JURNAL
PENYAJIAN BERITA LGBT PADA SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Objektivitas Penyajian Berita tentang Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender di Surat Kabar Harian Republika Periode 1 – 29 Februari 2016)
Disusun Oleh : Pratiska Wulandari NIM. D0212082
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017
PENYAJIAN BERITA LGBT PADA SURAT KABAR (Studi Analisis Isi Objektivitas Penyajian Berita tentang Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender di Surat Kabar Harian Republika Periode 1 – 29 Februari 2016)
Pratiska Wulandari Mursito BM
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract News on Lesbian, Gay, Bisexual and Trasngender (LGBT) in Indonesia has received attention from the Alliance of Indonesian Journalists (AJI) who judge there is negligence and unbalanced. Researchers chose the daily newspaper Republika because it has a background from the Indonesian Muslim Scholar Association (ICMI) which assesses will affect the news on LGBT sensitive issues. This research based on concept initiated by Westertahl and developed by Denis McQuail (1995: 196) based on 2 dimensions namely cognitive and evaluative dimensions. This research method uses a descriptive useful quantitative analysis to describe the characteristics of the presentation of news. It is concluded that the main topics most frequently reported is the rejection of LGBT of 64.9% indicating that Republika does not agree with LGBT. In the sub-dimension of truth on the factual aspect reaches 24.3%, while on the accuracy aspect is 100%. Sub-dimensions of relevance reached 70.2%. While the sub-dimension of the neutrality on non-sensational aspects, especially the title compliance indicator with the contents of 89.2% and the non-dramatization indicator of 94.6%. The sub-dimension of objectivity value balance achieved in the event or propotional access aspect was 7.2% while in the event handed evaluation event was 24.3%. Of all aspects of objectivity, Republika shows LGBT coverage with varying degrees of objectivity. The sub-dimensions of truth, relevance and neutrality have met the objectivity criteria. Converts with sub-dimensional balance that has a very low value. This shows Republika one of the media that is not balanced in preaching LGBT according to what is seen by Alliance Jurnalis Indonesia (AJI). Keywords: Content analysis, LGBT, Objectivity, Republika daily.
Pendahuluan Pada tanggal 21 Januari 2016 beredar sebuah poster kegiatan layanan konseling terhadap kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di media sosial. Kegiatan ini dilakukan oleh sebuah komunitas bernama Support Group Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) Universitas Indonesia bekerjasama dengan sebuah website bernama melela.org. Setelah kemunculan poster tersebut, beberapa media online dan media cetak memuat berita yang mengangkat isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Isu LGBT dianggap cukup penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan memberi pengaruh bagi masyarakat luas. Terlebih lagi terdapat 23 negara di dunia yang telah melegalkan pernikahan sejenis sejak tahun 2001 yaitu Belanda dan terakhir Amerika Serikat pada tahun 2015 yang menimbulkan prokontra berbagai pihak (Tuwo, 2016). Tepat pada tanggal 24 Mei 2017 Taiwan menjadi negara Asia pertama yang melegalkan pernikahan sejenis (Samosir, 2017). Berbeda dengan Rusia dan Singapura yang secara tegas menolak LGBT di negaranya, Indonesia dinilai tidak memiliki sikap yang jelas dan tegas menghadapi gerakan LGBT. Sementara menurut Fahira Idris, wakil ketua komisi III DPD RI, target dari gerakan LGBT adalah disahkannya undang-undang perkawinan sejenis. Hal ini yang menjadikan pembahasan mengenai gerakan LGBT penting untuk dilakukan karena tidak sesuai dengan budaya Indonesia (Indonesia Lawyer Club, 16 Februari 2016). Beberapa pemberitaan LGBT pada media cetak menggunakan judul yang cukup sensasional salah satunya pada koran Republika terbitan tanggal 24 Januari 2016 halaman 1 yaitu ‘LGBT Ancaman Serius’. Beberapa hari setelah penyiaran berita tersebut, forum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender Interseks, Queer dan Questioning (LGBTIQ) Indonesia melayangkan somasi kepada surat kabar harian Republika. Kata ‘Ancaman’ pada judul berita dianggap tidak berimbang dan dapat menjustifikasi masyarakat untuk berbuat kejahatan dan menebar kebencian kepada kelompok LGBT. Forum LGBTIQ Indonesia sendiri merupakan jaringan kerja organisasi-organisasi LGBTIQ di Indonesia yang bertujuan untuk menuntut hak-hak kelompok LGBTIQ. Terkait somasi yang dilayangkan LGBTIQ,
