PENTINGNYA CYBER COUNSELING TERHADAP KONSELOR DALAM ASEAN ECONOMIC SOCIETY (MEA)
Suhendri
[email protected] Universitas PGRI Semarang Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak Perkembangan dunia modernisasi sangat berkembang pesat. Hal ini bahwa perkembangan teknologi sangat pesat, perkembangan ini tidak memandang berbagai latar belakang ; seperti ekonomi, culture, bahkan usia. Konselor merupakan salah satu tenaga pendidik, yang orientasinya tidak hanya dilingkungan formal tetapi juga dilingkungan non formal. Konselor sangat diharapkan dapat memberikan layanan konseling para konseli melalui cyber counseling. Layanan konseling mestinya dilakukan secara langsung dengan konseli (face to face) namun hal ini terkadang persoalan jarak sulit di pungkiri. Oleh karena itu, perkembangan teknologi yang sudah makin cangih maka konselor pun dapat melakukan secara online atau dengan istilah Cyber Counseling. Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi para konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. Kata Kunci : Cyber Counseling, Konselor, Asean Economic Society (MEA)
Cyber Counseling | 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang setting pelaksanaannya ; lingkungan formal, informal dan non formal. Untuk dapat melakukan program bimbingan dan konseling, dapat mengunakan layanan-layanan konseling yang ada dalam bimbingan dan konseling. Konselor / guru bimbingan dan konseling merupakan objek utama sebagai pelaksana, sehingga harapan utama yaitu dapat menguasai atau berkompeten dalam pelaksanaan layanan BK. Setting pelaksanan layana konseling, dapat dilakukan secara face to face atau ketemu langsung antara konselor dan konseli. Namun demikian dengan perkembangan dunia modernisasi kian hari kian berkembang sehingga layanan konseling dapat dilakukan mengunakan media sosial seperti cyber counseling. Hal ini di tunjukan bahwa perkembangan teknologi sangat pesat, perkembangan ini tidak memandang berbagai latar belakang ; seperti ekonomi, culture, bahkan usia. Konselor merupakan salah satu tenaga pendidik, yang orientasinya tidak hanya dilingkungan formal tetapi juga dilingkungan non formal. Konselor sangat diharapkan akan layanan bantuannya oleh para konseli melalui layanan konseling. Layanan konseling mestinya dilakukan secara langsung dengan konseli (face to face) namun hal ini terkadang persoalan jarak sulit di pungkiri. Oleh karena itu karena perkembangan teknologi yang sudah makin cangih maka konselor pun dapat melakukan secara online atau dengan istilah Cyber Counseling. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. Cyber Counseling | 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Cyber Counseling Cyber Counseling adalah salah satu strategi bimbingan dan konseling yang bersifat virtual atau konseling yang berlangsung melalui bantuan koneksi internet. Dalam hal ini proses konseling berlangsung melalui internet dalam bentuk web-site,email, facebook, videoconference (yahoo massangger) dan ide inovatif laninnya. Sudah tentunya apabila ingin menjalankan strategi ini yang menjadi piranti utamanya adalah koneksi dengan internet tersebut. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, interaksi antara konselor dengan klien tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet dalam bentuk “cyber counseling”. Layanan bimbingan dan konseling ini merupakan salah satu model pelayanan konseling yang inovatif dalam upaya menunjukkan pelayanan yang praktis dan bisa dilakukan dimana saja asalkan ada koneksi atau terhubung dengan internet. B. Implikasi Komputer Secara Psikologis oleh Masyarakat Media computer merupakan suatu alat atau media yang dapat digunakan oleh individu baik secara individu maupun secara kelompok. Pengunaan media computer tentu tidak terelpas dari kondisi psikologis individu. Hal ini sering terkait kesalahan pemahaman, sehingga pengunaan media tersebut, terkadang tidak sesuai tujuan yang diharapkan oleh public secara umum. Morton Wagman (1983) kehadiran era komputer telah memberikan pertanyaan secara luas dari efek pada individu dan masyarakat, revolusi intelektual dan teknologi terbaru. Implikasi psikologis komputer telah menghasilkan sebuah referensi terutama pada polemik dan, dalam hal apapun. Pengukuran berorientasi terhadap Problem
