal : 79. Nugroho, Notosusanto. 1948. Masalah Penelitian Sejarah Kontenforer. Yayasan Penerit UI. Hal 11. Kartini, Kartono. 1986. Psikologi Abnormal. Bandun: Mandan Maju. Hal : 225. Hadari, Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada. Hal : 55. Sumadi, Suryabrata. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal : 83. Masri, Singarimbun. 1995. Metodelogi Penelitian Surve. Jakarta : LP3S. Hal : 46. Cohen. J, Bruce. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 80. Yusran, Asmuni. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dunia Islam. Jakarta : Raja Grafindo. Hal : 1. Zakiah, Daradjat. 1978. Islam dan peranan Problem Remaja Di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Hal : 87. Suharsimi, Arikanto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Haris, Herdiansyah. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba Humanika. Hal : 143. Joko, Subagyo. Metodelogi Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Hal : 152. Muhammad, Ali. 1998. Strategi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Angkasa. Hal : 152.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa, peran normative K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922 dialah sebagai berikut: 1. Membentuk lembaga sekolah Muhammadiyah yang pada mulanya lembaga pendidikan Islam di Yogyakarta merupakan Pesantren yang muncul sejak abad 11-12 dan menyerupai lembaga pendidikan di Timur-Tengah. Hingga akhirnya K.H Ahmad Dahlan membentuk lembaga Sekolah Muhammadiyah yang mengunkan sistem Klasikal dan menempati sebuah ruangan, kursi dan meja serta alat bantu pendukung lainnya selayaknya kelas pada sekolah umum. Setelah 22 tahun wafatnya K.H Ahmad Dahlan tepatnya 22 Desember 1945 akhirnya Madrasah serupa sekolah K.H Ahmad Dahlan dimasukan kedalam lembaga resmi sekolah di Indonesia . 2. K.H Ahmad Dahlan membentuk tujuan sekolah Muhammadiyah yang pada awanya tidak tertulis dan belum memiliki bukti otentik untuk sebuah sekolah yang memiliki tujuan sebagai sasaran dalam
63
pembelajaran di sekolah Muhammadiyah sejak awal tujuan memang mengarah kepada kepentingan agama Islam tujuan sejak di bentuk tahun 1911 dan akhirnya teracatat secara resmi paska mengalami perubahan pada tahun 1912 dan tujuan sekolah Madrasah sejenis Muhammadiyah akhirnya disamakan sejak tahun 1987 . 3. K.H ahmad Dahlan memodernisasikan Kurikulum. Kurikulum yang terdapat di pesantren pada awalnya hanya memandang pada aspek trio komponen yaitu imam, islam dan ihsan berbeda dengan yang dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan yang mengubah kurikulum berdasarkan perkembangan zaman dimana mengabungkan kurikulum Guberman dan kurikulum pesantren hingga menghasilakn Ismuba. Sistem pendidikan islam yang ada pada masa ini merupakan hasil dari percontohan sekolah Muhammadiyah yang dibentuk oleh K.H Ahmad Dahlan. Pada tahun 1973 pendidikan keagamaan resmi masuk kesekolah umum. Berdasarkan
perjuangannya,
atas
jasanya
terhadap
bangsa
ini
dalam
perkembangan pendidikan maka menteri pendidikan pengetahuan dan kebudayaan mengirim surat dengan No. 56693/S pada 8 september 1961 kepada Presiden Republik Indonesia supaya K.H Ahamd Dahlan diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Pernyataan ini diperkuat oleh Menteri Kesejahteraan Sosial dan Menteri Pertama. Tiga bulan kemudian Presiden Republik Indonesia dengan surat keputusan No.567 tahun 1961, bertepatan 27 Desember 1961, menetapkan K.H Ahmad Dahlan sebagai pahlawan Nasional
64
5.2. SARAN Sejarah merupakan cerminan
masa lalu yang menjadikan Indonesia sebagai
negara yang mampu mengahrgai jasa-jasa pahlawanya memberikan pelajaran tersendiri untuk bangsa Indonesia. Kebodohan akan keterbelakangan pendidikan mengajarkan kita untuk menjadi sebuah bangsa yang mampu memperjuangkan pendidikan untuk semua kaum baik kaum pria maupun kaum wanita. Belajar dari K.H Ahmad Dahlan yang melakuakn pengembangan pendidikan bukan hanya kepada pria namun juga kepada wanita ia tidak mengenal gender, suku bahkan agama, K.H Ahmad Dahlan menjadi contoh bagaimana ia memandang semua umat sama tampa pembeda. Hingga akhir hayatnya K.H Ahmad Dahlan masih mementingkan pendidikan untuk semua kaum bahkan dia menjadikan Muhamamdiyah sebagi wasiat terakhirnya. Oleh sebab itu, penulis memberikan saran antara lain: 1. Untuk seluruh generasi penerus bangsa Indonesia, baik kaum
