Budi Setiawan, dkk.
35
ISSN 0216 - 3128
REDUKSI WARNA DAN BOD LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN KARBON-TiO2 Budi Setiawan, Rosyidin, Nurimaniwathy Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN -Yogyakarta
ABSTRAK REDUKSI WARNA DAN BOD LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN KARBON-TiO2. Telah dilakukan pembuatan butiran bahan adsorben Karbon-TiO2 dengan kandungan 5, 10, 15% TiO2, menggunakan berbagai bahan perekat dan suhu pemanasan 110, 130, dan 150 oC, dengan ukuran diameter 0,5 dan 1cm. Adsorben digunakan sebagai media penyerap kadar warna dan kadar BOD pada limbah tekstil dengan cara pengadukan bervariasi 20, 40, dan 60 menit. Dari percobaan diketahui bahwa kondisi bahan perekat dan proses terbaik adalah lem Fox, suhu pemanasan 110 oC, waktu pengadukan 60 menit serta kandungan TiO2 15%, yaitu mampu menyerap kadar warna 29,608% dan kadar BOD 66,1579%.
ABSTRACT REDUCTION COLOUR AND BOD OF TEXTILE WASTE BY CARBON-TiO2. The Granule Forming of Karbone adsorbent has been done with 5, 10, 15% of TiO2. using the variation of adhesive materials. on 110, 130, and 150 0C. with diameter of 0.5 and 1 cm. The adsorbent materials was used to media of color levels absorption and BOD level on textile waste product by using stirring methods. The variation of stirring 20, 40 and 60 minutes. The result showed that the best materials condition and process were fox glue on 110 0C, stirring time at 60 minutes at 15% TiO2, which potent to adsorb colours level 29,608% and BOD level 66,157%
Tabel 1.. Baku Mutu Limbah Cair
PENDAHULUAN
M
ikroorganisme selalu berusaha untuk memecah atau mendegradasi bahan organik menjadi bahan yang mudah menguap, proses ini membutuhkan oksigen. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar, mempunyai kandungan oksigen sangat rendah.7). Hal tersebut disebabkan karena oksigen yang terlarut di dalam air digunakan oleh mikroorganisme untuk memecah atau mendegradasi bahan organik. Bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut didalam air mengikuti reaksi oksidasi biasa. Semakin banyak bahan organik yang ada di dalam air, maka makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah tentang baku mutu limbah cair industri tekstil yang memuat standar baku mutu untuk kadar tersebut adalah sebagai berikut :
Kadar maksimum (mg/L)
Beban pencemaran maksimum (kg/ton)
BOD5
85
12,75
COD
250
37,5
Warna
Jernih*
Parameter
pH
Jernih* 6,0 – 9,0
Debit Limbah 150 m3 per ton produk tekstil Maksimum Sumber : Baku Mutu Limbah Cair SK Gubernur KDH. TK I Jateng No : 660.1/02/1997 Keterangan : Jernih* = bahwa untuk baku mutu warna dalam limbah cair tekstil menurut SK Gubernur KDH. TK I Jateng No : 660.1/02/1997 tidak ada. Limbah sebagai hasil samping industri tekstil tidak dapat langsung dibuang ke badan perairan, karena dapat meningkatkan pencemaran air. Air bekas proses limbah tekstil yang menggunakan bahan-bahan kimia banyak mengandung zat pencemar atau racun yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan,
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
36
ISSN 0216 - 3128
kehidupan manusia, binatang dan juga tumbuhtumbuhan. Zat warna dapat mengakibatkan penyakit kulit dan yang sangat membahayakan adalah dapat mengakibatkan kanker kulit 6) Untuk mengatasi permasalahan ini maka dibutuhkan suatu alternatif pengolahan yang baik, agar diperoleh kualitas air buangan yang memenuhi persyaratan baku mutu, salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran air adalah melalui proses penyerapan unsur-unsur dalam limbah yang dalam penelitian ini menggunakan karbon yang disisipi TiO2, dengan harapan dapat meningkatkan daya adsorpsi karbon sehingga dapat lebih efektif menurunkan kandungan BOD dan warna. Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil Untuk melakukan penelitian pada suatu unit instalasi pengolahan limbah cair industri, maka harus diketahui karakteristik limbah cair baik kualitas maupun kuantitas limbah cair yang akan diolah 1) Pada penelitian ini dipilih indikator warna mewakili karakteristik fisik dan BOD mewakili karateristik kimia a. Warna Zat warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan atau disperse kepada suatu bahan lain. Warna air limbah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu warna sejati dan warna semu. Warna yang disebabkan oleh senyawa organik yang mudah larut dan beberapa ion logam disebut warna sejati. Jika air tersebut mengandung kekeruhan atau adanya bahan yang kasar dan juga oleh penyebab warna sejati maka warna tersebut dikatakan semu. Air yang kekeruhannya tinggi jarang tingkat warnanya tinggi, karena material-material penyebab kekeruhan cenderung mengadsorpsi penyebab warna dengan cara molekul-molekul ditarik ke permukaan partikel-partikel yang kasar 3) Warna digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Berdasarkan perolehannya misalnya zat warna alam dan sintesis. 2. Berdasarkan banyaknya warna yang ditimbulkan yaitu warna monogenik dan poligenik. 3. Berdasarkan pemakaianya yaitu zat warna substantif dan zat warna reaktif. Perkembangan lebih lanjut zat warna digolongkan berdasarkan sifat pencelupan maupun cara pemakaianya. Berdasarkan cara pemakaiannya zat warna sintetik dibagi menjadi: zat warna langsung,
Budi Setiawan, dkk.
asam, basa, belerang, bejana, nafsol, disperse, pigmen serta zat warna reaktif . b. Biochemical Oxygen Demand ( BOD ) Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/L yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan parameter yang umum dipakai untuk menghentikan besarnya pencemaran oleh bahan-bahan organik air buangan. Secara umum BOD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri-bakteri aerobik di dalam air melalui oksidasi biologis. Semakin tinggi harga BOD semakin tinggi pula tingkat pencemaran air buangan tersebut 6) Karbon Aktif Karbon Aktif adalah arang yang telah diaktifkan baik secara fisika maupun kimia, yang menghasilkan karbon dengan pori-pori lebih terbuka (karbon yang mempunyai luas permukaan dan struktur berongga), hal ini dapat menyebabkan karbon aktif menyerap gas, atau zat lain dalam larutan dan udara. Sangat aktif terhadap hidrokarbon dan mampu menangkap SO2 dan H2S. Bahan untuk membuat karbon aktif terbuat dari berbagai bahan dasar yang mengandung karbon. Secara umum karbon aktif biasanya dibuat dari arang tempurung dengan pemanasan pada suhu 600-20000C pada tekanan tinggi. Pada kondisi ini akan terbentuk rekahan-rekahan (rongga) sangat halus dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga luas permukaan arang tersebut menjadi besar. 1 gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 5001500m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0,010,0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut, baik di air maupun di udara. Apabila dibiarkan di udara terbuka, maka dengan segera akan menyerap debu halus yang terkandung diudara (polusi). Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut menjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif dikemas dalam kemasan yang kedap udara. Pori-pori karbon aktif mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi, bentuk lain yang tidak teratur, sementara ukurannya berkisar antara 10-10.000 Å. Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus (molekul) dan menjebaknya disana. Dengan berjalannya waktu pori-pori ini pada akhirnya akan jenuh dengan partikel-partikel sangat halus sehingga tidak akan berfungsi lagi. Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat direaktifasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai..
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Budi Setiawan, dkk.
Jenis pori-pori karbon aktif dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pori makro, pori mezo, pori mikro. Perbedaan jenis pori-pori dalam karbon aktif dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Tipe Pori Karbon Aktif 5) Tipe Pori Pori Makro Pori Mezo Pori Mikro
2.
3. 4.
5. 6.
Terbentuknya pilar atau tiang oleh molekul TiO2 menjadikan antar lapis karbon akan terekspansi atau terhalangi oleh adanya molekul tersebut, sehinga molekul yang terbentuk mempunyai ukuran lebih besar dari molekul asalnya. Padatan terlapis adalah senyawa terinterkalasi yang mencakup dua kriteria penting :
Jari-jari pori (Å)
Luas permukaan spesifik
500 – 2000
0,5 – 2,0 mm/g
40 – 200
200 – 450 mm/g
2.
