PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK 2003-2007 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh Andriyansyah NIM:107022001344
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ABSTRAKSI Andriyansyah Penyerbuan Amerika Serikat Atas Irak dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Irak 2003-2007 Pada awalnya, yang terjadi di Irak pasca perang teluk I dan II telah usai. Suasana politik,ekonomi, dan sosial itu kembali menjadi kondusif, bahkan kerukunan antar etnis pun mulai terbangun sedikit demi sedikit, hingga kondisi di Irak pun pra Invasi AS ke Irak tahun 2003 itu mulai aman dan terkendali. Namun semuanya pecah setelah terjadi peristiwa yang mencenangkan dunia Internasional. Yaitu tragedi 11 September 2001. Gedung menara kembar World Trade Centre di New York dan Pentagon di Washington.ditabrak pesawat, yang menurut istilah AS oleh para teroris. Mereka menggunakan pesawat terbang dengan menggunakan bom bunuh diri. Menara kembar terbakar. Ambruk. Hampir 3000 orang tewas. Inilah mimpi buruk bagi AS, satu-satunya negeri adidaya di dunia ini.Dengan begitu ia memaklumatkan untuk “perang melawan terorisme”. AS menyeret negaranegara lain untuk terjun perang membantu AS ke dalam mandala perang melawan terrorisme. Negara-negara lain diberi pilihan : di pihak dia (AS) atau di pihak lawan (Teroris). Doktrin Bush dikeluarkan. Dengan berpedoman pada doktrin tersebut, AS memamerkan kekuatannya, dengan slogan “perang melawan terorisme”. Doktrin ini pula yang menyingkirkan rezim Saddam Hussein. Korban pertama adalah Afghanistan. Lantaran rezim Taliban pimpinan Mullah Omar yang pernah berkuasa di Afghanistan dituduh telah melakukan sekutu dan melindungi Osama bin Laden. Maka peperangan pun dimulai. Setelah Afghanistan diluluhlantahkan oleh keberingasan AS. Tak pernah terlihat tertangkapnya Osama Bin Laden sebagai target utama peperangan. Dan kedua adalah Invasi yang dilakukan pada April 2003 di Irak oleh AS. Dengan tuduhan yang sama yaitu memerangi para terroris dan selain itu juga AS pimpinan Bush menyatakan, di Irak ada senjata pemusnah massal dan kedekatan Saddam dengan Al-Qaeda dan Taliban, yang mesti diperangi. Perang pun bergejolak, banyak bangunan porak poranda dan pelanggaran HAM terjadi, akibat Invasi yang dilancarkan oleh kejahatan AS dan sekutunya. Setelah dari tahun 2003 s/d 2005 perang digulirkan sampai pemilu di Irak. kondisi politik ekonomi serta kerukunan antar etnis/mazhab/sekte pun menjadi kemelut yang berdampak panjang. Hingga pada tahun 2007 situasi makin tidak menentu.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada penulis terutama nikmat Iman, Islam serta Sehat wal Afiat, sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul ”Penyerbuan Amerika Serikat atas Irak dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Irak 2003-2007” dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Sholawat dan Salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan umatnya hingga di akhir zaman kelak. Banyak
sekali
pihak
yang
telah
berpartisipasi
dalam
membantu
menyelesaikan penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil. Maka dengan ini, sudah sepantasnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama, dorongan pengarahan serta bimbingan Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak jasanya dalam membantu mengujikan skripsi ini. 2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak sekali membantu dengan sabar dalam mengesahkan skripsi ini 3. H. Nurhasan, MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
ii
4. Dr. H. M. Muslih Idris, Lc. MA. Atas jasanya yang telah menguji penulis di saat munaqosyah, dan seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya. 5. Untuk kedua Orangtuaku, Bapak H. Adam S. dan Ibu Hj. Rodiah Yang telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, (Robbigfirli waliwali dayya warhamhuma kama Robbayani shogiro). serta kakak dan keponakanku yang telah memberikan spirit berjuang untuk menulis. 6. Tak lupa teman-teman seperjuanganku Jurusan SPI angkatan 2007 dan Organisasi PMII Komfaka, yang telah banyak meluangkan waktunya dalam menghibur dan memberikan motivasi yang lebih kepada penulis. Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
mendukung,
membimbing
dan
mengarahkan
penulis
hingga
terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembacanya
Jakarta, 29 November 2011 Penulis
Andriyansyah
iii
DAFTAR ISI ABSTRAKSI ……………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR …………………………...…………................................
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..
iv
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah …………………………...…………...
1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………….……….. 10 D. Metodologi Penelitian …………….…………………………… 11 E. Tinjauan Pustaka ..…………………………………………...... 13 F. Kerangka Teori ………………………………………………… 15 G. Sistematika Penulisan …………………………………………. 16 BAB II
KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003 A. Kondisi Sosial Masyarakat .............…………………………… 17 B. Kondisi Kehidupan Ekonomi …………....……………………. 21 C. Kondisi Politik …..............………….…………………………. 26 1. Kebijakan Politik Dalam Negeri Saddam Hussein …… 27 2. Kebijakan Politik Luar Negeri Saddam Hussein ….…... 28 D. Kondisi Kehidupan Etnis/Mazhab/Sekte ……………………… 31
BAB III
PENYERBUAN AS ATAS IRAK 2003-2007 A. Masalah Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal ……………. 36 B. Masalah Adanya Hubungan dengan Jaringan Al-Qaeda dan Taliban ..………………………………………………………. 42 C. Masalah Saddam Hussein Dianggap Pemimpin Diktator …….. 48 D. Masalah Pengincaran Minyak Irak ……...……………………. 52
BAB IV
DAMPAK PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK A. Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat …………... 59 B. Pengaruh Terhadap Kehidupan Ekonomi …………………….. 63 C. Pengaruh Terhadap Kehidupan Politik ……………………….. 68 D. Pengaruh Terhadap Kehidupan antar Etnis/Mazhab/Sekte ….... 73
iv
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………….…………….. 79 B. Saran ……..…………………………………………………... 81
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………….. 86
v
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Irak muncul sebagai sebuah negara merdeka baru di Timur Tengah pada akhir Perang Dunia I. Namun, awal sejarahnya dimulai sejak lebih dari 8000 tahun yang lalu di sebuah wilayah yang dikenal sebagai Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Daratan subur di antara sungai Eufrat dan Tigris ini pertanian dan aksara pertama mulai dikembangkan dan salah satu kekaisaran (kerajaan) paling awal didirikan. Sampai kinipun wilayah yang telah banyak menyumbang kepada kelahiran peradaban ini masih memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa di dunia. Penemuan minyak di Irak pada tahun 1927 memberikan berbagai tanggung jawab dan masalah moderen kepada negeri yang memiliki latar belakang sejarah kuno yang membanggakan itu. Masa situasi Irak sebelum invasi itu mengalami perkembangan yang signifikan. Apalagi pasca perang teluk I dan II usai. Perkembangan perekonomian sudah berjalan sebagaimana mestinya, sehingga bangunan infrastruktur di Irak mulai kembali direkonstruksi setelah perang berkecamuk antara Iran-Irak pada tahun 1980-1988 dan Irak-Kuwait pada tahun 1990-1991. perekonomian di Irak pun sudah mulai berjalan dan pendapatan perkapitanya sudah mulai stabil. Kondisi politik di Irak pun juga mulai cukup membaik setelah rakyat mengganti sistem kepemerintahan otoriter menjadi demokrasi dan transisi politiknya pun berubah menjadi sistem tatanan pemerintahan yang baru. Demikianlah, diharapkan bahwa lahirnya Irak baru yang demokratis lebih
2 mengedepankan kedaulatan rakyat ketimbang keotoriteran di era Saddam, demi memberikan pengaruh yang positif bagi negara-negara lain. Tetapi itupun menurut AS, yang sampai saat ini ingin sekali berambisi untuk melakukan kampanye sistem demokrasi di negara-negara Timur Tengah khususnya di negara Irak yang momennya tepat karena sedang ia invasi. Pertanyaannya ialah, apakah jika dilakukan perombakan dari sistem otoriter era Saddam menjadi sistem demokrasi di Irak, akan menjadi harapan atau mimpi untuk kebahagiaan rakyat sipil?1 . Yang dilakukan Saddam adalah akibat dari pada dorongan AS itu sendiri. Di mana (Wapres
AS)
Dick Cheney dan (Deputi Menteri Pertahanan) Paul
Wolfowitz. Melakukan keputusan yang sangat disayangkan sekali terhadap sekte Syiah dan suku Kurdi yang ketika itu agar melakukan pemberontakan terhadap kepemerintahan Saddam Hussein karena telah menjadi kaum yang termarginalkan dan terdiskriminasi. Hingga dengan begitu maka terjadilah pembantaian dengan senjata kimia. Dua belas tahun selanjutnya, Saddam membela diri dari tuduhan inspektur persenjataan yang diperkirakan akan menghentikan program senjatanya dan penembakan pesawat Amerika serta Inggris yang berpatroli di zona larangan terbang yang didesain untuk mengepungnya.2 Harapan yang terus diinginkan rakyat sipil Irak tampaknya menjadi sebuah mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Sebab kedamaian serta keamanan yang selalu dinanti itu telah direnggut oleh penyerbuan AS atas Irak. sejatinya AS harus lebih arif dan bijak dalam melakukan serangannnya. Alih-alih AS berdalih ingin menangkap Saddam Hussein dan perang melawan teroris di Irak, yang ada warga
1
Trias Kuncahyono.Irak korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Kompas.2005, h. 150. Christian Miller, Blood Money (Membuang Jutaan Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa,& Perusahaan Rakus di Irak) (Jakarta: PT Cahaya Insan Suci, 2007), h. 14. 2
3 sipil tidak berdosa menjadi tumbal dari kebiadabannya, sehingga beban psikilogis sosial masyarakatnya pun menjadi taruhannya. Rakyat Irak, paling khususnya warga Baghdad, merasakan bahwa penyingkiran Saddam tidak menyelesaikan masalah. Penyingkiran Saddam, untuk beberapa waktu, tidak memberikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, dan kenyamanan hidup. Aktivitas di Baghdad mulai hidup ketika matahari muncul dari ufuk timur, jalan-jalan pada siang hari padat, dan pada saat mentari persis di puncak langit, panasnya begitu terasa, betapa kegiatan transaksi jual beli di pasar di sana cukup terlihat ramai walaupun kondisi was-was selalu menghantui warga sipil yang hendak berdagang ataupun membeli. Setelah berakhirnya Perang Teluk I antara Irak dan Iran terjadi Perang Teluk II. Perang Teluk II ini merupakan peperangan antara Irak dengan Kuwait. Di mana rezim Saddam Hussein yang mengklaim diri sebagai pemimpin negara Arab atau Timur Tengah ketika itu mencaplok negara Kuwait dan menjadikannya bagian dari propinsi Irak. Penyebab utama daripada terjadinya Perang Teluk II diakibatkan karena perbatasan tanah yang selalu menjadi sengketa di antara kedua negara. Apalagi Saddam Hussein berupaya melakukan kilas balik sejarah tanah negara Kuwait yang merupakan bagian dari teritorial Irak di masa lalu dengan merujuk pada sejarah Mesopotamia. Sekitar tanggal 31 Juli-1 Agustus 1990 delegasi Kuwait dan Irak melakukan perundingan damai di Jeddah. Perundingan gagal karena Kuwait bersikap keras menolak permintaan dan tuntutan Irak. Lantas tanggal 2 Agustus 1990 mulailah Irak menyerbu Kuwait sekitar jam 03.00 pagi dan berhasil menguasai negeri itu dalam beberapa jam, dan bisa dibilang tanpa
4 perlawanan berarti. Emir Kuwait sempat melarikan diri ke Saudi Arabia. Raja Fahd ibn Abdul Aziz mengecam tindakan invasi Irak atas Kuwait.3 Tidak hanya itu, Riza Sihbudi dalam bukunya Bara Timur Tengah pun memiliki asumsi lain terkait Perang Teluk II terjadi bukan hanya sengketa lahan. Dikatakannya, pemerintah Baghdad menderita kerugian sekitar US$ 450 milyar akibat perang Iran-Irak dan terjerat utang US$ 80 milyar (sebagian besar dari negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council), khususnya Saudi Arabia dan Kuwait. Padahal pendapatan tertinggi Baghdad diperkirakan hanya US$ 12 milyar per tahun. Artinya, untuk kembali membangun negaranya, Saddam Hussein sedikitnya harus memiliki waktu 40 tahun lamanya. Bagi Saddam menyerbu dan mencaplok negara Kuwait merupakan jalan pintas mengatasi masalah ekonomi negaranya. Hingga saat itu kecaman dari seluruh dunia pun berdatangan. Dewan Keamanan PBB pun ikut andil mengesahkan Resolusi 661, yang memberlakukan sanksi terhadap Irak. Ekspor minyak Irak pun mulai terhenti akibat Irak menganeksasi Kuwait. Mulailah pasukan udara AS tiba di Saudi Arabia bergerilya menyerang Irak sambil menunggu pasukan multinasional untuk mendukungnya. Pada 21 Agustus 1990 melihat konflik ini Eropa melakukan pertemuan negaranegara Eropa Barat di Paris untuk sepakat mendukung pengiriman pasukan multinasional, di antaranya Inggris, Perancis, dan Belanda ke Teluk Persia (Arab). Gempuran bertubi-tubi pun mulai terdengar keras di bumi Irak ketika itu. Irak melakukan aksi perlawanan sendiri terhadap serangan pasukan multinasional. beberapa ladang minyak Baghdad di antaranya ludes terbakar akibat sasaran rudal 3
Satrio Arismunandar, Catatan Harian Dari Baghdad (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 174-175.
5 yang dilancarkan AS. Pada 25 Januari 1991 dinyatakan Irak, pesawat pasukan multinasional menembak dua tanker minyak, yang menghasilkan kebocoran minyak di perairan Teluk. Terindikasi kuat dilakukan oleh pasukan koalisi multinasional. Dengan begitu tidak hanya Saddam yang gerah akan serangan dari AS maupun multinasional tetapi rakyat yang menjadi korban pun menjadi sasaran dari penyerbuan tersebut. Hal ini mengakibatkan rakyat tetap mempercayai kepemimpinan Saddam Hussein sebagai presiden Irak, yang begitu piawai dan tangguh dalam menghadapi serangan dari negara-negara adikuasa seperti AS dan Eropa. Dengan begitu Saddam pun memanfaatkan dukungan sebagian besar rakyat Irak untuk tetap bertahan menjadi presiden Irak.4 Perang Teluk II ini merupakan cikal bakal terjadinya invasi pasukan Amerika Serikat (AS) terhadap Irak. Ini merupakan babak baru konflik Irak-AS yang menjadi topik proposal skripsi ini. AS melobi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) agar memberikan embargo ekonomi kepada pemerintahan Irak di bawah Saddam Hussein. Dampak dari kezaliman para elite politik AS itu, seperti: George W. Bush (presiden), Robert (Dick) Cheney (wakil presiden), Colin Powell (menteri luar negeri) Condoleezza Rice (penasihat keamanan nasional), Donald Rumsfeld (menteri pertahanan), Paul D. Wolfowitz (wakil menteri pertahanan) yang dikenal sebagai kelompok Hawkish, membuat bahaya kelaparan pangan bagi kelangsungan hidup masyarakat sipil Irak. Pemilihan presiden AS 4 November 2000 dimenangkan secara kontroversial oleh George Walker Bush, yang tidak lain merupakan anak dari George H. W. Bush (presiden AS 1988-1992). Sejak pertama kali menginjakan kakinya di
4
Satrio Arismunandar, h. 177-197.
6 Gedung Putih sebagai seorang presiden pada 1 Januari 2001, Bush Jr sudah bertekad untuk menyerbu Irak dan menggulingkan Saddam Hussein dari jabatan presiden Irak. George H. W. Bush gagal menggulingkan Saddam Hussein, dan ia pun bahkan gagal terpilih kembali sebagai presiden AS dalam pemilihan tahun 1992. Keadaan ini oleh Bush Jr dianggap bahwa Saddam Hussein telah mempermalukan ayahnya, Bush Sr. Di samping itu juga karena ada lantai sebuah hotel termewah di Baghdad yang bergambar wajah Bush Sr yang dengan sendirinya setiap hari terinjak-injak oleh kaki para tamu hotel itu. Tentu bukan hanya itu, Bush Jr sejak awal telah menyebut dirinya sebagai “seorang presiden perang”.5 Sejak tahun 2001, situasi politik internasional tidak menentu. Terutama setelah terjadinya dua peristiwa penting. Pertama, terjadinya tragedi penyerangan terhadap gedung kembar pencakar langit World Trade Centre (WTC) di New York serta gedung Pentagon di Washington DC, Amerika Serikat pada 11 September 2001. Meskipun bukti-bukti yang disodorkan masih kontroversial, pemerintah AS bersikeras menuduh jaringan terorisme internasional, Tanzhim alQaeda pimpinan Osama bin Laden yang berbasis di Afghanistan sebagai pelaku utamanya. Kedua, invasi dan pendudukan AS atas Irak (sejak April 2003). Invasi dan pendudukan AS terhadap Irak ini didasarkan atas tuduhan bahwa rezim yang berkuasa di
negara
tersebut
merupakan pendukung jaringan terorisme
internasional dan memiliki senjata pemusnah massal yang dikembangkan rezim Saddam Hussein. Invasi tersebut tidak hanya berdasarkan pada tujuan mengambil senjata pemusnah massal dan adanya konspirasi mesra antara rezim Saddam
5
Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), h. 144-145.
7 dengan kelompok Al-Qaeda dan Taliban. Namun menurut Riza Sihbudi (peneliti LIPI) dalam bukunya Menyandera Timur Tengah mengatakan bahwa semua tuduhan tersebut adalah sebuah rekayasa politik yang dilancarkan AS agar bisa melegitimasi perang terhadap Irak, walaupun mendapat kecaman dari berbagai negara yang tidak menyetujui aksi penyerbuan terhadap Irak, hingga PBB pun menolak memberikan legitimasi dan restunya terhadap invasi tersebut. Yang lebih ironisnya lagi, semua dokumen menjadi dasar semua tudingan itu pun ternyata diyakini banyak kalangan tidak lebih daripada tipuan belaka, dari kalangan intelijen AS. Menurut sumber lain yaitu buku Blood Money (Membuang Jutaan Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa, & Perusahaan Rakus di Irak) karya tim investigasi perang Irak yang berasal dari AS bernama Christian Miller pada halaman xviii secara kronologis dijelaskan bahwa, pada tanggal 8 Maret 2003 pasukan bersenjata AS menganugerahkan kontrak senilai US$ 7 milyar kepada perusahaan Halliburton untuk merehabilitasi industri minyak di Irak dan setelah itu pada tanggal 22 April 2003 perusahaan Halliburton memperoleh kucuran minyak Irak untuk pertama kalinya sejak invasi.6 Ini mengakibatkan adanya indikasi yang kuat bagaimana latar belakang pendudukan AS atas Irak yang sebenaranya: tidak lain ingin menguasai minyaknya, karena kita tahu bahwa negara Irak merupakan penghasil minyak terbesar ketiga di dunia. Dalih untuk menghentikan terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah massal di Irak itu semua terbantahkan setelah David Kay pimpinan inspektur persenjataan AS di Irak pada tanggal 28 Januari 2004, mengatakan kepada seluruh anggota DPR dan senat AS bahwa mereka tidak pernah menemukan senjata 6
Christian Miller, Blood Money (Membuang Jutaan Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa,& Perusahaan Rakus di Irak). h. xviii-xix.
