PENYAKIT MENULAR PADA MANUSIA
Dr.Budiman Chandra
1
Kata Pengantar Puji dan Syukur buku Penyakit Menular Pada Manusia telah dapat kami susun dengan harapan agar buku sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita dalam menjalankan tugas kesehatan dan kedokteran dilapangan. Judul buku ini sengaja dipilih mengenai penyakit menular pada manusia agar kita dapat mengenal lebih dekat jenis penyakitpenyakit menular yang setiap saat dapat menimbulkan kesakitan pada manusia karena kesehatan lingkungan yang jelek. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tak akan luput dari masalah kesehatan lingkungan yang jelek seperti cara pembuangan sampah yang sembarangan,limbah cair yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung ke badan sungai akan mencemari lingkungan hidup manusia dan keadaan ini akan merupakan media baik terjadi penyebaran penyakit menular oleh bakteri,virus dan parasit pada manusia.
Palembang, Januari 2011 Penyusun Dr.Budiman Chandra
2
1
Penyakit Menular Pada Manusia
Introduksi Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat terutama di negara berkembang khususnya Indonesia dimana lingkungan hidupnya jelek oleh karena terjadi urbanisasasi besar – besaran dari desa ke kota,tumpukan sampah terdapat dimana – mana, polusi udara dan penyakit menular seperti Demam Berdarah Dengue sudah merebak hampir disetiap daerah dan terakhir penyakit Polio serta penyakit Avian Infleunza yang ditularkan melalui unggas dinyatakan sebagai Kasus Kejadian Luar Biasa serta sempat merengut jiwa manusia, Dalam mengantisipasi dan mencegah menyebarnya penyakit menular pada masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuat batasan/kriteria dimana suatu penyakit menular dinyatakan sebagai Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) apabila : (a) Penyakit yang terjadi sudah sangat serius dan menyebabkan ketidak - mampuan atau kematian. (b) Penyakit timbul dalam jumlah besar dan cendrung terus menerus meningkat dari waktu ke waktu. (c) Ada resiko penyakit tersebut akan menyerang dan menimbulkan kasus baru pada kelompok masyarakat lain. (d) Dapat menimbulkan bahaya penyebaran secara meluas yang bersifat regional atau International. (e) Membawa dampak kerugian sosial ekonomi masyarakat dengan ada dan berjangkitnya penyakit menular tersebut. (f) Kurang tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan tenaga profesional setempat. 3
Klasifikasi Penyakit Menular Secara umum Penyakit menular dapat dibagi berdasarkan pada Etiologi,Mode of tranmissiom dan aspek Epidemiologi daripada jenis penyakit seperti yang terlihat pada diagram dibawah ini : Diagram
Penyakit Menular Berdasarkan Etiologi, Mode of Transmussiom dan Epidemiologi
Etiologi
PENYAKIT MENULAR
Mode of Tranmission
Epidemiology
▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Bakteri Virus Protozoa Cacing Leptospiral Jamur
▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Vektor Permukaan Kulit Udara Air/makanan Binatang
▪ ▪ ▪ ▪ ▪
Zoonotic Sporadis Endemis Epidemis Pandemis
Epidemiologi Penyakit Menular Ditinjau dari sudut epidemiologi dimana batasan, definisi,periodisitas dan dinamika penularan dari suatu penyakit perlu diketahui dan dipelajari agar tindakan dan penanganan terhadap penyakit tersebut dapat dilakukan dengan baik.
4
A.Batasan dan Definisi 1.Infeksi Masuknya dan berkembangnya agen penyakit kedalam tubuh manusia atau binatang serta timbul reaksi tubuh terhadap agen penyakit. 2.Inokulasi (Inoculation) Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrana mucosa disebut sebagai inokulasi,sebagai contoh gigitan nyamuk aedes menyebabkan Penyakit DBD. 3.Infestasi (Infestation) Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies. 4.Kontaminasi Agen penyakit terdapat didalam makanan dan air yang digunakan oleh manusia. 5.Penyakit Infeksius Jenis penyakit yang berasal orang atau binatang yang menderita sakit atau mengalami infeksi. 6.Penyakit Contagious Jenis penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung dari orang sakit kepada orang yang sehat. 7.Penyakit Menular Jenis penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang spesifik atau racun yang dihasilkannya dan ditularkan melalui reservoir atau tidak langsung melalui vektor kepada orang. 8.Penyakit Tidak Menular Ditujukan pada jenis Penyakit seperti tumor,jantung koroner,diabetes mellitus dan lain – lain.
5
B.Periodisitas berjangkitnya penyakit 1.Epidemik Berjangkitnya suatu penyakit pada sekelompok orang di masyarakat dengan jenis penyakit, waktu dan sumber yang sama diluar keadaan yang biasa (Kejadian Luar Biasa).Contoh : wabah penyakit Kolera. 2.Endemik Suatu keadaan dimana prevalensi berjangkitnya suatu jenis penyakit terjadi sepanjang tahun dengan frekwensi yang rendah di suatu tempat. Contoh : penyakit malaria dan kaki gajah 3.Sporadik Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada tempat dan waktu yang tidak sama,pada suatu saat dapat terjadi epidemik.Contoh : penyakit poliomyelitis 4.Pandemik Jenis penyakit yang berjangkit dalam waktu cepat dan sama terjadi dimana - mana dibelahan Bumi. Contoh : Penyakit infleunza(1957) dan cholera el tor (1962). 5.Exotik Jenis penyakit yang berasal dari negara lain berjangkit di suatu negara.Contoh : yellow fever
dan
6.Zoonosis Penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alami dari hewan bertulang belakang ke manusia. Contoh : rabies,anthrax,bovine tbc 7.Epizoonotik Penyakit zoonotik yang berjangkit secara epidemik dikalangan hewan.Contoh : penyakit pes pada tikus 8.Enzoonotik Penyakit zoonotik yang berjangkit secara endemik dikalangan binatang.Contoh : penyakit bovine tbc pada sapi 6
Dinamika Penularan Penyakit Dinamika penularan penyakit dari sumber atau reservoir infeksi ke orang yang suseptibel. Reservoir/sumber dari Infeksi Dinyatakan sebagai sesuatu yang menjadi tempat persinggahan agen penyakit hidup dan berkembang serta bertahan hidup,dikenal ada 2 tipe reservoir yaitu pada manusia dan hewan. 1.Reservoir dari Manusia Pada penyakit menular sumber infeksi berasal dari orang yang sedang mengalami infeksi dapat berupa kasus atau carrier. Kasus dapat berbentuk subklinis dan klinis dimana pada kasus subklinis tidak diketemukan gejala penyakit atau asimptomatis tetapi berpotensi untuk menularkan infeksi kepada orang lain,contoh penyakit poliomyelitis Carrier terjadi karena proses penyembuhan tidak sempurna dan secara bakteriologis agen penyakit masih ada dalam tubuh, contoh pada penyakit demam tipoid. 2.Reservoir dari Hewan Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dan berupa kasus atau carrier seperti pada manusia.
7
Diagram Jalur Sumber Penyakit di Masyarakat
Source Diseases in a Community
Mode of Transmission Contact Vehicle
Man
Vector
Primary Source
Air Borne Transplacental
M a n Case Subclinical Clinical Mild Missed Prodrome Convalescent Carrier
Secondary Source A n i m a l cattle dogs swine rodents
birds goats horses cats
Sumber : Anderson,Health Principles and Practice,1967
Cara Transmisi Penyakit Menular Cara penyebaran atau Mode of transmission dari penyakit infeksi dapat ditularkan kepada manusia yang sensitif melalui beberapa cara penularan baik terjadi secara langsung atau tidak langsung dari orang ke orang lain dan cara penyebarannya di masyarakat,ditinjau dari aspek epidemiologik dapat bersifat lokal,regional maupun internasional. 8
□ Media langsung dari orang ke orang
(Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain : ▪ ▪ ▪ ▪
Venereal diseases ▪ HIV (AIDS) Trachoma ▪ Scabies ▪ Erysipelas ▪ Rabies Anthrax ▪ Gas-gangrene Foot and mouth diseases ▪ Aerobic wound infections
Agen penyakit ditularkan langsung dari seorang yang infectious ke orang lain melalui hubungan intim seperti penyakit kelamin GO,Syphilis, HIV.dan cara memutuskan rantai penularan yaitu mengobati penderita dan tidak melakukan hubungan intim dengan pasangan bukan suami atau istri, khusus untuk HIV tidak mempergunakan alat suntik bekas dan menggunakan darah donor penderita HIV. □ Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui udara pernafasan disebut sebagai Air Borne Disease. Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain : ▪ ▪ ▪ ▪
TBC Pulmonum Chickenpox Diphteria Influenza
▪ ▪ ▪ ▪
Smallpox ▪ Mumps Measles ▪ Rubella CS.meningitis ▪ Whooping cough Scarlet fever
Cara pencegahan penularan penyakit antara lain memakai masker,menjauhi kontak person serta mengobati penderita penyakit TBC dengan sputum BTA (+)
□ Melalui Media Air Penyakit dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit – penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai Water Borne Disease atau Water Related Disease. 9
a.Agen Penyakit: 1. 2. 3. 4. 5.
Virus Bacterial Protozoa Helminthic Leptospiral
▪ ▪ ▪ ▪ ▪
viral hepatitis. poliomyelitis cholera, dysentry, typhoid, diarhea amoebiasis, giardiasis ascariasis, whip worm, hydatid disease weil's disease
b. Aquatic Host: 1. Water multiplied 2. Not multiplied
▪ ▪
schistosomiasis (vektor keong) Guinea's worm dan fish tape worm (vektor cyclop)
Penyakit - penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam empat kelompok menurut cara penularannya: ♦ Water borne mechanisme Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia,ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. contoh : cholera, typhoid, viral hepatitis,bacillary dysentry dan poliomyelitis. ♦ Water washed mechanism Jenis penyakit dari Water washed mechanism berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan Dapat berupa :
yang
a. infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma. c. penyakit melalui binatang pengerat seperti leptospirosis,
10
♦ Water based mechanism Jenis penyakit dimana agen penyakitnya mempunyai sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contoh : schistosomiasis,dracunculus medinensis. ♦ Water related insect vector mechanism Jenis penyakit yang dutularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air, Contoh filariasis, dengue, malaria,yellow fever. Cara pencegahan penularan penyakit melalui media air atau makanan dapat dilakukan antara lain dengan cara : a.
Penyakit infeksi melalui saluran pencernaan dapat dilakukan dengan cara Sanitation Barrier yaitu memutus rantai penularan seperti pneyediaan air bersih,menutup makaan agar tidak terkontaminasi oleh debu dan lalat, membuang air besar dan sampah tidak sembarangan tempat.
b. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui kulit dan mata, dapat dicegah dengan personal hygiene yang baik dan tidak sembarangan memakai peralatan orang lain seperti sapu tangan,handuk dan lainnya. c. Penyakit Infeksi lain yang berhubungan dengan air melalui vektor seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dicegah dengan kontrol vektor. □ Melalui
Media Vektor
Penyakit
Berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit– penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah 11
tertentu antara lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD),malaria, kaki gajah dan terakhir ini diketemukan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Kelas arthropoda yang penting dalam dunia kedokteran yang dapat menularkan penyakit pada manusia adalah kelas insecta, arachinoda dan crustasae, penularan peyakit ini dapat terjadi secara transmisi biologik dimana terjadi proses perkembang - biakan agen penyakit atau parasit dalam tubuh vektor seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan disebut transmisi non biologik bila penularannya terjadi secara mekanis atau langsung seperti penyakit dysentery, typhoid dan cholera oleh lalat.
Arthropoda yang Penting dalam dunia Kedokteran Arthropoda yang berperan penting sebagai vektor penyebaran penyakit (arthropods borne disease) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
12
Tabel 1 .
Kelas Dan Species Dari Arthropoda Yang Penting
Class Insecta 1. Mosquitos : Anophelines Culicines Aedes 2. Flies : Houseflies Sandflies Tsetse Flies Blackflies 3. Human Lice : Head and body lice Crab lice 4. Fleas : Rat fleas Sand Fleas 5. Reduviid bugs
Class Arachinida 1. Ticks : Hard ticks Soft ticks
Class Crustacea 1. Cyclops
2. Mites : Leptotrombidium and trombiculid mites Itch mite
Sumber : Park & Park The Textbook of Preventive & Social Medicine
Arthropods Borne Disease Istilah ini menunjukkn bahwa arthropoda merupakan vektor atau media yang bertanggung jawab untuk terjadinya penularan penyakit dari satu host (pejamu) ke host lain. Paul A. Ketchum, membuat klasifikasi arthropods borne diseases pada kejadian penyakit epidemis di Amerika Serikat seperti terlihat pada tabel dibawah ini
13
Tabel 2.
Selected Arthropoda Bome Diseases of Humans
Viral Diseases St. Louis Encephalitis Encephalitis Western equire encephalitis Venezuelan aquine encephalitis Bacterial Diseases Rocky mt. spotted fever Epidemic thypus
Animals Affected Reservoir Humans Perching birds
Vector Mosquite (Calex sp.)
Horse and humans
Wild birds
Horses (rare in humans) Etiological Agen Ricketsia ricketsii
Rodents and horses
Endemic (murine) Typhus fever
Ricketsia typhi
Rats and field mice
Bubonic plague
Yersimia pestis
Rats and ground Squirels
Mosquito (Culex and Culiseta sp.) Mosquite (Calex sp.) Vector Wood ticks (Dermacentor sp.) Body louse (Pediculus vestimenti) Rat flea (Xenopsylla cheopis) Rat louse (Polyplax spinulosa) Flea (Xenopsylla cheopis)
Ricketsia Prowazekii
Reservoir Rodents, dogs, and foves Humans
Sumber: Ketchum PA. Microbiology Introduction for Health Professionals
Park & Park, membagi klasifikasi arthropods borne diseases yang sering menyebabkan terjadinya penyakit pada manusia sebagai berikut
14
Tabel 3. Arthropoda Bome Diseases
Arthropoda 1. Mosquito
Diseases transmitted Malaria, filaria, dengue yellow fever, encephalitis, haemorhagic fever 2. Housefly Typhoid and paratyphod fever, diarrhoea, dysentery, cholera, gastro-enteritis, amoebiasis, heminthic infestations, yaws, poliomyelitis, conjunctivitis, trachoma, anthrax, etc. 3. Sandfly Kalazar, oriental sore, oraya fever, sandfly fever 4. Tsetse fly Sleeping sickness 5. Louse Epidemic typhus, relapsing fever, trench fever 6. Rat flea Bubonic plague, chiggerosis, endemic thypus, hymenolepis diminuta 7. Blackfly Onchocerciasis 8. Reduviid bug Chagus disease 9. Hard tick Tick typhus, tick paralysis, viral encephalitis, tularemia, haemorrhagic fever, human babesiosis 10. Soft tick Relapsing fever 11. Trombiculid mite Scrub typhus 12. Itch-mite Scabies 13. Cyclops Guinea-worm disease, fish tapeworm (D. latus). Sumber : Park & Park The Textbook of Preventive & Social Medicine
Transmisi Arthropoda Borne Diseases Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period, khusus pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada tubuh vektor dan pada manusia.
