Bab Sepuluh
Penutup Kesimpulan Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam Kondisi bisnis dan teknologi klaster cor logam, dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap awal pertumbuhan/embrio, tahap tumbuh dan dewasa, tahap penurunan dan transformasi. Tahap awal pertumbuhan/ embrio merupakan tahap pertumbuhan klaster pertama kali sampai dengan awal jaman kemerdekaan. Pada tahapan awal pertumbuhan/ embrio dibagi menjadi 3 (tiga) jaman, yaitu jaman Belanda, jaman Jepang dan jaman awal kemerdekaan. Perkembangan industri cor logam di Ceper tidak terlepas dari potensi lokal Kabupaten Klaten yang dimulai dari kebutuhan teknologi di sektor pertanian sampai industri prosesingnya. Pada jaman penjajahan Belanda, industri cor logam dibutuhkan untuk menggarap pertanian padi 261
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
berupa kejen (mata bajak), kemudian berkembang sebagai spare part dari mesin pabrik gula dan juga sebagai alat angkut lori untuk mengangkat tebu dan tembakau. Pada jaman Jepang industri cor logam dipergunakan untuk memproduksi senjata berupa peluru dan granat. Selanjutnya pada awal kemerdekaan cor logam dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sektor industri, seperti peralatan untuk pabrik tekstil. Pada tahap awal pertumbuhan/embrio, teknologi pengecoran yang digunakan masih sederhana berupa besalen yaitu tobong batu bata yang berbentuk pipa. Sebagai bahan bakarnya adalah arang kayu kesambi. Untuk mencairkan (melebur) besi cor dibutuhkan waktu kurang lebih 7 jam terus menerus. Pada
periode
tumbuh
dan
dewasa
kebijakan
Pemerintah
menekankan pada kebijakan substitusi impor, sehingga mengakibatkan industri cor logam mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut tidak terlepas dari pembinaan pemerintah pusat dan adanya order-order yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, baik di bidang irigasi, pertanian, kesehatan maupun perumahan. Kebijakan substitusi impor khususnya di bidang cor logam mengakibatkan besarnya peluang pasar yang menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan cor logam di Ceper menjadi sub kontrak perusahaan-perusahaan besar swasta. Pada jaman tumbuh dan dewasa teknologi yang banyak digunakan adalah dapur tungkik dan dapur kupola dengan bahan bakar arang. Tahap penurunan dan transformasi terjadi pada waktu krisis moneter tahun 1998 berimbas pada bisnis cor logam di Ceper, dikarenakan naiknya harga bahan baku logam dan energi menjadikan tingginya harga pokok penjualan sedangkan di sisi lain terjadi penurunan daya beli dan permintaan pasar. 262
Penutup
Dampak dari penurunan daya beli dan tingginya harga pokok penjualan cor logam, menyebabkan beberapa pengusaha melakukan berbagai langkah inovasi, diantaranya : melakukan modernisasi tungku pembakaran dari kupola menjadi induksi dan mengalihkan produksinya pada produk-produk non fero, seperti otomotif, pompa hydran, pompa air. Dengan demikian pada saat terjadinya penurunan usaha, klaster cenderung untuk melakukan transformasi dengan menghasilkan produk baru. Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih dapur induksi yang menggunakan energi listrik untuk teknologi pengecoran logam. Sehingga krisis moneter berdampak pada peningkatan teknologi pengecoran logam, dari dapur kupola beralih pada dapur induksi. Gambaran tentang perkembangan klaster dan teknologi klaster cor logam dalam tahapan perkembangan klaster dirangkum seperti pada tabel 10.1 : Tabel 10.1 Karakteristik klaster berdasarkan tahapan pertumbuhan
Tahapan pertumbukan klaster Karakteristik Klaster
Pemasaran klaster Jejaring mata rantai nilai Tehnologi yang digunakan Tingkat persaingan
Tahap awal pertumbuhan/ embrio
Tahap tumbuh & dewasa
Tahap penurunan & transformasi
Memenuhi kebutuhan pasar disekitar daerah klaten Terbatas
Memenuhi kebutuhan pasar Nasional dan sebagian diekspor Sangat luas
Memenuhi kebutuhan pasar Nasional
Besalen dan tungkik
Tungkik dan kupola
Kupola dan Induksi
Persaingan rendah sekali
Persaingan rendah
Persaingan tinggi
Cukup luas
263
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