8 pemusnah massal yang selalu menjadi alasan dari peperangan ini, dan hasilnya, bahwa intelijen praperang telah keliru.7 Di masa transisi perpolitikan ini paling tidak ada dua skenario yang akan diterapkan pada Irak jika AS menginvasinya tanpa dukungan dunia internasional karena Irak dianggap tidak terbukti melanggar dan menabrak aturan main yang telah diratifikasi oleh PBB melalui Resolusinya No. 1441, yakni memiliki senjata pemusnah massal, seperti nuklir, senjata kimia, dan biologi. Sejak saat itu invasi dan pendudukan AS terhadap Irak tetap saja berlangsung, akibatnya gelombang anti invasi AS pun merebak di mana-mana. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menolak memberikan legitimasi atas invasi AS ke Irak.8 Semuanya berdampak buruk bagi kedamaian rakyat sipil Irak yang semula aman terkendali, menjadi menakutkan. Karena akibat invasi AS di Irak, ratusan ribu rakyat Irak menjadi korban dan Negeri 1001 Malam itu jadi carut marut oleh berbagai aksi kekerasan dan pertikaian antar sektarian/mazhab/etnis, masalah kematian warga sipil yang sia-sia, masalah listrik & air, tempat-tempat rumah sakit/Ibadah dan tempat perlindungan lainnya.Yang telah direnggut dengan ledakan-ledakan bom yang dilancarkan AS dan sekutunya. AS bukan hanya harus menarik seluruh tentaranya dari Irak, tapi Bush juga harus dimintai pertanggung jawabannya atas pelanggaran HAM berat, jika perlu di hadapan Mahkamah Internasional. Aksi penolakan pun digelorakan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Liga Arab sebagai jembatan perdamaian bagi kelanggengan hidup rakyat 7 8
Christian Miller, h. xxi. M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), h. 283.
9 Timur Tengah. Juru bicara Liga Arab, Hisyam Yusuf, menegaskan, sikap resmi negara-negara Arab tidak akan pernah berubah, yakni menolak aksi militer AS ke Irak seperti yang direkomendasikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Beirut pada bulan Maret 2002. Menurut Yusuf , tidak ada alasan yang kuat dan layak untuk menyerang Irak selama Baghdad melaksanakan resolusi DK PBB serta menghormati legalitas internasional.9 Akibatnya masa depan rakyat Irak sampai tahun 2007 bisa dikatakan tidak kondusif.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dalam suatu penelitian sudah barang tentu ditemui permasalahan sebagai objek penelitian, maka masalah-masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Motivasi invasi dan pendudukan (serangan militer) AS ke Irak b. Sejarah peperangan di Irak c. Kepentingan AS atas penyerbuannya ke Irak 2. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi pembahasannya pada tahun 2003 hingga 2007, yaitu masa pemerintahan presiden Goerge W. Bush
dan implikasinya yang luas
terhadap masyarakat sipil Irak. Adapun pembahasan skripsi ini dirumuskan dalam tiga pertanyaan: a. Bagaimana kehidupan masyarakat Irak pra invasi AS 2003 9
h. 44.
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam (Jakarta: Kompas, 2003),
10 b. Bagaimana penyerbuan Amerika Serikat atas Irak itu terjadi? c. Bagaimanakah dampak penyerbuan AS bagi rakyat sipil Irak ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan a. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui lebih mendalam tentang berbagai faktor invasi dan pendudukan (penyerbuan) AS atas Irak antara rentang waktu 2003 hingga 2007. 2. Untuk dapat mengkomparasikan sumber yang satu dengan yang lainnya, baik itu sumber primer maupun sekunder. 3. Mengetahui hal-hal lain yang terkait dengan akar peperangan, seperti: bagaimana sikap PBB, Liga Arab, OKI, dll. 4. Mengetahui bagaimana dampak invasi dan pendudukan AS atas Irak bagi rakyat sipil Irak.
b. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penelitian yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi penulis, agar nantinya tulisan yang penulis rancang tersebut dapat menjadi modal yang baik untuk menulis. 2. Skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat terkhusus bagi jurusan dan fakultas agar kelak tulisan bisa menjadi rujukan teman-teman mahasiswa lainnya .
11 3. Skripsi ini penulis berharap dapat berguna sebagai khazanah kesejarahan bagi instansi terkait yang membahas tentang teori konflik dan dampak dari perang.
D. Metodologi Penelitian Skripsi ini ditulis dengan menggunakan buku Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori, dan Praktik) karya dari Basri MS sebagai rujukan metodenya. Adapun tahapannya meliputi empat tahap, yaitu: 1. Heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber primer, dan beberapa tulisan dari Trias Kuncahyono maupun Mustafa Abd. Rahman yang meliput langsung kejadian peperangan Irak dan tulisan primer lain yang berkaitan dengan topik tersebut. Seperti karya Christian T. Miller, Blood Money (Membuang Jutaan Dolar,Menewaskan Ribuan Jiwa,& Perusahan Rakus di Irak) dan beberapa artikel dan tajuk koran Kompas yang berjudul Bush Tak Setuju Perang Irak (Buku Memoar 10 November 2010. Saddam: Tak ada niat saya membakar kilang minyak 27-Februari-2003. Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi Dunia 23 Januari 2003. Selanjutnya penulis menggunakan sumber-sumber sekunder yang mempunyai korelasi dan relevansi dengan materi pembahasan. Seperti karya Abdul Halim Mahally, Menjarah Negeri Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan”, Mohammad Safari, & H. Almuzzammil Yusuf, Perang Iraq-AS “Hegemoni Baru AS di Timur Tengah dan Dampak Globalnya”, dan Dhurorudin Mashad, dkk Saddam Melawan Amerika. Penulis dalam menulis skripsi merujuk pada metodologi sejarahnya Basri MS, yang merincikan metode kronologis, bagaimana cara
12 mengaktualisasikan sebuah peristiwa, yang nantinya penelitian tersebut dapat penulis kembangkan dan mendapatkan metodologi yang penulis garap sesuai dengan standarisasi metodologi penelitian yang kontemporer. 2. Kritik, sumber-sumber yang terkumpul baik primer maupun sekunder kemudian dikritik baik secara ekstern maupun intern. Yang dimaksud ekstern ialah otentisitas atau keaslian, pokok kritik ekstern adalah menguji hal-hal yang bersifat fisik dan penampilan luar dari sumber-sumber tersebut. Ini berarti penelahaan pada hal-hal yang bersifat material seperti: jenis kertas, jenis tinta, waktu, zaman, tempat, dan identifikasi pengarang yang sebenarnya. Sedangkan kritik intern ialah membahas masalah kredibilitas atau keabsahan. Kritik internal ini bertujuan mengungkap isi kebenaran (validitas) sumber tersebut, seperti: menyelami alam pikiran pengarang serta kondisi mental dan kejujuran pengarang dalam mengobyektifkan suatu sumber. 3. Interpretasi,untuk mengetahui makna yang terkandung dalam sebuah sumber. Tidak cukup hanya memperhatikan teks-teks saja tetapi kita perlu menganalisis dan menafsirkan kembali, yakni apakah proses dalam penulisannya dalam suasana bebas merdeka, tanpa tekanan dari siapapun atau sebaliknya. Sebab jika sebaliknya, maka apa yang terkandung dalam teks sumber itu, tidak orisinil, artinya tidak sesuai dengan hati dan pikirannya. Agar tulisannya itu bisa lebih obyektif dan tidak multitafsir 4. Historiografi, yaitu penulisan sejarahnya, di mana mencoba merekonstruksi kembali kejadian historisitas penyerbuan AS atas Irak dan dampaknya dari tahun 2003 sampai 2007 secara kronologis. Menurut Taufik Abdullah, suatu penulisan sejarah dianggap layak dan baik apabila baru dikerjakan setelah
13 dilakukannya penelitian, sebab tanpa dilakukannya penelitian maka penulisan sejarah menjadi rekonstruksi tanpa pembuktian.
E. Tinjauan Pustaka Banyak sekali tulisan baik berbentuk buku, jurnal, koran, dan karya tulis lainnya tentang pendudukan AS atas Irak. Di antara karya-karya tersebut harus dicari mana yang benar-benar otentik. Meminjam istilah Kuntowijoyo dalam penulisan itu mesti mempunyai prinsip ontentisitas dan kredibiltas, dengan keduanya bersinergi maka tulisan itu bisa menjadi otoritatif dan layak diangkat ke dalam dunia akademis. Maka dari itu tulisan ini harus mempunyai kedua unsur tersebut agar tidak melanggar ketentuan akademis. Apalagi tulisan ini mengenai isu-isu kontemporer yaitu invasi dan pendudukan AS atas Irak. Buku berjudul Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish karya Trias Kuncahyono (wartawan Kompas yang meliput dan menginvestigasi langsung kejadian perang AS-Irak) layak dijadikan sebagai salah satu sumber. Selanjutnya penulis mengkomparasikan buku di atas dengan buku Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam karya Musthafa Abd. Rahman (wartawan Kompas yang bertugas di Kairo), yang pada saat yang sama juga meliput secara langsung peperangan yang terjadi antara AS-Irak. Kedua buku ini penulis anggap merupakan sumber primer yang otoritatif, karena kedua buku ini merupakan hasil investigasi empiris dan langsung, bukan berdasarkan rujukan-rujukan buku semata.
14 Penulis juga menukil referensi dari pihak Washington melalui (seorang wartawan investigatif peraih penghargaan dari Los Angeles Time Biro Washington), bernama T. Christian Miller. Dalam sepuluh tahun pengabdiannya sebagai jurnalis profesional, ia telah meliput empat perang dan satu kampanye kepresidenan, salah satunya adalah perang Irak. Isi buku itu sangat obyektif dan tidak memihak ke AS maupun Irak, semuanya diangkat berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Buku lainnya adalah berjudul Bush’s War for Reelection “Iraq, The White House, And The People” karya James Moore dari AS peraih Emmy Award. Dalam kiprahnya di dunia karya tulis, ia juga hampir sama dengan Miller yang selalu hadir dalam kampanye kepresidenan sejak 1976. Maka dari itu dengan rujukan yang induk seperti ini penulis meyakini, itu merupakan sumber primer yang patut diapresiasi dan layak dijadikan sumber referensi utama. Selain itu buku tentang akhir perang teluk yang penulis cari di perpustakaan nasional itu juga sangat representatif bagi rujukan skripsi ini, yang ditulis oleh Joko Pitono H. P. di mana masyarakat sipil, ketika itu menjadi bulan-bulanan peperangan dan pelanggaran HAM. Selanjutnya penulis juga mendapatkan bukubuku dari Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan website yang dapat dipercaya seperti: Murray Sabrin. “Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS”. artikel di akses pada 27 Juni 2006. Dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html dan “AS Dituduh Merampok Uang Minyak Irak,” artikel diakses Senin, 20/06/2011 08:03. WIB dari http://www.eramuslim.com/berita/dunia/as-dituduh-merampok-uang-minyakirak.htm, kemudian ada juga surat kabar nasional seperti: Kompas.
15 F. Kerangka Teori Dalam membahas permasalahan di atas, sudah tentu akan menggunakan pendekatan konsep pemikiran tertentu sebagai penguat ataupun penunjang masalah yang diajukan. Di antaranya penulis kutip pendapat Christian T. Miller (wartawan AS) yang berteori bahwa invasi AS atas Irak akibat daripada minyak yang melimpah ruah yang dimiliki oleh Irak, apalagi kondisi sosial dan politik di bawah rezim Saddam Hussein mengalami defisit kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinannya akibat kondisi ekonomi yang tidak kian membaik. Hingga saat itu AS melakukan eksploitasi untuk melegitimasi perang dan mengambil keuntungan di Irak dan mengambil kekayaan minyak yang ada di sana, dengan atas nama perbaikan kondisi ekonomi, politik, sosial, dan melawan negara teroris. Senada dengan di atas apa yang dikatakan oleh Trias Kuncahyono (wartawan Kompas) terjadi pergeseran nilai dan penjungkiran opini, di mana AS melakukan penyerbuan terhadap Irak dengan dalih mencari senjata pemusnah massal dan keterkaitan Saddam dengan kelompok teroris. Namun pada kenyataannya, ialah bagaimana AS dapat memiliki minyak dengan melegalkan konflik dengan Irak. Dengan kerangka teori pemikiran inilah permasalahan dalam skripsi ini dianalisis.
16 G. Sistematika Penulisan Untuk menyajikan laporan dan penulisan sekaligus memberikan gambaran yang
jelas dan sistematis tentang materi yang terkandung dalam skripsi ini,
penulis menyusun sistematikanya ke dalam 5 bab beserta bibliografinya dengan urutan sebagai berikut. Bab I : berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan sistematika penulisan. Bab II : merupakan bab inti pertama yang membahas kehidupan sosial masyarakat Irak pra invasi AS 2003 dari segi analisis sejarah maupun geografisnya, yang ketika itu dipimpin oleh presiden Saddam Hussein. Serta perkembangan maupun kondisi politik Irak pada waktu itu. Bab III : merupakan bab inti kedua yang akan membahas sebab-sebab yang melatarbelakangi invasi dan pendudukan AS atas Irak. Bab IV : merupakan bab inti ketiga yang akan membahas berbagai macam dinamika kepentingan AS menginvasi dan menduduki Irak. BAB V : mengandung dua sub-bab, yaitu kesimpulan yang merupakan pandangan penulis tentang hasil penelitian yang telah ditempuh. Kesimpulan merupakan hasil akhir yang dapat penulis berikan sebagai puncak dari kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Sub-bab yang kedua; saran-saran yang merupakan anjuran penulis kepada para akademisi yang memiliki perhatian terhadap penelitian sejarah dan peradaban Islam, terutama yang berkenaan dengan invasi dan pendudukan AS atas Irak.
17 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003
A. Kondisi Sosial Masyarakat Negara Republik Irak (al-Jumhuriyah al-Irakiyah) yang beribukota Baghdad ini berpenduduk 18.317.000 jiwa sesuai sensus 1990. Pada sensus 2010 berdasarkan situs resmi CIA milik Amerika yang telah diupdate pada tanggal 18 Oktober 2011, Populasi kependudukan Irak mengalami perkembangan yang signifikan sekitar 30.399.572 jiwa penduduk Irak.10 Luas wilayahnya mencapai 435.052 km2 dengan kepadatan penduduk mencapai 42.1/Km2. Bahasa resminya adalah bahasa Arab. Penduduk yang beragama Islam mencapai 95,8 % (Sunni dan Syiah), Kristen 3,5 % dan sisanya Yahudi. Mata uangnya adalah Dinar. Negara yang berada di bagian barat daya Asia ini, memiliki batas wilayah; di selatan berbatasan dengan Kuwait dan Saudi Arabia, di barat dengan Jordania dan Syria, di utara dengan Turki, dan di timur dengan Iran.11 Banyak keluarga di Irak hidup di Pedesaan. Karena jika tinggal di pedesaan mereka dapat hidup lebih tentram dan bisa menggiring pertanian di daerahnya. Ukuran rata-rata masyarakat Irak lebihn senang berada di daerah kota-kota kecil. Karena jika berada di kota-kota besar sangat riskan keamanannya. Dan tradisi pernikahan di Irak sangat cenderung lebih dini dan banyak. Karena memang tradisi Islam sangat menganjurkan nikah lebih muda dan 10
CIA. “Population Irak People ,Country Comparison to The World”. artikel di akses pada: 18 Oktober 2011. Dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ iz.html. 11 Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Lingustik dan Geo-Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h.168.
18 mempunyai keturunan yang banyak. sehingga banyak remaja muda yang sudah menikah. Apalagi sesudah Perang Teluk II antara Irak-Kuwait selesai, pada tahun 1995 s/d 2000 kondisi Irak bisa dikatakan relatif aman untuk melakukan resepsi pernikahan secara terang-terangan. Maka dari presentase Irak angka kelahrian di sana itu cukuplah tinggi. Walaupun tidak menutup kemungkinan angka kematian di Irak juga tak kalah tingginya. Tingkat kelahiran dan kematian di Irak mengalami kondisi fluaktuatif, terkadang tinggi dan rendah. Akibat angka kelahiran dan kematian yang selalu seimbang dan bersaing. Dan pertumbuhan penduduk Irak pun terbilang cepat sejak tahun 1950-an. Tingkat pertumbuhan penduduk Irak sekitar 2,7 persen (1.027 kelahiran dan untuk 1.000 setiap kematian per tahunnya).12 Jumlah penduduk Irak sekitar 23 juta jiwa ( perkiraan tahun 2003) dengan 74 persen tinggal di perkotaan. Lebih dari 24 persen populasi timggal di wilayah ke gubernuran Baghdad. Masyarakat terdiri dari berbagai unsur, yang sebelumnya tidak pernah digabungkan dalam satu negara merdeka. Dulu, dan juga sekarang, populasi Irak terbagi dalam berbagi kategori yang tumpang tindih, mencakup asal-usul sosial dan etnik, sekte religius, pekerjaan,latar belakang, daerah dan kesukuan. Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk (95 persen), adalah agama resmi di Irak. sekitar seperemapat dari penganut Islam ini adalah etnis Kurdi, yang mayoritas beraliran Sunni. Sisanya yang tiga perempat adalah orang Arab. 12
h. 54.
Charles F. Gritzner,ed, Iraq Modern World Nation.( Chelsea House. New York. 2006),
19 Komunitas agama lain adalah Kristen (3,6 persen), Sabean dan Yazidi (1,4 persen) bahasa Arab meruapakan bahasa resmi Irak. Tetapi, sesuai dengan keragaman etnis yang ada, bermacam bahasa digunakan di Irak, seperti bahasa Kurdi, Assyiria,Persia, Turki, Turkmen, dll.13 Semua kondisi sosial ketika itu aman dan terkendali, tak ada pertikaian yang begitu berarti pasca Perang Teluk II 1991 dan pra invasi AS 2003. Data dari UNICEF keadaan psikososial anak kesejahteraan belum sistematis dipantau sampai sekarang, menyajikan data tersebar dan sering tidak lengkap untuk periode yang dipertimbangkan sejak (1989-1999). Kebanyakan orang tua khawatir Irak akan terus-menerus tidak berjalan sesuai dengan harapan rakyat Irak, untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka dan mengirimkan kekhawatiran ini kepada anak-anak mereka (UNICEF: Anakanak dan Wanita di Irak - Sebuah Analisis Situasi, 1992; Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak, 22.3.99). Pemuda dan 'anak-anak di Irak saat ini, tumbuh dengan rasa mendalam ketidakamanan tentang kepuasan hidup dasar mereka dan kebutuhan pembangunan, dan anak-anak berumur 4 tahun sudah terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan dalam rangka memberikan kontribusi untuk keluarganya, sebagian besar dari mereka bekerja di jalanan. Suasana keluarga juga menderita tekanan psikologis batin. Kelelahan orang tua yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga secara alami kurang sensitif dan peduli terhadap anak-anak mereka, dan anak-anak kehilangan sering menambahkan melalui perilaku konsekuen sulit mereka ke dalam
13
Dhurorudin Mashad, dkk., Saddam Melawan Amerika (Jakarta: Pensil-324, 2003), h. 51.
20 penderitaan orang tua. Peningkatan konflik keluarga dan penganiayaan anak-anak telah diamati (UNICEF: Anak-anak dan Wanita di Irak - Sebuah Analisis Situasi, 1992; Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak, 22.3.99). Lebih banyak anak dipaksa oleh orang tua mereka untuk bekerja di jalan-jalan (TT Al Jadir: Studi Fenomena menggelandang, Baghdad, 1998). Laporan lainnya menunjukkan peningkatan break up keluarga, mengakibatkan peningkatan jumlah anak yatim (Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak,, 22.3.99 dan Departemen Tenaga Kerja dan Sosial, 23.3.99). Keluarga yang mencintai sumber daya untuk perawatan yang habis jangka panjang melalui beberapa kesusahan tidak dapat lagi memberikan anak-anak mereka dengan rasa memiliki. Anak pertengahan: Di masa pertangahan kanak-kanak nutrisinya terus mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi, belajar dan menghafal dan dengan demikian mencerminkan negatif pada kemajuan pendidikan mereka. (Laporan Pertama Berkala Irak tentang Pelaksanaan Konvensi Hak Anak, 1996)) Saat ini tidak ada data tentang status gizi anak yang lebih tua, namun peningkatan gizi buruk, penyakit dan kematian telah diamati (UNICEF Analisis Situasi Perempuan dan Anak di Irak, 1997). Khawatir tentang kebutuhan dasar juga mengalihkan perhatian anak dari belajar dan kegiatan kreatif dan produktif lainnya dan dengan demikian mencerminkan negatif terhadap jalannya perkembangan intelektual mereka.14 Bagaimanapun jika kita lihat kondisi Irak pada saat itu terbilang tidak terlalu memprihatinkan karena Irak negara yang cukup makmur dari segi struktur 14
UNICEF. Kondisi Psikososial Kesejahteraan Anak di Irak. artikel di akses pada: Februari 1997. Dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/spec-top.html.
