PERAN BANK SAMPAH WARGA PEDULI LINGKUNGAN (WPL) DALAM PEMBERDAYAAN PEREKONOMIAN NASABAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)
ABDUL ROZAK 1110046100100
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M /1435 H
ABSTRAK PERAN BANK SAMPAH WARGA PEDULI LINGKUNGAN (WPL) DALAM PEMBERDAYAAN PEREKONOMIAN NASABAH, adalah skripsi hasil karya Abdul Rozak, NIM 1110046100100, pada konsentrasi Perbankan Syariah, program studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M/1435 H. Skripsi ini bertujuan untuk (1) menjelaskan bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabah; (2) bagaimana pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL); (3) Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi masyarakat. Pendekatan penelitian ini dengan pendekatan studi kasus, dengan metode analisis deskriptif. Jenis penelitian ini dengan penelitian kualitatif, yaitu dengan menjelaskan program pemberdayaan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan perekonomian nasabah. Pola pemberdayaan yang dilakukan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola sampah dan menjalankan program bank sampah. Selain memberikan dampak bagi ekonomi nasabah, adanya Bank Sampah ini meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang bersih.
Kata Kunci: Peran, Bank Sampah, Pemberdayaan. Pembimbing: Mohammad Bukhori Muslim, Lc, MA
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji serta syukur terucap untuk Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat yang banyak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Tak lupa kepada para keluarga yang suci dan sahabatnya yang terpilih. Dalam penulisan skripsi ini, penulis akui masih banyak kekurangan. Namun demikian semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, dan masyarakat luas pada umunya. Banyak pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu, penulis ingin ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya adalah: 1. Bapak Dr. H. JM. Muslim, MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif , M. Ag, M. H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Abdurrauf Lc, MA, selaku sekretaris prodi Muamalat (Ekonomi Islam).
iii
3. Bapak Mohammad Bukhori Muslim, Lc, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan arahan penting kepada penulis guna terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh pihak pengelola Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) khususnya Bapak Baroon Noorwendo dan Ibu Sri Wulan Wibiyanti yang telah bersedia membantu penulis memperoleh data dan bersedia menjadi jadi narasumber. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu sampaikan bisa penulis amalkan, dan tentunya, semoga Bapak dan Ibu dosen mendapatkan pahala yang terus mengalir dari Allah SWT. 6. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Orang tua tercinta, Umi Juriah dan Abi Hambali yang telah mendidik dari kecil dan berjuang demi anaknya, dan terima kasih atas segala doa yang tak pernah henti dipanjatkan. Semoga Allah SWT. memberikan segala keberkahan dan kebaikan kepada Umi dan Abi. 8. Kakak dan Adik tercinta, Ka Tati, Ka Imah, dan Mumtaz, yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dan juga kepada keponakan-keponakan yang selalu menjadi pengobat kejenuhan bagi penulis, Rizki, Nandya, Baim dan Zalfa.
iv
9. Sahabat-sahabat “penghuni” Pohon Rindang, Azis, Bijay, Sinyo, Ute, Wili, Bebsy, Kahfi, Akim, Dio dll yang selalu setia menemani dalam tawa ceria. 10. Teman-teman Perbankan Syariah B, angkatan 2010, Ce’gu, Ben-ben, Aam, Amoy, Risman, Rahman dll yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Keluarga Alumni Pon-Pes Daarul Rahman, khususnya Otel, Otak, Opong, Obi, Dedi, Zaki, dll. Yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 12. Nur’aini Anwar, yang selalu setia menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan akhirnya hanya kepada Allah SWT. semua kembali. Semoga apa-apa yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang berlipat-lipat dan menjadi tabungan kebaikan di akhirat kelak. Aamin.
Jakarta, Desember 2014
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................
i
ABSTRAK ............................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................
6
C. Perumusan Masalah ..................................................................................
6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................
7
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................
7
F. Review Studi Terdahulu ............................................................................
8
G. Kerangka Teori dan Pemikiran .................................................................
15
BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................
18
A. Pengertian Peran........................................................................................
18
B. Pengertian Bank Sampah ..........................................................................
19
C. Undang-undang Mengenai Bank Sampah .................................................
20
D. Jenis-Jenis Sampah ...................................................................................
22
E. Metode Pengelolaan Sampah ....................................................................
24
vi
F. Nilai Ekonomis Sampah............................................................................
26
G. Pemberdayaan Ekonomi Umat ..................................................................
27
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ...............................................
27
2. Tujuan Pemberdayaan .........................................................................
29
3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan .......................................................
30
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat ......................................................
33
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan ..............
35
6. Indikator Pemberdayaan......................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................
40
A. Pendekatan Penelitian ...............................................................................
40
B. Jenis Penelitian ..........................................................................................
41
C. Sumber Data Penelitian .............................................................................
41
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................
42
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .....................................................
43
F. Subjek-Objek Penelitian............................................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ..............................................
46
A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) .......
46
1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) .
46
2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ........
48
3. Program danLayanan ..........................................................................
49
vii
4. Nasabah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ................
55
5. Membentuk Sistem Pengolahan Sampah ............................................
55
B. Peran Bank Sampah Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .........................................
57
C. Pola Kerjasama Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan masyarakat.................................................................................................
61
D. Dampak Sosial dan EkonomiAtasKehadiran Bank Sampah .....................
67
1. Dampak Ekonomi Masyarakat ............................................................
67
2. Dampak Sosial Bagi Masyarakat ........................................................
69
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................
71
A. Kesimpulan ...............................................................................................
71
B. Saran .........................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
74
LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan material sisa
yang
tidak
diinginkan
setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.1 Di seluruh kota besar di Indonesia, khususnya Kota Jakarta, sampah menjadi salah satu masalah utama. Misalnya saja pada tahun 1985, Jakarta menghasilkan sampah mencapai 18.500 m³/hari; dan pada tahun 2000, meningkat menjadi 25.700 m³/hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah di Jakarta pada tahun 2000 mencapai 170 kali lebih besar dari Candi Borobudur (Bapedalda, 2000)2. Sementara berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton/hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.Dari seluruh sampah yang 1
Diakses pada 29 Maret 2014 pukul 12:34 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sampah Anonymous, “Mengelola Sampah di Rumah”, Estate vol.2, no.23 (2006), h.2
2
1
2
ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai 100 meter.3 Dengan begitu banyaknya sampah yang menumpuk, maka dampak yang
ditumbulkan
pada
lingkungan
adalah:
Pertama,
lingkungan
menjaditerlihat kotor, kumuh, dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya orgasme pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti: sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya. Dengan demikian, sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit. Kedua, sampah yang membusuk akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindih) juga dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Ketiga, sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase atau serapan air hujan sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir. Keempat, pengumpulan sampah dalam jumlah yang besar memerlukan tempat yang luas, tertutup, dan jauh dari pemukiman.4 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa persoalan sampah di kota Jakarta ini terjadi bukan hanya karena kurangnya perhatian pemerintah tetapi lebih dari itu adalah kesadaran masarakat itu sendiri dimana 3
Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 09:50 WIB dari http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi-sampah-plastik-indonesia-54-juta-ton-per-tahun 4 Anonymous, “mengelola sampah di rumah”, Estate vol.2, no.23 (2006), h.36.
3
dibutuhkan peran serta seluruh elemen dalam mengelola sampah sehingga terbentuk kota bersih yang berdampak baik bagi semua.5 Maka dari itu, masalah sampah ini tentunya bukan menjadi tanggung jawab pemerintah kota Jakarta saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat yang tinggal di kota Jakarta. Pengelolaan sampah yang baik dan benar akan mewujudkan kota Jakarta yang bersih dan sehat. Bahkan, selain dapat membuat lingkungan yang bersih dan sehat, sampah yang dikelola dengan baik dan benar juga bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Seperti sampah organik atau sampah yang bisa terurai dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pupuk, kompos, biogas, dll. Dan adapun sampah anorganik atau sampah yang tidak bisa terurai seperti plastik, botol plastik, botol kaca,besi, kardus, kertas, kaleng, ember, tembaga,kuningan, alumunium, dan lain-lain itu bisa didaur ulang kembali. Selain bisa didaur ulang, sampah anorganik tersebut juga memiliki nilai jual, maka dari itu banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai pemulung atau pengepul sampah, Permasalahan sampah telah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berperan serta ambil bagian dalam pengelolaan sampah. Adalah bank
5
Bank Sampah Solusi Kebersihan Kota Besar, diakses melalui http://ekonomi.kabo.biz/2012/07/bank-sampah-solusi-kebersihan-kota-besar.html pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 08:34 WIB
4
sampah sebagai salah satu stimulan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pendayagunaan sampah. Adanya bank sampah menambah kesadaran warga tentang pengelolaan sampah. Bank sampah adalah Bank tempat menabung sampah dalam arti yang sebenarnya. Lebih jelas lagi, nasabah menabungkan sampah mereka di Bank tersebut. Pada Bank Sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis buku tabungan. Pada buku tabungan mereka tertera nilai Rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan memang bisa ditarik dalam bentuk Rupiah (uang). Bank Sampah bekerjasama dengan pengepul barang-barang plastik, kardus, dan lain-lain, untuk bisa me-rupiahkan tabungan sampah dari masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk meyalurkan sampah organik yang ditabungkan.6 Bank Sampah memberikan insentif tersendiri bagi masyarakat. Salah satu Bank Sampah tersebut adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini berada di Depok, tepatnya di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok.
6
Mohammad Kholid, “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pola Kerjasama Bank Sampah”, (Skripsi S1 Program Studi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 2.
5
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini sudah 3 tahun berdiri. Awal mula berdirinya Bank Sampah Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka. Di sekitar lingkungan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini, banyak ibu-ibu yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga yang tidak mempunyai penghasilan apa-apa, selain dari pemasukan yang diberikan oleh suami untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dan dengan adanya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang telah berdiri sejak 2011, Bank Sampah ini telah berhasil memberdayakan para nasabahnya, sehingga dapat menjadi tambahan penghasilan bagi para nasabahnya dan menambah wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana mengelola sampah yang baik dan benar serta membuka lapangan kerja. Berdasarkan realitas di atas, maka perlu kiranya penulis mengkaji lebih dalam tentang bagaimana perspektif ekonomi syariah melihat Bank Sampah, penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul: “PERAN BANK SAMPAH WARGA PEDULI LINGKUNGAN (WPL) DALAM PEMBERDAYAAN PEREKONOMIAN NASABAH.”