15
1.Extrinsic Incubation dan Intrinsic Incubation Period Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor atau host. Sebagai contoh parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik berkisar antara 10 – 14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan dan dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria. 2.Definitive Host dan Intermediate Host Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitif dan manusia adalah host intermediate. Secara umum ada 3 cara transmisi dari arthropoda borne diseases pada manusia yaitu melalui : ▪ Transmisi secara langsung. ▪ Transmisi secara mekanik. ▪ Trassmisi secara biologi. ♦ Transmisi secara Langsung Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh scabies, pediculus. ♦ Transmisi Secara Mekanik Agen penyakit ditularkan secara mekanik oleh arthropoda. seperti penularan penyakit diare, typhoid, keracunan makanan dan trachoma oleh lalat.
16
Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulcus superficial, atau eksudat. kontaminasi bisa hanya dari permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dari sudah dicernakan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui tinja vektor. Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah enteric bacteria yang ditularkan oleh lalat rumah. diantaranya adalah Salmonella typhosa, species lain dari salmonella, E. coli, dan Shigella dysentry yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat merupakan vektor dari agen penyakit tuberculosis, anthrax, tularemia, dan brucellosis. ♦ Transmisi Secara Biologi Bila agen penyakit multiflikasi atau mengalami beberapa perubahan dan perkembangan atau tanpa adanya multiflikasi di dalam tubuh arthropoda disebut sebagai transmisi biologis, dikenal ada tiga cara transmisi yaitu: 1.Propagative Bila agen penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi multiflikasi di dalam tubuh vektor. Contoh, plague bacilli pada rat fleas. 2.Cyclo-propagative Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multiflikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit malaria pada nyamuk anopheles. 3.Cyclo-developmental Bila agen penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak mengalami multiflikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit filaria pada nyamuk culex, dan cacing pita pada cyclops.
17
Diagram
Transimisi Biologis Parasit (dalam tubuh vektor)
Perubahan Siklus
Cyclo–developmental (filarial)
Multifikasi
Cyclo–propagative (pl. malaria)
Propagative (plague bacilli)
Arthropod Borne Diseases yang ditularkan melalui Gigitan Nyamuk(Indonesia) Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit – penyakit endemis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk di Indonesia adalah sebagai berikut : a. Mode of transmission Filariasis (Kaki Gajah) Sexual Stage
X Host (manusia)
orang lain
Micro filariae
Asexual Stage
18
Vektor culex
Penyakit Kaki gajah atau Bancroftian filariasis adalah infeksi dari cacing nematoda Wuchereria bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup(stadium Sexual) dan menjadi dewasa didalam kelenjar getah bening manusia sebagai Host definitif. Cacing betina akan memproduksi microfilariae dan masuk kedalam aliran darah perifer manusia pada malam hari(nocturnal periodicity) dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10:00 malam dan 2:00 pagi. Bentuk lain microfllariae dapat berada terus dalam aliran darah perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diurnal sub-periodicity).Bersifat endemis di daerah Pacifik Selatan dimana vektor nyamuknya mempunyai kebiasaan mengigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah perdesaan dibandingkan daerah perkotaan. Bila penderita Penyakit Kaki gajah ini digigit nyamuk dan mengisap darahnya, naka microfilariae di dalam tubuh vektor nyamuk akan mengalami multiplikasi dan menjadi sebagai host intermediate. Seandainya nyamuk infektious ini mengigit orang lain maka pada air liur nyamuk yang penuh dengan microfilariae akan masuk kedalam aliran darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa. b.Mode of transmission Malaria Sexual Stage
orang lain
X Vektor anopheles
Pl. Malaria
donor darah
Asexual Stage
X 19
Host (mausia)
Pada saat mengisap darah manusia, pada air liur nyamuk terdapat plasmodium malaria dalam stadium gametocyte.masuk ke dalam tubuh manusia dimana gamet betina dan jantan akan bersatu menghasilkan sporozoites dalam bentuk cysta selama waktu 8 – 10 hari dan nyamuk anopheles sebagai host definitif dan sebagai host intermediate adalah manusia. Pada orang yang sensitif, sporozoite akan masuk kedalam sel hepar atau hepatocyte, berkembang menjadi exoerythrocytic schinont. Hepatocyte akan pecah dan terjadi Stadium asexual (merozoites) didalam darah biasnya selama 6 -11 hari dan kemudian berubah menjadi gametocyte setelah 3 - 14 hari, tergantung dari species parasit malaria. Malaria dapat juga ditularkan melalui transfusi darah donor dari orang yang infektif atau peralatan suntik bekas dipakai oleh orang yang infektif. c. Mode of transmission Dengue Hemorrhagic Fever (DBD)
X Host (manusia)
orang lain
Virus. DBD
Vektor aedes
Multiplikasi
Pada penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DBD) tidak terjadi siklus perubahan hidup dan hanya terjadi multiplikasi virus DBD dalam tubuh nyamuk aedes egypti sebagai host intermediate atau carrier untuk menularkan kepada orang lain. Berdasarkan ketiga siklus hidup yang ada diatas terdapat perbedaan dalam cara pemcegahan penularan dari masing –masing penyakit tersebut kepada orang lain dimana pada penyakit Filiariasis dilakukan dengan cara case finding dan pengobatan yang adekuat, penyakit Malaria dilakukan tindakan prophylaxis atau pemberian obat-obat 20
malaria terutama pada daerah endemis sedangkan pada penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan isolasi pada penderita disamping usaha–usaha lain seperti kontrol vektor. (Keterangan
X = Pemutusan Rantai Penularan)
KONTROL VEKTOR Pemutusan rantai penularan atau mode of transmission dari arthropod - borne diseases dapat dilakukan dengan mempelajari mode of transmission dari penyakit yang ada seperti penyakit kaki gajah atau filariasis dengan cara case finding yaitu mencari penderita penyakit filariasis dan mengobatinya sampai sembuh, karena transmisi biologik terjadi berupa cyclo - developmental atau parasit filarial berkembang–biak dalam tubuh manusia bukan dalam tubuh vektor nyamuk culex, sebaliknya pada penyakit malaria pemutusan rantai penularan dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan agar populasi nyamuk anopheles menjadi berkurang karena transmisi biologik terjadi berupa cyclo – propogative atau parasit malaria berkembang biak dalam tubuh vektor nyamuk anopheles. Disamping cara tersebut diatas dapat juga kontrol kemis berupa penyemprotan dengan insektisida, kontrol biologis dengan menggunakan predator berupa pemeliharaan ikan pada kolam – kolam dan kontrol genetik atau sterilisasi pada nyamuk.
Prinsip Mengontrol Arthropoda Ada beberapa prinsip dalam mengontrol arthropoda antara lain : 1. Kontrol lingkungan 2. Kontrol kimia 3. Kontrol biologi 4. Kontrol genetik 1.Kontrol Lingkungan Cara ini merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Misalnya, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda dengan cara membersihkan,menguras,mengubur dan memberikan bubuk abate untuk mengontrol populasi nyamuk aedes aegypti pada penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD). 21
2.Kontrol Kimia Cara ini menggunakan golongan insektisida seperti : ▪ organochlorin ▪ organoposgat ▪ carbomate tetapi sering terjadi resistensi dan dapat menimbulkan kontaminasi lingkungan. 3.Kontrol Biologi Ditujukan untuk mengurangi polusi lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun,misalnya memelihara ikan dikolam yang berisi air bersih. 4.Kontrol Genetik Ada beberapa teknik : Steril Technique ▪ Cytoplasmic Incompatibility ▪ Choromosomal Translocation
22
JENIS PENYAKIT
2
YANG DITULARKAN OLEH BAKTERI
Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri,pada umumnya dapat diputuskan rantai penularannya dengan terapi kausal berupa pemberian obat – obat antimikrobial,namum demikian ada jenis bakteri tertentu yang memproduksi racun atau toxin yang dapat menimbulkan kelainan pada sistem saraf seperti clostridium tetani,botulinum, perfringen,salmonella,staphylococus yang dapat memperberat penyakit dan menimbulkan bahaya kematian. Jenis Penyakit Yang Ditularkan oleh Bakteri
Penyakit
Agen Etiologi
Transmisi
Masa Inkubasi
Kontrol
Anthrax
Bacillus anthracis Kontak,inhalasi, makan daging ternak infeksi
1-4 hari
pemeriksaan hewan ternak
B.Dysentry
Shigelosis
faeces penderita ( makanan,air,lalat)
1-7 hari
Memutus rantai penularan & terapi
daging,telur & rodent
6-48 jam
Sanitasi makanan menghindari kontak
B.Food Poisoning
Salmonella, Clostridium, Staphyloccus dll
Chancroid
Haemophilis ducreyl
kontak seksual
1-10 hari
Cholera
Vibrio cholerae
faeces,muntah,air, makanan,lalat
bbp jam personal hgienis,sanitasi sampai 5 hari & vaksinisasi
Diphtheria
Corynebacterium udara pernafasan dari diphtheria kasus atau carrier
Gonorrhoea
Neisseria gonorrhoeae
kontak dgn cairan pus penderita
23
2-5 hari
Imunisasi aktif
1-8 hari
sex hygiene dan terapi
Jenis Penyakit Yang Ditularkan oleh Bakteri Penyakit
Agen Etiologi
Transmisi
Masa Inkubasi
Kontrol
Impetigo contagiosa
Staphylococci & streptococcus
kontak dgn laesi
1-5 hari
personal higienis & terapi
Leprosy
Mycobacterium leprae
kontak intim dgn penderita
7 bln sp tahun
diagnosa dini & terapi
Paratyphoid fever
Species Salmonella
faecs,air,makanan lalat
1-14 hari
sanitasi dan terapi
Pertusis
Hemophilus Pertusis
udara pernafasan& ludah
5-10 hari
Imunisasi aktif
Pneumonia
Pneumonococus
udara pernafasan& Ludah
1-7 hari
perbaikan lingkungan hidup
Syphilis
Treponema pallidum
kontak dgn laesi, transfusi & transplacental
3 minggu
sex hygiene & terapi
Tetanus
Clostridium tetani
spora masuk luka
4-21 hari
aktif & pasif imunisasi
Tuberculosis
Mycobacterium Tuberculosis
udara pernafasan & ternak sapi
bervariasi
case finding & terapi
Typhoid fever
Salmonella typhi
faeces,air,makanan
10 -14 hari
sanitasi & terapi
Yaws (frambesia)
Treponema pertenue
kontak dgn laesi,kutu& serangga
1-3 bulan
menjauhi kontak
24
1.Anthrax Identifikasi Penyakit anthrax merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang pada kulit,kadang – kadang dapat menyerang pada mediastinum dan tractus intestinal. Kelainan pada kulit berupa gatal-gatal dengan luka berbentuk papular serta vesikel dan dalam beberapa hari terdapat lekukan berwarna hitam yang dikelilingi oleh edema. Konfirmasi labarotorium diketemukan bakteri pada darah,laesi dan cairan yang dikeluarkan oleh luka. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis terutama dinegara - negara industri yang memproduksi produk yang berasal dari hasil peternakan seperti domba,kambing,sapi dan lainnya atau daerah peternakan pada umumnya. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Bacillus anthracis 2.Reservoir infeksi Spora B.anthracis resisten terhadap desinfeksi dan dapat bertahan sampai beberapa tahun dalam tanah yang terkontaminasi. 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik kecuali untuk para pekerja yang berhubungan langsung dengan sumber infeksi. 4.Peroide masa waktu penularan Tidak ada penularan langsung dari manusia ke manusia,kecuali spora Bacillus anthracis dapat bertahan sampai bertahun tahun dalam tanah yang terkontaminasi. 5.Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan kerja memegang peran penting terutama industri yang mengolah hasil produk perternakan. 25
Cara Penularan Penularan terjadi bila luka bersentuhan dengan tubuh binatang ternak seperti sapi,domba,kambing,babi dan lainnya atau melalui produk hasil perternakan dan tanah yang terkontaminasi dengan kotoran ternak. Masa inkubasi Berkisar antara 2 -5 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Pemberian vaksin pada binatang ternak 2.Pengawasan lalu lintas ternak oleh Dinas perternakan 3.Desinfeksi tempat dan hasil produk serta personal hygienis pada karyawan yang bekerja pada sektor produk hasil perternakan. 4.Pemeriksaan kesehatan ternak yang akan dipotong 5.Penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang bahaya dan cara pencegahan terjadi penularan penyakit. b.Kontrol / terapi Imunisasi pada orang yang berisiko tinggi dengan preparat cell-free vaccine.
26
2.Bacillary Dysentery Identifikasi Bacillary dysentery atau shigellosis, merupakan penyakit infeksi bakteri akut yang menyerang usus besar dengan gejala klinik seperti diare,demam,mual kadang–kadang muntah, mules serta sakit perut dan pada tinja dijumpai darah, lendir dan nanah. Diagnosa, dengan diketemukannya bakteri Shigella pada sediaan yang berasal dari pus atau tinja. Distribusi geografis dan Prevalensi Tersebar diseluruh dunia,bersifat endemis di daerah tropis dan subtropis. Riwayat Penyakit 1. Agens penyakit Bakteri Group A Shigella dysenteriae Bakteri Group B Shigella flexneri Bakteri Group C Shigella boydii Bakteri Group A Shigella sonnei 2. Reservoir infeksi : manusia 3. Faktor host Tidak ada spesifik kecuali prevalensi tinggi terjadi pada penghuni di Rumah Sakit Jiwa,Pelaut atau pada kamp pengungsian. 4. Periode masa waktu penularan Semasa terjadi infeksi akut sampai tidak diketemukannya bakteri pada tinja penderita 5. Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan memegang peran penting, dimana wabah sering terjadi pada daerah kumuh dan kamp pengungsian.
