Penyerapan Zat Warna Tekstil Menggunakan Polisakarida–g–Asam Akrilat (Meri)
ISSN 1411 – 3481
PENYERAPAN ZAT WARNA TEKSTIL MENGGUNAKAN POLISAKARIDA–g–ASAM AKRILAT Meri Suhartini Pusat Aplikasi Isotop Radiasi, BATAN Jl. Lebakbulus Raya No. 49 Jakarta Email :
[email protected] Diterima:30-07-2013 Diterima dalam bentuk revisi: 20-08-2013 Disetujui: 04-10-2013
ABSTRAK PENYERAPAN ZAT WARNA TEKSTIL MENGGUNAKAN POLISAKARIDA–g–ASAM AKRILAT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan polisakarida yang terdapat pada kulit pisang sebagai penyerap zat warna tekstil (Maxilon Yellow) sebelum dan sesudah dilakukan proses grafting. Kopolimerisasi grafting polisakarida dilakukan dengan mengguna-kan asam akrilat sebagai monomer dan diiradiasi menggunakan sinar gamma sebagai inisiator. Parameter yang diobservasi adalah kemampuan penyerapan zat warna, waktu perendaman dengan KOH, konsentrasi asam akrilat, dosis iradiasi dan ketahanan terhadap asam. Hasil penelitian menunjukkan penyerapan optimum oleh sampel diperoleh pada ko-polimerisasi polisakarida –asam akrilat (P-AA) dengan perendaman dalam KOH selama 3 jam, konsentrasi asam akrilat sebesar 20% dan dosis iradiasi 30 kGy. Kemampuan polisakarida–g–asam akrilat dalam menyerap zat warna Maxilon Yellow setelah dilakukan proses grafting meningkat sebesar 18,48% selain itu ketahanan fisik terhadap asam meningkat secara signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan limbah zat warna pada industri tekstil. Kata kunci : Polisakarida, Grafting, Asam Akrilat, Iradiasi, Maxilon Yellow. ABSTRACT TEXTILE DYESTUFF ADSORPTION BY POLYSACCHARIDE -g-ACRYLIC ACID. Aimed of this study to determine the ability of polysacharide of banana peel as an adsorbent of textile dyes (Maxilon Yellow) before and after the grafting process. The grafting copolymerization process was done by using acrylic acid as monomer, then irradiated by gamma rays as initiator. Parameters observed were adsorption ability of dye, soaking time with KOH, acrylic acid concentration, irradiation dose and resistance to acids. The results showed the optimum absorption obtained at the time of KOH immersion for 3 hours, the concentration of acrylic acid by 20% and the irradiation dose of 30 kGy. Adsorption percentage of polysacharide to Maxilon Yellow after grafting increased by 18,48% compared to before grafting. Resistance to the acid test increased significantly. The results of this study are expected to overcome the problems of waste dyes in the textile industry. Keywords: Banana Peels, Grafting, Acrylic Acid, irradiation, Maxilon Yellow
Dipresentasikan pada Seminar Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, BATAN – Unpad, 4 Juli 2013
35
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 15, No 1, Februari 2014; (35-46)
1.
PENDAHULUAN
ISSN 1411 - 3481
berinteraksi dengan komponen adsorbat.
Industri tekstil merupakan salah satu
Keberadaan gugus -OH pada polisakarida
industri yang menghasilkan limbah B3.
menyumbang
Banyaknya limbah yang dihasilkan dari
tersebut.
industri
akan lebih menyerap senyawa yang bersifat
tekstil
penanganan
tidak yang
menanggulangi
seimbang
dengan
dilakukan
untuk
pencemaran
lingkungan
polaritas
Dengan
pada
demikian
polimer
polisakarida
polar dibandingkan yang kurang polar (4). Kulit
pisang
memiliki
kandungan
yang terjadi (1). Limbah B3 yang dibuang
seperti air, karbohidrat, lemak, protein,
langsung ke lingkungan tanpa dilakukan
kalsium, besi, vitamin B dan vitamin C (5).