muda
maupun kaum tua untuk terus menghargai sejarah perjuangan bangsanya. Dengan terus mengisi kemerderdekaan bangsa ini dengan penuh tanggung jawab sebagai warga negara yang tunduk pada UUD dan Pancasila. 2. Menjalankan dan mengamalkan isi pancasila dalam kehidupan sehari hari 3. Mempelajari sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada umumnya dan sejarah daerah masing-masing khususnya karena tidak akan ada persatuan di Indonesia tanpa adanya perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh tiap-tiap daerah
65
4. Menghargai jasa para pahlawan dan pejuang yang telah mempertaruhkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia 5. Hendaknya tiap-tiap individu yang mempelajari sejarah bangsa baik sejarah nasional ataupun lokal mampu mengambil dan mengaplikasikan nilai nilai perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 6. Meperjuangkan pendidikan untuk semua pihak. 7. Membangun toleransi antar umat beragama serta menyamaratakan semua umat tampa membedakan suku, jender, sosial bahkan latar belakang untuk melakuakn sebuah hubungan yang baik.
.
Daftar Pustaka Adi, Nugroho. 2010. K. H Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923. Yogyakarta : Garasi House of Book. Hal : 21.
Ali, Muhammad. 1998. Strategi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Angkasa.
Anshoriy, HM. Nasruddin. Ch. 2008. Matahari Perbaharuan.Yogyakarta: Jogja Bangkit publisher. Amir, Hamza Wirzokusanto. 1968. Pembaharuan Dan Pengajaran Pendidikan Islam. Malang. Ken Mutia Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakrta: Rineka Cipta.
Asmuni,Yusran. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dunia Islam (Dirasah Islam). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Cohen, Bruje J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Departemen pendidkan dan kebudayaan. 1993. Sejarah Sosial. Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta; Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Djamarah, Syiful Bahri. 1997. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta.PT : Rineka Cipta.. Drajat, Zakiyah. 1978. Membina Nilai-nilai Moral. Jakarta: Bulan Bintang. Djoened, Marwati Poeponegoro. 2008. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal : 193. Djumhur, 1976. Sejarah Pendidikan. Bandug: CV. Ilmu Bandung.
Kutoyo, Sutrisno. 1998: Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Perserikatan Muhammadiyah. Jakarta: Balai Pustaka. Mulkhan, Abdul Munir. 1990. K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta: IKAPI. . 2010. Kiyai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan : Kado Satu Abad Muhammadiyah. Jakarta : Gudang Press.
. 1990. Pemikiran K.H Ahmad Dahlan Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta : Bumi Ngkasa. Miles dan Huberman. 1992. Anaisis Data Kulaitatif. Jakarta:UI Press.. Moleong. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Muhammadiyah,
PP.
1986.
Gagasan
Pembaharuan
Muhammadiyah.
Yogyakarta
:
Muhammadiyah. Nasir, Bactiar. 2012. Anda Bertanya kami Menjawab. Jakarta: Gema Insani Press. Nashir, Haedar. 2016. Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Angkasa.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notosusanto, Nugroho . 1948 : Norma-norma Dalam Pemikiran dan Penulisan Sejarah. Jakarta: Departeman Pertahanan dan Keamanan. Ruswan Toyib. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam. Semarang: Iain Wali Songo Semarang.
Rofi,Sopiyan. 2016. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: DEEPUBLISH. Singarimbun, Merode Penelitian. 1991. Yogyakarta :LP3S Syukur ,Djunaidi dalam skipsi Mutaalimah. 2003. Hal.Sejarah perkembangan PP Al-Munawir. PP. Krapyak Yogyakarta.Yogyakarta: Pengurus Pusat PP Krapyak Yogyakarta.
Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres.. Subagyo, Joko. 2006. Metodelogi Penelitian Dalam Teori dan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono . 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syaifuallah. 1997. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. Jakarta : Pustaka Utama Pius A. Purtanto. 1994. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Arkola. Pradjokusumo, H.N. 1987. Muhammadiyaah Pendidikan Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: A.B.N Jakarta Yudi Latif. 2005. Muslim Intelegent dan Kuasa. Bandung: Nizam.