PERAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI CIREUNDEU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Noval Ramadhan 109053000016
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau menjiplak dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2013.
Noval Ramadhan
i
ABSTRAK
Noval Ramadhan. Peran Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu. Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Di bawah Bimbingan Dr. Syihabuddin Noor. MA. Baitul Maal Wat Tamwil biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dana dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shodaqoh) dari para pegawai atau karyawannya. Pedagang kaki lima merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak disektor informal. PKL juga memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas tenaga kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja disektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan dampak Baitul Maal Wat Tamwil terhadap pedagang kaki lima, sehingga akan menjadi sebuah tolok ukur bagi pihak Baitul Maal Wat Tamwil dan masyarakat sekitar (pedagang kaki lima). Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui observasi, wawancara secara langsung dan dokumentasi, kemudian menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini diperoleh dengan pelayanan yang cukup menarik, produk-produk, serta program unggulan yang ada di Baitul Maal Wat Tamwil UMJ sehingga mampu melibatkan para pedagang kaki lima ataupun yang lainnya.
Jakarta, April 2013.
Noval Ramadhan
ii
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Dengan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpah kan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW rasul paling mulia dan penutup para Nabi, serta iringan doa untuk para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan atas bantuannya, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bagian I Drs. Wahidin Saputra, MA. Wakil Dekan Bagian II Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Wakil Dekan Bagian III Drs. Study Rizal LK, MA.
iii
2.
Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
H. Mulkanasir,BA.,S.Pd.,MM, selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah member support maupun dorongan motivasi untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4.
Dosen pembimbing skripsi Dr. Syihabuddin Noor. MA yang telah sabar dan juga mau meluangkan waktu dan pemikirannya serta arahannya dalam penyelesaian penulisan skripsi
5.
Teristimewa kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda Kartini yang telah memberikan kasih sayang dengan besar hati mendidik dan menanamkan nilai-nilai kehidupan serta selalu menginspirasikan penulis sehingga dapat menyelesaikan bangku perkuliahan hingga akhir.
6.
Adik-adikku yang terbaik (Zicka Dinia Fitri dan Muhammad Nabil Sya’bani) yang selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis. Keluarga besar di Pejaten Barat Jakarta Selatan, yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tidak pernah henti untuk penulis. Semoga allah SWT senantiasa menyayangi kalian semua.
7.
Segenap tim penguji Sidang Munaqasyah, Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA, Bapak H. Mulkanasir, BA, S.pd, MM, dan Drs. M. Sungaidi, MA. Yang telah
iv
memberi masukan dan saran kepada penulis sehingga skripsi diselesaikan dengan baik. 8.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan yang berlimpah, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.
9.
Pihak BMT UMJ dan seluruh stafnya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan risetdalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada bapak Mukhtiar, SE.I, CHC. selaku manager BMT yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam mendapatkan data-data yang diperlukan.
10. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama UIN, serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah membantu penulis dalam melengkapi literature guna mendukung penulisan skripsi ini. 11. My Best Friends, Anas, Ulum, Oji, Maul, Supardi, Aris, Apip, Rustian, Sufi, Faizah dan yang lainnya (maaf tidak dapat disebutkan semua) yang selama ini telah memberikan inspirasi, support, bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua teman-teman Manajemen Dakwah, Konsentrasi Lembaga Keuangan Syariah Angkatan 2009 kebersamaan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
v
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik dalam bentuk dukungan, semangat dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, Mei 2013.
Noval Ramadhan
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR......................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………... 1 A. ........................................................................................ Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
vi
B. ........................................................................................ Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................... 5 C. ........................................................................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 5 D. ........................................................................................ Metodologi Penelitian................................................................................. 6 E. ........................................................................................ Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 9 F. ........................................................................................ Sistematika Penulisan ................................................................................. 11 BAB II
KAJIAN TEORITIS ………………………………………....... 13 A. ........................................................................................ Penge rtian dan Peran Baitul Maal Wat Tamwil ............................... 13 1. ................................................................................... Penge rtian Baitul Maal Wat Tamwil .......................................... 13 2. ................................................................................... Peran Baitul Maal Wat Tamwil................................................... 15 B. ........................................................................................ Penge rtian dan Karakteristik Pedagang Kaki Lima………… 20 1. ................................................................................... Penge rtian Pedagang Kaki Lima................................................. 20 2. ................................................................................... Karak teristik Pedagang Kaki Lima............................................. 21 3. ................................................................................... Jenisjenis Pedagang Kaki Lima ................................................ 22
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ ........................................................................... 26 A. ........................................................................................ Sejara h Singkat Baitul Maal Wat Tamwil UMJ ............................... 29 B. ........................................................................................ Visi dan Misi Baitul Maal Wat Tamwil UMJ ................................ 29 C. ........................................................................................ Strukt ur Organisasi ........................................................................... 29 D. ........................................................................................ Progr am Unggulan Baitul Maal Wat Tamwil UMJ ......................... 32
vii
BAB IV
ANALISA PERAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI CIREUNDEU…………………. ………………………………. 40 A. ........................................................................................ Pedag ang Kaki Lima Di Cireundeu dan Permasalahannya ............. 40 B. ........................................................................................ Peran Pendamping Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu......................................................... 44 C. ........................................................................................ Respo n Pedagang Kaki Lima Dengan Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil UMJ …………………………………….. 50
BAB V
PENUTUP……………………………………………................ 60 A. ........................................................................................ Kesi mpulan …………………………………………………. 60 B. ........................................................................................ Saran ……………………………………………………….. 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Dengan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpah kan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW rasul paling mulia dan penutup para Nabi, serta iringan doa untuk para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan atas bantuannya, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA. Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Pudek III Drs. Study Rijal LK, MA.
2.
Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
H. Mulkanasir,BA.,S.Pd.,MM, selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah member support maupun dorongan motivasi untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4.
Kepada dosen pembimbing skripsi Dr. Syihabuddin Noor. MA yang telah sabar dan juga mau meluangkan waktu dan pemikirannya serta arahannya dalam penyelesaian penulisan skripsi
5.
Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda Kartini yang telah memberikan kasih sayang dengan besar hati mendidik dan menanamkan nilai-nilai kehidupan serta selalu menginspirasikan penulis sehingga dapat menyelesaikan bangku perkuliahan hingga akhir.
6.
Adik-adikku yang terbaik (Zicka Dinia Fitri dan Muhammad Nabil Sya’bani) yang selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis. Keluarga besar di Pejaten Barat Jakarta Selatan, yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tidak pernah henti untuk penulis. Semoga allah SWT senantiasa menyayangi kalian semua.
7.
Segenap TIM PENGUJI Sidang Munaqasyah, Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA, Bapak H. Mulkanasir, BA, S.pd, MM, dan Drs. M. Sungaidi, MA. Yang telah member masukan dan saran kepada penulis sehingga skripsi diselesaikan dengan baik.
8.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama ini telah memberikan ilmup engetahuan yang berlimpah, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.
9.
Pihak BMT UMJ dan seluruh stafnya. Yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan risetdalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada bapak Mukhtiar, SE.I, CHC. selaku manager BMT yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam mendapatkan data-data yang diperlukan.
10. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama UIN, serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah membantu penulis dalam melengkapi literature guna mendukung penulisan skripsi ini. 11. My Best Friend, Anas, Ulum, Oji, Maul, Supardi, Aris, Apip, Rustian, Sufi, Faizah dan yang lainnya (maaf tidak dapat disebutkan semua) yang selama ini telah memberikan inspirasi, support, bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua teman-teman Manajemen Dakwah, Konsentrasi Lembaga Keuangan Syariah Angkatan 2009 kebersamaan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik dalam bentuk dukungan, semangat dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, Mei 2013.