Republika
banyak
mendapat
dukungan
dari
berbagai
pihak
seperti
Muhammadiyah, Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (Geppuk), Perkumpulan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang terdiri dari beberapa media Islam terkait somasi tersebut. Setelah banyaknya pemberitaan terkait isu LGBT di media massa, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) melakukan pengamatan pemberitaan yang terkait isu sensitif seputar kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), dan menilai terdapat beberapa pemberitaan yang berindikasi melanggar Undangundang Pers dan Kode Etik (Murthi, 2016). AJI menilai beberapa pemberitaan media terkait isu LGBT terdapat kelalaian dan cenderung tidak berimbang dan berpotensi melakukan kekerasan simbolik terhadap kelompok LGBT, yaitu berpotensi menyebar kebencian melalui penggunaan kalimat dalam berita yang mengakibatkan kelompok LGBT rentan dengan kekerasan. Oleh sebab itu, pada 15 Februari 2016 AJI mengeluarkan siaran pers melalui lamannya www.aji.or.id yang isinya merupakan imbauan kepada media agar tidak melakukan diskriminasi, menaati Kode Etik Jurnalistik dan Undang-undang Pers dalam pemberitaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana surat kabar harian Republika menyajikan berita terkait isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) yang dianggap sensitif. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana objektivitas media tersebut dalam memberitakan isu LGBT melalui metode analisis isi. Pemilihan surat kabar harian Republika dalam penelitian ini bukan tanpa alasan. Republika terbit pertama kali pada 4 Januari 1993, merupakan koran nasional yang lahir dari kalangan komunitas muslim dan pada saat itu telah berasosiasi dengan Ikatan Cendekia Muslim Indonesia (ICMI) (Kadewandana, 2008). Selain landasan ideologi Islam, berdasarkan pengamatan peneliti Republika merupakan surat kabar nasional yang paling sering memberitakan LGBT dibanding surat kabar nasional lainnya seperti Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia dan Kompas. Latar belakang surat kabar harian Republika itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti pemberitaan dalam surat kabar harian Republika.
Alasan peneliti menggunakan metode analisis isi untuk membahas mengenai isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) karena metode ini dianggap bisa digunakan untuk mengkaji isi berita melalui teks berita. Analisis isi merupakan sebuah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas sebuah fenomena dengan memanfaatkan dokumen (teks) (Eriyanto, 2013:10). Metode ini menguji secara kuantitatif yang mengutamakan ketepatan dan obyektivitas dari apa yang tersurat dalam media dan akan peneliti gunakan untuk melihat objektivitas media dalam menyajikan berita. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut, “Bagaimana kecenderungan penyajian berita Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) pada surat kabar harian Republika periode 1-29 Februari 2016 ditinjau dari kriteria objektivitas media?” Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk menggambarkan kecenderungan penyajian berita Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) pada surat kabar harian Republika periode 1-29 Februari 2016 berdasarkan kriteria objektivitas media. Kajian Teori 1.
Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication)
yang
lahir
bersamaan
dengan
mulai
digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesanpesan komunikasi (Wiryanto, 2000:1). Sementara menurut Melvin L. DeFleur komunikasi massa merupakan suatu proses melalui komunikator dengan menggunakan media massa untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat memengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai cara (Mursito, 2006:3). Menurut Alexis S. Tan, komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi
sosial
yang mampu memproduksi
pesan dan
mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah biasanya berupa (surat kabar, majalah atau penerbit buku, TV) (Nurudin, 2013:11). 2.