6
B. Pembatasan Masalah Agar pembahasan penelitian ini terfokus dan tidak melebar, maka masalah pada penelitian in dibatasi sebagai berikut: a. Produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Depok kepada masyarakat. b. Peningkatan ekonomi nasabah dibatasi pada peningkatan pendapatan nasabah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Depok. c. Data yang diteliti dibatasi pada data bulan Juni 2014-November 2014.
C. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Berdasarkan masalah pokok penelitian tersebut, ada rumusan masalah yang ingin diteliti oleh penulis dalam bentuk berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabah? 2. Bagaimana pola pemberdayaanekonomi yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)? 3. Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi masyarakat?
7
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini disamping bertujuan untuk menyelesaikan studi di fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah, penulis memiliki tujuan, yaitu : 1. Untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabah. 2. Untuk mengetahui pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). 3. Untuk mengetahui dampak kehadiran Bank Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi masyarakat dan lingkungan.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi akademik, pemerhati lingkungan, dan praktisi ekonomi diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah wawasan untuk pengembangan tentang potensi sampah yang memiliki nilai ekonomis dengan pengelolaan sampah melalui Bank Sampah. 2. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi gambaran tentang potensi pengelolaan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dalam
8
meningkatkan perekonomian masyarakat, dan juga mendorong masyarakat untuk mempunyai pengelolaan sampah yang baik sehingga tercipta lingkungan yang kondusif. 3. Bagi Bank Sampah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi Bank Sampah yang telah berjalan. 4. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat memberikan pilihan metode bagi pengelolaan sampah sehingga dapat dijadikan masukan untuk solusi permasalahan sampah di Indonesia.
F. Review Studi Terdahulu NO Nama penulis / judul
Substansi
Perbedaan dengan
skripsi, jurnal /
penulis
tahun 1.
Faizah / “Pengelolaan
-
Tesis ini fokus
-
Rencana penulis
Sampah Rumah
membahas
adalah
Tangga Berbasis
mengenai
memaparkan
Mayarakat” (S2
pengelolaan
tentang Peran
Program
sampah rumah
Bank Sampah
PASCASARJANA
tangga berbasis
Waru Asri Dalam
Program Ilmu
masyarakat di
Meningkatkan
Lingkungan
Gondolayu Lor,
Perekonomian
9
Universitas
Kota Yogyakarta
Diponegoro
yang dilaksanakan
Semarang Tahun
dengan prinsip 3R
digunakan
2008
(Reduce, Reuse,
dengan
Recycle) melalui
menggunakan
proses pemilahan
metode penelitian
sampah.
kualitatif
Metodologi
menjelaskan
penelitian yang
tentang
digunakan pada
bank
penelitian ini
waru asri dalam
adalah dengan
meningkatkan
menggunakan
perekonomian
metode deskriptif,
nasabah.
-
yaitu penelitian
-
-
Metodologi yang yaitu
yang
peran sampah
Penulis
yang bermaksud
merencanakan
mendeskripsikan
untuk melakukan
fenomena yang
penelitian ini di
terjadi berdasarkan
Tahun 2014.
hasil eksplorasi. -
Nasabah.
Hasil dari
10
penelitian ini menyebutkan bahwa sistem pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Yogyakarta yang dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) mampu mereduksi volume sampah yang dibuang hingga 70%. Akan tetapi problematika utama dari penerapan model ini adalah pada soal bagaimana merubah paradigma
11
dari membuang sampah menjadi memanfaatkan sampah.
2.
Siti Habibah/
-
skripsi ini
-
Rencana penulis
“Pemberdayaan
menjelaskan
adalah
Ekonomi Perempuan
tentang dampak
memaparkan
Melalui Wirausaha
daur ulang sampah
tentang Peran
Daur Ulang Sampah
kering terhadap
Bank Sampah
Kering Di Kelurahan
perekonomian
Waru Asri Dalam
Pasar Minggu”
masyarakat,
Meningkatkan
Skripsi Mahasiswa
khususnya
Perekonomian
Fakultas Dakwah dan
perempuan sebagai
Nasabah.
Komunikasi UIN
salah satu cara
Jakarta Tahun 2009
memberdayakan
digunakan
masyarakat.
dengan
Metodologi
menggunakan
penelitian yang
metode penelitian
dipakai oleh
kualitatif
penulis dalam
menjelaskan
-
-
Metodologi yang yaitu
yang
12
penelitian ini
tentang
adalah dengan
bank
menggunakan
waru asri dalam
metode deskriptif,
meningkatkan
yaitu mengolah
perekonomian
data yang diperoleh
nasabah.
dari lapangan
-
-
peran sampah
Penulis
kemudian dianalisa
merencanakan
sesuai dengan
untuk melakukan
kategori data yang
penelitian ini di
terkumpul.
Tahun 2014.
Hasil dari skripsi ini memaparkan bahwa kegiatan daur ulang sampah kering mampu menciptakan sebuah lapangan kerja, yang tentunya akan membantu
13
meningkatkan perekonomian masyarakat juga. 3.
Muhammad Kholid /
-
Skripsi ini
-
Rencana penulis
“Pemberdayaan
menjelaskan
adalah
Ekonomi Umat
mengenai pola
memaparkan
Melalui Pola
kerjasama Bank
tentang Peran
Kerjasama Bank
Sampah Karya
Bank Sampah
Sampah pada Bank
Peduli yang
Waru Asri Dalam
Sampah Karya Peduli
bekerjasama
Meningkatkan
Cilincing” Skripsi
dengan masyarakat
Perekonomian
Mahasiswa Fakultas
dalam
Nasabah.
Syariah dan Hukum
pendayagunaan
UIN Jakarta Tahun
sampah sehingga
digunakan
2012
menjadi barang
dengan
yang benilai
menggunakan
ekonomis.
metode penelitian
Metode penelitian
kualitatif
yang digunakan
menjelaskan
dalam penelitian ini
tentang
adalah metode
bank
-
-
Metodologi yang yaitu
yang
peran sampah
14
deskriptif analisis,
waru asri dalam
yaitu
meningkatkan
menggambarkan
perekonomian
permasalahan
nasabah.
dengan didasari
Penulis
pada data-data
merencanakan
yang ada lalu
untuk melakukan
dianalisis lebih
penelitian ini di
lanjut kemudian
Tahun 2014.
diambil suatu kesimpulan. -
-
Hasil dari skripsi ini memaparkan bahwa Bank Sampah Karya Peduli telah memberdayakan ekonomi masyarakat melalui sampah dan telah meningkatkan
15
pendaapatan nasabah walaupun masih sedikit.
G. Kerangka Teori dan Pemikiran Bank
adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.7 Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.8 Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak digunakan lagi atau sesuatu yang sudah dianggap tidak berharga atau tidak berguna lagi.9 Sedangkan pengertian sampah menurut World Health Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
7
Wikipedia, “Pengertian Bank”, artikel ini diakses pada 27 Mei 2014 pukul 10:42 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank 8 Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 , artikel diakses pada 27 Mei 2014 pukul 11:01 WIB dari www.bi.go.id 9 Belia dan Sukan, “Kamus Bahasa Melayu Nusantara”, (Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Kementrian Budaya, 2003)
16
tidak disenangi atau sesuatu yang yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.10 Bank
Sampah
adalah
suatu
tempat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan samoah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.11 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.12 Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan, dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan dramaatauu teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi.dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakanoleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.
10
Budiman Chandra, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2006), cet. ke-1, hal.
111. 11
Wikipedia, “Bank Sampah”, artikel ini diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:55 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Sampah 12 diakses pada 28 Mei 2014 pukul 02:44 WIB dari http://kbbi.web.id/peran
17
Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu. Atau juga peran bisa diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu –individu harus lakkukan dala suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. (Friedman, M, 1998 : 286)13 Gambar 1.1Kerangka Pemikiran
Bank Sampah
Unit Usaha Bank Sampah
Meningkatkan Pendapatan Nasabah
13
Membuka Lapangan Pekerjaan
Diakses pada 28 Mei 2014 pukul 05:33 WIB dari http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut-para.html?m=1
Mengurangi Kerusakan Lingkungan
18
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Peran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Adapun kata Peran atau role dalam Kamus Oxford Dictionary diartikan “ActorÊs Part”, OneÊs Task or Function” yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.2 Menurut Sarlito Wirawan, bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umunya tentang prilaku-prilaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.3 Sedangkan, konsep tentang Peran atau role menurut Komarudin (1994; 768) dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut: a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen. b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667 2 The New Oxford IllustratedDictionary, (Oxford University Press, 1982) h. 1466 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984) cet. Ke-1, h.235
18 1
19
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang apa adanya. e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab-akibat. Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya, yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan dalam masyarakat (lingkungan). Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.4 B. Pengertian Bank Sampah Secara istilah, Bank Sampah terdiri dari atas 2 (dua ) kata, yaitu Secara istilah Bank Sampah terdiri atas 2 (dua) kata, yaitu kata Bank dan Sampah. Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banque yang berarti tempat penukaran uang.5 Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.6
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suaatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) cet. ke-34, h. 243 5 Ismail, bank sampah seruni. 6 Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. ke-10, h. 3
20
Kemudian menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.7 Sedangkan pengertian sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.8 Sampah pengertian diatas adalah benda yang sudah tidak memiliki manfaat apa pun bagi kehidupan manusia sehingga benda tersebut dibuang, dan keberadaan benda tersebut tidak bisa dihindari selama masih ada aktivitas manusia. C. Undang-Undang Mengenai Bank Sampah Pada tanggal 15 Oktober 2012, Pemerintah Republik Indonesia, mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang juga merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang
7
ibid Siswanto Hadi, “Kamus Populer Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2003) cet. ke-1, h.
