Perangko Berlangganan No.11/PRKB/JKP/PENJUALAN IV/2014
ISSN : 0853-8344
Harga eceran Rp.9.000,-
208/Thn.XX/Nopember-Desember 2014
e-mail:
[email protected] /
[email protected];
kardiovk;
@kardio_vaskuler;
tpkindonesia.blogspot.com
Penyakit Arteri Koroner Nonobstruktif Berkaitan dengan Peningkatan Progresif Angka Infark Miokard dan Mortalitas dalam 1 Tahun Hasil Cox Model dengan hasil Infark Miokard, Mortalitas, and Infark Miokard/Mortalitas
Diterjemahkan dari heartwire oleh Arindya Rezeky Penyakit arteri koroner nonobstruktif berhubungan dengan peningkatan risiko infark miokard dalam 1 (satu) tahun diban dingkan dengan individu tanpa adanya gangguan koroner, berdasarkan hasil analisis besar yang dilakukan pada pasien di sistem kesehatan Veteran Affairs (VA). Beberapa peneliti juga melakukan obsevasi secara progresif bahwa terdapat angka yang lebih tinggi pada individu yang mengalami infark dengan penyakit arteri koroner nonobstruktif pada satu, dua, atau tiga pembuluh darah, hal tersebut menun jukkan bahwa setelah pemeriksaan dasar karakteristik pasien, penyakit koroner non obstruktif berkaitan dengan peningkatan risiko infark miokard secara signifikan dalam 1 tahun dibandingkan pasien tanpa penyakit arteri koroner. Ketua peneliti dr. Thomas Maddox (Pusat Medis Denver VA, CO) mengatakan bahwa hasil tersebut berbanding lurus dengan dasar biologis dari penyakit arteri koroner dan
konsisten dengan studi biologik sebelumnya yang mengatakan bahwa mayoritas kejadian infark miokard berkaitan dengan stenosis nonobstruktif. Beliau mengatakan bahwa ketika klinisi melakukan angiografi koroner, fokus pada umumnya adalah melihat penyakit obstruk tif untuk menentukan penyebab angina dan untuk menentukan apakah pasien merupa kan kandidat untuk dilakukan PCI elektif. Namun, menurut Maddox hal ini menjadi suatu “pesan” penting yang disampaikan untuk kardiologis, dokter layanan primer, atau pasien yang dilakukan angiogram koroner dengan hasil hanya stenosis non obstruktif. Untuk pasien-pasien ini, “Memang benar bahwa stenosis nonobstruktif mungkin tidak menyebabkan nyeri dada dan mungkin anda bukan kandidat untuk dilakukan PCI, tapi itu bukan berarti anda baik-baik saja”, kata Maddox. “Hanya saja anda tidak perlu PCI pada saat itu. Hal yang anda butuhkan ada
Hazard ratio (95% CI)
Hasil Tanpa CAD
CAD dengan 1 pembuluh darah nonobstruktif
CAD dengan 2 pembuluh darah nonobstruktif
CAD dengan 3 pembuluh darah nonobstruktif
Infark Miokard (1 tahun)
1,0 (ref)
2,0 (0,8–5,1)
4,6 (2,0–10,5)
4,5 (1,6–12,5)
Mortalitas (1 tahun)
1,0 (ref)
1,4 (1,0–2,0)
1,0 (0,7–1,5)
1,6 (1,1–2,5)
Infark Miokard/ Mortalitas (1 tahun)
1,0 (ref)
1,4 (1,0–2,0)
1,2 (0,9–1,7)
1,8 (1,2–2,7)
lah pencegahan farmakoterapi dengan statin dan aspirin. Jika anda perokok, berhentilah merokok. Semua gaya hidup sehat yang kita tahu dapat membantu” Studi ini dipublikasikan pada 5 Novem ber 2014 oleh Journal of the American Medi cal Association.
Analisi Besar dari VA Healthcare Database Peneliti-peneliti mengumpulkan data penyakit nonobstruktif setelah adanya program Clinical Assessment, Reporting, and Tracking (CART) VA. Program CART (Bersambung ke hal.5)
10th Asian Interventional Cardiovascular Therapeutics 10th Asian Interventional Cardiovascular Therapeutics (AICT) telah diselenggarakan di Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta pada tanggal 27-29 November 2014. Lebih dari 500 peserta dari seluruh Asia berpar tisipasi dalam acara internasional tahunan kardiologi ini. Tepat setelah dibuka secara simbolis dengan opening ceremony , disajikan empat kelompok presentasi di setiap ball room berupa berbagai topik seputar dunia intervensi jantung dan pembuluh darah, termasuk Update in Mitral Clip, Complications in Coronary Intervention, Imaging and Physiology Summit for Complex Lession Intervention, Complex PCI, serta Live demo dari berbagai pusat jantung di Asia. Hari pertama perhelatan AICT ke-10 ini ditutup dengan acara makan malam bersama (gala dinner) yang diselenggarakan di Hotel JW Marriott.
Hari kedua AICT ke-10 dimulai dengan 4 topik utama dalam setiap ballroom. Salah satu topik yang menarik adalah mengenai upaya meningkatkan pelayanan terhadap kasus ST-Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI) dengan menciptakan sebuah STEMI Networks. Dipimpin oleh dr. Sunarya Soerinata SpJP(K) dan Sameer Mehta, MD, dalam diskusi ini, semua peserta diajak untuk membahas tentang prosedural terapeutik pada kasus STEMI kompleks. Selain itu tidak kalah penting, juga dibahas mengenai tantangan untuk meningkatkan manajemen prehospital terhadap kasus STEMI guna meningkatkan proses rujukan pasien dan meminimalisir keterlambatan. Setelah istirahat makan siang, pertemuan ilmiah dilanjutkan dengan sesi yang berbeda seperti sesi CTO, Imaging for Cardiovascular Interventional, Serious Complication in Cardio-
vascular Intervention dan live demo. Hari terakhir AICT ke-10 ini dilanjutkan dengan pertemuan ilmiah setengah hari.