Cyber Counseling | 3
Identification and Attitude. Prosedur pengukuran termasuk pengembangan, pengujian Scale Cybernetics attitude and analityc study faktor dari data yang dikumpulkan. C. Etika Jaringan Sosial untuk Kebutuhan Khusus Pengguna Media sosial merupakan suatu media yang mudah di akses oleh semua manusia. Pengunaan sosial media tentu membutuhkan kemahiran yang baik, agar tercapai suatu goal. Untuk mencapai suatu tujuan yang baik, maka harus membutuhkan etik pengunaannya. Menurut Caroline (2013), jutaan orang di seluruh dunia adalah pengguna rutin situs jejaring sosial. Jumlah penguna semakin meningkat, meskipun ada indikasi bahwa ada orang putus / tidak mengunakan dari situs yang paling populer. Sementara fungsi jejaring sosial diakui secara luas, jaringan sosial online juga meningkatkan atau menciptakan masalah baru dengan berkenaan dengan hak-hak, kebutuhan dan kepentingan manusia ; seperti anak-anak, perempuan, orang tua, penyandang cacat. Fenomena inilahah yang disebut ''kebutuhan khusus pengguna”, yaitu orang dengan kapasitas hukum terbatas atau dengan kata lain bahwa penegakan hukum yang tidak jelas dalam pengunaan jejaring sosial. Beberapa simpulan dari penjelasan diatas : a) Tugas perawatan: memberikan dukungan emosional melalui pemantauan terus menerus kepada masyarakat. b) On-line aman sebagai perusahaan ; cara untuk meningkatkan on-line secara aman tanpa mengorbankan lainnya nilai-nilai etika merupakan tanggung jawab bersama dan semua anggota masyarakat memiliki peran penting untuk bermain. c) Etika dalam desain ; tanggung jawab mengenai perlindungan individu dari bahaya, dengan mereka yang mempromosikan layanan secara online.
Cyber Counseling | 4
d) Peningkatan kesadaran budaya : peningkatan kesadaran dan pembuatan kebijakan berdasarkan pengguna menyadari tentang ; hak, kebajikan, nilainilai fundamental.
D. Fungsi Cyber Counseling Strategi layanan bimbingan dan konseling berbasis Cyber counseling yang dilakukan melalui konseksi internet secara virtual ini memiliki beberapa fungsi yang sifatnya inovatif, yaitu: 1. Pada dasarnya, konselor dan siswa yang belum mengenal internet, secara langsung dapat mendapat pengetahuan di bidangnya. 2. Proses bimbingan maupun konseling dapat dilakukan di luar jam sekolah, sehingga tidak mengganggu jam pelajaran. 3. Dengan dibuatnya web-site khusus oleh masing-masing konselor dalam instansinya, maka siswa akan bisa dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkannya, misalnya melihat nilai ujian lewat internet, informasi tentang persyaratan sekolah dan lain sebagainya. 4. Waktu akan lebih efesien. E. Strategi Layanan Guidance and Counseling Berbasis Cyber Counseling Beberapa model strategi layanan bimbingan dan konseling dalam bentuk cyber counseling yaitu : 1) Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Website Adapun jenis layanan yang bisa diupayakan lewat website adalah lebih cenderung pada layanan informasi, tentang bimbingan pribadi, karir, belajar, dan sosial. Untuk dapat memenuhi layanan tersebut, maka konselor sudah pastinya menulis berbagai informasi yang dibutuhkan oleh siswa pada alamat website. Dalam melakukan layanan ini, sudah tentu harus memiliki website atau weblog tersendiri yang sudah online di internet.
Cyber Counseling | 5
2) Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis E-Mail Adapun jenis layanan yang bisa diupayakan lewat e-mail yaitu Layanan konsultasi. Layanan ini bisa diupayakan lewat menulis e-mail antara konselor dengan konseli, dimana konseli menulis prihal yang akan dikonsultasikan kepada konselor, Layanan informasi. Layanan ini bisa diupayakan oleh konselor untuk menulis pesan lewat e-mail kepada konseli
yang
membutuhkan informasi (sesuai dengan kebutuhan konseli, baik dalam bidang belajar, karir, sosial maupun bidang pribadi) dan layanan lain yang bisa dikembangkan oleh konselor itu sendiri. Untuk dapat menjalankan hal ini maka konselor dan siswa harus punya alamat e-mail masing-masing. 3) Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Videoconference Sudah tentu untuk menjalankan layanan ini, pada masing-masing sekolah disediakan sarana internet, komputer dengan camera (webcam) atau laptop sebagai
piranti
utama
untuk
menjalankan
program
ini.