27
Cara Penularan (Mode of transmission) Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui : 1. Langsung Faecal – oral transmission dari penderita atau carrier 2. Tidak Langsung Melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan terkontaminasi oleh tinja penderita.
yang
Masa inkubasi Berkisar antara 1-7 hari dan biasanya 1-3 hari. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Perbaikan lingkungan hidup 2. Personal hygienis 3. Penyediaan keperluan MCK yang memadai di Kamp pengungsian 4. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada penghuni RS jiwa dan kamp pengungsian b.Pengobatan/terapi 1. Medikamentosa : preparat penicillin, tetracylin,chloramphenicol dll 2. Pemberian cairan infus pada kasus dengan dehidrasi
28
3.Bacterial Food Poisoning Identifikasi Food poisoning atau keracunan makanan adalah penyakit gastro enteritis akut yang dapat terjadi setiap saat terutama di Indonesia dan dikatagorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), hal ini disebabkan oleh karena makanan terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toxin yang dihasilkannya. Karakteristik keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri. dimana penderita menyantap jenis makanan yang sama, menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan, sumber penyebab sama serta gejala – gejala penyakitnya mirip satu dengan yang lain.keadaan seperti ini sering dijumpai pada sejumlah orang menderita penyakit gastro enteritis akut, sebagai contoh kasus keracunan makanan pada karyawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan para tamu undangan di sebuah pesta. Distribusi geografi dan prevalensi Terjadi dimana–mana,prevalensi penyakit ini meningkat terutama di negara barat oleh beberapa faktor antara lain : ▪ Peningkatan perdagangan internasional berupa produk bahan makanan yang berasal dari binatang ternak. ▪ Penggunaan detergen secara luas pada rumah tangga yang mempengaruhi pengolahan air kotor. ▪ Distribusi dan pemakaian makanan jadi atau kaleng meningkat dimana – mana. Bacterial Food Poisoning Terjadi setelah menyantap makanan yang terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toxin yang dihasilkannya dan dapat dikatagorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
29
Bacterial food penyebabnya yaitu :
poisoning
dapat
dibedakan
berdasarkan
(a) Salmonella food poisoning (infection type), (b) Staphylococcal food poisoning (toxin type) (c) Botulism (d) Cl.perfringens food poisoning. a.Salmonella food Poisoning Salmonella food poisoning adalah penyakit zoonotic (berasal dari hewan) yang terdapat dimana - mana, ditularkan kepada manusia melalui ternak yang terkontaminasi seperti daging, susu , telur atau oleh karena terkontaminasi urine atau faeces tikus. Terdapat lebih dari 50 species Salmonella, species yang menyebabkan penyakit pada manusia seperti Sallmonella typhimurium, Sh.cholera - suis, Sh. Sonnei. Masa inkubasi 6 -72 jam setelah menyantap makanan yang mengandung bakteri salamonella. Mikro-organisme berkembang biak didalam usus dan menimbulkan gejala penyakit gastroenteritis akut. Gejala klinis berupa mual,muntah, diare, sakit kepala,nyeri abdominal dan demam. Angka mortalitas sekitar 1 %. b.Staphylococcal Food Poisoning Keracunan makanan yang disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Kuman Staphylococcus akan mati pada waktu makanan dimasak tetapi enterotoxin tahan panas pada temperatur 100ºC selama beberapa menit. Staphylococcus banyak diketemukan didalam tubuh seperti hidung, tenggorokan dan kulit manusia serta debu di dalam kamar dan menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Diketemukan juga pada makanan seperti salads, custards, susu serta produk yang dihasilkannya terkontaminasi oleh staphylococcus. Masa inkubasi relatif lebih pendek antara sekitar 1 - 6 jam karena disebabkan oleh toxin.
30
Infeksi terjadi setelah menyantap makanan yang terkontaminasi oleh toxin, bereaksi cepat dan langsung didalam usus dan sistem syaraf pusat(CNS). Gejala klinis berupa mual, muntah, diare, nyeri abdominal dan diketemukan darah dan lendir dalam faeces. Kematian jarang terjadi dan dapat sembuh kembali dalam waktu 2 - 3 hari. c. Botulism Penyakit gastroenteritis akut yang disebabkan oleh exotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum bersifat anaerobik diketemukan banyak di tanah, debu, dalam saluran usus binatang dan akan berbentuk spora dalam makanan kaleng. Masa inkubasi cepat sekitar 12 - 36 jam, gejala penyakit ini berbeda dengan yang lain karena exotoxin bekerja pada sistem syaraf parasymphatia berupa gejala gastrointestinal ringan tetapi yang dominan adalah dysphagia, diplopia, ptosis, dysarthria, kelemahan pada otot dan kadang kadang quadriplegia,deman biasa tidak ada, penurunan kesadaran dan fatal, kematian terjadi dalam waktu 4-8 hari disebabkan kegagalan pernafasan atau jantung. Sebaiknya makanan kaleng dimasak lebih dulu pada temperatur 100º C beberapa menit karena toxinnya bersifat thermolabil agar lebih aman. Pemberian obat. Guanidine hydrochloride per oral dosis 20-40 mg/kg berat badan mengurangi terjadinya neuromuscular blok ditambah dengan perawatan yang baik akan sangat bermanfaat pada pengobatan botulism. d.CI.Perfringens Food Poisoning Mikro - organisme Clostridium perfringens (Cl. Welchii) diketemukan dalam kotoran manusia dan binatang, tanah, air dan udara, penularan terjadi umumnya oleh karena menyantap makanan berupa daging hewan ternak yang sudah dimasak dan disimpan selama 24 jam atau lebih dan kemudian dimasak kembali secara cepat sebelum dimakan. Masa inkubasi sekitar 6 – 24 jam , patogenisitas dari Cl. Pertringens belum banyak diketahui,berkembang biak pada suhu sekitar 30◦C dan memproduksi berbagai toxin seperti alpha toxin, theta toxin. diduga alpha toxin adalah exotoxin yang menimbulkan gejala penyakit dan ada juga pendapat bahwa jumlah 31
Cl.perfringens yang banyak dalam makanan dapat menyebabkan timbulnya food poisoning. Gejala klinis berupa nyeri perut, diare, lesu, subfebris, mual dan muntah jarang terjadi dan cepat sembuh dan tidak fatal. Differential Diagnosis: Penting dilakukan karena Bacterial Food Poisoning atau keracunan makanan oleh sebab bakteri seringkali di diagnosa sebagai penyakit cholera,acute bacillary dysentery dan keracunan zat arsenic. Pencegahan dan kontrol a.Usaha usaha pencegahan 1. Memanaskan makanan yang telah diinapkan pada suhu yang tinggi. 2. Mengodok makanan dalam kalengan pada temperatur 100°c selama beberapa menit. 3. Pengawasan terhadap makanan yang berasal dari luar negeri(impor). 4. Pendidikan kesehatan/sanitasi makanan b.Pengobatan/terapi 1. Medikamentosa : preparat antimikrobial anti toxin 2. Cairan Infus : pada penderita dengan dehidrasi
4.Chancroid (Ulcus Molle) Identifikasi Merupakan infeksi akut pada daerah kemaluan, berbentuk ulkus tunggal atau multipel dengan jaringan sekitarnya mengalami pembusukan, bengkak, sakit dan bernanah disertai pembengkakan kelenjar limpe di daerah inguinal. Diagnosa laboratorium diketemukan bakteri haemophilus ducreyi pada cairan eksudat dan kelenjar limpe. 32
Distribusi geografis dan prevalensi Tidak perbedaan umur, jenis kelamin dan ras kecuali berhubungan dengan kebiasaan sek,prevalensi penyakit tinggi di daerah pelabuhan laut. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Haemophilis ducreyi 2.Reservior infeksi Manusia 3.Faktor Host tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang penyakit belum sembuh dapat sampai berminggu -minggu. 5.Faktor lingkungan tidak ada yang spesifik Cara penularan Hubungan intim dengan penderita. Masa inkubasi Biasanya 3-5 hari dan dapat sampai 14 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Sex education 2. Menghindari hubungan intim dengan bukan pasangan/PSK b.Kontrol/terapi Medikamentosa - Antimikrobial
33
5.Cholera Identifikasi Merupakan penyakit gastroenteritis akut atau muntaber yang terjadi tiba - tiba dengan keluhan menceret yang hebat dan kadang – kadang muntah,kekurangan cairan,acidosis dan kegagalan sirkulasi,kematian dapat terjadi dalam waktu beberapa jam. Infeksi yang asimtomatis dapat terjadi terutama disebabkan oleh organisme El Tor biotype. Diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan kultur cholera vibrios O group I yang berasal dan tinja dan muntah serta pemeriksaan serology. Distribusi geografis dan prevalensi Pada abad 19, penyakit ini pernah menyebabkan terjadi pandemi, mula-mula dari India menyebar hampir keseluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi penyakit kolera akan meningkat pada saat musim kemarau tiba, dimana terjadi krisis air bersih terutama didaerah pedesaan dan daerah aliran sungai, dimana masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan Mandi,Cuci dan Kakus (MCK). Riwayat Penyakit 1. Agens penyakit Bakteri Vibrio cholera serotipe Inaba dan Ogawa 2. Reservoir infeksi : manusia 3. Faktor host Tidak ada yang dominan,kecuali penderita dengan keadaan umum yang jelek akan memperberat dehidrasi yang ada dan dapat menimbulkan bahaya kematian. 4. Periode masa waktu penularan Biasanya beberapa hari pada fase penyembuhan kecuali pada carrier dapat sampai beberapa bulan. 5. Faktor lingkungan Lingkungan hidup yang jelek,sumber air yang tercemar dengan tinja dan muntah penderita.