8
114
21
No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sekaligus memperkuat landasan hukum bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia.9 Terdapat beberapa muatan pokok yang penting yang diamanatkan oleh peraturan pemerintah ini, yaitu: 1.
Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional, pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia;
2.
Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh parapihak
terkait
dalam
pengelolaan
sampah
mulai
dari
kementerian/lembaga di tingkat pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha, pengelola kawasan sampai masyarakat; 3.
Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan sampah menggantikan paradigma lama kumpul-angkut-buang;
4.
Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk turut bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan perannya. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, kebijakan pengelolaan sampah
9
Diakses pada 8 Maret 2014 jam 15.35 dari http://banksampahmelatibersih.blogspot.com/2013/02/peraturan-pemerintah-nomor-81-tahun.
22
dimulai. Kebijakan pengelolaan sampah yang selama lebih dari tiga dekade hanya bertumpu pada pendekatan kumpul-angkut-buang (end of pipe) dengan mengandalkan keberadaan TPA, diubah dengan pendekatan reduce at source dan resource recycle melalui penerapan 3R. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat diharapkan mengubah pandangan dan memperlakukan sampah sebagai sumber daya alternatif yang sejauh mungkin dimanfaatkan kembali, baik secara langsung, proses daur ulang, maupun proses lainnya. Lima
tahap
penanganan
yaitu
pemilahan,
pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat secara bertahap dan terencana, serta didasarkan pada kebijakan dan strategi yang jelas.
D. Jenis-Jenis Sampah Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:10 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.
Organik. Misal: sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
Anorganik. Misal: logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar. 10
Mudah terbakar. Misal: kertas plastic, daun kering, kayu.
Chandra Budiman, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2007) cet. Ke-1, h.
111-112
23
Tidak mudah terbakar. Misal: kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
Mudah membusuk. Misal: sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.
Sulit membusuk. Misal: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. b. Rubbish, terbagi menjadi dua:
Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, Misal: kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.
Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal: kaca, kaleng, dan sebagainya.
c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri. d. Sweet sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia. e. Dead Animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.
24
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misal: garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan. g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan. h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. Contruction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu. i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industry. j. Santage solid, terdiri dari atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair. k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.
E. Metode Pengelolaan Sampah Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan di bank sampah adalah penerapan dari konsep (zero waste). Yakni pendekatan serta penerapan system teknologi pengolahan sampah perkotaan skala
kawasan secara terpadu
dengan melakukan penanganan sampah dengan tujuan dapat mengurangi sampah sesedikit mungkin. Dan juga, konsep ini merupakan konsep pengelolaan sampah yang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yaitu pengelolaan sampah melalui pendekatan reduse, reuse, dan recycle atau sering dikenal dengan 3R.
25
1. Pendekatan reduse, adalah pendekatan dengan cara meminimalisir penggunaan barang yang kita gunakan. Karena apabila penggunaan barang atau material terlalu berlebih, itu akan mengakibatakan sampah yang banyak juga hasil dari apa yang telah kita gunakan. 2. Pendekatan reuse, adalah pendekatan dengan cara sebisa mungkin untuk memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari pemakaian barang sekali pakai untuk memperpanjang jangka waktu barang tersebut sebelum menjadi sampah. 3. Pendekatan recycle, adalah pendekatan dengan cara melakukan daur ulang dari barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan cara ini, barang yang sudah tidak terpakai bisa digunakan kembali menjadi barang lain. Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat (PSBM) dicirikan oleh
adanya
keterlibatan
masyarakat
penggunanya
dalam
kegiatan
perencanaan dan pengoperasian sistem tersebut. Ada 8 prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat menurut (Yuwono, 2008: 3) yaitu;
Keterlibatan masyarakat
Kejelasan batasan wilayah
Strategi pengelolaan sampah yang terpadu
Pemanfaatan sampah yang optimal
Fasilitas persampahan yang memadai
Kelompok penggerak yang mumpuni
26
Optimasi pendanaan sendiri
Pola kemitraan yang menguntungkan
F. Nilai Ekonomis Sampah Perilaku
masyarakat
terhadap
pengelolaan
sampah
untuk
menghasilkan nilai tambah, merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk mengurangi jumlah sampah, salah satunya adalah dengan pola daur ulang. Saat ini pengurangan sampah hanya dilakukan melalui kegiatan pemulungan sampah (oleh pemulung). Program daur ulang di Indonesia yang telah dilaksanakan sejak tahun 1986 baru dapat mencapai 1,8%. Volume sampah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2013, volume sampah mencapai 73 juta ton atau setara dengan 200.000 ton perhari. Di Jakarta, volume sampah pada kondisi normal mencapai 6.500 ton perhari, sedangkan selama banjir pada Januari 2014 naik lima kali atau sekitar 325.000 ton. Berdasarkan data statistic persampahan domestic Indonesia, jenis sampah plastic menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14persen dari total produksi sampah. Semestara berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakartasaja mencapai lebih dari 6.000 ton perhari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.
27
Dari data di atas, kita bisa melihat bahwa sampah memiliki potensi nilai ekonomi yang sangat tinggi, baik bagi pemulung, pengumpul, dan pendaur ulang. Di Jakarta Selatan saja, sampah yang dihasilkan setiap harinya sebanyak 3156,09 M³ (sampah organik) dan 2235,91 M³ (sampah anorganik). Ini mempunyai dampak yang sangat signifikan karena mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.350 orang yang terdiri dari pemulung sebanyak 1056 dan pengumpul serta pekerja daur ulang sebanyak 294 orang dengan nilai penjualan setiap bulan sebesar Rp. 6.870.063 /pengumpul.11 Dan pengolahan sampah ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi saja, tetapi juga membantu kebersihan lingkungan.
G. Pemberdayaan Ekonomi Umat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Istilah pemberdayaan masyarat mengacu pada empowerment yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang
sudah
dimiliki
sendiri
oleh
masyarakat.
Jadi
pendekatan
pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat 11
Istiqomah Kartini, Sri Rahayu, Wahyumi Ekawanti, “Analisis Nilai Ekonomi Sampah Pada Tempat Pngelolaan Sampah”, (Fak. Ekonomi, Univ. Budi Luhur Jakarta: 2011)
28
yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai sebagai objek.12 Menurut
Suharto
(2005)
pemberdayaan
menunjuk
pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber produktif
yang
memungkinkan
mereka
dapat
meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.13 Selanjutnya
Kartasasmita
dalam
buku
Isu-isu
Tematik
Pembangunan Sosial yang ditulis Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa memberdayakan
masyarakat
berarti
meningkatkan
kemampuan
masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendonamisasi potensipotensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat
12
Setiana L., “Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Kontruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), cet. Ke-1, h.79 13 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005) h. 58.
29
mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat tetpi juga pranata-pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, ketebukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.14 2. Tujuan Pemberdayaan Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan
kemampuan
dan
rasa
percaya
diri
untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.15 Dari pengertian tujuan pemberdayaan diatas bisa kita artikan bahwa pemberdayaan adalah sebuah usaha dan proses untuk membantu seseorang mandiri dalam mengambil keputusan-keputsan di tengah-tengah lingkungannya.
14
Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004) h. 229 15 Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas : Pengantar pada Pemikirian dan Pendekatan Praktis”, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003) h. 32.
30
3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan, yakni: a. Tahapan Persiapan Tahapan
ini
meliputi
penyiapan
petugas
(community
development),dimana tujuan ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahapan ini terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran. b. Tahapan Assessment Proses
assessment
yang
dilakukan
disini
adalah
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan. Pada tahapan ini agem perubahan ( agent of change) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikit tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.
31
d. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi Pada tahapan ini agen membantu masing – masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. e. Tahapan Pelaksanaan (implementasi) Program Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara warga. f. Tahapan Evaluasi Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pemgembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. g. Tahapan Terminasi Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah
32
selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.16 Sedangkan menurut Gunawan Sumadiningrat dalam buku Pembangunan
Daerah
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
(1997)
menyatakan bahwa pemberdayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan proses. Proses memberdayakan seseorang atau masyarakat dapat dilakukan dengan tiga tahap: a. Menciptakan susasana atau iklim yang memungkinkan potensi seseorang atau massyarakat berkembang. b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat
diri
makin
berdaya memanfaatkan peluang. c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Pemberdayaan secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah berlaku bagi mereka yang lemah semangat. Dalamproses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Contohnya dengan memberikan semangat atau dorongan untuk berubah. 16
Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis”, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas UI , 2003) h. 251-258
33
Sebagai tambahan dalam proses pemberdayaan massyarakat, dapat dilakukan dengan metode-metode berikut ini: a. Memberi pengetahuan (informasi) baru. b. Mengadakan
diskusi-diskusi
dalam
kelompok-kelompok
kecil
mengenai pengetahuan atau masalah-masalah dengan kejadiankejadian baru. c. Mengadakan kegiatan-kegiatan dalam kelompok kecil. d. Menciptakan wadah baru, misalnya koperasi, kredit union, organisasi wanita, organisasi muda-mudi dengan menggunakan kelompok kerja.17 4. Proses Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang akan berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.18 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap: a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan tidak memberdayakan. b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak memberdayakan. 17
Andi Beratha, “Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”, (Yogyakarta: Philosopy Press, 1982), h. 57 18 Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta: Penerbit Fakultas UI, 2002), seri II, h. 173
34
c. Mengidentifikasi masalah. d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna. e. Mengembangkan rencana – rencana aksi dan pengimplementasian.19 Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan. Mutu peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi mereka. Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima, yaitu: a. Berperan serta karena mendapat perintah. b. Berperan serta karena ingin mendapat imbalan. c. Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan. d. Berperan serta atas prakarsa atau inisiatif sendiri. e. Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta. Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.
19
Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I, “Pengembangan Masyarakat Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2001), cet. Ke-1, h. 25
35
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan. Keberhasilan suatu program tidak hanya ditentukan oleh kualitas program
tetapi
bagaiman program
tersebut
dapat
direalisasikan.