21 maupun infrastrukturnya, apalagi ditunjang dengan peradabannya yang begitu memukau. Membuat dunia takjub akan warisan dari kesejarahan negara Irak tersebut. karena Irak merupakan peninggalan dari segala macam dinasti dan kerajaan yang sempat berjaya di masanya. Hingga kejayaan tersebut masih terasa bagi
rakyat
Irak sendiri
sebelum
invasi
AS
yang kuat
itu terjadi.
B. Kondisi Kehidupan Ekonomi. Di bawah pemerintahan Saddam, data ekonomi dianggap rahasia negara, dengan demikian, data yang dapat diandalkan untuk zaman itu terbatas. Menurut data Economist Intelligence Unit, Irak PDB berdiri di sekitar $ 38 miliar dolar tahun 1989, diukur dalam konstan 2003 dolar. Dari 1990 sampai Saddam menerima syarat dan ketentuan Resolusi PBB 986 pada tahun 1996 PDB di Irak tetap kurang dari 30 persen dari nilai 1989. Dalam periode 1996 sampai 2002, data menunjukkan sebuah pemulihan bertahap sebagai GDP meningkat dari $ 10600000000 pada tahun 1996 menjadi $ 33 miliar pada 2000 sebelum turun kembali ke $ 29 miliar tahun 2001.GDP per kapita selama periode mengikuti tren penurunan terlihat dalam PDB secara keseluruhan. PDB per kapita pergi dari sekitar $ 2304 pada 1989 menjadi $ 938 pada tahun 1990. Dari tahun 1991 sampai tahun 1996 PDB per kapita tidak pernah naik di atas $ 507. Selama periode ketimpangan pendapatan adalah masalah sebagai kekayaan terkonsentrasi di tangan Rezim loyalis dan pedagang sementara Irak yang paling hidup dari penghasilan yang jauh lebih sedikit.
22 CBI menerbitkan buletin statistik dengan data GDP dalam harga sekarang Data yang digunakan dalam gambar 7 diperoleh pada tahun 2004 di CBI. Perlu dicatat bahwa validitas yang sebenarnya tidak diketahui. Karena kurangnya data ekonomi yang spesifik, sulit untuk memisahkan PDB Irak menjadi sektor. Diperkirakan bahwa pada 1989 minyak Irak terdiri sekitar 61 persen dari perekonomian. Namun, setelah invasi Kuwait dan sanksi pada ekspor minyak, ini terus menurun sampai 1996 ketika program OFF PBB Irak diperbolehkan untuk melanjutkan ekspor minyak dikendalikan menggunakan kontrak disetujui PBB. Sektor Pertanian PDB, meskipun lebih besar dari beberapa negara tetangga, sangat kecil jika dibandingkan dengan minyak dan layanan. Lahan subur pertanian Irak mencakup sekitar seperlima dari wilayahnya dan telah memungkinkan Irak untuk mempertahankan sistem pertanian penting. Pengembangan minyak Irak dimulai pada tahun 1901. Irak Perusahaan Minyak Nasional (INOC) dibentuk pada tahun 1964, dan dengan nasionalisasi minyak Irak antara tahun 1972 dan 1975, INOC mengambil alih dari perusahaan minyak internasional yang sebelumnya menjalankan industri minyak negara itu. Pada tahun 1987, INOC dibubarkan dan bergabung dengan Moo. Sebelum Perang Teluk, minyak menyumbang lebih dari 60 persen dari PDB dan 95 persen dari pendapatan mata uang asing. Setelah invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 dan embargo pada ekspor minyak Irak, produksi minyak Irak turun menjadi 10 persen dari tingkat sebelum perang dari 3,5 juta barel per hari pada bulan Juli 1990 menjadi sekitar 350.000 barel per hari pada Juli 1991. Disetujui oleh PBB ekspor minyak mulai pada Desember 1996 setelah Irak akhirnya menerima UNSCR 986 (disahkan pada bulan April 1995). Namun, sektor minyak Irak terus menderita
23 dari tahun manajemen reservoir minyak miskin; masalah korosi pada berbagai fasilitas minyak; kerusakan fasilitas injeksi air, kurangnya suku cadang, bahan, peralatan, dan kerusakan pada penyimpanan minyak dan fasilitas pemompaan. Tidak seperti kebanyakan negara-negara Teluk, Irak memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Sekitar 12 persen dari lahannya ditanami, dimana 4 persen irigasi. 9 persen lainnya cocok untuk penggembalaan dan 3 persen adalah hutan. Namun, selama pemerintahan Saddam, Irak tidak efektif menggunakan potensi pertanian. Dalam partai Ba'ath, aktivitas di sektor pangan dan pertanian ekonomi terus menurun. Pemerintah pengeluaran pada pertanian turun dari 18 persen dari pengeluaran total pemerintah pada tahun 1976 menjadi kurang dari 10 persen pada tahun 1980 dan terus menurun selama perang Iran-Irak. Di bawah Saddam, sebagai akibat dari kekeringan, kurangnya input, metode miskin dan administrasi lemah, Irak mampu mencapai tingkat produksi pertanian di dekat potensinya. Setelah Perang Teluk pertama, sistem irigasi jatuh ke dalam keruntuhan dan sebagian besar lahan pertanian irigasi di pusat dan selatan Irak rusak parah karena salinisasi (larutan garam). Pertumbuhan penduduk yang cepat selama tiga dekade terakhir, ditambah dengan lahan pertanian terbatas dan stagnasi secara keseluruhan dalam produksi pertanian terus meningkat ketergantungan Irak pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik. Pada tahun 2002, di bawah program OFF PBB, antara 80 persen dan 100 persen dari Irak makanan pokok diimpor. Namun, Irak tetap mandiri dalam buah-buahan dan sayuran.15
15
CIA. “Data Ekonomi Irak 1989-2003”. artikel di akses pada: 24 April 2004. Dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ iz.html.
24 Dan minyak Irak pasca Perang Teluk II antara Irak dan Kuwait dari salah satu sumber menurut Abdul Halim Mahally dalam bukunya Menjarah Negeri Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan. Bahwa Irak sebelum invasi AS memiliki cadangan minyak sekitar 338 milyar barel yang juga berarti menempatkan sebagai pemilik cadangan terbesar di kawasan Timur Tengah bahkan mengalahkan Arab Saudi. Namun tampaknya berlebihan, sebab Arab Saudi tetaplah merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang paling besar cadangan minyaknya. Produksi minyak nampaknya akan terus diupayakan meningkat jika hendak digunakan sebagiannya sebagai ganti rugi atau pemulihan infrastruktur yang rusak akibat perang yang jumlah keseluruhannya mencapai US$ 400 milyar. Karenanya produksi minyak Irak tidak boleh hanya berhenti pada level 2.5 juta atau 3 juta barel per hari.16
Irak di bawah Presiden Saddam Hussein telah menjadi bangsa yang kuat. Sambil memperkuat angkatan bersenjata, Saddam juga memperhatikan pertanian. Begitu PBB menjatuhkan sanksi terhadap Irak, Saddam langsung membangun pertanian Irak secara besar-besaran. Proyek yang pertama kali dikerjakan adalah membangun irigasi untuk pertanian.
Tahun 1993, Saddam membelah padang pasir Irak untuk dijadikan sungai yang diberi nama sungai Saddam (Nahr Assaddam). Panjangnya tidak kepalang. 500 kilometer. Begitu sungai selesai, padang pasir yang ada di kanan-kiri sungai digenangi air dan disulap menjadi lahan yang subur. Hasilnya, padang pasir dihijaukan dengan gandum sebagai makanan pokok, anggur dan korma. Karena 16
Mahally, Abdul Halim. Menjarah Negeri Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan”.(Bekasi: Fima Rodheta.2006). h, 256-257.
25 itu tidak usah heran kalau Irak tidak mengalami kelaparan walaupun sudah diembargo sudah 10 tahun.
Jadi bayangan bahwa Irak akan kelaparan karena embargo, hanyalah ilusi belaka. Bahkan menurut banyak pengamat, 100 tahun lagi, kalau PBB kuat memberlakukan embargo, Irak akan masih punya daya tahan. Bahkan di saat embargo ekonomi, Irak mengekspor beras dan gandum. Kesulitan yang dirasakan akibat embargo adalah obat- obatan dan spare part mobil dan industri. “Di sini semua terpenuhi, kecuali mobil baru,” kata salah seorang penjual koran.
Kesuksesan Saddam dalam bidang pertanian merupakan kunci utama stabilitas politik di Irak selama embargo dunia. Irak yang memiliki sumber minyak nomor tiga di dunia, sampai saat ini persediaan minyaknya dapat dihemat untuk beberapa generasi berikutnya. Karena kebutuhan makanan pokok melimpah, masyarakat Irak tetap tenang menghadapi embargo PBB.
Bagi rakyat Irak dewasa ini masalah demokrasi dan HAM tidak menjadi isu sentral. Bahkan bagi mereka demokrasi dan HAM hanyalah slogan Amerika untuk menghancurkan Irak. Dengan cara pandang seperti ini, popularitas Saddam tetap tak tergoyahkan di mata rakyat negara yang bertetangga dengan Iran itu.
Bagaimana nasib mata uang dinar Irak? Tentu saja nilai dinar terjun bebas. Meski demikian, nasionalisme rakyat Irak tidak bisa digoyang dengan nilai dinar yang anjok itu. Sebelum embargo 1991, satu dinar Irak ditukar dengan 2,7 dolar. Sekarang satu dollar ditukar dengan 1.900 dinar. Berarti nilainya anjlok sampai 800 kali lipat. Menukar uang seratus dollar sudah tidak muat di kantong.
26 ltulah Irak yang terus bergulat untuk melepaskan diri dari tiang gantungan imperialisme Barat. Irak adalah contoh negara yang tidak pernah menyerahkan nasibnya kepada imperialisme yang serakah dan tidak kenal malu. Kita berharap Irak tetap tegar menghadapi dunia Barat. Untuk masa depan fenomena Irak tetap menarik untuk diikuti.17
C. Kondisi Politik Berbagai aspek telah dilancarkan oleh Saddam Hussein demi memenuhi ambisinya dengan mengeluarkan beberapa kebijakan politik yang telah disepakatinya, kebijakan ini antara lain meliputi kebijakan dalam dan kebijakan luar negeri. Beberapa manuver politik menjadi hal yang biasa dilakukan pemerintahan Irak yang dipimpim Saddam. Di antaranya di dalam negeri sendiri ia selalu mempromosikan pemahaman Arab Sunni sebagai aliran keagamaan yang mesti dipatuhi, padahal banyak Sekte/Mazhab yang lain mesti dihormati dan dihargai keberadaannya. Saddam diyakini mempunyai ambisi ini dengan memanfaatkan situasi demi bisa mempertahankan kekuasaan politiknya. Tidak hanya itu saja, masa sebelum invasi AS 2003 belum terlalu signifikan, Kondisi perpolitikan di Irak
sedikit agak rejim waktu Saddam
memimpin sebagai presiden Irak ketika itu, hingga sebagain besar etnis Kurdi dan sekte Syiah
merasa didiskriminasi oleh segala macam kebijakannya. Dari
masalah hak sebagai warga negara sipil yang mesti diprioritaskan sampai menjadi
17
Tabrani Syabirin . “Irak Setelah Diembargo 10 tahun”. artikel di akses pada:. Februari 2000. Dari http://www.oocities.org/injusticedpeople/IraqSetelahDiembargo10Tahun.htm.
27 masyarakat kelas dua di Baghdad. Karena yang sama-sama kita ketahui Saddam adalah penganut sekte Sunni yang berada di Irak. Walaupun Syiah mayoritas di Irak dan Sunni minoritas, tetapi jarak antara Sunni dan Syiah menjadi sangat kentara dan terjadilah tirani minoritas yang dilakukan Saddam dan oknum sekte Sunni di Irak.
1. Kebijakan Politik Dalam Negeri Saddam Hussein Beberapa teknik politik Saddam khususnya di dalam negerinya ia telah membangun pasukan rejim, Saddam juga bersandar pada beberapa strategi politik yang mengkonsolidasi kekuasaanya. Pertama , pemimpin Irak memodifikasi celah kebijakan politik dalam dan luar negerinya agar sesuai dengan kepentingan pendukung
utamanya.
Pada
umumnya
pendukung
Saddam
berupaya
mempertahankan hegemoni mereka di Irak, mempromosikan kekuasaan Arab Sunni di dalam negeri dan mendapat pengakuan sebagai kekuatan Arab yang dominan. Saddam punya ambisi ini dan juga mengeksploitasinya agar dapat mempertahankan kekuasaan politiknya. Kedua, Saddam berupaya terus menyingkirkan kompetitor potensialnya. Tindakan oposisi dapat menghasilkan ganjaran dan pemenjaraan, tergantung apakah Saddam melihat pelaku itu sebagai suatu ancaman atau sekutu pada waktu itu. Ketiga, Saddam juga mempergunakan cara kooptasi dan bentuk lainnya untuk menjamin dari pendukungnya yang berjumlah terbatas, pendukung di antaranya berupa suku-suku dan keluarganya. Keempat, pemimpin ini mempublikasikan citra dirinya sebagai pemimpin Arab. Kalau ditilik dari politik negara Indonesia, Saddam dianalogikan sebagai
28 kepala negara Republik Indonesia yang saat ini hanya mengedepankan politik pencitraan ketimbang memikirkan masalah yang lebih penting dan urgen untuk urusan rakyat banyak. Saddam berupaya selalu mempromosikan dirinya yang mempunyai citra terkuat kapanpun juga. Citra kekuatan Saddam meyakini akan dapat mengontrol di dalam negeri dan intervensi luar negeri.18 Di dalam media masa, dari elektronik hingga cetak Saddam mulai berploriferasi dengan berupaya memutar balikan fakta dengan menggunankan media tersebut agar politik pencitraannya berjalan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Saddam melakukan manuver dengan menyatakan dirinya telah menyelamatkan Irak secara konstan. Saddam khususnya mempublikasikan keberhasilannya dalam menumpas pergolakan di dalam negeri di antara suku Kurdi dan kelompok Syiah untuk mengkonsolidasikan dukungan di antara para pendukung utamanya.
2. Kebijakan Politik Luar Negeri Saddam Hussein Dan kebijkaan politik di luar negeri ia, selalu manyatakan dan mengklaim dirinya sebagai pemimpin Dunia Arab yang kuat sehingga ia berharap kepada seluruh negara-negara yang ada di dunia menghargainya dan menghormatinya. Selain itu Saddam mengaku dirinya sebagai singa padang pasir yang begitu kuat. Itulah beberapa contoh singkat dari sekian banyak kebijakan politik Saddam yang kontroversi dan terkadang mencari sensasi. Saddam bahkan sangat elegan dan piawai dalam mengkampanyekan kebijakan luar negerinya, tapi memang harus kita akui ia gagal di tengah jalan 18
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf. ed., Perang Iraq-AS: Hegemoni Baru AS di Timur Tengah dan Dampak Globalnya (Jakarta: COMES, 2003) h. 30.
29 akibat promosi kebijakan luar negerinya yang kurang begitu diapresiaskan negara lain, lebih-lebih lagi negara multi nasional19 yang memusuhi tindak tanduk Presiden Saddam Hussein. Empat tujuan utama yang mengendalikan
kebijakan luar negeri Irak
sekarang ini adalah mempertahankan pemerintahan rejim Baath saat ini, di mana Baath sendiri adalah haluan politik Saddam Hussein. Ia pun ingin mengakhiri sanksi PBB, mencapai hegemoni tingkat regional dan membangun kemampuan senjata NBC (Nuclear Biological Chemical) Perhatian utama rejim Baath saat ini adalah melindungi dan khususnya meningkatkan kekuasaan di Irak, sebuah perhatian yang direfleksikan dalam kebijakan luar negeri Irak. seperti yang dijelaskan di atas, agenda dalam negeri ini adalah memberangus lawan-lawan politiknya yang membangkang ataupun bersebrangan dengan Saddam, sekaligus mempertahankan diri dari rejimnya. Kebijakan luar negeri Irak menekankan faktor ini. Upaya untuk dapat mendapatkan pengaruh di Arab dan dunia Islam ataupun melawan Amerika, digunakan di dalam negeri untuk membersihkan citra Saddam.20 Seperti pula yang dikemukakan di atas, Saddam juga terlibat demam politik yang sama hal dengan pemerintahan Indonesia yang memperjuangkan Politik Pencitraan dan menafikan hak-hak masyarakat sipil yang tertindas. Saddam menuntut pencabutan sanksi dengan segera karena alasan politik daripada motif ekonomi. Lebih dari isu lainnya, sanksi mensimbolisasi isolasi Irak dan sikap keras Barat, khusunya upaya Amerika Serikat untuk menghukum 19
Negara multi nasional adalah negara-negara yang berusaha melakukan konspirasi dan bersekutu dengan Amerika Serikat dalam dukungannya untuk menghancurkan negara Irak di bawah rejim kekuasaan Saddam Hussein. Negara-negara ini pun meliputi: Inggris, Jerman, Prancis, bahkan Israel dll. 20 Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 31-32.
30 dan mengembargo Baghdad. Pencabutan sanksi tersebut akan mengisyaratkan basis kekuasaan Saddam bahwa pemimpin Irak tidak dapat ditundukkan ataupun dikalahkan kemudian muncul sebagai pihak yang menang. Dalam pengertian material, pencabutan sanksi akan meningkatkan sumber daya rejim Baath dan memungkinkan Saddam membangun kembali kekuatan konvensionalnya. Untuk jangka panjang, Saddam menuntut hegemoni regional
dan
pengakuan sebagai pemimpin Arab. Propaganda Irak dan upaya Saddam untuk memperluas pengaruhnya melalui kekuatan
terhadap Iran dan Kuwait,
memperlihat pemimpin yang mempunyai komitmen untuk melakukan ekspansi. Untuk mengakhiri ini semua. Irak membangun berbagai kekuatan konvensional setelah perang Iran-Irak dan membangun pasukan terbesar ke empat di dunia sebelum sebagian besar pasukannya dihancurkan dalam perang Operasi Badai Gurun. Bagi Sadam dan partai Baath , keberhasilan Pan-Arab di luar negeri yang menegaskan hegemoni Irak dianggap sebagai meningkatnya pengaruh mereka di dalam negeri. Memiliki persenjataan NBC melengkapi ambisi Saddam tingkat regional. Pertama, persenjataan ini memberikan pada Irak sebuah instrument militer untuk membuktikan kekuataannya. Ia dapat mengancan negara-negara tetangganya atau, bila perlu menggunakan senjata ini untuk mencaplok wilayah dalam medan perang seperti yang dilakukannya pada tahun-tahun terakhir perang antara Irak dan Iran. Baik Saddam maupun basis kekuasaannya meyakini, persenjataan kimia memainkan peranan penting dalam kemenangan Irak atas Iran pada perang antara Irak dan Iran. Kedua persenjataan NBC memberikan potensi untuk melakukan perlawanan atas superioritas konvensioanl Amerika Serikat di
31 kawasan ini. Ketiga persenjataan ini adalah symbol status, sebagai sebuah negara NBC, khususnya senjata nuklir, Irak di bawah rejim Saddam dapat mengancam Israel dan harus ditanggapi secara serius oleh pihak Barat. Oleh karena itu kebijakan luar maupun dalam negeri yang dilakukan banyak menuai kontroversi.21
D.Kondisi Kehidupan antar Etnis/Mazhab/Sekte. Segera setelah terjadi perang Irak antara Kuwait itu selesai tahun 1991. Kondisi keadaan etnis/mazhab/sekte tidak adanya tanda-tanda kehidupan yang membaik. Segera pasca Operasi Badai Gurun, suku minoritas Kurdi Irak memberontak terhadpa rejim Baath. Pada 22 maret 1991, rejim ini melakukan serangan balasan terhadap rejim Saddam yang otoriter semenjak awal karir ia menjadi presiden pada tahun 1970-an. Yang melakukan serangan-serangan terhadap suku minoritas Kurdi di Irak Utara. Angkatan Darat Irak menyerang para pemberontak dan warga sipil di Irak Utara yang menyebabkan jatuh korban dalam jumlah yang besar dan penderitaan di antara suku Kurdi Irak. Puluhan ribu suku Kurdi meninggalkan daerahnya ketika pemrintahan pusat dapat mengambil alih kekuasaan di sana dan lebih dari satu juta suku Kurdi meninggalkan desa-desa mereka ke arah Iran dan Turki. Banyak di antara mereka hidup tanpa makanan atau perlindungan yang memadai di gunung-gunung Irak Utara. Untuk meringankan krisis dan beban suku Kurdi. AS mulai memanfaatkan situasi dengan mengirim pasukan pada bulan April 1991 untuk menciptakan rasa aman agar para pengungsi kembali ke kampung halaman mereka. Resolusi DK
21
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 33-34.