34
Cara penularan Minum air yang tercemar oleh tinja dan muntah penderita kolera atau melalui carrier penyakit kolera dan dapat juga transmisi mekanis oleh lalat rumah. Masa Inkubasi Mulai beberapa jam sampai 5 hari biasanya 2 -3 hari. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Penyediaan air bersih yang aman dan memenuhi persyaratan sanitasi. 2. Cara membuang air besar (BAB) yang baik dan memenuhi persyaratan sanitasi. 3. Menutup dan menyimpan makanan agar aman dan tidak dihinggapi oleh lalat. 4. Pendidikan kesehatan Personal higienis dan sadar lingkungan. 5. Imumnisasi aktif tetapi tidak efektif. 6. Desinfeksi tinja dan muntah pasien. b.Pengobatan/terapi 1. Pemberian cairan infus larutan Ringer lactate, pengganti kehilangan cairan tubuh/dehidrasi. 2. Pemberian obat tetracyclin dan obat antimikrobial lainnya untuk membunuh kuman vibrio cholera. 6.Diphtheria Identifikasi Berupa penyakit infeksi akut pada tonsil,pharynx,larynx,hidung dan kadang – kadang pada kulit,selaput lendir,conjunctiva mata dan alat kelamin. Kelainan berupa radang berbentuk bercak atau selaput abu-abu yang dikelilingi daerah pembengkakan berwarna merah yang disebabkan oleh sitotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri C.diphtheriae. 35
Gejala lain berupa sakit menelan dan adanya pembengkakan kelenjar limpe disekitar leher (bull-neck. Penyakit ini perlu dilakukan differensial diagnosa dengan penyakit vincent angina,syphilis.candidiasis,infectious mononuceosis yang mirip gejala klinisnya dangan diphteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi swab bercak pada laesi dimana diketemukan bakteri serta tes intradermal Shick Test. Distribusi geografi dan prevalensi Tersebar di seluruh dunia,prevalensi penyakit diphteri makin hari makin berkurang dengan dilakukan program imumnisasi aktif pada anak balita hampir disetiap negara. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Corynebacterium diphtheriae Ada 3 jenis yaitu bio tipe mitis,gravis dan intermedius 2.Reservoir : Manusia 3.Faktor host Biasanya menyerang anak –anak dibawah umur 15 tahun yang tidak pernah mendapat imunisasi. 4.Periode waktu masa penularan Biasanya 14 – 28 hari setelah terjadi penyakit. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik. Cara penularan Melalui udara pernafasan atau air ludah penderita Masa inkubasi Antara 2 – 5 hari, kadang-kadang dapat lebih lama. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Melakukan imumnisasi aktif berupa DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus) pada anak balita 36
2. Melakukan Imunisasi pada pekerja berisiko tinggi seperti perawat,tenaga laboratoirium dan booster setiap 10 tahun. 3. Pendidikan kesehatan b.Pengobatan/terapi Medikamentosa : Antitoxin :
Preparat Penicillin dan Eritromisin 20.000 – 100.000 unit
7.Gonorrhoea Identifikasi Penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan intim yang terlokalisir pada lapisan sel lendir alat genitalia. Terdapat perbedaan pada wanita dan pria,dimana pada pria terjadi peradangan pada bagian anterior urethrae dan mengeluarkan cairan nanah,dysuria dan pada kronis dapat menyebarkan posterior urethrae menyebabkan epididymitis dan menjadi carrier. Pada wanita terjadi urethretis dan cervicitis,biasanya ringan dan kadang-kadang tidak dirasakan dan risiko menular pada lawan jenis atau terjadi reaksi pingpong dan conjuctivitis pada bayi yang baru lahir. Konfirmasi laboratorium diketemukannya gram negatif diplococcus pada cairan swab urethrae. Distribusi geografis dan prevalensi Terdapat dimana-mana pada jenis kelamin,terutama kelompok umur usia muda. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Neisseria gonorrhoeae 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Bila tidak diobati dapat sampai berbulan-bulan. 37
5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Hubungan intim atau kontak dengan exudat yang dikeluarkan oleh alat genitalia. Masa inkubasi Biasanya 2 -7 hari kadang-kadang lebih. Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Sex education 2.Pemberian tetes mata preparat antimikrobial pada bayi yang baru lahir. 3. Menghindari hubungan intim dengan bukan pasangan/PSK b.Kontrol/terapi Medikamentosa : Antimikrobial
8.Impetigo Contagiosa Identifikasi Merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri staphylococus atau streptocococus yang hidup commensal ditubuh manusia. Gejala klinis penyakit ini berupa kelainan pada kulit berupa,impetigo,carbuncle,furuncle,cellulitis dan abses,pada keadaan yang berat dapat menyebabkan terjadi septicemia, pneumonia,osteomyelitis,meningitis dan lainnya. Distribusi geografis dan prevalensi Distribusi tersebar diseluruh belahan bumi terutama pada daerah yang kumuh dan terjadi pada anak-anak. 38
Riwayat penyakit 1. Agens penyakit Strain staphlococus aureus coagulase antigen dan streptococus beta hemolyticus 2. Reservoir infeksi Manusia 3. Faktor host Personal hygiene 4. Periode masa waktu penularan Sepanjang masih ada pus pada penderita dan carrier 5. Faktor lingkungan Perumahan/daerah kumuh dan lingkungan rumah sakit (nasocomial infection). Cara penularan Kontak langsung atau melalui carrier Masa inkubasi Bervariasi antara 4 – 10 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Personal hygiene 2.Perbaikan lingkungan hidup(perumahan yang sehat) 3.Pencegahan dan kontrol terhadap nasocomial infeksi. b.Kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikobial 9.Leprosy(Hansen’s Disease) Identifikasi Infeksi bakteri kronis,karakteristik, laesi pada kulit dan selaput lendir berupa inflitrasi,macula,plaque,papula dan nodule disertai dengan pembesaran pada saraf tepi menyebabkan terjadi anesthesia,kelemahan dan paralyse pada otot, kelainan pada kulit,otot dan tulang. 39
Konfirmasi diagnosa diketemukan bakteri tahan asam pada sediaan kulit dan biopsi daerah laesi. Distribusi geografis dan prevalensi Distribusi tersebar diseluruh dunia,prevalensi penyakit 5 per 1000 penduduk dunia terutama di daerah tropis dan subtropis. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Mycobacterium leprae 2.Reservoir infeksi : manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang masih diketemukannya m.leprae pada laesi 5.Faktor lingkungan tidak ada yang spesifik Cara penularan Tidak diketahui dengan jelas,tetapi kontak intim yang lama(keluarga) merupakan penyebab terjadi penularan. Masa inkubasi Paling cepat 7 bulan dan biasanya 3-6 tahun Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Diagnosa dini 2.Pendidikan kesehatan 3.Imunisasi dengan BCG 4.Terapi Prophylaxis : preparat acedapsone(DDS atau DADDS) setiap 3 bulan sekali selama dianggap mempunyai risiko tinggi) b.Kontrol/terapi - Medikamentosa Oral Dapsone 6 -10 mg/kgbb selama 1 minggu Rifampicin -Rehabilitasi : operasi plastik
40
10.Paratyphoid Fever Identifikasi Merupakan infeksi saluran pencernaan,diare disertai demam tinggi terus menerus,pembesaran limpa dan bintik merah kemudaan di punggung. Konfirmasi diagnosa dari hasil pemeriksaan serologik darah ditemukannya antibodi paratyphi didalam darah penderita. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis pada daerah tertentu. Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Salmonella paratyphi A,B dan C 2.Reservoir infeksi Manusia dan sapi 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang masih ada agen penyakit dalam faeces penderita atau Carrier 5.Faktor lingkungan Food sanitation memegang peran penting Cara penularan Fecal oral atau melalui carrier Masa inkubasi 1- 3 minggu untuk demam typhoid 1-10 hari untuk gasteroenteritis Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Food sanitation 2.Pemeriksaan berkala pada tukang masak
41
b.Kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikrobial
11.Pertussis (Whooping Cough) Identifikasi Pertusis atau batuk rejan (batuk seratus hari) yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis dengan gejala awal berupa pilek dan batuk. Pada hari ke 10 batuk akan bertambah dan menjadi spasmodik. Batuk keras sampai 10-30 kali berturut- turut, penderita baru dapat bernafas dan terdengar sebagai “whoop, kadang-kadang disertai dengan muntah. Komplikasi umum yang paling sering adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian, encephalopati dapat juga terjadi dan meninggalkan kerusakan tetap pada otak. Kematian lebih sering dijumpai pada umur dibawah 1 tahun. Distribusi geografis dan Prevalensi Penyakit ini menyerang pada anak-anak dimana-mana, tidak dipengaruhi oleh ras,iklim dan geografis. Angka mortalitas selama 4 dekade menurun oleh adanya usaha pemberian imunisasi aktif pada anak balita. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Bakteri Bordetella pertusis dan parapertusis 2.Reservoir infeksi : Manusia 3.Faktor host Case fatality rate tertinggi pada anak balita 0.5 % dan terutama yang tidak pernah mendapat imunisasi. 4.Periode masa penularan Sangat menular pada pada permulaan stadium catarrhal yaitu sebelum terjadi batuk paroxysmal. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik
42
Cara Penularan (Mode of transmission) Penularan melalui droplet penderita/kontak intim. Masa inkubasi Biasanya 7 hari kadang-kadang sampai 10 hari dan tidak lebih dari 21 hari. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan Imunisasi aktif merupakan satu-satunya cara pencegahan, karena kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif. Insidens pertussis pada umur dibawah 6 bulan cukup tinggi (dibandingkan dengan campak) sedang immunoglobulin untuk pertussis belum tersedia. Komponen pertussis dalam DPT sering menimbulkan efek samping. Hal ini kurang menguntungkan bagi upaya pencegahan pertussis karena bila tidak menyebabkan drop out, dosis berikutnya diganti dengan DT. b.Pengobatan/terapi Medikamentosa Kausal : Preparat antibiotika Simtomatis : Obat–obat pereda batuk,panas dan pilek.
12.Bacterial Pneumonia Identifikasi Infeksi akut saluran pernafasan,karakteristik dengan gejal klinis demam mengigil,sakit pada dada,sesak nafas dan batuk dengan ludah berwarna kecoklatan dan leukositosis. Fatality rate 20 - 40 % pada pasien yang dirawat di rumah sakit,diagnosa dini penting dengan pemeriksaan laboratorium dengan diketemukannya banayak gram negatif diplococus pada sputum penderita.
43
Distribusi geografis dan prevalensi Distribusi penyakit sporadis terutama daerah beriklim tropis dan lembab. Riwayat penyakit 1. Agens penyakit pneumonococi 2. Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host bayi,umur lanjut dan alkoholism 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang tidak diketemukan lagi bakteri gram negatif diplococus dalam ingus pada ludah penderita dalam jumlah yang besar. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan ludah dan ingus penderita. Masa inkubasi Tidak begitu jelas dan biasanya 1-3 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Memperbaiki lingkungan hidup yang kumuh 2.Pemberian vaccin pada orang yang berisiko tinggi b.Kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikrobial.
44
13.Syphilis (Leus) Identifikasi Infeksi akut dan kronis, yang mula-mula ditandai dengan laesi primer dan sekunder erupsi pada kulit dan selaput lendir,berjalan laten menyerang tulang,bagian dalam tubuh (viscera) dan saraf sentral. Syphilis primer dan sekunder dapat didiagnosa dengan pemeriksaan dark field atau phase contrast pada exudat dan kelenjar limpe penderita. Pemeriksaan serologis untuk kasus kronis dan laten. Distribusi geografis dan prevalensi Merupakan penyakit menular yang tersebar dimana-mana terutama pada umur muda 15- 30 tahun Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Treponema pallidum 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik kecuali prevalensi tinggi pada usia muda 15-30 tahun 4.Periode masa waktu penularan bervariasi dan tidak pasti 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Kontak langsung dengan exudat yang berasal dari penderita,transfusi darah dan transplacental. Masa Inkubasi 10 hari sampai 10 minggu
45
Pencegahan dan kontrol a.Usaha- usaha pencegahan 1. Pendidikan sek 2. menutup lokalisasi perpelacuran 3. Diagnosa dan pengobatan dini b.Kontrol/terapi Medikamentosa Antimikrobial
14.Tetanus Identifkasi Kuman penyebab tetanus adalah clostridium tetani. Spora tetanus yang masuk ke dalam luka, berkembang biak dalam suasana anaerobik dan membentuk neurotoxin. Pada neonatus (tetanus neonatorum) kumam masuk melalui luka pada tali pusat. Gejala khas berupa kejang rangsang atau mulut terkancing (trismus). Pada kasus yang ringan gejala tersebut hilang setelah 2-3 minggu. Gejala karakteristik berupa kejang otot yang sakit pada otot mulut dan leher, gejala pertama ditandai dengan kekakuan pada otot perut(abdominal rigidity) diikuti dengan kelainan sensorik berupa postur tubuh opisthotonus dan ekspresi muka risus sardonicus. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis dan menyerang pada semua umur dan prevalensi tinggi pada daerah industri dan daerah pertanian. Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Clostridium tetani 2.Reservoir infeksi Usus binatang dan termasuk manusia. 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 46
4.Periode masa penularan Tidak ada penularan langsung dari orang ke orang 5.Faktor lingkungan Prevalensi tinggi pada kawasan industri dan pertanian. Cara penularan Spora tetanus masuk kedalam tubuh melalui luka atau luka pada tali pusat pada tetanus neonatorum. Masa inkubasi Sekitar 4 -21 hari dan umumnya rata-rata 10 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan Tanpa program imunisasi, Attack Rate sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Case Fatality Rate bervariasi menurut umur, masa inkubasi dan pengobatan antara 30% sampai 90 %. Kekebalan terhadap tetanus hanya diperoleh melalui vaksinasi lengkap. Pertolongan persalinan dan perawatan tali pusat yang kurang steril merupakan masalah karena sebagian besar persalinan di Indonesia ditolong oleh dukun. Ada beberapa pendekatan untuk mengeliminasi (menurunkan angka kesakitan hingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat) tetanus neonatorum,melalui latihan dukun, peningkatan jangkauan Ante Natal Care dari petugas kesehatan, peningkatan surveilans TN serta pemberian vaksiansi tetanus kepada ibu hamil. Dua pendekatan yang pertama adalah mutlak meskipun hasilnya sulit dinilai dalam waktu dekat, pendekatan ketiga merupakan sumber yang terakhir mempunyai dampak yang lebih cepat, efektif dan efisien. b.Pengobatan/terapi 1.Medikamentosa Pemberian obat minor transquilizer(diazepam) 2.Isolasi : ditempat gelap 47
15.Tuberkulosis Identifikasi Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan berbagai macam organ yang dapat terinfeksi, mulai dari yang paling sering adalah paru-paru, kulit, tulang dan sendi, selaput otak, usus serta ginjal TBC (Ekstrapulmonal). Distribusi geografis dan prevalensi Penyakit ini masih tetap menimbulkan masalah kecacatan dan kematian di banyak tempat di dunia. Penyakit ini sering bersamasama dengan kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, menyerang berbagai golongan umur dan merupakan penyakit keluarga. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Mycobacterium tuberculosis 2.Reservoir infeksi terutama pada manusia dan sapi. 3.Faktor host Risiko menderita penyakit ini tinggi pada usia dibawah 3 tahun, remaja serta dewasa muda. 4.Periode masa penularan Sepanjang masih dikeluarkannya bakteri TBC melalui sputum Penderita (BTA +). 5.Faktor lingkungan Sanitasi lingkungan memegang peran dalam penularan TBC. Cara penularan Melalui ludah dan udara pernafasan, terutama di daerah yang padat penduduk. 48
Masa inkubasi Berkisar antara 4 – 12 minggu dan menjadi laten pada TBC ekstra pulmonal Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Perbaikan kondisi sosial yang dapat meningkatkan risiko penularan seperti perumahan yang sehat. 2.Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan,laboratorium dan Xray. 3.Penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang bahaya dan cara penularan TBC. 4.Terapi preventif dengan obat Isoniazid(INH) pada TBC laten dan orang yang mempunyai risiko tinggi tertular TBC. 5.Pemberian Vaksin BCG pada bayi yang baru lahir. 6.Pemeriksaan X-ray dan sputum pada kasus yang mempunyai kelainan kronis pada pernafasan atau orang yang dicurigai menderita penyakit TBC. b.Pengobatan/terapi Medikamentosa Pemberian obat antimikrobial seperti INH,Ethambutol,Rifampicin dan Streptomycin atau Kanamycin injeksi (kombinasi dua atau tiga obat tersebut diatas)
49
16.Typhoid Fever Identifikasi Merupakan infeksi sistemik karakteristik dengan gejala demam terus menerus,sakit kepala,anorexia,pembesaran limpa dan bintik merah kemudaan di punggung dan contispasi, dapat terjadi perdarahan dan perforasi pada ileum. Bakteri typhus dapat diisolasi dalam darah dan urine atau faeces setelah minggu pertama, hasil pemeriksaan serologik darah algglutination reaksi positif pada minggu kedua. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis terdapat dimana-mana dibelahan bumi Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Salmonella typhi 2.Reservoir infeksi Manusia dan carrier 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang masih ada agen penyakit dalam faeces penderita atau carrier 5.Faktor lingkungan Food sanitation memegang peran penting Cara penularan Fecal oral atau melalui carrier Masa inkubasi 1- 3 minggu
50
Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Food sanitation 2.Pemeriksaan berkala pada tukang masak 3.Purifikasi dan chlorinisasi sumber air minum 4.Arthropoda Kontrol (lalat) b.Kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikrobial 17.Yaws (Frambesia) Identifikasi Penyakit kronis yang disebabkan oleh sejenis treponema pertenue,karateristik laesi pada kulit yang contagious, pada awalnya berbentuk papiloma pada muka dan extremitas selama beberapa minggu atau bulan kemudian mengalami proliferasi membentuk laesi seperti bunga raspberry (frambesia) dan terdapat bagian yang mengalami ulcerasi. Pada stadium lanjut dapat terjadi peradangan dan perusakan pada tulang panjang. Distribusi geografis dan prevalensi Predominan pada anak –anak di pedesaan yang beriklim panas dan lembab, terutama pada laki-laki. Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Treponema pertenue 2.Reservoir infeksi Manusia dan kera 3.Faktor host Prevalensi tinggi pada laki-laki 4.Periode masa waktu penularan Bervariasi dan dapat sampai beberapa tahun
51
5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Kontak langsung dengan exudat dari penderita Masa inkubasi 1-3 bulan Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang bahaya dan pencegahan penyakit frambesia. 2.Serologik survei pada kasus yang laten. 3.Diagnosa dan pengobatan dini. b.Kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikrobial Pengobatan spesifik : Penicillin G dosis 1.2 juta unit Intramuscular.
