PENYELESAIAN SOAL-SOAL FISIKA MENGGUNAKAN MINNESOTA PROBLEM SOL VING SRATEGY
OLEH:
Yenni Darvinza Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang
Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 Agustus 2008 di Padang
*
8
SEMINAR NASIONAL FISIKA
2 ,, 4%-
JURUSAN F1SIK.A
':
FAKULTAS MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTVERSITAS NEGERI PADANG Sekretariar :GedungPMMPiWPA CINP. HP: 081363120270. Email:$siKa l o f i s e m i r m ~ h o o . c o . i d
Surat Keterangan NO.035/PP-SNF08/HIMAFIIH.35MU/2008
I
i
Yang bertanda tangan dibawah ini panitia Seminar Nasional Fisika menerangkan bahwa
makalah dengan judul :
"Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Menggunakan Minnesota Problem Solving Strategy" Oleh Dra. Yenni Darvina, M.Si
i 1
Benar-benar telah diseminarkan pada acara Seminar Nasional Fisika di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang pada tanggal 24 Agustus 2008. Demiluanlah surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Padang, 24 Agustus 2008
I
I&
Steering
m m 9
Dr. Ramadan, M.Si
PENYELESAIAN SOAL-SOAL FISIKA MENGGUNAKAN MINNESOTA PROBLEM SOLVING STRATEGY Yenni Darvina Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang
Dalam menyelesaikan pennasalahan Fisika, banyak siswa kurang mengetahui apa yang h a m dikejakan setelah menuliskan yang diketahui dan ditanya. Sejauh ini guru belum merurnuskan secara eksplisitproblem solving skills yang h a m dikuasai siswa dalam memecahkan masalah Fisika terutama untuk soal-soal indirect. Untuk itu perlu pengkajian tentang problem solving skills yang bisa digunakan dalam pemecahan masalah Fisika. Berpijak pada ha1 ini penulis ingin mencoba menggunakan minnesota problem solving strategy dalam menyelesaikan sod Fisika Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur untuk menelaah kurikulurn Fisika SMA, memahami standar kompetensi dari materi pokok yang telah dirurnuskan kurikulum. Selanjutnya menelusuri problem solving skills apa saja yang harus dimiliki siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalahmasalah Fisika khususnya untuk unit Dinarnika. Dari hasil studi literatur diperoleh skil-ski1 yang diperlukan dalam menyelesaikan soal-soal indirect. Secara umum skil-ski1 yang diperlukan antara lain: Memvisualisasikan soal secara fisika dan mengidentifikasi besaran fisika yang diketahui dan ditanya. Menggambarkan uraian gaya-gaya yang bekerja pada benda menggunakan diagram bebas. Menerapkan perbedaan sifat besaran skalar dengan vektor. Mengkonversi satuan yang beragam pada satuan yang sejenis. Menurunkan rurnus-rumus umum untuk mendapatkan rumus yang khusus sesuai masalah yang dipecahkan. Menggunakan rumusan khusus dalam penyelesaian soal dan mengevaluasi kebenaran penyelesaiannya. Menggunakan minnesota problem solving strategy yang terdiri atas 5 langkah yaitu: (1). Focus the Problem, (2). Describe the Physics, (3). Plan the Solution, (4). Execute the Plan dan (5). Evaluate the Answer. Key words :problem solving skills, soal-soal indirect, minnesota problem solving strategy.
A. PENDAHULUAN Salah satu kecakapan yang perlu dikembangkan pada siswa adalah kecakapan memecahkan masalah (problem sohing skill) Sebab setiap saat orang menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Bagi siswa berbagai masalah pembelajaran dihadapinya setiap hari. Jadi kemampuan memecahkan masalah merupakan ha1 yang sangat urgen untuk dibicarakan.
SEMMAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
Pemecahan rnasalah yang baik harus didasari oleh informasi yang cukup dan telah diolah serta dipadukan dengan hal-ha1 lain yang terkait dengan masalah yang akan dibahas. Pemecahan masalah memerlukan kreativitas dan kearifan. Kreativitas diperlukan untuk menemukan pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahkan masalah harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sejak dini siswa perlu belajar memecahkan masalah, sesuai dengan tingkat berpikirnya. Dalam ruang lingkup yang kecil siswa perlu dibekali dengan kemarnpuan memecahkan masalah untuk setiap mata pelajaran. Khusus untuk mata pelajaran Fisika ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan memecahkan masalah fisika. Dari pengamatan penulis ada beberapa gejala negatif yang menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa di SMA masih belum optimal. Faktor-faktor tersebut bersumber dari siswa maupun dari guru itu sendiri. Dalam memecahkan soal Fisika, dari segi siswa Edward (2005) menyatakan, banyak diantara siswa berkata "I understand material but I just can 't do the problem ". Dalam menyelesaikan permasalahan pada soal Fisika, siswa banyak yang kurang mengetahui apa yang harus dikerjakan setelah selesai menuliskan diketahui dan ditanya dari soal yang dipecahkan. Banyak siswa yang hanya mampu mengerjakan soal-soal hitungan yang dapat dicari dengan mensubsitusikan ke suatu formula fisika jika besaranbesaran fisis yang telah diketahui dinyatakan secara eksplisit (soal direct). Umurnnya siswa mengalami kesulitan jika persoalan Fisika yang ditemui memerlukan analisa dan perlu menurunkan persamaan sehingga diperoleh persamaan khusus sesuai dengan kondisi pada persoalan yang dihadapi. Akibatnya banyak siswa yang bermasalah dalam menyelesaikan soal-soal indirect Dari segi guru,
menurut
Edward (2005), terlihat gejala-gejala yang kurang
mendukung terbentuknya skills/ability untuk memecahkan masalah saat guru memberikan pembelajaran Fisika di kelas. Kebanyakan Guru menjelaskan terlalu detail, m e n d a n persamaan sarnpai diperoleh persamaan akhir. Bagi siswa rumusan akhir ini merupakan rurnusan yang hams dihafalkannya. Siswa menjadi tidak peduli dengan hukum atau prinsip
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
yang mendasarinya. Akibat pembelajaran seperti itu, guru akan kekurangan waktu. Pada ha1 guru hendaknya menanarnkan prinsip atau konsep-konsepnya dan membimbing siswa untuk menurunkan persamaan-persamaan untuk kondisi tertentu. Dengan demikian siswa tidak akan terbebani dengan rumusan-rurnusan yang banyak tetapi cukup hanya memahami prinsip clan konsepnya saja. Diharapkan siswa dapat menurunkan rumusan tertentu bila berhadapan dengan problema tertentu. Guru juga jarang mengajak siswa untuk menilai atau mengevaluasi hasil pemecahan masalah Fisika yang telah dibahas di depan kelas. Akibatnya siswa dalam memecahkan pennasalahan fisika juga seperti itu. Jarang siswa yang melakukan evaluasi diahir pekerjaan mereka. Tentu ha1 ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Sampai sejauh ini guru belurn merumuskan problem solving skills apa yang harus dikuasai siswa secara eksplisit sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah Fisika tertentu terutama untuk soal-soal indirect. Untuk itu perlu pengkajian tentang problem solving skills yang bisa digunakan baik oleh guru maupun siswa dalam pemecahan masalah Fisika. Bila ha1 ini telah dikaji clan dirurnuskan dengan baik, maka dapat menjadi acuan bagi guru dalam rangka membekali siswa dengan skills yang diperlukan untuk memecahkan masalah Fisika khususnya soal-soal inderect. Thomas et all dalam Foster (2000) menyatakan bahwa tugas atau latihan terdiri dari dua tipe soal yaitu direct problem dan indirect problem. Sifat penyelesaian direct problem menggarnbarkan ingatan dan skill dasar dalam memanipulasi faktor-faktor kuantitatif.
Indirect problems menuntut strategi penyelesaian yang meliputi beberapa sub tujuan yang harus diidentifikasi. Dari beberapa persarnaan dasar diperoleh hubungan satu sarna lain yang menghasilkan suatu hubungan yang baru. Indirect problem dibangun atas konsepkonsep dasar, yang membutuhkan evaluasi strategi penyelesaian dalam mendeskripsikan bagian-bagian informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh direct problem antara lain menghitung gaya yang dialami oleh muatan yang bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medan magnet, menghitung gaya yang dialami partikel bennuatan yang dipercepat oleh potensial listrik tertentu, atau memasuki medan magnet . Dalam makalah ini dengan
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
menggunakan minnesota problem solving strategy akan dicari skil-ski1 apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan indirect problem dalarn fisika Berpijak pada ha1 di atas penulis ingin mencoba mengatasi kendala-kendala yang masih dimiliki siswa dalarn memecahkan masalah-masalah fisika terutama untuk sod-soal indirect menggunakan minnesota problem solving strategy yang dikemukakan oleh Heller.
