APRAISAL SIKAP DALAM TEKS BERITA SURAT KABAR NASIONAL Rusyda Nazhira
[email protected] Silvana Sinar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Suriyadi Politeknik Negeri Medan Abstrak Penelitian ini meneliti sikap teks berita surat kabar nasional dengan menerapkan teori sistemik Linguistik Fungsional. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan: (1) untuk mengambarkan pola sikap pada teks berita dari koran harian Media Indonesia, koran Republika, koran Harian Kompas, dan (2) untuk menjelaskan mengapa sikap pola seperti itu dalam teks berita koran harian Media Indonesia, koran harian Republika, koran harian Kompas. Metode penelitian digunakan dalam metode kualitatif dengan jenis analisis isi. Sampel penelitian ini adalah seratus lima berita dalam surat kabar nasional dengan topik sebagai berikut, yaitu bencana, ekonomi, korupsi, kejahatan dan politik. Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak program konkordansi atau Simple Concordance Program (SCP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pola sikap apraisal di koran harian Media Indonesia dan koran harian Republika, Apresiasi^afek^penilaian, dan koran harian Kompas, afek^Apresiasi^ penilaian. Kecenderungan penggunaan pola sikap leksis negatif menunjukkan penulis koran berita nasional, dan (2) pola kecenderungan sikap terjadi karena penulis sering menggunakan fungsi bahasa untuk memengaruhi orang lain dengan memberikan penilaian langsung terhadap suatu hal dan penulis berita koran nasional memiliki kecenderungan menceritakan peristiwa sensitif atau masalah yang menimbulkan keprihatinan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat. Kata kunci: apraisal, sikap, afek, penilaian, apresiasi Abstract This research investigates Attitude of newspaper text of news in national by applying Systemic Functional Linguistics Theory. This research has several objectives: (1) to describe in the pattern of Attitude in newspaper text of news in Media Indonesia Daily Newspaper, Republika Daily Newspaper, and Kompas Daily Newspaper, and (2) to describe why Attitude the pattern like that in text of news Media Indonesia Daily Newspaper, Republika Daily Newspaper, and Kompas Daily Newspaper. The method of the research used in this qualitative method with type of content analysis. The samples of the research were one hundred and five newspaper news in national with the following topics, disaster, economics, corruption, crime and politics. The data were analyzed by using soft program of Simple Concordance Program (SCP). The result of the research showed that (1) the pattern attitude appraisal in Media Indonesia Daily Newspaper and Republika Daily Newspaper is same, that Appreciation^ Affect^Judgement, and Kompas Daily Newspaper, Affect^Appreciation^Judgement. The inclination of the use of negative lexis attitude pattern showed the newspaper news writers in National, and (2) the inclination pattern of attitude occurred because the writers use the function of language to influence others by providing a direct assessment of a thing and newspaper news writers in national have an inclination of telling the sensitive events or the problem which create apprehensive to the event occurring in society. Key Words: appraisal, attitude, affect, judgement, appreciation
1
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
PENDAHULUAN Penggunaan bahasa merupakan bagian dari sistem metafungsi masyarakat penggunanya. Sistem metafungsi mencakup fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual bahasa yang terdapat di dalam teks bahasa. Salah satu teks yang sarat menggambarkan budaya masyarakat melalui apraisal dalam penggunaan bahasa adalah teks berita surat kabar. Dalam kajian linguistik khususnya perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LSF), salah satu penelitian analisis teks yang berkaitan dengan apraisal adalah fungsi interpersonal. Apraisal merupakan suatu kerangka konsep teori untuk mengevaluasi bahasa. Kerangka apraisal terdiri atas tiga subsistem, yaitu sikap, pemosisian dan graduasi. Penelitian ini memilih apraisal sikap sebagai kerangka analisis untuk mengkaji teks berita surat kabar (disingkat TBSK), melalui Sikap, sistem interpersonal dapat menggunakan cara seseorang mengekspresikan keadaan. Sistem interpersonal sebagian besar direalisasikan melalui penggunaan penilaian yang berkaitan dengan evaluasi: jenis sikap yang dinegosiasikan dalam teks, kekuatan perasaan yang terlibat dan cara di mana nilainilai yang bersumber dari penulis dan pembaca selaras (Martin & Rose, 2003: 22). Dalam menganalisis Sikap, peneliti mengevaluasi hal, karakter orang dan perasaan mereka. Untuk itu setiap ungkapan, kalimat, frasa, dihubungkan untuk apa yang diucapkan orangorang yang terlibat, topik yang dibicarakan menunjukkan situasi, tindakan atau keadaan ketika mereka menghasilkan teks. Dalam proses demokratisasi di Indonesia, berbagai akses media mengekspresikan sosial-politik, yang konteksnya menghasilkan ekspresi diskursif secara lebih bebas. Kebebasan dalam media telah menghasilkan pola teks wacana berita sosial-politik yang menonjolkan sikap di media massa Indonesia. Dalam mengekspresikan