penyaringan terlebih dahulu dapat me-
Karbohidrat merupakan kandungan terbesar
nimbulkan bahaya bagi lingkungan, ke-
yang dimiliki kulit pisang disamping air,
selamatan manusia dan makhluk hidup
karbohidrat tersebut berupa polisakarida
lainnya.
seperti amilosa, amilopektin, selulosa serta
Maxilon Yellow adalah salah satu zat
polisakarida lainnya. Polisakarida dari kulit
warna tekstil yang stabil dan sulit untuk
pisang ini dapat dijadikan adsorben baik
diuraikan oleh proses biologis sehingga
penyerap
penimbunan secara alami akan menimbul-
penyerap logam (6).
kan bahaya bagi lingkungan karena memiliki
zat
Komposisi
warna dari
maupun
untuk
kandungan
kulit
sifat karsinogenik (2). Zat warna hasil dari
pisang dapat dilihat pada Tabel 1. Dari
limbah tekstil hingga saat ini masih menjadi
kandungan yang dimiliki oleh kulit pisang,
masalah yang belum terselesaikan sampai
terdapat beberapa gugus fungsional yang
tuntas.
berperan
Berbagai
metode
pengolahan
dalam
pengikatan/penyerapan
konvensional yang diterapkan belum mem-
seperti gugus hidroksi, asam karboksilat,
berikan hasil yang diharapkan. Metode
dan gugus amina. Gugus asam karboksilat
koagulasi
dalam kulit pisang berperan maksimal dalam
kimia,
flokulasi,
biodegradasi
hingga elektokoagulasi yang telah diguna-
proses penyerapan (7).
kan, umumnya berhasil namun menimbulkan efek lain seperti dihasilkannya slude sehingga perlu pengolahan lebih lanjut (3). Oleh karena itu, diperlukan metode baru yang lebih efisien dan efektif dalam menanggulangi limbah zat warna tekstil yaitu dengan menggunakan adsorben. Adsorben yang digunakan adalah dengan menggunakan kulit pisang, hal ini karena kulit pisang mengandung polisakarida. Polis-
Tabel 1. Komposisi Kulit Pisan Kandungan Air Pati Selulosa Lemak Protein Kalsium Besi Vitamin B Vitamin C
Konsentrasi 65,90 % 18,50 % 14,04% 2,11 % 0,32 % 715 mg/100g 117 mg/100g 0,12 mg/100g 17,50 mg/100g
Sumber: Suprapti, 2005
akarida mempunyai potensi yang cukup
Polisakarida yang terkandung dalam
besar untuk dijadikan sebagai penyerap
kulit pisang merupakan senyawa karbohidrat
karena gugus -OH yang terikat dapat 36
Penyerapan Zat Warna Tekstil Menggunakan Polisakarida–g–Asam Akrilat (Meri)
ISSN 1411 – 3481
yang sangat mungkin dilakukan modifikasi
Shimadzu), Spektrofotometer FT-IR (IR-
terhadap senyawa tersebut dengan metode
Prestige-21 Shimadzu), Stirrer (WiseStir
kopolimerisasi grafting dengan monomer
MS-MP8), Neraca Analytic (GR-200 AND),
asam akrilat menggunakan iradiasi sinar
Oven
gamma dengan Co-60 sebagai sumber
desikator, saringan 30 mesh, kertas saring,
radiasi. Proses ini terjadi dengan pem-
kasa stainless 120 mesh, termometer, gelas
bentukan radikal pada polisakarida yang
ukur, labu ukur, gelas piala, pipet ukur,
terkena sinar radiasi gamma, radikal ini
erlenmeyer,
merupakan tempat melekatnya monomer
magnetic bar, spatula, gelas aqua, dan
asam akrilat yang dapat menyebabkan
sumber radiasi gamma Irradiator Co-60
struktur
(Panorama Serbaguna, IRPASENA).
molekulnya
berubah
sehingga
(Geer
Oven
corong,
Toyaseiki),
batang
blender,
pengaduk,
mampu menyerap zat warna dengan tingkat penyerapan yang lebih tinggi (8). Modifikasi
2.2. Tata Kerja
ini
2.2.1. Preparasi Kulit Pisang
dapat
meningkatkan
kemampuan
penyerapan zat warna menjadi lebih tinggi.
