Peran Edukasi dengan Menggunakan Video untuk Meningkatkan Perilaku Ibu dalam Menyikat Gigi Anak
Laila Novpriati, Rizki Amalia, Risqa Rina Darwita, Herry Novrinda
Coresponding address : Department of Public Health, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430 Indonesia. Phone: +62 21 31906289, Fax: +62 21 31906289
Email address :
[email protected] (Laila Novpriati)
1 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Abstrak
Latar Belakang: World Health Organization (WHO) tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi karies gigi anak usia 3–6 tahun sebesar 60-90%. Perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi mempengaruhi kesehatan gigi anak. Tujuan: Mengetahui peran video terhadap peningkatan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak. Metode: Desain penelitian menggunakan quasi experimental dengan menggunakan masing-masing 45 pasang sampel ibu dan anak sebagai kelompok intervensi di PAUD Rama-rama dan sebagai kelompok kontrol di TK Darul Aulia Serpong. Pada penelitian dilakukan edukasi kepada ibu dengan video, pengisian tabel evaluasi menyikat gigi oleh ibu, pemeriksaan gigi anak, dan evaluasi hasil edukasi. Hasil: terjadi peningkatan bermakna (p<0,05) perilaku ibu dalam menyikat gigi anak (57,8 %) yaitu dari 31,1 % menjadi 88,9 %, peningkatan bermakna (p<0,05) skor indeks plak anak pada rentang 0,0 – 1,0 sebesar 75,6 % yaitu dari 22,2 % menjadi 97,8 % dan adanya peningkatan bermakna skor kematangan plak anak dengan rentang 0 – 1 sebesar 71,1% yaitu dari 11,1 % menjadi 82,2 %. Kesimpulan: video berperan efektif dalam edukasi untuk meningkatkan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak. Kata kunci: video; karies gigi anak; perilaku; kesehatan gigi
2 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Abstract Background: Survey by WHO in 2003, prevalence of early childhood caries is 60-90%. Mother’s behavior in maintaining dental health can influence children’s dental health. Purpose: to know the role of video in improving mother’s behavior in tooth brushing her children. Methods: quasi experimental design with 45 pairs mother and children for each group, intervention and control. In this experiment, there’s an education using video for the mothers, mothers fill the evaluation’s table, examination of children’s teeth, and evaluating after the intervention. Results: there’s a significant improvement (p<0,05) of mother’s behavior (57,8%) which is from 31,1 % to 88,9 % , a significant improvement (p<0,05) of plaque index with score 0,0 – 1,0 (75,6%) which is from 22,2 % to 97,8 % and significant improvement plaque maturity score with score 0 – 1 (71,1%) which is from 11,1 % to 82,2 %. Conclusion: video has an effective role in education to improve mother’s behavior in tooth brushing her children.
Keywords: video; early childhood caries; behavior; dental health
3 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Pendahuluan Karies gigi hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan gigi utama di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 (RISKESDAS 2007) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukkan prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 72,1%.1 Salah satu kelompok yang memiliki nilai prevalensi karies gigi tinggi di Indonesia adalah anak-anak dengan rentang usia dini. Hasil survey yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2003 menyatakan bahwa angka kejadian karies gigi pada anak usia 3–6 tahunadalah sebesar 60-90%.2Di Indonesia, penduduk Indonesia yang menderita penyakit karies gigi mencapai sekitar 90% dari populasi anak balita di Indonesia.3 Sedangkan prevalensi karies gigi pada anak usia 3-5 tahun di DKI Jakarta mencapai 81,2 %.4 Angka karies gigi yang cukup tinggi tersebut tidak diiringi dengan jumlah dokter gigi yang memadai di Indonesia. Menurut data KKI per 31 Desember 2012, telah teregistrasi 25.218 dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang terdapat di seluruh indonesia, terdiri dari 23.266 dokter gigi dan 1.952 dokter gigi spesialis. Jumlah ini sangat jauh dari rasio ideal WHO yaitu 1 : 2000. Selain itu, persebaran dokter gigi juga belum merata. Sebagian besar dokter gigi berada di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan DI Yogyakarta. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk melakukan tindakan-tindakan preventif dan promotif untuk menekan angka kejadian karies di Indonesia.5 Upaya pencegahan karies gigi pada anak dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor penyebab terjadinya penyakit jaringan keras gigi. Pada anak usia dini, faktor yang sering menyebabkan terjadinya karies gigi adalah kurang optimalnya pola asuh orangtua, seperti pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi mulut yang belum optimal. Sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi pada anak adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anaknya.6