Melalui
videoconference ini antar konselor serta siswa/ konseli bisa bertatap muka secara langsung walaupun bersifat virtual, maka bentuk layanan yang bisa diupayakan adalah tergantung kreasi dari konselor itu sendiri. Adapun bentuk layanan bimbingan dan konseling yang bisa diupayakan yaitu: layanan konsultasi, layanan Informasi, layanan konseling individual, layanan konseling kelompok, beserta layanan lain yang bisa dikembangkan oleh masing-masing konselor dan sesuai dengan kebutuhan konseli. 4) Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Telepon Ada beberapa layanan yang bisa diupayakan, yaitu: Layanan Konsultasi, Konseling Individual, Bimbingan Karir, Bimbingan Belajar dan jenis layanan yang lain sesuai dengan daya kreativitas konselor itu sendiri. Sudah tentu, untuk menjalankan layanan ini harus ada kesepakatan antara konselor dengan konseli untuk menjalankan layanan tersebut. Biasanya layanan ini lebih mengacu di luar setting jam sekolah.
Cyber Counseling | 6
F. Model Cyber terhadap Masalah Konseli 1. Online Pestkoppenstoppen Niels CL Jacobs. (2014), salah satu tujuan psikopen yaitu untuk memberikan wawasan integratif ke dalam teori dan pengembangan Pestkoppenstoppen online (mengentaskan Cyberbullying). Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah korban cyberbullying, gejala depresi, kecemasan, dan mengajar korban cyberbullying bagaimana cara mengatasi secara efektif terhadap insiden cyberbullingy. Dalam mengembangkan program, langkah yang berbeda dari pengembang program intervensi adalah pengunaan secara sistematis terhadap setiap langkah dari pemetaan program / intervensi. Sumber yang digunakan untuk pengembangan adalah tinjauan study literature dari berbagai pendapat para ahli, wawancara kelompok dilakukan fokus pada kelompok sasaran, dan unsur-unsur dari program antiintimidasi yang terbukti efektif. Hasilnya adalah disesuaikan berbasis Web sepenuhnya otomatis intervensi untuk korban cyberbullying, yang terdiri dari tiga sesi saran berbasis-web yang disampaikan selama tiga bulan, sebagai berikut : 1) Peserta bagaimana perilaku dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka miliki, bagaimana mengenali dan gangguan pikiran irasional dan bagaimana membentuk pikiran rasional. 2) Peserta akan belajar tentang cara muncul intimidasi, bagaimana perilaku mereka mempengaruhi bullying dan bagaimana mereka dapat menggunakan strategi yang efektif untuk mengatasi cyberbullying. 3) Peserta menerima umpan balik dan akan belajar bagaimana menggunakan internet dan ponsel dengan cara yang aman.
Setiap saran disesuaikan dengan karakteristik peserta (misalnya, kepribadian, selfefficacy, strategi yang digunakan dan pengalaman rasional coping / (ir). Pelaksanaan program ini, sebelumnya dapat di uji keefektitannya terhadap suatu intervensi pada
Cyber Counseling | 7
rencana target populasi yang telah dirancang. Evaluasi ini akan memberikan wawasan efektif terhadap intervensi untuk mengurangi cyberbullying dan efek negatifnya.
2. Systematic Review Online Sex Addiction Manpreet K. & Mark D (2015), temuan utama dari tinjauan ini memberikan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa beberapa perawatan (Psikologis dan Farmakologis) memberikan hasil positif di antara mereka mengalami kesulitan dengan kecanduan seks online. Griffiths (2012) merekomendasikan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membangun khasiat dari kajian empiris untuk pengobatan kecanduan seks online (Cybersexs). Ada perbedaan utama antara mereka yang mengalami kegiatan seksual secara online dengan cara yang sehat, orang yang cybersex menjadi kecanduan dan (akibatnya) mencari pengobatan. Sejalan dengan kesimpulan klinis yang dilakukan oleh Griffiths, tampak bahwa perilaku perawatan yaitu, (Cognitif Behaviour Therapy CBT) telah terbukti lebih bermanfaat dalam mengurangi seperti gejala sexs dan, sampai batas tertentu, konsekuensi negatif.
