By: Asroful Kadafi
Penyusunan Program BK berdasar KTSP 1. Rambu-rambu penyusunan program BK berdasarkan KTSP a. Perencanaan Kegiatan 1)Perencanaan kegiatan pelayanan BK mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan, dan mingguan. 2)Perencanaan kegiatan pelayanan BK harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat: a) Sasaranlayanan/kegiatanpendukung b) Substansi layanan/kegiatan pendukung c) Jenis layanan/kegiatan pendukung serta alat bantu yang digunakan d) Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang teriibat e) Waktu dan tempat 3) Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. 4) Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. 5) Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseiing dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/madrasah.
b. Pelaksanaan Kegiatan 1) Bersama pendidik dan personl sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. 2) Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. 3) Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling a) Di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah: Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas perminggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alihtangan kasus.
b) Di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah: Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG). Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/ madrasah. Program pelayanan konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/madrasah.
c. Penilaian Kegiatan 1) Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui: Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik. 2) Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keteriibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan. 3) Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG. 4) Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.
2. Langkah-langkah Penyusunan Program BK Berdasarkan KTSP a. Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Siswa Mengacu pada pengembangan diri dalam KTSP bahwa beban tugas guru adalah 24 jam pelajaran per minggu, dan setiap satu layanan atau kegiatan BK ekivalen dengan 2 jam pelajaran, maka setiap minggu seorang konselor minimal harus menyelenggarakan 12 layanan dan atau kegiatan pendukung. Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa paling tidak harus dapat menurunkan 12 layanan dan atau kegiatan per minggu. Apabila dalam satu tahun ada 36 minggu efektif maka diperlukan 12 layanan/pendukung dikalikan 36 yaitu 432 layanan dan atau pendukung
B. BIMBINGAN NO PRIBADI
KEBUTUHAN / PERMASALAHAN
J. LAYANAN
Need Assesment
KEG. PENDUKUNG *AI
1 Pertumbuhan dan perkembangan remaja yang INFO meliputi: a. Fisik b. Psikis c. Sosial
TKP HD
BKP KKP
2 Mengenal dan memahami karakteristik diri INFO PKO
TKP
sendiri 3 Mengenal dan memahami tentang kecerdasan INFO
TKP
emosi 4 Pengendalian diri
INFO BKP
TKP
5 Latar belakang keluarga: a. Tingkatan ekonomi KSIKP BKP KKP HD *KR lemah
b.
Broken
mempematikan
Home
tumbuh
c.
kembang
Kurang anak-
anaknya 6 Menghilangkan kebiasaan yang kurang baik
INFO BKP
7 Mengelola perasaan iri/cemburu secara positif INFO BKP 1 Prestasi akademis di bawah kriteria ketuntasan KSI BKP KP
HD *KK
minimal (KKM) 2 Mempunyai kelompok belajar
INFO PKO
PP
BKP *APIN HD
B. BIMBINGAN NO BELAJAR
KEBUTUHAN / PERMASALAHAN
J. LAYANAN
3 Mengetahui dan memahami kemampuan akademis din sendiri INFO PKO
K. PENDUKUNG HD
berdasarkan hasil rapot semester sebelumnya
SOSIAL
4 Merencanakan target hasil belajar secara periodik
INFO PKO
HD
5 Mengembangkan kreatifitas
INFO
TKP
6 Bagaimana meraih sukses
INFO
TKP
7 Kurang motivasi belajar
INFO KSI KP TKP
1 Beradaptasi dengan, a. Lingkungan kelas bam b. Peiajaran dengan ORIN tingkat kesulitan yang lebih tinggi
INFO
BKP
2 Mendapatkan teman duduk yang 'sesuai'
PP
HD
3 Mengenal dan memahami nilai-nilai kehidupan
INFO BKP
4 Bersosialisai dengan lingkungan sesuai dengan norma-norma BKP KP yang berlaku
KARIR
5 Berhubungan dengan lawan jenis (pacar)
INFO BKP KP
6 Mengembangkan sikap toleransi
INFO BKP
1 Mengenal dan memahami Bakat
INFO PKO
2 Mengenal dan memahami Minat
INFO PKO
3 Mengenal jenis sekolah lanjutan
INFO BKP
4 Mengenal berbagai jenis pekerjaan dan persyaratannya
INFO
5 Merencanakan masa depan berdasarkan bakat, minat dan PKO lingkungannya
PKO
Catatan: Minggu efektif - Semester 1 = 22minggu Semester 2 = 14minggu + Jumlah = 36minggu Tugas Guru Pembimbing 1 minggu = 24 jam, ekuivalen dengan 12 layanan 1 tahun=36 minggu x 12 layanan, Jadi Jumlah layanan dalam 1 tahun adalah 432 layanan 432:4 kelas = 108 layanan/kelas (36 layanan klasikal di dalam kelas dan 72 layanan di luar kelas dengan format individual, lapangan, kelompok, dan khusus)
