Budi Martono dkk.
TEKNIK PERKAYUAN/ PERABOT KAYU
Budi Martono dkk.
TEKNIK PERKAYUAN/PERABOT KAYU
ISBN XXX-XXX-XXX-X
untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
untuk SMK
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Budi Martono, dkk
TEKNIK PERKAYUAN SMK
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
TEKNIK PERKAYUAN Untuk SMK Penulis
MAR
: Budi Martono Tukiman Bambang Wijanarko Andreas Mulyono Cahyo Kuncoro Hartiyono Kusaeri
MARTONO, Budi Teknik Perkayuan untuk SMK : Budi Martono, Tukiman, Bambang Wijanarko, Andeas Mulyono, Cahyo Kuncoro, Hartiyono, Kusaeri ---- Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. xix. 366 hlm Daftar Pustaka : 365
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR Puji syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Allaw Swt. atas selesainya penulisan buku kejuruan Teknik Perkayuan ini setelah melewati beberapa kesulitan. Buku ini bisa menjadi buku acuan atau rujukan bagi siapa saja terutama kalangan Sekolah Menengah Kejuruan guna menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang Teknik Perkayuan. Buku ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Program Keahlian Teknik Perabot Kayu pada Bidang Keahlian Teknik Bangunan Sekolah Menengah Kejuruan. Secara sistematis buku ini dibagi dalam 10 bab yang setiap bab bisa berdiri sendiri atau menyatu dan secara keseluruhan menguraikan mulai dari Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Melakukan Pekerjaan Persiapan Pembuatan Mebel, Melaksanakan Persyaratan Jaminan Kualitas, Menerapkan Teknik Laminasi, Menggunakan Peralatan, Membuat Komponen Mebel, Merakit Mebel, Melaksanakan Pekerjaan Ukir, Mengerjakan Teknik Inlay (Tatah) Kayu serta Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu. Tim Penulis menyadari bahwa buku kejuruan yang berjudul Teknik Perkayuan ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu Tim Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan buku ini. Kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya penulisan buku ini, Tim Penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bisa turut andil dalam memajukan pendidikan kejuruan di Indonesia.
Malang, 15 Nopember 2007 Tim Penulis, Budi Martono (Ketua) Tukiman (Anggota) Bambang Wijanarko (Anggota) Andreas Mulyono(Anggota) Cahyo Kuncoro (Anggota) Hartiyono (Anggota) Kusaeri (Anggota)
i
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................... DAFTAR TABEL ...............................................................................
BAB I. MELAKSANAKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ................................................................................. 1. Mengenal Profesi Teknisi Perabot Kayu .......................... 2. Menerapakan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................... 3. Penerapan Keselamatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan ..........................................................................
BAB II. MELAKUKAN PEKERJAAN PERSIAPAN PEMBUATAN MEBEL ............................................................................... 1. Menginterpretasikan Gambar Kerja ................................ 2. Merencanakan Kebutuhan Bahan ................................... 3. Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen ............
i ii iv xix
1 1 3 8
14 14 25 30
BAB III. MELAKSANAKAN PERSYARATAN JAMINAN KUALITAS ......................................................................... 1. Melakukan Komunikasi Timbal Balik di Tempat Kerja ................................................................................... 2. Memilih Bahan Baku ......................................................... 3. Merencanakan Pembelahan Log ..................................... 4. Menyimpan Bahan ............................................................ 5. Mengirim Bahan ................................................................
41 43 52 56 57
BAB IV. MENERAPKAN TEKNIK LAMINASI............................... 1. Mengenal Bahan Perekat Kayu ...................................... 2. Memotong Bahan Pelapis ................................................ 3. Mengerjakan Proses Laminasi Kayu ................................
58 58 63 64
40
ii
BAB V. MENGGUNAKAN PERALATAN ...................................... 1. Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik .................. 2. Menggunakan Peralatan Mesin Statis ............................
69 70 157
BAB VI. MEMBUAT KOMPONEN MEBEL…………………………. 1. Menyiapkan Komponen Mebel .......................................... 2. Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana ……….. 3. Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit ……………... 4. Membuat Berbagai Konstruksi mebel …………………... BAB VII. MERAKIT MEBEL ….……………………………………… 1. Mengukur Lokasi Ruang .................................................. 2. Menyetel Unit-unit Almari Tanam di Workshop ............. 3. Memasang Unit-unit Almari Tanam Pada Bangunan .... 4. Memasang Asesoris mebel .............................................
229 229 232 242 248 260 260 261 275 279
BAB VIII. MELAKSANAKAN PEKERJAAN UKIR ........................ 1. Membuat Pola Untuk Pekerjaan Ukir ............................... 2. Mengukir Bentuk Sederhana ............................................ 3. Mengukir Bentuk Rumit ...................................................
288 288 291 302
BAB IX. Mengerjakan Teknik Inlay (tatah) Kayu ......................... 304 1. Memotong Komponen Inlay ............................................. 304 2. Memahat Permukaan Kayu Untuk Penerapan Komponen Inlay ................................................................................... 308 BAB X. MELAKUKAN PEKERJAAN FINISHING KAYU .............. 1. Menyiapkan Pekerjaan finishing ...................................... 2. Menyiapkan Permukaan Untuk Finishing ....................... 3. Mengerjakan Finishing Dengan Teknik Oles .................. 4. Mengerjakan Finishing Dengan Teknik Semprot .......... 5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................
313 313 315 319 338 364
PENUTUP ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ GLOSARIUM ...................................................................................
365 366 367
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gb.1.1.Ruang Lingkup Pekerjaan Teknisi Perkayuan ..................... Gb.1.2.Contoh Tata Letak Ruang Pabrik Perkayuan ....................... Gb.1.3.Alat Pelindung Diri (APD) bagi Teknisi Perkayuan ............... Gb.1.4.Pelindung Putaran Pisau Ketam Perata ............................... Gb.1.5.Membelah Papan Menggunakan Mesin Gergaji .................. Gb.2.1.Skema Desain ...................................................................... Gb.2.2.Konsep Perencanaan Produk .............................................. Gb.2.3.Proporsi ................................................................................ Gb.2.4.Keseimbangan Formal ........................................................ Gb.2.5.Keseimbangan Informal ....................................................... Gb.2.6.Potongan Emas dan Penggunaanya .................................... Gb.2.7.Meja Kerja Satu Biro ............................................................. Gb.2.8.Kredensa .............................................................................. Gb.2.9.Almari Kecil …………………………………………………….. Gb.2.10.Almari Pakaian ……………………………………………….. Gb.2.11.Laci Susun ……………………………………………………. Gb.2.12.Almari dengan Pintu Sorong ……………………………….. Gb.2.13.Macam-macam Almari …………………………………….. Gb.2.14.Bukaan Pintu Almari ………………………………………. .. Gb.2.15.Almari dengan Laci Atas …………………………………… Gb.2.16.Memindah Perabot ………………………………………….. Gb.2.17.Pemindahan Almari …………………………………………. Gb.2.18.Gambar Sketsa ……………………………………………… Gb.2.19.Gambar Pesanan …………………………………………….. Gb.2.20.Gambar Perspektif ………………………………………....... Gb.2.21.Gambar Kerja ……………………………………………….. Gb.2.22.Proses Penyediaan Bahan …………………………………. Gb.2.23.Pengelompokan Material ……………………………………. Gb.2.24.Penyelesaian pada suatu proses ………………………….. Gb.3.1.Susunan Organisasi Pabrik Perkayuan ............................... Gb. 3.2. Program Kerja .............................................................. ..... Gb. 3.3. Pengendalian Kerja ............................................................ Gb. 3.4. Struktur Kayu ………………………………………………… Gb. 3.5. Hydrometer …………………………………………………… Gb. 3.6. Proses Pembelahan Log ………………………………........ Gb. 3.7. Pembelahan Log menjadi Balok Kayu …………………….. Gb. 3.8. Papan Gergajian ……………………………………….......... Gb. 3.9. Papan Tangensial …………………………………………… Gb. 3.10. Arah Penyusutan Papan Tangensial …………………….. Gb. 3.11. Papan radial ……………………………………………....... Gb. 3.12. Arah penyusutan Papan Radial …………………………...
2 3 9 9 10 15 16 17 18 18 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 24 30 31 31 32 25 37 37 41 42 43 50 51 53 53 54 54 54 55 55
iv
Gb. 3.13. Papan Semi radial dan Arah Penyusutannya .................. Gb. 3.14. Gambar papan tengah ……………………………………. Gb. 3.15. Penyusunan Batang Kayu …………………………….. …. Gb. 3.16. Penyusunan Balok dan Lembaran Kayu ………………… Gb. 3.17. Penyusunan Lembaran Daun Pintu …………………….… Gb. 4.1. Peralatan Laminasi dan Mesin Tekan (Press) ................... Gb. 4.2. Penggunaan Klem Sisi ....................................................... Gb. 4.3. Penggunaan Klem Sisi ....................................................... Gb. 4.4. Penyusunan Komponen pada Klem Rak ………………..... Gb. 4.5. Penggunaan Klem untuk Penekanan ……………………... Gb. 5.1.1. Bangku Kerja ……………………………………………..... Gb. 5.1.2. Pengait pada Bangku Kerja …………………………....... Gb. 5.1.3. Topang Takik ………………………………………………. Gb. 5.1.4. Fungsi Penjepit Bangku Belakang .................................. Gb. 5.1.5. Kotak Alat Tangan …………………………………………. Gb. 5.1.6. Almari Alat ……………………………………………......... Gb. 5.1.7. Kotak Alat dapat Bergerak ………………………………… Gb.5.1.8. Mengukur dengan Mistar ………………………………….. Gb. 5.1.9. Rol Meter …………………………………………………… Gb. 5.1.10. Mistar Sorong ................................................................ Gb. 5.1.11. Pembacaan Nonius ……………………………………… Gb. 5.1.12. Pengontrol Jarak Alur ……………………………………. Gb. 5.1.13. Alat Ukur Ketinggian Pisau ………………………………. Gb.5.1.14. Siku-siku 900 ………………………………………………. Gb.5.1.15. Siku Perempat …………………………………………….. Gb.5.1.16. Siku Goyang ………………………………………………. Gb.5.1.17. Perusut ……………………………………………………… Gb.5.1.18. Alat Gores …………………………………………………. Gb.5.1.19. Gergaji Belah Bentang …………………………………… Gb.5.1.20. Gergaji Potong Lengkung (Kurve) .................................. Gb.5.1.21. Gergaji Punggung yang dapat Dibalik ........................... Gb.5.1.22. Gergaji Potong …………………………………………….. Gb.5.1.23. Gergaji Punggung ………………………………………… Gb.5.1.24. Gergaji Kompas ……………………………………………. Gb.5.1.25. Gergaji Halus Jepang …………………………………….. Gb.5.1.26. Gergaji Finir ……………………………………………….. Gb.5.1.27. Gergaji Gurat ………………………………………………. Gb.5.1.28. Melurus / Meratakan Gigi Gergaji ……………………….. Gb.5.1.29. Penjepit Gergaji ………………………………………........ Gb.5.1.30. Ketam Kayu ………………………………………………… Gb.5.1.31. Mesin Pengasah Pisau Ketam …………………………… Gb.5.1.32. Cara Mengasah Pisau Ketam ……………………………. Gb.5.1.33. Ketam Pelicin ……………………………………………… Gb.5.1.34. Ketam Perata ………………………………………………. Gb.5.1.35. Ketam Penghalus ………………………………………….. Gb.5.1.36. Ketam Penghalus – Primus ……………………………….
55 56 56 57 57 64 65 66 67 68 70 71 71 72 72 73 74 74 75 75 75 75 76 76 76 76 77 77 77 77 78 78 78 78 78 79 79 79 79 80 80 80 81 81 81 82
v
Gb.5.1.37. Ketam Pembentuk-Halus …………………………………. Gb.5.1.38. Ketam Bangku Panjang …………………………………… Gb.5.1.39. Ketam Penghalus Sponing ………………………………. Gb.5.1.40. Ketam Sponing Miring ……………………………………. Gb.5.1.41. Ketam Dasar ……………………………………………….. Gb.5.1.42. Ketam Lengkung/Kapal …………………………………. Gb.5.1.43. Ketam Kauto/Konkaf ………………………………………. Gb.5.1.44. Ketam Kauto Cembung …………………………………… Gb.5.1.45. Macam-macam Pelat Kikis ……………………………….. Gb.5.1.46. Penajam Pelat Kikis ……………………………………..... Gb.5.1.47. Menggosok Pelat Kikis ……………………………………. Gb.5.1.48. Pahat Tusuk ………………………………………………… Gb.5.1.49. Pahat Kuku Lengkung …………………………………….. Gb.5.1.50. Pahat Lubang ……………………………………………… Gb.5.1.51. Palu Kayu ………………………………………………….. Gb.5.1.52. Kraspen (Jarum Tusuk) ……………………………………. Gb.5.1.53. Gurdi-Sekrup Tipis ………………………………………… Gb.5.1.54. Mata Bor Geser (Expansive bit) ..................................... Gb.5.1.55. Mata Bor Spiral Logam …………………………………… Gb.5.1.56. Mata Bor Dowel …………………………………………… Gb.5.1.57. Mata Bor Benam (Vershing) ……………………………… Gb.5.1.58. Bagian-bagian Kikir ……………………………………….. Gb.5.1.59. Gigi KIkir …………………………………………………… Gb.5.1.60. Gigi Kikir yang Tersumbat Kotoran ................................. Gb.5.1.61. Kikir ½ Bulat Kasar ……………………………………….. Gb.5.1.62. Kikir Segi Empat Kasar …………………………………… Gb.5.1.63. Macam-macam Bentuk Kikir …………………………….. Gb.5.1.64. Kikir Segi Empat Halus …………………………………… Gb.5.1.65. Kikir ½ Bulat Halus ………………………………………… Gb.5.1.66. Kikir Parut ………………………………………………….. Gb.5.1.67. Kikir Kayu ………………………………………………….. Gb.5.1.68. Perbedaan Kikir Kayu Halus dan Kikir Parut .................. Gb.5.1.69. Pengikiran Tepi Cembung ……………………………….. Gb.5.1.70. PaluTukang Kayu ………………………………………….. Gb.5.1.71. Drip Benam ……………………………………………….. Gb.5.1.72. KakakTua ………………………………………………….. Gb.5.1.73. Penggurdian dengan Engkol dan Gurdi ……………….. Gb.5.1.74. Posisi Mata Obeng ……………………………………….. Gb.5.1.75. Obeng ………………………………………………………. Gb.5.1.76. Jenis Obeng Otomatik ……………………………………. Gb.5.1.77. Mata Obeng ……………………………………………….. Gb.5.1.78. Mal Gergaji ..................................................................... Gb.5.1.79. Memotong Kertas Amplas ……………………………….. Gb.5.1.80. Blok Amplas ……………………………………………...... Gb.5.1.81. Klem Panjang ................................................................. Gb.5.1.82. Klem Pendek ……………………………………………….
82 82 83 83 83 84 84 84 85 85 85 86 86 86 87 87 87 87 88 88 88 89 89 89 90 90 90 90 90 91 91 91 92 92 92 93 93 94 94 95 95 95 96 96 97 97
vi
Gb.5.1.83. Rak Klem F ………………………………………………… Gb.5.1.84. Klem Bingkai ………………………………………………. Gb.5.1.85. Klem Sudut ………………………………………………… Gb. 5.1.86. Klem sudut ……………………………………………...... Gb. 5.1.87. Klem Stik ………………………………………………….. Gb.5.1.88. Mal Tangga Putar …………………………………………. Gb.5.1.89. Kuda-kuda Bangku ……………………………………….. Gb.5.1.90. Gergaji Pembentuk Sudut (Gergaji Potong Miring …….. Gb.5.1.91. Pisau Potong Miring ....................................................... Gb.5.1.92. Mengasah Pahat pada Mesin Gerinda ........................... Gb.5.1.93. Cara Pengasahan Pahat pada Mesin Gerinda .............. Gb.5.1.94. Mesin Gerinda Pengasah Pahat .................................... Gb.5.1.95. Lereng Pahat Lubang ..................................................... Gb.5.1.96. Pengasahan Tajam Pahat-Ukir Lengkung ..................... Gb.5.1.97. Alat Perata Batu Gerinda ................................................ Gb.5.1.98. Meratakan Batu Gerinda ................................................. Gb.5.1.99. Mesin Bor Tangan Listrik ………………………………… Gb.5.1.100. Bukaan Mesin Bor Listrik ............................................... Gb.5.1.101. Kelengkapan Mesin Bor ……………………………….... Gb.5.1.102. Mesin Bor Tangan Listrik ………………………………… Gb.5.1.103. Bukaan Cengkam ......................................................... Gb.5.1.104. Potongan Cengkam ……………………………………… Gb.5.1.105. Mesin Bor tanpa ………………………………………….. Gb.5.1.106. Jenis Mata Bor …………………………………………… Gb.5.1.107. Mata Bor Puntir Tangkai Lurus ..................................... Gb. 5.1.108. Kombinasi Mata Bor Versink …………………………… Gb. 5.1.109. Kombnasi Mata Bor ……………………………………… Gb. 5.1.110: Mata Bor Kurdi …………………………………………… Gb. 5.1.111. Macam Mata Bor Kurdi ………………………………… Gb. 5.1.112. Kraspen …………………………………………………… Gb. 5.1.113. Posisi Mengebor Vertikal ………………………………. Gb. 5.1.114. Posisi Mengebor Horizontal ……………………………. Gb. 5.1.115. Posisi Mengebor Statis ………………………………… Gb. 5.1.116. Keuntungan Mengebor Statis …………………………. Gb. 5.1.117. Box / Kotak Mesin Bor ………………………………….. Gb. 5.1.118. Menyimpan Mata Bor ………………………………….. Gb. 5.1.119. Mesin Amplas Getar ……………………………………. Gb. 5.1.120. Bukaan Mesin Amplas Getar ………………………….. Gb. 5.1.121. Kertas Gosok ……………………………………………. Gb. 5.1.122. Skalar dan Pengunci ………………………………….. . Gb. 5.1.123. Posisi Mengamplas ……………………………………… Gb. 5.1.124. Bantatalan Amplas ……………………………………… Gb. 5.1.125. Carbon Brushes …………………………………………. Gb. 5.1.126. Cara Membuka Mesin …………………………………. Gb. 5.1.127. Posisi Mengamplas ……………………………………. Gb. 5.1.128. Perawatan ……………………………………………….
98 98 99 99 99 100 100 100 101 101 102 102 103 103 104 104 107 108 108 109 109 109 110 110 110 111 111 111 111 112 112 113 113 114 114 115 115 116 116 116 117 117 117 118 118 119
vii
Gb. 5.1.129. Perawatan ………………………………………………. Gb. 5.1.130. Mesin Amplas Ban ……………………………………… Gb. 5.1.131. Bagian- Bagian Mesin Amplas Ban ………………….... Gb. 5.1.132. Jenis Amplas Ban ……………………………………….. Gb. 5.1.133. Mengganti Amplas Ban ……………………………...... Gb. 5.1.134. Menghidupkan Mesin Amplas Ban ………………...... Gb. 5.1.135. Mengangkat Mesin Amplas Ban …………………….... Gb. 5.1.136. Pengamplasan ………………………………………...... Gb. 5.1.137. Posisi Mengamplas …………………………………...... Gb. 5.1.138. Mematikan Mesin ……………………………………...... Gb. 5.1.139. Pengamplasan Sudut ………………………………...... Gb. 5.1.140. Pakai Kaca Mata ……………………………………....... Gb. 5.1.141. Mengamplas Lurus …………………………………....... Gb. 5.1.142. Mengamplas Lengkung ……………………………....... Gb. 5.1.143. Model Alat Bantu ……………………………………....... Gb. 5.1.145. Kotak Penyimpanan …………………………………..... Gb. 5.1.146. Mesin Lamello ………………………………………….. Gb. 5.1.147. Bagian-bagian Lamello ………………………………… Gb. 5.1.148. Isian Lamello ……………………………………………. Gb. 5.1.149. Menentukan Titik Pusat Lamello ……………………… Gb. 5.1.150. Melukis dengan Mal ……………………………………. Gb. 5.1.151. Melukis Benda Kerja …………………………………… Gb. 5.1.152. Merakit Benda Kerja ……………………………………. Gb. 5.1.153. Melukis Sambungan Sudut ……………………………. Gb.5.1.154. Melubang Mendatar …………………………………….. Gb. 5.1.155. MelubangTegak Lurus …………………………………. Gb. 5.1.156. Posisi Mendatar …………………………………………. Gb. 5.1.157. Melukis sudut 45º ……………………………………….. Gb. 5.1.158. Posisi Melubang Miring Sudut 45º ............................... Gb. 5.1.159. Perawatan ………………………………………………. Gb. 5.1.160. Perawatan ……………………………………………….. Gb. 5.1.161. Alat Bantu .................................................................... Gb. 5.1.162. Carbon Brushes ………………………………………… Gb. 5.1.163. Pengetaman Awal ................................................ ..... Gb. 5.1.164. Pengetaman Akhir ...................................................... Gb. 5.1.165. Posisi Mengetam Miring .............................................. Gb. 5.1.166. Mengetam Sponing ..................................................... Gb.5.1.167. Stationery Planer .......................................................... Gb. 5.1.168. Posisi Membuka Pisau ................................................ Gb. 5.1.169. Mengontrol Tinggi Pisau ............................................ Gb.5.1.170. Posisi Mengasah Pisau .............................................. Gb.5.1.171. Mesin Router ……………………………………………… Gb.5.1.172. Bagian Mesin Router ……………………………………. Gb.5.1.173. Alat Bantu ………………………………………………… Gb.5.1.174. Memasang Pisau ………………………………………… Gb.5.1.175. Mengatur Kedalaman Pisau …………………………….
119 119 120 120 120 121 121 122 122 123 123 123 124 124 124 125 125 126 126 127 127 127 127 128 128 128 129 129 129 130 130 130 131 131 131 131 132 132 132 133 133 133 134 134 134 135
viii
Gb.5.1.176. Penghantar Lurus ……………………………………….. 135 Gb.5.1.177. Kaca Mata ………………………………………………… 135 Gb.5.1.178. Gerakkan Router ………………………………………… 136 Gb.5.1.179. Menggunakan Sablon …………………………………… 136 Gb.5.1.180. Statis Router ……………………………………………… 136 Gb.5.1.181. Statis Router ……………………………………………… 137 Gb.5.1.182. Pemeliharaan Mesin Router …………………………… 137 Gb.5.1.183. Mesin Trimer …………………………………………….. 138 Gb.5.1.184. Alat Bantu …………………………………………………. 138 Gb.5.1.185. Macam Pisau ……………………………………………. 139 Gb.5.1.186. Membuka dan Memasang Pisau …………………….. 139 Gb.5.1.187. Pengoperasian Mesin ………………………………….. 139 Gb.5.1.188. Pengantar Hias ………………………………………….. 140 Gb.5.1.189. Pengantar Lurus ………………………………………… 140 Gb.5.1.19. Pemeliharaan ……………………………………………. 140 Gb.5.1.191. Penyimpanan …………………………………………..... 141 Gb.5.1.192. Mesin Gergaji Bundar Lengkung ……………………… 141 Gb.5.1.193. Mesin Gergaji Bundar Lengkung ………………………. 141 Gb.5.1.194. Pengantar Mesin .......................................................... 142 Gb.5.1.195. Kegunaan Mesin Gergaji .............................................. 142 Gb.5.1.196. Memotong Tanpa Pengantar ........................................ 142 Gb.5.1.197. Memotong Dengan Pengantar ..................................... 143 Gb.5.1.198. Memotong Miring .......................................................... 143 Gb.5.1.199. Membelah Dengan Pengantar Kayu .......................... 143 Gb.5.1.200. Memotong Bevel ........................................................... 144 Gb.5.1.201. Memotong Lubang Buntu ............................................. 144 Gb.5.1.202. Membuat Alur ............................................................... 144 Gb.5.1.203. Membersihan ............................................................... 145 Gb.5.1.204. Penyimpanan ................................................................ 145 Gb.5.1.205. Mesin Gergaji Jig Saw …………………………………… 145 Gb.5.1.206. Bagian Mesin Jig Saw .................................................... 146 Gb.5.1.207. Alat Bantu ………………………………………………….. 146 Gb.5.1.208. Jenis Pisau .................................................................. 146 Gb.5.1.209. Mesin Jig Saw ……………………………………………. 147 Gb.5.1.210. Memotong Lurus ………………………………………… 147 Gb.5.1.211. Memotong dengan Pengantar …………………………… 147 Gb.5.1.212. Memotong Miring ………………………………………… 148 Gb.5.1.213. Memotong Bulat ………………………………………… 148 Gb.5.1.214. Memotong Lengkung …………………………………… 148 Gb.5.1.215. Memotong Bevel ………………………………………… 149 Gb.5.1.216. Memotong Lubang Buntu ………………………………… 149 Gb.5.1.217. Mengontrol Pisau ……………………………………… 149 Gb.5.1.218. Memotong Awal …………………………………………. 150 Gb.5.1.219. Menyetel Meja …………………………………………… 150 Gb.5.1.220. Kaca Mata ……………………………………………….. 150 Gb.5.1.221. Membersihkan Mesin ……………………………………. 150
ix
Gb.5.1.222. Pentimpanan Mesin ………………………………….. …. 151 Gb.5.1.223. Mesin Asah Gerinda …………………………………….. 151 Gb.5.1.224. Pengantar ………………………………………………… 152 Gb.5.1.225. Batu Asah Lurus …………………………………………. 152 Gb.5.1.226. Batu Asah ………………………………………………… 153 Gb.5.1.227. Ukuran Batu Asah ……………………………………….. 153 Gb.5.1.228. Pengasahan ……………………………………………… 153 Gb.5.1.229. Menyetel Pengantar Asah ........................................... 154 Gb.5.1.230. Cara Memegang Pisau saat Mengasah ....................... 154 Gb.5.1.231. Batu Asah Minyak ....................................................... 154 Gb.5.1.232. Balok Kayu ...……………………………………………. 155 Gb.5.1.233. Cara Pengasahan ..……………………………………… 155 Gb.5.1.234. Mengasah Halus …………………………………………. 155 Gb.5.1.235. Mengasah Lereng ………………………………………. 156 Gb.5.1.236. Mengasah Punggung ……………………………………. 156 Gb.5.1.237. Mengasah Punggung ……………………………………. 156 Gb.5.2.1. Mesin Gergaji Pita …………………………………………… 157 Gb.5.2.2. Spesifikasi Mesin Gergaji Pita ……………………………. 157 Gb.5.2.3. Penghantar/ Perlengkapan Mesin Gergaji Pita ................. 158 Gb.5.2.4. Pengaman Gigi Gergaji Pita pada Roda Penggerak ...... 158 Gb.5.2.5. Rol Penghantar Gergaji Pita Atas dan Bawah ................. 159 Gb.5.2.6. Spesifikasi Sudut Gigi Gergaji Pita .................................. 159 Gb.5.2.7. Jenis dan Ukuran Gigi Gergaji Pita .................................. 160 Gb. 5.2.8. Mesin Gergaji Pita Bermeja Dorong ................................ 160 Gb.5.2.9. Posisi Membelah Tipis ..................................................... 161 Gb.5.2.10. Posisi Membelah Tebal dengan Penghantar .................. 161 Gb.5.2.11. Gergaji Bundar Bermeja ................................................. 162 Gb.5.2.12. Gergaji Bundar Bermeja dengan Penghantar Potong ............................................................................ 162 Gb.5.2.13. Bok Saklar Utama …………………………………………. 163 Gb.5.2.14. Mesin Gergaji Potong Ganda …………………………….. 163 Gb.5.2.15. Mesin Gergaji Belah ………………………………………. 163 Gb.5.2.16. Jenis Mesin Gergaji Bundar Pemotong Multipleks …….. 164 Gb.5.2.17. Gergaji Meja Mesin Bergerak …………………………… 164 Gb.5.2.18. Gergaji Potong …………………………………………… 165 Gb.5.2.19. Mesin Gergaji Potong Berlengan ………………………… 165 Gb.5.2.20. Mesin Gergaji Potong Sudut (Mitre Saw) ....................... 166 Gb.2.1.21. Mesin Gergaji Skrol ........................................................ 166 Gb.2.1.21. Mesin Gergaji Skrol ………………………………………. 167 Gb.5.2.22. Jenis Daun Gergaji Bundar TCT ………………………… 167 Gb.5.2.23. Jenis Mata/Gigi Gergaji Sircle TCT ……………………… 167 Gb.5.2.24. Titik Sudut Mata/Gigi Gergaji TCT .................................. 168 Gb.5.2.25. Box Penyimpanan Daun Gergaji Bundar TCT ............... 169 Gb.5.2.26. Cara Kerja Membelah Papan Kayu ................................ 169 Gb.5.2.27. Penyetelan Pisau Belah Gergaji Bundar ........................ 169 Gb.5.2.28. Perletakan Tudung Pengaman Dan Pendorong ............ 170
x
Gb.5.2.29. Penggunaan Pendorong Belah ...................................... 170 Gb.5.2.30. Pemotongan Papan Kecil ............................................... 170 Gb.5.2.31.Pemotongan Papan Menggunakan Mal Bantu ................ 171 Gb.5.2.32.Tudung Pengaman Pada Waktu Membelah Kayu ........... 171 Gb.5.2.33.Membelah dengan Penjepit Depan dan Belakang .......... 171 Gb.5.2.34. Membelah Bentuk Takik ................................................. 172 Gb.5.2.35. Ketam Pelurus/Perata (Jointer Planer) ........................... 172 Gb.5.2.36. Tudung Pengaman Pisau Feksibel ................................ 173 Gb.5.2.37. Rip Peredam Suara Putaran Mesin Ketam .................... 173 Gb.5.2.38. Mesin Ketam Perata Dengan Penghantar Bantu ........... 173 Gb.5.2.39. Blok Pisau dengan Dua Mata Pisau .............................. 174 Gb.5.2.40. Blok Pisau dengan Tiga Mata Pisau .............................. 174 Gb.5.2.41. Blok Pisau dengan Empat Mata Pisau ........................... 174 Gb.5.2.42. Blok Pisau dengan Mata Pisau Spiral ............................. 174 Gb.5.2.43. Penyetelan Pisau Ketam Terhadap Blok ............................ 175 Gb.5.2.44. Penyetelan Tinggi Mata Pisau Ketam ................................ 175 Gb.5.2.45. Menyetel Pisau Secara Manual ....................................... . 176 Gb.5.2.46. Cara Mengetam Papan Lebar ........................................... 176 Gb.5.2.47. Cara Mengetam Papan Pendek ........................................ 176 Gb.5.2.48. Cara Mengetam Sisi Papan ………………………………. 177 Gb.5.2.49. Mesin Ketam Penebal (Thicknesser) …………………… 177 Gb.5.2.50. Sabuk Penghantar Tenaga Mesin .................................. 178 Gb.5.2.51. Bagian Mesin Ketam Penebal ......................................... 178 Gb.5.2.52. Cara Mengetam Balok Kayu ............................................ 178 Gb.5.2.53. Multi Spindle Molder ....................................................... 178 Gb.5.2.54. Rol Pengarah ................................................................ 179 Gb.5.2.55: Mesin Frais Poros dapat Dimiringkan ............................. 180 Gb.5.2.56: Mesin Frais dengan Pengaman Atas dan Samping ........ 180 Gb.5.2.57: Poros Pisau Mesin Frais .................................................... 181 Gb.5.2.58: Motor Penggerak Mesin Frais .......................................... 181 Gb.5.2.59: Tombol Pengatur Tenaga Listrik pada Mesin Spindle … 182 Gb.5.2.60: Jenis Cutter Block ………………………………………… 182 Gb.5.2.61: Jenis Strit (Sponing Lurus) ……………………………… 183 Gb.5.2.62: Jenis Cutter Block Spindle ……………………………… 183 Gb.5.2.63: Jenis Doble Nose ………………………………………… 183 Gb.5.2.64: Multi Bit ……………………………………………………. 184 Gb.5.2.65: Feeder (Penggerak Jalan) ………………………………. 184 Gb.5.2.66: Tinggi Mata Molding terhadap Cutter Block .................... 185 Gb.5.2.67: Type Cutter ..................................................................... 185 Gb.5.2.68: Grooving ……………………………………………………. 186 Gb.5.2.69: Sponing Lurus ……………………………………………… 186 Gb.5.2.70: Sponing Kecil ……………………………………………… 186 Gb.5.2.71: Champer …………………………………………………… 186 Gb.5.2.72: Curve ………………………………………………………. 187 Gb.5.2.73: Jenis-jenis Profil …………………………………………. 187 Gb.5.2.74: Round Bit/Odgee Bit ……………………………………… 187
xi
Gb.5.2.75: Panel Bitt …………………………………………………. Gb.5.2.76: Triple Grouve …………………………………………….. Gb.5.2.77: TNG Bit …………………………………………………… Gb.5.2.78: Profil Bertahap …………………………………………… Gb.5.2.79: Perlengkapan Spindle Molder ..................................... Gb.5.2.80: Pengatur Tinggi dan Ketebalan Mata Spindle ………… Gb.5.2.81: Penghantar Konvensional ………………………………… Gb.5.2.82: Penghantar Jalan (Feeder) ………………………………… Gb.5.2.83: Penghantar Depan ………………………………………… Gb.5.2.84: Penjepit Hantar …………………………………………….. Gb.5.2.85: Penghantar Pola …………………………………………… Gb.5.2.86: Pengoperasian Spindel dengan Pola Penghantar .......... Gb.5.2.87: Pengoperasian Spindel pada Benda Kerja Lengkung ..... Gb.5.2.88: Pengoperasian Spindel pada Benda Kerja Berpola ....... Gb.5.2.89: Over Head Route r ………………………………………… Gb.5.2.90: Mesin Bor Rantai (Chain Saw) …………………………. Gb.5.2.91: Mesin Bor Duduk (Drill Press) ..................................... Gb.5.2.92: Mesin Bor Persegi (Mortice Chisel) ................................... Gb.5.2.93: Horizontal Bor ……………………………………………. Gb.5.2.94: Pneumatik Bor ……………………………………………. Gb.5.2.95: Jenis Mata Bor ............................................................. Gb.5.2.96: Twise Bit ....................................................................... Gb.5.2.97: Dowel Bit ..................................................................... Gb.5.2.98: Dowel Bit ..................................................................... Gb.5.2.99: Twise Bit ..................................................................... Gb.5.2.100: Bor Spiral (Auger Bit) ................................................ Gb.5.2.101: Macam-Macam Mata Bor ……………………………… Gb.5.2.102: Dowel Bit ………………………………………………. Gb.5.2.103: Dowel Bit Bertangkai Khusus ………………………… Gb.5.2.104: Jenis Pemegang Mata Bor Khusus ………………… Gb.5.2.105: Forstener Bit …………………………………………… Gb.5.2.106: Forstener Bit …………………………………………… Gb.5.2.107: Jenis Lain Mata Bor …………………………………….. Gb.5.2.108: Jenis Forstener Bit ………………………………………. Gb.5.2.109: Mata Bor Pembuat Lubang Purus ……………………… Gb.5.2.110: Cara Pengeboran Lubang Purus .................................. Gb.5.2.111: Mata Bor Ganda ........................................................... Gb.5.2.112: Mata Bor Ganda ........................................................... Gb.5.2.113: Countersing ………………………………………………. Gb.5.2.114: Countersing Lebar ……………………………………… Gb.5.2.115: Countersing Lancip ……………………………………… Gb.5.2.116: Countersing Standar ……………………………………… Gb.5.2.117: Twise Drill dengan Countersing ………………………… Gb.5.2.118: Mesin Belt Sander ………………………………………… Gb.5.2.119: Jenis Mesin Roll Sander/Belt Sander ............................. Gb.5.2.120: Pengamplasan Sisi/Tepi Kayu ........................................
188 188 188 188 189 190 190 190 191 191 191 192 192 192 193 194 195 195 196 196 197 197 198 198 198 198 199 199 199 200 200 200 201 201 201 202 202 202 203 203 203 203 204 204 205 205
xii
Gb.5.2.121: Mesin Wide Belt Sander (WBS) ………………………… 206 Gb.5.2.122: Jenis Pengamplasan ……………………………………. 206 Gb5.2.123. Penekan Amplas …………………………………………… 207 Gb.5.2.124: Jenis Rol/Belt Sander ……………………………………. 207 Gb.5.2.125: Penyimpanan Belt Sander ………………………………. 207 Gb.5.1.126: Penggunaan Pahat Tusuk ............................................... 208 Gb.5.1.127: Palu Besi .......................................................................... 208 Gb.5.1.128: Penyebab Ketidak-amanan Bekerja dengan Mesin ......... 208 Gb.5.1.129: Penyebab Kecelakaan menggunakan Alat Tangan ......... 209 Gb.5.1.130: Kepala Palu Besi .......................................................... 209 Gb5.1.131: Hubungan Tangkai dan Kepala Palu Besi .................... 209 Gb.5.1.132: Tangkai Palu ……………………………………………. 210 Gb.5.1.133: Mata Obeng ……………………………………………… 210 Gb.5.1.134: Sekrup …………………………………………………. 210 Gb.5.1.135: Memasang Sekrup dengan Obeng …………………. 211 Gb.5.1.136: Kunci Pas ………………………………………………... 211 Gb.5.1.137: Mur Baut ………………………………………………… 211 Gb.5.1.138: Memasang Baut dengan Kunci Pas ………………….. 212 Gb.5.1.139: Memegang Mur dengan Tang ………………………… 212 Gb.5.1.140: Kikir Kayu ………………………………………………… 213 Gb.5.1.141: Penggunaan Pahat ……………………………………… 213 Gb.5.1.142: Pencegahan Kecelakaan ………………………………… 214 Gb.5.1.143: Keselamatan Kerja ……………………………………… 214 Gb.5.1.144: Pencegahan Kecelakaan pada Bagian Mesin yang Bergerak …………………………………………….... 214 Gb.5.1.145: Kaca Mata Pengaman ……………………………………. 215 Gb.5.1.146: Kesalahan Menggunakan Pakaian Kerja………………. 215 Gb.5.1.147: Lengan Baju Pendek ……………………………………… 215 Gb.5.1.148: Tidak Boleh Menggunakan Cincin dan Jam Tangan …. 216 Gb.5.1.149: Gunakan Sarung Tangan ………………………………… 216 Gb.5.1.150: Saku bukan Tempat Alat ………………………………….. 216 Gb.5.1.151: Membawa Alat yang Salah ……………………………… 217 Gb.5.1.152: Bangku Kerja …………………………………………… 217 Gb.5.1.153: Keamanan Peralatan Tangan …………………………… 217 Gb.5.1.154: Keamanan Perkakas yang Tajam ……………………… 218 Gb.5.1.155: Kebersihan Lantai Kerja ……………………………….... 218 Gb.5.1.156: Menjaga Kebersihan Lantai Kerja ………………………. 218 Gb.5.1.157: Tempat Sampah ………………………………………… 219 Gb.5.1.158: Cara Memegang Perkakas yang Salah ……………….. 219 Gb.5.1.159: Perawatan Luka pada Tangan …………………………… 219 Gb.5.1.160: Membersihkan Luka ……………………………………… 220 Gb.5.1.161: Kotak PPPK ………………………………………………. 220 Gb.5.1.162: Pakaian Kerja yang Tepat ............................................. 221 Gb.5.1.163: Helm dan Kaca Mata Pengaman ................................. 221 Gb.5.1.164: Alat Membersihkan Bangku Kerja ……………………… 222 Gb.5.1.165: Perlindungan Mata ………………………………………. 222
xiii
Gb.5.1.166: Gunakan Kaca Mata Pengaman .................................. 223 Gb.5.1.167: Kaca Mata Pengaman ................................................... 223 Gb.5.1.168: Kaca Mata Pengaman dengan Pelindung Samping ......... 223 Gb.5.1.169: Kaca Mata Pengaman dengan Pengikat ........................ 224 Gb.5.1.170: Kaca Mata Pengaman Penuh dengan Pengikat ............ 224 Gb.5.1.171: Keselamatan Kerja pada Mesin Bor ............................. 224 Gb.5.1.172: Bram Mesin Bor …………………………………………. 225 Gb.5.1.173: Limbah Mesin Bubut ……………………………………… 225 Gb.5.1.174: Limbah Mesin Frais ……………………………………… 225 Gb.5.1.175: Mesin Asah Gerinda …………………………………….. 226 Gb.5.1.176: Mengasah Pahat ………………………………………… 226 Gb.5.1.177: Pelindung Gerinda ……………………………………… 226 Gb.5.1.178: Pelindung Mata pada Gerinda …………………………. 227 Gb.5.1.179: Penampang Gerinda ……………………………………. 227 Gb.5.1.180: Mesin Gerinda yang Baik ……………………………… 227 Gb.5.1.181: Perlengkapan pada Kotak Alat ………………………….. 228 Gb.5.1.182: Pencegahan Kecelakaan pada Mata …………………. . 228 Gb. 6.1: Jenis Papan dan Pemotongannya …………………………. 230 Gb. 6.2: Memilih Bagian Papan ……………………………………….. 230 Gb. 6.3: Menyiapkan Benda Kerja …………………………………… 230 Gb. 6.4: Menyiapkan Ukuran Benda Kerja …………………………... 231 Gb. 6.5: Menguji Bentuk Benda Kerja ………………………………. 232 Gb. 6.6: Sambungan Takik Setengah ……………………………… 233 Gb. 6.7: Sambungan Alur Lidah ……………………………………… 233 Gb. 6.8: Sambungan Alur dengan Isian …………………………… 234 Gb. 6.9: Sambungan Alur Tumpang Tindih ………………………… 234 Gb. 6.10: Sambungan Melebar dengan Lem .................................. 235 Gb. 6.11: Tanda Kerja pada Pelebaran Papan ................................. 236 Gb. 6.12: Sambungan Sisi Tumpul …………………………………… 236 Gb. 6.13: Sambungan Bergerigi ……………………………………... 236 Gb. 6.14: Sambungan dengan Dowel ………………………………. 237 Gb. 6.15: Sambungan dengan Isian Tripleks ................................. 237 Gb. 6.16: Pemasangan Lis Ekor Burung Memanjang ...................... 238 Gb. 6.17: Pemasangan Lis Kepala Kayu …………………………… 238 Gb. 6.18: Sudut Kotak Sambungan Paku …………………………… 239 Gb. 6.19: Pemakuan ………………………………………………….. 239 Gb. 6.20: Konstruksi Alur dan Lidah pada Sudut Kotak ................... 240 Gb. 6.21: Konstruksi Alur dan Lidah pada Papan Antara ................ 240 Gb. 6.22: Konstruksi Sudut Verstek dengan Isian Lamello dan Plastik Sudut …………………………………………………………. 241 Gb. 6.23: Konstruksi Sudut dengan Dowel …………………………. 241 Gb. 6.24: Konstruksi Ekor Burung …………………………………… 242 Gb. 6.25: Perhitungan Ekor Burung ………………………………….. 243 Gb. 6.26: Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Terbuka .................. 244 Gb. 6.27: Konstruksi Ekor Burung Memanjang ……………………… 245 Gb. 6.28: Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi ……………………. 245
xiv
Gb. 6.29: Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi ……… Gb. 6.30: Konstruksi Ekor Burung Mesin ……………………………. Gb. 6.31: Mesin Frais Ekor Burung ………………………………….. Gb. 6.32: Konstruksi Jari Terbuka …………………………………….. Gb. 6.33: Konstruksi Jari dengan Baji ………………………………… Gb. 6.34: Menggambari pada Rangka Kayu ……………………… Gb. 6.35: Memilih Kayu untuk Konstruksi Rangka ……………….. Gb. 6.36: Kip/Takik Setengah ………………………………………. Gb. 6.37: Lubang dan Pen …………………………………………… Gb. 6.38: Lubang dan Pen Ganda ………………………………….. Gb. 6.39: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing ............. Gb. 6.40: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Profil dan Sponing …………………………………………………. Gb. 6.41: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Alur ................... Gb. 6.42: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing dan Lereng ......................................................................... Gb. 6.43: Lubang dan Pen dengan Spatpen dan Baji ....................... Gb. 6.44. Pengerjaan sebuah Hubungan Lubang dan Pen Terbuka .. Gb. 6.45: Pengerjaan Sebuah Hubungan Lubang dan Pen Sebelah Verstek …………………………………………………….. Gb. 6.46: Hubungan dengan Dowel ………………………………….. Gb. 6.47: Hubungan Dowel dengan Alur dan Profil ....................... Gb. 6.48: Hubungan Verstek dengan Isian Tripleks atau Lamello ... Gb. 6.49: Hubungan Verstek dengan Isian Kayu Masip ……….. … Gb. 6.50: Hubungan Silang Takik dan Sponing .............................. Gb. 6.51: Pen Verstek dengan Spatpen …………………………... Gb. 4.52: Dowel Ganda Verstek …………………………………….. Gb. 7.1: Macam-macam Model Almari Tanam .................................. Gb. 7.2: Rencana Letak Almari Tanam ……………………………… Gb. 7.3. Bagian-bagian Almari ………………………………………… Gb. 7.4: Hubungan antar Bagian-bagian Mebel ................................ Gb. 7.5: Model Almari dengan Konstruksi Tumpuan Almari ………... Gb. 7.6: Konstruksi Tumpuan Almari ………………………………… Gb. 7.7: Potongan Konstruksi Dinding Belakang Almari …………… Gb. 7.8: Nama Bagian-bagian Laci …………………………………… Gb. 7.9: Konstruksi Papan Muka Laci ………………………………… Gb. 7.10: Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci ...... Gb. 7.11: Laci logam dengan Dinding Muka Kayu …………………. Gb. 7.12: Konstruksi Laci Klasik ……………………………………… Gb. 7.13: Hubungan Rumah Laci Klasik …………………………….. Gb. 7.14: Laci Klasik Bersusun dengan Peluncur Gantung ……….. Gb. 7.15: Hubungan Papan Samping Laci dengan Papan Dasar Laci ........................................................................ Gb. 7.16: Macam-macam Konstruksi Papan Belakang Laci ............ Gb. 7.17: Macam-macam Lis Peluncur Laci ...................................... Gb. 7.18: Laci untuk Lis Peluncur Gantung ………………………….
246 247 247 247 248 248 249 249 250 250 251 25 252 252 253 253 254 255 256 256 257 257 258 259 260 261 262 263 263 264 264 265 266 267 267 268 268 269 270 271 272 272
xv
Gb. 7.19: Peluncur Laci Mekanis ……………………………………… Gb. 7.20. Macam-macam Kunci Laci ………………………………… Gb. 7.21: Macam-macam Model Pegangan Laci ............................ Gb. 7.22: Penggantung Almari Tanam ………………………………. Gb. 7.23: Sistem Membangun Almari Tanam Hiasan Tumpuan Almari ………………………………………………………... Gb. 7.24: Penghubung antar Dinding Almari ………………………… Gb. 7.25: Penyetelan Tumpuan dan Hiasan Tumpuan Almari ........... Gb. 7.26: Penutup Celah Dinding Tembok dengan Papan ………….. Gb. 7.27: Konstruksi Penutup Celah Dinding ………………………... Gb. 7.28: Pintu di dalam Dinding Almari dan Engselnya …………… Gb. 7.29: Pintu ditakik ke dalam Dinding Almari dan Engselnya …... Gb. 7.30: Pintu di luar Dinding Almari dan Engselnya ……………... Gb. 7.31: Kunci Pintu Kupu Tarung …………………………………. Gb. 7.32: Kunci Pintu Putar Mebel …………………………………… Gb. 7.33: Kunci Tiang / Batang ……………………………………... Gb. 7.34: Macam-macam Engsel …………………………………… GB. 7.35: Engsel Sendok ……………………………………………… Gb. 7.36: Mur-baut Bongkar Pasang ………………………………… Gb. 7.37: Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang ……….. …… Gb. 7.38: Mur-baut Bongkar Pasang ………………………………… Gb. 7.39: Mur-baut Bongkar Pasang dengan Penutup ……………. Gb. 7.40: Mur-baut Bongkat Pasang Kecil …………………………. Gb. 7.41: Pelat Penghubung Siku …………………………………… Gb. 8.1. Pola Patung Orang ………………………………………… Gb. 8.2. Pola Orang …………………………………………………. Gb. 8.3. Pola Kuda …………………………………………………… Gb. 8.4. Pola Bunga …………………………………………………. Gb 8.5. Macam-macam peralatan ukir …………………… ………. Gb. 8.6. Bagian-bagian pahat ukir ………………………………….. Gb. 8.7. Macam-macam pahat kuku ……………………………….. Gb. 8.8. Pahat kuku …………………………………………………… Gb. 8.9. Cara mengasah Pahat Kuku ………………………………. Gb. 8.10. Pahat lurus (penyilat) ……………………………………… Gb. 8.11. Cara mengasah Pahat Lurus (penyilat) ………………. Gb. 8.12. Gambar pahat lengkung setengah bulatan (kol) ………. Gb. 8.13. Cara mengasah Pahat lengkung ½ bulat ……………. Gb. 8.14. Gambar Pahat Miring (Pangot) ……………………… Gb.8.15. Cara mengasah Pahat Miring (Pangot) ……………… Gb. 8.16. Melukis/menggambar pola botol pada benda ……… Gb. 8.17. Menyayat bagian bawah dan atas botol ……………… Gb. 8.18. Menggambar pola botol pada sisi berikutnya ……….. Gb. 8.19. Menggambar pola botol pada sisi berikutnya ……….. Gb. 8.20. Mengukir tutup botol ……………………………….. …. Gb. 8.21. Cara mengukir tegak ……………………………………. Gb. 8.22. Membuat tegak lurus dan membuat alas (dasar) ……..
273 273 274 275 276 277 277 278 278 279 280 281 282 282 283 284 285 286 286 287 287 287 287 289 289 290 290 292 292 293 294 294 295 295 296 296 297 297 298 298 299 299 300 300 301
xvi
Gb.8.23. Cara mengukir miring …………………………………. Gb.8.24. Cara memasang pola pada benda kerja ……………… Gb. 8.25. Cara memasang pola pada benda kerja …………… Gb. 8.24. Ornamen klasik gaya jawa timur …………………….. Gb. 9.1: Peralatan Tangan yang Digunakan untuk Membuat Komponen Inlay ……………………………………….. Gb. 9.2.Motif Tatahan Sederhana ……………………………… Gb 9.3. Motif Kaligrafi ……………………………………………… Gb 9.4.Mengelem Motif Sederhana pada Kayu ……………….. Gb 9.5.Mengelem Motif Kaligrafi pada Kayu …………………... Gb 9.6.Memotong desain Inlay …………………………………. Gb 9.7. Potongan Komponen Inlay Bermotif Kaligrafi ………… Gb 9.8. Potongan Komponen Inlay Bermotif Sederhana ……. Gb 9.9.Menggambari untuk Komponen Inlay Motif Sederhana . Gb 9.10. Menggambari untuk Komponen Inlay Motif Kaligrafi … Gb 9.11. Hasil Penggambaran Motif Inlay Sederhana ……… Gb 9.12. Hasil lukisan Desain inlay kaligrafi ………………… Gb 9.13. Memahat kayu ………………………………………… Gb 9.14. Mesin Trimer dan Kacamata Pengaman …………. Gb 9.15. Membuat alur dengan Mesin Trimer ……………… Gb 9.16. Lubang/alur yang sudah selesai dikerjakan ……… Gb 9.17. Mengelem Alur Inlay ………………………………… Gb 9.18. Menerapkan Komponen Inlay ……………………… . Gb 9.19. Klos Penjepit ………………………………………… Gb 9.20. Penjepit Klem F ………………………………………. Gb 9.21. Hasil Perakitan ………………………………………… Gb 9.22. Penghalusan …………………………………………… Gb 9.23. Penerapan Inlay dengan Motif Kaligrafi ……………… Gb 9.24. Penerapan Inlay pada Bangku dengan Motif Alami … Gb. 10.1. Pori-pori Kayu yang akan difinishing ………………… Gb. 10.2: Dari Stoklak menjadi Selak Putih Batangan ………… Gb. 10.3: Cara Organoleptik …………………………………… Gb. 10.4: Cara Instrumentik …………………………………….. Gb. 10.5: Alat Perlengkapan Politur ……………………………… Gb. 10.6: Memilih Kuas …………………………………………… Gb. 10.7: Memilih Kaos Perca …………………………………… Gb. 10.8: Sistem Politur Natural ………………………………… Gb. 10.9: Sistem Politur Warna Transparan ………………….. Gb. 10.10: Cara Membuat Larutan Politur …………………… Gb. 10.11: Sistem Politur Kedap Warna ……………………… Gb. 10.12: Proses Politur Kedap Warna ……………………… Gb. 10.13: Finishing Ulang Politur Lama & Rusak …………… . Gb. 10.14. Ford Cup 4 dengan Rangka Kaki ............................. Gb. 10.15. Pengukuran Viscositas dengan Ford Cup 4 ............. Gb. 10.16. Penampang Ford Cup 4 ............................................ Gb. 10.17. Ford Cup 4 dan NK 2 …………………………………
301 302 302 303 304 305 305 305 306 306 306 307 307 307 308 308 308 309 309 309 310 310 310 311 311 311 312 312 317 321 323 324 325 325 326 327 331 333 334 335 338 342 342 343 344
xvii
Gb. 10.18. Mengukur Viscositas dengan Ford Cup 4 secara benam angkat ............................................................ Gb. 10.19. Bagian-bagian Spray Gun .......................................... Gb. 10.20. Mengatur Bidang Pancar Spray-gun ......................... Gb. 10.21. Pengatur Volume Bahan yang Keluar ........................ Gb. 10.22. Potongan Belah Spray-gun dan Fungsi Bagian-bagiannya ...................................................... Gb. 10.23. Aplikasi Jenis Pancaran pada Bidang Kerja................ Gb. 10.24. Jarak Semprot .…………………………………………. Gb. 10.25. Sudut Semprot ……………………………………......... Gb. 10.26. Pemegangan Pistol Semprot ………………………….. Gb. 10.27. Latihan Kecepatan Penyemprotan ……………………. Gb. 10.28. Mengukur Volume Bahan yang Keluar ......................... Gb. 10.29. Penyemprotan dengan Metode Tumpang Lapis .......... Gb. 10.30. Kalibrasi Tekanan Udara pada Pistol Semprot ............ Gb. 10.31. Ford Cup 4 ............................................................... .. Gb. 10.32. Sistem Melamine Warna Transparan .......................... Gb. 10.33. Sistem Melamine Warna Enamel ................................. Gb. 10.34. Sistem Alkyd Synthetic Resin Enamel (Cat Enamel)..... Gb. 10.35. Ruang Penyemprotan …………………………………..
344 345 346 347 347 348 349 350 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359
xviii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Beberapa Penyakit Akibat Kerja ........................................
6
Tabel 2. Singkatan bahan kayu .......................................................
28
Tabel 3. Singkatan bahan lembaran ................................................
28
Tabel 4. Singkatan bahan sintetis ...................................................
29
Tabel 5. Contoh Formulir Daftar Komponen .....................................
38
Tabel 6. Contoh Formulir Kalkulasi Harga ………………………...
39
Tabel 7. Persyaratan teknis kayu untuk berbagai penggunaan …..
47
Tabel 8. Pembagian Kelas Kuat Kayu ………………………………
48
Tabel 9. Umur pemakaian kayu pada berbagai keadaan dan pengaruh serangan serangga terhadap 5 kelas awet ….
49
Tabel 10. Jenis Noda dan Cara Menghilangkannya .......................
318
Tabel 11. Kelompok Alkohol ..........................................................
324
Tabel 12.. Metode Pengukuran Kekentalan ....................................
339
xix
I. Melaksanakan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada pelaksanaan pekerjaan teknik perkayuan baik di bengkel maupun di lapangan kerja. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Menerapkan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan dan Menerapkan Keselamatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. Mengenal Profesi Teknisi Perabot Kayu 2. Menerapkan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan 3. Menerapkan Keselamatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan
1.
Mengenal Profesi Teknisi Perabot Kayu
1.1. Ruang Lingkup Pekerjaan Seorang Teknisi Perabot Kayu mampu bekerja mandiri atau bekerja pada sebuah pabrik perkayuan yang menangani beberapa pekerjaan dengan didasari kompetensi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Melaksanakan pekerjaan pengeringan kayu. Membuat desain dan gambar kerja perabot kayu. Menggunakan peralatan tangan dan mesin kayu. Melaksanakan pekerjaan sambungan perabot kayu. Melaksanakan pekerjaan interior dan eksterior rumah dari bahan kayu. 6. Melaksanakan pekerjaan perabot kayu untuk rumah tinggal dan perkantoran. 7. Melaksanakan pekerjaan finishing kayu.
Ruang lingkup pekerjaan Teknisi Perkayuan seperti terlihat pada Gb.1.1. terdapat sebagian dari itu yang dicetak tebal adalah ruang lingkup pekerjaan teknisi perabot kayu, yaitu meliputi pekerjaan pembuatan: Almari Tanam, Penyekat Ruangan, Pelapis Dinding, Almari Dapur, Almari Dinding, dan Rak. Juga termasuk pekerjaan pembuatan Meja dan Kursi Tamu, Meja dan Kursi Makan, Meja dan Kursi Teras/Taman.
1
Dinding Penyekat Pelapis Atap Lantai Papan Pintu Sorong
Almari Tanam
Pelapis Dinding
Penyekat Ruangan Almari Dapur
Pelapis Dinding Pemanas Almari Dinding Rak
Pintu Garasi Tangga Kayu Pintu Lantai Pintu Keluar Bawah Lantai Bawah
Pintu Kaca Pintu Kamar
Jendela Terang Atas
Pintu Rumah
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 1.1. Ruang Lingkup Pekerjaan Teknisi Perkayuan
1.2. Keperluan Ruang pada Bengkel Perkayuan Jumlah, luas, dan jenis ruang pada suatu pabrik perkayuan tentu disesuaikan dengan jenis dan banyaknya kegiatan kerja yang dilaksanakan. Keperluan ruang bisa ditentukan berdasarkan hal di atas. Untuk memberi gambaran tentang tata letak ruang dari suatu pabrik perkayuan bisa di lihat pada Gambar 1.2. yaitu suatu pabrik perkayuan yang ada di Eropa dengan ruang pendukung berada di bawah tanah dan ruang kerja utama berada di atasnya. Ruang pendukung terdiri dari ruang istirahat, ruang ganti pakaian, toilet, ruang cuci pakaian. Ruang kerja utama terdiri tempat penggergajian kayu, ruang mesin, ruang kerja bangku, ruang pengasahan, ruang finishing, ruang perencanaan, ruang supervisor atau pengawas.
2
Kantor
Ruang Pengering Ruang Finishing
Pintu Masuk
Ruang Bangku Ruang Mesin
Ruang Ganti Pakaian
Ruang Cuci Pakaian Toilet Ruang Istirahat Gudang Finir
Pemanas
Penggergajian Kayu
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 1.2. Contoh Tata Letak Ruang Pabrik Perkayuan
2.
Penerapan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan Dalam dunia pekerjaan segala kendala kerja harus dihindari, karena akan menghambat produktivitas dan mengurangi keuntungan. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah penyakit. Tidak masuk kerja karena penyakit membawa dua kali lipat kerugian bagi perusahaan, yaitu kerugian dalam waktu kerja dan biaya untuk mengatasi penyakit tersebut. Perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu penyakit umum, dan penyakit akibat kerja. Penyakit umum adalah semua penyakit yang mungkin dapat diderita oleh setiap orang, baik yang bekerja, masih sekolah, atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggungjawab seluruh anggota masyarakat. Penyakit akibat kerja dapat timbul setelah seorang pekerja yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Memang tidak seluruh pekerjaan menimbulkan penyakit, yang jelas adalah ada pekerjaan yang menyebabkan beberapa macam penyakit, dan ada pula yang mencetuskannya. Baik penyebab maupun pencetus dapat dicegah sedini mungkin.
3
Pencegahan dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu kerja dan kesehatan. Gangguan ini terdiri dari beban kerja, beban tambahan oleh faktor lingkungan kerja, dan kapasitas atau memampuan kerja. 2.1. Faktor-faktor Penyebab Penyakit Faktor-faktor penyebab beberapa penyakit (Dr. Bennett N. B. Silalahi,MA. Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1995) dikelompokkan dalam golongan berikut ini: fisik, kimia, biologis, fisiologis, dan psikologis. Untuk lebih jelasnya golongan tersebut diuraikan sebagai berikut: 2.1.1. Golongan Fisik: a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian atau pekak (sementara atau permanen); b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan ketulian sedangkan suhu yang rendah sekali dapat menyebabkan kekakuan dan keradangan akibat dingin; c. Radiasi sinar Rontgen atau sinar-sinar radio aktif yang menyebabkan kelainan pada kulit, mata, bahkan susunan darah; d. Tekanan udara yang tinggi menyebabkan ketulian permanen, Caissc n disease (keadaan yang ditandai dengan kelumpuhan, rasa sakit karena pada udara), dan lain – lain. e. Penerangan yang kurang baik menyebabkan kelainan pada mata atau indera penglihatan.
2.1.2. Golongan Kimia a. Debu dan serbuk yang menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan; c. Gas, misalnya keracunan karbon monoksida, hidrogen sulfide, dan lain-lain. d. Uap yang menyebabkan keracunan atau penyakit kulit. e. Cairan beracun.
2.1.3. Golongan Biologis a. Tumbuh – tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi; b. Penyakit anthrax (semacam infeksi) dari hewan atau Brucella pada karyawan penyamak kulit
4
2.1.4. Golongan Fisiologis a. Konstruksi mesin atau perlatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh manusia; b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik; c. Cara bekerja yang membosankan atau meletihkan. 2.1.5. a. b. c.
Golongan Psikologis Proses kerja yang rutin dan membosankan; Hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut; Suasana kerja yang serba kurang aman.
2.2.