Kegagalan program dapat disebabkan karena tidak dilaksanakannya program (non implementation) atau bisa juga disebabkan oleh pelaksanaan yang tidak berhasil (unsuccessfull implementation).20 Kendala dalam menjalankan sebuah program pemberdayaan ekonomidapat berasal dari dua arah, yaitu kendala dari dalam (intern)dan kendala dari luar (ekstern). Kendala intern
yang dimaksud adalah
berkaitan dengan faktor dari dalam para pelaksana program itu sendiri, terutama rendahnya kualitas SDM, karakter, kebudayaan, dan kebiasaan yang dimiliki. Kendala ini akhirnya akan menimbulkan berbagai kendala lain yang lebih spesifik, antara lain: a. Lemahnya pelaksana program dalam meningkatkan akses pasar dan pengembangan program. b. Lemahnya struktur permodalan, serta terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan. c. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi. d. Lemahnya organisasi dan manajemen.
20
Rahma Nidi Burhan, “Grameen Bank Sebagai Upaya Penaggulangan Kemiskinan”, (Tesis Program Pasca Sarjana Managemen Pembangunan Sosial, Universitas Indonesia 2004), h. 53
36
e. Terbatasnya jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku ekonomi lainnya. Sedangkan kendala ekstern berkaitan dengan faktor dari luar masyarakat, yaitu: a. Iklim usaha yang kurang kondusif yang menimbulkan masih adanya persaingan yang kurang sehat. b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai. c. Pembinaan yang masih kurang terpadu.21 Dari sekian banyak faktor yang ada, tentu tidak ada sebuah program yang dapat berjalan sempurna, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita berusaha untuk mendekati sebuah kesempurnaan tersebut dengan cara menggunakan SDM yang berkualitas dan berdedikasi tinggi agar program pemberdayaan yang kita lakukan berjalan dengan efektif.
6. Indikator Pemberdayaan Indikator keberhasilan pemberdayaan
masyarakat sebagai
sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah 21
Djabarudin Djohan, “Pokok-pokok Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (dalam Mencari Bentuk dan Metode Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Sektor Informal), (Jakarta: Friedrich Institute, 1994) h. 6
37
perubahan sosial, yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan da kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, mauoun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakatadalah sebagai berikut: a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin, b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya, d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, makin rapih sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat. e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.
38
Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya, jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan mampu mensejahterkan masyarakat sekitarnya.22 Dan salah satu aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat
untuk
pengentasan
kemiskinan
adalah
melibatkan
kerjasama dan pengelolaan yang baik, yang aplikatif dan tepat guna. Ciri-ciri program pemberdayaan yang bersifat baik adalah: a. Transparan (transparent) Artinya semua yang terlibat dalam proses tersebut dapat mengetahui perkembangan keuangan yang berjalan. b. Bertanggungjawab (accountable) Perguliran dana dikelola oleh orang-orang yang dapat dipercaya oleh masyarakat. c. Menguntungkan (profitable) Semua pihak yang terlibat dapat memperoleh manfaat khususnya keuntungan materi, baik diterima oleh pihak pelaku pemberdayaan dan juga sasaran pemberdayaannya. d. Berlanjut (suistanable) Proses dapat dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang. 22
Winda Pristian Irawan, “Pengaruh Program Pemberdayaan di Sektor Ekonomi Terhadap Pengembangan Mustahik Oleh Rumah Zakat di Wilayah Bekasi”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h. 37-38
39
e. Dapat Diperluas (replicable) Program ini dapat diterapkan juga ke kelompok di wilayah lainnya.23
23
Gunawan Sumadiningrat, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet. ke 1, hal. 23
40
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Surakhmad (1994:143), metode studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu uni (atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena sifat yang mendalam dan mendetail tersebut, studi kasus umumnya menghasilkan gambar yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data kasus dalam satu jangka waktu.1 Sedangkan menurut Basuki (2006: 113) mengatakan bahwa studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu hal.2Maka pada penelitian ini studi kasus dilakukan pada Bank Sampha Warga Peduli Lingkungan (WPL) Depok, untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam peningkatan perekonomian nasabah.
1
Prastowo Andi, “Memahami Metode-Metode Penelitian”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. ke 1, h. 128 2 Ibid, 129
40 1
41
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya. Dan didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic, dan rumit.3 Serta penelitian ini dilakukan berdasarkan
paradigm,
strategi,
dan
implementasi model secara kualitatif. Sebab itu, tidak mengherankan jika tidak terdapat anggapan bahwa “Qualitative research in many thing to many people” (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).4 C. Sumber Data Penelitian Menurut Lofland (1984: 47), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.5 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam, yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.6 3
Lexy J. Moeloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 6 4 Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 20 5 Lexy J. Moeloeng, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 112
42
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan beberapa nasabah Bank Sampah tersebut. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan, literature, buletin, majalah serta materi kuliahyang berkaitan dengan pembahasan ini. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1. Teknik Observasi Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai dengan kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.7
6
Husein Umar, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. Ke-6, h. 42 7 Neni Zikri Iska, “Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan”, (Jakarta: Kizi Brothers , 2006) h. 33
43
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.8 2. Teknik Interview Wawancara adalah merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dan responden, yakni melalui kontak dan hubungan pribadi. Komunikasi tersebut dilakukan denga cara face to face, artinya antara peneliti dan responden berhadapan langsung, maupun dengan cara tidak langsung (via telpon) untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh si pewawancara.9 3. Teknik Dokumentasi Teknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.10 E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu menggunakan data sebagai
8
Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 115 Afifi Fauzi Abbas, “Metodologi Penelitian”, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010) h. 140-141 10 Suharsini Arikuntu, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 231 9
44
pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak tidak mengenal teorisasi sama sekali, artinya teori dan teorisasi bukan hal yang yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk memulai sebuah penelitian.11 Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan data.12 Maka dari itu, penulis akan melakukan klasifikasi data, yaitu usaha menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu dari seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun. Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data. Data-data yang terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing. F. Subjek-Objek Penelitian Subjek penelitian adalah narasumber yang diberikan kewenangan untuk menjawab pertaanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis).
11
Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 27 Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h.
12
91
45
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yang beralamat di di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok, 16436. Dan difokuskan pada peran Bank Sampah dalam peningkatan perekonomian nasabah.
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) 1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) Bank SampahWarga Peduli Lingkungan(WPL) beralamat di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok. Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini telah beraktivitas secara mandiri pada tahun 2009. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini salah satu bukti dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Diprakarsai oleh seorang warga yang merupakan anggota PKK, yaitu Sri Wulan bersama suaminya, Baron Noorwendo, yang merupakan salah satu tokoh masyarakat PancoranMas Depok. Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka. Maka di tahun 2009, diadakan sebuah kegiatan untuk memperkenalkan lubang resapan biopori, yaitu sebuah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Setelah memperkenalkan lubang resapan biopori kepada masyarakat, selanjutnya masyarakat diajak kepada sebuah gerakan memilah sampah organik, yaitu memilah sampah
46 1
47
organik dan anorganik rumah tangga yang dianggap sebagian masyarakat sudah tidak berguna lagi untuk didaur ulang, yang kemudian sampah organic tersebut dijadikan pupuk kompos dan adapun sampah anorganik dijadikan sebuah kerajinan tangan dan mempunyai nilai ekonomis. Dan pada akhirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini diresmikan pada tanggal 18 Juni 2011. Setelah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), maka disusunlah pengurus yang bertanggung jawab terhadap jalannya program Bank Sampah Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang terdiri dari: Tabel 4.1 Susunan Pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
KOMISARIS Baroon Noorwendo
Direktur Sri Wulan Wibiyanti
Bendahara
Sekretaris
Rosidah
Dede Ayanih
Koordinator Industri Kreatif Halimah
Koordinator Pelatihan Susinarsih
48
2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) -
Visi Menjadi Bank Sampah yang melibatkan potensi masyarakat dan
berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah, kreatif dan produktif. -
Misi 1. Melakukan edukasi pemilahan sampah secara continue 2. Menerapkan reuse dan recycle dengan cara menggunakan sampah sebagai bahan baku industry kreatif. 3. Melibatkan
potensi
masyarakat
dalam
mengelola
dan
melaksanakan program Bank Sampah. 4. Membangun jaringan sinergis dengan semua lembaga dan institusi yang memiliki kesamaan visi. 5. Menjadi rujukan bagi masyarakat yang ingin menangani sampah secara terpadu. -
Tujuan Tujuan dari berdirinya bank sampah adalah untuk membangun
pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dalam kerangka program lingkungan dan juga bertujuan untuk menjadi pusat industri kreatif.
49
-
Manfaat
a. Membuat lingkungan menjadi bersih, sehat dan asri b. Menjadikan sampah yang sudah tidak berguna lagi menjadi barang yang bernilai ekonomis c. Membuka peluang bagi masyarakat untuk menghasilkan karya dengan kreatif, produktif dan kreatif. 3. Program dan Layanan Setelah diresmikan pada tahun 2011, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) terus melakukan inovasi dalam membuat program dan layanan bagi nasabahnya. Dan sampai tahun 2014 ini, tercatat sudah ada 8 program yang ditawarkan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi para nasabahnya, yaitu; a. Tabungan Seperti Bank Sampah pada umunya, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga menawarkan sebuah layanan tabungan bagi para nasabahnya. Cara menabungnya pun sama seperti Bank Sampah lainnya, yaitu dengan cara menyetorkan sampah yang telah dipilah, kemudian sampah tersebut dihargai sesuai dengan daftar harga yang ada, lalu nilai rupiah tersebut dicatat oleh petugas di buku tabungan nasabah dan dibuku besar milik Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).