Kulit pisang dicuci bersih dan di-
Penelitian ini dilakukan untuk me-
potong kecil-kecil kemudian dikeringkan
modifikasi polisakarida yang terdapat pada
dalam oven pada suhu 70 C selama 3 hari.
kulit pisang dengan cara mengkopolimeri-
Kulit pisang kemudian diblender sampai
sasi grafting menggunakan monomer asam
halus dan disaring menggunakan saringan
akrilat dengan inisiator radiasi sinar gamma
berukuran 30 mesh sehingga diperoleh
Co-60. Dengan tujuan memperbaiki sifat
bubuk kulit pisang (BKP) yang siap diguna-
fisik kimia polisakarida lebih tahan terhadap
kan untuk analisis berikutnya.
o
asam, mempunyai daya simpan sebelum penggunaan yang lebih panjang, dapat digunakan berulang kali dan mempunyai kemampuan penyerapan zat warna yang meningkat.
2.2.2. Aktivasi Kulit Pisang dengan KOH (9) Aktivasi dilakukan dengan cara perendaman menggunakan
KOH.
Masing-
masing sampel BKP ditimbang sebanyak 80 2.
BAHAN DAN PERALATAN
gram. Kemudian ditambahkan larutan KOH
2.1 Bahan dan Peralatan
0,5 N ke dalam sampel tersebut sebanyak
2.1.1 Bahan
140 mL dan diaduk hingga homogen.
Bahan yang digunakan adalah kulit pisang
kepok,
akuades
(H2O),
kalium
Selanjutnya didiamkan dengan variasi waktu perendaman selama 3 dan 24 jam.
hidroksida (KOH), asam akrilat (AA), asam asetat, dan zat warna Maxilon Yellow. 2.1.2 Alat Peralatan yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vissible (UV mini-1240
2.2.3. Proses Grafting Polisakarida dari Kulit Pisang dengan Asam Akrilat dan Iradiator Co-60 Bubuk
kulit
pisang
yang
telah
diaktivasi dengan KOH kemudian ditambah37
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 15, No 1, Februari 2014; (35-46)
ISSN 1411 - 3481
kan dengan asam akrilat dengan variasi
sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke
konsentrasi 7%; 15% dan 20% berat,
dalam kasa stainless berukuran 120 mesh
masing-masing sampel diaduk homogen.
yang sebelumnya sudah ditimbang, lalu di-
Setelah homogen sampel dimasukkan ke
bungkus, dan direndam menggunakan asam
dalam plastik tertutup. Kemudian diiradiasi
asetat
menggunakan irradiator Co-60 IRPASENA
perendaman selama 5, 10 dan 15 hari.
dengan variasi dosis iradiasi 5 kGy, 10 kGy,
Penentuan
30 kGy, dan 35 kGy. Hasil iradiasi kemudian
menggunakan persamaan [2].
dikeringkan kembali menggunakan oven o
pada suhu 70 C selama 2 hari sehingga diperoleh BKP yang siap digunakan untuk analisis berikutnya. 2.2.4. Aplikasi BKP Terhadap Penyerapan Zat Warna Maxilon Yellow Penyerapan zat warna Maxilon Yellow dilakukan dengan menggunakan BKP murni dan BKP yang dimodifikasi. BKP ditimbang
1%
dengan persen
variasi
degradasi
waktu dihitung
% Degradasi = 100%−(W 1-W 0)/W 0..