Noval Ramadhan
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................i ABSTRAK ...........................................................................................................ii KATA PENGANTAR.........................................................................................iii DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………...1 A......................................................................................... Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. ........................................................................................ Pembata san dan Perumusan Masalah ...................................................5 C. ........................................................................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................5 D......................................................................................... Metodol ogi Penelitian...........................................................................6 E. ........................................................................................ Tinjaua n Pustaka …………………………………………….9 F. ........................................................................................ Sistemat ika Penulisan ...........................................................................11
BAB II
KAJIAN TEORITIS …………………………………………...13 A......................................................................................... Pe ngertian dan Peran BMT .........................................................15 B. ........................................................................................ Ka rakteristik Pedagang Kaki Lima .............................................21 C. ........................................................................................ Je nis-Jenis Pedagang Kaki Lima …………………………….24
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BMT UMJ ……………..27
iv
A......................................................................................... Se jarah Singkat BMT UMJ.........................................................27 B. ........................................................................................ Vi si dan Misi BMT UMJ ............................................................30 C. ........................................................................................ Str uktur Organisasi ......................................................................30 D......................................................................................... Pr ogram Unggulan BMT UMJ ...................................................33
BAB IV
ANALISA PERAN BMT UMJ TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI CIREUNDEU ……………………………….40 A......................................................................................... Pe dagang Kaki Lima Di Cireundeu dan Permasalahannya ........40 B. ........................................................................................ Pe ran Pendamping BMT UMJ Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu.........................................................44 C. ........................................................................................ Re spon Pedagang Kaki Lima Dengan Keberadaan BMT UMJ …………………………………………………………50
BAB V
PENUTUP ……………………………………………………...60 A......................................................................................... Ke simpulan ..................................................................................60 B. ........................................................................................ Sa ran............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Baitul Maal atau Baitul Maal wat Tamwil (selanjutnya BMT) belakangan ini populer seiring dengan semangat umat untuk berekonomi secara Islam dan memberikan solusi terhadap krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak 1997. Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang istilah tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpanpinjam), dan usaha pada sektor riil (Tim DD-FES-BMT, 1997). Memang, niat dan semangat yang tinggi untuk berekonomi Islam itu patut dihargai. Akan tetapi, penggunaan istilah Baitul Mal Wattamwil tersebut nampaknya perlu dipertimbangkan lagi secara bijaksana. Karena penggunaan istilah Baitul Mal Wattamwil sekarang ini sebenarnya adalah suatu reduksi kalau tak dapat dikatakan distorsi terhadap ketentuan syariah Islam tentang BMT.1
1
Al Buny , Problematika Harta dan Zakat, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1983) h. 62
1
2
Dalam konsep aslinya seperti yang tersebut dalam ketentuan nashnash syara’ maupun praktek konkretnya dalam sejarah Islam BMT merupakan salah satu lembaga dalam negara Islam (Khilafah Islamiyah) yang tugas utamanya adalah mengelola segala pemasukan dan pengeluaran negara . Baitul Mal Wattamwil merupakan lembaga keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai ketentuan syariat. Ringkasnya, BMT dapat disamakan dengan kas negara yang ada dewasa ini.2 Di abad modern ini bermunculan teori-teori ekonomi, politik, strategistrategi
dalam
mengantisipasi
perkembangan
sosial
untuk
menuju
kesejahteraan umat manusia. Ekonomi memang merupakan aktivitas yang boleh dikatakan sama tuanya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Tetapi kita baru mengenalnya ketika tahap perkembangan peradaban tertentu telah tercapai dalam kehidupan manusia. Karena persoalan produksi, konsumsi (harta/mal) adalah gejala kehidupan manusia yang universal sifatnya, maka benih-benih untuk lahirnya politik ekonomi sesungguhnya telah tersebar dan tercecer dimana-mana sesuai dengan penyebaran tempat hidup mereka.3 Para ekonom, sosiolog, agamawan dan para ahli lainnya selalu menganalisa bagaimana caranya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
2
Ahmad, Syafi’I Maarif. Posisi Umat Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Modern, dalam A. Rifa’I Hasan & Amarulloh Ahmad (Yogyakarta: PLP2M, 1987), h. 68 3 Ahmad, Syafi’I Maarif. Posisi Umat Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Modern, dalam A. Rifa’I Hasan & Amarulloh Ahmad (Yogyakarta: PLP2M, 1987), h. 70
3
makmur. Kesejahteraan ekonomi sebagai salah satu bahasanya adalah memerangi kemiskinan. Walau mustahil kemiskinan itu akan terhapus total dari dunia ini akan tetapi minimal memperkecil. Oleh karena itu dirasakan perlu pendekatan normatif sosiologis yang akan menghasilkan hubungan mutualisme sebagai alternatif jawab. Adi Sasono mengungkapkan ; Sistem Ekonomi Islam merupakan sebuah system yang terdiri dari beberapa unsur. Unsur pertama adalah nilai-nilai yang membentuk perilaku (perilaku ekonomi), akan tetapi system ekonomi itu sendiri tergantung kepada ruang dan waktu dengan variabel kekuasaan, situasi sosial ekonomi dan politik yang umumnya harus dimengerti secara realistik. Islam mempunyai nilai-nilai dasar yang baku dalam penerapannya membutuhkan pengembangan metodologis yang dinamis, dengan demikian terdapat proses belajar terus menerus, karena situasi pun berubah. Sistem yang ada yaitu prinsip keadilan yang diwujudkan dalam penguasaan sumber daya alam berada di bawah pemilikan masyarakat.4 Sektor informal sangat menarik karena kemandiriannya dalam menciptakan lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah serta reputasinya sebagai katup pengaman yang dapat mencegah merajalelanya pengangguran dan keresahan sosial (Simanjuntak, 1985). Disamping itu sektor informal sangat menarik karena dapat memberikan gambaran secara
4
Dumairi, Jamaludin Ahmad. Tinjauan Zakat Dalam Perspektif Ekonomi, (UGM :
Bulaksumur Yogyakarta, 19 Mei 1987) h. 50
4
menyeluruh tentang kecenderungan sosial ekonomi kepada penentu kebijakan.5 Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal. PKL juga memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki. PKL
sebagai
tulang
punggung
ekonomi
masyarakat
lemah,
membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dalam hal penyelenggaraan iklim yang kondusif bagi berkembangnya usaha mereka. Penyelenggaraan iklim yang kondusif bagi berkembangnya mereka akan mengefektifkan pengelolaan dan penaataan PKL agar meningkat dan berkembang skala usahanya tanpa mengabaikan ketertiban, kebersihan dan keindahan kota seperti yang diatur dalam Perda 11/2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Selain itu PKL juga sebagai bagian dari masyarakat pelaku usaha memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diberdayakan. Maka dari itu, perlu adanya pemahaman lebih menyeluruh mengenai kebijakan penataan PKL. Dengan tujuan diadakannya penulis dalam pembahasan skripsi ini yang bertujuan melaksanakan prinsip-prinsip bermua’malah sesuai dengan 5
Dumairi, Jamaludin Ahmad. Tinjauan Zakat Dalam Perspektif Ekonomi, (UGM : Bulaksumur Yogyakarta, 19 Mei 1987), h. 59
5
ajaran Islam serta bagaimana BMT dalam memahami kesejahteraan dan meningkatkan pembinaan masyarakat yang berfungsi sebagai kelembagaan pemberdayaan dan pembinaan untuk meningkatkan ekonomi para pedagang kaki lima di kawasan cireundeu dan sekitarnya . Sehingga penulis mengambil judul “PERAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI CIREUNDEU 2013” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Yaitu: a. Peran dan dampak pada Pedagang kaki lima baso b. Peran dan dampak pada Pedagang kaki lima somay 2. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana Peran BMT UMJ Terhadap Pedagang Kaki lima cireundeu dan sekitarnya ? b. Dampak Seperti Apa Yang Akan Di Alami Oleh Pedagang Kaki Lima ? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui peran BMT UMJ terhadap pedagang kaki lima. b. Untuk mengetahui dampak-dampak yang terjadi di BMT UMJ terhadap pedagang kaki lima. 2. Penelitian yang diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
6
a. Manfaat akademis, yaitu dengan dilakukannya penelitian di harapkan dapat memberikan pengetahuan praktis dan pengetahuan langsung dengan terjun langsung. Mempraktekan teoritis yang telah diperoleh selama perkuliahan. b. Manfaat secara praktis, yaitu hasil analisis dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi anggota BMT untuk melakukan tindakan dalam menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam mengambil keputusan bagi BMT. D. Metodologi penelitian Metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu cara kerja untuk memahami objek.6 1. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif, data yang dikiumpulkan berupa kata-kata, gambar dan buku-buku angka-angka, laporan penelitian akan bersifat kutipankutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari naskah wawancara, catatan laporan, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.7
6
Anas Sudjana, Metode Riset Dan Metode Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta:Reproduksi UD Darma, 1980), h. 16 7 Burhan Bungin, analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-2, h. 39
7
b. Pendekatan Penelitian Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.8 Yang dimaksud penelitian ini adalah kualitatif, karena penulis bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah peran BMT UMJ terhadap keberadaan pedagang kaki lima di Cireundeu. Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena penulis berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini, didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat, dan digunakan secara jelas dari kondisi sebenarnya. 1. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek yang akan diteliti adalah BMT UMJ. Dan objeknya adalah pedagang kaki lima di Cireundeu. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah percakapan langsung dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan yang di wawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
8
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h. 264
8
itu.9 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara (interviewer), responden (interview), pedoman wawancara, dan situasi wawancara.10 b. Observasi Observasi merupakan pengamatan dan penelitian dengan sitematis fenomena-fenomena yang diselediki.11 Sutrisno Hadi mengungkapkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dalam dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dan Diantara yang penting adalah prosesproses
pengamatan
dan
ingatan12.