Joint Session AICT-EuroPCR menjadi sebagian besar bagian dari acara pada kongres hari ke-3 ini, hingga acara penutupan.*
2
208/Thn.XX/Nopember-Desember 2014
S Tabloid Profesi
KARDIOVASKULER STT no. 2143/SK/Ditjen PPG/STT/1995 tanggal 30 Oktober 1995 ISSN : 0853-8344
SUSUNAN REDAKSI Ketua Pengarah: DR. Dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA Pemimpin Redaksi: Dr. Sony Hilal Wicaksono, SpJP Redaksi Konsulen: Dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K) Prof.DR. Haris Hasan, SpPD, SpJP(K) Dr. Budi Bhakti Yasa, SpJP(K) Dr. Fauzi Yahya, SpJP(K) Dr. Antonia A. Lukito, SpJP(K) Tim Redaksi: Bidang Cardiology Prevention & Rehabilitation Dr. Basuni Radi, SpJP(K) Dr. Dyana Sarvasti, SpJP Bidang Pediatric Cardiology Dr. Indriwanto, SpJP(K) Dr. Radityo Prakoso, SpJP Bidang Cardiovascular Emergency Dr. Noel Oepangat, SpJP(K) Dr. Isman Firdaus, SpJP Bidang Clinical Cardiology Dr. Sari Mumpuni, SpJP(K) Dr. Rarsari Soerarso, SpJP Bidang Interventional Cardiology Dr. Doni Firman, SpJP(K) Dr. Isfanudin, SpJP(K) Bidang Echocardiography Dr. Erwan Martanto, SpPD, SpJP(K) Dr. BRM. Ario Soeryo K., SpJP Bidang Cardiovascular Intensive Care Dr. Sodiqur Rifqi, SpJP(K) Dr. Siska Suridanda, SpJP Bidang Cardiovascular Imaging Dr. Manoefris Kasim, SpJP(K) Dr. Saskia D. Handari, SpJP Bidang Cardiac Surgery & Post-op Care Dr. Bono Aji, SpBTKV Dr. Pribadi Boesroh, SpBTKV Dr. Rita Zahara, SpJP Bidang Vascular Medicine Dr. Iwan Dakota, SpJP(K) Dr. Suko Ardiarto, PhD, SpJP Tim Editor: Dr. Sidhi Laksono Purwowiyoto Fotografer: Dr. M. Barri Fahmi Harmani Sekretaris/Keuangan: Endah Muharini Bagian Iklan: Bimo Sukandar Bagian Perwajahan: Asep Suhendar Alamat Redaksi dan Tata Usaha: Wisma Harapan Kita Bidakara, Lt.2, RS Jantung Harapan Kita, Jln. S Parman Kav. 87, Jakarta 11420, Telp: 02170211013 atau Telp/Fax.: 5602475 atau 5684085-93 pes. 5011 e-mail :
[email protected] atau
[email protected] Penerbit: H&B Heart & Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia)
Manajemen: Yayasan PERKI Pencetak: PT. Oscar Karya Mandiri, Jakarta Tabloid Profesi KARDIOVASKULER diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Tabloid unik ini memang bereda dengan media kedokteran lainnya. Tata letaknya sedikit konservatif tapi enak dipandang. Bukan media yang berkesan ilmiah, tetapi media ilmiah yang sangat terjaga akurasinya, ditulis dengan bahasa tutur yang enak dibaca. Tabloid KARDIOVASKULER memang merupakan sarana untuk menyampaikan setiap informasi kedokteran mutakhir --khususnya terkait bidang kardiovaskuler-- bagi seluruh dokter Indonesia. Di era globalisasi, dikenal pemeo "so many journals, but so little time". Untuk itulah Tabloid KARDIOVASKULER hadir, membawa berita ilmiah kardiovaskuler terkini. Diedarkan terbatas khusus untuk dokter Indonesia. Infak ongkos cetak/kirim Rp150.000/tahun, transfer melalui Bank Mandiri acc: Tabloid Profesi Kardiovaskuler, RK no. 116-0095028024, Sandi Kliring: 008-1304 KK. Harapan Kita, Cab. S. Parman, Jakarta.
Dr. Sony Hilal Wicaksono, SpJP Pemimpin Redaksi
alam, Pembaca setia tabloid profesi kardiovas- kuler yang kami hormati, tak terasa kita telah memasuki akhir tahun 2014, siap menyambut tahun 2015. Khusus tabloid edisi kali ini kami berikan untuk anda pembaca Kardiovaskuler berupa Kalender 2015 disertai jadwal pilihan per temuan kardiovaskular di Indonesia dan seluruh dunia. Artikel yang kami muat di tabloid ini ada empat. Walaupun sedikit namun cukup panjang, yaitu tentang penilaian risiko infark miokard dengan CT coronary angiography yang kami jadikan headline, kemudian tentang transplantasi jantung mati, suatu seri kardiologi kuantum dari prof Budhi, berikutnya artikel yang membahas stratifikasi risiko dengan skor dan peran Lipoprotein (a) dalam penyakit kardiovaskular. Ulasan kegiatan The 10th Asian Interven
tional Cardiovascular Therapeutics yang barubaru ini telah digelar kami sajikan dibawah headline, disertai foto-foto di Galeri Foto pada halaman dua. Terimakasih atas dukungan para pembaca, kontributor, sponsor dan seluruh jajaran redaksi. Kami terus mengharapkan kebersa maan kita semakin erat di tahun 2015 yang akan datang. Partisipasi seluruh pihak dalam mengisi artikel ilmiah atau iklan untuk tabloid ini sangat kami harapkan. Seluruh jajaran staf redaksi tabloid profesi Kardiovaskular dan Pengurus Pusat PERKI mengucapkan Tahun Baru 2015 dan Selamat Natal bagi yang merayakannya. Selamat menikmati liburan panjang bersama keluarga. Sampai jumpa pada Januari 2015 yang akan datang. Terakhir, kami ucapkan selamat membaca tabloid Kardiovaskuler dan semoga berman faat.*
10th Asian Interventional Cardiovascular Therapeutic (AICT) 2014 Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta, 27-29 November 2014
3
208/Thn.XX/Nopember-Desember 2014
Kardiologi Kuantum (31)
Transplantasi Jantung "Mati"
Penyunting : Puji Santosa Penerbit : H & B/ Heart and Beyond PERKI Ukuran : 14,8 x 20,5 cm Isi : xvii + 110 (Dwi-Halaman, halaman tuntunan di kanan dan halaman tontonan di halaman kiri) Harga : Rp. 60.000, (belum termasuk ongkos kirim)