b. Menentukan Prioritas Layanan c. Menentukan dan memperhatikan situasi dan kondisi sekolah. d. Memperhatikan potensi konselor sekolah. e. Langkah selanjutnya adalah menyusun program bimbingan yang meliputi program tahunan, program semesteran, program
bulanan, program mingguan dan harian
Penyusunan Program Berdasarkan PPBS Apabila penyusuan program bimbingan konseling berdasarkan konvensional (KTSP) dimulai dengan analisis kebutuhan siswa, maka penyusunan program bimbingan menurut PPBS dimulai dari belakang meja artinya penyusunan program didasarkan pada konsep kurikulum bimbingan dan konseling yang sudah dijabarkan dalam tujuan layanan bimbingan dan konseling yaitu tercapainya kemandirian dan perkembangan yang optimal. Adapun langkah-lankah penyusunan program menurut PPBS sebagai berikut: 1. Menentukan Kategori Program Utama (KPU). Penentuan Kategori Program Utama dijabarkan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Secara eksplisit telah dikemukakan bahwa perkembangan yang optimal dapat diturunkan menjadi tujuan bimbingan yang mencakup 4 bidang yatiu pribadi, sosial, belajar, dan karir.
2. Menentukan Program Utama Misalnya saja dalam kategori porgram utama adalah pengembangan bimbingan pribadi maka program utamanya dapat berupa: a. penanaman sikap kebiasaan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b. pengenalan dan pengembangan tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun untuk peranannya di masa depan, c. pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, d. pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri serta usaha-usaha penanggulangannya, e. Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan mengarahkan diri, dan f. perencanaan dan pemeliharaan hidup sehat.
3. Program Tugas utama adalah menentukan program apa saja yang dapat dilakukan agar semua rencana yang telah dicanangkan dapat terealisasi. Hal terpenting adalah apakah program yang disusun dapat memenuhi tercapainya program utama. 4. Target Target dapat dilihat dari seberapa peserta didik yang mendapat layanan, bagaimana perubahan sikap dan perilaku individu setelah memperoleh sejumlah layanan, dan lain-lain. 5. Jangka waktu Berdasarkan program dalam jangka waktu satu tahun, kemudian disusunlah program semesteran, bulanan, mingguan, dan akhirnya kegiatan. 6. Biaya Hal penting yang perlu diingat bahwa penyusunan anggaran biaya perlu memperlhatikan situasi dan kondisi keuangan sekolah.
Penyusunan
Program
Bimbingan
dan
konseling
Komprehensif Dalam penyusunan program konvensional atau berdasarkan
KTSP, need assesment hanya didasarkan pada assesment peserta didik, sedangkan dalam program bimbingan dan konseling komprehensif kegiatan asesmen mencakup keduanya yaitu need assesment peserta didik dan need assesment lingkungan.
Need assesment peserta didik adalah segala kebutuhan atau masalah yang ada pada peserta didik yang meliputi aspek fisik yaitu (kesehatan dan keberfungsian fisik), psikologis (kecerdasan, motivasi belajar, minat, sikap, dan kebiasaan belajar, kepribadian, sifat-sifat/karakteristik peserta didik), serta sosial yang antara lain berkaitan dengan hubungan sosial dalam keluarga, teman-teman. Need assesment lingkungan yaitu mengumpulkan berbagai kebutuhan atau keinginan dari lingkungan seperti harapan orang tua, sekolah, kemampuan konselor, sarana, dan prasarana pendukung layanan bimbingan dan konseling.
Langkah-langkah menyusun program Bimbingan dan Konseling komprehensif meliputi : a. mengkaji produk hukum yang berlaku, b. menyusun visi dan misi, c. bidang pengembangan, d. deskripsi kebutuhan, e. tujuan, f. komponen program, g. rencana operasional, h. pengembangan tema, i. pengembangan satuan layanan, j. evaluasi, dan k. beaya.
Mengkaji produk hukum yang ada (Undang-Undang No 20 tahun 2003) Indikator kompetensi harus searah dan sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu: a. beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, b. berakhlak mulia, c. memiliki pengetahuan dan keterampilan, d. memiliki kesehatan jasmani dan rohani, e. memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, f. memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan,
Merumuskan visi, misi, dan tujuan bimbingan dan konseling. 1. Visi adalah pandangan kedepan tentang harapan/cita-cita yang ingin dicapai oleh aktivitas bimbingan dan konseling dalam kurun waktu tertentu. 2. Misi adalah penjabaran lebih operasional tentang visi atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh konselor dan tim untuk membantu tercapainya visi yang telah ditetapkan. 3. Sedangkan tujuan adalah merupakan seperangkat penguasaan kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum bimbingan dan konseling. Visi, misi, dan tujuan ini merupakan pedoman/arah yang harus dipatuhi oleh semua petugas bimbingan dan konseling sekolah agar program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan dapat tercapai.