32 PBB No.688 memberi kewenangan dalam menggunakan kekuatan untuk melindungi upaya pertolongan di wilayah utara Kurdi. Pasukan AS, Perancis dan Inggris mendirikan “Safety Zone” atau zona keselamatan dan mengamankan kamp-kamp pengungsi di Irak Utara. Sekitar akhri Mei 1991, banyak suku Kurdi di Turki telah kembali ke Irak dan suku Kurdi yang terusir telah kembali ke rumah-rumah mereka. Pada Mei itu juga PBB, mengeluarkan kewenangan pada AS untuk melakukan operasi pertolongan secara langsung, tetapi enggan, untuk mengintervensi untuk melindungi suku Kurdi. Lebih dari 10.000 personil Angkatan Darat,Laut, dan Udara AS berpartisipasi dalam operasinya. Dan negara-negara sekutu memberik kontribusi sekitar 11.000 personil militer. Ketika pauskan Amerika dan sekutusekutunya hendak memasuki negara ini, kampanye Irak berhenti. Selain berupaya mengamankan wilayah yang mesti diselamatkan. Amerika juga menempatkan pasukan di Turki guna mencegah penyerbuan Irak dan melindungi suku Kurdi. Bahkan setelah PBB melakukan kontrol atas upaya pertolongan, komitmen militer AS secara implisit masih berlaku. Setelah zona yang dilindungi itu tersebut dibuat, konfrontasi ternyata tak berakhir juga. Pada Agustus dan September, Irak mulai mengancam zona keselamatan tersebut dengan mengerahkan pasukan ke wilayah utara dan melakukan invasi terhadap suku Kurdi. Pasukan Irak dan kelompok paramiliter suku Kurdi acapkali terjadi. Akan tetapi, setelah AS mengancam melakukan pembalasan, Saddam menarik mundur dan tak lagi mengganggu wilayah zona ini secara langsung hingga tahun 1996.22
22
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 62-63.
33 Pada 1991 setelah lama kelompok sesame suku Kurdi yang berseteru karena ingin memperebutkan kekuasaannya. Maka usai Perang Teluk I, UPK (Uni Patriotik Kurdistan) dan PDK-Irak (Partai Demokratik Kurdistan-Irak), mereka kembali bersatu karena sama-sama menjadi kaum tertindas, dengan bersatunya suku Kurdi maka mereka menjadi kekuatan yang baru di Irak utara. Apalgai dalam pemilu pada tahun 1992, kedua partai ini meraih 50 kursi di pemerintahan regional Kurdistan dengan ibu kota Arbil (Erbil). Namun yang menjadi masalah perseteruan terus terjadi, UPK menguasai wilayah tengah dan tenggara. Setelah menduduki Arbil pada tahun 1994, UPK menyatakan menguasai separuh wilayah Kurdista dan 70 persen wilayah penduduknya di bawah kekuasaanya. Belakangan PDK-Irak menuduh UPK mendapat bantuan militer dari Iran. Sejarah mencatat bahwa “perang” antar Kurdi untuk memperebutkan wilayah kekuasaan dan pengaruh di Irak utara menjadi salah satu penyebab mudahnya Saddam menguasai daerah itu. Selalu ada kelompok atau partai politik yang dapat dipengaruhi oleh Baghdad. Saat ini ada dua wilayah Kurdi yang saling bersaing. Kedua wilayah itu adalah Barzanistan di Irak utara bagian timur laut dan Talibanistan di barat daya. “Barzanistan” dikuasai oleh Partai Demokratik Kurdistan-Irak, sedangkan “Talibanistan” ada di bawah kekuasaan Uni Patriotik Kurdistan.23 Tiga tahun kemudian, kedua partai tersebut terlibat pertarungan dan pertempuran sengit sejak 1994 hingga 1997 untuk memperenutkan wilayah itu. UPK pimpinan Jalal Talabani meminta bantuan Iran untuk memerangi PDK-Irak pimpinan Massoud Barzani pun pada tahun 1996 meminta bantuan AS. Akan
23
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad (Jakarta: Kompas, 2005), h. 174.
34 tetapi karena bantuan yang diharapkan tidak datang-datang, ia menoleh meminta bantuan kepada Saddam Hussein. Ini kesempatan bagi Massoud Barzani dengan menjalin hubungan militer dengan Saddam. Dengan bermodalkan minyak yang dihasilkan wilayahnya, Massoud Barzani membeli senjata dan amunisi dari Baghdad. Pada bulan September 1998, akhirnya Jalal Talabani dan Massoud Barzani bersepakta untuk bersatu dan bersama-sama menyelenggrakan pemilihan umum pada bulan Juli 1999. Sejak saat itu disepakati genjatan senjata, tetapi langkah-langkah reunifikasi untuk mempertegas dan memperteguh penyatuan merek tidak juga dilakukan. Walaupun demikian, langkah konkrit kedua partai politik terbesar di Kurdistan itu memberikan harapan baru bagi terciptanya kesatuan dan persatuan Kurdi. Ini adalah sebuah langkah bersejarah dan sebuah langkah menuju arah yang lurus. Upaya untuk menegaskan kembali bersatu itu terus digencarkan. Misalnya, tanggal 7-8 September 2002 dilakukan pertemuan antara Massud (Massoud) Barzani dari PDK-Irak dengan Jalal Talabani dari UPK di Salahudin, Kurdistan selatan. Dalam pertemuan tersebut, menurut laporan Kurdish Media, mereka bersepakat untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi guna membahas isu Kurdistan regional, dan internasional. Mereka juga sepakat untuk memerangi terorisme, fanatisme, diktator. Kedua belah pihak menegaskan bahwa kesempatan baru harus direbut dan dimanfaatkan sehingga bermanfaat bagi rakyat Irak dan Kurdistan. Masalah Syiah dan Sunni kondisi tersebut memang sering terpecah-pecah. Rasanya dalam hal ini perlu penulis jelaskan. Trias Kuncahyono (wartawan
35 Kompas) dalam bukunya Bulan Sabit Di Atas Baghdad , menjelaskan yang dimaksude dengan Sunni adalah mazhab mayoritas kaum muslim yang melandasi ajaran-ajarannya pada sunnah Nabi Saw. Dalam hal akidah. Mereka tidak banyak berbeda dengan kaum Syiah, tetapi mereka tidak mengharuskan kepemimpinan kaum muslimin dipangku oleh keturunan Nabi dan menantunya Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Syiah adalah mazhab minoritas kaum muslim yang secara teologis sebetulnya tidak banyak berbeda dari mayoritas Sunni. Ciri utama kaum Syiah adalah sangat mengagumi dan menghormati keluarga Nabi Muhammad Saw (Ahlu Bayt). Secara politis dan historis, mereka adalah pengikut Ali bin Abi Thalib sepupu dan menantu Nabi Muhammad Saw. Jelaslah Sudah bahwa sejak semula di dalam diri Irak terkandung “magma” yang memiliki kekuatan demikian dahsyat dan sewaktu-waktu bisa meledak karena alasan politik. Pembagian Syiah-Sunni lebih kepada alasan politik ketimbang kultur yang mencerminkan kompetisi antara kedua kelompok mengenai hak untuk memerintah dan mendefiniskan arti nasionalisme di Irak. oleh karena itu elite Sunni lebih memilih nasionalisme Arab yang lebih luas sebagai idelogi utamanya. Maka Syiah lebih memilih nasionalisme Irak. Berdasarkan perkiraan per Juli 2002, jumlah penduduk Irak adalah 24.001.816 jiwa. 75-80 persen etnis Kurdi. Turkoman, Assirian, Dll 5 persen. Apabila ditilik dari mazhab agama yang dianut kelompok etnis Arab terbagi dua: sebanyak 60-65 persen menganut mazhab Syiah dan 32-37 persen mazhab Sunni. Sisanya Kristen, Dll sebanyak 3 persen.24
24
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad. H, 130-131.
36 BAB III PENYERBUAN AS ATAS IRAK 2003-2007
A. Masalah Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal Perihal senjata kimia dan biologi maupun senjata pemusnah massal lainnya, senantiasa mendapat perhatian besar dari Amerika Serikat (AS) sebagai alasan kuat untuk memerangi kejahatan yang dialamatkan kepada Irak atau rezim Saddam Hussein. Polemik inipun berkesinambungan baik sebelum dan sesudah berhentinya aktivitas tim inspeksi senjata pemusnah massal PBB di Irak (UNSCOM) pada bulan Desember 1998. Menyimak tentang hakikat isu senjata pemusnah massal, ada baiknya kita flashback mengetahui sejauh mana kemajuan yang dicapai Baghdad di bidang dua senjata itu, serta proses tim inspeksi PBB menghancurkannya serta hengkangnya tim inspeksi PBB itu pada tahun 1998. Program riset, pengembangan dan produksi senjata kimia dan biologi telah mendapat perhatian pemimpin Irak sejak awal tahun 1970-an. Curahan perhatian tersebut merupakan awal dari revivalisasi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan Irak pada masa itu. Selain itu program senjata kimia dan biologi Irak itu sebagai bagian pula dari rivalitas militer yang kuat dengan perlombaan senjata dengan Iran, serta berkaitan juga dengan isu konflik Arab-Israel. Di samping itu, Irak merasa harus memilih senjata biologi sebagai unsur kekuatan pengimbang strategis di kawasan Teluk maupun Timur Tengah, menyusul reaktor nuklir yang telah digempur melalui pesawat tempur pasukan Israel pada tahun 1981. Oleh karena itu, program senjata kimia dan biologi Irak
37 mengalami kemajuan pesat sejak awal tahun 1980-an. Pemimpin Irak pada masa itu memberi kemudahan berupa uang, ilmu pengetahuan, teknis, dan sumber daya manusia untuk program senjata kimia dan biologi yang membantu tercapainya kemajuan di bidang pembangunan dan infrastuktur untuk program tersebut. Lebih dari itu, Irak juga berhasil membuka hubungan kerjasama dengan negara-negara sahabat di antaranya dunia Arab, Eropa Barat dan Timur untuk proses pengalihan teknologi senjata kimia dan biologi.25 Irak diketahui berhasil memproduksi jenis gas ganda dari jenis VX yang dikenal merupakan jenis gas yang paling efektif dan memiliki kekuatan penghancur terdahsyat. Gas ganda terdiri atas dua unsur/zat yang tergabung itu menghasilkan daya ledak yang sangat dahsyat. Irak secara implisit mengakui memiliki jenis gas ini pada April tahun 1990 melalui ancaman presiden Saddam Hussein bahwa akan membakar separuh negara Israel jika mencoba menyerang Irak. Di bidang senjata biologi, Irak memfokuskan untuk melakukan riset dan produksi atas beberapa jenis, terutama jenis batolinium, aflatoksin, dan anthrax. Kasus larinya dua menantu Saddam Hussein, Hussein Kamel Hassan dan Saddam Kamel Hassan, ke Jordania pada Agustus 1995 memaksa Irak untuk pertama kalinya mengakui bahwa program senjata biologinya telah masuk ke tingkat produksi untuk tujuan militer sebelum meletusnya Perang Teluk II tahun 1991. Di antara pengakuan Irak adalah memasang bakteri biologi pada 166 bom dan 25 rudal balistik tipe al-Hussein.
25
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h. 65-66.
38 Irak diketahui belum pernah menggunakan senjata biologi dalam konflik dalam negeri ataupun luar negeri. Namun memakai luas senjata kimia dalam perang dengan Iran dan ketika menghadapi pemberontakan suku Kurdi yang berada di Irak ketika itu. Pada Perang Teluk II, Irak tidak berani menggunakan senjata kimia dan biologi terhadap pasukan multinasional karena takut reaksi AS yang telah mengancam akan menggunakan senjata nuklir sebagai aksi balasan atas senjata kimia atau biologi Irak. Sesuai dengan resolusi PBB No. 687 yang menyangkut pemusnahan senjata massal Irak, tim inspeksi PBB (UNSCOM) memfokuskan upaya penghancuran senjata kimia, biologi, dan kekuatan rudal balistik Irak. kedua belah pihak antara Baghdad dan UNSCOM saat itu sama-sama memiliki kekeliruan yang sangat fatal dalam proses aktivitas penghancuran senjata pemusnah massal Irak. Di satu pihak, berusaha
menyembunyikan
kekuatan
senjata
pemusnah
massalnya
atau
melakukan penghancuran secara sepihak tanpa pengawasan tim inspeksi PBB yang membawa dampak dan citra negatif setelah diungkap oleh menantu Saddam Hussein, Hussein Kamel Hassan, sewaktu lari ke Jordania. Di pihak lain, tim inspeksi PBB terlibat kegiatan mata-mata (spionase) di Irak untuk kepentingan CIA dan Mossad.26 Tim inspeksi PBB juga sengaja mengulur-ulur waktu proses penyidikan hingga seolah-oleh tanpa akhir agar sanksi PBB atas Irak terus berlanjut. Karena itu, meskipun tim inspeksi PBB telah mencapai kemajuan besar dalam menghancurkan senjata kimia, biologi, dan rudal balistik Irak, mereka terus mengajukan tuntutan baru yang tidak habis-habisnya mereka lancarkan. Tim 26
CIA adalah agen rahasia Amerika Serikat yang memata-matai negara atau individu yang dianggap teroris dan membuat kekacauan. Sebaliknya Mossad, tidak beda jauh dengan CIA. Mossad adalah agen rahasia Israel.
39 tersebut masih saja terus bersikeras menolak dan mengakui Baghdad telah memenuhi semua resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB, jika tidak melaksanakan tuntutan baru tersebut.27 Dengan begitu pihak oknum PBB, AS, dan sekutunya mempunyai opini dan alasan kuat untuk melakukan manuver kejahatan politiknya di Timur Tengah terutama untuk menggempur negara Irak. Awal Perang Teluk I dan II merupakan awal kejayaan negara Irak memiliki persenjataan lengkap dalam melawan negara yang dianggapnya musuh. Berbagai kalangan negara bahkan yang pernah bersekutu dengannya melakukan aksi kecaman terhadap negara Irak dengan menindak musuh-musuhnya menggunakan senjata yang amat membahayakan apa yang disebut Barat sebagai (weapons of mass destruction) senjata pemusnah massal. Tetapi kejayaan itu tidak berlangsung lama. Waktu berlalu, di mana masa kekuasaan Saddam Hussein telah mengalami defisit yang begitu tajam sekitar tahun 1995-2002-an. Masa keemasan Saddam mulai lenyap karena ketidakpercayaan masyarakat serta para negara-negara yang dulu bersahabat padanya menjadi apatis ketika ia mulai ditunggangi oleh asing terutama AS. Namun bagaimanapun, negara-negara lain khusunya Islam tidak serta merta mendukung tindakan AS dan sekutunya melakukan aksi serangan membabi-buta tanpa mengindahkan hak-hak rakyat sipil tidak berdosa. Sampai-sampai PBB yang dulunya antipati terhadap Irak menjadi simpati dan empati atas terjadinya krisis Irak selang antara 2003-2007-an. Di sini AS melakukan aksi pengalihan isu masa lampau dengan kontemporer, dengan melakukan statement bernada kurang bersahabat terhadap Baghdad dengan membangkit-bangkitkan senjata lengkap
27
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h.67-68.
40 milik Irak sebagai senjata perang melawan Iran dan Kuwait beserta memberantas suku Kurdi ketika itu. Tuduhan terus menerus dari AS dan beberapa negara Barat bahwa Irak kembali mengaktifkan program senjata kimia dan biologinya sejak berhenti kerjanya tim inspeksi PBB pada bulan Desember 1998. AS dan Inggris saat itu khususnya, melempar berbagai macam serangan tuduhan terhadap Irak. AS dan Inggris misalnya menuduh Irak terus memproduksi senjata kimia dan biologi untuk tujuan militer dan senjata tersebut sudah bisa digunakan dalam jangka waktu 45 menit saja jika ada instruksi dari pemimpin Irak. Irak juga dituding mengembangkan laboratorium tidak permanen yang bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Irak dituduh pula melakukan transaksi ilegal mendapatkan jenis-jenis barang dari luar negeri. Maka dari itu AS di sini sangat meragukan tentang komitmen Irak melaksanakan semua resolusi DK PBB yang menyangkut senjata pemusnah massal agar sanksi PBB tetap berlanjut terhadap Baghdad. Apalagi pasca tragedi 11 September 2001 di AS. Presiden George Walker Bush secara terang-terangan ingin menyerang Irak untuk menumbangkan rezim Saddam Hussein di Baghdad. Tidak berlebih-lebihan kalau kini muncul anggapan bahwa AS akan menabur kerikil-kerikil serta menabuh keras genderang untuk kinerja tim inspeksi PBB jika kembali lagi ke Irak, sehingga tidak ada cara lain melainkan melancarkan serangan militer ke Irak.28 Hingga akhirnya menimbulkan kontroversi mendalam mengenai hal ini, sebab di saat Irak mengalami kemunduran di sektor kepemerintahannya mana
28
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h.70.
41 mungkin Irak memiliki senjata pemusnah massal, dengan terpuruknya kondisi ekonomi serta ketidakstabilan politik di masa akhir rezim Saddam, Irak laksana negara bola panas yang diperebutkan berbagai negara di antaranya AS yang begitu mesra dengan Inggris ingin menggulingkan Saddam serta mengambil alih dan mengintervensi pemerintah Irak yang ketika itu dipimpin Saddam Hussein. Ada salah satu pengamat AS bernama James Moore di antaranya melakukan uji investigasi serta melakukan analisa terhadap senjata pemusnah massal yang intens disuarakan George Walker Bush dan sekutunya, tetapi fakta membuktikan belum ditemukannya sampai saat ini materi yang dialamatkan oleh Gedung Putih untuk Baghdad. Semua berita yang didendangkan pemerintah AS hanya berupa kampanye perang untuk mengeksploitasi opini agar sesuai dengan alasan AS. Di antara sumber yang obyektif dilakukan oleh pekerja jurnalistik AS yang tidak berat sebelah dalam menanggapi masalah yang sedang dialami Irak, mengatakan dalam bukunya: Ini didasarkan atas tuduhan bahwa rezim yang berkuasa di negara tersebut merupakan pendukung jaringan terorisme internasional, dan tuduhan soal kepemilikan senjata pemusnah massal yang dikembangkan rezim Saddam Hussein. Tetapi menurut sumber lain yaitu buku Blood Money karya tim investigasi perang Irak yang berasal dari AS bernama Christian Miller mengatakan: bahwa pada tanggal 3 Mei 2003 pasukan bersenjata AS menganugerahkan kontrak senilai 7 milyar US$ kepada perusahaan Halliburton diniatkan untuk merehabilitasi industri minyak di Irak. Kemudian perusahaan Halliburton memperoleh kucuran minyak Irak untuk pertama kalinya sejak
42 Invasi.29 Ini mengakibatkan adanya indikasi yang kuat bagaimana latar belakang pendudukan AS atas Irak yang sebenarnya: tidak lain ingin menguasai minyaknya, karena kita mengetahui bahwa negara Irak merupakan penghasil minyak ketiga terbesar di dunia. Dengan dalih untuk menghentikan terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah massal di Irak, itu semua terbantahkan setelah David Kay, ketua inspektur persenjataan AS di Irak pada tanggal 28 Januari 2004, mengatakan pada seluruh dewan senat AS bahwa mereka tidak pernah menemukan senjata pemusnah massal yang selalu menjadi alasan dari peperangan ini, dan hasilnya, bahwa intelijen pra-perang telah keliru.30 Dengan begitu apa yang disematkan presiden Bush terhadap Irak merupakan pengalihan isu agar upaya dan ambisinya bisa terimplementasi.