G. Tantangan Konselor Terhadap Pengunaan Cyber dalam Konseling a. Phone Counseling : Are Offices Becoming Obsolete Maureen C, dkk. (2004) konseling merupakan suatu layanan professional yang dilakukan oleh konselor. Pelaksanaannya pun dapat dilakukan berbagai macam kreatifitas konselor, sepanjang tidak melanggar kode etik konselor. Konseling melalui phone chanel merupakan salah satu bentuk kreativitas konselor yang di dukung dengan modernisasi perkembangan teknologi. Namun tingkat keefektifan belum tentu seefektif mungkin jika di lakukan secara tatap muka langsung. Walaupun face to face langsung tidak memberikan sebuah jaminan konseling tersebut akan efektif. Konseling melalui telpon telah dilakukan dalam riset : Salah satu daerah yang kritis, penulis gagal untuk mengatasi dalam studi mereka, masalah privasi ketika menggunakan telekomunikasi perangkat untuk proses konseling. Konselor harus Cyber Counseling | 8
berhati-hati ketika membahas informasi rahasia dengan siapa pun melalui telepon (Corey, Corey, & Callanan, 2003). Reese, Conoley, dan Brossart (2002) Penelitian tentang efektivitas konseling telepon dan kualitas hubungan konseling, menyatakan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah telepon konseling seperti yang digunakan di lapangan adalah efektif untuk memberikan konseling kesehatan mental.
b. Online Counseling : Tantangan Etis dan Kenyamanan dalam Lingkungan Global. Online Counseling merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan oleh konselor profesional, yang memungkinkan efektif dalam proses konseling, ditinjau dari sisi : jarak dan pertemuan langsung. Dibalik keefektivan juga merupakan salah satu tantangan oleh konselor, terkait kode etik konselor dalam konseling. Oleh karena itu, konselor mengunakan via telpon dalam mengkonseling konseli, tentu selalu memperhatikan kode etik konseling. Maher Khelifa (2012) konseling online adalah metode penyampaian layanan yang relatif baru dan berkembang. Dengan demikian, masih memerlukan sejumlah tantangan etik/hukum. Saat ini, karena dengan munculnya media di mana standar yang diakui belum sepenuhnya berkembang, penyediaan konseling online memerlukan risiko hukum dan etika. Situasi saat ini membutuhkan konselor online untuk berhati-hati dalam praktek, untuk mengamati tersedia dan muncul pedoman etika dan rekomendasi praktik, untuk terus mendidik diri sendiri tentang isu-isu yang muncul dalam konseling online, mencari pelatihan formal untuk bekerja secara online jika diperlukan untuk praktek yang kompeten, dan untuk mencari kredibilitas sebagai dasar untuk memenuhi kualifikasi minimum yang diperlukan untuk praktek konseling online yang kompeten (Sampson, 2006). Sementara masalah etika akan selalu bertahan (Mulvey, 2004), diharapkan bahwa konselor dengan kesadaran dan arah yang diperlukan untuk bersaing secara etis dan aman dalam lingkungan global. Dengan pelatihan khusus dalam konseling Cyber Counseling | 9
online, dan praktek yang bertanggung jawab dan etis, risiko yang melekat pada pekerjaan online dan konselor dapat mengambil kelebihan dari media konseling ini apakah sebagai layanan modalitas alternatif atau dalam hubungannya dengan penyediaan layanan metode tradisional.
H. Etika Cyber Counseling Rudi Multiyaningsih (2013), untuk dapat menyelenggarakan cybercounseling, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan : Pertama adalah hal yang berkaitan dengan posisi konselor dan klien. Dalam hal ini hendaklah konselor sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada klien dan klien dapat sepenuhnya memperhatikan konselor. Klien benar-benar melihat dan merasakan bahwa konselor dalam kondisi selalu memperhatikan diri klien dan permasalahannya. Selama konseling, suara, mimik, gerak-gerik klien dan konselor jelas ditangkap oleh kedua belah pihak, dan keduanya merasa dekat satu sama lain. Dengan demikian selama proses konseling melalui telepon video di facebook hendaknya konselor dan klien selalu di depan kamera sehingga dapat saling melihat. Kedua, etika yang berhubungan dengan asas konseling perorangan. Ada beberapa asas yang perlu dipegang teguh dalam melaksananan cybercounseling, yaitu (1) Asas kerahasiaan yang menuntut dijaminnya semua rahasia pribadi klien. Keyakinan klien akan adanya perlindungan yang demikian itu menjadi jaminan untuk suksesnya konseling. Konselor tidak boleh merekam proses cyber counseling tanpa izin klien. Selama proses konseling melalui telelpon video tidak boleh ada orang lain di sekitar konselor atau klien, (2) Asas kesukarelaan dan keterbukaan, menuntut adanya kesukarelaan penuh dari klien untuk menjalani proses konseling. Adanya kesukarelaan pada klien diharapkan akan muncul keterbukaan klien pada konselor yang menunjang keberhasilan konseling, (3) Asas kenormatifan yang menuntut adanya kaidah dan norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, dan kebiasaan selama cyber counseling. Sebelum proses konseling melaluitelepon video alangkah baiknya jika konselor menyampaikan Cyber Counseling | 10
aturan-aturan kepada klien, misalnya pakaian harus sopan, dan (4) Asas kemandirian, yaitu keputusan diambil oleh klien sendiri dan sanggup menanggung resiko akibat keputusannya tersebut. Ketiga, hal yang berkaitan dengan keterampilan konseling. Selama cyber counseling konselor dituntut terus menggunakan keterampilan konseling, mulai dari attending (penerimaan), responding (merespon), understanding (pemahaman), personalizing (mempersonalisasikan), acting (pengambilan tindakan), dan initiating (menginisiasiakan). Penggunaan media teknologi telepon video hendaklah tidak jadi penghalang konselor untuk melakukan keterampilan konseling. Melalui telelpon video facebook, konselor tetap dapat menunjukkan sikap penerimaan terhadap klien, baik melalui kontak mata, gerak tubuh, ekspresi wajah, maupun ungkapan verbal. Konselor dapat melihat dan mendengarkan klien dan klien dapat melihat dan mendengar respon dari konselor.
BAB III PENUTUP Kesimpulan Konseling merupakan suatu profesi, yang harus dilaksanakan professional pula oleh konselor yang memiliki skill dalam bidang konseling. Konseling memiliki tujuan utama pada manusia ; memandirikan, membahagiakan dan mensejahterakan. Tujuan konseling tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Perkembangan pendidikan, tidak hanya terletak pada konseptual namun lebih dari itu adalah teknologi. Hal ini tentu profesi konseling harus berjalan imbang dua hal tersebut. Karena perkembangan modernisasi, tentu perkembangan pelayanan konseling pun harus berkembang. Pelayanan konseling dapat dilakukan secara online atau mengunakan cyber counseling. Cyber counseling dapat dilakukan ; Web, Email, Videoconference, phone.
Cyber Counseling | 11
DAFTAR PUSTAKA
Caroline. 2013. Ethics of social networks for special needs users. European Union ; Published online. Article Morton wagman. 1983. A factor analytic study of the psychological implications of the computer for the individual and society. University ofIllinois, Urbana-Champaign, Champaign, Illinois. Article Manpreet K. & Mark D. G. 2015. A Systematic Review of Online Sex Addiction and Clinical Treatments Using CONSORT Evaluation. Springer International Publishing AG Published online. Article Maureen C, dkk. 2004. Journal Of Counseling & Development (Telephone Counseling: Are Offices Becoming Obsolete). American Counseling Association. Vol 84. Number 2. Journal Maher Khelifa. 2012. Online counseling: competing ethically and safely in a global environment. Zayed University, United Arab Emirates. Article
Niels CL Jacobs. 2014. Online Pestkoppenstoppen: systematic and theory-based development of a web-based tailored intervention for adolescent cyberbully victims to combat and prevent cyberbullying. Francine Dehue. Article Rudi Multiyaningsih. 2013. Konseling melalui Dunia Maya (Cyber Counseling) Konseling Melalui Dunia Maya (Cyber Counseling). http://www.kompasiana.com/rudimulyatiningsih/konseling-melaluidunia-maya-cyber-counseling.
Cyber Counseling | 12