Dalam
observasi
penulis
mendatangi langsung ke BMT UMJ di Jl. KH Ahmad Dahlan Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta CireundeuCiputat Tangerang Selatan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data konkrit tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian. c. Dokumentasi Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang telah terkumpul, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
9
Lexy J Moleung, Terjm Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rodakarya), cet. Ke-11, h. 135 10 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 71 11 Sutrisno Hadi, Metode Riset II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1994), h. 141 12 Sugiono, Metode Penulisan admistrasi, (Bandung: Penerbit al-fabeta 2005), cet ke-12, h. 166
9
Adapun teknik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku pedoman skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di BMT UMJ yang beralamat Jl. KH Ahmad Dahlan Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta Cireundeu-Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan Februari-Mei 2013. 4. Analisis Data Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif, analisis data dilakukann setiap saat pengumpulan data dilapangan secara berkesinambungan agar tercapai proses kesimpulan tertentu terhadap informasi yang terdapat pada lembaga tersebut, dengan mempertimbangkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal. E. Tinjauan Pustaka Sebelum masuk lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat pembahasan yang hampir sama dengan yang dituliskan oleh penulis, namun tentunya ada sudut perbedaan dalam hal pembahasan maupun obyek kajian dalam penelitian ini, adapun penelitian tersebut Diantaranya adalah: 1. M. Taufik, dengan judul “peran BMT dalam mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya 2007”. Skripsi ini membahas
10
tentang bagaimana peran BMT dalam mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Sedangkan skripsi yang akan penulis teliti yakni lebih memfokuskan terhadap dampak kepada para pedagang kaki limanya. 2. Astri Ayeti Syafardi, dengan judul “sistem dan manajemen peñata kelolaan para pedagang kaki lima di kota padang 2005”. Dalam skripsi ini di bahas tentang bagaimana Penataan dan bagaimana kebijakan pemerintah di berbagai kota dalam menangani kegiatan ekonomi informal cukup bervariatif. Sedangkan skripsi yang akan penulis teliti mengenai upaya peningkatan ekonomi terhadap pedagang kaki lima setempat. 3. Rifki Arif Aminulloh, dengan judul “peranan BMT untuk mencapai kesejahteraan anggotanya 2011”. Dalam skripsi ini lebih membahas tentang penerapan tolok ukur terhadap anggota BMT yang ada. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulis skripsi ini, penulis akan menggunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar mengenai latar belakang penelitian yang merupakan alasan pemilihan judul, Perumusan Masalah,
Pembatasan
Masalah,
Tujuan
dan
Manfaat
Penelitian,
11
Metodologi
Penelitian,
Tinjauan
Pustaka,
Teknis
penulisan
dan
Sistematika Penulisan. BAB II KAJIAN TEORITIS Pada bab ini tentang kajian kepustakaan penelitian dan kajian kepustakaan konseptual . Bahasa pertama mengacu pada hasil penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu dan yang ada hubungaan dengan masalah penelitian ini, sebagai bentuk relavansi dan aktualisasi penelitian ini. Sedangkan bahasa kedua mengacu pada teori-teori ilmiah yang memiliki hubungan dengan obyek penelitian sebagai konsep dalam penelitian ini. BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ Dalam bab ini penulis menerangkan sejarah dan profil Baitul Maal Wat Tamwil UMJ, visi-misi Baitul Maal wat Tamwil UMJ, struktur organisasi pada Baitul Maal Wat Tamwil UMJ. BAB IV ANALISA PERAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL UMJ TERHADAP
KEBERADAAN
PEDAGANG
KAKI
LIMA
DI
CIREUNDEU Dalam bab ini penulis menerangkan, peran Baitul Maal Wat Tamwil UMJ terhadap keberadaan pedagang kaki lima di Cireundeu, juga disertakan dengan analisis hasil penelitian. BAB V PENUTUP Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saransaran.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Dan Peran BMT 1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Jadi setiap harta baik berupa tanah, bangunan, barang tambang, uang, komoditas perdagangan, maupun harta benda lainnya di mana kaum muslimin berhak memilikinya sesuai hukum syara' dan tidak ditentukan individu pemiliknya walaupun telah tertentu pihak yang berhak menerimanya maka harta tersebut menjadi hak Baitul Mal, yakni sudah dianggap sebagai pemasukan bagi Baitul Maal.1 Secara hukum, harta-harta itu adalah hak Baitul Mal, baik yang sudah benar-benar masuk ke dalam tempat penyimpanan Baitul Mal maupun yang belum. Demikian pula setiap harta yang wajib dikeluarkan untuk orang-orang yang berhak menerimanya, atau untuk merealisasikan kemaslahatan kaum muslimin, atau untuk biaya penyebarluasan dakwah, adalah harta yang dicatat sebagai pengeluaran Baitul Mal, baik telah dikeluarkan secara nyata maupun yang masih berada dalam tempat penyimpanan Baitul Mal. Dengan demikian, Baitul Maal dengan makna seperti ini mempunyai pengertian sebagai sebuah
1
Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). (Yogyakarta: STIS, 1998), h. 57
13
14
lembaga atau pihak yang menangani harta negara, baik pendapatan maupun pengeluaran. Namun demikian, Baitul Mal dapat juga diartikan secara fisik sebagai tempat (al- makan) untuk menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan Negara.2 Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sebenarnya adalah lembaga swadaya masyarakat, dalam pengertian didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. Terutama sekali pada awal berdiri, biasanya dilakukan dengan menggunakan sumber daya, termasuk dana atau modal, dari masyarakat setempat itu sendiri. Pendirian BMT memang cukup banyak yang dibantu oleh “pihak luar” masyarakat loka, namun hal itu bersifat bantuan teknis. Bantuan dari pihak luar sering bersifat konsepsional atau stimulan, umumnya dari lembaga atau asosiasi yang peduli BMT atau masalah pemberdayaan ekonomi rakyat. 3 Pada hakekatnya BMT memiliki 2 konsep yaitu, baitul maal yang artinya rumah dana atau lembaga sosial yang berdampak tidak adanya profit atau aspek duniawi atau material didalamnya dan bsitul tamwil yang berarti rumah usaha atau lembaga bisnis yang karenanya harus dapat berjalan sesuai dengan prinsip bisnis yakni efektif dan efisien. Dapat juga diartikan, bahwa secara konsepsi BMT memiliki 2 kegiatan yaitu mengumpulkan kekayaan dari berbagai sumber seperti zakat, infaq dan sedekah yang dapat juga dibagikan atau disalurkan ke pihak lain, serta kegiatan produktif dalam rangka 2 3
Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). (Yogyakarta: STIS, 1998), h. 59 Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarata: UI Press, 1988). h.
160
15
menciptakan nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.4 BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secara harfiah/lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul Maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembanganya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial.5Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial.6 2. Peran Baitul Maal Wat Tamwil Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah.7 Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam pengemban misi keislaman dalam segala aspek
4
Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarata: UI Press, 1988). h.
162 5 6 7
http://www.dieza.web.id/2012/05/pengertian-dan-sejarah-bmt.html/tanggal05/jam12 http://www.dieza.web.id/2012/05/pengertian-dan-sejarah-bmt.html/tanggal05/jam12 Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h.
95
16
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu , BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peran : Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non Syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara – cara bertransaksi yang islami, misalnya supaya ada bukti dalamtransaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya. a. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha–usaha nasabah atau masyarakat umum. b. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan renternir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya. c. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah–langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus
17
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.8 BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya konsisten terhadap perannya, komitmen tersebut adalah: a. Menjaga nilai-nilai Syariah dalam operasi BMT. Dalam operasinya BMT bertanggung jawab bukan saja terhadap nilai keislaman secara kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai keislamandi masyarakat dimana BMT itu berada. Maka setidaknya BMT memiliki majelis taklim atau kelompok pengajian (usrob). b. Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT tidak menutup mata terhadap masalah nasabahnya, tidak saja dalam spek ekonomi, tetapi aspek kemasyarakatan nasabah yang lainya. Maka BMT setidaknya ada biro konsultasi bagi masyarakat bukan hanya berkaitan dengan masalah pendanaan atau pembiayaan tetapi juga masalah kehidupan sehari-hari mereka. c. Meningkatkan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntutan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk menciptakan BMT yang mampu membantu kesulitan ekonomi masyarakat. Maka setiap BMT dituntut mampu meningkatkan SDM dengan melalui pendidikan dan pelatihan. 8
Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h.
97
18
d. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan usaha masyarakat. Keterlibatan BMT di dalam kegiatan ekonomi masyarakat akan membantu konsistensi masyarakat dalam memegang komitmen sebagai seorang nasabah. Maka BMT yang bertugas sebagai pengelola, Zakat, Infaq dan Shadaqah juga harus membantu nasabah yang kesulitan dalam masalah pembayaran kredit.9 BMT dalam pembinaan masyarakat tentunya disini bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut diatas dipahami bahwa Baitul Maal Wattamwil ini berorientasi pada upaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Pada anggota ini harus diberdayakan supaya masyarakatnya dapat mandiri. Dalam meningkatkan pembinaan BMT dimulai dalam pemberian modal pinjaman modal pinjaman sedapat mungkin dapat memandirikan ekonomi pinjaman. Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul dari pembiayaan. Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok menjadi sangat penting. Anggota dikelompokan berdasarkan usaha yang sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat denga mudah melakukan pendampingan.10 9
Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h.
102 10
Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). (Yogyakarta: STIS, 1998). h. 55
19
Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus didorong agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain, dan upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.11 Pada aturan hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi, baik serba usaha (KSU) maupun simpan pinjam (KSP). Namun demikian, sangat mungkin dibentuk perundangan tersendiri,
11
Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h.
163
20
mengingat, sistem operasional BMT tidak sama persis dengan perkoperasian, semisal LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah, dan lain-lain.12 B. Pedagang Kaki lima 1. Pengertian Pedagang Kaki Lima Sektor informal sangat menarik karena kemandiriannya dalam menciptakan lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah serta reputasinya sebagai katup pengaman yang dapat mencegah merajalelanya pengangguran dan keresahan sosial. Disamping itu sektor informal sangat menarik karena dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kecenderungan sosial ekonomi kepada penentu kebijakan. 13 Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal. PKL juga memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki. PKL
sebagai
tulang
punggung
ekonomi
masyarakat
lemah,
membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dalam hal penyelenggaraan iklim yang kondusif bagi berkembangnya usaha mereka.14
12
Muhammad Ali Daud. Sistem Indonesia Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press, 1988), h.
164 13
Imamuddin, Yuliadi. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
h. 47 14
Imamuddin, Yuliadi. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
h. 49
21
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu sektor informal yang dominan di daerah perkotaan, sebagai wujud kegiatan ekonomi skala kecil yang menghasilkan dan atau mendistribusikan barang dan jasa. 15 Barang-barang yang dijual yaitu barang-barang convenience (berkategori menyenangkan) seperti makanan hingga souvenir. PKL menjajakan dagangannya berkeliling atau mengambil tempat di trotoar dan emper toko. 2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima seperti halnya kegiatan informal, memiliki ciri-ciri atau karakteristik yaitu: a. Tidak terorganisasi secara baik. b. Tidak memiliki ijin usaha yang sah, pola kegiatan tidak teratur (tidak ada jam kerja). c. Usahanya tidak kontinyu (mudah berganti usaha ). d. Modal usaha relatif kecil (barang dagangan milik sendiri ataupun milik orang lain). e. Teknologi yang digunakan sangat sederhana, dan umumnya tingkat pendidikan rendah).16 Pedagang kaki lima yang tumbuh di sekitar Cireundeu tidak terencana dan
15
memiliki
keragaman
dalam
bentuk
maupun
jasa
pelayanannya.
