Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 58-67 ISSN : 2085-6172
PERAN KEPUASAN KERJA DALAM MEMEDIASI KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BPJS KETENAGAKERJAAN PROVINSI ACEH Sulaiman Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Almuslim Email:
[email protected]
Diterima 13 Februari 2017/Disetujui 15 Maret 2017 ABSTRAK Penelitian ini menguji pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai, serta menguji efek mediasi dari variabel kepuasan kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah 126 orang pegawai tetap BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan metode SEM (structural equation modelling) menggunakan Amos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masingmasing variabel kepemimpinan, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja serta variabel kepuasan kerja memediasi kepemimpinan dengan variabel kinerja secara full mediasi dan variabel kepuasan kerja memediasi budaya organisasi dengan variabel kinerja secara parsial mediasi. Kata Kunci: Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai.
PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam organisasi karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional organisasi. Agar organisasi tetap eksis maka harus berani menghadapi tantangan dan implikasinya yaitu menghadapi perubahan dan memenangkan persaingan. Sumber daya yang dimiliki oleh organisasi seperti modal, metode dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang optimum apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kinerja yang optimum. Douglas (2000) menjelaskan bahwa organisasi membutuhkan pegawai yang mempunyai kinerja (job performance) yang tinggi. Kinerja pegawai merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari seorang pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat berujud, dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran dan tenaga tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan suatu persoalan, inovasi baru suatu produk barang atau jasa, bisa juga merupakan penemuan atas prosedur kerja yang lebih efisien. Pelayanan terhadap permintaan klaim JHT bagi peserta yang memasuki usia pensiun masih terkendala dan lambat penyelesaiannya. Begitu juga dalam hal kualitas penyelesaian tugas yang masih berulang-ulang, seperti ada berkas yang belum ditandatangan karena ketidak telitian pegawai pada saat pengecekan dokumen peserta sehingga menganggu antrian peserta lainnya yang juga sangat membutuhkan pelayanan. Selain itu, sebagian kecil pegawai tidak bisa menyelesaikan tugas tepat waktu karena beban tugas yang banyak karena jumlah peserta yang mengajukan klaim bertambah dari waktu ke waktu. Pekerjaan pegawai semakin bertambah dilatar belakangi oleh adanya regulasi baru yang memungkinkan peserta mencairkan dana JHT tanpa persyaratan masa kepesertaan seperti aturan sebelumnya, menyebabkan terjadinya lonjakan permintaan klaim JHT di seluruh kantor layanan BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Kepemimpinan menggambarkan hubungan antara pemimpin (leader) dengan yang dipimpin Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 59-67 ISSN : 2085-6172
(follower) dan bagaimana seorang pemimpin mengarahkan follower akan menentukan sejauh mana follower mencapai tujuan atau harapan pimpinan (Locander et al. 2002; Yammarino et al. 1993). Pemimpin mengembangkan dan mengarahkan potensi dan kemampuan bawahan untuk mencapai bahkan melampaui tujuan organisasi (Dvir et al. 2002). Dengan pemahaman akan tugastugas yang diemban, dan pemahaman karakteristik bawahannya, maka seorang pemimpin akan dapat memberikan bimbingan, dorongan serta motivasi kepada seluruh anggotanya untuk mencapai tujuan. Jika dalam proses interaksi tersebut berhasil dengan baik. Sebagaimana penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa peranan kepemimpinan mampu meningkatkan kinerja pegawai (Heather, 2001; Chen, 2004). Pengamatan awal terlihat bahwa pimpinan di BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh berasal dari orang-orang yang terdidik, dan memiliki wawasan namun dalam hal ini, hubungan atasan dan bawahan seringkali hanya berorientasi pada tugas bukan dengan gaya mendidik, pemimpin hanya bertindak tegas jika bawahannya melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tugas, seharusnya pemimpin itu harus menjadi tauladan dan contoh bagi bawahannya, sebab BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh pegawainya berasal dari beragam suku dan perilaku pegawai yang berbeda, watak yang