Beberapa Penyakit Akibat Kerja Tabel 1. Beberapa Penyakit Akibat Kerja
Bagian Tubuh yang Terganggu
Gejala
Penyebab
1. Mata
Kemerah-merahan, iritasi, berair, risi, buta pengelas.
Asap, ozone, ammonia, debu logam, asam, radiasi ultraviolet.
2. Kepala
Pusing, sakit kepala
Larutan gas, suhu tinggi, kebisingan, emosi dapur kokas, karbon monoksida.
3. Otak dan Sistem Syaraf
Ketegangan, gelisah, risi, tidak bisa tidur, gemetar, gangguan berbicara.
Kebisingan, DDT, timah, air raksa, kepone, larutan benzene, karbon tetrakloride, hidrogen sulfide, mangaan.
4. Telinga
Berngiang, kepekaan sementara, tuli
Bunyi dan getaran
5. Hidung dan Tenggorokan
Bersin, batuk, radang kerongkongan, kanker hidung
Ammonia, larutan, soda api, debu, fume, chromates, serbuk kayu, damar, emisis
6. Dada dan Paru-paru
Emphyema, bengek, sesak nafas, batuk kering, kanker, gejala flu.
Debu kapas, TDI, ensim letergen, beryllium, larutan, hydrogen sulfide, ozone, talkum, asbestos, debu batubara, silica, chromate, magnesium, nickel, oxide logam mengelas, emisi dapur kokas.
7. Otot dan Punggung
Perih dan kaku
Terlalu banyak mengangkat/mengangkat dengan cara yang salah, membungkuk, getaran, posisi tubuh tidak enak
5
Bagian Tubuh yang Terganggu
Gejala
Penyebab
8. Hati
Kurang nafsu makan, hepatitis, penyakit kuning, kanker, cirrhosis
Larutan, karbon tetrachloride, gas anastetis, vinyl chloride
9. Ginjal dan Kantong Kemih
Perih, gangguan buang air kecil, kanker
Timah,cadmium, larutan, arsenik, alkohol, pewarna, benzidine
10. Sistem Reproduksi
Mandul, impoten, kelainan kongenital, keguguran
DES, timah, pestisida, radiasi, gas anestetis, xylene, benzene
11. Kulit
Kemerah-merahan, kering, gatal, bisul, kanker kulit
Larutan, epoksi, minyak, fibreglass, soda api, nickel, minyak mineral, arsenic, aspal, tar, radial, emisi dapur kokas.
Sumber: Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dr.Bennett N.B.Silalahi, MA dan
Rumondang B.Silalahi, MPH., PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1995.
2.3. Langkah-langkah Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Langkah-langkah ke arah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari (a) kesadaran manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja, dan (b) pengaturan tata-cara pencegahan. Manajemen harus sadar bahwa peningkatan produktivitas kerja sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan prestasi kerja. Kedua hal ini tidak terlepas dari tenaga kerja yang sehat, selamat, dan sejahtera. Jadi, peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kerja harus dilengkapi oleh lingkungan yang sehat. Tata-cara pencegahan penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut: a. Substitusi bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman. b. Isolasi mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan / larutan yang menimbulkan gas berbahaya. c. Ventilasi Penyedotan d. kipas penghisap atau exhaust fan pada tempat-tempat tertentu dipasang agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih. Misalnya, tempat parkir di lantai bawah tanah harus dilengkapi dengan exhaust fan. e. Ventilasi Umum
6
f.
g. h.
i. j.
k. l.
m. n.
o. p.
q. r.
3.
Tempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran udara. Alat Pelindung Alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh karyawan misalnya topi pengaman, masker, respirator (alat pernafasan), kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, dan sebagainya. Pemeriksaan kesehatan pra-karya sebagaimana diterangakan di atas, setiap pekerja harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing. Pemeriksaan Kesehatan Berkala. pemeriksaan ini perlu untuk mengindera sedini mungkin apakah faktor-faktor penyebab penyakit di atas sudah menimbulkan gangguan atau kelainan. Pemeriksaan Kesehatan Khusus. Pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus. Langkah seperti ini sangat membantu pekerja itu sendiri maupun manajemen. Penerangan Pra-Karya Pekerja harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. Langkah seperti ini biasanya menimbulkan rasa berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. setiap penyedia, mandor, anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Ahlinya harus menjalani pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan berulang -ulang. Mereka kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik (good Manufacturing Practice) dan kesehatan kerja itu sendiri.
Penerapan Keselamatan Kerja pada Pelaksanaan Pekerjaan Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Perlindungan Kecelakaan pada Tempat Kerja merupakan salah satu aspek penting pada suatu pelaksanaan pekerjaan yang harus selalu diupayakan dan dijaga oleh semua pihak agar keselamatan kerja terjamin.
7
Perlindungan kecelakaan pada tempat kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut: 3.1. Perlindungan Kecelakaan terhadap Operator/Teknisi 3.2. Perlindungan Kecelakaan terhadap Mesin dan Alat kerja 3.3. Perlindungan Kecelakaan terhadap Benda Kerja 3.4. Perlindungan Kecelakaan terhadap Tempat/Lingkungan Kerja
3.1. Perlindungan Kecelakaan terhadap Operator/Teknisi Alat untuk perlindungan kecelakaan terhadap Operator/Teknisi pada industri atau perusahaan biasa disebut Alat Pelindung Diri (APD) yang secara standar (Gb. 1.3.) terdiri dari: a. Sepatu Kerja (Safety Shoes), berfungsi melindungi jari-jari dan kaki dari benda tajam dan kejatuhan benda berat. Juga berfungsi sebagai alas kaki saat kita bekerja. b. Pelindung Telinga bisa berbentuk menutup seluruh daun telinga atau hanya menutup lubang telinga, berfungsi untuk mengurangi suara bising dari mesin-mesin perkayuan yang terdengar oleh telinga kita. c. Masker Hidung ada yang hanya untuk debu atau partikel-partikel lembut dan untuk uap kimia. Masker Hidung tersebut berfungsi untuk menghalangi masuknya debu gergajian kayu atau uap bahan kimia finishing kayu ke dalam pernafasan kita. d. Kaos Tangan dari bahan kulit dikombinasikan dengan kain tebal yang berfungsi melindungi jari-jari dan telapak tangan kita pada saat mengangkat atau membawa beban berat. e. Kaca Mata Pengaman terbuat dari plastik yang menutup seluruh mata dan sekitarnya atau bentuk seperti kacamata biasa yang sisi sampingnya ada plastik pelindungnya dan kacanya bisa berwarna gelap atau terang.
8
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing.Wolfgang Nutsch,2005
Gb. 1.3. Alat Pelindung Diri (APD) bagi Teknisi Perkayuan
3.2. Perlindungan Kecelakaan terhadap Mesin dan Alat kerja Perlindungan Kecelakaan terhadap Mesin dan Alat Kerja bisa menjadi satu kesatuan alat yang dipasang pada mesin. Fungsi pelindung tersebut selain melindungi mesin juga melindungi benda kerja dari kecelakaan yang mungkin terjadi, sekaligus melindungi Operator/Teknisi yang mengoperasikan mesin tersebut (Gb. 1.4).
Pelindung Putaran Pisau Ketam Perata
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing.Wolfgang Nutsch,2005
Gb. 1.4. Pelindung Putaran Pisau Ketam Perata 9
3.3. Perlindungan Kecelakaan terhadap Benda Kerja
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 1.5. Membelah Papan Menggunakan Mesin Gergaji
Perlindungan Kecelakaan terhadap Benda Kerja bisa menjadi satu kesatuan dengan perlindungan terhadap mesin dan alat kerja karena keselamatan terhadap benda kerja sangat terkait dengan perlindungan kecelakaan terhadap mesin dan alat kerja serta tatacara dan proses kerja yang aman.
3.4. Perlindungan Kecelakaan terhadap Tempat/Lingkungan Kerja Supaya terhindar dari kecelakaan yang diakibatkan oleh keadaan tempat/lingkungan kerja, maka bahaya-bahaya yang terdapat di sekitar tempat kerja perlu dikenal dan dan diidentifikasi terlebih dahulu. Ketidakwajaran keadaan sekitar akan mengakibatkan gangguangangguan terhadap badan atau jiwa. Hal-hal yang kurang maupun yang lebih akan merupakan gangguan atau kerusakan jikalau sifatnya berlebihan.
10
Keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan berbahaya (Dr. Bennett N. B. Silalahi,MA. Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1995) antara lain sebagai berikut: 3.4.1. Suhu dan kelembaban udara; 3.4.2. Kebersihan udara; 3.4.3. Penerangan dan kuat cahaya; 3.4.4. Kekuatan bunyi; 3.4.5. Cara kerja dan proses kerja; 3.4.6. Udara, gas-gas yang bertekanan; 3.4.7. Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan; 3.4.8. Keadaan lingkungan setempat. 3.4.1. Suhu dan kelembaban udara Suhu yang ekstrem seperti terlalu dingin atau terlalu panas sangat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan para pekerja. Setiap mesin menimbulkan panas. Debu, kelembaban udara, dan pencemar udara serta tubuh manusia sendiri adalah sumber ketidaknyamanan di lingkungan kerja disamping panasnya udara. Sinar matahari yang berhasil masuk ke ruang kerja meningkatkan suhu yang ada. Oleh sebab itu, perlu kiranya diadakan alat pengendalian suhu, debu, dan bau di setiap tempat kerja. Di negara-negara tropis pengendalian suhu sangat penting sepanjang tahun. Pengendali suhu yang relatif murah adalah AC Central yang dapat disalurkan ke seluruh ruang kerja termasuk bengkel. Guna mengalirkan udara yang telah disejukkan, exchaust fans perlu dipasang di sudut-sudut tertentu. Udara yang nyaman dan mengalir mengurangi bakteri dan hawa bau dari udara. 3.4.2. Kebersihan udara Kebersihan udara pada lingkungan kerja sangat mempengaruhi kesehatan pekerja. Oleh sebab itu perlu ditempuh cara-cara menjaganya, baik secara alami maupun buatan. Untuk menjaga kebersihan udara secara alami, antara lain dapat di tanam pohon perindang di areal sekitar tempat kerja. Sedangkan untuk menjaga kebersihan udara secara buatan, seperti pada ruang mesin perkayuan dapat dipasang penyedot debu (blower) secara terpusat. 3.4.3. Penerangan dan kuat cahaya Penerangan dan kuat cahaya pada tempat kerja sebaiknya mencukupi untuk melaksanakan aktivitas pekerjaan. Faktor penting yang mempengaruhi hal tersebut adalah warna cat, lampu, dan alat penerangan. 11
Standar penerangan yang diterima adalah setara dengan 100 s.d. 200 kali lilin. Penerangan harus memperhatikan tidak timbulnya kesilauan (glare), pantulan dari permukaan yang berkilat, dan peningkatan suhu ruangan. Ternyata lampu fluorescent (neon) lebih memenuhi syarat dalam hal ini. Warna cat tembok dan langit-langit sebaiknya tidak membosankan. Warna sebaiknya menyeragamkan penerangan sekitar, namun harus pula ada warna-warna yang kontras untuk menjegah kebosanan. Pusat-pusat tumpuan mata seperti meja kerja atau peralatan harus tidak memantulkan cahaya. Disarankan agar langit-langit dan bagian atas tembok dicat dengan warna muda pastel. Bagian bawah tembok dan tempat-tempat peralatan di cat dengan warna yang lebih tua. Lingkungan mesinmesin dicat dengan warna kontras. 3.4.4. Kekuatan bunyi Kekuatan bunyi yang mempunyai kebisingan di atas batas normal (85 db = decibel adalah satuan kepekakan suara) dapat mempengaruhi kemerosotan syaraf dan keletihan mental. Maka dari itu diupayakan pengendalian atas kebisingan dan getaran melalui hal-hal berikut ini: a. Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan, dan peralatan harus senantiasa diberi minyak pelumas. b. Cegah penggunaan mesin yang menimbulkan kebisingan di atas 95 db. c. Pergunakan peredam getaran seperti akustik, karet, dan barang lain yang sejenis. d. Sumber-sumber getaran harus diisolasi. e. Dinding dan langit-langit sedapat mungkin dilapisi dengan bahan akustik. f. Gunakan alat penyumbat telinga pada tempat yang mempunyai kebisingan di atas 95 db. 3.4.5. Cara kerja dan proses kerja Untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja maka harus selalu menerapkan standard operational procedure yang ditentukan sehingga cara dan proses kerja selalu memenuhi standar. Untuk itu sebelum mulai bekerja harus direncanakan lebih dulu tata-cara dan proses kerja yang efektif dan aman. 3.4.6. Udara, gas-gas yang bertekanan Udara dan gas yang bertekanan harus selalu diperiksa dan dipasang regulator pada tempat tertentu sehingga mudah untuk diatur. Gunakan udara dan gas yang bertekanan ini sesuai dengan 12
fungsinya. Jangan gunakan udara tekan untuk membersihkan pakaian kerja dan badan karena tekanan udara yang masuk ke dalam pori-pori kulit bisa membahayakan atau mencelakakan. 3.4.7. Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan; Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan harus selalu dalam keadaan siap dioperasikan secara optimal. Untuk itu perlu menerapkan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) terhadap mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja secara berkala sehingga menjamin produktivitas yang optimal. 3.4.8. Keadaan lingkungan setempat. Keadaan lingkungan setempat yang perlu dijaga guna menjamin kesehatan dan keselamatan kerja antara lain adalah: a. Pengaturan tata rumah tangga (house keeping), yang mencakup kebersihan, ketertiban, keteraturan tempat kerja, tata ruang, peredaran udara, dan penerangan. b. Diterapkan preventive maintenance terhadap mesin-mesin dan alat kerja serta bahan yang dipakai. c. Pengaturan pekerja yang meliputi kondisi mental dan fisik, kebiasaan kerja baik dan aman, serta pemakaian alat pelindung diri. d. Pengaturan tata-cara kerja, meliputi prosedur kerja yang aman dan menurut petunjuk manual.
13
II. Melakukan Pekerjaan Persiapan Pembuatan Mebel Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi tentang melakukan pekerjaan persiapan pembuatan mebel. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Melakukan Pekerjaan Persiapan Pembuatan Mebel yang terdiri dari tiga Kompetensi Dasar yaitu Menginterpretasikan Gambar Kerja, Merencanakan Kebutuhan Bahan, serta Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. Menginterpretasikan Gambar Kerja 1.1. Pengetahuan desain 1.2. Prinsip-prinsip desain 1.3. Mendesain perabot 2. Merencanakan Kebutuhan Bahan 2.1. Bahan kerja 2.2. Istilah dan singkatan bahan 3. Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen 3.1. Gambar kerja 3.2. Daftar komponen
1.
Menginterpretasikan Gambar Kerja Dalam pembuatan mebel hendaknya kita mengerti lahirnya sebuah mebel hal tersebut untuk menghindari duplikasi desain sehingga diharapkan seseorang pembuat mebel tidak hanya bisa sekedar menjiplak dari yang ada atau mengkopi dari desain orang lain yang laku dipasar, dengan demikian akhirnya diharapkan juga bisa menginterprestasikan gambar kerja dengan baik.
1.1. Pengetahuan desain Kata desain mengandung arti yang sangat luas yaitu suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan, di mana titik beratnya adalah melihatnya sesuatu masalah/obyek tidak secara terpisah atau sendiri, melainkan sebagai suatu keseluruhan di mana satu masalah saling kait mengkait yang dapat digambarkan sebagai berikut :
14
….
DUDUKAN
BAHAN
KURSI
…. MODEL
….
UKURAN
KONSTRUKSI
KNOCK DOWN
METAL
Gb. 2.1. Skema Desain Merancang adalah proses mencipta bentuk melalui sketsa dari yang belum ada menjadi nyata/kenyataan dengan maksud tertentu, biasanya karya rancang adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis misalnya kursi, tidak hanya tampak menarik, tetapi harus berdiri kokoh, nyaman diduduki, dan aman digunakan. Sehingga desain adalah upaya manusia untuk memecahkan kebutuhan fisik dengan pendekatan penyelesaian melalui keterampilan, dengan pertimbangan ekonomis, teknologi, bahan, estetis (keindahan) atau keseluruhan. Dalam budaya industri, desain adalah suatu upaya penciptaan model, kerangka, bentuk, pola atau corak yang direncanakan dan dirancang sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia/pemakai, dalam hal ini disebut juga konsumen akhir. Dengan demikian desain lebih banyak dipengaruhi oleh kecepatan membaca situasi, pemenuhan kebutuhan pasar, permintaan konsumen, serta kekayaan akan ide-ide dan imajinasi untuk menciptakanya serta pengembangkan desain produk baru Untuk mendapatkan ide, desainer bisa memperoleh inspirasi dari lingkungan kehidupan di sekitarnya yang tiada habis-habisnya dengan cara merenung, melihat, mengasosiasikan dan mengembangkan ide yang pada akhirnya mendapatkan sesuatu yang sangat berguna terhadap hasil karyanya, misalnya alam merupakan guru terbaik bagi desainer untuk mendapatkan ide, sehingga hal demikian ini banyak dijumpai suatu hasil karya yang ditemukan masih ada hubungannya dengan alam.
15
Proses penggalian ide masih dapat dilihat dan dianalisa dalam pikiran manusia melalui bentuk konsep yang optimal, serta penggalian ide tidak terbatas apa yang ada yang pernah kita lihat namun bisa dengan membuat trial and eror sampai mendapatkan yang dikehendaki. Problem solving merupakan pemecahan masalah dalam mewujudkan sebuah produk baru (new product) atau penemuan baru (invention). Metode praktis berpikir inovatif adalah salah satu cara sederhana dalam membuat gagasan desain yang memiliki unsur kebaruan. Langkah ini dapat dipakai untuk mendapatkan produk baru mulai dari Perencanaan, Konsep, Desain, Gambar Kerja dan Pembuatan Model/ Prototype
KONSEP PERENCANAAN PRODUK
x x x x x
x
Pilosofi Problem solving Data Analisis Batasan Kriteria
DESAIN x Sketsa design x Alternatif design x Pengembangan x Keputusan
PRODUKSI
x MODEL x PROTOTYPE
GAMBARKERJA
Gb. 2.2. Konsep Perencanaan Produk 1.1. Prinsip-prinsip desain 1.1. Proporsi (proportion) Perbandingan antara bentuk elemen besar dan kecil. Proporsi menyangkut suatu hubungan bagian dengan bagian yang lain atau bagian dengan keseluruhan, atau antara satu obyek dan obyek yang lainnya. Proporsi bertalian erat dengan hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu komposisi, hubungan ini dapat berbentuk suatu besaran, kuantitas atau tingkatan.
16
KUBUS
PENDEK
JANGKUNG
KURUS
Perabot yang proporsinya sangat berbeda
Gb. 2.3. Proporsi
1.1.1. Skala (scale) Dalam prinsip desain terdapat beberapa skala yang lazim dipakai dalam desain yaitu skala mekanik dan skala visual, skala mekanik adalah perhitungan sesuatu fisik berdasarkan sistim ukuran standar, bisa dengan cm, mm, inci, kaki dan lain sebagainya, sedangkan skala visual adalah merujuk pada besarnya sesuatu yang tampak karena diukur terhadap benda-benda lain disekitarnya. Kita dapat mengatakan berskala kecil jika kita mengukurnya dengan membandingkan terhadap benda-benda lain yang umumnya jauh lebih besar ukurannya, begitu pula sebaliknya. 1.1.2. Keseimbangan (balance) Prinsip keseimbangan dalam desain adalah menyangkut kepekaan kita terhadap ketidak-teraturan dan keseimbangan, karena ketidak- seimbangan akan menimbulkan perasaan tidak tenang, tidak sesuai, sehinggga untuk mendapatkan keseimbangan harus mempertimbangankan ”bobot visual”, yaitu suatu elemen yang ditentukan oleh ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Ada dua kelompok keseimbangan yang perlu kita mengerti adalah keseimbangan formal dan keseimbangan informal
17
Gb. 2.4. Keseimbangan Formal
Gb. 2.5. Keseimbangan Informal
(a) Keseimbangan formal Keseimbangan formal adalah keseimbangan yang dapat dicapai dengan menata elemen-elemen sebelah kanan dan kiri garis simetris yang mempunyai bobot visual sama contoh: meja dapur dan lampu sebelah kanan dan kiri adalah sama sama jumlahnya maupun penataanya dan mempunyai jarak yang sama terhdap garis pusat.
(b) Keseimbangan informal Keseimbangan informal (asimetris) adalah keseimbangan yang dicapai dengan menata elemen yang tidak sama, misal mebel yang tidak sama (asimetris ) di kanan dan kiri garis, meja dan elemen dinding di kanan dan kiri garis sumbu tidak sama
1.1.3. Keselarasan (harmoni) Harmoni dapat didefinisikan sebagai keselarasan atau kesepakatan yang menyenangkan dari beberapa bagian atau kombinasi beberapa bagian dalam satu komposisi. Suatu perencanaan yang unsurnya selaras, akan terasa sebagai suatu kesatuan, bukan sekadar penggabungan dari beberapa bagian yan lepas satu sama lainnya. Untuk mendapatkan keharmonian dapat digunakan unsur-unsur yang sama, akan tetapi harmoni jika dipaksakan dalam penggunaan unsur-unsur dengan aspek yang sama dapat menghasilan komposisi dengan suatu kesatuan tanpa daya tarik. 1.1.4. Kesatuan dan keragaman (unity dan variety) Prinsip keseimbangan dan harmoni, dalam mencapai kesatuan, tidak mengesampingkan usaha mengejar variasi dan daya tarik, untuk mencapai kesatuan yang diinginkan dapat diusahakan tetap mempertahankan elemen yang paling dominan yang terus berulang-ulang, sedangkan keragaman merupakan bagian yang dapat memperkaya perbedaan namun tetap bernuansa satu.
18
1.2.
Mendesain perabot Sebagai bagian dari bangunan termasuk mebel/perabot dan tatanan interior di dalamnya, mendesain mebel yang selama ini termasuk hal yang hanya menjadi minat seseorang makin lama menjadi tantangan banyak orang. Sesungguhnya merupakan kesadaran pemilik akan pentingnya perabot dalam suatu ruangan, dengan cara mempertahankan bangunan lama, perabot lama menjadi daya tarik sendiri, terutama di negara kita, mebel antik lebih banyak disukai meski faktanya telah direproduksi dan di eksport, masih banyak orang yang lebih mementingkan keuntungan materi semata, dibanding memikirkan keuntungan nonmateri. Beberapa mebel lama yang antik, seperti peninggalanpeninggalan atau bangunan lama yang hingga kini masih bisa dinikmati keindahannya, misalnya gedung sekaligus interiornya, merupakan hasil karya yang abadi, makin lama menjadi makin disukai dan makin dicari. Perabot lama dalam bentuknya pada umumnya terdapat banyak ukiran maupun lengkungan, bahkan di lingkungan keraton masih menyisakan perabot antik masa kolonial. Seiring dengan masuknya pedagang dari Cina, India, dan Eropa, semakin kelihatan pengaruh mereka terhadap model mebel pada zaman itu. Sampai sekarang merupakan karya desain perabot yang baik untuk dipelajari.
1.2.1. Potongan emas dan penggunaanya
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.- Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 2.6. Potongan Emas dan Penggunaanya
19
Rumusan ini dapat digunakan untuk menentukan besaran sebuah mebel meskipun juga harus memperhatikan penempatanya / tempat kedudukanya dan beberapa tuntutan lainnya seperti kesesuaian dengan penggunannya, barang yang disimpan di dalamnya dan kemudahan transportasi. Penting untuk diperhatikan dalam melahirkan sebuah mebel adalah bentuk secara keseluruhan, serat kayu, dan tampak dari depan serta konstruksi yang sesuai dengan keadaan yang diharapkan, artinya konstruksi dapat knock down (bongkar pasang) atau mati, dapat didorong atau berdiri tetap itu semuanya harus dipikirkanya sebelum mebel diproduksi. (a) Meja kerja satu biro
c
a
b
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Meja kerja satu biro dapat dipakai sekretaris, guru, kepala departemen dengan dua tempat laci kanan dan kiri pemakai a= panjang meja, 1.200 mm. b= lebar, 600 mm. c= tinggi, 750 mm. Ukuran di atas tidak harga mati, karena ukuran meja dapat disesuaikan dengan pemakai, alat kerja yang digunaan, sifat pekerjaan.
Gb. 2.7. Meja Kerja Satu Biro (b) Kredensa
b
a
c
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Ketinggian Kredensa dapat disamakan dengan tingginya meja, namun dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus akibat fungsi lain, misalnya untuk sekat orang bekerja, untuk pembatas ruang, bahkan dapat dibuat lebih rendah, karena fungsi lain, misal di atas ditaruh buku, ordner, sedang pintu depan bisa dibuat geser (sliding door), atau kupu-tarung.
Gb. 2.8. Kredensa
20
(c) Mebel dari papan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Mebel terbuat dari papan kayu, dikonstruksi sedemikian rupa sehingga papan-papan itu langsung menerima beban dan berfungsi langsung sebagai penyangga pada sistem konstruksinya, sebagai contoh dinding samping berfungsi sebagai kaki penyangga dan penutup dinding. Mebel sejenis ini lebih ramping dibanding dengan konstruksi rangka.
Gb. 2.9. Almari Kecil (d) Mebel dengan konstruksi rangka
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 2.10. Almari Pakaian
Almari ini terbuat dari papan kayu diperkuat dengan bingkai, sehingga papan dapat dibuat tipis, dan rangka lebih tebal, papan isian pada rangka dapat juga dipakai papan buatan, mebel konstruksi rangka dengan kaki papan disusun sedemikian rupa dapat berdiri lebih stabil asal papan kaki dibuat lebih rata dan kuat. Konstruksi sambungan rangka dengan pen dan lubang dengan bantuan lem dan sekerup. Konstruksi mebel semacam ini akan lebih kuat dan stabil. Untuk mendapatkan mebel yang baik, serat kayu pada isian harus disusun sedemikian rupa sehingga rapi dan terkesan langsing. Pada sambungan papan isian biasa digunakan lidah alur, takik separo, dowel, lamelo dengan perkuatan lem putih. Selain itu ada baiknya papan isian ini dapat memakai kayu lapis seperti multipleks, blockboard, teakblock, dan lain-lain.
21
(e) Konstruksi rangka terpisah
Konstruksi rangka terpisah mirip dengan konstruksi rangka diatas namun hanya sebagian badan mebel dengan papan. Sedangkan untuk kaki dengan rangka kayu masip. Sambungan badan dan kaki dengan lidah alur, atau dowel yang diperkuat dengan lem dan sekerup agar lebih kuat.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 2.11. Laci Susun
Untuk memperkuat kedudukan badan mebel, pada sisi bawah ditumpu kayu (ambang bawah) yang menghubungkan konstruksi kaki samping-samping dengan perkuatan sekerup.
(f) Mebel dengan konstruksi papan buatan
Yang dimaksud papan buatan adalah papan/lembaran multipleks, block-board, teak-block dan sejenisnya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Pembuatan sambungan mebel dengan bahan sejenis ini sedikit berbeda dengan cara yang dilakukan untuk pembuatan mebel kayu pada umumnya, karena konstruksi sambungan yang kita buat dapat dilakukan dengan lebih sederhana, misal dengan dowel, lamelo, lidah alur, dan dapat dengan konstruksi knock-down.
Gb. 2.12. Almari dengan Pintu Sorong
22
(g) Mebel jenis almari
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 2.13. Macam-macam Almari
Disamping ini terdapat beberapa contoh mebel dari kiri ke kanan antara lain: a. Langsung terletak pada lantai dengan pintu tanpa bingkai. b. Dengan kaki, konstruksi mebel dengan rangka, pintu tanpa bingkai. c. Dengan kaki berdiri sendiri, sedang badan mebel menumpang di atasnya, pintu tanpa bingkai. d. Konstruksi mebel dengan bingkai, sehingga ada perlu papan isian (panel). e. Badan mebel terletak langsung di lantai dengan pintu rol, membuka ke atas / ke bawah. f. Badan mebel ditumpu kaki yang terpisah, biasanya badan mebel terbuat dari papan buatan (multipleks).
g. Mebel langsung terletak di lantai, papan penutup atas dibuat lebih lebar, dan semua pembuka memakai laci. h. Mebel ini dibuat dengan kaki lebih tinggi, biasanya terbuat dari papan buatan (multipleks), biasanya mebel seperti ini dilengkapi dengan meja. (h) Pintu ganda dan tunggal
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Penentuan pintu ganda atau pintu tunggal adalah sangat tergantung dari lebar mebel, karena dengan pintu ganda diharap engsel kuat dan mampu menahan beban yang diterimanya, tahan lama. Harus dipikirkan daun pintu agar tidak memakan tempat saat dibuka sehingga tidak dapat mengganggu sirkulasi orang yang lewat didepannya.
Gb. 2.14. Bukaan Pintu Almari
23
(i) Almari dengan laci atas
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Apabila diperlukan penyelesaian dapat dilakukan untuk atas dengan laci, dan bawah dengan pintu berengsel. Konstruksi laci dapat menggunakan peluncur metal (buatan pabrik), atau peluncur kayu bahkan tanpa peluncur. Sedangkan mebel berdiri langsung di lantai dengan tumpuan merata dengan papan supaya mebel dapat berdiri stabil.
Gb. 2.15. Almari dengan Laci Atas (j) Stabilitas
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Mebel harus mampu menerima dorongan dari samping, maupun pada waktu pengangkatan, untuk itu yang diperkuat adalah konstruksi sambungan pada sudut, penutup belakang, perkuatan konstruksi arah diagonal. Kekuatan ini tidak hanya mebel dalam keadaan kosong, namun juga pada waktu berisi penuh.
Gb. 2.16. Memindah Perabot
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 2.17. Pemindahan Almari
Ukuran dan mobilitas mebel harap dipikirkan dalam perencanaan, terutama yang berkaitan dengan tinggi plafon, lobang pintu, tikungan pada tagga, lebar tangga, kemampuan untuk mengangkut / mengangkat, sehingga dalam membuat mebel yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Lebar b. Tinggi c. Tebal d. Sistem konstruksi
24
2.
Merencanakan Kebutuhan Bahan
2.1. Bahan kerja Bahan kerja untuk pembuatan mebel kayu harus memenuhi syarat kekeringanya (kadar air), cacat /serat, kelas, umur dan pada umumnya kayu tua lebih tahan terhadap serangan hama. Kayu Bulat (log)
Kayu Gergajian
Limbah Sebetan
Bahan Mebel Finir
Strip Kayu Solid
Block board
Bahan Mebel
Gb. 2.22. Proses Penyediaan Bahan
Proses penyediaan bahan mebel mulai dari bahan glondongan/kayu bulat menjadi bahan mebel seperti pada alur gambar diatas adalah kayu glondong digergaji dengan ukuran sesuai dengan perencanaanakan menghasilkan bahan mentah kayu masip, sedang sisanya/limbahnya dapat diproses menjadi bahan block board seperti berikut: Pada umumnya papan blok terdiri dari 5 lapis (satu lapisan muka, dua lapisan silang, satu lapisan inti dan satu lapisan belakang). Lapisan muka, lapisan silang dan lapisan belakang terdiri dari lembaran finir sedangkan lapisan inti terdiri dari strip-strip kayu solid berdimensi kecil (lebar < 1 cm – 12 cm dan tebal 1 cm – 2 cm). Konstruksi papan blok sama dengan kayu lapis yaitu saling tegak lurus antar lapisan. Untuk lebih jelasnya secara ringkas proses pembuatannya terlihat pada skema diatas (Gb. 2.22.).
25
Persiapan strip-strip kayu untuk inti menurut Tsoumis (1991), strip inti dibuat dari kayu yang bebas dari cacat-cacat yang serius, umumnya dengan kayu yang berat jenisnya rendah dan stabilitas yang cukup tinggi, jenis yang umum digunakan adalah spruce, fir, pine, poplar dan berbagai jenis kayu tropika. Selanjutnya dinyatakan bahwa strip berubah-ubah dalam ukuran lebar, tebal dan panjang, lebar bervariasi dari ukuran kurang dari 1 cm – 12 cm, ketebalan 1 – 2 cm. Strip biasa diproduksi dengan menggergaji, tetapi strip yang tipis (0,6 – 0,8 cm) dibuat dengan mesin rotari. Ukuran strip umumnya sempit dan lebar strip dirancang dengan arah tangensial yang mempunyai kecendrungan alami melengkung jika digunakan, dan idealnya disusun berlawanan menurut lingkaran tumbuh namun prosedurnya tidak praktis dan pada industri diproduksi secara acak. Inti dibuat dengan mesin dan jarang dengan tangan, mesin secara terus-menerus memotong strip dari awal sampai akhir, perekat diberikan sambil dipanaskan dan keluar setelah dilapisi, dimana bahagian panjang panel dirancang sebelumnya. Sedangkan inti yang dibuat secara manual, setelah diolesi perekat disusun berdampingan menghasilkan luasan panel dan di kempa. Dalam produksi lanjutan masing-masing lembaran inti ditempatkan terpisah dan dikempa secara pelan dan bergiliran. Setelah tertata ukuran akhir, panjang dan lebar digergaji, inti diketam (diserut) untuk menghasilkan permukaan yang halus untuk persiapan pelapisan finir. Seleksi dan persiapan finir menurut Tsoumis (1991), pembuatan papan blok, sama halnya seperti untuk pembuatan kayu lapis, lembaran finir juga harus diseleksi. Untuk tujuan dekoratif (Furniture, dinding penutup), finir lapisan permukaan harus dari kayu yang berkualitas tinggi yang diseleksi dari segi penampilan dan warna. Sebaliknya untuk lapisan belakang dan lapisan silang dibuat dari kualitas yang rendah dari jenis yang sama atau jenis lainnya. Papan blok untuk tujuan konstruksi kriteria utama adalah kekuatan bukan nilai dekoratif. Selanjutnya dinyatakan, finir yang bernilai dekoratif diutamakan dari produksi hardwood (oak, walnut, birch, elm dan kayu-kayu tropis seperti jati, mahoni, meranti dll.) dan pada umumnya dibuat dengan cara slicing. Namun demikian finir yang dibuat dari softwood (pine, douglas-fir, spruce) dan hardwoods (poplar, beech, maple dan kayu tropika) dibuat hampir selalu dengan cara rotari, biasanya dengan ketebalan 0,6 mm – 0,8 mm untuk finir indah, dan
26
1,5 mm – 3 mm untuk kegunaan lainnya. Persyaratan lainnya, finir harus mempunyai permukaan dengan ketebalan seragam, dan kadar air yang sesuai. Kebanyakan finir dikeringkan sampai kadar air kurang dari 5 %. Setelah pengeringan pinggir finir dikuatkan dengan penempelan pita kertas berlobang supaya ujungnya terpelihara, kemudian disimpan dengan rapi sebelum direkat. Pelapisan inti dengan finir yaitu inti akan dilapisi setelah dikondisikan (agar kadar airnya sama dengan kadar air lingkungan). Ketidak sempurnaan pemesinan akan menyebabkan kurangnya kualitas permukaan pada waktu pelapisan sertelah pengeringan, selanjutnya penguapan kandungan air perekat akan menghasilkan penyusutan, bekasnya seperti depresi akan terlihat pada permukaan finir panel. Penyusunan lapisan (finir dan inti) ditata secara paralel dan silang. Perekatan menurut Tsoumis (1991), menyatakan, seperti kebanyakan proses pembuatan kayu lapis, papan blok kebanyakan direkat dengan resin thermosetting: Phenol-formaldehida digunakan untuk tipe eksterior (bermaksud untuk penggunaan di luar) dan Urea-formaldehida untuk tipe interior. Tipe interior dengan batas ketahanan air dapat diproduksi dengan meningkatkan penggunaan resin urea, dan kadang-kadang polyphenols alami (tanin) dicampur dengan resin synthetic. Perekat disiapkan dengan waktu yang singkat sebelum digunakan dengan penambahan air, fillers, extenders dan catalysts. Resin solid bervariasi dari 22 – 30 % untuk tipe eksterior dan 12 – 18 % untuk penggunaan interior (kadang-kadang 30 % untuk ureaformaldehida). Additive untuk resin-resin phenolic mengandung furrafil. Urea-formaldehide dipersiapkan dengan menambah tepung terigu dan amonium chloride sebagai catalyst. Selanjutnya dinyatakan bahwa perekat dipakai dengan cara roller, spray, lapisan tirai (curtain coating) yaitu suatu sistem dimana lembaran tipis dari perekat (adhesive) dilewatkan di atas finir, conveyor di bawah waduk perekat, garis rekat yang dibentuk di atas finir adalah paralel. Penyebaran perekat pada luasan permukaan finir sangat beragam yaitu dari 100 gr/m2 – 500 gr/m2 dan ini tergantung dari beberapa faktor: kontak dengan kayu, jenis perekat dan cara aplikasi. Kebanyakan perekat dibutuhkan untuk mengikat poroduk dalam bentuk encer. Pedoman penggunaan perekat dibantu dengan mengikuti instruksi pabrik, tetapi pengujian daya ikat perekat dibutuhkan untuk control kualiti produk. Aplikasi perekat diikuti oleh
27
pelapisan panels, pelapisan manual atau semi manual bahkan system automatic. 2.2.
Istilah dan singkatan bahan
2.2.1. Singkatan bahan Penggunaan singkatan-singkatan yang sudah lazim dapat menghemat waktu. Singkatan - singkatan ini harus jelas dan tidak menimbulkan salah pengertian. Singkatan yang digunakan dalam gambar harus sama seperti yang tertera pada daftar material maupun data pokok material penggunaan singkatkan terus di masyarakatkan supaya tidak terjadi salah persepsi atau salah mengartikan singkatan . Tabel 2. Singkatan bahan kayu AG
Agathis
BA
Bangkirai
DA
Damar
JA
Jati
KA
Kamper
KR
Keruing
MA
Mahoni
MB
Meranti Batu
ME
Merbau
MM
Meranti Merah Mersawa
MP
Meranti Putih
MS
NY
Nyatoh
PN
Pinus
RA
Ramin
RE
Rengas Sengon Sungkai
SB
Sonokembang
SE
SL
Sonokeling
SU
UL
Ulin
Sumber : Pedoman Gambar Kerja, PIKA, 1997.
Tabel 3. Singkatan bahan lembaran Blb
Blockboard
Ete
Eternit
Hab
Hardboard
Hdl
Hardboard dgn lapisan
Lak
Lembaran akustik
Lgp
Lembaran gip Lembaran ppn masif 3 lps
Lpm/1-s
Lembaran ppn masif 1 lps
Lpm/3-s
Lta
Dengan lem tahan air
Lte
mLembaran tengah
MDF
Lembaran MDF
MDF/MA
Lembaran MDFfn mahoni
Papan semen kawul
Mel/wd
melamine wood
Multipleks
Mul/JA
Multipleks jati
Psk Mul
28
Mul/MA Pkw/Fn
Multipleks Mahoni
Pkw
Papan kawul
Papan kawul finir Tripleks
Tri/JA
Tripleks jati
Sumber : Pedoman Gambar Kerja, PIKA, 1997.
Tabel 4. Singkatan bahan sintetis Dec
Decosheet
Dur
Durapol
Fol
Folio
For
Formika
Kar
Kaca argolit
Tac
Tacon
Kc-gr
Kaca grafir
Kc-cr
Kaca cermin
Kc-be
Kaca bening
Kc-es
Kaca es
Kc-iso
Kaca isolasi
Kc-jn
Kaca jendela
Kc-ka
Kaca kawat
Kc-kt
Kaca katedral
Kc-su
Kaca susu
Kc-pe
Kaca pelapis
Kc-pa
Kaca patri
Kc-sp
Kaca
Sumber : Pedoman Gambar Kerja, PIKA, 1997.
2.3.
Daftar bahan Dari satu segi, daftar bahan digunakan untuk kalkulasi dan sebagai dasar penyelesaian dengan atau tanpa gambar kerja.
2.3.1. Penyusunan berdasarkan kelompok bahan Sistem ini memiliki keuntungan bahwa setiap kelompok material terlihat dengan jelas pada satu urutan. Pada bagian pemotongan dapat dilihat pembagian pada daftar atas dasar golongangolongan yang ada, misalnya daftar untuk lembaran, kayu masif, finir, dan bahan pelapis. Kelengkapan dan kaca dapat disesuaikan dengan formulir yang telah ditetapkan. Kerugian pada sistem ini adalah, bahwa pada pencatatan, bagian benda kerja yang sama harus dicantumkan beberapa kali penggambaran dan ukurannya, misalnya untuk lembaran, lis sisi, dan finir. Pada penyelesaiannya, luas benda kerja tidak dapat langsung diketahui. 2.3.2. Penyelesaian secara blok Satu bagian benda kerja serta bahan-bahan yang terkait diselesaikansecara bersama-sama dan satu kali jalan, misalnya bahan dasar, lis-lis sisi, kelengkapan. Keuntungannya adalah
29
penyelesaian yang lebih fleksibel pada suatu proses kerja. Penyelesaian secara blok memberikan informasi tentang volume dan keterangan suatu benda kerja yang nyata. Terutama pada pekerjaan seri dapat dilaksanakan pengerjaan tanpa gambar. Kerugiannya adalah tercampurnya kelompok bahan. 3.
Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen
3.1.
Gambar kerja Gambar kerja adalah sebuah rencana teknik sebagai landasan penyelesaian sebuah obyek. Gambar ini harus mencantumkan informasi yang lengkap, baik secara grafis maupun dengan teks. Gambar kerja dapat mengvisualisasi rencana kerja yang memperagakan suatu penetapan dan pembentukan benda kerja / produk. Misalnya tentang: bentuk benda kerjanya; ukuran (ukuran pokok dan detail, ukuran untuk melakukan sesuatu); konstruksi (susunan bagian benda, cara memasang); bahan (jenis kayu, lembaran, engsel, kunci, bahan lain seperti kaca, kain, dsb); penampilan akhir permukaan benda (mentah, politur, vernis, cat duco, dsb),biasanya disebut reka oles atau finishing. Petunjuk mengenai hal di atas harus jelas, sehingga tukang yang menerima gambar tidak perlu bertanya lagi, semua keterangan yang di perlukan secara umum adalah untuk mempermudah penyelesaian pekerjaan. Misalnya, gambar konstruksi yang berkali-kali dipakai, pada lembaran konstruksi khusus, pada lembaran normalisasi harus ada tanda khusus, pada gamba hanya cukup diberi keterangan singkat (bisa juga dengan warna) cara ini bisa dipakai pada pekerjaan job order maupun produksi massal/seri. Gambar kerja yang baik adalah dapat memberi arahan jelas dengan urutan kerja mulai ukuran keseluruhan sampai ukuran rinci, alat yang dipakai, metode pengerjaan dan penyelesaian akhir. Gambar kerja meliputi: tampak, potongan vertikal, potongan horizontal dan gambar detail untuk konstruksi yang dipandang rumit. Bagian-bagian dari gambar kerja adalah gambar keseluruhan, gambar detail, dan gambar satuan. Dalam penggunaannya secara umum gambar dapat dibedakan menjadi :
30
3.1.1. Gambar sketsa
Sumber: Pedoman Gambar Kerja, PIKA,1997.
Gb. 2.18. Gambar Sketsa
3.1.2. Gambar pesanan
Sumber: Pedoman Gambar Kerja, PIKA,1997.
Gb. 2.19. Gambar Pesanan
31
3.1.3. Gambar perspektif / tiga dimensi
Sumber: Pedoman Gambar Kerja, VEDC Malang,2008.
Gb. 2.20. Gambar Perspektif 3.1.4. Gambar kerja
Sumber: Pedoman Gambar Kerja, VEDC Malang,2008.
Gb. 2.21: Gambar Kerja
32
3.2. Penggambaran Menurut kebiasaan dalam pandangan geometri, pada menggambar teknik, ketentuan pandangan dalam industri kayu adalah sebagai berikut : a. Pandangan muka dan penampang frontal dibuat di atas dan segera di bawahnya digambar pandangan atas dan penampang horisontal. b. Pandangan samping dan penampang vertikal umumnya dibuat di sebelah kanan. Kalau kedudukan di sebelah kiri memberikan keterangan yang lebih jelas, pandangan samping dan penampang vertikal harus dibuat di sebelah kiri. c. Pandangan samping dan penampang samping yang terlihat dari sebelah kanan pandangan muka ditempatkan di sebelah kiri pandangan muka. Pandangan samping dan penampang samping yang terlihat di sebelah kiri pandangan muka, ditempatkan di sebelah kanan pandangan muka. Susunan ini menjadi kebiasaan dalam keadaan normal. d. Kalau perabot mempunyai beberapa bagian, lebih-lebih pada perabot yang bentuk dasarnya empat persegi panjang atau bujur sangkar, maka pandangan samping dan penampang samping ditempatkan di kanan kiri. e. Pada perabot berbentuk dasar siku-siku, dapat dipertimbangkan dua jalan yaitu menggambar perabot itu dalam keadaan siku atau menggambar perabot itu dibagi dua. 3.3. Gambar penampang Beberapa ketentuan dalam penggambaran penampang agar bisa dibaca dengan baik dan tidak membingungkan : 3.3.1. Ketentuan penting untuk juru gambar adalah : (a) Dengan garis penunjuk tempat penampang, dapat terlihat di mana penampang itu berada. (b) Garis penunjuk tempat penampang dibuat di tempat bagian benda akan dipotong. (c) Semua bagian yang tidak dilewati oleh garis penampang, tidak boleh diberi garis miring (arsir). Karena ini berarti bahwa bagian itu dilihat dari bagian muka, atas atau samping. 3.3.2. Ketentuan penting untuk bagian produksi : Dengan garis penunjuk tempat penampang, seorang tukang tahu persis dimana tempat penampang tersebut. Gambar yang tidak bergaris penampang tidak akan jelas dan akan sulit dibaca. 3.3.3. Simbol garis-titik-garis dengan tanda panah :
33
Panah menunjukkan dari mana penampang itu kelihatan. harus digambar pada skala 1:1. Bagian-bagian yang digambar dalam skala 1:1, pada penampang potongan 1:10 diberi tanda lingkaran. Hubungan antara gambar-gambar detail potongan harus jelas. Kalau hal itu sudah jelas dari susunan, cukuplah kalau kelompok detail potongan yang berkaitan diberi huruf potongan di bagian atas kiri. Kalau gambar potongan dalam posisi tidak sebidang, maka setiap potongan detail harus diberi huruf penjelasan. 3.4.
Pemberian ukuran Dalam gambar kerja, keterangan tentang ukuran bidang dan ukuran kerja sangatlah penting. Semua keterangan ukuran lubang dan ukuran kerja harus ada dengan lengkap, tepat penempatannya dan jelas terbaca. Di dalam memberi ukuran harus dibedakan antara ukuran luar dan ukuran dalam, tempat yang diberi ukuran juga harus tepat.
a. b. c. d. e.
3.5.
Ukuran luar adalah jarak yang dapat kita lihat pada suatu benda dari luar. Sedangkan ukuran dalam adalah ukuran yang hanya kelihatan dari dalam dan harus diatur di dalam. Sistem garis ukuran : Garis ukuran : garis tipis 0,25-0,3 mm Garis bantu ukuran : garis tipis, digaris sampai bidang yang kita inginkan ukurannya. Garis batas ukuran : garis pendek miring 45 derajat. Atau biasa dipakai bentuk lain (titik, tanda panah, dll) Angka ukuran : angka yang menunjukkan besarnya ukuran. Ukuran penampang adalah ukuran pembuatan kerangkakerangka perabot misalnya : ukuran untuk membuat kotak almari, rangka pintu, kerangka kaki, dan lain lain. Simbol Tanda gambar, simbol menggaris (mengarsir) penampang merupakan tanda keterangan. Tujuannya ialah untuk membedakan penampang dari pandangan dan untuk memberi keterangan tentang macam bahan yang sama, macam engsel, dan alat penahan atau konstruksi yang sama.
3.5.1. Simbol dan arsir Cara mengarsir gambar kerja yang dikecilkan. Dalam gambar semacam ini, semua penampang diberi warna abu-abu muda dengan pensil atau ilustrator dengan cat warna transparan. Dengan demikian jelas terlihat bahwa di bagian itu benda tersebut
34
dipotong. Tetapi garis batas benda harus tetap lebih hitam, sehingga pertemuan dua garis masih dapat dilihat. 3.5.2. Kelengkapan/asesoris mebel Pada umumnya, kunci dan engsel tidak digambar mendetail pada gambar kerja. Hanya posisi tingginya kunci atau engsel serta titik tengah putaran engsel dan titik tengah lubang kunci ditentukan. Pada kunci rel harus diberi keterangan antara sisi pintu dan titik tengah lubang kunci. Ukuran batas luar sebuah engsel atau sebuah kunci spesial harus digambar. Ini penting artinya untuk menentukan ukuran tebal daun atau benda lain. 3.6.
Pengambilan ukuran pada bangunan
3.6.1. Persiapan Pengambilan ukuran pada bangunan termasuk tugas yang penuh tanggung jawab. Kesalahan atau ketidak-lengkapan ukuran memustahilkan rencana yang sempurna, menimbulkan lebih banyak tambahan pekerjaan, dan banyak membuang waktu. Kesalahan ukuran, yang tidak langsung diketahui, secara ekstrem bisa memaksa pengulangan pembuatan dari awal. Pengambilan ukuran yang lengkap dan teliti adalah syarat mutlak bagi semua pekerjaan yang harus dikerjakan tepat ukuran. Untuk pengambilan ukuran di tempat pembangunan, diperlukan alat-alat dan alat bantu yang sesuai. Berikut adalah peralatan dan alat bantu yang dibutuhkan dalam pengambilan ukuran. Peralatan untuk mengambil ukuran, adalah sebagai berikut: a. Meteran lipat,meteran panjang b. Meteran teleskop c. Siku d. Siku swai/putar e. Waterpas f. Unting g. Kaliper h. Alat pemerata (laser) i. Lat panjang/lis panjang j. Kunci tusuk kombinasi untuk membuka macam-macam Alat bantu untuk mengambil ukuran, adalah sebagai berikut: a. Kapur tulis b. Paku dan palu c. Landasan gambar d. Kertas blok dan pensil e. Tangga f. Kamera foto
35
3.6.2. Pembuatan sketsa Ukuran pokok, tinggi ruang maupun keterangan umum dibuat pada denah berskala 1:50. Pencatatan ukuran detail, seperti ukuran pintu dan jendela, sambungan pipa air, listrik dan sebagainya, hanya dapat dicatat dengan baik pada sketsa dinding yang dibuat dalam skala 1:20 atau 1:10. Urutan-urutan dalam pencatatan ukuran adalah urutan pokok, ukuran detail, dan penjumlahan ukuran detail untuk mengontrol ukuran pokok. Sketsa ukuran hanya dianggap lengkap apabila sudut antar dinding juga diperiksa. Untuk itu diperlukan sudut dengan panjang kaki yang besar (panjang kaki 80-100 cm). Penggunaan siku kecil tidak dianjurkan sebab keadaan tembok yang tidak rata dapat memberikan gambaran yang salah. Kesikuan sudut dinding dapat juga dicari dengan mengukur diagonal ruang atau sebagian sisi. Metode yang berlaku pada pengambilan ukuran perabot sama seperti yang berlaku pada pengambilan ukuran bangunan. Perbedaannya adalah lebih banyaknya detail yang harus disketsa dan diukur. Profil harus digambar dalam skala 1:1, dan profil yang tidak dapat didefinisi secara jelas dengan lingkaran dan garis lurus harus digambar dengan sablon tetap atau sablon profil.
3.7.
Daftar komponen Dalam pengorganisasian pekerjaan yang banyak variasi dan jenisnya daftar komponen sangat diperlukan untuk memudahkan pelaksanakan perkerjaan. Daftar komponen dapat berfungsi sebagai kontrol pelaksanaan pekerjaan karena daftar komponen berisi tentang jenis bahan yang dipergunakan, jumlah, ukuran dan posisi bahan itu ditempatkan. Daftar komponen digunakan untuk kalkulasi dan sebagai dasar penyelesaian dengan atau tanpa gambar kerja. Bila daftar komponen digunakan untuk dasar perhitungan, cukup bila tercantum jenis bahan, jumlah, ukuran yang digunakan . Dasar penyelesaian, baik dengan tangan maupun dengan komputer, hanya diisi bila disamping ukuran, jumlah, kualitas, dan keterangan bagian tercakup juga cara penyelesaian seperti gambar sisi-sisi dan keterangan cara pemasangan.
36
Dalam menyusun daftar komponen ada dua cara penyusunan sebagai berikut: 3.7.1. Penyusunan berdasar pada kelompok bahan Keuntunganya adalah bahwa setiap kelompok material terlihat jelas pada satu urutan pada bagian pemotongan dapat diadakan pembagian pada daftar atas dasar golongan-golongan yang ada, misalnya daftar untuk lembaran, kayu masif, finir, dan bahan pelapis kelengkapan kaca dapat disesuaikan dengan formulir yang telah ditetapkan. Kerugian pada sistim ini adalah bahwa pada pencatan bagian benda kerja yang sama harus dicantumkan beberapa kali penggambaran dan ukuranya misalnya untuk lembaran, lis-lis sisi, dan finir. Penyusunan berdasar pada kelompok bahan, adalah sebagai berikut: a. Lembaran b. Kayu masif c. Finir d. Bahan pelapis e. Kelengkapan f. Kaca
Sumber: Pedoman Gambar Kerja, PIKA, 1997.
Gb. 2.23: Pengelompokan Material
3.7.2. Penyusunan secara blok
37
Satu bagian benda kerja serta bahan - bahan yang terkait diselesaiakan secara bersama-sama dan satu kali jalan, misalnya bahan dasar, lis-lis sisi dan kelengkapanya. Keuntungan dalam sistem ini adalah penyelesaan lebih fleksibel pada suatu proses kerja, penyusuan secara blok memberi informasi lebih nyata tentang volume serta keterangan suatu benda kerja, terutama pada pekerjaan seri, bisa dilaksanakan pekerjaan tanpa gambar. Kerugian dalam penyelesaian suatu blok adalah dapat tercampurnya suatu kelompok bahan, penyelesaian secara blok ini terutama digunakan pada program komputerisasi dan penyelesaian seri.
Sumber: Pedoman Gambar Kerja, PIKA, 1997.
Gb. 2.24: Penyelesaian pada suatu proses
38
Tabel 5. Contoh Formulir Daftar Komponen KERJA KAYU, VEDC MALANG Jl. Teluk Mandar, Arjosari Tromol Pos 5 Malang 65102 Jatim, Indonesia Telp: (0341) 491239 Fax : (0341) 491342 DAFTAR KOMPONEN Tanggal : 26 Juni 2008 Pekerjaan : Nakas (Buffet pendek) No. Kontrak : 101/35/Jan/2008 Kode Gambar : 35-100 Dihitung : Budi Martono Dikerjakan : Yusuf Bahan Jenis 2 3 Papan Atas Teakblock Papan Tegak Teakblock Papan Letak Teakblock Penguat Atas Jati Penguat Jati Bawah Papan Bawah Jati Dinding Tripleks Belakang dst
No. Jenis Bagian 1 1 2 3 4 5 6 7
Gambar sketsa
Jumlah 4 1 7 12 1
Ukuran Bersih dlm mm. Tebal Panjang Lebar Tebal Kotor 5 6 7 8 18 350 5800 18 350 1050 18 350 1000 18 200 5800
1
18
100
5800
1
18
350
5800
1
6
1050
5800
Keterangan 9
Sumber : Formulir VEDC Malang, 2008.
39
Tabel 6. Contoh Formulir Kalkulasi Harga KERJA KAYU, VEDC MALANG Jl. Teluk Mandar, Arjosari Tromol Pos 5 Malang 65102 Jatim, Indonesia Telp: (0341) 491239 Fax : (0341) 491342 KALKULASI HARGA Tanggal : 26 Januari 2005 Pekerjaan : Rak Bawah No. Kontrak : 101/35/Jan/2005 Kode Gambar : 35-100 Dihitung : Budi Martono Dikerjakan : Yusuf
No RINCIAN I 1 2
BAHAN DASAR Papan Atas Papan Tegak
3
Papan Letak
4 5 6 7
Penguat Atas Penguat Bawah Papan Bawah Dinding Belakang
a b c
Papan Atas dan Belakang Papan Tengah Pegangan
II
FINISHING
III
BIAYA PRODUKSI
IV
KEUNTUNGAN
SPESIFIKASI
Gambar sketsa
VOLUME
1,8 x 35 x 580 0,03654 1,8 x 35 x 105 (7) 0,046305 1,8 x 35 x 100 0,0756 (12) 1,8 x 20 x 580 0,02088 1,8 x 10 x 580 0,01044 1,8 x 35 x 580 0,03654 0,6 x 105 x 580 0,03654
HARGA
TOTAL HARGA
3.200.000,- 116.928,3.200.000,- 148.176,3.200.000,- 241.920,3.200.000,3.200.000,3.200.000,3.200.000,-
66.816,33.410,116.928,116.928,-
1,8 x 35 x 580 (2) 0,03654
3.200.000,- 234.928,-
1,8 x 50 x 30 (6) 0,0162 4
3.200.000,- 51.800,7.500,30.000,-
HARGA PRODUK Sumber : Formulir VEDC Malang, 2008.
Jumlah
1.156.906
Jumlah
650.000
Jumlah
350.000
Jumlah
215.700 Rp.2.372.700
Malang, 26 Januari 2005
(Budi Martono)
40
III. Melaksanakan Persyaratan Jaminan Kualitas
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang tata cara melakukan komunikasi timbal balik di tempat kerja, memilih bahan, menyimpan bahan, mengirim bahan dan merencanakan pembelahan log sebagai dasar untuk melaksanakan persyaratan jaminan kualitas pada pekerjaan pembuatan mebel. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Melaksanakan Persyaratan Jaminan Kualitas yang terdiri dari lima Kompetensi Dasar yaitu Melakukan Komunikasi Timbal Balik di Tempat Kerja, Memilih Bahan, Menyimpan Bahan, Mengirim Bahan, Merencanakan Pembelahan Log, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. Melakukan Komunikasi Timbal Balik di Tempat Kerja 1.1. Susunan Organisasi 1.2. Aliran Organisasi Pekerjaan 1.3. Pengendalian Pekerjaan 2. Memilih Bahan Baku 2.1. Nama, Jenis Kayu, dan Kegunaan 2.2. Sifat-sifat Umum Kayu 2.3. Struktur Kayu 2.4. Kadar Air dan Penyusutan Kayu 3. Merencanakan Pembelahan Log 3.1. Proses Pembelahan Log 3.2. Hasil Penggergajian 4. Menyimpan Bahan 4.1. Tata-cara Menyimpan Bahan 5. Mengirim Barang
40
1.
Melakukan Komunikasi Timbal Balik Di Tempat Kerja
1.1.
Susunan Organisasi Pemimpin Pabrik
Manajer Pemasaran + Keuangan
Manajer Produksi
Supervisor 1 Ruang Bangku + Finishing
Supervisor 2 Ruang Mesin + Gudang
Kepala Teknisi
Kepala Teknisi
Teknisi
Teknisi
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.1. Susunan Organisasi Pabrik Perkayuan
41
Susunan organisasi perusahaan atau pabrik yang bergerak di bidang perkayuan disesuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan yang ditangani. Selain itu juga bergantung dengan besar-kecilnya perusahaan tersebut. Meskipun demikian, secara mendasar terdapat beberapa bagian, antara lain Pemimpin Pabrik/Perusahaan, dibantu beberapa Manajer yaitu Manajer Pemasaran, Manajer Keuangan, Manajer Produksi, selanjutnya tingkat di bawahnya terdapat Supervisor yang membawahi Kepala Teknisi dan Kepala Teknisi mempunyai beberapa Teknisi tergantung jenis pekerjaannya. 1.2.
Aliran Organisasi Pekerjaan Pekerjaan masuk atas permintaan pelanggan yang telah konsultasi dan negosiasi dengan Bagian Pemasaran, selanjutnya dibuatkan Kontrak Kerja.
Permintaan dan Konsultasi Pelanggan
Rancangan ditentukan dengan memperhatikan kapasitas produksi, maka dibuatlah Surat Perintah Kerja.
Rancangan ditentukan
Program Kerja 1. Pencatatan Perintah Kerja
2. Rencana Kebutuhan
3. Rencana Aliran Kerja Rencana Aliran Kerja No. Jenis Pek
Uraian
Alat, Mesin
Waktu
Dari Surat Perintah Kerja (SPK) dibuatlah Pencatatan Perintah Kerja, Rencana Kebutuhan yang mencakup Gambar Kerja, Perhitungan Harga, Daftar Material, Katalog, serta Rencana Aliran Kerja melalui prosedur kerja yang jelas dan rinci. Rencana Aliran Kerja bisa dituangkan dalam tabel yang berisi nomor urut pekerjaan, jenis pekerjaan, uraian kerja, penggunaan alat dan mesin, serta waktu yang dibutuhkan. Dengan demikian seluruh perencanaan produksi telah disiapkan dengan baik yang selanjutnya akan dilaksanakan.
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.2. Program Kerja
42
1.3.
Pengendalian Pekerjaan Pengendalian Kerja
Pada pelaksanaan produksi harus dilakukan pengendalian kerja melalui pelaksanaan kontrol kualitas yang terstandar sehingga hasil akhir bisa memuaskan pelanggan.
Pelaksanaan kerja dengan kontrol kualitas ini meliputi beberapa hal berikut ini: 1. Persiapan Kerja 1. Persiapan kerja harus dilakukan dengan cermat jangan sampai ada sesuatu yang belum siap 2. Produksi untuk memulai pekerjaan. 2. Pada kegiatan produksi baik di di Ruang Bangku ruang bangku maupun di ruang dan mesin harus dilakukan kontrol Ruang Mesin kualitas terhadap proses produksi meliputi kualitas material, metode kerja, 3. Pengiriman, efektifitas dan efisiensi. Pemasangan dan Pengontrolan Akhir 3. Pesanan yang telah selesai diproduksi selanjutnya dikirim ke pelanggan untuk dipasang dan dilakukan pengontrolan akhir sehingga barang yang Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. dipesan bisa diterima Wolfgang Nutsch, 2005 pelanggan dalam keadaan Gb. 3.3. Pengendalian Kerja sesuai pesanan dan pelanggan puas. Pelaksanaan Kerja dengan Kontrol Kualitas
2.
