PERAN ICT SEBAGAI MEDIA PENINGKAT KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA ASING DI INDONESIA Aam Alamsyah Staf Pengajar Bahasa Inggris STBA Technocrat dan STBA LIA Jakarta
[email protected]
Abstrak Media/sarana belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses serta upaya peningkatan kualitas pembelajaran bahasa asing di Indonesia. Peran ICT sebagai salah satu media/sarana penunjang pembelajaran bahasa sangatlah penting, terutama dalam menunjang aspek kebermaknaan, otentisitas serta konteks bahasa yang merupakan hakikat alamiah dari bahasa. Selama ini dalam proses pembelajaran manual guru sering dijadikan satu–satunya sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai referensi siswa dalam mempelajari aspek–aspek bahasa, seperti pengucapan/pelafalan, tata-bahasa, dan idiom. Dengan adanya ICT peran guru menjadi lebih ringan dan belajar pun menjadi lebih menarik sehingga dapat memotivasi siswa untuk mempraktikkan pengetahuannya dalam lingkup kehidupannya sehari-hari, di samping dapat meningkatkan motivasi para pembelajar bahasa untuk terus belajar setiap saat (Life-Long Learning). Oleh karena itu, pemerintah sebagai stakeholder yang paling penting dalam dunia pendidikan diharapkan lebih tanggap untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan yaitu: membuat sebanyak mungkin program/software pendidikan bahasa yang dapat diakses oleh para stakeholder pendidikan, menyediakan fasilitas dan memperbaiki infrastruktur ICT, meningkatkan kualitas dan pemahaman guru tentang pentingnya ICT, serta secara bijak melihat dan mengevaluasi penerapan ICT tersebut sesuai dengan karakteristik sekolah yang ada ataupun perkembangan zaman. Kata Kunci: Peran, ICT, media peningkat kualitas, pembelajaran bahasa asing, Indonesia
Abstract Teaching media are inseparable parts both in supporting the process and the effort of the quality language learning improvement in Indonesia. The role of ICT as media/supporting tool in language learning is very vital especially in supporting meaningfulness, authenticity and context which constitute the nature of a language. So far, in most manually conducted learning process the teacher always becomes the only source of learning that the students usually refer to in their learning language aspects such as: intonation, structures, idioms, etc. With the existence of ICT in education field, the role of teacher is getting easier and learning process is getting more interesting so that it can motivate the students to practice their knowledge in their daily life, besides certainly encouraging the students to continuously learn (life-long learning). The government, as the most important stakeholeder, should therefore respond swiftly by doing some of the followings such as: making so many software programs for language education which can be accessed by all education stake holders, providing facilities, improving the ICT infrastructure, improving the quality and the understanding of the teachers toward the importance of the ICT as well as wisely considering and evaluating the application of ICT based on the unique characteristics of the existing schools and the currently developing era. Key Words: The role, ICT, quality improving media, foreign language learning, Indonesia.
68
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
PENDAHULUAN Seperti kita ketahui, dewasa ini telah terjadi peningkatan minat masyarakat dalam belajar bahasa asing, seperti: bahasa Inggris, Jepang, Mandarin dan sebagainya. Sehubungan dengan adanya trend di atas, proses pembelajaran bahasa asing pun telah menjadi pusat perhatian/kajian para ahli bahasa baik yang berkiprah di lembaga formal maupun non-formal. Dalam era globalisasi ini, belajar bahasa asing sepertinya telah menjadi sebuah keharusan bagi siapapun, termasuk pejabat pemerintah Indonesia yang saat ini sedang bekerja keras untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan cara menjalin kerja sama dengan berbagai pihak terutama dengan negara lain yang tentu saja memerlukan sumber daya yang mumpuni dalam bahasa asing/Internasional. Terlepas dari masih adanya kontroversi pembelajaran bahasa asing di Indonesia pada tingkat dasar, beberapa sekolah tertentu terutama sekolah Nasional Plus dan Internasional bahkan telah memasukkan sejumlah bahasa asing tersebut menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan proses belajarmengajarnya. Tingginya minat belajar bahasa asing dalam era globalisasi nampaknya juga ditunjang dengan munculnya jejaring komunikasi antarbangsa, seperti: internet, facebook, dan tweeter yang membuat bangsa Indonesia menjadi bagian dari masyarakat dunia yang dapat dengan mudah berteman dengan rekan–rekannya di dunia maya di samping juga menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna jejaring sosial terbesar di dunia. Dalam bagian ini penulis mengutip sumber–sumber pustaka yang dianggap credible karena ditulis oleh para pakar yang ahli dalam bidang tertentu terutama kebahasaan ataupun bidang yang berkaitan dengan
Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
69
pembelajaran bahasa, yaitu Suharsimi Arikunto, Nina Spada, Brown, Howard Gardner, dan sebagainya. a.