52
PENYAKIT MENULAR OLEH VIRUS
3
Penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus, seringkali menimbulkan kecacatan dan bahaya kematian karena tidak ada kekebalan bawaan (alamiah) untuk membunuh virus disamping daya tahan tubuh yang lemah terutama pada anak-anak. Di Indonesia,penyakit menular yang disebabkan oleh virus banyak diketemukan antara lain seperti poliomyelitis,campak,HIV,Demam Berdarah Dengue(DBD), hepatitis dan lainnya. Usaha – usaha pencegahan yang dapat dilakukan antara memberikan imunisasi aktif pada anak-anak dan orang-orang yang mempunyai risiko tinggi tertular penyakit.
Jenis Penyakit Menular oleh Virus Penyakit
Agen Etiologi
Transmisi
Masa Inkubasi
Kontrol
AIDS
HIV
kontak intim, alat kesehetan& tranfusi
Avian Infleunza
Virus H5 N1
udara pernafasan
1- 4 hari
biosecurity (B 3 K)
Chickenpox (varicella)
Virus(mirip dgn herpes zoster)
udara pernafasan, air ludah
2-3 minggu
isolasi
Common cold
Virus
person to person
1-4 hari
terapi simtomatis
Dengue
Virus
gigitan nyamuk aedes aegypti
3-15 hari
manipulasi lingkungan
Hepatitis Infectiosa
Virus
makanan dan minuman
15-35 hari
sanitasi makanan
Hepatitis B
Virus
Parenteral
45-160 hari
imunisasi aktif
Herpes Simplex
Virus
air ludah/liur
53
sex education & kondom
tdk diketahui
personal hygiene
Penyakit
Agen Etiologi
Transmisi
Masa Inkubasi
Kontrol
Infleunza
Virus tipe A.B,C
udara pernafasan
1-4 hari
Terapi simtomatis
Morbilli
Virus
air liur
8-13 hari
imunisasi aktif
Mump (parotitis)
Virus
udara pernafasan
18-21 hari
isolasi
Poliomyelitis
Virus tipe I,II,III
udara pernafasan & faeces penderita
7-21 hari
imunisasi aktif & booster
Rabies
Virus
gigitan binatang yg infeksi
10 hari sp 6 bulan
vaksinisasi pada binatang peliharaan
Rubella
V.rubella
air ludah
16-18 hari
imunisasi aktif
Smallpox (variola)
Virus
udara pernafasan & ludah
7-16 hari
imunisasi aktif
Yellow fever kontrol
Virus
gigitan nyamuk
3-6 hari
Aedes haemagogue dll
imunisasi& arthropoda.
1.Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Acquired Imuno Deficiency Syndromes) Identifikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang manusia dan menyebabkan terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga penderita mudah sekali terkena penyakit infeksi,kanker dan lainnya. Kumpulan gejala - gejala penyakitnya dikenal sebagai Acquired Imuno Deficiency Syndromes(AIDS), antara lain seperti berat badan terus 54
menurun,sering demam,gejala penyakit yang terkait seperti penyakit infeksi dan kanker, dan pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala penyakit infeksi atau kanker yang terkait dan diketemukan antibodi HIV(tes Elisa) dalam darah penderita. Distribusi geografis dan Prevalensi Tersebar diseluruh dunia,bersifat pandemis,pada tahun 2000 diperkirakan ada 30 - 40 juta orang yang terinfeksi dengan HIV serta 1.8 juta meninggal dunia. Di Indonesia, diperkirakan ada 35.000 – 50.000 orang yang terinfeksi HIV dengan prevalensi tertinggi di Indonesia bagian timur (Papua). Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Human Imunodeficiency Virus (HIV) 2.Reservoir infeksi : manusia 3.Faktor host Tidak ada spesifik kecuali prevalensi penularan tinggi pada usia produktif, pekerja sex,homosexual dan etnis tertentu. 4.Periode masa waktu penularan Antara 5 – 10 tahun, diketemukannya antibodi HIV pada penderita. 5.Faktor lingkungan Lingkungan sosial memegang peran penting, hidup,tempat hiburan malam dan wisata.
55
seperti
gaya
Cara Penularan (Mode of transmission) Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui : 1.Langsung Direct transmission melalui kontak intim. 2.Tidak Langsung Melalui media seperti donor darah, peralatan medis, alat suntik dan lainnya. Masa inkubasi Tidak diketahui secara pasti dan sangat tergantung sejauh mana terjadinya gangguan sistem kekebalan pada individu- individu. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Sosialisasi mengenai ancaman dan bahaya HIV kepada masyarakat. 2.Pendidikan Agama dan Kesehatan 3.Pemakaian alat pengaman seperti kondom pria dan wanita. 4.Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada pekerja sek ditempat lokalisasi. 5.Pemeriksaan tes Elisa pada setiap darah donor. 6.Pemeriksaan kesehatan berkala pada petugas laboratorium dan unit Palang Merah Indonesia (PMI) b.Pengobatan/terapi 1.Medikamentosa : Masih dalam tahapan clincial trail 2.Rehabilitasi : penderita HIV di Panti Khusus
56
2.Avian Infleunza Identifikasi Penyakit menular yang dikenal sebagai Flu burung, sedang melanda Indonesia saat sekarang ini, disebabkan oleh sejenis virus Infleunza strain H5 N1 yang ditularkan oleh unggas peliharaan dan babi pada orang yang susceptibel. Gejala penyakit ini berupa demam tinggi disertai dengan gejala radang paru-paru atau pneumonia akut yang dapat menimbulkan bahaya kematian. Diagnosa ditegakkan dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan diketemukannya virus H5 N1 pada sampel darah penderita. Distribusi geografi dan prevalensi Sementara ini,penyakit diketemukan di Indonesia,Vietnam dan Cina dan beberapa daerah di Asia. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Virus Infleunza strain H5 N1 2.Reservoir Unggas peliharaan seperti ayam,burung dan babi 3.Faktor host Belum diketemukan hal-hal yang spesifik,kemungkinan status imumnitas individu yang perlu diselidik dan menjadi penyebab utama mudahnya terserang penyakit flu burung. 4.Periode waktu masa penularan Belum diketahui secara pasti, saat unggas mati sampai terjadi penularan pada manusia diperkirakan hanya membutuhkan waktu beberapa hari. 5.Faktor lingkungan Memegang peran penting terutama yang berdekatan dengan kandang perternakan ayam,burung dan babi.
57
Cara penularan Diagram Cara Penularan
Unggas (Kotoran)
1
Udara
2 Manusia
Manusia Cluster
1. Virus infleunza H5 N1 yang ada pada kotoran unggas yang terinfekssi ditularkan ke manusia melalui udara pernafasan. 2. Penularan dari orang sakit ke orang lain yang berada ditempat yang sama melalui udara pernafasan disebut penularan cluster. Masa inkubasi Tidak jauh berbeda dengan virus influenza lainnya,pendek sekitar 24 – 72 jam. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Pormosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan dan kebersihan lingkungan seperti desinfeksi kandang unggas (biosecurity). 2. Mempergunakan masker pada pekerja peternakan unggas. 3. Memasak daging unggas pada temperatur 60◦C selama 1-2 menit 4. Tindakan spesifik memutuskan rantai penularan dengan cara case finding pada unggas dan manusia yang sudah terinfeksi virus H5 N1. 5. Pemberian vaksin (vaksinisasi) pada unggas peliharaan dan babi. 6.Membunuh,membakar serta mengubur unggas yang sudah mati atau terinfeksi. 58
b.Pengobatan/terapi -Terapi umum bersifat simtomatis -Perlu perawatan intensif diruangan khusus di Rumah Sakit yang telah ditunjuk oleh pemerintah (RS Infeksi Prof Dr. Sulianti Soeroso Jkt atau RS lain di daerah)
3.Chicken Pox (Varicella) Identifikasi Penyakit infeksi akut dengan gejala klinis demam ringan yang disertai dengan erupsi pada kulit berupa bercak merah (maculopapular) diseluruh badan yang timbul beberapa jam kemudian menjadi vesikel dalam waktu 3-4 hari. Jenis virus yang sama dapat reinfeksi menjadi penyakit herpes zoster berupa vesikel yang terlokalisir pada daerah kulit yang mendapat suplai saraf sensorik membentuk gerombolan vesikel sepanjang saraf dan biasanya unilateral. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat universal dan sekitar 75 % penduduk dunia pernah menderita penyakit varicella pada umur 15 tahun. Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Virus varicella - zoster 2.Reservoir infeksi Manusia yang infeksi 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan sekitar 1-5 hari sebelum terjadi rash dan sekitar 6 hari setelah terjadi gerombolan vesikel. 5.faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik 59
Cara penularan Kontak orang ke orang melalui ludah dan udara pernafasan. Masa inkubasi Berkisar antara 2 – 3 minggu Pencegahan dan kontrol a.Usaha- usaha pencegahan 1.Pemberian kekebalan pada kelompok usia berisiko tinggi berupa VZIG (Varicella Zoster Immune Globulin). 2.Pemberian gamma globulin pada pasien Herpes Zoster yang telah sembuh. b.Kontrol /terapi Terapi Simtomatis pada penderita.
4.Common Cold Identifikasi Infeksi akut oleh virus pada saluran nafas bagian atas,karakteristik berupa coryza,bersin,lacrimasi, iritasi pada nasopharynx, meriang dan mengigil sampai 2 – 7 hari. dan mempunyai tendensi terjadi sekunder infeksi oleh bakteri seperti ostitis media, sinusitis,laryngitis,bronchitis terutama pada anakanak. Distribusi geografis dan prevalensi Terdapat dimana-mana dapat terjadi endemis dan epidemis Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Rhinoviruses 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Terjadi pada keadaan akut 60
5.Faktor lingkungan Tempat tinggal atau barak yang penuh sesak Cara penularan Kontak langsung melalui ludah atau udara pernafasan Masa inkubasi 12 – 72 jam biasanya 24 jam Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Pendidikan kesehatan mengenai Personal hygiene(menutup mulut pada waktu batuk atau bersin dan membuang ludah tidak pada sembarangan tempat) 2.Menghindari tempat yang penuh sesak
5.Dengue Hemorrhagic Fever Identifikasi Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Dengur (DBD) merupakan penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan gejala klinis demam tinggi,perdarahan dibawah kulit(bintik - bintik merah dibawah kulit),mimisan,perdarahan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan darah berupa trombositopeni (sel trombosit < 200.000) Distribusi geografi dan prevalensi Bersifat endemis terutama di daerah tropis, angka prevalensi penyakit akan meningkat pada saat musim penghujan. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Arbo virus group B 2.Reservoir Manusia dan nyamuk aedes aegypti 61
3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Tidak ada penularan dari orang ke orang,penularan terjadi pada saat arbo virus bermultiflikasi dalam tubuh nyamuk. 5.Faktor lingkungan Lingkungan hidup jelek,genangan air bersih/hujan pada tumpukan sampah seperti ban bekas, kaleng bekas dan lainnya merupakan tempat ideal bagi perindukan nyamuk. Cara penularan Diagram Penularan Penyakit Memutus rantai penularan
Host (manusia)
orang lain
Arbo virus
Vektor (aedes)
Multiplikasi
Pada penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DBD) tidak terjadi siklus perubahan hidup dan hanya terjadi multiplikasi arbo virus dalam tubuh nyamuk aedes aegypti sebagai host intermediate atau carrier untuk menularkan penyakit pada orang lain. Masa inkubasi Biasanya antara 5-6 hari dan dapat juga sampai 2 minggu Pencegahan dan Kontrol Usaha – usaha pencegahan 1. Perbaikan lingkungan hidup Melakukan gerakan 4 M untuk mengurangi tempat perindukan 2. Melakukan pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa 62
3. Menghindari gigitan nyamuk dengan mempergunakan repellant, kasa dan kelambu. 4. Pendidikan kesehatan Penyuluhan tentang cara penularan, penanganan darurat dan bahaya kematian oleh penyakit DBD. b.Pengobatan/terapi -
Terapi simtomatis untuk mengurangi keluhan klinis Memberi infus sel trombosit untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
terjadi
6.Hepatitis A (Hepatitis Infectiosa) Identifikasi Gejala penyakit dimulai dengan demam,lesu,anorexia dan keluhan pada abdominal kemudian disertai dengan icterus. Angka kematian kurang dari 1 %. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis dan epidemis dimana - mana dibelah bumi,wabah biasanya terjadi didaerah pedesaan,asrama dan daerah kumuh. Differensial diagnosa dengan penyakit lain yang dapat menimbulkan icterus. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit virus hepatitis A 2.Reservoir infeksi Manusia dan sejenis chimpaze 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Pada pertengahan masa inkubasi dan dilanjutkan pada stadium Icterus. 5.Faktor lingkungan Sanitasi lingkungan yang jelek 63
Cara penularan Fecal – oral melalui makanan dan air yang terkontamisi Masa inkubasi 15-50 hari,rata-rata 28 – 30 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Pendidikan kesehatan mengenai sanitasi lingkungan dan personal hygiene. 2.Prophylaxis pemberian human immune globulin(IG) single dose 0.02 ml/kg didaerah endemis b.Kontrol/terapi 1.Isolasi penderita 2.Desinfeksi faeces,urine dan darah penderita 3.Pemberian vaksin hepatitis (HBIG) 7.Hepatitis B (Serum Hepatitis) Identifikasi Penyebabnya adalah virus hepatitis tipe B. Gejalanya tidak khas, anorexia, nausea, kadang-kadang ikterik. Carrier rate yang ditunjukkan oleh HBsAg di Indonesia secara geografis bervariasi antara 5-20 %, dengan demikian Indonesia termasuk wilayah endemis tinggi/sedang. Kelompok risiko tinggi adalah bayi dari ibu pengidap (70-10%), pecandu narkotik, tenaga medis dan paramedis, pasien hemodialisa, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupuntur. Penularan selain horizontal juga veritkal dari ibu pengidap ke bayi yang dilahirkan. Case Fatality rate hepatitis B < 1%. Yang menjadi masalah adalah HbsAG yang menetap diatas 6 bulan (carrier), selain menjadi sumber penularan juga membahayakan bagi penderita itu sendiri. HbsAG ditemukan pada sepertiga dari kasus hepatitis kronik atau cirrhosis hepatitis dan 80% dari penderita kanker hati, terutama bila infeksi terjadi pada masa prenatal. 64
Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat endemis dan terdapat dimana-mana dibelahan bumi. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Virus hepatitis B 2.Reservoir infeksi Manusia dan sejenis chimpazee 3.Faktor host tidak ada yang spesifik kecuali kebiasaan minuman keras 4.Periode masa waktu penularan Tidak tentu dari beberapa minggu sampai tahun. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik kecuali jenis pekerjaan Cara penularan Parenteral (Intravenous,intramuscular,inoculasi,transfusi darah dan peralatan medis) Masa inkubasi 45 -160 hari Pencegahan dan kontrol Pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi terutama pada neonatus. Di Indonesia vaksinasi hepatitis B baru dapat dilaksanakan secara bertahap di 4 propinsi pada tahun 1991 menjadi 10 propinsi pada tahun 1992 di daerah yang mempunyai angka prevalensi HbsAG tinggi. 8.Herpes Simplex Identifikasi Merupakan infeksi virus karakteristik berupa laesi primer berbentuk visikel pada kulit dan selaput lendir,laten dan tendensi timbul terlokalisir. HSV tipe 1,biasanya asimtomatis dan menyerang pada anak-anak, sedangkan HSV tipe 2 menyebabkan herpes genetalia, menyerang pada orang dewasa dan ditularkan melalui kontak sexual. 65
Distribusi geografis dan prevalensi Tersebar diseluruh dunia,70 -90% pada orang dewasa mempunyai kekebalan terhadap HSV tipe 1. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Virus herpes simplex tipe 1 dan 2 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik kecuali umur penderita 4.Periode masa waktu penularan 7 -12 hari pada laesi primer melalui saliva 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan HSV tipe 1 kontak melalui air liur penderita dan HSV tipe 2 kontak melalui hubungan sexual Masa inkubasi 2-12 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Personal hygiene dan pendidikan kesehatan 2.Menghindari kontak dengan penderita 3.Memakai alat pelindung pada pekerja medis.(sarung tangan) b.Kontrol/terapi 1.pemberian preparat adenine arabinoside(vidarabine) untuk mencegah encephalitis dan kelainan pada mata.
