PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS DENGAN KNITEX LE VARIASI KONSENTRASI DAN PENAMBAHAN RESIN PELEMAS SILIKON AMZ-9 Prihatini (07k40015), Jakariya Nugraha (10020067), Mahasiswa Jurusan Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung INTISARI Telah dilakukan
penelitian
tentang
penyempurnaan
tahan kusut
kain
kapas
menggunakan knitex le & silicon amz-9 variasi konsentrasi . Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat dalam proses penyempurnaan tahan kusut untuk masing-masing hasil yang optimal. Parameter uji yang diamati adalah uji crase recovery dan kekuatan tarik kain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi zat tahan kusut yang lebih banyak maka hasil tahan kusutnya semakin baik. Dan penambahan tersebut mengakibatkan penurunan kekuatan terik dan mulur pada kain tersebut.
Keywords: tahan kusut, kekuatan tarik, knitex LE
PENDAHULUAN Kain kapas memegang peranan penting bagi industry tekstil pada umumnya. Karena jenis kain ini mempunya sifat yang baik untuk tekstil pakaian, juga bisa sebagai bahan alternative. Kain jenis ini umum dipakai untuk kain /sandang, terutama untuk kain kemeja (shirting), kain celana, seragam, dan setelan(suiting). Namun ada beberapa kekurangan dari jenis kain ini, terutama cenderung gampang kusut. Oleh karena itu perlu ditambahkan suatu zat tahan kusut sehingga memperoleh hasil yang baik.
Resin yang biasa digunakan untuk penyempurnaan anti kusut adalah derivate dari Nmetilol, yang dibagi menjadi empat golongan yaitu : metilol urea, metilol melamin, metilol etilen urea dan metilol triazon. Sedangkan berdasarkan sedi teknologinya, dibagi menjadi dua yaitu : resin self-crosslinking dan reaktan, yang pada umumnya memiliki 2
gugus hidrofil sehingga dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa. Golongan resin self-crosslinking akan berpolimerisasi sendiridan mengisi ruang-ruang antar molekul selulosa dengan resin yang sangat kompleks tapi sedikit membentuk ikatan silang, contohnya dimetilol urea (DMU). Sedangkan golongan reaktan akan membentuk polimer-polimer pandek tapi banyak berikatan silang dengan molekul selulosa, contohnya dimetilol etilena urea (DMEU) dan dimetilol dihidroksi etilene urea (DMDHEU).
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh resin atau zat tahan kusut ini. Maka dilakukan penelitian penggunaannya pada penyempumaan tahan kusut kain kapas menggunakan jenis yang sama yaitu dari merek dagang KNITEX LE dengan variasi konsentrasi yang berbeda. Yaitu konsentrasi 100 mg/L dan 200 mg/L.
TATA KERJA Bahan Bahan yang digunakan adalah kain-kain dari kapas.
Selanjutnya zat tahan kusut
dengan nama dagang knitex LE dan zat pelemas silicon AMZ-9.
Peralatan Alat yang dipakai antara lain messin padder, mesin stenter (untuk drying dan curing), timbangan serta alat gelas lainnya.