berita, penulis berita memilih kata-katanya sesuai dengan sikapnya terhadap pemberitaan tersebut. Sikap ini penting dikaji, sebab pembaca berita sering mengikuti arus dari pembuat berita dan ikut dalam keinginan yang mereka harapkan. Jika penulis berita mengungkapkan kebencian terhadap pemerintah, pembaca tidak menyadari ikut serta dalam keadaan tersebut. Badara (2012:5) menyatakan surat kabar sebagai representasi simbolis dan nilai masyarakat telah membentuk stereotip yang sering merugikan pihak tertentu. Mereka cenderung ditampilkan di dalam teks sebagai pihak yang bersalah, marginal dibandingkan dengan pihak lain. Surat kabar sering pula menjadi sarana salah satu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Surat kabar, melalui wacana beritanya dapat menentukan sesuatu apakah ia buruk atau baik di masyarakat. Kompas, Media Indonesia, dan Republika adalah surat kabar harian nasional dengan oplah yang tinggi Kompas dengan 600.000 eksemplar per hari, Republika 325.000 eksemplar per hari, Media Indonesia 250.000 eksemplar per hari (Supadiyanto, 2014). Dengan oplah yang tinggi tersebut, dominasi ketiga surat kabar ini akan lebih besar memengaruhi sikap masyarakat. Dalam ketiga surat kabar ini, tidak setiap peristiwa dapat dimuat menjadi sebuah berita, tetapi harus melalui proses seleksi yang di dalamnya melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Sehingga dalam penampilan, sebuah peristiwa antara surat kabar satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Suatu tema yang sama ketika dilaporkan sebagai berita oleh surat kabar dapat berbeda sikap dalam penulisannya. Salah satu penyebab perbedaan dalam sikap penulisan teks berita di setiap surat kabar disebabkan oleh visi pandangan media yang bersangkutan tentang permasalahan masyarakat. Visi itu dijabarkan menjadi kebijakan redaksional yang sekaligus menjadi kerangka acuan surat kabar yang bersangkutan (Oetama, 2001). 2
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
Dengan demikian, realitas yang dihadirkan media massa, harusnya dilihat oleh khalayak sebagai realitas tangan kedua. Realitas yang diterima khalayak ini bukan realitas yang sesungguhnya melainkan sesuatu yang dianggap sebagai realitas semu. Fakta semu inilah yang dianggap sebagai fakta oleh publik. Sebab publik tidak mungkin melihat langsung fakta yang sesungguhnya selain yang disajikan oleh media massa. Oleh karena itu, perlunya teks berita ketiga surat kabar nasional ini diteliti. Melalui pendekatan analisis Sistem Apraisal akan diketahui bagaimana surat kabar nasional tersebut mengambil sikap baik yang berkaitan dengan emosi, penilaian terhadap orang, dan apresiasinya dalam setiap pemberitaan, yakni apakah wartawan sebagai pembuat wacana dalam merepresentasikan bahasa dapat bersikap netral (value-free) ataukah telah dipengaruhi berbagai kepentingan tertentu (vested interests) pemilik koran nasional itu sendiri atau ada pihak-pihak tertentu. 1. Masalah dan Tujuan Masalah Penelitian ini membahas mengenai apraisal, khususnya apraisal sikap dalam teks berita surat kabar nasional. Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pola apraisal sikap dalam teks berita surat kabar Kompas, Media Indonesia, dan Republika?” dan “Mengapa Sikap dipolakan demikian dalam teks berita surat kabar Kompas, Media Indonesia dan Republika?” Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan pola apraisal sikap dalam teks berita surat kabar Kompas, Media Indonesia, dan Republika, dan mendeskripsikan mengapa pola demikian dapat terjadi dalam teks berita Kompas, Media Indonesia, dan Republika. 2. Pengumpulan Data Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebuah pendekatan yang dilakukan untuk memahami makna maupun proses dan objek penelitian, dengan jenis analisis isi (Content Analysis). Metode ini mendasari dalam pengumpulan dan penganalisisan data. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data tulis berupa leksis, frasa dan klausa yang diambil dari sumber data berupa surat kabar Kompas, Media Indonesia, dan Republika selama bulan Oktober 2015. Proses pengumpulan data penelitian ini menggunakan perangkat lunak program konkordansi Simple Concordance Program (SCP) dengan memformat seluruh teks yang dijadikan sumber data dan diubah ke dalam format text files (txt) agar bisa dibaca oleh Simple Concordance Program (SCP). Setiap naskah lalu dipindai untuk mengumpulkan data. Setelah menggunakan program SCP, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik simak catat (Sudaryanto, 1993:153). Teknik ini dilakukan dengan menyimak setiap teks berita yang menjadi sumber data untuk melihat konteks yang memengaruhi setiap klausa, kemudian mencatat data yang merupakan bagian dari afek, penilaian dan apresiasi dan subbagiannya. 3
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
Metode Analisis Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode Content Analysis. Dalam proses tersebut hal pertama yang harus dilakukan adalah mengklasifikasi data. Kemudian analisis data menggunakan analisis unit tematik. yaitu unit analisis yang berupa satuan berita Perhitungannya berdasarkan tema-tema berita yang dimuat oleh surat kabar Harian Kompas, Media Indonesia, dan Harian Republika selama bulan Oktober 2015. Isi satuan berita dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu dianalisis datanya dengan menggunakan Tabel frekuensi. Tabel frekuensi hanya untuk mendukung deskripsi hasil analisis dalam penelitian ini. TINJAUAN PUSTAKA 1. Linguistik Sistemik Fungsional Penelitian ini menggunakan teori yang diperkenalkan oleh Halliday tahun 1985 yaitu teori Linguistik Sistemik Fungsional (yang disingkat LSF). Halliday (1985;1994) membagi stratifikasi bahasa menjadi tiga bagian, yaitu leksikogrammar, semantik wacana, dan konteks sosial. Dalam leksikogrammar pembahasan bahasa mencakup bahasa lisan, tulisan, isyarat, dan visual. Bahasa digunakan untuk memaparkan pengalamannya, mempertukar pengalamannya, merangkaikan atau mengorganisasikan pengalamannya dalam konteks sosial. Metafungsi bahasa dalam perspektif LSF disebut makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Kajian Apraisal merupakan kajian fungsi interpersonal yang dikembangkan oleh Martin dan White (2005). Halliday (1978) menggunakan istilah Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) untuk menguraikan fungsi bahasa dalam interaksi sosial. Tatabahasa digunakan sebagai sumber daya untuk menyatakan maksud hubungan dengan situasi dan budaya lisan atau teks yang dimunculkan. Bahasa adalah sebuah sumber daya untuk hubungan network, dan cara bagaimana hubungan network mengungkap koneksi antara interelasi hubungan tersebut dan penggunaan bahasa (Sinar, 2012). 2. Teori Apraisal Kerangka Apraisal merupakan pengembangan kerja dalam linguistik fungsional sistemik yang dikembangkan Halliday (1985/1994), Halliday & Mattheissen (2004) dan berhubungan dengan makna interpersonal dan semantic wacana dalam teks negoisasi hubungan sosial dengan mengkomunikasikan emosi, penilaian, dan apresiasi. Sinar (2008) menyatakan bahwa Teori Apraisal adalah konsep evaluasi untuk mengungkapkan penulisan penutur, baik tersirat maupun tersurat, terhadap pokok pembicaraan, lawan bicara, ataupun dunia yang mungkin berhubungan dengan parameter evaluatif, seperti Sikap, pemosisian, yang meliputi diantaranya epistemik, evidensialitas dan graduasi. Kerangka analisis bahasa evaluatif digunakan untuk mengeksplorasi, memerikan, dan menjelaskan cara bahasa digunakan. Ketika seseorang menghasilkan bahasa, mereka dapat mengevaluasi, menggunakan pendirian, membangun personal tekstual, dan mengatur pemosisian dan hubungan antarpribadi (Martin & White 2005). 3. Sikap Sikap melihat bagaimana seseorang mengekspresikan keadaan. Sikap mengacu pada jenis frasa yang dipakai, yang meliputi jenis atribut terutama pemakaian ajektiva dan adverbia yang menunjukkan sikap evaluatif penulis (pembicara) seseorang dalam mengekspresikan keadaan. Sikap ini dibagi menjadi tiga, yaitu, afek penilaian, doa apresiasi. 4
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
Afek pada umumnya digunakan untuk membicarakan ungkapan emosi dan perasaan. Afek berhubungan dengan sumber daya yang menunjukkan perasaan negatif atau positif. Apakah kita merasa senang atau sedih, yakin atau cemas, tertarik atau bosan. Kemudian penilaian. Penilaian merupakan wilayah makna yang merujuk pada Sikap kita terhadap orang lain dan bagaimana mereka berprilaku. Penilaian secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yaitu yang berhubungan dengan penghargaan sosial dan yang berorientasi kepada sanksi sosial (Martin & White 2005) dan Apresiasi. Apresiasi digunakan untuk menyikapi atau melakukan penilaian terhadap benda, proses, atau produk. Itu biasanya dalam bentuk atribut terhadap benda, proses atau produk tertentu. Apresiasi bisa negatif dan bisa juga positif bergantung pada dampak makna yang ditimbulkan. Ketiga subbagian ini menunjukkan bagaimana Sikap penutur atau penulis dalam menyampaikan pesannnya kepada para pendengar dan pembaca baik melalui media lisan maupun tulisan. Dari analisis ketiga subsistem akan ditemukan Sikap sesungguhnya dari penutur dan penulis pesan. Dalam apraisal, sikap dihubungkan dengan interaksi sosial. Fokusi di dalam apraisal adalah Sikap dan nilai yang dinegoisasikan dengan pembaca. Salah satu aspek penting di dalam apraisal adalah sumber dari opini, yang akan muncul secara alami. 4. Bahasa dan Fungsi Bahasa Secara tradisional pengertian bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi. Maksud dari pengertian ini adalah alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Jadi, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Santoso 2012). Dalam peristiwa komunikasi, bahasa dapat menampilkan fungsi yang bervariasi. Secara umum, bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi, menginformasikan suatu fakta, memengaruhi orang lain, membicarakan bahasa, bercerita, mengobrol dengan teman, dan sejenisnya. Masing-masing fungsi bahasa dapat secara langsung dihubungkan dengan salah satu komponen dalam komunikasi. Dalam TBSK fungsi-fungsi bahasa di atas terungkap, karena suatu teks berita merupakan realisasi dari bahasa untuk menyampaikan informasi dan hal lainnya untuk mempengaruhi orang lain. 5. Teks dan Teks Berita Teks Halliday (1985:290) memberikan definisi mengenai teks yaitu “Text is something that happens, in the form of talking or writing, listening or reading”. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa teks merupakan bentuk ujaran atau tulisan. Pendapat yang sejalan diungkapkan Trask (1999:312) tentang teks. Teks bukan hanya serangkaian kata atau kalimat yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang diciptakan atau disusun dengan cara tertentu sehingga mengandung pengertian dalam konteks tertentu dan berfungsi sebagai penyampaian suatu pesan. Teks Berita Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berita adalah pengumuman, pemberitahuan, maklumat keterangan tentang peristiwa yang hangat, kabar, cerita tentang kejadian yang masih baru. Dalam penelitian ini teks berita didefinisikan sebagai teks yang melaporkan informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi disajikan dalam bentuk media cetak, elektronik dan siaran. Penulis teks berita adalah wartawan yang 5
ISSN 2442-3475
JURNAL TUTUR
Vol.2, No.1 Februari 2016
mencari dan mengumpulkan laporan yang kemudian menjadi berita terpilih oleh redaksi pemberitaan / media untuk disiarkan kepada khalayak banyak. Berita merupakan bentuk laporan tentang suatu kejadian yang sedang terjadi baru baru ini atau keterangan terbaru dari suatu peristiwa. Dengan kata lain berita adalah fakta menarik atau sesuatu hal yang penting yang disampaikan pada masyarakat orang banyak melalui media. Namun tidak semua fakta bisa diangkat menjadi suatu berita oleh media. Karena setiap fakta akan dipilih mana yang pantas untuk disampaikan pada masyarakat (Sumadiria, 2010). ANALISIS Analisis dalam penelitian ini menjelaskan hasil yang mencakup (1) Afek dalam TBSK Nasional, (2) Penilaian dalam TBSK Nasional, (3) Apresiasi dalam TBSK Nasional dan (4) Pola Apraisal Sikap dalam TBSK Nasional dan (5) Alasan terberntuknya pola Sikap demikian dalam TBSK Nasional. 1. Afek dalam TBSK Nasional Afek merupakan sumber daya untuk mengungkapkan perasaan. Tabel 1. Afek dalam TBSK Nasional Afek
Tema
Kompas
Media Indonesia
Jumlah
Republika
Bencana
23
22,5%
35
30,9%
29
33,3%
87
28,8%
Ekonomi
9
8,8%
24
21,2%
13
14,9%
46
15,2%
Korupsi
13
12,7%
10
8,8%
14
16%
37
12,2%
Kriminal
32
31,3%
27
23,8%
18
20,6%
77
25,4%
Politik
25
24,5%
17
15%
13
14,9%
55
18,2%
Jumlah
102 100%
113
100%
87
100%
302
100%
Ditemukan bahwa tema Bencana sebesar 28,8 persen merupakan tema yang paling dominan dari kelima tema dalam menggunakan unsur Afek dalam penulisan teks berita pada ketiga surat kabar Nasional. Tema korupsi sebesar 12,2 persen merupakan tema yang paling rendah dalam menggunakan unsur Afek. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa ketika para penulis berita surat kabar Republika menuliskan berita mengenai bencana, para penulis lebih banyak menggunakan sumber daya yang mengungkapkan perasaan. Ini berarti penulis TBSK Nasional menggunakan subjektivitas terhadap suatu peristiwa yang ia gambarkan melalui tulisannya. Contoh-contoh berikut ini menunjukkan klausa-klausa yang merupakan sumber daya yang mengungkapkan perasaan dalam TBSK Harian Republika. • Kabut asap yang menyelimuti sebagian Asia Tenggara mengancam berlangsungnya kompetisi renang Piala Dunia akhir pekan ini di Singapura. (Republika, 2 Oktober 2015) (Sikap:afek:ketidakamanan:gelisah) • Jumlah tersebut meningkat dari minggu ke-37 yang hanya mencapai 2.301 kasus. Namun, Dinkes Sumbar membantah pasien ISPA di Sumbar disebabkan paparan kabut asap yang menguar dari provinsi tetangga (Republika, 5 Oktober 6
ISSN 2442-3475
JURNAL TUTUR
Vol.2, No.1 Februari 2016
2015) (Sikap:afek:ketidakpuasan:ketidaksenangan) Leksis mengancam dan membantah merupakan sumber daya yang mengungkapkan perasaan. Leksis mengancam memberi makna tidak aman atas suasana yang sedang terjadi, dan leksis membantah merupakan perasaan amarah atas ketidaksenangan. Dengan demikian, leksis mengancam dan membantah merupakan unsur afek dalam bahasa evaluatif karena kedua leksis tersebut mencerminkan ungkapan perasaan. 2. Ungkapan Penilaian dalam TBSK Nasional Subkategori kedua dari unsur apraisal Sikap adalah unsur Penilaian. Penilaian merupakan sumber daya untuk menilai karakter atau watak. Tabel 2. Penilaian dalam TBSK Nasional Penilaian
Tema
Kompas
Media Indonesia
Jumlah
Republika
Bencana
3
7,3%
7
14,2%
6
12,8%
16
11,7%
Ekonomi
1
2,4%
5
10,2%
1
2,1%
7
5,1%
Korupsi
13 31,7%
13
26,5%
17
36,1%
43
31,3%
Kriminal
17 41,4%
17
34,6%
11
23,4%
45
32,8%
Politik
7
7
14,2%
12
25,5%
26
19,0%
Jumlah
41 100%
137
100%
17,0%
49 100%
47
100%