[2]
Dimana: W 0 = Berat Awal (gram) W 1 = Berat Akhir (gram)
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengaruh KOH Terhadap Penyerapan Maxilon Yellow
masing-masing sebanyak 1 gram dimasuk-
Proses aktivasi polisakarida dilakukan
kan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan
dengan perendaman menggunakan larutan
larutan zat warna Maxilon Yellow dengan
Kalium Hidroksida (KOH) sebagai bahan
konsentrasi 100 ppm sebanyak 80 mL
pengaktif, KOH merupakan senyawa pe-
kemudian diaduk, disaring dan diambil
nyerap air dan menyebabkan meningkat-nya
filtratnya.
diukur
konsentrasi gugus hidroksil. Hal ini disebab-
absorbansinya menggunakan Spektrofoto-
kan basa kuat KOH dalam sistem reaksi
meter UV-Vis dengan panjang gelombang
berperan meningkatkan polaritas ikatan O-H
yang telah diperoleh sebelumnya yaitu 410
dari struktur yang terdapat pada polisakarida
nm sehingga dapat diketahui % penyerapan
yang bermuatan parsial negatif dan atom C
dari konsentrasi yang didapat menggunakan
dari asam akrilat yang bermuatan parsial
persamaan [1].
positif (10).
Fitrat
yang
diperoleh
Tujuan dari proses aktivasi ini adalah % Penyerapan =
x 100%..........[1]
untuk
mengaktifkan gugus-gugus
fungsi
yang dapat digunakan untuk mengikat zat Dimana:
warna (11), serta melarutkan dan meng-
= Konsentrasi sebelum diserap (ppm) = Konsentrasi setelah diserap (ppm)
kulit
mungkinan terikat pada bubuk kulit pisang seperti besi dan kalsium.
2.2.4. Uji kerusakan Bubuk
hilangkan mineral-mineral organik yang ke-
pisang
ditimbang 38
Penyerapan Zat Warna Tekstil Menggunakan Polisakarida–g–Asam Akrilat (Meri)
ISSN 1411 – 3481
Gambar 1. Grafik Hubungan antara konsentrasi asam akrilat dan persentase penyerapan Maxilon Yellow terhadap waktu perendaman dengan KOH
Gambar 1 me-nunjukkan pengaruh
ningkatan
secara
menjadi
KOH terhadap ke-mampuan penyerapan zat
91,77%. Hal ini karena semakin besar
warna Maxilon Yellow.
konsentrasi asam akrilat yang ditambahkan,
persentase
penyerapan
Maxilon
Yellow
82,12%,
yaitu
waktu perendaman menggunakan aktivator
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebesar
berturut-turut 84,49%
dan
maka semakin banyak asam akrilat yang tercangkok. Pada aktivasi selama 24 jam,
lebih tinggi pada perendaman KOH selama
terlihat
3 jam dibandingkan dengan perendaman
Maxilon
selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan hasil
signifikan antara pengg-unaan 7% dan 20%
yang diperoleh pada pembuatan karbon aktif
asam akrilat, dimana diperoleh penyerapan
dari kulit mahoni dengan perlakuan pe-
sebesar 79,90% pada
rendaman dalam larutan KOH, yang me-
akrilat 7% dan penyerap-an 80,03% pada
nunjukan bahwa semakin lama waktu pe-
konsentrasi asam akrilat 20%. Hal ini karena
rendaman semakin banyak larutan KOH
pada aktivasi dengan KOH yang terlalu lama
yang terserap oleh karbon, pada kondisi
sebagian besar molekul polisakarida sudah
maksimal akan jenuh sehingga menurunkan
terhidrolisis
daya serap (9).