Faktor–faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Pada dasarnya proses belajar itu sendiri bukanlah merupakan sebuah
proses tunggal dan terpisah, melainkan sebuah proses yang saling berkaitan di antara faktor–faktor yang ada (multi-faceted). Keterkaitan /pengaruh dari faktor-faktor tersebut akhirnya menghasilkan luaran (output) sebagai hasil akhir/kualitas belajar. Secara lebih spesifik, hakikat belajar dapat dibagi manjadi dua faktor utama, yaitu faktor makro dan mikro. Menurut Suharsimi dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, faktor makro dapat didefinisikan sebagai sebuah proses transformasi yang memiliki bagian–bagian yang saling berkaitan secara erat dan hingga dapat saling mempengaruhi hasil akhirnya. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Materi/ Kurikulum
Metode Mengajar
Guru
Sarana/Alat Media
Masukan Instrumental Instrumen
Input (Masukan)
Lingkungan Manusia 70
Output (Luaran)
Proses Transformasi
Masukan Lingkungan
Lingkungan Bukan Manusia LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
Dari paparan tabel di atas dapatlah dipahami bahwa secara makro proses transformasi pembelajaran menjadi hasil yang diinginkan ternyata tidaklah sesederhana yang dibayangkan, karena terdapat beberapa faktor yang saling memengaruhi, yaitu: 1. materi/kurikulum; 2. guru/tenaga pengajar; 3. metode mengajar; 4. sarana/media belajar; 5. lingkungan manusia; 6. lingkungan bukan manusia.
Semua faktor itu harus saling mendukung/mempengaruhi agar output pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Paparan di atas juga memperlihat bahwa faktor media/sarana belajar merupakan faktor yang tidak terpisahkan dari sebuah pembelajaran yang utuh. Faktor mikro atau yang disebut aspek mikro, diambil dari hasil penelitian Patsy M. Lightbown dan Nina Spada (English Language Teaching in Context: 31—33, yang menunjukkan bahwa secara mikro/personal terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan proses belajar bahasa seseorang, seperti: 1. faktor intelegensi; 2. faktor bakat/Aptitude; 3. faktor kepribadian; 4. faktor motivasi dan sikap.
Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
71
Dari penelitian kedua narasumber di atas terlihat bahwa faktor intelegensi selalu memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan hasil setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Faktor kedua adalah faktor bakat yang secara genetik diturunkan dan hanya dimiliki oleh orang–orang tertentu dengan bakat tertentu pula. Dari hasil penelitian terdapat sejumlah orang dengan bakat bahasa yang baik yang dapat menguasai/menjalani proses pembelajaran bahasa lebih mudah dari pada yang lainnya. Faktor berikutnya adalah faktor kepribadian yang menurut penelitian narasumber di atas dapat pula mempengaruhi proses/hasil pembelajarannya. Patsy dan Nina meyakini bahwa seseorang dengan kepribadian yang terbuka (extrovert) akan lebih mudah mengikuti proses pembelajaran, sedangkan introvert (tertutup) lebih sulit karena masalah bersosialisasi. Faktor terakhir adalah motivasi dan sikap yang juga merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran bahasa. Semakin termotivasi seseorang belajar bahasa asing, maka akan terasa semakin mudah bagi orang itu untuk belajar bahasa tersebut; atau semakin positif sikap seseorang terhadap sebuah bahasa yang dipelajari, maka akan semakin berpengaruh positif pada semangat mereka untuk belajar bahasa tersebut. Salah seorang psikolog terkenal, yang juga menekankan pentingnya peran intelegensi sebagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah Howard Gardner. Namun sedikit berbeda dari para pendahulunya, Howard menyatakan bahwa walau pun setiap orang memiliki intelegensi namun karakteristiknya tidaklah sama misalkan: seseorang yang memiliki intelegensi seni akan memiliki kualitas ataupun kemampuan yang baik dalam bidang seni ataupun karya lainnya sedangkan dalam bidang ilmu pasti orang tersebut bisa jadi memiliki banyak kelemahan, sedangkan seseorang yang memiliki 72