Agenda Setting Teori agenda setting diperkenalkan pertama kali oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw sekitar taun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul “The Agenda Setting Function of The Mass Media”. Menurut asumsi teori ini media memiliki kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media akan mengatur apa yang harus disaksikan oleh khalyaak (Nurudin, 2013:195-196). Penyusunan agenda media dilakukan untuk menyeleksi peristiwa yang terjadi di lingkup yang terlalu besar dan kompleks menjadi lebih sederhana. Ada dua tingkatan penyusunan agenda, pertama menentukan isu umum yang dianggap penting dan kedua menentukan aspek dari isu tersebut yang dianggap penting (Littlejohn, 2012 : 416). Penyusunan agenda berproses pada tiga bagian, pertama prioritas isu yang akan dibahas (agenda media) harus diatur. Kedua, agenda media berinteraksi dengan khalayak akan menciptakan agenda publik. Ketiga, agenda publik memengaruhi kebijakan penting yang disebut agenda kebijakan. Singkatanya, agenda media memengaruhi agenda publik, dan agenda publik memengaruhi agenda kebjakan (Littlejohn, 2012 : 416-417).
3.
Surat Kabar Surat kabar adalah laporan yang terjadi di masyarakat dalam bentuk lembaran tercetak yang memuat ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia dengan tujuan untuk diketahui pembaca. Surat kabar juga sering disebut sebagai koran. Kata koran berasal dari bahasa Belanda yaitu “krant”, dan bahasa Prancis, “Courant” yang berarti suatu penerbitan ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah
yang disebut kertas koran, berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik (Effendy dalam Mulyani 2014: 22). Surat kabar memiliki ciri : publisitas, universalitas dan aktualitas. Sifat dari surat kabar dibandingkan dengan media elektronik seperti televisi dan radio adalah : terekam dan Menimbulkan perangkat mental secara aktif. Surat kabar memuat tiga kelompok besar yaitu : (1) berita (news), (2) Opini (views), dan (3) iklan (advertising) (Effendy, 1986). 4.
Berita 4.1 Definisi Berita Berita
adalah
laporan/
pemberitahuan mengenai
terjadinya
peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi (aktual) yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa. Di Indonesia, penyusunan berita diatur dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik antara lain, “Di dalam menyusun sesuatu berita, wartawan Indonesia membedakan antara
kejadian
(fact)
dan
pendapat
(opinion)
sehingga
tidak
mencampurbauran yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran berita-berita yang diputarbalik atau dibubuhi secara tidak wajar” (Junaedhie, 1991:26). Agar menarik perhatian khalayak, berita harus memiliki nilai atau yang juga disebut dengan news value. Peristiwa yang memiliki news value adalah peristiwa yang mengandung satu atau beberapa unsur : Significance, Magnitude, Timeliness, Proximity, Prominence, Human Interest, (dalam Mursito, 2013). 4.2 Jenis-jenis Berita Format penulisan berita pada surat kabar umumnya ada dua jenis, yaitu berita lugas (straight news) dan berita kisah (feature). Kemudian berita lugas dikembangkan menjadi berita halus (soft news) (Mursito 2013).
4.3 Arah Pemberitaan Menurut Harold Lasswell terdapat tiga arah pemberitaan : Favorable (Mendukung), Unfavorable (Tidak Mendukung), Netral (dalam Flournoy, 1989). 4.4 Prinsip Dasar Jurnalisme Wartawan harus mematuhi prinsip-prinsip dasar jurnalisme yaitu : (Kovach, Rosenstiel, 2006) a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran b. Loyalitas pertama jurnalisme kepada masyarakat c. Intisari jurnalisme adaah disiplin verifikasi d. Praktisi jurnalisme harus menjaga independensi terhadap sumber berita e. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan f. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat g. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan relevan h. Jurnalisme harus mneyiarkan berita komprehensif dan proposional i. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka 5.
Objektivitas Berita 5.1 Definisi Objektivitas Berita Benang merah dari objektivitas adalah sikap netral dari wartawan, tidak berat sebelah dan selalu bekerja atas dasar fakta bukan pandangan atau keyakinan pribadi. Berita dapat disebut objektif apabila merupakan kumpulan fakta yang mewakili kepentingan atau suara berbagai pihak yang terlibat secara berimbang (Santosa, 2011). Everret E. Denis menyampaikan bahwa objektivitas pemberitaan hanya akan dapat dicapai jika : ada pemisahan antara fakta dan opini, ada penyajian berita tanpa disertai dimensi emosional, media mampu bersikap jujur dan seimbang terhadap semua pihak (dalam Santoso, 2011).
