JURNAL NANGGROE ISSN 2302-6219 Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
ARTIKEL LEPAS
Penyelesaian Masalah Berkonflik dengan Hukum
Anak
yang
Husni1
Abstrak
Correspondence:
[email protected] 1.
Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
Anak merupakan aset bangsa, sebagai bagian dari generasi muda anak berperan sangat strategis sebagai suksesor suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita – cita perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadari oleh masyarakat Internasional untuk melahirkan sebuah konvensi yang intinya menekankan posisi anak sebagai makhluk manusia yang harus mendapatkan perlindungan atas hakhak yang dimilikinya. Perlindungan yang diberikan terhadap anak harus diberikan secara menyeluruh, jadi masalah perlindungan hukum bagi anak tidak hanya perlindungan hukum dalam proses peradilan, tetapi mencakup spektrum yang sangat luas. Dalam ketentuan perundang-undangan di Indonesia, masalah perlindungan hukum terhadap anak di atur dalam Undang-undang N0. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak , Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradila Pidana Anak, , dan Undang–undang No. 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak.
Kata Kunci: Anak, Berkonflik dengan Hukum
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 36
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
LATAR BELAKANG
Berkaitan dengan anak yang berkonflik
dengan
hukum
maka
Pemerintah berupaya mewu-
lahirlah UU No. 3 tahun 1997
judkan kesejahteraan masyarakat
Tentang Pengadilan Anak sebagai
agar tercipta suasana aman, tentram
hukum pidana khusus yang mencoba
dan makmur seperti yang tersirat
melakukan
dalam
ketentuan yang mengatur masalah
tujuan
nasional
bangsa
penyimpangan
dari
Indonesia yang tercantum dalam
anak
Pembukaan Undang-undang Dasar
sebagaimana diatur dalam Kitab
1945 alenia IV yakni mewujudkan
Undang
masyarakat
ber-
(KUHP) maupun secara formil dalam
dasarkan Pancasila. Hal tersebut
Kitab Undang Undang Hukum Acara
mencakup seluruh aspek kehidupan
Pidana
masyarakat baik individu maupun
perkembangannya
kelompok, baik individu yang sudah
pengadilan Anak tersebut diganti
dewasa maupun yang masih anak-
dengan UU No. 11 Tahun 2012
anak.
tentang Sistem Peradilan Pidana
adil
makmur
Anak merupakan aset bangsa, sebagai bagian dari generasi muda anak
berperan
sebagai Dalam
sangat
suksesor konteks
strategis
suatu
bangsa.
Indonesia,
anak
adalah penerus cita–cita perjuangan oleh
Internasional sebuah
untuk
konvensi
secara
Undang
materil
Hukum
(KUHAP).
Anak,
Namun
Pidana
dalam
undang-undang
karena
dinilai
memiliki
banyak kelemahan dan dianggap tidak
memihak
memberikan
dan
tidak
perlindungan
hukum
kepada anak yang berkonflik dengan hukum.
bangsa. Peran strategis ini telah disadari
baik
Adapun
yang
dimaksud
masyarakat
dengan
melahirkan
dengan hukum adalah anak yang
yang
anak
yang
berhadapan
intinya
berkonflik dengan hukum, anak yang
menekankan posisi anak sebagai
menjadi korban tindak pidana, dan
makhluk
harus
anak yang menjadi saksi tindak
mendapatkan perlindungan atas hak-
pidana. Sedangkan yang dimaksud
hak yang dimilikinya.
dengan anak yang berkonflik dengan
manusia
yang
hukum adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 37
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
belum berumur 18 (delapan belas)
pornografi, perdagangan anak
tahun yang diduga melakukan suatu
dan pelacuran anak,
perbuatan yang dapat dikategorikan
5. perlindungan
sebagai suatu tindak pidana.
terhadap
anak-
anak jalanan, 6. perlindungan anak dari akibat
Perlindungan yang diberikan terhadap
anak
harus
diberikan
konflik bersenjata, dan 7. perlindungan anak dari tindakan
secara menyeluruh, jadi masalah
kekerasan.