Melihat kondisi perkembangan klaster cor logam Ceper Klaten dapat disimpulkan bahwa klaster indusri cor logam tumbuh dari sektor pertanian, hal ini bisa dilihat dari awal perkembangan industri yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan pertanian. Teknologi berkembang dari teknologi yang sangat sederhana sampai pada teknologi yang modern yaitu induksi. Sedangkan jejaring pada masa tumbuh dan dewasa sangat luar, dan pada masa turun dan transformasi luasan jejaring mengalami penurunan. Keberadaaan Modal Sosial Kondisi klaster cor logam di Ceper berpengaruh pada dinamika modal sosialnya. Pada tahap awal pertumbuhan/embrio embrio, dimana adat dan budaya masih mempengaruhi dalam berbisnis menyebabkan modal sosial yang terbentuk bersifat alami, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor budaya dan keagamaan. Pada tahap tersebut modal sosial yang terbentuk lebih banyak berupa bonding (kekeluargaan), meskipun memasuki awal kemerdekaan mulai membangun bridging bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak lainnya tetapi masih dalam skala terbatas. Pada tahap tumbuh dan dewasa, dimana bisnis klaster sangat maju dan berkembang maka modal sosial yang terbentuk diantara pelaku usaha mengalami peningkatan. Kepercayaan Pemerintah terhadap para pelaku cor logam berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang akhirnya berdampak pula pada peningkatan modal sosial. Tingginya modal sosial para pelaku usaha cor logam tersebut berdampak pada masuknya pihak eksternal ke dalam klaster. Sehingga modal sosial yang terbentuk di dalam klaster lebih banyak berupa bridging. 264
Penutup
Karena adanya krisis moneter yang berdampak pada penurunan industri cor logam di Ceper, menyebabkan modal sosial berangsur-angsur mengalami penurunan pula. Kepercayaan kepada pihak eksternal khususnya pemerintah mulai menurun tajam, seiring dengan tidak adanya programprogram pemerintah pusat untuk pengembangan industri cor logam di Ceper. Namun sejak tahun 2010 seiring dengan perubahan permintaan pasar, antara lain pasar menginginkan produk berkualitas, transparansi dalam penentuan harga produk dan permintaan pengiriman barang yang tepat waktu menyebabkan modal sosial yang tadinya menurun dapat meningkat kembali. Kondisi peningkatan modal sosial juga dipengaruhi oleh budaya keagamaan yang kuat dan faktor persaudaraan yang masih kuat dari para pelaku usaha di Ceper. Keberadaan modal sosial pada masing masing tahapan perkembangan klaster dapat dilihat pada tabel 10.2 Tabel 10.2 Keberadaan Modal Sosial pada Setiap Tahapan Perkembangan Klaster
Karakteristik Klaster
Tahapan pertumbuhan Klaster Tahap awal pertumbuhan/embrio Kebersamaan lebih didasari pada nilai nilai sosial
Tahap tumbuh & dewasa Kebersamaan didasari nilai ekonomi
Tahap penurunan & transformasi Kebersamaan didasari nilai ekonomi dan perbaikan sistim
Kondisi etika bisnis
Etika bisnis relatip tinggi
Etika bisnis tinggi,menurun dibandingkan tahap awal pertumbuhan/embrio
Etika bisnis rendah, menurun dibandingkan tahap tumbuh
Tipe Modal sosial
MS Bonding
MS Bonding dan Bridging
MS Bonding dan Bridging
Dasar kebersamaan
265
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkankan bahwa aspek sosial,budaya dan keluarga
pengaruhnya masih kuat dalam
pembentukan modal sosial sehingga menjadikan peranan modal sosial dalam pengembangan klaster sangat berpengaruh. Demikian pula peranan pemerintah sangat berpengaruh kuat mempengaruhi keberadaan modal sosial, sehingga peranan modal sosial menjadi sangat berarti dalam pengembangan klaster. Tipe modal sosial pada masa awal pertumbuhan/ embrio adalah bonding, tahap tumbuh dan dewasa tipe modal sosialnya adalah bonding dan bridging serta tahap penurunan dan transformasi juga bonding dan bridging. Pemanfaatan Modal Sosial bagi Perkembangan Klaster Cor Logam Pemanfaatan modal sosial dalam klaster cor logam di Ceper, dapat diterangkan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu : a) pada pembentukan modal sosial, b) penggunaan modal sosial dan c) upaya yang dilakukan untuk meningkatkan modal sosial. Pembentukan modal sosial, dilakukan melalui lembaga formal dan non formal. Lembaga formal dalam bentuk : koperasi, sub kontrak dan kemitraan plasma inti. Sedangkan pembentukan modal sosial pada lembaga non formal dalam bentuk kekeluargaan dan kegiatan sosial seperti walimahan, selamatan, tahlilan, salawatan dan yasinan. Para pelaku usaha menggunakan modal sosial untuk mengembangkan usahanya. Bentuk-bentuk modal sosial seperti jaringan, kepercayaan, ketaatan terhadap norma, kepedulian terhadap sesama dan keterlibatan terhadap organisasi dipergunakan untuk meningkatkan usahanya.