Tema yang paling dominan memiliki unsur penilaian adalah tema kriminal sebesar 32,8 persen, kemudian diikuti oleh tema politik sebesar 31,3 persen. Surat kabar yang menggunakan unsur penilaian dominan adalah Media Indonesia dalam tema kriminal. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ketika para penulis berita surat kabar Media Indonesia menuliskan berita mengenai kriminal, para penulis lebih banyak menggunakan sumber daya yang mengungkapkan penilaian terhadap karakter atau watak seseorang. Ini berarti penulis TBSK Nasional menggunakan subjektivitas terhadap suatu peristiwa yang ia gambarkan melalui tulisannya. Contoh-contoh berikut ini menunjukkan klausa-klausa yang merupakan sumber daya yang mengungkapkan penilaian terhadap karakter atau watak dalam TBSK Harian Media Indonesia. • Tim Satuan Tugas (Satgas) Polda Metro Jaya akhirnya menetapkan Agus Darmawan alias Agus Pe’a, 39, sebagai tersangka pembunuh dan pemerkosa PNF, 9, siswi Kelas II SD Negeri 05 Kalideres, Jakarta Barat. (Media Indonesia, 10 Oktober 2015) (Sikap:penilaian:penghargaan sosial: kapasitas) • Selain metoda tersebut, sambung Tito, penyidik terbukti mampu memaksimalkan teknik reserse, seperti menyisir area TKP (tempat kejadian perkara), melakukan penggeledahan, serta mengumpulkan dan menyita barang bukti yang menjadi petunjuk dasar penyelidikan. (Republika 9 Oktober 2015) (Sikap:penilaian: penghargaan sosial:kapasitas) Leksis pemerkosa dan mampu merupakan penilaian terhadap watak seseorang ataupun sekelompok orang. Leksis pemerkosa merupakan penilaian atas perbuatan yang mencerminkan kapasitas buruk seseorang. Dan leksis mampu mencerminkan karakter 7
ISSN 2442-3475
JURNAL TUTUR
Vol.2, No.1 Februari 2016
dari penyidik yang merupakan kapasitas yang dimiliki oleh penyidik. 3. Ungkapan Apresiasi dalam TBSK Nasional Apresiasi merupakan sumber daya untuk menghargai nilai suatu benda. Tabel 3. Apresiasi dalam TBSK Nasional Apresiasi
Tema
Kompas
Media Indonesia
Jumlah
Republika
Bencana
42
45,6%
57
43,5%
54
45,3%
153
38,6%
Ekonomi
31 33,7%
49
37,4%
30
25,2%
110
27,7%
Korupsi
4
4,3%
6
4,5%
14
11,7 %
24
6,1%
Kriminal
6
6,5%
1
0,7%
17
14,2%
24
6,1%
Politik
9
9,7%
18
13,7%
4
3,3%
31
7,8%
Jumlah
92 100%
131 100%
119 100%
396 100%
Ungkapan Apresiasi paling dominan terdapat pada tema bencana yaitu sebesar 38,6 persen. Tema bencana yang paling dominan terdapat pada TBSK Harian Kompas sebesar 45,6 persen, kemudia diikuti Harian Republika sebesar 45,3 persen dan terakhir Harian Media Indonesia sebesar 43,5 persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ketika para penulis berita surat kabar Kompas, Republika, dan Media Indonesia menuliskan berita mengenai bencana, para penulis lebih banyak menggunakan sumber daya yang mengungkapkan penilaian terhadap suatu hal atau benda. Ini berarti penulis TBSK Nasional menggunakan subjektivitas terhadap suatu peristiwa yang ia gambarkan melalui tulisannya. Contoh-contoh berikut ini menunjukkan klausa-klausa yang merupakan sumber daya yang mengungkapkan penilaian terhadap benda dalam TBSK Harian Kompas. • Dokter Hewan di Singapura telah memberikan saran kepada pemilik hewan untuk memperhatikan gejala-gejala gangguan kesehatan akibat kabut asap ini, misalnya perubahan cara bernapas, juga meminta pemilik hewan untuk membiarkan hewan di dalam rumah jika kondisi kabut memburuk. (Sikap:ap resiasi:reaksi:kualitas) • Di Kota Dumai kabut asap dirasa masih cukup pekat dengan jarak pandang berkisar 200 meter. (Sikap:apresiasi:reaksi: kualitas) • Bahkan, asap telah menyebabkan kualitas udara menurun di Filipina, Malaysia dan Singapura. (Sikap:apresiasi:reaksi: kualitas) Leksis memburuk, cukup pekat dan menurun merupakan ungkapan bahasa evaluatif negatif berupa apresiasi terhadap suatu keadaan. Leksis-leksis tersebut menggambarkan betapa buruknya keadaan yang disampaikan melalui penilaian atau apresiasi penulis berita. 4. Pola Apraisal Sikap dalam TBSK Nasional Dari hasil analisis ditemukan bahwa Harian Media Indonesia memiliki pola Apresiasi^Afek^Penilaian. Harian Republika memiliki pola Apresiasi^Afek^Penilaian, 8
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
sama halnya dengan Harian Media Indonesia, dan Harian Kompas memiliki pola Afek^Apresiasi ^ Penilaian. Dari analisis TBSK Nasional dapat dijelaskan bahwa bahasa evaluatif dalam tataran apraisal Sikap direalisasikan oleh leksisk-leksis yang membicarakan tentang emosi dan perasaan (Afek), yaitu waspada, berharap, menghimbau, mengeluhkan, membantah, menolak, tidak tega, kritis, mengacam, dikhawatirkan, berbahaya, aneh, tegas, aman, bercanda, mengikhlaskan, trauma emosional, memprihatinkan, menangis, tidak berdaya, panik, melampaui batas aman, diresahkan, mengejutkan, menegaskan, sepakat, percaya, hati-hati, meminta, bertele-tele, mendesak, terpaksa, derita, kehilangan, menyedihkan, menjerit, cuek, cemas, bertanggung jawab, tidak puas, tidak senang, korban, tewas, curiga, mengenaskan, mengamuk, kaget, menepuk bahu, pencabulan, memeluk, meraba, mencium, enggan, sadis, optimistis, mengharapkan, lesu, takut, luka, tertarik, gaduh, kesulitan, menyelamatkan, tidak memuaskan, puas, tak heran, bersabar, ambisi, sengaja, tidak suka, melindungi, terkejut, dan kemiskinan. Leksis-leksis yang merujuk pada Sikap penulis TBSK Nasional terhadap orang lain (Penilaian), yaitu rakyat kecil, lemah, tidak mampu, tak menyerah, pesimistis, berhasil, mengerti, mengalahkan, tidak sanggup, diduga, penyebab peristiwa, didakwa, mengakui, pengunduran diri, tersangka, kooperatif, terdakwa, mundur, wajar, kecil, cerdik, mampu, kegagalan, memadai, layak, tidak siap, valid, elektabilitas tinggi, optimal lalai, sah, kekalaha, pemerkosa, menghilangkan jejak, paedofil, menghilang. Leksis-leksis yang merupakan reaksi penulis TBSK Nasional terhadap bendabenda, komposisi benda-benda tersebut (Apresiasi), yaitu