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
intelegensi matematis bisa saja memilikki kemmapuan dalam bidang penalaran yang baik sementera memiliki kelemahan mendasar dalam bidang apresiasi seni, dan sebagainya. Intelegensi ini merupakan sebuah kualitas dasar manusia yang dimiliki oleh setiap insan dan cenderung berbeda dalam tiap individunya, walaupun dalam beberapa kasus terdapat individu yang dapat memiliki lebih dari satu intelegensi biasanya secara umum orang–orang hanya memiliki satu inteligensi saja. Secara menyeluruh, Gardner yang menyebut kondisi tersebut sebagai multiple intelligence, menyatakan bahwa di samping kelemahan yang dimiliki setiap anak terdapat juga kelebihan-kelebihan (inteligensi) yang dimilikinya yaitu: 1. Logical Mathematical: Orang–orang jenis ini memiliki sensitivitas dan kemampuan untuk mencerna pola logika dan bilangan, di samping kemampuan untuk mengatasi serangkaian penalaran (reasoning). 2. Linguistic: Pembelajar jenis ini biasanya memiliki sensitivitas pada suara dan makna kata-kata, di samping sensitivitas pada beragam fungsi bahasa yang berbeda. 3. Musical: Pembelajar jenis ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasi irama, tekanan nada, di samping apresiasi pada beragam bentuk ungkapan musik. 4. Spatial: Pembelajar jenis ini memiliki kemampuan untuk memahami dunia ruang dan gambar secara tepat dan melakukan transformasi pada pemahaman awalnya. 5. Bodily-Kinesthetic: Pembelajar jenis ini merupakan jenis yang aktif dalam
mengendalikan
gerakan
tubuhnya,
di
samping
dapat
mengendalikan objek dengan tangkas. Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
73
6. Interpersonal: Pembelajar jenis ini memiliki kemampuan untuk memahami dan merespon dengan baik/wajar atas perubahan mood nya, temperamen, motivasi, dan rasa tertarik/hasrat orang lain. 7. Intrapersonal:
Pembelajar jenis ini sebaliknya memiliki pemahaman
yang baik atas diri sendiri, membedakan dan memanfaatkannya untuk membimbing perilaku, pengetahuan, kekuatan diri sendiri, kelemahan, hasrat, dan kecerdasannya. b.
Prinsip–prinsip Dasar dalam Pembelajaran Bahasa Brown dalam bukunya Teaching by Principles (2001:54-70) menjelaskan beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan dalam proses/pelaksanaan
pembelajaran
bahasa.
Adapun
prinsip–prinsip
tersebut diringkas sebagai berikut 1.
Automaticity Prinsip
ini
berkaitan
dengan
pemahamannya
bahwa
pembelajar sebaiknya tidak terlalu berkutat dengan tata bahasa ataupun bentuk–bentuknya. Pemahaman pada aturan bahasa saja tanpa
memperhatikan
makna
akan
memunculkan
berbagai
kesalahan. Pembelajaran bahasa harus sejalan dengan pelepasan otomatisitas seperti seorang anak kecil yang berkomunikasi tanpa takut salah. Brown mengatakan bahwa efficient second language learning involves a timely movement of the control of a few language forms into the automatic processing of a relatively unlimited number of language forms. Over analyzing language, thinking too much about its forms, and consciously lingering on
74
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
rules of language all tend to impede this graduation of automaticity. 2.
Meaningful Learning Brown mengatakan bahwa meaningful learning will lead toward better long-term retention than rote learning. Maksudnya adalah bahwa pembelajaran yang alamiah dan bermakna akan lebih bermanfaat daripada sekadar belajar dengan cara melakukan pengulangan struktur yang kaku dan tidak alamiah atau sulit diingat. Hal ini tentu dapat diterima mengingat proses belajar mengulang-ulang yang cenderung bersifat robotis akan terasa lebih sulit diingat dibandingkan dengan proses pembelajaran yang bermakna dan lebih mudah untuk dicerna, difahami dan diingat.