< 18 – 20
= 95% dari total luas permukaan spesifik
TATA KERJA
Karbon aktif berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa dan mempunyai luas pori 300 -2000 mm/g sehingga daya serapnya cukup besar 6). Berdasarkan kegunaan, karbon aktif dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu : 1.
37
ISSN 0216 - 3128
Karbon Aktif sebagai adsorben dalam fase gas Umumnya digunakan untuk menghilangkan bau busuk dan gas beracun pada masker gas, penyaring asap pada rokok. Karbon Aktif sebagai adsorben dalam fase cair. Umumnya digunakan untuk menghilangkan warna dan pemurnian dalam industri makanan, penanganan air buangan industri. Karbon Aktif sebagai katalis. Umumnya digunakan untuk katalis dalam proses reaksi kimia (halogensi, polimerisasi, isomerisasi, dan oksidasi) pembuangan gas SOX dari cerobong asap.
Penyisipan Karbon-TiO2 Penyisipan atau interkalasi terjadi karena adanya interkalat yang masuk berupa kation menggantikan kation-kation yang ada . Interkalasi merupakan suatu proses penyisipan atom-atom atau molekul-molekul secara dapat balik (reversible) ke dalam antar lapis material berlapis dengan tidak merusak struktur tersebut 4). Terjadinya proses interkalasi akan merubah susunan yang dimiliki interkalan. Perubahan tersebut karena lapisan terdekat terhalangi oleh interkalat. Kation-kation tersebut umumnya tidak membentuk ikatan yang kuat sehingga mudah tergeser atau ditukarkan oleh kation-kation interkalat. Kation logam polihidroksi yang masuk ke dalam antar lapis selanjutnya dikalsinasi untuk membentuk pilar-pilar oksidasi logam yang stabil 2).
1.
Spesies ruang antar lapis harus kokoh untuk mencegah keruntuhan ruang antar lapis pada saat dehidrasi. Pilar-pilar berdampingan dengan jarak tertentu memungkinkan molekul-molekul tersebut memasuki antar lapis.
Alat : Oven/Furnace, Jar Test, Aerator, BOD titrator, Homogenizer, Inkubator, Tabung Nesler. Bahan : Karbon TiO2 Perekat Spritus BOD : Buffer fosfat, MgSO4 , CaCl2 FeCl3 . KI, Amilum 0,5 %, Na2S2O3 MnSO4 Cara Kerja a. Pembuatan media penyerap (uji bahan perekat) - Karbon ditumbuk halus dan disaring 100 mesh. - Ditimbang 90 g karbon. - Disiapkan 10 g bahan perekat dilarutkan dalam air 10 mL, dicampur dengan karbon. - Adonan dicetak dengan diameter 1cm dan 0,5 dan dibiarkan 1 malam. - Hasil pencetakan dipanaskan dalam oven dengan suhu 100, oC selama 3 jam. - Dilakukan variasi bahan perekat : kanji, gula, gelatin, semen, dan lem Fox untuk mendapatkan bahan perekat yang terbaik. - Media direndam dalam air semalam untuk mengetahui kekuatan bahan perekat
Gambar 1. Penyerap Karbon
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
38
Budi Setiawan, dkk.