50
Akan tetapi, tabungan ini tidak bisa diambil oleh nasabah apabila nasabah tersebut belum memenuhi syarat minimum untuk mengambil tabungan, yaitu 5 kali menabung.
b. Training Center Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menawarkan sebuah layanan program bagi nasabah yang ingin menambah ilmu pegetahuannya di bidang lingkungan. Para nasabah bisa mengikuti training center yang diisi oleh orang-orang yang berpengalaman di bidang tersebut. Program ini telah berjalan dari awal diresmikannya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), sehingga para nasabah yang telah mengikuti training center sudah bisa mewakili Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk mengenalkan kepada masyarakat luas tentang apa itu Bank Sampah. Dan dari mengisi acara-acara training center tersebut, nasabah bisa menambah pundi-pundi rupiah di tabungannya. c. Pusat Kerajinan Kreatif Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bukan hanya sekedar lapak yang mengumpulkan sampah lalu dijual ke pengepul, tetapi juga sebagai pusat kerajinan kreatif, karena awalnya WPL bukan bank sampah terlebih dahulu, tetapi recycle dari bekas kemasan-
51
kemasan yang dibentuk menjadi barang-barang yang bermanfaat. Contohnya adalah tas bermacam-macam model, dompet, taplak meja, mainan anak, dll. Dengan adanya program kerajinan kreatif ini, nasabah bisa menyalurkan kreativitas dari barang-barang bekas untuk dijadikan sebuah hasil karya kerajinan tangan kreatif, yang kemudian 70% hasil dari penjualan barang tersebut bisa menambah pemasukan bagi nasabah. Berikut jenis kerajinan dan nilainya: Tabel 4.2 Daftar Produk Kerajinan Tangan Bank Sampah Wrga Peduli Lingkungan (WPL)
1 Dompet XL
Rp.
25,000
2 Dompet L
Rp.
20,000
3 Dompet S
Rp.
15,000
4 Tempat Pensil XL
Rp.
25,000
5 Tempat Pensil L
Rp.
10,000
6 Tempat Pensil Rawis
Rp.
20,000
7 Bando
Rp.
3,000
8 Bingkai Kecil
Rp.
3,000
9 Bingkai Sedang 10 Tas XL
Rp. Rp.
5,000 150,000
52
11 Tas L
Rp.
125,000
12 Tas 35" dengan lapisan
Rp.
35,000
13 Tas 35" tanpa lapisan
Rp.
25,000
14 Tas 25"
Rp.
25,000
15 Tas Kecap
Rp.
40,000
16 Tas Tangan
Rp.
40,000
17 Tas Tangan Panjang
Rp.
45,000
18 Tas Tangan Kayu L
Rp.
80,000
19 Tas Tangan Rantai
Rp.
50,000
20 Tas Bolong M
Rp.
100,000
21 Tas Bolong L
Rp.
115,000
22 Tas Rawis
Rp.
75,000
23 Tas Rawis Softcase
Rp.
75,000
24 Tas Rawis Selempang
Rp.
80,000
25 Tas Anggur
Rp.
10,000
26 Tas Belanja dengan Lapisan
Rp.
40,000
27 Tas Belanja tanpa Lapisan
Rp.
25,000
28 Tas Belanja XL 29 Tas Belanja Lipat 4
Rp. Rp.
30,000 25,000
30 Tas Bekal
Rp.
15,000
31 Tas Selempang 32 Tas Bango
Rp. Rp.
50,000 45,000
53
33 Tas GoodDay dengan lapisan
Rp.
25,000
34 Tas GoodDay tanpa lapisan
Rp.
20,000
35 Tas Downy
Rp.
55,000
36 Tas COC
Rp.
25,000
37 Celemek
Rp.
25,000
38 Tempat Tisu
Rp.
25,000
39 Taplak Meja Jumbo
Rp.
300,000
40 Taplak Meja Besar
Rp.
125,000
41 Taplak Meja Kecil
Rp.
75,000
42 Taplak Kecil
Rp.
10,000
43 Sajadah
Rp.
100,000
44 Tatakan
Rp.
40,000
45 Softcase Laptop
Rp.
50,000
46 Agenda Kecil
Rp.
25,000
47 Agenda Besar
Rp.
30,000
48 Bros
Rp.
2,500
d. Hibah Sampah dan Barang Bekas Program ini lebih dikhususkan bagi mereka yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Yaitu pihak Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menerima hibah dari orang yang benar-benar tidak
54
membutuhkan barang bekasnya lagi, seperti barang elektronik, furniture, dan kendaraan. Lalu, barang bekas tersebut diuangkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yang kemudian uang tersebut akan diputarkan sebagai pinjaman kepada Ibu-Ibu pedagang dan pengusaha kecil tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. e. Mikro Kredit dari Sampah (ROKETS) Program ini dikhususkan bagi nasabah yang ingin menjalankan roda bisnisnya, baik bagi mereka yang baru ingin menjalankan bisnis, atau pun bagi mereka yang sudah menjalankan bisnisnya tetapi masih mendapat kendala di pendanaan. Mereka bisa menikmati pelayanan kredit mikro yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan mudah, yaitu mereka bisa mengembalikan dana yang dipinjam dengan cara diangsur dalam beberapa bulan tanpa adanya bunga. Bahkan kredit mikro ini tidak menggunakan sistem bagi hasil. Jadi program kredit mikro ini sangat membantu bagi nasabah ekonomi menengah ke bawah. f. Sekolahku Hijau Program ini membuka kesempatan bagi sekolah mana pun yang ingin menambah ilmu tentang program lingkungan. Karena Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melihat bahwa banyaknya minat dari sekolah-sekolah yang ingin mendalami ilmu tentang kepedulian terhadap lingkungan sekarang-sekarang ini.
55
g. Asuransi Jiwa Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk membayar premi asuransi. h. Kampung Wisata Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar mengenai lingkungan secara langsung. 4. Nasabah Pada saat ini Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah memiliki nasabah sebanyak 115 nasabah. 5. Membentuk Sistem Pengolahan Sampah Karena sistem pengolahan sampah adalah kegiatan utama yang ada di Bank Sampah, maka membentuk sistem ini merupakan sebuah hal terpenting bagi bagi Bank Sampah. Pertama, nasabah harus memilah sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah di rumah masing-masing. Kedua, setelah nasabah tersebut sudah mendapatkan sampah pilahan, maka sampah itu disetorkan atau dikumpulkan ke Bank Sampah Warga
56
Peduli Lingkungan (WPL). Dalam hal ini, ada dua (dua) cara untuk mengumpulkan atau menyetorkan sampah pilahan, yaitu: a. Nasabah sendiri yang langsung menyetorkan sampah ke Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). b. Petugas Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) mendatangi rumah nasabah untuk mengambil sampah.
Gambar 4.3 Sistem Pengolahan Sampah Sampah Pilahan di Tiap Rumah Pengambilan Sampah oleh Petugas
Penyetoran Sampah oleh Nasabah Dikumpulkan di Bank Sampah Sampah dipilah sesuai jenisnya
Sampah dijual ke pengepul
Sampah dijadikan pupuk kompos
Sampah dijadikan kerajinan tangan
57
B. Peran Bank Sampah Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Tujuan awal dari didirikannya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) adalah ingin menciptakan kegiatan positif yang bermanfaat
dan
dapat
memberdayakan
masyarakat
sekitar.
Dengan
berjalannya waktu, kegiatan yang diadakan oleh kelompok ini (sebelum dinamakan Bank Sampah) tidak hanya menghasilkan sebuah kegiatan positif, akan tetapi menghasilkan sebuah kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis di dalamnya, yaitu Bank Sampah. Para nasabah/ masyarakat bisa menabungkan sampah-sampah olahan rumah tangga yang telah dipilah terlebih dahulu untuk disetorkan ke Bank Sampah yang kemudian sampah tersebut ditukar dengan sejumlah uang rupiah sesuai dengan nilai sampah tersebut. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendominasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat
mampu
dan
mandiri
dengan
menciptakan
iklim
yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang.1 Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah menciptakan iklim untuk mengembangkan
1
Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004) h. 229
58
potensi masyarakat dengan membangun pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dan manjadikan sampah sebagai barang yang mempunyai nilai ekonomis. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga mengembangkan potensi ekonomis sampah ini melalui pusat industri kreatif yang berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah, kreatif dan produktif. Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah memberdayakan nasabahnya melalui program-program yang diadakan. Semua program tersebut membuat sebuah pola pemikiran di dalam diri masyarakat bahwa sampah dapat bernilai uang bagi mereka dengan memanfaatkan potensi yang ada di sampah tersebut. Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi diri para nasabahnya untuk berkarya secara praktis, murah, dan kreatif. Ini terbukti dengan banyaknya hasil kerajinan tangan yang telah dihasilkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk dijual dan hasilnya dapat dirasakan oleh nasabah tersebut. Dengan adanya Bank Sampah, masyarakat menjadi sadar bahwa sampah yang selama ini disepelekan keberadaannya, sebenarnya dapat membawa sebuah kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Nilai rupiah yang
59
didapat dari sampah tersebut disimpan atau ditabung oleh nasabah t, dan biasanya hasil tabungan sampah tersebut akan diambil oleh nasabahnya pada waktu-waktu tertentu, seperti Hari Raya atau Tahun Pelajaran Baru.2 Bagi nasabah yang ingin meningkatkan perekonomiannya dengan cara berniaga dan belum mempunyai modal atau kekurangan modal, nasabah dapat melakukan pinjaman kepada Bank Sampah. Dan cara pengembalian pinjaman tersebut, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak mengharuskan nasabah mengembalikan pinjaman dengan uang, tetapi boleh juga dalam bentuk sampah yang bernilai ekonomis. Dengan demikian, atas dasar indikator-indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi masyarakat maka bahwasannya program-program yang dijalankan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dapat dikatakan berhasil dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Indikator keberhasilan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dapat dilihat dari: a. Transparan (Transparent) Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melibatkan seluruh nasabah dalam pelaporan keuangan yang sedang berjalan. Masyarakat diajak terlibat dalam pengumpulan sampah dan hasil dari sampah tersebut
2
Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Ibu Sri Wulan Wibiyanti, Tanggal 3 November 2014.