P dan Hel1er.K (1994). Strategi yang digunakan ini telah banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya untuk mengembangkan physics problem solving skills siswa. Menurut Heller at all (1994), minnesota problem solving strategy terdiri atas 5 langkah yaitu: (1). Focus the Problem, (2). Describe the Physics, (3). Plan the Solution, (4). Execute the Plan dan (5). Evaluate the Answer.
Focus the Problem (focus pada perrnasalahan) meliputi kegiatan mendeskripsikan problema secara kualitatif yaitu memvisualisasikan keadaan menggunakan sketsa, menuliskan apa saja yang diketahui dan yang ditanya. Kemudian tuliskan konsep-konsep fisika
yang mungkin berguna dalam penyelesaian rnasalah dan menggambarkan
pendekatan yang mungkin digunakan. Describe the Physics (menggambarkan situai fisika) yaitu berhubungan dengan menggunakan pemaharnan kualitatif untuk mempersiapkan solusi kuantitatif. Dalam ha1 ini pertama sederhanakan situasi dalam bentuk gambar situasi fisika, atau diagram yang dilengkapi besaran-besaran fisika yang diketahui, kemudian lengkapi dengan ha1 yang ditanyakan dengan menggunakan variable matematika yang spesifik atau konsep fisika yang diperlukan. Plan the Solution (merencanakan solusi) meliputi menterjemahkan garnbaran fisika menjadi persamaan matematika clan konsep fisika sesuai langkah 2. Mencari hubungan antar persaman atau menurunkan persamaan yang ada sehingga diperoleh suatu persamaan baru. Menelaah apakah persamaan yang baru memberikan satuan yang benar. Execute the Plan (melaksanakan rencana) yaitu menyelesaikan solusi dengan cara memasukkan angka-angka (kuantitatif) yang ada dalam soal lengkap dengan satuan yang digunakan, sehingga diperoleh apa yang menjadi target dari permasalahan
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTLJS 2008 DI PADANG
Evaluate the Answer (evaluasi jawaban) yaitu memeriksa kembali semua pekerjaan yang telah dilakukan, melihat ketepatan jawaban, kelengkapan jawaban, apakah jawaban beralasan atau tidak dan kesesuaian jawaban dengan pertanyaan dalam soal. Mengingat begitu luasnya materi yang ada dalam fisika, maka dalam makalah ini hanya dibatasi penerapan minnesota problem solving strategy pada unit Mekanika pada bagian Dinamika. Jenis soal yang digunakan adalah indirect problem yang diambil dari buku-buku yang urnum digunakan di SMA seperti karangan Bob Foster, Agus Taranggono dan Marhten Kanginan. Pada raakalah ini digunakan strategi problem solving fisika yaitu
minnesota problem solving strategy. Dengan menggunakan minnesota problem solving strategy diharapkan penyelesaian soal-soal indirect dalam Fisika khususnya unit Dinamika dapat lebih bermakna.. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dalam makalah ini akan ditentukan: Skil-ski1 apa sajakah yang perlu dimiliki siswa dalarn membahas soalsoal indirect untuk unit Dinarnika? Bagaimanakah bentuk penyelesaian soal inderect dalam unit Dinarnika menggunakan minnesota problem solving strategy?
B. METODOLOGI Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka metode penelitian yang digunakan adalah dalam bentuk studi literatur. Studi literatur digunakan untuk menelaah kurikulum Fisika SMA untuk memahami standar kompetensi dari materi pokok yang telah dirumuskan dalam kurikulurn. Selanjutnya menelusuri problem solving skills apa saja yang hams dimiliki siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah-masalah Fisika khususnya untuk unit Dinarnika. Mengingat materi pokok yang digariskan dalam kurikulurn saling kait clan merupakan kelanjutan unit-unit tertentu maka ditetapkan penelusuran problem solving
skills ini untuk materi pokok unit Mekanika khususnya Dinamika. Problem solving skills
ini dibuat secara rinci dalam sebuah buku yang terpisah.
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
Pembahasan draf problem solving skills Fisika SMA yang telah dirumuskan melibatkan para pakar sejawat. Saran atau kritik dari pakar tersebut dijadikan rnasukan bagi penyempurnaan hasil penelusuran problem solving skills ini. Problem solving skills yang diperoleh selanjutnya digunakan dalam menyelesaikan soal-soal Dinamika dalam bentuk indirect probem menggunakan minnesota problem solving strategy.