ISSN 0216 - 3128
b. Pembuatan media penyerap (karbon tanpa TiO2) - Ditimbang karbon 90 g. - Ditimbang 10 g lem Fox dilarutkan dilarutkan spritus dan ditambah 70 mL air, sambil diaduk. - Karbon dicampur larutan lem dan dibuat adonan. - Adonan dicetak dengan diameter 0,5 dan 1cm dan dibiarkan 1 malam - Hasil pencetakan dipanaskan dalam oven 100, 130, dan 150 oC selama 3 jam c. Pembuatan media penyerap Karbon-TiO2 -
Ditimbang karbon 85 gr dicampur dengan 5 gr TiO2, diaduk dalam homogenizer selama 3 jam Ditambahkan 10 g lem Fox, yang sudah dilarutkan dalam spritus dan ditambahkan air diaduk hingga rata. Adonan dicetak dengan diameter 0,5 dan dibiarkan 1 malam. Hasil pencetakan dipanaskan dalam oven 100 oC selama 3 jam Dengan cara yang sama dibuat campuran karbon-TiO2 0%, 5%, 10% dan 15%
-
-
d. Proses Adsorpsi - Disiapkan alat tangki berpengaduk dan limbah cair tekstil - Sebanyak 1 liter limbah dimasukkan ke dalam gelas beker dan diberi 10gr bahan penyerap karbon (1% dari limbah) dengan variasi suhu pembuatan dan diameter - Proses waktu pengadukan 20, 40, dan 60 menit dengan kecepatan 100 rpm - Hasil proses (beningan) dianalisis parameter BOD dan warna
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil uji coba bahan perekat perekat : kanji, gula, gelatin, semen, dan lem Fox Dari hasil uji coba bahan perekat didapat data seperti pada Tabel 3 Tabel 3. Uji Komposisi bahan perekat No
Jenis perekat
Hasil uji perendaman
1
Kanji
Hancur
2
Gula pasir
Hancur
3
Semen
Hancur
4
Lem Fox
Utuh
Dari hasil penggunaan berbagai bahan perekat, dapat diketahui bahwa penggunaan bahan lem Fox dapat menghasilkan butiran bahan penyerap yang tahan air. Sifat ini sangat diperlukan karena pada penelitian ini dilakukan penyerapan dalam bentuk butiran, sehingga pembuatannya membutuhkan bahan perekat yang tahan dalam rendaman air. Lem Fox, sebagai bahan organik yang larut dalam air mempunyai sifat spesifik, yaitu apabila sudah kering, maka dia tidak larut dalam air, berbeda dengan bahan perekat lainnya. Semen sesungguhnya juga punya sifat demikian, tetapi memerlukan junmlah yang banyak, sehingga dikhawatirkan menutup aktivitas pori bahan penyerap. Dari data di atas maka pemilihan 10% lem Fox menjadi pilihan karena dalam jumlah yang sama (10%) mempunyai ketahanan dalam air. b. Uji diameter dan suhu pemanasan Uji coba perbandingan diameter serta suhu pemanasan dilakukan dengan uji BOD dan tes Warna, yang hasilnya seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Data Analisis variasi suhu dan waktu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Suhu (oC) 110 110 110 110 110 110 130 130 130 130 130 130 150 150 150 150 150 150
Variabel D Waktu (cm) (mnt) 0,5 20 0,5 40 0,5 60 1,0 20 1,0 40 1,0 60 0,5 20 0,5 40 0,5 60 1,0 20 1,0 40 1,0 60 0,5 20 0,5 40 0,5 60 1,0 20 1,0 40 1,0 60
Hasil Analisis Warna BOD (Pt-Co) (mg/L) 1475,00 108,35 1388,65 95,15 1312,00 103,40 1323,00 258,30 1287,80 267,50 831,73 159,09 1420,00 325,70 1376,00 311,81 1311,00 349,53 1113,85 508,23 1141,00 350,11 1179,00 254,31 1062,75 286,05 1177,00 305,17 1233,00 349,53 1246,00 159,70 1193,00 123,10 1204,00 103,95
Dari data penelitian di atas dapat dilihat bahwa uji coba pada suhu 110 oC dan diameter 0,5 cm merupaka hasil yang efisien Dikarenakan pada suhu pemanasan 130 dan 150oC bahan penyerap mudah hancur, karena pada suhu tersebut karbon mulai terbakar.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Budi Setiawan, dkk.
39
ISSN 0216 - 3128
Diameter 0,5 cm lebih efisien dikarenakan untuk jumlah yang sama maka permukaaan kontak penyerapan menjadi lebih luas.
c. Uji Variasi % TiO2 pada berbagai waktu Data hasil uji variasi % TiO2 antara 0% sampai 15% terlihat pada Tabel 5
Tabel 5. Perubahan Kadar warna, penyerapan 20 menit No
Kadar Warna (Pt-Co) Kontrol
Kadar TiO2, % 0
5
1 2
1846,8
Kadar BOD, (mg/l)
1830,7
3 Rerata
Kontrol
10
15
1830,7
1770,0
1440,7
1830,7
1810,0
1455,7
1828,3
1795,0
1460,0
1829,9
1791,6
1452,1
Dari hasil penyerapan 20 menit terlihat “skala penurunan” kadar warna dan BOD pada 0% TiO2 sangat kecil, untuk warna hanya 16,1 dan BOD 10,75 mg/l , demikian pula pada 5% TiO2 warna 17,9 dan BOD lebih tinggi yaitu 27,25 mg/L. Tetapi pada kadar 10% dan 15% TiO2, terlihat meninggi penurunannya.