Memilih Bahan Baku
2.1.
Nama, Jenis Kayu, dan Kegunaan Pemilihan dan penggunaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan sifat-sifat kayu yang bersangkutan, terutama: berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Sifat-sifat ini penting sekali untuk diketahui setiap orang yang bergerak pada bidang industri dan pengolahan kayu, sebab dari pengetahuan sifat-sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat ditentukan kemungkinan pengisian oleh jenis
43
kayu yang lainnya, apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara terus-menerus atau terlalu mahal. Seringkali terjadi pemilihan dan penggunaan sesuatu jenis kayu yang tidak tepat karena tidak sesuai dengan sifat-sifatnya. Tentu saja dalam hal ini hasilnya tidak akan memuaskan. Bahan, biaya tenaga dan waktu banyak terbuang sehingga merugikan perusahaan. Hutan Indonesia memiliki potensi ± 4000 jenis pohon berkayu yang tersebar di seluruh nusantara. Dari jumlah tersebut baru sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk mengenal nama kayu bisa dari nama umum dalam perdagangan atau nama botanik dalam system klasifikasi tumbuhtumbuhan (nama ilmiah), yaitu: SPECIES (jenis) dan FAMILIA (suku). Nama ilmiah untuk jenis (species) terdiri dari 2 kata. Kata pertama menunjukan nama marga (genus), sedangkan kata kedua menunjukkan jenis tersebut. Umumnya nama ilmiah yang lengkap disertai nama orang yang pertama kali memberikan nama yang tepat untuk jenis yang bersangkutan. Misalnya: Pinus merkusii Jungh et de Vr. (Tusam), artinya adalah sebagai berikut: Pinus = nama marga, merkusii = nama jenis, Jung et de Vr. = nama orang yang memberi nama “merkusii”. (Tusam = nama dagang). Pinus merkusii Jungh et de Vr. Tergolong ke dalam suku Pinaceae. Kadangkala nama orang yang memberikan nama jenis tidak ditulis lengkap, melainkan disingkat, misalnya: Santalum album L. (Cendana). Nama dari jenis kayu perdagangan yang ditampilkan sering kali merupakan nama untuk sekelompok jenis botanik lebih dari satu yang mempunyai ciri dan sifat kayu yang hampir sama, sehingga di belakang nama marga tidak ditulis nama jenis tertentu, melainkan ditulis spp atau spec. div. misalnya: Alstonia spp atau Alstonia spec. div. (Pulai). Pulai merupakan nama kelompok untuk 4 jenis botanik dalam marga Alstonia yaitu: Alstonia angustiloba Miq., Alstonia pneumatophora Back, dan Alstonia scholaris R. Br. Kadang-kadang nama perdagangan itu merupakan nama kelompok untuk lebih dari 1 marga, misalnya: Melur, merupakan nama kelompok untuk 3 marga, yaitu: Dacrydium spp.; Phyllocladus spp. dan Podocarpus spp. Pada belakang nama ilmiah untuk jenis kayu (species) diberi tanda indeks dalam lingkaran. Untuk jenis kayu yang dianalisa kayu terasnya diberi tanda X. untuk kayu gubal diberi tanda O. sedangkan tanda –
44
menunjukkan bahwa jenis kayu yang dianalisa tidak diketahui jelas kayu gubal atau kayu teras, sebab batasnya tidak ada (tidak jelas). Kegunaan kayu sangat tergantung pada sifat-sifat kayu yang bersangkutan. Penggunaannya untuk sesuatu tujuan harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Persyaratan teknis kayu untuk berbagai penggunaan
No
Penggunaan
Persyaratan teknis kayu
1
(1) Bangunan (konstruksi)
(2) Kuat, kaku, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alami yang tinggi
Finir biasa (Plywood)
Dolok berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang
Finir mewah
Di samping syarat diatas, kayu harus bernilai dekoratif
3
Perkakas (Mebel)
Berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem & dikerat
4
Lantai (Parket)
5
Bantalan kereta api
Keras, Daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat Kuat, kaku, keras dan awet
6
Tong kayu (Gentong)
7
Alat olahraga
8
Alat musik
9
Alat gambar
10
Tiang listrik
2
Tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau, untuk simpainya diperlukan kayu yang kaku Kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat lurus, dan panjang, kaku, cukup awet Tekstur halus, beserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik Ringan, tekstur hasil, warna bersih Kuat menahan angin, ringan,
Beberapa jenis kayu yang lazim digunakan (3) Balau, Bangkirai, Belangeran, Cengal, Giam, Jati, Kapur, Kempas, Keruing, Lara, Rasamala Meranti merah, Meranti putih, Nyatoh, Ramin, Aghatis, Benuang Jati, Ebony, Sonokeling, Kuku, Bongin, Dahu, Lasi, Rengas, Sungkai, Weru, Sonokembang Jati, Ebony, Kuku, Mahoni, Meranti, Rengas, Sonokeling, Sonokembang, Ramin Balau, Bangkirai, Belangeran, Bintangur, Bongin, Bungur, Jati, Kuku Balau, bangkirai, Belangeran, Bintangur, Kempas, Ulin Jati, Pasang, Balau, Bangkirai
Aghatis, Bedaru, Melur, Merawan, Nyatoh, Salimuli, Sonokeling, Teraling Cempaka, Merawan, Nyatoh, Jati, Lasi, Ebony Jelutung, Melur, Pulai, Tusam Balau, Giam, Jati, Kulim,
45
11
dan telepon
cukup awet, bentuk lurus
Perkapalan: Lunas
Tidak mudah pecah, tahan binatang laut
Gading
Kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut Kuat, liar, tidak mudah pecah, tahan binatang laut Tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut
Senta Kulit
Lara, Merbau, Tembesu, Ulin Ulin, Kapur, Kayu lapis kualitas khusus (marine plywood) Bangkirai, Bungur, Kapur Ulin, Bangkirai, Bungur Bangkirai, Bungur, Meranti merah
Bangunan atas dudukan mesin
Ringan, kuat, dan awet. Keras, tidak mudah pecah karena getaran mesin dan awet
Kapur, Meranti merah, Medang, Ulin, Bangkirai, Kapur
Pembungkus as balingbaling
Liat, lunak, sehingga tidak merusak logam
12
Patung dan Ukiran kayu
13
Korek api
14
Potlot
15
Moulding
Serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap Sama dengan persyaratan finir, untuk anak korek api, kayu harus cukup kuat. Untuk kotaknya kayu harus elastis, tidak mudah pecah Berat jenis sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah dan berserat lurus Ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku, warna terang, tanpa cacat, dekoratif
Kayu yang lazim digunakan adalah lignum vitae yang diimport dari Amerika Latin. Kayu nangka, Bungur, Sawo, Untuk kapal-kapal kecil umumnya digunakan Jati, Sonokeling, Salimuli, Melur, Cempaka, Ebony
16
Popor senjata
17
Arang (bahan bakar)
Ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil Berat jenis tinggi
Aghatis, Benuang, Jambu, Kemiri, Jeunjing, Perupuk, Pulai, Terentang, Tusam
Aghatis, Jelutung, Melur, Tusam
Jelutung, Pulai, Ramin, Meranti
Waru, salimuti, Jati Bakau, Kesambi, Walikukun, Cemara, Gelam, Gofasa, Johar, Kayu Malas, Nyirih, Pelawan, Rasamala, Puspa, simpur
Sumber: Mengenal Sifat-sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya, PIKA, 1981.
2.2.
Sifat-sifat umum kayu Kayu berasal dari berbagai jenis yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat kayu tersebut meliputi sifat fisik, sifat
46
mekanik, dan sifat kimia. Akan tetapi ada beberapa sifat umum yang dimiliki semua jenis kayu, yaitu: (a) (b) (c)
(d)
(e) (f)
Semua batang pohon memilik pertumbuhan dan pengaturan vertikal, sifat pertumbuhan dan pengaturan simetri radial. Kayu tersusun dari sel-sel, setiap dinding selnya tersusun dari senyawa karbihydrat yaitu lignin. Kayu mempunyai sifat yang berlainan pada arah tangensial, arah radial maupun arah axial, yang sering disebut dengan anisotropik kayu. Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu mampu melepaskan dan menghisap air, sesuai dengan kelembaban dan suhu lingkungannya. Kayu dapat rusak oleh serangan serangga dan jamur. Kayu memiliki sifat khas yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain. Sifat fisik kayu yang dimaksud adalah berat jenis, kelas kuat, kelas awet, dan penyusutan. Sifat mekanik atau keteguhan kayu merupakan salah satu sifat penting yang dapat dipakai untuk menentukan kegunaan suatu jenis kayu. Sifat kimia yang dimaksud adalah komponen utama kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, zat ekstraktif, dan abu. Selulosa merupakan bagian terbesar yang terdapat dalam kayu, yaitu berkisar antara 39 – 55 %, kemudian lignin 18 – 33 %, pentosan 21 – 24 %, zat ekstraktif 2 – 6 %, dan abu 0,2 – 2 %.
2.2.1. Berat jenis Yang dimaksud berat jenis kayu adalah perbandingan berat dan volume kayu dalam keadaan kering udara dengan kadar air kesetimbangan kayu di sekitar (untuk Indonesia rata-rata 14 %). Nilai berat jenis kayu adalah nilai rata-ratanya, tetapi untuk memperoleh gambaran mengenai variasi berat jenis kayu dalam tiap jenis kayu , di antara tanda kurung dicantumkan juga nilai minimum dan maksimum empiris yang telah dilakukan pengamatan pada kayu tersebut. Misalnya : Berat jenis kayu Jati ditulis sebagai berikut : 0,67 (0,62 – 0,75) Berat jenis kayu Durian ditulis sebagai berikut : 0,61 (0,63 – 0,66) Berat jenis kayu Keruing ditulis sebagai berikut : 0,90(0,84 – 0,96) Berdasarkan berat jenisnya, ada beberapa istilah kelompok kayu, sebagai berikut:
47
(a) Ringan, bila berat jenis kayu lebih kecil dari 0,60. (b) Sedang (agak berat), bila berat jenis antara 0,60 – 0,75 (c) Berat, bila berat jenis antara 0,75 – 0,90. (d) Sangat berat, bila berat jenis lebih besar dari 0,90. (e) Terapung, bila berat jenis lebih kecil dari 1. (f) Melayang, bila berat jenis sama dengan 1. (g) Tenggelam, bila berat jenis lebih besar dari 1. 2.2.2. Kelas kuat Sifat kelas kuat kayu ini adalah berbanding lurus dengan berat jenis kayu, maksudnya adalah kayu yang mempunyai berat jenis yang besar biasanya mempunyai kelas kuat yang besar pula. Keterangan mengenai kelas kuat kayu dicantumkan di belakang berat jenis kayu menggunakan angka Romawi. Kelas kuat kayu di Indonesia dikelompokan menjadi 5 kelas kayu yang ditetapkan menurut berat jenis kayu dengan metode klasifikasi sebagai berikut dalam tabel di bawah ini : Tabel 8. Pembagian Kelas Kuat Kayu Kelas kuat
Berat jenis
Keteguhan lentur mutlak ( kg/cm²)
Keteguhan tekan mutlak ( kg/cm²)
I II III IV V
Lebih dari 0,90 0,60 – 0,90 0,40 – 0,60 0,30 – 0,40 Kurang dari 0,30
Lebih dari 1100 725 – 1100 500 – 725 360 - 500 Kurang dari 360
Lebih dari 650 435 - 650 300 – 425 215 – 300 Kurang dari 215
Sumber data : DEN BERGER ( 1923 )
Keterangan berat jenis dan kelas kuat kayu dapat dituliskan sebagai berikut, misalnya untuk kayu jati : 0,67 ( 0,62 – 0,75 ): II, apabila kelas kuat kayu cukup bervariasi maka penulisannya sebagai berikut seperti contoh untuk kayu kapur : D. aromatica 0,81 ( 0,63 – 0,94 );II – I D. fusca 0,84 ( 0,78 – 0,90 );II D. lanceolata 0,74 ( 0,61 – 1,01);II – (I) D. beccarii 0,59 ( 0,60 – 0,71);III – II 2.2.3. Kelas awet Keawetan kayu dibagi menjadi 5 kelas awet berdasarkan perkiraan lama pemakaian kayu pada berbagai keadaan serta perkiraan ketahanannya terhadap serangan serangga, kecuali terhadap perusak kayu binatang laut (marine borer).
48
Tabel 9. Umur pemakaian kayu pada berbagai keadaan dan pengaruh serangan serangga terhadap 5 kelas awet KELAS AWET Selalu berhubungan dengan tanah lembab. Hanya dipengaruhi cuaca, tetapi dijaga agar tidak terendam air & tidak kekurangan udara. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab & tidak kekurangan udara. Seperti di atas tetapi dipelihara dengan baik dan di cat.
I 8 tahun
II 5 tahun
III 3 tahun
IV sangat pendek
V sangat pendek
20 tahun
15 tahun
10 tahun
beberapa tahun
sangat pendek
tak terbatas
tak terbatas
sangat lama
beberapa tahun
pendek
tak terbatas
tak terbatas
tak terbatas
20 tahun
20 Tahun
tidak
jarang
cepat
sangat cepat
sangat cepat
tidak
tidak
hampir tidak
tidak berarti
sangat cepat
Serangan rayap tanah Serangan bubuk kayu kering
Sumber: Mengenal Sifat-sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya, PIKA, 1981.
2.2.4. Sifat mekanis Sifat mekanis atau keteguhan kayu merupakan salah satu sifat penting yang dapat dipakai untuk menentukan kegunaan suatu jenis kayu. Nilai keteguhan diperoleh dari hasil pengujian dengan menggunakan contoh uji ukuran kecil yang bebas cacat, oleh karena itu dalam penggunaan nilai keteguhan untuk tujuan praktis perlu memperhitungkan berbagai faktor penyesuaian, antara lain cacat kayu, lama pembebanan, kadar air dan dimensi. Untuk pengujian keteguhan tarik, geser, lentur dan belah digunakan metode ASTM D 143-52, sedangkan untuk keteguhan pukul dan keteguhan tekan sejajar arah serat dipakai metode Eropa daratan dan untuk pengujian kekerasan digunakan metode JANKA. Alat penguji yang digunakan adalah Universal Testing Machine merk AMSLER dengan kapasitas sampai 100 ton dan BALDWIN tipe 60 HVP dengan kapasitas 60.000 lb.
49
2.3.
Struktur Kayu Hati kayu Lingkaran tahun Daerah kayu awal Daerah kayu akhir Jari-jari kayu
Kambium
Kulit pohon
Kulit dalam Kulit luar
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.4. Struktur Kayu Kulit Kayu, terdapat pada bagian paling luar pada batang. Kulit kayu terdiri dari kulit luar dan kulit dalam. Kulit luar yang mati berfungsi sebagai pelindung jaringan yang lain yang letaknya di dalam. Kulit dalam berfungsi sebagai transportasi hasil fotosintesis dari daun. Kambium, merupakan satu lapisan sel yang bertugas membentuk sel-sel baru. Ke arah dalam membentuk kayu, ke luar membentuk kulit baru. Kayu Gubal, adalah bagian kayu yang masih hidup. Umumnya berwarna lebih muda dan terang. Kayu gubal berfungsi sebagai saluran bahan makanan dari akar ke daun untuk diolah lebih lanjut dan sebagai penyimpan cadangan makanan. Kayu Teras, adalah kayu yang sudah mati. Umumnya berwarna lebih gelap dan mengandung ekstraktif. Untuk kayu yang ekstraktifnya bersifat racun terhadap orgnisme perusak kayu, kayu teras menjadi lebih awet dibanding kayu gubal. Hati Kayu, terletak pada pusat lingkaran tahun. Merupakan kayu awal yang dibentuk oleh pohon bersifat lunak dan rapuh. Jari-Jari Kayu, merupakan jalur-jalur sel kayu dari pusat lingkaran ke arah kulit pohon. Tersusun atas sel-sel kayu yang berbaring. Berfungsi sebagai saluran makanan ke arah radial.
50
Lingkaran Tahun, terlihat sebagai lingkaran-lingkaran yang mengelilingi hati kayu. Perbedaan pertumbuhan pada musim penghujan dan musim kemarau terlihat pada perbedaan besarnya sel-sel yang dibentuk. Pada musin kemarau, sel yang dibentuk lebih kecil dengan dinding sel yang lebih tebal dibanding dengan sel-sel yang dibentuk pada musim penghujan. Sel Kayu, beberapa jenis dan pola susunan sel serta pengaturannya dalam kayu akan mempengaruhi sifat-sifat kayu. Ada beberapa perbedaan penting dalam sel kayu berdaun jarum & kayu berdaun lebar. 2.4.
Kadar Air dan Penyusutan Kayu
2.4.1. Kadar Air Kayu Kayu mengandung air, banyaknya kandungan air sangat bervariasi dapat mencapai sampai 200% pada kondisi segar. Kadar air kayu didapat dari perbandingan jumlah air (berat) kayu kering udara dibanding berat kayu kering tanur, yang dinyatakan dalam prosen (%) dapat dinyatakan dengan rumus: BB BK Kadar air ( MC ) x 100% BK BB = Berat basah BK = Berat kering tanur Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.5. Hydrometer
Selain dengan cara menimbang, kadar air kayu dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kadar air kayu (Hydrometer, MC meter).
Tahapan proses evaporasi pada kayu dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Kayu Basah, semua rongga pori dan dinding sel kayu penuh dengan kandungan air. Kadar air dapat mencapai 200%. (b) Kayu Setelah Penebangan, setelah kayu ditebang, zat air tidak dapat masuk lagi. Dinding sel kayu tetap penuh dengan air, sedangkan air dalam rongga sel sebagian berkurang. Besarnya kandungan air masih berkisar di atas 35% - 70%. (c) Titik Jenuh Serat, air bebas pada rongga pori-pori kayu telah keluar semuanya. Kandungan air pada dinding sel tetap. Akadar air berkisar antara 25% - 30%.
51
(d) Kering Udara/Titik Keseimbangan Kadar Air, pada saat ini, kayu menyesuaikan diri dengan udara sekitarnya, sehingga kandungan air dalam dinding sel mulai terevaporasi keluar. Bentuk dimensi kayu mulai berubah, kadar air kayu antara 12% 20% (e) Kering Tanur, pada rongga pori dan dinding sel tidak mengandung air lagi. Berat kayu tidak dapat turun lebih lanjut. Kadar air kayu 0%. 2.4.2. Penyusutan Kayu Penyusutan atau kembang susut kayu mempunyai arah tertentu karena adanya perbedaan struktur pori-pori kayu atau trakeida pada kayu yang berdaun jarum. Pada umumnya terdapat 3 arah pengembangan/penyusutan utama pada kayu, yaitu: (a) Penyusutan arah Tangensial, penyusutan searah dengan arah lingkaran tahun, besarnya penyusutan berkisar 4,3% - 14%. (b) Penyusutan arah Radial, penyusutan searah dengan jar-jari kayu atau memotong tegak lurus lingkaran tahun, besarnya penyusutan berkisar 2,1% - 8,5%. (c) Penyusutan arah Axial, penyusutan searah dengan panjang kayu, besarnya penyusutan berkisar antara 0,1% - 0,3%.
3.
Merencanakan Pembelahan Log
3.1.
Proses Pembelahan Log Proses pembelahan log merupakan rangkaian langkah awal yang menentukan penyediaan bahan baku kayu untuk proses produksi di bidang perkayuan selanjutnya. Pembelahan log biasanya menggunakan mesin gergaji pita yang besar yaitu bandsaw. Dengan mesin ini bisa menghasilkan pembelahan log menjadi lembaran-lembaran papan atau batangan-batangan balok menurut kebutuhan atau ukuran bahan baku kayu yang diinginka. Gambar berikut menunjukkan sebatang log sedang dalam proses pembelahan menggunakan bandsaw dengan arah vertikal atau tegak maupun arah horisontal atau mendatar.
52
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.6. Proses Pembelahan Log
Gambar di samping menunjukkan hasil penggergajian log menjadi balok-balok kayu yang besar menurut kebutuhan tertentu.
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.7. Pembelahan Log menjadi Balok Kayu
3.2.
Hasil Penggergajian Dalam merencanakan pembelahan log, kita harus memperhatikan ketiga arah penyusutan kayu supaya dapat membentuk papanpapan gergajian dengan benar, sehingga mendapatkan papanpapan yang sesuai dengan kebutuhan.
53
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.8. Papan Gergajian Papan-papan dari hasil penggergajian kayu log dapat dikelompokkan sebagai berikut: 3.2.1. Flat sawn timber (papan tangensial) 3.2.2. Quarter sawn timber (papan radial) 3.2.3. Semi quarter sawn timber (papan semi radial) 3.2.4. Papan tengah atau hati 3.2.1. Flat sawn timber (papan tangensial) Papan ini dibuat untuk menonjolkan keindahan struktur serta kayu asal atau pola tekstur kayu. Seperti telah diuraikan di muka papan tangensial ini mempunyai arah penyusutan seperti tampak pada gambar. Papan tangensial didapat dari menggergaji kayu sejajar dengan diameter kayu log. Perbedaan struktur pori kayu gubal yang kosong dan pori kayu Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. teras yang padat berisi dan keras Wolfgang Nutsch, 2005 mempengaruhi arah penyusutan kayu dan perubahan dimensi kayu. Gb. 3.9. Papan Tangensial Bentuk kayu ini lebih labil dan cenderung cekung (cupping). Bila arah serat memanjangnya tidak lurus (berserat bolak-balik), kayu akan cenderung melengkung (bowing), bila tidak disusun Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. dengan baik. Wolfgang Nutsch, 2005 Gb. 3.10. Arah Penyusutan Papan Tangensial
54
3.2.2. Quarter sawn timber (papan radial) Papan radial didapat dari penggergajian kayu log tegak lurus terhadap diameter kayu. Akan tetapi cara menggergaji seperti ini banyak kayu yang hilang dengan kata lain cara ini mempunyai rendemen yang tinggi. Akan tetapi papan radial ini mempunyai stabilitas yang tinggi Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. untuk konstruksi atau mebel. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.11. Papan radial
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.12. Arah penyusutan Papan Radial
3.2.3. Semi quarter sawn timber (papan semi radial) Papan radial didapat dari menggergaji kayu log searah jarijari kayu, sehingga lingkaran tahunnya mengarah diagonal pada penampang papan. Papan semi radial ini mempunyai arah penyusutan sesuai dengan arah lingkaran tahunnya serta letak kayu gubal dan kayu terasnya. Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.13. Papan Semi radial dan Arah Penyusutannya
55
Bentuk penyusutannya menggelinjang seperti bentuk intan (diamonding). Banyak orang mengira gejala itu akibat dari kesalahan pengeringan padahal itu diakibatkan dari penggergajian kayu log. 3.2.4. Papan tengah atau hati Papan tengah atau papan hati ini didapat dari penggergajian kayu log sejajar dengan diameter kayu log pada bagian tengah. Pada bagian tengah/hati kayu lunak, biasanya kalau kayu mengering akan retak/pecahpecah. Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 3.14. Gambar papan tengah
Arah penyusutan kayu pada kenyataannya tidak dapat dirumuskan dengan matematis.
Karena kayu adalah benda yang hidup dan mempunyai sifat alami yang khas. Prinsip utama pada penyusutan kayu tetap pada arah tangensial, radial dan aksial. 4.
Menyimpan Bahan
4.1.
Tata-cara Menyimpan Bahan Bahan Kayu yang berupa papan gergajian dan balok kayu, baik yang belum dilakukan proses pengeringan maupun sudah dikeringkan harus tersimpan secara baik dan benar supaya kayu tidak mengalami kerusakan. Kayu harus disusun secara teratur dengan rongga yang cukup untuk pengaturan udara secara merata diseluruh permukaan kayu. Penyimpanan bahan kayu yang berukuran relatif sama bisa disimpan dalam susunan batangbatang yang berselang-seling deretannya. Deretan susunan tersebut bisa berselang-seling setiap dua susun atau lebih tergantung ukuran kayu.
Gb. 3.15. Penyusunan Batang Kayu
56
Penyimpanan bahan kayu yang berukuran balok-balok panjang maupun lembaran yang lebar bisa disimpan dalam susunan seperti terlihat pada Gambar 3.14. Susunan tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan ukuran dan bentuknya. Penyimpanan diusahakan pada ruangan yang tidak lembab. Gb. 3.16. Penyusunan Balok dan Lembaran Kayu Penyimpanan hasil produksi yang telah selesai dan menunggu proses selanjutnya, sebaiknya disimpan dalam keadaan yang baik dan tersusun rapi, seperti terlihat pada Gambar 3.14.
Gb. 3.17. Penyusunan Lembaran Daun Pintu 5.
Mengirim Bahan
(a) (b) (c) (d)
Pengiriman bahan baku maupun barang jadi hasil produksi harus diusahakan memenuhi beberapa hal, antara lain: Hindari kerusakan bahan atau barang yang dikirim. Kemaslah bahan atau barang tersebut secara aman. Pilihlah alat transportasi yang sesuai dengan kebutuhan. Perhitungkan kebutuhan waktu pengiriman, supaya tidak terlambat.
57
IV. Menerapkan Teknik Laminasi Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi tentang bahan perekat atau lem kayu dan proses pengerjaannya untuk menerapkan teknik laminasi pada pekerjaan perabot kayu. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Menerapkan Teknik Laminasi yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Memotong Bahan Pelapis dan Mengerjakan Proses Laminasi pada Permukaan yang Telah Disiapkan, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. Mengenal Bahan Perekat Kayu 1.1. Asal Mula Bahan Perekat 1.2. Jenis Bahan Perekat 1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perekatan 2. Memotong Bahan Pelapis 2.1. Jenis Bahan Pelapis 2.2. Cara Memotong Bahan Pelapis 3. Mengerjakan Proses Laminasi Kayu 3.1. Peralatan Laminasi 3.2. Persiapan Proses Laminasi 3.3. Langkah Kerja Laminasi
1.
Mengenal Bahan Perekat Kayu
1.1.
Asal Mula Bahan Perekat Bahan perekat atau lem adalah suatu bahan untuk mengikat benda-benda atau bahan-bahan lain, misalnya kayu, melalui permukaan (perekatan/penempelan) atau yang sering disebut dengan pekerjaan laminating atau laminasi. Perekatan telah dikenal sejak zaman purbakala, yaitu sekitar tahun 1500 sebelum Masehi. Waktu itu orang-orang Mesir telah menggunakan Arabic Gum dan putih telur sebagai perekat. Kemudian berkembang menjadi kanji sebagai bahan perekat, namun bahan perekat ini tidak tahan terhadap kelembaban dan terhadap jamur serta bekteri lain sehingga mudah membusuk.
58
Pada tahun 1930 mulai digunakan bahan-bahan sintetis sebagai bahan dasar pembuatan perekat atau lem. Bahan perekat ini tahan terhadap kelembaban dan bakteri-bakteri lain. Phenol-formaldehyde adalah bahan sintetis (sintetis resin) pertama yang digunakan untuk bahan perekat dan banyak digunakan di bidang perkayuan dan pembuatan plywood. Kemudian muncul urea- formaldehyde dan resorcinol formaldehyde, dan lain-lain. Bahan perekat yang baik adalah bahan perekat yang apabila sudah digunakan untuk laminating cukup kuat dan warnanya sama dengan warna kayu yang dilaminasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perekatan antara lain, adalah kebersihan dari permukaan, keadaan permukaan, dan tekanan.
1.2.
Jenis Bahan Perekat Ditinjau dari jenisnya, bahan perekat terdapat dua jenis, yaitu bahan perekat (lem) yang berbasis air; dan bahan perekat (lem) yang berbasis hardener. Pada pekerjaan laminating atau laminasi, bahan-bahan perekat di atas bisa diterapkan sangat kondisional sekali. Artinya, bahwa bahan-bahan perekat tersebut bergantung pada beberapa hal, yaitu bahan / kayu apa yang akan dilaminasi; di mana akan digunakan; dan seberapa besar kekuatan yang harus dipikul oleh kayu tersebut. Sebagai contoh pekerjaan laminasi untuk pembuatan bahan dasar Gitar dari kayu Aghatis yang akan dieksport ke Eropa / Amerika. Maka hal ini tidak akan berhasil jika menggunakan bahan perekat (lem) berbasis air. Mengapa demikian ? Berdasarkan teori perekatan bahwa perekatan ternyata memainkan peranan yang penting di dalam teknologi, mulai dari merekat mainan anak-anak, alat-alat rumah tangga, mebel, dan konstruksi kayu hingga alat-alat transportasi supersonik. Pembagian bahan perekat dibagi menjadi beberapa bagian secara utama terdiri dari bahan perekat alami dan bahan perekat alami. Bahan perekat alami berasal dari hewani, tumbuhan, dan mineral. Beberapa bahan perekat yang berasal dari hewani adalah Albumen, Casein, Shellac, Lilin lebah dan Kak (Animal Glue). Beberapa bahan perekat yang berasal dari tumbuhan
59
adalah Damar Alam, Arabic Gum, Protein, Starch, Dextrin, dan Karet Alam. Beberapa bahan perekat yang berasal dari mineral adalah Silicate, Magnesia, Litharge, Bitemen, dan Asphalt. Bahan pereket sintetis berasal dari Elastomer, Thermoplastic, dan Thermosetting. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Elastomer adalah Poly Chloropene, Poly Urethane, Silicon Rubber, Polisoprene, Poly Sulphide, dan Butyl Rubber. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermoplastic adalah Ethyl Cellulose, Poly Vinyl Acetate, Poly Vinyl Aalcohol, Poly Vinyl Chloride, Poly Acrylate, dan Hotmelt. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermosetting adalah Urea Formaldehyde, Epoxy Polyamide, dan Phenol Formaldehyde. 1.2.1. Animal Glue Secara umu jenis le mini dikenal lem Kak. Bahan ini dibuat dari collagen (suatu protein kulit binatang, tulang-tulang dan daging penyambung tulang). Keistimewaan dari bahan ini adalah dapat larut dalam air panas, dan pada waktu pendinginan terjadi pembekuan seperti agar-agar (jelly), sehingga lam ini dapat menghasilkan daya rekat pertama yang cukup kuat. Pada pengeringan selanjutnya terjadilah daya rekat yang kuat. Lem Kak ini terdapat dipasaran dalam bentuk granulate (butirbutir), potongan-potongan dan lempengan. 1.2.2. Casein Casein adalah zat protein yang terdapat dalam susu hewan (sapi) sebagai hasil samping dari perusahaan keju. Larutan casein dalam bentuk pasta banyak digunakan pada penempelan label kertas ke botol gelas. Keistimewaan dari lem casein ini ialah hasil penempelannya bersifat tahan terhadap kelembaban dan juga tehan terhadap air, sehingga jika botol terendam di dalam air kertas tidak akan lepas. 1.2.3. Starch dan Dextrin Starch atau kanji adalah hasil dari tumbuhan, contoh yang kita jumpai ialah terbuat dari tepung tapioca. Bahan ini sudah dikenal sejak dahulu sebagai bahan lem, ialah dengan cara memasaknya dengan air. Dextrin adalah hasil modifokasi secara kimia dari kanji. Kedua bahan ini banyak digunakan pada pembuatan kantong-kantong kertas, kotak-kotak karton, dan lain-lain.
60
1.2.4. Poly Vinyl Acetate Poly vinyl acetate atau disingkat PVAc adalah suatu resin (polymer) dari hasil polimerisasi di mana sebagai bahan monomernya adalah vinyl acetate. Hasil dari polimerisasi ini berbentuk disperse atau emulsi di dalam air, berwarna putih dan pasta. Poly vinyl acetate dipakai secara meluas di bidang lem sejak tahun 1940 sebagai pengganti dari lem Kak (animal glue) di industri perkayuan. PVAc sangat sesuai digunakan pada mesinmesin pembungkus yang berkecepatan tinggi. Juga, PVAc digunakan pada mesin-mesin penjilid buku, kantong kertas, pembuatan sampul, dan lain-lain. Secara kimia poly vinil acetate mempunyai gugus-gugus atom yang aktif sehingga ia dapat mengikat bahan-bahan lain dengan cara hydrogen bonding maupun adsorpsi secara kimia. 1.2.5. Urea Formaldehide Kemajuan yang dicapai dalam hal perekatan perkayuan ialah ditemukannya bahan perekat sintetis pada tahun pertengahan 1930. Perekat sintatis ini ialah Phenol Formaldehyde dan Urea Formaldehyde. Disebabkan lebih murah, maka Urea Formaldehyde lebih banyak dipakai dibanding yang lainnya. Urea Formaldehyde banyak dipakai pada pembuatan plywood. Pada pemakaiannya kadang-kadang dicampur dengan tepung terigu untuk menjadikan hasil perekatan fleksibel. Resin dicampur dengan hardener di dalam air kemudian ditambahkan tepung terigu sebagai pengisi dan kemudian zat katalis. Adukan ini disebarkan ke permukaan lapisan kayu dengan rol spreader. Lapisan-lapisan kayu tipis (vinir) yang telah dispread dengan lem urea ini kemudian disusun lapis tiga (triplek) dan dipres dengan dipanaskan dengan steam selama 4 sampai 7 menit, dengan temperature atau suhu dari steam antara 125 derajat hingga 140 derajat Celcius.
61
1.3.
Perekat dan Perekatan Pengertian mengenai perekat (lem) dan pengertian mengenai perekatan (adhesion) dan juga pengertian mengenai kegagalan perekatan menjadi sangat penting. Untuk itu ada beberapa teori yang perlu dipahami, diantaranya adalah:
1.3.1. Tegangan Permukaan (Surface Tension) Untuk mengikat melalui suatu bahan, perekat harus dapat membasahi dan menyebar di atas permukaan bahan tersebut dengan baik. Dengan demikian faktor tegangan permukaan (surface tension) dari bahan yang akan dilem dan perekat menjadi sangat berpengaruh. Ini berarti tegangan permukaan dari lem harus lebih kecil dari tegangan permukaan dari bahan. 1.3.2. Adsorpsi Secara Fisik Daya tarik dari dua macam benda atau zat disebut adsorpsi secara fisik. Daya tarik ini juga disebut Gaya Van Der Walls. Di samping itu ada lagi daya tarik yang disebabkan oleh gaya dispersi. Daya tarik ini terdapat pada semua molekul-molekul pada benda atau zat. Gaya dispersi adalah dipole (muatan listrik positif dan negatif) yang dihasilkan oleh gerakan elektron-elektron di dalam molekul tersebut. Daya tarik ini (gaya Van Der Walls dan gaya Dispersi) cukup menghasilkan suatu ikatan atau bonding dari dua benda atau zat. Dalam hal ini adalah lapisan lem dan benda yang akan direkat. 1.3.3. Ikatan Hydrogen Suatu zat yang molekul-molekulnya mengandung gugus hydroxyl dapat membuat suatu ikatan dengan molekul-molekul dari zat lain melalui ikatan hydrogen. Contoh bahan yang mempunyai gugus hydroxyl (- OH) ini adalah kanji dan dextrin. 1.3.4. Adsorpsi Secara Kimia Sesuatu zat yang molekul-molekulnya mengandung gugus atom yang aktif, dapat mengikat molekul-molekul dari zat lain dengan ikatan kimia. Ikatan ini disebut juga adsorpsi secara kimia (chemisorption). Ikatan ini menghasilkan suatu rekatan (bonding) yang tahan lama.
62
Ikatan antara zat A/B dengan lapisan lem dapat terjadi disebabkan oleh adsorpsi secara fisik (lemah); ikatan hydrogen (cukup kuat); dan adsorpsi secara kimia (kuat). Setelah zat A dan B (yang telah dilapisi lem) direkatkan, maka ikatan yang terjadi dari permukaan yang telah dilapisi dengan lem ini disebabkan oleh gaya dispersi dari molekul-molekul lem itu sendiri.
1.4.
Keuntungan Menggunakan bahan Perekat Pengeleman atau perekatan mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan cara tradisional seperti dengan paku, sekrup, dan lain-lain. Beberapa keuntungan menggunakan bahan perekat adalah sebagai berikut:
(a) Dapat merekatkan materi tipis ke materi lain tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan. (b) Bentuk akhir produk lebih mulus disebabkan tidak terdapat celah, tonjolan paku-paku, sekrup, dan lain-lain. (c) Hasil perekatan lebih tahan terhadap getaran dan pemuaian yang disebabkan oleh perubahan temperatur maupun kelembaban. (d) Pengerjaannya lebih cepat dan ekonomis.
1.5.
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
Penyebab Kegagalan Perekatan Penyebab-penyebab kegagalan perekatan atau pengeleman adalah sebagai berikut: Menggunakan bahan perekat (lem) yang tidak sesuai Pengerjaan permukaan bahan yang tidak sempurna Pengaruh dari air Pengaruh dari tegangan (stress) Pengaruh korosi (corrosion) Pengaruh panas Tidak dipenuhi syarat-syarat atau prosedur dari cara pengeleman.
2.
Memotong Bahan Pelapis
2.1.
Jenis Bahan Pelapis
63
Bahan pelapis yang akan digunakan untuk laminasi terdiri dari berbagai macam bahan yang berasal dari kayu dan hasil olahannya maupun berasal dari bahan sintetis buatan pabrik. Jenis bahan pelapis untuk laminasi yang berasal dari kayu dan olahannya antara lain berupa finir, teakwood, tripleks, multipleks dan sejenisnya. Ada pula bahan pelapis sintetis hasil produksi pabrik bahan bangunan atau mebel, biasanya berbentuk lembaran antara lain seperti formica, reconsheet, finil, aluminium foil, dan sejenisnya.
2.2.
Cara Memotong Bahan Pelapis Cara memotong bahan pelapis disesuaikan dengan karakteristik bahan dan kegunaan peralatan atau mesin. Untuk bahan pelapis yang berasal dari kayu dan hasil olahan seperti finir, teakwood, tripleks, multipleks dan sejenisnya bisa dipotong menggunakan peralatan tangan maupun mesin. Peralatan tangan yang digunakan untuk memotong bahan pelapis bisa menggunakan berbagai macam gergaji, antara lain gergaji tripleks, gergaji punggung, dan sejenisnya tergantung karakteristik bahan pelapis tersebut. Apabila bahan pelapis tersebut dipotong menggunakan mesin, maka dapat digunakan mesin gergaji bundar bermeja atau mesin sejenisnya menurut karakteristik bahan pelapis yang akan dikerjakan.
64
3.
Mengerjakan Proses Laminasi Kayu
3.1.
Peralatan Laminasi
Peralatan untuk mengelem atau laminasi bisa dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu peralatan laminasi yang menggunakan alat tangan dan peralatan laminasi yang menggunakan mesin tekan (press).
Mesin tekan (press) ini sangat efektif untuk melakukan pekerjaan laminasi berupa lembaran lebar sampai dengan selebar ukuran tripleks.
Gb. 4.1. Peralatan Laminasi dan Mesin Tekan (Press)
Penekanan yang dihasilkan oleh mesin ini merata ke seluruh bidang permukaan benda kerja, sehingga dengan bahan lem yang cocok dan berkualitas maka hasil laminasinya sangat baik.
65
Peralatan pengeleman atau laminasi yang menggunakan alat tangan antara lain adalah peralatan penjepit, tempat atau botol lem, alat untuk mengoleskan lem yaitu spatula, klos/batang kayu sebagai pelindung benda kerja. Peralatan penjepit atau klem untuk laminasi ada berbagai macam, antara lain adalah klem F, klem batang, klem rangka, klem sisi, dan klem sudut. Gambar di samping menunjukkan pengeleman lis pada lembaran benda kerja menggunakan peralatan penjepit berupa klem sisi. Klem sisi ini sangat efektif untuk menjepit pengeleman lis pada sisi lembaran, karena mempunyai penekanan pada dua arah, yaitu arah mendatar maupun arah tegak. Gb. 4.2. Penggunaan Klem Sisi
3.2.
Persiapan Proses Laminasi Persiapan pekerjaan laminasi atau pengeleman kayu memerlukan beberapa persiapan yang harus dilakukan supaya hasil yang didapatkan bisa baik dan sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk proses laminasi antara lain adalah:
(a) (b) (c) (d) (e)
Merencanakan waktu untuk proses laminasi. Memilih jenis bahan perekat yang sesuai dengan fungsinya. Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan. Menyiapkan dan memeriksa peralatan yang akan digunakan. Mengatur tempat kerja untuk proses laminasi.
66
3.3.
Langkah Kerja Laminasi Setelah pekerjaan persiapan proses laminasi telah dikerjakan dengan baik, maka selanjutnya merencanakan langkah kerja laminasi supaya seluruh proses laminasi bisa berjalan sesuai dengan tata-cara dan ketentuan yang disyaratkan.
Gb. 4.3. Penggunaan Klem Sisi
Sebelum memulai langkah kerja laminasi, sebaiknya dipersiapkan lebih dulu beberapa yang akan digunakan pada saat proses laminasi. Hal-hal yang perlu dipersiapkan apabila melakukan pekerjaan laminasi dengan peralatan tangan, antara lain lem, klem/penjepit, klos kayu penahan, lap basah, dan tentu tempat kerja.
Secara garis besar alur atau langkah kerja pengeleman kayu atau laminasi adalah sebagai berikut: 3.3.1. Persiapan Komponen Kayu Untuk menghasilkan pengeleman yang baik, salah satunya adalah kadar air kayu yang akan dilem sebaiknya memenuhi persyaratan yang ditentukan. Sebaiknya prosentase kadar air kayu yang akan dilem berkisar antara 7 – 12 %. Selain itu, apabila ada perbedaan ketebalan kayu yang akan dilem, maka perbedaan tersebut maksimal 1 mm. Alangkah baiknya kalau seluruh permukaan kayu sudah diketam. 3.3.2. Persiapan Lem Setelah menentukan jenis lem yang akan digunakan, maka selanjutnya adalah menyiapkan lem tersebut sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selanjutnya melakukan pengadukan atau pencampuran lem dengan bahan tambahan apabila diperlukan. Apabila menggunakan lem yang menggunakan bahan pencampur, maka waktu tunggu lem tersebut jangan terlalu lama karena akan mempengaruhi kualitas lem.
67
3.3.3. Pensortiran Kayu Pensortiran kayu merupakan langkah lanjut dari persiapan komponen kayu. Hal ini perlu dilakukan supaya kayu yang dilem memenuhi pilihan kayu yang diinginkan. Pilihlan kayu yang akan dilaminasi, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Selain itu harus diperhatikan kesamaan warna dan pola serat kayu yang akan dilem sehingga tampak serasi dan indah. 3.3.4. Pengolesan Lem Pengolesan lem dilakukan pada bidang permukaan kayu yang akan dilem sesuai dengan ketentuan. Satu set kayu yang akan dilaminasi, selanjutnya diolesi lem secara merata kedua permukaannya, dengan menggunakan spreader/rol. Pemakaian lem + 280 gr/cm². 3.3.5. Penyusunan Komponen Kayu
Apabila komponen kayu yang sudah diolesi lem tersebut berupa lembaran lebar seperti multipleks, maka selanjutnya disusun atau diletakkan pada mesin tekan (press), penyusunannya harus mengikuti tanda yang telah diberikan sebelumnya.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 4.4. Penyusunan Komponen pada Klem Rak
Apabila komponen kayu yang akan dilem berbentuk rangka batang, maka bisa diklem dengan klem F atau klem batang atau klem rangka. Alat tersebut bisa dipilih salah satu tergantung kebutuhan.
3.3.6. Penekanan Penekanan dan waktu yang dibutuhkan untuk menekan hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang diperlukan. Amati permukaan garis lem, karena sebagian lem akan meleleh ke luar, oleh karena itu disiapkan kain lap untuk segera
68
dibersihkan sehingga pertemuan kedua bidang kayu yang dilem tersebut menjadi bersih dari sisa lem yang tidak diperlukan. Posisi penekanan benda kerja yang tepat dan menggunakan peralatan yang sesuai serta waktu yang digunakan selama proses penekanan memenuhi kebutuhan, maka menjamin hasil pengeleman yang baik. Hal ini harus diperhatikan dalam proses pengerjaan laminasi kayu.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.4.5. Penggunaan Klem untuk Penekanan
69
V. Menggunakan Peralatan
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik serta Menggunakan Peralatan Mesin Statis sebagai dasar menggunakan peralatan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan kayu dan mebel. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Menggunakan Peralatan yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik serta Menggunakan Peralatan Mesin Statis, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik 1.1. Bangku Kerja dan Kotak Alat 1.2. Peralatan Tangan 1.3. Peralatan untuk Menjepit/Klem 1.4. Pengasahan Peralatan Tangan 1.5. Mesin Bor 1.6. Mesin Amplas 1.7. Mesin Amplas Ban 1.8. Mesin Lamello 1.9. Mesin Router 1.10. Mesin Hias (Trimer) 1.11. Mesin Gergaji Bundar 1.12. Mesin Gergaji Jig (Jig saw) 1.13. Mesin Pengasah 2. Menggunakan Peralatan Mesin Statis 2.1. Mesin Gergaji Pita 2.2. Jenis Daun Gergaji Bundar 2.3. Mesin Ketam Perata 2.4. Mesin Spindle Molder/Shaper 2.5. Jenis Pisau Spindle Molder & Perlengkapannya 2.6. Mesin Router Atas 2.7. Mesin Spindle Molder Samping 2.8. Mesin Amplas Ban 2.9. Keselamatan Kerja
69
1. 1.1
Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik Bangku Kerja Dan Kotak Alat 2
1
3
4 5
7
6
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb. 5.1.1. Bangku Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2.
3. 4. 5.
6. 7.
Keterangan: Ragum depan Papan meja kerja Mundam Pasak penjepit Ragum belakang Pemutar ragum Kaki meja Ragum depan berfungsi untuk menjapit benda kerja pada saat menggergaji, mengetam, melubang. Papan meja kerja berfungsi untuk meletakkan benda kerja pada saat melukis benda kerja, mengetam, menggergaji dan melubang serta menghaluskan. Mundam berfungsi untuk meletakkan alat-alat agar tidak mudah jatuh. Pasak penjepit berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat mengetam benda kerja diatas meja kerja. Ragum belakang berfungsi untuk meletakkan salah satu pasak penjepit yang bisa diatur menyesuaikan panjang pendeknya benda kerja. Pemutar ragum berfungsi untuk mengencangkan ragum dengan cara memutar sehingga pasak penjepit menekan benda kerja. Kaki meja ini sebagai penopang bangku kerja secara keseluruhan agar lebih kokoh dan tidak mudah bergeser pada saat dipergunakan untuk bekerja. Kaki meja ini bisa ditambahkan
70
ganjal untuk menambah ketinggian disesuaikan dengan tinggi orang. Alat-alat ini dapat digunakan sebagai pengait atau penjepit pada bangku kerja sesuai kebutuhannya.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb. 5.1.2. Pengait pada Bangku Kerja Topang takik ini terbuat dari kayu dan berdiri tegak pada kayu penopang dan dilengkapi dengan beberapa takikkan untuk meletakkan papan penopang, sehingga papan penopang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan. Alat ini sering digunakan untuk kelengkapan bekerja pada bangku kerja, diantaranya untuk menyangga benda kerja pada saat bekerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb. 5.1.3. Topang Takik 71
gku kerja
1
2
3
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb. 5.1.4. Fungsi Penjepit Bangku Belakang
Keterangan: 1. Penjepit benda bulat : yaitu untuk menjepit dan mengerjakan jenis pekerjaan berbentuk bulat. Diujung atas penjepit ini dilengkapi dengan taji runcing untuk meletakkan pusat lingkaran benda kerja. 2. Penjepit papan : yaitu penjepit yang digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat diketam diatas bangku kerja. 3. Penjepit samping : yaitu penjepit yang dipergunakan untuk menjepit benda kerja di samping bangku kerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb. 5.1.5. Kotak Alat Tangan Kotak alat tangan ini terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan handle dan pengunci untuk keamanan alat yang ada di dalam kotak pada saat tidak digunakan. Kotak alat ini sederhana dan praktis untuk menyimpan peralatan kerja kayu.
72
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb. 5.1.6. Almari Alat
Almari alat ini dilengkapi dengan dua pintu yang bisa terbuka bebas ke kiri dan ke kanan, dan dari masing-masing pintu dipakai untuk meletakkan beberapa jenis peralatan. Disamping itu juga dilengkapi dengan laci yang biasanya bisa untuk menempatkan benda atau peralatan yang tidak dapat dilatakkan/dipasang pada dinding almari ataupun di pintu. Almari alat ini bisa diletakkan menempel pada dinding yang berdekatan dengan ruang kerja.
73
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb. 5.1.7. Kotak Alat dapat Bergerak Kotak alat ini mempunyai fungsi sama dengan almari alat dan kotak alat tetapi mempunyai kelebihan, yaitu dapat digerakkan/dipindah dengan mudah karena kotak ini dilengkapi dengan roda dan pegangan untuk menarik. 1.2. Peralatan Tangan Mistar terdiri dari mistar kayu dan mistar baja yang berfungsi untuk menentukan ukuran benda kerja. Diperdagangan mistar ini umumnya terdiri dari beberapa Pelindung ukuran mulai dari 30 cm hingga mistar kayu Mistar baja 200 cm. Skala ukur yang tertera Benda kerja pada mistar ini terdiri dari cm dan Rol meter dipergunakan untuk mengukur benda yang lebih Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang panjang. Pitanya dibuat dari baja Nutsch Dipl.-Ing, 2005 Gb.5.1.8. Mengukur dengan Mistar yang tahan lama, bila tidak 74
terpakai pitanya tersimpan dalam kotaknya. Ukurannya terdiri dari mm, cm, dan atau dalam inchi. Pita ukur ini mempunyai sebuah ujung geser, gunanya untuk pengukuran sebelah dalam dan luar bendan kerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb. 5.1.9. Rol Meter
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.10. Mistar Sorong
Mistar Sorong berfungsi untuk : x Pengukuran-pengukuran halus pada mesin-mesin kerja kayu. x Mengukur kedalaman lubang. x Mengukur ukuran dalam dan ukuran luar juga untuk mengukur bulat. x Mengukur kepresisian tebal kayu gigi Alat ini berfungsi untuk mengontrol jarak alur yang sudah dibuat.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.11. Pembacaan Nonius
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.12. Pengontrol Jarak Alur 75
Alat ini berfungsi untuk mengukur/mengecek ketinggian pisau pada mesin gergaji bermeja dan mesin spindel (Frais).
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Skala ukur yang ada pada alat ini hanya mm saja dan alat ini bisa langsung dikalibrasi apabila tidak pada posisi nol.
Gb. 5.1.13. Alat Ukur Ketinggian Pisau
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.14. Siku-siku 900
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Alat ini berfungsi untuk : x Mengontrol kesikuan pada benda kerja. x Menggaris tegak lurus atau memberi tanda. Biasanya daun dan badannya terbuat dari baja atau kayu dan baja. Sudut yang benar antara keduanya sebesar 90 derajat. Disebabkan badannya lebih tebal dan lebih berat daripada daunnya, maka badan harus dipegang erat pada tepi benda kerja. Siku perempat dipakai untuk memasang sudut miring pada 450 dan untuk menguji potongan 450 serta pekerjaan-pekerjaan lain pada sudut 450 atau 1350. Daunnya terpasang tetap pada badannya dengan sudut 450.
Gb.5.1.15. Siku Perempat
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.16. Siku Goyang
Siku putar atau siku goyang dapat diatur untuk setiap sudut yang diperlukan. Siku putar dapat dipergunakan untuk: Pemasangan garis-garis miring dan pengontrolan kemiringan. Pemindahan sudut dari benda kerja satu ke benda kerja lain. Segala macam pekerjaan yang mempunyai sudut. 76
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Alat ini berfungsi untuk menggambar atau memberi tanda pada sambungan lubang dan pen serta tebal maupun lebar kayu. Apabila menyetel sebuah alat gores kayu, maka sekrup atau bajinya dikendorkan, dan bloknya digeser berjarak yang diperlukan taji.
Gb.5.1.17. Perusut
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.18. Alat Gores
Mur pengencang
Kawat Lengan Penguat
Plat penghubung Pegangan
Baji pengait
Daun gergaji
Alat ini dipergunakan untuk membuat garis-garis tanda gores pada potongan pahatan atau potongan gergajian. Jangan sekali-kali menggunakan alat gores ini sebagai jarum tusuk dan jangan pula memukul pegangannya dengan paku.
Gergaji dipergunakan untuk membelah kayu dalam bentuk dan ukuran yang diperlukan. Gergaji bentang terdiri dari daun baja dengan gusi yang telah dikikir. Daunnya terpasang erat pada pegangan kayu dengan perantaraan baja pengait.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.19. Gergaji Belah Bentang
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gergaji ini pada prinsipnya sama dengan gergaji belah bentang yang terdiri dari daun baja dengan gigi yang telah dikikir. Alat ini berfungsi untuk bentuk-bentuk lengkung atau bentuk bulat.
Gb.5.1.20. Gergaji Potong Lengkung (Kurve) 77
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.21. Gergaji Punggung yang dapat Dibalik
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.22. Gergaji Potong
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gergaji ini dipergunakan untuk memotong kayu dengan halus yang lebih halus dalam bentuk dan ukuran yang diperlukan. Bila potongan gergajian harus dibuat sampai suatu kedalaman tertentu, lebih cocok dipergunakan gergaji punggung. Gergaji tangan terdiri dari daun baja dengan gigi yang telah dikikir. Daunnya terpasang erat pada pegangan kayu dengan perantaraan baut-baut. Aksi pemotongan dengan gergaji yang baik didasarkan pada kerataan dan ketajaman giginya, yang bekerja sebagai pahat-pahat kecil. Alat ini dipergunakan untuk memotong kayu dengan ukuranukuran yang tertentu (kecil) dengan hasil yang lebih halus. Gergaji ini sering digunakan pada pembuatan konstruksi hubungan ekor burung.
Gb.5.1.23. Gergaji Punggung
Alat ini dapat digunakan untuk membuat lubang bundar maupun persegi. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.24. Gergaji Kompas
Gergaji ini pada prinsipnya sama dengan gergaji punggung. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.25. Gergaji Halus Jepang 78
Gergaji finir dapat digunakan untuk khusus untuk memotong finir. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.26. Gergaji Finir
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.27. Gergaji Gurat
Gergaji Gurat tertutama dipakai untuk tempat-tempat terlalu sempit, biasanya gigi-giginya dibentuk sedemikian, sehingga memotong dalam tiap arah gerak gergaji (2 arah/maju mundur)
Kikir perata
Gergaji Penjepit Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Mengikir rata pucuk-pucuk sisi gergaji dapat dilakukan dengan sebuah kikir halus yang dipasang dalam sepotong kayu.
Gb.5.1.28. Melurus / Meratakan Gigi Gergaji
Alat ini dapat digunakan sebagai landasan/penjepit gergaji pada saat ditajamkan atau dikikir.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.29. Penjepit Gergaji 79
Pegangan belakang Pisau Pegangan depan
Baji
Tombol pukul Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.30. Ketam Kayu
Pisau ketam Batu gerinda
Setelan maju mundur batu gerinda
Alat ini dapat digunakan untuk mengasah pisau ketam yang sudah tidak rata lagi bentuk pisaunya. Cara mengasahnya dengan jalan dimajukan sedikit-sedikit sampai permukaan pisau menjadi lurus dan rata.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.31. Mesin Pengasah Pisau Ketam Cara mengasah pisau ketam sebaiknya semua permukaan batu asah bisa dipergunakan agar supaya habisnya batu asah bisa merata.Perlu diperhatikan untuk menghilangkan bram-bramnya, maka begitu selesai mengasah pisau ketam harus diasah balik cukup sekali saja. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.32. Cara Mengasah Pisau Ketam 80
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Ketam pelicin kayu ini kira-kira panjangnya 20 cm, tingginya 3 cm dan lebar pisau ketamnya kira-kira 4 sampai 5 cm. Ketam ini terdiri dari: Badan ketam Alas ketam: dasar dari badan ketam Mulut ketam: celah (lubang sempit) pada alas ketam Pisau ketam Baji kayu
Gb.5.1.33. Ketam Pelicin Ketam ini mempunyai pisau ketam rangkap. Alat ini berungsi untuk meratakan bidang hasil ketaman yang besar atau yang tidak rata.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.34. Ketam Perata Alat ini berfungsi untuk pengetaman yang halus tidak menimbulkan goresan-goresan pada kayu keras dan bermata.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.35. Ketam Penghalus 81
Baut penyetel pisau
Alat ini berfungsi untuk mengetam halus dan tebal tetapi dapat diatur dengan mudah.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.36. Ketam Penghalus Primus Alat ini berfungsi untuk mengetam dengan banyak tatal dan hasil yang baik atau lebih halus.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.37. Ketam PembentukHalus Alat ini berfungsi untuk mengetam kayu yang panjang dan ketam bangku panjang digunakan untuk mengurangi permukaan kayu agar rata sempurna bentuknya. Ketam bangku panjang ini berukuran dari 50 sampai 70 cm panjangnya. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.38. Ketam Bangku Panjang
82
Alat ini berfungsi untuk membuat atau mengetam sponing dengan lebih halus hasilnya.
Baut kupu-kupu
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.39. Ketam Penghalus Sponing Alat ini berfungsi khusus untuk membuat spoing yang bentuknya miring atau untuk membuat sambungan pe ekor burung.
Pisau sayat
Stoper Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.40. Ketam Sponing Miring
Mur pengencang
Alat ini berfungsi untuk mengetam atau menyempurnakan alur lurus/ekor burung panjang dan untuk mendalamkan / membersihkan alur.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.41. Ketam Dasar
83
Alat ini berfungsi untuk mengetam bentuk lengkung baik cekung maupun cembung.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.42. Ketam Lengkung/Kapal Alat ini berfungsi untuk mengaluskan bentuk-bentuk yang lengkung atau cekung dengan ukuran lebar tertentu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.43. Ketam Kauto/Konkaf
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Alat ini berfungsi untuk menghaluskan bentuk-bentuk yang lengkung atau cekung khususnya untuk bentuk yang setengah bulat dengan ukuran lebar tertentu.
Gb.5.1.44. Ketam Kauto Cembung
84
Alat ini berfungsi untuk menghaluskan permukaan kayu yang kurang rata setelah pengetaman, sesuai dengan bentuknya.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.45. Macam-macam Pelat Kikis
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.46. Penajam Pelat Kikis Alat ini digunakan untuk menajamkan pelat kikis. Penajaman pelat kikis dapat dilakukan dengan arah maju / mundur dengan kemiringan 85Û
85
Alat gosok
Menggosok tepi kirinya
Detail diperbesar: tepi kanannya juga digosok
Gb.5.1.47. Menggosok Pelat Kikis Daun tepi lereng
Daun pahat
Kualitas kikis dari daun pelat kikis dapat diperbesar dengan cara menggosok tepinya pada kedua sisi. Hal ini dilakukan dengan alat gosok yang potongan lintangnya bulat dan permukaannya halus. Daun pelat garuknya harus dipasang pada ragum (lihat gambar disamping). Dengan memegang alat gosoknya dengan kedua tangan, gerakkan alat tersebut dalam dua langkah kerja, sepanjang tepinya, serta menekan ke bawah sambil memegang alat gosok pada sudut kurang lebih 50 (pada tepi daun)
Puting
Batu
Pegangan
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.48. Pahat Tusuk
Pahat tusuk terdiri dari 2 bagian yaitu pegangan dan daun pahat. Pegangan pahat dibuat dari kayu keras dan dilindungi terhadap pembelahan oleh dua buah cincin pegangan logam. Daun pahat dibuat dari baja perkakas khusus dari lereng potongnya diasah cekung pada sudut antara 250 dan 300.
Pahat dengan daun pahat yang potongan lintangnya merupakan sebuah bagian lingkaran disebut pahat ukur lengkung. Sesuai kedudukan lereng potong daun pahat kuku ini ada dua macam jenis, yaitu: (a) Pahat lengkung dengan lereng pahat sebelah dalam (b) Pahat lengkung dengan lereng pahat sebelah luar. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.49. Pahat Kuku Lengkung
86
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.50. Pahat Lubang
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.51. Palu Kayu
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.52. Kraspen (Jarum Tusuk)
Pahat lubang terdapat beberapa jenis dan bentuk dari pahat lubang-purus, yaitu: Pahat miring, digunakan untuk pemahatan lubang lebar dan dalam (lebar potongan 1“ - 2“). Pahat serombong, digunakan untuk pemahatan lubang dangkal (lebar potongan ¼“ sampai 2“). Pahat lubang-purus, digunakan untuk pemahatan lubang yang dalam dan sempit. Daun pahatnya lebih tebal daripada lebarnya (lebar potongan 3/6“ sampai 3/8“). Bagian dari pahat lubang-purus sama dengan pahat tusuk. Palu kayu dibuat dari kayu menyerupai palu dari baja, yang beda kepalanya. Palu kayu digunakan untuk memukul pahat kayu, untuk menyetel ketam, untuk merakit dan membongkar konstruksi kayu dan menyetel pasak-pasak stop (penahan) pada bangku kayu.
Alat ini digunakan untuk penentuan tempat pusat lubang dan pemberian tanda. Pusat lubang yang akan dibor, harus diberi tanda dengan bantuan jarum tusuk. Tanda bekas kecil yang dibuat dengan jarum tusuk adalah untuk menempatkan pucuk mata bor, dengan demikan mencegah slip dari mata bor, bila pengeboran akan dimulai.