4 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Meningkatkan perilaku seseorang agar lebih peduli pada kesehatan gigi dan mulutnya, perlu dilakukan beberapa upaya. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan pemberian pendididkan kesehatan gigi kepada masyarakat. Pendidikan kesehatan gigi adalah usaha untuk menyampaikan informasi kesehatan gigi kepada individu, kelompok atau masyarakat.7 Pendidikan kesehatan yang merupakan bagian dari upaya promosi kesehatan perlu dilakukan secara berkesinambungan agar mendapatkan hasil optimal. Dalam pendidikan kesehatan, dikenal media pendidikan yang merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan adalah saluran yang dapat digunakan untuk meyalurkan pesan kesehatan gigi kepada sasaran pendidikan. Penyampaian pesan melalui media dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari penerima materi. Media berfungsi untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan gigi bagi masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan lebih dimengerti dan lebih mudah diingat.8 Penggunaan video sebagai sarana pendidikan kini mulai dikembangkan seiring dengan kemajuan teknologi saat ini.Video adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak yang merupakan paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya.9 Definisi lain menurut Punaji Setyosari dan Sihkabuden (2005), video adalah media penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar.10 Pesan yang disajikan video dapat berupa fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (misal cerita) dapat pula bersifat informatif, edukatif, maupun intruksional.11 Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, dan mempengaruhi sikap.12 Video memiliki kelebihan dalam hal memberikan visualisasi yang baik sehingga memudahkan proses penyerapan pengetahuan.13 Video termasuk dalam media audio visual karena melibatkan indera pendengaran sekaligus indera penglihatan. Media audio visual ini
5 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
mampu membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.14 Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji peran dari video, penelitian yang dilakukan Sulastri (2007) menunjukkan bahwa terjadi perubahan positif terhadap perilaku remaja dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setelah dilakukan edukasi dengan media video.15 Penelitian lain yang dilakukan oleh Meylinda (2007) menunjukkan terjadi penurunan indeks plak anak pada metode penyuluhan dengan video.16 Penelitian mengenai efek video dalam perilaku ibu terhadap perawatan luka dan nutrisi pasca ibu melahirkan secara sesar.17 Sejauh ini belum terdapat penelitian mengenai peran video dalam meningkatkan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran video terhadap peningkatan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak.
Metode Penelitian Desain penelitian adalah quasi experimental dengan menggunakan 45 pasang sampel ibu dan anak sebagai kelompok intervensi di PAUD Rama-rama dan 45 pasang sampel ibu dan anak sebagai kelompok kontrol di TK Darul Aulia Serpong. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yang dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2013. Pada kelompok intervensi, dilakukan penyebaran kuesioner pada saat sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan media video kepada seluruh responden yaitu para ibu dari anak yang bersekolah di Paud Rama-rama, setelah itu diberi edukasi menggunakan media video selama 16 menit, kemudian kuesioner dibagikan kepada seluruh ibu yang harus dijawab. Selain itu, kepada seluruh ibu dibagikan tabel evaluasi menyikat gigi setiap hari hingga 21 hari ke depan. Setelah 21 hari, kuesioner dengan pertanyaan yang sama dengan pada awal penelitian dimulai dibagikan kembali kepada ibu, kemudian kepada seluruh anak dilakukan pemeriksaan indeks plak dan skor kematangan plak.
6 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Pada kelompok kontrol, dibagikan kuesioner dengan pertanyaan yang sama dengan kuesioner pada kelompok intervensi yang harus ibu isi. Tiga minggu kemudian diberikan kembali kuesioner dengan pertanyaan yang sama dengan kuesioner pada awal penelitian. Seluruh anak dilakukan pemeriksaan indeks plak dan skor kematangan plak pada awal penelitian, kemudian dicek kembali tiga minggu kemudian.