Metoda Kerja a. Pembuatan larutan dengan zat tahan kusut sebanyak 10g/l dan 20/l dan zat pelemas 2g/l kebutuhan air sebanyak 200 ml yang akan dilakukan tahan kusut. b. Proses penyempurnaannya dilakukan dengan merendam-peraskan (padding) kain pada larutan dengan zat pelemas (2dip-2nip) pada WPU 160%. Kemudian di drying dengan mesin stenter pada suhu 100°C dan di curring untuk memfiksasikan zat pelemas pada kain. Proses curring ini dilakukan dengan
mesin yang sama (mesin curing) namun pada suhu yang berbeda. Suhu untuk proses curing lebih tinggi dari pada suhu drying, yaotu pada suhu 160°C. Setelahnya dilakukan pencuciaan. c. Pengujian dilakukan dengan uji crase recovery dan uji kekuatan tarik. Uji kekakuan ini merunut pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pengujian untuk menentukan hasil dari proses penyempurnaan ini dilakukan evaluasi terhadap kain hasil penyempurnaan. Yang pertama dilakukan adalah pengujian crease recovery yatiu untuk melihat sejauh mana kain bisa kembali ke bentuk semula. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Shirley Crease Recovery Tester. Pertama kain diberi beban sebesar 800g dalam waktu 3 menit kemudian kain tersebut dihitung seberapa besar sudut nya. Dan dari hasil pengujian tersebut didapatkan bahwa untuk rata-rata sudut nya adalah sebagai berikut
Konsentrasi Knitex LE 10 g/L
Konsentrasi Knitex LE 20g/L
Pakan Sudut
Lusi Sudut
pakan
Sudut
lusi Sudut
1
100°
1
105°
1
120°
1
110°
2
115°
2
115°
2
135°
2
115°
3
100°
3
100°
3
130°
3
110°
4
100°
4
110°
4
125°
4
100°
x
103.75°
x
103.75°
x
127.5°
x
108.75°
Nilai Pengujian Creasr Recovery Nilai Sudut Creasr Recovery dalam °
140 120 100 80
Lusi
60
Pakan
40 20 0 Konsentrasi Knitex LE 10 g/L
Konsentrasi Knitex LE 20 g/L
Dari data diatas terlihat perbedaan hasil antara dua variasi. Rata-rata nilai sudut dari lusi maupun pakan
terlihat untuk konsentrasi 20 g/L lebih besar. Dari literature
didapatkan bahwa rentang sudut < 1150 berarti ketahanan kusutnya Kurang baik. Ini berarti untuk konsentrasi knitex 10g/L kurang baik hasilnya. Sedang untuk konsentrasi 20 g/L termasuk cukup baik (jika dirata-ratakan antara lusi dan pakannya) yaitu 118.1250 masuk rentang cukup baik dari 115 - 1250. Sedang jika tidak dirata-ratakan masuk pada rentnag 125 - 1350 yaitu ketahanan kusut nya baik.
Terjadinya ketahanan kusut pada kain setelah dilakukan penyempurnaan dengan KNITEX Le ini disebabkan oleh Pembentukan resin yang terjadi di antara celah-celah dari bagian amorf serat selulosa selama proses pemanasawetan. Monomer-monomer resin yang telah masuk akan bergabung membentuk polimer-polimer yang mempunyai ikatan linier dan ikatan silang yang kuat. Reaksi polimerisasi tersebut terjadi karena terbentuknya ikatan metilen dan eter dari gugus-gugus aktif prakondensat yang disertai dengan pembebasan air dan formaldehid. Reaksinya adalah sebagai berikut : Pembentukan jembatan metilen >N – CH2 – OH + H – N – CH2OH >N – CH2 – CH2OH + H2O pembentukan jembatan eter
>N – CH2 – OH + HO – CH2 – N< >N – CH2 – O – CH2 – N + H2O pembentukan jembatan metilen dengan pembebasan air dan formaldehid >N – CH2 – OH + HO – CH2 – N< >N – CH2 – N< + H2O + CH2O Pada saat terjadinya pembentukan resin, gugus-gugus aktif dari prakondensat ini juga akan mengikat gugus-gugus –OH dari rantai molekul selulosa yang berdekatan sehinga terjadi ikatan silang antar molekul selulosa melalui jemnatan resin. Reaksinya adalah sebagai berikut : 2sel–OH + HO–H2C–resin–CH2–OH sel–O–H2C–resin–CH2–O–sel + H2O Resin yang masuk ke dalam serat akan berpolimer menghasilkan molekul resin yang kompleks dengan membentuk ikatan silang sehingga resin tidak dapat bermigrasi kembali keluar dari serat. Selain itu resin akan mengikat susunan bagian-bagian molekul serat satu sama lain sehingga serat menjadi lebih terikat yang akan mencegah kecenderungan rantai molekul serat selulosa untuk saling menggelincir akibat tekanan mekanik yang diberikan sehingga serat tidak berubah bentuk dan tahan kusut. Sedangkan penambahan konsentrasi dari resin KNITEX LE ini akan berakibat pada hasil yang didapatkan. Dimana jika terjadi penmabahan, maka akan semakin banyak resin yang berikatan dengan serat, sehingga hasilnya lebih baik dari yang sedikit.