berbeda, seharusnya gaya kepemimpinan yang bijaksana dapat mengantisipasi agar bawahannya tidak ada yang mengundurkan diri (turn over). Para peneliti telah menguji hubungan antara budaya organisasi dan kinerja (Rashid, 2003). Banyak pakar menyebutkan bahwa budaya organisasi dapat menjadi basis adaptasi dan kunci keberhasilan organisasi sehingga banyak penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai atau norma-norma perilaku yang bisa memberikan kontribusi besar bagi keberhasilan organisasi (Rashid, 2003). Profesionalisme adalah sikap seseorang yang melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan job description, protokoler dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya atau diberikan, serta dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Sifat profesionalisme dibutuhkan demi terciptanya iklim kerja yang membuat semuanya nyaman dan suasana saling membantu satu dengan yang lainya. Dan tujuan akhirnya adalah suksesnya agenda atau program kerja yang dilaksanakan sehingga produktivitas kerja pegawai meningkat. Fenomena yang terjadi, pegawai pada BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh sangat terlihat menjarak dan kurang harmonis dengan manajernya seakan-akan ada rasa kurang nyaman jika menejer mengawasi mereka berkerja. selain itu budaya tolong-menolong sesama rekan kerja masih kurang, seperti pada saat pelayanan yang diberikan oleh pegawai kepada peserta klaim, masing-masing pegawai harus bekerja sendiri-sendiri yang harus mengambil sendiri keperluan-keperluan masing-masing, yang tidak bisa menyuruh kepada rekan kerjanya, walaupun jumlah pegawai yang berperilaku seperti itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan pegawai dengan alasan sedang ada kerjaan. Kelakuan ini mencerminkan kurangnya kekompakan sesama rekan kerja. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima (Robbins, 2003). Kepuasan kerja bagi pegawai sebagai pendidik diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang pegawai merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Dengan demikian, produktivitas dan hasil kerja seorang pegawai suatu institusi akan meningkat secara optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Abdulloh (2006), kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 60-67 ISSN : 2085-6172
Hasil survey penulis menyimpulkan bahwa kepuasan kerja pegawai pada Ketenagakerjaan Provinsi Aceh masih belum maksimal, hal ini terlihat dari adanya keluhan sebagian pegawai merasa gaji yang mereka terima belum adil, dimana orang yang bekerja dengan rajin, sungguhsungguh dan berprestasi tetap menerima upah sama dengan pegawai yang malas. Pegawai yang ada kedekatan dengan Pimpinannya kemungkinan berkesempatan untuk menduduki jabatan tertentu, sementara mereka yang pasif tidak mendapat peluang promosi. Sebagian pegawai merasakan kurangnya perhatian dari pimpinan. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Peran Kepuasan Kerja dalam Memediasi Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. METODE PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemimpinan dan budaya organisasi. Kepuasan kerja sebagai variabel perantara, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja. Tipe penelitian adala pernyataan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengambil data. Instrumen penelitian menggunakan skala Linkert yang telah dimodifikasi 1-5. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. Pengambilan sampel dengan metode sensus yaitu sebanyak 126 orang pegawai tetap. Teknik sampling sensus merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Teknik analisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 dan Amos 21.0. Uji validitas instrumen menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA) masing- masing kontruk yaitu dengan melihat nilai Loading Factor masing-masing indikator dan didapat hasil setiap butir peryataan memiliki nilai >0,6. Adapun uji reabilitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Construct Reliability =
π π‘π .πππππππ 2 π π‘π .πππππππ 2 + ππ
Sementara ekstrak varian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2
Variance Extracted =
π π‘π .πππππππ π π‘π .πππππππ + 2ππ
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil analisis Full Model 1 (model awal) dengan menggunakan analisis SEM ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil perhitunganya bahwa indeks kesesuaian (goodness of fit index) menunjukkan bahwa dari delapan kriteria yang dievaluasi ternyata hanya dua kriteria yang belum memenuhi (fit) yakni AGFI.
Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 61-67 ISSN : 2085-6172
Gambar 1. Full Model Sebelum Modifikasi Hasil analisis (Tabel 1) goodness of fit menunjukkan keseluruhan evaluasi model telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, kecuali AGFI yang masih marginal. Untuk perbaikan nilai goodness of fit perlu dilakukan modifikasi dengan cara menghubungkan antar error yang disarankan Amos dalam indeks modifikasi (Ghozali, 2013). Tabel 1. Goodness of fit Indexs untuk Full Model Sebelum Modifikasi Goodness of Fit Index Ο2 ChiSquare Statistik Probability CMIN/DF GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Sulaiman
Cut-off Value
Hasil Analisis
Evaluasi Model
Diharapkan Kecil >0,05 <2.00 >0.90 >0.90 >0.95 >0.95 <0.08
134,513 352 129 0.903 0.872 0. 992 0. 994 0, 018
Baik Baik Baik Baik Marginal Baik Baik Baik
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 62-67 ISSN : 2085-6172
Gambar 2 berikut ini merupakan Gambar Full Model penelitian yang telah dilakukan modifikasi dan Gambar Full Model tersebut sebagai berikut:
Gambar 2. Full Model Setelah Modifikasi Tabel 2. Goodness of fit Indexs untuk Full Model Setelah Modifikasi
Hasil analisis (Tabel 2) goodness of fit menunjukkan bahwa setelah dilakukan modifikasi ke semua kriteria nilai yang ditetapkan lebih baik daripada nilai yang sebelumnya, kecuali nilai AGFI yang masih marginal. Dengan demikian secara keseluruhan model telah fit. Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel eksegen (kepemimpinan, budaya organisasi) terhadap variabel intervening (kepuasan kerja) dan variabel endogen (kinerja pegawai) ditampilkan dalam Tabel 3: Tabel 3. Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen
Hasil analisis data seperti yang ditampilkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa ke semua variabel eksogen (kepemimpinan dan budaya organisasi) memiliki pengaruh langsung signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai, dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 63-67 ISSN : 2085-6172
Uji Efek Mediasi Untuk melihat pengaruh efek mediasi, terlebih dahulu harus melihat seberapa besar pengaruh langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh keseluruhan (total effect). Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Amos. 21.0 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Standardized Direct, Indirect & Total Effects
Hasil pengujian efek memediasi (intervening) hubungan variabel kepemimpinan dengan variabel kinerja pegawai yang dimediasi oleh variabel kepuasan kerja dan ditampilkan dalam Gambar 4.
Gambar 3. Variabel Kinerja Pegawai Gambar 4 dapat dijelaskan bahwa koefesien jalur A, jalur B dan jalur C, adalah signifikan dan nilai signifikansi jalur C' adalah tidak signifikan. Karena probabilitas jalur Cβ tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan terjadi hubungan perfect/full atau dengan kata lain variabel kepuasan kerja memediasi secara perfect/full antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai pada BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. Hasil pengujian efek memediasi (intervening) hubungan variabel budaya organisasi dengan variabel kinerja pegawai yang dimediasi oleh variabel kepuasan kerja dan ditampilkan dalam Gambar 5.
Gambar 4. Variabel Kepuasan Kerja Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa koefesien jalur A, jalur B dan jalur C, signifikan dan nilai signifikansi jalur C' adalah tidak signifikan. Karena probabilitas jalur Cβ tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan terjadi hubungan partial mediation atau dengan kata lain variabel kepuasan kerja memediasi secara partial mediation antara variabel budaya organisasi dengan kinerja pegawai pada BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 64-67 ISSN : 2085-6172
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Estimat Pernyataan Hipotesis S.E. CR e Std. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan 0,338 0,116 2,924 Kerja pada BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Budaya Organisasi positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja 0,533 0,128 4,177 BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja 0,336 0,106 3,178 pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Budaya Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap 0,332 0,117 2,836 kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh Kepuasan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja 0,286 0,112 2,558 pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh Kepuasan Kerja memediasi secara perfect/full mediasi antara 0,093 0,049 1.886 Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Kepuasan Kerja memediasi secara parsial mediasi antara Budaya 0,147 0,066 2,217 Organisasi dengan Kinerja pegawai .