Hasil Penelitian Pada tabel 1 menggambarkan persepsi dari para ibu dari kelompok intervensi mengenai video kesehatan gigi yang mereka saksikan. Dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki persepsi yang baik terhadap video mulai dari kemudahan video untuk dapat dimengerti (100%) dan kemudahan dalam mengingat materi (95,5 %). Namun untuk masalah teknis video seperti durasi video terdapat 12 orang (26,67%) yang menganggap bahwa durasi video terlalu panjang. Skor pengetahuan, sikap, tindakan, dan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak setelah dilakukan edukasi dengan menggunakan video dapat dilihat pada Gambar 1 hingga Gambar 4. Pada Gambar 1 menggambarkan pengetahuan ibu di tiap pemeriksaan yang dilakukan. Terdapat peningkatan jumlah ibu yang berada pada kategori baik sesudah dilakukan intervensi menjadi 32 ibu (71.1%), juga setelah dilakukan tes sesudah 3 minggu kemudian menunjukkan adanya peningkatan menjadi 39 ibu (86,7 %) dari pengetahuan ibu semula sebelum dilakukan intervensi hanya berjumlah 19 ibu (42,2 %) yang berada pada kategori baik. Pada Gambar 2 menggambarkan sikap ibu yang dipantau di beberapa pemeriksaan, dibagi menjadi 2 kategori yaitu sikap positif dan negatif. Terlihat bahwa sebelum dilakukan intervensi, mayoritas ibu telah memiliki sikap positif yaitu terdapat 28 ibu (62,2 %) untuk sikap negatif terdapat 17 ibu (37,8%). Namun setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan frekuensi menjadi 42 ibu (95.6) yang memiliki sikap positif, dan terjadi penurunan ibu yang memiliki sikap negatif menjadi 2 ibu (4,4 %).
7 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Pada Gambar 3 menggambarkan tindakan ibu yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, sdang, dan buruk. Frekuensi terbanyak terdapat pada kategori sedang yaitu 27 ibu (60 %) diikuti dengan 14 ibu (31,1 %) pada kategori baik dan 4 ibu (8,9 %) pada kategori buruk. Terdapat peningkatan jumlah ibu yang berada pada kategori baik sesudah dilakukan intervensi menjadi 38 ibu (84,4%). Namun, setelah dilakukan tes kembali setelah 3 minggu kemudian, terjadi penurunan tindakan ibu kategori baik menjadi 75,6%. Pada Gambar 4 menggambarkan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak, pada kelompok intervensi frekuensi terbesar pada kategori perilaku ibu sedang yaitu 25 ibu (55,6 %) sebelum dilakukannya intervensi diikuti pada kategori baik terdapat 14 ibu (31,1 %) dan pada kategori buruk terdapat 6 ibu (13,3 %). Setelah dilakukan intervensi, terdapat peningkatan frekuensi pada kategori perilaku baik menjadi 36 ibu (80 %) dan 40 ibu (88,9%) pada tes selanjutnya yang dilakukan 3 minggu kemudian. Sedangkan nilai indeks plak dan skor kematangan plak anak dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Pada Gambar 5 menggambarkan skor indeks plak anak yang dipantau di beberapa pemeriksaan. Pada pemeriksaan pertama, terlihat bahwa mayoritas anak mempunyai nilai indeks plak 1,1 – 2,0 yaitu 26 anak (57,8 %). Pada pemeriksaan kedua (follow up 1), terlihat jumlah anak yang memiliki indeks plak 0,0 – 1,0 jumahnya bertambah banyak menjadi 17 anak (37,8 %). Namun frekuensi terbanyak tetap pada rentang 1,1 – 2,0 yaitu terdapat 25 anak (55,5 %).Pada pemeriksaan ketiga (Follow Up 2), frekuensi terbesar terdapat pada indeks plak 0,0 – 1,0 yaitu mencapai 24 anak (53,3 %). Namun untuk rentang indeks plak 2,1-3,0 jumlahnya sama seperti pemeriksaan kedua yaitu terdapat 3 anak (6,7%). Pada minggu ketiga atau