3.
Anticipation of Reward Human beings are universally driven to act, or “behave” by the anticipation of some sort of reward-tangible or intangible, short term or long term- that will ensue as a result of behavior. Dari prinsip ini jelas Brown ingin menunjukkan ―kepamrihan‖ manusia dalam melakukan sesuatu sehingga hendaknya para guru dapat
memberikan
contoh
yang
baik
dalam
bentuk
“encouragement” tentang apa yang akan didapatnya apabila mempelajari bahasa tersebut. Hal ini penting karena para pembelajar biasanya tidak memiliki motivasi ataupun tujuan yang sama. Pemberian pemahaman akan ―reward/manfaat‖ pada masa yang akan datang Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
75
(jika yang bersangkutan berhasil menguasai bahasa asing tersebut) akan sangat berdampak bagi pembelajar dalam mengikuti pelajaran. 4.
Intrinsic Motivation The most powerful rewards are those that are intrinsically motivated within the learner. Because the behavior stems from needs, wants, or desires within oneself, the behavior itself is selfrewarding; therefore, no externally administered reward is necessary.
Pada
prinsip
ini
Brown
meyakini
bahwa
manfaat/keuntungan (reward) yang paling baik adalah yang timbul dari dalam diri pembelajar itu sendiri karena tidak selamanya seorang pembelajar akan puas dengan motivasi eksternal sehingga yang terbaik adalah menyadarkan dirinya sendiri akan pentingya belajar bahasa tersebut. 5.
Strategic Investment Successful mastery of the second language will be due to a large extent to a learner’s own personal “investment” of time, effort, and attention to the second language in the form of an individualized battery of strategies for comprehending and producing language. Pada prinsip ini Brown menegaskan pentingnya
investasi
waktu/tenaga/konsentrasi
yang
dapat
berpengaruh pada hasil akhir dari proses belajarnya. Oleh karena itu,
penting
bagi
para
pembelajar
meningkatkan
usaha/waktu/kualitas belajarnya sehingga akan memperoleh hasil
76
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
yang lebih baik lagi. Pada dasarnya usaha (investasi) masing– masing pembelajarlah membentuk keberhasilan tersebut. 6.
Language Ego As human beings learn to use a second language, they also develop a new mode of thinking, feeling and acting- a second identity, the new “language ego” intertwined with the second language, can easily create within the learner a sense of fragility, a defensiveness, and a raising inhibitions. Secara psikologis seorang pembelajar bahasa ke dua biasanya rentan terhadap kritik, kesalahan, dan rasa kaku dalam bertindak-tutur. Hal ini menurut pendapat Brown karena adanya “new language ego” yang akhirnya menimbulkan kekakuan yang membutuhkan penyesuaian sehingga diharapkan para guru dapat memahami hal ini secara bijak dan tidak melakukan tindakan yang terlalu keras/kaku. Sebaliknya, Brown menyarankan “overtly display a supportive attitude” pada siswa kita.
7.
Self Confidence Learners’ belief that they indeed are fully capable of accomplishing a task is at least partially a factor in their eventual success in attaining the task. Salah satu keberhasilan dari pembelajaran bahasa ke dua adalah adanya keyakinan yang kuat. Brown meyakini faktor percaya diri dapat membuat pembelajar berani melakukan komunikasi, di samping mampu menerapkan pengetahuannya.
Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
77
8.
Risk-Taking Successful language learners, in their realistic appraisal of themselves as vulnerable beings yet capable of accomplishing tasks, must be willing to become “gamblers” in the game of language, to attempt to produce and to interpret language that is a bit beyond their absolute certainty. Dalam hal ini Brown menegaskan bahwa secara konteks filsafat pendidikan para guru hendaknya mengambil sikap untuk mendorong para siswanya untuk ―berani mengambil risiko‖ atau ―berani mencoba/risk taking‖ yang dianggapnya sebagai hal yang benar. Oleh karena itu, para guru harus selalu memberikan dorongan agar para siswanya dapat lebih berani menerapkan ilmunya, dengan menggunakan bahasa tersebut dalam konteks komunikasi yang sebenarnya.