Sehingga sebagian besar asam akrilat yang
Pada sampel adsorben yang disintesa dengan lebih dulu diaktivasi menggunakan KOH
selama
3
jam,
menunjukan
seiring
dengan
peningkatan
konsentrasi monomer asam akrilat. Pada konsentrasi asam akrilat 7%, 15% dan 20% persentase
penyerapan
mengalami
Yellow
dan
per-sentase tidak
penyerapan
berbeda
secara
konsentrasi asam
mengalami
kerusakan.
ditambahkan tidak tercangkok pada polimer tetapi menjadi homopolimer.
pe-
nyerapan zat warna Maxilon Yellow terus meningkat
bahwa
pe-
3.2. Pengaruh Kopolimerisasi Grafting Asam Akrilat Pada Polisakarida Terhadap Penyerapan Maxilon Yellow Komponen
polisakarida
berperan
sebagai kerangka utama pada proses ko39
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 15, No 1, Februari 2014; (35-46)
ISSN 1411 - 3481
polimerisasi grafting, karena rantai polimer
kedudukan C-2 dan C-3 oleh inisiator
polisakarida tersusun dari pengulangan unit
iradiasi Co-60 yang menyebabkan ikatan
glukosa dan tiap unit glukosa mengandung
pada C-2 atau C-3 membentuk radikal
tiga gugus hidroksil (-OH) bebas, yang
bebas (b) yang selanjutnya dapat menjadi
dapat dilakukan proses grafting.
pusat aktif tempat terjadinya proses grafting
Proses grafting (Gambar 2) diawali
dengan monomer asam akrilat (c) mem-
dengan pemutusan ikatan gugus hidroksil
bentuk polisakarida-grafting-asam akrilat (d)
dari polisakarida kulit pisang (a) pada
(12).
Gambar 2. Kopolimerisasi grafting polisakarida dengan monomer asam akrilat (4)
40
Penyerapan Zat Warna Tekstil Menggunakan Polisakarida–g–Asam Akrilat (Meri)
ISSN 1411 – 3481
Gambar 3. Grafik hubungan antara dosis iradiasi dengan persentase penyerapan Maxilon Yellow terhadap konsentrasi asam akrilat
Penyerapan zat warna Maxilon Yellow
Tumbukan inilah yang menyebabkan tahap
meningkat seiring dengan bertambahnya
propagasi akan berlangsung lebih banyak
konsentrasi asam akrilat. Hal ini terjadi
selama kondisinya tetap konstan, sehingga
karena
kemampuan
grafting
berkaitan
meningkatkan grafting pada polisakarida.
dengan
difusibilitas
monomer,
dimana
Akan tetapi, reaksi kopolimerisasi memiliki
monomer tersebut akan berdifusi ke dalam matriks
polimer
induk/polisakarida
konsentrasi monomer yang optimum.
kulit
Setelah konsentrasi optimum tercapai,
pisang (13). Gambar 3 merupakan hasil pe-
hasil grafting akan konstan atau bahkan
nyerapan BKP terhadap zat warna Maxilon
grafting
Yellow.
meningkatnya konsentrasi monomer. Hal
akan
menurun
seiring
dengan
Secara teoritis persentase grafting
tersebut karena peningkatan konsentrasi
akan meningkat seiring dengan bertambah-
monomer akan me-nyebabkan terjadinya
nya konsentrasi monomer sampai diperoleh
reaksi antar monomer itu sendiri, mem-
hasil grafting yang cenderung konstan (14).
bentuk
Pengaruh konsentrasi monomer terhadap
cangkokan akan berkurang. (14)
hasil
grafting
dapat
dijelaskan
dengan
homopolimer,
se-hingga
pen-
Pada konsentrasi monomer asam
fenomena difusi. Meningkatnya konsentrasi
akrilat
monomer akan meningkatkan jumlah mono-
penyerapan meningkat, dimana pada dosis
mer yang berdifusi ke dalam matrik polimer,
iradiasi 5 kGy penyerapan Maxilon Yellow
sehingga kemungkinan tumbukan antara
menjadi
molekul monomer dengan radikal pada
bersama
matriks
Peningkatan
polimer
akan
meningkat
pula.