Diharapkan melalui studi literatur dihasilkan sekurnpulan
ski1 yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan problem solving skills siswa saat memecahkan soal-soal indirect khususnya unit Dinarnika menggunakan minnesota problem solving strategy.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan studi literatur diperoleh problem solving skills yang hams di bekali kepada siswa untuk materi Dinamika. Secara umum dalam menyelesaikan soal Dinamika diperlukan skil-ski1 antara lain: Memvisualisasikan soal dan mengidentifkasi besaran fisika yang diketahui dan ditanya. Menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada benda menggunakan diagram bebas. Memahami perbedaan sifat besaran skalar dengan vektor. Mengkonversi satuan yang beragam pada satuan yang sejenis. Menurunkan rumus-rumus
umum untuk mendapatkan rumus yang khusus sesuai masalah yang dipecahkan. Menggunakan rumusan khusus dalam penyelesaian soal dan mengevaluasi kebenaran penyelesaiannya. Contoh khusus adalah aplikasi hukum I1 untuk masalah massa pada bidang miring. Skil-ski1 yang hams dimiliki siswa meliputi: a. Kemarnpuan mengidentifikasi besaran fisika yang diketahui dan ditanya
b. Membuat diagram bebas, termasuk: (1). Menetapkan surnbu koordinat yang dapat memudahkan perhitungan (sesuai
bidang dimana benda berada, bidang miring atau datar). (2). Menentukan dan menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada benda dengan perbandingan skala yang benar.
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
(3). Menguraikan gaya-gaya yang membentuk sudut atas komponen-komponen-
nya dengan perbandingan skala yang benar (4), Menentukan resultan gaya sepanjang surnbu x dan surnbu y untuk benda yang
(5). Mengkombinasikan persamaan
x
F, = 0;
x
F, = 0 untuk mencari besaran
yang akan dicari c. Menggunakan hukurn newton 2 untuk menentukan percepatan benda d. Menggunakan persamaan gerak lurus berubah beraturan untuk mendapatkan 1 2 ", - "0 , x=xo +vat+-at besaran yang ditanya a = At 2
Contoh penyelesaian soal Dinamika menggunakan minnesota problem solving strategy dengan 5 langkah kegiatan yaitu: (1). Focus the Problem, (2). Describe the
Physics, (3). Plan the Solution, (4). fiecute the Plan dan (5). Evaluate the Answer adalah sebagai berikut: Sebuah balok 8 kg terletak pada bidang miring yang licin (tanpa esekan), sebuah gaya F sejajar bidang dikerjakan pada balok dengan arah ke atas (sin 3 7 = 0,6 dan g = 10 d?). Berapa besar gaya F jika bergerak dengan a. Kecepatan tetap b. Percepatan 0,2 m/s2 hatas c. Percepatan 0,2 m/s2 kzbawah (Marthen Kanginan, IA, ha1 177, no 40)
5i
Penvelesaian
1. Inti Permasalahan
Keadaan sistem : Bidang miring licin berarti tidak merniliki gaya gesekan. Kerniringan bidang = a = 37'. Massa benda yang bergerak di atas bidang miring adalah m = 8 kg Yang akan ditentukan adalah besar gaya F yang hams diberikan pada benda dengan massa m yang berada pada bidang miring untuk beberapa kondisi yaitu: a Saat kecepatan tetap b. Untuk benda yang mengalami percepatan 0,2 m/s2 dengan arah ke atas.
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
c. Untuk benda yang mengalami percepatan 0,2 m/s2 dengan arah ke bawah. Pendekatan yang digunakan: a. Uraikan gaya-gaya yang bekerja pada bidang miring menggunakan diagram gaya bebas. b. Gunakan hukurn I1 Newton
2. Gambarkan situasi fisikanya menggunakan diagran bebas. Gunakan bidang miring sebagai sumbu x dan normal terhadap bidang miring sebagai surnbu y. Tentukan besar komponen gaya untuk setiap koordinat. Gaya arah ke atas diberi tanda positif, ke bawah negatif. W,=-wsin37 wy=-wcos37 N=wcos37 Target Kuantitas F=? Hubungan kuantitatif a. C Fx = m a (untuk gerak yang memiliki percepatan) b. Z F, = 0 (untuk gerak dengan kecepatan konstan)
3. Rencana Solusi a. Besar gaya F jika v konstan berarti a = 0 CFx=O F-wsin37=O F = w sin 37 b. Besar gaya F jika a = + 0,2 rn/s2 CF,=ma F-wsin37=ma F=ma+wsin37 c. Besar gaya F jika a = - 0,2 m/s2 F- w sin 37 = m (-a) F=wsin37-ma Satuan F = Newton
4. Solusi Soal a. Besar gaya F jika v konstan, a = 0
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat bantuan dana penelitian Hibah A2 jurusan Fisika pada tahun 2006.