penurunan, menyusut, berbahaya, rugi, memburuk, tidak sehat, sangat pekat, terparah, lebih lama, kritis, tebal, tidak jelas, semakin luas, kondisi berat, cuku besar, tahap akut, tak mubazir, tidak merata, hemat, meluas, meningkat, lambat, tidak signifikan, cukup parah, praktis, jelas, maksimal, lebih rentan, melebihi kadar normal, terlambat, luar biasa, menyeruak, terburuk, terparah, dahsyat, diperparah, menyusut, normal, menyempit, setara, luas, rumit, gagal, belum efektif, sangat besar, terbaik, tidak baik, terhambat, ketat, minim, alot, menguat, lebih cepat, image positif, lebih ramah, stabilitas, tidak lancar, terpuruk, lebih daalam, penyederhanaan, lebih berat, akurat. Untuk menggambarkan leksis dan frekuensinya dari sumber daya apraisal Sikap yang ditemukan dalam TBSK Nasional, frekuensi masing-masing teks ini berbeda dari satu tema ke tema lainnya. Ada satu leksis yang termasuk dalam kategori leksis Sikap, yaitu leksis baik, yang dominan dari keseluruhan TBSK Nasional. • Baik Leksis baik memiliki empat makna yang ditemukan dalam korpus linguistik, seperti yang terlihat dalam gambar 7 di bawah ini. patut menguntungkan Baik Kontradiksi Proses Leksis baik merupakan leksis yang pertama dari kategori unsur apraisal Sikap yang dianalisis berdasarkan konteks klausanya. Ditemukan sebanyak 34 kemunculan leksis baik dari keseluruhan TBSK Nasional. Leksis baik ini termasuk ke dalam kategori 9
JURNAL TUTUR
Vol.2, No.1 Februari 2016
ISSN 2442-3475
Sikap:Apresiasi:Reaksi:Kualitas. Contoh konteks klausa leksis baik dalam TBSK Nasional dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Leksis ‘baik’ dalam korpus linguistik 1 akan diskusikan dulu secara 2 udara atau sirkulasi yang 3 melebihi kadar normal yang 4 melahirkan kebijakan yang 5 selama itu niatan yang 6 agar para pimpinan di daerah 7 kondisi yang lebih 8 memiliki teknologi yang lebih 9 punya pemahaman yang lebih 10 dalam tingkat yang lebih 11 perekonomian ke arah lebih 12 yang udaranya jauh lebih 13 dari paket III jauh lebih 14 oleh semua kader partai, 15 kilometer dari titik api, 16 telah memeriksa 247 saksi, 17 ada dampak yang tidak 18 jumlah pelaporan minimum, 19 koordinasikan dengan 20 kita sepakati berjalan dengan 21 keputusaan tersebut dengan 22 ini sangat menguntungkan, 23 Kalimantan terus dilakukan 24 dari lidik yang kami lakukan, 25 itu. Jika ada satu calon, 26 dan Kalimantan terdampak asap 27 kepengurusan Partai Golkar, 28 panjang Indonesia sangat 29 perekonomian tersebut 30 /Memang perlu kami sambut 31 /Pemerintah menyambut 32 kebakaran. Kami menyambut 33 .477.//KALSEL, ISPU : 45.50 34 /Langkah terakhir itu
baik, baik. baik baik. baik baik baik baik. baik baik baik. baik. baik. baik baik baik baik baik baik. baik, baik. baik baik baik baik baik baik baik. baik, baik baik baik (baik), baik
kata Maqdir di Gedung KPK Nila mengatakan, rumah singgah untuk kesehatan. Enam penerbangan /Setelah 11 bulan perekonomian dan membantu secara serius gubernur, bupati maupun wali dalam jangka pndek untuk pengendalian //Pendapat yang sama disampaikan apa saja yang akan dikerjakan daripada korporasi-korporasi //ciptakan keamanan dan kenyamana /Skenario terakhir ialah /Langkah terakhir itu baik dari kubu Munas Bali maupun di Pulau Sumatera maupun Kalimantan dari pengelola dana, penerima jika pilihan penundaan Pilkada laporan pribadi, kelompok Sistem pengamanan kita bikin terangnya./Sementara itu Menurutnya, dengan adanya perusahaan maupun pemerintah melalui jalur darat maupun terkait suap PTUN maupun interpelasi itu calon kepala daerah atau langsung maupun tidak langsung hasil Munas Bali maupun Munas /Kalau kita tak menangani kata Imaduddin, realisasi (keputusan MK), tapi perlu hal ini, dan kami sepakat arahan dan masukan Panglima ISPA : 29.104 relatif tetap untuk menggerakkan roda perekonomian
Dalam KBBI (2008) leksis baik diberi penjelasan sebagai berikut. 1 a elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb) 2 a mujur, beruntung (tt nasib); menguntungkan (tt kedudukan dsb) 3 a berguna;manjur (tt obat dsb); 4 a tidak jahat (tt kelakukan, budi pekerti, keturunan, dsb); jujur; 5 a sembuh; pulih (tt luka, barang yang rusak, dsb); 6 a selamat (tidak kurang suatu apa). Makna leksis ‘baik’ pada klausa (19) kita koordinasikan dengan baik. Dan (21) keputusan tersebut dengan baik, pada Tabel di atas adalah ‘patut’. Sedangkan makna leksis ‘baik’ pada klausa (4), (29) dan (34) adalah menguntungkan. Dapat dilihat dalam contoh (4) melahirkan kebijakan yang baik. Setelah 11 bulan konomian (29) perekonomian tersebut baik, kata Imaduddin, realisasi (34) Langkah terakhir itu baik 10
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