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205244-definisi-pedagang-
kakilima/#ixzzW3rSi9E/tanggal10/jam04 16
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205244-definisi-pedagang-
kakilima/#ixzzW3rSi9E/tanggal10/jam04
22
Perkembangan itu tidak pernah terhenti sejalan dengan pertumbuhan perkembangan penduduk. Pertumbuhan PKL di sekitar Cirendeu demikian pesat, berdampak positif dan negatif. Positif, karena dapat menjadi sumber bagi pendapatan pedagang kaki lima, dapat menjadi alternatif untuk mengurangi pengangguran, dan dapat melayani kebutuhan masyarakat khususnya bagi golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Sebaliknya, pertumbuhan PKL di sekitar Cireundeu menjadi tidak terkendali. Hal itu dapat menjadi penghalang bagi visi pemerintah setempat untuk mewujudkan ketertiban umum dan muncul fenomena sosial lain yaitu potensi konflik antar-PKL maupun dengan kelompok-kelompok preman yang menguasai lokasi kaki lima. Namun sekarang sudah bisa dibendung, sehingga PKL yang berada di sekitar Cireundeu sudah bisa menjalankan aktifitasnya dengan semaksimal mungkin. 3. Jenis-Jenis Pedagang Kaki Lima Perdagangan adalah semua tindakan yang tujuannya menyampaikan barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya berlangsung dari produsen kepada konsumen. Orang yang pekerjaannya memperjualbelikan barang atas prakarsa dan resiko dinamakan pedagang.17 Di dalam perdagangan, terdapat dua jenis dalam proses berdagang, yaitu perdagangan besar dan perdagangan kecil. Dalam perdagangan besar jual 17
Budi Ispiyarso, Jaminan Perlindungan Hukum bagi Pedagang Kaki Lima Sebagai Upaya
Pembinaan Usaha Masyarakat Golongan Ekonomi Lemah. (Semarang, 1999) h. 20
23
beli berlangsung secara besar-besaran. Dalam perdagangan besar, barang tidak dijual/disampaikan langsung kepada konsumen atau pengguna, sedangkan dalam perdagangan kecil, jual beli berlangsung secara kecil-kecilan dan barang dijual langsung kepada konsumen.18 Sementara itu, pedagang sendiri jenisnya bermacam-macam. Ada pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang dari pintu ke pintu (door to door), pedangang kios, pedangang kaki lima, grosir (pedagang besar), pedagang supermarket dan sebagainya. Jenis-jenis pedagang ini lazim dibedakan berdasarkan pada cara menawarkan barang dagangannya masing-masing.19 a. Pedagang keliling Pedagang
keliling
adalah
pedagang
yang
menawarkan
barang
dagangannya dengan cara berkeliling. Berkeliling di sini biasanya dilakukan dari RT ke RT, dari RW ke RW, dari kampung ke kampung, atau dari desa ke desa. Barang yang mereka tawarkan biasanya digendong, dipikul. Didorong dengan gerobak, atau diangkut dengan sepeda atau kendaraan bermotor yang termasuk pedagang jenis ini adalah pedagang jamu gendong, pedagang bakso, pedagang es krim dan lain-lain. b. Pedagang Asongan
18
Budi Ispiyarso, Jaminan Perlindungan Hukum bagi Pedagang Kaki Lima Sebagai Upaya
Pembinaan Usaha Masyarakat Golongan Ekonomi Lemah. (Semarang, 1999), h. 23 19
M. C. Firdausy. Model dan Kebijakan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima. (Jakarta, 1955),
h. 45
24
Pedagang asongan adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara menempatkannya di kotak kecil yang mudah dibawa dan dipindah-pindahkan. Kotak tersebut biasanya mereka kalungkan di leher seperti tas, dan barang-barang yang mereka tawarkan biasanya berupa rokok, korek api, kembang gula, kertas tisu, kacang, kuaci, buah, dan barang-barang ringan lainnya. c. Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di tepi jalan yang ramai. Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan tikar, terpal atau semacam balai-balai. Barang-barang yang mereka tawarkan umumnya berupa sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan dan lain – lain. d. Pedagang Grosir Pedagang Grosir adalah pedagang yang dalam menawarkan barang tidak langsung berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang grosir tidak langsung menawarkan barang kepada calon pembeli sebagaimana pedagang eceran, melainkan calon pembelilah yang mendatangi pedagang grosir.20 Dari keempat jenis tersebut, dapatlah penulis menarik kesimpulan bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan barang 20
M. C. Firdausy. Model dan Kebijakan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima. (Jakarta, 1955),
h. 48
25
dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di tepi jalan yang ramai. Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan tikar, terpal atau semacam balai-balai. Barang-barang yang mereka tawarkan umumnya berupa sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan dan lain – lain. Hal ini dapat dilihat juga di sekitar lingkungan yang berada di kawasan Cireundeu, PKL sangatlah beda dengan yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari pengertian yang telah diuraikan.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BMT UMJ A. Sejarah Singkat BMT UMJ Pendirian Koperasi BMT-UMJ diawali dengan rapat pembentukan oleh 36 (tiga puluh enam) orang sekitar awal bulan April 2008. Selanjutnya, Akta Pendirian Koperasi BMT-UMJ dengan nomor 69 diterbitkan tgl. 14 April 2008 oleh Notaris yang ditunjuk Kementerian Koperasi dan UKM, H. Rizul Sudarmadi, SH. Setelah itu, Kementerian Koperasi dan UKM, tgl. 6 Juni 2008 mengesahkan Akta Pendirian dan sekaligus memberikan nomor badan hukum : 770/BH/Meneg/.I/VI/2008. Dalam rangka mempersiapkan operasionalisasi Koperasi BMT-UMJ, maka pada awal bulan Mei 2008 selama sebulan penuh tiga orang calon karyawan terseleksi telah melaksanakan proses magang di BMT Mujahidin dan BMT Al Munawarah. Kemudian, mulai awal bulan Juni 2008, semua persiapan launching kegiatan Koperasi BMT-UMJ sudah dimulai. Saat ini, Koperasi BMT-UMJ menempati ruangan seluas kurang lebih 12 m2 di lantai dasar samping gedung Rektorat UMJ dengan no. telepon (Flexi) 02132425400. Perangkat kerja relatif sudah cukup tersedia, mulai dari blanko/formulir untuk berbagai jenis transaksi sesuai produk yang akan
26
27
ditawarkan, sampai dengan brankas dan tiga buah komputer beserta dua buah printer.1 Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Modal Koperasi BMT-UMJ terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Luar. Modal Sendiri terbagi atas Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi, dan Hibah. Modal Luar atau Modal Pinjaman berasal dari Anggota, Anggota Luar Biasa, Calon Anggota, koperasi lain, lembaga keuangan (bank dan non bank) dan sumber-sumber lain yang sah.2 Per tanggal 18 Juni 2008, permodalan Koperasi BMT-UMJ yang tersedia adalah sebesar Rp. 117 juta. Permodalan dimaksud terdiri atas Modal Sendiri yang berasal dari Simpanan Pokok 10 orang anggota/pendiri sebesar Rp. 42 juta dan Modal Pinjaman dalam bentuk Modal Penyertaan sebesar Rp. 75 juta yang berasal dari empat orang anggota/pendiri.3 Aspek Legalitas : a. Badan hukum : 770/BH/MENEG.1/VI/2008 b. Surat Keterangan Domisili Perusahaan : 128/1.824.5/V/2008. c. NPWP : 02.836.276.2-024.000 d. Surat Keterangan Terdaftar :PEM01805/WP/J.06/KP.0603/2008
1
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 3 www.bmtuniversitasmuhammdiyahjakarta.blogspot.com/tanggal5/jam12 2
28
e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) : 09.05.2.51.00754 f. SIUP : 1.070/1.824.51 Alamat Kedudukan: Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl Cempaka Putih Tengah No 27, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Alamat Kantor Operasional : Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu-Ciputat, Tangerang Selatan Tlp.021-32425400, 02174706220; Fax 021-7441434; e-mail:
[email protected] Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan, KSU-BMT UMJ mengembangkan budaya kerja dengan komitmen kepada : a. Menciptakan rasa Loyalitas yang tinggi, sehingga tercipta rasa saling memiliki. b. Menciptakan rasa Empati/peduli yang tinggi kepada Lembaga, Anggota dan Pengelola. c. Pengelolaan Lembaga yang Bersih dan Amanah.
29
d. Menciptakan suasana kerja yang Harmonis, Nyaman dan kondusif guna meningkatkan kinerja sumberdaya manusia. e. Memberikan pelayanan kepada Anggota untuk dapat Mandiri, dengan rasa Aman, Disiplin dan menjadikan yang Utama.4 (Kesemuanya terangkum dalam BUDAYA KERJA LEBAH yang menghasilkan MADU) B. Visi Dan Misi Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Visi : Membangun Koperasi Jasa Keuangan terkemuka, modern, dan Islami dalam mengembangkan ekonomi rakyat. Misi : a.
Meningkatkan kualitas sumberdaya insani yang bermartabat dan mandiri.
b.
Memperjuangkan peningkatan harkat social ekonomi anggota dan karyawan koperasi serta masyarakat
c.
Mengelola portofolio bisnis anggota dengan semangat kekeluargaan dan berdaya saing.5
4
www.bmtuniversitasmuhammdiyahjakarta.blogspot.com/tanggal5/jam12
30
C. Struktur Organisasi
DEWAN SYARIAH Ketua : Drs. Muchtar Lutfi, SH. Anggota : Dr. Masyitoh, M. Ag. Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono
PENGAWAS Ketua : Iskandar Zulkarnain, SE., MM. Anggota : Ir. Soebroto HS., MSi. Prof. Dr. Suhendar S., MSi
PENGURUS Ketua Umum Ketua I Ketua II Sekretaris Umum Wakil Sekretaris Bendahara Umum Wakil Bendahara
: Dr. Burhanuddin R., MA. : Drs. M. Amin Tohari, MSc. : H. Abdul Majid Y., SE., MM. : Dasep Suryanto, ST., MM. : Nur Azis Hakim, SH., MM. : Dr. Nur Hidayah, SE., MM. : dr. Vivi Vernanda, MM.
DIREKTUR BMT Dina Febriani, SE., MM.
BAITUL MAAL
5
BAITUL TAMWIL
www.bmtuniversitasmuhammdiyahjakarta.blogspot.com/tanggal5/jam12
31
DEWAN SYARIAH •
Ketua
: Drs. Muchtar Lutfi, SH.
•
Anggota
: Dr. Masyitoh, M. Ag.
•
: Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono
PENGURUS •
Ketua Umum
: Dr. Burhanuddin R., MA.