Selain menggunakan resin KNITEX Le sebagai resin/ bahan utama untuk proses penyempurnaan ketahanan kusut kain ini juga ditambahkan zat pembatu lain. Yaitu ditambahkan zat pelemas untuk mendapatkan hasil yang baik. Zat pelemas yang digunakan adalah jenis silicon AMZ-9. Zat pelemas ini bisa meningkatkan ketahanan kusut kain baik untuk arah lusi maupun pakan. Kemungkinan terjadinya peningkatan tahan kusut karena pelemas silikon merupakan pelemas dari jenis nonionik dan juga berfungsi sebagai pelumas yang berguna untuk memperlancar gerakan dari benang dan serat. Akibatnya gesekan antar serat dan benang akan berkurang, sehingga tidak menghambat kemampuan pengembalian kusut bila dikenakan beban. Makin tinggi
konsentrasi silikon maka makin tinggi kemampuan pengembalian kusut kain, sehingga akibatnya sudut kusut kain akan bertambah.
Namun sayang pada pengerjaan ini, tidak dilakukan variasi konsentrasi untuk zat pelemas ini sehingga tidak akan diketahui hasilnya seperti apa. Dalam pengerjaannya penambahan zat pelemas dilakukan dengan konsentrasi yang sama yaitu 2 g/L. Pada pengujiannya, juga dilakukan pengujian kekuatan tarik kain. Hal ini dilakukan untuk mencari tau pengaruh dari penambahan resin tahan kusut terhadap kekuatan tarik kain. Pengujian ini dilakukan dengan alat dinamoneter beban 100g dan jarak jepit 7.5 cm. hasil dari pengujian ini didapatkan nilai maksimum kain akan tertarik dan nilai maksimum mulur yang dihasilakn. Semakin besar nilainya maka akan semakin baik yang dinyatakan dengan beban sebesar N (newton) dan mulur dinyatakan dalam %. Berikut adalah hasil pengujiannya yang dilakukan di lab. Evaluasi Fisika Kain Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. Nilai Pengujian Rata-rata Tarik Rata-rata mulur
Konsentrasi 10 g/L Pakan Lusi 71.54 N 56.89 N 44% 28.80%
Konsentrasi 20 g/L Pakan Lusi 9.8 N 42.46 N 34.22% 35.11%
Dari data diatas terjadi penurunan kekuatan tarik yang terjadi antara dua konsentrasi resin KNITYEX Le ini. Ini disebabkan oleh efek samping dari penambahan resin tahan kusut ini. Dimana variasi kedua penmabhan resinnya lebih banyak dari pada variasi yang pertama, sehingga kekuatan tariknyapun berbeda. Efek ini disebabkan oleh rusak atau tidak berfungsinya gugus hidroksil yang telah diikat oleh resin tahan kusut tersebut. Sehingga kekuatan tarik kain kapas akan menurun. Ini dikarenakan gugus hidroksil termasuk gugus utama pembentuk selulosa. Dan kain kapas termasuk jenis selulosa.
Dan mulur dari rata-rata lusi dan pakannya praktis tidak ada perbedaan yang signifikan. Untuk variasi pertama mulurnya 36.8% sedang variasi kedua sebesar 34.66%. mulur ini juga dipengaruhi oleh kaku atau tidaknya suatu kain. Semakin kaku maka akan semakin kecil mulurnya. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut ditambahkan zat pelemas uspaya mulurnya semakin elastic.
KESIMPULAN
Semakin tinggi konsentrasi zat tahan kusut, ketahanan kusutnya semakin baik
Ada pengaruh penambahan zat tahan kusut terhadap kekuatan tarik dan mulur
Untuk mengatasi mulur yang turun akibat zat tahan kusut, maka ditambahkan zat pelemas
DAFTAR PUSTAKA Soeparman, Surdia, Budiarti, Hendrodyantopo. 1973. Teknologi Penyempurnaan. Bandung: ITT. Abdurrahman Husen, dkk. 2011. Laporan Praktikum Penyempurnann Tahan Kusut Pada Kain Rayon Dengan Variasi Konsentrasi Dan Jenis Resin Tahan Kusut Serta Penambahan Resin Pelemas. Sekolah Tinggi Teknologi tekstil Bandung. Nugraha, jakariya . 2013. Laporan Praktikun Evaluasi Ketahanan Kusut Pada Kain. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung Nugraha, jakariya . 2013. Laporan Praktikun Evaluasi Kekuatan Tarik Pita Potong. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS DENGAN KNITEX LE VARIASI KONSENTRASI DAN PENAMBAHAN RESIN PELEMAS SILIKON AMZ-9
Disusun Oleh :
Nama
: Jakariya Nugraha Prihatini
Dosen
: Sukirman S.ST
Asisten
: Desiriani Witri S.ST
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2013
10020067 070200