untuk menggerakkan roda perekonomian. Namun, ketika leksis baik dilekatkan sebelum leksis ‘lebih’ dalam klausa (7), (8), (9), (10), (11), (12) dan (13). Makna leksis baik ini pun mengalami perubahan. Perubahan makna ini terjadi karena adanya leksis ‘lebih’ yang menunjukkan tingkat perbandingan dalam tataran makna gramatikal. Makna baik dengan demikian mengalami pergeseran. Makna leksis baik yang memiliki polar positif dalam bahasa evaluatif bisa dengan sendirinya berubah menjadi leksis negatif apabila leksis baik didahului oleh leksis negasi tidak. Dalam klausa (17) ada dampak yang tidak baik jika penundaan pilihan pilkada. Leksis baik berubah makna dari makna positif menjadi makna negatif disebabkan pengaruh makna leksis negasi tidak. 5. Faktor Penyebab Pola Apraisal Sikap dalam TBSK Nasional Hasil analisis telah menunjukkan pola apraisal Sikap yang terdapat dalam TBSK Nasional yang sudah diteliti. Di bawah ini dibahas faktor penyebab pola Apraisal Sikap demikian adanya. Dalam kaitannya dengan fitur yang mendominasi teks berita dicirikan oleh apraisal Sikap subkategori Apresiasi yang menempati posisi pertama diikuti oleh Afek dan kemudian Penilaian. Kehadiran pola Apresiasi yang menempati posisi pertama berkaitan dengan faktor penilaian terhadap benda-benda atau sesuatu yang menyebar pada setiap TBSK Nasional. Interpretasi dapat dibuktikan bahwa, pertama, teks berita menggunakan penilaian terhadap sesuatu karena penulis berita ikut mengapresiasi keadaan, situasi, dan hal yang menyangkut kualitas, dampak, dan keseimbangan terhadap tatanan kehidupan masyarakat. Dengan demikian, teks berita berupaya agar bahasa yang dipaparkan menjadi patokan pembaca ikut menilai peristiwa yang terjadi. Sebagai contoh kabut asap yang semakin pekat menyelimuti sebagaian besar wilayah di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), leksis pekat dalam konteks ini merupakan apresiasi terhadap kabut asap yang terjadi di Sumbar. Suatu makna yang jelas dari leksis pekat dapat dimaknai oleh pembaca secara konkret. Bahasa pers merupakan salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas, yaitu sederhana, singkat, padat, lugas, jenih, menarik, dan demokratis (Sumadiria, 2008:53). Faktor kedua, mengapa apresiasi digunakan penulis teks berita surat kabar adalah karena penyampaian pesan yang berkenaan dengan informasi tentang apa yang terjadi di dunia dan daerah setempat berkaitan dengan keadaan atau situasi sehingga penilaian atas keadaan tersebut menjadi lebih banyak. Teori jurnalistik mengingatkan, tidak semua berita dapat berbicara sendiri. Sering terjadi berita yang diliput dan dilaporkan medaia, hanya serpihan-serpihan fakta yang belum berbicara. Tugas media adalah membuat fakta yang seolah membisu itu menjadi dapat berbicara sendiri kepada khalayak pembaca. (Sumadiria 2008:75). Berkaitan dengan tugas media di atas, apresiasi merupakan sarana untuk menjadikan fakta yang membisu menjadi berbicara kepada pembaca lewat penilaian-penilaian yang disampaikan penulis berita. Seperti contoh, dengan udara yang tidak sehat, otak anak-anak semakin terganggu. Leksis tidak sehat merupakan apresiasi yang berkaitan dengan kualitas untuk memberikan fakta bahwa udara yang ada lagi tidak baik untuk dihirup, diperkuat dengan leksis terganggu yang merupakan apresiasi atas dampak yang terjadi akibat asap. Fakta-fakta yang disampaikan dalam teks berita tersebut semakin berbicara kepada pembaca tentang penderitaan akibat bencana yang terjadi. Posisi yang kedua yang mendominasi teks berita adalah Apraisal ikap unsur Afek. Sifat subjektif penulis berita ini ditandai dengan adanya leksis yang mengekpresikan 11
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
keadaan. Dengan subkategori Afek, ditemukan bahwa adanya ungkapan emosi dan perasaan penulis teks berita dalam menyampaikan pesannya kepada para pembaca. Keterlibatan emosi dapat dilihat dalam klausa gelak tawa seringkali pecah ketika diantara mereka melempar guyonan segar. Leksis gelak tawa merupakan afek yang merupakan kebahagiaan. Dengan adanya perasaan yang dilukiskan penulis berita, pembaca menjadi tertarik mengikuti perasaan yang diungkapkan penulis berita, pembaca ikut terbawa suasana dengan apa yang disampaikan penulis. Faktor penyebab afek mendominasi dalam teks berita berkaitan dengan tema-tema yang diteliti. Tema bencana dan kriminal merupakan tema yang sensitif akan perasaan, karena menyangkut kemaslahatan umat. Faktor selanjutnya adalah suatu peristiwa kadang-kadang tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, peristiwa tersebut tidak mengguncangkan, tidak mendorong aparat keamanan siap siaga, atau segera merapat barisan sehingga tidak menimbulkan perubahan (Sumadiria, 2008:90). Dengan demikian unsur Afek digunakan penulis berita agar peristiwa yang disampaikan menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya, sehingga suasana hati ikut terusik dan empati pembaca menimbulkan efek. Apraisal sikap subkategori penilaian menempati posisi yang ketiga dalam teks berita. Kehadiran penilaian ini juga menyebar pada ketiga Harian surat kabar nasional tersebut. Interpretasi dapat dibuat berkaitan dengan kehadiran leksis Penilaian dalam teks berita. Pertama, sifat subjektif penulis dapat ditandai dengan adanya leksis penilaian terhadap orang, atau sekelompok orang yang merupakan penilaian pribadi dari penulis berita berdasarkan kutipan langsung ataupun rangkuman fakta yang didapatnya. Keterlibatan Penilaian dapat dilihat dalam klausa tak heran jika baru-baru ini mereka berhasil menciduk pengacara kawakan Otto Cornelis Kaligis. Penilaian terlihat dari leksis berhasil. Penghargaan ini diberikan kepada tim khusus yang menangangi kasus PTUN