•
Ketua I
: Drs. M. Amin Tohari, MSc.
•
Ketua II
: H. Abdul Majid Y., SE., MM.
•
Sekretaris Umum
: Dasep Suryanto, ST., MM.
•
Wakil Sekretaris
: Nur Azis Hakim, SH., MM.
•
Bendahara Umum
: Nur Hidayah, SE., MM.
•
Wakil Bendahara
: dr. Vivi Vernanda, MM.
PENGAWAS •
Ketua
: Iskandar Zulkarnain, SE., MM.
32
•
Anggota
: Ir. Soebroto HS., MSi. : Prof. Dr. Suhendar S., MSi
Baitul Maal Wat Tamwil Direktur Utama BMT
: Dina Febriani, SE., MM.
Manajer Sektor Riel
: Romai Kurniawati, SE.I
Manajer Marketing
: Mukhtiar, SE.I
Manajer Akuntansi
: Juliana V. G., SE.
D. Program Unggulan Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Program BMT UMJ yaitu terdiri dari Tabungan dan Simapan, Deposito Madani (maslahat dalam berinvestasi) dan Penghimpunan Dana dan Pembiayaan.6 Dalam program BMT UMJ ini meliputi: 1. Tabungan Mekkah (manfaat Penuh Berkah) Tabungan mekkah adalah tabungan yang merupakan layanan investasi tabungan yang disediakan bagi para mitra yang sesuai perencanaan keuangan. Dengan menggunajkan prinsip wadi’ah atau mudhorobah, dana
6
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
33
yang akan diinvestasikan keberbgai bidang usaha yang halal dan thoyyibah sesuai dengan prinsip syariah. Diantaranya adalah: a) SIMAPAN (Simpanan Masa Depan) Yaitu tabungan syariah yang mudah penyetorannya, serta penarikan yang dapat dilakukan selama jam buku kas di kantor KSU BMT-UMJ. Manfaat: a. Aman dan terjamin b. Bagi hasil yang kompetetif c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (14,4% pertahun) d. Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh Karakteristik: a. Berdasarkan prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh b. Minimum setoran awal Rp. 20.000,c. Minimum setoran selanjutnya Rp. 10.000,d. Bebas biaya administrasi bulanan. Contoh perhitungan:
34
Saldo rata-rata tabungan Pak Tiar bulan Januari 2012 adalah Rp. 1.000.000,- perbandingan bagi hasil (Nisbah) anatara KSU BMT-UMJ dan Mitra adalah 70:30, bila saldo rata-rata tabungan seluruh Mitra KSU BMT-UMJ pada bulan Januari 2012 adalah Rp. 1.000. 000,- dan pendapatan KSU BMT-UMJ yang dibagi hasilkan untuk Mitra tabungan adalah Rp. 50.000.000,- maka bagi hasil yang diperoleh pak Tiar dibulan Januari 2012 adalah: Rp. 1000.000,- : Rp. 1000.000.000,- x Rp. 50.000.000,- x 30% = 15.000,b) SAPITRI (Simpanan Pendidikan Putra-Putri) Yaitu tabungan berjangka yang disediakan untuk perencanaan pendidikan putra-putri dalam kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Manfaat: a. Aman dan terjamin b. Bagi hasil dan kompetetif c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (equivalen 14,4% pertahun) d. Kenudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh e. Kemudahan perencanaan keuangan Mitra untuk pendidikan
35
f. Jaminan pencapaian target dana Karakteristik: a. Berdasarkan prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh b. Minimum setoran awal Rp. 50.000,c. Minimum setoran selanjutnya Rp. 25.000,d. Bebas biaya administrasi bulanan e. Hanya dapat diambil setiap semester sekolah f. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Apabila Mitra melakukan penarikan diluar waktu yang telah ditentukan, maka akan diikenakan biaya administrasi. c) SAHARA (Simpanan Hari Raya) Yaitu tabungan untuk persiapan menyambut hari raya idul fitri yang hanya dapat ditarik selama bulan ramadhan. Manfaat: a. Aman dan terjamin b. Bagi hasil yang kompetetif c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (equivalen 14% pertahun)
36
d. Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh e. Kemudahan perencanaan dalam menyambut hari raya idul fitri Karakteristik: a. Berdasarkan prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh b. Minimum setoran awal Rp. 30.000,- & minimum setoran selanjutnya Rp. 20.000,c. Bebas biaya administrasi bulanan d. Hanya dapat diambil saat bulan ramadhan e. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Apabila Mitra melakukan itu akan dikenakan biaya administrasi. d) TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban) Yaitu tabungan yang dirancang khusus para Mitra yang ingin berqurban. Sesuai dengan perencanaan dalam memudahkan ibadah qurban untuk menggapai keridhoan illahi. Manfaat: a. Aman dan terjamin b. Bagi hasil yang kompetetif c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan ( equivalen 14,4% pertahun)
37
d. Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh e. Penawaran hewan qurban yang berkualitas dengan harga bersaing f. Adanya pelayanan antar hewan qurban pesanan sampai tujuan Karakteristik: a. Berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh b. Minimum setoran awal Rp. 100.000,- & minimum setoran selanjutnya Rp. 75.000,c.
Bebas biaya administrasi bulanan
d. Hanya dapat diambil pada bulan Dzulhijjjah (bulan haji) e. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Apabila Mitra melakukan paenarikan akan dikenakan biaya administrasi. e) TAWAMAH (Tabungan Walimah) Yaitu tabungan yang dirancang khusus untuk perencanaan dalam mempersiapkan pernikahan agar terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Manfaat: a. Aman dan terjamin
38
b. Bagin hasil yang kompetetif c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan Karakteristik: a. Berdasarkan perinsip syariah dan aqad mudhorobah muthlaqoh b. Minimum setoran selanjutnya Rp. 250.000,- & setoran selanjutnya Rp. 200.000,c. Bebas biaya administrasi bulanan d. Hanya dapat diambil ketika akan menikah e. Saldo tabungan tidak dapat ditarik sewktu-waktu. Apabila Mitra melakukan penarikan akan dikenakan biaya administrasi. 2. Deposito Madani (Maslahat Dalam Berinvestasi) Deposito Madani adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudhorobah muthlaqoh. Manfaat: a. Dana aman dan terjamin dan dikelola secara syariah b. Bagi hasil dan kompetetif dan dapat dijadikan jaminan pembiayaan (equivalen 14,4% pertahun)
39
c. Fasilitas Automatic Roll Over (ARO) Karakteristik: a. Jangka waktu yang fleksibel: m3,6 dan 12 bulan b. Dicarikan pada saat jatuh tempo c. Setoran deposito minimum Rp. 1.000.000,d. Biaya materai Rp. 6.000,Contoh perhitungan: Deposito Ibu Dina Rp. 10.000.000,- berjangka waktu 12 bulan. Perbandingan nisbah KSU BMT-UMJ dan Mitra adalah 60:40. Total saldo semua deposan di bulan februari adalah Rp. 1.000.000.000,- dengan bagi hasil yang dibagikan adalah Rp. 30.000.000,- maka bagi hasil yang didapat Ibu Dina di bulan februari adalah: Rp. 10.000.000,- : Rp. 1.000.000.000,- x Rp. 30.000.000,- x 40% = Rp. 120.000,-7 3. Penghimpunan Dana dan Pembiayaan Penghimpunan Dana dan Pembiayaan BMT UMJ dapat dilihat dari aspek material dan immaterial, yaitu: 1. Aspek material 7
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
40
Yaitu dengan mendapatkan keuntungan yang layak bagi pihak BMT, semua itu dapat dilihat dari program-program yang dikeluarkan BMT dan kinerjanya. 2. Aspek immaterial a. PROGRAM SANTUNAN KEMANUSIAAN Program ini dikhususkan bagi para dhuafa yang membutuhkan bantuan yang sifatnya mendesak dan butuh penanganan langsung.
b. PROGRAM PEMBIAYAAN QORDHUL HASAN QORDHUL
HASAN
adalah
program
pemberdayaan
masyarakat miskin melalui pendekatan PRA (Partisipatory Rural Appraisal) berbasis kelompok sasaran dengan aqad kebajukan untuk penguatan modal usaha produktif. Lokasi program dan sasaran penerima manfaat: Masyarakat miskin/dhuafa di daerah cireundeu dan sekitarnya.8
8
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
BAB IV ANALISA PERAN BMT UMJ TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI CIREUNDEU Dalam bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana peran BMT terhadap keberadaan pedagang kaki lima, yang kedua bagaimana dampak BMT terhadap keberadaan pedagang kaki lima. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memperoleh beberapa penjelasan melalui analisis konsep terhadap pelaksanaan BMT. A. Pedagang Kaki Lima Di Cireundeu Dan Permasalahannya Bermula dari pedagang keliling yang memasarkan dagangannya ke berbagai tempat yang ramai, di sanalah awal sebutan “Pedagang Kaki Lima” atau PKL. Biasanya, para pedagang yang pindah-pindah itu, membawa kain besar segi empat ke mana ia pergi. Setelah menemukan tempat yang dianggap layak untuk menjual barang dagangannya, kain besar itu dikembangkan. Ke empat sudut diikat dan dihubungkan dengan tongkat sebagai tiang dan di bagian tengahnya ditopang dengan galah bambu. Jadilah empat sudut dan satu tiang penyangga menjadi lima. Sehingga, pedagang dan pembeli berlindung di bawah tenda berkaki lima. Lama-lama, popularlah sebutan kepada pedagang tidak tetap yang berada di tanah lapang atau pinggir jalan itu sebagai pedagang kaki lima.
40
41
Di Cireundeu, pernah ada cap, bahwa PKL itu identik dengan “orang perantau atau bukan asli penduduk setempat”. Sebab di mana-mana terdapat pedagang kaki lima yang bertempat tinggal di daerah jawa dan sunda. Disinilah penulis membatasi masalah terhadap pedagang kaki lima, khususnya di daerah Cireundeu dan sekitarnya.1 Pedagang kaki lima di Cireundeu biasanya sering berada di bawah tenda kaki lima adalah penjual obat, makanan dan minuman kecil, jajan tradisional, mainan anak-anak, kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Juga, pada umumnya yang jual harganya “miring”, lebih murah disbanding yang dijual di toko. Tidak jarang barang yang di jual di pinggir jalan dan emperan itu berkualitas rendah. Barang-barang bekas, rombeng atau loak. Bahkan di masa kini, adalah barang illegal dan bajakan.2 Ada juga yang menerjemahkan PKL itu sebagai pedagang keliling yang menggunakan gerobak dorong (rombong). Rombong ini biasanya mempunyai roda tiga, satu di depan, dua di samping kiri dan kanan, lalu kedua kaki pengganjal di bagian belakang bila berhenti. Dua kaki di bagian belakang, ada juga yang mengartikan kaki pedagang yang mendorongnya apabila sedang berjalan. Sehingga pedagang yang menggunakan gerobak dorong ini disebut PKL.3
1 2 3
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
42
Kehadiran para PKL ini, umumnya dilakukan oleh pedagang bermodal kecil. Mereka berjualan bukan untuk mencari kaya, tetapi sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengganjal perut. Sekedar untuk menghidupi keluarganya agar terbebas dari kemiskinan. Hanya itu. Sebab, mereka tidak punya modal besar untuk membeli stand dan kios di pasar atau membeli toko yang permanen.4 Keberadaan PKL di Cirendeu biasanya pada hari-hari pasar. Namun di kota-kota pada umumnya rutin setiap hari. Ada PKL permanen dan ada pula yang tidak. PKL permanen menempati lahan tetap di tanah lapang, tanah kosong atau pinggir jalan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Sehingga yang tidak permanen, hanya pada waktu-waktu tertentu. Tidak jarang, bahkan menutup jalan raya sama sekali di sore hingga malam hari. Kalau di desa-desa atau kota kecil peranan PKL tidak pernah menjadi masalah. Namun di daerah Cireundeu khususnya selalu menjadi problema. Tidak saja PKL itu dianggap sebagai pengganggu kelancaran lalu lintas kalau PKL itu berada di pinggir jalan raya, tetapi juga dianggap sebagai tempat bersarangnya “multi permasalahan”. Artinya, PKL itu membuat keresahan apabila mereka dengan seenaknya menempati halaman dan trotoar di depan
4
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
43
rumah atau toko. Kebiasaan “jelek” yang sering terjadi di Cireundeu dan sekitarnya. Kebijakan pemerintah di berbagai kota dalam menangani kegiatan ekonomi informal cukup bervariatif mulai dar penggusuran yang belakangan ini banyak dialami para pelaku ekonomi informal. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan. Dalam hal ini kebijakan yang berhubungnan dengan penataan PKL di Cireundeu. Untuk mengetahui sejauh mana suatu penataan dimplementasikan maka haruslah kita apakah per-kondisi (syarat) keberhasilan penataan? Apakah kendala utama (primary obstacle) bagi sebuah kesuksesan dala penataan? Pedagang Kaki Lima (PKL) khususnya di daerah Cireundeu, masalah pedagang kaki lima sering kali dilihat dari sisi tingkat gangguan yang ditimbulkan karena dipandang menghambat lalu lintas, merusak keindahan, membuat lingkungan menjadi kotor akibat membuat sampah sembarangan. Dalam menghadapi PKL dengan bidang kota misalnya, pemerintah setempat seringkali mengambil kebijakan yang kurang menguntungkan bagi mereka. Hal ini bisa terjadi karena kurang komprehensifnya pengetahuan tentang keberadaan PKl, khususnya di daerah Cireundeu. Padahal PKL harus dipandang dari segi positif.5
5
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
44
Di BMT UMJ terdapat 15 lebih pedagang kaki lima, namun penulis hanya membatasi dua saja yang bakal dijadikan studi kasus dari penelitian ini. Diantaranya pedagang baso dan somay yang berada di lingkungan Cireundeu dan sekitarnya. Sehingga dapat membantu dalam penyelesaian masalah PKL yang berada di Cireundeu. B. Peran Pendamping BMT UMJ Terhadap Pedagang Kaki Lima
Di
Cireundeu Pendampingan adalah membantu masyarakat baik individu maupun kelompok untuk menemukan kemampuan yang ada pada diri mereka. 6 Dan kemungkinan mereka agar mendapatkan untul mengembangkan kemampuan itu hingga mencapai kepenuhan. Dalam hal ini pendampingan dilakukan demi untuk kepentingan pihak yang didampingi bukan kepentingan orang yang mendampingi atau mencari keuntungan demi kepentingan sendiri. Sedangkan menurut Edi Suharto, pendampingan sosial merupakan strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan prinsip-prinsip pekerjaan sosial yakni,
6
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Aditama,
2005), h. 93
45
membantu orang-orang agar mampu membantu dirinya sendiri, pemberdayaan masyarakat sangat memperlihatkan pentingnya partisipasi publik yang kuat. 7 Dalam konteks ini peranan pekerja sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendampingan bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung. Masyarakat yang mengorganisasi diri mereka sendiri dalam masyarakatnya serta mencari atau menemukan kelemahankelemahan yang ada dalam dirinya, sehingga mereka mencari jalan keluar sendiri demi kebaikannya, sedangkan pihak luar atau pendampingan hanya mendorong mereka serta memberi masukan apabila diperlukan dan tidak boleh memaksakan kehendak pada mereka. BMT adalah Baitul Maal Wat Tamwil, suatu gerakan swadaya masayarakat. Masyarakat dibidang ekonomi sejak awal kehadirannya fokus untuk melayani kebutuhan finansial UMK. Dimulai sejak tahun 1992 yang merupakan respon atas kemiskinan dan pengangguran serta kurangnya permodalan dan pendampingan terhadap para pengusaha mikro dan kecil, khususnya pedagang kaki lima. Dengan adanya permodalan dari lembagalembaga, maka dari itu sebagai peran pendamping atau usaha untuk mendapatkan modal, Universitas Muhammadiyah di sini sangat berperan
7
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Aditama,
2005), h. 94
46
penting sebagai lembaga yang mendampingi BMT UMJ, bahkan sebagai tolok ukur dari BMT tersebut.8 BMT UMJ adalah Baitul Maal Wat Tamwil yang berbadan hukum Koperasi mampu mengatasi kendala-kendala yang dimiliki lembaga keuangan formal seperti Bank. BMT ini jugalah yang telah menyelelamatkan banyak usaha mikro dan pedagang kaki lima dari cengkraman lintah darat. Kedudukan BMT ini dalam struktur keuangan mikro di Indonesia merupakan lembaga keuangan mikro non bank-non formal.9 Peran pendamping pada lembaga-lembaga yang terkait sangatlah penting, karena pengaruhnya sangat besar, setidaknya telah ikut berpartisipasi di dalam menguatkan usaha-usaha mikro, bahkan menjadi penyangga yang sangat berarti kepada para pedagang kaki lima yang yang berpenghasilan rendah sehingga mendapatkan yang berkecukupan. Keberhasilan ini cukup menjadi indikasi bahwa BMT sesungguhnya menyimpan potensi yang sangat besar untuk berperan aktif atau berkontribusi banyak dalam memulihkan dan mengembangkan ekonomi rakyat.10 Terkait dengan konsep di atas, sistem pendampingan yang dilakukan BMT UMJ tertuju pada sifat atau jenis pendampingan, disini penulis menerapkan 8 9
sistem
pendampingan
partisipatif
yang
artinya
dalam
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
10
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
47
menentukan setiap pendampingan akan dilakukan dengan peran serta aktif masyarakat yang sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan yang telah disusun oleh BMT UMJ. Pendampingan partisifatif merupakan salah satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan pendampingan dalam setiap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berlangsung di komunitas yang sesuai prinsip pekerjaan sosial yakni, membantu orang lain dengan segala potensi serta kemampuan yang mereka miliki, dan mereka haruslah semangat dalam merubah dirinya untuk menjadi lebih baik sesuai yang diinginkan, mereka juga sangat memperlihatkan kepentingan umum (masyarakat) daripada kepentingan pribadi mereka, sehingga terbentuk suatu hubungan kekeluargaan yang sangat besar dengan begitu kehidupan masyarakat akan lebih harmonis, serta tentram bagi semua elemen masyarakat yang semua itu akan menyebabkan kebahagiaan dan sejahtera, serta muncul kekompakan dalam sebuah masyarakat yang terdiri dari berbagai bentuk karakter yang bebeda. Di dalam suatu wawancara dengan Bpk Eko Purwanto dan Bpk Ridwan Saputra selaku nasabah (pedagang kaki lima) (15 Mei 2013, 10.0011-15 wib), penulis dapat menyimpulkan bahwa pendampingan BMT UMJ kepada pedagang kaki lima berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi yaitu: pemungkinan atau fasilitasi, penguatan, perlindungan dan pendukung.11 11
Eko Purwanto, Ridwan Saputra. Pedagang Kaki Lima Cireundeu, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 15 Mei 2013
48
Selanjutnya Bpk Mukhtiar (Manager Marketing BMT UMJ) juga menjelaskan bahwa: a. Pemungkinan atau fasilitasi merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat, dalam hal ini BMT UMJ selalu memberikan motivasi kepada para pedagang kaki lima, sehingga mereka tetap semangat dalam menjalankan usaha-usahanya. b. Penguatan, fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas pedagang kaki lima, di mana BMT UMJ berperan aktif sebagai agen yang member masukan positif dan direksi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dangan pengalaman dan pengetahuan kepada pedagang kaki lima yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran
mitra,
menyampaikan
informasi,
melakukan
konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi mitra (pedagang kaki lima) yang merupakan tugas yang berkaitan dengan fungsi penguatan. c. Perlindungan, fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga eksternal atas nama lembaga demi kepentingan mitra yang didampinginya, dimana karyawan BMT dapat
bertugas
mencari
sumber,
melakukan
pembelan,
49
menggunakan media, meningkatkan hubungan kepada mitra, dan membangun jaringan sosial, fungsi ini juga menyangkut pedagang kaki lima sebagai konsultan orang yang diajak berkonsultasi dalam proses pemecahan masalah. Konsultasi pemecahan masalah bukan berupa pemberian dan penerimaan saran-saran melainkan proses yang tujuannya untuk memperoleh pemahaman yang lebih mengenai pilihan dalam mengidentifikasi prosedur bagi tindakan yang diperlukan. Konsultasi dilakukan sebagai bagian dari kerja sama yang saling melengkapi antara system dari BMT UMJ dan para pedagang kaki lima dalam pemecahan masalah. BMT UMJ membagi secara formal pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, sedangkan pedagang kaki lima membagi pengalaman personal, organisasi, atau kemasyarakatan yang pernah diperoleh semasa hidupnya. d. Pendukungan, fungsi ini mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat didukung terjadinya perubahan positif kepada pedagang kaki lima. BMT UMJ dituntut agar tidak hanya mampu menjadi sebagai agen perubahan yang mengorganisasi kelompok melainkan melaksanakan tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar seperti, melakukan analisa sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, berorganisasi,
50
berkomunikasi dan mencari sumber dana, agar pedagang kaki lima menjadi merasa nyaman sebagai salah satu mitra di BMT UMJ.12 Selanjutnya dalam pendampingan parsipatif, di BMT UMJ peran pendamping terhadap pedagang kaki lima terdapat beberapa model pendampingan, dalam hal ini juga penulis melakukan wawancara mendalam kepada pedagang kaki lima yang berada dilingkungan Cireundeu dan sekitarnya. Pendampingan ini dapat menentukan keberhasilan dalam melakukan pemberdayaan. Model pendampingan tersebut adalah: a. Memberikan fasilitas jasa dan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk arahan atau bimbingan teknis tentang proses dan mekanisme pelaksanaan kegiatan tentang pelatihan kesiapsiagaan bencana terhadap pedagang kaki lima. b. Menumbuhkan motivasi dan upaya untuk kemandirian dalam pelaksanaan pendampingan. c. Melaksanakan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab dan memberikan laporan-laporan pelaksanaan pendampingan kepada pedagang kaki lima sesuai dengan ketentuan yang diharapkan oleh pihak BMT UMJ.
12
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
51
d. Tim pendampingan (seluruh jajaran karyawan BMT UMJ) harus menumbuhkan motivasi dan inisiatif turut berpartisipasi secara aktif dalam mendukung pelaksanaan pendampingan tersebut.13 C. Respon Pedagang Kaki Lima Dengan Keberadaan BMT UMJ Pada dasarnya pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis, karena bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan/pengelolaan barang (produksi). Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal, jika pelaku tidak memiliki modal yang cukup maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank untuk mendapatkan suntikan dan para pelaku hrus melakukan pembiayaan. Begitu pula pada BMT para nasabah yang memerlukan dana mereka akan melakukan pembiayaan dengan adanya bunga melainkan bagi hasil. Dan sebagai bagian penting dari aktivitas BMT, kemampuan dalam menyalurkan dana sangat mempengaruhi dalam tingkat performace lembaga. Hubungan antara tabungan dan pembiayaan dapat dilihat dari kemampuan BMT meraih dan sebanyak-banyaknya serta kemampuan menyalurkan dan secara baik, sehingga tidak terjadi dua kondisi yang berlawanan yakni idle money atau illiquid idle money, merupakan suatu kondisi dimana dana di BMT terlalu banyak yang menganggur, kondisi ini harus dihindari karena semakin banyak
13
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
52
dana yang mengendap maka biaya bagi hasil dananya akan semakin tinggi. Juga jika kondisi ini tidak segera diselesaikan akan berdampak pada rendahnya tingkat bagi hasil bagi deposan, bagi deposan yang kritis maka hal ini akan dapat mempengaruhi minatnya untuk menyimpan dananya di BMT illiquid, merupakan lawan dari liquid. Liquid artinya kemampuan BMT dalam mengembalikan dana dalam jangka pendek, yakni kemampuan BMT untuk menyediakan dana yang cukup dalam memenuhi kebutuhan anggotanya yang akan mengambil simpanan atau deposito yang sudah jatuh tempo.14 Pengambilan
tabungan
biasanya
dapat
diprediksi
sebelumnya
berdasarkan pengalaman dan pengaruh musim. Misalnya pada saat tahun ajaran baru sekolah, menjelang hari raya atau saat membayar haji. Pada waktu itu
biasanya
terjadi
pengambilan
tabungan
sehingga
BMT
harus
mengupayakan ketersediaan kas yang cukup, sedangkan deposito sangat mudah dikendalikan karena memang jangka waktunya sudah jelas. Akan tetapi dalam penelitian kali ini akan lebih difokuskan pada pembiayaan pada pedagang kaki lima serta penulis akan mengutarakan tentang respon para pedagang kaki lima, bukan pada tabungan, di BMT UMJ ada beberapa produk pembiayaan, yaitu: Murabahah, ijaroh multijasa, mudhorobah & musyarakah, al qordh dan hiwalah.15
14 15
Panduan Umum Program BMT UMJ, Ciputat, 2009, h. 77-79
Panduan Umum Program BMT UMJ, Ciputat, 2009, h. 80
53
Dari hasil wawancara dengan Bpk Mukhtiar selaku Manager Marketing BMT UMJ (02 Mei 2013, pkl 13.30-14.00 wib) beliau menjelaskan ada 5 macam pembiayaan yang ada di BMT UMJ, yaitu: 1. Murabahah Murabahah yaitu aqad jual beli antara pihak BMT dengan nasabah, BMT member barang yang diperlukan oleh nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati antara pihak BMT dan nasabah. 2. Ijaroh multijasa Ijaroh multi jasa yaitu aqad jual dengan harga sebesar harga pokok tambah dengan tingkat keuntungan tertentu dan pembayarannya dilakukan atas dasar angsuran. 3. Mudhorobah Mudhorobah yaitu aqad antara pihak pemilik modal (shohibul maal) dengan pengelola (mudhorib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Dan keuntungan atau pendapatan tersebut dibagi berdasarkan rasio yang telah disepakati diawal aqad. 4. Musyarakah Musyarakah yaitu aqad kerja sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal
54
dan produktif, pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan rasio yang telah disepakati. 5. Qodhul Hasan & Hiwalah Qordhul Hasan & Hiwalah adalah aqad pinjaman dari BMT (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sesuai pinjaman.16 Beliau juga menjelaskan bahwa dari beberapa produk-produk pembiayaan yang ditawarkan BMT yaitu pembiayaan Qordhul Hasan yang sampai saat ini menjadi pembiayaan unggulan yang banyak diminati oleh para pedagang kaki lima. Alasan mereka adalah: a. Produk tersebut dianggap pembiayaan yang paling mudah (simple) dibandingkan dengan pembiayaan-pembiayaan yang lainnnya. b. Flexible. c. Dan system pembayarannya juga tidak membebani nasabah yaitu dengan cara mengangsur harian, bulanan atau bahkan tahunan sesuai dengan aqad.17 Dilihat dari definisinya pedagang kaki lima merupakan usaha dengan aset tidak lebih dari Rp 50 juta, dan problem terbesar biasanya terletak pada modal. Untuk meningkatkan produktifitas usaha salah satu factor 16 17
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
55
penunjang yang terpenting adalah kesediaan modal yang cukup dipenuhi oleh perbankan modern karena pada umumnya mereka tidak bankable (tidak mengerti tentang perbankan) padahal bank akan selalu berpegang pada azaz bankable untuk memutuskan kreditnya (pembiayaan) maka dari itu banyak para pedagang kaki lima yang mengalami kesulitan permodalan.18 Dengan adanya kebutuhan permodalan, usaha yang menjadi problem yang sangat mendesak, tidak sedikit pedagang kaki lima mengambil jalan pragmatis (jalan pintas) yakni mencari permodalan dari bank plecent (rentenir). Dan kehadiran BMT sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan-pinjam syari’ah, dimaksudkan untuk menjadi alternative yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. Dalam hal ini BMT dapat memberdayakan para pedagang kaki lima yaitu dengan cara BMT menyediakan barang kepada siapa saja yang mebutuhkan modal untuk pengembangan usahanya atau untuk memulai usaha agar semua kebutuhannya terpenuhi. Dan dengan menawarkan produk pembiayaan kepada para pedagang kaki lima ini dapatmeminjam modal dari BMT, diantaranya sudah banyak nasabah yang menggunakan produk qordhul hasan ini karena cara pembayarannya pun tidak begitu membebani para pedagang kaki lima tersebut dan nasabah juga tidak repot 18
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
56
dating ke BMT karena pihak BMT setiap hari, minggu, bahkan bulan akan datang ke nasabah tersebut untuk menagih uang yang telah dipinjam oleh nasabah. Dari hasil wawancara dengan Bpk Mukhtiar selaku Manager Marketing BMT UMJ (02 Mei 2013, pukul 13.30-14.00 wib), beliau mengatakan bahwa: “Melalui pembiayaan Qordhul Hasan ini BMT dapat memberdayakan para pedagang kaki lima, karena dengan adanya pembiayaan ini para nasabah dapat meminjam modal dari BMT untuk mengembangkan usahanya. Contoh saja: orang yang mempunyai keterampilan akan tetapi orang tersebut tidak mempunyai modal untuk menyalurkan keterampilan tersebut , maka pihak BMT akan meminjamkan modal dengan aqad sesuai dengan ketentuan dari pihak BMT dan nasabah”. 19 Selanjunya beliau juga mengutarakan dengan alasan yang lain, yaitu: “Dengan adanya pembiayaan ini BMT dapat membantu memberdayakan usaha mikro, karena sudah terbukti walaupun produk pembiayaan ini baru di launching sekitar 6 bulan yang lalu, tetapi sudah banyak minatnya karena cara pembiayaannya bisa diangsur”. 20
19 20
Mukhtiar Manager Marketing, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013 Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
57
Dan setelah peneliti mengkroscek ulang data yang telah didapat dar Bpk Mukhtiar ke nasabah (khususnya pedagang kaki lima), maka nasabah juga beranggapan sama bahwa dengan adanya pembiayaan Qordhul Hasan ini nasabah merasa tidak terbebani. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: Wawancara dengan Bpk Eko Purwanto selaku nasabah (pedagang kaki lima) (19 April 2013, 14.00-15.00 wib) mengatakan bahwa: “Dengan adanya pembiayaan iini saya merasa terbantu, karena cara pembayarannya yang secara mengangsur dan dengan adanya pembiayaan ini juga saya dapat meminjam modal untuk usaha saya, khususnya di BMT UMJ”21 Begitu juga dengan Ridwan Saputra selaku nasabah (pedagang kaki lima) (16 April 2013, 10.00-12.00 wib) juga mengatakan bahwa: “Saya memilih pembiayaan ini karena cara pembayaran pembiayaan Qordhul Hasan secara mengangsur, mudah dan lebih simple dari pada pembiayaan yang lainnya. Dan dengan pembiayaan ini saya dapat mengembangkan usaha yang awalnya kecil menjadi besar”. 22
21
Eko Purwanto Pedagang Kaki Lima Cireundeu, Wawancara Pribadi, Ciputat, 19 April
2013 22
Ridwan Saputra Pedagang Kaki Lima Cireundeu, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16 April
2013
58
Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: para nasabah memberikan respon yang sangat mendalam kepada program yang ada di BMT UMJ dan juga mereka ingin mengembangkan usahanya dan untuk menyalurkan keterampilan dan tidak mempunyai modal, maka nasabah bisa melakukan pembiayaan di BMT dengan aqad yang telah ditentukan. Selanjutnya
penjelasan
tentang
pemberdayaan.