66
9.Infleunza Identifikasi Infeksi akut oleh virus pada saluran pernafasan,karakteristik ditandai dengan demam, myalgia, sakit kepala, mengigil, pilek,batuk dan sakit menelan.Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 2 – 7 hari Distribusi geografis dan prevalensi Penyakit ini pernah menjadi pandemik pada tahun 1889.1918,1957 dan 1968. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit virus infleunza tipe A,B,C 2.Reservoir infeksi Manusia dan unggas 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Terbatas sampai 3 hari dari pertama kali infeksi 5.Faktor lingkungan Lingkungan hidup yang penuh sesak Cara penularan Kontak langsung dengan air liur penderita Masa inkubasi Pendek sekitar 24 – 72 jam Pencegahan dan kontrol a.Usaha- usaha pencegahan 1.Pendidikan kesehatan Personal hygiene dan bahaya penyakit infleunza. 2.Melakukan imumnisasi aktif
67
b.Kontrol/terapi Medikamentosa Simtomatis
10.Morbilli/Measles/Campak Identifikasi Merupakan penyakit infeksi akut oleh virus yang sangat menular dengan tanda-tanda awal berupa selesma disertai konjungtivitis, sedang tanda khas berupa koplik spot jarang dapat terdeteksi. Rash timbul dimulai dari dahi dan belakang telinga, kemudian menyebar ke muka, badan dan anggota badan. Pada kulit yang gelap rash kadang-kadang sulit dilihat. Perlu dilakukan differensial diagnosa karena ada 4 penyakit viral lain dan 1 bakterial yang mempunyai gejala yang serupa yang dikenal dengan “measles like syndrome”. Khusus untuk campak setelah 3-4 hari rash mulai menghilang meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang bertahan 1-2 minggu, diakhiri dengan kulit mengelupas (halus). Tanda ini adalah pathognomonis untuk campak. Hal ini penting diketahui karena anak yang pernah mengalami “measles like syndrome” masih memerlukan imunisasi campak. Tingkat penularan campak sangat tinggi. Tanpa program imunisasi attack rate mencapai 93,5 per 1000 kelahiran hidup,. Kekebalan meternal yang dibawa anak berangsur-angsur berkurang sampai hilang daya proteksinya rata-rata pada umur 9 bulan. Komplikasi terjadi pada 30% penderita berupa otitis media, conjunctivitis berat, enteritis dan pneumonia. Komplikasi ini sering menyertai penderita campak dengan gizi kurang. Case Fatality Rate 3,5 % dan dapat mencapai 40% pada penderita dengan gizi buruk. Campak adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah. Letusan (Kejadian Luar Biasa) campak biasanya terjadi pada daerah padat penduduk. Campek sendiri tidak begitu berbahaya akan tetapi penyakit penyerta yang terjadi akibat turunnya daya tahan tubuh seperti bronchitis, 68
Gasteroenteritis, Penumonia keadaan penderita.
yang
biasanya
yang
memperberat
Distribusi geografis dan prevalensi Tersebar diseluruh dunia dan sekitar 90% penduduk dunia sudah pernah menderita campak. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Morbilli virus paramyxoviridae 2.Reservoir Manusia 3.Faktor host Pada kelompok umur balita 4.Periode masa waktu penularan Periode prodomal penyakit sampai timbul rash pada kulit 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Kontak melalui air liur,ingus dan cairan yang berasal dari tenggorok penderita Masa inkubasi Biasanya 10 hari bervariasi antara 8 -13 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha –usaha pencegahan 1.Imunisasi aktif Pemberian vaksin campak satu kali dapat memberikan kekebalan sampai lebih dari 14 tahun. Untuk mengendalikan penyakit ini diperlukan cakupan imunisasi minimal 80-95 % secara merata selama bertahun-tahun. Immunisasi biasanya diberikan mulai pada umur 9 bulan. 2.Pendidikan kesehatan Tentang pentingnya imunisasi dan bahaya penyakit campak pada ibu/calon ibu.
69
b.Kontrol/terapi Medikamentosa Pemberian preparat antimikrobial untuk mencegah terjadi sekunder infeksi.
11.Parotitis(Mumps) Identifikasi Infeksi akut oleh virus, karakteristik ditandai dengan demam,pembengkakan pada kelenjar ludah parotis,kadang-kadang pada kelenjar sublingual atau submaxillary. Seringkali disertai dengan orchitis pada laki-laki (15-25%) dan oophoritis pada wanita (5%) dan radang pada organ lain seperti pancreatitis,thyroiditis,nepheritis,mastitis dan lain. Distribusi geografis dan prevalensi Tidak regular terjadi seperti penyakit menular lain campak dan cacar air. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Paramyxovirus 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan 6 – 9 hari sebelum terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah dan tertinggi sekitar 48 jam sebelum terjadi pembengkakan. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Kontak langsung dengan air liur penderita Masa inkubasi 2 -3 minggu,biasanya 18 hari 70
Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Imunisasi aktif 2.personal hygiene b.Kontrol/terapi Medikamentosa Simtomatis
12.Poliomyelitis Identifikasi Penyebabnya adalah Gejala awal tidak spesifik, seperti infeksi saluran bagian atas dan demam ringan. Paralisis yang bersifat flaccid tanpa menganggu sensibilitas kemudian timbul, dapat mengenai hanya 1-2 serabut otot, atau sekelompok otot. Kelumpuhan biasanya tidak simetris, dapat menyerang otot anggota badan, saluran pernapasan atau otot untuk menelan. Sekitar 15% dari penderita dapat sembuh dalam waktu 6 minggu sisanya menetap meninggalkan atropi otot. Ada beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan, selain poliomyelitis, adalah :
1. Guillain Barre Syndrome (GBS) 2. Transverse Myelitis (TM) Attack Rate bila tanpa program imunisasi adalah 37,24 per 100.000 anak umur 0-4 tahun. Case Fatality Rate sekitar 6%. Antibodi alamiah dari ibu yang mempunyai kekebalan hanya dapat melindungi anak pada minggu-minggu pertama.
71
Distribusi geografis dan prevalensi Terjadi dimana - mana dibelahan bumi sebelum ada program imunisasi dan bersifat sporadis pada negara yang sedang berkembang. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Virus polio tipe 1, 2, dan 3. 2.Reservoir infeksi Reservoir hanya pada manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik Pada kelompok sosial ekonomi atas infeksi terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa dimana gejalanya lebih berat. 4.Periode masa penularan Tidak diketahui secara pasti,virus polio diketemukan di cairan lendir ditenggorokan 36 jam dan faeces 72 jam setelah terjadi infeksi. 5.Faktor Lingkungan Sanitasi lingkungan yang jelek menjadi penyebab utama terjadinya fecal-oral transmisi Cara Penularan(Mode of Transmision) Penularan virus polio secara fecal-oral atau droplet sangat cepat terutama didaerah pemukiman yang padat dengan sanitasi kurang. Karena itu pada masyarakat kelas ekonomi rendah, sebelum usia 3 tahun seorang anak biasanya telah mempunyai antibody terhadap polio terutama penderita yang subklinis. Masa Inkubasi Umumnya 7 - 14 hari pada kasus paralitik, bervariasi antara 3 – 35 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan Pencegahan dengan vaksin polio trivalen adalah cara yang paling efektif dan efisien. Pada suatu kelompok masyarkat dengan cakupan imunisasi tinggi (meskipun tidak 100%) untuk waktu yang cukup lama, eradikasi (tidak ada kasus) polio dapat dicapai. Hal ini diterangkan dengan “herd Immunity “, dimana melalui percemaran 72
secara fecal oral, antigen vaksin polio dapat memberikan kekebalan kepada anak-anak yang belum terinfeksi atau tervaksinasi. b.Kontrol/terapi Medikamentosa : hanya bersifat simtomatis Rehabilitasi : Fisioterapi dan penggunaan alat bantu berjalan.
13.Rabies(Hydrophobia) Identifikasi Penyakit encephalomyelitis yang akut dan fatal ditandai demam,sakit kepala dan perasaan takut,kemudian disertai dengan spasme dan paralyse otot menelan (hydrophobia) dan otot pernafasan. Distrbusi geografis dan prevalensi Jarang pada manusia dan merupakan penyakit primer pada binatang seperti anjing dan sejenis kekelawar Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Rhabdovirus (virus rabies) 2.Reservoir penyakit Binatang buas seperti anjing,srigala dan jenis kekelawar. 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan 3-5 hari setelah digigit binatang. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Virus rabies yang ada pada air liur binatang infeksi masuk kedalam tubuh manusia melalui luka gigitan. Masa inkubasi 2 – 8 minggu,bervariasi dari 10 hari sampai bertahun tergantung dari besar luka dan bagian tubuh yang luka. 73
Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Vaksinisasi rabies pada binatang peliharaan (anjing) 2.Pemberian imunisasi pada orang yang digigit anjing dan dicurigai menderita rabies. 3.Registrasi kepemilikan anjing peliharaan. b.Kontrol/terapi
14.Rubella Identifikasi Penyakit infeksi akut oleh virus ditandai dengan demam ringan dan bintik dan berkas merah pada seluruh badant mirip dengan campak. Congenital rubella syndrome terjadi pada kehamilan trisemester pada wanita berupa cataract,microphtalmia ,microcephaly,mental retardation,hepatomegaly,glaucoma,kelainan pada katub jantung dan tulang. Perlu dilakukan differesial diagnosa dengan measles dan erisepelas. Distribusi geografis dan prevalensi Tersebar diseluruh dunia dan bersifat endemis. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Virus rubella 2.Reservoir penyakit Manusia 3.Faktor host risiko tinggi pada wanita hamil dapat menyebabkan congenital rubella. 4.Periode masa waktu penularan sekitar 1 minggu sebelum atau 4 hari setelah terjadi rash pada kulit. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik 74
Cara penularan Kontak dengan cairan yang berasal dari nasopharynx penderita Masa inkubasi 1-7 hari biasanya 1-3 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Imunisasi aktif 2. Pemberian Immune Globulin (IG) pada wanita hamil pada trisemester kehamilan. b.Kontrol/terapi Medikamentosa Simtomatis
15.Smallpox (Variola) Identifikasi Merupakan infeksi virus yang sistemik dengan exanthem disertai demam,lesu,sakit kepala,kadang-kadang sakit pada punggung dan perut,setelah 2-4 hari demam turun rash yang terjadi menjadi macula,papula,vesikel,bernanah dan permukaan kulit menjadi berlubang (bopeng). Distribusi geografis dan prevalensi Tersebar diseluruh dunia.dan sekarang dinyatakan dunia telah bebas dari cacar. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Virus variola 2.Reservoir penyakit Manusia (setelah dinyatakan bebas hanya ada di laboratorium) 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik
75
4.Periode masa waktu penularan Minggu pertama dari infeksi 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Kontak intim melalui pernafasan Masa inkubasi 7 – 17 hari biasanya 10 -12 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan Pemberian vaksin untuk pekerja research. b.Kontrol/terapi
16.Viral Fevers (Chikungunya) Identifikasi Merupakan penyakit demam yang disebabkan oleh virus dengan tanda-tanda klinis sakit kepala,lesu,arthralgia atau myalgia dan kadang-kadang disertai mual dan muntah. Di Indonesia dikenal sebagai chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Distribusi geografis dan prevalensi Endemis dibeberapa tempat di Amerika dan di Indonesia dikenal sebagai penyakit chikungunya dilaporkan berjangkit dibeberapa daerah di Jawa Barat. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Sejenis virus yang sama seperti penyakit yang ada di Amerika dan tempat lain. 2.Reservoir penyakit Belum diketahui dan diduga berasal sejenis burung atau kera dan Binatang pengerat. 76
3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Tidak langsung dari manusia ke manusia dan belum diketahui. 5.Faktor lingkungan Memegang peran penting terutama yang berhubungan dengan tempat perindukan nyamuk aedes. Cara penularan Melalui gigitan nyamuk aedes aegypti Masa inkubasi 3 – 12 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Perbaikan lingkungan hidup Melakukan gerakan 4 M untuk menguras tempat perindukan 2. Melakukan pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa 3. Menghindari gigitan nyamuk dengan mempergunakan repellant, kasa dan kelambu. 4. Pendidikan kesehatan b.Pengobatan/terapi -Terapi simtomatis untuk mengurangi keluhan klinis
77
PENYAKIT
4
MENULAR OLEH PARASIT
Penyakit menular yang disebabkan oleh mikro organisme yang hidup nya tergantung dengan makluk lain atau mengalami perubahan siklus hidupnya dalam tubuh makluk lain disebut dengan parasit antara lain seperti cacing,protozoa,ricketsia dan jamur akan menimbulkan penyakit – penyakit tertentu pada manusia dan kadang – kadang dapat menimbulkan bahaya kematian. Jenis Penyakit Menular oleh Parasit Penyakit
Amoebiasis
Agen Etiologi
Entamoeba histolytica
Transmisi
Masa Inkubasi
Kontrol
fecal – oral
bbp hari sp bulan
food sanitation & kontrol carrier
Ankylostomiasis A.duodenale lingkungan & N.americanus
skin contact,
2-10 minggu
sanitasi
Ascariasis lingkungan
A.lumbricoides
fecal – oral
2 bulan
sanitasi
Candidiasis hygienis
C.albican &
kontak dengan
5-7 hari
sanitasi &
tropicalis
pencemaran tanah
cairan dr pasien
Elephantiasis
Species
gigitan nyamuk
arthropoda (Filariasis)
Wuchereria
culex
Enterobiasis
Enterobius vermicularis
memakai sepatu
fecal – oral reinfeksi
1 bulan sp tahun
case finding dan kontrol
4-6 minggu
sanitasi & hygienis
Malaria
P.vivax,malariae, ovale,falcifarum
gigitan nyamuk anopheles
bervariasi
prophylaksis dan terapi.