60
dicatat di buku tabungan milik nasabah dan juga di buku besar milik Bank Sampah. Bank Sampah mendapatkan penghasilan dari selisih penjualan karya kerajinan tangan dari sampah dan juga dari selisih penjualan sampah ke pengepul atau pun pabrik-pabrik plastic. b. Bertanggungjawab (accountable) Dalam pengelolaan
Bank Sampah, baik dalam pengelolaan
keuangan atau pun yang lainnya, dilakukan oleh orang-orang yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab, yaitu oleh Tokoh Mayarakat dan IbuIbu PKK.
c. Menguntungkan (profitable) Semua pihak yang terlibat dalam Bank Sampah ini mendapatkan keuntungan,
baik
secara
materi
atau
pun
imateri.
Masyarakat
mendapatkan nilai rupiah dari sampah yang dipilah. Kemudian Bank Sampah mendapatkan keuntungan dari hasil pengolahan sampah yang dijual. Selain keuntungan materi, tentunya lingkungan masyarakat pun menjadi lebih bersih dan asri dengan adanya Bank Sampah ini. d. Keberlanjutan (suistanable) Apabila pengelola Bank Sampah mampu meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan mampu melakukan inovasi-inovasi terbaru,
61
maka peluang bagi bank sampah untuk terus berkelanjutan akan tetap ada dan akan terus terbuka, mengingat sangat besarnya nilai-nilai yang ada di dalamnya. e. Dapat Diperluas (replicable) Karena pola bank sampah ini sangat menarik, yaitu bisa membantu perekonomian masyarakat sekaligus bisa mengurangi volume sampah yang ada. Beberapa pemda telah mencontoh pola bank sampah ini untuk diterapkan di wilayahnya masing-masing, walaupun tidak semua program yang ada di Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dicontoh di wilayah mereka, tetapi program inti dari pola bank sampah tetap mereka terapkan demi mencapai tujuan inti dari bank sampah tersebut. C. Pola Kerjasama Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan masyarakat Hadirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) merupakan salah satu bukti akan kepedulian masyarakat akan lingkungannya. Berawal dari inisiatif sepasang suami dan istri, Baron Noorwendo dan Sri Wulan Wibiyanti, yang mempunyai niat tulus untuk memberdayakan masyarakat yang berada di sekitarnya. Bank sampah adalah tempat menabung sampah. Maksudnya adalah tempat menabung bagi para nasabahnya dengan cara menyetorkan sampah di bank tersebut. Tentunya hanya sampah yang sudah dipilah yang boleh ditabung di bank sampah ini. Setelah nasabah menyetorkan sampah
62
pilahannya tersebut di bank sampah, nasabah mendapatkan “upah” yang ditulis di buku tabungannya, dan bisa ditarik dalam bentuk rupiah. Program dan kegiatan yang ada di Bank
Sampah Warga Peduli
Lingkungan (WPL) sangat melibatkan masyarakat di dalamnya. Karena memang
tujuan awal dari didirakannya bank sampah ini adalah ingin
memberdayakan masyarakat, khususnya bagi para ibu-ibu rumah tangga. Maka dari itu kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melibatkan masyarakat mulai dari pemilahan sampah, pengumpulan sampah, perhitungan nilai rupiah sampah, pengolahan sampah menjadi sebuah kerajinan tangan dan menjual hasil kerajinan tangan tersebut. Lalu hasil dari penjualan kerajinan tersebut dikembalikan ke nasabahnya. Untuk memenuhi permintaan terhadap hasil kerajinan tangan, dibutuhkan bahan baku/ sampah yang banyak. Maka dari itu, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bekerja sama dengan masyarakat dalam mengumpulkan sampah. Masyarakat sebagai produsen sampah, sudah terlebih dahulu menyortir atau memilah sampah di rumahnya masing-masing. Setelah sampah dipilah oleh masyarakat, barulah sampah pilahan tersebut disetorkan ke bank sampah. Dalam proses pengumpulan ini, sampah ditimbang dihadapan nasabah, kemudian petugas menuliskan sejumlah nilai rupiah sampah menurut klasifikasinya di buku tabungan nasabah. Berikut sampah berdasarkan klasifikasinya:
nilai
63
Tabel 4.4 Daftar Kurs Tabungan Sampah* KERTAS 1 2 3 4 5 6 7 8
Koran Kardus Kertas Putih/ Putihan/ HVS Burem/ CD/ LKS Dupleks/ Kardus Tipis Kantong Semen Kemasan Rokok Majalah/ Buku
1 2 3 4 5 6 7
Kaleng Besi Tembaga Kuningan Alumunium Kabin (Besi Tipis) Besi Travo
Rp. 900 Rp. 800 Rp. 1000 Rp. 800 Rp. 200 Rp. 800 Rp. 200 Rp. 800
/Kg /Kg /Kg /Kg /Kg /Kg /Kg /Kg
LOGAM Rp. 1500 Rp. 2500 Rp. 45000 Rp. 2500 Rp. 9000 Rp. 2000 Rp. 3000
/Kg /Kg /Kg /Kg /Kg /Kg /Kg
BELING 1 2
Beling Pecah-Pecah Beling Satuan
4
Beling 1-1/2 liter
Bening Warna
Rp. 100 Rp. 100 Rp. 200 Rp. 200
/Kg /Buah /Buah /Buah
PLASTIK 1
Gelas Bening Bekas airmineral, bening tanpa merek
Bersih Kotor
4500 2500
/Kg /Kg
2
Gelas Warna Bekas the, kopi, jus bening bermerek, dll
Bersih Kotor
2000 900
/Kg /Kg
3
Botol Bening/ Bodong
Bersih
2000
/Kg
64
Bekas air minum, coca cola, dll
Kotor
900
/Kg
4
Botol Warna
Bersih Kotor
1500 800
/Kg /Kg
5
Kristal Bekas toples bening
1500
/Kg
6
Emberan Bekas ember, mainan, dll
1200
/Kg
7
Shampoo Bekas shampoo, bedak, kosmetik, dll
1500
/Kg
8
Sandal/ Sepatu Plastik
500
/Kg
9
Kaset CD
2500
/Kg
10
Selang
1200
/Kg
11
Karpet plastic
500
/Kg
12
Kemassan Recycle
1000 500
/Kg /Kg
10000 5000
/Kg /Kg
Tipis Tebal LAIN-LAIN
1
Kabel
Lidi Serabut *) Nilai kurs tabungan ini dapat berubah setiap saat.
Sampah yang sudah terkumpul di Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), kemudian diolah menjadi beberapa kerajinan tangan atau pun pupuk kompos. Dan sampah-sampah yang tidak bisa dijadikan kerajinan
65
tangan akan dijual ke pengepul dan ke pihak yang sudah menjadi mitra Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Bila kita melihat transaksi yang dilakukan oleh bank sampah dan nasabah selintas saja, maka kita akan menilai bahwa transaksi yang dilakukan seperti transaksi biasa. Tetapi, pada dasarnya transaksi ini lebih menyerupai kerjasama syirkah dalam Islam. Dalam jual beli, jika si penjual telah mendapatkan hak atas kepindahan kepemilikan barang dan si pembeli telah mendapatkan barang yang diinginkan maka hubungan antara penjual dan pembeli telah terputus. Ini semua tidak sama dengan hal kerjasama. Di dalam kerjasama, hubungan ini bersefat terus menerus selama bisnis yang dilakukan tetap ada dan salah satu pihak tidak memutuskan hubungannya atas lainnya. Syirkah atau kerjasama dalam Islam adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungannya dan kerugiannya ditanggung bersama.3
3
Hendi Suhendi, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 127
66
Gambar 4.5 Bentuk Kerjasama antara Bank Sampah Peduli Lingkungan dengan Masyarakat
Masyarakat/nasabah
Pemilahan
Bank Sampah
Pengumpulan sampah
Pengolahan
Kompos
Penjualan
Kerajinan Tangan
Dalam pengumpulan, pengelolaan, dan pemanfaatan nilai ekonomis sampah, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat yang langsung memberikan kontribusinya dalam pengumpulan dan pemilahan sampah, sedangkan Bank Sampah bertugas untuk mengelola sampah agar sampah yang telah disetorkan dapat memberikan nilai ekonomis lebih. Uang yang dihasilkan dari penjualan sampah atau pun penjualan kerajinan tangan tersebut dibagi sesuai kesepakatan. Maksud dari kesepakatan ini adalah kesepakatan akan pembagian rupiah (nilai sampah) yang telah ditetapkan. Dari kegiatan di atas, kita bisa melihat bahwa kedua belah pihak memberikan kontribusinya dalam mengelola sampah yang tidak bernilai apaapa
berubah
menjadi
barang
yang
mempunyai
nilai
ekonomis.