1
perlindungan hukum bagi anak tidak hanya perlindungan hukum dalam
Dalam
Commentary
yang
proses peradilan, tetapi mencakup
terdapat di bawah Rule 5.1 dari The
spektrum yang sangat luas. Dalam
Beijing Rules,2 juga menunjuk pada
berbagai
dokumen
internasional
dua tujuan atau sasaran yang sangat
bahwa
perlindungan
penting yaitu:
didapatkan
hukum bagi anak dapat mencakup
1. memajukan
berbagai aspek, anatara lain:
anak,dan
1. perlimdungan terhadap hak-hak
2. prinsip proporsionalitas.3
asasi dan kebebasan anak, 2. perlindungan
Dalam ketentuan perundang-
kesejahteraan
anak, 3. perlindungan
kesejahteraan
undangan
di
Indonesia,
masalah
perlindungan hukum terhadap anak dalam
di atur dalam Undang-undang N0. 4
penahanan,
Tahun 1979, tentang kesejahteraan
perampasan kemerdekaan, dan
anak , Undang-undang No. 3 Tahun
perlindungan anak dalam proses
1997 tentang Peradilan Anak, yang
peradilan,
kemudian diganti dengan Undang-
masalah
anak
4. perlindungan anak dari segala
undang
Nomor
11
bentuk eksploitasi, perbudakan,
tentang
Sistem
Peradila
Tahun
2012 Pidana
Anak, dan Undang–undang No. 23 1
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1998, hal 156
2
Standard Minimum Rules for the administration of Juvenile Justice, 1985
3
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: alumni, 1992, hal 112
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 38
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak, Dalam Konsideran Undangundang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1997, Tentang Pengadilan Anak dalam sub b pertimbangannya menyebutkan: Bahwa untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan". Dengan dikatakan
demikian bahwa
dapat dengan
berlakunya Undang-undang sistem peradilan pidana anak, maka tidak ada alasan lagi yang dijadikan sebagai
dasar
hukum
untuk
melakukan kriminalisasi perbuatan nakal yang dilakukan oleh anak. Begitu juga seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang No.
23
Tahun
2002
tentang
Perlindungan Anak. Perlindungan
secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran. Dari uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa anak sebagai bagian
dari
generasi
muda,
merupakan potensi dan penerus perjuangan bangsa, yang mempunyai hak
dan
bangsa
kewajiban dan
memerlukan
membangun
negara
di
mana
perlindungan
dari
berbagai bahaya yang mengganggu perkembangannya.
Kasus-kasus
kejahatan
yang melibatkan anak sebagai pelaku
tindak
kejahatan
membawa fenomena tersendiri.
khusus bagi anak yang berkonflik
Mengingat anak adalah individu
dengan hukum tercantum dalam
yang masih labil emosinya, maka
pasal 59 yang yang berbunyi:
penanganan dengan
“Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi
kasus
pelaku
mendapat anak
hukum
yang
menyangkut hak-hak
anak
perhatian
Perlindungan
kejahatan
di
perlu khusus.
terhadap dalamnya
kepentingan
anak
maka
dan
cita-cita
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 39
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
hukum,
abstrak
gagasan
dan
penyelenggaraannya lewat sistem
dapat
peradilan pidana anak (juvenile
ketentuan
justice system). Asas-asas dasar
yang
itu antara lain yaitu: Pertama,
mengatur masalah hak-hak anak
kepentingan terbaik anak harus
pada umumnya, apalagi Indonesia
menjadi prioritas utama. Kedua,
telah meratifikasi konvensi hak-
hak-hak anak pelaku delekuen
hak anak (Convention on the
harus tetap diperhatikan dalam
Right of Children) lewat Keppres
penyelenggaraan
No. 36 Tahun 1990. Dengan
dilan pidana anak, asas praduga
meratifikasi
ini,
tak bersalah, asas parens patriae,
kewajiban
asas proporsionalitas, asas-asas
dokrin-dokrin dilepaskan
tak dari
perundang-undangan
Indonesia
konvensi memiliki
pera-
untuk memenuhi hak-hak bagi
yang
semua anak tanpa terkecuali,
kembangan kejiwaan anak, asas
salah satu hak anak yang perlu
perlindungan privacy anak, asas
mendapat
dan
perlindungan anak dari stigma-
perlindungan adalah hak anak
tisasi.5 Asas-asas tersebut di atas,
perhatian
yang berkonflik dengan hukum.
4
menyangkut
sistem
haruslah
terekpresikan
norma-norma Asas-asas
perlindungan
hak-hak anak dan kesejahteraan
anak,
aspek
baik
dalam
hukum hukum
per-
pidana materiil
maupun hukum formilnya.
anak tidaklah dapat dilepaskan dari asas-asas dasar perlindungan
Kehadiran berbagai perang-
hak-hak anak pelaku delinkuen
kat hukum dalam Sistem Peradilan
(juvenile
delinquen)
yang
Pidana Anak di Indonesia seperti UU
ditangani
lewat
penerapan
No. 3 tahun 1997 tentang Peradilan
hukum
pidana
anak
yang
4
Lingga Setiawan, Konvensi Hak Anak dan Bangsa Yang Beradab, Kompas, 24 Februari 2006
5
Paulus Hadi Saputro, Stigmatisasi: Faktor Korelasional Kriminogen
Anak, yang kemudian diganti dengan
Perilaku Delikuensi Anak , Makalah DalamSemiloka Nasional Konsep dan Sistem Peradilan Anak di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 14 Agustus 2005
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 40
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
UU
2012
No.11 Tahun
Tentang
Namun karena perlindungan
system peradilan pidana anak, UU
terhadap anak (termasuk anak yang
N0.
berhadapan dengan hukum) menjadi
4
Tahun
1979
tentang
kesejahteraan anak maupun UU No.
suatu
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Undang-undang
Anak, belum membawa perubahan
Pidana anak, pemerintah mencoba
yang signifikan bagi perlindungan
untuk mengimplementasikan keadil-
anak pada umumnya dan bagi anak
an restorative melalui diversi dalam
pelaku
delekuen
menyelesaikan masalah anak yang
berada
dalam
Sistem
Pidana
Anak
(juvenile
yang
tengah
Peradilan
keharusan,
Sistem
Peadilan
justice
Sehubungan perlindungan
Ketika Undang-undang No. 3 1997
belum
bisa
dilihat
sebagai suatu sistem hukum pidana anak, karena undang-undang ini belum mampu memposisikan dirinya sebagai hukum pidana anak materiil, hal
melalui
berkonflik dengan hukum.
system).
Tahun
maka
ini
tampak
substantive
yang
dari
ketentuan
terkandung
di
anak,
maka
anak
lewat
penetaan
tentang
tujuan
hal
ini
peradilan
managerial
kelem-
bagaannya dan penataan lembaga yang
mendukung
undang No.
ketentuan
dalam
pidana anak masih memerlukan
sama
dijumpai
terhadap
sistem
ketentuan
tidak
hukum
penyelenggaraan hukum pidana
dalamnya, dalam undang-undang ini sekali
dengan
Ketentuan
bekerjanya
substantif
Undang-
11 Tahun
2012.
substantive
yang
pemidanaan terhadap anak dan apa
memerlukan dukungan lembaga
yang
kenakalan
seperti; penyidik anak, penuntut
anakpun masih harus mengacu pada
umum anak, hakim anak dan
disebut
sebagai
KUHP. Sehingga secara substansial dapat dikatakan bahwa Undangundang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak
cenderung
dikatagorikan sebagai Hukum Pidana
lembaga
pemasyarakatan/
pembinaan anak, sehingga anak pelaku memperoleh
delekuen perlakuan
tidak yang
Anak Formil atau Hukum Acara
buruk dalam proses peradilan
Pidana Anak.
pidana (juvenile justice proces).
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 41
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
PERMASALAHAN
peradilan
pidana
khususnya
dinyatakan dalam Artike1 37 dan Kenyatan-kenyataan sebagaimana
dikemukakan
di
atas,
40.6 Sebagai pengimplementasian secara
optimal
prinsip-prinsip
memaksa kita untuk tidak terlalu
Konvensi Hak-hak Anak, pemerintah
berharap
Indonesia
Peradilan
banyak Pidana
dari
Sistem
Anak
telah
meratifikasi
(juvenile
konvensi hak-hak anak (Convention
justice system) yang ada, kecuali
on the Right of Children) melalui
penderitaan
jangka
Keppres No. 36 Tahun 1990 dan
panjang bagi anak pelaku delekuen.
membentuk Undang-undang Nomor 3
Bertitik tolak dari hal yang demikian,
Tahun
maka
Anak, yang dalam perkembanganya
dan
efek
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hukum
diganti
perlindungan
terhadap
anak
yang
berkonflik dengan hukum? 2. Bagaimanakah
penyelesaian
masalah anak yang berkonflik dengan hukum?
tentang
dengan
Pengadilan
Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem Peradilan
Pidana
dilakukan
Anak.
Hal
sebagai
ini
wujud
perlindungan hukum terhadap anak yang berkonflik dengan hukum atau anak peleku delinkuen. Dalam Konvensi Hak-hak anak
PEMBAHASAN
(Convention
Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum Dalam
1997
Konvensi
Hak-hak
Children),
of
the
hak-hak
Right anak
of yang
berkonflik dengan hukum diatur dalam Pasal 37 ayat b, pasal 37 ayat c dan pasal 40. Dalam pasal 37 ayat
Anak dinyatakan bahwa setiap anak
b
berhak atas perlindungan, mencakup
menyatakan :
Konvensi
Hak-hak
anak
perlindungan dari segala eksploitasi, perlakuan
kejam
sewenang-wenang 6
dan
perlakuan
dalam
proses
“Tidak seorang anakpun akan dirampas kemerdekaannya secara tidak sah dan sewenang-wenang.
Barda Nawawi Arief, Peradilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar Maju,1997, hal 72
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 42
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
penangkapan, penahanan ataupun penghukuman seorang anak harus sesuai dengan hukum dan akan diterapkan sebagai upaya terakhir dan untuk jangka waktu yang paling pendek”.
aturan tersebut tidak member ruang kepada
anak
yang
berhadapan
dengan hukum untuk mendapatkan keadilan
restoratif,
yaitu
penyelesaian perkara pidana dengan ayat
Sementara dalam Pasal 37
melibatkan pelaku, korban, keluarga
c
pelaku/korban dan pihak lain yang
Konvensi
Hak-hak
anak
menyatakan bahwa:
terkait untuk bersama-sama mencari
“Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya akan diperlakukan secara manusiawi dan dihormati martabat kemanusiaanya dan dengan memperhatikan kebutuhankebutuhan orang seusianya”. Sedangkan dalam pasal 40 Konvensi
Hak-hak
anak
menye-
butkan, bahwa:
Di Indonesia perlindungan berkonflik
yang
menekankan
pemulihan
terhadap
anak
yang
dengan
hukum
untuk
adil
dengan kembali
pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Dalam
hal
ini
perlakuan
selama proses Peradilan Pidana Anak harus memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan
“Negara-negara peserta mengakui hak setiap anak yang disangka, dituduh atau diakui sebagai telah melanggar undang-undang hukum pidana untuk diperlakukan dengan cara yang sesuai dengan peningkatan martabat dan nilai anak, yang memperkuat penghargaan anak pada hak-hak azazi manusia dan kebeasan dasar dari orang lain dengan memperhatikan usia anak dan hasrat untuk meningkatkan penyatuan kembali/reintegrasi anak dan peningkatan peran yang konstruktif dari anak dalam masyarakat”.
hukum
penyelesaian
menjunjung
anak tinggi
dan harkat
tetap dan
martabat anak tanpa mengabaikan terlaksananya keadilan, dan bukan membuat nilai kemanusiaan anak menjadi lebih rendah, begitu juga pemeriksaan terhadap anak harus dalam suasana kekeluargaan, setiap anak
berhak
didampingi
oleh
penasehat hukum, tempat tahanan anak harus terpisah dari tahanan orang dewasa, penahanan dilakukan setelah sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan atau
kepentingan
masyarakat,
pertama kalinya diatur di dalam
hukuman yang diberikan tidak harus
Undang-undang No. 3 Tahun 1997
dipenjara /ditahanan melainkan bisa
tentang Pengadilan Anak, namun
berupa hukuman tindakan dengan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 43
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
mengembalikan anak keorang tua atau
walinya
serta
pasal-pasal
lainnya yang cukup memberikan perlindungan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum.
b. Penyediaan
petugas
pendamping
khusus anak
sejak dini; c. Penjediaan
sarana
dan
prasarana khusus;
Selanjutnya Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi manusia (HAM) pada Pasal 66 juga mengatur hak anak yang berkonflik
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk
kepentingan
yang
terbaik bagi anak; e. Pemantauan dan pencatatan
dengan hukum. Demikian juga dalam
terus
menerus
Undang-undang No. 23 Tahun 2002
perkembangan
tentang perlindungan anak dalam
berhadapan dengan hukum; f. Pemberian
pasal 64 mengatur tentang:
terhadap anak
jaminan
yang
untuk
mempertahankan hubungan (1) Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak
korban
merupakan
tindak kewajiban
pidana dan
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
orang
tua
atau
keluarga dan g. Perlindungan dari pemberian identitas
melalui
media
massa dan untuk menghindari labelisasi. (3) Perlindungan khusus bagi anak yang
menjadi
korban
tindak
pidana sebagaimana dimaksud
(2) Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana
dengan
dimaksud
dalam
ayat (1) dilaksanakan melalui : a. Perlakuan atas anak secara manusiawi dengan martabat dan hak-hak anak.
dalam
ayat
(1)
dilaksanakan
melalui: a. upaya
rehabilitasi,
baik
dalam lenbaga maupun diluar lembaga; b. upaya
perlindungan
pemberitaan
dari
identitas
melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi;
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 44
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
c. pemberian jaminan kesela-
bukan untuk dihukum melainkan
matan bagi saksi korban dan
harus
saksi ahli, baik fisik, mental,
pembinaan, sehingga terwujudnya
maupun sosial; dan
keadilan yang restorative.
d. pemberian
diberi
bimbingan
dan
aksesibilitas
untuk
mendapatkan
masi
mengenai
Selanjutnya
infor-
perkem-
berkaitan
dengan proses penyelesaian masalah anak yang berkonflik dengan hukum,
bangan perkara”.
harus
dilakukan
Penyelesaian Masalah Anak yang
ketentuan
Berkonflik dengan Hukum
Undang-undang pidana
Sebelum berlakunya UU No.
yang
sesuai
dengan
diatur
dalam
sistem
anak,
peradilan
dimana
dalam
menyelesaikan masalah anak yang
11 Tahun 2012 Tentang sistem
berkonflik
peradilan pidana anak, maka upaya
mengutamakan pendekatan keadilan
penyelesaian masalah anak yang
resroratif dan selalu mengupayakan
berkonflik
dengan
tindakan diversi.
dilakukan
dalam
peradilan
masih
konteks
sistem
anak
yang
pidana
konvensional, bahwa
hukum
padahal
pengadilan
diketahui
konvensional
bukun cara terbaik atasi anak pelaku
dengan
Diversi penyelesaian
hukum
adalah perkara
selalu
pengalihan anak
dari
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.7
delekuen. Oleh karena itu kehadiran Adapun yang menjadi tujuan
UU No, 11 tahun 2012 tentang system
peradilan
pidana
anak,
mengakomodasikan ketentuan yang memungkinkan adanya diskresi dan diversi (restorative justice) dalam penanganan anak peleku delinkuen,
upaya diversi adalah:8 a. Mencapai perdamaiaan antara korban dan anak b. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan
sehingga penghukuman bagi anak bukan salah satu solusi, karena anak 7
Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak.
8
Pasal 6 Undang undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 45
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
c. Menghindari
anak
dari
perampasan kemerdekaan, d. mendorong
masyarakat
penanganan kasus-kasus anak yang untuk
berpartisipasi, dan e. menanamkan
sedangkan diversi adalah pengalihan diduga
telah
melakukan
tindak
pidana dari proses formal dengan
rasa
tanggung
jawab kepada anak.
atau
tanpa
syarat,
sedangkan
keadilan restorative adalah proses dimana semua pihak yang terlibat
Dalam hal melakukan proses
dalam suatu tindak pidana bersama-
diversi, harus berpedoman pada
sama memecahkan masalah dan
ketentuan pasal 8 Undang undang
bagaimana
Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu
dimasa yang akan datang.
dilakukan
melalui
menangani
akibatnya
musyaewarah
dengan melibatkan anak dan orang
Program
diversi
dapat
tua/walinya, korban dan orang tua
menjadi bentuk keadilan restoratif
atau walinya.
jika :
Menurut Sri Yudha Ningsih,9
a. mendorong
anak
proses peradilan pidana anak harus
bertanggung
dilakukan
perbuatannya;
secara
Restorative
untuk
jawab
atas
justice. Restorative justice, adalah
b. memberikan kesempatan bagi
bentuk penyelesaian konflik anak
anak untuk mengganti kesalahan
dengan
yang dilakukan dengan berbuat
hukum
berdasarkan
partisipasi masyarakat. Jadi kasus-
kebaikan bagi si korban;
nya tidak sampai ke pengadilan dan
c. memberikan kesempatan bagi
diproses secara hukum, tapi cukup
sikorban untuk ikut serta dalam
diselesaikan pada tingkat forum atau
proses;
komunitas di masyarakat dengan jalan
kekeluargaan,
merupakan
d. memberikan kesempatan bagi anak
untuk
salah satu langkah yang tepat bagi
mempertahankan
penyelesaian kasus-kasus anak yang
dengan keluarga; dan
berkonflik
9
dengan
dapat hubungan
hukum,
Sri Yudha Ningsih, pengadilan Konvensional Bukan Cara Terbaik Atasi Anak Pelanggar Hukum,
diakses dari http// pikiran Rakyat. Com.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 46
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
e. memberikan kesempatan bagi
membedakan penyelesaian perkara
rekonsiliasi dan penyembuhan
pidana dengan perkara perdata,
dalam masyarakat yang dirugikan
semua perkara dapat diselesaikan
oleh tindak pidana.
secara musyawarah dengan tujuan untuk mendapatkan keseimbangan
Konsep restorative justice
atau pemulihan keadaan.
telah muncul lebih dari 20 tahun yang
lalu
sebagai
alternatif
Dengan menggunakan konsep
penyelesaian perkara pidana dengan
restorative
justice,
pelaku
diharapkan
adalah
anak.