Plague
Pasteurella pestis
rodent (flea)
2-10 hari
rodent kontrol
78
Penyakit
Agen Etiologi
Transmisi
Masa Inkubasi
Trichuriasis
Trichuris trichiuria
telur cacing fecal -oral
tdk jelas
Scabies
Sarcoptes scabiei
kontak dgn penderita 7-48 jam (peralatan yg dipakai)
Kontrol sanitasi & hygiene personal hygiene
1.Amoebiasis Identifikasi Merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik yang disebabkan oleh sejenis protozoa Entamoeba histolytica. Group simtomatis dapat dibedakan menjadi intestinal dan ekstra intestinal amoebiasis, yang termasuk dalam intestinal amoebiasis adalah amoeba disentri,colitis non disentri,amoeboma, appendicitis amoeba dan berbagai komplikasi seperti perforasi dan perdarahan usus. sedangkan yang termasuk ekstra intestinal amoebiasis berupa penyebaran ke hati, paru - paru, otak, limpa, kulit dan biasanya dapat menyebabkan kematian. Diagnosa ditegakkan dengan diketemukannya kista atau trophozoite pada tinja penderita. Distribusi geografis dan Prevalensi Penyakit amoebiasis merupakan masalah kesehatan internasional dan terjadi di setiap bagian belahan dunia dan diperkirakan menyebabkan 10 % penduduk dunia menderita kesakitan oleh amoebiasis. Riwayat Penyakit - Agens penyakit Entamoeba histolytica,sejenis protozoa yang hidup diusus besar pada manusia dan beberapa jenis kera. - Reservoir infeksi Manusia adalah reservoir utama dari E.histolytica, tinja yang mengandung kista merupakan sumber utama terjadi penularan 79
infeksi,penderita amoebiasis asimtomatis dan kronis sangat berbahaya bagi masyarakat karena tinjanya mengandung kista, sedangkan pada penderita amoebiasis akut hanya mengeluarkan trophozoites yang tidak dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Kista dapat bertahan lama di alam bebas pada suhu rendah dan lembab, mati pada suhu diatas 35 °C. - Faktor host Menyerang pada semua umur dan jenis kelamin, merupakan penyakit keluarga dimana seorang anggota keluarga yang menderita amoebiasis dapat menularkan pada anggota keluarga lain. - Periode masa waktu penularan Manusia adalah sumber utama infeksi dari amoebiasis, sepanjang kista masih dikeluarkan melalui tinja penderita amoebiasis kronis atau asimtomatis, masa periode waktu penularan dapat bertahan sampai beberapa tahun lamanya. - Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan dan kebiasaan membuang kotoran besar pada sembarangan tempat dan terbuka merupakan faktor penting penyebab terjadinya transmisi penyakit disamping status sosial ekonomi yang jelek ikut juga berpengaruh. Cara Penularan (Mode of transmission) Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui : 3. Kontaminasi sumber air Pencemaran sumber air dengan tinja penderita amoebiasis dimana klorin pada air minum tidak dapat membunuh kista E. histolytica dan merupakan sumber utama dari penularan amoebiasis pada masyarakat. 4. Kontaminasi pada sayuran Penggunaan tinja manusia sebagai pupuk tanaman sayuran,bila sayur langsung dimakan atau tidak dimasak secara baik. 5. Tangan (Food handler) Cara dan kebiasaan masak yang tidak higienis,ditularkan melalui tangan dan kuku.
80
6. Lalat rumah Terjadi transmisi secara mekanis,dimana lalat rumah yang telah hinggap di tinja penderita pergi mencari makan dan hinggap di makanan yang ada. Masa inkubasi Berkisar antara 3-4 minggu,pada keadaan infeksi yang masif masa inkubasi dapat menjadi lebih pendek. Pencegahan dan Kontrol Preventif Primer 1. Pembuangan tinja manusia yang memenuhi persyaratan sanitasi 2. Penggunaan sumber air yang baik dan dimasak 3. Perlengkapan dapur dan cara memasak yang higienis 4. Desinfeksi dan mencuci sayuran 5. Menutup dan menyimpan makanan agar terhindar dari lalat 6. Pemeriksaan kesehatan berkala pada tukang masak di rumah makan dan restaurant. 7. Pendidikan kesehatan Preventif Sekunder 1. Diagnosa dini Perlu dilakukan karena gejala klinis dari amoebiasis biasanya bersifat asimtomatis kecuali pada keadaan yang berat dan perlu dilakukan diferensial diagnosa dengan baciler disentri terutama pada disentri amoebiasis. 2. Pengobatan/terapi Pemberian obat metronidazole atau flagyl merupakan obat Pilihan pada disentri amoebiasis. Dosis rekomendasi Dewasa : 500 mg, dua kali sehari selama 5-7 hari Anak-anak : 50 mg/kgbb, dua kali sehari selama 5-7 hari Kronis/kista : 500 mg, dua kali selama 5 – 10 hari 81
2.Ankylostomiasis Identifikasi Ankylostomiasis atau infestasi cacing tambang pada usus halus manusia, merupakan penyakit kronis dengan gejala klinis yang tidak begitu jelas, bervariasi tergantung dari berat ringan anemia dan hipoproteinemia yang terjadi. Cacing dewasa menempel di dinding usus halus dan mengisap darah sehingga menyebabkan terjadinya anemia microcyter dan malnutrisi. Gejala klinis lainnya berupa dermatitis pada saat larva masuk kedalam tubuh melalui kulit,gangguan pencernaan dan gangguan pernafasan oleh karena migrasi larva melalui paru-paru. Distribusi geografi dan prevalensi Terdapat diseluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis dengan kondisi tanah,kelembaban dan temperatur yang cocok untuk perkembangan larva infektif. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Necator americanus dan Ankytostoma duodenale 2.Reservoir infeksi : manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik hanya kecendrungan penularan sering terjadi pada anak-anak prasekolah dan petani. 4.Periode masa waktu penularan Tidak langsung menularkan dari orang ke orang lain,tetapi bila tinja orang yang menderita penyakit mengotori tanah maka telur cacing akan menjadi larva yang infektif terhadap orang yang ada disekelilingnya. 5.Faktor lingkungan Berhubungan erat dengan kesehatan lingkungan terutama buang air besar yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
82
Cara penularan Diagram Penularan
4 Larva infektif
5 Kulit
Paru – paru
3 Telur menetas Tanah
Pharynx 6
2
1 Telur
Dewasa Usus halus
1. 2. 3. 4.
Cacing dewasa hidup diusus halus dan bertelur. Telur dikeluarkan bersama tinja penderita. Telur akan menetas dan menjadi larva infektif. Larva infektif masuk kedalam tubuh manusia lain melalui kulit telapak kaki. 5. Migrasi kedalam paru-paru melalui aliran limpe atau darah. 6. Masuk ke saluran pencernaan melalui pharynx dan menjadi dewasa dalam usus halus. Masa inkubasi Gejala klinis terjadi beberapa minggu atau bulan tergantung intensitas infeksi dan status gizi penderita, keluhan batuk dan gangguan pernafasan terjadi pada saat inflitrsi larva ke paru-paru dan hanya terjadi pada Necator americanus. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Pembuangan tinja yang baik dan memenuhi persyaratan sanitasi. 2. Pendidikan kesehatan tentang bahaya penyakit dan dianjurkan memakai alas kaki/sepatu. 3. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan pada orang yang berasal dari daerah endemik,bekerja didaerah pertambangan atau pertanian. 83
b.Pengobatan/terapi Obat – obat yang sering dipakai 1.Piperazine dosis : 75 mg/kgbb 2.Pyrantel pamoate dosis : 10 mg/kgbb single dose 3.Mebendazole dosis : 100 mg dua kali sehari selama 3 hari diatas umur 2 tahun 4.Levamizole dosis : 2.5 mg/kgbb single dose.
3.Ascariasis Identifikasi Ascariasis merupakan infestasi cacing Ascaris lumbricoides atau cacing gelang yang hidup didalam saluran pencernaan usus halus manusia. Cacing ini tidak mengisap darah atau merusak lapisan mucosa tetapi mengisap sari makanan yang ada didalam usus halus. Gejala klinis bervariasi,kadang - kadang tidak jelas dan biasanya ringan, baru diketahui setelah cacing dewasa keluar melalui rectum, mulut dan hidung, gejala lain yang berat berupa sindroma Loeffler yang khas berupa pernafasan tidak teratur,batuk dan diketemukan peningkatan jumlah sel eosinopilia pada pemeriksaan darah. Jumlah cacing yang banyak dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan,malnutrisi, sakit perut,muntah dan obstruksi pada saluran pencernaan. Cacing dewasa kadangkala bermigrasi ke hati,pancreas,paruparu, appendix dan peritoneum. Diagnosa ditegakkan setelah diketemukan telur cacing di tinja atau cacing dewasa yang keluar melalui rectum,mulut dan hidung. Distribusi geografi dan prevalensi Ascariasis terdapat di mana – mana pada setiap bagian dunia, diperkirakan 1 – 4 orang penduduk dunia menderita ascariasis terutama oleh karena kesehatan lingkungan yang jelek dan lebih 84
sering dijumpai pada anak-anak prasekolah dibandingkan dengan orang dewasa. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit A.lumbricoides, cacing yang besar berbentuk gelang hidup di usus halus manusia. 2.Reservoir infeksi : manusia 3.Faktor host Lebih banyak diketemukan pada anak – anak prasekolah dibandingkan dengan orang dewasa. 4. Periode masa penularan Telur cacing A.lumbricoides yang ada ditanah atau melekat di sayuran dalam waktu 3 minggu akan berisi embrio dan menjadi infektif serta dapat bertahan lama di alam bebas. 5.Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan memegang peran penting dalam memutuskan rantai penularan. Cara Penularan (Mode of transmission) Seekor cacing betina dewasa dapat bertelur sampai 200.000 butir setiap hari dan dikeluarkan bersama tinja penderita,telur – telur yang ada ditanah atau melekat pada sayuran akan menjadi infektif,apabila telur tersebut masuk bersama makanan akan menetas dan jadi dewasa dalam usus halus manusia. Masa inkubasi Cacing menjadi dewasa lebih kurang 2 bulan setelah telur cacing masuk bersama dengan makanan kedalam usus halus manusia. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha - usaha pencegahan 1. Cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi 2. Pendidikan kesehatan Berupa personal higienis antara lain mencuci tangan sebelum makan dan tidak membuang kotoran besar di sembarang tempat. 85
3. Menutup dan menyimpan makanan agar tidak terkontaminasi oleh lalat atau kotor. 4. Pemberian obat cacing secara berkala pada anak prasekolah. b.Pengobatan/terapi Obat – obat yang sering dipakai 1.Piperazine dosis : 75 mg/kgbb 2.Pyrantel pamoate dosis : 10 mg/kgbb single dose 3.Mebendazole dosis : 100 mg dua kali sehari selama 3 hari diatas umur 2 tahun 4.Levamizole dosis : 2.5 mg/kgbb single dose.
4.Candidiasis Identifikasi Candidiasis adalah sejenis jamur yang terdapat pada lapisan superficial kulit atau lapisan mucosa membran dan menyebabkan oral thrush (seriawan), interrigo, vulvovaginitis, paronychia atau onychomycosis. Ulkus atau pseudomembran dapat terbentuk pada tenggorokan, saluran pencernaan atau kandung kemih. Penyebaran melalui aliran darah dapat menyebabkan terjadi laesi pada ginjal,limpa, paru-paru,hati,endocardium,mata, otak dan selaput otak. Diagnosa ditegakkan berdasarkan dari hasil pemeriksaan laboratorium dan gejala klinis. Distribusi geografis dan prevalensi Terdapat dimana-mana dan biasanya bersifat sporadis.