P
0,003
0,001
0,001
0,005
0,011
Kesimpulan Diterima (Data Mendukung Model) Diterima (Data Mendukung Model) Diterima (Data Mendukung Model) Diterima (Data Mendukung Model) Diterima (Data Mendukung Model)
0,059
Diterima (Data Mendukung Model)
0,026
Diterima (Data Mendukung Model)
Implikasi Secara Teoritis Penelitian ini menghasilkan beberapa implikasi secara teoritis yaitu sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan dan budaya organisasi memiliki arah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dengan kata lain kepemimpinan dan budaya organisasi berdampak pada peningkatan kinerja pegawai, hal ini sejalan dengan kebanyakan hasil penelitian terdahulu yang menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan variabel kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja sehingga penelitian ini telah memperkuat kerangka teoritis terkait pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. 2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan dan budaya organisasi memiliki arah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dengan kata lain kepemimpinan dan budaya organisasi berdampak pada peningkatan kinerja pegawai, hal ini sejalan dengan kebanyakan hasil penelitian terdahulu yang menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan variabel kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sehingga penelitian ini telah memperkuat kerangka teoritis terkait pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 65-67 ISSN : 2085-6172
3.
4.
5.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa variabel kepuasan kerja secara langsung memiliki arah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini sejalan dengan kebanyakan penelitian sebelumnya yang menyebutkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja pegawai sehingga kesamaan ini dapat menjadi landasan untuk memperkuat atau menambah kerangka teoritis berhubungan dengan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan hasil analisis data terdapat 2 (dua) hasil penelitian yang berbeda, variabel kepuasan kerja memediasi secara mediasi sempurna (full/perfect mediation) hubungan antara kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. variabel kepuasan kerja memediasi secara mediasi parsial (partial mediation) hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian dapat memberi kontribusi yang berharga bagi ilmu pengetahuan Karena dapat menambah penelitian sebelumnya yang masih dirasakan belum tersedia banyak, berhubungan dengan kedudukan variabel kepuasan kerja sebagai variabel intervening.
Implikasi Secara Praktis 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan, budaya organisasi memiliki arah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh, dengan kata lain kepemimpinan, budaya organisasi berdampak pada peningkatan kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Temuan ini mengisyaratkan bahwa untuk memperoleh kinerja pegawai yang tinggi dalam melaksanakan tugas sangat membutuhkan perhatian, dan dukungan atasan. 2. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel kepemimpinan, budaya organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja artinya semakin baik kepemimpinan, budaya organisasi, maka semakin meningkat pula kepuasan kerja pegawai. Konsekuensi dari adanya kepemimpinan, budaya organisasi tentu untuk meningkatkan kepuasan kerja. 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki arah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh, dengan kata lain semakin tinggi kepuasan kerja akan berdampak kepada semakin tinggi juga kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Temuan ini mengisyaratkan bahwa kepuasan kerja adalah hal yang harus dipenuhi oleh pimpinan kepada pegawai untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai. 4. Dalam penelitian ini ditemukan variabel kepuasan kerja dapat memediasi secara mediasi sempurna (full/perfect mediation) hubungan antara kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Implikasinya bagi BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh yang ingin meningkatkan kinerja pegawai, antara lain dapat ditempuh dengan upaya peningkatkan kepuasan kerja karyawan, artinya Pemimpin BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh harus memfokuskan perhatian pada usaha-usaha yang mampu meningkatkan kinerja atau produktivitas pegawai BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. 5. Dalam penelitian ini ditemukan variabel kepuasan kerja dapat memediasi secara mediasi parsial (partial mediation) hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Implikasinya bagi BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh yang ingin meningkatkan kinerja pegawai, antara lain dapat ditempuh dengan upaya peningkatkan kepuasan kerja karyawan, artinya Pemimpin BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Aceh harus memfokuskan perhatian pada usaha-usaha yang mampu meningkatkan kinerja dengan memperkuat budaya organisasi yang kuat. 6. Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 66-67 ISSN : 2085-6172
Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Variabel kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh, hal ini bermakna jika kepemimpinan diberikan maka kepuasan kerja akan meningkat. 2. Variabel budaya organisasi berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh, hal ini bermakna jika budaya organisasi diterapkan maka kepuasan kerja akan meningkat. 3. Variabel kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh, hal ini bermakna jika kepemimpinan diberikan maka kinerja pegawai akan meningkat. 4. Variabel budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh, hal ini bermakna jika budaya organisasi diberikan maka kinerja pegawai akan meningkat. 5. Variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh, hal ini bermakna jika kepuasan kerja dipenuhi maka kinerja pegawai akan meningkat. 6. Variabel kepuasan kerja memberikan efek mediasi secara mediasi sempurna (full/perfect mediation) terhadap kepemimpinan dengan kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. 7. Variabel kepuasan kerja memberikan efek mediasi secara mediasi parsial (partial mediation) terhadap budaya organisasi dengan kinerja pegawai BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Aceh. DAFTAR REFERENSI Abdullah (2006). Pengaruh Budaya Organisasi, Locus Of Control, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat, Tesis tidak diterbitkan, Semarang: Universias Diponegoro. Bernardin, H. Jhon (2007). Human Resources Management. Mc. Graw Hill, Inc, Singapore. Chen et al. (2004). Organization Communication, Job Stress, Organizational Commitment and Job performance of Accounting Profesionals In Taiwan and America, Leadership and Organizational Journal. 27 (4), p.242-249 Chen, Li Yueh (2004). Examining The Effect Of Organization Culture And Leadership Behaviors On Organizational Commitment, Job Satisfaction, Adan Job performance At Small And Middle-Sized Firma Of Taiwan, Journal of American Academy of Business, Sep 2004, 5, 1/2, 432-438. Douglas, G. (2000). Manajemen Kas, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Dvir T, Eden D, Avolio BJ, Shamir B. (2002) Impact of transformational leadership on follower development and performance: a field experiment. Academy of Management Journal;45(4):735β44. Ghozali, Imam (2013). Konsep dan Aplikasi Dengan Progran AMOS 21.0, Cetakan ke 4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Handoko, Hani. (2005). Perilaku Organisasi. BPFE UGM. Yogyakarta. Sulaiman
Variasi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017 67-67 ISSN : 2085-6172
Heather K. Spence, Joan Finegan, Judith Shmian, (2001). The Impact of Workplace Empowerment, Organizational Trust on Staff Nurses Work Satiusfactio and Organizational Commitment, Health Care Manage Rev., Aspen Publisher. Inc. Koesmono, Teman. (2007). Pengaruh Kepemimpinan dan Tuntutan Tugas terhadap Komitmen Organisasi dengan Variabel Moderasi Motivasi Perawat Rumah Sakit Swasta Surabaya. Jurusan Ekonomi Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret: 30-40. Kristianto, Dian., Suharnomo & Ratnawati, Intan., (2012). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening. Studi pada RSUD Tugurejo Semarang, Jurnal Universitas Diponegoro. Kuswantoro, Sumarji. (2012) . Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi, Reward dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung. Jurnal βOTONOMIβ Vol. 12 No.3. Juli 2012Koontz, Harold., Cyril OβDonnell, dan Heinz Weihrich. (1990). Manajemen. Erlangga. Jakarta Locander, W.B., F. Hamilton, D. Ladik & J. Stuart, (2002). Developing a leadership-rich culture: The missing link to creating a market-focused organization. Journal of Market-Focused Management, Vol. 5, Hal: 149-163. Masβud, Fuad, (2004), Survai Diagnosis Organisasional, Konsep dan Aplikasi, Semarang: BP Undip. Rashid, Zabid Abdul, et al. (2003). The influence of corporate culture and organizational commitment on performance, Journal of management development, 22 (8), 708-728 Robbins, Stephen .P., (2003). Perilaku Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta Schein, Edgar H., (1991). Psikologi Organisasi, Jakarta: LPPM & PT. Pustaka Binaman Pressindo. Silalahi, Ulbert. (2002). Studi tentang Ilmu Administrasi, Cetakan Keempat. Bandung: Sinar Baru Algasindo. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.,: Bandung: Alfabeta. Torang, Syamsir. (2012). Metode Riset Struktur & Perilaku Organisasi. Alfabeta, Bandung. Usman, Husaini. (2011). Manajemen Teori, praktik dan Riset Pendidikan (Edisi 3): Jakarta: Bumi Aksara. Yammarino, F.J., W.D. Spangler & B.M. Bass (1993). Transformational leadership and performance: A longitudinal investigation. Leadership Quarterly, Vol. 4, No. 1 : 81-102.
Sulaiman