UNTUK TAHAP AWAL PENJUALAN HANYA DI REDAKSI TABLOID PROFESI KARDIOVASKULER
semua bantuan hidup termasuk mesin per nafasan dihentikan, sementara itu tampak jantungnya berhenti berdenyut perlahanlahan dalam waktu 15 menit. Secara hukum ditunggu lagi selama 5 menit dan dipasti kan benar-benar berhenti baru jantungnya dikeluarkan dan diletakkan dalam boks peralataan yang dapat memasukkan darah yang mengandung oksigen. Pelan-pelan jantung berdenyut kembali, kehangatan-nya dapat dijaga, diberi cairan pendukungnya, dan jantungnya dapat dibawa bersama dengan tempatnya tersebut. Di manakah kunci keberhasilannya? Apakah terletak pada cairan pendukungnya atau pada boks peralatannya yang dapat menyalurkan darah, cairan pendukung dan kemampuan menghangatkannya? Menurut Bob Graham kedua-duanya sama pentingnya karena secara aktual dapat terlihat awal jantung berdenyut dan berfungsi dengan baik akan lebih meyakinkan ahli bedah. Definisi kematian adalah matinya batang otak yang diperlihatkan oleh 2 elektroenfa logram, suatu rekaman aktivitas gelombang otak dalam 24 jam. Pada keadaan ini pasien di klasifikasikan sebagai meninggal, semua bantuan hidup masih dapat diberikan sam pai jantungnya dapat diambil. Jantungnya masih berdenyut dan tekanan darahnya masih baik, ia masih mendapatkan oksigen kemudian jantungnya diambil, diletakkan dalam es dan dibawa ke penerimanya. Dengan sistim Dr Graham dapat mening katkan jumlah donor sebesar 20-30% dari sebelumnya. Sekarang jantungnya dapat dipertahankan dalam waktu lebih lama. Sebagai perbandingan, kita hanya dapat mempertahankan dalam waktu 4 jam saja di dalam es, sehingga donor jantung hanya memungkinkan diperoleh pada jarak antara kota Queensland sampai Sydney. Sekarang memungkinkan mendapatkan donor di
Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond, adalah benang merah yang menghubungkan antara profesi penulis sebagai guru besar, dokter ahli jantung dan pembuluh darah dengan buku yang ditulisnya tentang Candra Jiwa Indonesia. Penulis berusaha melakukan introspeksi ke dalam diri-sendiri, menuju kalbu yang terdalam. Dalam bahasa Indonesia pemahaman makna kata ’jantung’ terasa unik. Ketika berubah orientasi ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan esoteris, maka kata jantung dipahami sebagai hati, atau kalbu, misalnya hatiku berdebar, padahal jantungnya yang berdetak. Atau sembah kalbu, yang mengatur nafas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur detak jantung secara teratur tenang. Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan bahasa Inggris (heart) walaupun esoteris dan maknanya berubah, suku katanya tetap. Kalau Serat Centini, warisan budaya Jawa bercerita tentang kisah perjalanan di darat, termasuk kulinernya pada jaman dahulu. Maka Candra Jiwa Indonesia adalah warisan ilmiah Jawa kepada dunia tentang jiwa manusia serta peta perjalanannya menuju candra ideal sebagai batas akhir dari perkembangan kesadaran manusia. Sekiranya bintang, nur, cahaya yang bersinar di dada Garuda- Pancasila-NKRI, dari sila Ke-Tuhan-an YME, maka Candra Jiwa Indonesia pas untuk memberi sumbangan makna ilmiah kepadanya. Karena konsep yang sudah teruji secara ilmiah di Universitas terkemuka di Eropa tersebut, memang kandungan asli dari bumi Indonesia, dari bangsa Indonesia, dan dipertahankan oleh orang Indonesia pula. Penulis berharap, buku ini membantu memperluas pengetahuan kita tentang jati diri manusia dalam pandangan ilmiah di perguruan tinggi. Walaupun sedikit-banyak menyentuh masalah keyakinan dan kepercayaan justru memberikan dasar pendidikan budi luhur, pembinaan mental-spiritual dan mempertajam empati secara luas kepada siapa saja terutama para mahasiswa.*
nVictor
Salam Kardio. Hari Jumat, 24 Oktober 2014 media di Australia mengumumkan lang kah kemajuan para peneliti dan ahli bedah jantungnya dalam transplantasi jantung terhadap 2 pasien dengan menggunakan jantung donor yang sudah berhenti berdenyut. Penemuan ini membuka kemungkinan lebih banyak pasien yang dapat ditolong setelah sekian lama menunggu transplantasi jantung. Setelah jantung tersebut dibuk-tikan mati selama 20 menit sebelum di resusitasi menggunakan cairan khusus baru kemu dian di transplantasikan ke tubuh pasien. Peneliti memperkirakan akan menolong lebih banyak pasien sampai 30%. Teknik ini dikembangkan oleh Institut Riset Jantung Victor Chang dan Rumah Sakit St Vincent di Sydney. Secara tradisionil, jantung donor diper siapkan setelah terjadi kematian batang otak, tetapi jantung masih berdenyut. Jika denyut jantung berhenti, terjadi kekuran gan pasokan oksigen. Kekurangan oksigen ini menyebabkan kerusakan dan kematian sel-sel jantung, sehingga transplantasi terse but menjadi tidak ideal. Oleh karena itu, dibutuh-kan jantung yang masih berfungsi, di simpan di dalam es, dan di cangkokkan ke penerimanya dalam waktu 4 jam untuk menjaga kualitas jaringannya. Sementara itu pada organ ginjal dan liver telah dapat dilakukan setelah kematian sedangkan pada jantung tidak pernah. Tim riset tersebut dipimpin oleh Professor Bob Graham, Direktur Eksekutif dari Institut Victor Chang menyatakan bahwa salah satu pasien donor telah kehilangan sebagian besar otaknya. Yang menyedihkan adalah sebagian kecil masih berfungsi sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai suatu kematian. Keluarganya diberi tahu bahwa pasien calon donor ini tidak mempunyai harapan hidup lagi. Setelah keluarganya setuju,