DAFI'AR PUSTAKA 1. Asma. N, Adlis, (1 998), Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui penerapan Metode Penyelesaian Soul secara Sistematis, laporan penelitian, IKIP Padang: Padang. 2. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, htt~://www.dikmenum.no. id/article.~h~?readId=70#. Diakses tanggal 16 april2005. 3. DeMuth.D, A Logical Problem Solving Strategy, http://webuser.~hvsics.urnn.edu/-demuthlpp/problemsolving-html,diakses tanggal 15 februari 2005. 4. Domelen. D.V, Problem-Solving Strategies: Mapping and Prescriptive Methods, Department of Physics, The Ohio State University, Columbus, Ohio. 5. Diauhari. M,A (2001), Arah Pengembangan Kurikulum Bidang MIPA, makalah, MIPANET, FMIPA dan FBI0 UGM, Yogyakarta, 30 Agustus - 1 September 2001. 6. Edward W. T, Marr.J, and Wa1ker.N ,Enhancement of Intuitive Reasoning, Schools of Physics and Psychology , Georgia Institute of Technology, Atlanta, Ga 30332, http://fie.engrng.pitt.edu/fie95/3c3/3c32/3c32.htl,diakses tanggal 27 Desember 2005. 7. Foster.T, (2000), The Development OjfStudents'Problem-Solving Skill From Instruction Emphasizing Qualitative Problem-Solving, Thesis, University of Southern Illinois. 8. Frand.J.L, (1979), http://www.utexas.edu/student/utlc/), diakses tanggal 3 November 2005. 9. Heller. P and Hollabau~h.M, (1992), Teachingproblem solving through cooperative grouping. Part 2: Designing problems and structuring groups, American Journal of Physics, 60: 637-644 http://~ou~s.~h~sics.umn.edul~h~sed/ReCGPS/FAcps.html, diakses tanggal 30 november 2005 10. Heller.P, Ronald.K, Anders0n.S (1992), Teaching Group Solving Through Cooperative Grouping. Parti I: Group Versus Individual Problem Solving, American Journal of Physics, Vol. 60, No. 77, pp 627-636. 11. Heller. P and Hel1er.K (1994), The Competent Problem Solver, A Strategyfor Solving Problems in Physics, University of Minnesota, School of Physics & Astronomy, ( h t t ~ : / / w e b u s e r s . ~ h y s i c s . u m n . e d u / - d e m u t ~ b l esolving.htm1) m diakses tangggal 2 februari 2005.
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG
12. Hel1er.P and Heller.K, Cooperative Group Problem Solving in Physics, University of Minnesota, http://~oups.physics.umn.eddphyse~earchlCGPS/GreenBook.html diakses pada tanggal 30 November 2005. 13. Hollabaunh. M, (1995), Physics Problem Solving In Cooperative learning Groups, Thesis, University of Mineshota. 14. Hollabaunh.M, Physics Problem Solving Strategy, http://facultv.nomandale.edd-ph~sics/Hallabaurobsov.htm, diakses tanggal 20 desember 2005. 15. Penelusuran Dan Pengembangan Problem Solving Skills Fisika Siswa Di Sman 1 Pariaman 16. Numan.M, (1998),Eflect Of Explicit Problem Solving Instructions On The Problem Solving Performance And Conceptual Understanding Of Introductory College Physics, http://flux.aps.org/meetings/YR98/BAPSAPR98/abs/S390. htrnl#SD3.03 7 diakses tanggal 3 September 2005. 17. P1otzner.R .et.al, The Exchange of Information on the Basis of Knowledge about Qualitative and Quantitative Aspects in Physics, http://www4.psycholopie.unifreiburg.de/sinnatures/~loetz/~roiekte/~h~sik.htm/= diakses tanggal 28 januari 2006. 19. Styer-D, Oberlin College Physics Department; http://www.oberlin.edu/ph~sics/dstyer/SolvinnProblerns. html) diakses tanggal 23 Agustus 2005 20. Ut0mo.T dan Ruiiter (1994), Peningkatan dan Pengambangan Pendidikan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utarna. 2 1. ......., Developing problem solving skills, http://www.ph.utexas.edu/-itiq/selectio~l,diakses tanggal 20-1 1-2005. 22. http://~oups.phvsics.umn.eddph~sed/Research/CGPS/trdvscoop.htm, diakses tanggal 4 Desember 2006
SEMINAR NASIONAL FISIKA 23-24 AGUSTUS 2008 DI PADANG