9.
Language-Culture Connection Whenever you teach a language, you also teach a complex system of cultural customs, values, and ways of thinking, feeling and acting. Dalam prinsip ini Brown menyarankan bahwa konsep pembelajaran yang baik adalah mengkaitkan dengan kebudayaan. Dia percaya bahwa bahasa adalah bagian dari kebudayaan.
10.
Native Language Effect The native language of learners exerts a strong influence on the acquisition of the target language system. While that native system will exercise both facilitating and interfering effects on the production and comprehension of the new language, that interfering effects are likely to be the most salient. Prinsip ini
78
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
menunjukkan adanya keterkaitan ataupun pengaruh antara bahasa kedua (bahasa yang sedang dipelajari) dan bahasa ibunya. Walaupun adanya pembelajaran yang sistematis, faktor-faktor yang berpengaruh dari bahasa ibu biasanya terlihat dengan jelas. 11.
Inter-Language Second language learners tend to go through a systematic or quasi-systematic developmental process as they progress to full competence in the target language. Successful inter-language development is partially a result of utilizing feedback from others. Prinsip ini menerangkan adanya ―bahasa antar‖ atau ―bahasa di antara bahasa ibu dan bahasa target yang dipelajari‖ dan biasanya para pembelajar akan sering melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa targetnya tersebut. Namun, bahasa itu tidak dapat dikategorikan sebagai salah satu dari kedua bahasa tersebut karena secara gramatika bahasa/ungkapan tidaklah termasuk dalam bahasa ibu ataupun bahasa target. Oleh karena itu, untuk kesalahan yang sifatnya tidak fatal, Brown menganjurkan para guru untuk bersikap toleran dan mendorong siswa untuk melewati proses ini (proses bahasa antar) dengan baik atau dapat menggunakan kedua bahasa tersebut dengan baik (bilingual ability).
12.
Communicative Competence Given that communicative competence is the goal of language classroom, instruction needs to point toward all its components:
organizational,
pragmatic,
strategic,
Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
and 79
psychomotor. Communicative goals are best achieved by giving due attention to language use and not just usage, to fluency and not just accuracy, to authentic language and contexts, and to students’ eventual need to apply classroom learning to previously unrehearsed contexts in the real world. Brown menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa ke dua adalah agar pembelajar dapat berkomunikasi sehingga semua aspek
yang berkaitan
dengan
pembelajaran
bahasa
harus
mengarahkan pelajarnya pada kemampuan tersebut. Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran menekankan pentingnya kelancaran berbahasa (fluency), di samping ketepatan berbahasa (accuracy), otentisitas bahasa (authenticity), dan konteks (context). c.
Peran Media dalam Menunjang Pembelajaran Bahasa Peran media/sarana belajar telah lama didengungkan dan diutarakan oleh para ahli sebagai salah satu jawaban dari beragamnya persoalan pendidikan yang menyangkut proses belajar, yang salah satunya diungkapkan Dona M. Brinton, dalam Celce Murcia, yang mendefinisikan media sebagai berikut: Basically every media can possibly be used for the sake of teaching process, for example: replica, toys, or the other teacher-made material, or even the most expensive one such as video cassette, TV, and laboratory program. Pada dasarnya media apa pun dapat digunakan untuk kepentingan pengajaran, contohnya replika, boneka, bahan/benda yang dibuat sendiri oleh guru, video kaset, TV, dan juga laboratorium.
80
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
Dona juga menerangkan secara detail manfaat/rasional penggunaan media. 1. Beberapa pembelajar lebih menyukai penggunaan media dalam proses belajarnya. Kemunculan komputer sekarang ini semakin populer bagi kalangan pelajar, maka sebagai guru yang bijak ataupun lembaga yang baik biasanya menyediakan media dalam upaya meningkatkan motivasi belajar mereka. 2. Media juga dapat memberikan situasi yang berkaitan dan nyata (kontekstual yang dapat disajikan ke dalam lingkungan belajarnya, terutama saat pembelajaran bahasa sedang dipraktikkan) 3. Media juga dapat memberikan otentisitas/keaslian suasana ke dalam kelas sehingga memperkuatan daya imaginasi pembelajarnya. 4. Media juga bermanfaat bagi mereka yang memiliki orientasi belajar berbeda, misalnya seorang pelajar yang lebih berorientasi pada visual. 5. Penelitian juga menunjukkan bahwa media dapat mendorong dan mendukung para guru untuk bekerja lebih efektif dan efisien, di samping menguatkan indera para pembelajarnya sehingga mereka lebih siap dalam memperoleh materi yang akan diajarkan. d.
Peran ICT sebagai Pembelajaran
Media
dalam
Meningkatkan
Kualitas
Pada dasarnya, keberadaan ICT (Information and Communication Technologies) telah banyak digunakan dalam bidang pendidikan (termasuk
pendidikan
bahasa)
untuk
membantu
memperbaiki
proses/kualitas pembelajaran secara signifikan. ICT yang diistilahkan sebagai teknologi yang memberikan akses pada informasi melalui telekomunikasi juga telah banyak dibahas oleh para ahli pendidikan Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
81
bahasa, yang salah satunya adalah Jeremy Harmer. Jeremy secara implisit menyebut ICT (The Practice of English Language Teaching: 200:145150) sebagai komputer yang dikatakannya sebagai berikut: Although computer use is still restricted to a fraction of the world’s population, the use of computers (and the internet) in education generally, and in the teaching English in particular, continues to increase at an extraordinary speed-quite apart from its use in language laboratories. As with any technological advance such as: language laboratory, video, and even tape recorder, the proper place for the various riches which computers have to offer is still under discussion. All we know is that at any moment there are exciting new developments just around the corner. Currently, the main uses for computers in language teaching include the following: 1. Reference One of the chief uses of computers, either through the internet or on CD/DVD-ROMS, is as reference tool. This can be connected to the teaching, the English language or general facts about the world. There are already a number of popular encyclopedias available on CD-ROM (for ex: Encarta, Grolier, etc), and all sorts of information is also available, whether it is about plant life, animal, etc.Salah satu fungsi utama dari komputer, baik melalui internet maupun CD/DVDROMS, adalah sebagai alat referensi. Perangkat ini dapat dikaitkan dengan pengajaran bahasa Inggris ataupun fakta–fakta lainnya. Ada juga sejumlah ensiklopedia terkenal dan jenis informasi lain tersedia di CD-ROM, misalnya tentang kehidupan tanaman dan binatang.
82
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
2. Teaching and Testing Program Language teaching software packages, often supplied on CD-ROM, offer students the chance to study conversation and text, to do grammar and vocabulary exercise, and even listen to the text and record their own voices. Paket–paket software pengajaran bahasa, sering dibuat dalam bentuk CD-ROM, juga memberikan kesempatan kepada para pelajar untuk mempelajari percakapan yang berasal dari teks, mengerjakan grammar dan berlatih kosakata, bahkan jika perlu merekam suara mereka sendiri. 3. E-mail Exchange One of the main uses for computer which are hooked up to the internet is as senders and receivers of e-mail, allowing easy access to people all over the world. Salah satu manfaat komputer yang sering dihubungkan ke internet, baik sebagai pengirim dan penerima, adalah e-mail. Mereka bisa dengan mudah mendapatkan akses dari berbagai orang di seluruh dunia. 4. Website Almost any website has potential for students of English. They can go and visit a virtual museum for a project on history ro science. They can go to a web site which offers information and song lyrics from their favorite rock group, etc. Umumnya setiap website memiliki manfaat bagi para pembelajar bahasa Inggris. Mereka dapat mengunjungi museum virtual tentang sejarah dan juga ilmu pengetahuan. Bahkan, mereka juga bisa mengunjungi website yang memberikan informasi tentang lirik lagu rock favorite dan lainnya.
Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
83
5. The Word-Processor Unlike pen and paper, word processor allows students to compose as they think and change their minds in the course of writing. Tidak seperti kertas, word processor memungkinkan para pembelajar untuk menyusun ketika mereka berpikir dan mengubah pikirannya dalam penulisan. Di samping itu, tulisan sederhana pada komputer dalam bentuk bahasa Inggris juga dapat dengan mudah ditandai sehingga dapat terdeteksi kesalahannya (biasanya secara penulisan/spelling) Sementara itu, Yusufhadi Miarso (Menyemai Benih Teknologi Pendidikan: 2004:6-7) mengungkapkan bahwa teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk: 1.
meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan a. mempercepat tahap belajar (Rate of Learning); b. membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik; c. mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak;
2.
memberikan kemungkinan pendidikan yang bersifat lebih individual, dengan jalan a. mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; b. memberikan kesempatan anak berkembang sesuai kemampuannya;
3.
memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan a. Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematis; b. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku;
84
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
4.
memantapkan pengajaran, dengan jalan a. meningkatkan kapabilitas manusia dengan berbagai media komunikasi; b. penyajian informasi dan data secara lebih kongkret;
5.
memungkinkan belajar secara seketika (Immediacy of Learning) karena dapat a. mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah; b. memberikan pengetahuan langsung;
6.
memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama adanya media massa, dengan jalan a. Pemanfaatan bersama (secara lebih luas) tenaga ataupun kejadian yang langka. b. Penyajian informasi menembus batas geografi.
SIMPULAN DAN SARAN Dari
kajian-kajian
sebelumnya,
dapatlah
disimpulkan
bahwa
pembelajaran bahasa bukanlah sebuah proses tunggal dan terpisah melainkan merupakan sebuah proses rumit yang melibatkan banyak faktor yang saling berkaitan, baik dari dalam diri pembelajar ataupun dari luar pembelajarnya, sebelum akhirnya dapat menghasilkan output belajar yang ada. Peran ICT sebagai media/alat belajar merupakan salah satu faktor luar (external) yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung upaya ―transformasi‖ belajar yang baik karena ia tidak saja dapat mengakomodasi hakikat bahasa yang pada umumnya bersifat: alamiah, terkait (kontekstual), dan bermakna, tetapi juga dapat mengakomodasi faktor-faktor pedagogis pembelajaran bahasa yang baik seperti: meningkatkan rasa tertarik/motivasi para pembelajarnya karena aktualitas ataupun hidupnya informasi yang disajikan, di samping juga Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
85
kemampuan untuk menyajikan budaya asal bahasa tersebut secara lebih otentik. Dari segi pembelajar/siswa, pemanfaatan media ICT juga sangatlah penting karena ia dapat memberikan keleluasaan/fleksibilitas yang lebih baik bagi para pembelajar bahasa, sehingga memungkinkan terjadinya proses tanpa batas (waktu/ruang) sehingga membuat pembelajarnya lebih berdaya, mandiri dan dapat mengikuti proses belajaran secara berkelanjutan (Life-Long Learning). Pembelajaran yang hanya bertumpu pada sumber tunggal juga biasanya akan cepat membosankan, rumit, dan juga kaku karena hanya dapat dilakukan berdasarkan waktu, jam, dan tempat yang sudah disediakan. Selain itu,
pembelajaran yang hanya mengandalkan “single source”
cenderung akan lebih sulit dilakukan oleh para pengajarnya karena menuntut guru
untuk
menguasai
pronounciation/pengucapan,
banyak
aspek
keahlian
intonation/intonasi,
berbahasa
grammatical
seperti:
aspect/tata
bahasa, dan idiomatic expression, di samping juga faktor–faktor terkait lainnya seperti: penguasaan ataupun pengenalan budaya asal bahasa tersebut dan lain sebagainya. Berkaitan dengan pemanfaatan ICT, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Berikanlah fasilitas/program ICT yang bermanfaat bagi pendidikan Indonesia. Hendaknya pemerintah dapat terus memberikan fasilitas program ICT yang bermanfaat bagi pendidikan, misalnya pembuatan software belajar yang murah/gratis sehingga para siswa/guru dapat memanfaatkan materi tersebut sebagai penunjang efektivitas belajar para siswanya.
86
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
Pemerintah juga dapat membuat website resmi/on-line learning yang dikelola bersama oleh para pakar lembaga perguruan tinggi tertentu sehingga materi tersebut dapat diunduh oleh semua pembelajar dari Sabang sampai Merauke yang dengan cara itu pembelajaran dapat dilakukan oleh segenap elemen bangsa tanpa mengenal waktu dan tempatnya. Selama ini sejumlah perguruan tinggi telah berupaya untuk membuat on-line learning yang sayangnya, hanya dapat diakses oleh lingkungan civitas akademika-nya saja, sambil mengabaikan para pembelajar lainnya, padahal jika on-line learning ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak, penulis yakin bahwa proses pemerataan pendidikan yang sering didengungkan oleh pemerintah akan lebih cepat terwujud, di samping tentu saja dapat menumbuhkan budaya belajar yang lebih aktif dan kreatif pada segenap masyarakat Indonesia. 2. Pastikan penggunaan media pendidikan sesuai dengan karakter, keunikan, ataupun identitas sekolah yang terkait. Penggunaan media hendaknya juga disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah karena program–program yang tidak sesuai dengan ciri/kondisi sekolah cenderung akan ditolak/diabaikan oleh beberapa elemen pendidikan di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, hendaknya software/materi/program pendidikan berbasis ICT juga disesuaikan dengan jati diri/keunikan dari lembaga-lembaga pendidikan/daerah tersebut. 3. Gunakan media secara bijak sesuai dengan asas efektif dan efisien. Seyogyanya pihak sekolah/pemerintah juga dapat membuat media belajar yang tidak terlalu mahal ataupun sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tujuan sekolah tersebut sehingga menghabiskan banyak biaya dan sumber daya yang ada. Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
87
Bila diperlukan penggunaan replika, gambar, dan alat kerajinan, ataupun kliping koran bisa saja dimanfaat sebagai sarana penunjang belajar walaupun mungkin terkesan tidak interaktif/hidup. Penggunaan ICT yang tidak bijak hanya akan menghamburkan biaya tanpa dapat memperoleh hasil yang diinginkan oleh karena itu, mengenali kemampuan, kondisi serta tujuan yang ingin dicapai dari manfaat program ICT sejak awal sangatlah diperlukan. 4. Berikan pelatihan pada guru sebagai pengguna media, perawat, dan pengembang media. Masalah perawatan, penggunaan, dan pengembangan media ICT adalah persoalan terus menerus. Oleh karena itu, para pengelola pendidikan formal harus mempersiapkan sumber daya untuk merawat, memperbaiki
gangguan
yang
timbul,
serta,
jika
mungkin,
mengembangkan fasilitas tersebut. 5. Pastikan proses pembelajaran berjalan efektif dengan dukungan guru dan para siswanya. Berikan informasi yang menyeluruh kepada para siswa, guru, perangkat sekolah tentang manfaat dari teknologi pendidikan untuk pembelajaran, di samping hal–hal teknisnya sehingga fasilitas tersebut bisa bermanfaat dan berfungsi maksimal. 6. Lakukan Evaluasi Berkala. Pemerintah/lembaga harus selalu mengevaluasi secara berkala keberadaan ICT karena perkembangan teknologi adalah hal yang tidak terelakkan. Dengan demikian pemanfaatan ICT memberikan daya dan hasil guna yang lebih besar dibandingkan dengan mudarat yang mungkin ditimbulkannya.
88
LINGUA Vol.10 No. 1 April 68—89
REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Rosda Karya: Bandung. Brinton, Donna M.1991. The Use of Media In Language Teaching. Dalam Celce-Murcia Marianne (ed), Heinle & Heinle: USA. Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles, Pearson Education: New York. Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of Language Teaching, Pearson Education Limited: England. Lightbown, Patsy M, dan Spada, Nina. 2001. English Language Teaching In Its Social Context. Dalam Candlin, Christopher N. dan Mercer, Neil (eds.) Routledge: London. Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Prenada Media: Jakarta. ( www.techterms.com/definition/ict ) (http://www.antaranews.com). American
Educational
Research
Association
http://www.jstor.org/stable/117640 Nomor HP = 0813 1076 6763 & E-mail = alamsyah
[email protected] DAFTAR PUSTAKA Crystal, David. 1987. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press Hudson, RA. 1996. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press. Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Wardhough, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. UK: Basil Blackwell Peran Ict sebagai Media Peningkat Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia (Aam Alamsyah)
89