pemeriksaan keempat (follow up 3) terlihat perubahan drastis dimana frekuensi terbesar pada rentang indeks plak 0,0-1,0 mencapai 44 anak (97,8%) dan hanya 1 anak yang berada pada rentang indeks plak 1,1 – 2,0. Pada pemeriksaan evaluasi, terlihat bahwa frekuensi terbesar tetap pada rentang indeks plak 0 hingga 1 yaitu terdapat 23 anak (51,1%). Namun pada pemeriksaan evaluasi terjadi penurunan jumlah anak yang berada pada rentang ini dari pemeriksaan sebelumnya. Pada Gambar 6, menggambarkan skor kematangan plak anak pada kelompok intervensi, terlihat pada pemeriksaan baseline (pemeriksaan awal), mayoritas anak terdapat pada rentang 4 – 6 yaitu berjumlah 29 anak (64,5 %). Pada pemeriksaan kedua (Follow Up 1), terlihat jumlah anak yang termasuk dalam rentang 4 – 6 menurun dari pemeriksaan sebelumnya walaupun tetap masih menjadi frekuensi terbesar yaitu 20 anak (44,4 %). Pada pemeriksaan
8 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
ketiga (Follow Up 2), frekuensi terbanyak tidak lagi pada rentang 4 hingga 6. Namun pada rentang 0 - 1 yaitu mencapai 20 anak (44,4%). Diikuti 17 anak (37,8%) yang berada pada rentang 2 – 3.Pada pemeriksaan keempat (Follow Up 3), terlihat bahwa mayoritas anak di kelompok intervensi berada pada rentang 0 – 1 yaitu mencapai 37 anak (82,2%).Pada pemeriksaan evaluasi yang dilakukan setelah 1,5 bulan. Maka dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar tetap pada rentang 0 – 1 yaitu 27 anak (60%) walaupun terjadi penurunan dari pemeriksaan sebelumnya. Setelah dilakukan uji dengan uji Repeated ANOVA, terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan ibu sebelum dengan sesudah mendapatkan edukasi menggunakan video. Sedangkan setelah dilakukan uji dengan uji T tidak berpasangan, juga terdapat perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah dilakukan edukasi dengan video pada kelompok intervensi. Untuk sikap dan tindakan ibu dalam menyikat gigi anak, setelah dilakukan uji Friedman maka terlihat bahwa terdapat perbedaan bermakna antara sikap dan tindakan ibu dalam menyikat gigi anak setelah dilakukan edukasi dengan menggunakan video. Pada uji Mann Whitney yang membandingkan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, terdapat pula perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol yaitu dengan nilai p = 0,000. Kemudian, pengaruh edukasi video terhadap perilaku ibu dalam menyikat gigi anak menunjukkan adanya peningkatan bermakna (57,8 %) yaitu dari 31,1 % menjadi 88,9 % setelah dilakukan uji Repeated ANOVA. Setelah dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol (mean = 20,89) dengan kelompok intervensi (mean = 27,67) setelah dilakukan edukasi dengan menggunakan media video dengan nilai p =0,000. Untuk mengetahui perilaku ibu juga dipantau melalui pemeriksaan plak dan kematangan plak anak. Setelah dilakukannya edukasi dengan video terlihat terdapat penurunan bermakna skor indeks plak anak sebesar 75,6 % yaitu dari 22,2 % menjadi 97,8 % melalui uji statistik
9 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
dengan uji Repeated ANOVA. Hal yang sama juga berlaku pada skor kematangan plak anak, setelah dilakukan uji Friedman maka terlihat bahwa terdapat penurunan skor kematangan plak anak yang bermakna sebesar 71,1% yaitu dari 11,1 % menjadi 82,2 % dari sebelum mendapatkan edukasi dengan setelah dilakukan edukasi dengan video yang diealuasi setiap minggunya selama 3 minggu berturut-turut dan setelah 1,5 bulan dari pemeriksaan terakhir.
Diskusi Persepsi ibu terhadap media penyuluhan video cukup baik (lihat Tabel 1), dimana semua ibu beranggapan bahwa video mengenai cara menjaga kesehatan gigi anak yang ditampilkan dapat dimengerti, dan semua ibu beranggapan bahwa video yang ditampilkan dapat memotivasi ibu untuk mau membiasakan dirimenyikat gigi anak secara rutin, hal ini dipengaruhi oleh bagian awal video yang menampilkan fakta – fakta akibat buruk apabila ibu tidak memelihara kesehatan gigi anak dengan baik dan benar, sehingga ibu menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi anak. Selain itu juga video yang ditampilkan bersifat instruksional, karena menampilkan tahapan-tahapan menyikat gigi secara baik dan benar. Hampir seluruh ibu (97,8 %) beranggapan bahwa video yang ditampilkan membuat ibu lebih mengerti akan materi yang disampaikan dan video tersebut mampu menarik perhatian ibu untuk menontonnya. Menurut Notoatmodjo (2007), suatu informasi apabila disampaikan melalui media visual hanya akan tersimpan 20 %, 50 % apabila menggunakan media audiovisual, dan 70 % bila dilaksanakan dalam praktek nyata. Apabila suatu pendidikan kesehatan melibatkan banyak indera, maupun pendengaran atau penglihatan maka akanlebih mudah diingat dibandingkan hanya menggunakan satu indera saja.7 Sedangkan untuk masalah teknis penampilan video seperti suara video, terdapat 2 ibu yang beranggapan bahwa suara tidak cukup jelas terdengar. Sedangkan untuk penggunaan
10 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
huruf dalam video terdapat 1 ibu yang beranggapan huruf yang digunakan kurang dapat terbaca dengan jelas. Untuk masalah teknis lainnya yaitu mengenai durasi pemutaran video terdapat 12 ibu (26,7 %) yang beranggapan durasi video terlalu panjang. Pada Gambar 1 hingga Gambar 4 terdapat hasil penelitian yang menggambarkan pengaruh video dalam merubah perilaku ibu dalam menyikat gigi anak. Perilaku dapat dibagi menjadi tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.18 Oleh sebab itu pada hasil penelitian, terlihat bahwa setelah dilakukan intervensi terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan edukasi dengan video (p = 0,000). Dengan melihat video, otak telah menyerap 50 % dari apa yang dilihat dan didengar.7 Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Kapti (2010) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual (video) terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang laksana diare pada anak, berdasarkan penelitian ini media audiovisual yang digunakan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang tata laksana diare pada anak.19 Sejalan pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ulfa (2013) pemanfaatan media edukasi berupa video juga terbukti dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi.20 Sedangkan apabila dibandingkan antara pengetahuan ibu setelah menyaksikan video dan langsung diberikan kuesioner dengan pengetahuan setelah diberikan kuesioner tiga minggu kemudian, menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p=0,000). Hal ini membuktikan bahwa video dapat membuat para ibu tetap mengingat materi yang ada, sehingga pengetahuan ibu tidak kembali ke awal saat belum mendapatkan intervensi apapun. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joyce et al (2011) bahwa penggunaan audiovisual dapat meningkatkan kemampuan dalam perekaman memori.21 Apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan ibu kelompok kontrol dengan kelompok intervensi sebelum mendapatkan edukasi menggunakan video. Setelah dilakukannya edukasi menggunakan video, terdapat
11 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan intervensi (p = 0,000). Tingkat pengetahuan baik lebih banyak terdapat pada kelompok intervensi, hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2012) tentang pengaruh video terhadap penyembuhan luka sesar.17 Untuk sikap, terdapat perbedaan bermakna pula antara sebelum diberikan intervensi dengan video dengan sesudah diberikan intervensi (p = 0,000). Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Berdasarkan teori Health Belief Model, dibutuhkan beberapa konsep yang diyakininya untuk mengubah sikap dan perilakunya. Beberapa konsep tersebut yaitu Perceived Susceptibility yakni ibu merasa memiliki kerentanan dapat memperoleh suatu keadaan yang tidak diinginkan, Perceived Severity yakni keyakinan ibu mengenai seserius apakah kondisi tersebut dan konsekuensi yang terjadi dari kondisi tersebut, dan Perceived Benefit, yakni kepercayaan atas aksi yang akan dilakukan dapat mengurangi risiko terjangkitnya kondisi tersebut atau mengurangi dampak dari keparahan kondisi.18 Setelah menyaksikan video, kemungkinan para ibu menjadi memiliki ketiga konsep sehingga terdapat gejolak dalam dirinya untuk memutuskan melakukan suatu tindakan ataupun tidak. Sedangkan terkait tindakan ibu, berdasarkan penelitian terdapat peningkatan bermakna antara tindakan ibu setelah intervensi dengan sebelum dilakukannya intervensi menggunakan media edukasi video. Peningkatan tindakan ini (44,5%) menunjukkan bahwa ibu telah memiliki konsep Cues to Action atau merasa memiliki kesiapan dalam menjalankan suatu aksi.18 Dari hasil penelitian terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara pemeriksaan posttest dengan pemeriksaan yang dilakukan sesudah 3 minggu kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dapat terus mempertahankan tindakannya yang lebih baik dalam menyikat gigi anak. Dalam penelitian ini pemantauan tindakan juga dilihat dari pemeriksaan klinis terhadap anak yaitu pemeriksaan indeks plak dan skor kematangan plak.
