BREAST FEEDING
PENYUSUN Mentari Dwi Putri – 406127100 PEMBIMBING Dr. Dewi Murniati, SpA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI SULIANTI SAROSO PERIODE 22 JULI – 28 SEPTEMBER 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Referat dengan topik “Breast feeding” Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-‐ besarnya kepada : 1. dr. Dewi Murniati, Sp.A sebagai Pembimbing 2. dr. Rismali Agus, Sp.A 3. dr. Sri Sulastri, Sp.A 4. Dr. dr. I Made Setiawan, Sp.A 5. dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A 6. dr. Ernie Setyawati, Sp.A 7. dr. Desrinawati, Sp.A 8. dr. Rina Azrin, Sp.A yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan ilmu kesehatan anak di RSPI Sulianti Saroso sejak tanggal 22 juli – 28 September 2013. Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan wacana-‐wacana yang berkaitan dengan Breast feeding serta gambar-‐gambar yang diambil dari situs internet. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Jakarta, 22 Agustus 2013 Penulis,
Daftar Isi Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Bab I :
iii
Pendahuluan
1
iv
v
Bab II :
Definisi
Epidemiologi
Manfaat ASI dan menyusui
Jenis makanan bayi : 1. ASI : Jenis ASI Komposisi ASI dan Formula
Keuntungan pemberian ASI bagi Bayi & Ibu
Frekuensi pemberian ASI
2. MPASI & PASI
Cara pemberian ASI
Produksi ASI
Bab III :
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1 PENDAHULUAN2 Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-‐zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-‐zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya Komposisi ASI antara lain 88,1% mengandung air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7,0% laktosa, dan zat gizi lain 0,2%. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-‐bahan larut melalui air seni. Zat-‐zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-‐bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-‐anak atau orang dewasa Oleh karena pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar tatalaksananya dilakukan dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 dalam Depkes (2005), pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-‐6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi bayi dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-‐6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian ASI eksklusif. Selain itu Bank Dunia (World Bank) Tahun 2006 mengemukakan bahwa upaya perbaikan gizi bayi 0-‐6 bulan didasarkan bahwa gizi kurang pada anak usia kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas, dan dampak ini sebagian besar tidak dapat diperbaiki. Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menggalakkan program pemberian ASI Esklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-‐ASI). Sehubungan dengan itu telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Eksklusif, angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Data menunjukkan lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi diseluruh dunia diberi ASI Eksklusif selama 4 bulan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai dan tidak aman bagi bayi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-‐garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya7. ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan pemberian obat yang sebagian besar terbuat dalam kemasan sirup. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi1. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur, nasi, dan tim5
Epidemiologi Hasil Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 dilaporkan bahwa bayi di Indonesia rata-‐rata hanya mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 1,6 bulan. Sedangkan yang diberi ASI eksklusif sampai umur 4-‐5 bulan hanya 14 %. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam indikator Indonesia 2010 yaitu 80%2. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-‐ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada puting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain terutama suami (4%). Berdasarkan penelitian terhadap 115 ibu postpartum pada klinik Pediatrik (1994) ditemukan keberhasilan menyusui dan pemberian ASI Eksklusif pada kelompok suami yang tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok yang mengerti ASI adalah 98,1%5
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007, yang terdiri dari 64,63% adalah laki-‐laki dan 35,57% adalah perempuan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja yang maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita termasuk dalam memberikan ASI3. Penelitian Salfina (2003) di Kecamatan Tebet, Jakarta bahwa 59,7% ibu yang bekerja hanya memberikan ASI 4 kali dalam sehari, sementara jika pada waktu siang hari diberikan susu formula oleh keluarga atau pengasuhnya. Penelitian Hafidhah (2007) di Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa 60% yang tidak memberikan ASI Eksklusif didominasi oleh ibu yang bekerja (64,2%). Penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI Eksklusif, Hasil analisis regresi logistik memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga akan meningkatkan risiko untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian Hadinegoro, dkk (2007) di Jakarta, bahwa pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh dukungan suami, jam kerja, dan fasilitas ruangan menyusui ditempat kantor. Hasil penelitian menunjukkan, secara proporsi ibu yang memberi ASI Ekslusif, 44% mendapat dukungan dari suami, 17% pada ibu yang bekerja pada tempat kerja yang menyediakan ruangan khusus untuk menyusui, serta 11% bekerja >8 jam.