67
Nasabah/masyarakat memilah sampah rumah tangga yang ada di rumah mereka masing-masing sebelum disetorkan ke bank sampah. Sedangkan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) mengelola sampah yang telah disetorkan tadi untuk dijadikan kerajinan tangan dan kompos. Sisa dari sampah yang dikumpulkan akan dijual ke pengepul. D. Dampak Sosial dan Ekonomi Atas Kehadiran Bank Sampah 1. Dampak Ekonomi Masyarakat Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) merupakan sebuah perkumpulan masyarakat yang bertujuan memberdayakan dan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan potensi sampah sebagai sumber finansial apabila dikelola secara kreatif dan inovatif. Dan sekaligus juga mengatasi masalah sampah yang timbul di lingkungan. Pada pelaksanaannya, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah menimbulkan rasa kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang dapat menghasilkan rupiah bagi masyarakat tersebut. Alasan inilah yang kemudian banyak menarik masyarakat untuk ikut bergabung di kegiatan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yakni mengumpulkan dan menyortir sampah. Dari program-program Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) yang telah dijelaskan sebelumnya, telah memberikan dampak
68
ekonomi bagi masyarakat
yang ikut terlibat didalamnya,
yaitu
meningkatnya pendapatan. Karena ini adalah salah satu tujuan Bank Sampah. Walaupun tidak secara signifikan nilainya, tapi Bank Sampah sudah mampu dalam meningkatkan pendapatan nasabahnya. Sampah yang dulu hanya bisa dibuang dan memenuhi tempat sampah, sekarang sudah bisa diolah oleh masyarakat untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Sebagai contoh: Rata-rata Penghasilan dari Bank Sampah Setiap Bulan
*Dalam hitungan rupiah selama 6 bulan dalam sample Dari hasil perhitungan di atas, kita bisa ketahui penghasilan rata-rata yang diperoleh nasabah adalah 18575 /nasabah setiap bulannya. Selain meningkatkan perekonomian bagi nasabahnya, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah membuka peluang kerja bagi masyarakat
di
sekitarnya. Karena untuk
mengolah sampah-sampah,
membutuhkan tenaga manusia yang banyak. Mulai dari kegiatan menimbang hingga menjadikan sampah sebuah produk kerajinan atau pupuk organik, dll. Kebutuhan akan adanya peran aktif manusia ini yang membuat Bank Sampah
69
untuk membuka lapangan kerja. Bank Sampah membuka peluang pekerjaan baru bagi masyarakat yang selama ini menganggur. 2. Dampak Sosial Bagi Mayarakat Adanya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak hanya memiliki tujuan ekonomi bagi nasabahnya, akan tetapi juga memiliki tujuan sosial. Adapun dampak sosial masyarakat yang timbul dengan adanya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) adalah: a. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat Sebelum adanya Bank Sampah ini, banyak masyarakat di sekitar Bank Sampah yang terkena penyakit demam berdarah. Dengan keberadaan Bank Sampah ini, bisa membantu untuk mengurangi sampah-sampah yang masih tercecer di tempat yang tidak semestinya, seperti ember, dll, yang menjadi sarang atau tempat hidup bagi nyamuk-nyamuk pembawa penyakit tersebut. b. Saling Membantu Antar Nasabah Sebelum adanya Bank Sampah, masyarakat tidak mempunyai banyak waktu untuk saling bersosialisasi, hanya bisa berkumpul dengan masyarakat lainnya di waktu-waktu tertentu saja, seperti pengajian bulanan. Akan tetapi, dengan berdirinya Bank Sampah masyarakat bisa lebih sering bertemu dan bisa saling mengenal lebih dalam dengan masyarakatnya lainnya. Inilah yang membuat adanya
70
jalinan ikatan sosial lebih erat antar masyarakat sehingga timbul rasa untuk saling tolong-menolong. c. Terciptanya Lingkungan Yang Bersih Bank Sampah merupakan sebuah terobosan besar dalam pengelolaan sampah. Ini menjadi salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya. Bank Sampah telah memberikan dampak ekonomi bagi nasabahnya, walaupun jumlahnya tidak terlalu signifikan. Ini juga yang menjadi satu daya tarik utama bagi masyarakat untuk bergabung. Akan
tetapi
tidak
hanya
membantu
masyarakat
untuk
meningkatkan ekonominya saja, dari segi lingkungan pun Bank Sampah memiliki kontribusi yang cukup tinggi. Dengan adanya Bank Sampah, masalah lingkungan seperti sampah yang berserak di manamana dapat teratasi. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga membantu mengurangi volume sampah dari masyarakat yang akan dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil penelitian terhadap peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam peningkatan perekonomian nasabah adalah: 1. Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabahnya dapat dikatakan tidak terlalu signifikan, ini berdasarkan hasil dari tabungan sampah dan penjualan barang kerajinan yang jumlahnya masih relatif kecil, yakni sebesar Rp. 18.575/nasabah setiap bulannya. Akan tetapi, walaupun nilai yang didapatkan nasabah tiap bulannya masih relatif kecil, nasabah merasa terbantu dengan adanya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yakni dengan adanya fasilitas pinjaman tanpa bunga, jaminan, dan agunan melalui program ROKETS bagi nasabah yang ingin berdagang. 2. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) merupakan sebuah terobosan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Pitara untuk memberdayakan masyarakatnya sendiri melalui pemanfaatan sampah yang mempunyai nilai ekonomi. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melakukan pola pemberdayaannya dengan cara melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola sampah dan menjalankan program bank sampah, yaitu mulai dari memilah dan mengelompokkan sampah yang ada hingga menjadi barang yang berharga untuk dijual. Hasil dari penjualan tersebut akan diberikan kepada nasabah dengan kesepakatan harga sesuai dengan klasifikasi sampah. Dan juga, pengelola Bank Sampah Warga peduli Lingkungan (WPL) terus
71
72
memperluas jaringan sinergis dengan semua lembaga dan institusi yang memiliki kesamaan visi. 3. Tidak hanya menjadi satu alternatif penguatan ekonomi bagi nasabahnya, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga memberikan dampak lain bagi masyarakatnya, yaitu menjadi poros bagi masyarakat untuk membangun pola pikir dan perilaku masyarakat dalam memilah sampah secara kontinu dengan menerapkan konsep reuse dan recycle. Selain itu program-program Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini secara alamiah menstimulan masyarakat untuk saling membantu sesama. Dan yang tampak jelas dari kehadiran Bank Sampah ini adalah terciptanya lingkungan yang bersih, yang terbebas dari masalah sampah dan meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat.
73
B. SARAN 1. Pihak pengelola Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) disarankan untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar jumlah nasabah terus meningkat dan masyarakat juga dapat mengetahui cara mengolah sampah dengan baik dan benar. 2. Dalam upaya meningkatkan perekonomian nasabah, hendaknya pihak pengelola Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) terus berinovasi dalam membuat produkproduk kerajinan dari sampah, agar produk tersebut dapat bersaing dan diminati oleh setiap kalangan masyarakat dan agar produk kerajinan tersebut mempunyai pasar yang lebih luas dari sebelumnya, disarankan pihak mengelola bisa lebih aktif memanfaatkan media sosial dalam memasarkan produknya seperti facebook, twitter, instagram, dll. 3. Bagi masyarakat, hendaknya turut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Bank Sampah ini, dalam rangka memajukan Bank Sampah, baik secara kualitas, atau pun kuantitas. 4. Bagi Pemerintah, disarankan untuk lebih memerhatikan Bank Sampah dan tentunya membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Bank Sampah yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan ekonomi, sosial dan lingkungan yang ada di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Afifi Fauzi.“Metodologi Penelitian”, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010) Andi, Prastowo. “Memahami Metode-Metode Penelitian”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. ke 1 Anonymous.“mengelola sampah di rumah”, Estate vol.2, no.23 (2006) Basrowi dan Suwandi.“Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) Belia dan Sukan.“Kamus Bahasa Melayu Nusantara”, (Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Kementrian Budaya, 2003) Beratha, Andi.“Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”, (Yogyakarta: Philosopy Press, 1982) Budiman, Chandra.“Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2006), cet. ke-1 Bungin, Burhan.“Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) Djohan, Djabarudin.“Pokok-pokok Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (dalam Mencari Bentuk dan Metode Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Sektor Informal), (Jakarta: Friedrich Institute, 1994) Hadi, Siswanto“Kamus Populer Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2003) cet. ke-1 Husaini Usman dan Purnomo.Metodologi Penelitian Sosial, cet 1, edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Isbandi, Rukminto Adi.“Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis”, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas UI , 2003) Isbandi, Rukminto Adi.“Pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta: Penerbit Fakultas UI, 2002), seri II
74
75
Iska, Neni Zikri.“Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan”, (Jakarta: Kizi Brothers , 2006) Istiqomah Kartini, Sri Rahayu, Wahyumi Ekawanti.“Analisis Nilai Ekonomi Sampah Pada Tempat Pngelolaan Sampah”, (Fak. Ekonomi, Univ. Budi Luhur Jakarta: 2011) Kasmir.“Dasar-Dasar Perbankan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) Lexy J. Moeloeng.“Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I, “Pengembangan Masyarakat Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2001), cet. Ke-1 Rahma, Nidi Burhan.“Grameen Bank Sebagai Upaya Penaggulangan Kemiskinan”, (Tesis Program Pasca Sarjana Managemen Pembangunan Sosial, Universitas Indonesia 2004) Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984) cet. Ke-1 Setiana L., “Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Kontruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007) Soerjono, Soekanto.Sosiologi Suaatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) cet. ke-34 Suharsini, Arikuntu.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Suharto, Edi.“Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005) Suhendi, Hendi.“Fiqh Muamalah”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004)
76
The New Oxford IllustratedDictionary, (Oxford University Press, 1982) Umar, Husein.“Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. Ke-6 Wawancara Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Ibu Sri Wulan Wibiyanti, Tanggal 3 November 2014. Skripsi Kholid, Mohammad.“Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pola Kerjasama Bank Sampah”, (Skripsi S1 Program Studi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) Internet “Pengertian Sampah”, diakses pada 29 Maret 2014 pukul 12:34 WIB dari: http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sampah “Produksi Sampah Plastik di Indonesia 54 juta ton per tahun”, diakses pada 31 Maret 2014 pukul 09:50 WIB, dari: http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi-sampah-plastikindonesia-54-juta-ton-per-tahun “Bank Sampah Solusi Kebersihan Kota Besar”, pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 08:34 WIB dari http://ekonomi.kabo.biz/2012/07/bank-sampah-solusikebersihan-kota-besar.html Wikipedia, “Pengertian Bank”, artikel ini diakses pada 27 Mei 2014 pukul 10:42 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 , artikel diakses pada 27 Mei 2014 pukul 11:01 WIB dari www.bi.go.id “Bank Sampah”,artikel ini diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:55 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Sampah “Arti
Peran”, diakses pada http://kbbi.web.id/peran
28
Mei
2014
pukul
02:44
WIB
dari
77
LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Wawancara Skripsi Dengan Ibu Sri Wulan Wibiyanti (Direktur Bank Sampah WPL) 1. Menurut ibu, apa itu Bank Sampah? 2. Bagaimana awal berdirinya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini? 3. Apa tujuan utama dari berdirinya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini? 4. Bagaimana sistem kerja Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini? 5. Bagaiaman bentuk pengelolaan sampah di Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini? 6. Berapa jumlah nasabahnya? 7. Apa saja produk yang dihasilkan dari pengelolaan sampah di Bank Sampah ini? 8. Bagaimana Bank Sampah WPL memasarkan produk daur ulang? 9. Apa saja asset yang dimiliki Bank Sampah WPL untuk menunjang kegiatan operasionalnya? 10. Program apa saja yang ada di Bank Sampah WPL ini? 11. Bagaiaman potensi peningkatan ekonomi masyarakat melalui Bank Sampah WPL? 12. Apa dampak sosial yang ditimbulkan setelah adanya Bank Sampah ini? 13. Apa peran pemerintah dalam pengembangan Bank Sampah? 14. Apa saja kendala yang dihadapi Bank Sampah dalam melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan perekonomian nasabah? 15. Solusi apa saja yang dilakukan oleh Bank Sampah untuk mengatasi kendala tersebut?