7%,
terlihat
75,43%
bahwa
dan
persentase
meningkat
meningkatnya persentase
dosis
terus
iradiasi.
penyerapan 41
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 15, No 1, Februari 2014; (35-46)
ISSN 1411 - 3481
tersebut dimungkinkan karena ketika dosis
bandingkan
iradiasi meningkat maka jumlah radikal
akrilat sebelumnya. Seiring dengan me-
bebas yang dihasilkan juga meningkat,
ningkatnya dosis radiasi yaitu pada dosis
sehingga interaksi antara monomer dengan
radiasi
radikal pada polimer meningkat yang pada
persentse penyerapan secara berturut-turut
akhirnya
yaitu sebesar 86,75%; 87,82% dan 91,77%,
hasil
pencangkokan
menjadi
meningkat (15). secara
10
konsentrasi
dan
30
kGy
asam
diperoleh
serta mengalami penurunan kembali pada
Pada konsentrasi asam akrilat 15%, terlihat
5,
dengan
keseluruhan
mengalami
dosis iradiasi 35 kGy yaitu dengan persentase
penyerapan
sebesar
87,43%.
peningkatan persentase penyerapan seiring
Penurunan disebabkan karena pada dosis
dengan bertambahnya dosis radiasi yaitu
35 kGy telah terjadi degradasi pada ikatan
pada dosis radiasi 5, 10, dan 30 kGy
selulosa, sehingga pencangkokan gugus
diperoleh persentase penyerapan secara
fungsi pada selulosa berkurang, yang pada
berturut-turut yaitu sebesar 81,23%, 81,29%
akhirnya
dan 83,90%. Namun pada dosis 35 kGy
nyerapan zat warna. Jika dibandingkan
terjadi penurunan persentase penyerapan
dengan BKP murni sebelum grafting yang
yaitu sebesar 81,47%. Hal tersebut terjadi
hanya diperoleh persentase penyerapan
karena peningkatan kopolimerisasi grafting
sebesar 73,29%. dapat dikatakan bahwa
akan mencapai batas tertentu, pada dosis
kopolimerisasi
yang lebih tinggi yang disebabkan oleh re-
pisang telah berhasil dilakukan.
kombinasi antara radikal-radikal bebasnya,
menurunkan
grafting
Persentase sebesar
kemampuan
pe-
polisakarida
penyerapan 91,77%
kulit
tertinggi
serta dosis radiasi yang tinggi akan me-
adalah
nyebabkan peningkatan degradasi pada
konsentrasi asam akrilat sebesar 20% dan
polisakarida. Dengan demikian, dosis yang
dosis iradiasi sebesar 30 kGy. Ini menunjuk-
terlalu tinggi akan menurunkan efisiensi
kan bahwa pada konsentrasi dan dosis
inisiasi radikal pada reaksi grafting (16). Hal
iradiasi tersebut merupakan konsentrasi dan
inilah yang menyebabkan persentase pe-
dosis iradiasi optimum karena memiliki
nyerapan zat warna Maxilon Yellow menjadi
persentase
menurun.
yang paling tinggi.
penyerapan
yaitu
Maxilon
pada
Yellow
Pada konsentrasi asam akrilat 20%, terlihat model yang serupa dengan model penyerapan
Maxilon
Yellow
3.3. Kerusakan Adsorben Kulit Pisang
pada
Pengujian
ditentukan
persentase
degradasi
konsentrasi asam akrilat 15%. Dengan
berdasarkan
bertambahnya
akrilat
yang diperoleh setelah perendaman. Pada
maka persentase penyerapan mengalami
Gambar 4. Dapat dilihat bahwa BKP se-
peningkatan.
konsentrasi
sudah grafting memiliki persen degradasi
asam akrilat 20% terjadi peningkatan per-
lebih rendah dibandingkan BKP sebelum
sentase yang cukup signifikan jika di-
grafting.