Medan. Penilaian ini merupakan penghargaan sosial dari penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk sama-sama melakukan pengawasan terhadap orang-orang yang terlibat. Faktor kedua, penggunaan leksis penilaian adalah adanya kriteria umum nilai berita tentang orang-orang penting. Isi berita mengenai orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, dan figur publik. Kalangan tokoh terkemuka, orang-orang penting, kapan saja selalu disorot. Kehidupan, masalah yang dialami para figur publik memang dijadikan ladang emas bagi pers dan media massa (Sumadiria, 2008) Dalam konteks ini, hal tersebut berkaitan, karena jika berkaitan mengenai perseorangan atau kelompok dari orang-orang yang disoroti, maka penilaian tidak akan terlepas dari pembicaraan SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Analisis Apraisal Sikap dalam teks berita surat kabar nasional menunjukkan bahwa teks berita surat kabar memberi gambaran perasaan, apresiasi, dan penilaian dalam teks dan konteks melalui bahasa evaluatif. Dalam penelitian ini, teks berita surat kabar dianalisis dalam tiga subkategori yaitu Afek, Penilain, dan Apresiasi. Dari analisis Apraisal Sikap pada teks berita surat kabar nasional dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. • Kecenderungan pola penggunaan apraisal Sikap terdapat pada TBSK Harian Media Indonesia. Pada Harian Media Indonesia, ditemukan pola Apraisal Sikap yaitu Apresiasi ^ Afek ^ Penilaian. Ini menunjukkan bahwa penulis berita 12
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
Harian Republika tertarik pada mengapresiasi benda-benda atau objek yang diberitakannya. Dengan mengapresiasi, maka penulis sekaligus mengkritik sesuatu hal untuk disampaikan kepada masyarakat. Sama halnya dengan Harian Republika yang memiliki pola seperti Harian Media Indonesia. Namun pada Harian Kompas, pola yang terbentuk adalah Afek ^ Apresiasi ^Penilaian. Ini menunjukkan bahwa unsur perasaan lebih mendominasi penulis berita Harian Kompas, dan penulis berita cenderung menceritakan peristiwa-peristiwa sensitif atau masalah-masalah yang menimbulkan keprihatinan terhadap-peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masyarakat, sehingga perasaan ikut mendominasi penulisan berita. • Pola Apraisal Sikap dalam teks berita surat kabar nasional adalah Apresiasi ^ Afek ^ Penilaian. Pola ini terjadi karena penulis teks berita menuliskan informasinya di dalam teks berita banyak menggunakan fungsi bahasa memengaruhi orang lain dengan memberikan penilaian langsung terhadap suatu hal dan mengekspresikan emosi. 2. Saran Dengan adanya penelitian ini, diharapkan peneliti lanjutan dilakukan untuk meneliti teks berita surat kabar nasional dari segi Apraisal Pemosisian dan Graduasi secara lebih rinci karena kedua aspek tersebut belum dikaji dalam skala nasional. Kedua, disarankan kepada peneliti lanjutan untuk menggunakan data bahasa lisan yang diasumsikan sebagai penelitian yang kaya akan temuan-temuan. Data lisan yang digunakan dalam pengajaran juga menarik untuk diteliti. Ketiga, disarankan agar penelitian apraisal perlu dikembangkan lagi dengan menggunakan korpus linguistik yang lebih besar lagi, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik lagi tentang penggunaan bahasa evaluatif dalam teks-teks yang bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana, Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana. Bednarek, Monika. 2010. ‘Evaluation In The News’. Australian Journal Of Communication Vol 37 (2) 2010. 15050 Biber, Douglass & Edward Finegan. 1988. ‘Adverbial Stance Types In English’. Discourse Processes 11, 1034. David Caldwell, 2009. ‘Working Your Words’ Appraisal In The Afl Post match Interview. Australian Review Of Applied Linguistics, Volume 32, Number 2, 2009 Monash University Epress. 13.1013.17. Djajasudarma, T.F. 1999. Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: Alqaprint. Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold Halliday, M.A.K. 1985/1994. Introduction to Functional Grammar. London: Arnold. Martin J.R. & David Rose. 2003. Working with Discourse: Meaning beyond the Clause. London: Continuum Martin, J.R & White, P.R.R. 2005. The Language of Evaluation:Appraisal in English. Basing stoke, UK:
13
Vol.2, No.1 Februari 2016
JURNAL TUTUR
ISSN 2442-3475
Palgrave Oetama, Jakob. 2001. Dunia Usaha dan Etika Bisnis. Jakarta: Kompas Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Santoso, Anang. 2012. Studi Bahasa Kritis: Menguak Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: Mandar Maju. Santosa, Riyadi, Agus Dwi Priyanto & Ardianna Nuraeni. 2011. Bahasa Demokratis di Dalam Media Televisi Indonesia. Vol 6, No.3 ISSN 169304725. Lingua Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 2240231. Sinar, Tengku Silvana. 2012. Teori dan Analisis Wacana: Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional. Medan: CV. Mitra Medan Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sumadiria, Haris 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. Sumadiria, Haris 2010. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. Trask, R.I. 1999. Key Concept in Language and Linguistics. London: Routledge.
14