Chang Cardiac Research Institute
"If you would indeed behold the spirit of death, open your heart wide unto the body of life. For life and death are one, even as the river and the sea are one." - Kahlil Gibran
seluruh benua Australia, mendapatkan waktu pencocokan lebih baik sehingga seh ingga persiapan dapat diperbaiki sejak awal untuk proses jangka panjangnya. Lompatan panjang ini bukan hanya ber manfaat bagi Australia saja tetapi juga untuk seluruh dunia bahkan definisi kematian bukan hanya mati batang otak tetapi adalah mati jantung. Di negara-negara yang sebel umnya tidak memungkinkan dilakukannya transplantasi jantung karena definisi kema tiannya adalah matinya jantung dan bukan mati batang otak seperti Jepang, Vietnam dan negara-negara lainnya. Secara potensial terbuka kemungkinan untuk melakukannya dengan metode ini. Kedua pasien yang dioperasi oleh ahli bedah jantung Peter MacDonald dan Kumud Dhital dalam keadaan sangat baik. Pasien pertama Michelle Gribilar, wanita berumur 57 tahun dari Sydney, sudah keluar dari rumah sakit. Pasien kedua Jan Damen men erima jantung 2 minggu sebelum berita ini dirilis, memerlukan waktu perawatan lebih pendek. Pada donor pasien yang pertama awalnya kelihatan penampilan jantung nya sangat buruk ketika diangkat. Setelah dimasukkan dalam “kotak [mesin] Graham” pelan-pelan jantungnya kembali berdenyut dan pada pemeriksaan histologi pada biopsi jantungnya dan ekhokardiogram memper lihatkan fungsi jantung yang normal. Ini merupakan lopatan kedepan yang spek takuler sehingga dapat menolong kira-kira 30-40% pasien yang belum tertolong pada saat ini. Tim Dr Graham memerlukan waktu 12 tahun untuk mengembangkan cairan dan pompa yang menjaga oksigenisasi jantung, mengurangi kerusakan dan mempertahankan jaringan. Jantung yang tadinya berwarna biru saat diambil dari donor kembali lagi menjadi berwarna pink dan organ tersebut diresusitasi menjadi berdenyut kembali. Keadaan ini sangat penting karena berde nyutnya kembali jantung di dalam kotaknya yang khusus tersebut merupakan indikator yang baik yang menjamin jantung berfungsi kembali setelah di transplantasikan kepada penerimanya. Prof. Mohamed Omar Salem menulis bahwa banyak kebudayaan berpendapat bahwa jantung merupakan sumber emosi, semangat dan kebijaksanaan. Bahkan masyarakat menggunakannya sebagai perasaan atau sensasi cinta dan suasana emosi lainnya di area jantung. Riset selan jutnya menunjukkan bahwa jantung dapat berkomu-nikasi dengan otak yang secara meyakinkan menentukan bagaimana kita menerima dan bereaksi terhadap dunia. Keli hatannya jantung memiliki logikanya sendiri yang sering berbeda dari pengarahan sistim saraf otonom. Bahkan Lacey dan Lacey, 1978 berpendapat bahwa jantung memberikan pesan yang berarti kepada otak, tidak hanya untuk dimengerti saja tetapi juga seyogyanya diikuti pesannya. Setelah risetnya yang mendalam, Dr Armour (1994) memperkenalkan konsep “otak [di dalam] jantung” fungsionil. Risetnya menguak bahwa jantung memi liki sistim saraf intrinsik yang kompleks
dan istimewa yang dapat dikualifikasikan sebagai ‘otak kecil.’ Otak kecil dalam jan tung tersebut merupakan kerjasama dari beberapa tipe neuron, neurotransmitter, protein-protein dan sistim pendukungnya seperti pada otak. Sistim tersebut mampu bekerja mandiri seperti otak kepala untuk belajar, mengingat, dan bahkan merasa dan bersensasi. Sistim saraf jantung terdiri dari kira-kira 40.000 neuron, Dr. Armour (1991) menyebutnya sebagai neurit sensori. Infor masi dari jantung termasuk sensasi perasaan dikirimkan ke otak melalui beberapa sistim saraf aferen. Jalur saraf aferen ini memasuki otak melalui medulla, dan secara bertingkat masuk ke pusat otak yang lebih tinggi yang berpengaruh terhadap persepsi, membuat keputusan dan proses kognitif lainnya. Riset membuktikan bahwa jantung mengkomu nikasikan informasi ke otak dan seluruh tubuh melalui interaksi gelombang elektro magnetik. Jantung menghasilkan area gelom bang elektromagnetik yang berirama kuat dan menyeluruh. Komponen magnetiknya lebih kuat 500 kali dibandingkan dengan area magnetik dari otak yang dapat diteteksi beberapa kaki dari badan. McCraty, Bradley dan Tomasino (2004) dalam jurnal alternatif dan kedokteran komplementer menduga bahwa lapangan megnetik jantung berfungsi sebagai gelombang pembawa informasi yang menyediakan sinyal sinkronisasi global untuk seluruh tubuh. Agak sulit dicerna bahwa pengaruh elektromagnetik atau sistim komunikasi ‘energetik’ tersebut beroperasi selapis di bawah kesadaran (awareness). Interaksi energetik berkontribusi pada atraksi atau penolakan yang terjadi di antara pribadi-pribadi, dan pengaruhnya di dalam hubungan sosial. Candra Jiwa Indonesia berani berpenda pat