Kelompok
Kerja
hasil
yang
berkurangnya
Peradilan Anak Perserikatan Bangsa-
jumlah anak-anak yang ditangkap,
bangsa
ditahan,
(PBB)
mendefinisikan
dan
restorative justice sebagai suatu
menghapuskan
proses
mengembalikan
semua
pihak
yang
divonis
penjara;
stigma/cap anak
dan
menjadi
berhubungan dengan tindak pidana
manusia normal sehingga diharapkan
tertentu duduk bersama-sama untuk
dapat berguna kelak di kemudian
memecahkan masalah dan memikir-
hari; pelaku pidana anak dapat
kan bagaimana mengatasi akibat di
menyadari kesalahannya, sehingga
masa yang akan datang.
tidak
mengulangi
mengurangi Proses
restorative
beban
perbuatannya kerja
polisi,
justice
jaksa, rutan, pengadilan, dan Lapas;
pada dasarnya dilakukan melalui
menghemat keuangan negara tidak
diskresi (kebijaksanaan) dan diversi,
menimbulkan rasa dendam karena
yaitu
proses
pelaku telah dimaafkan oleh korban
peradilan pidana ke luar proses
korban cepat mendapatkan ganti
formal untuk diselesaikan secara
kerugian; memberdayakan orang tua
musyawarah.
dan masyarakat dalam mengatasi
pengalihan
Penyelesaian
dari
melalui
musyawarah sebetulnya bukan hal
kenakalan anak dan; pengintegrasian kembali anak ke dalam masyarakat.
baru bagi bangsa Indonesia. Sebelum
Adapun
sebagai
mediator
pendudukan Belanda, bangsa kita
dalam musyawarah dapat diambil
sudah memiliki hukum sendiri, yaitu
dari
hukum adat. Hukum adat tidak
terpercaya dan bila kejadiannya di
tokoh
masyarakat
yang
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 47
ISSN 2302-6219
sekolah
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
dapat
dilakukan
kepala
sekolah atau guru.
bukanlah
satu-satunya
cara
penyelesaian kasus anak. 2. Diperlukan
Restorative justice merupa-
adanya
pedoman
tentang prosedur penangkapan
kan upaya alternatif menyelesaikan
maupun
masalah
berkonflik
tersangka anak yang berorientasi
dengan hukum karena tidak melalui
pada UU Sistem Piradila Pidana
mekanisme Sistem Peradilan Pidana
Anak, UU Perlindungan Anak,
Anak,
maupun
anak
dan
yang
upaya
diakomodasikan
ini
dalam
sudah Undang-
Undang No. 11 Tahun 2012 sebagai
penahanan
terhadap
instrumen-instrumen
internasional lainnya. 3. Diperlukan adanya pedoman bagi
hukum acara pidana anak, dan sudah
Penyidik
diterapkan
kreteria maupun prosedur dalam
masalah
dalam
anak
menyelesaikan
yang
berhadapan
dengan hukum.
sebagaimana yang dikemukakan di maka
diperlukan
langkah
guna
berbagai
mendorong
dilakukannya diversi. Dalam rangka mendorong
yang
menggunakan
berisi
kewenangan
diskretionernya untuk melakukan
Berdasarkan pada kenyataan atas,
Anak
diversi
pada
tingkat
Penyidikan oleh Polisi, diperlukan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Peningkatan pengetahuan Polisi
diversi. 4. Manajemen
Kepolisian
perlu
mengembangkan
nilai
yang
memandang
penggunaan
kewenangan diskretioner yang tepat sebagai langkah positip, daripada sebagai langkah yang perlu dimintakan pertanggungjawaban. diversi
Dengan
kata
hendaknya
lain,
dipandang
khususnya Penyidik Anak tentang
sebagai ”kewajaran” dan bukan
ekses-ekses negatif dari SPP anak
sebagai
serta manfaat dari pendekatan
(eksepsional).
non penal terhadap masalah kenakalan
anak.
Dengan
”pengecualian”
5. Diperlukan upaya untuk menjalin kerjasama, baik dengan instansi
demikian diharapkan tumbuhnya
pemerintah
terkait
maupun
keyakinan dikalangan Penyidik
dengan LSM, sebagai bagian dari
Anak bahwa prosedur hukum
upaya Polisi dalam melakukan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 48
ISSN 2302-6219
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
diversi. Dalam hal ini perlu
sistem peradilan pidana anak
dipromosikan dan dikembangkan
sebagaimana
model
restorative
Undang-undang No. 11 Tahun
(konsep
keadilan
justice
pemulihan)
sebagai solusi.
2012
diatur
sebagai
pidana
hukum
acara
yang
sudah
anak
mengakomodasikan PENUTUP
yang
dalam
ketentuan
memungkinkan
adanya
diskresi dan diversi (Restorative
Kesimpulan
justice ) yang merupakan Uupaya
1. Perlindungan
hukum
yang
alternatif
menyelesaikan
diberikan terhadap anak harus
masalah anak yang berkonflik
secara menyeluruh, jadi masalah
dengan hukum.
perlindungan hukum bagi anak tidak hanya perlindungan hukum dalam proses peradilan , tetapi
Saran 1. Perlu peningkatan pengetahuan
mencakup spektrum yang sangat
Penyidik
luas,
bukan untuk dihukum sehingga
karena
Indonesia
telah
Anak,
bahwa
anak
meratifikasi Konvensi Hak-hak
penyelesaian
Anak lewat Keppres No. 36 Tahun
melalui sarana Sistem Peradilan
1990.
Pidana Anak menjadi alternatif
Perlindungan
hukum
terhadap anak di atur dalam Undang-undang 1979,
N0.
tentang
4
Tahun
masalah
anak
penyelesaian masalah. 2. Perlu
adanya
upaya
untuk
kesejahteraan
menjalin kerjasama yang positip,
anak , , tentang Peradilan Anak,
baik dengan instansi pemerintah
dan
maupun
Undang–undang
Tahun
2002,
No.
23
maupun
masyarakat
tentang
dengan LSM sebagai bagian dari
Perlindungan Anak, dan Undang-
upaya polisi dalam melakukan
undang Nomor 11 Tahun2012
diversi.
Tentang system Peradilan Pidana
sosialsisasi kepada masyarakat
Anak.
bahwa
2. Penyelesaian masalah anak yang
Serte dalam
Perlu
adanya
penyelesaian
masalah anak yang berkonflik
berkonflik dengan hukum sudah
dengan
dilakukan
dikedepankan model restorative
melalui
mekanisme
hukum
harus
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015)| 49
ISSN 2302-6219
justice
Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum – Husni. (36-50)
(konsep
keadilan
pemulihan).
DAFTAR PUSTAKA Buku/Jurnal/Makalah Arief, Barda Nawawi, Peradilan anak di Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 1997 ----------, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1998 ----------, Bunga Rampai Kebijakan hukum Pidana, Bandung: Citra aditya Bhakti, 2002 ----------, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2003 Hadi Saputro, Paulus, Stigmatisasi: Faktor Korelasional Kriminogen Perilaku Delikuensi Anak, Makalah Semiloka Nasional Konsep dan Sistem Peradilan Anak di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 14 Agustus 2005 ----------, Pembaharuan Hukum Pidana Anak Di Indonesia, Makalah Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, 23 April 2005 Ningsih, Sri Yudha, Pengadilan Konvensional Bukan Cara Terbaik Atasi Pelanggar Hukum, di Akses dari http// Pikiran Rakyat.Com.
M. Billah, Hak Anak dan Kekerasan Terhadap Anak, Newsletter, Jejaring HAM, Edisi No. 1/Thn.II/Januari/2006 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1992 Setiawan, Lingga, Konvensi Hak Anak Dan Bangsa Beradab, Kompas 24 Februari 2006 Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta : Rineka Cipta, 1991 Peraturan Perundang-Undangan Standard Minimum Rules for the administration of Juvenile Justice, 1985 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 3143 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165 Undang–undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang–undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana anak.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 2 (Agustus 2015) | 50