Jawaban 1. Bank sampah itu merupakan sebuah tempat menabung bagi masyarakat, sebagaimana Bank pada umunya. Yang membedakan dengan Bank yang lain adalah objek yang ditabung. Apabila di bank-bank lain pada umumnya menabungkan uang, di Bank Sampah ini para nasabahnya menabungkan sampah yang telah mereka pilah untuk ditukarkan dengan uang sesuai dengan klasifikasi sampah tersebut. Uang yang didapat dari sampah itulah yang mereka tabung. 2. Latar belakang berdirinya Bank Sampah ini adalah berawal dari keresahan masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga yang tidak mempunyai kegiatan setelah “beres-beres” di rumahnya. Kemudian setelah dimusywarahkan dengan masyarakat lainnya, diadakanlah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu pembuatan lubang resapn biopori di tahun 2007. Kegiatan ini tidak lama bertahan, dikarenakan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat tidak terlalu besar. Ini yang membuat masyarakat dikit demi sedikit meninggalkan kegiatan ini. Kemudian di tahun 2009, komunitas ini mengadakan sebuah kegiatan memilah sampah anorganik yang akan didaur ulang. Karena masyarakat belum begitu terampil dalam membuat kerajinan tangan yang berbahan baku sampah anorganik, akhirnya di tanggal 20 Desember 2009 diadakanlah sebuah pelatihan daur ulang produk kreatif berbahan baku sampah anorganik bagi masyarakat. Setelah masyarakatnya sudah terampil dalam memproduksi kerajinan tangan ini, didirikanlah Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang bernama Ibu Ratu Recycle. Kelompok usaha ini bertujuan untuk mengumpulkan barang-barang kerajinan yang telah dihasilkan untuk dipasarkan. Setelah kelompok usaha ini telah berjalan lama, kelompok usaha ini semakin banyak mendapat pesanan
untuk pembuatan kerajinan ini. Akan tetapi bahan baku yang susah didapat menjadi alasan kelompok usaha ini tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Dari sinilah akhirnya dibuat Bank Sampah, dengan tujuan memanfaatkan sampah dari masyarakat yang kemudian dijadikan kerajinan tangan berbahan baku sampah. 3. Tujuan utama dari Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) adalah ingin memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan sampah yang baik dan benar sehingga sampah yang awalnya hanya bisa menjadi dibuang kini bisa menghasilkan rupiah bagi masyarakat. Karena melihat kenyataan di sekitar, banyak masyarakat khususnya ibu-ibu yang tidak mempunyai kegiatan berarti. Dari pada waktu terbuang sia-sia, lebih baik digunakan untuk kegiatan yang dapat memberikan dampak positif bagi mereka. 4. Sistem kerja yang ada di Bank Sampah ini sama seperti di Bank Sampah pada umumnya. Yaitu masyarakat memilah sampah rumah tangga yang ada sebelum disetorkan ke Bank Sampah. Setelah disetorkan ke Bank Sampah, sampah tersebut akan ditimbang, yang kemudian dari sampah tersebut nasabah akan mendapatkan rupiah. Setelah semua sampah telah terkumpul di bank sampah, sampah ini kemudian dipilah lagi oleh pengelola bank sampah. Sampah organic akan dijadikan sebagai pupuk. Kemudian sampah anorganik akan dijadikan sebuah kerajinan tangan. Dan sisanya akan dijual ke pengepul. 5. Sampah organic akan dijadikan pupuk organic yang berguna bagi tanaman. Kemudian sampah-sampah plastic atau sampah anorganik akan dikumpulkan dan dijadikan bahan baku produk kerajinan kreatif. Dan sampah-sampah sisa dari pengelompokkan sampah ini akan dijual kepada pengepul yang memang sudah bekerjasama dengan bank sampah ini. 6. Jumlah nasabah yang tercatat sekitar 115 nasabah. 7. Produk yang dihasilkan dari sampah ini cukup banyak, dari mulai dompet, tas, taplak meja, dll.
8. Untuk saat ini belum ada cara khusus untuk memasarkan produk kerajinan ini. Tapi biasanya akan dipasarkan ketika ada pameran-pameran di sebuah kegiatan saja. Selain itu, orang-orang yang sudah mengetahui produk kerajinan ini biasanya langsung datang kemari untuk membeli. 9. Menurut saya, asset berharga yang dimiliki oleh bank sampah ini adalah SDMnya yang sangat kompeten. SDM inilah yang berjasa membuat bank sampah ini untuk terus berjalan. Tapi kalau asset dalam bentuk barang, bank sampah ini hanya cuma memiliki gerobak motor dan timbangan digital untuk mengangkut dan menimbang sampah dari masyarakat. 10. Program yang ada di bank sampah ini ada 8, yaitu: a. Tabungan sampah Masyarakat bisa menabung sampah yang sudah dipilah di bank sampah. Kemudian rupiah yang didapatkan dari sampah tersebut bisa ditabung. b. Pusat Pelatihan Bagi masyarakat yang ingin belajar tentang pemanfaatan sampah dengan baik dan benar serta ingin belajar cara membuat kerajinan sampah bisa ikut program pusat pelatihan yang diadakan bank sampah ini. c. Pusat Kerajinan Daur Ulang Bagi nasabah yang sudah membuat kerajinan tangan, bisa disetorkan kepada bank sampah untuk kemudian dipasarkan. Hasil penjualan tersebut akan dibagikan kepada perajinan sebesar 70% dari hasil penjualan. 30% sisa dari penjualan tersebut akan masuk ke bank sampah sebagai ganti dari bahan baku yang telah dipakai oleh perajin. d. Hibah Sampah Untuk masyarakat menegah ke atas yang memiliki barang bekas layak yang tak terpakai bisa dihibahkan kepada bank sampah. Barang tersebut akan diuangkan oleh pihek pengelola bank sampah yang kemudian uang tersebut akan diputarkan untuk keperluan program bank sampah. e. Mikro Kredit dari Sampah
Bagi Ibu-Ibu yang ingin berdagang, bisa melakukan pinjaman kepada bank sampah sebagai modal untuk berdagangnya. Pinjaman yang diberikan ini tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. f. Sekolahku Hijau Bagi sekolah-sekolah yang ingin memberikan pembelajaran bagi siswanya, bisa bekerja sama dengan bank sampah disini. Para siswa akan diajarkaan bagaimana mengelola sampah yang baik dan benar serta menghasilkan sebuah produk yang berguna dari sampah. g. Asuransi Jiwa Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk membayar premi asuransi. Dan asuransi jiwa ini hanya bisa diambil apabila anggotanya meninggal dunia. h. Kampung Wisata Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar mengenai lingkungan secara langsung. 11. Potensinya ekonomi yang dihasilkan cukup membantu ibu-ibu khususnya dalam menigkatkan ekonominya. Sebagai contoh, bisa membantu ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan anak sekolah.
12. Dampaknya adalah timbulnya siklus manfaat. Yaitu, para nasabahnya bisa saling membantu apabila salah seorang ada yang mendapatkan kesulitan. Selain itu juga berdampak bagi lingkungan. Lingkungan menjadi bersih dan mengurangi berkembangnya nyamuk demam berdarah. 13. Selama ini, bank sampah berjalan di atas kemampuannya sendiri. Ada atau pun tidaknya bantuan pemerintah, Alhamdulillah bank sampah ini tetap bisa berjalan. Pemerintah kurang memperhatikan kepada bank sampah ini. Dari awal berdirinya bank sampah ini, hanya sekali diberikan bantuan, yaitu satu gerobak motor. Setelah itu, tidak ada lagi bantuan ataupun perhatian yang dilakukan pemerintah. 14. Kendala yang sangat dirasakan adalah masih banyaknya warga yang tidak mau ikut dengan kegiatan ini. Padahal sudah sering kali diajak untuk ikut, tetapi masih tidak mau ikut dengan alasan berbeda-beda. 15. Solusinya yang bisa dilakukan hanya terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tanpa bosan. Dengan harapan, masyarakat bisa berpartisipasi dalam setiap kegiatan ini.
Pertanyaan bagi informan: 1. Apa pekerjaan ibu sehari-hari? 2. Apa penghasilan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga? 3. Sejak kapan jadi nasabah bank sampah disini? 4. Apa yang membuat ibu tertarik untuk menjadi nasabah bank sampah? 5. Apa peran bank sampah terhadap pemenuhan kebutuhan ibu sehari-hari? Informan I: Ibu Halimah 1. Pekerjaan sehari-hari saya hanya menjadi Ibu Rumah Tangga 2. Yaa sebenernya sih tidak cukup, tapi yaa dicukp-cukupkan saja. Alhamdulillah masih ada pemasukan walaupun sedikit. 3. Jadi nasabah dari awal berdirinya bank sampah. 4. Yang membuat saya tertarik adalah program tabungan sampahnya. 5. Alhamdulillah dengan adanya bank sampah ini tidak perlu susah mencari lagi, sudah ada tabungan dan program lain yang bisa membantu.
Informan II: Ibu Hikmawati 1. Pekerjaan sehari-hari saya hanya menjadi Ibu Rumah Tangga 2. Alhamdulillah sudah mencukupi. 3. Saya bergabung baru dari awal tahun 2014. 4. Saya ingin mencari kesibukan yang menghasilkan, jadi tertarik untuk bergabung. 5. Alhamdulillah dengan adanya bank sampah ini jadi ada tambahan buat jajan anak sekolah.