bahwa ketiga fungsi angan-angan manu sia memang bekerja di dua organ yaitu otak dan jantung manusia. Cipta (pangaribawa) yang berkemampuan membentuk gambargambar fikiran dan nalar (prabawa) yang menghubung-hubungkan informasi gambargambar tersebut bekerja di otak. Proses inter aksi antara cipta dan nalar tersebut disim pulkan oleh pengertian (pangerti, kamayan) yang tempat kerja, dan penyimpanan hasil kerjanya di jantung. Petanyaannya adalah bagaimana bila jantungnya diganti dengan jantung orang lain, apakah proses dan memorinya menjadi lain? Penulis berusaha menjawab kemungkinannya bisa saja terjadi dinamika informasi karena bekerjanya sep erti sistim “cloud” pada beberapa komputer yang bersinergi, sehingga informasi tersebut selalu tersimpan di “awan” begitu salah satu komputer itu rusak dan memerlukan perbai kan atau penggantian. Sistim tersebut digu nakan di dalam dunia maya internet sebagai tempat penyimpanan data di dunia maya tersebut yang dapat diakses dari mana saja kita berada, mengguna-kan komputer apa saja yang beroperasi di dunia maya tersebut. Nah, transplantasi jantung ini memunculkan suatu teori baru yang disebut oleh Kate Ruth Linton sebagai “memori seluler” pada jan tung transplantasi. Salam Kuantum. Budhi S. Purwowiyoto
Event Kardiovaskular dalam dan luar negeri 2015
JANUARI
FEBRUARI
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
MARET
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
1
2
3
1
2
7
1
2
4
8
9 10
8
9 10 11 12 13 14
8
9 10 11 12 13 14
11 12 13 14 15 16 17
15 16 17 18 19 20 21
15 16 17 18 19 20 21
18 19 20 21 22 23 24
22 23 24 25 26 27 28
22 23 24 25 26 27 28
25 26 27 28 29 30 31
6
7
1
2
8
9 10 11
7
3
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
3
4
5
6
7
4
5
6
7
29 30 31
2
1
2
8
9
8
9 10 11 12 13
4
5
6
12 13 14 15 16 17 18
10 11 12 13 14 15 16
14 15 16 17 18 19 20
19 20 21 22 23 24 25
17 18 19 20 21 22 23
21 22 23 24 25 26 27
26 27 28 29 30
24 25 26 27 28 29 30 31
3 April : Wafat Yesus Kristus
JULI
28 29 30 2 Juni : Hari Raya Waisak Tahun 2559
1 Mei : Hari Buruh Internasional 14 Mei : Kenaikan Yesus Kristus 16 Mei : Isra Mi’raj Nabi Muhammad S.A.W. (27 Rajab 1436 H)
AGUSTUS
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
1
2
5
8
9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
9 10 11 12 13 14 15
13 14 15 16 17 18 19
19 20 21 22 23 24 25
16 17 18 19 20 21 22
26 27 28 29 30 31
7
4
2
4
5
6
7
1
1
2
8
8
9 10 11 12
24 23 31 25 26 27 28 29 30
17-18 Juli : Hari Raya Idul Fitri (1-2 Syawal 1436 H)
17 Agustus : Hari Proklamasi Kemerdekaan R.I.
OKTOBER
3
6
23 – 26 May 2015 Heart Failure 2015 / 2nd World Congress on Acute Heart Failure Seville, Spain
07 March, 2015 1st Scientific Meeting of Indonesian Heart Association Working Group on Heart Failure Pullman Hotel, Jakarta, Indonesia
19 – 21 March, 2015 Cardiac Pacing, ICD and Cardiac Resynchronisation Vienna, Austria 20 – 21 March, 2015 Clinical Workshop on Cardiac MR Stress Imaging London, United Kingdom 21 March 2015 EACVI Teaching Course Szczecin, Poland 26 – 29 March, 2015 11th International Congress on Update in Cadiology and Cardiovascular Surgery & 64th International Congress of the European Society for Cardiovascular and Endovascular Surgery (ESCVES) Istanbul, Turkey
10 – 12 April, 2015 The 24th Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Indonesia 15 – 18 April, 2015 ISHLT 35th Annual Meeting and Scientific Sessions Nice, France
27 – 29 May, 2015 PARIS – ECHO 2015 Paris, France 29 – 30 May, 2015 EHRA Lead Management and Extraction course Budapest, Hungary 04 – 06 June, 2015 16th The International Society of Holter and Non-Invasive Electrocardiography (ISCHNE) Congress Lyon, France 04 – 06 June, 2015 7th Annual European Course on Cardiovascular Magnetic Resonance Munich, Germany 04 – 07 June, 2015 11th Asia Pacific Congress of Hypertension. In Conjunction with 9th InaSH BNDCC Bali, Indonesia 11 – 13 June, 2015 Malaysia LIVE 2015 Hilton Kuala Lumpur, Malaysia 11 – 13 June, 2015 ASCI 2015 The 9th Congress of Asian Society of Cardiovascular Imaging Hilton Kuala Lumpur, Malaysia 14 – 15 June, 2015 EuroHeartCare 2015 EuroHeartCare is the annual congress of the ESC Council on Cardiovascular Nursing and Allied Professions (CCNAP) Dubrovnik, Croatia 14 – 18 June, 2015 Basic Science Summer School 2015 Sophia Antipolis, France 19 – 20 June, 2015 Interventions Fellows Course Sophia Antipolis, France 19 – 23 June, 2015 ICN Conference and CRN 2015 Seoul, Korea 21 – 24 June, 2015 EHRA EUROPACE-CARDIOSTIM Milan, Italy
27 28 29 30
23 – 25 April, 2015 Coronary Physiology in the Catheterisation Laboratory Sophia Antipolis, France
12 - 16 August, 2015 63rd Annual Scientific Meeting of the Cardiac Society of Australia & New Zealand Melbourne, Victoria
29 April – 2 May, 2015 20th Asian Pacific Society of Cardiology Congress (APSC) 2015 Abu Dhabi, United Arab Emirates
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
1
2
7
4
8
9 10
8
9 10 11 12 13 14
11 12 13 14 15 16 17
15 16 17 18 19 20 21
13 14 15 16 17 18 19
18 19 20 21 22 23 24
22 23 24 25 26 27 28
20 21 22 23 24 25 26