266
Penutup
Para pelaku usaha dalam membangun jaringan dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu melalui jaringan lembaga formal seperti koperasi, jaringan lembaga non formal dalam bentuk kekeluargaan dan kegiatan sosial serta jaringan mandiri, seperti apa yang telah dilakukan oleh perusahaanperusahaan besar, dengan cara mendapatkan pembeli maupun penyedia bahan baku sendiri tanpa melibatkan keluarga maupun lewat koperasi. Sedangkan modal sosial kepercayaan dipergunakan pelaku usaha untuk mempertahankan jaringan usaha yang telah terbangun. Dari jaringan usaha tersebut, diharapkan para pelaku usaha mendapatkan manfaat berupa order, bantuan peralatan, bantuan pelatihan, keringanan harga bahan baku, kemudahan mendapatkan kredit dan lain sebagainya. Norma baik berupa aturan formal maupun kebiasaan, akan ditaati oleh pengusaha sepanjang memberikan manfaat bagi dirinya, sedangkan aturan yang merugikan bagi usahanya cenderung tidak akan ditaati. Modal sosial berupa kepedulian terhadap sesama dipergunakan oleh pelaku usaha, dengan tujuan akan mendapatkan keuntungan dikemudian hari apabila membantu usaha orang lain. Disamping kepedulian terhadap sesama juga lahir karena kuatnya budaya dan sistem kekeluargaan. Modal sosial berupa keterlibatan terhadap organisasi baik formal maupun non formal akan mendatangkan manfaat bagi para pengusaha, baik berupa order, pembinaan maupun kerjasama yang lain. Proses pembentukan dan pemanfaatan modal sosial dapat digambarkan pada lampiran 2. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan lembaga formal maupun non formal sangat penting dalam pembentukan modal sosial, demikian pula para individu pelaku usaha secara sengaja menggunakan aspek-aspek modal sosial seperti jejaring, kepercayaan, komitmen
267
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
terhadap norma dan kepedulian terhadap sesama serta keterlibatan dalam organisasi dimanfaatkan dalam menjalankan usahanya Upaya Peningkatan Modal Sosial Meskipun modal sosial bermanfaat bagi pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya tetapi modal sosial mempunyai kelemahan berupa kecenderungan ditinggalkan oleh pelaku usaha apabila dirasakan bahwa kerja sama yang dibangun dalam klaster sudah tidak bermanfaat bagi usahanya. Pelaku usaha cenderung meninggalkan komitmen yang sudah dibangun bersama tersebut dan akan bekerja sendiri serta membangun modal sosial baru dengan lingkungan usaha yang baru yang bermanfaat bagi usahanya. Oleh karena itu, agar modal sosial tetap meningkat diperlukan upaya-upaya dalam bentuk menjaga transparansi lembaga formal sebagai wadah modal sosial, menjaga harmonisasi antara bisnis dengan hubungan sosial dan fasilitasi dari pemerintah baik berupa perkuatan kelembagaan, pasar dan kualitas produk serta peraturan yang mendukung klaster. Upaya peningkatan modal sosial yang dilakukan klaster pada setiap tahap perkembangan klaster dapat diuraikan pada tabel 10.3
268
Penutup
Tabel 10.3 Upaya peningkatan modal sosial yang dilakukan klaster pada setiap tahap perkembangan klaster
Karakteristik Klaster Transparansi kelembagaan formal
Tahap pertumbuhan Klaster Tahap awal pertumbuhan/ embrio Belum transparansi
Tahap tumbuh & dewasa
Tahap penurunan & trasformasi
Transparan
Lebih transparan
Harmonisasi hubungan antar pengusaha
Sangat harmonis,karena aspek sosial sangat kuat
Harmonis karena dukungan aspek sosial dan ekonomi
Pada mulanya tidak harmonis,namun akhir akhir ini keharmonisan mulai timbul kembali karena aspek kekerabatan budaya.
Peran Pemerintah dalam peningkatan MS
Peranan Pemerintah kecil
Peranan Pemerintah luas(Kebijakan substitusi impor)
Peranan Pemerintah terbatas (Kebijakan pasar bebas)
Sistim Pemerintahan yang mempengaruhi MS
Sistim Pemerintah sentralistik belum banyak bermanfaat
Sistim pemerintah sentralistik manfaat dirasakan cukup tinggi
Sistim Pemerintah desentralisasi, manfaat kurang dirasakan
Manfaat MS atas kebijakan Pemerintah
Masih terbatas
banyak dirasakan manfaatnya
Tidak banyak dirasakan manfaat
Dari uraian uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan lembaga formal seperti halnya koperasi yang dikelola secara transparan sangat diperlukan dalam peningkatan modal sosial. Demikian pula peranan pemerintah dalam peningkatan modal sosial untuk usaha kecil dan menengah dalam suatu klaster keberadaannya juga sangat diperlukan. Dalam sistem pemerintahan otonomi (desentralisasi) saat ini dan adanya pasar bebas, kebijakan pemerintah tak banyak dirasakan manfaatnya oleh para pengusaha klaster Cor logam Ceper 269
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
Kondisi-kondisi Yang Mempengaruhi Modal Sosial Untuk melancarkan bisnisnya, maka para pelaku usaha membangun modal sosial di masyarakat. Modal sosial yang tinggi di masyarakat berdampak pada kelancaran bisnisnya tetapi modal sosial yang rendah dapat menghambat kelancaran bisnis. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi modal sosial di masyarakat bisa tinggi maupun rendah, tergantung: 1) Kondisi eksternal yang terdiri dari kondisi makro dan mikro. a. Kondisi makro, seperti kondisi politik, pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi, dan dukungan pemerintah, akan berdampak pada tinggi rendahnya modal sosial di masyarakat. b. Kondisi mikro berupa tuntutan permintaan pasar yang transparan menyebabkan modal sosial tinggi sedangkan permintaan pasar yang tidak transparan akan menghambat tumbuhnya modal sosial di masyarakat. 2) Kondisi internal, seperti struktur sosial. Masyarakat perdesaan dengan latar belakang budaya keagamaan dan masih banyaknya bentuk perusahaan keluarga akan mendorong terbentuknya modal sosial yang tingggi. Karena norma-norma berupa kesetiaan, kejujuran, kesediaan membantu, rasa ikhlas, kebersamaan, masih banyak dijumpai pada masyarakat dengan budaya keagamaan yang tinggi dengan model perusahaan keluarga. Hal tersebut mendorong lahirnya keharmonisan antara bisnis dan sosial yang mendorong terciptanya modal sosial yang tinggi.
270
Penutup
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan/dinamika modal sosial mempunyai hubungan dengan kondisi eksternal dan internal yang akhirnya dapat mempengaruhi bentuk jaringan sosial, yaitu bonding atau bridging. Implikasi Teoritis Teori Peranan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster Untuk mengetahui peranan modal sosial pelaku usaha cor logam di Ceper, berupa jaringan usaha, kepercayaan, norma, kepedulian dan keterlibatan dalam organisasi, dilakukan analisis dengan memfokuskan pada 2 (dua) aspek, yaitu pertumbuhan ekonomi dan permintaan pasar. Pertumbuhan ekonomi menjadi tolok ukur keberhasilan suatu klaster, sedangkan pasar merupakan faktor penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan order. Peranan modal sosial pada klaster cor logam di Ceper sejalan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi klaster. Pada saat awal pembentukan klaster, para pelaku usaha sedang mencari bentuk untuk memajukan ekonomi usahanya, karena masih baru dan belum berpengalaman khususnya dalam menjalin kerja sama eksternal maka dilakukan secara bersama-sama. Kondisi ini menyebabkan modal sosial diantara pelaku usaha cukup baik. Namun modal sosial yang terbentuk sifatnya masih merupakan modal sosial bonding yang hanya melibatkan keluarga dan teman-teman dekat. Pada tahapan tumbuh, dimana pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan dan dukungan pasar secara nasional semakin besar dengan 271
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