B. Masalah Adanya Hubungan dengan Jaringan Al-Qaeda dan Taliban Banyak tuduhan lain yang disematkan presiden Bush untuk Saddam Hussein di antaranya, adanya konspirasi gelap antara Baghdad dengan jaringan Al-Qaeda beserta Taliban. Di mana kelompok militansi ini merupakan kelompok buronan nomor wahid yang paling dicari AS, karena berkaitan dengan tragedi 11 September 2001 di mana terjadi penyerangan dahsyat ke gedung kembar WTC dan Pentagon yang diperkirakan memakan ribuan korban jiwa, dan ditengarai dalang dari semua ini adalah jaringan Al-Qaeda dan Taliban yang bermarkas di Afghanistan yang dipimpin oleh Osama bin Laden dan al-Zarqawi.
29
Christian Miller, Blood Money, h. xviii-xix. Christian Miller, Blood Money, h. xxi.
30
43 Seperti yang dilansir dari buku Saddam Melawan Amerika karya dari peneliti LIPI bernama Dhurorudin Mashad, dkk. Dari penerbit Pensil-324, 2003. Di situ dikemukakan, bahwa tuduhan lain yang diungkapkan AS adalah keterlibatan pemerintahan Saddam Hussein dengan jaringan Al-Qaeda. Menurut AS, Irak turut membidani jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, yang dituduh sebagai otak dari penyerangan 11-09-2001 atas gedung kembar WTC di New York dan Pentagon di Langley, Virginia, AS. Para pejabat Irak diketahui berulang kali melakukan pertemuan dengan para personel Al-Qaeda, khususnya dengan para anggota sel yang dipimpin al-Zarqawi yang tinggal di suatu tempat di Irak bagian timur laut. Irak aktif berhubungan dengan Al-Qaeda terutama setelah peristiwa peledakan bom di Kedutaan Besar AS di Kenya tahun 1998. Irak ditengarai telah mendanai kaum teroris jauh sebelum nama jaringan Al-Qaeda dikenal seluruh dunia. Ansar al-Islam, kelompok radikal Islam yang bermarkas di daerah utara Irak yang dikuasai oleh kelompok separatis Kurdi, disinyalir sebagai elemen penting yang menghubungkan Saddam dengan jaringan Al-Qaeda. Ansar al-Islam memiliki 500 sampai 700 anggota, termasuk ratusan blasteran Afghanistan-Arab, yakni orang-orang Arab yang dilatih di kamp Al-Qaeda di Afghanistan dan pergi ke daerah kantong Ansar al-Islam di Irak setelah jatuhnya pemerintahan Taliban. Menurut informasi yang didapat dari mantan agen intelijen Irak yang ditahan oleh kelompok Kurdi di wilayah utara Irak, seorang anggota dewan kelompok Ansar al-Islam, yakni Abu Wa‟el, pernah menjadi agen intelijen Saddam Hussein.31
31
Dhurorudin Mashad, dkk., Saddam Melawan Amerika, h. 152.
44 Tragedi 11 September 2001 benar-benar menjadi titik awal peperangan. Kebijakan baru yang digagas oleh presiden George Walker Bush beserta para jajarannya, seperti Paul D. Wolfowitz, deputi menteri Pertahanan AS yang paling semangat menabuh genderang perang terhadap terorisme, serangan pertama dilakukan di Afghanistan. Di mana itu adalah tempat persembunyian yang paling nyaman bagi markas Taliban dan Al-Qaeda. Osama bin Laden dan al-Zarqawi singgah di situ, maka AS melakukan manuver serangan ke Afganistan sebelum nantinya ke Irak. Apalagi yang berkuasa di Washington adalah kelompok garis keras, mengapa penulis mengatakan itu, karena kelompok ini yang paling kuat menghendaki peperangan di bawah pimpinan menteri Pertahanan Donald Rumsfeld. Rumsfeld menyarankan AS agar segera menggempur negara Afghanistan, melenyapkan sang teroris Osama bin Laden, serta mendongkel rezim Taliban yang berkuasa di Afganistan. Setelah langkah pertama itu selesai, lalu dilanjutkan dengan langkah kedua, yakni menggempur Irak dan menyingkirkan rezim Saddam Hussein serta menggempur kamp-kamp pelatihan yang dikelola kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Suriah. Kubu Donald Rumsfeld manyatakan secara diplomatik, AS semestinya bertindak secara sepihak apabila dianggap perlu dan melenyapkan negara-negara yang melindungi teroris. Perdebatan itu berakhir dengan serangan militer AS atas Afghanistan pada 7 Oktober 2001. Pada tanggal itulah pesawat-pesawat AS mulai mengebomi negara Afganistan. Ketika perang AS dan Afganistan tengah berkobar, presiden Irak Saddam Hussein mulai melontarkan kritik tajam terhadap AS, yang membuat para petinggi
45 AS mulai merasa panas-dingin. Menurut Saddam, apa yang dilakukan AS di Afghanistan hanya akan melahirkan instabilitas dan kekacauan yang lebih besar di dunia, agresi AS akan lebih meluas ke negara-negara lain, tutur Saddam seperti dikutip kantor berita Reuters pada tanggal 8 Oktober 2001. Jelaslah, komentar Saddam yang terlampau pedas itu membuat gerah para petinggi AS ketika itu. Mereka yang sejak semula ingin sekali menggempur Irak seperti mendapatkan momentum yang cocok untuk melaksanakan niatnya. Apalagi setelah mendapat informasi dari perdana menteri (PM) Ceko, Millos Zeman, yang tengah berkunjung ke Washington. Kepada Colin Powell (Menteri Luar Negeri AS), Zeman mengatakan bahwa Muhammad Atta, salah seorang kelompok pemimpin pembajak pesawat yang digunakan untuk menabrak menara kembar WTC, pernah berkunjung ke Praha pada bulan April 2001. Saat itu ia berunding dengan intelijen Irak, Ahmad Ani, salah seorang staf Kedutaan Besar Irak di Praha. Mereka berusaha menyerang kantor pusat radio Free Europe karena telah menyiarkan program-program anti Saddam ke Irak. Namun belakangan ini pernyataan Millos Zeman itu semuanya tidak benar.32 Sepertinya apa yang sering dialamatkan oleh AS untuk Irak semuanya itu tidak berdasar. Bukti-bukti yang disodori oleh AS semua hanya sebuah alibi yang tidak berasalan. Apa yang dikemukakan oleh George Walker Bush beserta kronikroninya di Gedung Putih ini membuktikan hanya sebuah agenda politik hegemoni dan agresi Amerika Serikat untuk menekan ambisinya melancarkan aksi perangnya agar sesuai dengan harapannya. Memang banyak alasan mengapa penulis katakan bahwa George Walker Bush biang keladi dari semua perang ini. 32
Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas,2005), h. 64-
66.
46 Oleh sebab itu pada Oktober 2001 AS meluluhantahkan Afghanistan terlebih dahulu dengan dalih tadi. Pada 21 Maret 2003 tentara AS melancarkan agresi terhadap negara Irak tanpa dikutuk apalagi dicegah PBB. Presiden Bush Jr yang didukung sepenuhnya oleh negara multinasional yaitu Inggris, Australia, dan Spanyol sama sekali tidak menghiraukan kecaman serta keberatan dari negaranegara yang antiperang. Sejak awal Bush Jr tidak punya opsi lain selain mengumandangkan genderang perang. AS bahkan tidak perlu menunggu hasil sidang DK PBB yang semula hendak memperdebatkan rancangan resolusi kedua yang mereka buat bersama Inggris. Pasalnya, Prancis dan Rusia yang memiliki hak veto di DK PBB sudah dipastikan akan menjegal rancangan resolusi yang memberikan wewenang penggunaan kekuatan militer terhadap Irak ketika itu.33 Pada tahun 2004, Komisi Nasional tentang serangan terorisme terhadap AS yang lebih dikenal dengan sebutan Komisi 9/11 menyimpulkan, tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa Saddam memberikan bantuan kepada Al-Qaeda untuk membantu penyerangan terhadap gedung WTC dan Pentagon pada 11 September 2001. Kesimpulan Komisi 9/11 itu diperkuat oleh kesimpulan yang diungkapkan CIA. Dinas intelijen AS ini, menyatakan tidak pernah menemukan bukti yang meyakinkan bahwa rezim Saddam Hussein memberikan perlindungan terhadap Abu Musab al-Zarqawi. Sebelumnya para petinggi AS, termasuk presiden Bush dan wakil presiden Dick Cheney bahwa al-Zarqawi ada hubungan dengan Osama bin Laden dan mendapat perlindungan dari Saddam. Jauh sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, saat menjelaskan tentang Irak di Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 5 Februari 2003, 33
M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), h. 144-145.
47 mengatakan bahwa al-Zarqawi melakukan rihlah ke Irak pada bulan Mei 2002 untuk menjalani perawatan. Ia tinggal dua bulan di sana, sepanjang masa itu hampir dua lusin pengikutnya berada di Irak. Presiden Bush berpandangan bahwa perang di Irak terkait dengan perang melawan Al-Qaeda dengan tujuan yang lebih luas menanamkan demokrasi di Irak. Presiden Bush menyampaikan pidatonya pada tahun 2003; penjaminan untuk membentuk sistem demokrasi di Irak sebagai langkah pertama menuju untuk mempromosikan demokrasi liberal di seluruh Timur Tengah. 'Demokrasi Irak akan berhasil dan sukses jika semua pembantu telah mengirim berita, dari Damaskus ke Teheran-kebebasan yang dapat menjadi masa depan setiap bangsa. Bush dalam hal ini mengatakan dalam sebuah pidatonya di National Endowment pada tanggal 6 November 2003, Washington, DC: mengenai demokrasi yang telah diterapkan Amerika Serikat akan diterapkan pula di jantung Timur Tengah yaitu pembentukan Negara Irak secara Demokrasi, dalam acara itupun Bush menyampaikan, AS akan melakukan revolusi demokrasi secara global. Dalam khotbahnya itu bermaksud tidak hanya Irak yang akan menjadi negara berdemokrasi. Namun,
AS juga mencoba untuk membangun adanya model
demokrasi bagi negara-negara Arab lainnya.34 Apalagi yang hendak dijadikan dasar oleh AS untuk membenarkan serangan menginvasi Irak dan menyingkrikan Saddam Hussein? Ini semua hanya tipuan belaka untuk mengelabui masyarakat dunia demi memperlancar keinginannya menggempur negara-negara Timur Tengah di antaranya Afghanistan dan Irak
34
Christopher Preble, Exiting Iraq:Why The US Must End The Military Occupation and Renew The War Againts Al-Qaeda (Washingthon DC, Cato Institute, 2004), h. 27.
48 terlebih dahulu. Politik intervensi menjadi sebuah keniscayaan bagi AS untuk melakukan pendudukan pada suatu negara. Akan tetapi apa yang kita lihat sebenarnya, lagi-lagi tiadanya bukti-bukti pendukung keterlibatan Irak dengan serangan teroris maupun jaringan Al-Qaeda itu sama sekali tidak menyurutkan keinginan George Walker Bush dan jajaran kaum Hawkish(neo-konservatif/berwatak keras). Tidak adanya bukti bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah massal juga tidak menjadi hal penting bagi Washington. Mereka ingin tetap menggempur Irak. Sungguh ironis sekali, di saat dunia menolak aksi main hakim sendiri yang dilakukan AS, tetapi ia tetap merealisasikannya.35
C. Masalah Saddam Hussein Dianggap Pemimpin Diktator Apakah layak sekiranya Saddam Hussein dianggap sebagai pemimpin diktator? Masalah ini menjadi dilematis jika kita tidak pandai menganalisis secara tajam dan komprehensif. Layaknya pisau bermata dua yang siap menikam kita jika kita menelaah sebuah kasus hanya berdasarkan bukti-bukti yang tidak jelas arahnya, mengakibatkan kita terjerembab dalam kubangan subyektivitas. Maka dari itu sebagai akademisi, sejatinya, ketika menemukan sebuah kasus jangan hanya melihat dari satu sisi saja, tetapi kita tilik dari pelbagai sisi, dari yang pro hingga kontra, simpati dan antipati, mendukung serta mengecam, dst. Saddam Hussein kecil merupakan petarung antar gangnya yang banyak ditakuti musuh-musuhnya. Kehidupan keras yang membuatnya jadi begini, dari kecil ia hidup dalam kesengsaraan di mana ia tinggal bersama ayah tirinya yang
35
Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, h. 80-81.
49 dikenal lumayan kejam dalam mengurus Saddam kecil. Hingga ketika itu, Saddam sampai memohon kepada ayah tirinya agar menyekolahkannya. Sang ayah bernama Hassan al-Ibrani yang juga merupakan pamannya dikenal sangat keras memperlakukan Saddam. Hingga dipastikan kurang begitu bersahabat layaknya orang lain dengan musuh meskipun dengan anak tirinya sendiri, suka memakimaki hingga menolak permintaan itu. Saddam lalu nekat meninggalkan rumah pada malam hari menuju pamannya yang lain yang menyayanginnya. Khairullah Tuflah adalah pamannya yang berasal dari daerah Tikrit. Di mana itu adalah tempat tinggal dari paman Saddam yang menyayanginya. Dengan tempat tinggal barunya itu jelas di sana Saddam mendapatkan apa yang ia inginkan untuk melanjutkan sekolahnya.36 Sehingga sifat yang kurang mengenakan yang dimiliki Saddam memang faktor lingkunganlah yang sangat menentukan. Ketertindasan, kezaliaman, dan intimidasi menjadi suatu hal yang biasa dialami Saddam. Mungkin berangkat dari itu semua Saddam mengalami apa yang disebut sindrom, trauma, shock yang begitu mendalam hingga ia melampiaskan dendam kesumatnya itu kepada orang lain setelah ia berkuasa. Salah seorang pengamat Timur Tengah yang begitu kenamaan dalam bidangnya yaitu Bernard Lewis dalam bukunya The Crisis of Islam, mengemukakan bahwa selama ini Saddam merupakan pemimpin yang gemar mempropagandakan serta menautkan antara masa lalu dengan masa sekarang, antara Perang Qadisiya (637 M) dan peristiwa Karbala (680 M). Perang Qadisiya dimenangkan oleh pasukan Muslim Arab. Muslim Iran melawan tentara Syah
36
June Cahyaningtyas, Saddam The Untold Story, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 12.
50 Persia yang belum memeluk Islam dan menurut orang Islam masih menyembah berhala-berhala maka ia layak disebut kafir. Kemudian kedua belah pihak mengklaimnya sebagai kemenangan mereka, bagi Saddam Hussein merupakan kemenangan pasukan Arab atas Persia. Sementara bagi Ayatullah Khomeini, kemenangan Muslim atas orang-orang kafir. Hingga sama-sama mengklaim maka perseteruanpun terjadi, mengakibatkan salah satu penyebab terjadinya Perang Teluk I pada 4 September 1980 antara Irak dan Iran merupakan propaganda dan skenario Saddam untuk menguasai minyak di Iran.37 Banyak alasan Saddam ketika sedang memasuki masa-masa keemasannya, ia pun ketika mengagresi Kuwait pada Perang Teluk II beralasan sama dengan melihat masa klasik (lalu) bahwa Kuwait di zaman Mesopotamia hingga Dinasti Abbasyiah merupakan bagian dari negara Irak yang berpusat di Baghdad. Padahal banyak pengamat menyatakan itu hanya rekayasa politik agar kilang minyak yang berada di Kuwait itu menjadi miliknya. Apalagi ketika Saddam Hussein menjadi presiden Irak yang kuat ia pernah melakukan hal-hal yang sangat menyakitkan yaitu detribalisasi kejam terhadap suku Kurdi. Suku Kurdi yang berada di Irak Utara merasa tidak pernah aman, lantaran ancaman dan teror pemerintah Saddam Hussein. Kendaraan tank dan helikopter berarakan berdatangan. Seperti angin gunung bertiup dingin menyapu wilayah Zakhu, begitulah yang terjadi kemudian. Kedatangan mesin perang itu menebarkan hawa dingin ke seluruh Zakhu, sebuah kota yang dihuni 70.000 jiwa suku Kurdi di perbatasan Suriah dan Turki. Dalam beberapa jam, ratusan wanita, anak-anak, dan orang tua histeris sambil berlarian meninggalkan desa mereka
37
Bernard Lewis, The Crisis of Islam (Surabaya: JP Press, 2004), h. 8.
51 yang terletak di Zakhu Selatan. Mereka tidak menyangka bahwa angin dingin yang berembus itu adalah gas mematikan yang disebarkan oleh tentara Irak. Khalil Ibrahim (30 tahun) mengaku bahwa ia adalah orang Kurdi dan bekas tentara Irak yang desersi, buru-buru berlari ke rumahnya. Ia mendapati istrinya sedang menangis sambil memeluk ketujuh anaknya. Tanpa pikir panjang, Khalil Ibrahim, anak, istri, dan kerabat lainnya segera meninggalkan kampungnya berlari mencari selamat ke daerah pegunungan untuk menghindarkan diri dari serangan tentara Irak. Khalil Ibrahim beserta keluarganya seperti para pengungsi lainnya, terbawa arus mencari selamat. Eksodus besar-besaran yang terjadi pada tahun 1991 itu merupakan eksodus kedua orang-orang Kurdi dari Irak Utara. Pertama terjadi pada tahun 1988, hari itu, Jum‟at 16 Maret 1988. Pesawat-pesawat tempur Irak membombardir Halabja. Sebuah kota yang berada di Provinsi Sulaymaniya, sekitar 260 kilometer timur laut Baghdad. Letak Halabja dekat perbatasan Iran, sekitar 11 kilometer.38 Ini memunculkan hipotesa kuat bahwa ambisi kekuasaan Saddam sebagai diktator dibaluti dengan kekejaman. Tetapi bagaimanapun harus kita ketahui bahwa banyak sumbangan Saddam terhadap Irak di antaranya memiliki berkah minyak yang banyak dan program NBC yang luar biasa. Semua itu ia lakukan demi kesejahteraan rakyatnya baik yang tentara maupun rakyat sipil. Dalam koran Kompas diceritakan, untuk memenuhi kebutuhan dan sumber air di Irak, presiden Saddam Hussein membangun sebuah dam cukup luas di wilayah Mosul, Irak Utara. Dam yang disebut Sadd Saddam atau Dam Saddam itu kini menjadi sebuah panorama wisata
38
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad .h. 164-165.
52 yang berada di Irak Utara. Hingga semuanya itu bisa bermanfaat bagi seluruh rakyatnya.39 Dengan berbagai kecaman dan anggapan Saddam sebagai pemimpin diktator di mata Barat dan AS khususnya tetapi ini semua itu tidak menyurutkannya. Saddam bisa membuktikan bahwa anggapan dan dugaan sementara yang dialamatkan kepadanya itu tidak sepenuhnya benar. Sejatinya Saddam masih bisa memberikan sumbangsih bagi negaranya, dan tidak sedikit pula banyak yang merindukan kepemimpinannya walau seolah-olah ia kejam. Tetapi menurut para pendukungnya itu semua akibat adanya intervensi asing yang gemar mempropagandakan kemelut yang terjadi di Irak. Dengan begitu, pemimpin Irak yang saat itu berkuasa menjadi sasaran empuk bagi asing untuk melakukan pengalihan isu yang berkembang. Hemat penulis masalah demi masalah yang terjadi antara Irak dan Saddam ini merupakan peristiwa dilematis yang sejatinya kebenaran dan keburukannya kita kembalikan kepada rakyat Irak.
D. Masalah Pengincaran Minyak Irak Pasca pembagian wilyah Timur Arab antara Prancis dan Inggris, AS tidak terlibat ikut dalam Perjanjian Sykes Beko itu. Tetapi menurut AS, para penandatangan perjanjian tersebut tidak mungkin menang dalam Perang Dunia II kalau bukan karena dukungan dari minyak Irak yang saat itu merupakan penghasil dan sumber minyak terbesar di dunia. Meskipun demikian, AS tidak hentihentinya mengancam Inggris dan Prancis dengan kekuataan militernya bila
39
Saddam: Tak ada Niat Saya Membakar Kkilang Minyak, Kompas, 27 Februari 2003, h. 2.
53 perusahaan minyak Irak masih memonopoli Eropa. Sehingga akhirnya, Eropa melepaskan seperempat saham miliknya di perusahaan Irak. Tetapi akhir-akhir ini, cadangan minyak AS hanya mencapai 22 milyar barel atau sekitar 2% saja dari cadangan minyak dunia. Hal itu menunjukan terus berkurangnya cadangan minyak AS. Walaupun pihak AS memiliki cara-cara terbaru dalam menanggulangi masalah ini, apalagi didukung oleh peralatan teknologi canggih dan memiliki kemampuan tinggi untuk mengekpolrasi minyak. Sekarang AS merupakan pengimpor minyak terbesar, sekaligus memiliki kekuataan militer terkuat. Bagaimana cara menghadapi semua kebingungan ini. Tidak ada cara lain kecuali melakukan serangan terhadap negara manapun yang mengancam kepentingannya, terutama negara yang kaya minyak dan menentang Israel, karena memang harus kita akui lobi Yahudi (Israel) terhadap AS begitu kuat. Apabila pemerintah Washington masih saja membela kepentingannya dengan menggunakan senjata, maka Irak akan menggunakan ekspor minyaknya sebagai senjata yang menghancurkan kepentingan AS. Pada tahun 70-an, Bank Dunia mencatat negeri Irak masuk dalam daftar negara-negara yang memiliki pendapatan perkapita sedang, sekaligus memiliki kemampuan untuk berpindah ke level pendapatan perkapita tinggi. Tatkala Saddam Hussein merebut kekuasaan pada 1979 dan menjadi Presiden Irak, pendapatan GNP per kapita warga Irak mencapai US$9000. Namun setelah kekuasaan Saddam membelit, dilanjutkan dengan perang Irak melawan Iran dan Kuwait serta 12 tahun sanksi ekonomi PBB, pendapatan GNP per kapita Irak jatuh menjadi US$1200 dan bahkan lebih rendah lagi. Kehancuran Irak di sektor ekonomi, kultural dan peradaban tak bisa dilepaskan dari politik Saddam Hussein
54 yang membawa Irak ke jurang kehancuran karena rakyat Irak diseret ke dalam situasi perang terus-menerus selama hampir 24 tahun (1988-2003): delapan tahun perang Irak dengan Iran pada 1988, agresi Irak ke Kuwait 1990-1991, dan tahun 2003 perang menghadapi serangan militer AS dan koalisinya.
Pendapatan Perkapita Negara Irak
Masa Saddam merebut kekuasaan 1979
Masa Invasi Irak terhadap Iran & Kuwait 1988-1991
Masa Invasi Amerika 2003-2005
Masa kondusif 2006-2010
9,000. Dalam US$ 1,200. 1,990 2,320 menurut Bank Dunia Sumber: Data diambil dari laman World Bank diupdate pada 4 Agustus 2011.40
Irak merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar kedua di dunia dengan cadangan minyak mencapai 115 milyar barel, yaitu sekitar 11% dari cadangan minyak dunia. Karena urgensi inilah berbagai aktivitas ekonomi dan juga finansial dalam dan luar negeri sangat bergantung pada minyak. Hasil dari minyak dapat dipakai untuk pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 50-an, 30% dari hasil minyak digunakan untuk kemajuan ekonomi, meningkat menjadi 70% pada awal tahun 70-an. Adapun dana yang tersisa digunakan untuk membiayai anggaran negara sehari-hari. Selain itu, kemampuan pertanian Irak dan juga industrinya sangat tinggi. Begitupun untuk bidang intelektual dan seni tidak bisa dianggap sepele.41
40
Pendapatan Per Kapita Negara di Dunia menurut World Bank, artikel diakses pada 4 Agustus 2011, dari: http://gusschool.wordpress.com/2010/12/23/pendapatan-per-kapita-negara-didunia-menurut-world-bank. 41 Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf. ed., h. 141-142.
55 Kita bisa melihat lebih dalam betapa sulitnya AS ketika permasalahan minyak buminya yang mengalami angka defisit. Hingga mengakibatkan AS mengalami kebingungan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Dengan melihat negara Irak yang menjadi penguasa minyak dunia, AS mulai melakukan aksi lobi-lobi terselubung agar cadangan minyaknya itu stabil, bagaimanapun ini dilakukan demi kesejahteraan negaranya yang sudah tidak berdaya karena menurunnya persediaan minyaknya. Sudah sangat jelas bahwa tujuan utama perang AS terhadap Irak bukanlah seperti apa yang digembar-goemborkan oleh presiden Bush. Perang itu dilakukan bukan untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dikembangkan oleh rezim Saddam Hussein, yang dianggapnya sebagai ancaman serius bagi dunia internasional dan negara Timur Tengah, terutama bagi negara Israel “anak emasnya”. Namun semata-mata untuk kepentingan strategis jangka panjang AS sendiri. Target dan tujuan ini merupakan prioritas AS. Hal ini mereka lakukan adalah untuk mencari solusi dari ancaman kebangkrutan ekonomi yang semakin nyata. Dengan langkah ini AS memprediksi bahwa dengan melakukan intervensi dan menguasai secara langsung negara-negara yang kaya dengan sumber daya minyaknya seperti Saudi Arabia dan Irak, maka mereka akan selamat dari ancaman krisis tersebut. Intervensi atau penjajahan secara langsung kepada Irak akan mempermudah AS menguasai sumber daya alamnya. Dengan begitu, AS dengan mudah dapat mempermainkan harga minyak dunia. Selama ini, penentuan harga minyak masih dikuasai oleh OPEC, bukan oleh salah satu negara tertentu. Di sisi lain,
56 bargaining politik AS juga akan semakin kuat. Karena semua tahu bahwa minyak merupakan kekuatan yang sangat vital dan dominan dalam kancah pergumulan politik dunia untuk berebut pengaruh. Nampaknya, kekuatan minyak akan terus berlanjut sampai 100 tahun ke depan. Hasil penelitian yang mencoba mencari energi alternatif pengganti minyak ternyata belum terbukti efektifitasnya. 42 Mulai dari sini AS melancarkan aksinya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan minyak di Irak, khususnya dengan mengalihkan opini publik, membuat pernyataan palsu yang menyatakan bahwa Irak itu sumber dari pada negara teroris dan mempunyai senjata pemusnah massal. Tidak lebih dan tidak bukan AS ingin menduduki Irak untuk mengeksploitasi minyaknya. Terbukti dalam sebuah surat kepada PBB, anggota parlemen Irak menuduh AS telah mencuri sekitar 17 miliar dolar dana minyak Irak setelah invasi tahun 2003 ke negara tersebut. Dalam sebuah surat resmi ke kantor PBB di Baghdad bulan lalu, Komite Integritas Parlemen Irak meminta bantuan lembaga itu untuk memulihkan harta negara yang hilang, yang diambil dari Dana Pembangunan Irak (DFI) menyusul invasi AS tahun 2003 ke negara itu. Semua indikasi menunjukkan bahwa lembaga-lembaga Amerika Serikat melakukan korupsi keuangan dengan mencuri uang rakyat Irak, yang dialokasikan untuk pembangunan Irak, dan dana itu sekitar 17 miliar US$, lapor Reuters. Sebelumnya pada bulan Juni, auditor AS memperingatkan sebanyak 6,6 miliar US$ dana rekonstruksi Irak mungkin telah dicuri dalam pencurian terbesar dalam sejarah dana nasional. Audit yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal
42
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 157-158.
57 Khusus untuk Rekonstruksi Irak, Stuart Bowen, menyalahkan Pentagon karena tidak melacak dana, situs antiwar.com melaporkan pada 14 Juni. Tuduhan pencurian uang yang telah dijelaskan oleh komite parlemen sebagai kejahatan finansial dicurigai dicuri oleh AS. Informasi ini datang sementara Irak tidak berwenang untuk membuat tuntutan terhadap AS sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. DFI didirikan pada tahun 2003 atas perintah Otoritas Koalisi Sementara (CPA) untuk mendanai proyek-proyek rekonstruksi dan membayar gaji pegawai pemerintah Irak. CPA dipimpin oleh Paul Bremer yang dipercaya oleh pemerintah Bush dengan tugas mengawasi rekonstruksi pasca-invasi ke negara itu. Tidak seorang pun di sisi Irak yang memiliki otoritas untuk mengontrol Paul Bremer pada waktu itu. Jadi menurut hemat saya pemerintah AS perlu memberikan jawaban ke mana dan bagaimana uang tersebut digunakan, kata jurubicara pemerintah Irak Ali al-Dabbagh seperti dikutip oleh Reuters pada hari Minggu (19/6). Kita tidak bisa menuntut AS secara Hukum karena tidak memungkinkan kita untuk melakukan itu. Yang kami inginkan adalah untuk membawa masalah ini ke PBB, kata kepala Komite Integritas Parlemen Irak, Bahaa al-Araji. Jika berhasil, maka akan membuka jalan bagi Irak untuk mendapatkan kembali uang curian tersebut, tambahnya.43 Sudah begitu mulai ketahuan semua belang dari AS, karena masalah perang ini banyak rakyat dari militer hingga rakyat sipil menjadi sasaran dari amuk militer AS yang mengatasnamakan perang melawan teroris dan menjaga perdamaian dunia. Apalagi di sini pun Saddam menjadi korban dari keganasan 43
AS Dituduh Merampok Uang Minyak Irak, artikel diakses Senin, 20/06/2011 08:03 WIB dari http://www.eramuslim.com/berita/dunia/as-dituduh-merampok-uang-minyak-irak.htm.
58 Bush beserta kroni-kroninya dia dituduh telah menghancurkan negaranya sendiri, padahal kita tahu diapun juga menjadi korban. Dalam sebuah artikel koran Kompas, Saddam menegaskan, sama sekali tidak mempunyai niat menghancurkan negerinya, antara lain dengan membakar kilang minyak, jika AS melancarkan serangan. Ia pun menegaskan, tidak akan pernah meninggalkan Irak. sementara itu AS justru memperingatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa George Walker Bush menegaskan, AS bisa bertindak tanpa mandat PBB. Hanya ada satu cara, yaitu pelucutan senjata penuh, tegas Bush. Perang adalah pilihan saya terakhir. Itulah mengapa dunia bersatu untuk meyakinkan Saddam soal perlunya melucuti senjata, lanjutnya.44 Beginikah apa yang dilakukan Bush. Sungguh sangat ironis sekali, dengan berdalih menjaga perdamaian tetapi ia berulang kali melakukan perusakan dan penghancuran terhadap negara lain khususnya negeri seribu satu malam, Irak.
44
Saddam: Tak ada Niat Saya Membakar Kilang Minyak, Kompas, 27 Februari 2003, h. 2.
59 BAB IV DAMPAK PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK
A. Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Setelah perang di Irak yang dikomandoi oleh Amerika Serikat mulai berakhir, dampaknya ialah korban nyawa yang terus berjatuhan. Tidak hanya itu saja hak sipil rakyat Irak yang tidak berdosa itupun ikut terdegradasi. Hidup pun semakin menderita ketika semuanya hancur, harta benda serta semua yang dimiliki hilang tanpa tersisa. Perang ternyata tidak hanya membawa luka tetapi juga petaka yang mengakibatkan trauma yang berkepanjangan. Kehidupan sosial masyarakat pun semakin tidak terkendali akibat konflik yang berkepanjangan itu. Sekali lagi penulis katakan bahwa masyarakat sipillah yang menjadi korban keberingasan kedua belah pihak yang ingin merealisasikan ambisi dan kepentingannya di atas penderitaan orang lain. Dilaporkan pula bahwa korban tewas maupun luka tidak hanya dari pihak militer Irak yang berperang melawan invasi AS, tetapi juga warga sipil Irak yang hendak melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Salah satu contohnya ialah korban bom nyasar yang diinvestigasi langsung oleh wartawan Tempo yang meliput langsung di medan perang tersebut. Menurutnya, Kareem adalah contoh korban bom nyasar dalam penyerbuan AS atas Irak. Ia tidak tahu apa-apa soal perang itu. Ia hanyalah warga sipil yang kampungnya di daerah Nahrawan, sekitar 15 kilometer dari pusat kota, porak-poranda karena perang. Mata Kareem terus tertuju ke kakinya. Ia menghela nafas panjang. Ia mencoba menenteramkan diri.
60 Alhamdulillah, saya masih hidup, ujar pasrahnya. Tetapi kepasrahan itu belum cukup karena kakinya mesti dirawat sampai bekas operasi itu kering. Namun, dokter RS al-Kindi menyuruhnya mencari rumah sakit lain. Karena rumah sakit itu tidak cukup lagi menampung korban yang terus berjatuhan serta banyak menampung korban perawatan pascaoperasi. Dokter menyuruh saya pindah rumah sakit, selain itu juga karena di sini tenaganya sangat kurang, katanya.45 Selain RS al-Kindi, rumah sakit lain yang kebanjiran korban/pasien adalah RS Yarmuk, RS Alawy, dan RS di Kadhimiyah. Hanya RS Qadissiyah dan RS Saddam yang masih bisa menerima pasien. Kedua rumah sakit itulah Asma Shaleh merekomendasikan pasiennya untuk pindah. Selain persoalan daya tampung, rupanya kematian pasien menyebabkan trauma tersendiri bagi para dokter dan pasien. Terdapat anak usia 3 dan 6 tahun yang meninggal ketika kami rawat, ujar Shaleh. Laporan dari salah satu rumah sakit di kota Baghdad itu menggambarkan betapa perang telah menelan korban-korban tidak berdosa. Ini di luar kerusakan bangunan yang ditimbulkan akibat peluru kendali pasukan koalisi pimpinan AS yang menghujani wilayah Irak. Di hari-hari pertama perang berlangsung, sejumlah bangunan strategis dan vital milik pemerintah Irak ketika itu telah porak-poranda rata dengan tanah, salah satu contohnya: istana presiden, Markas Besar Angkatan Udara Irak, kantor Menteri Pertahanan, Markas Pusat Intelijan, dan kantor Menteri Penerangan.46 Semuanya itu habis rata dengan tanah oleh keganasan bom pasukan AS, rakyat sipil pun tidak berdaya dibuatnya. Kecaman demi kecaman
45
Rommy Fibri dan Ahmad Taufik, Detik-Detik Terakhir Saddam Kesaksian Wartawan Tempo Dari Baghdad (Jakarta: Tempo, 2008), h. 27-28. 46 Rommy Fibri dan Ahmad Taufik, h. 29-30.
61 dari dunia internasional terus dilancarkan tetapi tetap saja tidak dihiraukan oleh AS dan sekutunya. Harapan yang terus diinginkan rakyat sipil Irak tampaknya menjadi sebuah mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Sebab kedamaian serta keamanan yang selalu dinanti itu telah direnggut oleh penyerbuan AS atas Irak. sejatinya AS harus lebih arif dan bijak dalam melakukan serangannnya. Alih-alih AS berdalih ingin menangkap Saddam Hussein dan perang melawan teroris di Irak, yang ada warga sipil tidak berdosa menjadi tumbal dari kebiadabannya, sehingga beban psikilogis sosial masyarakatnya pun menjadi taruhannya. Rakyat Irak, paling khususnya warga Baghdad, merasakan bahwa penyingkiran Saddam tidak menyelesaikan masalah. Penyingkiran Saddam, untuk beberapa waktu, tidak memberikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, dan kenyamanan hidup. Aktivitas di Baghdad mulai hidup ketika matahari muncul dari ufuk timur, jalan-jalan pada siang hari padat, dan pada saat mentari persis di puncak langit, panasnya begitu terasa, betapa kegiatan transaksi jual beli di pasar di sana cukup terlihat ramai walaupun kondisi was-was selalu menghantui warga sipil yang hendak berdagang ataupun membeli. Lebih ironis lagi, yaitu ketika malam tiba, bahkan ketika saat maghrib berlalu, orang-orang segera meniggalkan jalanan kota. Makin malam makin terasa sepi dan mencekam. Di saat itu, bahkan setelah enam bulan patung Saddam dirobohkan masih terdengar suara letusan dan tembakan. Penduduk Kota Seribu Satu Malam itu sadar benar suara ledakan, dan tembakan itu tidak berasal dari suatu tindakan kriminal. Tidak pula dilakukan oleh pencuri atau perampok. Melainkan hasil dari serangan bersenjata yang dilakukan para pejuang Irak yang
62 terus gigih melawan pasukan pendudukan AS.47 Ternyata memang diketahui kondisi malam sepi itu akibat semua warga sipil tidak ingin menjadi sasaran amuk militer yang menyerang warga Irak secara sporadis. Dengan begitu rakyat sipil mulai melindungi dirinya dengan melakukan aksi diam di rumah masing-masing dan tidak melakukan aktivitas sebagaimana mestinya di siang hari. Di dalam buku karya George Walker Bush yang berjudul Decision Points yang dikutip oleh koran Kompas, Bush pada awalnya menentang invasi AS ke Irak. Bush mengaku memberikan argumentasi berbeda soal rencana serangan ke Irak yang telah memakan banyak korban baik warga sipil Irak hingga tentara Irak dan AS pun terkena imbasnya. Bush pun mengatakan dalam penyerbuan atas Irak: Saya tidak ingin menggunakan kekerasan. Saya waktu itu mencoba memberikan kesempatan untuk melakukan diplomasi berjalan. ujar Bush dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi NBC senin (8/11).48 Lebih mengejutkan lagi, mengapa Bush mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan kekerasan/serangan terhadap Irak, sedangkan korban tewas warga sipil Irak sudah begitu banyak ? Akan tetapi yang paling menghebohkan lagi, Bush merasa terkejut dan marah ketika ternyata tidak ditemukan senjata pemusnah massal yang digunakan sebagai dalih dari serangannya terhadap Irak. Dalam pemaparannya dia mengatakan: saya merasa mual ketika setiap kali saya memikirkan dan mengingat masa kelam itu, sampai sekarang, kata presiden AS yang ke-43 ini.49 Meski demikian ia terang-terangan menolak meminta maaf atas tidak ditemukannya senjata pemusnah massal tersebut ataupun kekacaun yang terjadi di 47
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad (Jakarta: Kompas, 2005), h. 95-96. Bush Tak Setuju Perang Irak (Buku Memoar), Kompas, 10 November 2010, h. 8. 49 Kompas, 10 November 2010, h. 8. 48
63 Irak pasca invasi itu atau sampai saat ini. Tetapi yang paling penting ialah bagaimana hak-hak asasi manusia di Irak mesti dikedepankan. Sebab setelah terjadinya perang korban yang paling banyak berjatuhan ialah warga sipil Irak sendiri. Rasa ketakutan terus menjadi ancaman yang nyata, padahal jika AS mematuhi semua undang-undang internasional maka hal yang demikian tidak akan pernah terjadi. Contoh, Undang-Undang Internasional PBB tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Piagam No. 15 tahun 1986/CN/EN tertanggal 24 Desember 1986) yang menyatakan bahwa setiap warga sipil mesti diutamakan haknya demi mencapai kebebasan. Demikian pula hukum yang tertuang di dalam UUD Irak yang melarang melakukan penyiksaan. Dalam aliniea (A) dari ayat (22) dikatakan bahwa kehormatan manusia terpelihara dan tidak berlaku jahat dalam bentuk jenis apapun dari jenis-jenis penyiksaan baik jasmani maupun spiritual. Begitu pula dalam Traktat Hukuman Kejahatan No. 111 tahun 1969 bahwa tidak boleh melakukan setiap perbuatan yang
menyinggung
hidup
manusia
dan
keselamatan
badannya
dan
kehormatannya.50
B. Pengaruh Terhadap Kehidupan Ekonomi Berbagai indikasi kehancuran kehidupan dan ekonomi mulai muncul ke permukaan dengan jelas di masyarakat internasional akibat serbuan AS atas Irak. Tidak hanya perekonomian dalam negeri Irak sendiri yang terkena imbasnya tetapi juga perekonomian dalam negeri AS pun menjadi terkenan getahnya. Hal inilah yang sedang menjadi isu besar di dalam perekonomian, setidaknya di 50
Ahmad Raef, Hak-Hak Asasi Manusia di Irak (Cairo : al-Zahra Li I‟lam al-Arab, 1990), h. 39-42.
64 berbagai jenis pasar, minyak, emas, saham, dan lain-lain. Kondisi seperti itu dianggap sebagai pemicu kacaunya kondisi geopolitik internasional yang memberikan ancaman pada perekonomian dunia. Geopolitik adalah dampak dari keberadaan lingkungan fisik (phsycal environment/lokasi tempat tinggal) terhadap masyarakat yang membentuk pada persepsi politik dari masyarakat tersebut. Faktor utama yang diperlukan bagi keberadaan geopolitik yang baik adalah terjadinya komunikasi internal, di samping faktor lainnya. Faktor utama yang sangat dibutuhkan geopolitik ialah keberadaan negara tetangga yang ramah (tidak mengancam), meski berposisi lebih kuat ataupun lebih lemah. Kini ada kerapuhan yang sedang mengancam ketenangan kehidupan global yakni munculnya era kekuatan udara yang mengubah realitas geopolitik tradisional, munculnya geopolitik dari energi minyak, serta munculnya aksi terorisme sebagai sebuah bentuk kekuatan. Tidak heran jika mencuat kekhawatiran perang di kawasan Teluk akan memberikan gejolak pada pasar uang, bursa saham, bursa komoditas, dan aspek ekonomi mikro lainnya. Itu karena masyarakat dunia tidak lagi terbatas pada yang berada di Timur Tengah, AS, dan Eropa juga kini merasa tidak nyaman. Ada kekhawatiran yang mendalam soal kemungkinan serangan terhadap Irak. Kekhawatiran itu juga semakin dipicu oleh rapuhnya legitimasi serangan yang membuat masyarakat dunia memiliki persepsi jika serangan terjadi, maka dampak baliknya akan merunyamkan AS. Itu juga akan menggangu ketenangan investasi dunia. Pasar khawatir akar dari terorisme justru bukan tercabut malah semakin mendalam. Dampak dari ketakutan itu sudah terlihat jelas. Kurs Dollar AS
65 menyentuh titik terendah dalam tiga tahun terakhir terhadap mata uang Inggris (Poundsterling). Dollar AS juga turun melemah terhadap Frank mata uang (Swiss), juga Euro dan Yen. Kemudian para investor dunia dibuat kelimpungan atas berita persiapan perang oleh AS dan Inggris.51 Seperti yang dilansir oleh Murray Sabrin, profesor keuangan di Sekolah Bisnis Anisfield, di mana ia adalah direktur eksekutif pusat bisnis dan kebijakan publik AS (27 April, 2006) mengatakan, biaya perang Irak akan mencapai US$ 320.000.000.000. Menurut Congressional Research Service, bahkan jika penarikan pasukan secara bertahap dimulai tahun ini, biaya perang di Irak dan Afghanistan
kemungkinan
akan
naik
dengan
tambahan
sekitar
US$
371.000.000.000, mengutip sebuah studi Kantor Anggaran Kongres. Biaya perang di Afghanistan dan Irak totalnya mencapai US$ 811.000.000.000. Kedua perang itu jauh melebihi US$ 549.000.000.000 biaya perang di Vietnam. Hal ini membuat jelas bahwa kita sedang menyaksikan episode terbaru dalam ekspansi pemerintah AS dalam menanggapi "krisis" atau "ancaman" bagi keamanan kesejahteraannya akibat invasi itu.52 Menanggapi itu semua dampak perekonomian ini tidak hanya terjadi pada Irak saja tetapi juga pada AS. Gejolak inflasi terjadi akibat krisis keuangan, di mana APBN AS Serikat terus terkuras untuk pembiayaan perang dari zaman perang Vietnam hingga Timur Tengah yaitu perang Afghanistan dan Irak. Dikabarkan bahwa pembiayaan militer dari APBN AS mencapai 450 milyar US$. Di antaranya untuk persenjataan perang dan kesejahteraan tentaranya.
51
Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi Dunia, Kompas, 23 Januari 2003, h. 28. Murray Sabrin, Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS, artikel diakses pada 27 Juni 2006 dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html. 8
66
Bagan 1 Jika kita melihat kondisi perekonomian Irak yang paling urgen ialah masalah ketiadaan listrik pra ataupun pasca perang. Sejak Perang Teluk II di tahun 1991 di zaman Bush Sr, rudal Tomahawk menghantam kompleks besar ini. Dalam penyerangan di suatu hari di bulan Februari 1991 itu, AS menyebabkan suplai listrik Irak berkurang sepuluh persen. Sebuah foto menunjukkan sepasang travo listrik seukuran tong sampah tampak kusut seperti gulungan kertas tisu. Foto lainnya menampakkan menara transmisi dengan bentuk yang bengkokbengkok seperti pohon yang tercerabut akibat badai padahal itu semua akibat serangan rudal AS. Pagi harinya setelah serangan itu, para insinyur Irak bekerja di lokasi bencana. Ajaibnya mereka dapat memperbaiki dan mengoperasikan kembali pembangkit listrik dalam tempo kurang dari tiga bulan. Seluruh kebutuhan rakyatpun terpenuhi sementara dengan adanya listrik. Namun setelah kedatatangan AS kembali ke Irak pada tahun 2003 dengan dalih ingin menangkap teroris dan lain sebagainya di Irak, maka ancaman
67 kehancuran perekonomian Irak kembali menghantui. Invasi AS kedua pada tahun 2003 ini lagi-lagi membuat roda perekonomian Irak kembali lumpuh. Walaupun AS mempunyai program untuk merekonstruksi kembali Irak, namun semuanya itu memakan waktu lama dan menimbulakan rasa frustasi pada warga sipil Irak sendiri. Terbukti tidak ada tugas yang lebih sulit selain membuat listrik kembali menyala. AS menghabiskan lebih dari 6 milyar US$ untuk membangun kembali sistem kelistrikan di Irak. Namun tiga tahun pasca-invasi, tingkat produksi listrik masih terbilang menurun dibandingkan era Saddam Hussein. Pada Februari 2006, Irak memproduksi kira-kira 3.700 megawatt listrik per harinya. Untuk menerangi kotakota di Irak, mengatur suhu udara di rumah rakyat, dan menjalankan industri dibutuhkan listrik sebesar 9.000 megawatt. Dengan selisih seperti itu berarti rakyat Irak terpaksa hidup dalam kegelapan. Singkat kata suplai listrik tidak mencukupi permintaaan. Kesulitan mengalihkan tugas tidak terbatas pada pembangkit listrik saja. AS-lah yang mengurus fasilitas pengolahan air dan limbah. Menurut Becthel, dari 40 lebih fasilitas yang dijalankan rakyat Irak, tidak satupun dioperasikan secara benar. Dikatakan bahwa fasilitas yang telah direnovasi, rusak dengan cepat hingga ke tahap yang membahayakan dan tidak bisa dioperasikan lagi. Maka dampak perekonomian di Irak begitu sangat kompleks tidak hanya terjadi pada pembangkit listrik tetapi juga masalah air dan limbah menjadi tidak menentu hingga pasca perang.53
53
Miller, Blood Money, h. 382-384.
68 C. Pengaruh Terhadap Kehidupan Politik Hingga awal pasca penyerbuan AS ke Irak iklim perpolitikan di Irak pun menjadi kacau dan carut-marut tak terkendali. Akibatnya hukum dan peraturan yang telah menjadi traktat politik di Irak menjadi tidak menentu. Lebih parahnya lagi AS mengintervensi dengan melakukan perombakan sistem hukum yang tadinya didasarkan atas asas Islam menjadi demokrasi. AS sebenaranya ingin menawarkan visi dan misi bagaimana indahnya demokrasi, tetapi tentunya dengan kepentingan dan skenario gelap yang sudah dirancang rapi olehnya. Menurut AS, jika Irak melakukan perombakan sistem ke arah demokrasi sesuai dengan apa yang diharapkan AS, maka Timur Tengah khususnya negara-negara Arab akan memberikan inspirasi yang nyata bagaimana nikmatnya negara dengan nuansa demokrasi tetapi sesuai dengan apa yang dimauinya. Sungguh ironis bukan? Demikianlah diharapakan bahwa lahirnya Irak baru yang demokratis lebih mengedepankan kedaulatan rakyat ketimbang keotoriteran di era Saddam, demi memberikan pengaruh yang positif bagi negara-negara lain. Tetapi itupun menurut AS, yang sampai saat ini ingin sekali berambisi untuk melakukan kampanye sistem demokrasi di negara-negara Timur Tengah khususnya di negara Irak yang momennya tepat karena sedang ia invasi. Pertanyaannya ialah apakah jika dilakukan perombakan dari sistem otoriter era Saddam menjadi sistem demokrasi di Irak, akan menjadi harapan atau mimpi untuk kebahagiaan rakyat sipil?54 Di masa transisi perpolitikan ini paling tidak ada dua skenario yang akan diterapkan pada Irak jika AS menginvasinya tanpa dukungan dunia internasional karena Irak dianggap tidak terbukti melanggar dan menabrak aturan main yang
54
Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, h. 150.
69 telah diratifikasi oleh PBB melalui Resolusinya No. 1441, yakni memiliki senjata pemusnah massal, seperti nuklir, senjata kimia, dan biologi.55 Skenario pertama, invasi/serbuan AS akan sukses dan berlangsung singkat (serangan blietzkrieg) sebagaimana yang telah terjadi terhadap Afghanistan. Sehingga reaksi kecaman dunia tidak akan signifikan memengaruhi aksi militer AS tersebut. Selanjutnya AS melengserkan Saddam Hussein dengan cara membunuh ataupun menawannya dan menggantinya dengan pemerintahan boneka seperti Hamid Karzai di Afghanistan. Hal ini merupakan sesuatu agenda yang diimpi-impikan oleh rezim Bush Jr. Skenario kedua, serbuan AS berujung pada kegagalan. Faktor tersebut berasal dari perang
yang berlangsung alot, tidak dapat menjatuhkan rezim
Saddam dan pada saat yang sama, terciptanya histeria dan kecaman keras dunia internasional kepada AS akibat pemberitaan korban tragedi kemanusiaan oleh media massa dan desakan daripada negara-negara Muslim khususnya.56 Dengan begitu, skenario yang digelorakan oleh rezim Bush Jr ini membuktikan betapa kejamnya tindakan yang ia lakukan terhadap kehidupan politik khususnya warga sipil Irak dan dunia, membuat kalimatun sawa atau kesepakatan global tentang hubungan perpolitikan dunia menjadi tercederai akibat 55
Resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada 8 November 2002. Resolusi Irak No. 1441 didukung oleh semua 15 negara anggota DK-PBB. Inti resolusi ini adalah utusan memiliki mandat dari Dewan Keamanan PBB untuk mencari senjata biologi, kimia, dan nuklir yang menurut AS diduga dikembangkan oleh rezim presdien Irak Saddam Hussein. Jika Irak tidak bekerjasama, negara itu akan mengahadapi konsekuensi keras yaitu aksi militer yang dipimpin langsung oleh AS. Para menlu Arab, pada sidang darurat Liga Arab pada November 2002 silam menyatakan, menyambut baik itikad resolusi yang digagas oleh Dewan Keamanan PBB Nomor 1441 dan tidak melihat resolusi tersebut sebagai dasar bagi aksi militer di Irak. Sidang darurat Liga Arab tingkat Menlu Arab itu lalu mengungkapkan kegembiraanya atas kesediaan pemerintah Irak menerima tim inspeksi PBB tanpa syarat. Mereka meminta pakar Arab agar diikutsertakan dalam keanggotan tim inspeksi PBB itu. Para Menlu Arab menegaskan komitmennya atas keamanan, kesatuan, dan keselamatan teritorial negara Irak serta menolak keras serangan militer AS atas Irak yang merupakan ancaman atas keamanan bangsa Arab secara keseluruhan 56 Safari dan Almuzammil Yusuf, h .202-212.
70 hegemoni AS di Irak. Beberapa negara menolak hegemoni tersebut di antaranya Inggris, walaupun telah mengirim pasukan ke Irak, tetapi publik Inggris kebanyakan tidak mendukungnya bahkan mencekam. Lihat prosentase bagan berikut ini: Masalah
Januari 2003
2002
Menolak Perang Irak
47%
37%
Mendukung Aksi Militer ke Irak
30%
42%
ICM Survey untuk The Guardian
Sumber: The Guardian
N= 1.002 dewasa (usia 18+) Polling Perang Irak-AS
Sumber: Koran Tempo 22-01-2003
Tetapi walau bagaimanapun, opini publik yang sifatnya reaktif tarhadap serangan AS atas Irak tidak akan menjadi pengaruh seperti yang dikatakan oleh pengamat Timur Tengah asal Indonesia Sayidiman Suryohadiprodjo. Yang penulis kutip dari artikel internet koran Suara Pembaruan. Opini publik dunia yang menentang perang terhadap Irak makin kuat, namun kehendak presiden Bush Jr masih tetap kukuh menyerang Irak. Maka sekarang dunia menunggu mana yang lebih kuat pengaruhnya kepadanya. Opini publik dunia yang begitu keras menentang perang atau pendukungnya untuk terus maju perang, bahkan bergerak sendiri kalau PBB dan negara lain tidak mendukung. Masalah yang dihadapi sekarang, apa akibatnya kalau perang dilaksanakan? Dengan supremasi kekuatan militernya, AS dapat memaksakan satu perang cepat. Namun serangan yang cepat mengalahkan kekuatan militer Irak tidak dengan sendirinya disertai penangkapan atau likuidasi Saddam Hussein. Hal itu sudah terbukti jelas di Afghanistan, AS hingga kini belum dapat menangkap
71 Osama bin Laden dan menghancurkan Al-Qaeda. Padahal itu tujuan perang Afghanistan. Selain itu, kemenangan perang di Irak yang cepat belum tentu juga memenangkan damai, yaitu menjadikan Irak kekuatan baru yang memperkuat kepentingan AS dalam segala bidang. Sekarang AS selalu mengatakan bahwa setelah melikuidasi Saddam Hussein, Irak akan dijadikan negara demokrasi yang makmur dan maju yang menjadi kekuatan damai di Timur Tengah dan teladan bagi negara lain di kawasan itu. Akan tetapi sama sekali tidak ada jaminan bahwa mudah untuk menciptakan gambaran ideal itu, sekalipun Saddam Hussein sudah tersingkirkan. Berbagai masalah politik akan timbul karena kepentingan yang berbeda dari rakyat Irak. Pertentangan baru antara etnis Kurdi dan penguasa Irak, mudah terjadi kalau kaum Kurdi tidak mendapat bagian yang mereka anggap sepadan dalam susunan politik baru. Demikian pula pertentangan kaum Shiah dan Sunni mungkin sekali berkobar, karena masing-masing ingin memperoleh tempat yang lebih baik dalam susunan Irak baru, dan masalah-masalah lain yang akan menimbulkan banyak persoalan bagi stabilitas politik. Demikian pula kepentingan Rusia dan Prancis, yang tidak akan begitu saja menerima penguasaan AS atas Irak, tidak akan membuat usaha stabilisasi mudah. Padahal, stabilisasi politik amat diperlukan, karena sudah jelas dari semula AS begitu gigih hendak menyerang Irak, terutama untuk penguasaan minyaknya yang kedua terbesar di Timur Tengah setelah Saudi Arabia.57 Dengan demikian sudah dan akan terbukti akibat invasi AS ke Irak akan mengalami stabilitas politik yang tidak kenal arah. Suasana baru perpolitikan Irak akan mengalami masalahmasalah baru yang nantinya akan lebih rumit. 57
Sayidiman Suryodiprodjo, Akibat Perang Irak yang Perlu diwaspadai, artikel diakses pada 24 Februari 2003 http://www.suarapembaruan.com/News/.
72 Ketika demokrasi mulai digalakkan di Irak, sistem perpolitikan pun berubah. Pemilu dimulai ketika rezim Saddam roboh di antara tahun 2005. Walaupun di Irak terjadi pemilihan umum yang dilaksanakan di Baghdad. Tetapi minat masyarakat sipil Irak ternyata tidak mengalami defisit, justru mengalami signifikasi yang lumayan luar biasa. Karena sederhana saja, kondisi politik dan sosial Irak di saat itu sedang tidak menentu bahkan terbilang kacau sejak penyerbuan AS ke Irak. Maka dari itu, rakyat membutuhkan figur seorang pemimpin yang ia harapkan. Tidak lain dengan jalan demokrasilah segala keinginan masyarakat untuk memilih pemimpin yang mereka rasa pantas. Layak untuk dijadikan pemimpin Negara Irak bisa terealisasikan. Sekalipun menuai prokontra masalah ini menjadi sungguh yang menakjubkan, di mana partisipasi warga sipil dalam pemilu di Irak yang ternyata cukup tinggi, di atas 60 persen. Walau memang di daerah segitiga Sunni, termasuk Ramadi, banyak TPS yang kosong akibat serangan yang bertubi-tubi antara pihak militer AS dan pemberontak ataupun para Mujahidin Irak ketika itu. Ledakan demi ledakan pun menjadi hal yang sudah sering terdengar. Hampir setiap hari Pemilihan Umum itu dikabarkan dalam acara konferensi pers sejauh mana perolehan suara itu dilakukan. Sayangnya, proses penghitungan dilakukan sangat tertutup, tidak seperti di Indonesia, kita bisa melihat secara langsung perolehan suara di TPSTPS. Alasannya, demi keamanan dan keselamatan para penghitung suara (menghindari
mereka
dari
sabotase
dilakukan
pihak-pihak
yang
tidak
menghendaki adanya pemilu karena pemilu adalah hasil rekayasa dan produk AS). Walhasil, penghitungan suara tidak transparan dan masyarakat sipil serta para
73 jurnalis yang sedang meliput pun tidak bisa betul-betul yakin penghitungan suara dilakukan secara jujur dan adil ataupun tidak. Di sebuah pasar di kota Baghdad terlihat hanya beberapa toko yang buka. Menurut para pedagang, sambil menuggu hasil pemilu diumumkan, masyarakat lebih memilih tidak keluar rumah akibat khawatir akan adanya perlawanan dari kelompok-kelompok yang tidak senang dengan pemilu sehingga trauma akan mengalami kembali korban rakyat sipil menjadi sasaran amuk kelompok militan Irak. Jadi, pasar tidak terlihat ramai seperti biasa-biasanya, hingga terkesan sepi, dan para penjual pun tidak merasa bergairah. Lebih menyedihkan lagi, rakyat Irak yang dulunya terkenal ramah dan selalu hormat dengan tamu-tamu dari manapun (mungkin hampir sama dengan rakyat Indonesia), namun sekarang hal itu tidak lagi. Kini mereka lebih banyak dihantui rasa ketakutan bila melihat orang asing bertebaran di kawasan Irak. Tatapan mereka selalu curiga dan tidak bersahabat. Tetapi mungkin dengan bicara baik-baik hati mereka akan lunak.58 Karena harus kita sadari pula mereka begini bukan karena kemauannya sendiri, tetapi akibat perang dan konflik yang melanda mereka serta trauma mendalam yang menghujami psikologis mereka.
D. Pengaruh Terhadap Kehidupan Kerukunan antar Etnis/Mazhab/Sekte Kehidupan kerukunan antara etnis/mazhab/sekte yang ada di Irak pun kini sudah mulai tercerabut dari apa yang diharapakan. Karena jelas sekali perlakuan diskriminasi yang dilakukan AS sungguh sangat kuat. Di mana kaum ataupun kelompok yang mau berafiliasi serta tunduk akan perintah AS, maka sudah 58
Meutya Hafidz, 168 Jam dalam Sandera Memoar Jurnalis Indonesia yang Disandera di Irak, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 36-38.
74 dipastikan akan mendapatkan tempat untuk melakukan kebebasan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai apa yang dikehendaki AS. Tidak seperti kelompok yang selalu mengecam dan melakukan tindakan perlawanan terhadap AS, maka sasaran untuk dijadikan sebagai teroris yang dialamatkannya akan menjadi bulan-bulanan AS untuk melegitimasi serangannya atas alasan melawan teroris. Sekalipun para pemberontak itu adalah Mujahid yang ingin menyelamatkan negara tercintanya dari serbuan AS dan sekutunya. Mayoritas jama‟ah-jama‟ah Islam di dunia Arab beraliran Sunni. Penilaian ini yang mencerminkan kecenderungan dominan pada aliran Sunni di kalangan mayoritas bangsa Arab. Pengecualian yang terpenting hanya nampak pada jama‟ah-jama‟ah al-Itsna „Asyariyah di Irak, yang mengklaim sebagai representasi dari mayoritas Syi‟ah, juga pada kaum Haraki Syiah di Lebanon dan Teluk. Namun banyak dari kaum fundamentalis yang bukan termasuk ke dalam kaum Ibadhiyah, Zaidiyah atau Ghulat, baik itu Isma‟iliyah, Ilahiyah Ali, Alawi atau Druze.59 Ternyata mazhab/sekte yang paling mengalami perkembangan yang pesat ialah Sunni walaupun Syiah tidak kalah banyaknya, apalagi ketika terjadi peristiwa Asyura memperingati kematian Sayyidina Hussein yang mati syahid dalam perang Karbala. Orang Syiah berduyun-duyun mengenang kejadian itu, bahkan sampai memukul-mukul diri demi penghormatannya terhadap perjuangan Sayyidina Hussein dan sekaligus Sayyidina Ali bin Abu Thalib akibat pembunuhan yang telah dilancarkan oleh Dinasti Umayyah. Semuanya itu dilaksanakan begitu semarak dan khidmat ketika para orang-orang Syiah di Irak 59
Mazin Shalah al-Muthabaqani, Strategi Amerika Menghancurkan Gerakan Islam (Jakarta: Robbani Press, 2003), h. 140.
75 memperingatinya. Bahkan orang dari luar pun seperti Syiah yang berasal dari Iran, Lebanon, dan lain-lain turut bergabung demi meriahnya acara peringatan 10 Muharram sekaligus mengenang kematian cucu Nabi Muhammad Saw, Sayyidina Hussein yang begitu mulia. Dalam suatu deklarasi Daulah Islam Irak termaktub keinginan para Mujahidin untuk melawan segala macam kolonialisme yang dilakukan AS dan sekutunya. Di mana menurutnya faktor utama yang membuat beberapa sekte dan mazhab bertikai dan saling konfrontasi karena klaim kebenaran dari pihak masing-masing. Itu akibat adanya campur tangan dari para kaum Salibis dan Murtad yang selalu merongrong keutuhan dan kesatuan umat Islam di Irak. Kedengkian orang-orang Salibis (baca: AS) menghancurkan jerih payah kaum Sunni. Memecah belah dan memprovokasi terjadinya perseteruan di tubuh mereka. Dalam melakukan aksi ini. Tentara Salib mengerahkan tenaga cukup besar, karena Islam menurutnya ibarat daging yang mudah tercabik. Oleh karena itu Daulah Islam Irak yang penuh berkah ini datang untuk membendung konspirasi ini dan merobek-robek penangkapnya yang dikendalikan jari-jari Salibis. Maka Deklarasi Daulah Islam Irak memproklamirkan sekaligus menyeru kepada seluruh kaum Muslim yang berada di Irak agar bersatu padu dan tak terpecah belah oleh karena kita berbeda pemahaman. Tapi tegakkanlah syariat di bawah bendera tauhid.60 Perlu dicatat pengalaman membuktikan bahwa persatuan penuh seperti ini tidak akan terjadi tanpa menempuh langkah yang diberkahi ini yang kelak akan 60
Dewan Syariah Daulah Islam Irak, Deklarasi Daulah Islam Irak (Solo: Islamika,2007), h.
107.
76 menjadi tempat berlindung yang luas dan aman bagi setiap aktivis Muslim yang jujur dan Mujahidin yang ikhlas. Tidak lain dan tidak bukan ialah bagaimana semua di antara kita dapat mempersatukan diri. Di antaranya ialah kita merujuk pada firman Allah SWT: Yaitu : …dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. Dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Surat al-Maidah (5): 2.61
Di antara perkembangan mazhab/sekte di Irak, satu lagi ialah etnis Kurdi yang paling sering dibahas dan dikemukakan oleh para pengamat Timur Tengah bagaimana partisipasi dan perkambangan nasibnya di Irak, karena ia bukan berasal dari kalangan etnis Arab yang mayoritas di Irak. Ia pecahan dari negara Kurdistan yang semua rakyatnya berdiaspora ke seluruh penjuru Timur Tengah di antaranya Irak Utara hingga ke Timur Dekat yaitu Turki. Sejak dimulainya serangan AS dan Inggris ke Irak, etnis Kurdi memegang peranan penting dalam melemahkan rezim Saddam Hussein di Irak Utara. Pemimpin Kurdi tidak hanya ingin menerima cek kosong dari AS. Pemimpin Kurdi saat ini bisa dikatakan tidak ada niat untuk mendirikan negara merdeka di Irak Utara. Namun, rakyat Kurdi tidak akan pernah melupakan serangan masif yang dilancarkan oleh pasukan militer Irak dengan menggunakan senjata kimia pada bulan Agustus 1988 yang menyebabkan ribuan warga Kurdi tewas secara mengerikan. Ribuan rakyat Kurdi lainnya diperkirakan hingga (100.000 sampai 150.000 jiwa) terpaksa mengungsi ke Turki dan Iran. Serangan pasukan Irak itu lebih bermotif balas dendam, karena rakyat Kurdi itu dituding lebih memihak Iran dalam perang Irak-Iran (1980-1988). 61
Dewan Syariah Daulah Islam Irak, h. 108.
77 Pada Maret dan April 1991, segera setelah berakhirnya Perang Teluk II, Irak kembali menggerakkan kekuatan militernya untuk mematahkan upaya etnis Kurdi memerdekakan diri di Irak Utara. Pada saat itu, tidak kurang dari sejuta etnis Kurdi mengungsi ke Turki, Iran, serta ke kawasan perbukitan Irak. Sementara itu sekitar 600.000 orang Kurdi masih tetap bertahan di kamp pengungsian Kurdi di Irak Utara, di bawah perlindungan PBB sejak tahun 1992. Maka dari itu, hubungan etnis Kurdi dengan rezim Saddam Hussein di Baghdad selalu diwarnai dengan pertumpahan darah. Tidak heran jika pelarian etnis Kurdi di Turki menampik adanya pemberian amnesti dari pemerintah Saddam Hussein kepada mereka. Karena rakyat Kurdi sudah tidak percaya lagi dengan janji manis dari pemerintahan Saddam Hussein itu.62 Dengan begitu pemerintah AS di bawah presiden Bush mulai memanfaatkan situasi yang sedang kalut antara etnis Kurdi dan rezim Saddam. Dalam rangka kemenangan invasi yang cepat, pemerintah Bush, jauh hari sebelum invasi AS yang sesungguhnya, mereka telah memanfaatkan etnis Kurdi di Irak Utara (yang telah menunjukkan perlawanan kerasnya terhadap Baghdad pasca operation dessert storm atau operasi badai gurun 1991) dan Syiah di Irak Selatan. Mereka akan dieksploitasi oleh AS sebagaimana AS mengeksploitasi Aliansi Utara untuk menekan Taliban di Afghanistan melalui jalur darat.63 Analisis militer memprediksi Saddam akan menerapkan strategi perang kota, berkonsentrasi di dalam kota Baghdad dengan dukungan 425,000 tentaranya, termasuk di dalamnya adalah 70.000 tentara Garda Republik, serta pasukan martirnya (Feda’iyin) yang berjumlah sekitar 30.000 orang. Saddam dalam 62
Mustafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h.199-200. Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 203.
63
78 pidatonya mengisyarakatkan hal ini. Baghdad akan bertahan dari serbuan tentara Tatar (baca:AS) jika demikian, maka dapat diprediksi Irak Utara dan Selatan akan jatuh dengan mudah. Apakah kemudian pasukan Kurdi dan Syiah akan melakukan aksi balas dendam kepada pemerintah Irak yang Sunni? Jika hal ini terjadi, maka amat jelas akan menguntungkan AS. Sebab, peperangan darat akan menghabiskan sesama Muslim, yaitu: Sunni, Kurdi, dan Syiah. Pada saat yang sama akan memecah suasana dan muncullah isu-isu baru ke permukaan: adanya perang sesama Muslim. Sehingga tak mustahil isu perang Sunni-Syiah kembali mencuat sampai terangkat ke publik internasional. Dengan demikian, AS bisa menikmati keterpecahan dan kekacauan dunia Muslim. Kemudian isu berkembang tidak lagi murni antara konflik Irak-AS semata, yang mudah menyulut emosi kaum Muslim dunia.64
64
Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 204.
79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Suasana Irak sebelum invasi 2003 bisa terbilang kondusif, apalagi setelah Perang Teluk II selesai tahun 1991 antara Irak dan Kuwait itu mengalami perkembangan yang kian membaik, di antaranya kondisi sosial masyarakat yang sudah mulai bangkit. Pendidikan,kehidupan masyarakatnya, kerukunan itu sudah mulai terbangun. Dari segi ekonomi dan politiknya pun sudah berjalan sebagaimana mestinya. Bangunan yang porak poranda telah mulai direkonstruksi kembali, serta kepemerintahan di pusat kota Baghdad pun telah tertata kembali. Bahkan kondisi etnis Kurdi pada tahun 1992-1994 hubungannya memburuk yang selalu menjadi sorotan akhirnya hubungan itu telah membaik dengan etnis sesama Kurdi pada tahun 2002 hingga bersama etnis Arab di Irak. Tetapi sungguh ironis memang harus kita akui kalau hubungan antara Syiah dan Sunni memang kurang membaik dari pra hingga pasca invasi AS 2003-2007. Penyerbuan terjadi, di antaranya adalah dugaan atas kepemilikan “weapons of mass destruction” senjata pemusnah massal dan keterkaitan presiden Saddam Hussein dengan Taliban dan Al-Qaeda yang selalu digembar-gemborkan oleh presiden Bush dan para intelijennya di Gedung Putih. Dugaan atas pemilikan senjata pemusnah massal dan kedekatan presiden Saddam Hussein dengan para jaringan teroris,
yang disangkakan Bush terlihat benar tetapi tidak ada dan
terkesan miskin bukti. Namun AS tetap kokoh dengan pendiriannya untuk melawan negara teroris. maka mulailah penyerbuan AS terhadap Irak dilancarkan pada April 2003.
80 Hingga Semuanya berdampak buruk bagi kedamaian rakyat sipil Irak yang semula aman terkendali, menjadi menakutkan. Karena akibat invasi AS di Irak, ratusan ribu rakyat Irak menjadi korban dan Negeri 1001 Malam itu jadi carut marut oleh berbagai aksi kekerasan dan pertikaian antar sektarian/mazhab/etnis, masalah kematian warga sipil yang sia-sia, masalah listrik & air, tempat-tempat rumah sakit/Ibadah dan tempat perlindungan lainnya.Yang telah direnggut dengan ledakan-ledakan bom yang dilancarkan AS dan sekutunya. AS bukan hanya harus menarik seluruh tentaranya dari Irak, tapi Bush juga harus dimintai pertanggung jawabannya atas pelanggaran HAM berat, jika perlu di hadapan Mahkamah Internasional. Karena jelas yang diperbuat AS mendapat kecaman berbagai organisasi-organisasi dunia di antaranya,Liga Arab,OKI, dan Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menolak memberikan legitimasi atas invasi AS ke Irak. Menurut HisyamYusuf (Jubir Liga Arab) , tidak ada alasan yang kuat dan layak untuk menyerang Irak selama Baghdad melaksanakan resolusi DK PBB serta menghormati legalitas internasional. Jawabnya sederhana dari penulis, perang harus dihentikan sekarang juga agar kedamaian menjadi harapan kita bersama. Wallahu’alam Bishawab
81 B. Saran
1.
Kesulitannya memperoleh referensi yang primer karena buku-buku mengenai Perang antara AS dan Irak masih terbilang cukup sedikit dan susah dicari, sampai
berbagai perpustakaan-perpustakaan maupun toko
buku yang ada. Dengan begitu, menurut penulis perlunya kerjasama antara pemerintah Irak dan pemerintah Indonesia yaitu Kementrian Pendidikan dan LIPI untuk memberikan sumber-sumber primer yang memadai ke perpustakaan-perpustakaan maupun toko buku yang ada. Dan tidak melulu sumber-sumber sekunder yang selalu mendominasi. 2.
Dan penulis sangat sekali berharap tema skripsi “ penyerbuan AS atas Irak dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Irak 2003-2007” ini dapat menjadi rujukan penting bagi jurusan, fakultas, dan lebih lagi universitas. Agar tulisan ini menjadi tolak ukur bagi semua teman-teman mahasiswa yang ingin membuat tulisan skripsi.
82 DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, Satrio . Catatan Harian Dari Baghdad . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1991. Al-Muthabaqani Mazin Shalah. Strategi Amerika Menghancurkan Gerakan Islam.Jakarta: Robbani Press. 2003. Cahyaningtyas, June. Saddam The Untold Story.Jakarta: PT Mizan Publika. 2007. Charles F. Gritzner,ed, Iraq Modern World Nation. Chelsea House. New York. 2006. Dewan Syariah Daulah Islam Irak. Deklarasi Daulah Islam Irak.Solo: Islamika.2007. Engineer, Ali Asghar. Islam dan Pembebasan. Yogyakarta: LKIS. 2007. Fibri, Rommy & Taufik, Ahmad. Detik-Detik Terakhir Saddam. “Kesaksian Wartawan Tempo Dari Baghdad”. Jakarta: Tempo.2008. Grolier International, INC. Negara dan Bangsa Asia Jilid 3. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.2003. Hafidz, Meutya. 168 Jam Dalam Sandera”Memoar Jurnalis Indonesia yang Disandera Di Irak.” Jakarta: PT Mizan Publika.2007. Trias Kuncahyono, Trias. Bulan Sabit di atas Baghdad. Jakarta: Kompas.2005. Trias
Kuncahyono,Trias.Irak
Korban
Ambisi
Kaum
Hawkish.
Jakarta:
Kompas.2005. Lewis, Bernard. The Crisis of Islam.Surabaya: JP Press. 2004. Mahally, Abdul Halim. Menjarah Negeri Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan”.Bekasi: Fima Rodheta.2006.
83 Mashad, Dhurorudin. Dkk. Saddam melawan Amerika. Jakarta: Pensil-324. 2003. Miller, Christian. Blood Money “Membuang Jutaan Dolar,Menewaskan Ribuan Jiwa,& Perusahan Rakus di Irak”. Jakarta: Terjemahan PT Cahaya Insan Suci. 2007. Moore, James. Bush’s War for Reelection”Iraq, The White House, and The People”U.S.A: Wiley & Sons INC, 2004. MS, Basri. Metodologi Penelitian Sejarah “pendekatan,teori dan praktik”.Jakarta: Restu Agung. 2006. Pitono, Djoko. Detik-Detik Akhir Perang Teluk Surabaya : PT Bina Ilmu. 1991. Preble, Christopher .Exiting.Iraq:Why The U.S.Must end The Military Occupation and
Renew
The
War
Againts
Al-Qaeda.Washingthon
DC:Cato
Institute.2004. Raef, Ahmad. Hak-Hak Asasi Manusia Di Irak Kairom : Al-Zahra Lil I‟lam AlArab. 1990. Rahman, Musthafa Abd. Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam. Jakarta: Kompas. 2003. Safari, Mohammad & Yusuf,.H.Almuzzammil. PERANG IRAQ-AS “Hegemoni Baru AS di Timur Tengah dan Dampak Globalnya”. Jakarta: Comes Foundation & JIM Malaysia. 2003. Sihbudi, M Riza. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Mizan. 2007. Sihbudi, M Riza. Bara Timur Tengah “Islam Dunia Arab dan Iran”.Bandung: Mizan.1991. Tamara, Nasir & Samsuri, Agnes. Perang Iran-Perang Irak. Jakarta: Sinar Harapan. 1981.
84 Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia islam: Perspektif Etno-Lingustik dan GeoPolitik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2009. Tripp, Charles. A History of Iraq. USA: Cambridge University Press. 2002 .
Koran Bush Tak Setuju Perang Irak “Buku Memoar.” Kompas, 10 November 2010. Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi Dunia. Kompas, 23 Januari 2003. Kompas. Isu Demokrasi pascaperang Irak-AS, Minggu, 23 maret 2003. Saddam: Tak ada niat saya membakar kilang minyak. Kompas. 27 Februari 2003.
Website “AS Dituduh Merampok Uang Minyak Irak,” artikel diakses Senin, 20/06/2011 08:03. WIB dari http://www.eramuslim.com/berita/dunia/as-dituduh-merampokuang-minyak-irak.htm. CIA. “Population Irak People ,Country Comparison to The World”. artikel di akses pada: 18 Oktober 2011. Dari https://www.cia.gov/library/publications/theworld-factbook/geos/ iz.html. Moh Yassin, Invasi AS ke Irak, sebuah kelinci percobaan tekhnologi AS. Resensi buku di balik invasi AS ke Irak “Elba Dumhari” artikel diakses dari: http://muhammad-yasin.blogspot.com/2008/02/resensi-buku-invasi-as-ke-iraksebuah.html. Murray Sabrin. “Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS”. artikel di akses pada 27 Juni 2006. Dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html.
85 Sayidiman Suryodiprojo.” Akibat Perang Irak yang Perlu diwaspadai.” artikel di akses pada 24 Februari 2003 http://www.suarapembaruan.com/News/.
Pendapatan Per Kapita Negara di Dunia menurut World Bank, artikel diakses: pada 4 Agustus 2011. di http://gusschool.wordpress.com/2010/12/23/pendapatanper-kapita-negara-di-dunia-menurut-world-bank. Tabrani Syabirin“Irak Setelah Diembargo 10 tahun”. artikel di akses pada:. Februari 2000. Dari http://www.oocities.org/injusticedpeople/IraqSetelahDiembargo10Tahun.htm
UNICEF. Kondisi Psikososial Kesejahteraan Anak di Irak. artikel di akses pada: Februari 1997. Dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/spec-top.html.
86 LAMPIRAN-LAMPIRAN Gambar I.
Hancurnya pesawat AS di Negara Irak.
87
Gambar II.
Hubungan Bilateral antara Saddam & Bush sebelum Invasi AS terjadi.
88 Gambar III.
Peta penyerbuan AS atas Irak, beberapa kota di Irak terkena imbasnya.
89 Gambar IV.
Pengeboman pertama AS di salah satu instansi pemerintahan Irak, di kota Baghdad.
90
Gambar V.
Nampak sosok rakyat sipil perempuan yang menderita akibat invasi Amerika Serikat.
91
Gambar V.
Gambar drama penangkapan Saddam Hussein oleh pasukan AS di daerah kelahirannya di Tikrit pada tahun 2005.