87
Gurdi sekrup tipis merupakan sebuah perkakas bor dengan pucuk sekrup untuk digunakan dengan tangan dan digunsakan untuk membuat lubang sebelum mengebor, yang akan dimasuki sekrup yang kecil. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.53. Gurdi-Sekrup Tipis
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.54. Mata Bor Geser (Expansive bit)
Mata gurdi (bor) geser ini sama dengan dia ats pembedanya ialah mata gurdi ini mempunyai taji yang dapat bergerak (alat potong). Kebanyakan mata gurdi geser ini tersedia dengan dua alat potong terpisah, sebuah untuk lubang besar, dan yang lainnya untuk lubang kecil berdiameter antara 22 sampai 78 mm.
Pisau pemotong
Alat ini dapat digunakan untuk mengebor lubang pada kayu ataupun logam. Pemotong awal
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.55. Mata Bor Spiral Logam
88
Alat ini berfungsi untuk mengebor kayu yang padat pada mesin bor.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.56. Mata Bor Dowel Mata bor benam (vershing) dipergunakan untuk membuat sekrup sedemikian rupa, sehingga kepala sekrup menjadi rata dengan atau berada di bawah permukaan bahan. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.57. Mata Bor Benam (Vershing)
Daun kikir (batang kikir) Gagang Gelang gagang Daun kikir (batang kikir)
Puting (gigi garpu) Bahu (tumit)
Kikir merupakan perkakas yang terdiri dari daun baja dengan gigigigi potong halus pada permukaannya. Permukaan ini disepuh keras. Puting kikir dikencangkan ke dalam pegangannya dengan cara memukul puting kikir sehingga berujung lancip, puting kikir yang tidak disepuh akan menjadi keras. Gagang kikir dibuat dari kayu bik atau kayu es (kayu jenis khusus), dan dilengkapi dengan gelang pegangan baja. Gelang gagang ini dapat mencegah peretakan dan pembelahan pada gagang.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.58. Bagian-bagian Kikir
89
Gigi kikir baru
Gigi kikir yang sudah aus
Gigi-gigi kikir harus tajam. Apabila gigi-giginya telah aus atau tumpul, maka kayu yang digaruk akan berkurang.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.59: Gigi KIkir
Penyumbatan serbuk kayu dan damar kayu juga dapat menghalangi pengikiran.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.60: Gigi Kikir yang Tersumbat Kotoran
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.61. Kikir ½ Bulat Kasar
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Alat ini dapat digunakan untuk meratakan/menghaluskan benda kerja yang lurus maupun lengkung.
Alat ini dapat digunakan untuk meratakan/menghaluskan awal dari benda kerja yang ada.
Gb.5.1.62. Kikir Segi Empat Kasar
90
Alat ini dapat digunakan untuk menghaluskan/meratakan benda kerja sesuai dengan bentuknya.
Segi empat
½ bulat
¼ bulat
Bulat
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.63. Macam-macam Bentuk Kikir
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.64. Kikir Segi Empat Halus
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.65. Kikir ½ Bulat Halus
Kikir tangan mempunyai potongan lintang yang berbentuk persegi panjang dengan lebar paralel (sejajar) sepanjang daun kikirnya, dan menirus tebalnya ke ujung kikir.
Kikir tangan biasanya digunakan sebagai kikir kayu potongan gigi rangkap kasar pada kayu yang telah ditatar (diparur) lebih dahulu. Alat-alat ini digunakan untuk menghaluskan/meratakan bentukbentuk yang lengkung.
Kikir parut digunakan untuk membuang serpihan-serpihan kayu secara cepat. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.66. Kikir Parut
91
Kikir kayu digunakan untuk menghaluskan permukaanpermukaan kayu yang kasar. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.67: Kikir Kayu
Potongan lintang kikir halus Kikir kayu halus (setengah bulat)
Kikir Parut Kayu
Potongan lintang kikir parut
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.68. Perbedaan Kikir Kayu Halus dan Kikir Parut Kikir dan kikir parut halus selalau dilengkapi dengan gagang. Jika gagangnya rusak, secepat mungkin harus diganti. Perbedaan antara kikir dan kikir parut adalah: - Gigi-gigi kikir parut saling terpisah satu dengan lainnya. - Kikir parut hanya digunakan untuk menggosok bagian yang kasar dan mempercepat pelepasan lapisan kayu yang tebal.
92
Kikir dan kikir parut biasanya digunakan dalam pertukangan kayu, misalnya untuk membentuk, membuat potongan-potongan yang tidak teratur, dan untuk kurva-kurva yang tidak mungkin menggunakan ketam.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.69. Pengikiran Tepi Cembung Puncak
Kepala palu
Gagang
Tiap palu terdiri dari kepala dan pegangan. Kepala dibuat dari baja dan pegangan dibuat dari kayu atau plastik. Alat ini digunakan untuk menyetel pisau ketam dari ketam kayu dan untuk memaku.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.70. PaluTukang Kayu
Cara penggunaan drip benam
Drip benam
Ujung drip benam
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.71. Drip Benam
93
Untuk memasukkan palu lebih jauh ke dalam kayu, maka gunakanlah drip benam. Dianjurkan untuk menggurdi lubang, sebelum paku dipukul masuk dalam hal jenis kayu yang tebal, paku tebal, dan dekat tepi kayu, untuk mencegah pembelahan kayunya. Poros Kaki Rahang
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.72. KakakTua
Perkakas ini digunakan untuk melepas dan mencabut paku dan memotong kawat. Sebuah kakaktua terdiri dari dua bagian yang dapat berputar pada porosnya. Ujung-ujung sumbu porosnya telah dilantakkan (dipukul seperti pada kayu keling). Tiap bagian telah ditempa. Ujung-ujung rahang telah disepuh keras (dijadikan keras dengan proses pengerasan).
Untuk menembus benda kerja dari kayu, diperlukan gerak berputar agar mendapatkan gaya pemotongan gurdinya. Engkol
Gurdi
Benda kerja
Benda kerja harus dipasang kuatkuat pada bangku kerja. Hal itu untuk mencegah agar bangku kerja tidak ikut berputar bersama gurdinya. Lubang bulat dibor atau digurdi pada kayu dengan gurdi.
Gb.5.1.73. Penggurdian dengan Engkol dan Gurdi
94
2
2
2
3
1
4
Kepala sekrup menentukan bentuk ujung obeng sebagai berikut: 1. terlalu lebar berarti ujung obeng menonjol lewat celah sekrup, maka akan mengenai keduanya. 2. terlalu sempit menyebabkan gaya yang berekrja pada luas yang terlalu sempit dari celahnya dan memungkinkan belahnya ujung obeng.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.74. Posisi Mata Obeng
Pegangan
Alat ini dapat digunakan untuk mengobeng paku sekrup dan mur baut sesuai dengan bentuknya. Waktu menerapkan ujung obeng pada sekrup, peganglah ujung obeng tersebut dan bukan sekrupnya yang dipegang.
Mata obeng
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.75. Obeng
95
Alat ganti
Tangkai dengan alur-alur Cengkam
Mata gurdi lengkapan
Mata obeng
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.76. Jenis Obeng Otomatik Obeng roda gigi spiral (atau otomatik) dikerjakan dengan mendorong sebagai ganti memutar pegangannya. Cengkamannya dapat menerima berbagai jenis mata obeng dan mata gurdi. Matamata obeng ini merupakan perangkat, yang dibuat khusus untuk jenis obeng ini. Alat ini dapat digunakan untuk menyekrup sesuai dengan bentuk kepala skrup yang dipakai
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.77. Mata Obeng Alat ini berfungsi untuk landasan/dasar pemotongan kayu dan biasa untuk pemotonganpemotongan miring (verstek) dengan ukuran-ukuran tertentu.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.78. Mal Gergaji
96
Kertas amplas digunakan untuk penghalusan akhir permukaan, sebelum digunakan lapisan rapih (cat, pernis, cat penetrasi dan sebagainya). Pengamplasan juga dilakukan bila tidak digunakan lapis rapih lagi. Kertas amplas tersedia di pasaran dalam bentuk lembar dan gulungan kertas. Kertas amplas Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, terdiri dari lapis ketras atau kain, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya dengan salah satu sisinya dilapisi Aksara, 1985 kristal-kristal kuarsa atau batu api Gb.5.1.79. Memotong Kertas tajam. Amplas
Blok amplas gabus atau karet Kertas amplas terlipat sekeliling blok Blok gergaji khusus dengan pegangan sendi Pegangan terbuka Kertas amplas
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.80. Blok Amplas
Butir amplas diklasifikasikan dalam tingkat-tingkat berikut: - Butir amplas kasar, - Butir amplas sedang, - Butir amplas halus. Juga dalam urutan ini, kertas amplas digunakan pada pekerjaan khusus. Disamping klasiifikasi batir amplas bahan gosoknya dibedakan sebagai berikut: - Kertas amplas dibuat dari pecahan batu api atau kuarsa. Berwarna pasir kekuningkuningan. - Kertas amplas batu lebih awet daripada kertas amplas biasa dan berwarna kemerahmerahan. - Kain amplas berwarna hitam. Tidak banyak dipakai dalam pertukangan kayu, tetapi digunakan pada mesin amplas dengan tenaga untuk pengamplasan lantai kayu dan sebagainya.
97
1.3. Peralatan Untuk Menjepit / Klem Klem atau alat penjepit terdiri dari beberapa bentuk diantaranya: x Klem F x Klem C x Klem batang x Klem rak Alat ini berfungsi untuk: Mengelem ke arah lebar Mengelem ke arah tebal Merangkai benda kerja sesuai dengan ukurannya.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.81. Klem Panjang
Alat ini dapat digunakan untuk mengklem benda kerja dengan ukuran-ukuran tertentu.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.82. Klem Pendek
98
Alat ini berfungsi untuk meletakkan klem F yang sudah tidak dipergunakan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.83. Rak Klem F
Alat ini dapat digunakan khusus untuk mengklem sudt bingkai atau pada konstruksi yang menggunakan sambungan verstek/miring 450.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.84. Klem Bingkai
99
Alat ini dapat digunakan untuk mengklem pada konstruksi sambungan memanjang pada bentuk lengkung. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.85. Klem Sudut
Alat dapat digunakan untuk merangkai atau mengeklem sambungan miring/verstek dengan hasil yang presisi
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.86. Klem sudut
untuk be
Alat ini dapat digunakan khusus untuk merangkai atau mengklem bentuk kotak /laci.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.87. Klem Stik 100
Balok kerangka
Pres hydraulic laminating
Mal Tangga Putar ini dapat digunakan untuk membuat ibu tangga putar dan hand railing tangga putar dengan cara laminasi.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.89. Kuda-kuda Bangku
Papan dasar
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Kuda-kuda Bangku ini dapat digunakan untuk landasan kerja/bangku kerja yang dapat dipindah-pindahkan.
Gb.5.1.88. Mal Tangga Putar
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Alat ini berfungsi untuk memotong siku atau miring/verstek dengan sudut-sudut tertentu sesuai dengan yang diinginkan.
Gb.5.1.90. Gergaji Pembentuk Sudut (Gergaji Potong Miring 101
Alat ini berfungsi untuk memotong halus miring/verstek sesuai dengan sudut yang diinginkan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.91. Pisau Potong Miring
1.4. Pengasahan Peralatan Tangan Pahat dan pisau asah harus tajam. Bila menjadi tumpul atau bertakik perlu ditajamkan dengan pengasahan. Perkakas-asah yang sederhana adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 1. roda-roda asah diputar dengan pegangan-engkol. Sebagian dari roda asah (yang merupakan bahan agak lunak, dan disebut batu asah/batu-gerinda), terendam dalam air. Air menjaga agar roda tidak menjadi panas, menjadikan batunya lebih lunak dan membersihkan roda dari debu.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.92. Mengasah Pahat pada Mesin Gerinda
102
PEMEGANGAN PAHAT Pahat dipegang dengan tangan kanan sekeliling pegangannya. Tangan kiri memegang daun pahat. Kemudian ujung pahat dikenakan pada dada untuk memberikan gaya-lawan. Roda berputar (lihat panah). Sudut asah harus sekitar 250 sampai 300. lereng potong akan mendapat muka cekung. Pekerjaan ini memerlukan dua orang: satu orang untuk memegang pahat dan yang lain memutar roda.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.93. Cara Pengasahan Pahat pada Mesin Gerinda
Pemecahan persoalan yang lebih baik adalah menggantikan orang yang memutar roda (dengan pegangan-engkol) dengan motor listrik, lihat gambar 1. Roda kurang lebih 35 cm diameter luarnya dan berputar 110 putaran tiap menit. Ini sama dengan suatu kecepatan 2 meter tiap detik pada kelilingnya (tepinya). Pada kepesatan ini airnya tidak akan mencepuk. Pahat dipegang seperti diterangkan pada halaman sebelumnya. Apabila mengasah pada roda asah maka akan didapat suatu lereng asah-cekung.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.94. Mesin Gerinda Pengasah Pahat
Perhatikan, bahwa lerengnya harus pada sudut sekitar 300. pada sudut ini (300) panjang lereng akan sama dengan dua kali tebal daunnya. xx = panjang lereng x = tebal daun
103
Lereng rata diasah pada sisi roda asah. Lereng rata digunakan untuk pahat-bubut dan pahat ukir lengkung. Lereng cembung tak bisa dipakai dan harus diasah kembali.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.95. Lereng Pahat Lubang
Pengasahan Tajam Pahat-Ukir Lengkung Pahat ukir lengkung (pahat yang cekung) biasanya diasah pada roda asah, tetapi pengasahan halus dilakukan dengan batu asah slip. Roda asah menjadi tumpul dan tersumbat dengan debu asahan yang tertanam. Dapat terjadi pula bahwa butir-butir terpecah keluar dari permukaannya. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.96. Pengasahan Tajam Pahat-Ukir Lengkung
Dalam semua hal ini, sulitlah untuk mengasah tajam pisau ketam dan pahat-pahat pada roda asah semacam itu.
104
Maka roda asah harus dikembalikan pada keadaan yang baik pada waktu-waktu tertentu. Untuk itu digunakan alat asah/kikis (dreser) roda asah (atau alat asah tajam roda asah). Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.97. Alat Perata Batu Gerinda
Peganglah alat asah/kikis (dreser) roda asah sandaran perkakas horisontal dan dorong alat itu pada roda asahnya. Pakailah kaca mata debu.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara
Gb.5.1.98. Meratakan Batu Gerinda
Ketentuan Umum Pengoperasian Mesin Tangan Persyaratan Umum Pengoperasian Mesin Portable 1. Semua pekerja wajib mematuhi semua tanda-tanda/rambu-rambu keselamatan kerja. 2. Pekerja harus memperhatikan dan mengindahkan petunjukpetunjuk dari pabrik tentang keselamatan kerja dan harus berhatihati terhadap semua yang berada dalam ruang kerjanya. 3. Sebelum memulai pelaksanaan suatu pekerjaan, harus dipastikan bahwa pekerja telah mendapatkan pengenalan/sosialisasi
105
mengenai peraturan umum keselamatan dari petugas K3 di tempat kegiatan kerja; 4. Semua kecelakaan dan kejadian harus dilaporkan pada Petugas K3 di tempat kegiatan kerja. Dalam hal terjadi luka pada seseorang, harus segera menghubungi petugas K3. Petugas ini akan mengurus pengangkutan orang yang terluka ke rumah sakit; 5. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus segera diberikan sesaat setelah kejadian kecelakaan; 6. Semua peralatan dan alat bantu kerja harus telah dipastikan keamanannya untuk digunakan; 7. Setiap pekerja wajib memelihara daerah kerja masing-masing agar selalu dalam kondisi yang bersih dan sehat. 8. Setiap pekerja wajib memakai alat pelindung diri / keselamatan kerja, seperti : a. Helm pengaman b. Sepatu kerja c. Kaos tangan d. Pelindung pendengaran e. Kaca mata debu f. Pelindung pernafasan g. Sabuk pengaman dan tali/tambang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan kerja 9. Pekerja diwajibkan memelihara dan merawat alat-alat pelindung diri / keselamatan kerja anda dengan baik dan digunakan dengan benar serta menyimpannya di tempat yang aman setelah selesai bekerja; 10. Setiap pekerja harus memeriksa alat pengaman, misalnya sabuk pengaman sebelum dipakai. Jangan memakai alat pengaman yang rusak, dan harus melaporkan segera alat pengaman yang rusak untuk diganti; 11. Jika terjadi kebakaran atau kondisi yang darurat, pekerja agar dapat menenangkan diri dan mengikuti petunjuk penyelamatan yang diberikan oleh petugas; 12. Apabila terjadi kebakaran tanda bahaya (sirine) harus dibunyikan. Semua orang harus diminta menyingkir dari tempat kebakaran dan semua orang yang berkepentingan harus diberitahu; 13. Apabila terjadi kebakaran di tempat / di daerah tersebut di atas, harus segera bertindak memadamkan kebakaran tersebut secara tuntas; 14. Dilarang mempergunakan baju atau celana yang terlalu longgar, dan rambut panjang (gondrong) terurai sebab bisa berbahaya terhadap pesawat / mesin yang berputar; 15. Semua barang-barang dan perkakas harus diletakkan dengan rapi dan stabil sehingga tidak mudah jatuh.
106
Lingkungan Tempat Kegiatan Kerja 1. Kebersihan Lokasi Kerja a. Bahan–bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat yang aman. b. Sisa–sisa barang alat–alat dan sampah tidak boleh dibiarkan tertumpuk di tempat kerja. c. Tempat kerja harus selalu dijaga dibersihkannya. d. Alat–alat yang mudah dipindah–pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada tempat penyimpan semula. 2. Kebisingan a. Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus dikurangi sampai di bawah nilai ambang batas. b. Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan Nilai Ambang Batas yang berlaku. c. Kebisingan dan getaran yang timbul, tidak boleh secara terus menerus dalam jangka panjang. Pada setiap jangka waktu tertentu harus diistirahatkan. d. Jika kebisingan tidak dapat diatasi secara teknis maka tenaga kerja harus memakai alat pelindung telinga (ear protect). e. Mintalah agar ear muffs atau ear plugs yang tepat dan yakinkan bahwa terpasang baik dan cocok. f. Pakailah alat pelindung telinga selama berada pada tempat kerja dengan kebisingan. g. Jika alat pelindung telinga tidak digunakan, agar selalu dalam keadaan bersih dan disimpan pada tempat yang aman. h. Masukkan sumbat telinga dengan tangan bersih. i. Perhatikan bila rusak : jika ear muffs sudah longgar atau sumbat telinga menjadi keras dan rusak, mintalah penggantinya. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 1. Fasilitas P3K harus dapat dilaksanakan pada tempat yang nyaman pada tiap tempat kerja. Pusat P3K harus dibangun pada tiap tempat kerja yang luas/besar dengan peralatan yang memadai dan harus mudah diidentifikasikan, dijaga kebersihannya, dicatat yang baik, dan penerangan dan ventilasi yang mencukupi/ cocok. Penyediaan peralatan medis yang cukup untuk pengobatan, bidai, tandu dan obat – obatan harus disediakan. Pusat P3K harus mempunyai air mengalir yang bersih. 2. Kotak – kotak P3K yang mencukupi berisi perlengkapan dan persediaan obat – obatan harus disediakan di tempat kerja.
107
3. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba – tiba, harus dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ). 4. Perlengkapan P3K : a. Alat P3K atau kotak obat–obatan yang memadai harus disediakan ditempat kerja dan di jaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain. b. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk kompres, perban, gauze yang steril, antiseptik, plester, forniquet, gunting. c. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan tidak boleh berisi benda – benda lain selain alat-alat P3K yang diperlukan. Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja 1. Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan bagi pekerja. 2. Tempat orang bekerja, harus diberi penerangan yang cukup . 3. Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya akibat debu. Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja 1. Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus dijaga dengan baik; 2. Bahan, peralatan dan lain-lain diatur/ditempatkan sehingga tidak merintangi lalu lintas yang dapat menimbulkan kecelakaan.
1.5. Mesin Bor 1.5.1 Jenis Mesin Bor Bor tangan listrik yang dapat dijinjing merupakan sebuah alat yang sangat populer dan berguna untuk pekerjaan kayu. Alat tersebut tersedia dalam bermacam-macam ukuran, fungsi, bentuk dan kapasitas.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.99. Mesin Bor Tangan Listrik 107
6 5 1 12 4
2 3 9 11
8
7
10 1
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
1.5.2. Nama Dan Bagian Mesin Bor. 1. Pegangan 2. Skaklar 3. Pengunci Saklar 4. Karbon Brass 5. Laher 6. Motor 7. Kipas 8. Gigi 9. Rahang 10. Cengkam 11. Mata Bor 12. Penentu kedalaman bor
Gb.5.1.100. Bukaan Mesin Bor Listrik
Mata Bor Rumah Kunci
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
1.5.3. Bahan Mesin Bor. Rumah atau badan bor dibuat dari bahan yang kuat. Bor tangan listrik dapat dijinjing yang modern mempunyai badan dari plastik (nilon) yang tahan terhadap benturan.Bor tsb dilengkapi pengunci untuk mengunci mata bor, dan simpanlah pengunci pada tempat yang sudah tersedia pada kabel dibawah pegangan. Sedangkan mata bor yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
Gb.5.1.101. Kelengkapan Mesin Bor
108
1.5.4. Cengkam Dan Kunci Cengkaman kunci tiga rahang akan memusatkan mata bor dengan tepat. Rahang dibuka dengan cara memutar kunci yang dimasukkan dengan arah berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Setelah mata bor disisipkan diantara rahang, maka kuncinya diputar searah putaran jarum jam sampai mata bornya terpegang erat oleh ketiga rahang tersebut. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.102. Mesin Bor Tangan Listrik
1.5.5. Posisi Mata Bor Untuk pengeboran yang baik perlu diperhatikan agar garis-garis pusat mata bor dan porosnya berimpitan. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb.5.1.103. Bukaan Cengkam Potongan llintang Cengkam Selubung Cengkam Kunci Rahang
Mata Bor
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
1.5.6. Kunci Cengkam Kunci Cengkam sekarang harus dipasang ke dalam setiap dua lubang lainnya dan diputar untuk memastikan bahwa mata bor betul-betul terpegang di titik mati cengkamannya.
Gb.5.1.104. Potongan Cengkam
109
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.105. Mesin Bor tanpa Pengunci
1.5.7 Cengkam Tanpa Kunci Beberapa bor tangan listrik yang dapat dijinjing dilengkapi dengan cengkaman dan kunci. Akan tetapi ada jenis mesin bor yang tanpa kunci,cengkamannya dilengkapi dengan dua buah gelang alur rusuk, yang masingmasing dapat diputar bebas untuk membuka atau menutup rahangrahangnya.
1.5.8. Macam-Macam Mata Bor. Bervariasi mata bor , diantaranya mata bor kayu, beton, besi dan mata bor oversink.Semua ini bisa digunakan dengan mesin bor listrik sedangkan penggunaannya tergantung dari kebutuhan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.106. Jenis Mata Bor
Mata Bor
Lubang benam rongga
Mata bor Tangkai lurus
1.5.9 Kombinasi Mata Bor . Dipakai untuk pekerjaan kayu maupun untuk pekerjaan logam. Dalam pertukangan kayu, lubanglubang untuk sekrup biasanya dibor dengan mata bor puntir tangkai lurus. Mata bor lubang benam dipakai untuk membenamkan kepalakepala sekrup.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb.5.1.107. Mata Bor Puntir Tangkai Lurus 110
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
1.5.10 Kombinasi Mata Bor Pengeboran kepala sekrup ialah perluasan bagian atasnya sampai kedalaman tertentu dengan dasar lubang rata, misalnya untuk penyumbatan lubang-lubang sekrup.
Gb. 5.1.108. Kombinasi Mata Bor Versink 1.5.11 Kombinasi Mata Bor Mata bor tangkai lurus mengebor lubang pandunya untuk sekrup kayu, sedangkan mata bor lubang benam membuat bagian atas berbentuk kerucut untuk sekrup kepala rata. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb. 5.1.109. Kombnasi Mata Bor
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb. 5.1.110: Mata Bor Kurdi
1.5.12 Kombinasi Mata Bor Mata gurdi kayu jenis singkup khusus dibuat untuk penggunaan bor tangan listrik, yang dinamakan juga mata gurdi pesat, karena hanya bekerja baik pada kepesatan putar tinggi. Pengeboran lubang pada kayu tipis, kayu lapis tipis, papan serpih, dan lain-lain. Mata-mata gurdi ini tersedia dalam ukuran untuk lubang-lubang dari 6 sampai 25 mm.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb. 5.1.111. Macam Mata Bor Kurdi 111
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.112. Kraspen
1.5.13. Penetapan Tempat Lubang. Setelah memberi tanda kedudukan yang sebenarnya dari pusat lubang dengan menggunakan mistar, siku, dan pensil, maka dibuat sebuah tanda bekas kecil dengan jarum tusuk / kraspen. Tusukan ini mencegah slip atau pengembaraan mata bor, bila pengeboran dimulai.
Kabel dan Hubungan Dinding
Pengeboran Vertikal
Bor Tangan Listrik Tanda Bekas dibuat dengan Jarum Tusuk
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb. 5.1.113. Posisi Mengebor Vertikal
1.5.14. Pengeboran. Setelah lubang diberi tanda, benda kerja harus diikat atau dipegang kuat-kuat pada bangku kerja. Sepotong kayu sisa harus diletakkan di bawah benda kerja, untuk mencegah kerusakan bangku kerja. Pilihlah ukuran yang tepat dari mata bor dan ikatlah mata bor kedalam cengkamannya. Hubungkan kabel listrik pada stop kontak dinding. Letakkan pucuk mata bor ditanda bekas yang telah dibuat dengan jarum tusuknya. Peganglah bor tangan tegak lurus pada benda kerja.
112
Hidupkan motor listrik dan borlah lubangnya. Jangan terlalu banyak menggunakan tekanan, karena mata bor yang melakukan pekerjaannya. Anda harus mengantarkan perkakasnya. Keluarkanlah mata bor dari lubang, ketika motor masih hidup. Matikan motor. Simpanlah perkakas. Clos Benda Kerja
Perhatian: Harus dipastikan bahwa benda kerja tidak dapat berputar selama dilakukan pengeboran. Berhati-hatilah bila mengebor secara horisontal, gunakanlah kedua belah tangan Anda untuk memegang perkakas.
Ragum
Gb. 5.1.114. Posisi Mengebor Horizontal
1.5.15. Statif Bor Vertikal. Bor tangan listrik dapat dibuat tidak bergerak dengan mengikatkan pada statif khusus. Dasar dapat disekrupkan pada bidang atas bangku kerja. Alat pegang perkakas dapat meluncur sepanjang tongkat vertikal dan dapat dikaitkan pada setiap ketinggian yang diinginkan. Dengan menekan ke bawah pegangannya, pegas akan terdesak, dan alat pegang perkakas akan diturunkan. Tegangan pegas cukup untuk mengangkat alat pegang Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, perkakasnya pada kedudukan Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya awal, jika pegangannya dilepas. Aksara, 1985.
Gb. 5.1.115. Posisi Mengebor Statis 113
Keuntungan dari statif bor adalah: kita dapat secara cepat mengebor sejumlah lubang dengan diameter dan kedalaman yang sama. Satu tangan menekan benda kerja pada dasarnya, sedangkan tangan yang lain menggerakkan pegangan.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 11, Bor Tangan Listrik, Bhratara Karya Aksara, 1985.
Gb. 5.1.116. Keuntungan Mengebor Statis
1.5.16.Keamanan Dan Pemeliharaan. Jika perkakas mempunyai rumah / box nilon, maka simpanlah mesin tersebut pada tempatnya seperti pada gambar disamping. Agar supaya kondisi mesin lebih awet.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.117. Box / Kotak Mesin Bor
114
1.5.17. Kemanan Mata Bor Untuk menyimpan mata bor buatlah kayu seperti gambar disamping dan lubangi sesuai dengan diameter mata bor lalu simpanlah pada tempat yang aman Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.118. Menyimpan Mata Bor
1.5.18. Keamanan Pekerja Dalam pengoperasian mesin utamakan keselamatan kerja. Rambut jangan terlalu panjang, gunakan kacamata, pakailah sepatu kerja. Jagalah agar perkakas selalu bersih. Lubang ventilasi udara harus bebas dari debu gergajian dan kotoran. Pelumasan ulang harus mengikuti petunjuk pabrik.
1.6. Mesin Amplas
Kantong Debu
1.6.1. Mesin Amplas Getar Mesin amplas getar yang dapat dijinjing merupakan sebuah alat yang sangat modern dan berguna untuk pekerjaan kayu. Kususnya dalam pekerjaan finishing kayu alat tersebut tersedia dalam bermacam-macam model, fungsi, bentuk dan kapasitas.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.119. Mesin Amplas Getar
115
4 5 3
1
2
8 6
7
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
1.6.2. Nama dan Bagian Mesin Amplas Getar 1. Pegangan 2. Saklar 3. Motor 4. Carbon brushes 5. Kipas 6. Penjepit 7. Bantalan amplas 8. Laker
Gb. 5.1.120. Bukaan Mesin Amplas Getar 1.6.3. Ukuran Kertas Gosok. Ukuran kertas gosok dibagi 3 bagian sama besar , dan satu bagian cukup untuk sekali pasang kedalam mesin ampas bergetar. Selanjutnya pilihlah kertas amplas sesuai dengan kebutuan pekerjaan. Landasan Mesin
Halus
Kasar
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.121. Kertas Gosok.
1.6.4. Memasang Kertas Gosok Tariklah klem keluar dan tekan ke atas kemudian ujung kertas gosok dimasukkan ke dalam. Tekan klem ke bawah agar kertas gosok dijepit oleh giginya kemudian kembalikan klem ke posisi semula. 1.6.5. Cara Menghidupkan. Tariklah saklar dengan jari-jari telunjuk dan bila diinginkan mesin hidup agak lama, tekanlah tombol pengunci dengan ibu jari.
Gb. 5.1.122. Skalar dan Pengunci. 116
1.6.6. Cara Mengamplas Pengamplasan umumnya hanya dipakai untuk membuka pori-pori dari kayu. Kadang-kadang kualitet benda kerja sangat penting terbuka. Letakkanlah alas pada benda kerja dan tidak boleh ditekan waktu bekerja, karena akan menimbulkan goresangoresan. Gb. 5.1.123. Posisi Mengamplas. 1.6.7. Keamanan Bantalan. Tidak boleh menjalankan mesin tanpa kertas gosok. Supaya tidak terjadi kecelakaan/rusak bantalan.
Gb. 5.1.124. Bantatalan Amplas 1.6.8. Carbon brushes. Gantilah carbon brushes apabila lebarnya minimum 3 mm. Kedua sikat carbon bras boleh diganti dalam waktu yang sama supaya seimbang. 3 mm
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.125. Carbon Brushes
117
1.6.9 Periksa Carbon Brushes. Letakkanlah mesin amplas dalam keadaan miring kemudian bukalah ke 5 baut yang ada dengan obeng bunga. Periksa carbon brushes bila kurang dari 3 mm lebarnya harus diganti dengan yang baru. Hati-hatilah membuka dan memasangnya supaya tidak rusak.
Gb. 5.1.126. Cara Membuka Mesin
1.6.10. Penggunaan Mesin Amplas Dalam pengamplasan posisi tangan harus memegang kedua pegangan pada mesin sambil menekan untuk mendapatkan hasil merata.Gunakan masker untuk kesehatan agar supaya debu tidak masuk pada paru-paru yang mengganggu pernapasan.
Gb. 5.1.127: Posisi Mengamplas
118
1.6.11. Pembersihan. Bila sudah selesai bersikan motornya dengan komperesor supaya debu keluar dari celah celah mesin ampas getar dan minyaki bagian-bagian terpenting dengan minyak khusus supaya tidak ber karat . Gb. 5.1.128. Perawatan
1.6.12. Penyimpanan Penyimpanan mesin portable kita bisa membuat kotak kayu. Ini memudahkan untuk perawatan karena satu kotak untuk satu mesin beserta dengan alat bantu yang lain.
1.7. MESIN AMPLAS BAN. Gb. 5.1.129. Perawatan 1.7.1. Mesin Amplas Ban. Dengan bantuan sebuah mesin amplas ban, seseorang dapat cepat menggosok permukaan kayu dengan mengunakan kertas gosok sesuai dengan kekerasan atau nomer yang diperlukan. Mesin ini dilengkapi dengan kantong debu untuk menampung debu pada saat pengamplasan. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.130. Mesin Amplas Ban.
119
1
2
12 3 10
9 4
8 7
6 5
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985
1.7.2.Nama Bagian-bagian Mesin Amplas Ban. 1. Saklar Picu 2. Rumah/body 3. Tombol Depan 4. Amplas Ban 5. Roda Antar 6. Panah 7. Tongka Umpil 8. Roda Gerak 9. Kerangka 10. Pegangan 11. Kantong Debu 12. Kancing Baut
Gb. 5.1.131. Bagian- Bagian Mesin Amplas Ban. No: 100 No: 60 No: 80
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.132. Jenis Amplas Ban.
Tongkat Umpil
1.7.3. Amplas Ban Kertas amplas untuk mesin ini mempunyai nomor yang berbeda, menunjukan kekerasan yang berbeda pula. Ukuran amplas ban harus sesuai yang dianjurkan pabrik, misalnya ukuran 110 mm lebar x 620 panjang. Kualitas dan kehalusan bahan gosok harus dipilih sesuai dengan kebutuhan pekerjaan (kasar, sedang, halus). Pada kertas amplas ban ini diberi tanda panah dituliskan pada bagian sebelah dalam amplas bannya, hal ini menunjuk ke arah putaran motor pada mesin. 1.7.4. Memasang Amplas Ban. Untuk mengganti amplas kita menekan tongkat umpil supaya roda antar bisa kendor . Kemudian gantilah amplas baru dengan memperhatikan anak panah sesuai dengan arah putaran. Dan kembalikan tongkat umpil tersebut hingga kencang kembali
Gb. 5.1.133. Mengganti Amplas Ban.
120
1.7.5. On / Off Jika amplas ban sudah terpasang dan ditegangkan, mesin amplas dipegang dengan tangan kanan pada pegangannya dan diangkat ke atas. Selanjutnya motor dihidupkan, dengan tangan kanan untuk melihat putaran apakah sudah benar atau belum. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985.
Gb. 5.1.134. Menghidupkan Mesin Amplas Ban.
Pengangkatan Mesin Amplas Ban
1.7.6. Menghidupkan Mesin Amplas Sebelum menghidupkan motor, angkatlah mesin amplas dengan kedua belah tangan. Jangan menghidupkan mesin pada saat mesin berada diatas benda kerja kerena akan terjadi lemparan diwaktu mesin dihidupkan.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985.
Gb. 5.1.135. Mengangkat Mesin Amplas Ban
121
1.7.7. Pengamplasan.
Pasak
Jepitlah benda kerja antara pasak stop bangku pada bangku kerja atau dalam ragum. Peganglah mesin dengan kedua belah tangan. Lalu hidupkan mesin di atas benda karja. Mesin amplas harus diturunkan dalam kedudukan sedemikian rupa, sehingga arah amplas ban yang berjalan berimpit dengan serat kayu.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985.
Gb. 5.1.136. Pengamplasan.
1.7.8. Posisi Pengamplasan. Usahakan supaya arah mesin amplas ban ban selalu sejajar dengan serat kayu. Antarlah mesin amplas dengan kedua belah tangan anda. Gerakkan mesin amplas maju dan mundur. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985.
Gb. 5.1.137. Posisi Mengamplas.
122
Diangkat dan Dimatikan
1.7.9 Mematikan Mesin Jangan berhenti disuatu tempat. Sebelum mematikan motor, mesin amplas harus diangkat ke atas untuk dimatikan. Selajutnya ditaruh diatas meja dengan posisi miring supaya kertas gosok tidak rusak.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985.
Gb. 5.1.138. Mematikan Mesin.
1.7.10 Pengamplasan Sudut Karena ban amplas berjalan rata dengan ujung roda gerak (rata dengan sisi kanan mesin amplas) maka dimungkinkan untuk mengamplas lurus sepanjang sudut dalam.
Pengamplasan Sudut
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 12, Mesin Amplas Listrik, Bhratara Karya Aksara,1985.
Gb. 5.1.139. Pengamplasan Sudut.
Pakailah Kaca Mata
1.7.11 Keamanan. Untuk melindungi mata terhadap butir-butir debu, dianjurkan mamakai kaca mata debu.
Gb. 5.1.140. Pakai Kaca Mata.
123
1.7.12. Pengamplasan Stationer Mesin amplas dapat dipasang terbalik pada suatu alas kaki khusus yang menjadikannya stationer (tetap). Hal ini cocok sekali untuk pengamplasan bendabenda kerja kecil dan pengamplasan permukaanpermukaan lurus. Benda kerja harus selalu dipegang dengan kedua belah tangan. Gb. 5.1.141. Mengamplas Lurus.
1.7.13. Pengamplasan Stationer Susunan stationer terutama cocok untuk pengamplasan cepat permukaan-permukaan cembung dan cekung. Gunakan kedua belah tangan untuk memegang benda kerja agar tidak terlempar.
Gb. 5.1.142. Mengamplas Lengkung.
Alat Bantu
Baji Benda
Alat Bantu, Benda Kerja dan Baji dirakit
1.7.14. Alat Bantu. Pengemplasan benda-benda yang sangat kecil berbahaya bagi tangan anda. Oleh karena itu Anda harus menggunakan alat bantu untuk memegang benda kerjanya. Alat bantu dikuatkan dengan sebuah baji seperti pada gambar disamping.
Gb. 5.1.143. Model Alat Bantu.
124
Stop Kontak
Kabel Listrik
1.7.15. Keamanan. Pada waktu anda menggunakan mesin amplas. Jangan menggunakan baju yang lepas (tidak terkancing). Lindungi mata anda dengan memakai perisai atau kaca mata debu. Bila akan mengganti ban, lepaskan aliran listrik terlebih dahulu.
Gb. 5.1.144. Keselamatan Kerja.
Kotak Penyimpanan
1.7.16. Penyimpanan. Bila sudah selesai dan kondisi bersih simpanlah mesin tersebut pada kotak atau box yang sudah tersedia untuk mempermudahkan penyimpanan , karena alat bantu yang lain juga berada pada satu kotak.
Gb. 5.1.145. Kotak Penyimpanan. 1.8. Mesin Lamello 1.8.1. Mesin Lamello. Jenis mesin ini punya keistimewaan tersendiri , karena harus menggunakan isian kusus yang terbuat dari kayu.Jika kena lem akan mengembang sehingga sambungan akan menjadi kuat dan kokoh.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.146. Mesin Lamello
125
1 2 10 3 4
9
5
6 8
1.8.2. Nama-nama Bagian Mesin Lamello 1. Pengantar 2. Kunci 3. Kunci L 4. Carbon brushes 5. Daun gergaji 6. Pegangan 7. Pengunci 8. Kabel listrik 9. Pengatur kedalaman lamello 10. Pengatur Ketebalan
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.147. Bagian-bagian Lamello
1.8.3. Jenis dan Ukuran Lamello Ukuran No. 0 = 45 x 15 x 4 mm digunakan untuk laur yang dalamnya = 8 mm. Ukuran No. 10 = 55 x 19 x 4 mm digunakan untuk laur yang dalamnya = 10 mm. Ukuran No. 20 = 63 x 24 x 4 mm digunakan untuk alur yang dalamnya = 12,5 mm.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.148. Isian Lamello
126
1.8.4. Melukis dan Membagi Apabila benda kerja yang akan dilukis hanya satu, pergunakanlah mistar baja supaya mendapatkan hasil yang akurat untuk menentukan bagian-bagian titik pusat lamello. Gb. 5.1.149. Menentukan Titik Pusat Lamello. 1.8.5. Melukis Benda Kerja. Kalau benda kerja yang akan dilukis lebih dari satu (ganda), pergunakanlah mal (sablon) sesuai dengan bagian-bagian yang dikehendaki untuk Gb. 5.1.150. Melukis dengan Mal. mendapatkan ukuran yang sama.
1.8.6 Menentukan Titik Pusat Lamello. 100-150 mm 40-60 mm Jarak titik pusat lamello ke salah satu ujung adalah : 40 – 60 mm. Gb. 5.1.151. Melukis Benda Kerja. Sedangkan Jarak titik pusat lamello dengan titik pusat lamello berikutnya ialah : 100 – 150 mm. 1.8.7 Merakit. Sebelum dimatikan isian lamello cobalah pada benda kerja sesuai dengan tanda pareng supaya hasil pekerjaan tepat dan baik.
Gb. 5.1.152. Merakit Benda Kerja.
127
1.8.8 Melukis. Menggambari sambungan sudut adalah dengan bantuan clos kayu seperti pada gambar di samping guna untuk mendapatkan ukuran yang tepat dan presisi.
Gb. 5.1.153. Melukis Sambungan Sudut 1.8.9 Sambungan Memanjang. Garis pensil benda kerja harus segaris dengan garis tengah mesin lamello. Tangan kiri menekan ke bawah dan tangan kanan mendorong ke depan sedikit demi sedikit sampai batas ukuran lamello yang ditentukan
Gb.5.1.154. Melubang Mendatar.
Gb. 5.1.155. MelubangTegak Lurus.
1.8.10 Tegak Lurus. Garis pensil benda kerja harus segaris dengan garis tengah mesin lamello. Mesin lamello ditekan ke bawah dan dimulai dari sisi kiri atau kanan Posisi benda kerja seperti pada gambar di samping, karena benda kerja berfungsi sebagai pengantar. Jepitlah benda kerja pada bangku supaya stabil dan jangan lupa memberi klos agar benda kerja tidak rusak
128
1.8.11 Alat Bantu Alat ini terdiri dari satu set yang dapat dipasang dengan mudah pada pengantar lamello, dengan cara pengantar dijepit dengan stabil pada waktu memotong. Ini disesuaikan dengan ketebalan benda kerja yang akan disambung.
Gb. 5.1.156. Posisi Mendatar.
1.8.12. Sambungan sudut Pada ujung benda kerja dilukis dan dipotong sudut 450 dengan cara memakai alat bantu klos supaya didapatkan ukuran yang tepat dan benar, sehingga hasil sambungan membentuk sudut 900.
Gb. 5.1.157. Melukis sudut 450
1.8.13. Melubang Miring 450. Lomello disamping untuk membuat lubang tegak lurus dan horisontal bisa juga dipakai miring 450 dengan menyetel pengantar disesuaikan dengan sudut kemiringannya, posisi dan cara memegang seperti gambar di samping. Gb. 5.1.158. Posisi Melubang Miring Sudut 450.
129
1.8.14. Perawatan. Bila sudah selesai bersihkan motornya dengan komperesor supaya debu keluar dari celahcelah mesin lamello dan minyaki bagian-bagian terpenting dengan minyak khusus supaya tidak ber karat.
Gb. 5.1.159. Perawatan.
1.8.15. Penyimpanan. Jika sudah bersih, selanjutnya dimasukkan ke dalam kotak atau box mesin tersebut guna untuk menjaga kebersihan dan keamanan.
Gb. 5.1.160. Perawatan.
1.8.16.Nama dan Gunanya Alat Bantu. 1. Kunci L Untuk membuka dan memasang pisau 2. Pengantar Untuk mengetam sponing 3. Blok Penjepit Untuk menjepit pisau pada saat pengasahan 4. Blok penyetel pisau Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.161. Alat Bantu.
130
1.8.17. Carbon Brushes Kontrol carbon brushes jangan sampai kehabisan karena kalau tebal kurang dari 3 mm maka mesin tidak bisa hidup, oleh karena itu sebelum mulai bekerja periksa dulu carbon brushes-nya. 3 mm
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb. 5.1.162. Carbon Brushes 1.8.18 Pengetaman Awal. Pada awal pengetaman permuakaan kayu tekanan dititikberatkan pada tangan kiri dan tangan kanan hanya mendorong. Gb. 5.1.163. Pengetaman Awal.
1.8.19 Pengetaman Akhir. Pada akhir atau ujung pengetaman tekanan dititik beratkan pada tangan kanan dan tangan kiri menahan dan memotong lurus. Gb. 5.1.164. Pengetaman Akhir. 1.8.20. Mengetam Miring Disamping mengetam pada permukaan kayu, mesin ini dapat mengetam miring dengan menyetel pengantar sesuai dengan kemiringan yang diinginkan seperti yang terlihat pada gambar di samping. Gb. 5.1.165. Posisi Mengetam Miring.
131
1.8.21. Mengetam Sponing Mesin ini juga dapat membuat sponing dengan menyetel pengantar sesuai dengan lebarnya sponing yang diinginkan.
Gb. 5.1.166. Mengetam Sponing
Gb.5.1.167. Stationery Planer.
Gb. 5.1.168. Posisi Membuka Pisau.
1.8.22. Mengetam dengan Stationer Mesin ini bisa dibuat menjadi stationer dengan alat bantu yang dibentuk sesuai dengan bentuk mesin ketam dan diletakkan terbalik. Diklem terhadap bangku kerja agar kedudukan kuat. Cara mengetam dengan dua buah tangan dan didorong secara merata.
1.8.23. Mengganti Pisau Ketam Bukalan terlebih dahulu ketiga sekrup dengan kunci Ellen (L) supaya pisou ketam dapat dibuka. Piringan klem bersama-sama keluar dengan blok pisau. Bukalan baut blok pisau dengan hati-hati untuk mengeluarkan pisou atau menyetel pisau dari blok. Untuk menentukan tingggi pisau sama dengan Plat belakang dapat distel dengan obeng dan kayu yang lurus. Periksalah selalu apakah baut-bautnya sudah kokoh atau belum.
132
1.8.24. Penyetelan Pisau Setelah dipasang dan dikerasi pada blok pisau maka perlu dikontrol ketinggiannya dengan cara seperti gambar di samping. Supaya kita tahu sama atau tidak tinggi pisau guna untuk mendapatkan hasil pengetaman yang lurus dan rata.
Gb. 5.1.169. Mengontrol Tinggi Pisau. 1.8.25. Penajaman Pisau. Penajaman pisau bisa kita lakukan secara manual dengan mengunakan blok yang ada pada mesin ketam dengan menggunakan batu asah cara basah supaya hasil penjaman bisa tahan lama.
Gb.5.1.170. Posisi Mengasah Pisau. 1.9. Mesin Router 1.9.1
Mesin Router
Mesin ini bisa digunakan untuk membuat kombinasi bentuk sesuai dengan keinginan. Diantaranya untuk membuat Panil, Profile, Sponing dan Alur. Sehingga lebih efektif memakai jenis mesin Router.
Gb. 5.1.171. Mesin Router
133
1.9.2 1
3 9
8
2 6
5
7
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama-nama Bagian Mesin Saklar Pengunci kedalaman Pegangan Pegas Pengaman Rumah Mesin Meja Mesin Alat Penentu Kedalaman Kabel Listrik
4
Gb.5.1.172 : Bagian Mesin Router
1 3
1.9.3 Alat Batu Mesin 1. Kunci pas 2. Ring atau Cincin 3. Pengantar
2
Gb.5.1.173 : Alat Bantu
Gb.5.1.174 : Memasang Pisau
1.9.4. Memasang Pisau Router. Pasangan pisau router ke dalam plat cengkam dan kuncikan mur erat-erat dengan menggunakan dua buah kunci pas berlawanan arah. Gambar di samping adalah dipandang dari atas, menjelaskan tentang cara menggunakan kedua kunci pas tersebut dan arah panah untuk membuka dan untuk mengunci.
134
1.9.5 Mengatur / menyetel kedalaman pisau Untuk menyetel kedalaman pisau, meja ditarik seperti gambar di samping. Setelah sesuai dengan yang diinginkan maka kuncilah agar supaya tidak berubah setelan.
Gb.5.1.175: Mengatur Kedalaman Pisau
1.9.6. Kegunaan mesin router Membuat alur terusan, Sponing,Profile dan Panil dengan mengunakan mata pisau yang sudah ada kita tinggal menggantinya dengan mudah. 1.9.7. Pengantar Lurus Gunanya adalah sebaliknya untuk memotongan langsung atau kalau diinginkan pemotongan alur bundar, aturlah jarak yang diinginkan antara pisau dengan penghantar lurus. Detail penghantar lurus sesuai dengan gambar di samping.
Gb.5.1.176: Penghantar Lurus Pergunakanlah kaca mata pengaman dan kedua tangan kiri dan kanan waktu mengoperasikan mesin router.
Gb.5.1.177 : Kaca Mata
135
Gb.5.1.178 : Gerakan Router
1.9.8 Gerakan Router Gerakkan router seperti pada gambar di samping. Jagalah kebersihan alat dan benda kerja setiap saat. Hidupkan atau matikan mesin ketika alat tidak kontak dengan benda kerja. Pengantar hias selalu ditekan ke arah benda kerja agar roda penghantar dapat mengikuti bentuk benda kerja dengan baik.
1.9.9. Membuat lengkungan dengan sablon Buatlah terlebih dahulu sablon sesuai dengan rencana. Pasang plat antar bulat ke dalam router. Tentukan dalamnya pisau. Doronglah sesuai dengan sablon. Gb.5.1.179 : Menggunakan Sablon
1.9.10 Statis Router Mesin ini sangat aman dan menguntungkan bagi pekerja, apabila yang kita kerjakan itu berganda karena benda kerja berada diatas meja sehingga efektif untuk pengerjaannya.
Gb.5.1.180 : Statis Router
136
1.9.11. Keuntungan Statis Keuntungan model ini adalah sangat aman dalam suatu pekerjaan dimana mata pisou keluar, sedangkan rumah atau body berada dibawah meja. Dengan cara dimatikan dengan sekrup dan bagian bawah daun meja. Gb.5.1.181 : Statis Router
Gb.5.1.182 : Pemeliharaan Mesin Router
1.9.12. Perawatan Bukalah dan periksa carbon. Gantilah jika sudah aus, jagalah kebersihan Karbon dan jangan sampai lepas dari pegangannya (minimum 6 mm). Lalu bersihkan dengan angin kompresor agar debu dan kotoran keluar dari mesin. Kemudian masukkan pada kotak/box mesin supaya lebih mudah dalam penyimpanan.
137
1.10. Mesin Hias (Trimer)
3 7
2
1.10.1 Mesin Trimer Mesin trimer adalah mesin yang digunakan untuk membuat profile, alur, sponing. Karena mempunyai bentuk kecil sehingga mempermudahuntuk membuat benda benda kerja yang kecil.
1
Nama-nama bagian Mesin Trimmer 1. Pegangan (handle) 2. Saklar picu 3. Ventilasi 4. Ukuran kedalaman 5. Pengunci 6. Meja 7. Kabel listrik
5
4
6
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.183 : Mesin Trimer
11
2
3
4
1.10.2 Jenis Alat Bantu 1. Pengantar 2. Kunci pas 3. Pengantar hias 4. Cincin
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.184 : Alat Bantu
138
1.10.3Jenis Pisau Profil Jenis pisau ini bervariasi modelnya, sehingga memudahkan kita untuk memilih disesuaikan dengan kebutuhan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005.
Gb.5.1.185 : Macam Pisau
1.10.4 Memasang / Membuka Pisau Mesin Hias Pasang pisau dengan memasukkan / memutar mur dan cekam, kencangkan keduanya dengan dua buah kunci pas yang arahnya berlawanan.
Gb.5.1.186 : Membuka dan Memasang Pisau 1.10.4.1.
Menyetel Pisou Mesin Hias Kendorkan klem penjepit pada badan kemudian setel ke dalam bor sesuai dengan yang diinginkan, kencangkan klem penjepit dengan kuat. 1.10.5 Cara Mengoperasikan Mesin Hias Jagalah dasar mesin hias terhadap kayu, letakkan benda kerja disebelah kiri mesin hias. Mesin hias bergerak dari kiri ke kanan operator menghadap ke benda pekerjaan. Hidupkan/matikan mesin sebelum mesin mengenai benda kerja.
Gb.5.1.187 : Pengoperasian Mesin 139
1.10.6 Pengantar Hias Alat ini sangat baik untuk mengerjakan bagian tepi kayu keras/playwood, mebel, pintu. Stel ketiga sekrup sesuai dengan keinginan. Klem sekrup A untuk mengunci alat pelengkap. Mesin dioperasikan dengan menggunakan pengantar hias untuk bagian tepi. Gb.5.1.188: Pengantar Hias
1.10.7 Penghantar Lurus Dengan lengkap pengantar mesin hias digunakan untuk meluruskan terutama pinggir benda kerja. Mesin dioperasikan dengan menggunakan pengantar lurus pada sisi (pinggir) sepotong benda kerja dengan mengatur kedalaman yang diinginkan. Gb.5.1.189 : Pengantar Lurus
Gb.5.1.190 : Pemeliharaan
1.10.8 Pemeliharaan Periksalah karbon di dalam mesin. Bila aus tinggal kira-kira 5 mm (3 / 16”) atau bila terjadi percikan api, karbon harus diganti dua-duanya sekaligus. Untuk membuka karbon letakkanlah mesin dalam keadaan miring. Bikalah kedua penutup dengan obeng. Setelah penutup terbuka keluarkan karbon dari dalam bersama-sama pernya. Gantilah karbon itu bila sudah aus.
140
1.10.9. Penyimpanan Bila kondisi mesin sudah bersih masukkan pada kotak/box guna untuk mempermudah dalam penyimpanan.
Gb.5.1.191 : Penyimpanan 1.11. MESIN GERGAJI BUDAR 1.11.1. Mesin Gergaji Listrik. Mesin gregaji ini praktis untuk perkerjaan pemotongan kayu. Karena mempunyai desain demiakian rupa dengan berat yang ringan, body yang ramping sehingga memudahkan pemakai untuk pindah tempat.
Gb.5.1.192: Mesin Gergaji Bundar Lengkung
4
9
2
3 1
10
6
5
7
Gb.5.1.193: Mesin Gergaji Bundar Lengkung
8
1.11.2 Nama dan bagian Gergaji Bundar. 1. Pegangan belakang 2. Saklar picu 3. Pengunci skalar 4. Pegangan depan 5. Knop penentu kedalaman 6. Sekrup penentu miring 7. Tudung pengaman daun gergaji bundar 8. Plat meja bawah 9. Kipas 10.Kabel listrik
141
1.11.3. Perlengkapan Gergaji Bundar Listrik 1. Penghantar potong 2. Kunci ring 1 2
Gb.5.1.194: Pengantar Mesin
1.11.4. Kegunaan Mesin gregaji bundar. Mesin ini sangat cocok untuk pekerjaaan kayu karena punya fungsi multi guna diantaranya bisa memotong dengan cepat, memotong miring, memotong bevel dan membelah. Sehingga praktis dipakai untuk pekerjaan yang bermacam – macam ukuran dan bentuk. Gb.5.1.195: Kegunaan Mesin Gergaji
1.11.5. Memotong Tanpa Pengantar Untuk pemotongan kayu terlebih dulu digambari garis potong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pemotongan dengan gergaji harus sebelah luar garis, supaya ukuran tidak kurang dari yang direncanakan. Pemotongan dilakukan tanpa pengantar potong. Gb.5.1.196: Memotong Tanpa Pengantar
142
1.11.6. Memotong Dengan Pengantar Untuk mendapat hasil yang lurus dan baik, pergunakanlah kayu sebagai pengantar yang diklem terhadap benda kerja dengan kuat seperti gambar di samping.
Gb.5.1.197: Memotong Dengan Pengantar
Gb.5.1.198: Memotong Miring
1.11.7. Memotong Miring Tanpa Pengantar Lebih dulu digambari pada benda kerja kemiringan yang dikehendaki dan potonglah sesuai dengan garis miring tersebut sebelah luarnya garis supaya ukuran tidak kurang penjangnya. Untuk memotong benda kerja dapat distel pengantar spesial sesuai dengan ukuran yang dikehendaki, kemudian dikunci agar tidak terjadi perubahan.
1.11.8 Membelah Dengan Pengantar Untuk membelah benda kerja pergunakanlah pengantar tambahan dri kayu dan jepitah dengan banku kerja. Doronglah ke muka dengan lambat-lambat serta merata yang mana pengantarnya harus tetap rapat dan menempel terhadap sisi benda kerja. Setelah pembelahan selesai Gb.5.1.199: Membelah Dengan tudung pengaman bawah otomatis Pengantar Kayu kembali ke posisi dan mesin boleh dimatikan. Untuk menjaga keselamatan kerja handle dipegang erat-erat dan dikunci baik-baik.
143
1.11.9 Memotong bevel Untuk pemotongan bevel alas gergaji bundar dapat distel dari 900 hingga 450 sesuai dengan kemiringan yang kita kehendaki.
Gb.5.1.200: Memotong Bevel
Gb.5.1.201: Memotong Lubang Buntu
Gb.5.1.202: Membuat Alur
1.11.10. Memotong Lubang (Buntu) Untuk membuat lubang persegi, lebih dulu dilukis sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Mesin dihidupkan, kemudian bagian depan lebih dulu di letakkan terhadap benda kerja dengan posisi miring kemudian gergaji diturunkan lambat-lambat sampai rata barulah di dorong sesuai dengan garis potong yang telah digambari.
1.11.11 Membuat alur Untuk membuat alur yaitu dengan cara menyetel penentu dalam hingga sesuai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Pergunakanlah pengantar tambahan kayu supaya stabil dan bisa panjang, lakukan berulangulang sampai dengan lebar dan dalam alurnya sesuai dengan gambar.
144
Gb.5.1.203: Membersihan
1.11.12 Keselamatan Kerja Kembalikan alas atau kaki ke posisi 900 dan letakkanlah gergaji bundar pada tempat yang aman agar terhindar dari kecelakaan. Lepaskan stecker dari stop kontak sebelum dibuka bagian-bagiannya. Letakkan gergaji bundar pada kayu lunak (soft wood) kemudian buka baut dengan kunci pas lihat gambar di samping. Bersihkan dengan angin kompresor sebelum mesin disimpan.
1.11.13 Penyimpanan Setelah kondisi bersih maka simpanlah pada kotak seperti gambar di samping untuk memudahkan dalam penyimpanan.
Gb.5.1.204: Penyimpanan 1.12. Mesin Gergaji Jig (Jig Saw) 1.12.1. Gregaji jig (Jig saw) Jenis mesin jig saw ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan kayu karenanya bisa memotong bervariasi. Keuntungannya adalah memiliki daun gregaji yang tipis sehingga sangat menguntungkan bagi pekerjaan yang bervariasi bentuk.
Gb.5.1.205: Mesin Gergaji Jig 145
1
8
6 3 7 4
1.12.2. Nama dan Bagianbagian Mesin gergaji lurus (Jig saw). 1. Pegangan (handle) 2. Saklar picu 3. Rumah atau body 4. Penghantar bawah 5. Daun gergaji 6. Kabel listrik 7. Pengatur Kecepatan 8. Ventilasi
5
Gb.5.1.206: Bagian Mesin Jig Saw
1.12.3. Perlengkapan 1. Kunci L atau Kunci Ellen 2. Pengantar Jari-jari 3. Pengantar Potong
2
1
3
Gb.5.1.207: Alat Bantu
Gb.5.1.208: Jenis Pisau
1.12.4. Jenis Pisau Mesin Jig Saw Pada prinsipnya jenis pisau gergaji Jig ada dua yaitu untuk kayu dan logam akan tetapi juga bervariasi ukuran gigi, ada yang kasar, halus begitu pula daunnya ada yang tebal dan tipis.Untuk itu jika kita memerlukan, maka disesuaikan dengan kebutuhan benda kerja yang akan dipotong.
146
1.12.5. Kegunaan Mesin Jig Saw Mesin gergaji jig sangat bervariasi kegunaannya antara lain: untuk memotong, membelah, membuat lengkungan, potong miring, memotong bevel dan membuat lingkaran. Di samping untuk memotong kayu juga bisa untuk memotong logam, kita tinggal mengganti daun gregajinya saja. Gb.5.1.209: Mesin Jig Saw
1.12.6. Memotong lurus Memotong lurus adalah pekerjaan yang paling mudah, dimana kaki/alas pada posisi 90°, dengan kata lain gergaji jig tegak lurus terhadap benda kerja. Tangan kiri menahan mesin supaya tidak goyang sedangkan tangan kanan menghidupkan dan mendorong mesin. Gb.5.1.210: Memotong Lurus
1.12.7. Memotong lurus memakai pengantar Memotong pakai pengantar harus didorong ke muka bersamaan dengan gergajinya supaya hasilnya sejajar dan lurus
Gb.5.1.211: Memotong dengan Pengantar
147
1.12.8. Memotong miring Cara memotong miring dapat dilakukan dengan menyetel kaki alas gergaji jig sesuai dengan kemiringan yang dikehendaki. Benda kerja diklem pada bangku kerja supaya stabil, sedangkan posisi tangan kiri menekan mesin ke bawah dan tangan kanan mendorong . Gb.5.1.212: Memotong Miring
Gb.5.1.213: Memotong Bulat
1.12.9. Memotong lingkaran Lukislah garis lingkaran yang diinginkan pada benda kerja dan klem. Atur pengantar hingga R sama dengan jarak antara daun gergaji kepada pusat lingkaran. Kerjakanlah memotong garis lingkaran yang dimulai dari lubang start yang dibor. Pasanglah baji agar daun gergaji jangan terjepit.
1.12.10. Memotong lengkungan Untuk memotong lengkungan harus diperhatikan ketebalan dari pada benda kerja. Karena mempengaruhi jangkauan mata gergaji.
Gb.5.1.214: Memotong Lengkung
148
1.12.11.Memotong bevel Dalam pemotongan bevel kita tinggal menyetel meja sesuai dengan kemiringan yang kita inginkan dan pastikan sebelum kita kita gunakan daun gregaji sudah dalam kondisi terkunci.