Pemberdayaan
mengacu pada kata “empowerment” yang berarti member daya, member “power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang berdaya. Dan segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu tumbuh kembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk membangun dirinya. Inti dari pemberdayaan itu sendiri adalah ta’awun (tolongmenolong). Seperti yang telah dikemukakan oleh Bpk Mukhtiar selaku Manager Marketing BMT UMJ (hasil wawancara 02 Mei 2013, 13.3014.00 wib) beliau mengatakan bahwa: “Makna pemberdayaan dalam BMT adalah ta’awun (tolong-menolong) dan membuat nasabah yang sebelumnya pasif menhadi aktif, artinya nasabah yang sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan maka BMT akan memberikan modal berupa barang untuk nasabah tersebut agar mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan nasabah”.23
23
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
59
Dalam prinsip tolong-menolong ini BMT dapat menyalurkan dengan cara nasabah dapat meminjam modal (melakukan pembiayaan) karena pada dasarnya para pedagang kaki lima (usaha mikro) mempunyai beberapa permasalahan, yaitu: a. Aspek pemasaran Pedagang kaki lima tidak memiliki perencanaan dan strategi pemasaran yang baik, usahanya hanya dimulai dari coba-coba bahkan tidak sedikit larena terpaksa. Jangjauan pemasarannya sangat terbatas sehingga informasi produknya tidak sampai kepada calon pembeli potensial, mereka hamper tidak memperhitungkan tentang calon pembeli dan tidak mengerti bagaimana harus memasarkannya. b. Aspek manajemen Pedagang kaki lima biasanya tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang sistem manajemen pengelolaan usaha, sehingga sulit dibedakan antara asset keluarga usaha bahkan karena banyak diantara mereka yang memanfaatkan ruang keluarga untuk berproduksi, dan perencanaan usaha tidak dilakukan sehingga tidak jelas arah dan target usaha yang akan dijalankan dalam periode waktu tertentu. c. Aspek tekhnis
60
Berbagai aspek tekhnis yang masih sering menjadi problem meliputi: cara berproduksi, sistem penjualan sampai pada tidak adanya badan hukum serta perizinan usaha yang lain. d. Aspek keuangan Kendala yang mengemuka dalam setiap perbincangan usah kecil adalah lemahnya bidang keuangan, sedangkan pedagang kaki lima hamper tidak memiliki akses yang luas kepada sumber permodalan. Kendala ini sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga kendala diatas kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan modern, karena pengusaha kecil tidak dapat memnuhi prosedur yang ditetapkan.24 Dengan adanya kendala-kendala tersebut, maka banyak nasabah yang melakukan pembiayaan di BMT khususnya pembiayaan Qordhul Hasan sangat berperan dan merupakan respon yang paling banyak dalam memberdayakan para pedagang kaki lima. Karena menurut para nasabah pembiayaan Qordhul
Hasan dianggap
pembiayaan yang paling mudah, simpel dan membayarnya dengan cara mengangsur.
24
Mukhtiar Manager Marketing BMT UMJ, Wawancara Pribadi, Ciputat, 02 Mei 2013
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Peran Baitul Maal Wat Tamwil UMJ Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima dari hasil analisis yang terjadi bahwa dari program pelaksanaan BMT UMJ yaitu: Pembiayaan dan Pembinaan. Dalam pembiayaan, pedagang kecil ataupun masyarakat menengah ke bawah dalam memperoleh dana pembiayaan untuk memperluas usahanya ataupun membangun usaha baru bagi masyarakat menengah ke bawah relative sangat sulit, maka BMT UMJ mampu menjangkaunya untuk memperoleh pembiayaan yang diberikan oleh BMT tanpa menghilangkan unsure kehatihatian dalam penyaluran pembiayaannya. Selanjutnya dalam pembinaan, pedagang kecil dan masyarakat menengah ke bawah dalam melakukan usahanya dan agar mampu mempertanggungjawabkan pembiayaannya, maka BMT UMJ seringkali memberikan pembinaan kewirausahaan maupun pengelolaan keuangan. Bentuk pembinaan dapat dilakukan dengan cara mengadakan seminar ataupun pelatihan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh penerima pembiayaan.
60
61
Dalam program pembinaan ini, BMT UMJ dapat melakukan pembinaan pelatihan kewirausahaan untuk masyarakat umum, hal ini akan dapat meningkatkan nilai positif bagi masyarakat umum sekaligus membangkitkan semangat berwirausaha kepada masyarakat umum. Dengan demikian program pembinaan dapat memberikan peningkatan jumlah penyaluran dana BMT dengan meningkatnya jumlah penerima pembiayaan yang telah mendapatkan pembinaan terlebih dahulu. Dampak terhadap BMT UMJ dan pedagang kaki lima dapat dilihat dari dua aspek yaitu, aspek material dan immaterial. a. Aspek material Yaitu dengan mendapatkan keuntungan yang layak bagi pihak BMT UMJ, semua itu dapat dilihat dari program-program yang dikeluarkan BMT UMJ dan kinerjanya. b. Aspek immaterial Yaitu dengan adanya program santunan kemanusiaan yang melibatkan bagi para kaum dhua’fa. Dengan adanya kesimpulan ini agar tujuan peran BMT UMJ ini kedepannya bisa dapat membantu menciptakan perilaku bermuamalah sesuai dengan ajaran islam. Serta membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pedagang kaki lima.
62
B. Saran Berangkat dari realitas yang dipaparkan dalam kesimpulan diatas, penulis menyampaikan beberapa saran: 1. Kepada
BMT
UMJ
agar
lebih
meluaskan
informasinya
dan
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat religius maupun non religius kepada masyarakat agar para nasabah menjadi semangat dalam melakukan kegiatan yang telah diberikan pihak BMT UMJ dan tentunya agar nasabah menjadi loyal dan tentunya kedepannya bisa membantu menciptakan perilaku bermuamalah serta membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan pedagang kaki lima. 2. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA Al Buny , Problematika Harta dan Zakat, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1983) Idris, Fatah, abdul. (Jakarta : Kalam Muliaa, 1989) Agroindustri, Bogor: IPB-Press, 2002 Ahmad, djamaluddin, dumairi. Tinjauan Zakat Dalam Perspektif Ekonomi, (UGM : Bulaksumur Yogyakarta, 19 Mei 1987) Sudjana, Anas, Metode Riset Dan Metode Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta:Reproduksi UD Darma, 1980), h. 16 Bungin, Burhan, analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-2, h. 39 Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h. 264 Moleung, Lexy J, Dr. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rodakarya), cet. Ke-11, h. 135 Wasito, Hermawan, Drs. Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 71 Hadi, Sutrisno, Metode Riset II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1994), h. 141 Sugiono, Metode Penulisan administrasi, (Bandung: Penerbit al-fabeta 2005), cet ke-12, h. 166 Al-haran, Saad. leading Issues in Islamic Banking and finance, 1995, Pelanduk Publications, Petaling, Malaysia.
Sasono, Adi. Keadilan Sosial Tema Abadi, dalam M. Dawam Raharjo. Islam Indonesia Menatap Masa Depan, (Jakarta : P3M, 1989) Azzam, Salim. concept of Islamic State, Malikul Awwal dan Abu Jalil (penerj) cet. I, Bandung : Pustaka, 1982 Suhad, Imam. Hukum Wakaf di Indonesia, (Yogyakarta : 2 Dimensi, 1985) Tohirin, Achmad. Implementasi Perbankan Islam “pengaruh sosio-Ekonomis dan perannya dalam pembangunan, jurnal ekonomi pembangunan : Yogyakarta, 2003 Chapra, Umar, Muhammad. Pandangan Islam terhadap Kesejahteraan, ekonom Muslim, 2001. Jakarta. Abidin, Zainal, Ahmad. Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Sina, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974) Atif, Samith, Zain. Syari’at Islam, cet. I Drs. Muzakir As. Penrj. Bandung : Husaini, 1985 Widyaningrum Nurul, Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya Bagi Pengusaha Kecil, Bandung: Akatiga, 2002, Widodo, Hartanto, Dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Wat Tamwil, Bandung: Mizan, 1999, Imamuddin. M, Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, Cet, 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: STIS, 1999