Kadar TiO2, % 0
618,45
607,7
Rerata
5
10
15
593,0
573,0
569,0
590,3
570,8
560,0
590,3
575,9
565,7
591,2
573,2
564,9
Dari hasil penyerapan 40 menit terlihat “skala penurunan” kadar warna dan BOD pada 0% TiO2 kecil, untuk warna hanya 169,1 dan BOD 47,45 mg/L, demikian pula pada 5% TiO2, warna 169,1 dan BOD lebih tinggi yaitu 89,7 mg/L Untuk penyerapan selama 60 menit terlihat adanya perubahan seperti pada Tabel 7.
Tabel 6. Perubahan Kadar warna, penyerapan 40 menit No
Kadar Warna (Pt-Co) Kontrol
Kadar TiO2, % 0
1 2
1846,8
Kadar BOD (mg/l)
1713,7
3 Rerata
Kontrol
5
10
15
1675,8
1560,7
1260,7
1680,3
1570,3
1357,9
1677,0
1570,3
1358,7
1677,7
1576,1
1325,7
Kadar TiO2, % 0
618,45
571,0
Rerata
5
10
15
530,3
411,2
317,6
525,5
409,7
320,1
530,3
405,2
320,1
528,7
408,7
317,2
Tabel 7. Perubahan Kadar warna, penyerapan 60 menit No
Kadar Warna (Pt-Co) Kontrol
Kadar TiO2, % 0
1 2
1846,8
3 Rerata
Kadar BOD (mg/l)
1815,7
Kontrol
5
10
15
1675,8
1516,4
1300,0
1660,1
1517,3
1298,3
1668,3
1523,7
1301,7
1668,0
1519,1
1300,0
Kadar TiO2, % 0
618,45
569,7
Rerata
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
5
10
15
407,8
377,1
212,3
401,5
365,8
205,8
400,6
365,8
209,9
403,3
369,5
209,3
40
Budi Setiawan, dkk.
ISSN 0216 - 3128
Dari data penyerapan secara keseluruhan dapat dihitung prosen penurunan warna mapun BOD, yaitu dengan memperbandingkan dengan limbah baku. Penurunan kadar warna untuk waktu 40 dan 60 menit tidak terlihat perbedaan yang nyata, sementara kenaikan kandungan TiO2 memberikan kenaikan efifiensi yang nyata
Untuk penurunan BOD, maka waktu cukup berpengaruh, karena terlihat pada waktu penyerapan 20 menit efisiensi penurunan BOD rendah. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa kimia organik yang mempengaruhi BOD membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat diadsorpsi oleh karbon
Berbeda dengan penurunan kadar warna, maka pengaruh waktu penyerapan menunjukkan beda nyata pada penurunan BOD, demikian juga untuk penurunan BOD terlihat kenaikan efisiensi seiring kenaikan TiO2. Kedua hasil tersebut terlihat secara jelas pada kedua gambar di bawah ini.
C
C
Efisiensi, %
30
20 mnt
25
40 mnt
C
C
15
TiO2
C
TiO2
C
TiO2
C
C C
C
C
C
Gambar 4. Fenomena Penyisipan karbon-TiO2
10 5 0 0%
5%
10%
15%
% TiO2
Gambar 2. Efisiensi Penurunan Kadar Warna
60
Series1
50
Series2 Series3
40 30 20 10 0 0%
5%
Penyisipan TiO2 pada karbon yang mengakibatkan kenaikan kemampuan penyerapan disebabkan oleh kenaikan luas permukaan dan keasaman permukaan yang lebih tinggi sehingga memiliki daya adsorpsi yang tinggi pula. Fenomena adorpsi yang terjadi adalah seperti pada gambar. Zat organik (R-O), dengan R sebagai rantai panjang dan O bermuatan negatif, maka O akan cenderung terikat pada unsur C dan TiO2 yang tersisip pada karbon dan membentuk ikatan Van Der Walls.