Gb.5.1.215: Memotong Bevel
1.12.12.Memotong lubang buntu Memotong lubang tanpa menggunakan bor hanya dapat dilaksanakan pada kayu yang lunak. Gergaji jig dimiringkan ke depan kemudian perlahan-lahan ditarik sesuai dengan arah panah hingga gergaji tegak lurus terhadap benda kerja kemudian kerjakanlah dengan normal (biasa). Gb.5.1.216: Memotong Lubang Buntu
1.12.13. Memeriksa Jarak Potong Daun Gergaji Sebelum kita memotong benda kerja di atas bengku kerja, lebih dulu kita periksa jarak maksimum ujung daun gergaji terhadap papan alas bangku kerja dengan kata lain harus bebas dari gangguan atau benda-benda lain, kemudian pemotongan dapat dilakukan. Gb.5.1.217: Mengontrol Pisau
149
1.12.14. Memotong Dari Sisi (pinggir) Letakkan dan tekan sedikit alas muka gergaji terhadap pinggir benda kerja. Hidupkan motor sampai maksimum. Dorong ke muka hingga mengikuti garis arah lukisan yang telah lebih dulu disiapkan.
Gb.5.1.218: Memotong Awal 1.12.15. Menyetel Pengantar Longgarkan mur pengunci, ukur jarak dari pengantar terhadap koakan gergaji yang sebelah dalam sesuai dengan jarak yang dikehendaki. Kunci kembali mur/baut pengunci agar tidak terjadi perubahan sewaktu bekerja. Gb.5.1.219: Menyetel Meja 1.12.16 Keselamatan Kerja Pakailah kacamata pengaman supaya tatal / debu tidak kena mata. Perhatikan selalu kabel gergajinya jangan berlipat-lipat tidak teratur dan jangan terpotong kena gergaji.
Gb.5.1.220: Kaca Mata 1.12.17 Keamanan Bila kita sudah selesai mengunakan semprotlah dengan angin kompresor untuk menghilangkan kotoran atau debu dari ventilasi motor dan lakukan pemberian minyak pada bagian – bagian tertentu agar supaya tidak mudah berkarat. Gb.5.1.221: Membersihkan Mesin 150
1.12.18. Keamanan Dalam kondisi yang sudah bersih simpan lah mesin tersebut pada kotak atau box yang sudah tersedia guna mempermudah di dalam peyimpanan.
Gb.5.1.222: Pentimpanan Mesin
1.13 Mesin Pengasah Lindungan Motor listrik Perisa i mata dapat diatur
Perisai mata dapat diatur
Lindungan Roda Asah
Sandaran Perkakas Sakelar
1.13.1. Mesin Asah / Gerinda Masin asah yang modern dilengkapi dengan roda asah yang berputar dengan kecepatan tinggi. Adalah sebuah mesin dengan roda berdiameter 20 cm (8”) dan tebal 2,5 cm (1”). Motor listriknya memutar roda dengan 2800 putaran tiap menit.
Kaki
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.223: Mesin Asah Gerinda
151
Lindungan roda Roda asah Pengantar
Mur setel
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
1.13.2 Pengatar Asah Pengantar asah adalah sebuah dukungan untuk perkakas, yang harus diasah. Pahat atau pisou ketam diletakkan rata di atasnya dan lerengnya harus menghadap ke bawah. Jarak pengantar asah dan roda asah tidak boleh lebih dari 3 mm, hal ini untuk mencegah pahat terjepit di antaranya.
Gb.5.1.224: Pengantar
1.13.3. Batu Asah Lurus Terdapat roda asah dengan banyak bentuk, di antaranya disebut di sini: Roda asah lurus dan Roda asah mengkok lurus.
Roda asah lurus
Potongan lintang
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.225: Batu Asah Lurus
152
Batu Asah mangkok
Flensa Poros Gelang tutup
Gelang tutup
Selubun g
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
1.13.4. Batu Asah Mangkok Gambar di samping menunjukkan bagaimana roda asah dipotong pada porosnya. Kebanyakan roda asah mempunyai selubung timah pada lubang poros. Selubung ini harus cocok tepat di sekeliling poros mesin. Gelang tutup biasanya dibuat dari kertas-kertas isap.
Gb.5.1.226: Batu Asah 1.13.5. Ukuran Batu Asah. Ukuran roda asah ditentukan oleh tebal diameter keseluruhan, dan lubang poros pusat.
Tebal Diameter luar
Lubang pusat
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.227: Ukuran Batu Asah Pisau ketam dengan takik aus
Sandaran perkakas
1.13.6. Mengasah Tajam Jika terdapat takik-takik aus pada daunnya, maka takik-takik aus itu harus dihilangkan dulu. Ini dapat dilakukan dengan mendorong lemah lurus daunnya pada roda asah gambar di samping sampai tepinya telah menjadi rata.
Roda asah Takik aus sudah dihilangkan
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.228: Pengasahan 153
Sandaran perkakas disetel pada sudut
1.13.7. Menyetel Penghantar Kemudian aturlah pengantar asah pada sudut yang diperlukan, untuk mengasah lereng daunnya (+ 300). Seperti gambar di samping.
Lereng diasah cekung
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.229: Menyetel Pengantar Asah Batu asah Daun yang harus diasah
Pengantar asah
1.13.8. Mengasah Pisau. Apabila tidak terdapat alat semat pegang tertentu, maka Anda harus memegang daunnya dengan kedua tangan. Gerakkan daun dari kiri ke kanan dengan mengerjakannya merata melintang roda asah
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.230: Cara Memegang Pisau saat Mengasah Permukaa n butir halus
Permukaan butir kasar
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.231: Batu Asah Minyak
1.13.9. Jenis Batu Asah. Beram pada pisau yang sudah diasah harus dihilangkan dengan proses pengasahan halus pada batu asah minyak. Tempatkan batu asah minyaknya, dengan permukaan butir halus menghadap ke atas, dalam sebuah blok/kayu yang dilubangi dengan ukuran sesuai dengan ukuran batu asah tersebut
154
Blok kayu dilubangi
1.13.10. Balok Kayu. Blok kayu tersebut mencegah batunya bergeser ke samping dan mengotori bangku kerja.
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.232: Balok Kayu
Kaleng i k Minyak lumas Blatu asah k Bloki kayu
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.233: Cara Pengasahan
1.13.11. Pengasahan. Tuangkan beberapa tetes minyak, dan sapu bersih batunya dengan kain, untuk membuang sisa-sisa asahan lama. Sekarang tuangkan sedikit minyak tipis baru di atas batu (gambar di samping) untuk melumasinya, guna mengapungkan dan membuang partikel-partikel logam, sehingga partikel itu tidak tertanam dalam batunya. Sekarang batu asah minyaknya siap untuk pengasahan halus. Bila pengasahan telah selesai, batu harus disapu bersih dan diletakkan kembali dalam kotak simpannya. 1.13.12. Pengasahan Halus. Tempatkan blok dengan batu asah minyak di meja atau ikatkan pada ragum bengku kerja. Peganglah daun tersebut dengan kedua tangan pada sudut yang betuk dan gerakkan memutar di atas batu asah minyak. Janganlah menekan terlalu keras. Selagi mengasah halus lereng daun, tukit dan tapak dari lereng halus mengenai batu asah minyak
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.234: Mengasah Halus
155
1.13.13. Pengasahan Lereng. Gambar di samping menunjukkan kedudukan yang betul dalam mengasah lerengnya.
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.235: Mengasah Lereng.
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
1.13.14. Pengasahan Punggung. Gambar di samping menunjukkan kedudukan yang betul untuk pengasahan halus punggungnya. Apabila sebuah perkakas diasah halus salah, maka perkakas itu tidak dapat melakukan pekerjaanya secara layak. Dalam hal itu daun harus diasah kembali dan diasah halus dengan batu asah minyak lagi.
Gb.5.1.236: Mengasah Punggung.
Letakkan daun rata pada punggungnya di atas batu asah minyak dan gerakkan daun itu dengan gerakkan memutar. Jangan tekan terlalu keras. Hanya beramnya yang harus dihilangkan.
Sumber; Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.237: Mengasah Punggung. 2. Mesin Stationair/Tetap 2.1 Mesin Gergaji Pita
156
Pengatur rol antar pita
Roda penegang pita gergaji
Penghantar belah
Pita gergaji
Daun meja mesin
Tumpuan badan mesin
Mesin gergaji pita adalah mesin perkayuan yang mempunyai mata gergaji bentuk pita. Penyetelan daun gergaji setelah terpasang pada kedua roda antar atas dan bawah kemudian di tegangkan dengan menyetel roda penegang dengan merujuk tabel ketegangan. Selanjutnya rol antar diatur ½ -1 cm diatas benda kerja dengan cara membuka pengunci rol antar kemudian memutar pengatur rol antar pita ke kanan atau kekiri hingga mencapai yang dikehendaki. Mesin gergaji pita dapat digunakan: - Membelah papan kayu - Memotong papan kayu - Memotong kayu bulat - Memotong / membelah miring - Menggergaji bulatan / lengkungan dengan diameter tertentu Setiap selesai jam kerja daun gergaji di kendorkan kembali.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.1: Mesin Gergaji Pita
Daun gergaji
Penghantar potong
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Daun meja dapat di miringkan 00450 dengan cara: - Buka pengunci daun meja - Lepas klos kayu antar pita gergaji - Angkat meja bagian ujung sambil melihat skala kemiringan meja gergaji - Tutup pengunci meja - Pasang klos kayu antar pita gergaji, gergaji siap digunakan.
Gb.5.2.2: Spesifikasi Mesin Gergaji Pita
157
Klos pengaman pita gergaji
Dalam pengerjaan pemotongan dengan mesin gergaji pita dapat menggunakan penghantar potong. Penghantar potong seperti gambar disamping dapat digunakan: - Memotong tegak lurus - Memotong miring dari 00 – 450
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.3: Penghantar/ Perlengkapan Mesin Gergaji Pita
Karet bantalan gergaji pada roda harus terpasang dengan baik, karena berguna sebagai pengaman daun agar tidak bersentuhan dengan roda yang Karet bantalan terbuat dari baja. pita gegaji
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.4: Pengaman Gigi Gergaji Pita pada Roda Penggerak
158
Rol antar atas meja Rol antar belakang
Rol antar samping
Mesin gergaji pita adalah mesin yang menggunakan pisau berbentuk pita, bila digunakan mudah bergeser, untuk itu perlu hantaran agar posisi tetap pada dudukan semula. Rol antara merupakan hantaran yang mengatur posisi dari samping dan belakang. Penyetelannya 0,5 – 1½ mm dari gergaji.
Rol antar bawah meja
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.5: Rol Penghantar Gergaji Pita Atas dan Bawah Tinggi mata 1/3 a
Punggung mata a Sudut gigi
Dada gigi gergaji 100 Mundam gergaji
Mundam gergaji
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.6: Spesifikasi Sudut Gigi Gergaji Pita
Daun gergaji pita mempuyai bentuk, ukuran lebar dan tebal yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan potong atau belah yang dikehendaki. Misalnya membuat lingkaran dibutuhkan daun gergaji yang mempunyai kelebaran daun 1 – 1 ½ cm sehingga memudahkan gerakan melingkar saat melakukan penggergajian. Gambar samping menunjukan bentuk mata gergaji belah dan mundam yang berfungsi sebagai penyimpan serbuk gergajian, bentuk pertama untuk kayu kering sedang bentuk kedua untuk kayu yang masih agak basah. Mata gergaji harus selalu dibersihkan dari sisa serbuk dan getah secara periodik agar mata
159
Tinggi mata ½-2/3 a
Punggung mata a
Gergaji selalu siap digunakan dan baik. Daun gergaji pita mempuyai bentuk seperti gambar samping, menunjukkan mata gergaji pita untuk potong
Sudut mata
Dada 0 mata 0
Mundam gergaji
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.7: Jenis dan Ukuran Gigi Gergaji Pita 1.Pengatur tebal belah 2.Rahang cengkam 3.Pasak jepit besar 4.Pasak jepit kecil
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Mesin gergaji pita bermeja dorong digunakan untuk menggergaji kayu yang bentuk log, dimana perletakan gelondong kayu dijepit pada perlengkapan jepit meja sehingga penggergajian dapat dilakukan dengan baik. Untuk mengatur ukuran tebal papan dapat disetel pada pengatur tebal belah belah. Penempatan dan pemilihan arah gergajian dapat dilakukan dengan menempatkan log kemudian dijepit, setelah itu dilakukan pengerjaan gergaji dengan cara mendorong meja dorong hingga selesai. Yang perlu perhatian kayu terjepit dengan baik
Gb. 5.2.8: Mesin Gergaji Pita Bermeja Dorong
160
Meja rol antar gergaji
Meja rol antar gergaji pita ini dilengkapi dengan peluru antar untuk melancarkan hantaran papan yang sedang dikerjakan, juga berfungsi sebagai perpanjangan meja shingga papan yang lebih panjang dari daun meja dapat dihantarkan hingga pemotongan sampai ujung batang.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.9: Posisi Membelah Tipis
Papan penghantar siku
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Meja rol antar gergaji pita ini dilengkapi dengan peluru antar untuk melancarkan hantaran papan yang sedang dikerjakan, juga berfungsi sebagai perpanjangan meja sehingga papan yang lebih panjang dari daun meja dapat dihantarkan hingga pemotongan sampai ujung batang
Gb.5.2.10: Posisi Membelah Tebal dengan Penghantar
161
Tudung pengaman
Saklar induk
Meja dorong
Penghantar belah
Penyangga Meja dorong
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Mesin gergaji bermeja digunakan utuk membelah dan memotong benda kerja ukuran bersih, mesin ini dilengkapi dengan meja dorong dimana benda kerja dijepit diatasnya, meja dorong juga dapat digunakan hantaran pemotongan. Penghantar belah dapat diatur sesuai lebar yang dikehendaki, sedangkan tudung pengaman disetel ½ -1 cm diatas benda kerja sebagai pengaman jika terjadi lemparan potongan kecil atau serbuk gergaji
Gb.5.2.11: Gergaji Bundar Bermeja
Pendorong belah
Penghantar potong
Penghantar potong mesin gergaji bermeja ini dilengkapi dengan stoper panjang, skala ukur, pengatur sudut kemiringan, penyetelannya adalah: - Geser dan periksa sekala dengan mistar sebesar A - Kunci jepit hantar secukupnya - Skala dan stoper siap digunakan
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.12: Gergaji Bundar Bermeja dengan Penghantar Potong
162
Panel saklar utama disamping untuk menggerakka motor mesin juga dilengkapi dengan penyetelan ukuran potong dengan penggerak secara masinal
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.13: Bok Saklar Utama
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Mesin ini dapat digunakan memotong dua sisi sekaligus, pengaturan lebar potong dapat dilakukan dengan menggerakan salah satu mesin sesuai dengan ukuran yang di kehendaki
Gb.5.2.14: Mesin Gergaji Potong Ganda
Gergaji potong awal
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Daun gergaji ini putarannya berlawanan dengan gergaji utama, fungsinya untuk mengawali pemotongan dengan tinggi 1-2 mm untuk mendapatkan hasil potong yang halus dan tidak sobek
Gb.5.2.15: Mesin Gergaji Belah
163
Tudung penekan benda kerja
Papan meja Pedal pengatur tekan
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.16: Jenis Mesin Gergaji Bundar Pemotong Multipleks Mesin ini digunakan untuk membelah papan, papan benda kerja permukaanya lebih aman dari goresan karena papan dijepit tetap dan mesin gergaji yang bergeser dari ujung satu hingga selesai
Penjepit
Balok penekan
Bentuk type lain dari gergaji meja mesin bergerak yang dilengkapi dengan penjepit dan blok penekan atas, sedang gerakan mesin dengan menggunakan tenaga motor. Sangat cocok digunakan pekerjan yang sama dalam jumlah besar
Motor gergaji
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.17: Gergaji Meja Mesin Bergerak
164
Lengan mesin gergaji
Box saklar mesin
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.18: Gergaji Potong Mesin ini digunakan untuk membelah papan kayu buatan misalnya kayu lapis, particle board, MDF, dan papan buatan lain yang terbuat dari bahan dasar kayu. Cara kerjanya adalah papan diletakkan pada panel mesin kemudian penyetelan ukuran pemotongan setelah siap baru dilakukan proses pengerjaan
Lengan gergaji
Meja gergaji
Mesin gergaji berlengan ayun tergolong mesin stationer yang digunakan untuk pemotongan benda kerja dalam ukuran kotor. Proses kerja mesin gergaji berlengan ayun adalah : - Benda kerja diletakkan diatas meja menempel penuh pada penghantar - Mesin dijalankan kemudian ditarik sambil benda kerja di tekan atau di jepit Saat bekerja konsentrasi harus dipusatkan pada benda kerja
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.19: Mesin Gergaji Potong Berlengan 165
Mesin gergaji tekan digolongkan dalam mesin semi stationer, gunanya adalah untuk : - Memotong tegak lurus Penghantar - Memotong miring 00-450 potong - Memotong miring ganda Tudung pengaman
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.20: Mesin Gergaji Potong Sudut (Mitre Saw)
Mesin gergaji skrol adalah mesin yang digunakan pekerjaan kecilkecil dengan ketebalan terbatas. Pekerjaan yang dapat dibuat: - Membelah lurus - Menggergaji bentuk lengkung - Membentuk lingkaran Hal yang perlu diperhatikan ketegangan daun gergai harus diperhatikan, pengaman balik harus terpasang sesuai fungsinya Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.2.1.21: Mesin Gergaji Skrol
166
2.2. Jenis Daun Gergaji Bundar
Daun gergaji bundar TCT adalah daun gergaji dengan mata gergaji tempel dari baja keras. Gambar samping menunjukkan beberapa type daun gergaji yang digunakan untuk pemotongan, pembelahan, dan pengerjaan bahan kayu yang belum kering. Untuk jenis daun gergaji yang digunakan ehan kayu basah adalah daun gergaji yang mempunyai tambahan punggung gergaji yang berguna sebagai pembersih serbuk pada waktu proses penggergajian Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.22: Jenis Daun Gergaji Bundar TCT
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
a. Sudut bebas dada mata gergaji b. Sudut bebas punggung mata gergaji c. Sudut bebas samping mata gergaji Sudut tersebut berguna untuk puncak ketajaman mata bekerja dengan baik
Gb.5.2.23: Jenis Mata/Gigi Gergaji Sircle TCT
167
Mata gergaji lurus Bentuk mata digunakan untuk membelah kayu keras dan kayu lunak
Mata gergaji kombinasi Bentuk mata digunakan untuk membelah dan memotong ( universal )
Mata gergaji lengkung Bentuk mata digunakan untuk memotong bahan terbuat dari finir
Mata gergaji trapesium Bentuk mata digunakan untuk memotong bahan papan buatan, partikel board, mdf, shof board Mata gergaji lurus dan trapesium Bentuk mata digunakan untuk memotong kayu lapis Mata gergaji lengkung dan trapesium Bentuk mata digunakan untuk memotong kayu yang berlapis bahan finis Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.24: Titik Sudut Mata/Gigi Gergaji TCT
168
Daun gergaji dengan mata TCT membutuhkan perhatian kusus dikarenakan mata pisau yang keras dan mudah rompal, sehingga satu dengan yang lain tidak boleh langsung bersentuhan
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.25: Box Penyimpanan Daun Gergaji Bundar TCT - Setel dan cek penghantar lebar - Letakkan papan dan menempel penghantar belah - Tutup tudung pengaman ½ -1 cm diatas papan benda kerja - Hidupkan motor mesin gergaji - Dorong papan dan control selalu papan menempel penghantar Jika sudah hampir ujung papan gunakan pendorong
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing,2005
Gb.5.2.26: Cara Kerja Membelah Papan Kayu Cara pemasangan pisau belah: - Tempelkan papan kayu dan lukis puncak mata ke papan - Setel ketinggian pisau belah mengacu pada garis pada papan dikurangi 1-2 mm dan jarak pisau 8-10 mm
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.27: Penyetelan Pisau Belah Gergaji Bundar 169
Tudung pengaman transparan daun gergaji seperti gambar dapat membantu operator untuk mengontrol saat pengerjaan benda kerja. Benda kerja yang dikerjakan cukup didorong tudung akan terangkat sendiri dibantu roda yang ada pada tudung, setelah setelah benda kerja melewati tudung, tudung akan menutup sendiri Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.28:Perletakan Tudung Pengaman Dan Pendorong
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Jika pengerjaan hampir mendekati ujung yang membahayakan jika didorong dengan tangan maka, gunakan tongkat pendorong untuk enyelesaikan penggergajian. Lakukan pendorongan dengan penuh konsentrasi dengan mengontrol benda kerja harus selalu menempel pada penghantar
Gb.5.2.29: Penggunaan Pendorong Belah
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Memotong kayu pendek sangat beresiko untuk terpental balik karena putaran gergaji, untuk menghindari itu harus meggunakan alat bantu pemisah dari putaran gergaji seperti tampak pada gambar. Pemasangannya disamping gergaji dan masuk kedalam 1 ½ -2 cm dari lingkar gergaji
Gb.5.2.30: Pemotongan Papan Kecil
170
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Benda kerja ditempelkan pada mal yang ada senter titiknya, kemudiaan setel penghantar tambahan tepat diatas daun gergaji agar hasil dari benda kerja sama persis dengan mal. Ketinggian mal harus diatas benda kerja 3-6 mm diatas tebal benda kerja. Kontrol letak penghantar agar tidak termakan pisau gergaji
Gb.5.2.31:Pemotongan Papan Menggunakan Mal Bantu Tudung pengaman selain berfungsi sebagai pengaman lemparan potongan dan serbuk juga dilengkapi lubang conector dengan penghisap debu sehingga kotoran langsung di sedot ke pembuangan debu Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.32:Tudung Pengaman Pada Waktu Membelah Kayu
Membelah benda kerja kecil dapat dilakukan dengan penjepit depan dan pendorong belakang seperti gambar, ini proses pengerjaan dapat lancar. Pada waktu pengerjaan pastikan jepitan bekerja dengan sempurna
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.33:Membelah dengan Penjepit Depan dan Belakang
171
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gergaji disetel ketinggiannya sesuai dengan tebal / lebar sponeng yang akan dibuat. Proses pengerjaannya dapat dilakukan pada arah lebar dahulu setelah itu dapat di lanjutkan pada arah tebal seperti pada gambar samping
Gb.5.2.34: Membelah Bentuk Takik
2.3. Mesin Ketam Perata
Panel saklar Tudung pisau ketam Penghantar Meja depan Meja belakang
Penyetel meja
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.35: Ketam Pelurus/Perata (Jointer Planer)
172
Tudung Pengaman harus selalu terpasang pada saat mesin jalan, ini bertujuan untuk melindungi operator dari kecelakaan bekerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.36: Tudung Pengaman Pisau Feksibel Bentuk sirip-sirip pada meja mesin ini untuk mengurangi getaran mesin ketika pisau ketam dihidupkan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.37: Rip Peredam Suara Putaran Mesin Ketam
Penghantar bantu berfungsi untuk mengerjakan kayu yang kecil dan pendek.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.38: Mesin Ketam Perata Dengan Penghantar Bantu 173
Cutter block adalah tempat menempelnya mata pisau ketam. Jumlah mata pisau pada cutter block ini 2 mata pisau. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.39: Blok Pisau dengan Dua Mata Pisau Cutter block dengan tiga mata pisau hasilnya lebih halus dari blok pisau dengan dua mata pisau. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.40: Blok Pisau dengan Tiga Mata Pisau Cutter block dengan empat mata pisau hasilnya jauh lebih halus dari blok pisau dengan 3 mata pisau.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.41: Blok Pisau dengan Empat Mata Pisau
Blok pisau dengan mata pisau spiral, hasil ketamnnya lebih halus dan licin.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.42: Blok Pisau dengan Mata Pisau Spiral
174
Cara penyetelan/ pemasangan mata pisau pada blok pisau dengan menggunakan mal penyetel ketinggian pisau ketam.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.43: Penyetelan Pisau Ketam Terhadap Blok
Rumah penyetel
Pegas kontrol pisau
Alat ini dapat digunakan untuk menyetel piasu mesin ketam. Baut Setelah piasu ketam dimasukkan dudukan pada blok pisau, letakkan alat penyetel kontrol tersebut (blok tapak pisau) Pengunci di atas blok pisau secara merata pisau (permukaan pisau harus menempel pada blok tapak pisau), baru kemudian baut pengunci pisau dikencangkan dari bagian tepi-tepi dulu menuju ke tengah.
Blok tapak pisau
Baut pengarah
Baut pengunci
Pegas kontrol pisau
Blok tapak pisau
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.44: Penyetelan Tinggi Mata Pisau Ketam
175
Setelah pisau dipasang secara manual, kemudian cara mengontrolnya adalah dengan sebuah papan yang lurus ditempelkan pada meja depan dan belakang mesin ketam lurus sejajar dengan pisau. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.45: Menyetel Pisau Secara Manual
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Letakkan papan pada posisi seperti gambar, bagian yang cekung dimakankan dulu dengan kecepatan dorong yang sesuai. Lakukan beberapa kali pemakanan sampai pada bagian yang cekung menjadi rata. Perlu diperhatikan di dalam pemakanan jangan terlalu tebal sehingga papan tidak terlalu berat pada saat didorong.
Gb.5.2.46: Cara Mengetam Papan Lebar Perlu diperhatikan keselamatan kerja pada saat mengetam, apabila papan/benda kerja yang akan diketam pendek sekali, harus digunakan alat bantu untuk mendorong benda kerja, perhatikan seperti pada gambar di samping. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.47: Cara Mengetam Papan Pendek
176
Mengetam sisi papan perlu diperhatikan tentang kesikuan antara muka I dan II, sehingga pada saat mendorong benda kerja muka I harus segaris dengan penghantar siku serta tudung pengaman pisau harus menempel pada benda kerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.48: Cara Mengetam Sisi Papan
Panel saklar mesin
Meja mesin
Mesin ketam penebal ini dapat berfungsi untuk: x Mengetam siku muka III & IV x Mengetam segi 6, 8 dst. x Mengetam miring sesuai dengan alat bantunya.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.49: Mesin Ketam Penebal (Thicknesser)
177
Sabuk penghantar/belt harus selalu dalam kondisi tegang/kencang dan dijaga kebersihannya dari debu serbuk kayu.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.50: Sabuk Penghantar Tenaga Mesin
Tudung rol antar
Rol gerak
Blok pisau
Secara periodik perlu diadakan pengecekan kekencangan mur baut komponen-komponen/bagian mesin ketam dan diberi minyak pelumas.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.51: Bagian Mesin Ketam Penebal Pada saat mengetam balok diusahakan pada permukaan meja digunakan semua sehingga tekanan dari pisau merata.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.52: Cara Mengetam Balok Kayu
178
2.4. Mesin Spindle Molder / Shaper Bok saklar
Tudung pengaman
Meja mesin
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.53: Multi Spindle Molder Mesin ini dapat digunakan untuk: x Mengetam langsung 4 muka x Mengetam dan mengalur x Mengetam dan memprofil (membuat flooring) dsb.
Blok pisau atas
Blok pisau bawah
Blok pisau profil Blok pisau samping
Pengetaman dengan menggunakan mesin Multi Spindel/Moulding dengan menggunakan pisau 4 atau 6 head.
Blok pisau Blok pisau samping samping Rol antar
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.54: Rol Pengarah
179
Panel saklar Poros pisau Penghantar Meja mesin
Roda penyetel ketinggian pisau
Roda penyetel kemiringan pisau
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.55: Mesin Frais Poros dapat Dimiringkan Mesin Frais ini as poros pisaunya bisa dimiringkan dan dapat digunakan seperti pada mesin Frais dengan poros lurus.
Dengan tudung pengaman ini operator bisa mencegah terjadinya kecelakaan pada tangan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.56: Mesin Frais dengan Pengaman Atas dan Samping 180
Baut pengunci
Ring pengunci
Poros pisau ini harus dijaga kelurusannya. Baut pengunci tidak boleh terlalu ke bawah agar supaya drat/ulir poros pisau terjaga dari kerusakan atau aus. Sesekali antara poros pisau dengan rumah/blok dibersihkan dengan cairan WD 40.
Baut antar
Pisau profil
Baut pengunci pisau
Poros pisau
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.57: Poros Pisau Mesin Motor penggerak mesin frais ini dengan puli kecepatan yang terdiri dari tiga macam kecepatan. Penggunaannya disesuaikan dengan RPM yang tertera pada masing-masing pisau yang akan digunakan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.58: Motor Penggerak Mesin Frais
181
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Panel tombol mesin dapat dioperasikan sesuai dengan petunjuk yang ada. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan jalan tombol-tombol mesin sesuai dengan Standar Operasional Prosedurnya (SOP).
Gb.5.2.59: Tombol Pengatur Tenaga Listrik pada Mesin Spindle
2.5. Jenis Pisau Frais Dan Perlengkapannya
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.60: Jenis Cutter Block
182
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat sponing dengan ukuran yang lebar atau untuk membuat alur.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.61: Jenis Strit (Sponing Lurus) Pisau ini dapat digunakan untuk: membuat assesoris mebel pada bagian tepi atau untuk kebutuhan yang lain sesuai dengan gambar kerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.62: Jenis Cutter Block Spindle Alat ini dapat digunakan untuk membuat assesoris pada meubel atau acitrap (hiasan/lis lantai). Penggunaan pisau ini pendorongnya dengan rool pendorong.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.63: Jenis Doble Nose 183
Penggunaan pisau frais ini hanya bisa dilakukan dengan menggunakan rool pendorong.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.64: Multi Bit
Alat ini dapat digunakan pada mesin frais untuk mendorong benda kerja secara otomatis.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.65: Feeder (Penggerak Jalan)
184
Alat ini dapat digunakan untuk mengontrol kemunculan mata pisau dengan bodi/blok pisau dengan ketinggian maksimal yang diinginkan 1,1 mm sehingga keselamatan kerja bisa terjamin.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.66: Tinggi Mata Molding terhadap Cutter Block
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.67: Type Cutter
185
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat alur atau sponing (ketebalan pisau dapat disetel)
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.68: Grooving
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.69: Sponing Lurus
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat sponing atau juga bisa digunakan untuk membuat alur.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.70: Sponing Kecil
Pisau ini dapat digunakan khusus untuk membevel atau miring sesuai dengan sudut yang diinginkan (kemiringan pisau dapat distel). Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.71: Champer
186
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat bentuk cekung pada tepi-tepi kayu/benda kerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.72: Curve
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.73: Jenis-jenis Profil
Pisau ini lazimnya digunakan pada pembuatan jendela, pintu dsb.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.74: Round Bit/Odgee Bit
187
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat panil dengan bentuk yang lurus.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.75: Panel Bitt
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat sambungan konstruksi papan melebar.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.76: Triple Grouve
Pisau ini dapat digunakan untuk membuat sambungan konstruksi lubang pen terbuka.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.77: TNG Bit Pisau ini dapat digunakan untuk membuat profil bertumpuk sesuai dengan kebutuhannya.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.78: Profil Bertahap
188
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.79: Perlengkapan Spindle Molder Alat-alat bantu untuk mesin Frais / Spinde Moulder ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan atau bentuk benda kerja yang akan dikerjakan.
189
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.80: Pengatur Tinggi dan Ketebalan Mata Spindle Alat ini dapat digunakan untuk : x Mengukur ketinggian pisau gergaji bermeja x Mengukur ketinggian dan ketebalan pisau Spindle/Frais. Dengan tudung pengaman ini operator bisa mencegah terjadinya kecelakaan pada tangan.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.81: Penghantar Konvensional Rool pendorong ini digunakan untuk pengerjaan yang sifatnya dalam jumlah banyak pada mesin Frais. Dengan menggunakan rool pendorong ini bisa mengefektifkan pekerjaan. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.82: Penghantar Jalan (Feeder)
190
Gambar disamping adalah posisi mengerjakan kayu dengan mesin Spindle dan dilengkapi dengan alat pengaman pelindung samping dan juga untuk memberi tekanan dari samping. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.83: Penghantar Depan
Gambar disamping adalah posisi ketika mengerjakan sponing pada kayu yang pendek dibantu dengan alat dorong.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.84: Penjepit Hantar
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.85: Penghantar Pola
Mengerjakan sponing bantu pada pekerjaan kayu atau bingkai (seperti gambar di amping) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: - Pasang Stopper pada bagian depan dan belakang meja mesin. - Lakukan pengumparan pada bagian depan kayu, setelah itu secara perlahan bagian belakang kayu dirapat pada pengantar mesin.
191
Gambar disamping ini adalah mengerjakan kayu yang pendek pada mesin Spindle dengan menggunakan alat bantu/penghantar pada pekerjaan cowakan buntu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.86: Pengoperasian Spindle dengan Pola Penghantar
Gambar ini menunjukkan cara bekerja dengan menggunakan mesin Spindle dan memakai mata pisau yang dilengkapi dengan ring/cincin penghantar lengkung serta langsung didorong dengan tangan. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.87: Pengoperasian Spindle pada Benda Kerja Lengkung
Gambar disamping ini menunjukkan cara kerja dengan mesin Spindle dengan menggunakan alat penekan khusus yang diletakkan pada sebuah papan penghantar yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.88: Pengoperasian Spindle pada Benda Kerja Berpola
192
2.6. Mesin Router Atas
g f e
d
c
b
a
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.89: Over Head Router Bagian-bagian Mesin Router Atas: a. Pedal untuk menaikturunkan mata pisau b. Pedal rem untuk menghentikan putaran mesin c. Tangkai pemutar menaikturunkan meja mesin d. Tangkai untuk menyetel ketinggian yang akan diprais e. Tangkai penahan untuk mengikuti bentuk prais f. Alar pelindung g. Pengukur kedalaman prais
193
2.7. Mesin Bor Rantai
a
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.90: Mesin Bor Rantai (Chain Saw) Mesin prais samping ini jarang dijumpai di industri furniture, namun lebih banyak dijumpai pada pekerjaan pintu dan jendela, karena sering digunakan untuk melindungi kayu yang lebar dan dalam mesin ini dilengkapi dengan alat yang dinamakan (a) Mata Prais
194
Bagian-bagian Mesin Bor dengan Standar: a. Motor Penggerak b. Penahan Kaki Bawah c. Meja Mesin d. Penjepit Mata Bor e. Tangkai untuk menurunkan mata bor.
e d a
c
b
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.91: Mesin Bor Duduk (Drill Press)
Motor penggerak
Fungsi dari mesin bor ini adalah untuk melubangi/mengambil mata kayu, untuk ditambal dengan kayu yang sejenis atau dipilih warna dan serat yang sejenis dengan kayu yang ditambal.
Mata bor
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.92: Mesin Bor Persegi (Mortice Chisel)
195
d
c
a b
Mesin bor lubang panjang ini (langloch-bohrmaschine) sering digunakan untuk mengerjakan lubang yang lebar dan dalam pada pekerjaan kayu. Adapun bagianbagian mesin ini adalah: a. Pengantar/Stopper b. Tangkai penggerak ke samping c. Penentu kedalaman d. Tangkai penekan/penjepit
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.93: Horizontal Bor
a
b
c
Mesin Multi bor ini sering digunakan pada pekerjaan kayu yang menghendaki jumlah-jumlah lubang dowel yangbanyak dan dikerjakan secara sekaligus. Bagian-bagian mesin ini adalah: a. Bagian penjepit b. Tempat mata bor dan c. Mistar pengantar d. Alat untuk menaik-turunkan mata bor.
d Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Gb.5.2.94: Pneumatik Bor
196
Spiral Bor dengan Senter
Spiral Bor dengan Senter dan Pemotong Logam Keras
Kepala bor
Spiral Bor dengan Baja Keras dan Puncak Runcing
Tangkai bor Spiral Bor dengan Baja Keras dan Tangkai Pemukul Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Pemotong utama Bidang potong bebas
Pemotong samping
Panjang bor
Diameter cengkam bor
Diameter bor
Sudut puncak
Gb.5.2.95: Jenis Mata Bor
Panjang cengkam
Panjang total Gerakan bor
Lubang bor dengan puncak runcing
Senter runcing Mata bor
Lubang bor dengan mata potong dan senter runcing
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.96: Twise Bit 197
Mata bor spiral dengan senter ini sering digunakan mengebor lubang dowel pada kayu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.97: Dowel Bit Mata bor spiral dengan center baja pada ujungnya ini digunakan untuk mengebor lubang dowel pada kayu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.98: Dowel Bit
Mata bor spiral dengan baja keras ini sering digunakan untuk mengebor besi pada umumya dan dipakai juga untuk mengebor kayu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.99: Twise Bit
Mata bor spiral dengan baja keras dan tangkai pemukul digunakan untuk mengebor pekerjaan beton dan batu yang keras.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.100: Bor Spiral (Auger Bit)
198
Mata bor dowel dengan alur serbuk Mata bor dowel untuk mesin
Mata bor dowel untuk mesin
Mata bor dowel untuk mata kayu
Mata bor silinder Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.101: Macam-Macam Mata Bor
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Mata bor ini digunakan untuk mengebor lubang dowel dan dilengkapi dengan alur serbuk untuk memudahkan kotoran kayu keluar masuk.
Gb.5.2.102: Dowel Bit Mata bor ini digunakan untuk mengebor lubang dowel namun pemakaiannya menggunakan mesin stationer.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.103: Dowel Bit Bertangkai Khusus 199
Mata bor ini digunakan untuk mengebor lubang dowel pada kayu dan pemakaiannya dengan mesin.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.104: Jenis Pemegang Mata Bor Khusus
Mata bor ini digunakan untuk mengebor mata kayu ataupun lubang bulat untuk pemasangan engsel sendok pemakaiannya dengan mesin.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.105: Forstener Bit
Mata bor ini digunakan untuk mengebor kayu bulat dengan dimeter besar, pamakaiannya dengan mesin.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.106: Forstener Bit
200
Mata bor lubang panjang
Mata bor keras dengan pemotong
Mata bor tingkat
Mata bor keras dengan pembenam rata
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.107: Jenis Lain Mata Bor
Mata bor ini digunakan untuk mengebor kayu dan dilengkapi dengan pisau samping yang dapat diganti-ganti.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.108: Jenis Forstener Bit Mata bor lubang panjang ini digunakan untuk mengebor kayu dengan ukuran yang lebar dan panjang. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.109: Mata Bor Pembuat Lubang Purus
201
Langkah kerja mengebor lubang panjang dan dalam: 1. Lubangi satu persatu dengan mata bor sampai kedalaman yang diinginkan 2. Bersihkan lubang bor dengan memasukkan mata bor sedikit demi sedikit dan digeser ke samping perlahan-lahan sampai didapatkan hasil yang baik. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.110: Cara Pengeboran Lubang Purus
Mata bor ini digunakan untuk mengebor kayu dengan ukuran dan kedalaman bertingkat. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.111: Mata Bor Ganda
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Mata bor ini digunakan untuk mengebor pada kayu dan pada akhir pengeboran didapatkan bekas lubang yang agak lebar dari lubangnya, ini dipakai untuk membenamkan kepala sekrup rata pada permukaan kayu.
Gb.5.2.112: Mata Bor Ganda
202
Mata bor pemotong kayu
Mata bor pembenam
Mata bor versink dalam
Mata bor dengan pembenam
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.113: Countersing
Mata bor pemotong kayu ini digunakan untuk mengebor dan mengambil kayu sebagai bahan tambalan pada kayu yang rusak. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.114: Countersing Lebar Mata bor ini digunakan untuk mengebor kayu yang sudah dilubangi dan dimiringkan lubangnya. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.115: Countersing Lancip Mata bor pembenam ini digunakan untuk membuat pingulan pada lubang bor pada kayu, sehingga sekrup dapat rata pada permukaan kayu. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.116: Countersing Standar
203
Mata bor dengan pembenam ini sekali kerja menghasilkan 2 bentuk lubang, pertama diameter lubang yang diinginkan dan pada ujung lubang. Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.117: Twise Drill dengan Countersing
2.8. Mesin Amplas Ban
Motor penggerak Saklar
Silinder pengencang
Penutup atas amplas band
Amplas band
Landasan amplas
Meja mesin dapat distel
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.118: Mesin Belt Sander
Mesin amplas ini sangat penting dalam pekerjaan perabot karena dengan mesin ini permukaan kayu dapat digosok dan diamplas dengan baik.
204
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.119: Jenis Mesin Roll Sander/Belt Sander
Mesin amplas sisi ini digunakan untuk menggosok kayu pada bagian sisi/tepi bidang kayu agar didapatkan hasil kayu yang bersih licin dan rata.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.120: Pengamplasan Sisi/Tepi Kayu
205
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.121: Mesin Wide Belt Sander (WBS)
Kalibrasi
Amplas halus
Amplas kombinasi
Kertas gosok
Meja Mesin
Ban pendorong
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.122: Jenis Pengamplasan
206
Penekan amplas ini adalah bagian atau komponen mesin Wide Belt Sander yang berfungsi menekan amplas ban untuk menghaluskan benda kerja.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb5.2.123. Penekan Amplas Jenis dan ukuran kehalusan amplas bermacam-macam, biasanya tertulis pada rol amplas pada sisi luar.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.124: Jenis Rol/Belt Sander Cara penyimpanan rol amplas sebaiknya dibuatkan gantungan pada dinding supaya rol amplas tersebut tidak tertekuk yang berakibat mudah putus.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa Lehrmittel, 2005
Gb.5.2.125: Penyimpanan Belt Sander
207
2.9
Keselamatan Kerja
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 5, Mengasah Pahat, Bhratara Karya Aksara, 1985
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 8, Perkakas Tangan, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.126: Penggunaan Pahat Tusuk
Gb.5.1.127: Palu Besi
Tiga penyebab penting dari ketidak-amanan pada waktu bekerja dengan perkakas dan perkakas mesin adalah: 1. Penggunaan yang salah daripada perkakas 2. Penggunaan perkakas yang tidak tepat 3. Penggunaan perkakas mesin tanpa pelindung yang cukup atau dengan perlindungan yang dilepas.
Gb.5.1.128: Penyebab Ketidakamanan Bekerja dengan Mesin
208
Kecelakaan sering terjadi karena perkakas. Kecelakaan-kecelakaan ini dapat dicegah dengan mudah. Peliharalah perkakas anda dengan baik dan jagalah agar perkakas itu tetap dalam keadaan sempurna. Tangkai palu harus cocok dengan tangan.
Gb.5.1.129: Penyebab Kecelakaan menggunakan Alat Tangan Jika dipasangkan pada kepala palu, tangkainya harus dikukuhkan dengan baji. Baji itu harus dibuat dari baja.
Gb.5.1.130: Kepala Palu Besi
Jika tangkai tidak dikukuhkan, maka kepala palu dapat terlepas dari tangkai dan dapat menyebabkan luka berat pada teman sekerja.
Gb5.1.131: Hubungan Tangkai dan Kepala Palu Besi
209
Tangkai palu harus dibuat dari jenis kayu yang kuat dan kenyal. Tangkai itu tak boleh menunjukkan retak-retak atau pecah-pecah.
Gb.5.1.132: Tangkai Palu obeng adalah perkakas sederhana pula yang dapat menyebabkan luka-luka yang merepotkan. Jagalah agar mata obeng sedemikian tajam, hingga masuk pas dalam alur kepala sekrup. Mata obeng yang tumpul tak dapat dipakai untuk menyekrup.
Gb.5.1.133: Mata Obeng Gunakanlah sekrup yang alurnya tidak rusak. Bukan merupakan penghematan untuk menggunakan sekrup rusak yang ternyata dapat melukai anda, hingga anda tidak dapat meneruskan pekerjaan.
Gb.5.1.134: Sekrup
210
Perhatikanlah benar-benar bahwa anda menggunakan obeng dengan cara yang tepat. Sudut antara obeng dan benda kerja yang dikerjakan harus kirakira 900. sekrup yang meleset akan melukai tangan.
Gb.5.1.135: Memasang Sekrup dengan Obeng Gunakanlah perkakas yang tepat untuk setiap pekerjaan. Kunci-pun harus digunakan untuk baut dan mur.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 15, Pengokoh, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.136: Kunci Pas Kepala baut dan mur adalah penting untuk tujuan fungsinya. Tetapi lepas dari ini, baut dan mur yang rusak akan menyebabkan luka-luka.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 15, Pengokoh, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.137: Mur Baut
211
Kunci pas harus sesuai benar pada baut atau mur. Janganlah menggunakan kunci pas yang diperuntukkan bagi baut dari lain ukuran.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 15, Pengokoh, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.138: Memasang Baut dengan Kunci Pas
Tang dan kunci sekrup bukanlah perkakas yang tepat untuk mengencangkan dan mengendorkan baut dan mur. Hindarkanlah penggunaan perkakas tersebut untuk pekerjaan ini, demi keselamatan.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 15, Pengokoh, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.139: Memegang Mur dengan Tang
\
212
Kikir adalah perkakas yang memerlukan tangkai. Kikir tanpa tangkai adalah perkakas yang paling tidak aman dan tidak efisien. Tangkai kikir tidak boleh rusak dan tanpa retak-retak. Lebih baik membuang tangkai yang rusak daripada memperbaikinya secara tidak memadai. Lagipula, selain tak mungkin melakukan pekerjaan dengan baik, kikir tanpa tangkai akan melukai anda. Setelah beberapa waktu yang lama pahat yang digunakan akan membentuk kepala seperti jamur. Oleh karena itu, secara teratur anda harus membuang bramnya dan menjaga agar kepalanya ”tercukur bersih-bersih”. Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.140: Kikir Kayu Menggunakan pahat membutuhkan pengalaman. Anda harus selalu berhati-hati supaya tidak memukul tangan atau membuat jari-jari anda lecet. Luka-luka harus segera dirawat.
Sumber: Teknologi Kayu Bergambar 6, Kikir, Bhratara Karya Aksara, 1985
Gb.5.1.141: Penggunaan Pahat
213
Bagian-bagian mesin yang bergerak atau menonjol selalu berbahaya bagi pakaian kerja yang tidak memenuhi syarat. Jika tidak mungkin untuk melindungi bagian-bagian demikian, bagian-bagian itu harus diberi tanda peringatan yang jelas.
Gb.5.1.142: Pencegahan Kecelakaan Jangan sekali-kali mencoba untuk menahan atau mengendalikan benda kerja atau perkakas mesin dengan tangan anda. Perkakas adalah lebih kuat.
Gb.5.1.143: Keselamatan Kerja
Rambut panjang memungkinkan timbulnya bahaya pada bagianbagian mesin yang bergerak. Pakailah peci. Rambut pendek tetap lebih baik.
Gb.5.1.144: Pencegahan Kecelakaan pada Bagian Mesin yang Bergerak
214
Tiap kegiatan yang minimbulkan bram besi, tatal kayu dan lain-lain merupakan bahaya bagi mata. Mata harus dilindungi oleh kaca pengaman atau kaca mata. Kita sediakan suatu kesatuan lengkap untuk keperluan perlindungan mata, karena hal ini adalah sangat penting. Gb.5.1.145: Kaca Mata Pengaman
Jangan memakai dasi di dalam bengkel, walaupun anda memakai pakaian kerja. Waspadalah selalu terhadap bagian mesin yang bergerak.
Gb.5.1.146: Kesalahan Menggunakan Pakaian Kerja Lengan baju dari pakaian kerja atau kemeja kerja harus pendek atau tertutup pada pergelangan tangan.
Gb.5.1.147: Lengan Baju Pendek
215
Banyak karyawan yang bersikeras memakai cincin atau jam tangan dalam melakukan pekerjaannya, telah membayar dengan kehilangan satu atau lebih jarijarinya.
Gb.5.1.148: Tidak Boleh Menggunakan Cincin dan Jam Tangan
Dengan lima jari anda dapat berbuat lebih banyak daripada dengan empat.
Bagi mereka yang berkerja dengan kabel dan bahan tarik yang dapat melukai tangan, tersedia sarung tangan kerja.
Gb.5.1.149: Gunakan Sarung Tangan Saku tidak dibuat untuk membawa perkakas yang tajam. Ada pakaian kerja yang dibuat dengan sebuah saku kecil atau lebih untuk perkakas ukur khusus. Gunakanlah saku itu untuk perkakas yang sesuai untuknya dan tidak untuk yang lain-lain.
Gb.5.1.150: Saku bukan Tempat Alat 216
Saku juga bukan untuk tempat perkakas. Membawa semua perkakas anda seperti ini adalah tidak benar. Dapat melukai dan anda bisa kehilangan perkakasperkakas tersebut. Lantai bukanlah tempat sampah. Perkakas seharusnya jangan ditinggalkan begitu saja, sehingga orang lain dapat menginjaknya dan melukai kaki. Simpanlah perkakas anda di tempat yang seharusnya.
Gb.5.1.151: Membawa Alat yang Salah Keteraturan dan kerapian meningkatkan keselamatan di dalam bengkel. Taruhlah perkakas anda di atas bangku kerja dan letakkanlah selalu di tempat yang sama.
Gb.5.1.152: Bangku Kerja Jagalah supaya tidak terdapat perkakas yang menonjol ke luar daripada bangku kerja.
Gb.5.1.153: Keamanan Peralatan Tangan
217
Jangan ditinggalkan ujung-ujung dan tepi-tepi tajam dari perkakas tanpa perlindungan. Lindungilah ujung dan tepi itu dengan alat-alat yang disediakan untuk itu dan dibuat sesederhana mungkin.
Gb.5.1.154: Keamanan Perkakas yang Tajam Minyak dan gemuk yang tertumpah membuat lantai menjadi licin. Hati-hatilah jika anda membawa kaleng minyak.
Gb.5.1.155: Kebersihan Lantai Kerja Sapulah lantai bengkel secara teratur. Debu, bram dan kotoran lain dapat merusak mesin dan mengganggu kesehatan anda. Pakailah sapu yang baik.
Gb.5.1.156: Menjaga Kebersihan Lantai Kerja 218
Tempat sampah harus ditutup. Tempat sampah yang terbuka menimbulkan segala macam bahaya.
Gb.5.1.157: Tempat Sampah
Mulut anda bukanlah tempat penyimpan. Janganlah dipakai untuk memegang paku, sekrup, jarum dan lain barang.
Gb.5.1.158: Cara Memegang Perkakas yang Salah
Bila anda terluka, harus segera dirawat, meskipun luka-luka sangat kecil. Keadaan sekitar bengkel sangat memungkinkan terjadinya infeksi.
Gb.5.1.159: Perawatan Luka pada Tangan
219
Lebih baik meluangkan waktu, meskipun untuk goresan yang kecil saja. Jangan mengabaikan hal ini. Sesudah dicuci dengan alkohol, diobati dengan betadin atau antiseptik lainnya setelah itu barulah dibalut untuk menghindari masuknya bakteri atau debu.
Gb.5.1.160: Membersihkan Luka
Di tiap, bengkel harus tersedia kotak pertolongan pertama yang harus dijaga supaya isinya selalu lengkap. Jika salah satu sarana telah terpakai harus segera diganti.
Gb.5.1.161: Kotak PPPK
220
Inilah pakaian yang tepat untuk melakukan pekerjaan anda. Tidak memakai dasi dan dengan lengan baju yang pendek. Tidak memakai jam tangan dan cincin.
Gb.5.1.162: Pakaian Kerja yang Tepat Helm pengaman untuk kepala. Kaca mata pengaman untuk mata.
Gb.5.1.163: Helm dan Kaca Mata Pengaman
221
Membersihkan bangku kerja dan mesin dengan sikat yang disediakan untuk itu.
Membersihkan bengkel dengan sapu yang disediakan untuk itu.
Gb.5.1.164: Alat Membersihkan Bangku Kerja
Perlindungan Mata Perkakas yang membentuk bram banyak sekali dipakai dalam kerja logam. Bram dapat berbentuk mulai dari yang sangat kecil, seperti bubuk, hingga bram yang besar. Bram yang berterbangan merupakan ancaman untuk mata. Disini anda melihat orang memahat di bangku kerja. Dia telah melindungi matanya dengan tepat dengan kaca mata. Bangku kerja mempunyai tirai untuk melindungi bengkel terhadap bram yang berterbangan. Gb.5.1.165: Perlindungan Mata
222
Tanpa kaca mata maka bram dapat dengan mudah mencapai mata anda dan dapat menyebabkan luka berat, bahkan kebutaan.
Gb.5.1.166: Gunakan Kaca Mata Pengaman
Untuk melindungi mata anda terdapat beberapa macam kaca mata, tiap kaca mata untuk tujuannya masing-masing. Yang paling sederhana ialah kaca mata dengan kaca tahan pecah dan digunakan bila tidak terdapat bram yang dapat masuk dari samping.
Gb.5.1.167: Kaca Mata Pengaman
Jika bram atau bagian-bagian kecil lain dapat mencapai mata dari arah lainnya, maka kaca mata jenis ini dengan pelindung samping adalah yang lebih baik.
Gb.5.1.168: Kaca Mata Pengaman dengan Pelindung Samping
223
Jika terdapat bahaya, bahwa kaca mata anda akan terlepas, anda harus memakai jenis kaca mata ini. Kaca mata ini juga digunakan jika cahaya atau radiasi tidak boleh mencapai mata yang tidak dilindungi.
Gb.5.1.169: Kaca Mata Pengaman dengan Pengikat Jenis kaca mata ini juga memberi perlindungan terhadap cahaya dan radiasi.
Gb.5.1.170: Kaca Mata Pengaman Penuh dengan Pengikat
Bram yang dibentuk oleh perkakas mesin berlainan dengan yang dibentuk oleh perkakas tangan. Kecuali melukai mata, bram dari mesin dapat menyebabkan lukaluka lain.
Gb.5.1.171: Keselamatan Kerja pada Mesin Bor
224
Perkakas mesin yang dapat menghasilkan limbah berupa bram antara lain adalah mesin bor.
Gb.5.1.172: Bram Mesin Bor
Mesin bubut adalah pembuat bram lain yang terkenal. Pada umumnya kepala sangat dekat kepada perkakas pembuat bram.
Gb.5.1.173: Limbah Mesin Bubut
Hal yang sama juga berlaku untuk mesin frais. Mesin bubut maupun mesin frais melempar bram ke sekitarnya. Karena itu anda harus juga melindungi karyawan dan mesin sekitarnya.
Gb.5.1.174: Limbah Mesin Frais
225
Mesin gerinda membuat bram yang sangat halus dan mengayunkan ke sekitarnya. Kebanyakan mesin gerinda mempunyai dua buah cakera yang berputar.
Gb.5.1.175: Mesin Asah Gerinda
Oleh karena mesin gerinda terusmenerus untuk mengesaha segala macam perkakas, maka membutuhkan perhatian yang khusus.
Gb.5.1.176: Mengasah Pahat
Salah satu dari Latihan Kerja Bengkel ”Pictostepped” adalah pembuatan alat pelindung mata. Jika anda selama bekerja tidak memakai kaca mata dan anda harus menggunakan mesin gerinda, pakailah selalu alat pelindung mata pada mesin asah. Gb.5.1.177: Pelindung Gerinda
226
Di sini anda melihat bagaimana alat pelindung mata tidak digunakan pada waktu menggerinda suatu pena gores. Rupa-rupanya orang yang bersangkutan berdiri di samping gerinda dan ia harus mengamatamati ujung tajam dengan hatihati. Gb.5.1.178: Pelindung Mata pada Gerinda Seharusnya terdapat jarak antara sandaran perkakas dan batu gerinda. Tidak hanya bram perkakas yang keluar, tetapi juga bram dari batu gerinda itu sendiri. Perhatikanlah apakah batu gerindanya terpasang kokoh. Gb.5.1.179: Penampang Gerinda
Ini adalah suatu contoh dari mesin gerinda yang baik. Mesin gerinda mempunyai dua buah cakeram dan kedua-duanya dilindungi oleh alat pelindung mata. Batu gerindanya dilindungi pula oleh kotak dari logam.
Gb.5.1.180: Mesin Gerinda yang Baik 227
Keselamatan di dalam bengkel tidak hanya diperlukan untuk diri anda. Anda harus juga memperhatikan teman sekerja anda. Karena itu tirai pelindung harus digunakan bila terdapat kemungkinan bram yang berbahaya akan melukai tetangga anda. Ketertiban dengan perkakas juga meningkatkan keselamatan.
Gb.5.1.181: Perlengkapan pada Kotak Alat
Di dalam bengkel adalah aman bila tiap mesin dilindungi secara terpisah terhadap mesin-mesin lainnya.
Bila kemasukan sesuatu dalam mata anda, segeralah pergi ke pos pertolongan pertama dan mintalah perawatan. Ingatlah, bahwa kebutaan tak dapat disembuhkan; maka pencegahan adalah lebih baik daripada pengobatan. Gb.5.1.182: Pencegahan Kecelakaan pada Mata
228
VI. Membuat Komponen Mebel Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang memilih dan memotong papan, sambungan melebar, konstruksi mebel, serta bagian-bagian mebel sebagai dasar untuk membuat komponen mebel. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Membuat Komponen Mebel yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana dan Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. Menyiapkan Komponen Mebel 2. Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana 2.1. Sambungan Melebar 2.2. Sambungan Melebar Tanpa Lem 2.3. Sambungan Melebar Dengan Lem 2.4. Konstruksi Dengan Paku 2.5. Konstruksi Alur dan Lidah 2.6. Konstruksi Sudut Verstek Dengan Isian 2.7. Konstruksi Dengan Pen Bulat (Dowel) 3. Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit 3.1. Konstruksi Ekor Burung Terbuka (Dovetail Joint) 3.2. Konstruksi Ekor Burung Memanjang 3.3. Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi 3.4. Konstruksi Ekor Burung Mesin 3.5. Konstruksi Jari Terbuka 4. Membuat Berbagai Konstruksi Mebel 4.1. Konstruksi Sudut Rangka/Bingkai 4.2. Konstruksi Silang Takik dengan Sponing 4.3. Konstruksi Meja
1.
Menyiapkan Komponen Mebel Lembaran papan hasil penggergajian sebaiknya dipilih lebih dulu sebelum digunakan untuk pekerjaan pembuatan mebel maupun konstruksi kayu. Potongan terbuang pada papan tepi lebih lebar dibandingkan dengan papan tengah, karena kayu gubal pada papan tepi masih lebar dan itu harus dibuang supaya kayu yang digunakan terpilih dengan baik. Mata kayu yang terdapat pada lembaran papan sebaiknya dibuang supaya lembaran papan yang dipakai berkualitas baik.
229
Papan Tepi Mata kayu bulat
Papan Tengah
Potongan terbuang
Potongan terbuang
Mata kayu oval
Potongan belah
Papan Hati Mata kayu sayap
Potongan terbuang
Mata kayu yang terdapat pada lembaran papan hati/papan galih berbentuk sayap dan mudah lepas untuk itu harus dibuang dan jangan digunakan untuk pembuatan mebel maupun konstruksi kayu (Gb. 6.1). Kualitas yang paling baik dari penggergajian lembaran papan adalah pada kayu inti karena kondisi kayu ini sudah cukup tua dan stabil bentuknya.
Sedangkan bagian tepi dari lembaran papan adalah kayu gubal, sebaiknya tidak dipakai dan Memotong mata menjadi potongan terbuang yang kayu sayap tidak digunakan untuk pembuatan Potongan belah mebel (Gb. 6.2). Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.1: Jenis Papan dan Pemotongannya Kayu inti
Kayu gubal
Potongan terbuang
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.2: Memilih Bagian Papan Pensil
Benda kerja
Penggaris
Pada saat menyiapkan lembaran papan maka harus dipilih bagianbagian papan yang baik saja supaya menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik pula. Karena kesalahan penyiapan benda kerja berakibat jelek terhadap kelanjutan pekerjaan bahkan sampai tahap penyelesaian akhirpun nanti bermasalah, maka dari itu harus dilakukan dengan teliti dan memperhatikan kualitas (Gb. 6.3).
Pemotong Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.3: Menyiapkan Benda Kerja 230
Menyiapkan benda kerja dalam ukuran jadi/bersih sebaiknya memperhatikan langkah - langkah kerja yang benar dan sistematis, seperti berikut ini: Pertama mengetam sisi lebar papan (muka 1) lebih dulu sampai ukuran bersih yang diinginkan, selanjutnya beri tanda bahwa pengetaman telah selesai dengan baik. Kedua mengetam sisi tebal papan (muka 2) sampai ukuran yang diinginkan. Ketiga memberi tanda hasil pengetaman bahwa permukaan papan yang lebar (muka 1) telah tegak lurus dengan permukaan papan yang tebal (muka 2). Keempat mengetam sisi papan yang tebal (muka 3). Kelima mengetam sisi papan yang lebar (muka 4). Keenam memotong ukuran panjang papan sesuai garis potong yang telah ada (Gb. 6.4). Pertama Mengetam sisi lebar
Kedua Mengetam sisi tebal
Ketiga Beri tanda tegak lurus
Keempat Mengetam dari lebar
Kelima Mengetam dari tebal
Keenam Memotong ukuran panjang
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.4: Menyiapkan Ukuran Benda Kerja 231
2.
Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana
2.1. Sambungan Melebar Benda kerja yang akan digunakan untuk sambungan melebar harus diperiksa kerataannya, kesikuannya, dan ketebalannya sehingga mendapatkan ukuran yang baik. Pemeriksaan kesikuan dilakukan dengan siku-siku sepanjang benda kerja. Sedangkan pemeriksaan kedataran benda kerja dilakukan dengan mistar baja sepanjang benda kerja.Untuk ketebalan benda kerja diukur secara teliti dengan caliper/mistar sorong. Jadi, untuk mendapatkan kualitas konstruksi sambungan papan melebar yang baik, harus dilakukan pemeriksaan sisi tebal, sisi lebar, dan ukuran panjangnya serta ketepatan ukurannya. Benda kerja
Benda kerja
Siku-siku
Kontrol kualitas melalui benda kerja dengan teknik yang benar yaitu memeriksa keempat pemukaan sebagai berikut: Apakah seluruh papan bersih, bebas tanda-tanda kerja, lurus, dan rata? Pastikah tegak-lurus permukaan papan satu dengan lainnya?
Siku-siku Benda kerja
Apakah ukuran yang diinginkan sudah terpenuhi? Apakah tersedia kayu di perdagangan, sehingga hanya sedikit yang terbuang?
Mistar baja
Jangka Sorong
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.5: Menguji Bentuk Benda Kerja
232
2.2.
Sambungan Melebar Tanpa Lem
2.2.1. Sambungan Takik Setengah Sambungan Takik Setengah merupakan salah satu sambungan melebar tanpa lem yang sederhana. Tebal papan ditakik setengahnya setebal setengahnya juga, sepanjang papan pada kedua sisinya secara sejajar. Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.6: Sambungan Takik Setengah
Setiap papan yang akan disambung maka kedua sisi memanjangnya dibuat takikan seperti dijelaskan di atas. Apabila sudah demikian, maka setiap lembar papan sudah siap untuk disambung.
2.2.2. Sambungan Alur Lidah Sambungan Alur Lidah merupakan konstruksi sambungan pelebaran papan yang banyak digunakan. Setiap sisi papan dibuat alur dan sisi yang lainnya dibuat lidah, keduanya dibuat sepanjang papan. Lidah
Alur
Udara
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.7: Sambungan Alur Lidah
Ukuran tebal alur dan lidah sekitar ѿ tebal, dalamnya alur sekitar ½ tebal papan atau 1½ tebal lidah (Gb.6.7). Sambungan Alur Lidah biasanya dipakai pada penutup dinding atau langit-langit, alas lantai, dan panil pintu.
233
2.2.3. Sambungan Alur Dengan Isian (Lidah lepas) Dengan Isian ini menjadikan kedua alur sama dalamnya sepanjang papan.
Isian
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.8: Sambungan Alur dengan Isian
Lebar Isian dibuat sekitar 1 sampai 1 ¼ tebal papan yang akan disambung dan harus sedikit kurang dari kedua dalamnya alur, supaya pada saat dipasang, masih ada rongga udara (Gb. 6.8). Tebalnya Isian sekitar ѿ tebal papan yang akan disambung. Isian dibuat dari tripleks atau kayu yang keras.
2.2.4. Sambungan Alur Tumpang Tindih Dengan Sambungan Alur Tumpang Tindih menjadikan sebagai contoh pintu rumah atau pintu garasi tampak berbeda dari yang lain.
Bagian alur
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.9: Sambungan Alur Tumpang Tindih
Dengan sambungan ini, lebar dan dalamnya alur sama keduanya, yaitu tebal alur ѿ tebal papan, dan dalamnya ½ tebal papan yang akan disambung (Gb. 6.9). Sambungan Alur Tumpang Tindih ini dirangkai dengan cara memasukkan alur silih berganti antar papan yang disambung sehingga saling tumpang tindih.
234
2.3.
Sambungan Melebar Dengan Lem
2.3.1. Tata-cara Mengelem Sisi kanan
Gergajian papan tepi, tidak dipisahkan
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pekerjaan menyambung papan arah melebar (Gb. 6.10) adalah sebagai berikut: x
Susunan kepala kayu papan untuk melihat arah perubahan kayu nantinya. Lihat bentukbentuk perubahan papan dan perhatikan cara menyambung. Dengan demikian dapat dihasilkan lembaran sambungan papan yang benarbenar datar dan rata.
x
Warna kayu hendaklah disesuaikan, misalnya kayu berwarna gelap jangan diseling dengan kayu berwarna muda, sehingga segi keindahan papan sambungan menjadi baik.
x
Pola serat kayu sedapat mungkin pola serat yang lurus disambungkan dengan papan yang berpola lurus pula.
Sisi kanan
Gergajian papan tepi, dipisahkan
Sisi kanan
Sisi kiri
Gergajian papan tepi, dilem
Galih dengan Galih – Gubal dengan Gubal
Gergajian bagian papan hati Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.10: Sambungan Melebar dengan Lem
235
x
Tanda kerja sangat penting dalam bekerja, agar tidak terjadi kesalahan dan pekerjaan dapat berjalan cepat tanpa ada rasa takut salah, maka bisa menggunakan tanda kerja seperti gambar di samping ini (Gb. 6.11).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.11: Tanda Kerja pada Pelebaran Papan
2.3.2. Sambungan Sisi Tumpul
Lem PVAC
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.12: Sambungan Sisi Tumpul
Sambungan Sisi Tumpul merupakan sambungan yang sangat mudah mengerjakannya karena hanya menemukan kedua sisi tebal kayu yang sudah diketam lurus, rata, dan siku, satu dengan yang lain. Pertemuan kedua sisi tebal kayu ini diberi lem kayu yaitu lem PVAC dan dijepit satu dengan yang lain, karena proses pengeringan lem sangat efektif bila benda kerja diberi tekanan secukupnya, jangan sampai melengkung (Gb.6.12).
2.3.3. Sambungan Bergigi
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.13: Sambungan Bergerigi
Sambungan Bergigi dikerjakan dengan mesin profil pada sisi tebal papan dengan bentuk yang saling berpasangan satu dengan yang lain, sehingga apabila disambungkan dengan diberi lem maka kedua papan bisa bertemu dengan baik. Sambungan Bergigi ini bisa digunakan untuk sambungan pelebaran papan pada mebel maupun bangunan interior. 236
2.3.4. Sambungan dengan Pen Bulat (Dowel) Sambungan dengan Pen Bulat (Dowel) ini merupakan sambungan pelebaran papan yang menggunakan alat sambung pen bulat (dowel).
Dowel Ø 2/5 – 3/5 D
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.14: Sambungan dengan Dowel
Ukuran diameter dowel antara 2/5 sampai 3/5 dari tebal papan yang akan disambung. Sedangkan panjang dowel antara 2 sampai 2 ½ tebal papan yang akan disambung. Dalamnya lubang diberi toleransi 3 mm lebih panjang dari panjangnya dowel, hal ini digunakan untuk tempat lem yang memperkuat dowel tersebut (Gb. 6.14). Pengeleman sambungan ini dengan cara dijepit satu dengan yang lain sehingga bisa rapat dan baik.
2.3.5. Sambungan dengan Isian Tripleks L = 1¼ D d = ¼ sampai ѿ D
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.15: Sambungan dengan Isian Tripleks
Pengeleman sambungan dengan isian tripleks ini melalui alur yang ada sehingga tripleks sebagai isiannya menekan lem yang ada memenuhi isian. Dengan demikian papan yang disambung, satu dengan lainnya menjadi rapat, tetapi perlu diberi toleransi untuk tempat lem (Gb. 6.15). Lebar isian(L) yaitu 1¼ dari tebal papan (D). Tebal isian yaitu ¼ sampai ѿ D.
237
2.3.6. Kelam Ekor Burung Salah!
Benar!
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.16: Pemasangan Lis Ekor Burung Memanjang
Pemilihan kayu sebagai kelam ekor burung memanjang sebaiknya memperhatikan arah lingkaran tahun kayu. Pilihlah arah lingkaran tahun yang searah dengan tebal kelam supaya bila terjadi penyusutan kayu maka bentuk kelam relatif stabil (Gb. 6.16 kiri). Masuknya ekor burung ke dalam kayu pasangannya adalah ѿ kayu pasangannya, untuk kelam ekor burung yang menerima beban dari sisi tebalnya (Gb. 6.16 tengah). Untuk kelam ekor burung yang menerima beban dari atas, maka sudut ekor burungnya antara 75º 80 º, dan jarak minimal dari ujung kayu 50 mm (Gb. 6.16 kanan).
2.3.7. Lis Kepala Kayu Lis kepala kayu mencegah koyaknya kepala kayu dari benturan atau yang lainnya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.17: Pemasangan Lis Kepala Kayu
Bentuk lis kepala kayu bisa bervariasi, seperti berikut, yaitu beralur, beralur dan berlubang ditambah baji, berbentuk segiempat memanjang, dan berbentuk segi-tiga memanjang (Gb. 6.17). Dengan mengelem lis kepala kayu, diijinkan untuk lembaran paling tinggi 200 mm lebarnya. Pada lembaran kayu yang lebar, diijinkan lis kepala kayu hanya pada tengah-tengahnya kayu yang dilem.
238
3.1.
Konstruksi dengan Paku
Tanpa lem
Lis sudut
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.18: Sudut Kotak Sambungan Paku
Konstruksi dengan paku adalah pilihan yang paling mudah untuk menghubungkan papan menjadi suatu kotak/kubus. Paku memegang pada kepala kayu tidak begitu baik dibandingkan pada sisi memanjang kayu. Oleh sebab itu untuk membuat kotak/peti kemas atau rak pada gudang, supaya mendapatkan konstruksi yang baik maka pada sudut sambungan ditambahkan lis sebagai penguat. Paku bisa menembus sisi tebal lis sudut yang selanjutnya dibengkokkan dan dimasukkan ke dalam lis sudut (Gb. 6.18). Pada mebel sebaiknya dipakai paku berkepala benam sehingga paku bisa dibenamkan dan lubang paku dapat ditutup dengan dempul atau wood filler atau bahan penutup yang lain. Ujung-ujung paku sebaiknya ditumpulkan sedikit dengan palu sebelum dipakai, karena masuknya paku mendesak serat kayu, sehingga ujung paku yang tajam dapat mengakibatkan timbulnya retak-retak.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.19: Pemakuan
Ikatan kekuatan ujung paku hanya pada jepitan serat-serat kayu, oleh sebab itu paku hendaknya dimasukkan miring sekitar 80º. Jikalau jarak antar paku berdekatan, pemakuan hendaknya jangan dilakukan dalam garis lurus melainkan berselang-seling dan bergelombang.
239
Jarak pemakuan 150 – 200 mm. Panjang paku yang masuk ke bagian papan yang kedua adalah 1½ tebal papan pertama. Sedangkan panjang paku seluruhnya adalah 2½ tebal papan pertama (Gb. 6.19).
3.2.
Konstruksi Alur dan Lidah Panjang lidah minimal 4/10 tebal papan, sedangkan tebal lidah ¼ sampai ѿ tebal papan. Tebal lidah sebaiknya tidak lebih dari ѿ tebal papan supaya terhindar dari lepasnya bagian kepala kayu dari papan penahan.
Alur Lidah D/4 sampai D/3
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.20: Konstruksi Alur dan Lidah pada Sudut Kotak
Isian kayu
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.21: Konstruksi Alur dan Lidah pada Papan Antara
Posisi alur bisa pada papan yang mendatar maupun papan yang tegak tergantung keinginan serta posisi kepala kayu yang akan terlihat. Konstruksi Alur dan Lidah ini bisa digunakan pada sudut kotak maupun papan antara baik di bawah maupun di atas (Gb. 6.20.dan 6.21). Lidah untuk Konstruksi Alur dan Lidah pada papan antara bisa berada di atas atau di bawah. Apabila lidah berada di atas dan papan antara mendapat beban kuat, maka bagian bawah papan antara akan pecah. Begitu pula kalau lidah berada di bawah dan papan antara mendapat beban kuat, maka celah pada hubungan akan terbuka. Meskipun demikian lebih baik lidah berada di bawah (Gb. 6.20). Tebal lidah adalah ѿ tebal kayu, sedangkan dalamnya alur minimal 4/10 tebal kayu. Lidah ini bisa juga digantikan oleh kayu isian.
240
3.3.
Konstruksi Sudut Verstek dengan Isian Konstruksi Sudut Verstek dengan Isian bisa dari isian lamello, tripleks, kayu masip, atau plastik sudut bergerigi (Gb. 6.22). Bila dibuat dari isian lamello maka jarak as ujung lamello 50 mm, dan jarak antar lamello adalah 200 mm.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.22: Konstruksi Sudut Verstek dengan Isian Lamello dan Plastik Sudut
3.4.
Konstruksi dengan Pen Bulat (Dowel) Konstruksi dengan Pen Bulat adalah sebuah yang bisa dikerjakan dengan mesin bor tangan dan mesin bor horisontal atau dengan mesin dowel atau mesin dowel otomatis.
Untuk lem jangan ada udara
Dowel yang berbentuk bulat memanjang berfungsi sebagai alat penyambung yang masuk ke dalam dua sisi lubang yang diberi lem pada kayu yang disambung dengan ukuran yang akurat. Maka dari itu pembuatan lubang dowel harus tepat ukurannya satu dengan yang lain.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.23: Konstruksi Sudut dengan Dowel
Konstruksi dengan dowel ini dapat untuk sambungan bagian - bagian mebel dari kayu masip, kayu lapis, papan partikel.
241
Konstruksi dengan dowel ini dapat berbentuk hubungan papan yang saling bertemu tegak-lurus maupun verstek atau 45º (Gb. 6.23). Ukuran dowel adalah 2/5 – 3/5 tebal papan. Jarak dowel dengan tepi papan 10 – 15 mm, jarak antar dowel 150 – 200 mm. 3.
Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit
3.1.
Konstruksi Ekor Burung Terbuka (Dovetail Joint)
Pen
Ekor burung Diverstek
Konstruksi Ekor Burung Terbuka adalah suatu konstruksi hubungan kayu yang sudah lama dikenal. Konstruksi hubungan yang utamanya digunakan pada kayu masip ini sangat akurat sehingga memerlukan keterampilan yang baik untuk mengerjakannya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.24: Konstruksi Ekor Burung
Kalau diinginkan terlihatnya sisi depan verstek, maka ekor burung yang pertama dapat dipotong verstek atau 45º, bila tidak maka bertemu tegak lurus (Gb. 6.24).
242
Kemungkinan 1: Pembagian ekor burung dilakukan pada garis tengah ekor burung, dengan rumus: Jumlah pen ekor burung = lebar kayu 3 x ½ t. Kayu Jumlah pen sisi lain =jumlah pen ekor burung+1 Jumlah bagian = 2 x juml pen + 1 x juml pen lain 1 bagian = lebar kayu Juml bagian Kemiringan ditentukan seperti pada gambar. Kemungkinan 2: Pembagian ekor burung dikerjakan pada sisi dalam. Lubang dan pen dibagi sama lebar. Cara ini lebih mudah, tetapi pen sisi tepi lebih lebar. Contoh perhitungan: Pembagian ekor burung=lebar kayu=120=6+1=7 tebal kayu 20 jika hasilnya gasal, bisa dibulatkan ke atas atau ke bawah. Kemiringan ekor burung antara 1 : 7 atau 1 : 6, seperti gambar di atas.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Bagian-bagian hubungan pada sambungan ekor burung sederhana yaitu pen dan lubangnya terbuka. Karena pen ekor burung berbentuk baji, hubungan ini dapat dilem tanpa diklem/dijepit. Penggambaran konstruksi hubungan ekor burung terbuka ada beberapa cara, diantaranya seperti pada gambar di samping ini, yaitu ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan. Kemingkinan 1 (sebelah kiri), yaitu lebar papan dibagi beberapa bagian yang setiap bagiannya adalah ½ tebal papan. Lalu ditarik suatu garis miring yang menghubungkan titik pada garis yang berada ½ tebal papan dari tepi ke titik yang pada garis yang berada 3 x tebal papan, yang dimulai dari 2 bagian lalu 3 bagian dan diakhiri 2 bagian.
Gb. 6.25: Perhitungan Ekor Burung
Garis tersebut dibuat dengan menggunakan siku goyang / siku swai yang menghubungkan titik-titik tersebut di atas secara bolakbalik. Dengan demikian jadilah gambar hubungan ekor burung terbuka. Kemungkinan 2 (sebelah kanan),
243
Pembagian lubang dan pen sama lebar, yaitu lebar papan dibagi menjadi 7 bagian. Kemiringan ekor burung dibuat antara 1 : 7 sampai 1 : 6, dan dipindahkan dengan siku swai. Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Terbuka setelah digambari adalah sebagai berikut: Pertama, mengerjakan bagian papan yang digunakan sebagai pen dengan cara menggergaji bagian-bagian tersebut dengan gergaji belah atau gergaji punggung sampai batas setebal papan dan berpedoman pada garis kerja/gambar yang telah ada. Hal ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa menjadi pedoman. Kedua, memahat sampai kedalaman setengah tebal papan hasil penggergajian tersebut mulai dari sisi dalam papan tepat pada garis kerja terus menjauh sampai setengahnya. Berikutnya membalik papan tersebut terus memahatnya sampai setiap bagian terputus satu demi satu, lalu membersihkannya atau merapikannya dengan pahat, sehingga bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja. Ketiga, bagian papan yang digunakan sebagai pen (telah dikerjakan pada langkah kedua) dimalkan pada sisi dalam papan pasangannya dengan cara menggoreskan kraspen / penggores secara tepat dan segaris dengan pen yang dimalkan. Keempat, menggergaji bagian-bagian ekor burung yang telah digores kraspen tersebut di atas dengan gergaji belah atau gergaji punggung secara akurat berpedoman pada goresan kraspen. Selanjutnya setiap bagian ekor burung diputus dengan pahat satu persatu sehingga bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja. Kelima, menyetel bagian ekor burung dengan bagian pen yang berposisi tegak-lurus dengan memukul bagian ekor burung menggunakan palu kayu / palu karet secara hati-hati sehingga seluruh bagian ekor burung berhimpitan dengan bagian pen menjadi rapat, rapi, dan tegak lurus. Dengan demikian selesailah pengerjaan hubungan ekor burung tersebut. Ketiga
Pertama
Keempat
Penggores Bagian ekor burung Kelima
Bagian pen Kedua Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.26: Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Terbuka
244
3.2.
Konstruksi Ekor Burung Memanjang Konstruksi Ekor Burung Memanjang baik untuk konstruksi yang menahan tarikan dan menerima beban. Jarak Konstruksi Ekor Burung Memanjang dengan tepi ujung kayu pasangannya minimal 30mm. Untuk hubungan di tengah/antara adalah seperti Konstruksi Alur dan Lidah.
Antara alur dan pen dilonggarkan sekitar 2 mm Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.27: Konstruksi Ekor Burung Memanjang 3.3.
Kedalaman Konstruksi Ekor Burung Memanjang adalah ѿ tebal papan, dan kemiringan ekor burung antara 75º - 80º (Gb. 6.27). Titik henti alur ekor burung dari ujung tepi papan adalah 7 mm, karena bila terlalu lebar maka hubungan pada bagian ini akan terbuka kalau kayu menyusut.
Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi Pelindung ekor burung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.28: Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi
Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi secara prinsip hampir sama dengan Konstruksi Ekor Burung Terbuka hanya pada bagian depan ekor burung ada pelindungnya sehingga tersembunyi. Pelindung ekor burung tersebut berukuran antara ¼ sampai ѿ tebal papan. Dengan adanya pelindung ini, maka pengerjaannya lebih dibutuhkan keterampilan dari pada mengerjakan Konstruksi Ekor Burung Terbuka. Konstruksi ini biasanya dipakai pada papan penutup laci, atau pada hubungan sudut yang ingin dilihat dari satu sisi saja.
245
Ketiga
Pertama
Kelima
Siku-siku
Memotong dada ekor burung
Penggores
Kedua
Keempat
Keenam
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.29: Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi setelah digambari adalah sebagai berikut: Pertama, mengerjakan bagian papan yang digunakan sebagai pen dengan cara menggergaji bagian-bagian tersebut dengan gergaji belah atau gergaji punggung sampai batas pelindung ekor burung dan berpedoman pada garis kerja / gambar yang telah ada. Hal ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa dipedomani. Kedua, memahat papan hasil penggergajian tersebut dari sisi dalam papan tepat pada garis kerja terus menjauh sampai mendekati garis kerja pelindung ekor burung. Ketiga, berikutnya memahat pada arah kepala kayu sampai batas garis keja/pelindung ekor burung terbentuk satu demi satu, sehingga bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja. Keempat, bagian papan yang digunakan sebagai pen (telah dikerjakan pada langkah kedua dan ketiga) dimalkan pada sisi dalam papan pasangannya dengan cara menggoreskan kraspen / penggores secara tepat dan segaris dengan pen yang dimalkan. Kelima, memotong dada ekor burung dengan berpedoman sikusiku yang diletakkan pada sisi tebal kayu lalu digergaji dengan gergaji belah atau gergaji punggung secara tepat. Selanjutnya bagian dada ekor burung sisi lainnya dipotong seperti cara kerja sebelumnya sehingga bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja. Keenam, menyetel bagian ekor burung dengan bagian pen yang berposisi tegak-lurus dengan memukul bagian ekor burung menggunakan palu kayu secara hati-hati sehingga seluruh bagian ekor burung berhimpitan dengan bagian pen menjadi rapat ,rapi,
246
3.4.
dan tegak lurus. Demikianlah pengerjaan sambungan ekor burung tersembunyi tersebut. Konstruksi Ekor Burung Mesin Dengan mesin frais ekor burung dapat dikerjakan sambungan untuk pen dan ekor burung, melalui ini terbentuklah ekor burung terbuka maupun ekor burung tersembunyi. (Gb. 6.30).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.30: Konstruksi Ekor Burung Mesin
Bentuk dasar ekor burung dan pen ekor burung sebelah dalam / bawah membundar (Gb. 6.30).
Sumber: Holztecknik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.31: Mesin Frais Ekor Burung 3.5.
Konstruksi Jari Terbuka Dengan hubungan sudut Konstruksi Jari Terbuka ini dimungkinkan seluruh bagian dibelah dan dipotong paralel satu dengan yang lain. Oleh sebab itu pengerjaan kedua bagian bisa bersama-sama.
D sampai D 3 4 Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.32: Konstruksi Jari Terbuka 247
Hubungan ini harus dilem bagian dada dan pipi pen kedua-duanya dan diklem / dipres. Melalui sebuah mesin spindel molder/shaper yang telah diatur atau dengan mesin spindel molder/shaper spesial, Konstruksi Jari Terbuka ini bisa dikerjakan.
Pen
Baji
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.33: Konstruksi Jari dengan Baji
Lebar jari adalah ѿ sampai ½ D, dengan kedalaman setebal kayu (D) (Gb. 6.32). Konstruksi Jari dengan Baji ini untuk hubungan di tengah atau papan antara.
Pen pada Konstruksi Jari dibelah pada arah tebal kayu sepanjang pen dengan gergaji. Baji dibuat dari kayu masip yang ujungnya diruncingkan selebar lubang dan tebal baji sekitar 5 mm (Gb. 6.33). Baji dipasang setelah pen masuk dengan rapat dan tegak lurus, lalu baji dipukul masuk dengan palu selanjutnya pangkal baji dipotong rata dengan permukaan kayu. 4.
Membuat Berbagai Konstruksi Mebel
4.1.
Konstruksi Sudut Rangka/Bingkai Rangka terdiri dari ambang datar dan ambang tegak (tiang) yang dirangkai oleh konstruksi sehingga menjadi satu bagian yang kuat. Pilihlah kayu yang baik untuk membuat konstruksi rangka ini. Pasangkan ambang datar, dan beri tanda paring atau tanda muka untuk mengetahui bagian atas dan bawah.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Begitu pula pasangkan ambang tegak, beri pula tanda paring untuk
Gb. 6.39: Menggambari pada Rangka Kayu 248
membedakan bagian kiri dan kanan (Gb. 6.39). Untuk mendapatkan konstruksi yang stabil, maka harus dipilih papan kayu yang tepat, dengan cara mengamati lingkaran tahun pada kepala kayu yang searah. Arah lingkaran tahun
Arah lingkaran tahun
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.40: Memilih Kayu untuk Konstruksi Rangka
Untuk membuat konstruksi rangka dengan tebal kayu, sehingga bisa didapatkan konstruksi yang baik dan kuat. Hal ini sangat penting diperhatikan, sebab bila terjadi penyusutan kayu maka besarnya penyusutan relatif sama, sehingga kecil kemungkinan terjadi perubahan konstruksi (Gb. 6.40)
Yang dimaksud Konstruksi Sudut Rangka adalah hubungan bagian-bagian yang dirangkai menjadi suatu bentuk rangka/bingkai. Konstruksi Sudut Rangka bisa dibuat beberapa cara sebagai berikut: 4.1.1. Kip/Takik Setengah/Parohan (Half Joint)
Hubungan Kip / Takik Setengah adalah sebuah hubungan sudut yang sederhana pada konstruksi sudut rangka. Dengan membelah tebal kayu menjadi setengah tebal dan sepanjang lebar kayu, maka Hubungan Kip tersebut sudah jadi sebuah konstruksi rangka/bingkai. (Gb. 6.41). Untuk merekatkan Hubungan Kip menjadi sebuah konstruksi rangka maka harus dilem atau dipaku sehingga kuat. Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.41: Kip/Takik Setengah 249
4.1.2. Lubang dan Pen
Lubang memanjang
Konstruksi Lubang dan Pen ini biasa digunakan untuk mebel maupun bingkai jendela.
Pen
Tebal pen adalah ѿ tebal kayu dan panjangnya selebar kayu. Konstruksi ini lebih menekankan segi teknik pengerjaannya yang harus teliti. Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.42: Lubang dan Pen
Sebaiknya menggunakan kayu yang kering sehingga sambungan tetap rata (Gb. 6.42).
4.1.3. Lubang dan Pen Ganda Konstruksi Lubang dan Pen Ganda ini biasa digunakan untuk mebel maupun bingkai jendela yang tebal. Tebal pen adalah 1/5 tebal kayu dan panjangnya selebar kayu. Konstruksi ini membutuhkan teknik pengerjaan yang sangat teliti sehingga sambungan bisa rapat. Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.43: Lubang dan Pen Ganda
250
4.1.4. Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing Konstruksi Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing ini biasa digunakan untuk mebel maupun bingkai jendela yang akan diberi kaca atau tripleks.
Sponing
Dengan adanya sponing yang lebarnya Ҁ tebal, maka lebar pen diperkecil sedalam sponing, karena pengerjaan sponing pada bingkai diteruskan (Gb. 6.44).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.44: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing 4.1.5. Lubang dan Pen pada Rangka dengan Profil dan Sponing
Tanpa profil
Sponing Profil
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.45: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Profil dan Sponing
Konstruksi Lubang dan Pen pada Rangka dengan Profil dan Sponing ini umumnya digunakan untuk mebel maupun bingkai jendela yang akan diberi kaca atau tripleks. Dengan adanya sponing maka dapat dipasangkan kaca atau tripleks sebagai dinding bingkai. Tebal pen adalah ѿ tebal kayu dan panjangnya adalah lebar kayu dikurangi sponing atau profil (Gb. 6.45).
Lebar sponing adalah Ҁ tebal rangka dan dibuat tembus, baik pada ambang datar maupun pada ambang tegak, tetapi pertemuan profil antara ambang datar dan ambang tegak berupa verstek, dengan demikian kedua dada pen posisinya segaris. Profil yang dibuatpun bisa bervariasi tergantung selera dan jenis pisau profil yang dimiliki, sehingga keindahannya bisa dipandang dari bagian depan. 251
4.1.6. Lubang dan Pen pada Rangka dengan Alur Konstruksi Lubang dan Pen pada Rangka dengan Alur ini umumnya digunakan untuk mebel maupun bingkai jendela yang akan diberi papan panil atau tripleks.
Alur Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Lebar alur adalah ѿ tebal kayu dengan panjang sampai tembus pada ambang tegak. Dalamnya alur bisa dibuat sekitar 10 mm. (Gb. 6.46). Lebar pen pada ambang datar berkurang sedalam alur.
Gb. 6.46: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Alur 4.1.7. Lubang dan Pen dengan Sponing dan Lereng Konstruksi Lubang dan Pen dengan Sponing dan Lereng ini biasa digunakan untuk mebel maupun bingkai jendela yang akan diberi kaca atau tripleks.
Lereng Sponing Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.47: Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing dan Lereng
Lebar sponing adalah ѿ tebal rangka dan dibuat tembus, baik pada ambang datar maupun pada ambang tegak. Lebar lereng adalah Ҁ tebal rangka dan dibuat tembus, baik pada ambang datar maupun pada ambang tegak (Gb. 6.47).
Dada pen pada sisi lereng bersudut sekitar 60º terhadap pipi pen dan ini harus segaris atau bersudut sama dengan sudut lereng, sehingga dada pen bisa bertemu dengan lereng secara rapat dan baik. Dada pen pada sisi sponing seperti biasa yaitu tegak-lurus terhadap sisi tebal kayu atau segaris dengan sponing, sehingga dada pen bisa bertemu dengan sponing secara rapat dan baik. 252
4.1.8. Lubang dan Pen dengan Spatpen dan Baji Konstruksi Lubang dan Pen dengan Spatpen dan Baji ini umumnya digunakan untuk mebel Spatpen maupun bingkai jendela yang menginginkan konstruksi lebih kokoh, stabil, dan rapi. Baji Spatpen berfungsi untuk mencegah rangka atau bingkai menjadi baling/muntir. Panjang spatpen setebal pen yaitu ѿ tebal rangka (bisa lebih panjang antara 1 – 2 mm). Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Lebar spatpen 1/5 lebar rangka. Ing. Wolfgang Nutsch, 2005. Pada bagian spatpen diberi Gb. 6.48: Lubang dan Pen dengan kelonggaran 2 mm, supaya dada pen dapat rapat tidak terganggu Spatpen dan Baji spatpen (Gb. 6.48). Sisi lebar pen dibelah dengan gergaji sampai batas spatpen. Setelah lubang dan pen dirangkai dan bertemu secara rapat, maka baji bisa dipasangkan dari sisi luar dengan cara dipukul palu sampai pen betul-betul rapat, lalu dipotong rata dengan pen. Lubang pen
Kedua
Keempat
Kelima
Pertama Keenam Ketiga
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.49: Pengerjaan sebuah Hubungan Lubang dan Pen Terbuka Pertama, menggambari garis potong menggunakan siku-siku dan pinsil pada kedua sisi tebal kayu sekaligus supaya segaris. Selanjutnya pada setiap kayu digambari garis potong melingkar menggunakan siku-siku pada keempat bidang permukaannya. Hal 253
ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa dipedomani. Kedua, menggores sisi tebal kayu dengan perusut menjadi 3 bagian sama lebar pada tiga bidang permukaan sebagai garis kerja pembuatan pen. Ketiga, membelah tebal kayu sebagai pen dan lubang menggunakan gergaji belah atau gergaji punggung menjadi tiga bagian menurut garis kerja yang ada, sehingga terbentuklah tebal pen dan lubang menurut ukuran garis kerjanya. Keempat, bagian kayu yang digunakan sebagai lubang dipahat menggunakan pahat lubang dari sisi tebal kayu sedalam setengah lebar kayu, berikutnya dibalik dari sisi berlawanan sehingga terbentuklah lubang secara rata dan rapi. Kelima, memotong dada pen sesuai garis kerja menggunakan gergaji punggung pada kedua permukaan kayu yang telah dibelah sehingga terbentuklah pen secara rata dan baik. Keenam, menyetel bagian lubang dengan bagian pen secara hatihati dengan memasukkan pen perlahan-lahan ke dalam lubang sehingga lubang dan pen terhubung secara tegak-lurus, rata, dan rapat.
Pertama
Kedua
Ketiga
Kelima
Keempat
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.50: Pengerjaan Sebuah Hubungan Lubang dan Pen Sebelah Verstek
254
Pertama, Gambarlah garis potong menggunakan siku-siku dan pinsil pada kedua sisi tebal kayu sekaligus supaya segaris, dilanjutkan keliling permukaan kayu. Lebar pen dikurangi 10 mm Kedua, pada setiap kayu bagian muka lukislah garis potong 45º dari dalam ke luar menggunakan siku verstek pada keempat ujung kayu. Hal ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa dipedomani. Ketiga, membelah tebal kayu sebagai pen dan lubang menggunakan gergaji belah menjadi tiga bagian menurut garis kerja yang ada, sehingga terbentuklah tebal pen dan lubang menurut ukuran garis kerjanya. Keempat, bagian kayu yang digunakan sebagai lubang dipahat menggunakan pahat lubang dari sisi tebal kayu sedalam setengah lebar kayu, berikutnya dibalik dari sisi berlawanan sehingga terbentuklah lubang secara rata dan rapi. Kelima, memotong dada pen sesuai garis kerja yaitu pada bagian muka dipotong 45º dan bagian belakang dipotong 90 º menggunakan gergaji punggung pada kedua permukaan kayu yang telah dibelah sehingga terbentuklah pen secara rata dan baik. Keenam, menyetel bagian lubang dengan bagian pen secara hatihati dengan memasukkan pen perlahan-lahan ke dalam lubang sehingga lubang dan pen terhubung secara tegak-lurus, rata, dan rapat.
4.1.9. Hubungan dengan Pen Bulat (Dowel)
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Hubungan dengan Pen Bulat (Dowel) merupakan pilihan lain untuk konstruksi hubungan rangka dengan alat bantu dowel. Panjang dowel yang masuk pada ambang tegak, kedalamannya berhenti dari sisi luar min. 5 mm. Sedangkan dowel yang masuk pada ambang datar, sepanjang Ҁ lebar kayu, dan ujungnya dipingul. Dalamnya lubang pada ambang datar diberi kelonggaran 2 mm. Pada kayu yang tidak lebar sedapat mungkin dipasangkan dua
Gb. 6.51: Hubungan dengan Dowel 255
dowel untuk menghindarkan berfungsinya dowel sebagai poros (Gb. 6.51). Sebaiknya dipakai dowel berulir. Jarak dowel pada ujung ke ujung minimal 10 mm. Dengan begitu bagian ini terikat, tidak hanya tergantung pada lem saja. Diameter dowel 1/3 – 3/5 tebal kayu. 4.1.10. Hubungan Dowel dengan Alur dan Profil Profil Kontra profil
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.52: Hubungan Dowel dengan Alur dan Profil
Hubungan Dowel dengan Alur dan Profil adalah pengembangan konstruksi dari Hubungan dengan Dowel yang diberi alur tembus pada tengah ketebalan kayu dengan lebar dan dalam alur adalah ¼ tebal kayu. Juga diberi profil tembus memanjang pada kedua tepi ambang yang dipasangkan dengan kontra profil pada kepala kayu ambang datar. Profil-profil tersebut dikerjakan dengan mesin frais, sehingga pertemuan profil dengan kontra profil bisa rapat dan baik. Untuk mendapatkan kestabilan konstruksi maka Hubungan Dowel dengan Alur dan Profil ini bisa dilem (Gb. 6.52).
4.1.11. Hubungan Verstek dengan Isian Triplek atau lamello
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.53: Hubungan Verstek dengan Isian Tripleks atau Lamello
Hubungan Verstek dengan Isian merupakan pilihan lain untuk konstruksi sambungan rangka dengan alat bantu tripleks atau lamello maupun kayu masip. Bila menggunakan isian lamello maka ukuran besar lamello hendaknya disesuaikan dengan lebar kayu. Ujung isian lamello pada sudut bagian dalam diverstek sehingga rata dengan sudut rangka/bingkai.
256
Untuk mendapatkan kestabilan konstruksi maka Hubungan Verstek dengan Isian Tripleks atau Lamello ini harus dilem (Gb. 6.53). Bila menggunakan isian kayu masip maka arah serat kayu harus memanjang melintang. Kayu Masip
Bentuk isian kayu masip adalah segitiga sama kaki bersudut 45º. Tebal isian ѿ tebal kayu. Dari sudut dalam rangka, lubang isian berhenti sekitar 5 mm (disesuaikan lebar kayu), supaya isiannya tidak terlihat dari sudut dalam (Gb. 6.54). Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.54: Hubungan Verstek dengan Isian Kayu Masip
4.2.
Hubungan Silang Takik dengan Sponing
Lereng tegak
Lereng tegak Lereng tegak
Lereng datar
Lereng datar Lereng datar
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.55: Hubungan Silang Takik dan Sponing
257
Hubungan Silang Takik dengan Sponing merupakan konstruksi hubungan silang yang biasa digunakan pada kisi-kisi jendela atau pintu. Sponing tembus memanjang berada pada sisi dalam dengan ukuran lebar sekitar 10 mm dan dalam sekitar 20 mm bisa digunakan sebagai tempat kaca maupun kayu. Apabila sponing tersebut akan diberi kaca maupun panil kayu maka harus dibuatkan lis. Dalamnya takikan dibuat ½ tebal rangka. Kisi-kisi yang tegak, takikannya berada pada bagian sponing, sedangkan kisi-kisi yang datar takikannya pada bagian lereng/muka. Lebar takikan adalah selebar kayu yang telah dikurangi sponing. Hubungan Silang Takik dengan Sponing di atas (Gb. 6.55) bisa dikerjakan dengan dua model seperti gambar di atas. Pertemuan silang pada model yang tengah adalah mengikuti lereng yang ada, sedangkan model yang kanan pada lerengnya dibuat verstek. Meskipun demikian hubungan silang takik setelah disambung dan dilem akan terlihat sama pada kedua model tersebut. Pada saat menyetel persilangan maka kedua kayu ditemukan secara tegak lurus melalui pukulan palu dari sisi muka tanda paring dengan diberi alas pada kayu yang dipukul. Persilangan sponing harus satu bidang datar, supaya kaca atau kayu yang dipasang nantinya bisa mendatar dan lis penjepitnya bisa terpasang dengan baik. 4.3.
Konstruksi Meja Yang dimaksud Konstruksi Meja adalah hubungan bagian-bagian kaki, ambang, dan daun meja yang dirangkai menjadi suatu bentuk meja. Hubungan bagian-bagian tersebut bisa terdiri dari hubungan kaki meja dengan bingkai meja, juga hubungan rangka kaki dengan daun meja. Konstruksi hubungan tersebut bisa berupa pen dan lubang atau menggunakan alat sambung seperti sekrup, pen bulat, klos kayu, pelat besi, kelam dan pen bulat, kelam dan sekrup, serta kelam ekor burung.
258
4.3.1. Konstruksi Pen Verstek dengan Spat Pen Spatpen
Ujung pen diverstek
Konstruksi Pen Verstek dengan Spat Pen ini merupakan salah satu konstruksi yang biasa dipakai untuk menghubungkan kaki meja dengan ambang datar (Gb. 6.56). Spatpen berfungsi untuk mencegah ambang datar supaya tidak baling/muntir.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Panjang spat pen setebal pen yaitu ѿ tebal ambang, jika diperlukan bisa lebih panjang antara 1 – 2 mm.
Gb. 6.56: Pen Verstek dengan Spatpen Lebar spat pen adalah 1/5 lebar ambang. Dalamnya lubang pada bagian pen diberi kelonggaran 2 mm, supaya dada spat pen dapat bertemu dengan rapat. Ujung Pen diverstek sehingga bisa bertemu tegak lurus dengan ujung pen yang lain. 4.3.2. Konstruksi dengan Dowel Ujung dowel diverstek
Ambang
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 4.57: Dowel Ganda Verstek
Konstruksi dengan Dowel ini merupakan salah satu konstruksi yang biasa dipakai sebagai alternatif untuk menghubungkan kaki meja dengan ambang datar yang menggunakan alat sambung dowel (Gb.4.57). Ujung dowel yang masuk pada kaki meja divertek, sehingga bertemu dengan ujung dowel dari sisi lain secara tegak lurus. Pada ambang dipasangkan dua dowel untuk menghindarkan berfungsinya dowel sebagai poros dan supaya ambang tidak muntir . Sebaiknya dipakai dowel berulir. Diameter dowel 1/3 – 3/5 tebal ambang. 259
VII. MERAKIT MEBEL Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang pengukuran lokasi ruang, penyetelan unit-unit almari tanam di bengkel, pemasangan unit-unit almari tanam pada bangunan, dan pemasangan asesoris mebel sebagai dasar untuk merakit mebel kayu. Standar Kompetensi pada bab ini adalah Merakit Mebel yang terdiri dari empat Kompetensi Dasar yaitu Mengukur Lokasi Ruang, Menyetel Unitunit Almari Tanam di Bengkel, Memasang Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan, dan Memasang Asesoris Mebel, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Mengukur Lokasi Ruang untuk Penempatan Mebel Menyetel Unit-unit Almari Tanam di Bengkel Memasang Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan Memasang Asesoris Mebel
1.
Mengukur Lokasi Ruang untuk Penempatan Mebel Sebelum menempatkan mebel dalam suatu ruang, lebih dulu yang harus diperhatikan adalah ukuran dan tata-letak ruang, sehingga mebel yang akan menempati ruang tersebut sesuai dengan keadaan lokasi ruang. Untuk itu direncanakan model dan ukuran mebel sesuai dengan fungsi dan kondisi ruangan, sehingga mebel tersebut tampak serasi berada di dalam suatu ruang. Salah satu jenis mebel yang memerlukan pengukuran lokasi ruang adalah Almari Tanam, seperti gambar berikut ini.
1.1.
Penempatan Almari Tanam pada Ruangan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.1: Macam-macam Model Almari Tanam 260
1.2.
Pengukuran Lokasi Ruangan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.2: Rencana Letak Almari Tanam Almari Tanam merupakan suatu kesatuan mebel dengan ruangan, maka dari itu rencana letak almari tersebut harus diperhitungkan dengan luas dan fungsi ruangan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan pengaturan ruangan yang indah dan serasi. Almari Tanam bisa menjadi unsur keindahan ruangan selain fungsi almari sebagai tempat menyimpan barang. Model Almari Tanam banyak macamnya, untuk itu bisa dipilih dan disesuaikan dengan fungsi dan luas ruangan (Gb. 7.1). Pengukuran lokasi ruang untuk penempatan mebel merupakan langkah awal untuk perencanaan mebel yang akan ditempatkan di dalam suatu ruang tertentu, misalnya Almari Tanam, Almari dan Meja Dapur, serta mebel-mebel lain. Perbandingan luas ruangan dengan jumlah dan tata letak mebel sebaiknya memperhatikan keleluasaan gerak bagi orang yang menempatinya, sehingga pengguna mebel merasa nyaman. Panjang, lebar, dan tinggi serta tata letak ruangan menjadi pertimbangan kita dalam merencanakan jumlah dan tata letak serta jenis/model mebel yang akan ditempatkan.
2.
Menyetel Unit-unit Almari di Bengkel (Workshop) Konstruksi Almari terdiri dari hubungan bagian-bagian rangka kaki dengan papan dasar almari, konstruksi dinding belakang almari,
261
papan letak/rak, serta konstruksi dinding almari dengan laci dan daun pintunya. 2.1.
Bagian-bagian Almari
Dinding Samping Kiri Pintu Kiri
Dinding Atas Dinding Belakang
Dinding Samping Kanan Pintu Kanan
Papan Letak
Tinggi Kotak Almari Kunci
Tinggi Total
Laci Nampan Engsel Kanan
Bingkai Dasar Kaki Tinggi Kaki Engsel Kiri Bingkai Atas Kaki
Grendel
Dalam
Laci Dinding Antara
Bingkai Tiang Kaki
Dinding Bawah Bingkai Depan Kaki Lebar
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.3. Bagian-bagian Almari
2.2.
Konstruksi Dinding Almari dengan Dowel Salah satu konstruksi dinding almari yang biasa digunakan adalah Konstruksi Dinding Almari dengan Dowel. Konstruksi ini relatif mudah pengerjaannya, karena hanya menggunakan mesin bor tangan maupun stasioner. Untuk mendapatkan ketepatan
262
pemasangan dowel harus menggunakan penitik dowel, sehingga letak lubang dowel yang dibuat bisa tepat berpasangan. Dinding atas
Dinding belakang Dinding samping kiri
Dowel
Tumpuan belakang
Dinding bawah Tumpuan depan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.4: Hubungan antar Bagian-bagian Mebel 2.3.
Konstruksi Tumpuan Almari Model almari bisa bermacammacam bentuk maupun bahan dasar yang digunakan. Salah satu pilihan bahan dasar untuk membuat almari adalah kayu lapis, bisa block-board, teakblock, atau multipleks.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.5: Model Almari dengan Konstruksi Tumpuan Almari
Model Almari pada (Gb. 7.5) merupakan almari pendek dengan laci di bagian atas dan menggunakan tumpuan almari yang mempunyai dua pintu dan dua laci. 263
Tumpuan Almari menahan seluruh bentuk kotak almari di atasnya secara kuat dan stabil serta menyatu dalam satu konstruksi almari.
Penutup
Sekrup Penyetel berguna untuk mengatur kedataran kaki supaya mendatar/horisontal sehingga bisa menyangga dengan baik.
Sekrup penyetel
Kancing
Setelah kedataran kaki betul-betul mendatar atau horisontal, maka Penutup dipasangkan.
Kaki Hiasan tumpuan Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.6: Konstruksi Tumpuan Almari
2.4.
Berikutnya memasang Hiasan Tumpuan yang disatukan dengan Kancing.
Konstruksi Dinding Belakang Almari Paku tembak dan lem
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.7: Potongan Konstruksi Dinding Belakang Almari Konstruksi Dinding Belakang Almari bisa dibuat dengan berbagai macam konstruksi dan alat sambung yang digunakan, seperti terlihat pada (Gb. 7.7) terdiri dari: 1. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik sedalam tebalnya dinding belakang selanjutnya dipaku ke dinding samping almari. Dinding belakang almari menggunakan tripleks. 264
2. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik lebih dalam dari tebalnya dinding belakang selanjutnya dipaku dan dilem ke dinding samping almari. Dinding belakang almari menggunakan tripleks. 3. Dinding samping almari bagian belakang diberi lis kayu masip setebal 10 mm yang lebarnya sama dengan tebalnya dinding samping almari. Selanjutnya dinding belakang almari di alur sebatas lis kayu masip sedalam 5 mm. Dinding belakang almari yang menggunakan tripleks dimasukkan ke dalam alur yang telah dibuat. 4. Menggunakan Penghubung Dinding Belakang yang dipasang pada bagian dalam belakang dinding samping almari. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik sekitar 10 mm dan setebal dinding belakang maksimal 5 mm. Selanjutnya dinding belakang almari dihubungkan dengan Penghubung Dinding Belakang yang dipasangkan dibeberapa tempat, sehingga rapat dan kuat. 5. Dinding samping almari bagian belakang dipasang alat sambung yaitu isian lamello di beberapa tempat untuk hubungan dengan dinding belakang almari. Tepi dinding belakang almari di beri lis kayu masip setebal dinding belakang dan ditakik pada sisi yang bertemu dengan dinding samping almari. Dinding belakang almari yang menggunakan multipleks yang telah tebalnya minimal sama dengan dinding samping almari. 2.5.
Bagian-bagian Laci
Papan samping
Papan belakang
Papan samping
Papan dasar
Papan muka
Panjang (dalam)
Tinggi
Papan muka rangkap
Lebar
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.8: Nama Bagian-bagian Laci
265
Konstruksi Laci adalah hubungan bagian-bagian yang terdiri dari Papan Samping, Papan Muka dan Belakang, Papan Dasar Laci, dan Papan Muka Rangkap (bila ada) serta Peluncur Laci. Bila tidak memakai Papan Penutup Laci maka Papan Muka sekaligus sebagai penutup yang langsung terlihat dari depan. Sebaiknya hubungan Papan Samping dengan Papan Belakang dan Papan Muka menggunakan sambungan ekor burung (Gb. 7.8). 2.6.
Konstruksi Papan Muka Laci
Dowel Ø 6 Ditakik masuk ke alur
Celah miring
Celah
Ambang pemisah
1
Udara
2
3
4
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.9: Konstruksi Papan Muka Laci Papan Muka Laci merupakan bagian laci yang selalu terlihat, maka dari itu kayu yang dipakai sebaiknya pilihan dan baik. Ada beberapa konstruksi papan muka laci yang bisa dipilih untuk pembuatan mebel. Biasanya, hubungan papan muka laci dengan dinding samping menggunakan sambungan ekor burung, pembagian ekor burung harus disesuaikan posisinya dengan papan dasar laci, supaya alur yang dibuat tidak membelah ekor burung (Gb. 7.9) nomor 1 dan 2. Bisa juga papan muka laci dibuat rangkap, bagian yang terlihat dari luar dapat dihias dengan profil sehingga tampak indah. Pilihan lain konstruksi papan muka laci bisa menggunakan dowel Ø 6 mm, 2 buah di samping kiri dan samping kanan (Gb. 7.9) nomor 3 dan 4. Perlu diperhatikan bahwa apapun konstruksinya, laci harus mudah ditarik dan didorong kembali sehingga bisa tersimpan 266
kembali dengan lancar. Untuk itu perlu diperhatikan kelonggaran dan celah untuk udara bila laci didorong kembali ke rumahnya bisa lancar. Hubungan Papan Belakang dengan Papan Samping Laci
2.7.
Samping laci
Alat Samping sambung Muka Rangka laci
Dowel
Muka laci
1
2
3
4
5
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.10: Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci
1. 2. 3. 4.
5.
2.8.
Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci ada beberapa variasi, bisa dipilih menurut kebutuhan (Gb. 7.10) dilihat dari atas. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip, menggunakan sambungan ekor burung tersembunyi. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip, menggunakan sambungan alur dan lidah. Papan Muka Laci dari kayu lapis dan Papan Samping Laci dari kayu masip, menggunakan sambungan dowel. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip, menggunakan sambungan ekor burung terbuka dan diberi Papan Muka Rangkap dari tripleks. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip, menggunakan alat sambung sudut dan diberi Papan Muka Rangkap dari multipleks. Laci Logam dengan Dinding Muka Kayu
Pelat besi Dasar profil
Pelat baja
Pelat belakang dan dasar 16 mm
Rel
Pelindung peluncur Alat sambung Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.11: Laci logam dengan Dinding Muka Kayu
267
2.9.
Konstruksi Laci Klasik Konstruksi Laci Klasik merupakan suatu konstruksi laci sederhana. Lis penahan
Lis penahan Lis pengarah Lis peluncur
Bingkai Peluncur peluncur
Gambar konstruksi laci ini menunjukkan penampang atau potongan muka, sebelah kiri menggunakan lis kayu sebagai peluncur untuk menggerakkan laci, sedangkan gambar sebelah kanan berpeluncur dengan bahan sintetis seperti formika (Gb. 9.5).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.12: Konstruksi Laci Klasik
Potongan Samping
Lis penahan Lis pelindung Papan belakang laci Papan muka laci Klos penahan
Lis penahan Papan samping laci Lis pengarah
Lis peluncur
Lis peluncur
Celah antar laci
Potongan Depan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.13: Hubungan Rumah Laci Klasik
268
Ada beberapa model Peluncur Gantung yang digunakan untuk Laci Klasik Bersusun.
Peluncur gantung
Peluncur gantung
Peluncur plastik
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.14: Laci Klasik Bersusun dengan Peluncur Gantung
Biasanya Peluncur Gantung ini dipasang dengan paku pada dinding samping almari sebelah dalam. Ketinggian Peluncur ada di tengah ketinggian laci. Lebar Peluncur Gantung minimal 17 mm. Ada juga Peluncur Gantung yang dipasang dengan paku dan dilem pada dinding atas almari sebelah dalam. Selain dari kayu, ada juga Peluncur Plastik yang dipasang pada dinding almari.
269
Papan samping laci
Papan Dasar Laci Ditakik Masuk ke Alur pada Papan Samping Laci Bagian Bawah
Papan Dasar Laci Masuk ke Alur pada Papan Samping Laci Bagian Bawah
Papan samping laci
Papan Dasar Laci Dibelah Masuk ke Alur pada Papan Samping Laci Bagian Bawah
Papan Dasar Laci Masuk ke takikan pada Papan Samping Laci Bagian Bawah
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.15: Hubungan Papan Samping Laci dengan Papan Dasar Laci
270
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Disekrup
Disekrup atau dipaku
Tonjolan dari papan dasar laci
Konstruksi Papan Belakang Laci pada Laci Klasik
Konstruksi Papan Belakang Laci seperti Papan Samping
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.16: Macam-macam Konstruksi Papan Belakang Laci
271
2.10.
Peluncur Laci Dinding samping badan laci
Dinding samping badan laci Dinding atas
Dinding atas Lis penahan
Lis penahan
Lis peluncur laci
Lis pengarah Variasi lis peluncur laci depan
Lis peluncur laci
Lis peluncur laci Lis peluncur laci
Lis pelindung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.17: Macam-macam Lis Peluncur Laci
Papan belakang
Papan samping kanan
Alur papan dasar tembus, terlihat pada papan belakang
Alur papan dasar, tidak tembus
Alur peluncur Papan samping kiri
Alur peluncur Tombol logam Papan muka
Alur pegangan
Papan muka rangkap
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.18: Laci untuk Lis Peluncur Gantung
272
* Tebal papan samping laci maks. 16 mm
Peluncur ganda
Peluncur peluru
Laci keluar sebagian saja
Laci keluar penuh
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.19: Peluncur Laci Mekanis
Pelat Pengunci
Ukuran Kunci
Model Pegangan Laci
Ukuran Kunci
2.12.
Ukuran Kunci
Macam-macam Kunci Laci
Ukuran Kunci
2.11.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.20. Macam-macam Kunci Laci
273
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.21: Macam-macam Model Pegangan Laci
274
3.
Menyetel Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan
3.1.
Sistem Penggantung untuk Almari Tanam Almari Tanam adalah sistem almari yang dibuat atau dibangun menyatu dengan dinding dalam ruangan, untuk itu harus dirancang sistem konstruksi almari supaya menyatu dengan dinding. Salah satu konstruksi yang harus dipertimbangkan pada waktu merancang Almari Tanam adalah Sistem Penggantung untuk Almari Tanam. Ada beberapa pilihan konstruksi penggantung, bisa dengan papan pengait, pengait pelat baja, atau kombinasi keduanya (Gb. 7.22). Dinding ruangan yang akan berhubungan dengan almari, sebaiknya dilapisi beton supaya kokoh dan melindungi terhadap kelembaban yang berakibat jelek terhadap dinding belakang almari.
Sekrup pengatur kedalaman Disediakan tempat khusus
Penggantung almari
Dinding Kait penggantung Pengatur kedalaman Dowel plastik Ø 10x12 Profil penggantung
Pengatur ketinggian
Profil penggantung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.22: Penggantung Almari Tanam
275
Rangka muka
Badan almari
Atas
Dinding samping Tengah
Dinding tengah Almari
Almari Bawah almari Tumpuan almari
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.23: Sistem Membangun Almari Tanam 276
Mur-baut penghubung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.24: Penghubung antar Dinding Almari Penutup
Dilubangi
Kancing pegas
Klos kayu
Ƒ 34 Ulir baut
Landasan kaki
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.25: Penyetelan Tumpuan dan Hiasan Tumpuan Almari
277
3.2.
Konstruksi Penutup Celah Dinding Tembok Tripleks
Bila antara almari dengan dinding tembok terdapat celah, maka dapat ditutup dengan papan kayu. Konstruksi penutup celah dinding ada beberapa variasi, bisa dipilih menurut keserasian dengan almarinya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.26: Penutup Celah Dinding Tembok dengan Papan
Pilihan konstruksi ada pada gambar-gambar berikut (Gb. 7.26 dan 7.27).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.27: Konstruksi Penutup Celah Dinding 278
4.
Memasang Asesoris Mebel Asesoris mebel terdiri dari alat penggantung dan alat pengunci serta asesoris lain yang dipasangkan pada mebel. Alat penggantung meliputi berbagai macam engsel dan skarnir sedangkan alat pengunci meliputi berbagai macam kunci pintu maupun kunci laci. Untuk memasang asesoris mebel sebaiknya memperhatikan spesifikasi dan karakteristik dari setiap asesoris agar pemakaiannya tepat dan berfungsi dengan baik.
4.1.
Konstruksi Depan dan Engsel Pintu Almari Lis debu
Lis debu
Pintu
Lis debu
Pintu
Dinding samping
Lis debu
Terdapat banyak jenis engsel yang bisa dipilih untuk pintu almari. Hal ini tergantung kebutuhan dan ketersediaannya di pasaran. Dinding samping
Dinding samping
Pintu
Konstruksi Depan dan Engsel Pintu Almari menjelaskan tentang hubungan pintu dengan dinding samping almari yang dipasang penggantung pintu yaitu engsel.
Pintu
Pemeriksaan titik putar Tahanan di lantai
Pintu
Pintu
Udara 2 mm Pintu kemballi menutup
Gambar di samping menunjukkan pintu almari masuk ke dalam dinding samping yang dihubungkan dengan berbagai jenis engsel, gambar tersebut dipotong dan dilihat dari atas (Gb. 7.28).
Untuk mengatasi rongga yang terjadi karena engsel, maka dipasangkan lis debu pada dinding samping bagian dalam setinggi dalamnya almari.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.28: Pintu di dalam Dinding Almari dan Engselnya 279
Apabila tidak menginginkan dipasang lis debu, maka bisa dipilih berbagai engsel seperti gambar di bawah ini yang secara konstruksi membentuk celah yang tidak tembus ke depan almari sehingga debu tidak bisa masuk. Bagian tepi pintu terbuat dari kayu masip atau lis kayu masip supaya bisa dibentuk sponing memanjang dengan baik (Gb. 7.29).
Dibentuk dengan bor Ø 30 mm Pelat engsel yang tipis
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.29: Pintu ditakik ke dalam Dinding Almari dan Engselnya
280
Gambar 7.30. berikut ini menunjukkan posisi pintu berada di depan dinding samping menggunakan engsel silinder dan engsel sendok.
Pola tetap
Dibentuk dengan bor Ø 16 mm
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.30: Pintu di luar Dinding Almari dan Engselnya 281
4.2.
Kunci Almari untuk Pintu Kupu Tarung
Pengancing
Kunci
Pengancing
Kunci
Pengancing Lis
.
Celah antar pintu
Celah antar pintu
Celah antar pintu
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.31: Kunci Pintu Kupu Tarung
Kunci pintu almari yang dipasang pada pintu kupu tarung harus diupayakan antara kedua daun pintu tidak terdapat celah yang langsung tembus ke dalam almari. Untuk itu bisa dipasang lis kayu masip pada tepi pintu dan dibuat sponing pada keduanya yang saling berlawanan, bisa juga dipasangkan lis memanjang pada salah satu pintu sehingga tidak ada celah tembus ke dalam almari (Gb. 7.31).
Pelat rumah kunci
Pengancing
Pilihan kunci yang digunakan bermacam-macam, diantaranya beberapa kunci seperti pada Gambar 7.32.
.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.32: Kunci Pintu Putar Mebel
282
Pelat kait siku
Pengait Simpul pemandu
Simpul pemandu
Apabila menginginkan kunci yang lebih aman dan kuat karena sekaligus mengunci ke bawah dan keatas selain ke samping, maka bisa dipilih Kunci Tiang / Batang (Gb. 7.33). Gambar di samping menunjukkan dua pilihan Kunci Tiang / Batang.
Simpul pemandu
Gambar yang sebelah kiri menunjukkan sistem kunci ke bawah dan ke atas dengan cara memutar sehingga Pengaitnya bertemu dengan Pasak secara rapat.
Tiang pengunci atas Rumah kunci
Pasak
Pasak
Pengancing
Sedangkan pengunci yang di tengah mengeluarkan Pengancing ke pasangannya bersamaan dengan yang di bawah dan di atas. Gambar yang sebelah kanan menunjukkan sistem kunci ke bawah masuk ke Selongsong dan ke atas ke Pelat Kait Siku sehingga Tiang Penguncinya berfungsi.
Pelat pengait Tiang pengunci bawah Tiang pemutar
Pengait
Pasak Selongsong
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.33: Kunci Tiang / Batang
283
4.3.
Engsel untuk Pintu Almari
Gb. 7.34: Macam-macam Engsel Scharnier
Engsel Ring
Panjang
Pelat pintu Ring Rol Pelat pasak
Lebar
Pelat Silinder
Pasak Silinder Bagian lubang Rol
Bagian pasak
Alat penggantung untuk pintu almari ada beberapa macam yang bisa dipilih menurut kebutuhan, antara lain: Engsel Ring, Scharnier, Pelat Silinder, Pasak Silinder, Scharnier Piano, dan Engsel Susuk. Engsel Ring terdiri dari pelat pasak yang terpasang pada dinding almari dan pelat pintu yang terpasang pada daun pintu. Engsel ini dilengkapi ring yang berfungsi melancarkan gerakan engsel. Kedua pelat bisa saling dilepas dan di situ terdapat lubang sekrup yang digunakan sebagai pengkait sekrup ke kayu.
Scharnier terdiri dari dua lembar pelat yang tidak bisa dilepaskan Scharnier Piano dan dihubungkan oleh poros silinder. Pada kedua lembar pelat terdapat lubang sekrup yang digunakan sebagai pengkait sekrup ke kayu.
Engsel Susuk
Pelat Silinder terdiri dari dua lembar pelat yaitu Bagian Lubang dan Bagian Pasak yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh pasak silinder. Pada kedua lembar pelat terdapat lubang sekrup yang digunakan sebagai pengkait sekrup ke kayu. Pelat Silinder ini bervariasi bentuknya, ada yang rata/segaris, bertekuk, bahkan bersudut tegak lurus.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
284
Pasak Silinder terdiri dari dua batang pasak yaitu Bagian Lubang dan Bagian Pasak yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh pasak silinder yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh poros silinder. Setiap bagian berupa pasak berulir yang dimasukkan ke kayu dengan cara dibor. Scharnier Piano terdiri dari dua lembar pelat memanjang yang tidak bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh poros silinder. Pada kedua lembar pelat terdapat lubang sekrup yang digunakan sebagai pengkait sekrup ke kayu. Engsel Susuk terdiri dari dua pelat susuk yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh pasak silinder. Di pasaran orang biasa menyebut Engsel Sendok yang berasal dari bahasa Jerman Topfscharnier atau bahasa Inggrisnya Furniture Hinge (Gb. 7.35). Engsel ini terdiri dari bagian bulat yang dimasukkan ke daun pintu dan bagian batang yang disekrupkan ke dinding dalam almari.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Langkah selanjutnya, keduanya dipasangkan dengan pengikat sekrup yang berfungsi juga sebagai penyetel kedudukan engsel sehingga daun pintu bisa terpasang baik.
GB. 7.35: Engsel Sendok
Pemasangan dan penyetelan Engsel Sendok sangat mudah. Untuk memasangnya pada bagian daun pintu di bor dengan diameter lubang sama dengan diameter engsel dan dalamnya sedalam engsel. Sedangkan bagian batang disekrupkan ke dinding samping bagian dalam almari.
285
4.4.
Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang (Knock-down) Mur-baut Bongkar Pasang atau yang biasa disebut baut knockdown cocok digunakan sebagai alternatif konstruksi sebuah mebel yang relatif besar karena bisa dibongkar dan dipasang dengan mudah. Dengan demikian untuk mengangkut / memindahkannya lebih mudah dan aman. Mur Ø Ulir baut
Pengunci
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.36: Mur-baut Bongkar Pasang
Penutup
Konstruksi dengan baut knockdown biasanya terdiri dari baut berkepala bundar yang ada lubang segi enam sebagai tempat masuknya kunci L. Baut knockdown tersebut berpasangan dengan mur berbentuk bulat panjang Ø 10 mm. Pada salah satu kepala mur ada belahan melintang diameter yang berfungsi untuk tempatnya mata obeng sebagai pemegang pada saat baut dikencangkan atau dikendorkan.
Sekrup penghubung
Mur Dowel Rumah Pengunci baut
Lubang silang
Penutup
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.37: Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang Mur-baut Bongkar Pasang atau yang biasa disebut baut knockdown ada beberapa macam. Ada yang rumah bautnya bundar dilengkapi dengan penutup dan pengunci baut, ada yang sekrupnya berada pada penghubung bentuk trapesium, ada yang sekrupnya berlubang silang dan ada penutupnya (Gb. 7.37). 286
Mur Sekrup Penghubung Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.38: Mur-baut Bongkar Pasang
Sekrup Penutup Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Sekrup Penghubung dimasukkan dari lubang permukaan kayu pertama dan bertemu dengan Mur pada lubang permukaan kayu kedua. Sekrup dikencangkan dengan obeng plus (+) sedangkan Mur ditahan oleh obeng minus (-) (Gb. 7.38). Sekrup dimasukkan dari lubang permukaan kayu pertama langsung tembus ke kayu kedua sampai kepala sekrup masuk dari permukaan kayu, selanjutnya penutup dipasangkan sehingga rata dengan permukaan kayu (Gb. 7.39).
Gb. 7.39: Mur-baut Bongkar Pasang dengan Penutup Rumah baut Baut Mur Baut sendi Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Mur dimasukkan dari sisi dalam kayu pertama, lalu baut dikencangkan dari sisi dalam kayu kedua. Dengan penghubung Baut Sendi maka antara lantai dengan dinding tegak lurus bisa dihubungkan (Gb. 7.40).
Gb. 7.40: Mur-baut Bongkat Pasang Kecil
Pelat penghubung siku
Dengan Pelat Penghubung Siku bagian-bagian almari dapat dihubungkan dengan cara memasang sekrup pada pelat di kedua bagian almari (Gb. 7.41).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.41: Pelat Penghubung Siku 287
VIII. Melaksanakan Pekerjaan Ukir Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang membuat pola untuk pekerjaan ukir, mengukir bentuk sederhana,dan mengukir bentuk rumit sebagai dasar untuk melaksanakan pekerjaan ukir. Standar Kompetesi pada bab ini adalah Melaksanakan Pekerjaan Ukir yang terdiri dari tiga Kompetensi Dasar yaitu Membuat Pola Untuk Pekerjaan ukir, Mengukir Bentuk Sederhana, dan Mengukir Bentuk Rumit, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut : 1. Membuat Pola Untuk Pekerjaan Ukir 1.1. Peralatan yang digunakan 1.2. Cara membuat pola 2. Mengukir Bentuk Sederhana 2.1. Mengenal ukiran kayu 2.2. Cara menggunakan peralatan ukir kayu 3. Mengukir Bentuk Rumit 3.1. Memahat bentuk cembung 3.2. Memahat bentuk cekung
1.
Membuat Pola Untuk Pekerjaan Ukir
1.1.
Peralatan yang digunakan Di dalam membuat pola untuk pekerjaan ukir yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar benda yang akan diukir, sehingga setelah pola selesai dibuat, lalu dimalkan di atas benda kerja, maka bisa pas. Peralatan yang digunakan untuk membuat pola adalah sebagai berikut :
(a) Kertas gambar untuk membuat gambar kerja. (b) Kertas tipis untuk memindahkan gambar ukiran dengan cara sablon, menapak atau mengutip. (c) Pensil dan spidol untuk memindahkan gambar dan memperjelas gambar hasil kutipan.
288
1.2.
Cara membuat pola Membuat pola untuk pekerjaan ukir merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan dengan baik. Langkah kerja atau cara membuat pola untuk pekerjaan ukir, adalah sebagai berikut: (a)
Buatlah gambar rencana tampak dari muka, samping, dan belakang pada kertas gambar dengan sebaik-baiknya.
(b)
Lakukan pekerjaan tapak/kutip gambar tampak samping pada kertas tipis dengan spidol atau ballpoint.
(c)
Siapkan kayu yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran polanya.
(d)
Rekatkan gambar kutipan pada kayu tersebut.
Sumber: Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.1. Pola Patung Orang Pola untuk pekerjaan ukir bisa bermacam-macam tergantung dari keinginan atau kebutuhan pengukir atau pemesan. Secara umum pola untuk pekerjaan ukir bisa berupa pola orang, pola binatang, maupun pola tumbuh-tumbuhan atau bunga, seperti pola berikut ini.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.2. Pola Orang 289
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.3. Pola Kuda
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.4. Pola Bunga
290
2.
Mengukir bentuk sederhana
2.1.
Mengenal ukiran kayu Yang dimaksud dengan ukiran kayu adalah cukilan berupa ornamen atau ragam hias hasil rangkaian yang indah, berelungrelung, saling jalin-menjalin, berulang dan sambung-menyambung sehingga mewujudkan suatu hiasan. Semula ukiran merupakan ornamen sederhana yang diterapkan dengan sistem gores dan tempel pada tanah liat, batu atau kayu dengan alat yang sangat sederhana pula, yang selanjutnya berkembang sampai sekarang menjadi ukiran yang beraneka ragam coraknya. Hasil ukir kayu di Indonesia pada saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya jenis produksi dan konsumen ukir kayu, terutama pada perabot dan jenis barang-barang kerajinan lainnya. Khususnya di Jawa terdapat barang-barang ukir kayu yang dapat kita lihat terutama di Jawa Tengah, tepatnya di Jepara sebagai penghasil ukir kayu utama yang sudah dikenal sejak jaman dulu, di samping daerah lain seperti Serenan di Surakarta dan Polowijen di Kota Malang Jawa Timur. Hasil ukir dari daerah-daerah tersebut umumnya berupa barang yang digunakan dalam kehidupan rumah tangga berupa perabot dan hiasan serta barang yang digunakan untuk keperluan seharihari. Karya hasil ukir kayu yang diwujudkan adalah berupa barangbarang yang bersifat sebagai berikut:
(a) Barang Kerajinan, diantaranya adalah tempat abu rokok, kotak rokok, tempat koran, tempat sendok, kap lampu, hiasan dinding, hiasan meja, tongkat, kotak perhiasan, ikat pinggang, kotak pensil, jambangan bunga, tutup korden, topeng, tempat pot tanaman dan sebagainya. (b) Hiasan pada perabot, seperti meja dan kursi tamu, meja dan kursi makan, kursi panjang (sofa), almari, almari hiasan, almari boneka, kereta minuman, tempat tidur, toilet atau meja rias, bufet, penyekat ruang (sketsel), dan sebagainya.
291
(c) Hiasan pada komponen bangunan rumah, antara lain berupa daun pintu, daun jendela, dinding, ompak, tiang, dada besi, penyokong (kerbil), lis- lis, lis plang, bingkai pintu, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya hasil produksi barang-barang ukir kayu tersebut, khususnya yang mempunyai nilai seni yang tinggi pada saat ini sudah ada yang di-export ke berbagai manca negara. 2.2.
Cara menggunakan peralatan ukir kayu Sebelum kegiatan mengukir dimulai maka seseorang atau pengrajin ukir yang akan melaksanakan pekerjaan ukir, terlebih dahulu harus mengenal peralatan mengukir, antara lain yaitu:
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
Pahat ukir Palu kayu Batu asah Sikat ijuk Pensil dan penghapus Jangka Meteran Kain perca
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno,1983. dan Woodcarving, Peter Berry,1998.
Gambar 8.5. Macam-macam peralatan ukir
Untuk mengetahui lebih baik tentang peralatan ukir kayu, maka dijelaskan penggunaan salah satu alat utamanya, yaitu Pahat ukir kayu dalam uraian berikut ini.
292
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.6. Bagian-bagian pahat ukir Oleh karena yang diukir itu kayu, maka pahat ukir tersebut dinamakan pahat ukir kayu. Pahat ukir kayu dibuat dari campuran besi dan baja. Juga dapat dibuat dari lempengan per delman / dokar. Sebatang per delman dibakar lalu ditempa, sampai diperoleh ketipisan yang sesuai dengan ukuran dan pola pahat ukir kayu. Dengan sebuah patar/kikir kasar per yang sudah tipis itu dibentuk, kemudian dihaluskan dengan kikir.
Untuk memperoleh pahat ukir kayu tersebut dapat membeli di toko besi atau pada kios-kios pasar Kota Jepara atau dapat juga memesan pada pandai besi.
Pada akhirnya seni ukir berkembang menurut coraknya, maka selain pahat tersebut di atas, selanjutnya para seniman atau pengrajin ukir kayu masih menggunakan pahat tambahan menurut kebutuhan, yaitu terdiri dari beberapa macam pahat berikut ini:
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.7. Macam-macam pahat kuku
293
Beberapa jenis pahat untuk pekerjaan ukir kayu yang biasa digunakan, adalah sebagai berikut: (a) (b) (c) (d)
Pahat Kuku Pahat Lurus Pahat Setengah Bulatan Pahat Miring
(a) Pahat Kuku Bentuk dari mata pahat ini berupa lengkung seperti kuku manusia. Gunanya adalah untuk mengerjakan bagian yang lengkung, melingkar, membuat bentuk cembung, cekung, ikal, dan pecahan garis, maupun pecahan cawen. Ukuran mata Pahat Kuku yang terbesar adalah 3 cm dan yang terkecil adalah 3 mm.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.8. Pahat kuku
Cara menajamkan Pahat Kuku ini yaitu diasah pada sisi sudut batu asah, dimulai dari pahat yang terkecil sampai pada pahat yang terbesar.
294
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.9. Cara mengasah Pahat Kuku (b) Pahat Lurus Bentuk dari mata pahat ini adalah berbentuk lurus. Gunanya adalah untuk mengerjakan bagian yang lurus, rata, membuat dasar ukiran, siku-siku tepi ukiran, dan sebagainya. Ukuran mata Pahat Lurus yang terbesar adalah 3 cm dan yang terkecil adalah 2 mm.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.10. Pahat lurus (penyilat) Cara menajamkannya Pahat Lurus ini yaitu diasah pada permukaan batu asah yang datar, dimulai dari pahat yang terbesar bergantian sampai pada pahat yang terkecil.
295
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.11. Cara mengasah Pahat Lurus (penyilat)
(c)
Pahat Setengah Bulatan (Kol) Bentuk dari mata Pahat Kol adalah berbentuk melengkung belahan setengah bulatan. Gunanya adalah untuk mengerjakan bagian-bagian cekung yang tidak dapat dikerjakan dengan Pahat Kuku. Ukuran mata pahat Kol yang terbesar adalah 1 ½ cm dan yang terkecil adalah 1 ½ cm.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.12. Gambar pahat lengkung setengah bulatan (kol)
296
Cara menajamkan Pahat Kol ini adalah diasah pada permukaan batu asah yang datar dimulai dari pahat terbesar sampai yang terkecil dengan cara mengikuti mata pahat yang melengkung setengah lingkaran.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.13. Cara mengasah Pahat lengkung ½ bulat (d)
Pahat Miring (Pangot) Bentuk dari mata Pahat Miring (Pangot) ini adalah berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Gunanya adalah untuk membersihkan sudut sela-sela ukiran dan untuk meraut bagian-bagian yang diperlukan. Ukuran mata Pahat Miring yang terbesar adalah 0,8 mm dan yang terkecil adalah 1 ¼ cm.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.14. Gambar Pahat Miring (Pangot)
297
Cara menajamkan Pahat Miring ini adalah diasah pada permukaan batu asah yang datar. Mata pahat yang miring menuju ke sudut, diputar- putar pada permukaan batu asah
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb.8.15. Cara mengasah Pahat Miring (Pangot) Sebelum melakukan pekerjaan mengukir bentuk sederhana, maka terlebih dulu menggambari pola pada benda kerja yang akan diukir seperti terlihat pada contoh mengukir bentuk sederhana pada gambar-gambar berikut ini:
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.16. Melukis/menggambar pola botol pada benda kerja
298
Sumber : Woodcarving1998
Gambar 8.17. Menyayat bagian bawah dan atas botol
Mengukir atau menyayat pada dua sisi bagian bawah dan atas sesuai dengan gambar polanya.
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.18. Menggambar pola botol pada sisi berikutnya
299
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.19. Menggambar pola botol pada sisi berikutnya
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.20. Mengukir tutup botol
300
Untuk menguasai ketrampilan mengukir kayu ini, dapatlah melakukan latihan memahat bentuk-bentuk sederhana, seperti berikut ini Mengukir tegak
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.21. Cara mengukir tegak
Membuat tegak lurus dan membuat alas (dasar)
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.22. Membuat tegak lurus dan membuat alas (dasar)
301
Memahat bentuk miring (a) (b) (c)
Pahat garis-garis yang di tengah cukup dalam. Pahat miring dari arah sebelah-menyebelah sampai pada pahatan garis di tengah tadi. Begitu selanjutnya sehingga tampak bentuk miring yang dimaksud.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb.8.23. Cara mengukir miring 3.
Mengukir bentuk rumit Dalam penggambaran pola-pola ragam hias, pencipta memperhatikan keselarasan atau harmoni satu komposisi yang baik berdasarkan atas pengalaman dan atau keindahan pencipta. Sehingga motif yang satu dengan yang lain menjadi satu rangkaian yang harmonis.
3.1.
Memahat bentuk cembung
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.24. Cara memasang pola pada benda kerja 302
3.2.
Membuat bentuk cekung Sebelum memulai membuat bentuk cekung, maka lebih dulu memasang pola pada benda yang akan diukir supaya hasil ukir sesuai dengan pola yang diinginkan.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.25. Cara memasang pola pada benda kerja Untuk membuat bentuk cekung bisa mengikuti langkah kerja berikut ini: (a) Pahat garis-garis yang dalam. (b) Buatlah dasarnya. (c) Kemudian dibuat bentuk cekung dan ikalnya.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.24. Ornamen klasik gaya jawa timur
303
304
BAB IX MENGERJAKAN TEKNIK INLAY (TATAH KAYU)
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang memotong komponen inlay dan memahat permukaan kayu untuk penerapan komponen inlay (tatah) kayu . Standar Kompetensi pada bab ini adalah Mengerjakan Teknik Inlay (Tatah) Kayu yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Memotong Komponen Inlay dan Memahat Permukaan Kayu untuk Penerapan Komponen Inlay, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut: 1.
2.
Memotong Komponen Inlay 1.1. Peralatan yang digunakan 1.2. Membuat motif tatahan 1.3. Mengerjakan komponen inlay Memahat Permukaan Kayu untuk Penerapan Komponen Inlay 2.1. Memahat dan mengerjakan permukaan kayu 2.2. Menerapkan komponen inlay
1.
Memotong Komponen Inlay
1.1.
Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan untuk mengerjakan komponen inlay adalah peralatan tangan pekerjaan kayu yang terdiri dari seperangkat ( satu set) pahat ukir, pahat tusuk, palu plastik/karet, dan pinsil/spidol serta gergaji tripleks. Selain peralatan tangan bisa juga menggunakan mesin hias (trimer) portable. Gb. 9.1: Peralatan Tangan yang Digunakan untuk Membuat Komponen Inlay
Untuk merekatkan komponen inlay digunakan lem kayu yang dioleskan pada kedua permukaan kayu yang selanjutnya dijepit menggunakan klem/penjepit.
304
1.2.
Membuat motif tatahan
Motif/desain yang akan ditatah bisa dibuat pada lembaran kertas. Motif yang dibuat bisa berbagai macam tergantung keinginan, bisa motif sederhana sampai motif yang rumit. Selanjutnya motif yang telah selesai dibuat tersebut, direkatkan menggunakan lem pada lembaran kayu yang akan ditatah atau Gb. 9.2: Motif Tatahan Sederhana dipotong dan dikerjakan. Gambar 9.2 adalah contoh desain sederhana dari motif tatahan.
Motif tatahan bisa juga berupa motif burung yang rumit tetapi artistik. Sama halnya pembuatan motif yang lain, motif burung ini dibuat di atas kertas. Gb 9.3. Motif Burung 1.3.
Mengerjakan komponen inlay
Setelah motif/desain selesai dan siap digunakan, maka selanjutnya adalah merekatkan motif/desain tersebut menggunakan lem kayu pada lembaran kayu atau benda yang akan dikerjakan sebagai komponen inlay. Gb 9.4. Mengelem Motif Sederhana pada Kayu
305
Gambar disamping menunjukkan proses merekatkan desain/motif tatahan berupa motif burung yang akan ditempel menggunakan lem pada lembaran kayu yang akan dikerjakan sebagai komponen inlay. Motif yang direkatkan tersebut diusahakan menempel dengan rata ke seluruh permukaan kayu, sehingga mempermudah proses pengerjaan komponen inlay berikutnya. Gb 9.5. Mengelem Motif Burung pada Kayu
Setelah lem yang merekatkan kertas bermotif tatahan ke permukaan kayu sudah kering dan menempel dengan rata, selanjutnya adalah memotong desain/motif burung tersebut dengan alat potong berupa gergaji tripleks. Jepitlah lembaran kayu bermotif tersebut dengan kokoh menggunakan penjepit pada meja kerja, sehingga penggergajian bisa dikerjakan dengan baik. Gb 9.6. Memotong desain Inlay
Penggergajian motif diusahakan tepat pada motifnya, jangan sampai meleset supaya berhasil baik. Gambar disebelah ini menunjukkan komponen inlay yang bermotif burung telah selesai digergaji. Selanjutnya hasil penggergajian yang masih kasar bisa dihaluskan dengan amplas. Setelah itu dimasukkan pada permukaan kayu yang telah ditatah atau dilubang seperti motif yang akan dimasukkan.
Gb 9.7. Potongan Komponen Inlay Bermotif Burung 306
Gambar 9.8. merupakan komponen inlay dengan motif sederhana yang kertas motifnya masih menempel. Untuk menghilangkan kertas motif tersebut bisa diamplas atau dikikis dengan pelat kikis atau pecahan lembaran kaca sampai bersih, tetapi jangan sampai merusak permukaan kayunya. Gb 9.8. Potongan Komponen Inlay Bermotif Sederhana
Pekerjaan selanjutnya adalah memindahkan bentuk motif yang telah dibuat pada permukaan kayu yang akan dipasangkan dengan cara menempelkan komponen inlay tersebut pada permukaan kayu dan digaris tepinya dengan pensil atau spidol.
Gb 9.9.Menggambari untuk Komponen Inlay Motif Sederhana Gambar 9.10. di samping adalah motif dari komponen inlay berupa motif burung yang sedang dimal pada permukaan kayu sebagai pasangannya.
Gb 9.10. Menggambari untuk Komponen Inlay Motif Burung
307
Gambar 9.11. memperlihatkan hasil penggambaran atau lukisan komponen inlay pada permukaan kayu pasangannya yang akan ditatah atau dikerjakan. Pekerjaan menatah atau memahat ini bisa dikerjakan menggunakan pahat ukir maupun menggunakan mesin hias (trimer) portable. Gb 9.11. Hasil Penggambaran Motif Inlay Sederhana
Hasil penggambaran atau lukisan pada permukaan kayu yang akan dikerjakan atau dipahat untuk memasukkan komponen inlay yang telah dibuat. Pengerjaan untuk komponen inlay yang bermotif kaligrafi atau motif rumit lainnya, biasanya menggunakan pahat ukir yang disesuaikan dengan lekukanlekukan yang terdapat pada motif tersebut. Gb 9.12. Hasil lukisan Desain inlay Burung
308
2.
Memahat Permukaan Kayu untuk Penerapan Komponen Inlay
2.1.
Memahat dan mengerjakan permukaan kayu
Gb 9.13. Memahat kayu
Gb 9.14. Mesin Trimer dan Kacamata Pengaman
Gb 9.15. Membuat alur dengan Mesin Trimer
Memahat permukaan kayu untuk penerapan komponen inlay dengan menggunakan pahat. Hal ini disesuaikan dengan bentuk dan motif komponen inlay yang akan dipasangkan sehingga mendapatkan hasil yang baik. Pemahatan dilakukan dengan cermat supaya pemotongan pahat sesuai dengan motif yang telah dibuat.
Dalam pembuatan lubang atau alur untuk motif komponen inlay bisa juga menggunakan mesin portable, yaitu mesin hias (trimer). Penggunaan mesin trimer tentu disesuaikan dengan motif dan kedalaman komponen inlay. Untuk menjaga keselamatan kerja maka gunakanlah kacamata pengaman, masker dan penutup telinga Mengerjakan lubang atau alur pada permukaan kayu untuk dipasangkan komponen inlay dengan menggunakan mesin trimer memang lebih cepat, tetapi mungkin kesulitan untuk motif yang mempunyai kerumitan yang tinggi. Untuk itu penggunaan alat bisa disesuaikan menurut motifnya. Mesin Trimer bisa membuat lubang atau alur dengan bervariasi kelebaran dan kedalamannya. Hanya mengganti dan menyetel pisau untuk disesuaikan dengan bentuk dan motif komponen inlay.
309
Lubang atau alur untuk komponen inlay dipastikan bisa dimasuki dengan pas. Caranya yaitu harus dicoba dulu komponen inlay tersebut pada lubang atau alur yang telah dibuat. Usahakan bisa masuk dengan pas dan rata. Lakukan dengan teliti. Untuk itu harus diperiksa kedalaman dan kerataan supaya didapatkan hasil rakitan Gb 9.16. Lubang/alur yang sudah yang rata. selesai dikerjakan 2.2.
Menerapkan komponen inlay
Lubang atau alur yang sudah dipastikan bisa dimasuki komponen inlay, selanjutnya diberi lem kayu secara tipis dan merata, supaya komponen inlay bisa melekat dengan baik. Usahakan pengeleman hanya pada lubang atau alurnya saja, jangan sampai berlebihan hingga permukaan kayu di luar alur. Gb 9.17. Mengelem Alur Inlay
Dalam merakit atau menerapkan komponen inlay pada alur yang telah diberi lem, gunakan palu plastik untuk memukulnya sedikit demi sedikit sampai seluruh komponen tersebut masuk pada alur dengan posisi yang rata.
Gb 9.18. Menerapkan Komponen Inlay
310
Supaya komponen inlay bisa masuk dengan rata, maka gunakanlah klos kayu sebagai landasan untuk memukul sehingga komponen inlay bisa masuk secara rata dan rapat. Masukkan sedikit demi sedikit secara merata dengan pukulan yang tidak terlalu keras, supaya komponen inlay tidak rusak. Gb 9.19. Klos Penjepit
Setelah seluruh komponen inlay masuk secara rata, selanjutnya guna mendapatkan hasil yang lebih rata dan rapat, maka bisa diklem menggunakan klem F dan diberi klos kayu.
Gb 9.20. Penjepit Klem F
Hasil penerapan atau perakitan komponen inlay yang telah kering, selanjutnya bisa dibersihkan seluruh permukaannya. Gunakanlah amplas kasar untuk mengamplas permukaan komponen inlay. Lakukan pengamplasan searah serat kayu untuk membersihkan permukaan komponen inlay yang telah terpasang dengan baik tersebut. Gb 9.21. Hasil Perakitan 311
Setelah penerapan atau perakitan komponen inlay berhasil baik. Selanjutnya dilakukan penghalusan menggunakan amplas dengan blok amplas yang lunak, sehingga seluruh permukaan kayu halus dan rata. Pengamplasan dilakukan searah serat kayu dengan tekanan yang sedang supaya tidak merusak permukaan kayu. Gb 9.22. Penghalusan
Untuk mengerjakan teknik inlay (tatah kayu) yang baik, maka harus memperhatikan warna dan tekstur kayu atau bahan yang digunakan sehingga mendapatkan kombinasi yang serasi dan baik. Salah satu kombinasi warna kayu yang dipilih bisa dilihat pada hasil penerapan komponen inlay seperti pada Gambar 9.23. Gb 9.23. Penerapan Inlay dengan Motif Kaligrafi
312
Gb 9.24. Penerapan Inlay pada Bangku dengan Motif Alami Pada prinsipnya komponen inlay bisa diterapkan pada sebagian besar pekerjaan kayu, khususnya pada mebel dan interior. Salah satu penerapan inlay yang terlihat artistik dan menarik seperti pada Gambar 9.24. dengan berbagai motif dan warna kayu yang berbeda. Hal ini bisa meningkatkan nilai tambah mebel tersebut.
313
X. Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi tentang pengetahuan dasar finishing, persiapan permukaan kayu, bahan finishing kayu, metode aplikasi finishing, finishing dengan teknik oles (politur), teknik penyemprotan dengan spray-gun, faktor-faktor penyebab kegagalan finishing kayu, serta kesehatan dan keselamatan kerja. Standar Kompetensi pada Bab X adalah Melaksanakan Pekerjaan Finishing, yang mempunyai enam Kompetensi Dasar sebagai berikut: 1. Menyiapkan Pekerjaan Finishing 2. Menyiapkan Permukaan untuk Finishing 3. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Oles 4. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Semprot 5. Menyesuaikan Warna Cat dengan Spesifikasi 6. Mengerjakan Finishing Akhir (top coating) 7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1.
Menyiapkan Pekerjaan Finishing Kayu
1.1.
Pengertian Pekerjaan Finishing Kayu Pekerjaan finishing kayu adalah rangkaian terakhir dari seluruh proses produksi di dalam industri perabot kayu, rotan, dan juga bagian bangunan yang menggunakan bahan dari kayu. Yang dimaksud dengan pekerjaan finishing kayu adalah melakukan pelapisan atau pengolesan resin atau suatu zat ke permukaan kayu sehingga mendapatkan manfaat tertentu. Beberapa proses terakhir dari produksi perabot, ada yang melakukan suatu pelapisan dengan lembaran melamine atau melapiskan dengan formica dan lembaran tipis dari bahan sejenis aluminium, serta bahan-bahan lembaran jadi hasil produksi pabrik bahan pelapisan yang pada umumnya dilakukan dengan madia lem sebagai perekat. Pelapisan lembaran permukaan bidang benda kerja dengan media lem tersebut, tidak termasuk dalam pembahasan pekerjaan finishing kayu.
Manfaat dari pekerjaan finishing kayu adalah meningkatkan nilai: keindahan substrat kayu; keawetan bahan kayu; keteguhan gesek dan pukulan; guna bahan kayu; dan komersial kayu. Agar manfaat finishing dapat dicapai secara maksimal, maka perlu mengantisipasi hal-hal yang sangat merugikan selama proses aplikasi, yaitu: a. Pengahalang daya lekat bahan finishing. b. Pengganggu penampilan keindahan. 313
c. Penentuan detail perabot atau benda kerja yang perlu dan tak perlu di-finishing. 1.2.
Tahapan Proses Finishing Kayu Proses finishing kayu mempunyai tahapan-tahapan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil akhir. Tahapan-tahapan tersebut telah dibakukan dalam bentuk langkah-langkah standar, berikut ini: a. Persiapan permukaan. b. Pengisian pori-pori kayu. c. Pewarnaan permukaan. d. Pelapisan dasar permukaan kayu. e. Pelapisan antar media. f. Pelapisan akhir permukaan finishing. g. Pemolesan permukaan. Dengan mengenal setiap langkah standar, kita tahu mengapa dan apa yang akan terjadi bila satu tahapan dihilangkan dari suatu proses finishing. Setiap langkah standar harus dilakukan secara standar dan taat asas, yakni tertib dalam perlakuan aplikasi dan setiap tahap proses haruslah menghasilkan keluaran yang berkualitas utama. Agar langkah-langkah standar dapat berhasil dengan baik maka perlu memahami penggunaan alat-alat yang dipakai dengan baik, serta tahu dan memahami bahan-bahan finishing baik perlakuan maupun penggunaan yang optimal. Di samping itu, perlu juga mempunyai parameter atau contoh tolok ukur hasil dari tiap proses yang standar.
1.3.
Faktor yang Mempengaruhi Keawetan Finishing Finishing merupakan tindakan akhir melapisi permukaan benda kerja dengan suatu zat atau resin dalam proses aplikasi, dengan maksud untuk mandapatkan nilai manfaat tertentu. Agar manfaat dapat dicapai dengan optimal, maka perlu mampelajari hal-hal berikut ini: a. Sistem finishing. b. Pengetahuan substrat kayu. c. Pengetahuan bahan finishing. d. Cara aplikasi. e. Kondisi operasional proses finishing. f. Penempatan dan hasil finishing. Dengan mengenal serta memahami faktor-faktor tersebut, dan digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan akan terjadi
314
kegagalan maka keenam faktor utama tersebut harus digunakan sebagai pedoman di dalam aplikasi, yakni khususnya bagi ahli finishing yang handal. Salah satu faktor tersebut di atas diabaikan atau kurang diketahui maka hasil akhir dari pekerjaan finishing akan mengalami kegagalan. Misal, faktor penempatan barang jadi yang seharusnya untuk di bawah atap atau di dalam ruang (in door), ditempatkan di luar ruang (out door) maka akan mudah rusak. 2.
Menyiapkan Permukaan untuk Finishing Dengan memahami bahan-bahan finishing dan memperlakukan semua bahan-bahan kerja sesuai prosedur kerja dan memperindah serta melindungi kayu yang difinishing maka benda kerja yang difinishing akan berhasil baik.
2.1.
Membersihkan dan Mengamplas Kertas amplas atau kertas pasir, demikian juga disebut dengan kertas amril, telah lama dipakai di dalam industri maupun aplikasi finishing. Sebetulnya tidaklah tepat diambil istilah “kertas”. Pada kenyataannya, amplas tidak hanya dibuat dari bahan kertas saja. Bahan media yang biasa dipakai amplas adalah kanvas atau kain tebal, kertas itu sendiri, kombinasi antara kertas dan kain yang merupakan kertas berserat, lembaran fibre glass yang bisa ditekuk untuk bisa mengamplas profil-profil, serta bahan PVC untuk mengamplas profil.
2.1.1. Pembagian amplas dan partikelnya Partikel yang digunakan dalam pembuatan amplas, terdapat 5 jenis bebatuan, 3 jenisnya didapat dari alam, sedang yang 2 jenis lainnya didapat dari hasil buatan. Masing-masing batu bahan amplas mempunyai kekerasan yang berbeda. Demikian pula pemakaiannya berbeda pula. (a) Amplas dengan jenis batu emery. 1) Kekerasan : 8,5 – 8,9 H 2) Warna : Hitam 3) Komponen : emery > kode E 4) Penggunaan untuk : pengamplasan metal. (b) Amplas dengan jenis batu flint 1) Kekerasan : 6,2 – 6,8 H 2) Warna : abu-abu > kode F 3) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, substrat cat.
315
(c) Amplas dengan jenis batu garnet 1) Kekerasan : 6,7 – 7,5 H 2) Warna : kuning dan coklat > kode G 3) Bentuk kristal : polygon 4) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, substrat cat 5) Sifat partikel : mempunyai daya potong bagus (d) Amplas dengan jenis batu aluminium oxyde 1) Kekerasan : 9,4 H 2) Warna : merah oxida > kode AA, A 3) Bentuk kristal : sharpedge 4) Komponen : A12O3 5) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, substrat cat metal. 6) Sifat partikel : mempunyai daya potong bagus. (e) Amplas dengan jenis batu silicon carbide 1) Kekerasan : 9,5 – 9,7 H 2) Warna : Biru dan hitam > kode CC.C 3) Komponen : Sic 4) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, cat metal 5) Sifat partikel : keras dan daya potong bagus Partikel dengan kode AA dan CC adalah jenis amplas yang tahan terhadap air, yakni dapat digunakan untuk ”wet sanding” atau pengamplasan cara basah. 2.1.2. Penggunaan amplas sesuai dengan partikelnya Ukuran besar kecilnya partikel ditentukan oleh saringannya (mess). Sehingga amplas no. 100, berarti amplas dengan besar partikelnya adalah sederet lubang ayakan dengan panjang 1 inch berisi 100 lubang. Menurut ukuran partikelnya, amplas dibagi penggunaanya sbb.: (a) (b) (c) (d)
80 – 180 : Pengamplasan persiapan permukaan 180 – 240 : Pengamplasan cat dasar atau undercoat. 240 – 320 : Pengamplasan antar media atau sanding. 400 – 600 : Pengamplasan top coat atau akhir.
Pengamplasan secara prinsip dengan kertas amplas yang tajam dan tekanan secukupnya, agar supaya urat/serat kayu tidak menjadi tertekan atau tanpa terjadi bekas. Kertas amplas harus bebas dari butiran besi karena kertas amplas yang mengandung bahan dari besi menyebabkan noda gelap pada kayu.
316
2.1.3. Membersihkan dengan Bahan Pelarut Ada jenis kayu yang mengandung getah (damar) yang menyebabkan bahan pewarna kayu menjadi jelek dan tidak sama warnanya. Untuk itu getah tersebut harus dibersihkan dulu dengan larutan spesial bahan pembersih seperti sabun kayu yang mengandung alkali dan bebas alkali selain dari Soda dan Potas. Juga dengan bahan pelarut seperti Bensin, Minyak Terpentin, Alkohol, dan Azeton yang bermanfaat untuk melarutkan getah kayu. Permukaan papan yang mengandung getah harus dibersihkan dengan bahan pelarut menggunakan sikat fiber sampai ke akarnya.
arah mengamplas
memotong serat kayu
Sepon dapat digunakan untuk membasuhkan bahan pelarut ke permukaan kayu yang ada getahnya. Setelah kayu bersih dari getah, maka bilaslah dengan air bersih hingga tidak meninggalkan noda. Membasuh dengan Air
pori-pori kayu menjadi terbuka
Ketika kayu akan difinishing dengan bahan finishing yang berpelarut air, maka permukaan kayu dibasuh lebih dulu dengan air Air menekan masuk ke dalam poripori kayu sehingga menjadikan serat kayu berdiri.
pinggir pori-pori kayu menjadi muncul
Setelah air mengering, selanjutnya diamplas dengan tekanan ringan mengarah berlawanan serat kayu. Maka serat kayu terputus dan terlihatlah lubang permukaan poripori kayu. Lubang pori-pori kayu yang terbuka akhirnya pada pinggirnya menjadi muncul. Selanjutnya diamplas lagi hingga rata dan halus.
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 2.1. Pori-pori Kayu yang akan difinishing
317
2.1.4. Menghilangkan Noda Kualitas hasil finishing kayu yang baik diantaranya adalah tidak boleh ada noda yang menghalangi bahan finishing ke permukaan kayu. Maka dari itu noda harus dihilangkan dengan beberapa bahan yang cocok terhadap noda yang menempel di kayu hingga permukaan kayu menjadi bersih. Tabel 10. Jenis Noda dan Cara Menghilangkannya Jenis Noda
Kemungkinan menghilangkannya
Minyak dan Lemak
Noda Minyak dan Lemak dihilangkan dengan suatu bubur oksida dari Magnesium (Mg) atau bubuk kapur untuk membersihkan sehingga noda terangkat/hilang.
Parafin
Endapan Parafin dapat dihilangkan dengan tambahan bahan pemisah yaitu Pelarut Nitro, Asam Cuka, dan Aseton.
Kapur, Gips, Semen
Noda Kapur, Gips, dan Semen dapat dihilangkan dengan pengencer Asam Cuka, Asam Garam pembersih pembebas besi. Penanganan Papan harus dibersihkan dengan air yang banyak berkali-kali, sehingga tercuci dengan baik tanpa sisa larutan cuka yang ada di dalam kayu.
Noda Oksidasi
Noda Oksidasi terjadi ketika Logam dengan Asam Samak Kayu datang bersentuhan. Untuk melunturkan nodanya dapat digunakan bahan Air Peroksida atau Asam Zitron. Penting, segeralah dicuci dengan air, supaya noda hilang.
Noda Air
Noda air dapat dihilangkan melalui pencucian papan dengan air hangat, air asam. Air dapat berakibat memperkuat bahan pengencer pertanian dari kayu campuran Amoniak dan Asam Garam saling memberi dengan Asam Samak Kayu bersentuhan dengan Cuka atau Asam Zitron dari kayu.
2.2.
Memperlakukan Perekat / Lem Tetap Berfungsi Perekat yang digunakan menempelkan finir ke permukaan poripori kayu sehingga lembaran finir menempel dengan baik, biasanya orang melakukan tekanan secara merata ke permukaan yang telah diberi perekat hingga bisa menempel dengan baik. Supaya perekat berfungsi dengan baik saat merangkai konstruksi maka beri lapisan kertas pada konstruksi yang dilem yang bagian tersebut ditekan/dijepit dengan klem/penjepit.
318
Sisa dan bekas lem yang menempel ke permukaan kayu segera dibersihkan supaya tidak mengakibatkan jelek di permukaan kayu pada proses finishing nantinya. 2.3.
Mendempul, Mengisi Pori-pori, dan penyelesaiannya Dengan dempul bisa mengurangi dalamnya pori-pori kayu karena terisi olehnya, sehingga permukaan kayu menjadi rata dan halus. Dempul pada sistem finishing melamine biasa disebut wood filler yang fungsinya mengisi pori-pori kayu, bukan untuk melapisi permukaan kayu. Pelarut untuk wood filler ada dua macam yaitu air dan thinner. Wood filler yang berpelarut air lebih lunak dan lebih lambat mengering dibandingkan dengan wood filler yang berpelarut thinner. Proses aplikasi wood filler ke pori-pori kayu bisa dengan skrap atau kapi untuk bidang permukaan lebar dan rata, bisa juga menggunakan kuas atau kaos dengan sedikit tekanan ke permukaan kayu yang berprofil, sempit, dan tidak rata. Apabila wood filler yang diaplikasikan sudah mengering, selanjutnya diamplas dengan kertas amplas nomor antara 80 – 180. Indikator bahwa wood filler sudah mengering, yaitu bila diamplas maka permukaan kayu menghasilkan debu yang lembut dan tidak menempel di kertas amplas. Lakukan pengamplasan sampai habis, yang tertinggal adalah wood filler di dalam pori-pori kayu, yang ada di permukaan kayu harus habis.
a. b. c. d.
Dilihat dari jenisnya bahan pengisi pori-pori dan lubang luka kayu atau disebut wood filler dapat dibagi dalam beberapa jenis, yakni : Wood filler berpelarut air. Wood filler berbahan pembawa minyak. Wood filler dengan resin lacquer. Wood filler dengan resin synthetic. Dilihat dari komposisi pembuatannya, wood filler atau juga disebut dempul, terdiri dari 75% adalah pigment dan 25% adalah pembawa, yang terdiri dari minyak atau getah dan pelarutnya. Dari minyak atau air, pigment yang dipakai 95% nya adalah pigment pembangun.
319
3.
Mengerjakan Finishing dengan Teknik Oles (Politur) Politur merupakan salah satu jenis finishing yang sangat dikenal pada pembuatan perabot, perlengkapan rumah tangga dan komponen bangunan seperti kosen jendela, daun pintu, railing tangga, dan langit – langit ruang yang terbuat dari kayu. Penggunaan politur dimulai pada tahun 1630 di India, yaitu sejak ditemukannya bahan selak (shellac) dari sejenis insek, yaitu kutu lak yang bernama Laccifer Kerr. Dengan ditemukannya selak, kebanyakan orang menyebutnya sirlak, dimungkinkan pembuatan bahan pelapis permukaan kayu yang menarik, baik warna maupun keindahannya. Pengerjaan politur dengan cara konvensional tidak terlalu sukar, dapat dengan mudah dipraktikkan oleh pekerja yang berpendidikan rendah, bahkan oleh orang yang tak berpendidikan.
3.1.
Manfaat Politur Politur bukan sekadar melapisi dan mengkilapkan permukaan kayu, melainkan juga memperindah dan mempertajam pola serat kayu, serta yang paling penting menjaga kestabilan kayu dari pengaruh cuaca di luar lingkungannya. Pemolituran yang tepat juga mengurangi reaksi kayu terhadap suhu dan kelembaban sekitarnya. Zat cair atau uap air dalam udara bebas tidak dapat masuk ke dalam pori-pori kayu karena politur yang dilapiskan merupakan film atau lapisan yang membungkus dan mengisolasi pori-pori pada bidang permukaan luar. Penutupan pori-pori oleh politur, mempersulit jalan uap air keluar atau penguapan air dari dalam kayu. Kayu yang telah dipolitur seluruh permukaannya akan menjadi stabil baik bentuk ataupun ukurannya. Guna menunjang keindahan kayu atau perabot serta kerajinan, dapat juga dilakukan pemolituran berwarna. Warna-warna yang dipakai akan menimbulkan kesan harmonis dengan barangbarang interior di sekitarnya. Kayu yang dipolitur akan memberikan kesan hangat, halus dan anggun. Kesan hangat, timbul karena pola serat masih tampil. Politur membentuk lapisan transparan natural atau transparan berwarna. Ada pula politur yang berwarna kedap hingga menutup gambar pola serat. Namun, pemolituran hanya dilakukan pada bagian kecil dari bidang perabot, sebagai aksen pemanis bentuk, menunjang desain perabot.
320
Dengan memolitur kayu, kayu menjadi lebih awet meskipun politur sendiri bukan bahan pengawet. Politur menghambat kerusakan kayu, kayu terlindung dari cahaya dan panas yang langsung maupun tak langsung. Kayu tetap terlindung dari sinar ultraviolet matahari. Mungkin lapisan politur benda akan kusam dan menua, sehingga dengan perbaikan lapisan politurnya saja, keindahan bisa dikembalikan. Kayu yang dipolitur juga tidak diserang cendawan atau jamur serta bebas dari pelapukan karena kayu itu tetap stabil dan kering akibat perlindungan yang telahdi berikan lapisan selak. 3.2.
Bahan Politur Politur dibuat dari selak dengan pelarut spiritus, menggunakan warna pigmen atau dyestuff yang larut alkohol, atau pewarna larut air. Campuran ini kemudian dioleskan dengan kuas atau dioleskan dengan kain bal (kaos perca) pada permukaan perabot dan kerajinan.
3.2.1. Selak Shellac dibuat dari lak, sejenis damar atau getah hasil sekresi kutu lak yang hidupnya parasitis pada tumbuhan tertentu. Hasil sekresi tersebut dikeluarkan di sekeliling badan kutu sebagai proteksi terhadap musuh dari luar dan keadaan alam sekitarnya. Lak berasal dari kata laksa (bahasa Sansekerta) artinya 100.000 yaitu ungkapan karena begitu banyaknya jumlah larva yang menetas dan berkembang biak. Kutu lak atau Laccifer Kerr yang dikembangkan di Yogyakarta seluas 1.300 ha dan di Probolinggo seluas 3.750 ha berasal dari India dan dapat dibudi-dayakan pada pohon kesambi (Schleisbera oleosa Merr) dan akasia (Acacia villosa Willd). Jenis lain yang dapat dipakai sebagai pohon inang adalah ploso (Butea Monosperma), widara (Zizyphus jujuba Lam). Ternyata pohon kesambi yang terbaik sebab terhadap musim kering, mempunyai daya tunas yang baik dan dapat tumbuh bagus di tanah yang rendahkesuburannya.
321
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997.
Gb. 10.2: Dari Stoklak menjadi Selak Putih Batangan Berdasarkan sistematika biologi, kutu lak termasuk kelas insecta, ordo Rhynchota, family Coccidea, genus Laccifer. Selain spesies Laccifer Kerr, dikenal juga spesies lain yaitu Laccifer Javanus Chamb yang hidup di pohon durian (Durio Spp) dan Tachardia aurantiaca Cockl yang hidup di pohon kesambi dan sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb). Pembiakan kutu lak berlaku generatif dan secara partenogenesis. Cara generatif yaitu cara pembiakan dengan pembuahan oleh kutu jantan, sedang cara partenogenesis adalah produksi telur
322
dari larva oleh kutu lak betina tanpa pembuahan oleh kutu jantan. Partenogenesis terjadi pada musim hujan atau kalau kutu jantan mati atau punah semuanya. Cara partenogenesis akan menghasilkan larva dengan dua jenis kelamin, jantan dan betina serta dua-duanya menghasilkan bahan selak. Partenogenesis merupakan anugerah alam sehingga kutu lak terhindar dari kemusnahan total. Kutu lak menetap pada cabang yang masih muda. Kemudian, ditusukkannya proboscinya (seperti jarum) ke dalam jaringan phloem dan xylin (Xylem) yang terdapat dalam jaringan batang tanaman dan dihisapnya cairan makanan. Pada umumnya koloni lak menetap di sisi bawah cabang. Jumlah larva lak biasanya 150 – 200 ekor tiap jarak 2,5 cm dan setelah berumur 5 bulan stoklak (koloni lak) sudah dapat dipungut, dan dikerok menjadi seedlak atau butiran lak. Dari seedlak ini kemudian dilakukan metode pelelehan yang lazim dilakukan di India. Cara yang kedua adalah melarutkan seedlak dalam alkohol dan cara yang terakhir melarutkan seedlak dalam alkali atau bahan basa, menyaring larutan tadi, kemudian memisahkan larutan lak dari zat pelarutnya dengan metode presipitasi. Dengan hasil lebih dari 16 ton per tahun, maka sejak tahun 1956 didirikan pabrik selak Probolinggo hingga kini. Dari seedlak dihasilkan selak yang berwarna kuning berbentuk serpihan dan dijual di toko sebagai resin politur. Hasil politurnya bernuansa kuning hingga kayu berkesan tua, tidak diperlukan zat perwana. Selain itu, dijual pula selak putih dalam bentuk batangan. Selak putih didapatkan dengan cara memproses bahan selak kuning menjadi selak putih, sehingga hasil pemolituran menjadi tetap alami (natural). Bahan ini sangat baik bagi kayu yang berwarna muda seperti ramin, mahoni, mindi, pinus dan kayu lain yang diinginkan tetap cerah seperti warna kayu aslinya. Pemucatan bahan selak kuning melalui proses pencucian, pelelehan dan titrasi asam. Dapat disebutkan antara lain bahanbahannya adalah soda (Na2Co3 ), kaporit (Ca2ClO2), asam sulfat(H2SO4). .Selak putih dijual di toko dalam bentuk batangan, rata-rata beratnya 3 ons, dapat dilarutkan dalam 3 liter spiritus. Batangan itu harus dibungkus atau disimpan dalam tempat yang tertutup, sehingga tidak mudah teroksidasi udara. Oksidasi ini akan meneyebabkan warna selak putih tadi menjadi kemerahmerahan atau putih agak kotor bahkan kuning sekali, serta dapat pula mati sehingga sulit dilarutkan dalam alkohol atau spiritus.
323
3.2.2. Spiritus Spiritus merupakan pelarut selak, umumnya berwarna biru. Warna biru menandakan bahwa spiritus adalah golongan ethyl alcohol (ethanol) sejenis alkohol yang tidak bisa di makan (edible). Ada juga orang memolitur dengan pelarut alkohol putih tanpa dibirukan. Hal itu sebenarnya sangat baik karena tak berpengaruh pada selak putih, hingga warna kayu yang terang tidak menjadi kebiru-biruan. Dalam perdagangan, spiritus dijual dalam drum berisi 200 liter. Namun, di toko, alkohol diencerkan pula dalam kemasan 1 liter dan juga 0,5 liter. Agar mendapatkan larutan politur yang baik maka selak dan spiritus harus baik. Spiritus dikatakan baik apabila kandungan airnya hanya 5%, selebihnya adalah ethanol atau alkohol (95%). Kadar alkohol yang rendah menyebabkan spiritus tersebut mempunyai daya kelarutan rendah, kecepatan menguapnya berkurang, hingga lapisan film selak tidak dapat mengkilap sempurna. Hal itu akan lebih terlihat pada pemolituran di musin penghujan, atau di daerah yang berkelembaban tinggi. Disamping kurang mengkilap, lapisan politur juga akan memutih, yang sangat sulit diperbaiki. Hasil pemoliturannya tidak cemerlang dan seratserat kayu kusam mati. Pemilihan spiritus yang baik, dilakukan dengan cara organoleptik yaitu penggunaan organ atau alat pengindera. Cara yang lain ialah dengan cara instrumentik yaitu pengamatan dengan peralatan ukur (cara tera). (a) Cara organoleptik Kita ambil dua tabung kecil, masingmasing berisi spiritus dengan merk yang berbeda atau pada yang satu ditambahkan air tidak lebih dari 10%. Kemudian, kita masukkan kedua jari kita ke setiap tabung tadi secara bersamaan. Usapkan secara bersamaan pada lengan kiri, maka akan terlihat yang baik yaitu yang cepat menguap.
Gb. 10.3: Cara Organoleptik 324
(b) Cara Instrumentik Yakni dengan menggunakan instrumen pengukur alkohol meter, yang banyak dijual di toko kimia atau toko alat kedokteran. Alkohol meter akan menunjukan prosentase kadar alkohol spiritus yang diukur. Bila ingin lebih tepat mengetahui kualitas spiritus atau ethanol, dapat pula memakai instrumen berat jenis dan dicocokkan dengan tabel kelompok alkohol. Akan ditemukan berat jenis atau specific gravity-nya adalah 0,791 kg/I. Berat jenis yang lebih tinggi tidak baik karena penguapannya lambat, hingga hasil politurannya kurang mengkilap. Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.4: Cara Instrumentik
Tabel 11. Kelompok Alkohol Titik Didih
Titik Nyala
ALKOHOL
ºC
ºC
Methanol (anhydrous) * Ethanol (anhydrous) Isopropanol (anhydrous) sec-Butanol Isobutanol n-Butanol sec-Amyl alcohol Amyl alcohol (mixed isomers) Methyl amyl alcohol Hexyl (2-ethylbutyl) alcohol Octyl (2-ethylhexyl) alcohol Cyclohexanol Benzyl alcohol
64 77 82 96 107 116 117 121 131 144 182 150 199
18 21 19 31 38 44 43 44 45 57 85 69 140
Berat Jenis Pada 20º 0,793 0,791 0,786 0,808 0,803 0,811 0,810 0,814 0,807 0,833 0,834 0,951 1,047
325
3.2.3. Pewarna Politur Warna yang dipakai dalam pekerjaan politur ada dua macam, yang pertama larut dalam air dan lainnya larut dalam pelarut nonair misalnya alkohol, thinner, afdunner, dan minyak. Pewarna larut air yang dipakai dalam politur, misalnya naphtol, teres (pewarna makanan), dan tepung pigmen misalnya jelaga (carbon lamp) untuk warna hitam, oker untuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warna merah maroon, dan banyak lainnya. Pewarna yang larut minyak atau solvent, misalnya tepung cat dan dengan berbagai warnanya. Demikian pula migrosin yang berwarna merah, malachite yang berwarna hijau, serta bahan dyestuff berbahan aniline yang dijual dalam bentuk cairan. Bahan pewarna pigmen pada umumnya menutup serat sehingga hasil pewarnaan politur kedap warna, dan pola serat kayu tidak kelihatan lagi. Adapun pewarna aniline atau pewarna tanpa endapan memungkinkan hasil politurannya menampilkan serat kayu asli walau berwarna sehingga akan kelihatan lebih indah. 3.3.
Alat Perlengkapan Politur
Alat – alat yang lazim dipakai untuk melapisi dan mengoleskan politur, yaitu kaos perca dan kuas lebar serta kaleng kosong untuk mencampur selak dengan spiritus pelarutnya.
Gb. 10.5: Alat Perlengkapan Politur
Kita pilih kuas yang berbulu halus dan lembut, supaya kuas itu tidak meninggalkan garis bekas kuas. Kuas yang baik ujung bulunya bercabang dua atau tiga.
Gb. 10.6: Memilih Kuas
326
Penggunaan kaos perca harus dari bahan katun atau benang kapas. Hal itu sangat penting karena bahan politur dapat terserap dengan awet dan baik, kaos tidak terlalu sering dicelupkan ke dalam politur. Lain halnya apabila kaos yang dipakai adalah dari bahan halus, misalnya serat polyester, nilon, atau serat-serat sintetik lainnya. Penyerapan politur tidak baik, Gb. 10.7: Memilih Kaos Perca daya serapnya tidak awet, serta licin dipegang. Kaos pengoles berkali-kali lepas dari pegangan kita. Karena itu, terjadi bercak tak halus pada permukaan politur, bekas lipatan kaos basah yang lepas dari tangan. Hal yang perlu diperhatikan lagi dalam menyiapkan kaos perca untuk memolitur yaitu memilih kaos yang polos dan berwarna putih atau terang. Hal itu perlu diperhatikan mengingat adanya pewarna tekstil yang mudah luntur serta menimbulkan warna yang tidak dikehendaki pada permukaan perabot kita. 3.4.
Langkah Kerja Teknik Politur
Memolitur benda kerja kayu, misalnya perabot dan benda kerajinan kayu, sedikit berbeda dari cara memolitur benda kerja yang terbuat dari bambu maupun rotan, yaitu pada pengisian pori-pori kayu dengan filler. Benda kerja yang terbuat dari bambu dan rotan tidak memerlukan pengisian pori. Tahapan proses pemolituran, pewarnaan, dan pengkilapan kedua golongan itu sama. Memolitur mebel dan benda kerajainan kayu dibagi atas beberapa jenis hasilnya. Hasil yang pertama adalah politur natural; kedua, politur warna transparan ; dan yang terakhir, politur dengan warna yang kedap atau warna yang menutup pola serat. 3.4.1. Politur Natural (alami) Politur natural dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Pertama-tama, membersihkan bidang permukaan kayu yang akan dipolitur dengan kertas amplas untuk memotong serat yang berdiri dan kasar. Disamping itu juga untuk membersihkan noda lem, minyak, garis pensil, yang mengganggu keindahan permukaan. Pengamplasan itu dilakukan dengan amplas nomor 80 – 180, dan harus searah serat kayu.
327
PENGISIAN PORI KAYU Gunakan wood filler jenis water base Amplas dengan no. 80 - 180
15 menit setelah kering, amplas habis
PELAPISAN PENDASARAN 1 Pelapisan dengan politur, gunakan kuas/kaus Amplas dengan no. 80 - 200
20 menit amplas dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN BIDANG BENDA KERJA Pelapisan dengan politur sangat cair, kaoskan agak lembab sampai kilap sekali. Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.8: Sistem Politur Natural Catatan: Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pendasaran yang ke-1, sehingga pembuatan dempul sesuai dengan warna. Pelapisan akhir dapat diulang bekali-kali, namun setiap tahapnya harus diamplas dengan amplas nomor 400. Tahap berikutnya, yaitu pengisian pori-pori kayu bagi jenis kayu bertekstur kasar, misalnya jati, sungkai, kamfer, mahoni, mindi dan lainnya. Sedangkan kayu yang teksturnya halus seperti pinus, agathis, pulai, jelutung, tidak memerlukan tahapan ini. Bahan pengisian pori kayu (woodfiller) yang dipakai adalah bubur filler, berpelarut air maupun yang berpelarut solvent atau minyak. Bubur filler tersebut juga dapat dibuat sendiri. Kita membuat adonan kapur dempul putih atau talk halus, ditambah secukupnya dengan tepung pigmen yang disesuaikan dengan warna kayunya, misalnya kayu jati dengan tepung oker. Perlu ditambahnya lem perekat sebagai resin atau pengikutnya. Pada pembuatan filler berpelarut air dapat dipakai lem PVAc atau lem putih sebanyak 5 % dari berat kedua tepung tadi. Kemudian, aduk serta encerkan dengan air hingga adonan kental seperti bubur, dan siap diusapkan ke kayu. Pengisian bubur filler ke dalam pori kayu dapat dilakukan dengan kape atau sekerap tembok, dengan digosok kain bekas, hingga pori kenyang. Filler kita biarkan kering dalam beberapa menit. Pengisian pori-pori pada benda kerja ukiran dapat dilakukan
328
dengan kuas. Namun, bubur filler harus lebih encer hingga dapat masuk ke celah-celah ukiran. Setelah dikuaskan, biarkan bubur setengah kering, lalu sikat dengan sikat ijuk kuat-kuat hingga kering. Pada pengisian pori benda ukiran, sebaiknya digunakan jenis bubur filler solvent base atau yang larut thinner. Langkah selanjutnya adalah pengamplasan filler kering yang masih terdapat di permukaan kayu dengan amplas nomor 150-180, sehingga permukaan kayu bersih serta rata. Yang tersisa adalah filler kering yang ada dalam pori saja. Pengisisan pori ini sangat penting karena akan mempercepat dan mempersingkat pekerjaan politur. Disamping itu, terjadi penghematan bahan politur karena mengurangi pekerjaan penyerapan bahan politur oleh pori-pori kayu pada jenis kayu bertekstur kasar. Diantara kesalahan yang terjadi ialah penggunaan tepung oker yang tidak sesuai dengan warna kayu sehingga permukaan akan kelihatan buruk. Karena itu, pemilihan warna tepung harus dilakukan dengan seksama. Pelapisan pendasaran pertama, proses ini merupakan tahapan ketiga dari pekerjaan memolitur. Pada tahap ini lapisan dasar diberikan untuk mengeraskan serat, serta mengikat filler supaya tidak terangkat lepas dari pori-pori. Pendasaran dilakukan dengan dikuaskan, selapis demi selapis tipis – rata serta tanpa meninggalkan bekas kuas. Pendasaran dilakukan dengan politur, yang terbuat dari selak dilarutkan ke dalam spiritus dengan perbandingan 1 ons selak dengan 1 liter spiritus. Pemakaian selak putih atau kuning tergantung pada selera. Hanya saja, bila kita menggunakan selak putih, perlu memilih spiritus yang tidak terlalu biru sehingga warna asli dan alami serat kayu tidak berubah menjadi kebiru-biruan. Selak emping langsung dapat dilarutkan karena bentuknya yang seperti emping. Selak putih perlu kita hancurkan dulu dengan ditumbuk atau diserut dengan ketam kasar sehingga menjadi serpihan halus dan dan mudah larut. Setelah 15 menit, permukaan bidang hasil pendasaran akan menjadi kering. Akan terlihat di beberapa tempat tertinggal bekas-bekas penguasaan yang tak rata dan serat-serat kayu halus yang muncul di permukaan. Serat-serat itu muncul karena pembahasan oleh spiritus, sering tidak tampak, namun apabila diraba dengan tangan akan terasa kasar. Munculan serat dan bekas kuas harus diamplas rata sampai permukaannya terasa halus. Untuk pengamplasan dipakai kertas amplas nomor 180 – 240. Baik dan tidaknya hasil pemolituran sangat ditentukan oleh pengamplasan pada tahap pendasaran ini. Selesai tahap pendasaran, pada umumnya dilakukan perbaikan permukaan. Kayu yang berlubang karena mata kayu busuk atau bekas pukulan dan pecah-pecah sambungan ditutup dengan dempul yang telah disesuaikan warnanya. Pembuatan dempul sangat sederhana, yaitu dengan cara merebus sebungkah parafin atau lilin putih di dalam kaleng yang dipanaskan hingga lilin cair. Bubuhkan talk serta oker atau
329
tepung pigmen yang sesuai dengan warna kayu dan aduk hingga campuran homogen betul, kemudian dinginkan. Setelah itu, dempulkan hasil itu pada cacat lubang bidang politur dengan kape atau sekerap hingga padat menutup lubang yang rusak. Melalui tahap pengaosan politur berulang-ulang, maka kerataan permukaan dempul serta kekilapannya akan sama dengan bidang politur di sekitarnya. Pengolesan lapisan politur pada permukaan dengan kaos perca merupakan proses tahap berikutnya. Keuntungan penggunaan kaos pada tahap ini, yaitu bekas garis-garis usapan politur seperti pada pemakaian kuas, tidak tampak. Sudut tumpul kaos perca yang digulung padat, tidak memutus pelapisan dari bidang polituran, hingga bekasnya halus. Kaos perca untuk pengaosan ini dilipat sepadat mungkin; kemudian oleskan secara berputar beberapa kali hingga terdapat pelapisan yang menutup. Untuk meratakan beberapa garis bekas putaran, usap dan oleskan politur berulang-ulang searah serat kayu dengan sedikit lebih ditekan. Yang perlu diperhatikan dalam pengaosan dengan kain kaos perca ini yaitu pemerasan kaos harus apuh, tidak boleh terlalu basah, lembab-lembab saja. Lipatan kaos, setelah dicelupkan ke kaleng tempat politur, diperas kuat-kuat sampai tidak menetes. Pengaosan dengan kaos sangat basah bisa melunakkan kembali lapisan sebelumnya. Lapisan itu akan terkelupas mentah (botak), kelihatan kayunya. Cacat ini sangat sulit diperbaiki. Areal yang terkelupas hanya kecil, maka perbaikannya harus dilakukan secara khusus pada tempat yang terkelupas itu. Baru setelah hasil perbaikan itu sama dengan bidang sekitarnya, pemolituran boleh diperlakukan menyeluruh sampai rata. Pada tahap yang kelima dilakukan pengamplasan secara basah dengan amplas nomor 180 – 240, yang tahan terhadap air. Pengamplasan dilakukan apabila penampilan bidang politur sudah menutup 50%. Permukaan yang sudah mengkilap cukup tebal, namun pori-pori masih belum tertutup semua. Bagi pemula, langkah kelima ini sangat sulit diterima karena lapisan yang sudah mengkilap harus dikurangi dan diratakan dengan amplas. Pengamplasannya basah dengan air ini sangat penting karena akan meratakan bekas usapan putar pada tahap keempat. Demikian pula dikurangi lapisan politur yang terlalu tebal di beberapa tempat, karena pada bidang yang sama masih ada pori-pori yang belum tertutup. Dengan pengamplasan basah, jarak politur yang sudah tebal dengan bidang politur yang masih berpori dapat dikurangi, hingga proses pemolituran tahap lanjutnya menjadi rata tipis namun porinya tertutup. Keuntungan pengamplasan basah dengan amplas duko yang tahan air adalah lapisan politur mudah diamplas dan tidak menempel pada butir-butir amplas. Amplas lebih tahan lama dibandingkan dengan pengamplasan kering. Sesudah pengamplasan basah permukaan menjadi kering sehingga akan tertinggal tepung putih,
330
serbuk amplasan politur, yang menempel di permukaan bidang kerja. Serbuk ini harus segera dibersihkan. Selanjutnya bisa ke tahap terakhir. Tahap pemolituran yang terakhir ini adalah pelapisan dengan memakai kaos seperti tahap-tahap sebelumnya, namun dengan campuran politur lebih encer. Pelapisannya harus dilakukan secara apuh serta searah serat, tidak boleh memutar karena akan meninggalkan kesan kurang halus. Campuran politur akhir ini harus encer. Campuran yang dipakai untuk pelapisan pendasaran boleh diencerkan dua setengah kalinya, atau dengan menambahkan spiritus baru sebanyak 150%. Bila kita harus membuat politur baru, dapat dengan perbandingan selak spiritusnya 1 ons dengan 2,5 liter spiritus. Beberapa tukang tradisional sering menutup lapisan akhir politur ini dengan campuran lama, yang diendapkan satu malam, sehingga endapan terpisah dengan spiritus jernihnya. Kemudian, yang jernih ditiriskan dan diambil sebagai larutan pelapis akhir. Hasilnya sangat memuaskan. Pengaosan pada tahap akhir ini dilakukan dengan tekanan, hingga hasilnya padat. Semakin padat lapisan politur dioleskan, reaksi serat-serat kayu semakin berkurang. Daya hidup serat-serat kayu pada permukaan terhambat oleh lapisan politur yang semakin padat melapisi permukaan itu. Serat-serat kayu tidak mungkin berdiri lagi. dalam pengaosan akhir, selain keapuhan kaos, perlu juga diperhatikan lagi bahwa kaos tidak terlipat terbalik. Kaos kasar harus di bagian dalam. Kalau lipatan kaos terbalik, bulu-bulu kaos akan terlepas dan menempel di permukaan bidang politur serta berakibat buruk. Hasilnya kasar, tidak mengkilap. Tebal tipisnya lapisan politur juga mempengaruhi bidang permukaan kayu. Lapisan yang tipis akan lebih hemat, tetapi sering poripori tidak tertutup sama sekali. Pada lapisan politur yang terlalu tebal, pori-pori akan tertutup dengan baik, namun penggunaan politur akan lebih banyak dan boros serta waktunya panjang, lapisan politur yang ideal adalah tidak terlalu tebal dan juga tidak terlalu tipis. Yang penting tidak mengubah identitas kayu, namun kayu menjadi lebih indah. Sisi teknik pun mudah dicapai. Apabila serat-serat kayu tidak berdiri lagi, poripori sudah tertutup rata dan hasilnya mengkilap, dapat dikatakan tahap ini telah selesai dan pekerjaan memolitur pun usai. 3.4.2. Politur Warna Transparan Politur warna transparan adalah jenis politur yang memberikan nuansa warna pada permukaan benda kerja hingga mengubah warna alami menjadi lebih variatif dan berpola serat indah. Pemilihan jenis warna akan mempengaruhi tata warna sekitarnya. Oleh sebab itu, para desainer interior sangat berhati-hati dalam memilih warna politurnya bagi rancangan warna interiornya. Namun demikian, pemilihan warna juga sering dilakukan untuk menonjolkan penampilan benda itu sendiri agar lebih mencolok dari benda-benda sekitarnya, misalnya pigura foto dan lukisan yang bernilai tinggi, alat-alat musik dan perlengkapan rumah
331
tangga yang cukup mahal, sehingga menarik perhatian semua orang. Pada prinsipnya, tahapan dan cara kerjanya hampir sama dengan memolitur natural. Perbedaannya terletak pada penambahan pewarnaan permukaan kayu.
PENGISIAN PORI KAYU Gunakan wood filler jenis water base Amplas dengan no. 80 - 180
15 menit setelah kering, amplas habis
PEWARNAAN PERMUKAAN KAYU Gunakan pewarnaan solvent base, pewarna media politur 5 menit biarkan kering tanpa diamplas PELAPISAN PENDASARAN 1 Pelapisan dengan politur, gunakan kuas/kaus Amplas dengan no. 180 - 240
15 menit amplas dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN BIDANG BENDA KERJA Pelapisan dengan politur sangat cair, kauskan cara lembab Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.9: Sistem Politur Warna Transparan Catatan : Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pendasaran yang ke-1, sehingga pembuatan dempul sesuai dengan warna
332
Bahan yang digunakan dalam tahapan politur warna transparan, adalah sebagai berikut: (a) Pewarna larut air dingin tranparan atau pewarna larut air panas, sebagai contoh somba, wenter (naphtol), pewarna batik. Dapat juga digunakan pewarna larut solvent (thinner dan spiritus) yang berupa tepung, misalnya migrosin atau yang telah dilarutkan dalam bentuk cairan, misalnya unistain atau woodstain (bahan dyestuff dan aniline). Warna-warna ini transparan atau tembus pandang, sehingga bila diaplikasikan serat kayu akan terlihat. (b) Bubur filler, baik yang larut air (water base) ataupun filler larut minyak (solvent base) dengan alat penekannya, yaitu sekerap atau kape dan kaos pengupam. (c) Campuran politur, untuk pendasaran dan pelapisan akhir. Untuk pendasaran : selak dibanding spiritus 1 ons : 1 liter. Untuk lapisan akhir: 1 ons selak dengan 2,5 liter spiritus, dilengkapi dengan pengolesannya, kain kaos perca. Langkah dan tahapannya dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Bidang yang akan dipolitur berupa almari, meja, kursi, amplas dengan baik dan noda lem, minyak dan garis-garis pensil kita bersihkan dengan thinner atau spiritus. Yang paling baik digunakan adalah kertas amplas no. 80 – 180. (b) Basahi permukaan benda kerja dengan air (lebih baik air panas suam-suam kuku) sehingga serat kayu berdiri dan muncul di permukaan bidang politur. Kemudian, biarkan benda kerja kering. Setelah benda kering kurang lebih 1 jam, potong serat-serat kecil yang berdiri itu dengan menggunakan kertas amplas nomor 180. Pengamplasan tidak boleh melintang serat agar tidak meninggalkan bekas amplas (sand scratch). Berkas itu akan menjadi jelas apabila terkena usapan warna sehingga mengganggu keindahan dan menurunkan kualitas polituran. (c) Tahap ketiga adalah pengisian pori dengan bubur filler larut air. Bahan pengisi diusapkan dengan kain butut, atau kain perca dengan ditekan kuat sampai kering dan pori-pori terisi padat. Dapat pula digunakan bubur filler yang larut thinner dengan ditekankan kape atau spatula. Setelah kering, filler diamplas habis memakai amplas nomor 240. (d) Untuk pengusapan warna larut air, seyogyanya tepung warna ini dilarutkan dulu dengan air yang mendidih. Setelah dingin, baru diusapkan ke permukaan benda kerja. Apabila kita memilih pewarna larut spiritus, pewarna langsung dapat diusapkan dengan kuas atau kaus perca yang ditekan merata serta memutar. Untuk mendapatkan warna yang rata, kita buka lipatan kaos dan lembarkan pada permukaan bidang warna permukaan sama dan tercapai warna yang diinginkan.
333
(e) Selanjutnya kita lakukan pendasaran dengan kuas dan politur untuk mengunci warna tadi hingga tidak luntur pada pelapisan berikutnya. (f) Seperti pemolituran natural, maka bidang yang telah didasari diratakan dengan amplas basah no. 240 – 400. kemudian, setelah kering, bersihkan tepung putih yang menutup permukaan bidang, selanjutnya poleskan politur secara berputar hingga pori yang masih terbuka, menjadi tertutup. Adapun pelapisan akhirnya harus dipoleskan dan ditekan secara kuat searah serat dengan kaos yang apuh tidak terlalu basah, sampai hasilnya menutup pori, halus dan mengkilap. Cara membuat larutan politur dengan selak kuning atau selak putih. membuat politur selak putih
campuran politur untuk pelapisan dasar
1 liter spiritus + 1 ons selak
membuat politur selak kuning
campuran politur untuk pelapisan akhir
2,5 liter spiritus + 1 ons selak
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.10: Cara Membuat Larutan Politur 334
3.4.3. Politur Kedap Warna Politur kedap warna atau politur dengan warna menutup (solid colour atau opaque) sering digunakan untuk memolitur aksen-aksen perabot. Kadangkala bahan ini digunakan untuk memolitur papan kaki almari, supaya tidak cepat kotor dan serat kayu yang tertutup lebih awet terhadap air maupun cahaya. Warna yang umum dipakai adalah warna pigmen atau warna tepungtepungan yang akan padat menutup gambar pola serat, serta umumnya berwarna tua, misalnya hitam, coklat. PENGISIAN PORI KAYU Gunakan wood filler jenis water base Amplas dengan no. 80 - 180
15 menit setelah kering, amplas habis
PEWARNAAN PERMUKAAN KAYU Gunakan pewarnaan solvent base, pewarna media politur 5 menit biarkan kering tanpa diamplas PELAPISAN PENDASARAN 1 Pelapisan dengan politur, gunakan kuas/kaos Amplas dengan no. 180 - 240
15 menit amplas dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN BIDANG BENDA KERJA Pelapisan dengan politur sangat cair, kauskan cara lembab Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.11: Sistem Politur Kedap Warna Catatan : Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pengisian pori, sehingga pendempulannya dapat tertutup dengan warna kedap.
335
Tahapan prosesnya diuraikan sebagai berikut. (a) Setelah benda kerja dipersiapkan permukaannya, yaitu sudah diamplas halus, kemudian diisi filler dan setelah diamplas halus kembali, barulah dilakukan proses pewarnaan menutup serat.
(b) Warna pigmen, umunya hitam, coklat, maroon, atau lainnya, dicampurkan dengan larutan politur dasar seperti membuat larutan kopi. Oleskan selapis merata keseluruh permukaan, tunggu hingga kering sempurna, yaitu kurang lebih ¼ jam. Kemudian, ulangi lagi pengolesan beberapa lapis sampai tebal dan menutup serat kayu.
(c) Setelah kering, kaoskan politur dasar hingga menutup semua permukaan warna. Hal itu bertujuan agar warna tidak terkikis sewaktu perataan dengan amplas.
(d) Setelah cukup kering, amplas permukaan dengan kertas amplas nomor 240 – 400 hingga permukaan benda rata dengan cara pengamplasan basah.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997.
Gb. 10.12: Proses Politur Kedap Warna
(e) Kemudian, seperti tahap politur lainnya, kauskan dengan apuh dan tekan searah serat kayu hingga lapisan politur menutup rata halus dan mengkilat.
336
3.5.
Masalah pada Politur dan Perbaikannya
3.5.1. Noda air panas pada politur Piring dan gelas yang dipakai untuk air panas, sup panas, dan tetesan air yang panas, sering meninggalkan noda putih. Bercak ini tidak begitu saja hilang dengan bahan penggosok yang terbuat dari abu rokok dicampur dengan minyak orbolin (minyak kelapa). Pengaruh benda atau zat panas yang melelehkan permukaan bidang politur (penyok) tak dapat diatasi hanya dengan diusap dengan penggosok abu minyak kelapa. Perlu dilakukan perataan permukaan secara basah dengan menggunakan kertas amplas nomor 100. Apabila sudah rata betul, permukaan dapat dikilapkan kembali dengan menggosoknya dengan obat penggosok abu minyak atau penggosok seperti KIT, Braso atau Sanpoly yang berbahan pelicin silikon. Namun, apabila pada perataan dengan amplas permukaan botak, terlihat kayu aslinya maka diadakan pengaosan kembali di tempat botak tersebut. Jika permukaan telah mempunyai lapisan politur yang cukup tebal, lakukan pengamplasan ringan kemudian kaoskan politur yang diencerkan dua setelah kali, sehingga rata keseluruhan. Pengenceran politur ini akan memperingan pengausan. Hasilnya juga mengkilap. 3.5.2. Cacat pukul pada permukaan politur Sering kita alami dalam pemakaian perabot sehari-hari, mebel kejatuhan benda keras, terpukul peralatan olah raga, atau benda-benda lain tanpa sengaja. Bahkan, dalam proses pembuatannya sering karena kurangnya perhatian para pekerja, permukaan mebel terbentur perabot lain, atau kena palu hingga terjadi cacat pukul yang menurunkan kualitas permukaan politur. Demikian pula, pada saat pengiriman perabot ke pemesan, sering terjadi benturan dengan perabot lain sewaktu menaikkan dan menurunkan barang sehingga akhirnya permukaan politur rusak ke dalam. Bukan hanya permukaan politur saja, bahkan sering cacat sampai kayunya. Jikalau cacat pukul itu tidak menyobek serat kayu, yakni sekedar eles cekung ke dalam maka pengembalian kerataannya mudah, yaitu dengan siraman air panas pada cekungan itu. Dalam beberapa menit permukaanya akan rata kembali, setelah itu kita perbaiki lapisan politur dengan mengamplas basah dengan amplas halus nomor 400 serta kita oleskan beberapa kali larutan politur hingga rata sempurna. Adapun bagi cacat pukul yang melukai dan memotong serat kayu, tidak ada jalan lain kecuali mendempulnya. Adonan dempul dibuat dibuat dari lilin putih dicampur dengan oker sesuai dengan warna kayu dan direbus hingga leleh rata. Kemudian, dengan sekerap diisikan dan ditekan ke cacat lubang. Setelah rata, oleskan politur hingga mengkilap sempurna. Apabila warna dempul belum sama dengan warna berpelarut politur, usap dan ratakan dengan kuas Cina atau kuas pensil lapis demi lapis
337
hingga merata sempurna. Kemudian oleskan larutan politur titpis-tipis sampai mengkilap rata. Dalam istilah finishing perabot, pekerjaan ini disebut touch up. Biasanya ada bagian tersendiri atau orang khusus yang melayani touch up, yaitu setelah proses pengontrolan kualitas. Ia menangani barang yang tolak uji finishing-nya. Mereka melengkapi diri dengan berbagai peralatan perbaikan secara lengkap walau terbatas. Bagian ini sangat penting karena barang tolak uji, perbaikinya tak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan. 3.5.3. Finishing Ulang bagi politur yang lama dan rusak cahaya Politur yang lama berbeda dengan bidang berpolitur yang rusak terkena sinar matahari langsung (kosen dan pintu bagian luat), atau perabot yang hanya sekedarnya dan tidak langsung diterpa sinar matahari, almari dekat jendela misalnya. Perabot yang berpolitur lama sering kali masih berpenampilan baik namun karena akan diubah warnanya perlu dilakukan pengetesan apakah permukaan masih cukup baik sebagai dasar cat atau politur yang baru. Lain halnya dengan politur rusak cahaya. Warna telah memudar atau barangkali lapisan filmnya telah retak dan berwarna kehitaman karena pembakaran oleh ultra violet sinar matahari. Karena itu, lapisan politurnya harus dikerok dan dibuang, diganti dengan lapisan politur baru yang dikehendaki. Berbeda dengan politur lama, mungkin penampilannya masih baik tetapi ketahanannya sudah tidak seperti yang baru lagi. Untuk mengujinya, kita menggoreskan ujung punggung kuku ibu jari. Apabila bekas goresan rapuh dan putih mengapur, maka lapisan itu telah rentan dan tak cocok untuk landasan politur baru. Sebaiknya permukaan dikerok atau dilarutkan saja. Apabila bekas goresan kuku hanya sedikit kusam dan sedikit putih, berarti lapisan politur ini masih cukup baik, dan bisa dipakai sebagai dasar politur baru. Dalam finishing ulang bagi politur yang sudah tua, sering kali kita mengalami kesulitan membuang lapisan politur tua. Banyak orang menggunakan pecahan kaca untuk mengerok lapisan tersebut. Ada pula yang melunakkan permukaan dengan spiritus dan mengeroknya dengan kuat. Sebagian langsung mengamplasnya dengan kertas amplas yang kasar hingga kelihatan kayunya lagi. Sekarang kita bisa menggunakan bahan-bahan kimia untuk melunakan lapisan politur, hingga mudah dilepaskan dari permukaan kayu. Sering digunakan NaOH atau larutan soda api. Menurut hemat kami, di samping mengubah warna kayu (sebagian kayu menjadi coklat kehitaman), cara itu juga merepotkan aplikasinya. Banyak juga yang memakai HCL atau asam klorida. Asam ini dijual di toko besi atau toko kimia, sangat efektif untuk melunakan lapisan politur tua, tetapi bau asamnya sangat menyengat. Bila menggunakannya, sebaiknya kita memakai masker. Bahan yang paling sesuai ialah pelepas lapisan politur, yang dijual dengan sebutan remover.
338
(a) Remover dapat dioleskan langsung pada permukaan lapisan politur yang akan dibuang. Tutup permukaanya dengan kertas aluminium foil beberapa saat, kurang lebig 5 – 10 menit, sehingga lapisan politurnya akan melunak. Apabila tidak ada aluminium foil, tanpa ditutup pun remover dapat bereaksi melunakan politur, hanya saja bahan cepat menguap. (b) Dengan menggunakan sekerap atau kape, lapisan politur lama dapat dengan mudah kita kero. Sebaiknya dijaga jangan sampai melukai kayu.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997.
(c) Apabila permukaan sudah bersih betul, sehingga kelihatan warna asli kayunya, permukaan kayu kita usap dan kita bersihkan dari efek remover dengan kaus yang dibasahi dengan spiritus hingga netral kembali. Selanjutnya dapat kita lakukan pemolituran kembali.
Gb. 10.13: Finishing Ulang Politur Lama & Rusak
4. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Semprot 4.1.
Jenis Alat Pengukur Kekentalan (Viscositas)
Karena adanya perbedaan jenis kelompok fluida yakni Newton dan nonNewton, alat ukur yang dipakai pun dikelompokkan berdasarkan sifat fliuda tersebut. Untuk jenis alat pengukur yang encer, dapat digunakan prinsip pengukuran dengan berdasarkan aliran. Bagi objek pengukuran non-Newton, yaitu kelompok lekatan dan likuida kental, dapat digunakan alat ukur dengan berdasarkan prinsip mudah dan tidaknya suatu alat pengaduk di dalam likuida itu berputar. Hal itu diukur dengan beberapa jumlah putaran per menit atau dapat pula dengan berapa detik alat aduk berputar dalam lekatan setiap 100 putaran.
339
Secara garis besar, alat ukur kekentalan bahan finishing dapat dibagi menurut tabel dibawah ini. Tabel 12. Metode Pengukuran Kekentalan No.
Jenis Metode
Satuan Bahan
Satuan
01.
Ford cup no. 4
Perbandingan pengenceran cat kekentalan rendah
detik
02.
Viscometer Stormer
Likuida non-Newton
Nilai KU
03.
Viscometer brookfield
Likuida Mewton & non-Newton
M. Pa.s (cP)
04.
Viscometer Gardner
Cat jenis transparan
Simbol huruf atau stokes
Catatan : > Viscometer jenis ford 4 paling banyak dipakai di dalam pengukuran kekentalan bahan reka oles. > Di Jepang, para aplikator reka oles menggunakan viscometer Nk 2, yaitu sejenis viscometer Ford 4, namun ½ kali lebih kecil semua ukurannya dibanding Ford 4. Volumenya 50 cc sedang diameter lubang alirnya 2 mm. Ford cup 4 dua kali lebih besar ukurannya, baik volumenya maupun lubang alirnya. 4.2. Cara Mengukur Kekentalan Mengukur kekentalan bahan, sangat penting dalam aplikasi finishing kayu, khususnya bagi metode penyamprotan dengan menggunakan pistol semprot. Kekentalan yang berbeda berarti ada perbedaan pada bahan padat yang dikandung cat atau bahan finishing. Jika dalam beberapa kali pencampuran kekentalannya tidak sama, terjadilah hasil penyemprotan yang berbeda kepadatan lapisan-lapisannya. Terjadilah penampilan yang tidak sama kegilapannya antara bidang yang satu dengan bidang yang lainnya, antara satu perabot dengan perabot lainnya, walaupun sama jenis bahannya. Kekentalan yang berbeda menimbulkan kesulitan dalam menyemprot dengan baik, karena kadang terjadi cacat air (saging), kadang kala juga 340
tidak. Hal ini khususnya terjadi pada penyemprotan bidang tegak perabot dan benda kerja yang berdiri vertikal. Pada kekentalan rendah, sering terjadi cacat alir sedang pada yang tinggi tidak merata permukaannya. Hasilnya sesekali bagus, lain kali tidak, tidak pernah konstan.Padahal diharapkan prestasi yang mantap. Hal itu hanya dapat dicapai apabila selalu dilakukan pengembangan dan yang terpenting adalah pengukuran kekentalan bahan finishingnya. Sebagian aplikator finishing kayu, sering mengandalkan perbandingan campuran antara bahan cat dengan thinnernya, misal 1 berbanding 1. Hal itu belum tentu benar, walaupun telah biasa dipakai sehari-hari. Seringkali kekentalan dari pabrik tidak sama. Kadangkala cat sudah mulai menjadi gel atau mengental mendekati kekentalan agar-agar akibat penyimpangan yang terlalu lama, sehingga metode perbandingan tidak dapat dipertahankan lagi. Pada perusahaan yang berskala besar dengan jumlah produksi besar, ada kalanya pencampuran dilakukan sekaligus lebih dari satu atau dua pail (satu pail ± 20 liter). Pada waktu pemakaian pail-pail tadi sering tidak ditutup dengan rapat. Akibatnya thinner pengencernya menguap. Hal ini menyebabkan pencampuran atau larutan yang semula sesuai dengan kekentalan aplikasi, menjadi tidak cocok lagi. Tidak mengherankan apabila hasilnya tidak sama kegilapannya. Oleh sebab itu ada baiknya menguji ulang kekentalan campuran yang dipakai pada tengah-tengah proses, khususnya apabila tutup kaleng persediaan terbuka atau tidak ada penutupnya. Banyak tukang dan aplikator finihsing kayu menganggap pengukuran kekentalan cat hanya menambah pekarjaan semata. Tukang semacam itu belum melihat arti strategis dan ekonomis penanganan kekentalan cat dalam proses aplikasi pekerjaan finishing. Selain jenis finishing pelapisan tepung leleh panas (powder coating system), semua bahan harus diukur kekentalannya baik ketika penerimaan pasokan waktu pambelian maupun pada saat pencampuran dan pengenceran sewaktu aplikasi di tempat kerja. Ternyata tidak hanya cat dan pelapis finishing saja yang harus diukur kekentalannya. Dempul dan wood filler pun perlu diukur kekentalannya atau vikositasnya. Hal itu perlu bagi finishing yang berpenampilan kedap film, karena pori-pori harus diisi dengan wood filler. Apabila kekentalan filler tidak sama, kepadatan dempulnya berbeda juga. Setelah kering akan terjadi susut yang berbeda, sehingga pasti berbeda pula hasil kerataannya.
341
Tidak semua likuida atau jenis produk lelehan dapat diukur kekentalannya dengan alat kekentalan yang sama. Alat pengukur kekentalan campuran cat duko atau nitrocellulose enamel berbeda dengan alat pengukur kekentalan bagi dempul abu-abu duko atau putty grey. Hanya yang bersifat cair seperti air, cairan melamine, oli dan berbagai cairan bahan finishing yang dapat mengalir karena gaya berat serta sesuai dengan persyaratan perhitungan Hukum Newton tentang gravitasi, dapat diukur dengan alat kekentalan yang sama. Sedang lelehan atau likuida yang kental sekali, seperti cat opaque, dempul abu-abu, wood filler dan cat coating yang sering karena lekat dan kentalnya, tidak mudah menetes, dikelompokkan sebagai likuida nonNewton. Pengukurannya dengan alat ukur kekentalan yang berbeda pula. 4.3. Pengukuran Viscositas Metode Ford Cup Yang dapat diukur dengan Ford Cup 4 adalah kekentalan rendah, seperti air, sanding sealer, wash coat, top coat. Prinsip pengukurannya berdasarkan lama waktu alir setelah penutup kaca dibuka. Dengan membuka tutup kaca, terbuka kesempatan tekanan dari atas sehingga memungkinkan terjadinya aliran. Waktu alir tersebut dinyatakan dalam satuan detik. Pengukuran dilakukan sejak dibukanya lubang alir sampai titik tetes terakhir cairan yang diukur. Waktu ukur contoh cairan yang kental, lebih lama dari pada contoh campuran yang encer. Bentuk asli alat ukur keketalan jenis ford cup 4 menggunakan standar atau rangka kaki dengan penutup kaca serta dilengkapi dengan petunjuk kerataan permukaan atau waterpas. Demi kepraktisan dan keringanan harga, kemudian diciptakan alat yang lebih praktis. Alat ini terbuat dari plastik atau ebonit, harganya pun jauh lebih murah (lihat gambar ford cup 4 cara benam angkat). Jenis ford cup 4 yang kedua ini tidak dilengkapi dengan standar kaki,hanya bertangkai lengkung untuk pegengan. Jenis yang ketiga adalah jenis yang biasa digunakan di Jepang yaitu NK 2 cup, yang merupakan miniatur dari ford cup 4. Ukuran NK 2 hanya setengah ukuran F4, baik volume maupun besar diameter lubang alirnya. Meskipun sama, hasil pengukurannya sangat berbeda. Perbedaan gaya berat atau gaya tarik bumi sangat mempengaruhi hasil pengukuran, sehingga harus dibuatkan tabel konversinya. Oleh sebab itu, setiap orang yang mendalami bidang finishing harus mencantumkan jenis mangkuk pengukurnya, kalau menuliskan kekentalan cat. Misalnya : 12.5 detik F4, 12.5 detik NK2
342
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.14. Ford Cup 4 dengan Rangka Kaki
4.3.1. Langkah Pengukuran Viscositas menggunakan Ford Cup 4 dengan Rangka Kaki:
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.15. Pengukuran Viscositas dengan Ford Cup 4 343
(a) Usahakan suhu ruang maupun suhu badan cat serta peralatan ukur berkisar antara 200C. (b) Di negara tropis, hal ini hanya dapat dicapai di dalam ruang berpengatur suhu (ruang ber-AC). Suhu besar sekali pengaruhnya terhadap kekentalan. Dalam praktik di negaranegara tropis, dapat digunakan suhu ruang sekitar 24 – 300C asal dalam hubungan internasional hendaknya disebutkan suhu yang dipakai sewaktu pengukuran dilaksanakan. (c) Siapkan Ford 4 beserta rangka kakinya dengan baik, tempatkan kaca diatasnya, kemudian atur kerataan horizontal bagi mangkuk dengan baik. Selanjutnya tempatkan tabung penerima aliran dari pengukur. (d) Tutup mulut lubang alir di bawah mangkuk dengan karet yang kedap. Tuangkan cairan contoh cat sementara karet masih ditutup. Tutupkan kaca dengan cara menggeser permukaan mangkuk di sisi atas. Usap dan bersihkan sisa lelehan, sekalian lepaskan tutup karet bawah. dipenuhi bahan finishing
(e) Bersamaan dengan permukaan kaca, tekan tombol stop-watch. Jika aliran telah turun sampai tuntas, tetes terakhir merupakan akhir pengukuran. Didapatkan penunjukkan waktu alir, tinggal sekarang pembulatan sampai satu desimal di belakang koma.
Lubang Pancuran Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.16. Penampang Ford Cup 4
344
4.3.2. Langkah Pengukuran Viscositas menggunakan Ford Cup 4 dan model NK 2 cup secara benam angkat:
(a) Tuangkan cairan cat yang telah diencerkan ke dalam tabung sedemikian rupa sehingga mencapai tepi atas mangkuk pengukur, atau sekurang-kurangnya 350 ml, pada kaleng berdiameter 8 cm. Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.17. Ford Cup 4 dan NK 2
(b) Lakukan pengukuran pada suhu ruang, terbaik pada suhu 200C. Kalau suhu ruang lebih tinggi, cantumkan suhu ukur di belakang besaran waktu. (c) Benamkan mangkuk F4 ke dealam tabung cat, sehingga seluruh tabung terisi penuh dengan cairan cat. (d) Angkat hingga permukaan tepi atas rata dengan permukaan cat.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.18. Mengukur Viscositas dengan Ford Cup 4 secara benam angkat
(e) Angkat mangkuk ukur kekentalan tersebut sambil menekan tombol start stopwatch. Tunggu hingga tetes terakhir, tekan tombol lagi. Hasil pembacaan menunjukkan jumlah nilai kekentalan cat yang diukur. Bila hasilnya terlalu kental, encerkan sesuai dengan kebutuhan.
345
4.4.
Kelengkapan Pistol Semprot (Spray-gun)
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.19. Bagian-bagian Spray Gun Pistol semprot dikatakan mempunyai kelengkapan yang baik bila memiliki: 1. Saluran Udara 9. Tudung Semprot Cairan 2. Katup Penutup Udara 10. Tudung Semprot Udara 3. Pengatur Volume Cairan 11. Udara untuk Pancaran Melebar 4. Pengatur Bentuk Pancaran 12. Udara untuk Pancaran Bundar 5. Tingkat Pancar Pengatur 13. Pengatur Bundar-Lebar 6. Tabung Atas Cairan 14. Penarik Semprotan 7. Aliran Cairan 15. Penutup Udara 8. Jarum Pembuka Cairan
346
Keluarnya pancaran udara
Pancaran tegak, bila tudung diatur horisontal
Pancaran datar/melebar, bila tudung diatur vertikal
Pancaran bundar, bila tudung diatur miring
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.20. Mengatur Bidang Pancar Spray-gun 4.5.
Persiapan Pistol Semprot
Persiapan yang harus dilakukan pada perlengkapan pistol dalam penyemprotan meliputi : (a) Pemeriksaan kebersihan pistol semprot, terutama alat percik, tudung udara, tabung cat, saluran cat (pipa) dan katup pengatur yang berasal dari teflon serta tudungnya. (b) Pemilihan alat percik yang tepat (diameter lubangnya) (c) Pengaturan tekanan udara yang disesuaikan dengan cara menyemprot maupun volume bahan yang keluar. (d) Penyesuaian baut pengatur volume bahan yang akan disemprotkan. (e) Pengaturan katup pengatur bentuk tekanan, pancaran kipas angin bulat / lebar, juga posisi pancar tegak atau mendatar. (f) Pengencangan tiap baut dan pengencangan kebocoran pada saluran, agar tidak terjadi penyemprotan yang terputus-putus.
Selain baut pengatur volume cairan bahan finishing, masih ada dua hal yang juga mempengaruhi jumlah volume keluaran bahan cairan : (a) Penyetelan panjang dan pendeknya jarum pancar. Semakin pendek jarum pancar, semakin banyak volume cairan. (b) Pemilihan diameter lubang pancar pada nozle (alat percik). Semakin besar lubang diameternya semakin besar pula keluaran.
347
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.21. Pengatur Volume Bahan yang Keluar
4.6.
Cara Menggunakan Pistol Semprot
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.22. Potongan Belah Spray-gun dan Fungsi Bagian-bagiannya 348
Cara menyemprot sangat mempengaruhi hasil pelapisan. Pistol yang telah dipersiapkan dengan baik tidak akan berarti banyak apabila tidak disertai pengendalian pistol semprot dengan benar selama proses aplikasi. Disamping itu perlakuan terhadap bermacam-macam bentuk, posisi, dimensi dan keadaan benda kerja harus dikuasai. Dalam pembahasanini akan diberikan resep sederhana tentang kiat menyamprot itu. Oleh karena penggunaan pistol konvensional atau jenis air spray sudah membutuhkan keahlian tinggi, maka cara menyemprot dengan pistol konvensional bertabung hisap dapat dipaki guna mewakili semua cara aplikasi reka oles dengan metode semprot. Dalam memilih pistol semprot, perlu diperhatikan juga kelengkapankelengkapan atau fasilitas pada pistol tersebut, yang akan berguna bagi peningkatan kuantitas maupun kualitas hasil penyemprotan
4.7.
Pengendalian Pistol Semprot
Pengendalian pistol semprot mencakup cara kita memegang, mengarahkan, dan mengatur beberapa hal sebagai berikut : 4.7.1. Jenis pancaran Jenis pancaran harus sesuai dengan kedudukannya dan bentuk benda kerja. Pancaran datar dan tegak dipakai untuk benda lebar serta kedudukannya vertikal dan mendatar, sedang untuk benda sempit (kecil) digunakan pancaran yang bundar atau vertikal, dengan gerakan penyemprotan yang cepat.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.23. Aplikasi Jenis Pancaran pada Bidang Kerja 349
4.7.2. Jarak semprot Jarak semprot ialah jarak antara pistol dengan permukaan benda kerja, umumnya 15 – 20 cm. Bila jarak semprot terlalu kecil, serta volume keluaran tidak disesuaikan, akan timbul cat yang meleleh atau mengalir ke bawah. Bila jarat pistol terlalu jauh, intensitas kepadatan kabut semprot akan berkurang, sehingga akan didapat pelapisan permukaan yang kasar. Karena besarnya jarak, partikel cat menjadi kering sebelum menempel dipermukaan kayu atau benda kerja. Akibatnya, sifat merata cairan (leveling) serta tingkat kegilapannya berkurang. Apabila jaraknya makin besar, bentuk bidang pancar meningkat lebarnya, penempelan bahan reka oles tipis. Jika jarak semprot mengecil, bentuk bidang pancar menyempit, penempelan bahan reka oles menebal dan mudah leleh.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.24. Jarak Semprot 4.7.3. Sudut semprot Sudut semprot berpengaruh juga terhadap hasil pelapisan yang merata. Pistol semprot sedapat mungkin diarahkan tegak lurus pada benda kerja. Pistol semprot yang miring mengakibatkan penyemprotan cat tidak merata. Hanya gerakan pistol yang sejajar dan tegak lurus dengan bidang semprot menjamin hasil pelapisan yang merata. Gerakan melengkung seperti mengayun pada saat menyemprot menyebabkan bagian tengah benda kerja terlalu banyak mendapat cat. Pelapisan cat ini cenderung meleleh turun. Karena itu, perlu diperhatikan bahwa sudut semprot harus konstan dan paralel dengan bidang benda kerja, sekali-kali tidak boleh mengayun, sehingga gerakannya lurus tidak melengkung. Dengan demikian, dapat dipastikan pelapisannya memiliki intensitas ketebalan yang sama.
350
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.25. Sudut Semprot
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.26. Pemegangan Pistol Semprot 351
4.7.4. Kecepatan semprot Pada penyemprotan yang lambat, lapisan semprot menjadi tebal dan ada kemungkinan meleleh. Bila penyemprotan dilakukan dengan kecepatan tinggi atau terlalu cepat gerakannya, hasil pelapisannya akan kasar dan tipis. Oleh sebab itu sangat perlu bagi para pemula yang sedang mendalami penyemprotan bahan finishing untuk melatih diri dengan cermat secara kontinyu. Atur kecepatan semprot hingga menjadi satu dengan perasaan, seperti halnya orang menarik kuas cat. Untuk mendapatkan kecepatan yang baik, kami sarankan untuk menyemprot dengan kecepatan 20 meter per menit bagi finishing jenis melamine. Adapun untuk jenis yang lain, seperti nitrocelulose, dapat lebih cepat lagi, misalnya dengan kecepatan gerak 35 sampai 40 meter per menit. Cara melatih kecepatan semprot, siapkan lebih dahulu fasilitas sbb: (a) Pistol semprot yang kosong, sebagai alat peraga (b) Sediakan stop watch atau arloji uantuk menghitung waktu penyemprotan (c) Ukuran pada dinding atau diatas daun meja suatu jarak sepanjang 1 meter Cara melakukan latihan kecepatan penyemprotan adalah sebagai berikut: > Lakukan penyemprotan simulasi atau peragaan kering di depan garis berjarak 1 meter. > Arahkan pistol semprot pada salah satu ujung garis, dengan jarak 15 – 20 cm, begitu gerakan pertama dimulai, stop watch kita tekan dan biarkan dia terus berjalan sementara kita masih tetap menggerakkan penyemprotan kering, secara bolak-balik dengan kecepatan konstan dan jarak tetap 25 – 20 cm, paralel dengan bidang kerja. Sambil menyemprot mintalah orang lain untuk menghitung berapa kali kita telah melewati garis 1 meter. Setelah Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997 waktu menunjukkan 1menit, matikan stop watch dan jumlah Gb. 10.27. Latihan Kecepatan yang telah dihitung merupakan Penyemprotan kecepatan semprot kita.
352
Misalnya hasil perhitungan 40 kali atau setara dengan 40 meter per menit, maka penyemprotan kita masih terlalu cepat. Jika benar-benar untuk menyemprot bahan finishing melamine hasilnya akan kasar. Perlambat setengah kali, sehingga mendekati kecepatan 20 meter per menit atau satu menit sebayak 20 kali melewati garis yang kita buat. Untuk itu diperlukan latihan sacara kontinyu pada papan latih yang bergaris, sampai didapatkan kecepatan yang cocok, dan sampai dirasa menyatu dengan perasaan. Setelah melatih dan berpraktik dengan sungguh-sungguh sekitar 70 jam, maka keterampilan meyemprot dapat dikuasai.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.28. Mengukur Volume Bahan yang Keluar 4.7.5. Jumlah volume yang keluar Bahan yang keluar sebagai partikel lembut aan melapisi permukaan benda kerja sehingga memberikan ketebalan tertentu. Ketebalan ini berkaitan erat dengan jumlah volume bahan finishing yang disemprotkan oleh pistol semprot. Banyak sedikitnya volume bahan yang keluar dapat diatur dengan cara memutar baut pengatur jarak jarum penutup. Dengan memutar ke kiri, jarak antara lubang percik dengan ujung jarum lebih kasar, sehingga cat atau bahan finishing keluar lebih banyak.
353
Jumlah volume keluaran yang ideal untuk jarak dan kecepatan semprot diatas adalah 75 – 100 ml per menit. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara mengisi lubang semprot dengan air atau thinner sebayak 300 ml. Kemudian putar baut pengatur keluaran ke kiri satu putaran. Semprotkan air atau thinner sambil menghitung stop watch atau jarum detik pada arloji selama satu menit. Selanjutnya ukur sisa yang masih tertinggal di dalam tabung dengan tabung ukur atau gelas ukur, sehingga akan diketahui berapa milimeter banyaknya volume keluaran semprotan. Dengan mengukur dan mengatur ulir berkali-kali akan dengan mudah diketahui barapa putaran ke kiri harus dilakukan.
4.7.6. Jumlah pelapisan dan metode tumpang lapis Pelapisan harus diperhitungkan agar tidak terlalu tebal atau terlalu tipis sehingga kemampuan menutup bahan tidak sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang benar. Dengan pistol semprot konvensional, misalnya jenis tabung alir jumlah pelapisannya boleh mencapai tiga lapis keseluruhan, dengan memperhatikan setiap garis semprot harus ada bagian yang tumpang lapis (over laping). Metode tumpang lapis ini harus separuh dari bidang pancar yang disemprotkan sebelumnya. Dengan kata lain, tumpang lapis atau over lapingnya sebanyak 50% seperti pada ilustrasi berikut.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.29. Penyemprotan dengan Metode Tumpang Lapis
354
4.7.7. Tekanan angin yang diperlukan Tekanan angin sesuai dengan volume bahan dan bidang pancar yang telah diuraikan di depan yang boleh digunakan sebesar 1 sampai 1,5 bar. Bagi pistol yang tanpa alat pengatur tekanan udara, dapat dilakukan pengaturan tekanan dengan meyetel pada regulator udara, yang pada umumnya menjadi satu dengan filter penampung air pipa instalasi. Jenis pistol tabung isap, maupun tabung air yang telah dilengkapi dengan baut pengatur tekanan angin, mudah diatur. Hanya dengan memutar ke kiri, tekanan maupun volume angin akan menjadi lebih tinggi. Untuk penyetelan dan pengontrolan berapa besar tekanan udara yang keluar dari tiap-tiap pistol, dapat digunakan alat kalibrasi buatan sendiri. Dari bahan sederhana, alat itu bisa digunakan bagi keperlan kalibrasi atau peneraan.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.30. Kalibrasi Tekanan Udara pada Pistol Semprot
Kalibrasi sederhana untuk tekanan udara pada pistol, seperti berikut ini: (a) Pertama, kita buka baut pengatur tekan udara ke arah kiri sehingga full atau buka penuh (terdapat pada bagian bawah pegangan pistol semprot). (b) Kemudian, kita hubungkan dengan kompresor atau regulator yang telah terpasang di instalasi udara yang bertekanan 1 bar. Pistol ditiupkan pada penggaris mika (seperti gambar ilustrasi di atas) dengan jarak 20 cm. Penggaris akan melengkung sampai satu
355
garis batas. Batas maksimal lengkung kita tandai dengan angka 1, selanjutnya tinggikan tekanan udara pasok dengan mengatur tekanan udara 1,5 bar, selanjutnya 2; 2,5 serta 3, dan seterusnya. Dengan demikian kita dapat skala yang empiris pada dinding skala ke kanan yang dapat dipakai untuk kalibrasi keausan ventil teflon, maupun penyetelan secara tepat jumlah putaran baut tekanan. (c) Di dalam praktik sehari-hari pengaturan penyetelan baut pembuka tekanan udara dapat dengan memanfaatkan alat kalibrasi sederhana tadi, yaitu dengan cara memempatkan atau mengencangkan baut tekanan sehingga mati atau menutup penuh. Selanjutnya, dapat kita tera dengan alat kalibrasi tekanan yang kita perlukan. Sebagai contoh, bila tekanan 1 bar, maka baut pengatur tekanan dibuka 1 putaran. Sebelumnya tandai dulu dengan goresan atau tanda drip pada lingkaran puncak baut pengatur tekanan, sehingga memudahkan pengontrolan jumlah putaran. 4.7.8. Kekentalan bahan finishing untuk penyemprotan Selain tekanan udara yang sesuai dan volume bahan yang cocok, kecepatan gerak penyemprotan harus tepat. Keberhasilan semprotan dipengaruhi pula oleh pengaturan kekentalan bahan cat dan bahan finishing lainnya. Banyak alat yang dapat dipakai untuk mengatur kekentalan. Dibenamkan dalam cairan sehingga penuh sebanyak 100 ml, dialirkan sehingga kosong dengan waktu 12,5 detik. Kekentalan ini sangat penting bagi keberhasilan penampilan hasil penyemprotan. Dengan pengaturan kekentalan yang cocok, akan diperoleh hasil permukaan gilap yang merata dalam satu bidangnya dan dengan perabot lainnya. Begitu juga dapat dihindari cacat leleh (saging) yang sering kali dialami pada kebanyakan tukang semprot.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.31. Ford Cup 4
Sebagai acuan umum, dapat kita gunakan mangkuk kekentalan yang ditemukan oleh Ford, yaitu F4 Cup. Untuk jenis bahan finishing melamine dapat dipakai kekentalan antara 12,5 sampai 13 detik F4.
356
4.8.
Langkah Kerja Aplikasi Sistem Finishing
Pedoman langkah kerja sangat membantu seseorang untuk melakukan pekerjaan secara urut menurut prosedur dan standar kerja yang disyaratkan. Berikut ini akan diuraikan langkah kerja beberapa aplikasi sistem finishing diantaranya adalah: 4.8.1. Sistem Melamine Warna Transparant 4.8.2. Sistem Melamine Warna Enamel 4.8.3. Sistem Finishing Alkyd Synthetic Resin Enamel PENGISIAN PORI KAYU Menggunakan : Wood filler solvent base atau water base
Amplas 80 – 180
5 menit Amplas habis
PEWARNAAN CARA LANGSUNG Pewarnaan dengan menggunakan woodstain solvent langsung diusapkan.
Diratakan dengan thinner
5 menit Tanpa diamplas
PELAPISAN ANTAR MEDIA Menggunakan : MELAMINE SANDING SEALER.
Amplas 240 – 320
4 jam Diamplas rata
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN Menggunakan : MELAMINE CLEAR, tampilan : Gilap, semi, doff. Catatan : (a) Ruang pengering ada sirkulasi dan hindarkan dari debu & lalu-lalang orang (b) Perbandingan campuran antara base dengan hardener 9 : 1 (c) Top – coat dapat diulangi dengan mengamplas no. 400
Sumber: Modul Finishing Kayu, Budi Martono, 2002
Gb. 10.32. Sistem Melamine Warna Transparan
357
PENGISIAN PORI KAYU Menggunakan : Wood filler solvent
Amplas no. 80 – 180
5 menit Amplas habis
PELAPISAN ANTAR MEDIA Menggunakan : MELAMINE WARNA PRIMER
Amplas 240 – 320
4 jam diamplas rata
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN BENDA KERJA Menggunakan : MELAMINE WARNA ENAMEL Tampilan: Gloss, semi, doff.
Catatan : (a) Ruang harus ada sirkulasi (b) Bebas debu dan kotoran (c) Tidak banyak dilalui orang (d) Perbandingan campuran antara base dan hardener = 9 : 1 (e) Pelapisan akhir dapat diulang dengan menunggu yang terdahulu kering amplas, serta pengamplasan dengan no. 400
Sumber: Modul Finishing Kayu, Budi Martono, 2002
Gb. 10.33. Sistem Melamine Warna Enamel
358
PELAPISAN PERMUKAAN Menggunakan : Primer atau meni kayu
Amplas 50
3 jam ditunggu kering diamplas ringan
PENGISIAN PORI KAYU Menggunakan : Plamir berpelarut afduner
Amplas 80 – 240
12 menit ditunggu kering diamplas rata
PELAPISAN ANTAR MEDIA Menggunakan : Cat dasar alkyd enamel
Amplas 220 – 320
4 – 5 jam Ditunggu kering diamplas cara basah
PELAPISAN AKHIR Menggunakan : Cat alkyd synthetic resin enamel
Catatan : Tempat pengeringan cat ini : (a) Ada ventilasi yang baik (b) Bebas debu dan kotoran (c) Tidak dilalui orang yang lalu lalang Sumber: Modul Finishing Kayu, Budi Martono, 2002
Gb. 10.34. Sistem Alkyd Synthetic Resin Enamel (Cat Enamel)
359
5. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Faktor lingkungan tempat bekerja bisa bisa dikatakan salah satu kondisi operasional yang mempengaruhi keberhasilan finishing. Sebaiknya kondisi operasional yang meliputi kondisi peralatan yang baik, kebersihan tempat bekerja, sirkulasi udara yang lancar/searah dan bersih, serta pencahayaan yang mencukupi, harus dalam kondisi yang memenuhi syarat supaya hasil finishing maksimal (Gb. 10.35).
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.35. Ruang Penyemprotan Pada umumnya bentuk kegagalan finishing, dan penyebab-penyebabnya serta cara perbaikannya adalah sebagai berikut : 5.1. Bentuk kegagalan: orange peel (kulit jeruk) Kelihatan jaringan cat menyerupai kulit jeruk atau tanda bintik yang kelihatan dari lapisan cat tipis. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Viskositas cat sangat tinggi karena pemberian thiner tidak cukup. (b) Kualitas thinner tidak baik atau pemberian thinner salah grade. (c) Tekanan udara penyemprotan sangat rendah atau sangat tinggi. (d) Kesalahan teknik seperti bahan-bahan dicampur tidak seimbang atau pengeringan yang tidak sesuai.
360
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut; (a) Agar bahan-bahan cat dicampur sesuai dengan ketentuan (b) Pilih thinner yang tepat dan campurkan sesuai dengan petunjuk. (c) Lakukan cara penyemprotan dengan membentangkan tangan ke depan, pegang alat penyemprotan tegak lurus 15-20 cm, takanan udara 45-55 pst. (d) Hindari angin melewati permukaan karena dapat mengakibatkan pengeringan tidak merata. (e) Amplas sampai rata dan ulangi penyemprotan cat pada tempattempat yang rusak. 5.2. Bentuk kegagalan: bubbing/blistering (menggelembung / lapuk). Kelihatan menggelembung atau kelepuhan yang kelihatan dari bagian dalam lapisan vernis. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Kesalahan campuran thinner (jumlah dari / atau grade) (b) Tekanan udara penyemprotan terlalu tinggi. (c) Viskositas cat terlalu tinggi/lapisan cat yang sangat tebal atau kental. (d) Keluarnya bintik serat kayu. (e) Iklim panas. (f) Bahan tidak bersih. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Pegunakan thinner yang tepat dan ikuti aturan spesifikasinya (b) Jangan pergunakan bahan cat terlalu banyak. (c) Pergunakan secukupnya agar bahan pelarut dapat menguap. (d) Amplas sampai rata dan ulangi penyemprotan. 5.3. Bentuk kegagalan: blooming/blusbing (memutih) Kelihatan keputih-putihan pada permukaan lepisan vernis. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Kelembaban (b) Kesalahan grade thinner. (c) Lapisan cat yang sangat tebal. (d) Air dalam ruangan udara sprayer (e) Angin deras cuaca jelek dapat mengakibatkan penguapan bahan pelarut dari lapisan cat bagian bawah menimbulkan uap air di permukaan cat. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Gunakan thinner yang dapat memperlambat pengeringan (retarder thinner). (b) Panaskan area penyemprotan. (c) Jika keputihannya sedikit semprot kembali dengan retarder thinner. (d) Jika keputihannya banyak supaya diamplas dan semprot kembali.
361
5.4. Bentuk kegagalan: water marks (bekas/cap air) Kelihatan tanda-tanda bundar atau melingkar. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Kesalahan sistem pelapisan. (b) Kesalahan thinner (c) Kesalahan takaran (d) Vernis tidak diawetkan secara benar (e) Kelembaban Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Ikuti petunjuk-petunjuk tentang takaran dan pemberian thinner (b) Amplas dan semprot kembali 5.5. Bentuk kegagalan: unenen glass (kilap tidak rata) Kelihatan kelihatan sebagian cat tidak mengkilap. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Cat tidak diaduk sepenuhnya. (b) Terlalu banyak thinner atau kesalahan thinner. (c) Kesalahan teknik seperti alat penyemprot terlalu jauh dari permukaan. (d) Kelembaban. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Pakai alat secara benar. (b) Selalu pergunakan thinner yang benar. (c) Amplas dan semprot kembali. 5.6. Bentuk kegagalan: craters (fish eyes/lekukan) Kelihatan lubang (lekukan kecil) terdapat pada bagian atas lapisan cat. Penyababnya adalah sebagai berikut: Minyak terdapat pada lapisan cat karena kain penyeka yang kotor atau ada minyak dalam ruangan udara sprayer. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Semir dengan minyak mineral, amplas dan semprot kembali (b) Jaga agar compresor tidak mengandung air atau minyak. 5.7. Bentuk kegagalan: frying/cockling (keretakan kecil) Kelihatan keretakan kecil pada waktu pengecatan atau pada waktu pengeringan vernis. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Sistem pengecatan yang tidak benar. (b) Salah thinner. (c) Lapisan atas diberikan sebelum lapisan bawah (dasar) kering. (d) Pemberian vernis terlalu banyak. (e) Salah ukuran campuran. (f) Kelembaban.
362
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Pemberian lapisan atas setelah lapisan bawah / dasar betul-betul kering. Keadaan cuaca dapat merubah pengeringan, oleh karena itu jangan mempergunakan / mengikuti standar waktu. (b) Hindari lapisan-lapisan yang berlebihan. (c) Pastikan lapisan atas sesuai dengan lapisan bawah / dasar. (d) Amplas sampai rata dan semprot kembali. 5.8. Bentuk kegagalan: over spray dry spray (garis bertitik). Kelihatan berdebu di atas permukaan yang membentuk titik-titik. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Tekanan udara terlalu tinggi. (b) Salah thinner dan pemakaian alat penyemprot. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Semprotkan lapisan cat yang basah ke tempat yang cacat. (b) Pergunakan thinner yang memperlambat pengeringan. (c) Supaya alat semprot dipergunakan dengan benar. (d) Jika hasilnya masih jelek amplas dan semprot kembali. 5.9. Bentuk kegagalan: peeling delamination (mengelupas) Kelihatan seperti mengelupas atau cat mudah berpindah. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Bahan-bahan diaduk tidak sesuai dengan aturan. (b) Salah penggunaan thinner dalam jumlah dan grader. (c) Pembersihan yang tidak benar. (d) Salah memilih lapisan dasar. (e) Tidak diamplas antara lapisan-lapisan. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Aduk semua bahan dengan benar sesuai dengan aturannya. (b) Pergunakan thinner yang benar. (c) Lakukan sistem melapis yang benar. (d) Kelupaskan dan semprot kembali. 5.10. Bentuk kegagalan: runs and sags (mengalir dan melentur) Kelihatan cat seperti mengalir dan melentur karena terlalu banyak cat di sekitar tempat tersebut. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Terlalu banyak thinner, viskositas rendah. (b) Terlalu banyak lapisan-lapisan terlalu basah. (c) Salah penggunaan alat penyemprot. (d) Terlalu dekat waktu pengerjaan antara lapisan-lapisan. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Kurangi lapisan-lapisan menurut spesifikasinya. (b) Berilah lapisan-lapisan secukupya. (c) Tambah waktu pengerjaan antara lapisan-lapisan. (d) Amplas sampai rata dan semprot kembali.
363
5.11. Bentuk kegagalan: sanding marks (guratan amplas) Kelihatan guratan-guratan amplas pada lapisan atas cat. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Pemakaian kertas amplas yang keras pada waktu pengamplasan (b) Terlalu banyak thinner. (c) Penyebab dari pengecatan atau perbaikan sebelumnya. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Pergunakan kertas amplas yang halus pada setiap pekerjaan pengamplasan. (b) Amplas sampai rata dengan mempergunakan kertas amplas yang benar dan semprot kembali. 5.12. Bentuk kegagalan: wrinkling cockling (berkerut) Kelihatan kerutan (berkerut) pada lapisan selama masa pengeringan. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Terlalu cepat pengeringan permukaan. (b) Terlalu tebal lapisan. (c) Kondisi penyemprotan yang tidak baik (terlalu dingin). Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Keringkan lapisan cat pada area peredaran udara yang baik. (b) Hindari lapisan yang berlebihan. (c) Kelupaskan dan semprot kembali atau biarkan lapisan cat kering, amplas sampai rata dan semprot kembali. 5.13. Bentuk kegagalan: bleeding (kemerahan) Kelihatan warna dari kotoran atau lapisan dasar bercampur dengan lapisan atas. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Bila warna terang dipergunakan lebih dari warna gelap, maka bahan pelarut pada cat yang baru sewaktu-waktu melarutkan cat yang lama sehingga muncul ke permukaan. (b) Lapisan yang tebal di atas permukaan yang berwarna mengakibatkan larutan warna tersebut muncul ke permukaan. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Hindari lapisan tebal. (b) Pilih kombinasi warna dengan hati-hati. (c) Kelupaskan dan semprot kembali. 5.14. Bentuk kegagalan: throuput on thinning (pemisahan bahan cat dengan bahan pelarut) Kelihatan pemisahan bahan cat dengan bahan pelarut dalam bentuk butir-butir kecil. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Salah pemakaian thinner. (b) Menuangkan thinner ke dalam cat sekaligus.
364
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Pilih thinner yang benar. (b) Tambah thinner secara bertahap ke dalam cat dan aduk secara terus-menerus. 5.15. Bentuk kegagalan: tacky surface (bintik lunak atau keras dipermukaan) Kelihatan bintik lunak atau keras pada permukaan lapisan. Penyebabnya adalah sebagai berikut: (a) Salah pemakaian thinner. (b) Pencampuran hardener tidak merata. Cara perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) Pilih thinner yang benar. (b) Aduklah hardener hingga merata. (c) Tambah thinner secara bertahap ke dalam cat dan aduk secara terus-menerus.
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6.1.
Keselamatan pada tempat kerja
Keselamatan pada Tempat Kerja untuk kegiatan finishing kayu perlu memperhatikan beberapa aspek berikut ini: (a) Sirkulasi udara diupayakan searah dan lancar dengan cara memasang blower atau penghisap udara di suatu ruangan guna memperlancar arah sirkulasi udara. (b) Penerangan alami dari sinar matahari maupun buatan dari lampu direncanakan seoptimal mungkin sehingga pencahayaan di ruangan finishing menjadi terang. (c) Kebersihan ruangan terhadap debu diupayakan sebersih mungkin sehingga benda kerja yang sedang dalam proses finishing tidak menjadi kasar oleh debu yang menempelu. Untuk itu, ruangan finishing harus dibersihkan secara periodik. (d) Penyimpanan bahan-bahan finishing ditempatkan pada almari yang aman karena mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya terhadap manusia dan lingkungan. (e) Operator finishing harus mengenakan alat pelindung diri antara lain masker untuk mencegah atau mengurangi terhirupnya partikel debu dan uap kimia bahan finishing ke dalam pernafasan. (f) Temperatur udara/ruangan dipertahankan untuk mendapatkan hasil finishing yang sempurna.
365
6.2.
Pelestarian lingkungan
Pelestarian lingkungan harus diperhatikan yang berkaitan dengan limbah atau bahan buangan dari pekerjaan finishing, antara lain: (a) Limbah cair dan padat dari sisa-sisa bahan finishing sebaiknya dikumpulkan dalam tempat khusus limbah yang aman. (b) Sirkulasi udara di ruang semprot yang menyedot bahan finishing sebaiknya dipasang filter sebelum udara tercemar itu dibuang ke udara bebas.
366
PENUTUP Setelah membaca dan mempelajari buku kejuruan Teknik Perkayuan ini pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan serta menguji-coba tentang teori, pengetahuan, sistem dan langkah kerja yang telah diuraikan untuk mencapai tingkat keterampilan yang disyaratkan. Pencapaian kompetensi bisa didapatkan dari intensitas seseorang mengaplikasikan teori, pengetahuan, sistem dan langkah kerja yang dijelaskan menjadi bentuk penguasaan aplikasi keterampilan, yang tentunya disertai dengan evaluasi dan koreksi pada saat melatih keterampilan tertentu. Diharapkan buku kejuruan Teknik Perkayuan ini tidak hanya menjadi buku acuan atau rujukan bagi kalangan Sekolah Menengah Kejuruan saja, tetapi diharapkan bisa diaplikasikan oleh siapa saja yang berminat terhadap pelatihan dan penguasaan keterampilan Teknik Perkayuan. Semoga bisa menambah literatur atau referensi tentang Teknik Perkayuan dan bisa diaplikasikan guna mencapai tingkat kompetensi yang lebih baik tentang Teknik Perkayuan. Akhir kata, berlatihlah terus untuk bisa menjadi ahli, yang dalam peribahasa orang Jerman disebut: Übung macht den Meister.
365
DAFTAR PUSTAKA Agus Sunaryo, SH, MBA. “Reka Oles Mebel Kayu”. Semarang: Penerbit Kanisius, 1997. Bennet N.B. Silalahi, Dr., MA, Rumondang B. Silalahi, MPH. "Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja". Jakarta: Penerbit PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995. Dewan Redaksi Bhratara Karya Aksara. ”Teknologi Kayu Bergambar”. Jakarta: Penerbit PT Bhratara Karya Aksara, 1985. Eddy S. Marizar. “Designing Furniture – Teknik Merancang Mebel Kreatif”. Yogyakarta, 2005. George Love. “Teori dan Praktek –Kerja Kayu”. Alih Bahasa: E. Diraatmadja. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985. John Stefford, Guy McMurdo. “Woodwork Technology – Teknologi Kerja Kayu”. Alih Bahasa: Haroen. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983. Karl Möhler Dr.-Ing., Julius Natterer Dipl.-Ing, Karl-Heinz Götz, Dieter Hoor Dipl.-Ing.. ”Holzbau Atlas. Studienausgabe”. München: Institut für internationale Architektur-Dokumentation, 1980. M.Gani Kristianto. ”Teknik Mendesain Perabot Yang Benar”. Semarang: Penerbit Kanisius, 1995. M.Gani Kristianto. ”Konstruksi Perabot Kayu”. Semarang: Penerbit Kanisius, 1987. Primiyono, Ir. ”Seri Pelajaran Teknologi secara Bergambar - Teknologi Kayu”. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. 1979. Richard Stähli. “Holzkunde – Wald, Baum, Holz, Furnier” Eigenverlag: Richard Stähli, CH-8425 Oberembrach, 1992. Robert Koch, Willi Müller, Ueli Rüegg, Richard Stähli, Ernst Waber. “Fachzeichnen VSSM-Normen – Pedoman Gambar Kerja”. Alih Bahasa: I. Marianan, Irmina Mariati. Semarang: Penerbit Kanisius, 1997. Soepratno. "Ornamen Ukir Kayu".1983. Walter Ehrmann Dr.-Ing.,Wolfgang Nuttsch Dipl.-Ing, Bernd Spellenberg Dipl.-Ing. ”Holztechnik – Konstruktion und Arbeitsplanung”. Haan-Gruiten: Verlag Europa Lehrmittel, 1997. Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, ”Holztechnik – Fachkunde”. Haan-Gruiten: Verlag Europa Lehrmittel, 2005.
366
KUDP"ZZZ/ZZZ/ZZZ/Z Dwmw"kpk"vgncj"fkpknck"qngj"Dcfcp"Uvcpfct"Pcukqpcn"Rgpfkfkmcp"*DUPR+"fcp"vgncj" fkp{cvcmcp" nc{cm" ugdcick" dwmw" vgmu" rgnclctcp" dgtfcuctmcp" Rgtcvwtcp" Ogpvgtk" Rgpfkfkmcp"Pcukqpcn"Pqoqt"68"Vcjwp"4229"vcpiicn"7"Fgugodgt"4229"vgpvcpi" Rgpgvcrcp"Dwmw"Vgmu"Rgnclctcp"{cpi"Ogogpwjk"U{ctcv"Mgnc{cmcp"wpvwm"Fkiw/ pcmcp"fcnco"Rtqugu"Rgodgnclctcp0
JGV"*Jctic"Gegtcp"Vgtvkpiik+"Tr0"90:::.22