5.2 Indikator Menilai Objektivitas Berita Menurut Westertahl, kunci dalam objektivitas berita dapat dipisahkan menjadi dua aspek yaitu kognitif dengan pengamatan empiris dan evaluatif dengan keseimbangan dan netralitas dalam proses seleksi dan presentasi berita. Aspek kognitif sangat erat kaitannya dengan faktualitas, sementara aspek evaluatif dikaitkan dengan ketidakberpihakan atau imparsialitas (McQuail, 1995).
Bagan 1.2 Skema Objektivitas oleh Hotman M Siahaan dkk Sumber : Nisa 2011 hal 5
a.
Faktualitas Faktualitas merupakan representasi kualitas informasi yang terkandung dalam suatu berita. Faktualitas terdiri dari 2 hal, yaitu: 1) Kebenaran Kebenaran menyangkut reliabilitas dan kredibilitas sebuah berita yang terbagi menjadi 2 aspek, yaitu:
a) Faktual : merupakan pemisahan secara tegas antara fakta dan opini terhadap fakta tersebut. b) Akurasi : Akurasi dapat dinilai berdasarkan bisa tidaknya dilakukan cek dan ricek terhadap berita yang dibuktikan dengan pencantuman sumber berita secara terbuka. 2) Relevansi Dalam praktik jurnalistik relevansi sering kali dikaitkan dengan kebutuhan informasi khalayak. Semakin tinggi nilai penting berita yang terkandung, semakin relevan dengan kebutuhan pembaca. b.
Imparsialitas (Ketidakberpihakan) Apakah teks berita secara sengaja menonjolkan salah satu pihak dibanding pihak lain sehingga cenderung memberi arahan terhadap pembaca. Imparsialitas merupakan representasi kualitas informasi yang terkandung dalam suatu berita yang terbagi menjadi 2 hal, yaitu: 1) Netralitas Presentasi fakta yang dapat dievaluasi dari penggunaan kata-kata yang bersifat evaluatif sehingga tanpa disadari berpotensi memberikan penilaian terhadap salah satu pihak dalam berita. 2) Keseimbangan Seleksi atau penghilangan fakta-fakta yang mengandung penilaian mengenai sesuatu yang dianggap fakta.
Metodologi Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kuantitatif
yaitu
mendiskripsikan mengenai objektivitas pemberitaan LGBT pada surat kabar harian Republika. Teknik yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif deskriptif sehingga tidak menguji hipotesis. Data dikumpulkan melalui dokumentasi yang menggunakan seluruh data terkumpul atau disebut sensus. Pengujian alat ukur penelitian menggunakan validitas muka dan reliabilitas pengukuran menggunakan rumus Cohen Kappa.
Pembahasan Selama periode penelitian terdapat 37 berita LGBT pada surat kabar harian Republika. Penelititan ini berdasarkan teori objektivitas Westertahl yaitu dilihat dari dimensi faktualitas dan imparsialitas kemudian diturunkan ke dalam aspek dan indikator yang lebih spesifik Berikut pembahasan data yang didapatkan peneliti: 1. Kategori Topik Kategori topik digunakan untuk melihat topik apa saja yang disajikan surat kabar harian Republika kaitannyya dengan pemberitaan LGBT. Kategori topik dibagi mejadi beberapa bagian
yaitu :
antidiskriminasi LGBT, penolakan LGBT, dukungan LGBT, pengendalian LGBT, arah gerak LGBT, dan kisah LGBT. Data yang ditemukan adalah topik antidiskriminasi LGBT sebesar 8,1%, penolakan LGBT 64,9%, dukungan LGBT 5,4%, pengendalian LGBT 10,8%, arah gerak LGBT 8,1%, dan kisah LGBT sebesar 2,7%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sikap Republika cenderung
menolak
gerakan
LGBT.
Melalui
pemberitaan
yang
mengandung sikap-sikap menolak, tidak membenarkan, tidak menerima, dan tidak menyetujui yang dilakukan oleh berbagi pihak termasuk kaitannya dengan larangan kegiatan LGBT berdasarkan aturan dan hukum sah yang berlaku seperti hukum agama dan undang-undang. Republika ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa penolakan terhadap LGBT penting untuk diketahui dan disebarkan. 2. Dimensi Faktualitas – Sub-dimensi Kebenaran Kebenaran menyangkut reliabilitas dan kredibilitas sebuah berita yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu faktual yang dihitung dari jenis fakta sosiologis dan akurasi yang dilihat dari pencantuman sumber berita secara jelas. Data yang ditemuakan aspek fakta sosiologis sebesar 24,3% dan aspek bisa dilakukan cek dan ricek sebesar 100%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa penyajian berita LGBT pada Republika menggunakan sedikit peristiwa nyata sebagai
bahan berita. Minimnya jumlah fakta sosiologis dalam pemberitaan belum cukup menunjukkan faktualitas berita yang disajikan. Masih banyaknya bahan berita berupa opini seseorang mengenai suatu fakta menjadi bukti bahwa rendahnya korespondensi antara berita yang disajikan dengan fakta. Sebaliknya, Republika sangat baik menjaga reputasi sumber berita. Pencantuman identitas sumber berita menjadi dasar kredibilitas surat kabar di mat apembaca. 3. Dimensi Faktualitas – Sub-dimensi Relevansi Dalam praktik jurnalistik relevansi sering kali dikaitkan dengan kebutuhan informasi khalayak. Semakin tinggi nilai penting berita yang terkandung, semakin relevan dengan kebutuhan pembaca. Nilai berita yang termasuk dalam kategori “significance” adalah berita yang mengandung nilai
berita
significance,
timeliness,
magnitude,
dan
proximity.
Berdasarkan data yang ditemukan menunjukkan hasil aspek relevansi sebesar 70,2%. Berdasarkan dat tersebut menunjukkan bahwa berita yang disajikan Republika telah relevan dengan kebutuhan informasi khalayak. 4. Dimensi Imparsialitas – Sub-dimensi Netralitas Presentasi fakta yang dapat dievaluasi dari penggunaan kata-kata yang bersifat evaluatif yang dibagi menjadi dua aspek yaitu non-evaluatif yang diukur dengan tidak adanya opini wartawan dan non sensasional yang diukur dengan kesesuaian judul dengan isi berita dan ada tidaknya dramatisasi kalimat dalam berita. Data yang ditemukan non-evaluatif sebesar 54,1%, kesesuaian judul dengan isi berita sebesar 89,2%, dan nonsensasional sebesar 94,6%. Berdasarkan data tersebut banyaknya percampuran opini wartawan dalam pemberitaan menunjukkan bahwa Republika belum sepenuhnya menyajikan berita yang netral karena masih mencampuradukkan opini pribadi wartawan ke dalam berita. Di sisi lain, Republika telah menunjukkan bahwa tidak ada upaya untuk menimbulkan sensasionalisme untuk menarik perhatian pembaca
melalui judul berita dan atau menimbulkan emosionalisme di kalangan pembaca melalui dramatisasi kalimat. 5. Dimensi Imparsialitas – Sub-dimensi Keberimbangan Seleksi atau penghilangan fakta-fakta yang mengandung penilaian terbagi ke dalam dua aspek yaitu equal or propotional access yang diukur dengan peliputan dua sisi (cover both side) dan even handed evaluation yang diukur dengan nada pemberitaan yang netral. Data yang ditemukan menunjukkan equal or propotional access sebesar 2,7% dan even handed evaluation sebesar 24,3%. Berdasarkan data tersebut, pemberitaan didominasi oleh peliputan satu sisi dan nada pemberitaan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa surat kabar harian Republika belum dapat memberikan akses yang adil kepada pihak-pihak terkait untuk menyampaikan pendapatnya. Sementara itu, Republika juga masih menunjukkan kecenderungan untuk memihak salah satu dalam penyajian berita LGBT. Kesimpulan Topik berita yang paling banyak disajikan Republika adalah penolakan LGBT. Hal ini sebagai sikap yang ditunjukkan Republika dalam menanggapi isu LGBT. Sementara, dari keseluruhan prinsip objektivitas yang digagas oleh Westertahl dan dikembangkan oleh Denis McQuail, surat kabar harian Republika telah memenuhi kriteria pada dimensi faktualitas yaitu sub-dimensi kebenaran dan relevansi. Republika telah menyajian berita dengan sangat akurat tetapi faktualitasnya rendah. Sementara proses seleksi beritanya telah relevan dengan kebutuhan informasi masyarakat. Sementara pada dimensi imparsialitas khususnya sub-dimensi netralitas sudah terpenuhi, walapun pada sub-dimensi keberimbangan belum terpenuhi. Republika menyajikan berita yang tidak sensasional yaitu judul sesuai dengan isi berita dan tidak adanya dramatisasi dalam penggunaan kalimat, tetapi tingkat evaluatif wartawan masih cukup tinggi. Juga dapat dikatakan, bahwa proses seleksi berita pada Republika tidak berimbang, sehingga menjadi salah satu media yang tidak berimbang seperti yang disampaikan oleh Aliansi Jurnalis Indonesia.
Saran Saran dari peneliti yang pertama, penelitian ini hanya sebatas pada tingkat teks yang tampak saja. Maka peneliti merasa perlu adanya penelitian lanjutan yang melakukan pembahasan lebih mendalam pada tingkat teks dan konteks. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat data mengenai keputusan media dan wartawan dalam menyikapi sebuah peristiwa yang kemungkinan juga berpengaruh pada objektivitas berita. Kedua, pengawasan terhadap media-media yang cenderung tidak faktual, relevan, netral dan berimbang perlu dilakukan oleh pihak yang berwenang agar tidak merugikan berbagai pihak. Ketiga, melihat hasil penelitian ini, peneliti berharap media massa pada umumnya dan Republika pada khususnya dapat meningkatkan kinerja wartawan demi menjaga kredibilitas media melalui performa media yang ditunjukkan dalam objektivitas pemberitaan. Daftar Pustaka Effendy, Onong Uchjana. (1986). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Eriyanto. (2013). Analisis Isi : Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Flournoy, D. M. (1989). Analisa Isi Suratkabar-Suratkabar Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Presss. Indonesia Lawyer Club TV One. Episode LGBT Marak, Apa Sikap Kita?, 16 Februari 2016. Junaedhie, Kurniawan. (1991). Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kadewandana, Donie. (2008). Konstruksi Realitas di Media Massa, Skripsi, Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Kovach, Bill & Tom Rosenstiel (2006). Sembilan Elemen Jurnalisme : Apa yang Seharusnya Diketahui Wartawan dan Diharapkan Publik. Jakarta: Yayasan Pantau. Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. (2012). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. McQuail, Denis. (1995). Media Performance : Mass Communication and the Public Interest. London : Sage Publication. Mulyani, Henny Sri . (2014). Kecenderungan Isi Rubrik Surat Pembaca di Harian Umum Pikiran Rakyat, Jurnal Visi Komunikasi Volume 13 no 01, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Mursito BM. (2006). Memahami Institusi Media (Sebuah Pengantar). Karanganyar: Lindu Pustaka. Mursito BM. (2013). Jurnalisme Komprehensif : Konsep, Kaidah & Teknik Penulisan Berita, Feature, Artikel. Jakarta: Literate.
Murthi, Y. Hesthi. (2016). Imbauan Terkait Pemberitaan LGBT. Diakses melalui www.aji.or.id. Nisa, Nurul Latifatun. (2011). Penerapan Objektivitas Pemberitaan Konflik Keistimewaan Yogyakarta di Surat Kabar Kedaulatan Rakyat. Jurnal, Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Depok: Rajagrafindo Persada. Samosir, Hanna Azarya. (2017). Taiwan Legalkan Pernikahan Sesama Jenis. Diakses melalui http://www.cnnindonesia.com pada 4 Juni 2017, pukul 17.00 WIB. Santoso, Edi. (2011). Memaknai Ulang Objektivitas dalam Media Massa. Jurnal Acta diurnA vol 7 no 1. Tuwo, Andreas Gerry. (2016). Pernikahan Sesama Jenis Dilegalkan di 23 Negara Ini. Diakses melalui http://global.liputan6.com pada 25 Juli 2016, pukul 10.00 WIB. Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo.