Mus Mulyadi, Bahasa Sebagai Media Pembelajaran
315
BAHASA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Mus Mulyadi Abstract; The paradigm shift of learning and the development of science and technology exceptional, of course, needed a communication tool that is able to satisfy all parties especially its recipient (learners). Therefore the messenger (teachers) already should have the knowledge and skills to deliver the message, through symbols between languages. Although the symbols of language, especially spoken language in learning from a shift in fungisinya as one means of communication. But as the old media's function can not be abandoned, a teacher must be able to vary the language of the media through the media. The combination will reduce the boredom of the students, learning will be more interesting and more engaging students. Therefore, in using language as a medium of a teacher must understand the skills in the use of language as a medium. Kata Kunci : Bahasa, Media Pembelajaran A. Pendahuluan Nana Sujana (2005: 1) mengungkapkan, proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi
para siswa mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.Asnawir (2002: 1) menjelaskan, dalam pembelajaran, keberhasilannya sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Ketidak lancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru . Proses pembelajaran merupakan suatu pola interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan juga interaksi keduanya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Pola interaksi yang baik dalam proses pembelajaran adalah pola interaksi yang melibat peserta beraktivitas dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu beberapa ahli menganjurkan, komunikasi dalam proses pembelajaran, bukan hanya komunikasi satu arah ataupun dua arah, tetapi seorang pendidik selalu mengedepan komunikasi tiga arah. Komunikasi satu arah, proses pembelajaran hanya dominan dilaksanakan oleh guru, sedang pesera didik hanya sebagai mustamik saja. Komunikasi dua arah sudah lebih baik dari komunikasi satu arah, dimana komunikasi ini interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa, dan siswa sudah diberi kesempatan untuk berdialog
dengan guru.
Sedangkan komunikasi tiga arah, disamping memakai dua komunikasi di atas, juga 315
316
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
terjadi hubungan timbal balik antara siswa dengan siswa, bahkan siswa dengan sumber belajar yang ada. Inilah yang sesungguhnya diharapkan dalam proses pembelajaran, artinay disini proses pembelajaran telah menempatkan peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam pembelajaran. Ini juga yang diharapkan dari berbagai paradigma baru pembelajaran, dengan dibuktikan bermunculannya pendekatan-penekatan baru, katakanlah PAKEM, CTL dan lainlain. Semua itu sesungguhnya bagaimana menempatkan peserta didik sebagai komponen yang sangat strategis dalam pembelajaran. Namun demikian janganlah beranggapan bahwa peran dari seorang pendidik dalam suatu proses pembelajaran terpinggirkan, justru pembelajaran seperti ini peran guru semakin jelas. Dimana peran guru itu buka hanya sebatas mentransper berbagai ilmu pengetahuan saja, tetapi peran guru itu sebagai pengajar, pembimbing, pembina dan pelatih. Cahyani (2011: 114) menjelaskan, ada dua macam komunikasi bahasa yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, hany ada pembicara dan pendengar. Hal ini terjadi dalam komunikasi yang bersifat pemberitahukan, khutbah, ceramah yang tidak diikuti tanya jawab dan sebagainya. Dalam komunikasi dua arah, secara bergantian pembicara dapat menjadi pendengar dan mendengar dapat berubah menjadi pembicara. Komunikasi dua arah dapat terjadi dapat rapat, diskusi prundingan dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mewujudkan peran-peran guru di atas ada satu komponen yang mempengaruhi, diamana selama ini agak kurang diperhatikan, komponen yang dimaksud penggunaan bahasa dalam proses pembelajaran. Cahayani (2011 ; 36) menjelaskan, bahasa itu mempunyai pungsi yaitu alat ekspresi diri, alat komunikasi, alat integrasi dan adaptasi sosial dan alat kontrol sosial. Lebih lanjut Cahayani menjelaskan nampaknya bahasa merupakan alat komunikasi atau alat interaksi yang paling baik, paling sempurnah, dibandingkan dengan alat-alat komunikasi yang lain. DePorter (2003 : 124) juga menjelaskan, Kongruensi wajah suara menjadi alat yang sama ampunya dengan ekspresi wajah. Variasi suara bahkan mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun. Gunakanlah bisikan untuk hal-hal yang penting, gunakan kalimat pendek dan cepat untuk menimbulkan semangat. Pola bicara berirama dengan kecepatan sedang akan menarik pelajar auditorial. Selain itu gerakan kepala dan wajah akan membantu variasi suara. Bahasa yang digunakan oleh seorang pendidik dalam ia menjalankan tugas profesinya sangatlah penting, dimana bahasa yang tidak sesuai