25 26 27 28 29 30 31
29 30
27 28 29 30 31
26 – 28 February, 2015 Resistant Hypertension Course Berlin, Germany
16 – 18 April, 2015 Cardiac MRI & CT Cannes, France
3
15 Oktober : Tahun Baru Islam (1 Muharram 1437 H)
6
20 – 23 May, 2015 49th Annual Meeting of the Association for European Pediatric and Congenital Cardiology Prague, Czech Republic
20 21 22 23 24 25 26 24 September : Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah 1436 H)
12 – 14 February, 2015 Advanced Invasive Cardiac Electrophysiology Sophia Antipolis, France
24 – 27 June, 2015 42nd International Congress on Electrocardiology – ICE2015 Comandatuba, Bahia, Brazil
2
7
5
5
1
6
4
4
5
3
3
DESEMBER
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
08 – 12 February, 2015 Cardiology Update Davos, Switzerland
16 – 17 April, 2015 Atrial Fibrillation – from atrial extrasystoles to atrial cardiomyopathy Stockholm, Sweden
NOPEMBER
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
7
19 – 22 May, 2015 EuroPCR 2015 The official annual course of the European Association of Percutaneous Cardiocascular Interventions Paris, France
10 – 11 April, 2015 4th CardioSleep Congress – A Focus on Heart Failure & Sleep Apnea Paris, France
SEPTEMBER
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
07 – 08 February, 2015 Vascular Updates Jakarta, Indonesia
09 – 12 April 2015 NHAM Annual Scientific Meeting 2015 Hilton & Le Meridien Kuala Lumpur, Malaysia
6
3
14 – 16 May, 2015 EuroPrevent 2015 Lisbon, Portugal
14 – 16 March, 2015 Acute Cardiac Care (ACC) Meeting Indonesia
1
7
01 – 07 February, 2015 SCMR/EuroCMR Nice, France
14 – 16 March, 2015 63rd Annual Scientific Session Sand Diego, USA
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
3
08 – 09 May, 2015 EuroHeartCare Dubrovnik, Croatia
13 – 15 March, 2015 HKSTENT – Cardiovascular Intervention Complication Forum 2015 Honkong, China
JUNI
4
3
21 Maret : Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka 1937)
MEI
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
6
6
19 Februari : Tahun Baru Imlek 2566
APRIL
5
5
1 Januari : Tahun Baru Masehi 2015 3 Januari : Maulid Nabi Muhammad S.A.W. (12 Rabiul Awal 1436 H)
4
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
5
3
30 Jan – 01 Feb, 2015 CardioRhythm 2015 Hongkong
6
7
1
2
3
4
5
8
9 10 11 12
24 Desember : Maulid Nabi Muhammad S.A.W. (12 Rabiul Awal 1437 H) 25 Desember : Hari Raya Natal
13 – 16 August, 2015 CSANZ 2015 Melbourne, Australia 14-16 August, 2015 Weekend Course on Cardiology Indonesia
30 Apr – 01 May, 2015 ESC in Abu Dhabi Abu Dhabi, United Arab Emirates
29 Aug – 02 Sept, 2015 ESC Congress 2015 London, United Kingdom
30 Apr – 03 May, 2015 ESC Working Groups on Myocardial Function and Cellular Biology of the Heart Meeting 2015 Varenna, Italy
17 – 20 Sept, 2015 XV World Congress on Cardiac Pacing and Elecgtrophysiology Beijing, China
May, 2015 Konker PERKI Malang, Indonesia
17 – 20 Sept, 2015 XV WSA – World Congress on Cardiac Arrhythmias Beijing, China
03 – 05 May, 2015 ICNC12, Nuclear Cardiology and Cardiac CT Madrid, Spain
October, 2015 The Indonesian Echocardiography Meeting (INAecho) Yogyakarta, Indonesia
08 – 09 May, 2015 EuroGUCH 2015 London, United Kingdom
12 – 14 Oct, 2015 Indonesian Society of Vascular Medicine (ANVIN) Indonesia
08 – 09 May, 2015 4th European Live Summit on Retrograde CTO Revascularization Zurich, Switzerland
03 – 07 Oct, 2015 PASCAR Congress 2015 Tunisia
5
208/Thn.XX/Nopember-Desember 2014 (Penyakit.................... hal.1)
mer ekam data anatomik dari seluruh angiogram koroner dan menelusuri hasil longitudinal. Studi termasuk 37.674 individu yang menjalani angiografi elektif untuk penyakit arteri korner pada tahun 2007-2012. Semua pasien tidak ada yang terdiagnosis memliki gangguan arteri korener sebelumnya. Lebih dari setengah pasien pada studi memiliki penyakit arteri koroner obstruktif (55.4%), sementara 22.3% memiliki penyakit nonob struktif. Penyakit arteri koroner nonobstruk tif adalah terdapat satu atau lebih stenosis ≥ 20% tapi <70%. Penyakit arteri koroner obstruktif adalah terdapat stenosis ≥70%, atau ≥50% jika stenosis terjadi pada left main coronary artery (LMCA) “Kami melihat banyak dari penyakit arteri koroner nonobstruktif pada popu lasi kateter —pada data kami seperempat pasien— dan saya pikir semua orang sadar, berdasarkan biologis penyakit koroner, hal ini dapat berujung terhadap infark miokard dan kematian,” ucap Maddox terhadap heartwire. “Akan tetapi, tidak ada yang meneliti hal ini karena banyaknya formu lir registrasi pada lab kateterisasi, dengan cara mereka dikumpukan, termasuk pasien yang hanya memiliki bukti adanya penyakit obstruktif. Hasilnya adalah kita buta ter hadap hasil pada populasi ini”