12 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Pada Gambar 5 terdapat hasil uji perbandingan indeks plak anak dari pemeriksaan pertama hingga pemeriksaan kelima yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan setelah ibu menonton video ibu mulai mengevaluasi cara menyikat gigi anak ataupun membantu anak menyikat gigi. Penurunan indeks plak yang terjadi dari pemeriksaan pertama hingga pemeriksaan kelima merupakan dampak dari peningkatan perilaku ibu, karena peran ibu sangat penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak.22 Namun pada Gambar 6 terlihat bahwa pada rentang indeks plak 0,0 - 1,0 pada pemeriksaan kelima (evaluasi) terjadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan peran serta guru untuk tetap memantau kebersihan gigi anak dan juga terus mengingatkan ibu agar tidak lupa membersihkan gigi anaknya. Penurunan indeks plak anak disertai peningkatan perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi anak. Selama penelitian juga ibu diberikan tabel evaluasi harian dalam menyikat gigi anak pagi dan malam hari, sehingga ibu rutin dalam menyikat gigi anak. Berdasarkan penelitian oleh Seki et al (2003) adanya kontrol indeks plak secara rutin mampu menurunkan resiko terjadinya karies gigi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan skor kematangan plak anak yang bermakna mulai dari pemeriksaan pertama hingga pemeriksaan kelima. Studi invitro, menyatakan bahwa pematangan plak terjadi pada 24 hingga 72 jam tergantung dari kondisi rongga mulut dan spesies mikroba yang ada di plak. Biofilm dental plak yang telah matang bertindak sebagai komunitas atau unit yang mampu menginisiasi tahapan patologis yang dapat menyebabkan penyakit gigi dan mulut seperti karies, dan periodontal.23 Dengan dipantaunya skor kematangan plak dapat terlihat apakah ibu memang rutin menyikat gigi anak, apabila terdapat warna ungu tua setelah diberikan disclosing solution pada anak maka menunjukkan plak yang telah matang atau yang tidak dibersihkan selama 24 hingga 36 jam.
13 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Simpulan Video merupakan media edukasi yang berperan efektif dalam meningkatkan perilaku ibu dalam menyikat gigi anak. Edukasi menggunakan media video secara bermakna dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan kesehatan gigi ibu dalam menyikat gigi anak. Peningkatan perilaku kesehatan gigi ibu mengakibatkan adanya penurunan indeks plak dan skor kematangan plak anak. Terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Acknowledgement Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hibah Universitas Indonesia oleh Prof. drg. Risqa Rina Darwita, Ph.D Daftar Referensi 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2007 2. WHO. The World Oral Health Report 2003 Continuous improvement of oral health in the 21st century – the approach of the WHO Global Oral Health Programme. 3. Heriandi Y. Silver diamine fluoride salah satu alternative impregnasi karies rampan pada anak. Majalah ilmiah kedokteran gigi, 2001( 46 ):167-173 4. Setiawati F. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Derajat Keparahan Karies pada Anak usia 3-5 tahun dan Program Pencegahannya di DKIJakarta. Jakarta: Penerbitan FKGUI, 2001. 5. Dwiati, Laksmi. STR Dan Tantangan Validasi Persyaratan Registrasi Dokter Dan Dokter Gigi. KONSIL - Media Informasi dan Komunikasi Konsil Kedokteran Indonesia, Edisi 04, Januari-Maret 2013: hal. 19-22.