70
Efisiensi, %
C
C
60 mnt
20
C
C TiO2
C C
C
C
35
C
C
10% % TiO2
15%
Gambar 3. Efisiensi Penurunan BOD Pengaruh TiO2 sangat jelas dalam menurunkan kadar warna dan BOD, meskipun tingkat penurunannya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pembentuk warna dan bahan organik yang mempunyai pengaruh terhadap BOD mempunyai hubungan, tetapi tidak semuanya sama persis.
Energi ikatan molekul antara zat terlarut dengan adsorben (karbon-TiO2) lebih besar dari pada energi ikatan antara zat terlarut dengan limbah atau larutan. Zat terlarut (organik) diadsorpsi oleh Ti2+, Penyisipan Karbon-TiO2 yang menaikkan luas muka dan tingkat keasaman membuat zat organik dari limbah menjadi mudah terserap oleh Ti2+, sehingga zat organik dalam limbah menjadi turun, yang ditunjukkan menurunnya kadar warna dan BOD.
KESIMPULAN 1.
2.
Lem Fox merupakan bahan perekat yang kuat dan tahan air, sehingga cocok untuk pembuatan bahan adsorben karbon-TiO2. Ukuran butiran semakin kecil semaikin baik, pada penelitian ini digunakan ukuran butiran 0,5 cm karena luas kontak menjadi lebih besar.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Budi Setiawan, dkk.
3.
4.
ISSN 0216 - 3128
Karbon mempunyai sifat sebagai adsorben zat organik pada limbah, sehingga mampu menurunkan kadar warna dan kadar BOD. Penyisipan TiO2 pada karbon mampu menaikkan daya serap zat organik pada limbah, dan semakin kandungan tinggi TiO2, maka daya serap semakin tinggi pula. Pada kondisi 15% TiO2 mampu menurunkan kadar warna 29,608% dan BOD 66,147%
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Sdr. Indriyani, mahasiswa STTL Yogyakarta, yang telah banyak membantu mengerjakan proses penyerapan limbah.
DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Kualitas Air Buangan Industri Tekstil, Dep. Perindustrian, Dirjen Industri Tekstil, Jakarta, 1976 2. BAKSH, KAKDESH, YANG, Characterization by Physisorption of a New Class of Microsporous Adsorbens Pillared Claya, Eng Chem Res, 1992 3. CHOTIB, 1990, Diktat Buangan, ITB, Bandung
Pengolahan
Air
4. OGAWA, M, Preparationof Clay Organic Intercalation Compounds by Solid-solid Reaction and Their Application to Photofunctional Material, Waseda University, Tokyo, 1992 5. REINOSO, FR. R, Preparation and Characterization of Active Carbon, Mathinus Nif Noff Publisher, NASA Series No. 105., 1986 6. SUGIHARTO, Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Jakarta Pers, 1987
7. WARDHANA, WISNU Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta., 1995
41
A., Dampak Andi Offset,
TANYA JAWAB Purwanto •
Apakah telah dibandingkan dengan metode ozon ?.
•
Lebih efektif mana metode oaon dengan metode yang saudara lakukan.
Budi Setiawan ¾ Untuk reduksi warna limbah tekstil dengan ozon waktu 1 jam, mampu menurunkan ± 30%. ¾ Efektifitas antara metode ozon dengan adsorpsi tidak bisa dibandingkan karena metodenya sangat berbeda. Pada ozon terjadi degradasi, sedang pada metode penelitian ini terjadi adsorpsi.. Tunjung Indrati Y. • • •
Bagaimana preparasi karbon–TiO2 sebagai penyerap ?. Fungsi TiO2 dan bagaimana TiO2 memposisikan diri sebagai penyerap ?. Mengapa bila ≥ 15% jadi rapuh ?.
Budi Setiawan ¾ Karbon dan TiO2 dicampur dengan homogenizer selama 3 jam, kemudian butiran dengan perekat. ¾ TiO2 berfungsi sebagai pilar-pilar yang akan memperluas pori dan juga berfungsi sebagai katalisator. ¾ Bila TiO2 > 15% akan rapuh fungsi pilar akan hilang karena memang ada perbandingan optimum.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007