Dalam analisis mereka, terjadinya infark miokard dalam 1 tahun, angka kejadian adalah 0.11% tanpa penyakit arteri korener, 0.24% dengan penyakit arteri koroner nonob struktif satu pembuluh darah, 0.56% dengan penyakit arteri koroner nonobstruktif dua pembuluh darah, dan 0.59% dengan penya kit arteri koroner nonobstruktif tiga pem buluh darah. Angka terjadinya infark juga meningkat secara progresif pada individu dengan penyakit arteri korner obstruktif pada satu, dua dan tiga pembuluh darah (atau LMCA) Berdasarkan mortalitas, angka juga menunjukkan peningkatan secara progresif pada tipe penyakit arteri koroner dan luas nya. Pada pasien tanpa adanya penyakit arteri koroner, mortalitas dalam 1 tahun adalah 1.38%, dimana individu dengan gang guan atteri koroner nonobstruktif pada satu, dua, atau tiga pembuluh darah, angka mor talitas dalam 1 tahun adalah 2.02%, 1.50%, dan 2.72%. Pada suatu model multivariat, hanya penyakit arteri koroner nonobstruktif dengan tiga pembuluh darah yang berkaitan dengan peningkatan risiko mortalitas dalam 1 tahun. Risiko terjadinya infark miokard dalam 1 tahun, sama halnya dengan risiko mor talitas, yaitu terdapat peningkatan secara progresif pada penyakit arteri koroner yang luas daripada peningkatan tiba-tiba antara nonobstruktif dan obstruktif. Hasil tersebut
“menunjukkan adanya keterbatasan dari karakteristik dikotom pada penyakit arteri koroner dari angiografi menjadi obstruktif dan nonobstruktif untuk memprediksi infark” Terhadap heartwire, Maddox, seorang preventif karodiologis, mengatakan bahwa ketika beliau menerima hasil kateter yang menunjukkan adanya penyakit nonobstruk tif, beliau akan mengatakan pada pasiennya “ada hal yang harus dilakukan” dan pasien tersebut memiliki suatu penyakit yang perla han tumbuh. “Suatu hari anda akan memiliki stent atau suatu hari anda akan mengalami nyeri dada yang berkaitan dengan hal terse but”, katanya, “Dan bahkan hari ini, anda dapat menderita serangan jantung, jadi mari kita mencari cara untuk menurunkan risiko tersebut” Pada tahap selanjutnya, Maddox mengatakan bahwa hasil ini harus dikon firmasi ulang pada pasien wanita (karena hampir 98% pada populasi VA adalah pria), walaupun beliau tidak meyakini bahwa proses biologis penyakit arteri koroner akan jauh berbeda dan penyakit arter koroner nonobstruktif hampir memiliki risiko infark yang sama. Beliau juga ingin adanya studistudi —dengan modifikasi gaya hidup atau intervensi obat— yang diberikan terhadap pasien dengan penyakit nonobstruktif untuk menentukan apakah intervensi ini dapat mengurangi risiko infark miokard.* Michael O'Riordan
Risiko Kardiovaskuler Lipoprotein A (Hasil Studi Prospektif Bruneck 15-Tahun) Lipoprotein (a), yang biasanya disingkat Lp (a) dan diucapkan sebagai lipoprotein “little” merupakan Low Density Lipoprotein (LDL). Seperti pada semua lipoprotein terdiri dari sebuah inti dari molekul cholesteryl ester (CE), trigliserida, satu lapis permukaan fosfolipid, molekul kolesterol yang tidak teresterifikasi, dan semuanya dibungkus dengan satu molekul apolipoprotein B-100 (apoB100). Menempel pada apo B100 melalui ikatan disulfide adalah glikoprotein seperti plasminogen disebut dengan apoprotein (a) atau disebut dengan apo (a). Lp(a) tidak mempunyai fungsi fisiologis tetapi diduga merupakan faktor risiko genetik terkuat untuk penyakit kardiovaskuler. Kadar Lp (a) dalam sirkulasi sebagian besar diten tukan secara genetic terutama melalui gen LPA. Jumlahnya dapat meningkat pada individu karena adanya pengulangan angka pada Kringle IV type 2 (KIV-2) dan adanya bermacam polimorfisme nukleotida tunggal. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa Lp (a) merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler. Namun, apakah Lp(a) memodifikasi penilaian risiko klinis belum sepenuhnya dimengerti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Lp (a) meningkatkan prediksi risiko kejadian penyakit kardiovaskuler. Penelitian Peter Willeit dkk tersebut dilakukan pada tahun 1995 dengan mengukur kadar Lp (a) pada 826 laki-laki dan perem puan dengan rentang usia 45-84 tahun dari populasi umum. Kejadian Penyakit kardiovas-kulernya kemudian dicatat setelah tindak lanjut lebih dari 15 tahun. Hasil yang didapatkan adalah dalam model yang telah disesuaikan dengan variabel-variabel pada Framingham Risk Score (FRS) dan Reynolds Risk Score (RRS), rasio hazard (HR) untuk kejadian penyakit kardiovaskuler adalah 1,37 per 1-SD lebih tinggi dari ukuran Lp (a) (SD=32 mg/dl) dan 2,37 jika dibandingkan dengan 5 angka teratas kuintil dengan kuintil lainnya. Penambahan Lp (a) ke RRS mening
Ujian Online Computerized Base Testing (CBT) Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Ujian Tulis NBOE Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah kini telah diubah menjadi Ujian Online Computerized Base Testing (CBT). Dimana ujian ini dilakukan secara online serentak di beberapa daerah. Sehingga peserta tidak perlu lagi datang ke Jakarta untuk ujian tulis. Tim IT Ujian Online ini adalah Dr. Sunanto, Dr. Alam dan tim GoSitus. Sedangkan Panitia Ujian adalah yang termasuk dalam Komisi Evaluasi dan Ujian Nasional yaitu : Koordinator : Anggota :
Dr. RWM Kaligis, SpJP, FIHA 1. Dr. Irmalita, SpJP, FIHA 2. Dr. Hariadi Hariawan, SpJP, FIHA 3. Dr. Yan Herry, SpJP, FIHA 4. Dr. Agus Subagjo, SpJP, FIHA 5. Dr. Augustine Purnomowati, SpJP, FIHA 6. Dr. Dafsah Arifa Juzar, SpJP, FIHA
