10 AgroinovasI
Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Tanaman garut (sering pula disebut irut atau patat merupakan tanaman yang menghasilkan umbi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, pakan, dan industri karena mengandung karbohidrat yang cukup banyak. Tepung dari umbi garut memiliki kelebihan dibandingkan dengan tepung dari umbi lain, yaitu tepung garut memiliki indek klikemik dan senyawa gluten yang rendah. Indek glikemik yang rendah baik untuk konsumsi bagi penderita diabetes dan senyawa gluten yang rendah baik untuk penderita autis. Industri makanan rumahan telah memanfaatkan umbi garut dengan membuat keripik/emping yang berasal dari umbi garut. Di samping itu, tepung garut dimanfaatkan sebagai bahan industri tekstil, perekat, farmasi, dan kosmetik. Tepung garut juga sangat baik untuk makanan bayi dan penderita gangguan pencernaan. Oleh karena itu, pengembangan tanaman garut memiliki prospek yang sangat baik untuk agribisnis. Koleksi plasma nutfah garut yang telah dimiliki BB Biogen sekitar 30 varietas lokal berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Karakter kualitatifnya seperti warna daun tidak menunjukkan keragaman yang berarti. Pada warna daun terdapat satu aksesi saja yang mempunyai warna belang hijau dan putih (variegata), sedangkan aksesi lainnya berwarna hijau. Tanaman garut dengan daun variegata dapat pula dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Pada karakter kuantitatif tanaman, seperti hasil umbi dan kandungan pati terdapat keragaman yang cukup tinggi. Hasil karakterisasi plasma nutfah garut yang telah dilakukan dengan menanam bibit berupa stolon (anakan) terdapat varietas lokal yang berpotensi baik, yaitu mempunyai bobot umbi berkisar antara 1,0–1,1 kg/rumpun dengan jumlah umbi mencapai 12-20 buah per rumpun. Pada budi daya tanaman garut yang ditanam dengan populasi 20.000 tanaman/ha maka budidaya tanaman garut memiliki potensi hasil lebih dari 20 ton umbi/ha. Tanaman garut dapat ditanam di bawah tegakan atau ternaungi pohon Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
11
dengan intensitas naungan 30-70%. Teknik budi daya untuk memperbaiki kesuburan tanah seperti pemupukan anorganik dan organik, penyiangan dan pembumbunan diperlukan untuk dapat menyediakan tempat tumbuh yang baik bagi pertanaman garut. Tanaman garut dapat dipanen setelah berumur sekitar 10 bulan, dengan kandungan pati dapat mencapai sekitar 22%. Dengan adanya interaksi genetik dan lingkungan, maka hendaknya varietas garut yang ditanam dipilih yang adaptif pada lingkungan setempat. Kendala peningkatan produksi garut di antaranya adalah sulitnya mendapatkan bibit dalam jumlah relatif banyak serta varietas yang cocok di daerah pengembangan produksi. Bibit yang digunakan umumnya adalah umbi atau anakan (stolon) dari tanaman. Jumlah anakan tiap rumpun yang dapat dijadikan sebagai bibit relatif sedikit, sehingga akan mengalami kesulitan bila akan membudidayakan tanaman garut dalam skala yang luas. Jumlah anakan yang dapat digunakan sebagai bibit sekitar 5 anakan tiap rumpun. Di samping itu, bibit tanaman garut berupa anakan harus segera ditanam agar tidak mati. Bibit dari umbi garut tidak dipotongpotong langsung ditanam di lahan budidaya juga dapat dilakukan, tetapi pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari anakan (Gambar 1). Selain penanaman bibit garut dengan anakan (stolon) dan umbi langsung, teknik pembibitan tanaman garut dapat menggunakan stek umbi dengan 2-3 mata tunas. Umbi garut yang akan dijadikan bibit sebaiknya dari tanaman yang telah siap dipanen sehingga umbinya telah tua (Gambar 2). Umbi dipotong-potong menjadi beberapa bagian sebagai stek umbi. Tiap bagian yang akan digunakan sebagai bibit, hendaknya memiliki 2-3 mata tunas (Gambar 3). Secara visual, potongan bagian umbi garut pada bagian ujung relatif lebih muda dibandingkan dengan potongan bagian umbi yang lain yang letaknya mendekati pangkal umbi. Sehingga dapat diduga bahwa stek umbi pada bagian pangkal lebih cepat tumbuh daripada stek umbi bagian lain, karena mungkin pada bagian pangkal umbi memiliki sumber energi untuk perkembangan tunas lebih banyak daripada bagian ujung umbi. Pananaman bibit dengan stek potongan umbi seringkali terdapat bibit
Badan Litbang Pertanian
Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
12
AgroinovasI
stek yang tidak dapat tumbuh. Oleh karena itu, stek bibit umbi disemaikan terlebih dahulu dengan membenamkan potongan-potongan umbi yang akan dijadikan bibit ke dalam tanah untuk menjaga agar stek umbi dapat tumbuh baik dan dijaga kelembaban tanahnya. Setelah bibit tumbuh sekitar 4-5 minggu setelah stek bibit dibenamkan di persemaian, baru dapat dipindahkan ke lahan untuk budidaya pertanaman garut (Gambar 4-5). Selanjutnya pemeliharaan tanaman dapat dilakukan sama seperti menanam bibit garut berasal dari anakan (stolon).
Gambar 1. Pertumbuhan tanaman garut dari bibit umbi langsung (depan) dan anakan (belakang).
Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13
Gambar 2. Pertanaman garut dan umbi saat panen
Badan Litbang Pertanian
Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLI
14 AgroinovasI
Ujung
Tengah
Pangkal Gambar 3. Potongan umbi garut bagian ujung, tengah dan pangkal umbi dengan 2-3 mata tunas untuk stek pembibitan di persemaian Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
15
Gambar 4. Pertumbuhan tunas dari stek potongan umbi di tempat persemaian bibit. Badan Litbang Pertanian
Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
16
AgroinovasI
(A) (B) Gambar 5. Pertumbuhan tunas stek umbi yang berasal dari potongan bagian pangkal (A) dan bagian ujung dan tengah (B) umbi garut umur 5 minggu. Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111 Telp. (0251) 8337975, 8339793; Faks. (0251) 8338820 E-mail:
[email protected] HP: 08151622798 Petunjuk Cara Melipat:
Cover
r ve
Co
Cover
1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid
2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.
Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLII
3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali
Cover
Cover
4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan
5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku
Badan Litbang Pertanian