14 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
6. Strippel H. Effectiveness of Structured Comprehensive Pediatric Oral Health Education for Parents of Children Less than Two Years of Age in Germany. Community Dental Health. 2010; 27(2); 74-80 7. Notoadmojo, Soekidjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007, p.16, 140 8. Sadiman, A. S., Rahardjo, R. Haryono, A. Media Pendidikan: Pengertian, pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada; 2005, p. 11-4, 6-9 9. Hujair AH. Sanaky. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press. 2009 10. Punaji S, Sihkabuden. Media Pembelajaran. Malang: Penerbit Elang Mas.2005 11. Sadiman, A, Rahardjo, R, Haryono A, Rahardjito. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005 12. Kustandi, C, Sujipto, B. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2011 13. Rich, Michael. Health Literacy via Media literacy: Video Intervention/Prevention Assessment. The American Behavioral Scientist. Oct. 2004;48 14. Rahmawati I, Toto, S, Paramastri, I. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 4 No.2. November 2007:69-77 15. Sulastri, Ridwan M, Syamsar. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Video dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012. Skripsi. 2012 16. Mey Linda. Penurunan Indeks Plak Antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 tahun. Skripsi. 2011
15 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
17. Dewi, Sri. Efektivitas Pendidikan Kesehatan tentang Nutrisi dan Perawatan Luka dengan Video terhadap Penyembuhan Luka Sesar. Tesis. 2012 18. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010 19. Kapti, R E. Efektifitas audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu dalam tatalaksana balita dengan diare di dua rumah sakit kota malang. Tesis. 2010 20. Ulfa, I. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Metode Ceramah dengan Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa SMA Negeri 4 Kupang. Skripsi. 2013 21. Joyce, Christine, Joel Mark. The Effect of Interactive Media on Elementary School Childrens' Story Memory. The International Kournal of Research and Review. 2011 Vol 6:108-119. 22. Moallemi, et al. Influence of mothers' oral health knowledge and atitudes on their children's dental health. European Archives of Paediatric Dentistry. 2008. p79-83. 23. Seneviratne, C J, Zhang C F, Samaranayake L P. Dental Plaque Biofilm in Oral Health and Disease. The Chinese Journal of Dental Research Vol 14 No. 2 2011 p. 87 – 93.
16 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Tabel 1. Persepsi Ibu terhadap Media Penyuluhan Video
No.
Ya
Tidak
1
Apakah video ini membuat ibu lebih mengerti akan materi yang disampaikan?
44
1
2
Apakah video yang ditampilkan dapat anda mengerti?
45
0
3
Apakah suara video cukup jelas terdengar?
43
2
4
Apakah huruf yang digunakan pada video dapat terbaca jelas?
44
1
5
Apakah waktu pemutaran video terlalu panjang?
12
33
6
Apakah video ini membuat ibu mau untuk membiasakan diri untuk menyikat gigi anak secara rutin? Apakah video ini membuat ibu mampu memudahkan untuk mengingat seluruh materi yang disampaikan?
45
0
43
2
8
Apakah video ini mampu menarik perhatian ibu untuk menontonnya?
44
1
9
Apakah video ini sangat bermanfaat untuk anda? Apakah setelah menonton video ini anda ingin mempraktikkan cara menyikat gigi yang baik dan benar?
45
0
45
0
7
10
Pertanyaan
17 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Gambar 1. Grafik Pengetahuan Ibu dalam Menyikat Gigi Anak pada Kelompok Intervensi pada Tiap Pemeriksaan
Gambar 2. Grafik Sikap Ibu dalam Menyikat Gigi Anak pada Kelompok Intervensi pada Tiap Pemeriksaan
18 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Gambar 3. Grafik Tindakan Ibu dalam Menyikat Gigi Anak pada Kelompok Intervensi pada Tiap Pemeriksaan
Gambar 4. Grafik Perilaku Ibu dalam Menyikat Gigi Anak pada Kelompok Intervensi pada Tiap Pemeriksaan
19 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013
Gambar 5. Grafik Skor Indeks Plak Anak pada Tiap Pemeriksaan
Gambar 6. Grafik Skor Kematangan Plak Anak pada Tiap Pemeriksaan
20 Peran edukasi..., Laila Novpriati, FKG UI, 2013