86
Riwayat penyakit 1. Agens penyakit Candida albican, C. tropicalis. 2.Reservoir : Manusia 3.Periode masa penularan Tergantung dengan waktu laesi yang terjadi Cara penularan Kontak dengan cairan berasal dari mulut,kulit,vagina,atau peralatan seperti injeksi,kateter dan lainnya. Masa inkubasi Bervariasi antara 2-5 hari Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Diagnosa dini dan pengobatan lokal pada seriawan mulut,tenggorokan dan kandung kemih. 2. Diagnosa dini dan pengobatan pada vaginal thrush, semester tiga kehamilan untuk mencegah seriawan pada janin. 3. Pemeriksaan pada lawan pasangan sek, wanita yang menderita vulvovaginitis. 4. Menghindari pemakaian alat injeksi dan kateter yang tidak steril. b.Pengobatan/terapi Dengan obat- obatan antifungal - Lokal tropical antifungal,preparat Miconazole.ketoconazole -Sistemik oral antifungal, preparat griseofulvin, ketoconazole,nystatin
87
5.Elephantiasis (Filariasis) Identifikasi Elephantiasis atau filariasis juga disebut sebagai kaki gajah, disebabkan oleh sejenis nematoda dan ditularkan oleh nyamuk. Gejala klinis dapat akut atau kronis,demam,lymphangitis, lymphadenitis,elephantiasis atau pembengkakan pada alat genitalia,kaki atau tangan,hydrocele dan lainnya. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan diketemukannya microfilaria dalam cairan limpe atau darah. Distribusi geografi dan prevalensi tersebar di daerah tropis dan subtropis W.bancrofti didaerah Amerika latin,Afrika,Asia dan Pasifik selatan B.malayi didaerah Asia tenggara,India,Cina,Korea selatan B.timori di Indonesia bagian timur.(Flores dan Timor) Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Microfilaria Wucheria bancrofti,Brugia malayi,Brugia timori Vektor penyakit nyamuk culex pipiens,fatigans,mansonia, anopheles dan aedes. 2.Reservoir : Manusia 3.Faktor host tidak ada yang spesifik 4.Periode waktu masa penularan tidak ada penularan langsung dari orang ke orang lain,masa penularan dapat terjadi sepanjang mirofilaria masih ada didalam darah penderita,nyamuk menjadi infektif setelah mengisap darah dalam waktu 10 hari. 5.Faktor lingkungan lingkungan hidup yang jelek dan dominan untuk tempat perindukan dan populasi vektor nyamuk
88
Cara penularan Diagram Penularan
Sexual Stage
X Host (manusia)
orang lain
Micro filariae
case finding
Vektor (nyamuk)
Asexual Stage
Microfilaria akan mengalami perubahan hidup (stadium sexual) dan menjadi dewasa didalam kelenjar getah bening manusia sebagai Host definitif. Cacing betina akan memproduksi microfilariae dan masuk kedalam aliran darah perifer manusia pada malam hari(nocturnal periodicity) dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10:00 malam dan 2:00 pagi. Bentuk lain microfllariae dapat berada terus dalam aliran darah perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diurnal sub-periodicity).Bersifat endemis di daerah Pacifik Selatan dimana vektor nyamuknya mempunyai kebiasaan mengigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah perdesaan dibandingkan daerah perkotaan. Bila penderita Penyakit Kaki gajah ini digigit nyamuk dan mengisap darahnya, maka microfilariae di dalam tubuh vektor nyamuk akan mengalami multiplikasi dan menjadi sebagai host intermediate. Seandainya nyamuk infektious ini mengigit orang lain, maka pada air liur nyamuk yang penuh dengan microfilariae akan masuk kedalam aliran darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa. 89
Masa inkubasi 1-3 bulan setelah terjadi infeksi,awal penyakit hanya berupa gejala alergis didaerah bekas gigitan nyamuk. Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Case finding dan mengobati penderita sampai sembuh. 2. Perbaikan lingkungan hidup 3. Menghindari gigitan nyamuk (repellant,kasa dan kelambu) 4. Pendidikan kesehatan b .Pengobatan/terapi Medikamentosa : preparat Diethylcarbamazine Citrate (DEC) 4-6 mg/kgbb selama 14-21 hari single dose sesudah makan Tindakan operatif : apabila terjadi bendungan(elephantiasis) 6.Enterobiasis Identifikasi Disebut juga oxyuriasis atau cacing kremi, merupakan Infestasi cacing pada saluran pencernaan manusia dengan gejala klinis ringan seperti gatal-gatal didaerah anus terutama pada malam hari, sekunder infeksi akibat garukan dan kadang – kadang dapat terjadi appendicitis,salpingitis serta pelvis granuloma. Diagnosa dengan diketemukannya cacing dewasa pada tinja dan anus serta telur cacing pada pemeriksaan laboratorium. Distribusi geografi dan prevalensi Tersebar diseluruh dunia dan prevalensi tinggi pada daerah tropis dan anak-anak prasekolah. Riwayat penyakit 1. Agens penyakit Enterobius vermicularis 2. Reservoir : Manusia 3. 90
3. Faktor host anak – anak pra sekolah dan kebersihan pribadi 4. Periode waktu masa penularan selama cacing betina dewasa masih menghasilkan telur. 5. Faktor lingkungan memegang peran penting dalam penularan Cara penularan Diagram Penularan
Usus
Cacing Dewasa
Manusia sehat
1 2 Telur
Anus 3 reinfeksi
1. Cacing dewasa pergi ke rectum bertelur pada malam hari 2. Telur masuk bersama makanan ke manusia sehat dan menjadi cacing dewasa di usus besar 3. Reinfeksi dapat terjadi melalui tangan penderita setelah habis menggaruk rasa gatal di daerah anus Masa Inkubasi Antara 4 – 6 minggu Pencegahan dan Kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Mencuci tangan sebelum makan 2. Tidak sembarangan Buang Air Besar 3. Menjaga agar makanan tidak terkontaminasi oleh telur cacing 4. Pemeriksaan dan pengobatan berkala pada anak- anak prasekolah 91
b.Pengobatan/terapi Obat – obat yang sering dipakai 1.Piperazine dosis : 75 mg/kgbb 2.Pyrantel pamoate dosis : 10 mg/kgbb single dose 3.Mebendazole dosis : 100 mg dua kali sehari selama 3 hari diatas umur 2 tahun 4.Levamizole dosis : 2.5 mg/kgbb single dose. 7.Malaria Identifikasi Ada 4 jenis penyakit malaria pada manusia yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dan sulit dibedakan kecuali dengan pemeriksaan laboratorium. Konfirmasi laboratorium diketemukannya jenis parasit malaria pada pemeriksaan darah tepi. Distribusi geogarafis dan prevalensi Merupakan penyakit endemis didaerah tropis dan subtropis Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Plasmodium vivax,malariae,falcifarum,ovale 2.Reservoir infeksi terutama pada manusia dan orang hutan 3.Faktor host tidak ada yang spesifik kecuali orang negro (kulit hitam) mempunyai kekebalan alamiah terhadap infeksi dengan plamodium vivax. 4.Periode masa waktu penularan sepanjang masih diketemukannya infektif gametocytes didalam darah penderita. 5.Faktor lingkungan berhubungan dengan tempat perindukan nyamuk anopheles seperti hutan lebat dan genangan air dalam kolam bekas penambangan terbuka. 92
Cara penularan Diagram Penularan
Sexual Stage
orang lain
X Vektor anopheles
Pl. Malaria
donor darah
Host (mausia)
Asexual Stage
X Pada saat mengisap darah manusia, pada air liur nyamuk terdapat plasmodium malaria dalam stadium gametocyte masuk ke dalam tubuh manusia dimana gamet betina dan jantan akan bersatu menghasilkan sporozoites dalam bentuk cysta selama waktu 8 – 10 hari dan nyamuk anopheles sebagai host definitif dan sebagai host intermediate adalah manusia. Pada orang yang sensitif, sporozoite akan masuk kedalam sel hepar atau hepatocyte, berkembang menjadi exoerythrocytic schizonts. Hepatocyte akan pecah dan terjadi stadium asexual (merozoites) didalam darah biasanya selama 6 -11 hari dan kemudian berubah menjadi gametocyte setelah 3 - 14 hari, tergantung dari species parasit malaria. Malaria dapat juga ditularkan melalui transfusi darah donor dari orang yang infektif atau peralatan suntik bekas dipakai oleh orang yang infektif. Masa inkubasi tergantung dari jenis plasmodium vivax dan ovale 14 hari malariae 30 hari falcifarum 12 hari 93
Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. Pemberian terapi regular dan supresif pada daerah malaria 2. Perbaikan lingkungan hidup 3. Menggunakan kasa dan kelambu 4. Insektisida dan repellan 5. Pemeriksaan darah donor b.Kontrol/terapi Medikamentosa Preparat anti malaria Cloroqiune Primaquine Fansidar
8.Plague(Pest) Identifikasi Merupakan penyakit zoonosis yang spesifik dari rodent dan kutunya yang menular kepada manusia. Gejala awal berupa pembengkakan kelenjar limpe disekitar tempat gigitan rodent disertai sakit,bernanah dan demam. Diagnosa presumptif yang cepat dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik bipolar staining ovoid gram negative pada pemeriksaan mikroskop dan diagnosa pasti dengan tes passive hemagglitination mempergunakan Yersinia pestis Fraction - 1 antigen. Distribusi geografis dan prevalensi Dapat menimbulkan bahaya potensial pada daerah yang masih terdapat rodent liar yang menginfeksi tikus domestik pada daerah pertanian disetiap sudut belahan bumi . Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Pasteurella pestis 2.Reservoir infeksi rodent liar (reservoir alami) 94
3.Faktor host tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan dapat berminggu,bulan dan tahun 5.Faktor lingkungan lingkungan hidup jelek tempat yang ideal untuk habitat rodent Cara penularan melalui gigitan dan kotoran dari kutu tikus Xenopsylla cheopis Masa inkubasi 2- 6 hari Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1. 2. 3. 4.
Rodent kontrol Perbaikan lingkungan hidup Imunisasi aktif dengan vaksin pada daerah endemis. Penyuluhan kesehatan
b.Kontrol/terapi Medikamentosa Antimikrobial 9.Trichuriasis(Whipworm Disease) Identifikasi Infestasi cacing yang ditularkan melalui tanah dan hidup dewasa diusus besar manusia, asimtomatis dan pada keadaan yang berat dapat menyebabkan terjadi perdarahan,diare dan rectal prolapsus. diagnosa dengan diketemukannya telur dalam faeces penderita. Distribusi geografis dan prevalensi Kosmopolitan terutama di daerah yang beriklim panas dan lembab. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit cacing trichuris trichiuria (whipworm) 95
2.Reservoir infeksi manusia 3.Faktor host personal hygiene yang jelek 4.Periode masa waktu penularan Dapat terjadi sepanjang telur cacing masih ada ditanah dan dapat bertahan sampai bertahun-tahun. 5.Faktor lingkungan Sanitasi lingkungan yang jelek (buang air besar disembarangan tempat) Cara penularan
Diagram Penularan
Usus Besar 3
Cacing Dewasa
Manusia sehat
1 2 Tanah
Faeces
Keterangan gambar: 1. Cacing dewasa hidup diusus besar dan bertelur,telur dikeluarkan bersama faeces. 2. Ditanah telur akan menjadi telur yang embryonated dan dapat bertahan sampai bertahun. 3. Telur embryonated masuk kedalam saluran pencernaan manusia sehat dan menetas menjadi cacing dewasa diusus besar. Masa inkubasi Tidak diketahui dengan jelas
96
Pencegahan dan kontrol a.Usaha – usaha pencegahan 1.Cara pembuangan kotoran besar yang memenuhi persyaratan sanitasi 2.Personal hygiene dan food sanitation 3.pemberian obat cacing pada anak sekolah dasar b.Medikamentosa Obat – obat yang sering dipakai 1.Piperazine dosis : 75 mg/kgbb 2.Pyrantel pamoate dosis : 10 mg/kgbb single dose 3.Mebendazole dosis : 100 mg dua kali sehari selama 3 hari diatas umur 2 tahun 4.Levamizole dosis : 2.5 mg/kgbb single dose. 10.Scabies Identifikasi Seringkali diketemukan di asrama-asrama dan tempat publik dikenal sebagai kepinding atau kutu busuk. Distribusi geografis dan prevalensi Terdapat diseluruh belahan dunia yang berhubungan dengan buruknya sanitasi dan kemiskinan. Riwayat penyakit 1. Agen penyakit Sarcoptes scabiei 2. Reservoir infeksi Manusia 3. Faktor host Kebersihan individu 4. Periode masa waktu penularan akan berakhir setelah kutu dan telurnya hancur oleh pengobatan 97
5. Faktor lingkungan Memegang peran penting dalam penularannya. Cara penularan Kontak langsung dari kulit penderita ke kulit manusia sehat atau melalui peralatan tidur dan pakaian penderita. Masa inkubasi 2 -6 minggu Pencegahan dan kontrol a.Usaha-usaha pencegahan 1. Personal hygiene 2. Perbaikan lingkungan hidup b.Medikamentosa - Gamma benzene hexachloride 1 % (kwell) solution - Crotamiton(Tetmosol) - Tetraethyiruam monosulfide -Benzyl benzoate ointment
98
Daftar Kepustakaan Benenson,Abram S, “Control of Communicable Diseases in Man,13 th edition,PHA,Washington DC, 1981 Brown & Neva ;
“Basic Clinical Parasitology,Fifth edition,Appleton Century Crofts/Norwalk,Connecticut ,1983.
Chandra,Budiman’” Pengantar Kesehatan Lingkungan,” Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta,2007. Chandra,Budiman’” Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas,” Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta,2009. Ketchum,PA,
“ Microbiology Introduction for Health Professional”,New York;John Wiley & Sons Inc,1984.
Kruff & Chatton
“ Current Medical Diagnosis & Treatment ” Maruzen Asian Edition,1975.
Park & Park,
“ Textbook of Preventive and Social Medicine,”6th edition,Banarsida Bhanot,Jabarpur,India,1977
99