Manfaat ASI dan Menyusui Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun. 1. Manfaat ASI untuk bayi ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-‐ lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-‐6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding)6. 2. Manfaat ASI untuk ibu suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang6.
Jenis Makanan Bayi Air Susu Ibu ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, yang dapat menigkatkan system imun bayi7. ASI mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang berasal dari susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau atau susu apapun yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah lemak, protein, karbohidrat, mineral dan vitamin. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu4 : 1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. •
Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi (150-‐300 ml/24 jam.)
•
Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
•
Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-‐ kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur.
•
Merupakan suatu laxantif yang ideal untuk membersihkan meconeum dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
•
Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya
perlindungan tubuh terhadap infeksi. •
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
•
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI matur.
•
Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum.
•
Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
•
Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak.
•
PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.
•
Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di bandingkan ASI matur.
•
Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antibodi pada bayi.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) • Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. • Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5. • Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. • Volume semakin meningkat.
3. Air Susu Mature •
ASI yang disekresi dari hari ke 10 sampai seterusnya (300 – 850 ml/24 jam)
•
ASI yang keluar 5 menit pertama disebut foremilk dan yang setelahnya keluar disebut hindmilk, foremilk lebih encer sedangkan hindmilk mengandung lemak 4-‐5x lebih banyak daripada foremilk sehingga diduga hindmilk inilah yang lebih mengenyangkan bayi.
•
Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-‐ satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
•
ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi.
•
Merupakan cairan putih kekuning-‐kuningan, karena mengandung kasein, riboflavum dan karotin.
•
Tidak menggumpal bila dipanaskan.
•
Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus. Sel (phagocyte, granulocyte, macrophag, lymphocyte type T) Enzim (lysozime, lactoperoxidase) Protein (lactoferrin, B12 Binding Protein) Komplement ( C3 dan C4)
Komposisi ASI5 1. Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-‐4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolestrol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolestrol darah lebih tinggi. Disamping kolestrol, ASI mengandung asam lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi sangat penting untuk pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk kadar lemak ASI rendah (1-‐2 g/dl) dan lebih tinggi dapat hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu setelah 15-‐20 menit). Kadar lemak hindmilk bisa mencapai 3 kali dibandingkan dengan foremilk. 2. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus. 3. Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim pengurai tirosin ini belum ada.
4. Vitamin : ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah dicerna. Dalam ASI juga banyak vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam ASI juga terdapat vitamin D, tetapi bayi prematur atau yang kurang mendapat sinar matahari dianjurkan pemberian suplementasi vitamin D. 5. Zat besi : Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16-‐22 gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-‐6 bulan. meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang terkandung dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi. 70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi dapat diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu sapi segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan kecil di usus. 6. Seng : Defisiensi mineral ini dapat menyebabkan kegagalan bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat pada susu formula dibanding ASI, bioavalabilitasnya lebih besar pada ASI. Bayi yang diberi ASI mampu mempertahankan kadar seng dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI. 7. ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal neonatus dari pada susu pengganti ASI.
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Board, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi bisa dilihat pada tabel di atas. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein whey nya lebih banyak, sehingga akan membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hind milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini4.
Keuntungan Pemberian ASI7 1. Keuntungan pemberian ASI bagi bayi : •
Mengandung komposisi yang tepat Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
•
ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi ASI banyak mengandung LCPUFAs (Arachidonic acid/AA) dan Docosahexanoic acid/DHA untuk pematangan sel-‐sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh optimal.
•
Mengandung zat protektif Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI (Sunardi, 2008).
•
Lactobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Susu sapi tidak mengandung faktor ini.