konsentrasi Terlihat
pada
asam
nilai
kerusakan
42
Penyerapan Zat Warna Tekstil Menggunakan Polisakarida–g–Asam Akrilat (Meri)
ISSN 1411 – 3481
Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu perendaman dan % degradasi terhadap BKP murni sebelum grafting dan BKP sesudah grafting
Gambar 5. Struktur molekul penyusun pada proses grafting polisakarida –g-asam akrilat
Perendaman BKP murni selama 5, 10
diperoleh
persen
degradasi
secara
dan 15 hari menyebabkan degradasi berturut-
berturut-turut yaitu sebesar 35,62% dan
turut yaitu sebesar 35,07%; 36,90%; dan
37,87%. Dari hasil tersebut diperoleh
40,21%. Seperti halnya dengan BKP murni,
selisih
BKP sesudah proses grafting juga mengalami
perendaman 5 hari sebesar 5,82%, pada
meningkatan
seiring
10 hari sebesar 1.28% dan selisih persen
dengan bertambahhnya waktu perendaman.
degradasi pada 15 hari yaitu sebesar
Namun, pada BKP sesudah grafting diperoleh
2,34%. Hal tersebut terjadi karena adanya
persen degradasi lebih rendah dari BKP murni
penempelan
sebelum
polisakarida
persen
grafting.
menghasilkan
degradasi
Perendaman
persen
degradasi
5
hari
persen
degradasi
gugus kulit
pada
fungsi pisang
pada sehingga
sebesar
menyebabkan terjadinya banyak cabang
29,25%, persentase tersebut jauh dibawah
pada polisakarida BKP sesudah grafting
nilai BKP murni yaitu 35,07%. Begitu pun
(gambar 5). Hal inilah yang menyebabkan
dengan waktu perendaman 10 dan 15 hari,
BKP
sesudah
grafting
lebih
sulit
43
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 15, No 1, Februari 2014; (35-46)
didegradasi dibandingkan BKP murni sebelum grafting.
ISSN 1411 - 3481
Universitas Sebelas Maret 2010. 2. Yuliasari, N., Poedji Loekitowati dan Zulaiha. Pemanfaatan Jerami Sebagai
4
KESIMPULAN
Penyerap Zat Warna Procion Sisa
Diperoleh hasil penyerapan lebih baik
Pencelupan Industri Kain Jumputan
pada polisakarida yang diaktivasi dengan
Palembang. Palembang : Jurnal Kimia
KOH selama 3 jam. Persentase penyerapan
FMIPA, Universitas Sriwijaya 2008.
terhadap zat warna Maxilon Yellow setelah meningkat
grafting
sebesar
18,48
%
3. Yuliasari, N., Miksusanti, Dian. 2010. Studi Penyerapan Procion pada Limbah
dibandingkan sebelum grafting. Penyerapan
Kain Tajung Menggunakan Serbuk
optimum diperoleh pada konsentrasi asam
Batang Eceng Gondok. Sumatera
akrilat 20% dan dosis iradiasi 30 kGy.
Selatan : Jurnal Kimia FMIPA,
Ketahanan terhadap asam mengalami pe-
Universitas Sriwijaya.
ningkatan setelah dilakukan grafting, se-
4. Kurniadi, Tedi. Kopolimerisasi Grafting
hingga adsorben dapat di gunakan ber-
Monomer Asam Akrilat pada Onggok
ulangkali. Adsorben zat warna ini diharap-kan
Singkong dan Karakterisasinya. Tesis.
dapat mengatasi masalah limbah zat warna
Bogor : IPB 2010.
pada
industri
tekstil,
polisacharida-g-asam berdaya
serap
tinggi
karena
adsorben
akrilat
ini
murah,
dan
tidak
mudah
membusuk.
5. Suprapti, Lies. 2005. Aneka Olahan Pisang. Yogyakarta: Kanisius. 6. Annadurai, G., R.S. Juang., D.J. Lee. Use of cellulose-based wastes for adsorption of dyes from aqueous
5 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis
solutions. Journal of Hazardous
mengucapkan
terimakasih
kepada Sdr. Cahyono, staf Balai Iradiasi, PATIR-BATAN
atas
bantuannya
meng-
Materials 2002; B92: 263–274. 7. Castro, R.S.D., Laercio, C., Guilherme, F., M. Padilha, Margarida J.S, Luiz F.Z,
iradiasi sampel bubuk kulit pisang. Terima
Marco A.U. Martines, Gustavo R.C.
kasih khusus kepada Sdr. Rikamaya, S.Si.
Banana Peel Applied to the Solid
dari
Syarif
Phase Extraction of Copper and Lead
Hidayatullah Jakarta, atas bantuannya se-
from River Water: Preconcentration of
hingga penelitian ini dapat berjalan seperti
Metal Ions with a Fruit Waste. American
yang diharapkan.
Chemical Society 2011.
Universitas
Islam
Negeri
8. Sulasminingsih, S. 1997. 6 DAFTAR PUSTAKA
Kopolimerisasi Cangkok Monomer
1. Rahmawati, F., Ptanoto, N., Ita A., Ryunani.
Akrilamida Pada Kain Rayon Dengan
Adsospsi Zat Warna Tekstil Remazol
Inisiator Ceric Amonium Nitrat. Tesis.
Yellow FG Pada Limbah Batik Oleh Eceng
Jakarta : Universitas Indonesia.
Gondok Dengan Aktivator NaOH. Surakarta : Jurnal Kimia FMIPA
9. Salamah, Siti. Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Buah Mahoni Dengan 44
Penyerapan Zat Warna Tekstil Menggunakan Polisakarida–g–Asam Akrilat (Meri)
ISSN 1411 – 3481
Perlakuan Perendaman Dalam Larutan
Polimer. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
KOH. Tesis Yogyakarta : Universitas
Teknologi Nuklir-BATAN. 2008.
Ahmad dahlan 2008. 10.Fessenden, R. J, Fessenden, J. S, Kimia
14.L. Wojna´rovits, Cs.M.F¨oldva´ry, E.Taka´cs. Radiation-induced grafting
Organik II, Terjemahan A. Hadyana
of cellulose for adsorption of hazardous
Pudjaatmaka, Edisi kedua. Jakarta :
water pollutants: A review Radiation
Penerbit Erlangga 1986.
Physics and Chemistry 2010; 79: 848–
11.Munusamy, T., Yi-Ling Lai., Ling-Chu Lin., Jiun-Fwu Lee. Cellulose-Based Native And
862. 15.Yohan. Rifaid M. Nur. Lilik Hendrajat
Surface Modified Fruit Peels For The
dan E.S. Siradj. Sintesis Kopolimerisasi
Adsorption Of Heavy Metal Ion From
Tercangkok Asam Akrilat Pada Film
Aqueous Solution : Langmuir adsorption
LLDPE. Depok : Jurnal UI. 2006.
isotherms. Taiwan : Journal of Chemistry and Engineering Data 2010. 12.Kiatkamjornwong, S., Chomsaksul, W., &
16.Hegazy, E. A., El-Rehim, H. A. A., Khalifa, N. A., Atwa, S. M dan Shawky, H. A. Anionic/Cationic Membranes
Sonsuk, M. Radiation Modification Of
Obtained by a Radiation Grafting
Water Absorption Of Cassava Starch By
Method for Use in Waste Water
Acrylic Acid/Acrylamide. Radiation Physics
Treatment. Polym. Int. 2001; 43: 321–
and Chemistry 2000; 59:413–427.
332.
13.Christina M. P,. Yohan dan Kundari N. A. Studi Pendahuluan Preparasi Membran Untuk Sel Bahan Bakar Membran Elektrolit
45
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 15, No 1, Februari 2014; (35-46)
ISSN 1411 - 3481
46