dukungan sistem kelembagaan yang baik, maka pelaku usaha berusaha bekerjasama untuk melayani pasar dan secara terus menerus membangun jejaring. Kondisi tersebut berdampak pada peningkatan modal sosial sampai pada tataran modal sosial yang tinggi dan bentuk modal sosialnya berubah ke arah bridging. Pada saat pertumbuhan ekonomi turun, yang berdampak pada penurunan pangsa pasar dan akhirnya klaster mengalami penurunan, oleh para pengusaha disikapi dengan melakukan diversifikasi produk dari cor logam ke arah komponen otomotif dan pompa.Kondisi ini menyebabkan klaster memasuki tahapan transformasi. Pada tahapan transformasi ini modal sosial klaster mengalami penurunan, karena para pelaku membentuk komunitas baru, walaupun bentuk modal sosial masih berupa bridging. Seiring dengan tuntutan pasar akan kualitas produk, harga yang transparan dan delivery yang tepat serta on line system perbankan menyebabkan pelaku usaha termotivasi untuk membangun modal sosial. Baik secara internal (dengan karyawan dan sub kontraknya) maupun eskternal dengan pelaku usaha yang lain. Sistem pasar yang baik menyebabkan pelaku usaha yang merasa tidak mampu akan menyerahkan kepada pelaku usaha yang dipandang mampu. Hal tersebut menyebabkan modal sosial menjadi meningkat. Kondisi ini akan berkebalikan pada saat sistem pasar tidak baik seperti pada awal krisis moneter yang menyebabkan persaingan tinggi dan berdampak modal sosial yang kurang baik. Implikasi teori dari temuan penelitian yaitu pada saat tahapan awal pertumbuhan/embrio dimana peranan koperasi dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan tipe modal sosialnya adalah bonding maka modal sosial lebih banyak digunakan untuk kepentingan akses terhadap sumber
272
Penutup
daya dan mempertahankan status kekuasaan, hal ini sesuai dengan teori modal sosial oleh Bourdieu. Namun pada saat tahapan pertumbuhan dimana tipe modal sosial bridging dan manejemen koperasi lebih transparan, modal sosial tidak dimanfaatkan untuk penguasaan terhadap sumber daya atau untuk mempertahankan kekuasaan, tetapi digunakan untuk pemenuhan kebutuhan anggota Koperasi, sehingga kondisi ini bertolak belakang dari teori modal sosial Bourdieu. Pada saat kondisi dimana terjadi transparansi sistem, seperti penentuan harga,pengiriman dan spesifikasi produk serta sistem pelayanan publik yang baik seperti on line sistem, maka modal sosial mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan teori Modal Sosial Putman tentang asosiasi aktivitas (warga, kelompok) sebagai dasar integrasi sosial dan kemakmuran Teori Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster Teori tersebut menjelaskan penggunaan modal sosial dalam rangka peningkatan usaha oleh para pelaku usaha di klaster. Bagi para pelaku usaha, modal sosial merupakan salah satu modal untuk melancarkan usahanya, selain modal fisik, modal sumber daya manusia dan sumber daya alam, karena modal sosial berfungsi sebagai perekat hubungan kerja sama dalam bisnis. Dampak modal sosial bagi perkembangan klaster, adalah dengan modal sosial yang tinggi akan berdampak pada keuntungan usaha berupa kelancaran order, kelancaran usaha, dan lain-lain. Sedangkan modal sosial yang rendah berdampak pada persaingan yang tidak sehat dan saling mematikan satu dengan yang lain yang akhirnya berdampak pada penurunan klaster.
273
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
Pada awal pembentukan klaster dan tahapan pertumbuhan klaster, modal sosial berperan sebagai pendorong tumbuhnya kebersamaan diantara anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada saat transisi dari tahapan klaster tumbuh ke tahapan penurunan dan transformasi, modal sosial tidak dapat berperan lagi dalam peningkatan kebersamaan anggota, karena beberapa pelaku usaha yang melakukan diversifikasi (tahapan transformasi) merasa tidak membutuhkan modal sosial di dalam klaster sebelumnya. Dalam melakukan bisnis, para individu pelaku usaha menggunakan modal sosial berupa jaringan, kepercayaan, komitmen terhadap norma, kepedulian dan keterlibatan dalam organisasi untuk mendapatkan order dan fasilitas usaha lainnya. Modal sosial dibangun oleh pelaku usaha cor logam di Ceper,
digunakan untuk kepentingan individu dalam
usaha melancarkan usahanya. Pada saat kepentingan individu usahanya tidak tercapai maka pelaku usaha mempunyai kecenderungan untuk meninggalkan jaringan usaha yang sudah dibangunnya. Namun, karena adat dan budaya di Ceper yang masih menjunjung tinggi norma-norma agama, kejujuran, dan kekeluargaan menyebabkan individu-individu pengusaha yang meninggalkan jaringan usaha tersebut, pada akhirnya kembali lagi bergabung. Budaya kekeluargaan dan keagamaan yang kuat telah mendorong terbentuknya modal sosial yang tinggi diantara para pelaku usaha cor logam tersebut. Pada akhirnya, para pelaku usaha khususnya yang berskala besar menggunakan modal sosial untuk mencapai keharmonisan bisnis dan sosial. Artinya dalam menjalankan bisnisnya tetap membangun jaringan usaha meskipun kepentingan bisnisnya di lingkungan klaster tidak tercapai tetapi kepentingan sosialnya di lingkungan klaster tercapai. 274
Penutup
Kepentingan sosial tersebut dimanfaatkan untuk membangun kepercayaan kepada lembaga yang menjadi wadah modal sosial, misalnya Koperasi Batur Jaya berkaitan dengan akses informasi dan kemudahan fasilitas dari Pemerintah. Jika menyimak teori pilihan rasional dari Coleman, bahwa apabila secara rasional kepentingan individu tidak terakomodasi dalam suatu kelompok, maka akan menyebabkan individu keluar dari kelompok. Kondisi pada tahapan penurunan pada mulanya dapat dibenarkan, namun dalam perkembangannya yang terjadi pada klaster Cor logam Klaten, karena sistem sosial dimana kekerabatan, budaya dan adat -istiadat serta peranan agama yang kuat, maka walaupun kepentingannya tidak terpenuhi di dalam Koperasi, tetapi mereka tetap mendukung dan berperan serta terhadap keberadaan Koperasi, karena para pengusaha yang sebagian besar masih mempunyai hubungan kekerabatan menghendaki adanya hubungan yang harmonis antar sesama pelaku usaha. Dari uraian tentang teori peranan dan pemanfaatan modal sosial dalam perkembangan klaster tersebut, merupakan pelengkap dari teori modal sosial yang diperkenalkan sebelumnya seperti halnya pendapat Bourdieu yang mengatakan bahwa modal sosial digunakan untuk membentuk suatu kelas sosial tertentu dalam rangka untuk mempertahankan suatu status quo. Namun dalam kenyataannya bahwa modal sosial yang dikelola secara transparan dan mempunyai manfaat terhadap para pengrajin melalui suatu kelembagaan justru dapat lebih memupuk modal sosial secara keseluruhan tanpa adanya suatu kelas. Demikian pula teori pilihan rasional dari Coleman, dimana apabila secara rasional kepentingan individu tidak terakomodasi dalam suatu kelompok maka menyebabkan individu keluar dari kelompok. Namun 275
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
dalam kenyataan apabila sistem sosial yaitu kekrabatan, budaya dan adat istiadat serta peranan agama yang kuat walaupun kepentingan tidak terpenuhi di dalam suatu institusi/kelompok pada akhirnya tetap mendukung dan berperan serta terhadap keberadaan institusi/kelompok tersebut,karena para pengusaha yang sebagian besar masih mempunyai hubungan kekerabatan menghendaki adanya hubungan yang harmonis antar sesama pelaku usaha. Demikian juga Schmitz (1997) yang melakukan penelitian modal sosial pada klaster sepatu di Brazil dengan melihat sejarah perkembangan klaster. Penelitian Schmitz belum membagi klaster sepatu dalam beberapa tahapan. Juga belum meneliti pemanfaatan dari modal sosial tersebut. Penelitian ini menyampaikan teori tentang kondisi modal sosial pada 3 tahapan perkembangan klaster yang berbeda, yaitu awal pembentukan, tumbuh, penurunan dan transformasi. Di samping itu, juga menyampaikan teori tentang pemanfaatan modal sosial dalam mengembangkan klaster. Implikasi Kebijakan Dengan melihat proses pengembangan modal sosial di dalam klaster cor logam Ceper mulai dari awal pertumbuhan/embrio, tumbuh dan dewasa serta penurunan dan transformasi ada beberapa hal pengalaman yang perlu diambil, diantaranya 1) modal sosial yang didasarkan pada kekerabatan,budaya dan agama yang cukup kuat, 2) keberadaan dari Koperasi Batur Jaya yang dikelola secara lebih transparan untuk pelayanan anggota, 3) terjadinya persaingan antara anggota koperasi dengan koperasi dikarenakan tehnologi dapur pengecoran yang digunakan koperasi sama dengan anggota, baik pada waktu menggunakan kupola maupun sekarang 276
Penutup
saat menggunakan induksi 4)pengembangan modal sosial di dalam klaster masih terbatas,hanya pada para anggota koperasi, 5) peranan pemerintah dalam pengembangan klaster cor logam Ceper yang mayoritas adalah klaster UMKM sangat berpengaruh dalam peningkatan modal sosial, 6) Otonomi daerah yang belum mempunyai manfaat terhadap pengembangan klaster , 7) daya saing cor logam yang masih terbatas karena harga bahan baku yang mahal dan, 8) adanya perbaikan sistem dalam penentuan harga,pengiriman dan spesifikasi yang transparan serta adanya sistem on line dari Bank indonesia, yang mengakibatkan kerja sama antar pelaku usaha semakin baik, maka temuan dalam penelitian tersebut dapat digunakan bagi para praktikal pengembangan klaster