•
Lactoferin adalah protein yang berikatan dengan besi. Dengan mengikat zat besi, maka Lactoferin bermanfaat menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu staphylococus, E.coli, dan Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya bakteri tersebut, lactoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur Candida9.
•
Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakterisidal) dan anti inflamasi, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang bakteri E.coli dan sebagian keluarga salmonella. Keaktifan lizozim ASI beberapa kali lebih tinggi dibanding susu sapi. Keunikan lizozim lainnya
adalah bila faktor protektif lainnya adalah sesuai tahap lanjut ASI, maka lizozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lizozim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini9. •
Komponen C3 dan C4 Kedua komponen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilatik dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI9.
•
Faktor antistreptococus Dalam ASI terdapat faktor antistreptococus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman streptococcus8.
•
Antibodi Secara elektroforetik, kromatografik dan radio immunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobin yaitu IgA sekretorik (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibody bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI selain antibodi terdapat E.coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap Salmonella typhi, Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio dan campak. Antibodi terdapat rotavirus tinggi dalam kolostrum yang kemudian turun pada minggu pertama dan bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam ASI juga didapatkan antigen terhadap Helicobacter jejuni penyebab diare. Kadarnya dalam kolostum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian menetap selama menyusui8.
•
Imunitas seluler ASI mengandung sel-‐sel yang sebagian besar (90%) sel tersebut berupa makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lizozim dan lactoferin. Sisanya (10%) terdiri dari limfosit B dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-‐kira 5000/ml setara dengan angka leukosit darah tepi tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa polimorfonuklear dan mononuklear. Dengan meningkatnya volume ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml. Walaupun demikian kapasitas anti bakterinya sama sepanjang stadium laktasi. Konsentrasi faktor-‐ faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA, lactoferin, lizozim dan sel seperti makrofag, neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding ASI matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi faktor anti infeksi dalam ASI9.
•
Tidak menimbulkan alergi Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi9.
•
Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto infra merah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang tidak menyusui. Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri9.
•
Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot8.
•
Menyebabkan pertumbuhan yang baik Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-‐ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-‐ibu yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-‐ibu tersebut segera memberikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit9.
2. Keuntungan Pemberian ASI bagi ibu9 •
Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
•
Aspek keluarga berencana Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-‐ rata ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja untuk menekan hormon ovulasi sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban sendiri juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan.
•
Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
Frekuensi Pemberian ASI
Pada pemberian bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak
teratur. Mereka bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai 18 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Dalam dua hari pertama produksi ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-‐hari berikutnya bayi dapat disusui selama 15-‐20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar pada 5-‐10 menit pertama dari setiap payudara. Jadwal menyusui hendaknya disesuaikan dengan aktivitas sehari-‐hari ibu. Misalnya tiap 3 jam dimulai pada jam 6 pagi, walaupun demikian jadwal itu tidak perlu kaku, jika setelah 2 jam bayi sudah menangis dapat diberikan lagi. Sebaliknya harus diperhatikan, bahwa bayi yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar7.
Makanan Pendamping ASI (MP-‐ASI)10 Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Dalam hal ini pengaturan pola konsumsi makanan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. MP-‐ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat. Tujuan pemberian makanan pada bayi/anak adalah : •
Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan dan untuk aktifitas sehari-‐hari
•
Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal
•
Mendidik anak supaya terbina selera makan dan kebiasaan makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak.
Pemberian MP-‐ASI yang terlalu dini juga kurang baik karena dapat berakibat : •
Bayi lebih sering menderita diare. Karena cara menyiapkan makanan yang kurang bersih, juga karena pembentukan zat anti oleh usus bayi yang belum sempurna.
•
Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi karena usus bayi yang masih permeable, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.
•
Terjadi malnutrisi/gangguan pertumbuhan anak. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita KEP dan dapat terjadi obesitas bila makanan yang diberikan mengandung kalori yang terlalu tinggi.