Mus Mulyadi, Bahasa Sebagai Media Pembelajaran
317
dengan anak didik maka materi pelajaran yang disampaikan akan sulit dimengerti oleh anak didik. Oleh karena itu pula penulis memberikan gagasan untuk kita semua menyadari, bahwa sesuangguhnya simbolisasi bahasa yang kita gunakan dalam proses pembalajaran merupakan media dalam satu proses pembelajaran. Sismbolisasi bahasa merupakan bagian integral dari proses pembelajaran tersebut, apalagi simboliasi bahasa tersebut dihubungkan dengan pase perkembangan dan sosio kultural anak didik. B. Hakekat Bahasa Lismayanti (2011 : 70) menjelaskan, secara umum bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, Ketika kita mendengar suatu percakapan, ita mendengarkan deretan bunyi. Bunyi-bunyi ini disebut bunyi bahasa. Hal ini karena bahasa adalah sistem lambang bunyi yang atbitner yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk kerjasama, berkomunikasi dan mengedentifikasikan diri. Amir Faisal (1995 : 347) menjelaskan, kemampuan dasar manusia untuk berbahasa merupakan kemampuan yang sejalan dengan potensi hidup manusia., sebagai sarana ujaran, sekaligus berfungsi sebagai alat hidup. Miskipun demikian , kemampuan dan tingkat perkembangan ujaran ebagai penampilannya selain erat hubungannya dengan tingkat kecerdasan dan perkembangan kreativitas seseorang, juga erat hubungannya dengan pertimbangan individu yang dilandasi oleh nilainilai tertentu (budaya, agama, profesi, hubugungan peran dan sebagainya). Alwi Shihab (2005 : 236) menjelaskan, banyak cara untuk menyampaikan pesan. Dan terdapat aneka ragam bahasa untuk berkomunikasi. Bahkan berdiam seribu bahasa pun sering lebih efektif untuk mengungkapkan sikap. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam bermasyarakat terutama juga dalam dunia pendidikan. Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi, dimana lambang ini dihasilkan dari alat ucap yang dipunyai oleh manusia, hasil ucap itulah nantinya dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Selain itu juga bahasa juga menempatkan pada posisi dalam rangka manusia itu untuk menjalin sautau kerja sama, dengan bahasa pula seseorang itu mampu atau mengetahui akan dirinya. Cahyani menjelaskan, bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyrakat komunikasi, bekerja sama, dan indentifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahawa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa
318
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
sekunder. Terkhusus bahasa lisan harus benar-benar diperhatikan oleh seorang guru, walaupun dalam pemakiannya tidaklah berstruktur, namun
bahas inilah
yang paling banyak digunakan dalam proses pembalajaran. Kamus Webster (1981 : 225) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividu
melalui
sistem
simbol,
tanda,
atau
tingkah
laku
yang
umum.Selanjutnya menurut Cahyani (2010 : 114) menjelaskan, ada dua macam komunikasi bahasa yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komuniasi searah, hanya ada pembicara dan pendengar. Hal ini terjadi dalam komunikasi yang bersifat pemberitahuan, khutbah di masjid, ceramah yang tidak diikuti tanya jawab, dan sebagainya. Dalam komunikasi dua arah, secara bergantian pembicara dapat menjadi pendengar dan pendengar dapat berubah menjadi pembicara. Komunikasi dua arah dapat terjadi dalam rapat, diskusi, perundingan, dan sebagainya. Namun dewasa ini orang telah banyak mengusahakan dimana pesan yang disampaikan dengan mudah dapat diterima, oleh sebab itu yang menirim pesan ataupun pembicara telah banyak banyak menggunakan alat bantu atau media. Bahkan dalam berbagai kegiatan telah mampu pula memvisualisasikan gambar, foto, film ataupun pristiwa-peristiwa yang terjadi. Walaupun demikian, pembiacara dalam ia menyampaikan isi pesan ada beberapa hal pula yang harus diperhatikan seperti daya serap dari audien, pemilihan bahasa dan kata-kata agar audien dengan mudah memahami apa yang kita sampaikan, penciptaan lingkungan yang mendukung dan keadaan udien itu sendiri. C. Pentingnya Kerampilan Berbahasa Menurut Hoetomo (2012 : 1) menjelaskan. Keterampilan berbahasa adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, atau kecakapan yang diisyaratkan. Dalam pengertian luas, jelaslah bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana
diisyaratkan. Sedangkan Suparno dalam Sanjaya (2012 : 1)
menjelaskan, jenis-jenis keterampilan berbahasa
yang berhubungan
empat penggunaan bahasa, menyimak,berbicara, membaca dan menulis.
dengan
Mus Mulyadi, Bahasa Sebagai Media Pembelajaran
319
Berbicara tentang keterampilan berbahasa ada beberapa aspek yang harus dipahami oleh seorang guru, aspek tersebut meliputi keterampilan berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Keempat in sangat erat seklai dengan lancar atau tidak satu komunikasi, apalagi bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Oleh karena itu penggunaan bahasa sangatlah diperlukan, terutama seorang guru. Penggunaan bahasa oleh guru akan terlihat sejauhmana seorang guru mampu berkomonikasi dalam pembelajaran. Dengan demikian keterampilan yang ditampilkan oleh guru melalui penuturan secara lisan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran. Apalagi dalam pembelajaran guru merupakan komunikator,
dimana
harus
mampu
mempengaruhi
komunikan
dalam
penyampaikan pesan atau bahan pelajaran. Cahyani (2009 : 121) menjelaskan, dalam berkomunikasi si pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-lambang berupa bunyibunyi bahasa yang diucapkan.
Dengan kata lain, dalam proses encoding si
pengirim pesan mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan. Oleh karena itu pula Cahyani menambahkan, sebagai seorang guru kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada parasiswa bila keterampilan berbibicara yang kita miliki tidak memadai. Para siswapun mengalami kesulitan menangkap pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Bahkan pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurnah, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada genegrasi berikutnya bila kita tidak memiliki keterampilan menuulis. Demikian juga sebaliknya kita tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar bila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai. Zainudin (2002 : 99) menjelaskan, keterampilan menjaga kalimat yang kita keluarkan juga tidak datang dengan sendirinya. Ia membutuhkan pembiasaan dan latihan terus menerus. Jika seseorang terbiasa berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara, kebiasaan itu akan terus dibawa hingga masa tua. Tetapi, jika seseorang terbiasa berkata-kata dahulu berfikir, kebiasaan itu akan terus menerus terlanjur pula. Pendapat di atas mengisyaratkan kepada kita khususnya bagi orang yang akan menyampaikan pesan agar kiranya mempelejari bagaimana menggunakan kata-kata, sehingga pesan yang dismpaikan bisa dimengerti oleh orang penerima
320
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
pesan. Kemahiran berbahasa bisa dilakukan dengan kebiasaan dan melalui latihan. Tak kala pentingnya dalam penggunaan bahasa kita harus berifikir dahulu apa yang akan disampaikan. Ini mengisyaratkan bahwa jangan asal bicara saja, apalagi didepan para murid, dimana seorang guru yang merupakan suritauladan bagi anakanak didiknya. Amir Faisal (1995 : 367) menjelaskan, Dalam berbahasa ada yang disebut dengan aspek praktik, aspek peraktik suatu bahasa tampak dalam kegunaannya yang membentuk keterampilan-keterampilan tertentu. Pertama keterampilan berbicara atau menggunakan bahasa itu secara lisan. Bahasa lisan cendrung menjauhi formalitas bahasa kecuali bahasa lisan yang sudah dipersiapkan untuk sebua pidato pembelaan, uraian, dan sebagainya. Kedua, keterampulan menulis. Dalam hal ini masih menurut Faisal, usaha yang menitik beratkan untuk menyampaikan kata-kata sebagai manifestasi dari pikiran yang logis secara tertulis, Secara sederhana keterampilan menulis adalah menjabarkan sebuah kata atau yang didengar melalui ucapan kedua sebuah tulisan yang dapat dibaca. Lebih dari itu, keterampilan menulis dimaksudkan bahwa seseorang dapat mengutarakan konsepsi pikirannya memalului susunan kata yang teratur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tepat serta bahwa menghilangkan nuansa dalam arti dan maksud kalimat. Ketiga, keteramplan mengeja. Pakar Pendidikan Islam ini menambahkan, keterampilan mengeja ini sangat berlaku bahasa yang tidak fonetis, seperti bahasa inggris. Lain halnya pada bahasa Indonesia yang bersifat fonetis yang ucapaknnya tidak berbeda dengan ejaannya. Dalam hal ini, keterampilan merupakan kerampilan yang komplementer terhadap kedua keterampilan diatas. Oleh karena ditambahannya, kemampuan tersebut dapat dicapai dengan jalan hafalan atau kemampuan
yang dilakukan
melalui
latihan-latihan tanpa
mengikutsertakan banyak proses pikiran. Keempat, keterampilan membaca. Faisal menjelaskan, membaca pada pokonya digunakan
untuk memahami dan
menganalisis susunan kata-kata, bentuk kosa kata, dan kecepatan membaca. Tujuan akhirnya adalah dapat memahami arti kata-kata dalam kontek sebua kalimat tertentu. Oleh karena tambahnya, membaca pada dasarnya mempunyai dua tujuan. Sifat membaca rekratif adalah memberikan kepuasan lahiriah dan membaca untuk tujuan tertentu. Misalnya mempelajari atau mendalami salah cabang ilmu pengetahuan.
Mus Mulyadi, Bahasa Sebagai Media Pembelajaran
321
Erwin Suryaningrat (2011 : 58) menjelaskan, sebagai media komunikasi, bahas harus dapat dipahami dan dimengerti. Untuk itu, bahasa harus bersifat sistematis dan sistemis. Bahasa mesti sistematis karena bahasa memiliki kaidah aturan tertentu dan bersifat sistemis karena sub sistem, yaitu subsistem fonologis, subsistem gramatikal dan subsistem leksikal. Dalam mencari makna dari sebua kata, ketiga subsistem bahasa tersebut menjadi objek kajian sematik. Berkaitan ini pula Zainuddin (2002) menyarankan, untuk keterampilan berbahasa adalah mencoba untuk berempati terhadap mitra bicara kita. Kita pikirkan terlabih dahulu apakah kata-kata yang kita keluarkan akan menyakiti atau tidak. Berkaitan dengan keterampilan bahasa ini, ada beberapa jenis kerampulan bahasa. Menurut Hoetomo ada beberapa jenis keterampilan bahasa. Pertama mendengar (menyimak). Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.Kedua kerampilan berbicara. Dalam keramplan ini ada tiga bagian interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Ketiga keterampilan membaca. Membaca adalah keterampilan reseptif berbahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisa dari keterampilan mendengar dan berbicara. Keempat adalah keterampilan
menulis.
Menulis
adalah
keterampilan
produktif
dengan
menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis kerampilan berbahasa lainnya. Dalam kaitan ini pula Cahyani lebih rinci menjelaskan tentang jenis-jenis ketermpilan berbahasa yang harus dimiliki. 1. Mendengar, mendengar adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Adapun keterampilan yang harus dimiliki adalah : a. Menyimpan/menginat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek. b. Berupaya membedakan bunyi-unyi yang membedakan arti dalam bahasa target. c. Menyadari adanya bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata. d. Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar e. Mengenal bentuk yang khusus f. Mendeteksi kata-kata yang mengedentifikasikan topik dan gagasan
322
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012 g. Menebak makna dan kontek h. Mengenal kelas-kelas i. Menyadari bentuk-bentuk dasar sinteksis j. Mengenal perangkat kohesif k. Mendeteksi unsur-unsur kalimat. (Cahyani : 2009 : 127
2. Berbicara. Sama dengan pendapat di atas dimana keterampilan berbicara secara garis besarnya ada tiga jenis situasi berbicara : interaktif, semiinteraktif
dan
noninteraktif.
Dalam
berbicara
ada
beberapa
keterampiln mikoro yang harus dimiliki khususnya pembicara : a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya. b. Mengunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dn tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara. c. Menggunakan bentuk kata-kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat. d. Menggunakan rigester atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunkasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar. e. Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar. f. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide berikutnya. g. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicara. (cahyani 2009 : 127). 3. Membaca. Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Adapun keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan membaca antara lain: a. Mengenal sistem tulian yang digunakan b. Mengenal kosa kata c. Menentukan kata-kata kunci yang mengedentifikasikan
topik dan
gagasan utama d. Menentukan makna dan kata-kata, termasuk kosa kata sulit, dari kontek tertentu. e. Mengenal kelas kata gramatikal :kata benda, kata sifat.
Mus Mulyadi, Bahasa Sebagai Media Pembelajaran
323
f. Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dsb. g. Mengenal bentuk-bentuk dasar sistaksis. h. Merekonstruksikan dan menyimpulkan situsi, tujuan-tujuan, dan partisipan. i. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan j. Menggunakan pengetehuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama. k. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan. l. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam. (Cahyani : 2009 : 128). 4. Menulis. Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.Berikut ini keterampilan-kerapilan mikro yang diperlukan dalam menulis : a. Menggunakan otografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan b. Memilih kata yang tepat c. Menggunakan bentuk kata yang benar d. Menurutkan kata-kata yang benar e. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca f. Memilihgenre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju. g. Mengupayakan ide-ide atau infomasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan. h. Mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau infomasi yang disajikan. i. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenal hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis. (Cahyani : 2009 : 128).
324
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
D. Kesimpulan Dari uraian diatas jelaskan, peran bahasa dalam penyempaikan suatu informasi, khususnya menyampaikan materi pelajaran. Penuturan bahasa, baik mendengar, berbicara, membaca dan menulis merupakan alat penyampaian materi pelajaran tersebut. Apalagi hakekat dari pembelajaran adalah perubahan prilaku dari pada peserta didik, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan itu tidaklah munkin hanya mengandalkan media-media elektronik atau media cetak, tetapi penuturan memalui bahasa khususnya bahasa lisan (berbicara) merupakan alat yang sangat efektif dalam perubahan yang dimaksud. Oleh karena itu seorang pendidik harus memapunyai keterampilan-keterampilan dalam penggunanan bahasa sebagai media pembelajaran. Penulis: Mus Mulyadi, M.Pd adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Amir Faisal Yufuf (1995) Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Press. Jakarta. Asnawir (2002) Media pembelajaran, Ciputat Pers. Jakarta. Erwin Suryaningrat(2011) Pendekatan Linguistik Dalam Studi Islam. Madania Vol 15 No 1. STAIN Bengkulu Cahyani Isa (2009) Pembelajaran Bahasa Indonesia. Dierektorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Dryden Gordon dan Jeannete Vos (2003) Revolusi Cara Belajar. Mizan Pustaka. Bandung. Hoetomo (2011) http//aadesanjaya blogdpot com/2011/08/keterampilan berbahasa html . Lismayanti Deti 9 (2011) Fonem Segmental Dan Fonotaktif Dalam Bahasa Inggris. Madania Vol 15 No 1. STAIN Bengkulu Rohani Ahmad (1997) Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. Sajana Nana (2007) Media Pembelajaran. Sinar Baru Algaensindo. Bandung. Shihab Alwi (2005) Islam Inklusif. Mizan. Bandung. Zainudin Akbar (2002) Man Jadda Wajada The Art of Exellent Life . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.