Sedangkan yang memprakarsai Ujian Online ini adalah Dr. Sunarya Soerianata, SpJP, FIHA sebagai Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dan Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP, FIHA sebagai Sekretaris Kolegium. Ujian Online Computerized Base Testing (CBT) Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah telah diuji coba yang pertama kali pada tanggal 4 Desember 2014. Sedangkan Uji Coba yang ke-2 pada tanggal 12 Desember 2014 di Lab Komputer masing-masing FK yang mengikuti ujian tulis. Dan finalnya adalah pada tanggal 15 Desember 2014 dengan 21 peserta yaitu 9 orang dari FKUI Jakarta, 7 orang dari FK USU Medan, 2 orang dari FK UNDIP Semarang dan tambahan 3 orang dari pelamar program pendidikan Adaptasi lulusan dokter spesialis jantung luar negeri.* Kunjungi: kolegium.inaheart.org
katkan indeks C sebesar 0,016. Dari 502 subyek yang tetap bebas dari penyakit kardiovaskuler, 82 diantaranya dilakukan pengklasifikasian ulang menjadi risiko rendah dan 49 diantaranya menjadi risiko yang lebih tinggi. Sedangkan 148 subyek yang berkembang menjadi penyakit kardiovaskuler, 18 orang diklasifikasikan ulang menjadi risiko lebih tinggi dan 17 dian taranya menjadi risiko lebih rendah. Pada subyek dengan risiko sedang (15%-<30%) pengklasifikasian akhir akibat peningkatan Lp (a) adalah 22,5 % untuk bukan kasus, 17,1% untuk kasus, dan 39,6% pada keselu ruhannya. Ukuran Allel spesifik Lp(a) tidak menambah kemampuan prediksi dari FRS atau RRS atau Lp (a). Sebagai kesimpulan Peningkatan Lp (a) memprediksi hasil akhir penyakit kardiovaskuler dalam periode 15 tahun dan meningkatkan prediksi risiko penyakit kardiovaskuler. (J Am Coll Cardiol 2014; 64: 851–60) Hari Yudha & Budhi SP
Perbandingan Skor Risiko Framingham, SCORE dan Model Prediksi Kardiovaskular WHO/ISH pada Populasi Asia Model prediktor risiko kardiovaskular digunakan untuk kemudahan klinis dalam mengidentifikasi dan manajemen populasi berisiko tinggi, serta mengkomunikasi kan risiko tersebut secara efekif. Jurnal ini meneliti validitas dan utilitas dari 4 model prediktor risiko kardiovaskular pada populasi Asia di negara berkembang. Data diambil dari survey berbasis populasi nasional dari 14.863 partisipan yang ber usia 40-65 tahun. Skor risiko Framingham, SCORE (Systematic Coronary Risk Evalu ation) pada daerah berisiko tinggi dan rendah serta model WHO/ISH dianalisis. Keluaran utama dari penelitian ini adalah mortalitas kardiovaskular dalam 5 tahun. Diskriminasi kemudian dihitung pada keseluruhan model kemudian dilakukan kalibrasi pada model SCORE. Faktor risiko kardiovaskular cende rung tinggi pada perokok 20%, obesitas 32%, hipertensi 55%, diabetes mellitus 18% dan hiperkolestrolemia 34%. FRS dan SCORE-tinggi dan rendah menunjukkan keunggulan dalam stratifikasi risiko. FRS dan SCORE tinggi dan rendah juga meru pakan diskriminan bagus untuk mortalitas kardiovaskular, area dibawah kurva ROC (AUC) 0.768. Model WHO/ISH menunjuk kan diskriminasi yang buruk, AUC 0.613. Model Prediksi risiko kardiovaskular pada sumber informasi terbatas peranan nya sangat penting. Model tersebut seharusnya dapat membedakan secara memadai antara risiko kardiovaskular rendah dan tinggi untuk mengoptimalkan terapi pada kelompok yang besar. Model prediksi kardiovaskuler WHO/ISH telah direkomendasikan untuk stratifikasi faktor risiko negara-negara dengan sumber data yang kurang memadai. Keinginan utama yang terkandung dalam rekomendasi ini adalah tidak terdapatnya hasil penelitian yang terkait dengan daftar ada-tidaknya hasil kolesterol. Model WHO/ISH yang digunakan pada studi ini memasuk kan angka kolesterol total, namun tidak dapat menstratifikasi risiko kardiovaskular secara akurat. Studi ini menggarisbawahi bahwa model WHO/ISH harus divalidasi sekira nya akan dipakai untuk menghitung stratifikasi risiko kardiovaskular. Impli kasi penggunaan prediksi risiko WHO/ ISH tanpa validasi dapat mencemaskan. Pada populasi Malaysia, model WHO/ ISH secara tidak tepat mengkategori kan sebagian besar masyarakat berada pada risiko kardiovaskular yang rendah. Masalah ini membahayakan prevensi, kontrol dan monitoring penyakit jantung ketika sumber daya dan dana diarahkan ke skrining individu dengan risiko tinggi dengan kemungkinan teridentifikasi lebih rendah, sehingga yang terobati lebih sedikit akibatnya banyak terjadi komplikasi. Ketika kendala tingginya angka kejadian dan kematian akibat penyakit jantung di negara berkembang bisa lebih tinggi atau lebih rendah, klasifikasi yang salah tentang kehadiran risiko kardiovaskular pada periode yang menentukan untuk memulai atau meningkatkan strategi penanggu langannya tidak dapat diterima, ini akan mengganggu upaya pencegahan. Sebagai kesimpulan, Model FRS dan SCORE-tinggi dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko tinggi kardio vaskular pada populasi Malaysia. Model SCORE-tinggi memprediksi risiko lebih akurat pada laki-laki namun underesti mate pada wanita. (Intern J. Cardio. 176 (2014) 211–218) Habibie Arifianto & Budhi SP
208/Thn.XX/Nopember-Desember 2014
6