•
Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan MP-‐ASI, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan
produksi ASI. Jenis makanan pendamping ASI dapat berupa basic mixes/bubur susu (campuran 2 jenis bahan makanan : Karbohidrat dan protein hewani/nabati), biskuit, multi mixes/nasi tim (campuran 4 komponen dasar : Karbohidrat, protein hewan/nabati, lemak dan sumber vitamin/mineral), buah-‐buahan yang dihaluskan dan dapat diberikan sehari 3x dengan porsi secukupnya sesuai usia anak1
Pengganti Air Susu Ibu (PASI) Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi , namun tidak semua dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Dinkes Propsu (2005) penggunaan susu formula sebagai PASI dapat dimengerti jika alasannya : •
Bayi sakit seperti kekurangan cairan
•
Bayi lahir dengan berat badan rendah
•
Bayi lahir sumbing (bawaan)
Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu : •
Jumlah dan mutu ASI kurang memadai/tidak mencukupi
•
Sakit dan tidak dianjurkan untuk menyusui untuk kepentingan ibu maupun bayinya, seperti penyakit menular.
•
Ibu menderita infeksi, luka puting ( mastitis )
•
Ibu mengalami gangguan jiwa.
•
Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi Untuk alasan-‐alasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan
pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh karena ASI yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI (Dinkes Propsu, 2005). Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-‐organisme patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Untuk mencukupi kebutuhan bayi susu diberikan sesuai dengan takarannya. Takaran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya
umur bayi. Jadwal menyusui dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI. Tetapi kebanyakan ibu-‐ibu sekarang menggunakan susu formula bukan sebagai PASI yang diakibatkan oleh keadaan-‐keadaan seperti yang di atas, oleh sebab itu tidak jarang produsen atau distributor susu formula menyampaikan informasi yang berlebihan dalam rangka pemasaran susu formula. Strategi pemasaran ini semakin berhasil yang dapat dilihat dari semakin meningkatnya permintaan terhadap susu formula untuk bayi dan anak balita. Apabila hal ini dibiarkan terus berlangsung tidak tertutup kemungkinan suatu saat para ibu yang memiliki bayi lebih cenderung memberikan susu formula bagi bayinya ketimbang memberikan ASI walaupun produksi ASI nya normal yang pada gilirannya akan menghambat keberhasilan program ASI eksklusif2
Cara Pemberian ASI Langkah-‐langkah menyusui yang Benar9 1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. 2. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara. • Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. • Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. • Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan. • Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. • Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja. 4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara : •
Menyentuh pipi dengan puting susu.
•
Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut dan mulai mengisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.
Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang menrangsang pengeluaran ASI. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, Di bawah pengaruh oksitosin, sel-‐sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi11. Laktasi dapat dianggap terdiri atas beberapa fase, laktogenesis I, laktogenesis II dan laktogenesis III (galaktopoiesis), Laktogenesis I berkaitan dengan awal persiapan pembuatan ASI di payudara. Laktogenesis II berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Galaktopoiesis berkaitan dengan proses mempertahankan produksi asi mature. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam ejeksi susu12.
Daftar Pustaka 1. Narendra, M ; Sularyo, T ; Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta; Sagung Seto, 2002 2. Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 3. Depkes, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta. 4. Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara 5. Suradi, R ; Roesli, U. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. FKUI. Jakarta 6. Gupte, Suraj M.D. (2004). Panduan Keperawatan Anak. Jakarta. 7. Solihin, Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak.Jakarta: Balai Penerbit FKUI 8. Sunardi. (2008). Ayah, Beri Aku ASI. Solo : Aqwamedika. 9. Suradi, R. (2004). Manajemen Laktasi. Cetakan Kedua. Jakarta 10. Wiryo, H., 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak Ibu Hamil dan Menyusui dengan bahan Makanan Lokal. Jakarta : Sagung Seto 11. Bobak, M & Irene et, al. (2004). Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Jakarta: EGC 12.
Coad, Jane dan Melvyn Dunstall.2006. Anatomi dan fisiologi unntuk Bidan. Jakarta ; EGC