dengan mengembangkan model kelembagaan klaster dan model kebijakan pemerintah seperti tersebut di bawah ini : 1. Model kelembagaan klaster. Apabila melihat definisi klaster, yang antara lain adanya kerja sama seluruh pihak terkait dalam pengembangan klaster baik kerja sama antar pengusaha,pemasok bahan baku,dukungan pemerintah dan juga pihak-pihak terkait dengan pasar maupun inovasi,sehingga keberadaan klaster cor logam Ceper dalam peningkatan modal sosial seolah-olah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu para pengusaha kecil dan menengah sebagai anggota koperasi di satu pihak dan para pengusaha besar yang berada di luar koperasi. Sehingga untuk meningkatkan modal sosial maka di dalam klaster perlu dibentuk forum rembuk klaster yang di dalamnya juga terdapat koperasi maupun para pengusaha besar. Artinya keberadaan forum rembuk klaster berfungsi untuk membangun modal sosial bagi pihak pihak terkait dalam Klaster. Sedangkan koperasi lebih bersifat
operasi bisnis bagi anggota 277
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
klaster.Dengan adanya Forum rembuk klaster, diharapkan klaster di samping untuk meningkatkan kebersamaan/usaha kolektif juga untuk mewujudkan adanya kemandirian dari klaster. Model kelembagaan klaster termaksud digambarkan padaCeper bagan Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial Pada Klaster Logam Klatendalam
gambar 10.1
Gambar 10.1.
Gambar 10.1.
Dalam struktur Forum rembuk klaster mempunyai dua unit usaha Struktur Klaster forum rembuk yaitu unit pengembangan usahaOrganisasi dan koperasi.Ketua dibantu dengan menejer klaster lebih banyak untuk membangun modal sosial, pengembangan SDM dan pengembangan R & D. sedangkan koperasi pada operasional bisnis dalamyaitu Dalam struktur Forumlebih rembuk klaster mempunyai duayaitu unit usaha penyediaan bahan baku dan melakukan pemasaran bersama. unit pengembangan usaha dan koperasi.Ketua forum rembuk dibantu Adapun anggota forum terdiri dari para pengusaha baik pengusaha dengan menejer klaster lebih banyakklaster, untuksatuan membangun modal sosial, kecil, menengah dan besar di dalam kerja perangkat daerah terkait SDM di kabupaten, PoliteknikR manufaktur. Dengan pengembangan dan pengembangan & D. sedangkan koperasi demikian klaster cor logam diharapkan lebih kuat keberadaan lebih pada operasional bisnis yaitu dalam penyediaan bahan baku dan modal sosialnya dan lebih fokus dalam pengembangan usaha melakukan pemasaran bersama. Adapun anggota forum didalam klaster. Agar perkuatan kelembagaan klaster lebihterdiri baik dari maka perlu adanya BDS (Business Development Services) pendamping, khususnya untuk pendampingan realisasi rencana 278 pengembangan usaha klaster, pengembangan inovasi produk dan pendanaan. 2. Model Kebijaksanaan Pemerintah.
Penutup
para pengusaha baik pengusaha kecil, menengah dan besar di dalam klaster, satuan kerja perangkat daerah terkait di kabupaten, Politeknik manufaktur. Dengan demikian klaster cor logam diharapkan lebih kuat keberadaan modal sosialnya dan lebih fokus dalam pengembangan usaha didalam klaster. Agar perkuatan kelembagaan klaster lebih baik maka perlu adanya BDS (Business Development Services) pendamping, khususnya untuk pendampingan realisasi rencana pengembangan usaha klaster, pengembangan inovasi produk dan pendanaan. 2. Model Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam sejarah perkembangan klaster cor logam Ceper,bahwa kebijakan pemerintah sangat mendorong pengembangan klaster, khususnya dalam peningkatan modal sosial.Hal ini tidak lepas dari keberadaan klaster yang sebagian besar merupakan UMKM.Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan adanya pembelaan Pemerintah terhadap UMKM melalui Klaster melalui berbagai kebijakan pemerintah di berbagai aras dan sektor, diantaranya : a. Pemerintah Daerah Kabupaten Peranan Pemerintah Kabupaten dalam pengembangan klaster diantaranya: 1)Menfasilitasi klaster untuk melakukan pembuatan program serta monitoring dan evaluasi secara bersama dengan pihak terkait baik didalam klaster (termasuk Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD Kabupaten terkait), maupun lembaga di luar klaster seperti industri besar perlogaman,perguruan tinggi maupun pemerintah baik provinsi maupun pusat, 2)Stimulus untuk kegiatan promosi bersama dan fasilitasi dalam membangun jejaring pasar, 3) Memberikan iklim usaha yang kondusif, 4)
279
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
Peningkatan SDM dari SKPD pembina klaster untuk lebih profesional dan mempunyai spesialisasi di bidang pembinaan industri, hal ini penting karena dalam era otonomi daerah para pembina hanya mempunyai pengetahuan yang umum (generalis) karena rotasi karyawan antar SKPD tanpa melihat latar belakang kemampuan. b. Pemerintah Provinsi Klaster cor logam Ceper merupakan salah satu klaster unggulan di Jawa Tengah maka Pemerintah Provinsi harus memfasilitasi antara lain melalui SKPD secara terintegrasi untuk pengembangan klaster, seperti halnya Dinas Perindag untuk pengembangan industri dan promosi perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM dalam pembinaan permodalan melalui koperasi, Badan Lingkungan Hidup untuk perbaikan lingkungan, Badan Penanaman Modal untuk melakukan kemitraan antara pengusaha besar dan pengusaha di dalam klaster cor logam klaster, Badan Litbang lebih pada fasilitasi inovasi teknologi, Badan Pemberdayaan Masyarakat untuk peningkatan modal sosial melalui pemberdayaan masyarakat UMKM c. Pemerintah Pusat Klaster Cor Logam Ceper, merupakan salah satu klaster UMKM logam yang cukup strategis dalam pengembangan industri, dengan demikian sudah sewajarnya kalau pemerintah pusat perlu memfasilitasi berbagai hal seperti: 1)pemenuhan kebutuhan bahan baku yang lebih murah sehingga dapat berdaya saing dengan produk China, 2) bantuan pengembangan R&D sehingga klaster mampu melakukan diversifikasi produk, 3)pengembangan pasar 280
Penutup
baik di dalam negeri maupun luar negeri baik melalui kemitraan dengan BUMN maupun fasilitasi promosi. Pihak-pihak terkait Pemerintah pusat dalam pengembangan klaster industri cor logam Ceper diantaranya Kementrian Perindustrian, dalam pembinaan tehnologi produksi dan kemudahan bahan baku, Kementrian Perdagangan dalam memfasiltasi pemasaran produk.Kementrian Koperasi dan UKM dalam memfasilitasi pendanaan dan fasiltasi pembiayaan BDS pendamping,Kementrian Riset dan Teknologi serta BPPT dalam rangka pengembangan inovasi produk dan teknologi. Dengan melihat model pengembangan klaster cor logam, yang mempunyai skala ekonomi yang cukup besar,adanya usaha kolektif untuk lebih maju,dan memudahkan dalam pembinaan,maka seharusnya ada langkah langkah terobosan dari Pemerintah pusat diantaranya :1)Perlu adanya Gerakan pengembangan klaster UMKM yang dimotori oleh Presiden, sehingga keterpaduan pembinaan antar kementrian akan lebih mudah dan tidak ego sektoral, 2)Perlu adanya Keputusan Presiden bahwa Gubernur dan Kepala Daerah Kabupaten/ kota untuk mengembangkan model klaster baik di sektor industri, Pertanian dan Pariwisata, 3)Pemerintah pusat perlu membuat guidance pengembangan klaster, 4)Masing masing aras dalam pemerintah melakukan identifikasi klaster yang akan dikembangkan, artinya klaster yang mempunyai peluang pasar internasional atau strategis dalam pengembangan industri merupakan fokus dari pembinaan Pemerintah pusat,demikian pula klaster yang mempunyai peluang pasar Nasional merupakan fokus pembinaan Pemerintah Provinsi 281
Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster
dan akhirnya klaster yang mempunyai peuang pasar Provinsi merupakan fokus pembinaan dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Tentunya pembagian model seperti ini tidak diterapkan secara kaku, namun azas prioritas masih tetap dilaksanakan Saran Penelitian Lebih Lanjut Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, ada peranan modal sosial dalam perkembangan klaster dan pemanfaatan modal sosial, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tentang bagaimana: a) usaha peningkatan modal sosial dalam perkembangan klaster yang berisi tentang kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan modal sosial, antara lain penelitian kebijakan dalam menyikapi globalisasi dalam mendukung peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster, model kelembagaan pemerintah daerah dalam era otonomi daerah untuk mendukung peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster, model stimulan pemerintah yang efektif bagi peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster. b) model kelembagaan dalam membangun modal sosial dalam perkembangan klaster. Penelitian
yang direkomendasikan dan diharapkan dapat
dilaksanakan sesegera mungkin adalah penelitian tentang model kelembagaan yang dapat membangun modal sosial dalam perkembangan klaster.
282