Langkah selanjutnya adalah menentukan bidang bimbingan dan konseling. Bidang bimbingan dan konseling meliputi 3 bidang yaitu: pengembangan pribadi-sosial, pengembangan akademik/belajar, dan pengembangan karir. Pengembangan ketiga bidang tersebut diarahkan pada pencapaian kompetensi yang sesuai dengan tugas-tugas perkembangan pribadi. Untuk itu fokus pengembangan diri dalam bimbingan dan konseling mencakup kompetensi: 1. self esteem, 2. motivasi berprestasi, 3. keterampilan pengambilan keputusan, 4. keterampilan komunikasi antar pribadi, 5. keterampilan pengentasan masalah, 6. penyadaran keragaman budaya, dan 7. perilaku bertanggungjawab.
Disamping itu fokus dalam perkembangan karir mencakup: a. fungsi agama bagi kehidupan, b. pemantapan pilihan program studi, c. keterampilan kerja profesional, d. kesiapan pribadi dalam menghadapi pekerjaan, e. perkembangan dunia kerja, f. iklim kehidupan dunia kerja, dan g. cara melamar pekerjaan. Dalam kehidupan sosial antara lain diberikan pemantapan agar memahami kasus-kasus seperti: a. kriminalitas, b. bahaya narkotika dan obat-obat terlarang, c. penyakit-penyakit masyarakat, dan d. Dampak pergaulan bebas.
Deskripsi kebutuhan, pada tahap ini konselor mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan lingkungan. Untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan peserta didik digunakan instrumen tugas perkembangan (ITP) yang dikembangkan dari konsep teoritis tugas perkembangan pada usia peserta didik. Sedangkan kebutuhan lingkungan (orang tua, guru, kepala sekolah, dan lain-lain) digunakan instrumen wawancara, angket, atau observasi. Hasil instrumen yang diberikan kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui dimana posisi perkembangan anak dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek perkembangan yang berada di bawah rata-rata merupakan prioritas utama dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Penentuan tujuan, yaitu bahwa dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diarahkan pada pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik (klien). Apabila dikelompokkan kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. kompetensi yang terkait dengan perkembangan akademik yang meliputi memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan untuk belajar di sekolah dan dalam kehidupannya, mempersiapkan diri untuk mempersiapkan studi lanjut dan persiapan hidup di masyarakat, dan pemahaman tentang hubungan antara penguasaan akademik dengan pengalaman hidup, 2. kompetensi yang terkait dengan perkembangan karir yang meliputi memperoleh pemahaman diri dan ketrampilan untuk menyesuaikan dengan dunia kerja dan pembuatan keputusan tentang karir, memperoleh strategi untuk mencapai karir dan memperoleh kepuasan dan kesuksesan dalam karir, memahami hubungan antara kualitas pribadi, pendidikan, dan latihan dengan dunia kerja, dan
3. kompetensi yang terkait dengan perkembangan pribadi-sosial yang mencakup, memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan hubungan antar pribadi untuk memahami diri dan hormat pada orang lain, membuat keputusan untuk mencapai tujuan, dan memperoleh keterampilan hidup dalam menghadapi kehidupannya.
Komponen program, artinya bahwa dalam menyusun program bimbingan dan konseling komprehensif hendaknya mencakup: 1. komponen kurikulum bimbingan atau layanan dasar, 2. komponen layanan responsif, 3. komponen layanan perencanaan individual, dan
4. komponen dukungan sistem
Rencana operasional merupakan rencana implementasi dari serangkaian program bimbingan yang telah disusun Rencana operaional dikembangkan dan dijabarkan berdasarkan perilaku yang telah diperoleh dari analisis tugas perkembangan dan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik (klien). Untuk itu perlu diperhatikan dan dipertimbangkan tentang/materi, kapan diberikan, insidental atau terus menerus, siapa yang akan memberikan, dimana dilakukan, bentuk layanan apa yang diberikan, tehnik dan strategi apa yang akan digunakan, layanan bersifat langsung atau tidak langsung, kesemuanya diperlukan kecermatan dalam penyusunan rencana operasional. Dalam rencana operasional juga disusun dalam bentuk agenda atau schedule yang berupa rencana tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian.
Kegiatan berikutnya adalah mengembangkan tema yang akan diberikan kepada klien. Pengembangan tema ini didasarkan pada analisis kebutuhan, kompetensi yang akan dicapai. Hasil
pengembangan tema berupa materi yang akan disampaikan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan tema menjadi satuan layanan. Dengan demikian satuan layanan adalah unit terkecil
dari
serangkaian
program
yang
telah
disusun.
Pengembangan satuan layanan disesuaikan dengan siapa yang menjadi sasaran kegiatan, siapa yang memberikan, dimana
diberikan dan waktu yang disediakan untuk satu layanan.
Rencana evaluasi yang diberikan hendaknya mencakup evaluasi proses, evaluasi hasil, dan evaluasi personil. Dalam evaluasi proses beberapa komponen yang hendaknya dinilai antara lain: 1. kesesuaian antara pelaksanaan dengan rancangan program, 2. tingkat partisipasi personil misalnya dalam pembagian siswa asuh, konferensi kasus, penanganan kasus, remedial teaching, dan lain-lain, 3. keberhasilan dan hambatan yang muncul selama aktivitas bimbingan dan konseling. Keberhasilan dapat dilihat dari tingkat kepuasan peserta didik, kepala sekolah, dan semua personil sekolah yang lain. Evaluasi keberhasilan pemberian layanan lebih banyak menggunakan penilaian segera (laiseg), pemahaman guru dan kepala sekolah tentang peran BK dan adanya kesesuaian antara program yang disusun dengan program yang berhasil dilaksanakan. 4. respon stakeholder (Kepala Sekolah, guru, orang tua) selama proses layanan bimbingan dan konseling.
Evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah yang dilaksanakan yaitu evaluasi laporan program, analisis, dan tindak lanjut yang dilaporkan ke kepala sekolah dan pengawas BK sebagai supervisi administrasi penilaian akhir semester atau akhir tahun (penilaian kinerja BK). Selain itu, evaluasi hasil yang selama ini dilaksanakan di sekolah yaitu dengan melihat adanya perubahan/peningkatan pada: 1. kualitas ketaqwaan kepada Tuhan YME (akhlak) peserta didik, 2. kualitas pemahaman, penerimaan, dan pengarahan diri peserta didik, 3. sikap dan kebiasaan belajar peserta didik, 4. sikap peserta didik terhadap layanan/program BK, 5. kualitas prestasi peserta didik, 6. kualitas kedisiplinan peserta didik, 7. kualitas sikap sosial peserta didik (empati, altruis, kooperatif, toleransi, den lain-lain).
Penilaian Personil adalah salah satu jenis penilaian yang sasarannya adalah kinerja guru pembimbing di sekolah. Dalam penilaian personil beberapa komponen yang perlu dinilai meliputi: 1. kemampuan dalam menjalin hubungan dengan pimpinan, 2. partisipasi konselor dengan berbagai pihak (stake holder), 3. perbaikan administrasi BK, 4. layanan langsung (80%) dan layanan tidak langsung (20%), 5. koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait, 6. kepemimpinan konselor dalam menjalankan aktivitasnya dalam bimbingan dan konseling, dan 7. pelaksanaan layanan (layanan dasar, perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem).
Dalam setiap aktivitas apapun memerlukan biaya, demikian pula program bimbingan dan konseling, Biaya yang disusun hendaknya bersifat realistis, artinya sesuai dengan kebutuhan, dan
hendaknya digunakan seefisien mungkin. Hal ini perlu disadari karena kondisi dan situasi masing-masing sekolah tidak sama sehingga penganggaran/pembiayaan sangat tergantung pada
kebijakan kepala sekolah. Namun demikian apabila konselor mampu memberikan rincian penggunaan dana secara proporsional dan rasional tentunya kepala sekolah memberikan respon yang positif.
Berdasarkan pengamatan di lapangan belum semua guru pembimbing di sekolah yang telah menyusun program bimbingan konseling sesuai dengan tahap-tahap maupun teori penyusunan program. Namun satu hal yang perlu dicermati oleh guru pembimbing di sekolah bahwa dengan
yang jelas
adanya program
maka personal di sekolah seperti kepala sekolah dan guru bidang studi lainnya akan memperoleh pencerahan dan keyakinan bahwa guru pembimbing adalah bukan pengangguran melainkan guru yang mempunyai program yang jelas sehingga pada gilirannya mereka akan secara sukarela mau bekerjasama untuk melaksanakan program bimbingan konseling di sekolah. Selanjutnya bila kerjasama telah terjalin maka keberadaan bimbingan konseling sekolah akan semakin diakui dan dihargai oleh semua pihak termasuk staf sekolah dan masyarakat.
Sumber: Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya